DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

6
PENDAHULUANpelaku per cobaan bunuh di ri, mi sal nya keadaan Bunuh di ri mer upakan fenomena yang menar ikpsikologis yang sedang ti dak sei mbang at au i ngi n untuk dikaji, hal i ni di karenakan bunuh di rilari dari r asa sakit yang di rasakan, sedangkan f akt or mer upakan fenomena yang sampai saat ini belumdan motivasi ekst r i nsik yaitu penyebab ataupun bisa ditent ukan akar per masal ahannya secarador ongan dar i luar yang berkai t an dengan pelaku spesifik. Dari beberapa peneli tian ditemukanper cobaan bunuh di r i , mi salnya keadaan ekonomi bahwasannya bunuh di r i disebabkan ol eh kombinasi yang sul it, per masal ahan yang dihadapi at au f akt or dan mot ivasi pel aku yang sal i ng berkai tanbunuh di r i di kar enakan ber harap bahwa mer eka sat u sama lai n, bai k f akt or dan mot ivasi i nst r i nsi kakan dir indukan atau dikenang set el ah kemat i an at aupun ekstr insi k. Fakt or dan mot ivasi i nst r i nsi kmereka. ber ar t i penyebab ataupun dorongan dar i dal am di r i Jur nal Psikoi sl ami ka I Vol ume 11 Nomor 2 Tahun 201431 Luiuk Mukarr omah Fathul Lubabi n Nuqul Fakuttas Psi kol ogi Univer sitas Isl am Neger i ( UIN) Maulana Malik I br ahi m Mal ang Abst rak - Per cobaan bunuh diri merupakan fenomena yang ser i ng t erj adi di ber bagai belahan duni a. Per cobaan bunuh dir i berhubungan erat dengan aspek psikol ogi s dan pengambilan keputusan, ket ika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan maka seseor ang memiliki dua pilihan yai tu menyel esai kan per masalahan t er sebut dengan car a yang posit if at au dengan car a yang negat if yaitu, bunuh di r i. Subj ek dalam penel it i an ini adalah dua or ang perempuan usi a 22 t ahun, yang pernah melakukan usaha bunuh dir i, namun masih sel amat dan juga beber apa i nf or man yang t erkai t dengan subj ek. Teknik pengumpul an dat a yang di gunakan yai tu wawancara mendalam, observasi dan penggunaan alat ukur psikologi yai tu BDI ( Beck Depr essi on Invent ory), SCL90, Gr atis dan WARTEG. Hasil penelit i an menunjukkan bahwasannya per cobaan bunuh dir i dilakukan kar ena adanya r asa kehilangan dan sebagai sar ana untuk mengekspresi kan emosi -emosi negat i f yang dir asakan, hal ini di sebabkan ol eh depresi yang muncul t idak dapat di reduksi ol eh ego, i ni sej alan dengan t eori Freud mengenai bunuh di ri yai t u adanya pembalikan agresi pada dir i sendi r i aki bat adanya r asa kehil angan obj ek cint a. Sej alan dengan t eori Beck mengenai depresi, pada penel i t ian i ni j uga dit emukan adanya depresi sebel um dan pasca per cobaan bunuh di ri . Pada peneli ti an i ni juga di t emukan bahwasannya mer eka yang mel akukan per cobaan bunuh dir i cender ung t i dak berpi kir si st emat is, ini bert ent angan dengan t eor i perkembangan Pi aget yang menyatakan adanya kematangan logi ka ber piki r dan cenderung berpiki r sistemati s sebelum mengambil t i ndakan l ebi h j auh. Hal ini dipengaruhi oleh depr esi yang ti mbul sebel um per cobaan bunuh di r i berlangsung. Depresi juga didukung karena adanya t ekanan dar i li ngkungan sosi al dan subj ek t idak mampu menyesuai kan dir i nya, di dukung dengan adanya f akt or i nt er nal yait u pandangan negat if pada diri dan masa depan, maka t i mbul r asa fr ust r asi yang diwuj udkan dengan per cobaan bunuh di ri, hal i ni sesuai dengan bunuh di r i egoistik dan anomi . Kata Kunci : Per cobaan Bunuh Diri, Pengambi l an Keputusan PSIKOISLAMIKA. Jur nal Psi kologi I sl am (JPI ) copyr i ght © 2014 Labor atori um Peneli t i an, Kajian Psikologi Islam dan Penerbi t an. Volume 11. Nomor 2, Tahun 2014 DI NAMIKA PSI KOLOGI S PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DI RI

Transcript of DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

Page 1: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

PENDAHULUANpelaku percobaan bunuh diri, misalnya keadaanBunuh diri merupakan fenomena yang menarikpsikologis yang sedang tidak seimbang atau ingin

untuk dikaji, hal ini dikarenakan bunuh dirilari dari rasa sakit yang dirasakan, sedangkan faktormerupakan fenomena yang sampai saat ini belumdan motivasi ekstrinsik yaitu penyebab ataupunbisa ditentukan akar permasalahannya secaradorongan dari luar yang berkaitan dengan pelakuspesifik. Dari beberapa penelitian ditemukanpercobaan bunuh diri, misalnya keadaan ekonomi

bahwasannya bunuh diri disebabkan oleh kombinasiyang sulit, permasalahan yang dihadapi ataufaktor dan motivasi pelaku yang saling berkaitanbunuh diri dikarenakan berharap bahwa merekasatu sama lain, baik faktor dan motivasi instrinsikakan dirindukan atau dikenang setelah kematianataupun ekstrinsik. Faktor dan motivasi instrinsikmereka.berarti penyebab ataupun dorongan dari dalam diri

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201431

Luiuk MukarromahFathul Lubabin Nuqul

Fakuttas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstrak - Percobaan bunuh diri merupakan fenomena yang sering terjadi di berbagai belahandunia. Percobaan bunuh diri berhubungan erat dengan aspek psikologis dan pengambilankeputusan, ketika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan maka seseorang memilikidua pilihan yaitu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara yang positif atau dengancara yang negatif yaitu, bunuh diri. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang perempuanusia 22 tahun, yang pernah melakukan usaha bunuh diri, namun masih selamat dan jugabeberapa informan yang terkait dengan subjek. Teknik pengumpulan data yang digunakanyaitu wawancara mendalam, observasi dan penggunaan alat ukur psikologi yaitu BDI (BeckDepression Inventory), SCL90, Gratis dan WARTEG. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannyapercobaan bunuh diri dilakukan karena adanya rasa kehilangan dan sebagai sarana untukmengekspresikan emosi-emosi negatif yang dirasakan, hal ini disebabkan oleh depresi yangmuncul tidak dapat direduksi oleh ego, ini sejalan dengan teori Freud mengenai bunuh diri yaituadanya pembalikan agresi pada diri sendiri akibat adanya rasa kehilangan objek cinta. Sejalandengan teori Beck mengenai depresi, pada penelitian ini juga ditemukan adanya depresi sebelumdan pasca percobaan bunuh diri. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwasannya merekayang melakukan percobaan bunuh diri cenderung tidak berpikir sistematis, ini bertentangandengan teori perkembangan Piaget yang menyatakan adanya kematangan logika berpikir dancenderung berpikir sistematis sebelum mengambil tindakan lebih jauh. Hal ini dipengaruhioleh depresi yang timbul sebelum percobaan bunuh diri berlangsung. Depresi juga didukungkarena adanya tekanan dari lingkungan sosial dan subjek tidak mampu menyesuaikan dirinya,didukung dengan adanya faktor internal yaitu pandangan negatif pada diri dan masa depan,maka timbul rasa frustrasi yang diwujudkan dengan percobaan bunuh diri, hal ini sesuai denganbunuh diri egoistik dan anomi.

Kata Kunci: Percobaan Bunuh Diri, Pengambilan Keputusan

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2014 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 11. Nomor 2, Tahun 2014

DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKUPERCOBAAN BUNUH DIRI

Page 2: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

Jurnal Psikoislamika | Volume 11 Nomor 2 Tahun 201432

karena dia kehilangan cinta dari orang tua, dariteman bahkan dari negaranya (Alwisol, 2009).

Berbeda dengan Freud yang menganggapdepresi berasal dari kehidupan masa lalunya. Beck

(1985) menganggap bahwa depresi disebabkan olehcara berpikir yang salah terhadap dirinya, sehinggaia cenderung menyalahkan dirinya sendiri (Lubis,2009) ini disebabkan adanya distorsi kognitif yangdialami terhadap diri, dunia dan masa depannya,hal inilah yang kemudian menimbulkan modelkognitif depresi seperti yang dikemukakan olehBeck. Model ini terdiri dari tiga konsep khususyaitu cognitive triad, proses informasi yang salahdan skema-skema (Lubis, 2009).

Dalam pandangan kognitif, selain adanyakesalahan cara berfikir juga menarik untuk mentelaahcara pengambilan keputusan tindakan percobaanbunuh diri. Pembuatan keputusan atau decisionmaking ialah proses memilih atau menentukanberbagai kemungkinan di antara situasi-situasiyang tidak pasti (Suharnan, 2005). Pembuatankeputusan terjadi di dalam situasi-situasi yangmeminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua pilihanatau lebih, atau membuat estimasi (perkiraan)mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas. Namun tidak semua keputusandiambil dengan menggunakan pertimbangan yangsistematis seperti pada teori keputusan klasik diatas, melainkan dengan menggunakan pendekatanHeuristik. Heuristik menurut Suharnan (2005) adalahcara menentukan sesuatu melalui hokum kedekatan,kemiripan, kecenderungan atau keadaan yangdiperkirakan paling mendekati kenyataan.

METODEPenelitian menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitianini terdiri dari dua orang perempuan berusia 22tahun dengan kriteria pernah melakukan percobaanbunuh. Guna melengkapi data peneliti melibatkantiga orang informan, satu orang informan untuk subjekpertama yaitu teman dekat subjek, dan dua oranginforman untuk subjek kedua yaitu teman dekatsubjek dan teman dekat orang tua subjek. Subjekpenelitian dipilih berdasarkan teknik purposivesampling, metode ini dipilih karena pada awalpenelitian subjek sudah menentukan orang yangakan dijadikan sebagai subjek penelitian karenadianggap sebagai orang yang bisa memberikaninformasi yang sesuai dengan tema penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

Perlu adanya penelitian mendalam mengenaibunuh diri, untuk menemukan kecenderungan-

kecenderungan seseorang melakukan percobaanbunuh diri. Penelitian-penelitian terdahulu umumnyahanya membahas mengenai keterkaitan satu faktoratau beberapa faktor dengan perilaku bunuh diri,belum ada penelitian yang membahas mengenaigambaran psikologi sampai seseorang akhirnyamemutuskan melakukan bunuh diri. Untuk itupeneliti perlu melakukan penelitian dengan judul,"Dinamika Psikologis Pada Pelaku Percobaan BunuhDiri (TentamentSuicide)." Diharapkan dari penelitianini akan ditemukan gambaran psikologis meliputifaktor-faktor, motivasi dan pengambilan keputusandari pelaku percobaan bunuh diri, yang nantinyaakan bermanfaat sebagai upaya penanggulanganbunuh diri dan sebagai tambahan referensi mengenaipercobaan bunuh diri.

KERANGKA KERJA TEORITIKAda beberapa teori yang menjelaskan dinamika

bunuh diri antara lain psikoanalisis dan paradigmakognitif. Dalam psikoanalisa, Freud berpendapatbahwasannya tujuan dari kehidupan adalah kematiandari sinilah kemudian muncul dorongan agresifyang tujuannya untuk mempertahankan egoatau ke-akuan dengan cara menyalurkan instingkematian yang sifatnya merusak ke objek luardan mengubahnya menjadi tindakan yang bisaditerima oleh lingkungan, hal ini dimaksudkanuntuk menyalurkan energi dari insting kematian,namun kegagalan ego untuk menyalurkan instingkematian keluar dirinya menyebabkan agresi berbalikkedalam dirinya sendiri dan apabila cukup kuatorang tersebut akan bunuh diri.

Hal ini menurut Freud merupakan fase depresi,dalam tulisannya Mourning and Melancholia (Freud,1917/1950. dalam Davidson, 2006) dikatakan bahwapotensi depresi diciptakan pada awal kanak-kanak.dalam periode oral, kebutuhan seorang anak dapatkurang dipenuhi atau dipenuhi secara berlebihansehingga menyebabkan seseorang terfiksasi padatahap ini, dan tergantung pada pemenuhankebutuhan instingtual yang menjadi ciri tahap ini.Dengan terbawanya kondisi tersebut dalam tahappematangan psikoseksual, fiksasi pada tahap oraltersebut, orang yang bersangkutan dapat memilikikecenderungan untuk sangat tergantung padaorang lain untuk mempertahankan harga dirinya.Sedangkan akar permasalahan dari depresi sendiriyaitu karena kehilangan cinta pada oedipus complexyang membuat orang marah kepada diri sendiri

Page 3: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

33Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 2014

hasil penelitian dapat diketahui bahwasannya,pelaku percobaan bunuh diri memiliki beberapakesamaan yaitu, mereka sama-sama datang darikeluarga yang tidak harmonis, meskipun hal ini tidakberpengaruhi secara langsung pada kedua-duannya,namun ini menjadikan subjek cukup emosional ketikadihadapkan pada suatu permasalahan. MenurutLubis (2009) anak yang ditolak oleh orang tuanyaakan menjadi malu dan bingung, karena selaludiombang-ambingkan perasaan cinta kasih dankekecewaan atau kebencian terhadap orang tuanya,sehingga anak-anak akan mengalami kekalutanbatin. Timbullah rasa tidak aman secara emosional(emotional insecurity) dan akan mengakibatkankonflik batin yang serius, trauma yang ditimbulkandari penolakan orang tua akan berpengaruh terhadappengendalian emosi anak kelak ketika dewasa,sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan atautekanan hidup anak cenderung cepat f rustasi bahkansebagai puncaknya akan muncul kecenderunganuntuk bunuh diri.

Selain itu perlakuan kasar yang diterima subjekmembuatnya mencari figur pelindung yang tidakditemukan dalam keluarganya. figur ini ditemukansubjek pada tunangannya yang merupakan orangyang dicintainya, sehingga ketika subjek putusdengan tunangannya ia merasa sedih dan kehilanganfigur pelindung sekaligus orang yang dicintainyatersebut. Freud (dalam Husain, 2005) mengatakanbahwa kehilangan cinta, dapat menimbulkan duahal yaitu, apabila perasaan yang ditarik oleh egoadalah perasaan cinta dan penghormatan makacinta tersebut akan kembali pada ego, sehingga diamencintai dirinya sendiri hal ini merupakan porosdari narsisme, namun kehilangan cinta seringkalimenimbulkan perasaan benci dan permusuhan yanggagal mengaktualisasikan dirinya, perasaan inginmenghukum objek cinta yang telah hilang kemudiandibalikkan pada ego sendiri ini merupakan porossadisme, dan juga poros dari masokhisme. Inidikarenakan menyiksa diri sendiri adalah refleksidari objek cinta yang kejam.

Hal ini oleh Freud dijelaskan sebagai fase depresidalam Mourning and Melancholia. (Freud,1917/1950.dalam Davidson, 2006) untuk menghilangkanfrustrasi atau tegangan akibat kehilangan objekcinta, ego menggunakan mekanisme pertahanan

berupa reaksi agresi (aggressive reaction) yaitu,menggunakan dorongan agresi untuk menyerang

objek yang menimbulkan frustrasi, (Alwisol, 2009)namun kegagalan ego karena tidak dapat menemukanobjek cinta yang telah hilang dan tidak menemukan

wawancara, observasi, dan alat ukur piskologi. Alatukuryang digunakan dalam penelitian ini yaitu SCL90, yang berfungsi untuk melihat kecenderunganklinis, BDI (Beck Depression Inventory), untukmelihat ada tidaknya gangguan depresi, kemudiantes Gratis dan tes WARTEG yang berguna untukmelihat kepribadian subjek. Teknik analisis yangdigunakan yaitu teknik analisis domain, menurutBungin (2003) analisis domain digunakan untukmenganalisis gambaran objek penelitian secaraumum atau ditingkat permukaan, namun relatifutuh tentang objek penelitian tersebut. Sedangkanteknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakanpada penelitian ini adalah teknik triangulasi,menurut Patton (dalam Moleong, 2007) tekniktriangulasi yaitu membandingkan dan mengecekbalik derajat kepercayaan suatu informasi yangdiperoleh melalui waktu dan alat yang berbedadalam penelitian kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil wawancara dan asesmen

psikologis menunjukkan bahwa pelaku percobaanbunuh diri melakukan tindakannya disebabkanadanya rasa kehilangan, selain itu juga dilakukansebagai sarana untuk mengungkapkan emosi-emosi

negatif pada orang lain yang dirasakannya.Hal initerjadi karena ego yang lemah, sehingga pelakucenderung tidak bisa membentengi diri dan gagalmembelokkan agresi pada objek di luar dirinya.Ego ini dibentuk oleh keluarga dan lingkungansosialnya.

Percobaan bunuh diri dianggap oleh pelakusebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi,percobaan bunuh diri juga dianggap sebagaisuatu cara untuk mengubah realitas yang terjadi,seperti kehilangan cinta dan kondisi keluarga yangmenimbulkan emosi-emosi negatif.

Selain itu juga ditemukan bahwa pengambilankeputusan dalam bunuh diri cenderung menggunakanpendekatan heuristik, yang bersifat tidak sistematisdan cepat. Keputusan ini juga dipengaruhi olehdepresi yang dialami. Depresi pada pelaku ditandaioleh tiga hal yang kemudian membentuk skemakongnitif yang bersifat negatif. Tiga hal tersebutmeliputi pandangan negatif pada diri dan masadepan, adanya pengulangan ide bunuh diri dan

pikiran ambivalen, dan distorsi kognitif yangmembuat seseorang tidak bisa berpikir mengenaisolusi lain yang lebih baik.

Percobaan bunuh diri merupakan fenomenayang sering terjadi di seluruh belahan dunia. Dari

Page 4: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201434

bunuh diri terjadi apabila pribadi yang melakukantindakan bunuh diri tersebut lewat perbuatannyaberusaha untuk mempengaruhi terjadinya sikap padaorang lain atau mengharapkan adanya perubahantingkah laku pada orang lain. Perbuatan bunuh dirijuga digunakan sebagai ekspresi dari kemarahan,penolakan dan pemaksaan kesediaan untuk mengubahprilaku pada orang lain.

Selain itu juga ditemukan motif lain yaitu,percobaan bunuh diri dilakukan sebagai solusidari permasalahan yang dihadapi, hal ini sesuaidengan pendapat Shneidman (dalam Davidson dkk,2006) yang menganggap bunuh diri sebagai upayasadar untuk mencari solusi suatu masalah yangmenyebabkan penderitaan mendalam.

Dari faktor dan motif tersebut kemudian munculide untuk mati atau bunuh diri, yaitu kurang dariseminggu sampai satu bulan. Sebelum percobaanbunuh diri pikiran subjek dipenuhi dengan ideini dan motif atau harapan yang ingin dicapaidari percobaan bunuh diri, selain itu subjek jugaberpikir mengenai pengalaman-pengalaman negatifseperti pelecehan seksual yang dialami dan kedaanyang sudah tidak perawan, hal ini menimbulkanketakutan akan masa depan subjek. Ini sesuaidengan teori Beck mengenai dichotomous thinking,Hal ini dimanifestasikan dalam kecenderunganuntuk menempatkan semua pengalaman kedalamsatu atau dua kategori yang berlawanan (Lubis2009). Namun subjek masih memiliki pertimbanganseperti tidak ingin merasa sakit ketika melakukanpercobaan bunuh diri sehingga memilih alat dandengan cara yang tidak mendatangkan kematiansecara langsung, hal ini dipengaruhi oleh motifpercobaaan bunuh diri yang bertujuan untukmemaksa orang lain untuk kembali padanya dansebagai sarana penyaluran emosi negatif.

Percobaan bunuh diri dilakukan dengan caramenyayat-nyayat tangan dengan sayatan yang tidakdalam dan dengan menggunakan obat. Pada saatpercobaan bunuh diri, subjek sadar akan resikodari tindakannya namun ia tidak bisa berpikirsolusi lain yang lebih baik selain bunuh diri. Halini dikarenakan adanya pengerutan kongnitif ataudistorsi kognitif yang mengakibatkan adanya deficitproblem solving. Pengambilan keputusan diwarnaipikiran-pikiran yang cenderung mengandung tema

depresif dan memperlihatkan tema kemunduran(personal deficiency).

Dilihat dari usia subjek yang berada padatahap dewasa awal, menurut Piaget (dalamBoeree, 2009) pada umumnya orang pada tahap

objek penganti, menyebabkan agresi dibalikkan kedirinya sendiri. Ini dikarenakan adanya ego yanglemah, pembentukan ego sendiri dipengaruhi olehlingkungan keluarga dan (ingkungan sosialnya.

Sedangkan temuan lain dalam penetitian inimenemukan adanya permasalahan dengan keluargamulai dari konflik dengan ibunya, ayah subjek yangmeninggal dan konflik dengan kakaknya menjadipemicu distres subjek selama bertahun-tahun sehinggatimbul emosi-emosi negatif seperti stres, marah danmalu. Dari sini subjek berusaha mengungkapkanemosi negatif tersebut dengan melakukan percobaanbunuh diri. Menurut Kartono (2000) salah satukarakteristik orang yang cenderung melakukanpercobaan bunuh diri, yaitu selalu dihantui ataudikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi,marah, dendam, dosa atau bersalah.

Tentu hal ini bukan satu-satunya faktor yangmenyebabkan subjek melakukan percobaan bunuh diri,mereka juga memandang negatif pada diri dan masadepannya, subjek memandang negatif pada dirinyakarena pelecehan seksual yang pernah dialaminyadan keadaan diri yang sudah tidak perawan lagi,ini membuat subjek takut akan masa depannya dantakut tidak akan ada yang mau menerimanya lagi.Hal ini sesuai dengan teori depresi yaitu kongnitiftriad yang diusulkan oleh Aaron Beck (dalam Lubis,2009) yaitu adanya pengaktifan tiga serangkaipola kognitif yang membuat individu memandangdirinya, pengalamannya dan masa depannya secaraidiosinkritik. Hasil penelitian juga menyebutkanadanya simtom psikologis yaitu depresi dan simtomfisik yaitu keadaan subjek yang sedang sakit.

Dari hasil penelitian juga ditemukan adanyakepribadian yang cenderung dependen pada orang

lain, sehingga ketika dihadapkan pada permasalahansubjek cenderung kurang bisa mengatasi masalahtersebut. selain itu subjek juga cenderung melankolis.Menurut Nietzel a Harris (1990) (dalam Davidsondkk, 2006) beberapa orang yang depresi memilikiketergantungan yang tinggi dan cenderung menjadidepresi setelah ditolak.

Faktor-faktor di atas tidak berdiri secarasendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain,dari faktor-faktor tersebut memunculkan adanyamotif percobaan bunuh diri. Hasil penelitianmenunjukkan adanya motivasi interpersonal,

yaitu sebagai bentuk usaha untuk mengembalikanobjek cinta yang telah hilang, disisi lain percobaanbunuh diri dilakukan sebagai sarana penyaluranemosi-emosi negatif yang dirasakannya. Menurut

Kartono (2000) motivasi interpersonal dalam kasus

Page 5: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

35Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 2014

pada pelaku percobaan bunuh diri yang cenderungmengambil keputusan yang tidak bijaksana. Pendekatanheuristik menurut Suharnan (2005) adalah caramenentukan sesuatu melalui hukum kedekatan,kemiripan, kecenderungan atau keadaan yang diperkirakan paling mendekati kenyataan. Pada kasuspercobaan bunuh diri ditemukan bahwasannya tidakadanya perencanaan ketika seseorang memutuskanuntuk melakukan percobaan bunuh diri melainkanhanya diputuskan sesaat sebelum percobaan bunuhdiri berlangsung, hal ini sebagai respon atas keadaanyang menimbulkan frustrasi, pada keadaan iniseseorang cenderung berusaha mereduksi tegangandengan membayangkan alternatif-alternatif yangnormal diluar f akta. Pada subjek penelitian ditemukanbahwasannya ia membayangkan kekasihnya akankembali kalau dia melakukan percobaan bunuhdiri, atau prilaku orang disekitarnya akan berubahketika ia melakukan percobaan bunuh diri.

Dalam pendekatan heuristis hal ini dikenaldengan heuristis simulasi dengan penalarankontrafaktual (Taylor dkk, 2009). Saat seseorangmemunculkan pikiran berandai-andai ini, orangbiasanya hanya fokus pada kejadian atau tindakantertentu, dalam hal ini subjek hanya fokus padakejadian kehilangan dan rasa marah sedangkantindakan yang dibayangkan yaitu percobaan bunuhdiri. Ketika dihadapkan pada persoalan yang seriusseperti menyangkut hidup dan mati, umumnya orangakan berpikir secara sistematik dengan berbagaipertimbangan, namun pada pelaku percobaan bunuhdiri cenderung sebaliknya. Ini bisa dipengaruhioleh mental set yang terbentuk berdasarkanpengalaman dan cenderung tidak disadari, menurutAarts & Dijksterhuis (2003) pada dasarnya, karenabertahun-tahun kita merespon emosional, kognitifdan perilaku terhadap berbagai situasi menjadiotomatis (Taylor dkk, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwasannyamereka hanya berpikir mengenai pikiran-pikiranyang cenderung mengandung tema depresif danmemperlihatkan tema kemunduran (personaldeficiency). Pertama yaitu mereka cenderungmemandang diri dan masa depannya secara negatifhal ini disebut oleh Beck dengan pengaktifan kongnitiftriad, Kedua mereka cenderung mengulang-ulang ideyang sama yaitu bunuh diri, dan ditambah adanya

proses informasi yang salah dan cenderung untukmenempatkan semua pengalaman kedalam satuatau dua kategori yang berlawanan atau berpikirambivalen, yaitu selain berpikir mengenai harapandan tujuan bunuh diri ia juga berpikir mengenai

dewasa awal sudah mencapai tahap operasionalformal, dimana pada tahap ini seseorang sudahmencapai kematangan dalam prinsip-prinsip logikadan dapat menggunakannya untuk menyelesaikanpermasalahan yang bersifat abstrak, pada tahap inijuga orang mampu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan ketika menghadapi permasalahansebelum mengambil tindakan yang lebih jauh.Namun dari hasil penelitian ditemukan bahwasanyapelaku percobaan bunuh diri, cenderung fokuspada permasalahanya dan tidak berpikir mengenaisolusi atau pertimbangan lain, sebelum melakukanpercobaan bunuh diri. Hal ini bisa dikarenakanadanya depresi yang mengakibatkan penurunanfungsi kognitif.

Pasca percobaan bunuh diri subjek mengalamistres dan depresi, yang membuat subjek cenderungmenutup diri. Dukungan dari lingkungan sosial sangatberperan dalam membantu seseorang keluar daristres dan depresi yang dirasakannya, sehingga kurangadanya dukungan dari lingkungan menyebabkansubjek melakukan percobaan bunuh diri berulangkali. Jika dikaitkan dengan teori bunuh diri menurutEmile Durkheim (dalam Upe, 2010) percobaanbunuh diri dilakukan karena kurangnya disiplinatau integrasi sosial, dilihat dari hasil penelitianpercobaan bunuh diri yang dilakukan tergolongbunuh diri egoistik dan anomi. Percobaan bunuhdiri dilakukan karena kurangnya integrasi sosialdalam hal ini yaitu keluarga sehingga subjek tidakmerasa terikat dan menganggap kepentingannyalebih besar dari kepentingan sosialnya. Ketikasubjek merasa apa yang diharapkannya tidak sesuaidengan harapannya ia mudah menjadi bimbangdan bahkan tidak memiliki tujuan hidup lagi, halinilah kemudian yang membuat subjek memutuskanmelakukan percobaan bunuh diri. Disisi lain adanyakonflik dengan lingkungan sosial, menunjukkanadanya ketidakmampuan dalam menjalankanrole expectation, yaitu peran yang diharapkanmasyarakat, sehingga subjek merasa frustrasi danmemutuskan untuk melakukan percobaan bunuhdiri (Siahaan, 1986).

Dilihat dari karakteristik pengambilan keputusansecara khusus, umumnya ketika dihadapkan denganpermasalahan subjek cenderung tidak menggunakanpemikiran yang matang dan sistematik melainkan

menggunakan pemikiran nonsistematik yang dikenaldengan pendekatan Heuristik. Hal ini sesuai denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Jolliant dkk.(2005) (dalam Halgin & Whitbourne, 2011) adanyapenurunan kemampuan dalam mengambil keputusan

Page 6: DINAMIKA PSIKOLOGIS PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

Jurnal Psikoislamika | Volume 11 Nomor 2 Tahun 201436

Kartono. K. 2000. Hygiene Mental. Bandung: MandarMaju.

Lubis, N L. 2009. Depresi: Tinjauan Psikologis.Jakarta: Kencana.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Siahaan, H.M. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah danTeori Sosiologi. Jakarat: Penerbit Erlangga.

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya:Srikandi.

Taylor, S E., Peplau, LA,. & Sears, D 0. 2009.

Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Upe, A. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi: DariFilosofi Positivistic Ke Post Positivistik. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Husain. S. 2005. Mengapa Hams Bunuh Diri.Jakarta : Qisthi Press.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMMPress.

Boeree. C. G. 2009. Personality Theories. Sleman,

Jogjakarta: Prismasophie.Bungin. B. 2003. Anatisis Data Penelitian Kualitatif:

Pemahaman Filosops Dan Metodoloyis ArahPen^uasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Davidson. G. C. & Neale, J M. 2006. PsikotosiAbnormal, Edisi ke- 9. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

Halgin. R. P. & Whitbourne. S K. 2011. PsikologiAbnormal. Jakarta: Salemba Humanika.

ego yang lemah, gagal membelokkan agresipada objek diluar dirinya. Ego ini dibentuk olehkeluarga dan lingkungan sosialnya, percobaanbunuh diri merupakan jalan keluar dari masalahyang dihadapi, percobaan bunuh diri juga dianggapsebagai suatu cara untuk mengubah realitas yangterjadi, Pengambilan keputusan dalam bunuh diricenderung menggunakan pendekatan heuristis,yang bersifat tidak sistematis dan cepat, halini juga dipengaruhi oleh depresi yang dialami,depresi disini ditandai oleh tiga hal yang kemudianmembentuk skema kongnitif yang bersifat negatif.Tiga hal ini meliputi pandangan negatif pada diridan masa depan, adanya pengulangan ide bunuh diridan pikiran ambivalen, dan distorsi kognitif yangmembuat seseorang tidak bisa berpikir mengenaisolusi lain yang lebih baik.

pengalaman-pengalaman negatif yang pernah iaalami, jadi terdapat keinginan untuk mati atau hidupyang tidak jelas, hal ini sesuai dengan karakteristikyang diungkapkan oleh Kartono (2000). Ketiga,subjek juga mengalami penurunan fungsi Kongnitifatau distorsi kongnitif yang membuatnya tidak bisamelihat altematif tain selain bunuh diri sebagai solusidari permasalahan yang dihadapi. Hal ini kemudianmembentuk suatu skema negatif berdasarkan tema-tema idiosinkratik di atas, hal inilah yang kemudianmembuat seseorang mengambil keputusan untukmelakukan percobaan bunuh diri.

KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa percobaan bunuh diri ditakukankarena adanya emosi negatif karena emosi-emosinegatif yang dirasakannya. Hal ini terjadi karena