partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

157
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor andalan Kabupaten Manggarai Barat untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kabupaten Manggarai Barat menyimpan potensi pariwisata yang tinggi apabila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di provinsi Nusa Tenggara Timur. Atraksi-atraksi wisata alam dan budaya menyebar di seluruh Kabupaten Manggarai Barat (Iriyono, dkk., 2013). Salah satu potensi wisata alam andalan Kabupaten Manggarai Barat adalah Taman Nasional Komodo (TNK) yang merupakan habitat asli binatang komodo (Varanus komodoensis). Naga komodo merupakan kadal terbesar di dunia (Barnard, 2011). Wisatawan mulai mengunjungi pulau-pulau (TNK) sejak ditemukannya naga komodo yang merupakan atraksi utama dari wilayah ini (Hitchcock, 1993 dalam Walpole dan Goodwin, 2001). Naga komodo khususnya menarik jumlah kunjungan yang besar terutama wisatawan dari negara-negara barat ke sebuah wilayah terpencil di Indonesia (Walpole dan Leader-Williams, 2002). Naga komodo merupakan aset terpenting dari TNK dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia (Iriyono, dkk., 2013). Selain daya tarik utama naga komodo, Taman Nasional Komodo (TNK) juga menyimpan berbagai potensi wisata seperti keanekaragaman hayati, antara lain: monyet ekor panjang, burung-burung, kuda liar, burung walet, ikan pari,

Transcript of partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

Page 1: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor andalan Kabupaten Manggarai Barat untuk

memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kabupaten Manggarai Barat

menyimpan potensi pariwisata yang tinggi apabila dibandingkan dengan

kabupaten-kabupaten lainnya di provinsi Nusa Tenggara Timur. Atraksi-atraksi

wisata alam dan budaya menyebar di seluruh Kabupaten Manggarai Barat

(Iriyono, dkk., 2013).

Salah satu potensi wisata alam andalan Kabupaten Manggarai Barat adalah

Taman Nasional Komodo (TNK) yang merupakan habitat asli binatang komodo

(Varanus komodoensis). Naga komodo merupakan kadal terbesar di dunia

(Barnard, 2011). Wisatawan mulai mengunjungi pulau-pulau (TNK) sejak

ditemukannya naga komodo yang merupakan atraksi utama dari wilayah ini

(Hitchcock, 1993 dalam Walpole dan Goodwin, 2001). Naga komodo khususnya

menarik jumlah kunjungan yang besar terutama wisatawan dari negara-negara

barat ke sebuah wilayah terpencil di Indonesia (Walpole dan Leader-Williams,

2002). Naga komodo merupakan aset terpenting dari TNK dan menjadi

kebanggaan masyarakat Indonesia (Iriyono, dkk., 2013).

Selain daya tarik utama naga komodo, Taman Nasional Komodo (TNK)

juga menyimpan berbagai potensi wisata seperti keanekaragaman hayati, antara

lain: monyet ekor panjang, burung-burung, kuda liar, burung walet, ikan pari,

Page 2: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

2

lumba-lumba, ikan paus dan sebagainya. TNK juga memiliki potensi wisata

bahari seperti pantai merah (pink beach), terumbu karang, berbagai jenis ikan, dan

sebagainya. Banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik

mengunjungi TNK untuk melakukan aktifitas memancing, kano atau bersampan,

diving dan snorkeling. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa

dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, berkemah, dan sebagainya (Renstra

BTNK 2010-2014).

Potensi wisata yang dimiliki Taman Nasional Komodo (TNK) menarik

wisatawan untuk berkunjung. Jumlah wisatawan yang mengunjungi TNK

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Data Statistik Balai Taman Nasional

Komodo Tahun 2013 (2014), menunjukkan bahwa jumlah pengunjung ke TNK

mengalami perkembangan tiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah pengunjung

TNK sebesar 21.726 orang dan terus mengalami perkembangan hingga tahun

2013, terdapat 63.801 orang yang berkunjung. 85% wisatawan yang mengunjungi

TNK adalah wisatawan mancanegara (Iriyono, dkk. 2013), selebihnya adalah

wisatawan dari dalam negeri. Perkembangan jumlah pengunjung ke TNK

merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pengelolaan ekowisata TNK ke

depannya, mengingat TNK bukan saja sebagai destinasi ekowisata andalan

Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan sumber PAD, tetapi juga sebagai

wilayah konservasi untuk melindungi habitat asli hewan komodo maupun seluruh

ekosistemnya.

Naga komodo atau Ora dalam bahasa lokalnya merupakan jenis biawak

pra-sejarah terbesar di dunia. Hewan ini merupakan hewan langka yang

Page 3: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

3

dilindungi. Keberadaan hewan komodo bisa dijumpai di kebun binatang di

berbagai belahan bumi. Namun, habitat asli komodo adalah di Taman Nasional

Komodo. Masyarakat setempat memiliki sebuah legenda mengenai hewan langka

komodo. Menurut legenda tersebut, hewan komodo dilahirkan dari seorang wanita

dan mempunyai saudara kembar manusia. Berikut ini merupakan legenda dari

hewan komodo:

“Pada zaman dahulu, hiduplah seorang Putri. Orang memanggilnya Putri

Naga Komodo. Putri menikah dengan seorang Pria yang bernama Majo.

Dari pernikahan ini, Putri melahirkan sepasang bayi kembar: Satu laki

yang diberi nama si Gerong dan satu perempuan berwujud komodo diberi

nama Ora. Si Gerong dipelihara oleh orang tuanya di kampung, tetapi si

Ora dibesarkan di hutan karena orang tuanya tidak sanggup menanggung

malu akibat wujud Ora yang berupa komodo. Kedua saudara kembar ini

tidak mengenal satu sama lainnya. Tahun berlalu, setelah beranjak

dewasa, si Gerong pergi ke hutan hendak berburu rusa. Dia berhasil

membunuh seekor rusa, namun ketika Gerong hendak mengambil rusa

buruannya, tiba-tiba dari balik semak muncul seekor biawak raksasa dan

merebut rusa tersebut. Perkelahian antara Gerong dan biawak pun tidak

dapat terhindakan. Dalam perkelahian itu, muncul baying-bayang Putri

Naga Komodo melerai mereka. Kepada si Gerong yang hendak

membunuh biawak, Putri Naga Komodo mengatakan:” Jangan bunuh

binatang ini, Dia adalah adik perempuanmu”. Sejak saat itu penduduk

setempat memperlakukan komodo dengan hormat. Komodo dibiarkan

hidup liar, memburu mangsanya seperti rusa dan babi hutan. Sementara

bagi komodo tua yang tidak bisa mencari mangsa sendiri, penduduk

setempat memberikannya makanan”.

Taman Nasional Komodo (TNK) resmi dibentuk melalui Pengumuman

Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang Pembentukan Taman Nasional.

TNK terdiri atas tiga pulau besar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau

Padar serta beberapa pulau kecil. Tujuan pembentukan TNK di antaranya adalah

untuk melindungi keanekaragaman hayati terutama satwa komodo dan tempat

pemijahan ikan komersial untuk persediaan perairan penangkapan ikan di

sekelilingnya serta pemanfaatkan sumberdaya kawasan secara lestari, untuk

Page 4: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

4

wisata, pendidikan, dan penelitian (Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman

Nasional Komodo, 2000).

Pengelolaan kepariwisataan Taman Nasional Komodo (TNK) saat ini

adalah melalui pendekatan ekowisata. Iriyono dkk. (2013) menjelaskan bahwa

aktifitas pariwisata TNK merupakan sebuah aktifitas ekowisata yang berhubungan

dengan naga komodo dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Potensi pariwisata

dalam TNK faktanya sangat kompetitif dalam pemasaran global karena berhasil

mendatangkan lebih dari 50.000 orang per tahun dan 85% dari mereka adalah

wisatawan asing.

Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung

jawab ke area-area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan

serta melestarikan kehidupan dan menyejahterakan penduduk setempat (The

Ecotourism Society, 1990). Ekowisata menekankan pentingnya konservasi

lingkungan serta kesejahteraan masyarakat penyelenggara ekowisata. Ekowisata

merupakan aktivitas yang ramah lingkungan dan sanggup mendukung konservasi

keanekaragaman hayati. Ekowisata merupakan sebuah bentuk pariwisata yang

menekankan partisipasi masyarakat dalam pengembangannya (Baksh, dkk., 2012)

Pengembangan ekowisata Taman Nasional Komodo (TNK) saat ini tidak

lepas dari berbagai kendala. Permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan

jasa lingkungan dan wisata alam TNK seperti yang terangkum dalam Rencana

Strategis Balai Taman Nasional Komodo 2010-2014, di antaranya adalah: 1).

Pemanfaatan kayu di kawasan oleh masyarakat untuk kayu bakar dan bahan baku

cenderamata, 2). Belum maksimalnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Page 5: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

5

dari sektor ekowisata, dan 3). Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNK

rata-rata merupakan masyarakat miskin yang menggantungkan hidupnya dari

kekayaan sumberdaya alam hayati TNK.

Desa Komodo merupakan salah satu desa dalam kawasan Taman Nasional

Komodo (TNK). Desa ini terletak di Pulau Komodo dan menjadi bagian dalam

pengelolaan TNK. Sesuai dengan pengelolaan TNK yang menggunakan sistem

zonasi, Desa Komodo terletak dalam zona khusus pemukiman, segala aktivitas

dalam zona khusus pemukiman harus sesuai dengan peruntukkan pembentukan

zona ini.

Desa Komodo sebagai desa yang berada di Pulau Komodo merupakan

desa yang secara langsung merasakan dampak dari kegiatan ekowisata di Pulau

Komodo. Mayoritas masyarakat Desa Komodo yang secara turun-temurun

merupakan nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya dari hasil

tangkapan laut, namun sejalan dengan semakin berkembangnya ekowisata di

Pulau Komodo, masyarakat Desa Komodo kini mulai beralih profesi ke sektor

ekowisata.

Ekowisata selalu menekankan partisipasi lokal, kepemilikan maupun

peluang usaha khususnya bagi masyarakat rural (Epler Wood, 2002). Adapun

masyarakat Desa Komodo saat ini telah berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo. Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo tidak lepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhi masyarakat Desa Komodo itu sendiri. Berbagai bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

Page 6: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

6

memberikan berbagai manfaat terhadap masyarakat Desa Komodo maupun

terhadap lingkungan di Pulau Komodo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan dalam latar

belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini diuaraikan

sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo?

3. Apa dampak positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji partisipasi masyarakat

Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, Taman

Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

Page 7: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

7

2. Mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo.

3. Mengetahui dampak positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat

secara akademis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini, yaitu bahwa hasil dari penelitian ini

diharapkan mampu memberikan informasi maupun tambahan ilmu pengetahuan

bagi penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam

kepariwisataan Taman Nasional Komodo umumnya maupun di Pulau Komodo

khususnya.

Page 8: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Terdapat tiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dianggap

masih relevan, dimanfaatkan sebagai bahan referensi maupun sumbangan

pemikiran dalam penelitian ini. Tiga penelitian terdahulu yang dianggap relevan

dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut.

Baksh, dkk. (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Community

Participation in the Development of Ecotourism: A Case Study in Tambaksari

Village, East Java Indonesia”. Adapun tujuan dari penelitian yang mereka

lakukan adalah untuk mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam

pengembangan ekowisata di Desa Tambaksari, Jawa Timur, Indonesia. Data

dalam penelitian tersebut dikumpulkan melalui teknik interview dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta melakukan pengamatan

lapangan (observasi). Daftar pertanyaan didistribusikan kepada 170 responden

secara acak. Daftar pertanyaan yang disebarkan mengenai keterlibatan masyarakat

lokal dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam pengambilan keputusan,

partisipasi dalam manajemen, manfaat dari pariwisata dan keterlibatan masyarakat

lokal dalam evaluasi. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan teknik statistik

deskriptif. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hambatan-

hambatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Hambatan-

Page 9: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

9

hambatan pokok meliputi partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan,

pengambilan keputusan dan tahap implementasi.

Adapun relevansi penelitian Baksh, dkk dengan penelitian ini adalah

sama-sama mengkaji partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata,

meskipun terdapat perbedaan dalam beberapa rumusan permasalahan, teknik

pengumpulan data maupun lokasi penelitian. Penelitian Baksh memberikan

beberapa masukan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini, di antaranya

mengenai tahapan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata

maupun hambatan-hambatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan

ekowisata.

Penelitian Dewi (2012) dengan judul “Partisipasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa Beraban Dalam Pengelolaan Secara Berkelanjutan Daya Tarik

Wisata Tanah lot”, mengemukakan tiga rumusan permasalahan, yaitu bagaimana

bentuk partisipasi masyarakat desa Beraban dalam mengelola Tanah Lot,

bagaimana proses pemberdayaan masyarakat desa dalam mengelola Tanah Lot,

dan bagaimana manfaat pengelolaan Tanah Lot bagi masyarakat dan bagi

keberlanjutan Tanah Lot. Metode penelitian yang digunakan oleh Dewi dalam

penelitiannya adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui

wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Data yang berhasil

dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi tersebut menunjukkan bahwa

Masyarakat Desa Beraban telah berpartisipasi dalam pengelolaan Tanah Lot sejak

tahun 2000 sampai sekarang. Bentuk keterlibatan masyarakat Beraban berupa

Page 10: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

10

partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Proses pemberdayaan masyarakat Beraban

dilihat dari empat bentuk, yaitu pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan psikologis

pemberdayaan sosial dan pemberdayaan politik. Adapun manfaat yang diperoleh

masyarakat Beraban di antaranya terbukanya kesempatan kerja dan masyarakat

memperoleh tambahan pendapatan. Selain itu, manfaat yang diterima Tanah Lot

adalah fasilitas pendukung pariwisata yang ditata rapi dan adanya rasa peduli

masyarakat untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan Tanah Lot.

Terdapat dua kemiripan dalam tujuan penelitian Dewi dengan penelitian

ini, yaitu untuk mengetahui bentuk partisipasi maupun manfaat dari partisipasi

masyarakat. Meskipun terdapat kemiripan, hasil penelitiannya akan jauh berbeda

mengingat konteks lokasi penelitian yang berbeda dengan latar belakang sosial,

politik dan sebagainya yang sangat berbeda antara dua lokasi penelitian ini.

Namun, temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan Dewi tersebut

memberikan masukan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Selain itu,

berbagai referensi yang termuat dalam daftar kepustakaan memberikan masukan

mengenai referensi yang harus diketahui oleh penulis, sehingga dapat

mempertajam analisa dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Suanda (2013) dengan judul “ Partisipasi

Masyarakat Desa Adat Kuta Dalam Pengelolaan Pantai Kuta Sebagai Daya Tarik

Wisata Yang Berkelanjutan”. Metode penelitian yang digunakan oleh Suanda

dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan teknik purposive

sampling. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Page 11: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

11

partisipasi, tori motivasi, teori pariwisata berbasis masyarakat dan teori siklus

hidup destinasi wisata.

Kesamaan penelitian Suanda dengan penelitian ini adalah sama-sama

mengkaji mengenai partisipasi masyarakat dalam konteks pengembangan

pariwisata. Fokus Suanda dalam penelitiannya tersebut hanya pada satu aspek

pengembangan pariwisata, yaitu aspek pengelolaan. Perbedaan penelitian Suanda

dengan penelitian ini terletak pada lokus penelitian. Namun, berbagai hasil

temuan Suanda dalam penelitiannya memberikan berbagai tambahan informasi

mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

Hasil penelitian Suanda ini adalah berbagai bentuk partisipasi masyarakat

Desa Kuta, seperti menjaga keamanan, melaksanakan kebersihan, sebagai

pedagang pantai, melaksanakan konservasi penyu dan sebagai pengelola/staf pada

unit pedagang pantai. Sedangkan faktor-faktor yang memotivasi masyarakat Desa

Kuta dalam pengelolaan Pantai Kuta adalah faktor ekonomi, faktor upah, faktor

politik faktor afiliasi dan faktor pelestarian budaya serta lingkungan. Manfaat

partisipasi masyarakat Desa adat Kuta adalah peningkatan kesejahteraan,

membuka kesempatan kerja, pelestarian sosial dan budaya, dan memperoleh

tambahan pendapatan. Selain itu, manfaat yang diterima pantai Kuta adalah

fasilitas pendukung pariwisata menjadi lebih tertata dan adanya rasa kepedulian

masyarakat untuk menjaga kebersihan, pelestarian hewan langka serta lingkungan.

Berbagai penelitian yang telah dipaparkan tersebut memberikan masukan-

masukan yang bermanfaat kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.

Page 12: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

12

2.2 Konsep

Berbagai konsep yang dipaparkan pada bagian ini dimanfaatkan untuk

memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan komponen dari

kerangka teori.

2.2.1 Ekowisata

Rumusan ekowisata awalnya dikemukakan oleh Hector Ceballos-

Lascurain (1987), yaitu sebagai perjalanan ke tempat-tempat alami yang relatif

masih belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan untuk mempelajari,

mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta

bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau

maupun masa kini. Rumusan Hector Ceballos-Lascurain ini kemudian

disempurnakan oleh The Ecotourism Society (1990) yang mendefinisikan

ekowisata sebagai suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke

area-area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan serta

melestarikan kehidupan dan menyejahterakan penduduk setempat.

Berikut adalah karakteristik umum dari ekowisata yang diidentifikasikan

oleh UNEP dan World Tourism Organisation (dalam WWF, 2001): Melibatkan

apresiasi bukan hanya kepada alam tetapi juga terhadap budaya-budaya pribumi;

Berisikan pendidikan dan interpretasi sebagai bagian dari tawaran kepada

wisatawan; Umumnya, tetapi tidak secara eksklusif, diorganisasikan bagi

kelompok-kelompok kecil oleh pemilik usaha lokal yang berspesialisasi;

Meminimalisir dampak-dampak negatif pada alam maupun lingkungan sosial-

budaya; Mendukung perlindungan area-area alami melalui keuntungan ekonomi

Page 13: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

13

yang diperoleh bagi pengelola-pengelola area-area alami; Menyediakan

pendapatan dan pekerjaan alternatif bagi komunitas-komunitas lokal; dan

Meningkatkan kesadaran masyarakat lokal maupun pengunjung mengenai

konservasi.

Konsep ekowisata diserap oleh banyak negara dalam pembangunan

kepariwisataannya masing-masing. Indonesia merupakan salah satu negara yang

menerapkan pendekatan ekowisata dalam pembangunan pariwisatanya. Wakil

Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr. Sapta Nirwandar

mengungkapkan tujuan dari ekowisata Indonesia adalah: 1). Untuk menikmati

keindahan alami, 2). Melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan

terhadap konservasi, 3). Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Konsep

pembangunan ekowisata di Indonesia merujuk pada Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025) dan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Dimana, Implikasi dari

RPJPN dan UU tersebut adalah bahwa pembangunan kepariwisataan di Indonesia

harus berdasarkan prinsip kepariwisataan yang memproteksi dan mengkonservasi

lingkungan serta memperhatikan keberlanjutannya (sustainability) yang

mencakup alam, sosial, ekonomi serta budaya.

Ekowisata Berbasis Basyarakat (EBM) merupakan ekowisata yang

dimiliki sekaligus dikelola oleh sebuah masyarakat (komunitas). EBM

menekankan pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan

ekowisata serta mengutamakan masyarakat lokal sebagai pihak yang memperoleh

keuntungan lebih besar dari kegiatan ekowisata. Definisi Ekowisata Berbasis

Page 14: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

14

Masyarakat menurut World Wide Fund for Nature (2001) adalah merupakan

sebuah bentuk ekowisata dimana masyarakat lokal memiliki kontrol yang kuat

serta keterlibatan dalam pengembangan dan manajemen maupun dalam

pembagian keuntungan yang lebih besar bagi masyarakat sendiri.

2.2.2 Partisipasi

Terdapat berbagai pengertian mengenai partisipasi, para ahli cenderung

mendefinisikan arti kata partisipasi sesuai dengan minat pengetahuan yang mereka

geluti. Partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti

pengambilan bagian, pengikutsertaan (Echols dan Shadily, 2000). Kamus besar

bahasa Indonesia menyebutkan bahwa partisipasi artinya perihal turut berperan

serta dalam suatu kegiatan.

Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan

emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta

turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Davis dalam

Sastropoetro, 1988:13).

Adisasmita (2006:41), partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan

masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan

implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan

kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap

implementasi program pembangunan.

Terdapat berbagai tahapan partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat sesuai

Page 15: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

15

dengan hak dan kewajibannya sebagai subyek dan obyek pembangunan.

Keterlibatan dalam tahap pembangunan ini dimulai sejak tahap perencanaan

sampai dengan pengawasan berikut segala hak dan tanggung jawabnya (Kamus

Tata Ruang, 1998:79). Menurut Ericson (dalam Slamet, 1994:89) bentuk

partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu:

1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi

pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap

penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan

anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan

memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang

diadakan;

2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi

pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap

pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan

tenaga, uang ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu

wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut;

3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap

ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu

proyeksetelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat

pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan

memelihara proyek yang telah dibangun.

Munculnya paradigma pembangunan berkelanjutan mengindikasikan

adanya dua perspektif yaitu pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan,

Page 16: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

16

perancangan, perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek yang akan

mewarnai hidup mereka, sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa

persepsi masyarakat setempat, pola sikap dan pola pikir serta nilai-nilai dan

pengetahuannya ikut dipertimbangkan secara penuh; sedangkan yang kedua

adalah umpan balik yang hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari

kegiatan pembangunan (Jameison dalam Mikkelsen, 2003).

Partisipasi menurut FAO dalam Mikkelsen (2003), yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-

dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Page 17: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

17

Menurut Conyers (1994:154), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi

masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat

merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan

dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan

serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai

proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan

dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga,

timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat

dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan

bahwa merekapun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam

menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan.

Tipologi partisipasi menurut Jules Pretty (1995) dalam Mowforth dan

Munt (2000) dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.

Page 18: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

18

Tabel 2.1

Tipologi Partisipasi Pretty

No Tipologi Karakteristik

1

Partisipasi

manipulatif

Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya

yang mana, masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi kedudukan

dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak

memiliki kekuatan

2

Partisipasi

pasif

Masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang terjadi dan

yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya sepihak, tanpa

memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di kalangan

tertentu saja.

3

Partisipasi

konsultatif

Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultansi, melakukan

dengan pendapat, sedangkan orang luar hanya mendengankan,

menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun, belum ada peluang

untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak

berkewajiban untuk memasukan pandangan masyarakat untuk

ditindaklanjuti.

4

Partisipasi

insentif

material

Masyarakat berpartisipasi dengan menyumbangkan tenaga dan jasa

untuk mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun bentuk materi

lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau

eksperimen yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak menguasai

teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-

kegiatan tersebut setelah insentif dihentikan.

5

Partisipasi

fungsional

Partisipasi yang diawali oleh kelompok luar sebagai sarana untuk

mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi pembiayaan.

Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk kelompok-

kelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat

dalam partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam

pengambilan keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama

dibuat oleh kelompok luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat

masih berpartisipasi hanya untuk melayani kepentingan orang luar.

6

Partisipasi

interaktif

Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan,

pembentukan dan penguatan kelembagaan setempat. Partisipasi

dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai tujuan

semata. Proses partisipasi ini melibatkan metode interdisipliner yang

mencari keberagaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur

dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol

keputusan-keputusan mereka dan menentukan seberapa besar sumber

daya yang tersedia dapat digunakan, sehingga mereka memiliki andil

dalam keseluruhan proses kegiatan.

7

Partisipasi

mandiri

Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif secara

bebas untuk mengubah sistem. mereka mengembangkan kontak

dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan

teknis serta sumber daya yang diperlukan.

Sumber: Mowforth dan Munt (2000)

Page 19: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

19

Berikut adalah tipologi partisipasi masyarakat menurut Pretty secara

umum berdasarkan jenisnya (Scheyvens, 2002: 55):

1. Partisipasi pasif (passive participation) biasanya masyarakat dilibatkan

dalam tindakan yang telah dipikirkan, dirancang dan dikontrol oleh orang

lain atau pihak lain. Apabila dikaitkan dengan masyarakat dalam aspek

pariwisata, hal ini ditandai dengan sedikitnya keterlibatan masyarakat

dalam proses dari semua kegiatan pariwisata di daerah pembangunan

pariwisata sehingga kurang adanya kontrol dari masyarakat atas

perkembangan pariwisata di daerah tersebut. Masyarakat hanya terlibat

sebatas pelaku suatu kegiatan tanpa sebagai perancang, pengawas atau

pengontrol.

2. Partisipasi aktif (active participation) yaitu suatu proses pembentukan

kekuatan untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi dengan

melakukan suatu perencanaan, pengelolaan, sampai pada tahap

pengawasan. Dalam aspek pariwisata, ditunjukkan dengan mudahnya

masyarakat lokal mendapat informasi tentang pembangunan pariwisata di

daerahnya, secara langsung dilibatkan dalam perencanaan dan

pengelolaan dari sebuah pembangunan pariwisata dengan memperhatikan

sumber daya yang mereka miliki.

Berdasarkan berbagai konsep yang telah dipaparkan tersebut maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa konsep partisipasi masyarakat dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai sebuah proses peran serta masyarakat Desa Komodo baik

Page 20: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

20

secara aktif maupun pasif mengambil bagian dalam upaya pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo.

Kata “partisipasi” dan “keterlibatan” (involvement) dalam tesis ini

merupakan dua kata yang saling berhubungan dan digunakan untuk saling

melengkapi satu sama lain (interchangeable), dengan dasar pertimbangan bahwa

keterlibatan masyarakat mengandung unsur partisipasi di dalamnya.

2.2.3 Masyarakat Lokal

Unsur masyarakat lokal yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditujukan

kepada masyarakat Desa Komodo yang berlokasi di Pulau Komodo. Sebelum

langsung menuju ke masyarakat Desa Komodo, ada baiknya untuk memahami

konsep masyarakat dan konsep masyarakat lokal terlebih dahulu.

Menurut Koentjaraningrat (1994), kata masyarakat yang dalam istilah

bahasa Inggris disebut society berasal dari bahasa Latin socius yang berarti

kawan. Istilah masyarakat bersumber dari akar kata bahasa Arab syaraka yang

berarti ikut serta atau partisipasi. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat

oleh suatu identitas bersama.

Konsep masyarakat menurut Kotze dan Swanepoel (1983) memiliki empat

elemen utama. Keempat elemen tersebut adalah orang-orang, lingkungan

geografis, interaksi sosial, dan kesamaan. Schrel dan Edwards (2007),

menggambarkan masyarakat lokal sebagai kelompok orang dengan sebuah

kemiripan identitas, lebih jauh, mereka mencatat bahwa masyarakat lokal

Page 21: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

21

seringkali memiliki hubungan yang kuat secara adat-istiadat, secara sosial, secara

ekonomi dan secara kebatinan dengan lingkungannya.

Undang-Undang republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam bab 1 Ketentuan Umum,

Pasal 1 butir ke 32, menyatakan bahwa Masyarakat hukum adat adalah kelompok

masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu

karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan

lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,

politik, sosial, dan hukum.

Berdasarkan berbagai konsep mengenai masyarakat yang telah dipaparkan

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lokal Pulau Komodo adalah

sebuah kelompok masyarakat yang mendiami sebuah wilayah di Pulau Komodo

yaitu Desa Komodo, di mana masyarakatnya memiliki kemiripan identitas serta

memiliki hubungan yang kuat secara adat-istiadat, sosial, ekonomi dan kebatinan

satu sama lain maupun dengan lingkungannya.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung

jawab ke area-area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan

serta melestarikan kehidupan dan menyejahterakan penduduk setempat (The

Ecotourism Society, 1990). Ekowisata harus melibatkan masyarakat lokal,

menyalurkan keuntungan ekonomi bagi perlindungan lingkungan setempat, dan

berkontribusi bagi pemeliharaan keanekaragaman spesis-spesis lokal dengan

Page 22: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

22

meminimalisir dampak pengunjung serta mempromosikan pendidikan bagi

wisatawan (Hill dan Hill, 2011). Konsep ekowisata menekankan pentingnya

konservasi lingkungan serta kesejahteraan masyarakat lokal penyelenggara

ekowisata.

Ross dan Wall (1999) mengemukakan fungsi-fungsi utama ekowisata

adalah perlindungan wilayah-wilayah alami, penciptaan keuntungan, pendidikan

dan partisipasi masyarakat lokal dan pembangunan masyarakat. Selanjutnya,

Cernea dalam Camposano-Cortez (2001), mengungkapkan bahwa partisipasi lokal

(masyarakat) memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam

aktifitas pembangunan. Epler Wood (2002) menjelaskan bahwa “ecotourism has

always stressed local participation, ownership and business opportunities,

particularly for rural people “. (ekowisata selalu menekankan partisipasi lokal,

kepemilikan maupun peluang usaha khususnya bagi masyarakat rural). Adapun

penelitian dari Okazaki (2008) yang menyimpulkan bahwa pendekatan partisipasi

masyarakat telah dianjurkan sebagai sebuah bagian utuh pembangunan pariwisata

berkelanjutan (sustainable tourism). Baksh, dkk. (2012) menerangkan bahwa

ekowisata merupakan sebuah bentuk pariwisata yang menekankan partisipasi

masyarakat dalam pengembangannya. Dari berbagai pemaparan mengenai

ekowisata yang dipaparkan tersebut, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat

lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan ekowisata.

Pada tahun 1985, Murphy menekankan pentingnya keterlibatan lokal

(masyarakat) dalam pengembangan pariwisata. Ia mengindikasikan bahwa

suksesnya pariwisata tergantung pada muhibbah (goodwill) dan kerjasama

Page 23: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

23

masyarakat lokal karena mereka merupakan bagian dari produk wisata. Ia

memperlihatkan bahwa apabila pengembangan dan perencanaan pariwisata tidak

sesuai dengan aspirasi atau cita-cita dan kemampuan masyarakat lokal, maka hal

ini dapat merusak potensi industri pariwisata (Breugel, 2013).

Berbagai tahapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata

menurut Goodman adalah mulai dari perencanaan, penentuan rancangan,

pelaksanaan sampai dengan pengawasan dan menikmati hasilnya atau yang

dikenal sebagai “genuine participation” atau dengan kata lain rakyat sebagai

pelaku pariwisata (Pitana, 2002). Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai

sebuah proses yang di dalamnya terdapat masyarakat umum yang mengambil

bagian dalam pengambilan keputusan, baik sebagai individu maupun atas nama

perkumpulan atau asosiasi (André, 2012). Partisipasi melibatkan usaha yang

dilakukan untuk membuat orang mengetahui dengan baik hak-haknya untuk

berkontribusi dalam pengambilan keputusan serta menyediakan akses terhadap

informasi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang

mempengaruhi publik (United Nations Publications, 2007).

Terdapat empat alasan pentingnya partisipasi dalam menunjang

keberhasilan suatu program atau kegiatan menurut Krishna dan Lovell (1985),

yaitu: Partisipasi diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan program

atau kegiatan secara umum dan kegiatan prioritas secara khusus; Partisipasi

dikehendaki agar implementasi kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

Partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan program atau kegiatan;

Partisipasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam implementasi kegiatan. Oleh

Page 24: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

24

karena itu, partisipasi merupakan suatu tatanan mekanisme bagi para penerima

manfaat dari suatu program atau kegiatan.

Teori tipologi partisipasi masyarakat yang diperkenalkan oleh Tosun

(2004) dalam artikelnya, yaitu sebagai berikut:

1. Spontaneous Participation yang menjelaskan bahwa partisipasi aktif

bergerak dari bawah ke atas, yang merupakan partisipasi langsung dari

masyarakat itu sendiri dalam membuat suatu perencanaan sampai

pengambilan keputusan pada pengelolaan suatu kawasan.

2. Induced Participation mengenai bentuk partisipasi pasif dari masyarakat

karena bersifat dari atas ke bawah, dimana kaum mayoritas pembuat

kebijakan seolah-olah menyetujui tuntutan masyarakat dengan membagi

keuntungan dengan mereka hanya sekedar sebagai prasyarat hukum untuk

melibatkan masyarakat.

3. Coercive Participation merupakan bentuk partisipasi pasif dari atas ke

bawah, bersifat tidak langsung dari masyarakat dan tampak tidak adanya

partisipasi dan pembagian keuntungan serta tidak ada kompromi antara

pengelola dan masyarakat.

Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988:16), bentuk-bentuk

partisipasi meliputi: 1). konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa; 2). sumbangan

spontan berupa uang dan barang; 3). mendirikan proyek yang sifatnya berdikari

dan donornya berasal dari pihak ketiga; 4). mendirikan proyek yang sifatnya

berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat; 5). sumbangan dalam bentuk

kerja; 6). aksi massa; 7). mengadakan pembangunan di kalangan keluarga; dan 8).

Page 25: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

25

membangun proyek masyarakat yang bersifat otonom. Adapun jenis-jenis

partisipasinya meliputi: 1). pikiran; 2) tenaga; 3) pikiran dan tenaga; 4) keahlian;

5) barang; dan 6) uang.

Berbagai teori mengenai partisipasi masyarakat yang telah dipaparkan

tersebut dimanfaatkan untuk menganalisa rumusan permasalah yang pertama

dalam penelitian ini yaitu bagaimana partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

yang dipaparkan pada bagian ini merupakan berbagai teori yang dipaparkan oleh

para ahli maupun ringkasan dari berbagai hasil penelitian yang berhubungan

dengan berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pengembangan ekowisata.

Jenkins (1993) dalam Bagul (2009) mengidentifikasi tujuh hal yang

merintangani partisipasi masyarakat dalam perencanaan pariwisata, yaitu: Publik/

Masyarakat umumnya kesulitan dalam memahami kerumitan maupun

permasalahan teknis perencanaan, masyarakat tidak selalu menyadari atau

mengerti perihal proses pengambilan keputusan (decision-making process),

terdapat kesulitan dalam mencapai dan mempertahankan keterwakilan dalam

proses pengambilan keputusan, sikap apatis masyarakat, meningkatnya ongkos

dalam hal pegawai maupun keuangan, panjangnya proses pengambilan keputusan

dan dampak-dampak yang merugikan pada efisiensi pengambilan keputusan.

Page 26: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

26

Tosun (2000) mengemukakan mengenai hal-hal yang membatasi atau

kendala bagi masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata. Ia

membagi 3 (tiga) hal utama yang membatasi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam proses pembangunan pariwisata dalam konteks negara berkembang, yaitu

Keterbatasan-keterbatasan Operasional, Struktural dan Kebudayaan.

1. Keterbatasan Operasional (operational limitations), di antaranya:

Pemusatan administrasi publik dalam bidang pariwisata, kurangnya

koordinasi, dan kurangnya Informasi.

2. Keterbatasan struktural (Structural limitations), di antaranya: Attitudes of

professionals, kurangnya keahlian, dominasi elit, kurangnya peraturan

yang sesuai, kurangnya sumber daya manusia terlatih, tingginya biaya

partisipasi masyarakat, dan kurangnya sumber-sumber pendanaan

3. Keterbatasan Kebudayaan (Cultural Limitations), di antaranya: Kapasitas

yang terbatas dalam masyarakat miskin, dan sikap apatis dan tingkat

kesadaran yang rendah dalam komunitas lokal.

Berbagai hal yang menghambat partisipasi masyarakat dalam proses

pengembangan pariwisata yang disampaikan Tosun tersebut merupakan

generalisasi terhadap permasalahan yang menghambat partisipasi masyarakat

khususnya dalam negara-negara berkembang. Mengingat Indonesia merupakan

salah satu negara berkembang, maka teori yang disampaikan oleh Tosun tersebut

dapat diaplikasikan dalam penelitian ini.

Syerly (2003), melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat

dalam program pembangunan perumahan nelayan Desa Penjajap di Desa

Page 27: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

27

Pemangkat kota Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas. Hasil penelitiannya

menemukan bahwa faktor penghambat partisipasi tersebut adanya perencanaan

sentralistik, sifat ketergantungan masyarakat dan kebiasaan masyarakat,

sedangkan faktor yang mendorong mereka bersedia pindah adalah kondisi dan

kebutuhan masyarakat akan rumah, peran fasilitator (tim penyuluhan dan

pembinaan pemindahan penduduk) dan peran tokoh-tokoh formal dan informal

desa Penjajap dalam mendukung program tersebut.

Dewi (2014) dalam disertasinya, dimana salah satu tujuan penelitiannya

adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat,

Ia menemukan bahwa ada tujuh faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat.

Faktor yang berpengaruh adalah faktor motivasi, mutu modal, pemahaman,

kepemimpinan, komunikasi, sosial budaya, dan faktor manajemen.

Gultom (2005) ketika mengevaluasi pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat (PPMK) di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, dimana salah satu tujuan

penelitiannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor kendala dan pendorong

dalam pelaksanaan program PPMK, menemukan bahwa kendala dalam

implementasi program PPMK sebagai berikut : (1) Faktor intern seperti

kemampuan pelaksana dalam pengelolaan dan tara cara pengorganisasian dan

lemahnya perencanaan kegiatan; (2) lemah potensi lokal; (3) Sistem kelembagaan

masyarakat tidak dimanfaatkan dalam pelaksanaan PPMK; (4) Sistem

pongelolaan PPMK bersifat sentralistis, birokratis, non-partisipatif; (5) lemahnya

dampak sosialisasi program. Sedangkan faktor yang dapat mendukung

Implementasi progam PPMK, yaitu: (1) Nilai sosial kultural masyarakat; (2)

Page 28: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

28

Adanya sistem kelembagaan lokal yang tumbuh dari masyarakat; (3) motivasi dari

tokoh masyarakat akan pentingnya perubahan; (4) Adanya kepercayaan pada

kelompok organisasi lokal yang dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan

warga masyarakat.

Penelitian Wang, Pfister dan Morais (2006) menemukan bahwa

masyarakat lokal yang menyadari akan potensi manfaat dari pariwisata adalah

faktor yang mempengaruhi mereka dalam meningkatkan partisipasi mereka bagi

pariwisata. Dari temuan peneltian tersebut, dapat dilihat bahwa manfaat pariwisata

merupakan salah satu faktor yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pariwisata.

Kebutuhan merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata. Abraham Maslow (dalam

Reksohadiprojo dan Handoko, 1996), membagi kebutuhan manusia sebagai

berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling

dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum,

perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul

kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan

rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya

Page 29: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

29

kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan

akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

3. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal,

maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan,

afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

4. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai

atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian

seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling

tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi

yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan

kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang.

Dari berbagai hasil penelitian maupun teori-teori yang berkaitan dengan

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yang telah dipaparkan

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa; faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu faktor yang mendorong

dan faktor yang menghambat partisipasi masyarakat. Berbagai teori mengenai

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yang telah dipaparkan tersebut

akan dimanfaatkan untuk mempertajam analisa mengenai faktor-faktor yang

Page 30: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

30

mempengaruhi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo.

2.3.3 Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata

Dalam rumusan ekowisata ditekankan mengenai dua hal yaitu konservasi

lingkungan di mana ekowisata diselenggarakan dan kesejahteraan masyarakat

penyelenggara ekowisata. Masyarakat merupakan salah satu unsur yang tidak

terpisahkan dalam ekowisata. Partisipasi masyarakat merupakan suatu hal yang

mutlak diperlukan dalam pembangunan ekowisata. Partisipasi masyarakat dalam

pengembangan ekowisata memberikan berbagai manfaat, baik bagi lingkungan

maupun bagi masyarakat itu sendiri.

Menurut Apsari (2005), mengenai konsep pariwisata bahwa dalam

pengelolaan keberlanjutan seharusnya masyarakat dilibatkan dalam pemenuhan

kebutuhannya. Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk

pariwisata harus dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat

dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja, diversifikasi kegiatan ekonomi

masyarakat setempat, meningkatkan pasar untuk produk-produk mereka, dan

memperbaiki infrastruktur.

McIntosh dan Goeldner (1986) menekankan pentingnya keterlibatan

masyarakat yang lebih luas agar mencapai lima tujuan dari pengembangan

pariwisata yaitu sebagai berikut;

1. Menyediakan sebuah kerangka kerja bagi peningkatan standar hidup

masyarakat lokal melalui manfaat ekonomi pariwisata;

Page 31: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

31

2. Pengembangan infrastruktur dan penyediaan fasilitas-fasilitas rekreasi bagi

residen dan pengunjung;

3. Menjamin bahwa jenis-jenis pembangunan pusat-pusat pengunjung

maupun resort-resort sesuai dengan tujuan awal wilayah tersebut;

4. Menentukan sebuah program pengembangan yang konsisten dengan

kebudayaan, sosial dan filosofi ekonomi pemerintah dan masyarakat

penyelenggara; dan

5. Kepuasan pengunjung yang optimal.

Penelitian Stem, dkk (2003) menyimpulkan “In conclusion, under ideal

circumstances, ecotourism offers communities an opportunity to improve their

well-being and economic livelihood. It can also encourage individuals to conserve

forests and wildlife”. (kesimpulannya, dalam keadaan yang ideal, ekowisata

menawarkan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan

perekonomiannya. Ekowisata juga dapat mendorong setiap individu untuk

mengkonservasi hutan dan alam liar). Penelitian lainnya yang membuktikan

bahwa partisipasi berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat adalah

penelitian yang dilakukan Sebola dan Fourie (2006), menurut mereka konsep

partisipasi masyarakat dianggap sebagai alat untuk membantu ekowisata dan

pertumbuhan ekonomi lokal di komunitas pedesaan. Selanjutnya adalah penelitian

Aref dan Marof (2008) yang mendefinisikan bahwa partisipasi masyarakat dalam

pengembangan pariwisata adalah perlu apabila mereka diberikan pembagian

keuntungan yang adil bagi ekonomi lokal. Beberapa manfaat ekonomi yang

komunitas lokal dapat peroleh dari ekowisata adalah peluang kerja, pembangunan

Page 32: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

32

yang berhubungan dengan infrastruktur (seperti jaringan jalan yang lebih baik dan

air) dan usaha ekowisata (Ezebilo, dkk., 2010).

Selain berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat,

partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata juga berdampak positif

terhadap lingkungan penyelenggara ekowisata itu sendiri. Menurut Scheyvens

(2002), fakta bahwa orang asing bepergian jauh untuk mengunjungi sebuah

komunitas dan masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari hal tersebut dapat

meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap sumber daya alami mereka. Rasa

kebanggaan ini membuat anggota masyarakat tersebut mengkonservasi

lingkungan mereka. Penelitian Bansal dan Kumar (2013) menjelaskan bahwa

partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata berdampak positif

terhadap terpeliharanya lingkungan di mana ekowisata tersebut diselenggarakan.

Partisipasi masyarakat dalam ekowisata dapat membuat sebuah promosi yang

positif bagi perlindungan lingkungan ekowisata.

Selanjutnya adalah dampak positif partisipasi masyarakat terhadap sosial

budaya masyarakat penyelenggara ekowisata. Partisipasi masyarakat dalam

pengembangan ekowisata mengakibatkan adanya interaksi antara masyarakat

yang berpartisipasi dengan sesama masyarakat, dengan wisatawan ataupun dengan

setiap stakeholders ekowisata pada umumnya. Pongponrat dan Pongquan (2007)

dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan sosial dan interaksi dalam

komunitas menjadi lebih kuat di antara berbagai stakeholders yang terlibat.

Adapun penjelasan mengenai hasil temuan Pongponrat dan Pongquan tersebut

adalah bahwa ketika masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata,

Page 33: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

33

terjadilah interaksi antar masyarakat, ataupun dengan seluruh stakeholders yang

terlibat. Melalui interaksi tersebut dapat menumbuhkan hubungan sosial yang

lebih kuat. Menurut Siahaan (2002:4) dalam Suciati (2006), partisipasi masyarakat

memiliki keuntungan sosial, politik, planning dan keuntungan lainnya, yaitu:

1. Dari pandangan sosial, keuntungan utamanya adalah untuk mengaktifkan

populasi perkotaan yang cenderung individualistik, tidak punya komitmen

dan dalam kasus yang ekstrim teralienasi. Di dalam proses partisipasi ini,

secara simultan mempromosikan semangat komunitas dan rasa kerjasama

dan keterlibatan.

2. Keuntungan lain dan public participation adalah kemungkinan tercapainya

hubungan yang lebih dekat antara warga dengan otoritas kota dan

menggantikan perilaku they/we menjadi perilaku us.

Selanjutnya menurut Piyaphan and Suwipa (2009); “ visitors learned local

traditions and culture which will help the community to solicit their support on

local cultural promotion and preservation in future”. (pengunjung mempelajari

tradisi-tradisi dan kebudayaan setempat yang akan membantu masyarakat

mendapatkan dukungan pengunjung bagi promosi kebudayaan setempat serta

pemeliharaan di masa yang akan datang). Penjelasan mengenai pendapat Piyaphan

and Suwipa tersebut adalah partisipasi masyarakat yang mengandaikan adanya

interaksi antara masyarakat dengan wisatawan. Dengan berinteraksi dengan

masyarakat lokal, wisatawan mempelajari tradisi dan budaya masyarakat,

sehingga mempengaruhi wisatawan tersebut untuk mendukung promosi budaya

maupun pemeliharaan pada masa yang akan datang.

Page 34: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

34

Rangkuman dari berbagai teori maupun hasil penelitian mengenai manfaat

partisipasi masyarakat dalam ekowisata yang telah dipaparkan tersebut,

mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata

memberikan manfaat yang menyentuh tiga sektor, yaitu sektor ekonomi, sektor

lingkungan maupun sektor sosial budaya.

Berbagai teori mengenai manfaat partisipasi masyarakat dalam

pengembangan ekowisata yang telah dipaparkan tersebut akan dimanfaatkan

untuk mempertajam analisa mengenai rumusan masalah yang ketiga dalam

penelitian ini, yaitu mengenai dampak positif partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

2.4 Model Penelitian

Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan salah satu destinasi wisata

andalan Kabupaten Manggarai Barat. Pengelolaan kepariwisataan TNK saat ini

adalah melalui pendekatan ekowisata. Iriyono dkk., (2013) menjelaskan bahwa

aktifitas pariwisata TNK merupakan sebuah aktifitas ekowisata yang berhubungan

dengan naga komodo dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Konsep ekowisata

menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat maupun konservasi lingkungan

dalam pengelolaannya.

Pulau Komodo merupakan salah satu pulau yang berada dalam kawasan

Taman Nasional Komodo (TNK). Pulau ini merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam pengelolaan kawasan TNK. Pulau Komodo merupakan salah

satu habitat asli hewan komodo dalam kawasan TNK, hal tersebut yang

menjadikan Pulau Komodo sebagai salah satu destinasi ekowisata di TNK. Pulau

Page 35: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

35

Komodo didiami oleh masyarakat lokal yang menempati sebuah wilayah yang

dinamakan Desa/Kampung Komodo.

Pengembangan ekowisata Taman Nasional Komodo (TNK) umumnya

maupun Pulau Komodo kususnya tidak lepas dari campur tangan pihak-pihak

pemangku kepentingan (stakeholders). Stakeholders yang terlibat dalam

pengembangan ekowisata berasal dari pemerintahan maupun swasta, seperti Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Balai Taman Nasional

Komodo, Bank Negara Indonesia, Yayasan Komodo Kita, Unicef, dan

sebagainya.

Ekowisata menekankan pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam

pengelolaannya. Masyarakat Desa Komodo sebagai masyarakat lokal Pulau

Komodo saat ini telah berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo. Berbagai bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo didorong oleh berbagai faktor yang

mempengaruhi masyarakat Desa Komodo itu sendiri. Partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo tentunya memberikan

berbagai dampak positif, baik terhadap masyarakat Desa Komodo sendiri maupun

terhadap lingkungan di Pulau Komodo.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan tersebut, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui berbagai bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo, faktor-faktor

yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo, maupun dampak

Page 36: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

36

positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo. Ketiga rumusan permasalahan dalam penelitian ini dianalisa

dengan berbagai teori dan konsep yang relevan, sehingga akhirnya dapat ditarik

kesimpulan serta dapat memberikan saran yang bermanfaat bagi pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo.

Model penelitian mengenai partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Page 37: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

37

Gambar 2.1

Model Penelitian

Keterangan :

Hubungan satu arah

Hubungan yang saling mempengaruhi

Taman Nasional

Komodo

Partisipasi Masyarakat Desa Komodo

Dalam Pengembangan Ekowisata Di

Pulau Komodo

Bentuk Partisipasi

Masyarakat Desa

Komodo

Faktor Yang

Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat

Dampak Positif

Partisipasi Masyarakat

Kesimpulan &

Saran

Pulau Komodo

Stakeholders

Kepariwisataan TNK

TEORI

1. Partisipasi Masyarakat dalam

Pengembangan Ekowisata

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat

3. Manfaat Partisipasi Masyarakat

dalam Pengembangan Ekowisata

Pembahasan

KONSEP

1. Ekowisata

2. Partisipasi

3. Masyarakat lokal

Page 38: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah untuk mengkaji ketiga rumusan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat, serta dampak positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Pendekatan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan

mendeskripsikan berbagai fenomena yang terangkum dalam rumusan

permasalahan penelitian ini.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode observasi, wawancara,

dan studi dokumen. Data yang diperoleh dianalisa dengan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Selanjutnya, hasil analisis data disajikan secara secara formal,

yaitu dalam bentuk bagan, grafik, dokumen, gambar, dan sebagainya, dan secara

informal yaitu dalam bentuk narasi.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Komodo, Kecamatan Komodo,

Kabupaten Manggarai Barat. Desa ini merupakan bagian dari pengelolaan

kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Sesuai dengan sistem zonasi

pengelolaan kawasan TNK, Desa Komodo termasuk di dalam zona khusus

pemukiman.

Page 39: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

39

Alasan dipilihnya Desa Komodo sebagai lokasi penelitian didasari

beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Desa Komodo merupakan satu-satunya desa

dalam Pulau Komodo dan didiami oleh masyarakat setempat, 2) Desa Komodo

sebagai desa yang terletak di destinasi ekowisata yang sudah terkenal baik di

dalam negeri maupun di luar negeri tentunya menjadi desa yang paling banyak

mendapatkan imbas dari kegiatan ekowisata, 3) Masyarakat Desa Komodo

merupakan masyarakat yang secara langsung merasakan dampak dari

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, dan 4) Masyarakat Desa Komodo

memiliki potensi yang dapat diberdayakan dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo.

Gambar 3.1 Peta Lokasi penelitian

Sumber: Iriyono, dkk. (2013)

Desa Komodo

Page 40: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

40

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Adapun data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data non-angka (data yang tidak berupa angka) yang

merupakan pemadatan data dengan mengembangkan taksonomi, sistem

klasifikasi deskriptif yang mencakup jumlah keterangan yang

terkumpulkan dan menunjukkan keterkaitannya secara sistematis

(Wisman, 1996 dalam Suanda, 2013). Data kualitatif yang dikumpulkan

dalam penelitian ini, seperti pendapat masyarakat Desa Komodo, peraturan

daerah mengenai kepariwisataan, partisipasi masyarakat Desa Komodo

dan sebagainya.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif yaitu jenis data yang berupa angka-angka. Adapun data

kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini, seperti data statistik

taman nasional komodo, jumlah masyarakat yang mendiami Desa

Komodo, jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo, dan

sebagainya.

3.3.2 Sumber Data

1. Data primer

Menurut Sugiyono (2007), sumber data primer merupakan sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer

Page 41: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

41

diperoleh secara langsung dari sumbernya. Adapun data primer dalam

penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara dengan narasumber

atau informan.

2. Data sekunder merupakan sumber data yang bukan diperoleh dari sumber

secara langsung. Sumber data ini bisa diperoleh dari buku teks, hasil

penelitian, majalah, publikasi ilmiah dan arsip-arsip resmi yang terkait

dengan penelitian, dan sebagainya. Adapun sumber data sekunder dalam

penelitian ini berupa dokumen yang telah dipublikasikan, seperti jurnal-

jurnal penelitian, buku-buku teks, data statistik Desa Komodo, Renstra

Balai Taman Nasional Komodo, kumpulan perundang-undangan, dan

sebagainya.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti sendiri.

Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong,

2001). Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini dibantu dengan

instrumen lain berupa pedoman wawancara dan daftar pertanyaan. Untuk

melakukan wawancara jarak jauh, penelitian ini menggunakan telepon sebagai

salah satu instrumen penelitian. Untuk mendokumentasikan data hasil wawancara

dan observasi lapangan dipergunakan instrumen berupa alat perekam suara,

kamera, maupun catatan lapangan.

Page 42: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

42

3.5 Teknik Penentuan Informan

Berbagai informasi yang berhubungan dengan topik penelitian ini

diperoleh dari Informan atau narasumber melalui proses wawancara. Informan

adalah orang yang memiliki informasi tentang berbagai masalah yang ingin

diketahui oleh peneliti. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang dianggap oleh peneliti memiliki pengetahuan ataupun memiliki

pengalaman yang memadai mengenai topik penelitian ini (purposive).

Dasar pertimbangan penentuan informan dalam penelitian ini antara lain:

1) Mereka mengetahui kedalaman informasi sehubungan dengan masalah yang

diteliti, 2) Mereka yang diterima oleh berbagai kelompok dengan penentuan

kebijakan, 3) Mereka yang memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka informan yang dipilih dalam penelitian

ini, adalah seperti berikut:

1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat,

2. 2 (dua) orang Staf Balai Taman Nasional Komodo,

3. Kepala Desa Komodo

4. Sekretaris Desa Komodo,

5. 2 (dua) orang staf Resort Kampung Komodo

6. Program Manager Yayasan Komodo Kita

7. Masyarakat Desa Komodo;

6 (enam) pengerajin patung,

4 (empat) orang penjual cenderamata,

2 (dua) orang naturalist guide

Page 43: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

43

2 (dua) orang Masyarakat Mitra Polhut (MMP)

Total jumlah informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah 22

orang. Daftar informan yang telah dijabarkan merupakan pemangku kepentingan

(stakeholders) kepariwisataan di TNK umumnya dan di Pulau Komodo khususnya

yang memiliki pengetahuan mengenai keadaan atau fenomena sebenarnya. Dari

informan-informan tersebut, peneliti memperoleh berbagai informasi yang terkait

dengan topik penelitian ini. Data yang spesifik mengenai informan yang dipilih

dalam penelitian ini, dapat dilihat pada lampiran satu tentang daftar informan pada

halaman 154.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat tentunya diperlukan teknik yang tepat

dalam pengumpulan data. Terdapat berbagai teknik pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen.

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung

di lokasi penelitian. Pengamatan secara langsung ini dimaksudkan agar peneliti

dapat melihat dan memahami secara langsung fenomena sebenarnya yang terjadi

di lokasi penelitian.

Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat dan

memahami secara langsung mengenai fenomena yang terkait dengan

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu mengenai bentuk-bentuk partisipasi

Page 44: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

44

masyarakat Desa Komodo, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi, serta

dampak positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo

Data-data yang diperoleh selama pengamatan langsung di lokasi

penelitian didokumentasikan dengan cara direkam dengan video, mencatatnya

pada catatan lapangan dan difoto dengan menggunakan kamera.

3.6.2 Wawancara

Wawancara merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2012). Wawancara

adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dan dengan

wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang

tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2008). Wawancara merupakan

salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada informan dengan tujuan untuk memperoleh

informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tatap muka

dan wawancara jarak jauh. Wawancara tatap muka dalam penelitian ini artinya

peneliti melakukan wawancara dengan informan secara langsung dengan bertatap

muka serta mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan topik

penelitian. Sedangkan wawancara jarak jauh dalam penelitian ini, artinya peneliti

melakukan wawancara dengan informan tanpa melakukan tatap muka. Instrumen

Page 45: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

45

yang digunakan dalam wawancara jarak jauh adalah telepon dan informasi yang

diperoleh dari informan dalam wawancara jarak jauh dicatat pada buku catatan.

Dalam wawancara tentunya ada subyek yang diwawancarai. Subyek

wawancara biasa disebut informan atau narasumber. Informan dalam penelitian

ini sesuai dengan yang telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya mengenai

teknik penentuan informan.

Bentuk pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara merujuk pada

enam jenis pertanyaan yang diperkenalkan oleh Patton (1980), seperti berikut ini:

1). Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku, 2). Pertanyaan

yang berkaitan dengan pendapat atau nilai, 3). Pertanyaan yang berkaitan dengan

perasaan, 4). Pertanyaan tentang pengetahuan, 5). Pertanyaan yang berkaitan

dengan indera, dan 6). Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau

demografi. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dalam proses wawancara

dengan informan dalam penelitian ini, dapat dilihat secara lengkap pada lampiran

mengenai pedoman wawancara pada halaman 155.

Instrumen yang digunakan dalam proses wawancara adalah pedoman

wawancara, daftar pertanyaan atau kuesioner, perekam suara dan buku catatan.

Kuesioner atau daftar pertanyaan wawancara disusun sebelum peneliti melakukan

wawancara dengan informan. Hal ini dilakukan agar dalam proses wawancara

tetap fokus pada tujuan awal yaitu untuk menggali informasi mengenai

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dalam proses

wawancara, informasi yang diberikan oleh informan atau narasumber

Page 46: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

46

didokumentasikan dengan alat perekam suara (tape recorder) atau dicatat pada

buku catatan.

3.6.3 Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan sejumlah dokumen yang

diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti

peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik,

gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya (Danial, 2009).

Dua jenis dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen resmi dan

dokumen tidak resmi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal dari

orang atau institusi yang mempunyai kedudukan hukum resmi. Dokumen jenis ini

berupa Data Statistik, Undang-Undang, peraturan daerah dan sebagainya.

Dokumen jenis ini diperoleh dari instansi resmi pemerintah, seperti Dinas

Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Manggarai Barat, Kecamatan Komodo, Balai Taman Nasional Komodo dan

sebagainya. Sedangkan dokumen tidak resmi dalam penelitian ini berupa surat

kabar, gambar, situs berita on-line dan sebagainya.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan studi

dokumen dalam penelitian ini selanjutnya dianalisa dengan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2001), analisis data adalah proses

mengorganisir dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema untuk dirumuskan menjadi simpulan.

Page 47: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

47

Selanjutnya, Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2012) menjelaskan analsisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

Kusmayadi dan Sugiarto (2000) menjelaskan bahwa analisis deskriptif

kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang

diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan

sekedar angka-angka. Proses ini berusaha mendeskripskan fenomena atau

hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat.

Adapun proses analisis data dengan teknik analisis deskriptif kualitatif

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Sugiyono (2008) mengatakan bahwa mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian data

Penyajian data dimasudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk

dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu

dari data penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008)

menjelaskan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitataif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Page 48: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

48

3. Penarikan kesimpulan

Menyimpulkan data merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah

dianalisis dengan mencari ha-hal penting. Dalam tahapan ini, data yang

telah direduksi dan disajikan selanjutnya dibuat kesimpulan, dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan dapat menjawab

rumusan masalah dalam penelitian ini.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analis Data

Setelah melakukan analisis data, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan

dalam penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Penyajian hasil analisis

data dilakukan secara formal dan informal. Secara formal, hasil penelitian ini

disajikan dalam bentuk bagan, dokumen, gambar, dan tabel. Secara informal, hasil

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk narasi. Dengan penyajian hasil analisis

data baik secara formal dan informal pembaca diharapkan dapat dengan mudah

mengerti dan memahami makna yang terkandung dalam tesis ini.

Page 49: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

49

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Komodo, Kecamatan Komodo,

Kabupaten manggarai Barat. Desa Komodo merupakan salah satu desa yang

berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Untuk memahami gambaran

Desa Komodo secara lengkap adalah perlu untuk memahami Taman Nasional

Komodo terlebih dahulu, karena Desa Komodo merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam pengelolaan Taman Nasional Komodo.

4.1 Gambaran Umum Taman Nasional Komodo

4.1.1 Sejarah Taman Nasional Komodo

Satwa komodo menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan ketika

P.A.Ouwens, seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor menerima laporan

tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van

Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodensis Ouwens pada tahun

1912 pada tulisan P.A. Ouwens yang berjudul “On a Large Species from The

Island of Komodo”. Berawal dari penemuan tersebut muncul kesadaran dari

berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa ini, hal ini terlihat pada beberapa

peraturan awal yang memuat upaya perlindungan Satwa komodo (Rencana

Renstra BTNK 2010 – 2014), yaitu:

1. Surat Keputusan Sultan Bima tahun 1915 tentang Perlindungan komodo

(Verordening van het Sultanat van Bima).

Page 50: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

50

2. Surat Keputusan Pemerintah Daerah Manggarai tahun 1926 tentang

Perlindungan Komodo (Besluit van het Zelfbestuur van het Landschap

Manggarai).

3. Surat Keputusan Residen Timor tahun 1927 tentang pengesahan SK

Pemerintah Daerah Manggarai pada butir 2 di atas.

Adapun kronologis pembentukan Taman Nasional Komodo adalah sebagai

berikut (Renstra BTNK 2010 – 2014):

1. Zelfbestuur van Manggarai, verordening No.32/ 24 September 1938

tentang Pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan

Selatan Pulau Rinca.

2. Residen van Timor en onder horigheden No.19/ 27 Januari 1939

(Pengesahan Peraturan Daerah pada butir 1)

3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.66/Dep.Keh/1965 tanggal 21

Oktober 1965 tentang Penunjukkan Pulau Komodo sebagai Suaka

Margasatwa seluas 31.000 Ha.

4. Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Nusa Tenggara Timur No.32 Tahun

1969 tanggal 24 Juni 1969 tentang penunjukkan Pulau Padar, Pulau Rinca

dan Daratan Wae Wuul/Mburak sebagai Hutan Wisata/ Suaka Alam seluas

20.500 Ha.

5. Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.97/Tap/Dit Bina/1970, tentang

Pembentukan Seksi PPA di Labuan Bajo.

6. Taman Nasional Komodo ditetapkan sebagai A Man and Biosphere

Reserve (MAB) pada tahun 1977 oleh UNSECO.

Page 51: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

51

7. Pengumuman Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang

Pembentukan Taman Nasional Komodo.

8. Keputusan Dirjen PHPA No.46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember

1984 tentang Penunjukkan Wilayah Kerja Taman Nasional Komodo.

9. Taman Nasional Komodo ditetapkan sebagai World Heritage Site oleh

UNESCO pada tahun 1991.

10. Keputusan Menteri Kehutanan No.306/Kpts-II/92 tanggal 29 Pebruari

1992 tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau

Rinca, Pulau Padar seluas 40.728 Ha serta Penunjukkan Perairan Laut di

sekitarnya seluas 132.572 Ha yang terletak di Kabupaten Dati II

Manggarai Propinsi Dati I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional

dengan nama Taman Nasional Komodo.

11. Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Satwa Nasional melaui

Keppres No. 4 tahun 1992 tanggal 9 Januari 1992.

12. Tahun 2000, kawasan perairan TN. Komodo ditetapkan sebagai kawasan

pelestarian alam perairan oleh Menteri Kehutanan dengan luas 132.572

Ha.

13. Tahun 2006, TN. Komodo termasuk 21 Taman Nasional Model di

Indonesia sesuai dengan SK Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-

Sek/2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor

SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20 (Dua puluh) Taman

Nasional sebagai Taman Nasional Model.

Page 52: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

52

Sebagai habitat alami utama biawak raksasa, saat ini Taman Nasional

Komodo menyandang beberapa atribut nasional dan internasional (Desain Tapak

Pengelolaan Pariwisata Alam TNK, 2012), yaitu:

1. Man and Biosphere Reserve (MAB) dari UNESCO pada tahun 1977;

2. World Heritage Site dari UNESCO pada tahun 1991;

3. Taman Nasional Model tahun 2006;

4. The Real Wonder of The World (The Real WOW!) pada tahun 2011;

5. New7Wonders of Nature pada tahun 2012.

Tujuan pembentukan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagaimana

terlampir dalam “Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo. Buku

I: Rencana pengelolaan” adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati

(terutama satwa komodo) dan tempat pemijahan ikan komersial untuk persediaan

perairan penangkapan ikan di sekelilingnya.Tantangan utama adalah mengurangi

tekanan terhadap sumberdaya dan konflik antara berbagai kegiatan yang tidak

sesuai. Tujuan Umum dari TNK adalah : 1). Mengembangkan suatu kawasan

konservasi darat dan perairan di Taman Nasional Komodo, yang sepenuhnya

melindungi komunitas alami, spesies, dan ekosistem darat, pantai dan perairan, 2).

Menjamin kelangsungan hidup satwa komodo dalam jangka panjang dan menjaga

mutu habitatnya, 3). Memanfaatkan sumberdaya kawasan secara lestari, untuk

wisata, pendidikan, dan penelitian, dan 4). Melindungi populasi ikan terumbu

karang dan invertebrata dalam kawasan konservasi dari eksploitasi, sehingga

dapat berfungsi sebagai dan jaminan bagi sumber perikanan perairan di dalam dan

sekitar kawasan.

Page 53: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

53

4.1.2 Kondisi Geografis

Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) terletak di antara 119°09’00’’-

119°55’00” Bujur Timur dan 8°20’00” - 8°53’00” Lintang Selatan. Secara

administratif, Taman Nasional Komodo terletak di Kecamatan Komodo,

Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta kawasan

Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Peta Kawasan Taman Nasional Komodo

Sumber: Renstra BTNK 2010-2014

Taman Nasional Komodo (TNK) terdiri atas tiga pulau besar, yaitu Pulau

Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Luas TNK

adalah 173.300 Ha yang meliputi 40.728 Ha daratan dan 132.572 Ha perairan laut.

Letak geografis kawasan ini di antara Pulau Flores (NTT) dan Pulau Sumbawa

Page 54: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

54

(NTB), yang berbatasan dengan Laut Sumba pada bagian selatan dan Laut Flores

pada bagian utara.

4.1.3 Topografi, Tipe Iklim dan Biotik

Kondisi topografi Taman Nasional Komodo (TNK) umumnya

bergelombang, berupa bukit-bukit maupun gunung-gunung. Di beberapa tempat

dalam kawasan ini terdapat lereng yang terjal dan curam dengan kemiringan

mencapai 80% dan ketinggiannya berkisar antara 0-808 m dpl. Gunung tertinggi

dalam kawasan TNK adalah Gunung Ara dengan ketinggian 808 meter di atas

permukaan laut yang terletak di Pulau Komodo, serta diikuti oleh Gunung Ora

dengan ketinggian 667 meter di atas permukaan laut di Pulau Rinca.

Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) sangat dipengaruhi oleh angin

monsoon. Iklim TNK berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson iklimnya

termasuk klasifikasi jenis F (sangat kering). Bulan kering antara April - Oktober

dan bulan basah antara bulan November - Maret. Curah hujan rata-rata 200-1500

mm per tahun. Suhu berkisar antara 17-34°C, dengan tingkat kelembaban rata-rata

36 %. Padang savana mendominasi daratan di Taman Nasional Komodo (TNK),

dengan keadaan alam yang kering dengan sedikit sumber mata air tawar dan suhu

udara yang panas merupakan habitat kondusif bagi reptil purba biawak komodo.

4.1.4 Kondisi Sosial

Masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) tinggal di

dalam zona pemukiman masyarakat tradisional. Terdapat tiga desa yang berada

dalam kawasan TNK yaitu Desa Komodo di Pulau Komodo, Desa Papagaran di

Pulau Papagaran, dan Desa Pasir panjang.

Page 55: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

55

Jumlah penduduk yang tinggal dalam kawasan TNK menurut sensus yang

dilakukan pada tahun 2012 adalah 4,390 orang. Pada tabel 4.1 berikut dapat

dilihat jumlah penduduk yang mendiami kawasan TNK yang diperinci perdesa.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Tiga Desa dalam Kawasan Taman Nasional Komodo

No Nama Desa Jumlah Jiwa Pada Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2012

1 Pasir panjang 1,048 1,163 2,055 2,070 1,291 1,198 1,245 1,562

2 Papagarang 1,014 1,112 936 1,301 1,282 1,305 1,358 1,252

3 Komodo 1,171 1,125 1,235 1,271 1,324 1,351 1,474 1,576

Jumlah 3,233 3,400 4,226 4,642 3,897 3,854 4,077 4,390

Sumber: Diolah dari Data Kecamatan Komodo (2014)

Tabel 4.1 merupakan tabel rekapitulasi jumlah penduduk ketiga desa yang

berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yaitu Desa Pasir Panjang, Desa

Papagarang dan Desa Komodo. Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah

pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan dari ketiga desa tersebut. Pada

tahun 2002, total jumlah penduduk yang mendiami ketiga desa berjumlah 3,233

seiring pertambahan waktu terjadi peningkatan jumlah penduduk yaitu mencapai

total 4,390 penduduk pada tahun 2012. Bertambahnya jumlah penduduk yang

mendiami wilayah sekitar kawasan TNK menyumbang permasalahan baru yang

dapat mengancam keberlangsungan kawasan konservasi TNK. Perluasan area

pemukiman dan bangunan pemukiman oleh masyarakat dalam zona pemukiman

masyarakat tradisional akibat bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun.

Page 56: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

56

Masyarakat di dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) adalah

masyarakat dengan kebudayaan yang dibangun dari aspek kelautan di mana laut

merupakan sumberdaya alam tempat menggantungkan hidup. Mata pencaharian

utama masyarakat di dalam kawasan TNK adalah nelayan sehingga interaksi

masyarakat terhadap kawasan TNK terutama terhadap perairan sangat tinggi.

Interaksi positif masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam TNK

wilayah daratan antara lain pemanenan buah asam dan buah srikaya. Sedangkan

interaksi negatif antara lain penebangan pohon untuk keperluan kayu bakar dan

perburuan satwa mangsa komodo, seperti rusa dan kerbau yang lebih sering

dilakukan oleh masyarakat dari luar kawasan TNK.

4.1.5 Pengelolaan Taman Nasional Komodo

Pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) adalah melalui

model pengelolaan bersama. Penerapan peraturan di dan sekitar TNK harus

merupakan upaya lintas sektoral, dengan melibatkan pengelola kawasan,

pemerintah daerah, kepolisian, perikanan, militer, angkatan laut, legislatif dan

masyarakat setempat. LSM dan lembaga lainnya membantu dalam perencanaan

dan penyediaan prasarana (Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional

Komodo, Buku 1: Rencana Pengelolaan, 2000).

Badan yang mengambil peran terdepan di Taman Nasional Komodo

(TNK) adalah Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) yang berada di bawah

naungan Departemen Kehutanan. BTNK diberi wewenang oleh pemerintah

melalui Permenhut Nomor : P. 03/Menhut-II/2007, tanggal 1 Februari 2007

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Tugas

Page 57: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

57

pokok BTNK adalah ” Melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku”. Sementara, fungsi dari BTNK

adalah sebagai berikut: 1). Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan,

pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional, 2). Pengelolaan

kawasan taman nasional, 3). Penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan

taman nasional, 4). Pengendalian kebakaran hutan, 5). Promosi, informasi

konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, 6). Pengembangan bina

cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya, 7). Kerjasama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati

dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan, 8). Pemberdayaan masyarakat

sekitar kawasan taman nasional, 9). Pengembangan dan pemanfaatan jasa

lingkungan dan pariwisata alam, dan 10). Pelaksanaan urusan tata usaha dan

rumah tangga.

Dalam hubungannya dengan kepariwisataan, Balai Taman Nasional

Komodo mempunyai visi pengembangan ekowisata Taman Nasional Komodo

yaitu “ Menjadi Destinasi Ekowisata Kelas Dunia Yang Mandiri Pada Tahun

2015". Visi yang prestisius ini berangkat dari kesadaran akan berbagai potensi

ekowisata yang dimiliki Taman Nasional Komodo.

Berdasarkan pasal 32 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 mengenai

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, taman nasional

dikelola dengan sistem zonasi. Berdasarkan amanat UU tersebut, pengelolaan

Taman Nasional Komodo saat ini dikelola dengan sistem zonasi. Pembagian zona

Page 58: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

58

dalam kawasan TNK telah mengalami satu kali revisi. Pembagian zona awal TNK

adalah melalui SK Dirjen PHKA No. 65/Kpts/Dj-V/2001, berdasarkan SK

tersebut, kawasan TNK dibagi kedalam 10 zona, yaitu Zona inti, Zona rimba,

Zona Bahari, Zona Pemanfaatan Wisata Daratan, Zona Pemanfatan Wisata

Bahari, Zona Pemanfaatan Tradisional Daratan, Zona Pemanfaatan Tradisional

Bahari, Zona Pemukiman Masyarakat Tradisional, Zona Pemanfaatan Khusus

Penelitian dan Pendidikan, dan Zona Pemanfaatan Khusus Pelagis. Namun,

berdasarkan berbagai pertimbangan maka zonasi lama dianggap perlu dilakukan

perubahan. Pada tanggal tanggal 24 Februari 2012 dikeluarkan Keputusan

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam mengenai pembagian

zonasi baru kawasan TNK. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK. 21/ IV-SET/ 2011, tanggal

24 Februari 2012 Tentang Zonasi Taman Nasional Komodo, Pembagian zonasi

Taman Nasional Komodo seluas ± 173.300 Hektar.

Tabel 4.2 berikut merupakan tabel rangkuman Zonasi Taman Nasional

Komodo (TNK).

Page 59: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

59

Tabel 4.2

Pembagian Zona Taman Nasional Komodo

No Nama Zona Luas (Hektar) Kegiatan Yang Diijinkan

1 Zona Inti ± 34.311 Pemantauan oleh petugas

taman nasional, penelitian

(dengan ijin khusus), dan

restorasi lingkungan apabila

terjadi bencana/kerusakan oleh

alam.

2 Zona Rimba ± 66.921, 08 Penelitian, pemantauan,

pendidikan dan kunjungan

wisata alam terbatas.

3 Zona Perlindungan

Bahari

± 36.308 Penelitian, pemantauan,

pendidikan dan kunjungan

wisata alam terbatas

4 Zona Pemanfaatan

Wisata Daratan

± 824 Dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan wisata dan/atau

pendidikan konservasi

5 Zona Pemanfaatan

Wisata Bahari

± 1.584 Dimanfaatkan sebagai obyek

daya tarik wisata alam,

pendidikan, penelitian dan

pengembangan ilmu

pengetahuan.

6 Zona Pemanfaatan

Tradisional Daratan

± 879 Kegiatan wisata, pemanenan

asam (Tamarin) baik untuk

keperluan sendiri (konsumsi)

maupun sebagai komoditas

ekonomi

7 Zona Pemanfaatan

Tradisional Bahari

± 17.308 Pemanfaatan Jenis-jenis ikan

komersial yang tidak termasuk

ke dalam jenis dilindungi,

kegiatan wisata alam taman

8 Zona Khusus

Pemukiman

± 298 Akomodasi untuk wisata tidak

diijinkan.

9 Zona Khusus Pelagis ± 59.601 Pemanfaatan berbagai jenis

biota laut, seperti ikan

komersial, wisata alam

Sumber: Zonasi Taman Nasional Komodo (2012)

Tabel 4.2 memperlihatkan pembagian zona kawasan Taman Nasional

Komodo, luas masing-masing zona serta kegiatan yang dapat dilakukan di dalam

Page 60: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

60

masing-masing zona tersebut. Dalam hubungannya dengan kepariwisataan, dapat

dilihat bahwa dalam zona inti tidak diperbolehkan adanya kegiatan wisata kecuali

untuk pemantauan oleh petugas taman nasional, penelitian (dengan ijin khusus),

dan restorasi lingkungan apabila terjadi bencana/kerusakan oleh alam. Sedangkan

ke delapan zona lainnya dapat dilakukan kegiatan wisata di dalamnya dengan izin

dari otoritas pengelola TNK.

4.1.6 Potensi Ekowisata Taman Nasional Komodo

Daya tarik utama Taman Nasional Komodo (TNK) yaitu reptil raksasa

purba biawak komodo, tetapi keaslian dan kekhasan alamnya khususnya

panorama savana dan panorama bawah laut merupakan daya tarik pendukung

yang potensial. Wisata bahari misalnya memancing, snorkeling, diving,

kano/bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan

adalah pengamatan satwa, hiking, dan berkemah. Mengunjungi TNK dan

menikmati pemandangan alam yang sangat menawan merupakan pengalaman

yang tidak akan pernah terlupakan.

Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi adalah sebagai berikut

(Renstra BTNK 2010-2014):

1. Loh Liang: Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa

komodo, rusa, babi hutan, pengamatan burung, bermain kano, dan

sebagainya.

2. Pantai Merah: merupakan pantai dangkal yang indah dengan terumbu

karang yang menawan. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh turis yang

Page 61: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

61

berkunjung adalah snorkeling, diving dan berjemur (sun bathing), dan

sebagainya.

3. Loh Sebita: Loh Sebita merupakan daerah mangrove dan aktivitas yang

cukup menarik untuk dilakukan adalah pengamatan burung serta tracking.

4. Loh Buaya: Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa

komodo, rusa, kerbau, burung, monyet ekor panjang, kuda liar,

pengamatan burung, bermain kano, dan sebagainya.

5. Pulau Kalong: aktivitas yang dapat dikunjungi antara lain pengamatan

koloni kelelawar dalam jumlah yang cukup besar. Pengamatan paling

menarik dilakukan pada saat sore hari dimana kelelawar mulai keluar

untuk mencari makan.

6. Golo Kode: dari puncak bukit yang dikenal dengan Golo Kode,

pengunjung dapat menyaksikan panorama dan bentang alam yang cukup

fantastik karena keterwakilan berbagai tipe ekosistem dapat disaksikan

dari tempat ini.

7. Selat Molo: selat yang memiliki arus deras seperti air sungai yang

mengalir pada saat pasang maupun surut.

Terdapat 36 dive sites di dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang

sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk menyelam dan snorkeling,

di antaranya adalah sebagai berikut (Renstra BTNK 2010 – 2014) : Pulau Tatawa,

Pantai Merah (Pink beach), Gililawa Laut, Loh Dasami, Pillar Steen, Batu

Bolong, Taka Makasar.

Page 62: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

62

Potensi wisata yang dimiliki Taman Nasional Komodo (TNK) menarik

wisatawan untuk berkunjung. Jumlah wisatawan yang mengunjungi TNK

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah kunjungan wisatawan ke Taman

Nasional Komodo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Pengunjung Taman Nasional Komodo

dari Tahun 2008-2013

No Tahun Jumlah Kunjungan

Wisatawan

1 2008 21.762

2 2009 36.534

3 2010 44.672

4 2011 48.010

5 2012 49.982

6 2013 63.801

Sumber: Diolah dari Data Statistik BTNK (2013)

Dari tabel 4.3 tersebut dapat dilihat adanya angka peningkatan kunjungan

wisatawan ke Taman Nasional Komodo (TNK). Pada Tahun 2008, jumlah

pengunjung TNK sebesar 21.726 orang dan terus mengalami perkembangan

hingga tahun 2013 terdapat 63.801 orang yang mengunjungi TNK. Sekitar 85%

wisatawan yang mengunjungi TNK adalah wisatawan mancanegara (Iriyono, dkk.

2013), selebihnya adalah wisatawan dari dalam negeri.

4.2 Gambaran Umum Desa Komodo

Desa Komodo atau yang juga biasa disebut dengan Kampung Komodo

merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan

Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Desa Komodo terletak di Pulau Komodo

dan merupakan salah satu desa yang berada dalam kawasan Taman Nasional

Komodo.

Page 63: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

63

Sesuai dengan pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK)

dengan sistem zonasi, Desa Komodo termasuk di dalam zona khusus pemukiman,

dimana dalam hubungannya dengan kepariwisataan, segala aktivitas yang

berkaitan dengan kepariwisataan mesti mendapat perizinan dari pengelola

kawasan, yaitu Balai Taman Nasional Komodo (BTNK).

Desa yang terletak di Pulau Komodo ini dikelilingi lautan, sarana

transportasi yang digunakan untuk mencapai desa ini adalah dengan menggunakan

sarana transportasi laut seperti perahu motor atau kapal motor. Bagi mayarakat

umum, perahu motor atau yang biasa mereka sebut “Ojek” merupakan sarana

yang lazim digunakan dengan biaya yang cukup murah apabila mereka bepergian

dari satu tempat ke tempat lainnya. Biaya sekali menumpang dalam perahu motor

dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo adalah Rp 30.000 dengan menempuh waktu

sekitar 3-5 jam. Bagi wisatawan, umumnya mereka menyewa kapal motor yang

ukurannya cukup besar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menunjang

kenyamanan wisatawan, seperti kamar mandi, WC, makanan, kamar tidur, dan

sebagainya. Berbagai failitas yang tersedia dalam kapal motor ini menunjang

wisatawan yang ingin menghabiskan beberapa hari di kawasan TNK. Biaya untuk

menyewa kapal motor berfariasi tergantung dari jenis kapal dan jangka waktu

penyewaan.

4.2.1 Kondisi Geografis

Desa Komodo merupakan sebuah desa yang terletak di Pulau Komodo dan

menjadi bagian dalam pengelolaan Taman Nasional Komodo. Luas wilayah Desa

Page 64: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

64

Komodo mencapai 19.808 Ha atau 28,62% dari luas seluruh desa yang berada

dalam wilayah administrasi Kecamatan Komodo.

Batas-batas wilayah Desa Komodo adalah sebagai berikut: bagian timur

berbatasan dengan Desa Pasir Panjang, bagian barat berbatasan dengan Pulau

Kelapa, bagian selatan berbatasan dengan Selat Sumba dan bagian utara

berbatasan dengan Gili Banta (Perencanaan Partisipatif di Tiga Desa Pulau Zona

Inti Taman Nasional Komodo, 2012).

4.2.2 Kondisi Sosial

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada bulan Juni 2014, jumlah

penduduk yang mendiami Desa Komodo adalah sebesar 1.727 orang. Desa

Komodo terbagi ke dalam empat dusun, yaitu dusun I, dusun II, dusun III, dan

dusun IV. Berikut adalah ini merupakan tabel jumlah penduduk Desa Komodo

yang dirinci per dusun.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Komodo

Keadaan: Bulan 06 Tahun 2014

No Dusun Jumlah KK Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Dusun I 99 200 206 406

2 Dusun II 88 198 190 388

3 Dusun III 110 202 302 504

4 Dusun IV 109 208 221 429

Jumlah 406 808 919 1.727

Sumber: Diolah dari Data Kecamatan Komodo (2014)

Tabel 4.4 merupakan rekapitulasi jumlah penduduk Desa Komodo

berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada bulan Juni 2014. Dari tabel

tersebut dapat dilihat terdapat total 406 kepala keluarga (KK) di Desa Komodo.

Total jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan di Desa Komodo adalah

Page 65: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

65

berjumlah 919 orang dan laki-laki sebanyak 808 orang. Jumlah keseluruhan

masyarakat yang mendiami Desa Komodo adalah 1.727 orang. Dusun III

merupakan dusun dengan jumlah penduduk paling banyak, yaitu 504 orang dan

dusun II dengan jumlah paling sedikit, yaitu 388 orang.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Komodo saat ini dapat dikatakan

rendah. Dari total 1.727 masyarakat Desa Komodo terdapat 1.570 masyarakat

desa yang tidak/belum menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun yang

dicanangkan pemerintah nasional. Program wajib belajar itu sendiri mewajibkan

setiap warga negara untuk bersekolah 9 tahun yaitu mulai tingkat 1 sekolah dasar

sampai kelas 9 sekolah menengah pertama. Pada tabel 4.5 berikut dapat dilihat

mengenai data penduduk desa berdasarkan pendidikan.

Tabel 4.5

Data Penduduk Desa Komodo Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Dusun Jumlah

I II III IV

1 Tidak/Belum Sekolah 179 177 265 167 788

2 Belum Tamat SD 60 61 82 99 302

3 Tamat SD/Sederajat 116 113 120 131 480

4 SLTP/Sederajat 23 14 25 22 84

5 SLTA/Sederajat 20 21 12 10 63

6 Diploma I/II 2 - - - 2

7 Akademi/Diploma III 6 - - - 6

8 Diploma IV/Strata - 2 - - 2

9 Strata II - - - - -

10 Strata III - - - - -

Jumlah 406 388 504 429 1.727

Sumber: Diolah dari Data Kecamatan Komodo (2014)

Sebagai catatan, data dalam tabel 4.5 mengenai penduduk Desa Komodo

berdasarkan pendidikan tersebut bisa berubah saat tahun ajaran baru dimulai,

Page 66: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

66

karena saat ini terdapat pelajar dari Desa Komodo yang sedang melanjutkan

pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Mayoritas masyarakat yang mendiami Desa Komodo berprofesi sebagai

nelayan. Nelayan merupakan profesi yang diwariskan secara turun-temurun dalam

kehidupan masyarakat Desa Komodo. Letak Desa Komodo yang berada di Pulau

Komodo yang dikelilingi lautan menjadi faktor yang mendukung masyarakat Desa

Komodo sebagai nelayan.

Tabel 4.6

Data Penduduk Desa Komodo Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Dusun Jumlah

I II III IV

1 Tidak/belum bekerja 91 138 71 77 377

2 Mengurus rumah tangga 103 90 105 103 401

3 Pelajar 116 97 184 115 512

4 PNS 4 1 1 1 7

5 Nelayan 77 55 140 132 404

6 Karyawan honorer 13 1 1 - 15

7 Perangkat desa 2 6 3 1 12

Jumlah 406 388 504 429 1.727

Sumber: Diolah dari Data Kecamatan Komodo (2014)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Desa

Komodo bermatapencaharian sebagai nelayan. Jumlah masyarakat Desa Komodo

yang merupakan nelayan adalah sebanyak 404 orang. Selain sebagai nelayan,

terdapat masyarakat Desa Komodo yang bekerja sebagai karyawan honorer yaitu

sebanyak 15 orang, Perangkat desa sebanyak 12 orang dan Pegawai Negeri

Swasta (PNS) sebanyak 7 orang.

Page 67: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

67

BAB V

BENTUK-BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DESA KOMODO

DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI PULAU KOMODO

Ekowisata merupakan sebuah bentuk pariwisata yang menekankan

partisipasi masyarakat dalam pengembangannya. Masyarakat Desa Komodo

berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Mayoritas

masyarakat Desa Komodo bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, dengan

semakin berkembangnya kepariwisataan di Taman Nasional Komodo umumnya

maupun di Pulau Komodo khususnya, menarik minat masyarakat desa untuk

berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo tidak lepas dari campur tangan pihak-pihak pemangku

kepentingan (stakeholders). Stakeholders yang terlibat berasal dari unsur

pemerintah maupun swasta, seperti Balai Taman Nasional Komodo, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Bank Negara Indonesia,

Yayasan Komodo Kita, dan sebagainya. Masing-masing stakeholders mempunyai

peran dalam mendukung partisipasi masyarakat Desa Komodo, seperti dengan

cara memberikan pelatihan pengembangan sumber daya manusia, bantuan

permodalan, serta bantuan peralatan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terungkap bahwa bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 1). Partisipasi masyarakat Desa

Page 68: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

68

Komodo dalam program Desa Wisata Komodo BNI, 2). Partisipasi masyarakat

Desa Komodo dalam usaha ekowisata, dan 3). Partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam konservasi.

5.1 Partisipasi Masyarakat Desa Komodo dalam Program Desa Wisata

Komodo BNI

Desa wisata menurut Nuryanti dalam Putra dan Pitana (2010), adalah suatu

bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan

dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan

tradisi yang berlaku. Putra dan Pitana (2010) mendefinisikan desa wisata sebagai

pengembangan desa menjadi destinasi wisata dengan sistem pengelolaan yang

bersifat dari, oleh, dan untuk masyarakat. Putra dan Pitana menambahkan bahwa

di dalam konsep desa wisata, peran aktif pembangunan dan pengelolaan desa

wisata berada di tangan masyarakat desa. Dari pengertian mengenai desa wisata

yang telah dipaparkan tersebut, mengindikasikan tentang pentingnya peran serta

masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata.

Pada bulan Februari 2013, Desa Komodo diresmikan sebagai Desa Wisata

Komodo Bank Negara Indonesia (BNI). Program Desa Wisata Komodo

disponsori oleh BNI dengan dibantu oleh Yayasan Komodo Kita (YKK). Intervesi

YKK dalam program Desa Wisata Komodo BNI antara lain adalah

pengembangan sumber daya manusia, program kebersihan kampung, penguatan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan pembangunan

insfrastruktur desa, dan sebagainya (Progress Report Pengembangan Desa Wisata

Komodo BNI, 2014). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bentuk-bentuk

Page 69: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

69

partisipasi masyarakat dalam program Desa Wisata Komodo BNI, di antaranya

adalah sebagai berikut.

1. Memberikan Usulan

Menurut Davis (Sastropoetro, 1988), partisipasi dapat didefinisikan

sebagai keterlibatan mental / pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam

situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada

kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap

usaha yang bersangkutan. Sumbangan yang diberikan oleh masyarakat Desa

Komodo terhadap pengembangan Desa Wisata Komodo BNI berupa usulan.

Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Huraerah (2008),

partisipasi masyarakat Desa Komodo tersebut termasuk dalam partisipasi buah

pikiran, dimana masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dengan menuangkan

buah pikirannya yaitu berupa usulan. Usulan masyarakat merupakan hal yang

menjadi pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan suatu proyek

pembangunan.

Bapak Samuel yang berkedudukan sebagai Program Manager Yayasan

Komodo Kita, menjelaskan bahwa dalam program Desa Wisata Komodo BNI,

masyarakat Desa Komodo dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan

bersama. Berikut adalah kutipan pernyataan dari bapak Samuel:

“Pendekatan pembangunan LSM/Yayasan adalah bottom up planning.

Proses need assesment bersama masyarakat, perencanaan apa yang

dibangun dan di mana tempatnya dibangun bersama masyarakat.

Artinya proses pengambilan keputusan bersama masyarakat.

Merumuskan, berdiskusi dan memutuskan apa yang harus dibangun

atau dilakukan”.

Page 70: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

70

Dari informasi yang diperoleh dari bapak Samuel tersebut, dapat diketahui

bahwa masyarakat Desa Komodo berpartisipasi secara aktif dalam program Desa

Wisata Komodo. Partisipasi aktif masyarakat Desa Komodo dalam program Desa

Wisata Komodo yaitu melalui perencanaan dengan pendekatan bottom up

planning, merumuskan, berdiskusi dan memutuskan apa yang harus dibangun atau

dilakukan.

Informasi yang diperoleh dari bapak Samuel terkonfirmasi ketika peneliti

mewawancarai Kepala Desa Komodo. Berikut adalah kutipan wawancara dengan

bapak Haji Aksa yang merupakan Kepala Desa Komodo:

“Saran masyarakat itu agar pekerjaan jalan pantai tidak menghalangi.

Warga meminta agar jalan pantai tidak menghalangi antara RT, karena

anak-anak sekolah juga perlu jalan itu. Masyarakat Desa juga buat

proposal mengenai jalan setapak, MCK komunal, tempat pemandian

umum itu”.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala Desa Komodo tersebut,

diketahui bahwa masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam rencana

pengembangan Desa Wisata Komodo BNI, yaitu dengan cara memberikan saran

terhadap pengembangan Desa Wisata Komodo. Saran yang diberikan oleh

masyarakat desa agar dalam pembangunan jalan pantai tidak menghambat

pergerakan masyarakat.

Situasi pertemuan Yayasan Komodo Kita dengan masyarakat Desa

Komodo ketika berdiskusi tentang program Desa Wisata Komodo BNI dapat

dilihat pada gambar 5.1 berikut.

Page 71: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

71

Gambar 5.1 Situasi Pertemuan Kesepakatan Kampung

Sumber: http://komodokita.org

Berdasarkan studi dokumen yang termuat dalam “Laporan Akhir Tahunan

2013” dari Yayasan Komodo Kita, diketahui bahwa pada periode Mei sampai

dengan 31 Desember 2013, Yayasan Komodo Kita menjalankan sejumlah proyek

fisik di Desa Komodo, di antaranya membangun 20 unit sarana Mandi Cuci

Kakus (MCK) komunal di Desa Komodo.

Bapak Taher yang merupakan masyarakat Desa Komodo memberikan

informasi tentang adanya pertemuan Desa Komodo dengan Yayasan Komodo

Kita (YKK) mengenai pengembangan Desa Wisata Komodo. Dimana dalam

pertemuan tersebut, masyarakat desa memberikan usulan terkait dengan

pengembangan Desa Wisata Komodo. Berikut adalah kutipan wawancara dengan

Pak Taher:

“Dari yayasan (YKK) ada penjelasan tentang pembangunan jalan

setapak, kandang kambing, pemandian umum, air bersih. Waktu itu

Page 72: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

72

kita ikut pertemuannya, semua tokoh-tokoh dari Desa Komodo

dibicarakan tentang maksud dan tujuan YKK untuk membangun Desa

Wisata Komodo. Waktu itu ada usul dari warga tentang masalah MCK

yang dibangun oleh yayasan, karena MCK yang dibangun adalah satu

item untuk 10 KK, warga usulkan agar MCK dibangun pada masing-

masing rumah. Namun yayasan tetap mambangun satu MCK untuk 10

KK”.

Dari informasi yang diberikan oleh Pak Taher tersebut diketahui bahwa

masyarakat Desa Komodo turut berpartisipasi dalam program Desa Wisata

Komodo BNI dengan cara memberikan memberikan usulan. Usulan masyarakat

Desa Komodo yaitu agar Yayasan Komodo Kita (YKK) membangun MCK pada

tiap-tiap rumah , namun dalam pelaksanaannya YKK hanya menyanggupi satu

unit MCK bagi 10 KK.

Bentuk patisipasi masyarakat Desa Komodo dengan memberikan usul dan

saran dalam pengembangan Desa Wisata Komodo apabila dikaitkan dengan

tipologi partisipasi masyarakat menurut Jules Pretty (1995) termasuk dalam

karakter partisipasi konsultatif, yaitu masyarakat berpartisipasi dengan cara

berkonsultasi, melakukan dengar pendapat, sedangkan pihak luar mendengarkan,

menganalisis masalah dan pemecahannya. Masyarakat Desa Komodo

berpartisipasi dalam program pengembangan Desa Wisata Komodo BNI dengan

berkonsultasi dan melakukan dengar pendapat dalam bentuk memberikan usulan-

usulan. Sedangkan pihak luar, dalam hal ini adalah pihak Yayasan Komodo Kita,

mendengarkan usulan dan saran masyarakat Desa Komodo tersebut.

2. Sebagai Pekerja Proyek Pembangunan Infrastruktur Desa

Menurut Ericson dalam Slamet (1994), partisipasi di dalam tahap

pelaksanaan adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu

Page 73: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

73

proyek. Dalam tahap ini, masyarakat dapat memberikan tenaga, uang ataupun

material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada

pekerjaan tersebut. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, masyarakat Desa

Komodo berpartisipasi dalam program Desa Wisata Komodo BNI sebagai pekerja

proyek pembangunan infrastruktur desa.

Pengembangan Desa Wisata Komodo BNI diawali dengan pembangunan

berbagai infrastruktur di Desa Komodo. Berbagai infrastruktur desa yang

dibangun berupa pembangunan jalan desa dengan paving block, pembangunan

saluran pembuangan (drainase) desa, pengembangan sarana Mandi Cuci Kakus

(MCK) komunal, pembangunan jalan pantai, dan sebagainya (Progress Report

Pengembangan Desa Wisata Komodo BNI, 2014). Pembangunan berbagai

infrastruktur tersebut dilakukan pada periode Mei sampai dengan 31 Desember

2013 (Laporan Akhir Tahunan 2013-Yayasan Komodo Kita). Dalam membangun

berbagai infrastruktur desa tersebut, Yayasan Komodo Kita menggunakan pekerja

baik pekerja yang didatangkan dari luar Desa Komodo maupun pekerja dari

masyarakat Desa Komodo sendiri. Masyarakat Desa Komodo berpartisipasi

dengan menjadi pekerja proyek pembangunan infrastruktur desa, seperti proyek

pembangunan jalan setapak, jalan pantai dan MCK.

Kepala Desa Komodo yaitu bapak Haji Aksa memberikan informasi

mengenai adanya masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam pekerjaan

infrastruktur desa tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Kepala

Desa Komodo:

“...90% program desa wisata itu sudah selesai, seperti jalan setapak,

MCK komunal, tempat pemandian umum. Tapi kalau jalan pantainya

Page 74: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

74

belum selesai semuanya. Pekerjaanya ada dari masyarakat Desa

Komodo dan juga dibantu oleh orang dari luar”.

Dari keterangan yang diberikan oleh Kepala Desa Komodo tersebut

terungkap bahwa masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam pekerjaan

infrastruktur desa dengan dibantu oleh pekerja yang berasal dari luar Desa

Komodo. Gambar jalan pantai di Desa Komodo masih dalam proses pengerjaan

dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini.

Gambar 5.2 Pembangunan Jalan Pantai di Desa Komodo

Sumber: Dokumentasi Yayasan Komodo Kita (2014)

Berdasarkan data daftar penerima manfaat langsung program Yayasan

Komodo Kita 2013 yang termuat dalam “Laporan Akhir Tahunan 2013”,

diketahui bahwa terdapat 6 (enam) orang masyarakat Desa Komodo yang terlibat

dalam pekerjaan jalan setapak di Desa Komodo, dan mereka memperoleh imbalan

masing-masing sebesar Rp 5.319.000. Dari data tersebut menunjukkan adanya

Page 75: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

75

partisipasi masyarakat Desa Komodo yaitu sebagai pekerja dalam proyek

pengembangan Desa Wisata Komodo.

Informasi lain mengenai partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

proyek pembangunan infrastruktur desa berasal dari bapak Taher dan bapak

Iskandar. Berikut adalah kutipan wawancara dengan dua narasumber yang

merupakan masyarakat Desa Komodo yang terlibat dalam pekerjaan infrastruktur

desa:

Kutipan wawancara dengan Pak Taher:

“...untuk jalan pantai yang saat ini sedang dikerjakan oleh masyarakat

Desa Komodo, karena jalan ini sistemnya proyek. Panjangnya 600

meter dari kampung lama ke kampung baru, dengan anggaran 125 juta

untuk buat dermaga itu. Pekerja dermaga pantai itu dari kampung

Komodo ada 6 orang, tempo kerja nya 4 bulan sampai semuanya

selesai”.

Kutipan wawancara dengan Pak Iskandar:

“Masyarakat usulkan agar pembuatan MCK agar kualitasnya

diperbaiki. Pembuat MCK komunal tukangnya berasal dari luar

dengan dibantu oleh masyarakat Desa Komodo. Pembuatan MCK

oleh tukang belum sampai selesai, masyarakat Desa Komodo yang

selesakan pekerjaannya. Masyarakat Desa dibayar oleh YKK untuk

membuat MCK komunal itu”.

Berdasarkan berbagai keterangan yang telah dipaparkan tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa salah satu bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam program Desa Wisata Komodo BNI adalah dengan bekerja pada proyek

pembangunan infrastruktur. Sesuai dengan tipologi partisipasi masyarakat

menurut Pretty (1995), partisipasi masyarakat Desa Komodo tersebut termasuk

dalam karakterisitik partisipasi insentif material, dimana masyarakat berpartisipasi

dengan menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik

Page 76: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

76

berupa uang maupun bentuk materi lainnya. Masyarakat Desa Komodo

berpartisipasi sebagai pekerja proyek pembangunan infrastruktur desa dan sebagai

imbalannya, masyarakat Desa Komodo yang bekerja memperoleh insentif berupa

uang.

5.2 Partisipasi Masyarakat Desa Komodo dalam Usaha Ekowisata

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan

bahwa usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan / atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha

pariwisata tentunya menyediakan produk yang ditawarkan kepada wisatawan

yaitu barang dan jasa. Produk wisata itu sendiri diklasifikasi dalam dua jenis,

yaitu produk yang berwujud (tangible) seperti makanan, minuman, cenderamata,

dan sebagainya, maupun produk wisata yang tidak berwujud (intangible), seperti

jasa perjalanan wisata, jasa akomodasi wisata, jasa guiding, jasa angkutan wisata,

dan sebagainya. Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di

Pulau Komodo menghasilkan produk yang berwujud maupun produk yang tidak

berwujud.

Ekowisata menekankan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya.

Pada tahun 2002, Epler Wood menjelaskan bahwa dalam ekowisata selalu

menekankan tentang pentingnya partisipasi masyarakat, kepemilikan dan

kesempatan usaha, khususnya bagi masyarakat lokal. Masyarakat Desa Komodo

sebagai masyarakat penyelenggara ekowisata di Pulau Komodo telah

berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo. Partisipasi masyarakat

Desa Komodo baik perorangan maupun dalam kelompok. Berdasarkan hasil

Page 77: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

77

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumen, terungkap

berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo

di antaranya sebagai berikut.

1. Pengerajin Patung Komodo

Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo salah satunya adalah dengan menjadi pengerajin patung komodo.

Kecendrungan wisatawan untuk memiliki oleh-oleh khas dari suatu daerah yang

mereka kunjungi membuka peluang bagi masyarakat setempat untuk menyediakan

cenderamata khas, seperti patung komodo untuk dijual kepada wisatawan yang

mengunjungi Pulau Komodo. Para pengerajin patung komodo di Desa Komodo

menghasilkan produk nyata (tangible) yang merupakan ciri khas dari Pulau

Komodo yaitu patung komodo bagi wisatawan.

Pengerajin patung komodo di Desa Komodo bergabung dalam sebuah

kelompok yang bernama kelompok Gunung Ara. Berdasarkan informasi yang

diperoleh dari Pak Hermanto yang merupakan anggota resort Kampung Komodo,

saat ini terdapat 34 masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai pengerajin

patung yang tergabung dalam kelompok Gunung Ara. Masyarakat Desa Komodo

yang berprofesi sebagai pengerajin patung komodo dapat dilihat pada gambar 5.3

berikut.

Page 78: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

78

Gambar 5.3 Pengerajin Patung di Desa Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Keterlibatan pihak pemerintah melalui Balai Taman Nasional Komodo

(BTNK) banyak membantu masyakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai

pengerajin patung. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Ibu Rini yang

merupakan salah seorang staf BTNK:

“Kegiatan pemberdayaan macam-macam sih, dari yang patung,

pelatihan patung yang pertama itu juga dari balai (BTNK) yang

mendatangkan pelatihnya itu dari Bali. Terus kita ada pembinaan terus

kelompok itu sampai sekarang, terakhir kemarin ada bantuan kayu

yah, kayu sama peralatan, bantuan ..”

Dari kutipan wawancara dengan Ibu Rini tersebut dapat diketahui bahwa,

pihak pemerintah melalui BTNK berperan serta dalam membantu para pengerajin

patung dari Desa Komodo, yaitu dengan mendatangkan ahli patung untuk

memberikan pelatihan pembuatan patung bagi masyarakat Desa Komodo. Selain

itu, BTNK juga memberi bantuan bahan baku kerajinan berupa kayu, serta

Page 79: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

79

peralatan pembuatan patung. Pihak BTNK juga melakukan pembinaan secara

berkelanjutan terhadap pengerajin patung sampai sekarang ini.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa masyarakat Desa

Komodo yang bekerja sebagai pengerajin patung awalnya merupakan nelayan,

namun kini beralih profesi menjadi pengerajin patung. Berikut adalah kutipan

wawancara dengan bapak Mustamin yang merupakan masyarakat Desa Komodo

yang berprofesi sebagai pengerajin patung komodo:

“Saya mulai memahat (patung) pada tahun 2003, saya ikut orang tua.

Sebelum jadi pemahat saya dulu nelayan. Awalnya hanya iseng-iseng

saja”.

Dari kutipan wawancara dengan bapak Mustamin tersebut diketahui

bahwa Ia telah memulai bekerja sebagai pengerajin patung komodo pada tahun

2003 sampai sekarang. Awalnya Ia merupakan seorang nelayan yang kemudian

beralih profesi sebagai pengerajin patung komodo.

Informasi lain mengenai partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

usaha ekowisata berasal dari bapak Supardin yang merupakan masyarakat Desa

Komodo yang berprofesi sebagai pengerajin patung. Berikut adalah kutipan

wawancara dengan bapak Supardin:

“Saya Supardin, saya pengerajin patung di sini (Desa Komodo). Saya

sudah jadi pengerajin patung komodo 4-5 tahun. Sebelumnya saya

adalah nelayan. Awalnya saya gabung atas kemauan sendiri. Biasanya

saya bisa buat 3 patung satu hari. Pengerajin patung di sini jual

patungnya ke pemborong. Harga patungnya beda-beda ya.. tergantung

ukuran, patung besar bisa sampai jutaan, yang sedang bisa Rp 100.000

kalau yang kecil Rp 12.500. Kayu saya dapat 20 batang dibantu oleh

Mba Dewi (BTNK). Pesan Ibu Dewi agar tidak ambil kayu dalam

lokasi (dalam Pulau Komodo)”.

Page 80: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

80

Berdasarkan informasi dari bapak Supardin tersebut, diketahui bahwa

awalnya Pak Supardin merupakan seorang nelayan yang kemudian beralih profesi

sebagai pengerajin patung komodo. Ia telah bekerja sebagai pengerajin patung

kurang lebih 4 sampai 5 tahun.

Dari berbagai informasi yang disampaikan oleh informan yang telah

dipaparkan tersebut, terungkap bahwa salah satu bentuk partisipasi masyarakat

Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo adalah dengan menjadi

pengerajin patung komodo. Para pengerajin patung komodo di Desa Komodo

bergabung dalam sebuah kelompok yang dinamakan kelompok Gunung Ara.

2. Menjual Cenderamata

Selain menjadi pengerajin patung komodo, bentuk lain partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo adalah

dengan menjual cenderamata. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui

bahwa para penjual cenderamata dulunya merupakan nelayan yang kemudian

beralih profesi menjadi penjual cenderamata. Berikut ini adalah kutipan

wawancara dengan bapak M. Tohir yang merupakan salah seorang masyarakat

Desa Komodo yang berprofesi sebagai penjual cenderamata di Loh Liang:

“Saya sudah 10 tahun menjual di sini (di Loh Liang), saya menjual

patung, mutiara, kaus komodo juga. Dulu saya nelayan, kebanyakan

kami disini dulunya juga nelayan. Kalau penghasilan di sini lumayan

juga yah, bisa menghidupi keluarga. Pemasukan kami tidak menentu

yah, ada kapal besar masuk, baru banyak yang beli. Harapan saya agar

cenderamata lebih laku dan juga fasilitas jualan harus lebih bagus”.

Dari informasi yang diberikan bapak Tohir tersebut, diketahui bahwa Ia

telah bekerja sebagai penjual cenderamata di Loh Liang selama 10 tahun.

Sebelum menjadi penjual cenderamata, bapak Tohir adalah seorang nelayan.

Page 81: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

81

Bapak Tohir juga menginformasikan bahwa, penghasilan yang Ia peroleh dari

pekerjaannya sebagai penjual cenderamata di Loh Liang membuatnya mampu

menghidupi keluarganya. Aktivitas para penjual cenderamata di Loh Liang dapat

dilihat pada gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4 Penjual Cenderamata di Loh Liang, Pulau Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Informasi lain mengenai partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

usaha ekowisata dengan menjual cenderamata berasal dari bapak Elias. Berikut

adalah kutipan wawancara dengan bapak Elias yang bekerja sebagai penjual

cenderamata di Loh Liang:

“Sudah 8 tahun saya menjual cenderamata di sini. Saya dulu nelayan

sebelum menjual di sini. Kalau keuntungannya, saya bisa memberi

makan keluarga, saya juga bisa sekolahkan anak saya dan bisa bantu

orang tua saya. Patung-patung yang saya jual ini dibeli dari pembuat

patung”.

Page 82: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

82

Dari informasi bapak Elias tersebut, diketahui bahwa bapak Elias telah

bekerja sebagai penjual cenderamata di Loh Liang selama 8 tahun. Keuntungan

yang Ia peroleh dari pekerjaannya digunakan untuk menafkahi keluarganya,

menyekolahkan anaknya dan membantu orang tuanya. Pak Elias juga

menginformasikan bahwa patung yang Ia jual, awalnya dibeli dari pengerajin

patung.

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa para penjual cenderamata

menjual barang-barangnya di art shop yang telah disediakan oleh Balai Taman

Nasional Komodo (BTNK) di Loh Liang dan di art shop yang berada di Desa

Komodo. Penulis menemukan bahwa penjualan cenderamata di art shop yang

disediakan oleh BTNK di Loh Liang lebih menguntungkan dari pada menjual

cenderamata di art shop yang berada di Desa Komodo. Hal tersebut terjadi karena

Loh Liang merupakan pintu masuk bagi wisatawan yang mengunjungi Pulau

Komodo, di mana terdapat banyak wisatawan di Loh Liang, sehingga peluang

untuk menjual cenderamata kepada wisatawan lebih besar.

Selain itu, terdapat beberapa penjual cenderamata yang berinisiatif untuk

mencari pembeli dengan menggunakan perahu motor ke tempat-tempat di mana

wisatawan berada di sekitar Pulau Komodo, misalnya di pantai merah (Pink

beach). Hal ini merupakan tindakan yang tidak diperkenankan karena berpotensi

mengganggu kenyamanan wisatawan.

Berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut, menjelaskan salah satu

bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata dengan

menjual cenderamata. Masyarakat Desa Komodo yang bekerja sebagai penjual

Page 83: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

83

cenderamata awalnya merupakan nelayan yang kemudian beralih profesi. Para

penjual cenderamata menyediakan produk ekowisata yang berwujud (tangible)

berupa cenderamata bagi wisatawan yang mengunjungi Pulau Komodo.

3. Naturalist Guide

Menjadi naturalist guide merupakan salah satu bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo. Masyarakat

Desa Komodo yang bekerja sebagai naturalist guide di Loh Liang menghasilkan

produk ekowisata yang tidak berwujud (intangible) yaitu berupa pelayanan

(service) bagi wisatawan yang mengunjungi Pulau Komodo. Tugas dari naturalist

guide adalah memandu wisatawan yang ingin menyaksikan hewan komodo di Loh

Liang. Dengan berpartisipasi dalam usaha ekowisata sebagai naturalist guide,

masyarakat Desa Komodo berperan serta dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo.

Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata sebagai

naturalist guide tidak lepas dari campur tangan berbagai stakeholders, seperti dari

Balai Taman Nasonal Komodo dan Yayasan Komodo Kita. Peran stakeholders

tersebut adalah dengan memberikan pelatihan terhadap naturalist guide untuk

meningkatan kualitas sumber daya manusia naturalist guide itu sendiri. Adapun

masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai naturalist guide di Loh Liang,

dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut.

Page 84: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

84

Gambar 5.5 Naturalist guide di Loh Liang, Pulau Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Bapak Tasrif adalah salah seorang masyarakat dari Desa Komodo yang

berkedudukan sebagai ketua naturalist guide di Loh Liang. Ia memberikan

berbagai informasi mengenai pekerjaannya sebagai naturalist guide, berikut ini

merupakan kutipan wawancara dengan bapak Tasrif:

“Tugas kami (naturalist guide) menghantar tamu atau pemandu

wisata. Ada sembilan orang anggota (anggota naturalist guide) dari

Kampung Komodo. Dulu awalnya saya nelayan, saya ikut-ikutan

orang tua saya yang juga nelayan. Sekarang ini susah tangkap ikan di

laut, apalagi cumi itu tunggu musimnya baru bisa dapat banyak.

Masyarakat di sini (Desa Komodo) kebanyakan nelayan. Saya ketua

naturalist guide di Loh Liang ini. Tugas kami ya menghantar tamu.

Kesulitan kami biasanya pada saaat musim kawin komodo, karena

pada saat itu hewan komodo sulit dijumpai”.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari bapak Tasrif tersebut terungkap

bahwa terdapat 9 (sembilan) orang masyarakat Desa Komodo yang menjadi

naturalist guide di Loh Liang. Ia juga menginformasikan bahwa tugas mereka

Page 85: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

85

sebagai naturalist guide adalah sebagai pemandu wisata di Loh Liang. Bapak

Tasrif sendiri awalnya merupakan seorang nelayan, Ia beralih pekerjaan menjadi

naturalis guide di Loh Liang karena menurutnya saat ini lebih sulit menangkap

ikan.

Informasi lainnya mengenai partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

usaha ekowisata di Pulau Komodo dengan menjadi naturalist guide berasal dari

bapak Hariyono Abdulah. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan bapak

Hariyono Abdulah yang bekerja sebagai naturalist guide di Loh Liang:

“Kesulitan kami di sini yah, karena pekerjaan kami ini menghadapi

komodo. Kami bertanggung jawab terhadap keselamatan turis.

Komodo di sini yang paling agresif itu komodo yang masih muda.

Wisatawan itu kan ada yang datang berkelompok, jadi kami kesulitan

dalam mengawasi wisatawan itu satu-satu. Jadi naturalist guide di sini

(Loh Liang) harus tahu cara menghadapi komodo”.

Informasi yang diberikan oleh bapak Hariyono tersebut mengindikasikan

pekerjaannya sebagai naturalist guide di Loh Liang. Menurutnya, mereka yang

berprofesi sebagai naturalist guide bertanggung jawab terhadap keselamatan

wisatawan. Mengingat hewan komodo merupakan jenis hewan pemakan daging

(karnivora), hewan ini berpotensi menyerang manusia yang berada di dekatnya.

Berdasarkan Informasi yang diberikan oleh bapak Hariyono tersebut, dapat

dipelajari bahwa untuk menjadi naturalist guide di Taman Nasional Komodo

umumnya ataupun di Pulau Komodo khususnya membutuhkan keterampilan

dalam menghadapi hewan komodo.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa menjadi naturalist guide merupakan salah satu bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata. Tugas dari naturalist guide

Page 86: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

86

adalah memandu wisatawan yang ingin melihat hewan komodo dari dekat dengan

bertanggung jawab terhadap keselamatan wisatawan.

4. Mengelola Homestay

Pada pembahasan sebelumnya (lihat sub-bab 5.1), telah diulas mengenai

partitipasi masyarakat Desa Komodo dalam program Desa Wisata Komodo BNI.

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam program tersebut

adalah dengan mengelola homestay. Mengelola homestay merupakan bagian dari

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo.

Definisi homestay menurut Lynch (2003) seperti yang dikutip Lama, M.

(2013) adalah sebagai berikut: “homestay is a type of accommodation where

visitors or guests pay directly or indirectly to stay in private homes, where

interaction takes place to a greater or lesser degree with a host and/or family who

usually live upon the premises and with whom public space is shared to a greater

or lesser degree”. Definisi mengenai Homestay oleh Lynch tersebut dapat

diterjemahkan seperti berikut ini: “Homestay merupakan sebuah jenis akomodasi

berupa rumah-rumah pribadi, di mana para pengunjung atau tamu membayar

secara langsung atau tidak langsung kepada pemilik rumah, di mana interaksi

terjadi secara intensif karena terdapat bagian-bagian rumah yang digunakan secara

bersama antara tamu dan tuan rumah”. Dari definisi mengenai homestay tersebut

dapat dilihat signifikansi peran serta tuan rumah dalam pengelolaan sebuah

homestay. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, masyarakat Desa Komodo

berperan serta dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo melalui usaha di

bidang ekowisata dengan mengelola homestay.

Page 87: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

87

Wawancara dengan bapak Samuel yang berkedudukan sebagai Program

Manager Yayasan Komodo Kita memberikan informasi mengenai adanya

pengembangan homestay dalam program Desa Wisata Komodo. Berikut adalah

kutipan wawancara dengan bapak Samuel:

“Iya benar, di Desa Komodo ini ada lebih dari enam homestay, kalau

jumlah pastinya tanya staf saya yang hafal jumlahnya. Memang ada

bantuan dari YKK soal homestay itu, tapi bantuannya kecil yah.. tidak

perlu disebutkan saja”.

Informasi singkat yang diberikan oleh bapak Samuel tersebut sudah cukup

mengindikasikan adanya partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam program

Desa Wisata Komodo BNI yaitu dengan mengelola homestay. Yayasan Komodo

Kita turut serta dalam pengembangan homestay tersebut, meski dengan bantuan

yang berskala kecil.

Masyarakat Desa Komodo sendiri membenarkan adanya masyarakat Desa

Komodo yang mengelola homestay dirumahnya. Berikut adalah informasi yang

diberikan oleh bapak Iskandar yang merupakan masyarakat Desa Komodo yang

terlibat dalam program Desa Wisata Komodo BNI:

“Program homestay saat ini sudah berjalan, yayasan (YKK) dengan

dana BNI memberi bantuan tempat tidur kepada masyarakat yang

adakan homestay dirumahnya. Tetapi homestay itu sendiri kadang-

kadang berjalan, kadang-kadang tidak. Kalau di Desa Komodo ini ada

banyak homestay ya, saya kurang tahu juga pastinya. Kalau homestay-

nya tidak merata, tamu jarang menginap di homestay warga. yah

mungkin promosinya barangkali yang kurang. Harapan kami semoga

tamu-tamu lebih mengetahui ada homestay di rumah masyarakat, biar

masyarakat dapat pemasukan tambahan”.

Informasi yang diberikan oleh Pak Iskandar tersebut memberikan

konfirmasi terhadap adanya partisipasi masyarakat dalam usaha ekowisata yaitu

dengan mengelola homestay, meskipun dalam keterangan Pak Iskandar tersebut

Page 88: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

88

terindikasi bahwa program homestay tidak berjalan semestinya, artinya minim

wisatawan yang memakai jasa homestay tersebut.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut, diketahui

bahwa salah satu bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha

ekowisata di Pulau Komodo yaitu dengan mengelola homestay. Pengelolaan

homestay oleh masyarakat Desa Komodo tidak lepas dari campur tangan Yayasan

Komodo Kita yang merupakan salah satu stakeholder ekowisata di Pulau

Komodo. Dengan mengelola homestay, artinya masyarakat Desa Komodo

berperan serta dalam usaha ekowisata dengan menyediakan menyediakan produk

ekowisata yang tidak berwujud (intangible).

5. Menyewakan Perahu Motor

Menyewakan perahu motor merupakan salah satu bentuk partisipasi

masyarakat Desa komodo dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo. Produk yang

dihasilkan dari penyewaan perahu motor oleh masyarakat Desa Komodo tersebut

tidak berwujud (intangible) yaitu berupa jasa angkutan. Lokasi Pulau Komodo

yang dikelilingi lautan membuat transportasi laut menjadi transportasi utama di

wilayah ini. Kapal motor maupun perahu motor merupakan sarana transportasi

yang umum digunakan oleh masyarakat umum ataupun wisatawan yang datang

atau pergi dari Pulau Komodo.

Masyarakat Desa Komodo yang mayoritas merupakan nelayan tradisional

memiliki perahu motor untuk menangkap ikan. Mereka memanfaatkan perahu

motor tersebut untuk memperoleh tambahan pemasukan, yaitu dengan

Page 89: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

89

menyewakannya kepada kapal-kapal motor yang hendak menurunkan wisatawan

ke pantai-pantai di sekitar Pulau Komodo, seperti di Pantai Merah (Pink beach).

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak A. Latif yang

berkedudukan sebagai ketua resort Kampung Komodo:

“Masyarakat yang punya perahu motor di sini (Desa Komodo) biasa

menyewakan perahu motor mereka pada kapal-kapal motor yang mau

turunkan wisatawan ke pantai, biasanya itu di pink beach. Karena di

wilayah ini (TNK), kapal tidak diperbolehkan untuk menurunkan

jangkar, takut merusak terumbu karang yah. Dari situ mereka

(penyewa perahu) bisa mendapatkan uang”.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh bapak A. Latif tersebut,

diketahui bahwa kapal motor yang mengunjungi Pulau Komodo tidak

diperbolehkan untuk menurunkan jangkarnya ke lautan, agar tidak merusak

ekosistem bawah laut. Masyarakat Desa Komodo memanfaatkan keadaan tersebut

untuk memperoleh pendapatan. Mereka menawarkan jasa angkutan perahu kepada

kapal-kapal yang hendak menurunkan wisatawan ke pantai di sekitar Pulau

Komodo. Dari kegiatan penyewaan perahu tersebut, masyarakat Desa Komodo

memperoleh pendapatan.

Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut, terungkap bahwa kegiatan

menyewakan perahu motor kepada kapal-kapal motor yang mengunjungi Pulau

Komodo merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo. Penyewaan perahu motor yang

dilakukan oleh masyarakat tersebut secara tidak langsung berkontribusi terhadap

terjaganya ekosistem lautan di wilayah perairan Pulau Komodo, karena dengan

memanfaatkan perahu milik masyarakat Desa Komodo, kapal-kapal motor yang

Page 90: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

90

hendak menurunkan penumpangnya tidak perlu menurunkan jangkarnya ke laut

yang berpotensi merusak ekosistem bawah laut.

5.3 Partisipasi Masyarakat Desa Komodo dalam Konservasi

Partisipasi menurut Soetrisno (1995) dalam Suciati (2006) adalah

kerjasama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan,

melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Dari definisi mengenai

partisipasi tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua unsur penting di dalam

partisipasi, yaitu unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi, pihak pemerintah maupun

masyarakat Desa Komodo bekerja sama dalam konservasi lingkungan di Pulau

Komodo.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pihak pemerintah melalui

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) yang secara khusus menangani kawasan

Taman Nasional Komodo (TNK) memiliki berbagai program pemberdayaan

masyarakat dalam hubungannya dengan konservasi TNK. Implikasi dari program

tersebut adalah diberdayakannya masyarakat dalam kawasan TNK umumnya

maupun Pulau Komodo khususnya yang ditujukan untuk konservasi lingkungan.

Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi Pulau Komodo

merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat setempat dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Pulau Komodo sebagai salah satu

habitat asli dari hewan langka komodo merupakan wilayah yang telah diresmikan

pemerintah sebagai wilayah konservasi. Dengan berpartisipasi menjaga

lingkungan di Pulau Komodo artinya masyarakat setempat berperan serta dalam

Page 91: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

91

menjaga habitat asli hewan langka komodo yang merupakan daya tarik utama

ekowisata di pulau ini.

Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui bahwa masyarakat Desa

Komodo berpartisipasi dalam konservasi di Pulau Komodo. Partisipasi

masyarakat Desa Komodo dilakukan baik secara perorangan maupun tergabung

dalam sebuah kelompok.

1. Masyarakat Mitra Polhut (MMP)

Masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam konservasi lingkungan di

Pulau Komodo melalui sebuah kelompok pemberdayaan masyarakat yang

dinamakan Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Definisi MMP seperti yang

terangkum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia tentang

Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan, Bab I, Pasal 1 ayat 4, adalah kelompok

masyarakat sekitar hutan yang membantu Polhut dalam pelaksanaan perlindungan

hutan di bawah koordinasi, pembinaan dan pengawasan instansi pembina.

Umumnya, masyarakat yang diberdayakan sebagai MMP adalah masyarakat yang

berada di sekitar hutan atau kawasan lindung. Masyarakat Desa Komodo sebagai

bagian dari wilayah konservasi Taman Nasional Komodo direkrut oleh BTNK

untuk diberdayakan sebagai MMP.

Indikator keberhasilan pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo

(TNK) salah satunya adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat sekitar

kawasan dalam upaya menjaga dan melestarikan kawasan TNK. Balai Taman

Nasional Komodo (BTNK) sebagai institusi pemerintah yang secara khusus

menangani TNK merekrut masyarakat dalam kawasan yang peduli terhadap

Page 92: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

92

kelestarian lingkungan untuk diberdayakan sebagai Masyarakat Mitra Polhut

(MMP). Pembentukan MMP oleh BTNK merupakan salah satu contoh yang patut

diapresiasi. Pada gambar 5.6 berikut, dapat dilihat seorang masyarakat Desa

Komodo yang berpartisipasi dalam konservasi lingkungan di Pulau Komodo

dengan bergabung dalam kelompok MMP.

Gambar 5.6 Masyarakat Mitra Polhut

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Hermanto yang

berkedudukan sebagai anggota resort Kampung Komodo:

“Balai Taman Nasional Komodo merekrut masyarakat yang berada di

dalam kawasan Taman Nasional Komodo untuk dijadikan sebagai

Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Kalau dari Desa Komodo ini, saat

ini terdapat sepuluh orang MMP yang masih aktif sampai sekarang

ini, itu juga termasuk Kepala Desa tergabung dalam MMP. Tugas

pokok mereka pada dasarnya membantu polhut menjaga lingkungan di

lapangan, seperti patroli lapangan atau membantu mengumpulkan

data. Mereka digaji perbulan dari Balai (BTNK), lumayanlah buat

mereka beli rokok.”

Page 93: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

93

Dari informasi yang diberikan oleh Pak Hermanto tersebut diketahui

bahwa Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berperan dalam melibatkan

masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) untuk dijadikan

sebagai Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Pak hermanto menginformasikan

bahwa saat ini terdapat 10 orang masyarakat Desa Komodo yang diberdayakan

sebagai MMP. MMP dari Desa Komodo diberdayakan oleh Balai Taman Nasional

Komodo dan mendapat menerima gaji tiap bulannya.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Iskandar yang

berkedudukan sebagai ketua Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan merangkap

sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa:

“Awalnya ada inisiatif dari Balai (BTNK) untuk memberdayakan

masyarakat secara langsung terkait dengan masalah pengamanan baik

darat dan laut. Tugas kami (MMP) adalah memberikan pemahaman

bagi masyarakat baik dalam kawasan atau luar yang berhubungan

dengan zonasi. Setiap tahun ada pembinaan dari Balai untuk MMP.

Keuntungan memberdayakan masyarakat Desa Komodo sebagai

MMP adalah MMP bisa memberikan arahan dengan bahasa yang

mudah dimengerti oleh masyarakat lokal tentang apa yang boleh

diambil atau tidak. Keuntungan lainnya adalah kami mengenal

berbagai aturan secara mendalam mengenai aturan-aturan yang ada di

TNK, karena desa ini kan berada dalam kawasan. Kalau kendala kami

disini, di perairan belum tersedianya fasilitas untuk pemantauan dalam

kawasan laut, boat tidak disediakan..”

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh bapak Iskandar tersebut,

diketahui bahwa tugas dari Masyarakat Mitra Polhut (MMP) adalah melakukan

pengamanan darat dan laut, serta memberikan pemahaman bagi masyarakat baik

dalam kawasan atau luar yang berhubungan dengan zonasi. Bapak Iskandar

menambahkan bahwa setiap tahun MMP mendapat pembinaan dari Balai Taman

Nasional Komodo. Keuntungan memberdayakan masyarakat Desa Komodo

Page 94: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

94

sebagai MMP adalah karena mereka merupakan masyarakat lokal Desa Komodo

sehingga arahan yang mereka berikan kepada masyarakat Desa Komodo mudah

dipahami.

Kesimpulan dari berbagai ulasan yang telah dipaparkan tersebut yaitu

bahwa masyarakat Desa Komodo saat ini telah berpartisipasi dalam konservasi

lingkungan di Pulau Komodo. Bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

konservasi lingkungan di Pulau Komodo adalah dengan terlibat dalam sebuah

kelompok yang dinamakan Masyarakat Mitra Polhut.

2. Kader konservasi

Bentuk lain partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi Pulau

Komodo selain Masyarakat Mitra Polhut (MMP) adalah menjadi bagian dalam

Kader Konservasi. Kader konservasi itu sendiri adalah seseorang yang telah

diberikan pendidikan atau yang telah ditetapkan sebagai penerus upaya konservasi

Sumber Daya Alam (SDA) yang memiliki kesadaran maupun ilmu pengetahuan

mengenai SDA, serta secara sukarela, bersedia dan mampu menyampaikan pesan

konervasi kepada masyarakat di sekitarnya.

Peran Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) dalam memberdayakan

masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo umumnya dan di Pulau

Komodo khususnya sebagai Kader Konservasi sangat besar. Pihak BTNK

membentuk Kader Konservasi dan memberikan pembinaan yang berkaitan dengan

konservasi lingkungan kepada Kader Konservasi. Dari pengetahuan itu

diharapkan Kader Konservasi menjadi pelopor dan penggerak upaya-upaya

konservasi sumber daya alam hayati dan ekoistemnya dan mampu berperan aktif

Page 95: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

95

dalam menumbuhkan upaya-upaya konservasi sumber daya alam kawasan Taman

Nasional Komodo umumnya dan di Pulau Komodo khususnya kepada masyarakat

umum. Data mengenai Kader Konservasi dari Desa Komodo dapat dilihat pada

tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Kader Konservasi Desa Komodo

No Nama Alamat No Nama Alamat 1 Batiang Desa Komodo 23 Suprin Desa Komodo

2 Ramang Desa Komodo 24 Kamelia Desa Komodo

3 Alwi Desa Komodo 25 Diana Desa Komodo

4 Hermansyah Desa Komodo 26 Jafri Desa Komodo

5 Hawati Desa Komodo 27 Hamnur Desa Komodo

6 H. Abdul Salang Desa Komodo 28 Yusuf Desa Komodo

7 Usman Desa Komodo 29 Guntur Desa Komodo

8 Dahlan Desa Komodo 30 Sarioga Desa Komodo

9 Muhamad Ria Desa Komodo 31 Kartini A Desa Komodo

10 Rahali Desa Komodo 32 Kartini B Desa Komodo

11 Fatimah Desa Komodo 33 Sitoarung Desa Komodo

12 Hakim Desa Komodo 34 Ishaka Desa Komodo

13 Bidong Desa Komodo 35 Iskandar Desa Komodo

14 Bakar Desa Komodo 36 Nursina Desa Komodo

15 Taher Jena Desa Komodo 37 Lina Desa Komodo

16 Bakri Desa Komodo 38 Diana Koo Desa Komodo

17 Tajuding Desa Komodo 39 Fitriani Desa Komodo

18 Sahabung Desa Komodo 40 Desi Desa Komodo

19 Mustada Desa Komodo 41 Meri Desa Komodo

20 Suharding Desa Komodo 42 Yanti Desa Komodo

21 Husen Desa Komodo 43 Kustini Desa Komodo

22 Ali B Desa Komodo

Sumber: Diolah dari Data Statistik BTNK (2013)

Dalam tabel 5.1 tersebut dapat dilihat daftar nama masyarakat Desa

Komodo yang menjadi Kader Konservasi di Pulau Komodo. Jumlah keseluruhan

Kader Konservasi dari Desa Komodo adalah 43 orang yang terdiri dari laki-laki

maupun perempuan.

Wawancara dengan bapak Hermanto yang merupakan anggota resort

Kampung Komodo membenarkan adanya keterlibatan masyarakat Desa komodo

Page 96: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

96

dalam konservasi Pulau Komodo dengan bergabung dalam Kader Konservasi.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Hermanto:

“Kalau jumlah Kader Konservasi di sini (Desa Komodo) banyak ya,

BTNK yang membentuk Kader Konservasi itu. Mereka tidak

mendapat honor, mereka ada kemauan untuk menjaga wilayah secara

sukarela meskipun tidak digaji. Tugasnya untuk menjaga TNK,

khususnya dalam hal menginformasikan kepada masyarakat umum

mengenai konservasi. Keuntungan memberdayakan mereka adalah

karena mereka masyarakat asli di sini, jadi mudah dimengerti oleh

masyarakat umum. Ada pelatihan tiap tahun dari BTNK, ada bagian

khusus penyuluhan masyarakat dari BTNK yang melatih Kader

Konservasi.”

Informasi yang diberikan oleh bapak Hermanto tersebut membenarkan

adanya partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi di Pulau Komodo

yaitu melalui Kader Konservasi. Dari informasi tersebut dapat diamati bahwa

menjadi Kader Konservasi merupakan bentuk partisipasi masyarakat secara

sukarela. Kader Konservasi diberi pelatihan oleh BTNK setiap tahunnya. Ilmu

tentang konservasi lingkungan yang diperoleh Kader Konservasi diharapkan dapat

disebarkan kepada masyarakat disekitarnya. Terdapat keuntungan dengan

memberdayakan masyarakat lokal sebagai Kader Konservasi, karena mudah

dipahami oleh masyarakat disekelilingnya.

Informasi lain menyangkut keterlibatan masyarakat Desa Komodo dengan

menjadi bagian dari Kader Konservasi berasal dari bapak Iskandar yang

merupakan anggota Kader Konservasi dari Desa Komodo. Berikut adalah kutipan

wawancara dengan bapak Iskandar:

“Saya sudah bergabung dalam Kader Konservasi itu. Waktu itu ada

dari Balai (BTNK) yang merekrut. Kader Konservasi itu ada juga

yang dari Labuan, dari Warloka, ada banyak. Kalau di sini (Desa

Komodo) ada banyak Kader Konservasinya, sekitar puluhan lebih,

Page 97: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

97

coba tanya Yanto untuk Jumlahnya. Kalau tugas kami untuk

memberikan pembinaan buat masyarakat di kampung ini...”

Dari kutipan wawancara dengan bapak Iskandar tersebut terungkap bahwa

dirinya sebagai masyarakat Desa Komodo berperan serta dalam konservasi

lingkungan di Pulau Komodo sebagai Kader Konservasi. Dari informasi yang Dia

berikan bahwa salah satu tugas dari Kader konservasi adalah memberikan

pembinaan bagi masyarakat di sekitarnya mengenai lingkungan. Hal tersebut

dilakukan agar masyarakat di Desa Komodo turut serta dalam menjaga

lingkungannya.

Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut, diketahui bahwa masyarakat

Desa Komodo berperan serta dalam konservasi lingkungan di Pulau Komodo

dengan terlibat dalam kelompok Masyarakat Mitra Polhut maupun dalam Kader

Konservasi. Peran serta masyarakat Desa Komodo tersebut merupakan bentuk

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo. Dengan menjaga lingkungan, artinya masyarakat Desa Komodo

berperan serta menjaga habitat asli dari hewan komodo yang merupakan daya

tarik utama dari wilayah ini.

Page 98: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

98

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI

MASYARAKAT DESA KOMODO DALAM PENGEMBANGAN

EKOWISATA DI PULAU KOMODO

Bab ini secara khusus membahas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo. Tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi

berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terungkap bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo terbagi atas dua, yaitu

faktor-faktor yang mendorong dan faktor-faktor yang menghambat partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

6.1 Faktor-Faktor yang Mendorong

Hasil penelitian ini mengungkap tiga faktor yang mendorong partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, di

antaranya adalah: 1). Adanya dukungan dari stakeholders, 2). Motivasi

masyarakat untuk memperoleh manfaat ekonomi dari ekowisata, 3). Motivasi

masyarakat untuk menjaga lingkungan.

6.1.1 Adanya Dukungan dari Stakeholders

Varesci dalam Yoeti (2008) menekankan pendekatan partisipatif

(participatory approach) sebagai salah satu pendekatan pembangunan pariwisata

Page 99: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

99

berkelanjutan. Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak

pemangku kepentingan (stakeholders). Stakeholders yang terlibat dalam

pengembangan ekowisata berasal dari unsur pemerintah maupun swasta, seperti

Balai Taman Nasional Komodo, Yayasan Komodo Kita dan sebagainya. Setiap

stakeholders mempunyai peran masing-masing dalam mendukung partisipasi

masyarakat Desa Komodo, seperti dengan cara memberikan pelatihan

pengembangan kualitas sumber daya manusia, bantuan permodalan, bantuan

peralatan, dan sebagainya. Berbagai dukungan stakeholders tersebut memberikan

dorongan bagi masyarakat Desa Komodo untuk berpartisipasi dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ibu Rini yang merupakan Staf

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), diketahui bahwa pihak BTNK sebagai

salah satu stakeholder di Pulau Komodo memberikan berbagai bentuk dukungan

terhadap masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Ibu Rini:

“Kegiatan pemberdayaan macam-macam sih, dari yang patung,

pelatihan patung yang pertama itu juga dari balai (BTNK) yang

mendatangkan pelatihnya itu dari Bali. Terus kita ada pembinaan terus

kelompok itu sampai sekarang, terakhir kemarin ada bantuan kayu

yah, kayu sama peralatan, terus juga ada pembinaan generasi muda,

kemarin ada pelatihan-pelatihan pengelolaan hasil laut, terus ada

pelatihan guiding, terus ada bantuan modal, bantuan modal dulu

banget...”.

Informasi yang diberikan Ibu Rini tersebut cukup jelas mengindikasikan

adanya dukungan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) terhadap partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Page 100: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

100

Bentuk dukungan yang diberikan oleh BTNK berupa pelatihan dan pembinaan

peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat Desa Komodo, bantuan

bahan baku kerajinan, serta bantuan permodalan bagi masyarakat. Pada gambar

6.1 berikut, tampak pengerajin patung di Desa Komodo memanfaatkan bantuan

kayu dari Balai Taman Nasional Komodo untuk dipahat menjadi patung komodo.

Gambar 6.1 Pengerajin Sedang Membuat Patung Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Dukungan yang diberikan oleh Balai Taman Nasional Komodo

mendorong masyarakat Desa Komodo untuk berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak

Supardin yang berprofesi sebagai pengerajin patung di Desa Komodo:

“Harga patungnya beda-beda ya.. tergantung ukuran, patung besar

bisa sampai jutaan, yang sedang bisa Rp 100.000 kalau yang kecil Rp

12.500. Kayu saya dapat 20 batang dibantu oleh Mba Dewi (BTNK).

Pesan Ibu Dewi agar tidak ambil kayu dalam lokasi (dalam Pulau

Komodo)”.

Page 101: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

101

Dari informasi yang diberikan oleh bapak Supardin tersebut, diketahui

bahwa dirinya sebagai pengerajin patung komodo mendapatkan bantuan kayu

sebanyak 20 batang untuk membuat patung komodo yang Ia terima dari Balai

Taman Nasional Komodo (BTNK). Bantuan kayu tersebut merupakan salah satu

bentuk dukungan BTNK terhadap para pengerajin patung di Desa Komodo.

Dengan memanfaatkan bantuan kayu tersebut, bapak Supardin dapat berpartisipasi

dalam usaha ekowisata sebagai pengerajin patung komodo.

Selain memberikan bantuan bagi para pengerajin, Balai Taman Nasional

Komodo juga mendukung upaya partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

konservasi lingkungan, yaitu dengan memberikan pembinaan kepada Masyarakat

Mitra Polhut dari Desa Komodo. Berikut ini merupakan kutipan wawancara

dengan bapak Iskandar yang berkedudukan sebagai ketua Masyarakat Mitra

Polhut di Desa Komodo:

“Awalnya ada inisiatif dari Balai (BTNK) untuk memberdayakan

masyarakat secara langsung terkait dengan masalah pengamanan baik

darat dan laut. Tugas kami (MMP) adalah memberikan pemahaman

bagi masyarakat baik dalam kawasan atau luar yang berhubungan

dengan zonasi. Setiap tahun ada pembinaan dari Balai untuk MMP”.

Informasi yang diberikan oleh bapak Iskandar tersebut secara jelas

mengindikasikan adanya dukungan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK)

terhadap partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi lingkungan

melalui MMP. Dukungan yang diberikan oleh BTNK berupa pembinaan kepada

MMP yang dilakukan setiap tahunnya.

Selain dukungan dari Balai Taman Nasional Komodo, stakeholder lain

yang turut mendukung partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

Page 102: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

102

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo berasal dari pihak swasta, yaitu

yayasan Komodo Kita (YKK). Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak

Samuel yang berkedudukan sebagai Program Manager YKK ketika diwawancarai

mengenai dukungan organisasi YKK terhadap partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo:

“Tentunya yayasan (YKK) mendukung partisipasi masyarakat Desa

Komodo yah. Bukan hanya di Desa Komodo saja sebenarnya tetapi di

semua desa dalam kawasan TNK”.

Dari kutipan wawancara yang cukup singkat dengan bapak Samuel

tersebut, cukup menjelaskan adanya peran serta pihak Yayasan Komodo Kita

dalam mendukung upaya partisipasi masyarakat dalam kawasan Taman Nasional

Komodo umumnya maupun masyarakat Desa Komodo khususnya dalam

pengembangan ekowisata.

Berdasarkan hasil studi dokumen yang termuat dalam Progress Report

Pengembangan Desa Wisata Komodo BNI tahun 2014, diketahui bahwa bentuk-

bentuk dukungan Yayasan Komodo Kita (YKK) terhadap partisipasi masyarakat

Desa Komodo, di antaranya berupa program pengembangan kualitas sumber daya

manusia, penguatan organisasi ekonomi rakyat, penguatan Rencana Tata

Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) dan insfrastruktur desa, bantuan sarana dan

kegiatan ekonomi masyarakat, promosi Desa Wisata Komodo BNI, dan

sebagainya.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo tidak lepas dari campur tangan berbagai stakeholders.

Page 103: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

103

Dukungan dari berbagai stakeholders tersebut mendorong masyarakat Desa

Komodo untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

6.1.2 Motivasi Masyarakat untuk Memperoleh Manfaat Ekonomi dari

Ekowisata

Menurut teori motivasi Abraham Maslow, kebutuhan fisiologis merupakan

hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang terkait dengan pemenuhan

kebutuhan ekonomi, seperti sandang, pangan, papan dan sebagainya. Didorong

oleh kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan fisiologis tersebut, masyarakat Desa

Komodo berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Pada

bab sebelumnya (lihat bab V), telah dibahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Dengan berpartisipasi, masyarakat Desa Komodo memperoleh manfaat ekonomi

dari ekowisata.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Ishak yang merupakan

salah seorang masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam usaha

ekowisata sebagai naturalist guide di Loh Liang:

“Saya bersyukur bisa menjadi naturalist guide di sini karena ya

lumayan bisa mencukupi rumah tangga saya. Saya juga

menyekolahkan anak saya kuliah. Dari pendapatan menjadi naturalist

guide banyak membantu saya membayar kebutuhan anak saya yang

kuliah itu. Biasanya tips dari wisatawan disini kalau saya hitung

lumayan jumlahnya... ”

Dari kutipan wawancara dengan bapak Ishak tersebut, dapat dilihat bahwa

dengan menjadi naturalist guide, bapak Ishak dapat mencukupi kebutuhan rumah

tangganya, selain itu Ia juga dapat membiayai anaknya yang kuliah. Berikut ini

Page 104: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

104

merupakan foto dari bapak Ishak yang berprofesi sebagai naturalist guide di Loh

Liang, Pulau Komodo.

Gambar 6.2 Bapak Ishak yang Berprofesi sebagai Naturalist Guide

di Loh Liang, Pulau Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Informasi lain yang mengindikasikan peran serta masyarakat Desa

Komodo dalam usaha ekowisata karena didorong akan pemenuhan kebutuhan

ekonomi berasal dari bapak Elias. Berikut adalah kutipan wawancara dengan

bapak Elias yang bekerja sebagai penjual cenderamata di Loh Liang:

“Sudah 8 tahun saya menjual cenderamata di sini. Saya dulu nelayan

sebelum menjual di sini. Kalau keuntungannya, saya bisa memberi

makan keluarga, saya juga bisa sekolahkan anak saya dan bisa bantu

orang tua saya. Patung-patung yang saya jual ini dibeli dari pembuat

patung”.

Dari kutipan wawancara dengan bapak Elias tersebut, diketahui bahwa

dengan bekerja sebagai penjual cenderamata di Loh Liang, bapak Elias

Page 105: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

105

memperoleh penghasilan. Dengan penghasilan tersebut, bapak Elias mampu

menafkahi keluarganya, meyekolahkan anaknya serta membantu orang tuanya.

Bapak Iskandar merupakan salah seorang masyarakat Desa Komodo yang

berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Seperti

masyarakat Desa Komodo lainnya, bapak Iskandar juga terdorong untuk

memperoleh manfaat ekonomi dari ekowisata. Berikut adalah kutipan wawancara

dengan bapak Iskandar:

“Kalau di Desa Komodo ini ada banyak homestay ya, saya kurang

tahu juga pastinya. Kalau homestay-nya tidak merata, tamu jarang

menginap di homestay warga. yah mungkin promosinya barangkali

yang kurang. Harapan kami semoga tamu-tamu lebih mengetahui ada

homestay di rumah masyarakat, biar masyarakat dapat pemasukan

tambahan”.

Dari kutipan informasi yang diberikan oleh bapak Iskandar tersebut, dapat

dilihat bahwa dirinya sebagai masyarakat Desa Komodo yang mengelola

homestay mengharapkan agar tamu-tamu mengetahui adanya homestay

dirumahnya ataupun dirumah masyarakat lainnya. Dengan begitu, mereka

mendapatkan pemasukan dari pengelolaan homestay tersebut. Hal tersebut

menunjukan bahwa bapak Iskandar ataupun para pengelola homestay lainnya di

Desa Komodo termotivasi untuk mendapatkan pemasukan dari pengelolaan

homestay itu sendiri.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut, terungkap

bahwa salah satu faktor yang mendorong masyarakat Desa Komodo berpartisipasi

dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo ialah karena adanya motivasi

masyarakat Desa Komodo untuk memperoleh manfaat ekonomi dari ekowisata.

Page 106: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

106

6.1.3 Motivasi Masyarakat untuk Menjaga Lingkungan

Partisipasi masyarakat dapat mendorong setiap individu untuk melindungi

hutan dan alam liar (Stem dkk, 2003). Adapun penelitian Wang, Pfister dan

Morais (2006) menemukan bahwa masyarakat lokal yang menyadari akan potensi

manfaat dari pariwisata adalah faktor yang mempengaruhi mereka meningkatkan

partisipasi mereka dalam pariwisata. Kegiatan pariwisata itu sendiri berpotensi

memberi manfaat terhadap terjaganya lingkungan. Adapun hasil penelitian ini

mengungkapkan bahwa, masyarakat Desa Komodo sebagai masyarakat

penyelenggara ekowisata di Pulau Komodo berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata karena mereka menyadari akan manfaat dari adanya kegiatan ekowisata

di wilayah mereka, yaitu salah satunya dapat mengkonservasi lingkungan. Hal

tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong mereka untuk berpartisipasi

dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam konservasi lingkungan

dengan bergabung dalam kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP) maupun

dalam Kader Konservasi (lihat sub-bab 5.2). Partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam konservasi lingkungan di Pulau Komodo tentunya karena didorong

berbagai alasan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa faktor yang

mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam konservasi lingkungan adalah

karena adanya motivasi masyarakat Desa Komodo sendiri untuk menjaga

lingkungannya. Adapun salah satu tugas dari MMP adalah membantu Polhut

dalam menjaga lingkungan di Pulau Komodo, seperti yang tampak pada gambar

6.3 berikut ini.

Page 107: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

107

Gambar 6.3 MMP bersama Polhut melakukan monitoring di Gunung Ara,

Pulau Komodo

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak Iskandar yang

merupakan ketua Masyarakat Mitra Polhut (MMP) di Desa Komodo ketika

ditanya mengenai faktor apa yang mendorongnya terlibat dalam kelompok MMP:

“Kami sebagai masyarakat di Pulau Komodo ini tentunya punya

keinginan untuk menjaga lingkungan kami ini. Tugas kami sebagai

MMP ini adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa

agar jangan merusak lingkungan. Kalau alasan yang mendorong saya

untuk bergabung dengan MMP, karena saya ingin lingkungan di pulau

Komodo ini terjaga, Pulau Komodo ini kan termasuk keajaiban

dunia...”.

Makna yang terkandung dalam informasi yang diberikan oleh bapak

Iskandar tersebut ialah bahwa dirinya sebagai masyarakat Desa Komodo

menginginkan agar lingkungannya tetap terjaga. Dengan alasan tersebut, bapak

MMP Polhut

Page 108: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

108

Iskandar berpartisipasi dalam konservasi lingkungan di Pulau Komodo dengan

terlibat dalam kelompok Masyarakat Mitra Polhut.

Bapak Taher merupakan salah seorang anggota Kader Konservasi dari

Pulau Komodo. Bapak Taher termotivasi untuk menjaga lingkungan di Pulau

Komodo. Motivasi itulah yang mendorongnya untuk terlibat sebagai Kader

Konservasi di Pulau Komodo. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan

bapak Taher, di mana Ia membeberkan alasan yang mendorongnya terlibat dalam

Kader Konservasi:

“Kalau motivasi dari saya pribadi bergabung dalam Kader Konservasi

ini karena saya mau lingkungan di sini (Pulau Komodo) tetap terjaga

yah, tetap bagus lah. Balai (BTNK) tempo hari yang rekrut

masyarakat di sini. Iya, itu tadi, motivasi saya bergabung untuk agar

supaya lingkungan di sini terjaga saja”.

Berdasarkan kutipan wawancara dengan bapak Taher tersebut, dapat

dilihat bahwa bapak Taher secara tegas menginformasikan bahwa dirinya

termotivasi untuk menjaga lingkungan Pulau Komodo sehingga membuatnya

bergabung sebagai Kader Konservasi

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut, terungkap

bahwa salah satu faktor yang mendorong masyarakat Desa Komodo untuk

berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo adalah karena

adanya motivasi masyarakat untuk menjaga lingkungan di Pulau Komodo.

Masyarakat Desa Komodo menyadari bahwa dengan berpartisipasi dalam

pengembangan ekowisata berpotensi memberikan manfaat terhadap terjaganya

lingkungan. Dengan menjaga lingkungan di Pulau Komodo, artinya masyarakat

Page 109: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

109

Desa Komodo berperan serta dalam menjaga habitat asli hewan komodo maupun

seluruh ekosistemnya yang merupakan daya tarik ekowisata wilayah ini.

6.2 Faktor-Faktor yang Menghambat

Berdasarkan hasil penelitian ini, terungkap bahwa faktor-faktor yang

menghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo, adalah sebagai berikut: 1). Terbatasnya anggaran, 2).

Sikap apatis dan kesadaran yang rendah dalam masyarakat, 3). Fluktuasi

kunjungan wisatawan, dan 4). Kesulitan memasarkan produk ekowisata.

6.2.1 Terbatasnya Anggaran

Anggaran yang memadai sangat dibutuhkan dalam setiap upaya

pembangunan pariwisata. Pengenalan perihal pariwisata kepada masyarakat

biasanya memerlukan anggaran untuk dialokasikan untuk membangun fasilitas-

fasilitas infrastruktur pariwisata (Reed, 1997 dalam Tosun, 2000). Dalam

hubungannya dengan anggaran pengelolaan taman nasional, Nurdin (2008)

menjelaskan bahwa sebagian besar pengelola kawasan taman nasional cenderung

kekurangan dana untuk mengantisipasi perkembangan permintaan industri

pariwisata dan tuntutan konservasi sedangkan pemerintah sebagai pengelola

kawasan tersebut tidak memberikan dana yang layak bagi taman nasional.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo

(TNK) rata-rata masyarakat miskin yang menggantungkan hidupnya dari

kekayaan sumberdaya alam hayati TNK (Renstra BTNK 2010-2014). Untuk

berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekowisata tentunya membutuhkan

Page 110: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

110

biaya. Masyarakat dalam kawasan TNK yang rata-rata merupakan masyarakat

miskin tentunya kesulitan untuk berpartisipasi karena ketiadaan biaya.

Selain keterbatasan anggaran masyarakat Desa Komodo, pihak pengelola

Taman Nasional Komodo (TNK), yaitu Balai Taman Nasional Komodo (BTNK)

juga memiliki keterbatasan anggaran pengelolaan kawasan TNK. Pihak BTNK

sebagai institusi pemerintah yang secara khusus mengelola TNK mengakui

adanya keterbatasan anggaran dalam mengelola TNK. Keterbatasan anggaran

pengelolaan BTNK berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Berikut ini merupakan kutipan

wawancara dengan Ibu Dewi yang merupakan staf BTNK:

“ …terus kalau dibilang em..kenapa kok kami berikan bantuan

pembinaan ataupun permodalan atau peralatan kok tidak merata ke

semua masyarakat ya.. kami mampunya perkelompok. Kalau misalnya

seluruh masyarakat harus dapat, anggaran kami tidak cukup, karena

eh.. untuk mengelola Taman Nasional Komodo ini, kami anggaran

paling besarnya untuk operasional”.

Untuk dapat berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata tentunya

dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) terlatih dalam bidangnya. Menyadari

hal tersebut, Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) sebagai salah satu

stakeholder kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) melaksanakan program

pengembangan kualitas SDM masyarakat dalam kawasan TNK antara lain

dengan cara memberikan pembinaan. Namun, keterbatasan anggaran

menyebabkan pembinaan tidak merata ke semua masyarakat. Artinya, masyarakat

yang tidak mendapatkan pembinaan tentunya tidak memiliki keahlian ataupun

keterampilan sehingga mengalami kesulitan dalam berpartisipasi dalam

pengembangan ekowisata di TNK umumnya atau di Pulau Komodo khususnya.

Page 111: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

111

Selain pembinaan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat dalam

kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), Balai Taman Nasional Komodo

(BTNK) juga memberikan bantuan permodalan dan peralatan bagi masyarakat

dalam kawasan TNK. Permodalan dan peralatan merupakan komponen penting

dalam menunjang partisipasi masyarakat dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo. Keterbatasan anggaran BTNK membuat tidak semua masyarakat dalam

kawasan memperoleh bantuan permodalan dan peralatan. Hal tersebut menjadi

penghambat bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo.

Terbatasnya anggaran juga menjadi hambatan bagi masyarakat Desa

Komodo untuk berpartisipasi dalam konservasi di Pulau Komodo. Berikut adalah

kutipan wawancara dengan bapak Iskandar yang merupakan ketua Masyarakat

Mitra Polhut (MMP) di Pulau Komodo:

“Kendala kami saat ini adalah di perairan belum tersedianya fasilitas

untuk pemantauan dalam kawasan laut. Dari Balai (BTNK) tidak

disediakan kapal patroli. Jadi kalau memantau kawasan perairan,

biasanya kami menyewa perahu motor nelayan di sini untuk patroli,

itu dibayar oleh balai. Harapan kami kedepannya agar disediakan

kapal patroli biar lebih lancar”.

Berdasarkan infomasi tersebut diketahui bahwa Masyarakat Mitra Polhut

kesulitan dalam melakukan pemantauan kawasan perairan di sekitar Pulau

Komodo. Hal ini terjadi akibat tidak tersedianya kapal patroli sebagai sarana

patroli perairan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, pihak Balai Taman Nasional

Komodo (BTNK) sebagai pengelola kawasan TNK umumnya maupun Pulau

Komodo khususnya memiliki keterbatasan anggaran, untuk mengadakan kapal

patroli kawasan perairan tentunya BTNK membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Page 112: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

112

Berbagai ulasan yang telah dipaparkan tersebut mengindikasikan adanya

faktor keterbatasan anggaran merupakan salah satu faktor yang menghambat

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo.

6.2.2 Sikap Apatis dan Kesadaran Masyarakat yang Rendah

Sikap negatif dari masyarakat sendiri seringkali menjadi faktor yang

menghambat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di

suatu destinasi ekowisata. Sikap negatif tersebut di antaranya adalah apatis serta

kesadaran yang rendah dalam masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian,

terungkap bahwa salah satu faktor penghambat partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo ialah karena adanya

sikap apatis dan kesadaran yang rendah dalam masyarakat Desa Komodo itu

sendiri.

Rosener (1982) dalam Tosun (1999) menyatakan bahwa masyarakat

cenderung berpartisipasi hanya apabila didorong untuk melakukannya, dan

seringkali mereka tidak terdorong (Citizens tend to participate only when strongly

motivated to do so, and most of the time they are not motivated). Hal yang

disampaikan Rosener tersebut terkonfirmasi ketika penulis melakukan wawancara

dengan Ibu Rini dari Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) mengenai faktor

yang menjadi kendala bagi BTNK dalam memberdayakan masyarakat. Berikut

adalah petikan wawancara dengan pihak BTNK:

“…hambatanya ya dari mereka sendiri kadang terlalu menunggu itu

loh.. tidak ada inisiatif untuk mengembangkan itu, jadi mungkin

kesannya mati gitu loh.. kayak pelatihan guide kemarin, setelah kita

tidak melatih, tidak berjalan. Paling dari semua yang diberikan

Page 113: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

113

pelatihan guide yang berani untuk melibatkan diri di kegiatan

pelayanan tamu-tamu itu paling dua orang lah. heem… jadi ya

kembali kepada mereka sendiri… hambatannya apa ya…keinginan

dari mereka sendiri untuk berkembang kali yang kurang…”

Dari kutipan wawancara dengan pihak Balai Taman Nasional Komodo

(BTNK) tersebut dapat diketahui bahwa ada sikap apatis masyarakat desa dalam

upaya pengembangan ekowisata di Taman Nasional Komodo umumnya dan di

Pulau Komodo khususnya. Sikap apatis itu sendiri adalah kurangnya emosi,

motivasi, entusiasme, atau dalam istilah psikologikal menunjuk pada keadaan

yang acuh tak acuh. Pelatihan guide yang dilaksanakan oleh BTNK merupakan

upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat agar dapat

berpartisipasi dalam upaya pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Namun,

masyarakat Desa Komodo tidak mempunyai inisiatif untuk mengembangkan

pelatihan yang telah dilakuan oleh BTNK tersebut. Hal ini menunjukkan sikap

apatis dari masyarakat Desa Komodo itu sendiri.

Hal lain yang menjadi penghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo adalah adanya kesadaran yang

rendah dalam masyarakat Desa Komodo itu sendiri. Ketika melakukan observasi

di lokasi penelitian, penulis menyaksikan sampah-sampah berserakan di sekitar

Desa, seperti di halaman rumah warga, di pantai, di gang - gang dan sebagainya.

Selain itu, ternak masyarakat seperti kambing berkeliaran di desa dan membuang

kotoran di mana-mana sehingga menyebabkan bau. Hal lain yang cukup

mengejutkan adalah bahwa ternyata tidak semua rumah masyarakat Desa Komodo

memiliki Mandi Cuci Kakus (MCK). Warga desa yang tidak memiliki MCK di

rumahnya membuang air (tinja) di pinggiran desa ataupun di bebatuan di dekat

Page 114: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

114

pantai. Berbagai permasalahan tersebut mengindikasikan minimnya kesadaran

masyarakat Desa Komodo dalam hal menjaga kebersihan.

Kebersihan merupakan salah satu unsur dari sapta pesona pariwisata.

Kebersihan memberikan kenyaman bagi wisatawan yang mengunjungi suatu

destinasi wisata. Kesadaran yang rendah masyarakat Desa Komodo akan

kebersihan lingkungan desa mereka menjadi salah satu faktor yang penghambat

program pengembangan Desa Wisata Komodo yang diprakarsai Bank Negara

Indonesia dan Yayasan Komodo Kita.

6.2.3 Fluktuasi Kunjungan Wisatawan

Kunjungan wisatawan yang fluktuatif ke Pulau Komodo merupakan salah

satu faktor penghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo. Fluktuasi kunjungan wisatawan itu

sendiri merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakmenentuannya jumlah

kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata. Pulau Komodo sebagai destinasi

ekowisata juga mengalami fluktuasi kunjungan wisatawan. Hal tersebut menjadi

salah satu faktor yang menghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo.

Bulan Juli sampai November merupakan high season kunjungan

wisatawan ke Taman Nasional Komodo (TNK) umumnya dan ke Pulau Komodo

khususnya. Kunjungan wisatawan yang ramai pada bulan-bulan ini berdampak

pada meningkatnya penerimaan masyarakat setempat yang berpartisipasi dalam

usaha ekowisata di TNK. Selain ketika high season, kunjungan wisatawan yang

melimpah ke Pulau Komodo adalah ketika kapal pesiar (cruise) bersandar di Loh

Page 115: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

115

Liang, Pulau Komodo. Masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam

usaha ekowisata mengakui bahwa, ketika kapal pesiar yang mengangkut ratusan

wisatawan ke Loh Liang, mereka dapat menjual cenderamata lebih banyak dan

juga bagi naturalist guide dapat memperoleh job dengan mudah. Namun, ketika

low season atau ketika kapal pesiar tidak mengunjungi Pulau Komodo,

masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo kesulitan mendapatkan job ataupun kesulitan dalam menjual

cenderamata karena minimnya jumlah wisatawan yang membeli produk yang

masyarakat setempat tawarkan. Gambar 6.4 berikut merupakan gambar kapal

pesiar mengunjungi TNK.

Gambar 6.4 Kapal Pesiar (Cruise) Mengunjungi Taman Nasional Komodo

Sumber: www.floresbangkit.com

Masyarakat Desa Komodo yang bekerja sebagai naturalist guide di Loh

Liang bergantung dari kunjungan wisatawan, artinya apabila tidak ada wisatawan

Page 116: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

116

yang mengunjungi Pulau Komodo, para naturalist guide ini tidak mendapatkan

job. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Hariyono Abdulah yang

berprofesi sebagai naturalist guide di Loh Liang:

“Biasanya kalau wisatawan yang berkunjung ke sini, ke Loh Liang ini

sedikit, kami naturalis guide hanya duduk-duduk saja. Kami tidak

bekerja. Tetapi biasanya kalau banyak tamunya, kami malah kesulitan

memandu tamu-tamu itu. Tamu yang datang paling banyak itu waktu

kapal pesiar masuk. Bisa sampai ratusan orang yang datang”.

Informasi dari bapak Hariyono Abdulah tersebut mengungkapkan

mengenai keadaannya sebagai naturalist guide di Loh Liang, dimana Dia akan

mendapatkan job ketika banyak wisatawan yang berkunjung pada saat kapal

pesiar mengunjungi Loh Liang, namun kesulitan mendapatkan job ketika

wisatawan sedikit yang berkunjung.

Bapak Elias merupakan salah seorang masyarakat Desa Komodo yang

bekerja sebagai penjual cenderamata di loh Liang. Dia mengakui bahwa salah satu

kendala baginya dalam menjual cenderamata adalah karena kunjungan wisatawan

sedikit pada saat-saat tertentu. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak

Elias:

“Patung yang saya jual ini dari pengerajin patung. Kalau

penjualannya, paling laku itu pada bulan Juli sampai bulan 11

(November), banyak keuntungannya karena tamu banyak. Tapi lewat

bulan-bulan itu, kami di sini jual sedikit saja. Tamu kurang

berkunjung soalnya...”.

Berdasarkan informasi dari bapak Elias tersebut, diketahui bahwa dirinya

sebagai penjual cenderamata mengakui bahwa kunjungan wisatawan yang rendah

pada saat-saat low season berdampak pada rendahnya pendapatannya. Sebaliknya,

Page 117: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

117

semakin banyak kunjungan wisatawan ke Loh Liang, maka semakin besar pula

kemungkinan Ia menjual cenderamata kepada wisatawan.

Berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut mengindikasikan bahwa

fluktuasi kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo menjadi salah satu faktor yang

menghambat masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo. Kunjungan wisatawan yang minim pada saat low

season atau ketika kapal pesiar tidak mengunjungi Pulau Komodo, menyebabkan

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo kurang maksimal.

6.2.4 Kesulitan Memasarkan Produk Ekowisata

Setiap usaha atau bisnis tentunya memiliki produk yang ditawarkan bagi

konsumen atau pembeli. Usaha ekowisata juga memiliki produk berupa barang

atau jasa yang ditawarkan kepada wisatawan. Namun, produk yang ditawarkan

pelaku usaha ekowisata tidak akan sampai kepada wisatawan apabila terdapat

kesulitan dalam hal pemasaran.

Masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata di

Pulau Komodo menghasilkan produk ekowisata berupa berupa barang dan jasa

(lihat sub-bab 5.2). Namun, berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa

masyarakat mengalami permasalahan dalam hal memasarkan produk-produk

tersebut. Kesulitan dalam memasarkan produk ekowisata tersebut merupakan

salah satu faktor penghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha

ekowisata di Pulau Komodo.

Page 118: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

118

Wawancara dengan bapak Haji Akbar Safar yang merupakan Sekretaris

Desa Komodo mengindikasikan adanya masalah dalam hal pemasaran bagi

masyarakat desa yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata. Berikut adalah

kutipan wawancara dengan bapak Haji Akbar Safar:

“Untuk partisipasi masyarakat, saya rasa perlu ditingkatkan lagi yah.

Masalah yang dihadapai masyarakat saat ini adalah permodalan dan

masalah pemasaran juga yah. Solusinya untuk pemasaran harus ada

pihak ke tiga yang membantu pemasaran karena masyarakat kurang

memahami pemasaran”.

Berdasarkan informasi dari bapak Akbar tersebut diketahui bahwa masalah

pemasaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi masyarakat saat ini. Pak

Akbar memberitahukan bahwa masyarakat kurang memahami pemasaran. Pak

Akbar juga menawarkan solusi agar ada pihak ketiga yang membantu dalam hal

pemasaran.

Bapak Saeh merupakan masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai

pengerajin patung. Ia memberikan informasi mengenai permasalahan dalam hal

memasarkan produk yang ia hasilkan. Berikut ini merupakan kutipan wawancara

dengan bapak Saeh:

“Kendalanya buat kami sebagai pembuat patung disini adalah karena

hal pemasaran. Masalah pemasaran itu yah. Kalau masalah pemasaran

itu harapan kami agar ada art shop untuk menjual patung kami ini.

Kalau tamu sedikit yang datang, patung yang kami buat ini tidak ada

yang beli”.

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, diketahui bahwa bapak Saeh

mengalami kendala dalam memasarkan produk yang dihasilkannya. Ia

menjelaskan bahwa ketika tamu (wisatawan) yang berkunjung sedikit, patung-

patung yang ia hasilkan tidak laku karena tidak ada yang membelinya. Bapak

Page 119: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

119

Saeh mengharapkan agar ada art shop tempat ia menjual patung-patung yang ia

hasilkan. Dari informasi bapak Saeh tersebut, diketahui bahwa kesulitan dalam hal

pemasaran merupakan faktor yang menghambat pekerjaannya sebagai pengerajin

patung.

Pada pembahasan sebelumnya (lihat sub-bab 6.2.3), telah dijelaskan

bahwa kunjungan wisatawan yang minim ke Pulau Komodo pada saat low season

atau ketika kapal pesiar tidak bersandar di Loh Liang mengakibatkan rendahnya

pendapatan masyarakat yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo. Hal tersebut terjadi karena masyarakat kesulitan memasarkan produk

mereka kepada para pembeli yang umumnya adalah wisatawan yang mengunjungi

Pulau Komodo.

Bapak Elias merupakan seorang penjual cenderamata di loh Liang. Dia

memberikan informasi mengenai kesulitannya dalam memasarkan cenderamata

yang diakibatkan oleh kurangnya wisatawan pada bulan-bulan tertentu. Berikut ini

adalah kutipan wawancara dengan bapak Elias:

“Patung yang saya jual ini dari pengerajin patung. Kalau

penjualannya, paling laku itu pada bulan Juli sampai bulan 11

(November), banyak keuntungannya karena tamu banyak. Tapi lewat

bulan-bulan itu, kami di sini jual sedikit saja. Tamu kurang

berkunjung soalnya...”.

Informasi dari bapak Elias tersebut menjelaskan faktor kunjungan

wisatawan yang minim ketika low season menyebabkan kesulitan baginya dalam

memasarkan cenderamata. Bapak Elias menginformasikan bahwa Ia memperoleh

keuntungan yang tinggi pada saat wisatawan banyak mengunjungi Loh Liang,

yaitu pada bulan Juli sampai November. Namun, ketika lewat bulan-bulan

Page 120: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

120

tersebut, Ia dan para penjual cenderamata lainnya di Loh Liang mengalami

kesulitan memasarkan dagangannya karena minimnya wisatawan yang merupakan

pembeli produk mereka. Gambaran mengenai sepinya wisatawan yang membeli

produk ekowisata yang ditawarkan penjual cenderamata di art shop yang berada

di Loh Liang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.5 Situasi Art Shop di Loh Liang yang Sepi Pembeli

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa permasalahan dalam hal pemasaran merupakan salah satu

faktor yang menghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo, khususnya bagi

masyarakat yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo.

Berdasarakan permasalahan ini, diharapkan agar setiap stakeholders ekowisata

Pulau Komodo bekerja sama mencarikan solusi bagi permasalahan ini, agar

partisipasi masyarakat Desa Komodo lebih maksimal.

Page 121: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

121

BAB VII

DAMPAK POSITIF PARTISIPASI MASYARAKAT DESA KOMODO

DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI PULAU KOMODO

Pada bab sebelumnya (lihat BAB V) telah dibahas mengenai berbagai

bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo. Berbagai bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo tersebut

memberikan berbagai dampak positif.

Bab ini secara khusus membahas mengenai berbagai dampak positif

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui berbagai dampak

positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo. Penelitian ini berhasil mengungkap dampak positif dari partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

menyentuh sektor ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.

7.1 Dampak Ekonomi

7.1.1 Pendapatan dari Usaha Ekowisata

Pitana dan Diarta (2009) menyatakan bahwa pengeluaran dari wisatawan

secara langsung ataupun tidak langsung merupakan sumber pendapatan dari

beberapa perusahaan, organisasi, atau masyarakat perorangan yang melakukan

usaha disektor pariwisata. Partisipasi masyarakat dalam usaha ekowisata

memberikan peluang bagi masyarakat itu sendiri untuk memperoleh pendapatan.

Pada bab sebelumnya (lihat sub-bab 5.2) telah dibahas mengenai bentuk-

Page 122: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

122

bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam usaha ekowisata di Pulau

Komodo. Masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam usaha ekowisata

mendapatkan keuntungan dari usahanya. Hal tersebut merupakan dampak positif

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

komodo. Pendapatan dari usaha ekowisata di Pulau Komodo diperoleh

masyarakat desa yang berpartisipasi dalam usaha ekowisata di Pulau Komodo.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ishak yang merupakan

masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai naturalist guide di Loh Liang,

diketahui bahwa dia sangat bersyukur karena telah menjadi salah satu naturalist

guide di Loh Liang. Karena dengan bekerja sebagai naturalist guide, dia

memperoleh pendapatan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah

tangganya, bahkan membiayai anaknya yang saat ini sedang menempuh kuliah.

Berikut adalah petikan wawancara dengan bapak Ishak:

“Saya sudah tiga tahun bekerja sebagai naturalist guide di sini (Loh

Liang) awalnya saya direkrut oleh Balai Taman Nasional Komodo.

Saya bersyukur bisa menjadi naturalist guide di sini karena ya

lumayan bisa mencukupi rumah tangga saya. Saya juga

menyekolahkan anak saya kuliah. Dari pendapatan menjadi naturalist

guide banyak membantu saya membayar kebutuhan anak saya yang

kuliah itu. Biasanya tips dari wisatawan disini kalau saya hitung

lumayan jumlahnya... ”

Informasi dari bapak Ishak tersebut membuktikan bahwa partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat itu sendiri. Pendapatan

dari usaha ekowisata yang mereka jalani, mampu mencukupi kebutuhan keluarga

mereka sendiri.

Page 123: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

123

Informasi lainnya yang diperoleh dari bapak M. Tohir yang berprofesi

sebagai penjual cenderamata di Loh Liang juga membuktikan bahwa partisipasi

masyarakat dalam usaha ekowisata berdampak positif terhadap perekonomian

masyarakat itu sendiri, karena mereka dapat memperoleh pendapatan dari usaha

yang mereka lakukan. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak M. Tohir:

“Saya sudah 10 tahun menjual patung, mutiara, kaus komodo.

Awalnya saya dulu nelayan tapi waktu itu sulit juga jadi nelayan

karena ikan atau cumi-cumi ada musimnya jadi kalau tidak musimnya

hasil tangkapan saya sedikit. Kalau dibilang saya senang menjadi

penjual cenderamata di sini, ya saya senang juga. Pemasukannya ya

lumayan juga. Kadang-kadang pemasukannya tidak menentu karena

karena kalau kapal besar masuk baru barang-barangnya banyak

dibeli.. Harapan saya mudah-mudahan hasil cenderamatanya lebih

bagus (lebih laku).”.

Dari kutipan wawancara di atas, diketahui bahwa bapak M. Tohir yang

berprofesi sebagai penjual cenderamata mendapatkan pemasukan dari kegiatannya

menjual cenderamata kepada wisatawan yang mengunjungi Pulau Komodo. Pak

Tohir juga menaruh harapan yang besar agar barang dagangannya laku terjual.

Hal ini membuktikan bahwa dengan berpartisipasi dalam usaha ekowisata di

Pulau Komodo, masyarakat desa memperoleh pendapatan dari usaha ekowisata

yang bedampak positif terhadap perekonomian masyarakat itu sendiri.

7.1.2 Terbukanya Peluang Kerja Baru bagi Masyarakat

Dewi (2012) melakukan penelitian mengenai partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat Desa Beraban dalam pengelolaan secara berkelanjutan

daya tarik wisata Tanah Lot, salah satu poin dari penelitiannya mengungkapkan

manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Beraban setelah dilibatkan dalam

pengelolaan Tanah Lot adalah adanya peningkatan kesempatan kerja atau adanya

Page 124: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

124

lapangan kerja bagi masyarakat Desa Beraban untuk membuka usaha yang

mendukung kegiatan pariwisata yang ada di Tanah lot. Selain itu, Suanda (2013)

dalam penelitiannya menemukan bahwa partisipasi masyarakat memberikan

berbagai manfaat, salah satunya yaitu adanya peningkatan kesempatan kerja atau

lapangan pekerjaan bagi masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata. Hasil

penelitian Dewi dan Suanda tersebut mengindikasikan bahwa partisipasi

masyarakat dapat berdampak positif terhadap terbukanya peluang kerja baru bagi

masyarakat.

Masyarakat Desa Komodo sebagai masyarakat lokal Pulau Komodo

merupakan masyarakat dengan kebudayaan yang dibangun dari aspek kelautan di

mana laut merupakan sumber daya alam tempat menggantungkan hidup.

Mayoritas masyarakat Desa Komodo berprofesi sebagai nelayan, namun seiring

dengan berkembangnya kepariwisataan di Pulau Komodo, masyarakat Desa

Komodo secara perlahan beralih profesi dengan berpartisipasi di sektor usaha

ekowisata. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Ibu Dewi dari Balai Taman

Nasional Komodo:

“Kalau partisipasnya positif, dalam artian em teman-teman di

Komodo juga sudah menyadari bahwa pariwisata itu adalah em

sumber mata pencaharian, em kalau dulu mayoritas bergerak di bidang

kelautan perikanan, bisa dikatakan sekarang ini sudah menuju ke

pariwisata, jadi bisa dikatakan yah partisipasinya sih positif...”.

Informasi yang diberikan oleh Ibu Dewi tersebut menegaskan bahwa

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo menunjukan hal yang positif. Dalam artian bahwa, masyarakat Desa

Komodo yang awalnya merupakan nelayan tradisional, menyadari bahwa

Page 125: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

125

ekowisata di Pulau Komodo berpotensi memberikan manfaat bagi mereka sendiri,

sehingga masyarakat mulai berpartisipasi di sektor ekowisata.

Informasi lain mengenai dampak positif partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo terhadap terbukanya

peluang kerja baru bagi masyarakat Desa Komodo berasal dari bapak Supardin

yang merupakan masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai pengerajin

patung komodo. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Supardin:

“Saya Supardin, saya pengerajin patung di sini (Desa Komodo). Saya

sudah jadi pengerajin patung komodo 4-5 tahun. Sebelumnya saya

adalah nelayan. Awalnya saya gabung atas kemauan sendiri”.

Dari kutipan wawancara yang ringkas dengan bapak Supardin tersebut,

diketahui bahwa sebelum berpartisipasi dalam usaha ekowisata sebagai pengerajin

patung komodo, bapak Supardin adalah seorang nelayan. Hal tersebut

menunjukan bahwa partisipasi masyarakat berdampak positif terhadap terbukanya

peluang kerja baru bagi masyarakat.

Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan bapak Magu yang

berpartisipasi dalam usaha ekowisata, yaitu sebagai pengerajin patung komodo di

Desa Komodo:

“...dulu saya bekerja sebagai nelayan, turun-temurun keluarga kami

adalah nelayan. Saya tidak punya kemampuan selain menjadi nelayan,

karena saya hanya tamatan paket B. Waktu awalnya menjadi

pengerajin patung, awalnya saya ikut-ikutan. Ibu Dewi dari balai

(BTNK) banyak membantu kami pengerajin patung di sini”.

Dari informasi yang diperoleh dari Pak Magu tersebut, diketahui bahwa

dirinya sebagai masyarakat desa yang awalnya seorang nelayan karena tidak

Page 126: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

126

mempunyai kemampuan lain selain menjadi nelayan, kini Ia dapat bekerja pada

bidang ekowisata di pulau Komodo.

Semakin berke mbangnya ekowisata di Pulau Komodo membuat peluang

bagi masyarakat Desa Komodo untuk berpartisipasi dalam usaha ekowisata

semakin terbuka. Terdapat berbagai peluang usaha yang perlu dilirik oleh

masyarakat Desa Komodo saat ini. Namun, untuk mengembangkannya tentunya

membutuhkan dukungan dari setiap stakeholders ekowisata di Pulau Komodo.

7.2 Dampak Lingkungan

7.2.1 Terpeliharanya Ekosistem Darat dan Laut

Salah satu manfaat dari partisipasi masyarakat dalam pengembangan

ekowisata adalah terpeliharanya ekosistem, baik ekosistem darat maupun laut.

Menurut Wang dan Tong (2009), partisipasi masyarakat memberikan sebuah

dorongan yang kuat bagi perlindungan sumber daya area pariwisata. Adapun

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo berdampak positif terhadap terpeliharanya ekosistem darat dan laut di

sekitar Pulau Komodo.

Masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) adalah

masyarakat dengan kebudayaan yang dibangun dari aspek kelautan di mana laut

merupakan sumberdaya alam tempat menggantungkan hidup. Mata pencaharian

utama masyarakat di dalam kawasan TNK adalah nelayan sehingga interaksi

masyarakat terhadap kawasan TNK terutama terhadap perairan sangat tinggi.

Permasalahan mengenai interaksi negatif masyarakat dalam kawasan TNK dengan

ekosistem perairan saat ini adalah masih adanya masyarakat dalam kawasan dan

Page 127: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

127

sekitar kawasan yang mencari hasil laut di Kawasan TNK dengan menggunakan

alat-alat yang tidak ramah lingkungan (Renstra BTNK 2010-2014).

Mayoritas masyarakat Desa Komodo berprofesi sebagai nelayan yang

menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan yang mereka peroleh dari lautan.

Interaksi tinggi masyarakat Desa Komodo terhadap lautan berpotensi mengurangi

bahkan merusak ekosistem lautan di sekitar Pulau Komodo. Hal ini merupakan

sebuah ancaman bagi keberlanjutan kawasan perairan Taman Nasional Komodo

umumnya dan Pulau Komodo khususnya.

Berkembangnya ekowisata di Pulau Komodo menarik minat masyarakat

setempat untuk mengais rejeki dari sektor ekowisata. Terdapat masyarakat Desa

Komodo yang awalnya merupakan nelayan, memilih untuk beralih profesi pada

sektor ekowisata di Pulau Komodo. Peralihan profesi ini menyebabkan jumlah

nelayan yang berasal dari Desa Komodo semakin berkurang. Dengan

berkurangnya jumlah nelayan, maka semakin kecil pula potensi negatif kerusakan

ekositem laut yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas penangkapan ikan, sehingga

menyebabkan ekosistem laut di sekitar Pulau Komodo lebih terpelihara. Hal

tersebut merupakan dampak positif dari partisipasi masyarakat Desa Komodo

terhadap terpeliharanya ekosistem laut di sekitar Pulau Komodo. Ekosistem

perairan di sekitar Pulau Komodo yang terpelihara keindahannya, dapat dilihat

pada gambar 7.1 berikut.

Page 128: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

128

Gambar 7. 1 Ekosistem Perairan di Sekitar Pulau Komodo

Sumber: http://komodo-park.com

Selain berdampak positif terhadap terpeliharanya ekosistem lautan,

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo juga berdampak positif pada terpeliharanya ekosistem daratan Pulau

Komodo. Pada pembahasan sebelumnya telah diulas mengenai partisipasi

masyarakat Desa Komodo dan konservasi lingkungan di Pulau Komodo (lihat

sub-bab 5.3). Contoh bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo yang

berpotensi terhadap terpeliharanya ekosistem darat di Pulau Komodo adalah

dengan menjadi anggota dari Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan Kader

Konservasi. Seperti yang sudah dibahas pada sub-bab mengenai partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam Konservasi Pulau Komodo, membuktikan

bahwa partisipasi masyarakat Desa Komodo melalui MMP maupun Kader

Page 129: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

129

Konservasi berdampak positif terhadap terpeliharanya ekosistem laut maupun

daratan di Pulau Komodo.

7.2.2 Menambah Pengetahuan Masyarakat Mengenai Lingkungan

Thomsen dalam Laksana (2013) memaparkan bahwa keuntungan dari

partisipasi masyarakat yaitu bahwa partisipasi memperluas basis pengetahuan dan

representasi. Lebih lanjut, Santosa dan Heroepoetri (2005) dalam Suciati (2006)

juga merangkum manfaat dari partisipasi masyarakat yaitu salah satunya adalah

meningkatkan proses belajar. Adapun dampak positif partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam pengembangan ekowisata adalah mampu menambah pengetahuan

masyarakat Desa Komodo mengenai lingkungan.

Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan Kader Konservasi merupakan

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam konservasi lingkungan

di Pulau Komodo. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masyarakat Desa

Komodo yang berpartisipasi dalam konservasi lingkungan di Pulau Komodo

diberikan pengetahuan mengenai lingkungan oleh pembina mereka sebelum di

terjunkan ke lapangan. Hal tersebut dilakukan agar dengan pengetahuan yang

dimiliki, MMP atau Kader Konservasi dapat memberikan pengaruh positif

mengenai lingkungan terhadap masyarakat lain di sekitarnya.

Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan bapak Iskandar yang

merupakan ketua Masyarakat Mitra Polhut (MMP), Ia memberikan informasi

mengenai manfaat yang Ia peroleh sebagi masyarakat yang berpartisipasi dalam

konservasi lingkungan di Pulau Komodo:

“Setiap tahun ada pembinaan dari Balai untuk MMP. Keuntungan

memberdayakan masyarakat Desa Komodo sebagai MMP adalah

Page 130: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

130

MMP bisa memberikan arahan dengan bahasa yang mudah dimengerti

oleh masyarakat lokal tentang apa yang diambil atau tidak.

Keuntungan lainnya adalah kami mengenal berbagai aturan secara

mendalam mengenai aturan-aturan yang ada di TNK, karena desa ini

kan berada dalam kawasan”.

Dalam kutipan wawancara tersebut, Pak Iskandar menginformasikan

bahwa Masyarakat Mitra Polhut (MMP) mendapat pembinaan dari Balai Taman

Nasional Komodo (BTNK) setiap tahunnya. Artinya, dengan mengikuti

pembinaaan tersebut, masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam

konservasi lingkungan melalui MMP mendapat berbagai pengetahuan mengenai

lingkungan dari BTNK.

Selain sebagai Masyarakat Mitra Polhut, bentuk lain partisipasi

masyarakat dalam konservasi adalah dengan menjadi bagian dari Kader

Konservasi. Pada pembahasan sebelumnya (lihat sub-bab 5.3) telah dijelaskan

secara terperinci mengenai Kader Konservasi. Bapak Hermanto yang merupakan

anggota resort Kampung Komodo menginformasikan tentang adanya pelatihan

yang diperoleh Kader Konservasi setiap tahunnya dari Balai Taman Nasional

Komodo. Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak Hermanto:

“Keuntungan memberdayakan mereka adalah karena mereka

masyarakat asli di sini, jadi mudah dimengerti oleh masyarakat umum.

Ada pelatihan tiap tahun dari BTNK, ada bagian khusus penyuluhan

masyarakat dari BTNK yang melatih Kader Konservasi.”

Dari informasi tersebut dapat dilihat bahwa Kader Konservasi diberi

pelatihan oleh BTNK setiap tahunnya. Pelatihan tersebut merupakan cara BTNK

untuk meningkatkan kualitas para Kader Konservasi agar dapat menjalankan

tugasnya dengan baik. Ilmu tentang konservasi lingkungan yang diperoleh Kader

Konservasi melalui pelatihan yang diberikan oleh BTNK menambah pengetahuan

Page 131: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

131

mereka mengenai lingkungan. Pengetahuan mengenai lingkungan yang mereka

peroleh diharapkan dapat disebarkan kepada masyarakat disekitarnya, sehingga

masyarakat turut dalam melestarikan lingkungan di sekitarnya.

7.2.3 Pengembangan Infrastruktur Desa

McIntosh dan Goeldner (1986) menekankan pentingnya keterlibatan

masyarakat yang lebih luas agar mencapai lima tujuan pengembangan pariwisata,

salah satu di antaranya ialah pengembangan infrastruktur dan penyediaan fasilitas-

fasilitas rekreasi bagi residen penduduk (resident) dan pengunjung. Keterlibatan

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

memberikan dampak positif terhadap lingkungan masyarakat Desa Komodo itu

sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini, terungkap bahwa dampak positif

partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

terhadap lingkungan ialah adanya pengembangan infrastruktur di Desa Komodo.

Pada sub-bab 5.1 telah dibahas mengenai salah satu bentuk partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam program Desa Wisata Komodo BNI, yaitu

sebagai pekerja pembangunan infrastruktur desa. Berbagai infrastruktur desa yang

melibatkan warga Desa Komodo dalam pengerjaannya, saat ini sudah

memberikan berbagai manfaat yang bisa dinikmati oleh warga Desa Komodo

sendiri. Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak Haji Aksa yang

merupakan kepala Desa Komodo:

“Masyarakat desa tentunya ikut dalam pekerjaan pembangunan

infrastruktur desa yah, itu seperti pembuatan MCK kemarin yang

melibatkan warga dalam pekerjaannya. Saat ini kita sudah punya

MCK yang lebih bagus yah, artinya masyarakat sudah menikmati lah,

Kalau sebelum itu, banyak warga yang belum punya MCK di

Page 132: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

132

rumahnya, jadi sekarang ini mereka bisa memanfaatkan MCK yang

dibangun itu...”.

Dari kutipan wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa bapak kepala Desa

Komodo memberikan salah satu contoh keterlibatan masyarakat Desa Komodo

dalam pengerjaan MCK. Ia memberikan informasi bahwa pembangunan MCK

tersebut telah memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Komodo. Masyarakat

yang sebelumnya tidak memiliki MCK di rumahnya dapat memanfaatkan MCK

yang telah dibangun tersebut. Hal ini menunjukan bahwa keterlibatan masyarakat

Desa Komodo dalam pekerjaan infrastruktur memberi dampak positif terhadap

infrastruktur desa yang lebih baik.

Selain berpartisipasi dengan menyumbangkan tenaganya dalam

pembangunan MCK, masyarakat Desa Komodo juga berperan serta dalam

pekerjaan jalan setapak di Desa Komodo (lihat sub-bab 5.1). Berdasarkan hasil

observasi di Desa Komodo, penulis menyaksikan bahwa jalan setapak di Desa

Komodo yang dibangun dengan melibatkan masyarakat Desa Komodo tersebut

memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Komodo itu sendiri. Jalan setapak

yang telah dibangun tersebut tertata rapi dan memberikan kesan lingkungan Desa

Komodo yang lebih rapih, seperti yang tampak pada gambar 7.2 berikut.

Page 133: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

133

Gambar 7.2 Jalan Setapak di Desa Komodo

Sumber: Dokumentasi Yayasan Komodo Kita (2014)

Berbagai uaraian yang telah dipaparkan tersebut menunjukan bahwa

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata

memberikan dampak positif terhadap pengembangan infrastruktur di Desa

Komodo. Pengembangan infrastruktur Desa Komodo yang melibatkan masyarakat

tersebut memberikan kesan lingkungan Desa Komodo yang lebih tertata dan

rapih. Hal tersebut mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat dapat

memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

7.3 Dampak Sosial Budaya

7.3.1 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Masyarakat

Menurut Hasibuan (2003), Sumber Daya Manusia (SDM) adalah

kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Dari

definisi mengenai SDM tersebut dapat dijelaskan bahwa SDM merupakan potensi

Page 134: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

134

yang terkandung di dalam diri seseorang. Potensi yang dimiliki dalam diri

seseorang dapat dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM

itu sendiri. Terdapat berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, di

antaranya adalah dengan diberikan pelatihan, pendidikan, pembinaan, dan

sebagainya.

Hasil studi dokumen menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa

Komodo berpendidikan rendah. Berdasarkan data dari Kecamatan Komodo, saat

ini terdapat 1.570 dari total 1.727 masyarakat Desa Komodo belum/tidak

menyelesaikan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun. Rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat Desa Komodo tersebut berdampak pada rendahnya

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Desa Komodo itu sendiri.

Namun, berbagai program pengembangan kualitas SDM yang dilakukan oleh

stakeholders, seperti Yayasan Komodo Kita maupun Balai Taman Nasional

Komodo banyak membantu meningkatkan kualitas SDM masyarakat Desa

Komodo.

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, masyarakat Desa Komodo

yang berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata mendapatkan berbagai

program pengembangan kualitas SDM dari berbagai stakeholders ekowisata di

Pulau Komodo, seperti dari Balai Taman Nasional Komodo dan Yayasan

Komodo Kita. Dengan mengikuti program pengembangan kualitas SDM tersebut,

artinya terjadi peningkatan kualitas SDM masyarakat Desa Komodo itu sendiri.

Berdasarkan hasil studi dokumen yang tertera di dalam “Laporan Akhir

Tahunan 2013” Yayasan Komodo Kita (YKK), diketahui bahwa YKK sebagai

Page 135: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

135

salah satu stakeholder ekowisata di Pulau Komodo mengadakan program

penguatan SDM, seperti pengajaran Bahasa Inggris, training hospitality dan

sovenir kreatif training. Pogram yang dilakukan oleh YKK tersebut bertujuan

untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat. Situasi pengajaran Bahasa Inggris

yang diselenggarakan oleh YKK bagi masyarakat dalam kawasan TNK dapat

dilihat pada gambar 7.3 berikut.

Gambar 7.3 Situasi Pengajaran Bahasa Inggris untuk Pariwisata

Sumber: Dokumentasi Yayasan Komodo Kita (2011)

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) sebagai salah satu stakeholder

ekowisata di Pulau Komodo juga turut berperan serta dalam peningkatan kualitas

Sumber Daya Manusia masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo

umumnya maupun di Pulau Komodo khususnya. Berikut ini merupakan kutipan

wawancara dengan Ibu Rini dari BTNK:

“Kegiatan pemberdayaan macam-macam sih, dari yang patung,

pelatihan patung yang pertama itu juga dari balai (BTNK) yang

Page 136: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

136

mendatangkan pelatihnya itu dari Bali. Terus kita ada pembinaan terus

kelompok itu sampai sekarang, terakhir kemarin ada bantuan kayu

yah, kayu sama peralatan...”.

Dari informasi yang diberikan oleh Ibu Rini tersebut, terungkap bahwa

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) sebagai salah satu stakeholder Taman

Nasional Komodo berperan serta dalam peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) dalam kawasan TNK umumnya maupun di Pulau Komodo

khususnya. Peran BTNK dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat yaitu

melalui pelatihan maupun pembinaan kepada masyarakat Desa Komodo yang

berpartisipasi dalam usaha ekowisata sebagai pengerajin patung komodo.

Masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo mendapatkan manfaat dari berbagai program

pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang diprakarsai oleh

Yayasan Komodo Kita maupun Balai Taman Nasional Komodo. Manfaat yang

diperoleh masyarakat Desa Komodo dengan mengikuti berbagai program

pengembangan kualitas SDM tersebut ialah peningkatan kualitas SDM

masyarakat Desa Komodo itu sendiri.

Bapak Iskandar merupakan masyarakat Desa Komodo yang berkedudukan

sebagai ketua Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Ia memberikan informasi

mengenai manfaat dari program pengembangan kualitas SDM yang ia terima dari

Balai Taman Nasional Komodo. Berikut ini merupakan kutipan wawancara

dengan bapak Iskandar:

“Kalau program pengembangan kualitas SDM kami sebagai MMP di

Desa Komodo ini kami dapat dari Balai Taman Nasional Komodo,

setiap tahun kami dapat pembinaan dari balai (BTNK). Manfaatnya,

kami bisa melakukan tugas kami dengan baik, masyarakat Desa

Page 137: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

137

Komodo juga lebih memahami mengenai pentingnya menjaga

lingkungan”.

Pada pembahasan sebelumnya telah diulas mengenai Masyarakat Mitra

Polhut (MMP) sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam konservasi (lihat sub-bab 5.3). Berdasarkan informasi dari bapak Iskandar

tersebut, diketahui bahwa MMP terlibat dalam program pengembangan SDM

berupa pembinaan yang dilakukan setiap tahunnya oleh BTNK. Dari pembinaan

tersebut, bapak Iskandar sebagai bagian dari MMP dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak Tasrif yang

merupakan masyarakat Desa Komodo yang berprofesi sebagai naturalist guide di

Loh Liang:

“Program pengembangan SDM masyarakat banyak membantu kami

naturalist guide yang bekerja di Loh Liang ini. Ada pelatihan guiding

dengan bahasa Inggris dari balai (BTNK) yang mengadakannya, ada

juga pelatihan bahasa Inggris dari YKK, waktu itu kami semuanya

ikut yah, dari situ kami bisa melayani tamu luar (wisatawan

mancanegara) dengan lebih baik lah. Kami naturalist guide tentunya

sangat berterima kasih...”.

Informasi yang diberikan oleh bapak Tasrif tersebut menunjukan bahwa

dirinya sebagai naturalist guide di Loh Liang mendapatkan manfaat dari program

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan oleh Balai Taman

Nasional Komodo dan Yayasan Komodo Kita . Pelatihan guiding maupun bahasa

Inggris meningkatkan kualitas SDM-nya sebagai naturalist guide, sehingga Ia

dapat melayani wisatawan mancanegara dengan menggunakan bahasa Inggris

yang lebih baik.

Page 138: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

138

Kesimpulan dari berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut ialah

bahwa masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi mendapatkan berbagai

program pengembangan kualitas SDM berupa pelatihan, pembinaan, dan

pendidikan dari stakeholders seperti Balai Taman Nasional Komodo dan Yayasan

Komodo Kita. Berbagai program pengembangan kualitas SDM tersebut

berdampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM masyarakat Desa Komodo

itu sendiri.

7.3.2 Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Kelautan ke

Sektor Ekowisata

Masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) umumnya

maupun di Desa Komodo khususnya adalah masyarakat dengan kebudayaan yang

dibangun dari aspek kelautan di mana laut merupakan sumberdaya alam tempat

menggantungkan hidup (Renstra BTNK 2010-2014). Namun, seiring dengan

berkembangnya kepariwisataan di Pulau Komodo, masyarakat Desa Komodo

secara perlahan mengalami peralihan mata pencaharian dari sektor kelautan ke

sektor ekowisata. Peralihan profesi masyarakat Desa Komodo secara tidak

langsung berdampak positif terhadap terjaganya ekosistem perairan di sekitar

Pulau Komodo. Dengan semakin berkurangnya jumlah nelayan yang berasal dari

Desa Komodo, maka semakin kecil potensi kerusakan ekosistem perairan yang

dapat ditimbulkan dari aktivitas penangkapan ikan.

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan Ibu Dewi dari Balai

Taman Nasional Komodo yang mengindikasikan adanya peralihan mata

pencaharian masyarakat Desa Komodo dari sektor kelautan ke sektor ekowisata:

Page 139: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

139

“...teman-teman di Komodo juga sudah menyadari bahwa pariwisata

itu adalah em sumber mata pencaharian, em kalau dulu mayoritas

bergerak di bidang kelautan perikanan, bisa dikatakan sekarang ini

sudah menuju ke pariwisata, jadi bisa dikatakan yah partisipasinya sih

positif...”.

Informasi yang diberikan oleh Ibu Dewi tersebut menegaskan bahwa

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo menunjukan hal yang positif. Dalam artian bahwa, masyarakat Desa

Komodo yang awalnya merupakan nelayan tradisional, menyadari bahwa

ekowisata di Pulau Komodo berpotensi memberikan manfaat bagi mereka sendiri,

sehingga masyarakat mulai berpartisipasi di sektor ekowisata.

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak M. Tohir yang

merupakan masyarakat Desa Komodo. Ia merupakan salah satu contoh

masyarakat Desa Komodo yang mengalami peralihan mata pencaharian dari

sektor kelautan ke sektor ekowisata sebagai penjual cenderamata di Loh Liang.

“Saya sudah 10 tahun menjual di sini (di Loh Liang), saya menjual

patung, mutiara, kaus komodo juga. Dulu saya nelayan, kebanyakan

kami disini dulunya juga nelayan.

Dari keterangan yang diberikan oleh bapak Tohir tersebut diketahui bahwa

sebelum menjadi penjual cenderamata, awalnya Ia merupakan nelayan. Hal

tersebut menunjukan bahwa dirinya sebagai masyarakat Desa Komodo mengalami

peralihan mata pencaharian dari awalnya merupakan seorang nelayan kemudian

beralih ke sektor usaha ekowisata sebagai penjual cenderamata di Loh Liang.

Informasi lain mengenai peralihan mata pencaharian masyarakat Desa

Komodo dari sektor kelautan ke sektor ekowisata berasal dari bapak Supardin.

Berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan bapak Supardin:

Page 140: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

140

“Saya Supardin, saya pengerajin patung di sini (Desa Komodo). Saya

sudah jadi pengerajin patung komodo 4-5 tahun. Sebelumnya saya

adalah nelayan. Awalnya saya gabung atas kemauan sendiri. Biasanya

saya bisa buat 3 patung satu hari. Pengerajin patung di sini jual

patungnya ke pemborong”.

Bapak Supardin merupakan salah seorang masyarakat Desa Komodo yang

saat ini bermata pencaharian sebagai pengerajin patung Komodo. Seperti

kebanyakan pengerajin patung di Desa Komodo, bapak Supardin awalnya

merupakan nelayan tradisional.

Bapak Tasrif merupakan salah seorang masyarakat dari Desa Komodo

yang berkedudukan sebagai ketua naturalist guide di Loh Liang. Awalnya bapak

Tasrif merupakan seorang nelayan yang kemudian beralih mata pencaharian

menjadi naturalist guide di Loh Liang. Berikut ini merupakan kutipan wawancara

dengan bapak Tasrif:

“Dulu awalnya saya nelayan, saya ikut-ikutan orang tua saya yang

juga nelayan. Sekarang ini susah tangkap ikan di laut, apalagi cumi itu

tunggu musimnya baru bisa dapat banyak. Masyarakat di sini (Desa

Komodo) kebanyakan nelayan. Saya ketua naturalist guide di Loh

Liang ini. Tugas kami ya menghantar tamu”.

Kutipan wawancara dengan bapak Tasrif yang telah dipaparkan tersebut

menunjukan bahwa awalnya Ia merupakan seorang nelayan yang kini telah beralih

mata pencaharian menjadi naturalist guide di Loh Liang. Bapak Tasrif

menjelaskan alasannya beralih mata pencaharian dari nelayan menjadi naturalist

guide, karena menurutnya saat ini lebih sulit mendapatkan tangkapan dari laut.

Berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut mengindikasikan bahwa

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo memberikan dampak terhadap sosial budaya masyarakat Desa Komodo

Page 141: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

141

itu sendiri. Masyarakat Desa Komodo yang merupakan masyarakat dengan

kebudayaan yang dibangun dari aspek kelautan di mana laut merupakan

sumberdaya alam tempat menggantungkan hidup, kini secara perlahan beralih ke

sektor ekowisata. Hal tersebut terjadi seiring semakin berkembangnya

kepariwisataan di Taman Nasional Komodo umumnya maupun di Pulau Komodo

khususnya.

Page 142: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

142

VIII

SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Penelitian ini telah mengemukakan tiga aspek yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo, yaitu berbagai bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo, faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo, dan dampak

positif partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Komodo. Berikut adalah uraian kesimpulan berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan:

1. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, di antaranya adalah: 1).

Partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam Program Desa Wisata

Komodo BNI, yaitu dengan cara memberikan usulan, dan sebagai pekerja

proyek pembangunan infrastruktur desa; 2). Partisipasi masyarakat Desa

Komodo dalam usaha ekowisata, yaitu: pengerajin patung komodo,

menjual cenderamata, naturalist guide, mengelola homestay, dan

menyewakan perahu motor; 3). Partisipasi masyarakat Desa Komodo

dalam konservasi, yaitu sebagai Masyarakat Mitra Polhut, dan Kader

Konservasi.

2. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di

Page 143: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

143

Pulau Komodo, yaitu faktor-faktor yang mendorong dan faktor-faktor

yang menghambat. 1). Faktor-Faktor yang mendorong partisipasi

masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo, diantaranya adalah: Adanya dukungan dari stakeholders,

motivasi masyarakat untuk memperoleh manfaat ekonomi dari ekowisata,

dan motivasi masyarakat untuk menjaga lingkungan; 2). Faktor-faktor

yang menghambat partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, adalah: terbatasnya anggaran,

sikap apatis dan kesadaran masyarakat yang rendah, fluktuasi kunjungan

wisatawan, dan kesulitan memasarkan produk ekowisata.

3. Dampak positif partisipasi masyarakat Desa komodo dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Komodo meliputi sektor ekonomi,

lingkungan, serta sosial budaya masyarakat Desa Komodo. 1). Dampak

positif partisipasi masyarakat Desa komodo dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo terhadap sektor ekonomi terindikasi dengan

adanya pendapatan dari usaha ekowisata serta terbukanya peluang kerja

baru bagi masyarakat; 2). Dampak positif terhadap lingkungan, yaitu

terpeliharanya ekosistem darat dan laut, menambah pengetahuan

masyarakat mengenai lingkungan, dan pengembangan infrastruktur desa;

dan 3). Dampak positif partisipasi masyarakat Desa Komodo terhadap

sosial budaya terindikasi dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya

manusia masyarakat dan terjadinya peralihan mata pencaharian

masyarakat dari sektor kelautan ke sektor ekowisata.

Page 144: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

144

8.2 Saran

Hasil penelitian ini telah mengungkapkan bentuk partisipasi masyarakat

Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo, faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Komodo, serta dampak positif

partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam pengembangan ekowisata di Pulau

Komodo. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan beberapa

saran bagi stakeholders ekowisata di Taman Nasional Komodo umumnya dan di

Pulau Komodo khususnya, saran-saran penulis di antaranya adalah sebagai

berikut:

1. Saran bagi biro perjalanan wisata

Biro perjalanan wisata hendaknya menjadikan kunjungan ke Desa

Komodo sebagai salah satu paket kunjungan wisatanya, artinya selain

disuguhkan daya tarik naga komodo, wisatawan juga diberikan

kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal di Desa Komodo.

Kunjungan wisatawan ke Desa Komodo berdampak pada bergeraknya

sektor ekonomi masyarakat di Desa Komodo.

2. Saran bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Perlu adanya pemerataan pengembangan kualitas sumber daya manusia

masyarakat Desa Komodo yang dilakukan secara berkala, serta

pemenuhan ketersediaan bahan baku bagi para pengerajin. Peran serta

LSM melalui pendampingan, pembinaan, bantuan permodalan serta

bantuan peralatan dalam menunjang partisipasi masyarakat, agar dilakukan

secara berkesinambungan.

Page 145: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

145

3. Saran bagi Pemerintah

Pemerintah harus lebih proaktif dalam meningkatkan mutu Sumber Daya

Masyarakat (SDM) Manggarai Barat. SDM masyarakat yang berkualitas

dapat menunjang masyarakat Manggarai Barat dalam menghadapi

kepariwisataan yang semakin berkembang. Mendirikan lembaga

pendidikan formal dalam bidang pariwisata merupakan langkah yang

dapat dilakukan Pemerintah.

4. Saran bagi masyarakat Desa Komodo

Masyarakat Desa Komodo hendaknya menyadari bahwa kemandirian

masyarakat Desa Komodo merupakan tujuan dari upaya-upaya

pemberdayaan yang dilakukan oleh stakeholders. Pelatihan maupun

pembinaan yang diselenggarakan oleh stakeholders diharapkan dapat

dikembangkan oleh masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat Desa

Komodo mampu mandiri dalam menghadapi persoalannya.

Page 146: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

146

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Participatory Dialogue: Towards a Stable, Safe and Just Society

for All (prepared by Minu Hemmati). New York: United Nations

Publications. Diakses pada 12 Agustus 2014. Available from:http://www.

un.org/esa/socdev/publications/prtcptry_dlg (full_version).pdf.

Anonim. 2013. ”Factors Influencing Local Community Participation in Eco

Tourism”. Tourism Essay. Diakses pada 08 September 2014. Available

from: http://www.ukessays.com/essays/tourism/factors-influencing-local-

community-participation-in-eco-tourism-tourism-essay.php?cref=1.

Adisasmita, Raharjo. 2006, Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Andre, Pierre; Martin P.; dan Lanmafankpotin, G. 2012. Citizen Participation.

Encyclopedic Dictionary of Public Administration.

Aref, Fariborz dan Marof, B. Redzun. 2008. “Tourism and Community Capacity

Building: A Literature Review”. Pakistan Journal of Social Sciences, 5:

806-812.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat. 2013. Kecamatan Komodo

dalam Angka. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai

Barat.

Bagul, Awangku H. B. P. 2009. “Succes of Ecotourism Sites and Local

Community Participation in Sabah” (tesis). Wellington: Victoria

University of Wellington.

Baksh, R; Soemarno; Hakim, L; Nugroho, I. 2012. “Community Participation in

the Development of Ecotourism: A Case Study in Tambaksari Village,

East Java Indonesia”. Journal of Basic and Applied Scientific Research,

Vol. 2; No. 12; pp.12432-12437.

Balai Taman Nasional Komodo. 2010. Rencana Strategis Balai Taman Nasional

Komodo 2010 - 2014. Labuan Bajo: Balai Taman Nasional Komodo.

Balai Taman Nasional Komodo. 2012. Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata

Alam Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo: Balai Taman Nasional

Komodo.

Page 147: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

147

Balai Taman Nasional Komodo. 2012. Zonasi Taman Nasional Komodo

Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Labuan

Bajo: Balai Taman Nasional Komodo.

Balai Taman Nasional Komodo. 2014. Statistik Balai Taman Nasional

KomodoTahun 2013. Labuan Bajo: Balai Taman Nasional Komodo.

Bansal, S. P. dan Kumar, Jaswinder. 2011. “Ecotourism for Community

Development: A Stakeholder’s Perspective in Great Himalayan National

Park”. International Journal of Social Ecology and Sustainable

Development, 2(2), pp. 31-40.

Barnard, Timothy P. 2011. “Protecting the Dragon: Dutch Attempts at Limiting

Access to Komodo Lizards in The 1920s and 1930s”. Indonesia; Oct

2011; 92; ProQuest pp. 97-123.

BEM. 2012. Pesona Komodo Magnet bagi Para Wisatawan. (berita online),

diakses pada: 15 Agustus 2014. Avalable from:

http://www.floresbangkit.com/2012/05/pesona-komodo-magnet-bagi-para-

wisatawan/

Breugel, L. V. 2013. “Community-based Tourism: Local Participation and

Perceived Impacts: A Comparative Study Between Two Communities in

Thailand”. (tesis). Radboud University Nijmegen: Faculty of Social

Sciences.

Butler, R. W. 1980. “The Concept of a Tourist Area Cycle of Evolution:

Implications for Management of Resources”. The Canadian Geographer,

24(1), pp. 5-12.

Camposano-Cortez, D. 2001. “ Local Participation in Tourism Planning: The Case

of Nueva Valencia, Guimaras, Philippines” (tesis). Halifax: Dalhousie

University.

Ceballos-Lascurain, H. 1987. “The Future of Ecotourism”. Mexico Journal,

Januari, pp. 13−14.

Dewi, Luh Gede L. K. 2012. “Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Beraban dalam Pengelolaan Secara Berkelanjutan Daya tarik Wisata

Tanah lot” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Dewi, M.H.U. 2014. “Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Desa

Wisata Di Kabupaten Tabanan, Bali” (disertasi). Yogyakarta: Sekolah

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Page 148: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

148

Direktorat Jendral Perlindungan dan Konservasi Kawasan. 2000. Rencana

Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo (Buku I, II, dan III).

Jakarta: Direktorat Jendral Perlindungan dan Konservasi Kawasan.

Echols, John M dan Shadily, M. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Ezebilo, Eugene E.; Mattsson, Leif; Afolami, Carolyn A. 2010. “ Economic Value

of Ecotourism to Local Communities in the Nigerian Rainforest Zone”.

Journal of Sustainable Development, Vol. 3 Issue 1, pp. 51- 60.

Getz, D and Timur, S. 2005. Stakeholder Involvement in Sustainable Tourism:

Balancing the Voices. In Theobald, W. F, editor. Global Tourism. 3th

.

Ed. Burlington, MA: Elsevier.

Gultom, S. P. 2005. “Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

(PPMK) Di Kelurahan Kapuk Jakarta Barat : Suatu Tinjauan Terhadap

Penerapan Prinsip-Prinsip PPMK” (tesis). Universitas Indonesia: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Handoko, Hani T. dan Reksohadiprodjo Sukanto.1996. Organisasi Perusahaan.

Edisi kedua Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M. S. P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hill, Jennifer L and Hill, Ross A. 2011. “Ecotourism in Amazonian Peru: Uniting

Tourism, Conservation and Community Development”. Geography, Vol.

96, Part 2, Summer 2011, pp. 75-85.

Iriyono, S; Syari’udin, M. I; Kurniawan, M; Adnan, A; Indriasari,D; Buaithi,

A; Margaretha P N. 2013. The Assessment of Komodo National Park’s

Role in the Economics of West Manggarai Regency Nusa Tenggara

Timur Province (Development of Ecotourism Utilization Aspect Case

Study). Labuan Bajo: Komodo National Park Office.

Krishna, R. and C. Lovell. 1985. Rural and Development in Asia and the Pacific.

The Synopsis of ADB Regional Seminar on Rural Development in Asia

and the Pacific, 15−23 October 1984. Asian Development Bank.

Philippines: Manila.

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang

Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 149: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

149

Jenkins, Olivia H. 1999. “Understanding and Measuring Tourist Destination

Images”. International Journal of Tourism Research, Vol. 1, Issue 1,

pp. 1–15.

Laksana, Nuring S. 2013. “Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam

Program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten

Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Universitas

Airlangga: Jurnal Kebijakan Manajemen Publik, Vol. 1, No. 1, pp. 56-66.

Lama, Minki. 2013. “Community Homestay Programmes as a Form of

Sustainable Tourism Development in Nepal” (tesis). Centria University

of Applied Sciences: Degree Programme in Tourism.

Li, W. 2005. “Community Decision-making: Participation in Development”.

Annals of Tourism Research, 33 (1), pp. 132-143.

Lindberg, K. 2001. “Protected Area Visitor Fees: Overview”. Australia: Griffith

University, Cooperative Research Centre for Sustainable Tourism, August.

(Homepage of The International Ecotourism Society).

McIntosh, R. W. & Goeldner, C. R. 1986. Tourism: Principles, practices and

philosophies. New York: Wiley.

Michael, Muganda. 2009. “Community Involvement and Participation in Tourism

Development in Tanzania: A Case Study of Local Communities in

Barabarani Village, Mto Wa Mbu, Arusha-Tanzania”. (tesis).

Wellington: Victoria University.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, J. L. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nurdin, M. 2008. “Aspek Finansial Pengembangan Pariwisata di Kawasan Taman

Nasional”. Uiversitas Airlangga: Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan

Politik, Vol. 21, No. 1, pp. 43-49.

Okazaki, Etsuko. 2008. “A Community-Based Tourism Model: Its Conception

and Use”. Journal of Sustainable Tourism, Vol 16, No 5, pp. 511-529.

Reed, M. G. 1997. “Power Relations and Community-Based Tourism Planning”.

Annals of Tourism Research, 24(3), pp. 566-591.

Patton, M. Q, 1987. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage

Publications.

Page 150: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

150

Pitana, I Gde.2002. Apresiasi Kritis Terhadap Kepariwisataan Bali. Denpasar:

PT. The Work.

Pitana, I Gde dan Gayatri, P. G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit

ANDI.

Pitana, I Gde dan Diarta, I. K. S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Pongponrat, K dan Ponquan, S. 2007. “Community Participation In a Local

Tourism Planning Process: A Case Study of Nathon Community on Samui

Island, Thailand”. Asia-Pacific Journal of Rural Development, 2007 Vol.

17 No. 2 pp. 27-46

Putra, I Nyoman Darma, dan Pitana, I Gde. 2010. Pariwisata Pro-Rakyat:

Meretas Jalan Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta:

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Pretty, Jules N. 1995. “Participatory Learning for Sustainable Agriculture”. World

Development,Vol 23, No 8, pp. 1247-1263.

Rosener, J. B. 1982. “Making Bureaucrats Responsive: A study of the Impact of

Citizen Participation and Staff Recommendations on Regulatory Decision

Making”. Public Administration Review, 42(4), pp. 339-345.

Ross, Sheryl and Wall, Geoffrey. 1999. “Ecotourism: Towards Congruence

Between Theory and Practice”. Tourism Management, 20(1), pp. 123–132.

Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin

dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.

Scheyvens, R. 2002. Tourism for Development: Empowering Communities.

London: Prentice Hall.

Scherl, L. M dan Edwards, S. 2007. Tourism, Indigenous and Local

Communities and Protected Areas in Developing Nations. In: Bushell, R

and Eagles, P. Editor. Tourism and Protected Areas: Benefits beyond

Boundaries. Wallingford: CABI International.

Syerly, M. 2003. “Partisipasi Masyarakat dalam Program Pembangunan

Perumahan Nelayan Desa Penjajap di Desa Pemangkat, Kota Kabupaten

Sambas” (tesis). Universitas Indonesia: Perpustakaan Universitas

Indonesia (online). Diakses pada: 22 Agustus 2014. Available at:

http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=105275&lokasi=lokal

Page 151: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

151

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Stem, C. J; Lassoie, J. P; Lee, D. R; Deshler, D. D; dan Schelhas, J .W. 2003.

“Community Participation in Ecotourism Benefits: The Link to

Conservation Practices and Perspectives”. Society and Natural Resources,

Vol. 16, Issue 5, pp. 387-413.

Suanda, I Gusti Gede. 2013. “Partisipasi Masyarakat Desa Adat Kuta Dalam

Pengelolaan Pantai Kuta Sebagai Daya Tarik Wisata Yang Berkelanjutan”

(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Suciati. 2006. “Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Umum Tata

Ruang Kota Pati” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfa Beta.

Theobald, W. F. 2005. Global Tourism Third Edition. Burlington, MA: Elsevier.

Tosun, Cevat. 2000. “Limits to Community Participation in the Tourism

Development Process in Developing Countries”. Tourism Management,

21, pp. 613-633.

Walpole, M. J dan Goodwin, H. J. 2001. “Local Attitudes towards Conservation

and Tourism around Komodo National Park, Indonesia”. Environmental

Conservation, 28 (2): pp.160–166.

Walpole, M. J dan Leader-Williams, N. 2002. “Tourism and Flagship Species in

Conservation”. Biodiversity and Conservation, 11: pp. 543–547.

Wang, Hongshu danTong, Min. 2009. Research on Community Participation in

Environmental Management of Ecotourism. International Journal of

Business and Management, Vol. 4, No.3, pp. 131-135. Available from :

http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijbm/article/viewFile/281/256

Wang, Yasong; Pfister, Robert E; dan Morais, Duarte B. (2006), “Residents’

Attitudes Toward Tourism Development: A Case Study of Washington,

Nc”, Northeastern Recreation Research Symposium, GTR-NRS-P-14,

pp. 411-418.

Wood, Megan Epler. 2002. Ecotourism: Principles, Practices, Poicies for

Sustainability. Edisi 2002. USA: United Nations Publications.

Page 152: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

152

World Commission on Environtment and Development. 1987. Our Common

Future. Oxford: Oxford University Press.

World Tourism Organization. 1998. Guide for Local Authorities on Developing

Sustainable Tourism. Madrid: WTO.

World Tourism Organization. 1999. International Tourism: A Global Perspective.

Madrid: WTO.

WWF International. 2001. Guidelines for Community-based Ecotourism

Develoment. WWF.

Yayasan Komodo Kita. 2013. Laporan Akhir Tahunan 2013. Labuan Bajo:

Yayasan Komodo Kita.

Yayasan Komodo Kita. 2014. Progress Report Pengembangan Desa Wisata

Komodo BNI. Labuan Bajo: Yayasan Komodo Kita.

Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Website:

http://floresbangkit.com/assets/fbcmedia/2012/05/Kapal-pesiar-di-TNK-01-

300x214.gif, diakses pada 24 Oktober 2014

http://komodokita.org/en/tourism/tourism-village.html, diakses pada 6 November

2014

http://komodo-park.com/detail.php?id=13, diakses pada 11 september 2014

Page 153: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

153

LAMPIRAN

Page 154: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

154

Lampiran 1: DAFTAR INFORMAN

No Nama Usia

(thn)

L/P Pendidikan Jabatan

1 Supardin 32 L SMP Pengerajin Patung

2 Magu 59 L Paket B Pengerajin Patung

3 Saeh 46 L SD (Sampai

Kelas III)

Pengerajin Patung

4 Ibrahim 34 L SD Pengerajin Patung

5 Muksin 32 L SD Pengerajin Patung

6 Mustamin 32 L SMP Pengerajin Patung

7 Iskandar 47 L SLTA Penjual Cenderamata &

Kader Konservasi

8 Taher 46 L SD Penjual Cenderamata,

MMP & Kader

Konservasi

9 Iskandar 47 L SLTA Ketua MMP & Ketua

Badan

Permusyawaratan Desa

10 H. Akbar Safar 56 L SMA Sekretaris Desa

11 Hariyono Abdulah 29 L SD Naturalist Guide

12 Tasrif 43 L SMA Ketua Naturalist Guide

13 M. Tohir 32 L SD Penjual Cenderamata

14 Elias 29 L SMP Penjual Cenderamata

15 Ishaka 37 L SMP Naturalist Guide &

Kader Konservasi

16 A. Latif 52 L SMA Kepala Resort

Kampung Komodo

17 M. Hermanto 27 L SMA Anggota Resort

Kampung Komodo

18 Ibu Dewi - P S1 Staf BTNK

19 Ibu Rini - P S1 Staf BTNK

20 Ir. T. Suardi, M.si 52 L S2 Kadisbudpar Kab.

Manggarai Barat

21 Haji Aksa - L SMA Kepala Desa Komodo

22 Z. Samuel Sem - L - Program Manager

Yayasan Komodo Kita

Page 155: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

155

Lampiran 2: PEDOMAN WAWANCARA

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA KOMODO DALAM

PENGEMBANGAN EKOWISATA DI PULAU KOMODO, TAMAN

NASIONAL KOMODO, MANGGARAI BARAT

A. Kelompok Pertanyaan Bersifat Umum:

1. Siapa nama Bapak/Ibu?

2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu?

3. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu?

4. Berapa usia Bapak/Ibu?

B. Kelompok Pertanyaan Menyangkut Topik Peneltian:

I. Pertanyaan kepada Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten

Manggarai Barat:

1. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan

kepariwisataan di Kabupaten Manggarai Barat Umumnya dan di Taman

Nasional Komodo khususnya?

2. Untuk kedepannya, apa saja rencana pengembangan mengenai

kepariwistaan di TNK umumnya dan di Pulau Komodo khususnya?

3. Bagaimana keuntungan dari partisipasi masyarakat lokal dalam

pengembangan ekowisata di TNK umumnya dan di Pulau Komodo

khususnya?

4. Kalau dari sudut ekonominya, bagaimana manfaat partisipasi masyarakat

dalam pengembangan ekowisata?

5. Bagaimana dengan program Desa Wisata?

6. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam memberdayakan

masyarakat?

II. Pertanyaan kepada pihak Balai Taman Nasional Komodo:

1. Apa yang telah dilakukan Balai Taman Nasional Komodo dalam

memberdayakan masyarakat Di Kampung Komodo?

2. Apa yang menjadi kendala dalam pemberdayaan masyarakat?

3. Bagaimana mengenai pemberdayaan perempuan di Pulau Komodo?

Page 156: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

156

4. Bagaimana dampak partisipasi masyarakat Desa komodo?

III. Pertanyaan kepada Sekretaris Desa Komodo:

1. Tolong bapak ceritakan mengenai sejarah pengelolaan ekowisata di Pulau

Komodo!

2. Bagaimana masyarakat Desa Komodo berpartisipasi?

3. Apa yang menjadi kesulitan dalam kaitannya dengan partisipasi

masyarakat Desa Komodo?

4. Menurut bapak, kira-kira apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat Desa Komodo?

5. Bagaimana harapan bapak untuk kedepannya?

IV. Pertanyaan Kepada Program Manager Yayasan Komodo Kita

1. Bagaimana peran Yayasan Komodo Kita dalam program Desa Wisata

Komodo?

2. Apakah masyarakat Desa Komodo dilibatkan dalam perencanaan atau

dalam proses pengambilan keputusan mengenai program Desa Wisata

Komodo?

3. Bagaimana masyarakat Desa Komodo berpartisipasi dalam program Desa

Wisata Komodo?

4. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Komodo dalam

program Desa Wisata Komodo? Tolong dijelaskan!

5. Apa yang menjadi masukan/saran/usul atau mungkin keberatan

masyarakat Desa Komodo dalam program Desa Wisata Komodo? tolong

dijelaskan!

V. Pertanyaan kepada masyarakat Desa Komodo yang berpartisipasi

dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo

1. Tolong ceritakan bagaimana awalnya bapak berpartisipasi dalam

pengembangan ekowisata di Pulau komodo!

2. Tolong ceritakan mengenai program Desa Wisata Komodo!

3. Apakah bapak pernah diundang dalam rapat atau dimintai pendapatnya

oleh pihak YKK ketika membuat pogram Desa Wisata Komodo? Tolong

ceritakan!

Page 157: partisipasi masyarakat desa komodo dalam pengembangan ...

157

4. Apakah ada pihak-pihak lain yang membantu bapak dalam usaha yang

Bapak kerjakan saat ini? Tolong diceritakan!

5. Apa manfaat yang bapak peroleh ketika terlibat dalam pengembangan

ekowisata di Pulau Komodo?

6. Tolong ceritakan mengenai berbagai faktor yang menghambat partisipasi

bapak dalam pengembangan ekowisata di Pulau Komodo!

7. Apa yang akan bapak lakukan agar usaha bapak lebih bagus lagi?

8. Apa harapan bapak selanjutnya?