Pasien Percobaan Bunuh Diri
-
Upload
kartikarlim -
Category
Documents
-
view
32 -
download
1
description
Transcript of Pasien Percobaan Bunuh Diri
PENATALAKSANAAN PADA PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI
1. Terapi Rawat Inap atau Rawat Jalan
Perlu atau tidaknya merawat pasien dengan gagasan bunuh diri di rumah sakit
merupakan suatu keputusan yang penting. Beberapa pasien percobaan bunuh diri harus
dirawat di rumah sakit, tetapi ada beberapa pasien lain hanya butuh rawat jalan saja.
Indikasi pasien harus dirawat inap adalah jika tidak terdapat adanya sistem dukunan
sosial yang kuat, riwayat perilaku impulsif, dan rencana tindakan bunuh diri lainnya.
Namun demikian, bagaimanapun kasus pasien percobaan bunuh diri, menurut
kebanyakan psikiater, memerlukan perawatan intensif di rumah sakit tanpa memandang
tingkat letalitasnya untuk mencegah terjadinya percobaan bunuh diri berikutnya.
2. Psikofarmaka
a. Antidepresan
Obat antidepresan diberikan kepada pasien percobaan bunuh diri sesuai indikasi jika
pasien disertai tanda dan gejala depresi. Pada prinsipnya, pengobatan selalu dimulai
dari dosis yang terkecil, ditingkatkan bertahap sampai menjadi dosis terapeutik. Efek
terapi baru akan tampak pada minggu ke-2 sampai kettiga, sehingga pemberian obat
pada awal perlu dipertimbangan tambahan obat lain seperti Benzodiazepin yang
memiliki efek lebih cepat sambil menunggu efek obat antidepresan bekerja. Setelah
efek terapi tercapai maka dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan untukmencapai
remisi dan mencegah relaps.
Jenis obat antidepresan yang digunakan sebagai terapi adalah sebagai berikut :
1) Golongan Trisiklik : Imipramine, Amitriptiline.
Antidepresan trisiklik adalah obat yang paling sering digunakan. Obat
golongan ini bekerja dengan cara menghambat neuronal uptake of
noradrenaline dan menyebabkan aktifitas antikolinergik. Antidepresan
trisiklik juga menghambat neuronal uptake dari 5HT dan dopamine.
Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Antidepresan ini efeknya
terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari pemberian obat.
Obat ini dapat mempunyai efek perbaikan suasana perasaan (mood),
bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan,
pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid. Efek samping
obat antidepresan golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor
ringan, detak jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat
badan. Pada penderita yang lebih tua, efek samping obat dapat menyebabkan
kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila
tekanan darah rendah dan koma.
2) Golongan Tetrasiklik (TCA): Amoxapine, Maptrotiline, Trazodone,
Bupropion, Mirtazapine, Nefazodone.
Obat-obatan ini merupakan hasil dari usaha mendapatkan obat yang efek
sampingnya lebih ringan dari antidepresan trisiklik. Cara kerja obat sama,
yaitu pada intinya menghambat neural uptake neurotransmiter yang
dilepaskan di celah sinaps.
3) Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) : Fluoxetine,
Paroxetine, Setraline, Fluvoxamine, Citalopram.
SSRIs umumnya adalah obat yang digunakan dalam pengobatan depresi.17
Obat ini merupakan golongan obat yang secara spesifik menghambat
ambilan serotonin (SSRIs = Selective Serotonin Reuptake Inhibitors). Obat
ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim. Efek samping dari obat ini
adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit
kepala.
4) Penghambat (Mono-Amine Oxidase Inhibitors) MAOIs : Isokarboksazid,
Phenelzine, Tranylcypromine.
Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi penggunannya
sangat terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai efek yang baik.
Obat ini bekerja di presinaps dengan cara menghambat enzim yang memecah
serotonin, sehingga jumlah serotonin yang dilepaskan ke celah sinaps
bertambah. Dengan demikian, jumlah serotonin yang diteruskan ke paska
sinaps juga dapat bertambah. Efek samping obat golongan ini adalah mulut
kering, tremor, insomnia, delirium, konvulsi, hipotensi postural, konstipasi,
impoten. Efek samping yang serius termasuk peripheral neuropathy dan
jaundice oleh karena luka pada hepatoseluler.
5) Golongan Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitor SNRIs atau
Atypical : Venlafaxine, Trazodone, Nefazodone, Mirtazapine, Bupropion.
Obat ini diindikasikan untuk depresi, depresi yang berhubungan dengan
sindrom ansietas, dan gangguan ansietas sosial. Cara kerja obat golongan ini
sama dengan golongan SSRI, hanya saja SNRI selain selektif bekerja
menghambat reuptake serotonin, juga bekerja menghambat reuptake
norepinefrin. Efek samping mirip dengan golongan SSRIs.
b. Antipsikotik
Penggolongan obat anti-psikosis :
1) Obat anti-psikosis typical :
a) Phenothiazine
Rantai Aliphatic : Chlorpromazine
Rantai piperzine : Perphenazine, Trifluoperazine, Fuphenazine
Rantai piperidine : Thioridazine
b) Butyrophenone : Haloperidol
c) Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide
2) Obat anti-psikosis atypical :
a) Benzamine : Supride
b) Dibenzodiazepin : Clozapine, Olanzapine, Quetapine, Zotepine
c) Benzosoxazole : Risperidon, Aripirazole
Obat-obat psikosis tipikal bekerja dengan memblok dopamin pada reseptor pasca-
sinaptik di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine
D2 receptor antagonists), sehingga obat ini efektif untuk gejala positif. Obat
antipsikosis atipikal di samping berafinitas terhadap Dopamine D2 receptor, juga
terhadap Serotonin 5 Ht2 receptors (Serotonin-dopamin antagonis), sehingga efektif
juga untuk gejala negatif.
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
Sedasi dan inhibisi psikomotor, yaitu rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik, yaitu hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung.
Gangguan ekstrapiramidal (EPS), diantaranya distonia akut, akathsia, sindrom
parkinson (tremor, bradikardi, rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), gangguan metabolik
(jaundice), gangguan hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian
jangka lama.
Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia, yaitu gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu
tidur gejala ini menghilang. Biasanya gejala ini timbul pada pemakaian jangka
panjang dan pada usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-
psikotik (non dose related).
Bila terjadi gejala-gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan, bisa
dicoba pemberian obat Reserpine 2,5mg/h. Obat pengganti anti-psikosis yang paling
baik adalah Clozapine 50-100mg/h.
Penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal. Ini dilakukan
untuk mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-psikosis hampir
tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri.
3. Psikoterapi Kelompok
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional
yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh
ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan
kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis,
pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan
tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif,
terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang
kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik.
Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah
kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan
kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis,
emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai
transferensi.
Berbagai Bentuk Psikoterapi Kelompok:
a) Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok, dimana
pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar interaksi
dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota yang berbeda dan berinteraksi
dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat
berperan sebagai konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok di mana sebagian
interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.
b) Fokus dan sasaran
Kelompok dapat berbeda dalam fokus dan sasarannya, sesuai dari tujuan masing-
masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu
c) Keanggotaan kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik anggota.
Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan gejala utama dari
anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah dan sifat
demografiknya.
d) Struktur Kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai frekuensi
pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang terbuka atau tertutup
dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.
e) Orientasi Teoritis
Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori orientasi
eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi, orientasi
psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis, dan lain-lain.
Klasifikasi Psikoterapi Kelompok:
Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik terapi lain adalah
terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi kelompok Gestalt yang
diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan
mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-
centered group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada
ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.
Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan
sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus
menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan mungkin dapat bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi
mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding
lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat,
cemas, menentang, dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan
individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian ambang dan skizoid,
yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara
ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan
dalain lingkungan kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan
kecemasannya, terapi kelompok dapat membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan terapi yang
terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan
kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial biasanya tidak
bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti
standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat
berespon dengan lebih baik kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang
dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli
terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh
diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di
bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien
yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus
dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok
lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.
Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan sebanyaknya
15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10 anggota adalah ukuran
yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi kecuali
anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi
mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi.