SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PEMILIHAN …
Transcript of SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PEMILIHAN …
i
SKRIPSI
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI
DESA PANGGUNGHARJO
(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten
Bantul DIY)
Disusun oleh:
Herman Safuf
16520053
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2021
iv
MOTTO
“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan
didikan”
(Amsal 1:7)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”
(Filipi 4:13)
“Jika anda bergetar dengan geram pada setiap melihat ketidakadilan, maka Anda adalah
teman saya”
(Che Guevara)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yan Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, ada pun skripsi ini
dipersembahkan kepada :
Bapa Evert Safuf dan Mama Martha Beteyop tercinta, saya persembahkan karya kecil
ini sebagai tanda bakti saya kepada bapa dan mama, terima kasih atas kasih sayang
yang tak terhingga dan terima kasih atas doa dukungkan dan motivasinya yang tidak
pernah berhenti kepada saya sehingga, hari ini saya dapat menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
Saudara-saudara saya Willem, Michael, Sara, Agus, Sari, Maria, mama Ice, mama
Neli (alm), bibi Yanti, mama Cici terima kasih atas dukungan dan semangat berupa
moril maupun materi dalam menempuh gelar sarjana.
Terima kasih kepada teman-teman Odi, Maurice, Andre, Fadli, Babang, Rino,
Richard, Fandy, Grein, Zul, Khairul, Ai, Septi, Kencana, Jessica, Indri, Puspita yang
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Almamaterku Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpah
rahmat dan anugerahnya-Nya yang kasih-Nya tidak pernah berkesudahan di dalam hidup
saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul „PARTISIPASI
MASYARAKAT DESA DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA” dengan baik. Skripsi ini
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam memperoleh
gelar sarjana dari Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunana
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak mungkin bagi penulis untuk
menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas petunjuk dan
bimbingan yang telah penulis terima selama melakukan penyusunan skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogaykarta;
2. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A selaku ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang telah
memberikan izin penelitian unutk penulis;
3. Ibu Dra. Herawati, MPA selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak
membantu dan tidak pernah lelah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penulisan ini.
4. Bapak Drs. R. Yulianus Gatot, M, S.i selaku dosen penguji I yang telah memberikan
saran dan kritik untuk memperbaiki skripsi penulis;
5. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan masukan agar memperbaiki skripsi penulis;
vii
6. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta
7. Pihak pemerintah desa pak Tono yang telah memberikan dan membuat surat izin
selama penulis berada di desa, pak Wahyudi Anggoro Hadi selaku lurah desa
Panggungharjo, pak M. Ari Yahya selaku Kepala Seksi Pemerintahan, pak Setyo
Raharjo dan pak Rosada Roan Atariq selaku kepala Dusun, pak Bambang Amintoro
selaku Sekretaris BPD dan masyarakat desa Panggungharjo yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per-satu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
tak terhingga atas kerja samanya sehingga dapat membantu peneliti dalam
memberikan data-data yang dibutuhkan
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis menyebutkan namanya satu per-satu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran masih penulis
butuhkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 12 Februari 2021
Penulis
Herman Safuf
viii
INTISARI
Disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan kesempatan yang
besar untuk desa mengurus dan mengelola rumah tangganya sendiri mulai dari mengurus
pemerintahannya sendiri, pembangunan, meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya hingga
dengan pemilihan kepala desa sendiri. Pemilihan kepala desa sendiri memiliki syarat yang
harus dipenuhi jika seseorang ingin mencalonkan diri sebagai kepala desa yang di atur
berdasarkan UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Provinsi sampai dengan peraturan
Kabupaten/Kota. Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY telah
melakukan pemilihan kepala desa pada tahun 2018 lalu dengan dua calon kepala desa yaitu
Wahyudi Anggoro Hadi sebagai incumbent dan Latif Kusdarmono yang dimenangan oleh
kepala desa incumbent Wahyudi Anggoro Hadi dengan perolehan suara 11.558 sehingga
membuat peneliti tertarik untuk meneliti Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pemilihan Kepla
Desa di Desa Panggungharjo pada pemilihan tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang mana berguna
untuk menjelaskan partisipasi masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa di desa
Panggungharjo, kecamatan Sewon, kabupaten Bantul, DIY. Pada penelitian ini jumlah
informan adalah sebanyak 14 orang yang peneliti pilih sesuai dengan teknik purposive dan
yang dianggap representatif dan memiliki kapasitas serta kompetensi dalam memberikan
gambaran dan data terkait dengan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi guna mendapatkan
data dan informasi secara tepat dan jelas. Analisis data dalam penelitian ini meliputi
pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Adapun hasil dari penelitian ini memperlihatkan beberapa hal : pertama dari segi
partisipasimasyarakat dalam pembentukan panitia pemilihan kepala desa, di desa
Panggungharjo sudah berjalan dengan baik karena ketiga unsur penting di desa di masukan
kedalam kepanitiaan yaitu pamong desa, BPD dan masyarakat. Kedua, melihat partisipasi
masyarakat dalam kampanye, di desa Panggungharjo sangat partisipatif karena pada
kampanye yang dilakukan para calon kepala desa di sana di hadiri oleh banyak masyarakat.
Ketiga, melihat partisipasi masyarakat dalam pemungutan dan perhitungan suara, ternyata
ketika akan dilakukan pemungutan dan perhitungan suara, masyarakat tidak memliki peran di
dalamnya tetapi mereka hanya mengawasi jalannya pemungutan dan perhitungan suara.
Keempat, kontrol dari masyarakat ketika akan dilakukan pemungutan dan perhitungan suara,
sekali lagi masyarakat hanya melihat atau mengawasi jalannya pemungutan dan perhitungan
suara, ada masyarakat yang memang mengawasi dengan sungguh-sungguh dan ada juga
masyarakat yang hanya ikut mencoblos lalu pulang karena kurangnya sumber daya dari
masyarakat sehingga hanya beberapa saja yang mengawasi dan mengontrol jalannya
pemungutan dan perhitungan suara.
KATA KUNCI : Partisipasi Masyarakat, Desa, Pemilihan Kepala Desa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partisipasi adalah sebuah kosakata yang sudah lama menghiasi bibir para
pejabat dan lembaran-lembaran kebijakan pembangunan di Indonesia. Para pejabat,
mulai dari presiden hingga kepala desa, selalu “berujar” bahwa pembangunan tidak
akan berhasil bila tidak didukung oleh partisipasi masyarakat, terutama partisipasi
membayar pajak. Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi-
politik yang dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat berada dalam
konteks governance, yakni relasi antara negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat).
Partisipasi berbagai unsur masyarakat dalam proses penyelenggaraan tahapan
pemilu merupakan parameter keempat untuk pemilu yang adil dan berintegritas. Peran
serta warga negara yang telah dewasa secara politik dalam proses penyelenggaraan
pemilu tak hanya memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari
pemungutan suara, tetapi juga mengawal agar proses penyelenggaraan pemilu
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan suara yang diberikan ikut
menentukan hasil pemilu.
Partisipasi politik merupakan bentuk keikutsertaan warga dalam proses
politik, dalam negara demokrasi rakyat diharapkan dapat ikut berpartisipasi politik
secara aktif. Partisipasi aktif warga negara dapat di laksanakan dalam berbagai
bentuk, salah satunya adalah dengan ikut serta dalam pemilihan pemimpin
pemerintahan, termasuk Pemilihan Kepala Desa (PILKADES).
Salah satu aspek penting dalam pemerintahan Desa adalah aspek pemilihan
kepala desa, karena kepala desa-lah yang sangat menentukan dalam pelaksanaan
pembangunan desa.
2
Pemilihan Kepala Desa merupakan salah satu wahana yang digunakan dalam
menentukan sosok seorang yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dan
diharapkan dapat mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala
desa menjadi satu hal yang sangat penting, karena sangat menentukan bagi
keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan dan memperbaiki tananan kehidupan
masyarakat. Kepala desa memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan
kesejahteraan desa, berbagai kebijakan akan diambil oleh seorang kepala desa demi
untuk memajukan dan melaksanakan pembangunan. Pemilihan Kepala Desa
dilakukan dengan azaz langsung, umum, bebas, dan rahasia. Hal ini sesuai dengan
pasal 34 UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa bahwa „‟Kepala Desa dipilih
langsung oleh dan dari penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat
selanjutnya, tata cara pemilihan di atur dengan berpedoman kepada peraturan
pemerintah. Dengan adanya pemilihan kepala desa menunjukan bahwa masyarakat
diberi kesempatan unutk memilih pemimpin sendiri, dimana pemilihan dilakukan
secara demokratis oleh masyarakat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat merupakan keharusan dalam mewujudkan
pemerintahan yang demokratis, namun demikian rendahnya partisipasi pemilih
menjadi gejala umum dalam pemilihan kepala desa di banyak wilayah dan
kemungkinan fenomena rendahnya partisipasi pemilih menjadi gelaja umum pemilu
Indonesia di masa mendatang. Penyebab yang memicu rendahnya partisipasi politik
rakyat dalam setiap momentum pemilihan umum ialah karena figur pemimpin yang
diajukan dalam suatu pesta demokrasi kurang berkenan di hati pemilih, pemilih mulai
jenuh dengan proses demokrasi lima tahunan yang tidak membawa perubahan bagi
kehidupan rakyat dan waktu pemilihan yang bertepatan dengan waktu kerja
3
masyarakat sehingga pemilihan bukan menjadi prioritas mereka karena mereka
terjebak dalam rutinitas ekonomi.
Faktor lain dalam kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan
dipengaruhi oleh ketidakpercayaan terhadap kinerja kepala desa incumbent, hal ini
disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh calon-
calon kepala desa membuat masyarakat desa tidak mengenal dengan baik calon-calon
kepala desa yang akan mereka pilih. Dan jika incumbent dianggap memilki kinerja
yang rendah dan terjerat dalam kasus korupsi dan abuse of power (penyalahgunaan
kekuasaan) maka incumbent memliki peluang yang kecil juga untuk terpilih kembali.
Meskipun dalam beberapa kejadian banyak incumbent yang juga menang atau terpilih
kembali, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi incumbent dapat terpilih
kembali, pertama, yaitu pengaruh yang didapatkan dari berbagai bentuk pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat selama periode kekuasaan sebelumnya. Kedua,
pengaruh kualitas incumbent, misalnya keterampilan menghadapi pemilih dalam
proses kampanye. Pengaruh ini dibentuk selama periode kekuasaan sebelumnya.
Ketiga, pengaruh dalam memberikan keraguan kepada penantang.
Faktor sosial ekonomi juga cukup berpengaruh terhadap keputusan
masyarakat untuk memilih, hal ini disebabkan waktu kerja masyarakat desa yang jika
kebetulan berprofesi sebagai petani atau nelayan dan waktu pemilihan yang
bertepatan dengan jam kerja mereka maka mereka lebih memilih untuk tidak pergi
memilih dan lebih memilih pergi mencari nafkah.
Salah satu di antara elemen dan indikator yang paling mendasar dari
keberhasilan dan kualitas pelaksanaan penyelenggaraan pemilu yang demokratis
adalah adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses berjalannya tahapan-
tahapan pemilu, khususnya dalam hal pengawasan atau pemantauan proses pemilu.
4
Adanya voice, akses dan kontrol dari masyarakat juga sangat di perlukan dalam
proses pelaksanaan pemilu.
Desa Panggurharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Provinsi Daerah
Istimewah Yogyakarta, sebelumnya telah melakukan pemilihan lurah desa pada
tahun 2018 dengan dua kandidat calon lurah yaitua Wahyudi Anggoro Hadi sebagai
incumbent dan Latif Kusdarmono sebagai penantang yang di menangan oleh kepala
desa incumbent Wahyudi Anggoro Hadi dengan perolehan suara 11.558 untuk
Wahyudi dan 1.481 untuk Latif Kusdarmono.
Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
partisipasi masyarakat desa Panggungharjo dalam pilkades Panggungharjo tahun 2018
di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belkang masalah yang telah dipaparkan diatas penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pemilihan
Kepala Desa di Desa Panggungharjo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana Partisipasi
Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Panggungharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk
menambah pengetahuan tentang partipasi masyarakat desa dalam pemilihan
kepala desa.
2. Bagi masyarakat dapat mengetahui tentang partisipasi masyarakat desa dalam
pemilihan kepala.
5
E. Kerangka Konseptual
1. PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PEMILIHAN KEPALA
DESA
a. Partisipasi
Secara umum partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu “pars”
yang artinya bagian dan “capere” yang artinya mengambil peranan
dalam aktivitas atau kegiatan. Apabila digabungkan berarti
“mengambil bagian”. Dalam bahasa inggiris, partisipate atau
participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi
berarti mengambil bagian dalam aktivitas atau kegiatan. (Damsar,
2010:10).
Sutoro Eko (2004:242) secara substansi menjelaskan makna
yang terkandung dalam partisipasi masyarakat mencangkup tiga hal
yaitu: voice (suara), akses dan kontrol warga masyarakat dalam
pemilhan dan pembangunan yang mempngaruhi dirinya sehari-hari.
Pertama, voice merupakan hak dan tindakan warga masyarakat dalam
menyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan dan tuntutan
terhadap komunitas terdekatnya maupun pemerintah. Kedua, akses
mengandung arti ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena pemerintahan, yakni mempengaruhi dan menentukan arah
kebijakan serta terlibat aktif mengelola barang-barang publik. Ketiga,
kontrol artinya masyarakat melakukan pengawasan terhadap
lingkungan komunitasnya maupun kebijakan pemerintah.
Menurut Huntington dan Nelson dalam Damsar (2010:12)
membagi partisipasi menjadi dua bagian yaitu partisipasi yang otonom
6
dan partisipasi yang dimobilisasi. Partisipasi yang otonom adalah
partisipasi yang berdasarkan pada kemauan dan bukan ataas dorongan
dari orang lain. Sedangkan partisipasi mobilisasi adalah partisipasi
yang bersifat digerakan oleh orang lain dan bukan berdasarkan
kesadaran atau kemauan sendiri. Misalnya dalam pemilihan umum
seseorang mau memilih calon tertentu kaena dorongan suatu pihak dan
tidak memilih atas kemauan sendiri.
Suatu ukuran tingkat kesuksesan negara domokrasi adalah
tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pemilihan umum.
Dengan melakukan pemilihan umum masyarakat dapat memilih
pemimpin-pemimpin dan wakil mereka yang berkompetensi dan
menentukan yang mana yang layak untuk memimpin mereka dan yang
mana yang menjadi wakil mereka yang akan menjalankan atau
mengontrol jalannya pemerintahan untuk kedepannya.
Dalam partisipasi, masyarakat diharapkan tidak hanya sebatas
memberikan haknya dalam pemilihan umum tetapi juga melakukan
kontrol terhadap pemerintahan, dan untuk melakukan kontrol
masyarakat memerlukan akses yang dapat menghubungan masyarakat
ke pemerintah.
b. Partisipasi Politik
Sebagai definisi umum, sesuai dengan yang diartikan oleh
Budiardjo (2008:367) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara,
7
dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
mengadakan hubungan (concacting) atau lobbying dengan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah
satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya.
Partisipasai politik merupakan salah satu bentuk aktualisais dari
proses demokrasi. Hal ini menjadi penting bagi masyarakat dalam
proses pembangunan politik di Negara Indonesia bahkan diharapkan
mulai di masyarakat perdesaan. Karena di dalamnya ada hak dan
kewajiban masyarakat yang dapat dilakukan, salah satunya ialah proses
pemilihan pimpinan negara, daerah dan desa dilakukan secara
langsung.
Partisipasi politik memiliki banyak bentuk dan dimensi, dalam
penelitian ini akan memfokuskan pada partisipasi politik dalam
menentukan pemimpin politiknya hal ini memilih wakil-wakilnya yang
akan duduk sebagai wakil mereka dalam menjalankan roda
pemerintahan. Seperti yang dikatakan dalam Budiardjo (2008:370)
tentang dimensi-dimensi partisipasi bahwa diantara dimensi itu adalah
ikut pemilihan umum dan mengikut kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan masalah pemilhan umum.
Masyarakat yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung, dalam sebuah kebijakan dengan cara melibatkan mereka
dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan pemerintahan,
menurut McClosky dalam Budiardjo (2008:367) memberikan definisi
8
singkat mengenai partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela
dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung
dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Adanya keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah menyangkut dan mempengarui kehidupan warga negara,
maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi politik menurut
Huntington dan Nelson dalam Budiardjo (2008:368) dijelaskan bahwa
partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individu atau
kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai
atau kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.
Dari beberapa pandangan di atas yang mengungkapkan definisi
partisipasi politik, dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik melalui
mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan kekuasaan,
secara langsung atau tidak langsung, yang berdasarkan pada kemauan
dan atas dorongan dari orang lain untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan oleh pemerintah.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik
Partisipasi sebagai suatu aktivitas masyarakat untuk terlibat
dalam proses pemilihan tentu saja memiliki banyak faktor yang
9
mempengaruhinya. Berikut beberapa pendapat ahli tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi partisipasi politik. Menurut Subarki
(2010;45-146) menyebukan dua variabel penting yang mempengaruhi
tinggi rendahnya partisipasi seseorang. Pertama, adalah aspek
kesadaran politik seseorang yang meliputi kesadaran terhadap hak
politik, hak ekonomi, hak mendapatkan perlindungan hukum, hak
mendapatkan jaminan sosial dan hak kewajiban lainnya. Kedua,
menyangkut bagaimanakah penilaian dan apresiasinya terhadap
pemerintah, baik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan
pelaksanaan pemerintahnya.
Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variabel
independen) seperti status sosial, afiliansi politik orang tua, dan
pengalaman berorganisasi. Yang dimaksud status sosial yaitu
kedudukan seseorang berdasarkan keturunan, pendidikan, pekerjaan,
dan lain-lain. Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan seseorang
dalam lapisan masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang
yang mempunyai status sosial dan ekonomi tinggu diperkirakan tidak
hanya mempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat
serta perhatian pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah
(Subarki, 2010:156). Apabila masyarakat sadar akan kewajibannya
sebagai warga negara dan memiliki kepercayaan tinggi terhadap
pemerintah, mka partisipasi politik akan meningkat, sebaliknya
masyarakat dalam proses politik terutama pada saat pemilihan umum
cenderung akan menurun.
10
Menurut Liendenfeld dalam Subarki (2010:157) bahwa faktor
utama yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik adalah kepuasaan finansial. Dalam studinya ia
menemukan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan
seseorang merasa tereleminasi dari kehidupan politik dan orang yang
berdangkutan akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi pada orang
yang memiliki kemapanan ekonomi.
Selanjutnya menurut Rosenberg dalam Damsar (2013:128)
menyatakan ada tiga alasan kenapa orang bersifat apatis dalam
aktivitas politik. Pertama, aktivitas politik merupakan ancaman
terhadap berbagai aspek kehidupan. Setiap keputusan pasti ada biaya
dan resikonya. Oleh sebab itu, jika seseorang menganggap bahwa
keterlibatan dalam aktivitas politik akan mendatangkan resiko bagi
berbagai aspek kehidupan, maka apatis merupakan pilihan terbaik bagi
dirinya. Kedua, aktivitas politik dipandang sebagai suatu kerja sia-sia.
Ketiga, ketiadaan faktor untuk mengacu diri untuk bertindak atau
disebut juga sebagai perangsang politik.
Pada perilaku pemilih yang rasional akan menentukan
pilihannya berdasarkan isu politik dan kandidat yang diajukan serta
kebijakan yang dinilai menguntungkan baginya yang akan ia peroleh
apabila kendidat pilihannya terpilih. Pemilih yang rasional tidak hanya
pasif dalam berpartisipasi tetapi aktif memiliki kehendak bebas.
2. Masyarakat Desa
Masyarakat desa adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat
11
oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat adalah pengumpulan manusia yang
banyak dan bersatu dengan cara tertentu oleh karena hasrat-hasrat kemasyarakatan
yang sama. Terdapat beberapa syarat untuk timbulnya masyarakat yaitu :
a. Harus ada pengumpulan manusia yang banyak
b. Telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam waktu yang
lama
c. Adanya aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama
Hasan Shadly (1963: 20) memberikan pengertian masyarakat sebagai
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian
golongan dan mempunyai pengaruh suatu sama lain
Desa berasal dari bahasa Sansekerta “dhesi” yang mempunyai arti sebagai
tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(1993) disebutkan desa adalah:
a. Sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
kampung, dusun;
b. Udik atau dusun dalam arti daerah daerah pedalaman sebagai
lawan kota; dan
c. Tempat, tanah, daerah.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki hak untuk mengurus
rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat yang diakui
Pemerintah Nasional yang berada di Daerah Kabupaten. Secara histori desa
merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di
Indonesia jauh sebelum negara dan bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa,
masyarakat adat dan lain sebaginya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai
posisi yang sangat penting. Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa
12
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintah Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan
Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pemerintah desa atau yang
disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintah desa. Badan Permusyawartan Desa atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disingka BPD, adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Masyarakat perdesaan adalah masyarakat yang
mendiami suatu wilayah tertentu yang ukurannya lebih kecil dan letaknya di luar kota.
Masyarakat desa adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya
dalam wilayah setempat.
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di perdesaan dapat dilihat dari
beberapa karakteristik yang mereka miliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek
dan Warren (1963: 78) sebagai berikut:
a. Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian,
nilai-nilai dalam kenbudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai
unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bekerja sama
terlihat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
13
c. Faktor geografis sangat berpengaruh pada kehidupan yang ada,
misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa
kelahirannya
d. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari
pada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih
banyak.
3. Pemilihan Kepala Desa
Pemilihan adalah proses formal pengambilan keputusan kelompok di mana
anggota masyarakat yang memenuhi persyaratan memilih seseorang untuk
memegang jabatan administrasi publik. Pemilihan atau pemilihan umum adalah
proses memilih seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut
beraneka ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di
berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.
Kepala desa atau sebutan lain sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah desa, adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya
dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pemilihan kepala desa merupakan salah satu bentuk pesta demokrasi yang
begitu merakyat. Pemilu tingkat desa ini merupakan ajang kompetisi politik yang
begitu mengena untuk pembelajaran politik masyarakat. Pada momen ini
masyarakat yang akan menentukan siapa pemimpin desanya selama 6 tahun ke
depan. Pilkades merupakan bagian dari proses kegiatan politik untuk memperkuat
partisipasi masyarakat. Sehingga diharapkan akan terjadi perubahan yang
signifikan di tingkat pedesaan.
14
Terdapat beberapa landasan hukum yang mengatur tentang pilkades yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 pengganti Peraturan Pemerintah
yang sebelumnya yaitu PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 41 ayat 1 a, b, dan c
bahwa tahapan pemilhan kepala desa dilakukan melalui tahapan:
a. Persiapan;
b. Pencalonan;
c. Pemungutan suara; dan
d. penetapan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 32 menjelaskan
bahwa:
a. Pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak di seluruh
wilayah Kabupaten/Kota.
b. Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan
pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan kepala desa serentak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah. Peraturan Gubernur Daerah Istimewah Yogyakarta Nomor
2 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pemerintahan Kalurahan pasal 31 ayat 1, 2 dan 3
menyebutkan bahwa:
1. Pemilihan Lurah dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah
Kabupaten.
15
2. Pemerintah Kabupaten menetapkan kebijakan pelaksanaan
pemilihan Lurah secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan Peraturan Daerah Kabupaten.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Lurah serentak
sebagaimana di maksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 yang sudah diubah
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 8 Tahun 2017 tentang tata cara
pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala desa juga mengatur tentang tata
cara pembentukan panitia pemilihan tingkat desa, kampanye hingga pemungutan dan
perhitungan suara. Dalam peraturan bupati Bantul Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Bentuk Formulir Administrasi Pelaksanaan Pemilihan Lurah bab 2 pasal (2)
dijelaskan tentang bentuk formulir administrasi pelaksanaan pemilihan lurah sebagai
berikut:
a. Formulir keputusan;
b. Formulir surat;
c. Formulir berita acara;
d. Model cap/stempel panitia acara;
e. Surat suara; dan
f. Formulir kelengkapan pengambilan sumpah dan janji.
Berikut proses dalam pemilukades menurut Peraturan Bupati Bantul Nomor 3
Tahun 2015 yang sudah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 8
Tahun 2015 pasal 8 ayat (1), pasal 28 ayat (1) dan pasal 39 ayat (1 a, b, c dan d) dan
ayat (2) sebagai berikut:
16
a. Formulir surat;
b. Formulir berita acara;
c. Model cap/stempel panitia acara;
d. Surat suara; dan
e. Formulir kelengkapan pengambilan sumpah dan janji.
4. Proses Pemilihan Kepala Desa
a. Pembentukan Panitia
Panitia pemilihan kepala desa harus menetapkan pembagian
tugas/kerja bagi semua anggota sesuai dengan posisi/jabatan. Tugas-
tugas yang harus dilaksanakan harus dibagi habis kepada masing-
masing anggota panitia pemilihan. Oleh karena itu panitia pemilihan
harus menginventarisi terlebih dahulu tugas-tugas yang harus
dilaksanakan. Selanjutnya tugas-tugas yang ada dibagi habis kepada
masing-masing anggota sesuai dengan posisi/jabatan dalam panitia
pemilihan. Tentang cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan,
pelantikan dan pemberhentian kepala desa diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul Nomor 8 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah Desa pasal 8
bahwa tugas-tugas panitia pemilihan tingkat desa sebagai berikut:
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan,
mengawasi dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan
pemilihan;
b. Merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Lurah
Desa untuk disampaikan kepada Bupati melalui Camat;
c. Melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
17
d. Mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;
e. Menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
f. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
g. Menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
h. Membentuk KPPS;
i. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemungutan suara
kepada KPPS;
j. Melaksanakan penyediaan surat suara, peralatan, perlengkapan
dan tempa pemungutan suara;
k. Menyampaikan surat suara dan kotak suara dan perlengkapan
pemilihan lainnya kepada KPPS;
l. Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan
mengumumkan hasil pemilihan;
m. Menyampaikan calon Lurah Desa terpilih kepada BPD; dan
n. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.
Panitia pemilihan kepala desa harus mempunyai
kewenangan yang jelas sehingga masing-masing mengetahui siapa
yang memberi perintah dan siapa yang harus melaksanakan
perintah serta mempertanggungjawabkan (siapa harus melakukan
apa). Secara singkat panitia pilkades harus memiliki
hierarti/struktur kepanitiaan. Ketua merupakan pemimpin tertinggi
dalam panitia pemilihan, artinya segala tindakan atau keputusan
yang dilakukan atas perintah, petunjuk dan sepengetahuan ketua.
Kewenangan yang dimiliki ketua sangat luas karena melingkup
seluruh proses pemilihan kepala desa, sedangkan wakil ketua,
18
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi melaksanakan tugas sesuai
dengan kewenangan yang telah di distribusikan oleh ketua. Secara
sederhana kewenangan masing-masing anggota panitia tidak boleh
lepas dari tugas/kerja atau jabatan/posisi masing-masing.
Untuk menggambarkan tingkat kewenangan masing-masing
maka panitia memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi yang
baik hendaknya tidak terlalu besar dan tidak melibatkan banyak
orang dalam kepanitiaan. Kemudian masing-masing pos jabatan
harus dibuatkan uraian tugas kerja. Sebagai ilustrasi struktut
organisasi panitia pemilihan kepala desa sebagai berikut:
1. Ketua
2. Wakil ketua (bila diperlukan)
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Seksi pendaftaran calon
6. Seksi pendaftaran pemilih
7. Seksi pemungutan suara
8. Seksi logistik/perlengkapan
9. Seksi keamanan dan
10. Seksi konsumsi
b. Kampanye
Kampanye merupaka proses awal dan paling penting bagi
masing-masing calon kepala desa karena kampanye politik merupakan
sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk mempengaruhi proses
19
pengambilan keputusan para pemilih. Dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul Nomor 8 Tahun 2017 pasal 28 menyebutkan bahwa:
1. Calon Lurah Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat Desa sejak 3 (tiga) hari dari
penetapan calon Lurah ditetapkan;
2. Pelaksanaan kampanye sebagaiamana dimaksud pada ayat (1)
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kalender sebelum dimulainya
masa tenang sesuai jadwal dan waktu yang ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan tingkat desa;
3. Masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari kalender;
4. Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggung jawab.
Kampanye yang dimaksud pada pasal 28 ayat (1) adalah
penyampaian visi dan misi dari masing-masing calon kepala desa yang
akan dilaksanakan apabila yang bersangkutan terpilih sebagai kepala
desa. Selanjutnya setelah masuk masa tenang untuk setiap calon kepala
desa. Kampanye pada umumnya merupakan suatu proses kegiatan
komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga
dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu.
Pasal 30 menyebutkan bahwa kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) dapat dilaksanakan melalui:
a. Pertemuan terbatas;
b. Tatap muka;
c. Dialog;
20
d. Penyebaran bahan kampanye kepada umum;
e. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di tempat lain
yang ditentukan oleh panitia pemilihan; dan
f. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan.
Cangara (2011:229) mendefinisikan kampanye adalah aktifitas
komunikasi yang ditunjukan untuk memengaruhi orang lain agar ia
memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau
keinginan penyebar atau pemberi informasi.
Dalam mobilisasi masa kampanye masing-masing calon kepala
desa mempunyai banyak cara, di antaranya memasang poster dipinggir
jalan, membagikan stiker dan paling prioritas yaitu memberikan uang.
Pemberian uang dalam kampanye merupakan hal yang sudah dianggap
kewajiban bagi masing-masing calon karena ia tahu kelemahan
masyarakat pedesaan terletak pada tingkat ekonomi yang rendah
sehingga mereka sulit untuk menolaknya dan ini dilakukan 3 (tiga)
tahap. Tahap pertama, masing-masing calon tak segan-segan
mengeluarkan uang dalam acara/hajat seperti ketika ada warga yang
meningal dunia atau acara pernikahan.
Ada juga yang rela memberikan fasilitas kepada warga untuk
mendapatkan simpati seperti memperbaiki jalan dan sarana prasarana
lainnya. Tahap kedua, masing-masing bakal calon menempatkan tim
disetiap dusun untuk menjaga para orang-orang yang dianggap akan
memilihnya (pendukungnya) dalam hal ini tim tersebut akan
memberika uang, yang pada umumnya dikenal dengan “uang
21
pengikat”. Dan tahap ketiga, pemberian uang ketiga H-1. Prakter ini
dilakukan pada malam hari dan hal ini biasa disebut serangan fajar.
c. Pemungutan Suara dan Perhitungan Suara
Terhitung 7 (tujuh) hari sebelum pemungutan suara
dilaksanakan, panitia pemilihan memberitahu kepada masyarakat
tentang akan dilaksanakan pemilihan kepala desa dan mengumumkan
secara terbuka nama-nama calon yang berhak dipilih, dan daftar
pemilihan yang sudah terdaftar di panitia pemilihan. Selanjutnya 2
(dua) hari sebelum melaksanakan pemungutan suara, surat undangan
harus sudah diterima oleh pemilih, adapun surat undangan diberikan
nomor urut pada daftar pemilih yang serahkan. Untuk membuktikan
sahnya surat undangan yang dibawah pemilih pada saat akan
menggunakan hak pilihnya, panitia pemilihan akan mencocokkan
nama yang bersangkutan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau
bukti identitas lain yang dikeluarkan pejabat yang berwenang.
Selanjutnya, sebelum dilaksanakan pemungutan dan perhitungan suara,
sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 yang
sudah diubah dalam Perda Nomor 8 Tahun 2017 pasal 39 ayat (1 a, b c
dan d) dan ayat (2) tentang tata cara pemilihan, pengangkatan dan
pemberhentian kepala desa disebutkan bahwa:
1. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, KPPS melakukan
kegiatan:
a. Pembukaan kotak suara;
b. Pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. Pengindetifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan
22
d. Penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
2. Kegiatan KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihadiri oleh saksi dari calon, BPD, pengawas dan warga
masyarakat.
Pemerintah dalam membuat dan memutuskan keputusan politik akan
mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Hal inilah yang mengharuskan
warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam setiap menentukan kebijakan
politik, untuk mempengaruhi kebijakan atau keputusan yang mana keputusan itu
dapat mempengaruhi kehidupan pribadi maupun kelompoknya. Keikutsertaan ini
dilakukan dengan cara berinteraksi dengan pemerintah, ikut serta dalam proses
pembuatan kebijakan dan terlibat dalam pemilihan pimpinan-pimpinan publik
dalam pemilhan umum. Keikutsertaan atau partisipasi ini dilakukan secara
sukarela atas kesadaran, artinya setiap individu harus menyadari peranan mereka
dalam memberikan kontribusi sebagai warga negara dan mengawal jalannya
pemilukades. Partisipasi masyarakat juga tidak hanya ikut dalam pencoblosan
suara tetapi mengawal dari awal pemilukades itu dilakukan hingga kepada saat
pemungutan dan perhitungan suara dilakukan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini memfokuskan pada partisipasi masyarakat
desa dalam pemilihan Lurah Desa Panggungharjo.
Adapun ruang lingkup yang akan diteliti ialah partisipasi masyarakat desa
dalam pemilihan kepala desa meliputi:
1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala
Desa
2. Partisipasi Masyarakat Dalam Kampanye
3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemungutan Dan Perhitungan Suara
23
4. Kontrol Masyarakat Dalam Pemungutan Dan Perhitungan Suara
G. Metode Penelitian
1. Jenis Peneltian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif,
dikarenakan jenis penelitian ini menekankan pada observasi dan wawancara
mendalam di lapangan dan datanya dianalisis dengan cara non-statistik
(Mulyadi Muhammad 2012: 10)
Menurut Mukhtar (2013:10) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah
sebuah metode yang diguakan pemeliti untuk menemukan pengetahuan atau
teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci
(Sugiyono, 2005)
2. Unit Analisis
a. Objek
Objek penelitian yang akan diteliti adalah Partisipasi Masyarakat
Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa
b. Subyek
Subyek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai informan dalam sebuah penelitian. Yang menjadi
subyek dalam penelitian ini adalah pemerintah desa, tokoh
masyarakat, dan masyarakat desa Panggungharjo. Informan pada
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik purposive
yaitu peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang
telah di tetapkan. Dan berikut informan pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 1.1 berikut:
24
Tabel 1.1
Deskripsi Informan Secara Umum
No Nama Jenis
kelamin
Umur Pekerjaan Pendidikan
1.
Wahyudi Anggoro
Hadi
Laki-laki
42 tahun
Lurah Desa
S1
2.
M. Ari Yahya
Laki-laki
47 tahun
SEKSI
Pemerintahan
S1
3.
Setyo Raharjo
Laki-laki
45 tahun
Kepala
Dukuh
SMA
4.
Rosada Roan
Athariq
Laki-laki
25 tahun
Kepala
Dukuh
S1
5.
Bambang
Amintoro
Laki-laki
49 tahun
Sekretaris
BPD
D1
6.
Sriyanto
Laki-laki
53 tahun
Tukang
parkir
Kampung
Mataram
SMA
7.
Parno
Laki-laki
63 tahun
Pejual
angkringan
SMP
8.
Sumiati
Perempuan
58 tahun
Penjual
angkringan
SMP
9.
Dian Kristiani
Perempuan
26 tahun
Penjual
lothek sayur
SMA
10.
Indri
Perempuan
30 tahun
Penjaga foto
copyan
SMA
11.
Shafira Fira
Handayani
Perempuan
26 tahun
Pelayanan
Kampung
Mataram
SMA
12.
Bambang
Laki-laki
50 tahun
Penjaga kios
SMA
13.
Tono
Laki-laki
43 tahun
Petani
SMP
14.
Andra Dwi Permana Laki-laki 26 tahun
Pelayan
Kampung
Mataram
SMA
Sumber : Data Primer
25
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan pengelolaan data dalam penelitian
kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana
peneliti melakukan pengmatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwam, 2004: 104)
Motode observasi seringkali diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
subjek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik hendaknya silakukan pada subjek yang
secara aktif merekasi terhadap objek.
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan
mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian
tersebut, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan (Margono, 2007: 159)
b. Wawancara Mendalam
Menurut Mukhtar (2013 : 118) wawancara adalah proses tanya
jawab antara peneliti dengan subjek penelitian yang menggunakan
seperangkat daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai rumusan
masalah dan akan dijawab melalui proses wawancara. Jadi, wawancara
bertujuan mendapatkan jawaban atau informasi langsung dari subyek yang
diwawancarai dan merupakan metode yang sistematis untuk mencapai
tujuan penelitian. Hal ini sebagaimana yang
26
diungkapkan Subagyo (2011 : 39) bahwa wawancara adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendaptkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para
responden. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara
pewawancara dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara
lisan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah kumpulan dari dokumen-dokumen yang
dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses
pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta
menyebarluaskan kepada pemakaian informasi tersebut.
Metode dokumentasi merupakan pencarian data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trnskip, buku, surat kabar,
majalah, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya (Arikunto,
1998:236)
Menurut Moleong (2005:217-218) bahwa dokumen dibedakan
menjadi dua yaitu, dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi.
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Dokumen
pribadi mencakup buku harian, surat pribadi dan obiografi. Sedangkan
dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman dan instruksi.
Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan dan berita
yang disiarkan kepada media massa.
27
4. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan teknik dalam memeriksa dan
menganalisis data sehingga menghasilkan data yang akurat dan benar-benar
dapat dipercaya. Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2001 : 67)
adalah proses mengatur urusan data, mengorganisirkan kedalam suatu pola,
kategori dan saluran uraian dasar yang membedakan dengan menafsirkan,
yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan uraian
dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014 : 346) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai denga tidak diperolehnya lagi data atau
informasi baru. Aktiitas dalam analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu membuat abstraksi seluruh data yang
diperoleh dari seluruh catatan lapngan hasil observasi, wawancara dan
pengkajian dokumen. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. Jadi, data yang diperoleh melalui observasi, wawancara
dan pengkajian dokumen dikumpulkan, diseleksi dan dikelompokkan
kemudian disimpulkan dengan tidak menghilangkan nilai data itu
sendiri.
28
b. Penyajian Data
Penyajian data yaitu, penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,
flowchart atau sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dalam hal ini penelitian akan menyajikan data dalam
bentuk teks, untuk memperjelas hasil penelitian maka dapat dibantu
dengan mencantumkan tabel, gambar dan bagan.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langka ketiga dalam teknik analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejka
awal, tetapi mungkin saja tidak, karena seperti yang telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti beradi di
lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru
yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
29
BAB II
PROFILE DESA PANGGUNGHARJO
A. Sejarah Singkat Desa Panggungharjo
Desa Panggungharjo merupakan gabungan dari tiga kelurahan yakni
Kelurahan Cabeyan, Kelurahan Prancak dan Kelurahan Krapyak. Keberadaan Desa
Panggungharjo tidak bisa dipisahkan dari keberadaan “Panggung Krapyak” atau oleh
masyarakat sekitar disebut sebagai “Kandang Menjangan”, yang berada di Pedukuhan
Krapyak Kulon, Desa Panggungharjo.
Sebagaimana diketahui, bahwa Panggung Krapyak merupakan salah satu
elemen dari „sumbu imajiner‟ yang membelah Kota Yogyakarta, yaitu garis Gunung
Merapi – Tugu Pal Putih – Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat – Panggung Krapyak
dan Parangkusumo yang berada di pantai selatan. Sedangkan berdasarka bukti sejarah,
Desa Panggungharjo sendiri dibentuk berdasarkan maklumat nomor 7, 14, 15, 16, 17
dan 18 monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan di kala
itu. Dari maklumat tersebut, kemudian ditetapkan tanggal hari jadi Desa
Panggungharjo yang jatuh pada tanggal 24 Desember 1946.
Setelah adanya maklumat tersebut, kemudian dikuatkan kembali dengan
Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 Pemerintah Daerah Istimewah Yogyakarta tentang
Hal Perubahan Daerah-daerah Kalurahan dan Nama-namanya. Dalam salah satu isisan
maklumat tersebut menyatakan bahwa dilakukan penggabungan dari tiga kalurahan,
yaitu Kalurahan Cabeyan, Prancak dan Krapyak menjadi kalurahan baru yang disebut
kalurahan Panggungharjo. Sedangkan Hardjo Sumarto sendiri diangkat sebagai Lurah
kalurahan Panggungharjo yang pertama melalui Keptusan Dewan Pemerintah Daerah
Yogyakarta Nomor 148/D.Pem.D/OP tertanggal 23 September 1947.
30
Berdasarakan fakta dan bukti sejarah, akar budaya di Desa Panggungharjo
tumbuh dan berkembang berhubungan eret dan dipengaruhi oleh komunitas dan
intervensi budaya yang berkembang pada masanya, yaitu:
1. Pada abab ke 9 – 10 Desa Panggungharjo adalah merupakan kawasan
agraris, hal ini dibuktikan dengan adanya Situs Yoni Karang Gede di
Pedukuhan Ngireng-ireng. Sehingga dari budaya agraris ini muncul
budaya seperti Gejok Lesung, Thek-thek/Kothek-an, Upacara Merti
Dusun, Upacara Wiwitan, Tingkep Tandur, dan budaya-budaya lain
yang sifatnya adalah merupakan penghormatan kepada alam yang telah
menumbuhkan makanan sehingga bermanfaar bagi keberlangsungan
kehidupan umat manusia.
2. Pada abad ke 16 wilayah Krapyak Kulon dan Glugo adalah merupakan
kawasan wisata berburu (Pangeran Sedo Krapyak – 1613), sedangkan
pada abad ke 17 kawasan ini merupakan sebagai tempat olahraga
memanah kijang/menjangan dan sebagai tempat pertahanan (Sultan
HB 1 – Panggung Krapyak 1760). Budaya yang dibawa dari intervensi
keberadaan Kraton Mataram sebagai pusat budaya sehingga
menumbuhkan budaya adiluhung seperti Panembromo, Karawitan,
Mocopat, Wayang, Ketoprak, Kerajinan Tatah Sungging, Kerajinan
Blangkon, Kerajinan Tenun Liruk, batik, Industri Gamelan, Tari-tarian
Klasik dan lain-lain.
3. Pada tahun 1911 di wilayah Krapyak Kulon didirikan Pondok
Pesantren Al Munawir, sehingga berkembang budaya seperti
Sholawatan, Dzibaan, Qosidah, Hadroh, Rodad, Marawis dan juga
budaya-budaya yang melekat pada kegiatan peribadaan seperti Syuran
31
(peringatan 1 Muharram), Mauludan (peringatan Maulid Nabi
Muhawad SAW), Rejeban (peringatan Isro‟Mi‟roj), Ruwadan/Nyadran
(mengirim doa untuk leluhur menjelang Bulan Ramadhan), Selikuran
(Nuzul Qur‟an) dan lain-lain.
4. Sekitar tahun1900 – 1930 berkembang budaya yang tumbuh dan
berkembang karena adanya kebutuhan bersosialisasi dimasyarakat,
sehingga berkembanglah bermacam-macam dolanan anak seperti,
Egrang, Gobak Sodor, Benthik, Neker-an, Umbul, Ulur/layangan, Wil-
wo dan lain-lain. Bahkan di kampung Pandes berkembang sebuah
komunitas “Kampung Dolanan” yang memproduksi permainan anak
tempo oeloe seperti, Othok-othok, Klitiran, Angkrek, Keseran,
Wayang Kertas dan lain-lain.
5. Pada tahun 1980 di desa Panggungharjo yang merupakan wilayah sub-
urban mulai berkembang Budaya Modern Perkotaan dan banyak
mempengaruhi Generasi Muda, sehingga berkembang kesenian Band,
Drumband, Karnaval Takbiran, tari-tarian Modern, Campur Sari,
Outbond, Playsttion/Game Rental dan lain-lain.
Hingga kini, Desa Panggungharjo telah melalui enam masa kepemimpinan oleh
beberapa lurah yaitu:
1. Hardjo Sumarto
2. Pawiro Sudarmo
3. R. Broto Asmoro
4. Siti Siremah Sri Jazuli
5. H. Samidjo
6. Wahyudi Anggoro Hadi, S. Farm, Apt.
32
B. Visi dan Misi Desa Panggungharjo
Visi
Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan
bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa Panggungharjo yang
demokratis, mandiri, dan sejahtera serta berkesadaran lingkungan.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa pemerintah desa
Panggungharjo berkeinginan mewujudkan kehidupan mandiri dan
berkesejahteraan dalam kehidupan yang demokratis dengan
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, trasnparan dan
bertangungjawab. Maka dari masing-masing kata yang terdapat dalam visi
tersebut adalah sebagai berikut
Bersih dalam arti pemerintahan dijalankan dengan dilandasi niatan
yang tulus ikhlas dan suci serta dengan semangat pengabdian yang tinggi.
Transparan dalam arti setiap keputusan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat.
Bertanggungjawab dalam arti pemerintahan yang wajib menanggung
segala sesuatunya dan menerima pembebanan sebagai akibat sikap tindak
sendiri atau pihak lain. Kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkatakan
Demokratis dalam art bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda
pendapat dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah
menjadi keputusan harus dilaksankan bersama-sama dengan penuh rasa
tanggungjawab.
33
Mandiri dalam arti bahwa kondisi atau keadaan masyarakat
Pnggungharjo yang dengan prakarsa dan potensi lokal mampu memenuhi
kebutuhan hdupnya.
Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Desa
Panggungharjo telah terpenuhi secara lahir dan batin. Kebutuhan dasar
tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, juga terpenuhinya hak asasi dan
partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Berkesadaran lingkungan dalam arti bahwa kelestarian lingkungan
dijadikan sebagai ruh atas segala kegiatan pembangunan.
Misi
Adapun yang menjadi Misi pemerintahan desa Panggungharjo yang
juga merupakan pernyataan tentang tujuan operasional pemerintah desa yang
diwujudkan dalam kegiatan ataupun pelayanan dan merupakan penjabaran dari
Visi yang telah ditetapkan. Pernyataan Visi merupakan cerminan tentang
segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai gambaran kedepan
yang diinginkan.
Dalam mewujudkan Visi Kelurahan Panggungharjo merumuskan misi
sebagai berikut:
a. Mewujudkan pelayanan yang profesional melalui peningkatan tata
kelola pemerintahan desa yang responsif dan transparan.
b. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang dinamis dan damai.
34
c. Meningkatkan potensi dan daya dukung lingkungan untuk
menciptakan peluang usaha.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pembangunan hijau yang
partisipatif
e. Meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama Pemerintah dan
Non Pemerintah.
Untuk mencapai Misi Desa Panggungharjo, maka nilai-nilai yang
harus dijunjung tinggi adalah:
1. Partisipatif (keterlibatan)
Setiap anggota masyarakat Panggungharjo mempunyai hak
untuk berpartisipasi dalam konteks pembangunan dengan prinsip dari,
oleh dan untuk masyarakat. Oleh karenanya setiap proses
pembangunan masyarakat harus dilibatkan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan sampai pada pemeliharaan.
2. Transparan (keterbukaan)
Adanya sifat keterbukaan pemerintah desa Panggungharjo
dengan batas-batas kewajaran dalam rangka meningkatkan
kepercayaan masyarakat.
3. Demokratis
Masyarakat diberi kebebasan dalam mengemukakan pendapat
dan menerima pendapat orang lain.
4. Efektif dan Efesien
Mengedepankan hasil yang optimal dengan pengorbanan yang
relatif sedikit (biaya maupun waktu) sehingga berhasil guna dan
berdaya guna
35
5. Berbudaya
Setiap gerak langkah pembangunan selaras dengan adat istiadat
dan budaya yang berkembang di masyarakat, dengan demikian
pelaksanaan pemerintahan desa senantiasa menjunjung tinggi budaya
dan budi pekerti yang luhur.
C. Kondisi Geografis
1. Kondisi Gografis Desa Panggungharjo
Berdasarkan kondisi geografis, wilayah desa Panggungharjo
merupakan salah satu wilayah yang berdekatan dengan kota Yogyakarta.
Untuk jalur utama lalu lintas antar daerah atau antar provinsi terdapat ring
road (jalan lingkar) selatan yang terletak di wilayah utara desa Panggungharjo,
juga jalan Bantul dan jalan Parangtritis. Kondisi geografis desa Panggungharjo
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Kondisi Geografis Desa Panggungharjo
No Keterangan Rata-rata
1. Ketinggian tanah
dari permukaan
laut
45mdpl
2. Curah hujan 2.233mm/tahun
3. Topografi Dataran rendah
4. Suhu udara rata-
rata
28‟c
5. Jarak dari pusat
kecamatan
2 km
6. Jarak dari ibu kota
kabupaten
8 km
7. Jarak dari ibu kota
provinsi
7 km
8. Jarak dari ibu kota
negara
500 km
Sumber : Profile Desa Panggungharjo Tahun 2020
36
2. Batas Wilayah
Desa Panggungharjo merupakan salah satu desa dikabupaten Bantul
yang secara langsung berbatasan dengan kota Yogyakarta yang merupakan ibu
kota Daerah Istimewah Yogyakarta. Batas wilayah Desa Panggungharjo
sebelah utara berbatasan dengan Kotamadya Yogyakarta, sebelah timur
berbatasan dengan Kelurahan Bangunharjo, sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Timbulharjo dan Desa Pendowaharjo dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan.
3. Luas Wilayah Dan Pembagiannya
Desa Panggungharjo terdiri dari 14 pedukuhan yang mendiami wilayah
seluas 560,966,5 Ha. Pembagian wilayah Desa Panggungharjo berdasarkan
sifat atau karakteristiknya dibagi menjadi tiga wilayah atau kring, yaitu
sebagai berikut:
a. Kawasan Pertanian (Kring Selatan)
Peruntukan untuk kegiatan pertanian meliputi pedukuhan Garon,
Cabean, Ngireng-ireng, Geneng dan Jaranan. Kawasan ini merupakan
penyangga produksi padi untuk desa Panggungharjo.
b. Kawasan pusat pemerintahan (Kring Tengah)
Dimana balai desa Panggungharjo berada dan merupakan pusat
pemerintahan desa meliputi, pedukuhan Pelemsewu, Kweni, Sawit,
Glondong dan Pandes
c. Kawasan agrologi perkotaan (Kring Utara)
Yang sering disebut kring uatara (sebelah uata ring road) telah
berkembang menjadi aglomerasi perkotan yang di sebabkan oleh
37
fungsi tanah persawahan ke pemukiman yang cukup tinggi meliputi
pedukuhan Krapyak Wetan, Krapyak Kulon, Dongkelan dan Glugo.
4. Luas Wilayah Masing-masing Pedukuhan
Secara administratif desa Panggungharjo terdiri dari 14 pedukuhan
yang terbagi menjadi 118 RT. Berikut luas wilayah masing-masing pedukuhan
dan jumlah RT dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Luas Wilayah Masing-masing Pedukuhan
No Nama
Pedukuhan
Jumlah
RT
Luas
Wilayah
(Ha)
Persentase
1. Krapyak
Wetan
12 26,045,0 4,93
2. Krapyak
Kulon
12 35,960,0 6,81
3. Dongkelan 10 28,681,5 5,43
4. Glugo 12 41,155,5 7,28
5. Kweni 8 38,431,4 9,03
6. Pelemsewu 10 47,685,0 9,53
7. Sawit 5 50,340,0 5,72
8. Pandes 6 30,206,0 11,13
9. Glondong 8 58,7676,5 6,24
10. Jaranan 6 32,955,0 6,78
11. Geneng 7 35,801,0 5,50
12. Ngireng-
ireng
7 29,050,0 7,02
13. Gebeyan 8 37,061,0 6,81
14. Garong 2 35,967,5 6,81
TOTAL 118 560,966.5 100
Sumber : Data Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2020
D. Keadaan Demografi
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah penduduk menurut jenis
kelamin laki-laki 14.684 jiwa dan perempuan 13.952 jiwa. Selebihnya dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut:
38
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
14.684
13.952
51,10
48,90
Total 28.536 100
Sumber : Profile Desa Panggungharjo Tahun 2020
Dari data tabel 2.3 di atas memperlihatkan bahwa, penduduk Desa Panggungharjo paling
banyak yaitu laki-laki dengan jumlah 14.684 jiwa dan paling sedikit yaitu perempuan dengan
jumlah 13.952 jiwa.
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Keadaan masyarakat secara keagamaan menjadi sangat penting dalam
sebuah kemasyarakatan. Keadaan penduduk Desa Panggungharjo berdasarkan
agama dapat dilihat dalam tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
(Jiwa)
Persentase
1. Islam 27.013 96,35
2. Kristen 720 2,56
3. Katolik 743 2,65
4. Hindu 65 0,23
5. Budha 60 0,21
6. Penganut
Kepercayaan
35 0,12
Total 28.536 100
Sumber : Profile Desa Panggungharjo Tahun 2020
Dari data tabel 2.4 di atas jumlah penduduk Desa Panggungharjo menurut
agama/kepercayaan dapat dilihat bahwa yang sangat banyak yaitu masyarakat yang memeluk
agama/kepercayaan islam (96,35%) diikuti dengan katolik sebanyak (2,65%) lalu kristen
39
(2,56%) kemudian hindu (0,23%) dan budha (0,21). Ini juga bisa diarkan bahwa di desa
Panggungharjo solidaritas antar umat beragamanya sangat baik.
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif
Jumlah penduduk menurut usia ini memungkinkan produktivitas dalam
partisipasi segala kegiatan di desa termasuk dalam pemilihan kepala desa.
Keadaan penduduk berdasarkan usia dapat dilihat dalam tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif
No Usia
(thn)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
15-19
20-26
27-40
41-56
57- keatas
1.788
1.846
4.442
3.808
6.210
9,89
10.20
24,54
21,04
34,32
Total 18.094 100
Sumber : Profile Desa Panggungharjo Tahun 2020
Dari data jumlah penduduk di atas dapat disimpulkan bahwa usia produktif masyarakat di
desa Panggungharjo sangat banyak dan juga usia pemilih dalam pilkades sangat banyak.
E. Sarana Dan Prasarana
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi instrument
penting dalam ikut menentukan mutu masyarakat. Pendidikan berguna untuk
mencapai sebuah tujuan yang di kehendaki dalam hal mengejar prestasi demi
masa depan. Keberadaan sarana dan prasarana yang di miliki oleh desa
Panggungharjo dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut:
40
Tabel 2.6
Sarana Pendidikan Umum
No
Jenis
pendidikan
NEGERI SWASTA
Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
Buah Orang Orang Buah Orang Orang
1. Kelompok
Bermain
- - - 14 14 367
2. T. K - - - 12 48 378
3. Sekolah
Dasar
5 65 988 4 50 718
4. SMTP 1 45 413 - - -
5. SMTA - - - 1 21 76
6. Akademi - - - 2 46 421
7. Sekolah
Tinggi/
universitas
1 56 1.067 - - -
Jumlah 7 166 2.468 33 179 1.960
Sumber : Data Monografi Desa Tahun 2020
Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana dalam
bidang pendidikan di desa Panggungharjo sudah sangat lengkap karena sarana
prasarana pendidikan di sana terdapat taman bermain untuk anak-anak usia
dini kemudian ada taman kanak-kanak, sekolah dasar sekolah menengah
tingkat pertama dan tingkat atas hingga perguruan tinggi.
2. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Penyedia sarana dan prasarana kesehatan menjadi hal yang penting
dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Selain itu juga
masyarakat semakin mudah untuk menjangkau dan mendapatkan pelayanan
41
kesehatan. Berikut sarana prasarana kesehatan yang berada atau di miliki desa
Panggungharjo dapat di lihat pada tabel 2.7 berikut:
Tabel 2.7
Sarana Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah
(Buah)
1. Rumah Sakit Umum Swasta 1
2. Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) 9
3. Klinik KB 12
4. Pos Yandu 22
5. Puskesmas Pembantu 1
6. Prakter Dokter 8
Jumlah 53
Sumber : Data Monografi Desa Tahun 2020
Dari data tabel di atas dapat di simpulkan bahwa di desa Panggungharjo sarana prasarana
dalam bidang kesehatan sudah cukup baik bahkan bisa di bilang cukup lengkap karena
terdapat rumah sakit umum, puskesmas, balai untuk kesehatan ibu dan anak, pos yandu untuk
balita, prakter dokter hingga klinik untuk keluarga berencana.
3. Sarana dan Prasarana Olah Raga
Olah raga merupakan salah satu bagian penting yang tidak terlepas dari
aktifitas keseharian masyarakat pada umumnya. Menjaga stamina tubuh agar
selalu sehat dan fit menjadi tujuan utama dalam melakukan rutinitas olah raga.
Selain itu juga melalui olah raga dapat di jadikan wadah untuk dapat
berkumpul bersama. Berikut sarana prasarana olah raga yang berada di desa
Panggungharjo dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut:
42
Tabel 2.8
Sarana dan Prasarana Olah Raga
No Jenis Sarana Olah raga Jumlah
(Buah)
1. Lapangan Sepak Bola 2
2. Lapangan Bola Basket 1
3. Lapangan Volly 4
4. Lapangan Bulu Tangkis 4
5. Lapangan Tenis 1
6. Lapangan Tenis Meja 7
7. Fitnes / Sanggar Senam 4
Jumlah 22
Sumber : Data Monografi Desa Tahun 2020
F. Struktur Organisasi Desa Panggungharjo
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Panggungharjo berdasarkan Peraturan
Desa Panggungharjo Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Pemerintahan Desa Panggungharjo terdiri dari : Gambar : Bagan Struktur
Organisasi Pemerintah Desa Panggungharjo.
43
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Panggungharjo
LURAH DESA BPD
Sumber : Profile Desa Panggungharjo Tahun 2020
SEKRETARIAT DESA
CARIK DESA
URUSAN
PERENCANAAN
URUSAN
TATA
USAHA DAN
UMUM
SEKSI
PEMERINTAHAN
SEKSI
KESEJAHTERAAN
SEKSI
PELAYANAN
PEDUKUHAN
URUSAN
KEUANGAN
44
Gambar 2.1 Peta Wilayah Desa Panggungharjo
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anggara Sahya, 2013 “Sistem Politik Indonesia” CV PUSTAKA SETIA Jl.
BKR (Lingkar Selatan), Bandung.
Budiarjo Miriam, 2007 “Dasar-Dasar Ilmu Politik” Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama
Damsar, 2010 “Pengantar Sosiologi Politik” Jakarta : Kencana Media Group
Eko Sutoro, 2004 “Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat” APMD
Press Jl. Timoho 317 Yogyakarta.
Jamaludin Nasrullah Adon, 2015 “Sosiologi Pedesaaan” CV PUSTAKA
SETIA Jl. BKR (Lingkar Selatan) Bandung.
J Lexy Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” Jakarta : UIP
JS Roucek dan Warren, 1984 “ Pengantar Sosiologi” Jakarta : Bina Aksara
Margono, 2007 “Metodologi Penelitian Pendidikan” Jakarta : Rineka Cipta
Mohammad Mulyadi, 2016 “Metode Penelitian Praktis Kualitatif &
Kuantitatif” Jakarta : Publica Press
Mukhtar, 2013 “Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif” Jakarta
Selatan : GP Press Group
Shadly Hasan, 1993 “Sosiologi Untuk Masyarakat Desa” Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Soetrisno Lukman, 1995 “Menuju Masyarakat Partisipatif” KANISIUS Jl.
Cempaka 9, Yogyakarta.
Subarki Ramlan, 2010 “Memahami Ilmu Politik” Jakarta : PT.GRASINDO
Subagyo Joko, 2011 “Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik” Jakarta :
Rineka Cipta
Sugiyono, 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Afabeta.
Sumber Lain
https://nasional.kompas.com/read/2014/07/30/14413851/Partisipasi.Masyarak
at.di.Pemilu?page=all
https://www.neliti.com/id/publications/993/partisipasi-masyarakat-dalam-
pemilihan-kepala-desa-di-desa-mamuya-kecamatan-gale
https://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_masyarakat
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/23/17152991/partisipasi-politik-
masyarakat-dalam-pemantauan-pemilu?page=all
http://sosiatristudyclub.blogspot.com/2013/11/pengertian-partisipasi-
masyarakat.html
https://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/
http://www.panggungharjo.desa.id/lurah-desa-panggungharjo-pemerintah-
desa-efektif-bila-didukung-kepercayaan-warga/
https://jogjadaily.com/2015/11/lurah-desa-panggungharjo-pemerintah-desa-
efektif-bila-didukung-kepercayaan-warga/
https://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/
https://www.jogloabang.com/politik/pp-45-2017-partisipasi-masyarakat-
penyelenggaraan-pemerintahan-daerah
http://infobanua.co.id/2020/07/27/menilik-faktor-tumbangnya-hegemoni-
incumbent-dankans-penantang-pada-pilkada-serentak-2020/
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomo 47 Tahun 2015 Tentang Desa
Peraturan Daerah Kabupaten bantul Nomor 8 Tahun 2017 pengganti Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah Desa
Peraturan Gubernur Daerah Istimewah Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Pedoman Pemerintahan Kalurahan
Peraturan Desa Panggungharjo Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Panggungharjo