PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN …... · USULAN YANG DIR BAB V A. ... Tabel 4.5 Matriks...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN …... · USULAN YANG DIR BAB V A. ... Tabel 4.5 Matriks...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
TUGAS AKHIR
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DAN REALISASI USULANNYA
DI KOTA SURAKARTA
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Jenjang strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun oleh:
INDRA MAULANA
NIM. I 0607046
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAN REALISASI USULANNYA DI KOTA SURAKARTA
Indra Maulana
I 0607046
Menyetujui,
Surakarta, Februari 2013
Pembimbing I
Murtanti Jani Rahayu, ST, MT
NIP. 19720117 200003 2 001
Pembimbing II
Ir. Rizon Pamardi Utomo, MURP
NIP . 19590222 198903 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Galing Yudana, MT
NIP.19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik UNS
Kusno Adi Sambowo, ST, MSs, Ph.D
NIP. 19691026 199503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Sejak munculnya UU no 25 tahun 2004 mengenai Sistem Perencanaan pembangunan
Nasional, paradigma perencanaan pembangunan di segala bidang menuntut partisipasi
masyarakat untuk mendukung keberhasilannya. Paradigma yang lebih dikenal sebagai
perencanaan partisipatif ini memberikan kesempatan yang besar kepada masyarakat untuk
menentukan arah pembangunan di lingkungannya, tidak terkecuali di bidang pemenuhan
infrastruktur. Kota Surakarta adalah salah satu kota yang sudah lebih dahulu menggunakan
pendekatan partisipatif di dalam melaksanakan perencanaan pembangunan melalui forum
musrenbang. Musrenbangkel menjadi forum perencanaan partisipatif di tingkat kelurahan.
Namun, hingga saat ini perencanaan pembangunan yang dilakukan masih belum optimal,
hal tersebut ditandai dengan banyaknya usulan masyarakat yang tidak direalisasikan dalam
pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi
masyarakat Kota Surakarta dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan bagaimana
realisasi usulan dilaksanakan sesuai dengan hasil perencanaan yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam musrenbangkel. Dengan menggunakan teori tingkat partisipasi Arnstein,
penelitian ini dapat menggambarkan apakah sebenarnya masyarakat kota surakarta telah
berpartisipasi aktif dalam perencanaan pembangunan atau belum, selain itu digunakan pula
teori Oakley untuk mengetahui bentuk-bentuk parisipasi masyarakat kota surakarta yang
mereka berikan untuk mendukung terwujudnya pembangunan infrastruktur di
lingkungannya, teori Stein digunakan pula untuk mengetahui apakah usulan-usulan yang
diajukan masyarakat telah memenuhi kriteria perencanaan pembangunan infrastruktur
yang baik. Pendekatan penelitian deduktif menjadikan ketiga teori tersebut sebagai dasar
penelitiannya terutama dalam penentuan indikator. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode studi dokumen dan wawancara. Sedangkan analisis menggunakan metode analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata tingkat partisipasi masyarakat
kota surakarta dalam perencanaan pembangunan infrastruktur relatif masih rendah, yaitu
pada level placation. Adapun persentase realisasi usulan masyarakat baru mencapai 32,7%,
selain itu masih dapat ditemukan realisasi pembangunan yang tidak sesuai dengan usulan
masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa partisipasi masyarakat dapat
menentukan bagaimana usulan-usulan mereka direalisasikan dalam pembangunan nyata
Kata kunci: perencanaan partisipatif, tingkat partisipasi, bentuk partisipasi, usulan
masyarakat, realisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Since “Undang-undang No. 25 of 2004” has been published, the paradigm of development
planning in all sectors requires the citizen participation to support itself. The paradigm of
development planning, as known as the participatory planning provides a great
opportunity for the public to determine the direction of development on their environment,
also, in the part of infrastructure servings. Surakarta is one of the cities that was already
using a participatory approach in the implementation of development planning through
“musrenbang” forum. “Musrenbangkel” is a forum of participatory planning at the
district level. However, until now the planning has been done’s still not optimal yet, it’s
detected with the number of citizen’s order that are not realized in development project.
This study aims to determine how the citizen participation in the infrastructure
development planning and how the realization of their order is implemented in reality,
which is must similar as the results of the planning that has been done by people in
musrenbangkel. With the using of Arnstein participation level theory, this study can
describe whenever citizen has actively participated in planning or not, the study is also
use the Oakley’s theory “forms of citizen participation” to identify what citizen provide to
support the realization of infrastructure development in their neighborhood , Stein’s
theory is also used to determine whether the citizen’s order meet the criteria of ideal
infrastructure planning. Deductive approach makes these theories as basis for the
research, especially in determination of the indicators. The data’s collected through
interviews and document study methods. The analysis process use descriptive analysis
method. The results of this study indicate that in fact, the level of citizen participation in
infrastructure development planning in Surakarta is still relatively low, it just stacked at
the placation level. The percentage of the realization of the citizen’s order is reached
32.7%, but it can still be found that the realization of development does not comply with
the citizen’s order. The conclusion of this study is that citizen participation can determine
how their order be realized in real development.
Keywords: participatory planning, participation level, participation form, citizen’s order,
realisation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
ridho-Nya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur dan Realisasi Usulannya di Kota Surakarta” pada akhirnya
dapat diselesaikan.
Tugas Akhir merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata 1) Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu di dalam penyelesaian tugas akhir ini, terutama kepada:
1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
3. Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I
4. Ir. Rizon Pamardi Utomo, MURP selaku Dosen Pembimbing II
5. Ir. Ana Hardiana, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Pemerintah Kota Surakarta beserta segenap instansi yang terkait dalam penelitian
ini
7. Seluruh Masyarakat Kota Surakarta yang telah bersedia membantu dalam
pelaksanaan Tugas Akhir ini
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang telah membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan.
Pada akhirnya Penulis berharap, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi Penulis pribadi pada khususnya, dan bagi para pembacanya pada umumnya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
MOTTO .............................................................................................................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 3
C. TUJUAN ................................................................................................................. 3
D. SASARAN .............................................................................................................. 3
E. KEASLIAN PENELITIAN .................................................................................... 4
F. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................... 6
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................................................... 6
1. Batasan Wilayah Penelitian .............................................................................. 6
2. Batasan Substansi Penelitian ............................................................................ 6
3. Lingkup Waktu Penelitian ................................................................................ 6
4. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 7
5. Alur Pikir Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 10
A. TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT ....................................................... 10
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat .................................................................... 10
2. Indikator Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 12
3. Tingkat Partisipasi Masyarakat ........................................................................ 14
B. TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ............ 16
1. Perencanaan Pembangunan ............................................................................... 16
2. Perencanaan Pembangunan Daerah ................................................................... 17
3. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur .......................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA SURAKARTA ....... 20
1. Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan .............................................. 20
D. DANA PEMBANGUNAN KELURAHAN (DPK) ................................................ 23
E. KESIMPULAN TINJAUAN TEORI ..................................................................... 23
1. Definisi Konseptual .......................................................................................... 23
2. Variabel Penelitian ........................................................................................... 24
3. Definisi Operasional ......................................................................................... 24
4. Kerangka Pikir ................................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 29
A. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 29
B. KEBUTUHAN DATA ........................................................................................... 30
C. SUMBER DATA ................................................................................................... 32
1. Data Primer ....................................................................................................... 32
2. Data Sekunder .................................................................................................. 32
D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL .................................................................. 32
1. Penentuan Narasumber ..................................................................................... 32
2. Pengambilan Sampel ........................................................................................ 33
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ...................................................................... 35
1. Studi Dokumen .................................................................................................. 35
2. Wawancara ........................................................................................................ 35
F. METODE ANALISIS ............................................................................................ 35
1. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat .......................................................... 35
2. Analisis Peran Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Lingkungan .................................................................................. 36
G. METODE SINTESIS ............................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 38
A. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSRENBANGKEL ....................... 38
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta ................................................ 38
2. Kualitas Usulan Masyarakat Kota Surakarta dalam Musrenbangkel ................ 40
3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta dalam Mendukung
KeberhasilanMusrenbagkel ............................................................................... 42
B. ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT ...................................... 45
C. KESESUAIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG
INFRASTRUKTUR DENGAN REALISASINYA DI LAPANGAN .................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
D. ANALISIS HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN
KUALITAS USULAN ............................................................................................ 49
E. ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS USULAN DENGAN JUMLAH USULAN
YANG DIREALISASIKAN DALAM PEMBANGUNAN.................................... 50
F. ANALISIS HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN JUMLAH
USULAN YANG DIREALISASIKAN DALAM PEMBANGUNAN .................. 51
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................................... 54
A. PEMBAHASAN TENTANG TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA
SURAKARTA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR ................................................................................................ 54
B. PEMBAHASAN TENTANG PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT
KOTA SURAKARTA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR ................................................................................................ 56
1. Pembahasan Tentang Hubungan Partisipasi Masyarakat dengan Kualitas
Usulan ................................................................................................................ 56
2. Pembahasan Tentang Hubungan Kualitas Usulan dengan Jumlah Usulan yang
Direalisasikan dalam Pembangunan .................................................................. 56
3. Pembahasan Tentang Hubungan Bentuk Partisipasi Masyarakat dengan Jumlah
Usulan yang Direalisasikan dalam Pembangunan ............................................. 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 60
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 60
B. SARAN .................................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 62
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................................. 4
Tabel 2.1 Definisi Operasional Indikator Penelitian ........................................................... 26
Tabel 3.1 Kebutuhan Data penelitian .................................................................................. 30
Tabel 4.1 Persentase Kelurahan Berdasarkan Bentuk Partisipasi Masyarakatnya .............. 44
Tabel 4.2 Persentase Kelurahan dengan Pola Tingkat Partisipasi Masyarakatnya ............. 45
Tabel 4.3 Variasi Kondisi Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Indikator Tingkat
Partisipasi............................................................................................................................. 46
Tabel 4.5 Matriks Hubungan Kualitas Usulan Masyarakat Terhadap Realisasi Usulan ..... 50
Tabel 4.6 Matriks Hubungan Partisipasi Masyarakat Terhadap Realisasi Usulan .............. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Penelitian ................................................................................................. 9
Gambar 2.1 Tangga Partisipasi Masyarakat ........................................................................ 14
Gambar 2.2 Hubungan antara sistem sosial, sistem ekonomi dan infrastruktur.................. 18
Gambar 2.3 Alur Form Usulan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Surakarta ..... 22
Gambar 2.4 Kerangka Pikir ................................................................................................. 28
Gambar 3.1 Alur Pengambilan Sampel Menggunakan Metode Critical Sampling ............ 34
Gambar 3.2 Paradigma Jalur ............................................................................................... 37
Gambar 4.1 Ilustrasi Hubungan Indikator Partisipasi Masyarakat dengan Indikator Kualitas
Usulan ................................................................................................................................. 49
Gambar 5.1 Diagram Perbedaan Pelaksanaan Musrenbangkel Berdasarkan Tingkat
Partisipasi............................................................................................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAN REALISASI USULANNYA
DI KOTA SURAKARTA
CITIZEN PARTICIPATION IN INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT PLANNING
AND THE REALISATION OF THEIR ORDER IN SURAKARTA
Indra Maulana
Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, UNS
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sejak munculnya UU no 25 tahun 2004 mengenai Sistem Perencanaan pembangunan Nasional,
paradigma perencanaan pembangunan di segala bidang menuntut partisipasi masyarakat untuk
mendukung keberhasilannya. Paradigma yang lebih dikenal sebagai perencanaan partisipatif ini
memberikan kesempatan yang besar kepada masyarakat untuk menentukan arah pembangunan di
lingkungannya, tidak terkecuali di bidang pemenuhan infrastruktur. Kota Surakarta adalah salah
satu kota yang sudah lebih dahulu menggunakan pendekatan partisipatif di dalam melaksanakan
perencanaan pembangunan melalui forum musrenbang. Musrenbangkel menjadi forum perencanaan
partisipatif di tingkat kelurahan. Namun, hingga saat ini perencanaan pembangunan yang dilakukan
masih belum optimal, hal tersebut ditandai dengan banyaknya usulan masyarakat yang tidak
direalisasikan dalam pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan
bagaimana realisasi usulan dilaksanakan sesuai dengan hasil perencanaan yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam musrenbangkel. Dengan menggunakan teori tingkat partisipasi Arnstein,
penelitian ini dapat menggambarkan apakah sebenarnya masyarakat kota surakarta telah
berpartisipasi aktif dalam perencanaan pembangunan atau belum, selain itu digunakan pula teori
Oakley untuk mengetahui bentuk-bentuk parisipasi masyarakat kota surakarta yang mereka berikan
untuk mendukung terwujudnya pembangunan infrastruktur di lingkungannya, teori Stein digunakan
pula untuk mengetahui apakah usulan-usulan yang diajukan masyarakat telah memenuhi kriteria
perencanaan pembangunan infrastruktur yang baik. Pendekatan penelitian deduktif menjadikan
ketiga teori tersebut sebagai dasar penelitiannya terutama dalam penentuan indikator. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode studi dokumen dan wawancara. Sedangkan analisis menggunakan
metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata tingkat partisipasi
masyarakat kota surakarta dalam perencanaan pembangunan infrastruktur relatif masih rendah,
yaitu pada level placation. Adapun persentase realisasi usulan masyarakat baru mencapai 32,7%,
selain itu masih dapat ditemukan realisasi pembangunan yang tidak sesuai dengan usulan
masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa partisipasi masyarakat dapat menentukan
bagaimana usulan-usulan mereka direalisasikan dalam pembangunan nyata
Kata kunci: perencanaan partisipatif, tingkat partisipasi, bentuk partisipasi, usulan masyarakat, realisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Since “Undang-undang No. 25 of 2004” has been published, the paradigm of development
planning in all sectors requires the citizen participation to support itself. The paradigm of
development planning, as known as the participatory planning provides a great opportunity for the
public to determine the direction of development on their environment, also, in the part of
infrastructure servings. Surakarta is one of the cities that was already using a participatory
approach in the implementation of development planning through “musrenbang” forum.
“Musrenbangkel” is a forum of participatory planning at the district level. However, until now the
planning has been done’s still not optimal yet, it’s detected with the number of citizen’s order that
are not realized in development project. This study aims to determine how the citizen participation
in the infrastructure development planning and how the realization of their order is implemented in
reality, which is must similar as the results of the planning that has been done by people in
musrenbangkel. With the using of Arnstein participation level theory, this study can describe
whenever citizen has actively participated in planning or not, the study is also use the Oakley’s
theory “forms of citizen participation” to identify what citizen provide to support the realization of
infrastructure development in their neighborhood , Stein’s theory is also used to determine whether
the citizen’s order meet the criteria of ideal infrastructure planning. Deductive approach makes
these theories as basis for the research, especially in determination of the indicators. The data’s
collected through interviews and document study methods. The analysis process use descriptive
analysis method. The results of this study indicate that in fact, the level of citizen participation in
infrastructure development planning in Surakarta is still relatively low, it just stacked at the
placation level. The percentage of the realization of the citizen’s order is reached 32.7%, but it can
still be found that the realization of development does not comply with the citizen’s order. The
conclusion of this study is that citizen participation can determine how their order be realized in
real development.
Keywords: participatory planning, participation level, participation form, citizen’s order,
realisation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan pembangunan (development planning) adalah suatu bentuk
perencanaan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan tingkat
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Hariyono, 2010). Tidak dapat dipungkiri,
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak dapat terlepas dari
kegiatan perencanaan pembangunan. Dari masa ke masa, ternyata Negara
Indonesia telah mengalami perubahan paradigma dalam perencanaan
pembangunan. Setidaknya sejak dimulainya era reformasi, paradigma
perencanaan pembangunan berganti dari perencanaan komprehensif menjadi
perencanaan strategis. Paradigma perencanaan strategis dipilih oleh pemerintah
karena dirasa memiliki manfaat yang jelas dalam jangka waktu yang singkat
(Hariyono, 2010).
Paradigma perencanaan strategis yang dianut oleh pemerintah dalam
kegiatan perencanaan pembangunan daerah memiliki nilai lebih dengan adanya
pelibatan stakeholders (para pemangku kepentingan) yang menjadikan
perencanaan pembangunan daerah menjadi tepat sasaran. Dengan kelebihan
tersebut, maka stakeholders dapat berperan aktif dalam proses penyusunan
rencana pembangunan daerah di wilayahnya masing-masing, sehingga
perencanaan pembangunan daerah berlangsung secara partisipatif. Dalam hal ini,
seperti yang diamanatkan oleh UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, masyarakat merupakan salah satu bagian penting dari
stakeholders yang ada. Masyarakat dilibatkan sebagai bentuk dari pemetaan
lingkungan perencanaan, Denhardt (dalam Bryson, 1985) karena masyarakat-lah
yang paling mengetahui bagaimana kondisi lingkungannya. Pelibatan masyarakat
dalam perencanaan pembangunan daerah dapat dilihat dari keberadaan forum-
forum perencanaan pembangunan daerah yang dikenal sebagai Musyawarah
Rencana Pembangunan (Musrenbang) di setiap daerah. Dengan keberadaan forum
Musrenbang tersebut, masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif di dalam
menentukan rencana pembangunan yang akan dilakukan di wilayahnya masing-
masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah cukup
lama menerapkan konsep musrenbang di dalam proses penyusunan rencana
pembangunan daerahnya, bahkan sejak tahun 2001, sebelum munculnya UU
No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kota
Surakarta telah melaksanakan konsep partisipatif di dalam penyusunan rencana
pembangunan daerahnya (Bahari, 2005). Meskipun memiliki pengalaman sebagai
salah satu kota yang mempraktekkan konsep partisipatif di dalam perencanaan
pembangunan daerahnya, bukan berarti Kota Surakarta telah berhasil menerapkan
konsep perencanaan pembangunan partisipatif dengan baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari minimnya program usulan masyarakat yang diakomodir oleh
pemerintah di dalam rencana pembangunan daerah, seperti yang dijelaskan oleh
salah satu artikel berikut,
Musrenbang masih sekedar formalitas belaka, itulah salah satu hal
yang diungkapkan dalam forum diskusi di Pattiro Surakarta
(31/01/2010). “Hal ini bukan hanya ditakutkan di Solo tapi juga di
berbagai daerah lain di Indonesia”, ujar Irfan, IT Pattiro. Jika
Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) yang
merupakan agenda tahunan untuk bermusyawarah hanya menjadi
rutinitas formal yang dilakukan tiap tahun tapi outpunya tidak
sesuai, bukan mustahil masyarakatpun akan mengalami titik jenuh.
Berbagai program yang ada di musyawarah masyarakat dalam
musrenbangdes atau musrenbangkel banyak yang tereliminasi
ditingkat atasnya. Demikian juga di tingkat kecamatan juga
dieliminasi lagi di tingkat atasnya dan seterusnya. Hal ini mungkin
karena tidak sesuai dengan RPJM Kabupaten/Kota atau yang
lainnya.
Masyarakat banyak yang mengeluhkan tidak adanya konfirmasi lagi
hasil yang dimusyawarahkan dalam musrenbang dengan apa saja
yang diterima dan bagaimana cara mengambil anggarannya dan
juga bagaimana membuat SPJ-nya. (Pattiro, 2010)
Dari potongan artikel di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat
di dalam perencanaan pembangunan daerah di Kota Surakarta masih belum
sepenuhnya dipertimbangkan oleh pemerintah kota. Di sisi lain, pelaksanaan
perencanaan pembangunan daerah seharusnya merupakan bentuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat di daerah tersebut oleh pemerintah. Dengan begitu, Penulis
merasa perlu untuk melakukan suatu kajian mengenai fenomena yang terjadi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kota Surakarta terkait dengan partisipasi masyarakat di dalam perencanaan
pembangunan daerah, khususnya di bidang infrastruktur.
B. RUMUSAN MASALAH
Perencanaan pembangunan di bidang infreastruktur merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan daerah. Dengan diberlakukannya UU no 25 tahun
2004 mengenai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, paradigma
perencanaan pembangunan berubah menjadi perencanaan pembangunan
partisipatif. Perencanaan pembangunan partisipatif menuntut agar masyarakat
dapat berperan serta di dalam merumuskan rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan di lingkungan tempat tinggalnya. Namun, kondisi yang terjadi saat
ini menunjukkan bahwa usulan masyarakat di dalam musrenbangkel, yang
notabene sebagai bentuk perencanaan pembangunan secara partisipatif, belum
sepenuhnya dipertimbangkan oleh pemerintah. Hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya usulan yang ter-eliminasi sehingga rencana pembangunan-pun tidak
dapat direalisasi. Dari penjelasan tersebut, maka dibuatlah suatu rumusan masalah
terkait penelitian ini yaitu, “Bagaimana kondisi partisipasi masyarakat Kota
Surakarta dalam perencanaan pembangunan daerah dan bagaimana partisipasi
masyarakat tersebut diakomodir dalam pembangunan khususnya di bidang
infrastruktur”.
C. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi
masyarakat Kota Surakarta dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan
bagaimana realisasi usulan dilaksanakan sesuai dengan hasil perencanaan
pembangunan yang telah dilakukan oleh masyarakat.
D. SASARAN
1. Mengidentifikasi seberapa besar usulan masyarakat di bidang infrastruktur
yang diakomodir oleh Pemerintah Kota Surakarta.
2. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Kota Surakarta di dalam kegiatan
perencanaan pembangunan infrastruktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat berperan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur di Kota Surakarta melalui usulan yang dihasilkan.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Untuk menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh adalah orisinil
dan tanpa unsur plagiat, maka dibuat-lah suatu perbandingan yang menunjukkan
persamaan maupun perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan penelitian lain yang sejenis yang telah dilakukan sebelumnya sebagai
berikut.
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Komparasi
Penelitian Ini Penelitian Lain
Indra
Maulana,
2012
Trias Yuniar
Mediawati,
2011
Agus Harto
Wibowo, 2009
Nobayethi
Dube, 2009
Judul Peran
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Perencanaan
Pembangunan
Daerah di
Kota
Surakarta
Tingkatan
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Lingkungan
pada Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
(PNPM)
Mandiri
Perkotaan
di Kabupaten
Jember,Jawa
Timur
(Studi di
Kelurahan
Tegalgede,
Sumbersari
dan Desa
Pontang,
Ambulu)
Analisis
Perencanaan
Partisipatif
(Studi Kasus di
Kecamatan
Pemalang
Kabupaten
Pemalang)
Evaluating
Community
Participation
in
Development
Projects
Tujuan Mengetahui
bagaimana
peran
masyarakat
dalam
Mengkaji
tingkatan
partisipasi
masyarakat
dalam
Mendeskripsikan
proses
perencanaan
partisipatif di
Kecamatan
To evaluate
community
participation
in
development
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Komparasi
Penelitian Ini Penelitian Lain
Indra
Maulana,
2012
Trias Yuniar
Mediawati,
2011
Agus Harto
Wibowo, 2009
Nobayethi
Dube, 2009
perencanaan
pembangunan
di Kota
Surakarta
pengelolaan
lingkungan
pada program
PNPM
Mandiri
Perkotaan di
Kabupaten
Jember
Provinsi Jawa
Timur
Pemalang;
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
perencanaan
partisipatif di
Kecamatan
Pemalang;
Merancang
model
perencanaan
partisipatif di
Kecamatan
Pemalang
projects
Objek
Penelitian
Partisipasi
masyarakat
kelurahan di
dalam
tahapan
perencanaan
pembangunan
daerah
Pengelolaan
lingkungan
pada program
PNPM
Mandiri
Perkotaan
Partisipasi
masyarakat
dalam
musrenbang
hingga tahap
kecamatan
Community
participation
in different
World Bank’s
development
projects
Studi
Kasus
Kota
Surakarta
Kabupaten
Jember, Jawa
Timur
Kecamatan
Pemalang,
Kabupaten
Pemalang
Mongoaneng;
Tswelo Pele
and
Motherwell
Township,
South Africa
Metode
Penelitian
Deskriptif
kualitatif
dengan
metode
analisis
kuantitatif
dan kualitatif
Kualitatif Kualitatif Kualitatif
dengan
pendekatan
grounded
theory
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Dari keempat penelitian yang diperbandingkan di dalam tabel.1.1, dapat
dirumuskan beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh Penulis dengan ke-3 penelitian tersebut dapat dilihat dari objek
penelitian yang dipilih. Keempat penelitian diatas memiliki objek kajian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
berbeda-beda dalam hal pemilihan kasus. Dalam hal ini, Penulis memilih untuk
mengkaji mengenai proses perencanaan pembangunan daerah tahunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah di bidang infrastruktur. Selain itu, perbedaan
juga terlihat dalam penggunaan metode penelitian. Jika ketiga penelitian
pembanding lebih memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif di dalam
analisisnya, Penulis lebih memilih untuk menggunakan metode gabungan antara
pendekatan kualitatif dengan kuantitatif.
Sedangkan persamaan dari keempat penelitian tersebut adalah dalam hal
penggunaan landasan teori. Keempat penelitian tersebut sama-sama menggunakan
teori partisipasi Arnstein sebagai salah satu landasan teorinya. Meskipun begitu,
penggunaan teori Arnstein tersebut diekspresikan secara berbeda-beda pada
masing-masing penelitian tersebut, menurut kebutuhannya.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi partisipasi
masyarakat Kota Surakarta dalam kegiatan perencanaan pembangunan
infrastruktur saat ini.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya partisipasi
masyarakat di dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi Pemerintah Kota Surakarta
di dalam membuat kebijakan mengenai pelaksanaan musrenbangkel yang
efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Batasan Wilayah Penelitian
Batasan wilayah penelitian ini adalah Kota Surakarta.
2. Batasan Substansi Penelitian
Lingkup substansi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:
a. Identifikasi persentase program pembangunan usulan masyarakat yang
diakomodasi oleh Pemkot Surakarta.
b. Analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan musrenbang
c. Analis pengaruh antara partisipasi masyarakat dalam musrenbang dengan
jumlah program pembangunan yang terakomodir
3. LINGKUP WAKTU PENELITIAN
Lingkup waktu dimana penelitian ini dilakukan adalah tahun 2012
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika pembahasan penelitian mengenai „Partisipasi Masyarakat
dalam Perencanaan Pembangunan Infrastruktur dan Realisasinya di Kota
Surakarta‟ adalah sebagai berikut
Pada bagian pertama dari laporan penelitian ini merupakan bagian
pendahuluan, pada bagian ini dibahas mengenai latar belakang yang menjelaskan
tentang ketertarikan dalam melakukan kajian mengenai peran partisipasi
masyarakat di dalam pembangunan daerah di Kota Surakarta. Dalam bagian
pertama ini, Pada bagian ini juga dibahas mengenai rumusan masalah, tujuan
serta sasaran penelitian yang menjadi inti dari penelitian yang dilakukan, selain itu
dijelaskan pula tentang ruang lingkup dan manfaat penelitian.
Selanjutnya pada bagian ke-2 dari laporan penelitian ini, dibahas tinjauan
pustaka yang menjadi landasan teoritik dari penelitian yang dilakukannya.
Tinjauan pustaka berisi teori maupun regulasi yang digunakan di dalam penelitian
ini.
Pada bagian ke-3 dari laporan penelitian ini, dibahas tentang metodologi
yang digunakan. Bagian ini menjelaskan mengenai tatacara di dalam menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kebutuhan data maupun metode analisis yang digunakan untuk memperoleh hasil
akhir dari penelitian ini.
Kemudian pada bagian ke-4 dari laporan ini dijelaskan tentang hasil
penelitian. Bagian ini menjelaskan bagaimana kondisi wilayah penelitian terkait
dengan kajian yang dilakukan.
Selanjutnya, bagian ke-5 dari laporan ini berisi tentang pembahasan
terhadap gambaran wilayah penelitian yang telah diperoleh sebelumnya. Pada
bagian diakukan sintesis terhadap hasil penelitian. Proses sintesis digunakan untuk
menjawab pertanyaan inti dari penelitian yang dilakukan.
Bagian ke-6 merupakan bagian terakhir dari laporan ini, yang berisi
tentang kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil akhir dari proses penelitian. Pada
bagian ini, juga dirumuskan saran-saran bagi pihak-pihak yang menggunakan
hasil dari penelitiannya agar lebih bermanfaat ke depannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. KERANGKA PIKIR PENELITIAN (gambar di file lain)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah
merupakan wujud dari perubahan paradigma perencanaan pembangunan nasional
dari paradigma terpusat menjadi desentralisasi. Pada sistem desentralisasi,
perencanaan strategis dipilih sebagai bentuk perencanaan yang digunakan untuk
merumuskan rencana-rencana pembangunan. Perencanaan strategis adalah usaha
terarah untuk menghasilkan keputusan dan tindakan fundamental yang
membentuk dan mengatur jalannya suatu organisasi atau suatu badan instansi
(Bryson :1988). Selain itu, perencanaan strategis dipilih karena memberikan ruang
bagi para pemangku kepentingan untuk terlibat di dalam proses perencanaan. Dari
sini-lah masyarakat diberikan kesempatan untuk dapat berpartisipasi di dalam
merumuskan perencanaan pembangunan di wilayahnya masing-masing.
Partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan dalam menyelenggarakan pembangunan daerah agar
pembangunan daerah dapat berjalan dengan lancar. Adapun istilah partisipasi
masyarakat di dalam berbagai makna umum menurut Mikkelsen dalam Wibowo
(2005) antara lain:
a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek
pembangunan, tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
b. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam
rangka menerima dan merespon berbagai proyek pembangunan.
c. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun
kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai
otonomi untuk melakukan hal itu.
d. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan
pihak penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplementasian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pemantauan dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi
tentang konteks sosial maupun dampak sosial proyek terhadap masyarakat.
e. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan
yang ditentukan sendiri oleh masyarakat.
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan
lingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri.
Kemudian, Oakley (1991:6) berpendapat tentang partisipasi masyarakat
sebagai berikut:
“Participation is considered a voluntary contribution by the people in one
or antother of the public programmers supposes to contribute to national
development, but the people are not expected to take part in shaping the
programme or criticizing its contents”.
Dari pernyataannya dapat dipahami bahwa Oakley mendefinisikan bahwa
partisipasi masyarakat sudah dapat dikatakan berpartisipasi dengan
menyumbangkan sumberdaya yang mereka miliki secara sukarela, walaupun
masyarakat tidak terlibat di dalam penyusunan program atau untuk mengkritisi
substansi program yang mereka dukung.
Kemudian Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan partisipasi
sebagai feed forward information and feedback information. Dari pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa Canter mendefinisikan partisipasi masyarakat
sebagai suatu kondisi apabila terjadi proses komunikasi 2 arah antara masyarakat
dengan pembuat kebijakan/pemerintah.
Kemudian, partisipasi juga didefinisikan sebagai kesediaan untuk
membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang
tanpa harus mengorbankan kepentingan diri sendiri (Mubyarto 1997:35).
Selanjutnya, Arnstein (1969) berpendapat bahwa “citizen participation in
citizen power”. Sedangkan citizen power sendiri dijelaskan sebagai suatu kondisi
dimana terdapat pendistribusian kekuasaan dari pemerintah kepada masyarakat.
Lebih lanjut lagi, partisipasi masyarakat dijelaskan sebagai suatu strategi dimana
masyarakat ikut serta dalam menentukan :bagaimana informasi disampaikan,
tujuan dan kebijakan ditentukan, sumber dana ditentukan, program dilaksanakan,
serta pelimpahan kontrak dan penyandang dana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Indikator Partisipasi Masyarakat
Di dalam mengukur besaran partisipasi masyarakat, terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan. Oakley (1991) berpendapat bahwa setidaknya
terdapat 2 jenis indikator yang dapat digunakan untuk mengukur partisipasi
masyarakat. Indikator-indikator tersebut terdiri dari : 1) indikator kuantitatif; dan
2) indikator kualitatif. Indikator-indikator tersebut kemudian dijabarkan sebagai
berikut:
a. Indikator Kuantitatif (Quantitative Indicators)
Menurut oakley (1991) indikator kuantitatif lebih mudah digunakan untuk
mengukur partisipasi masyarakat dibandingkan dengan indikator kualitatif.
Indikator kuantitatif terdiri dari:
1) Indikator Ekonomis (Economic Indicators)
Indikator ekonomis dapat dilihat dari manfaat ekonomis yang didapatkan
dari suatu kegiatan. Sebagai contoh, suatu proyek pembangunan mempekerjakan
masyarakat di sekitar lokasi pembangunan sehingga masyarakat tersebut
memperoleh keuntungan secara finansial.
2) Indikator Organisasional (Organisational Indicators)
Menurut Oakley (1991), indikator organisasional dapat dilihat dari
banyaknya orang dewasa di dalam suatu lokasi pembangunan, yang memiliki
pengetahuan tentang organisasi yang berperan di dalam suatu program
pembangunan yang sedang dilaksanakan.
3) Partisipasi dalam Aktivitas Proyek (Participation in Project Activities)
Menurut Oakley (1991) Partisipasi dalam aktivitas proyek dapat dilihat
dari banyaknya orang dewasa yang menjadi anggota organisasi (panitia
pembangunan), frekuensi kehadiran dalam rapat-rapat pembangunan dan
perubahan banyaknya anggota selama suatu proyek berlangsung.
4) Momentum Pembangunan (Development Momentum)
Ukuran dari indikator ini merujuk pada aspek pembangunan dari anggota
kegiatan, sebagaimana mereka berpartisipasi di dalam proses partisipasi, dalam
kondisi lain, menurut Morrissey (2000) berpendapat bahwa aspek ini digambarkan
sebagai pemberdayaan masyarakat. Indikator tersebut dapat dilihat dari adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
anggota masyarakat yang memperoleh pelatihan dan mengadakan kerjasama
dengan organisasi formal.
b. Indikator Kualitatif (Qualitative Indicators)
Indikator kualitatif lebih sulit dilihat dibandingkan indikator kuantitatif.
Oakley (1991), menyatakan bahwa membuat suatu poin yang dapat
menggambarkan indikator kualitatif adalah suatu tantangan tersendiri. Di dalam
mengukur partisipasi masyarakat, Oakley (1991:249) membuat ukuran-ukuran
yang terdiri dari: 1) Pertumbuhan Organisasional; 2) Perilaku Kelompok; dan 3)
Kekuasaan Kelompok.
Ketiga indikator tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertumbuhan Organisasional (Organisational Growth)
Pertumbuhan organisasional merujuk pada pembentukan struktural
organisasi (Oakley, 1991). Sebagai contoh adalah proses pemilihan panitia
pembangunan. Di dalam prosesnya indikator ini terlihat dari kekuatan masyarakat
untuk memilih anggota pengurus panitia pembangunan tersebut.
2) Perilaku Kelompok (Group Behaviour)
Indikator ini terlihat dari peran masyarakat dan berkembangnya inisiatif
kelompok dan rasa solidaritas kelompok (Oakley, 1991). Sebagai contohnya
adalah ketika proses pembangunan mengalami kekurangan dalam pendanaan,
masyarakat dengan sendirinya bersedia untuk menggalang dana tambahan dari
uang mereka sendiri tanpa harus diminta.
3) Kekuasaan Kelompok (Group Self-reliance)
Kekuasaan kelompok dapat dilihat dari seberapa yakin suatu kelompok
dalam melakukan suatu tindakan dalam kegiatan pembangunan. Hal ini
dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat terhadap peraturan dan perundangan
yang berlaku di wilayahnya, sehingga masyarakat merasa yakin di dalam
mengambil tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Secara garis besar, perencanaan partisipatif mengandung makna adanya
keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari
melakukan analisis masalah mereka,, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,
mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan
sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi
(Wibowo, 2010).
Kemudian, menurut Arnstein (1969) partisipasi masyarakat memiliki
tingkatan yang dipengaruhi oleh seberapa besar pengaruh masyarakat di dalam
pengambilan keputusan. Setidaknya ada 8 level dari partisipasi masyarakat yaitu:
Gambar 2.1 Tangga Partisipasi Masyarakat
Sumber: Arnstein, 1969
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari gambar 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 8 tingkatan
partisipasi masyarakat. Setiap tingkatan memiliki perbedaaan menurut kekuatan
masyarakat dalam mempengeruhi hasil akhir keputusan. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut,
a. Manipulation dan Therapy
Tingkatan ini menggambarkan keadaan non-partisipatif dari masyarakat.
Pada tahap ini, pelibatan masyarakat hanya bertujuan untuk “mengobati” atau
mendidik partisipan. Pada tahap manipulation, pelibatan masyarakat hanya
sebatas daftar nama dan kehadiran mereka di dalam proses pengambilan
keputusan, masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi hasil
keputusan. Sedangkan pada tahapan Theraphy, masyarakat diibaratkan sebagai
sekumpulan pasien penderita penyakit tertentu dan perencana berperan untuk
mengatasi penyakit tersebut. Namun, yang dilakukan oleh perencana hanyalah
mengobati gejala yang tampak di permukaan saja, bukan apa yang sesungguhnya
menjadi penyebab penyakitnya.
b. Informing dan Consultation
Pada tahap ini, masyarakat memiliki kepentingan untuk mendengar
maupun didengarkan di dalam pengambilan keputusan. Namun, mereka tidak
memiliki keyakinan bahwa pendapat mereka dapat mempengaruhi keputusan
akhir karena keputusan akhir tetap berada di tangan penguasa. Oleh sebab itu
kedua tahapan ini juga disebut sebagai tahap tokenism atau simbolisasi.
c. Placation
Tahapan ini lebih tinggi daripada tokenisme. Pada tahap ini, masyarakat
dilibatkan untuk memberikan masukan-masukan terkait keputusan yang akan
diambil, tetapi tetap saja, seperti pada tokenisme, masyarakat tidak memiliki
cukup keyakinan bahwa masukan/saran mereka akan dipertimbangkan dalam
keputusan akhir. Kekuatan partisipasi masyarakat pada level ini tergantung pada
1) Kualitas dari bimbingan teknis yang mereka dapatkan dalam menyusun
program prioritas mereka, dan 2) Keseriusan mereka untuk menekankan program
prioritas tersebut agar diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d. Partnership
Pada tahap inilah arti sesungguhnya dari partisipasi masyarakat dapat
terlihat. Pada tahap ini, masyarakat diberikan kesempatan untuk bernegosiasi dan
melakukan tawar menawar terhadap keputusan akhir yang akan diambil dalam
pembangunan. Namun, pada tahap ini, masyarakat memerlukan “sosok” yang
dapat memberikan kekuatan bagi mereka, untuk dapat mewujudkan aspirasi
mereka di dalam program pembangunan pemerintah. Sosok tersebut biasanya
merupakan suatu organisasi/komite yang beranggotakan masyarakat terkait, yang
diberikan kepercayaan penuh oleh masyarakat untuk dapat menyukseskan aspirasi
mereka agar diakomodir oleh pemerintah. Di dalam pengalaman yang sudah-
sudah, masyarakat memperoleh hak ikut campur dalam kewenangan pemerintah
dengan cara mengambilnya, bukan diberi oleh pemerintah. Jika cara tersebut
berhasil, pemerintah akan memberikan sebagian kewenangan pada komite yang
dibentuk tersebut untuk mengelola perencanaan pembangunan di wilayahnya
masing-masing. Meskipun pemerintah daerah memiliki kekuasaan untuk
memutuskan keputusan akhir perencanaan, namun masyarakat yakin bahwa
mereka memiliki kekuatan untuk dapat melakukan negosiasi-negosiasi yang akan
tetap dipertimbangkan oleh pemerintah daerah.
e. Delegated Power dan Citizen Control
Pada tahap ini, masyarakat memiliki kuasa penuh atas pengambilan
keputusan maupun kekuatan managerial. Tahapan ini juga diartikan sebagai suatu
kondisi dimana masyarakat telah mampu melakukan perencanaan maupun
pelaksanaan pembangunan secara mandiri, sehingga pemerintah hanya berfungsi
sebagai penyumbang dana pembangunan saja.
B. TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
1. Perencanaan Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho &
Rochimin Dahuri, 2004). Pembangunan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dan tidak pernah berhenti dilakukan untuk mencapai suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
peningkatan. Pembangunan dapat dibedakan menjadi 2 jenis pembangunan, yaitu
pembangunan fisik dan pembangunan non fisik. Pembangunan fisik dapat
diartikan sebagai pembangunan pada aspek-aspek fisik/riil, pembangunan fisik
meliputi pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kehidupan
masyarakat seperti jalan, jembatan, gedung-gedung pelayanan,dll. Sedangkan
pembangunan non fisik lebih diartikan sebagai peningkatan kualitas sumberdaya
manusia melalui berbagai macam cara. Pembangunan non fisik ditempuh melalui
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan perekonomian untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Menurut Hariyono (2010: 25) perencanaan pembangunan kota adalah
suatu upaya mengenali potensi kota, dan mengenali kota lain sebagai referensi
untuk menentukan wajah kota, kemudian mengenali sumberdaya yang ada dan
menggerakannya, dan diimplementasikan secara bertahap biasanya dengan
prioritas tertentu, dengan tujuan dan nilai tertentu di masa depan untuk
memperoleh perbaikan di bidang fisik, sosial dan ekonomi pada umumnya.
Sedangkan menurut Lewis (dalam Sjafrizal, 2009) perencanaan
pembangunan dalah suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan
untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang
tersedia secar lebih produktif.
Kemudian menurut Jhingan (dalan Sjafrizal, 2009), mendefinisikan bahwa
perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan pengendalian dan
pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat
untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu
pula.
2. Perencanaan Pembangunan Daerah
Di dalam melaksanakan pembangunan daerah, pemerintah daerah
senantiasa melakukan kegiatan perencanaan pembangunan daerah. Kegiatan
perencanaan pembangunan daerah tersebut dilakukan rutin setiap tahunnya.
Adapun pengertian perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan
menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu, dengan
memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada, dan harus
memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tapi berpegang pada azas
prioritas (Bratakusumah, 2004:7). Kegiatan perencanaan pembagunan daerah
meliputi tahapan-tahapan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang).
Musrenbang atau musyawarah rencana pembangunan adalah forum antarpelaku
dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rancana
pembangunan daerah (Mendagri, 2008). Musrenbang dalam ranah pembangunan
daerah dilakukan mulai dari level wilayah kelurahan, kecamatan hingga kota.
Sedangkan menurut Affandi Anwar dalam Setia Hadi dan Bratakusumah
(2004:8), perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu proses atau tahapan
pengarahan kegiatan pembangunan di suatu wilayah tertentu yang melibatkan
interaksi antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya lain, termasuk
sumberdaya alam dan lingkunagn melalui investasi.
3. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
Menurut Grigg (dalam Qoroni 2005), infrastruktur merujuk pada suatu
sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-
bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Gambar 2.2 Hubungan antara sistem sosial, sistem ekonomi dan infrastruktur
(Grigg, 1988)
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama sistem-sistem sosial dan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat, oleh sebab itu infrastruktur juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diartikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-
peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung
berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat, Grigg (dalam Qoroni, 2005).
Kemudian menurut Kodoatie (2003), definisi teknik mengenai infrastruktur adalah
aset fisik yang dirancang dalam suatu sistem, sehingga memberikan pelayanan
publik yang penting. Dengan begitu keberadaan infrastruktur sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat.
Perencanaan pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari
perencanaan fisik. Sejak pertengahan tahun 1960, ruang lingkup perencanaan fisik
mengalami perkembangan. Perencanaan fisik yang tidak lagi hanya berfokus pada
tata guna lahan dan desain saja, tetapi juga mulai berkontribusi pada perencanaan
ekonomi, sosial dan lingkungan secara terintegrasi, baik pada level lokal maupun
pada level strategis. Para perencana fisik kemudian memperhatikan pula pada
permasalahan yang lainnya seperti: kebijakan permukiman; pekerjaan;
transportasi dan berbagai komponen sistem perkotaan dan wilayah (Conyers &
Hills, 1984: 55).
Proses perencanaan pembangunan infrastruktur tidak bisa terlepas dari
pendanaan yang disediakan untuk membiayai pembangunannya. Dengan begitu,
diperlukan adanya perencanaan pengembangan modal, Stein (dalam Catanese,
1988: 321). Perencanaan pengembangan modal yang baik, setidaknya memiliki 7
kriteria di dalamnya antara lain:
a. Bahwa perencanaan pembangunan infrastruktur harus mempunyai kerangka
kerja yang mencakup beberapa tahun, dan harus merupakan proses yang
berkesinambungan.
b. Partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Debgan
melibatkan warga lebih awal dalam proses, bukan saja akan membantu
penentuan urutan prioritas, tetapi juga akan memberi dukungan secara meluas
dan menyebabkan rencana mencadi lebih absah, Stein (dalam Catanese, 1988:
322)
c. Meninjau kaitan antara segi biaya dan kelembangaan
d. Menilai kebutuhan-kebutuhan seluruh masyarakat. Hal tersebut diperlukan
agar keputusan pembangunan yang diambil menjadi lebih efektif, misalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dengan mengetahui kondisi eksisting dari suatu prasarana, dapat ditentukan
pula langkah apa yang harus dipilih, apakah penambahan, perbaikan atau
pelestarian.
e. Analisis sistematis tentang proyek-proyek alternatif
f. Konsistensi dengan rencana, kebijaksanaan dan anggaran yang lain di
masyarakat. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Stein (dalam
Catenesse 1988): “…Sebab, bagaimanapun luhurnya sesuatu rencana,
rencana tersebut boleh dikatakan tidak ada harganya sebelum ada anggaran
yang disetujui untuk mendukung pelaksanaannya”.
C. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA
SURAKARTA
Kota Surakarta memiliki predikat sebagai kota pertama di Indonesia yang
memberlakukan sistem perencanaan pembangunan secara partisipatif di
wilayahnya. Terbukti pada tahun 2001, Kota Surakarta ternyata sudah lebih
dahulu memberlakukan sistem perencanaan pembangunan daerah secara
partisipatif, sebelum pada akhirnya sistem tersebut diatur dalam UU No.25 tahun
2004 menjadi sistem perencanaan pembangunan nasional (Bahari, 2005).
1. Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan
Musyawarah Rencana Pembangunan atau biasa disebut Musrenbangkel,
adalah forum perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan.
“Musrenbangkel berkedudukan sebagai forum tahunan stakeholders di
tingkat kelurahan dalam penyusunan dan penetapan rumusan kegiatan
serta Daftar Skala Prioritas kegiatan pembangunan, yang hasilnya
sebagai rujukan kegiatan pembangunan tahun berikutnya.”(Perwali
Surakarta No.18-A tahun 2009)
Proses Musrenbangkel di Kota Surakarta dimulai dengan adanya instruksi
formal yang diberikan oleh Bappeda kepada seluruh kelurahan di kota Surakarta.
Selanjutnya masing-masing kelurahan melakukan sosialisasi kepada ketua Rukun
Warga (RW) untuk kemudian ketua RW melakukan sosialisasi kepada masing-
masing ketua Rukun tetangga (RT) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
paguyuban yang ada di wilayahnya. Kemudian, masing-masing RT mengadakan
musyawarah atau rembug bersama warga untuk menghasilkan usulan-usulan
pembangunan yang akan dilaksanakan pada 1 tahun berikutnya, usulan-usulan
program pembangunan ini kemudian disusun dalam “Form I”. Pada saat yang
bersamaan, ormas-ormas dan paguyuban-paguyuban setempat juga membuat
usulan-usulan sesuai dengan kebutuhan mereka yang kemudian disusun dalam
“Form III”.
Selanjutnya usulan-usulan yang telah disusun dalam Form I dan Form III
dikumpulkan kepada ketua RW. Usulan-usulan yang terdapat didalam Form I dan
Form III kemudian dirangkum oleh ketua RW dalam suatu dokumen yang disebut
“Form II”. Form II ini-lah yang merupakan bahan utama penyusunan program
pembangunan di lingkungan kelurahan.
Tahap selanjutnya adalah tahap Pra musrenbangkel. Pada tahap ini
dibentuk panitia yang beranggotakan masyarakat. Panitia ini bertugas untuk
mempersiapkan forum musrenbangkel serta mendukung keberhasilan proses
musrenbangkel. Pada tahap ini juga dipersiapkan materi yang akan dibahas di
dalam musrenbangkel. Materi ini berisi gabungan dari keseluruhan usulan
pembangunan yang diajukan oleh masyarakat dengan berbagai sumber
pendanaannya. Setelah seluruh persiapan matang, musrenbangkel-pun
dilaksanakan selambat-lambatnya pada awal bulan Februari (Perwali Surakarta
No.18-A tahun 2009).
Pada forum musrenbangkel inilah seluruh perwakilan RT, RW, organisasi
kemasyarakatan dan paguyuban bertemu secara langsung untuk bersama-sama
menentukan program pembangunan apa saja yang menjadi program prioritas
dalam pembangunan kelurahan pada tahun yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 2.3
Alur Form Usulan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Surakarta
Sumber: Bappeda Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
D. DANA PEMBANGUNAN KELURAHAN (DPK)
Pembangunan kelurahan dibiayai dari berbagai sumber. Sumber-sumber
pembiayaan tersebut antara lain: APBD Kota Surakarta; Swadaya Masyarakat;
PNPM dan Swasta. Namun, di Kota Surakarta, masyarakat kelurahan lebih
mengandalkan sumber dana dari pemerintah kota, yaitu APBD.
Pembiayaan pembangunan kelurahan yang bersumber dari APBD, dibedakan
menjadi 2 jenis berdasarkan pengelolanya:
1) Dana operasional SKPD dana ini digunakan untuk membiayai pembangunan-
pembangunan yang dikelola langsung oleh SKPD Kota Surakarta seperti: PU,
BLH, Bapermas dll.
2) Dana Pembangunan Kelurahan (DPK), dana ini digunakan untuk membiayai
pembangunan-pembangunan yang dikelola oleh masyarakat dengan
pengawasan dari pemerintah Kota Surakarta. DPK ini juga digunakan untuk
memacu swadaya masyarakat. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaannya,
DPK selalu didampingi oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat
sendiri.
“Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) adalah adalah bantuan keuangan
Pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kota Surakarta ditujukan kepada masyarakat melalui
SKPD Kelurahan untuk digunakan membiayai kegiatan pembangunan
kelurahan, sesuai prioritas yang ditetapkan dalam Musrenbangkel tahun
sebelumnya, meliputi Biaya Pelaksanaan Kegiatan dan Biaya Operasional
Kegiatan.”. (Perwali Surakarta No.18-A tahun 2009).
E. KESIMPULAN TINJAUAN TEORI
1. Definisi Konseptual
Keseluruhan tinjauan teori yang telah dijabarkan sebelumnya merupakan
landasan dalam mencapai sasaran penelitian yang dilakukan. Tinjauan teori juga
berfungsi untuk membangun kerangka teoritik dalam penelitian ini. Selanjutnya,
Penulis membuat suatu kesimpulan mengenai tinjauan teori yang digunakan di
dalam penelitiannya sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan bentuk keikutsertaan masyarakat di
dalam suatu kegiatan atau program pembangunan secara sukarela, tanpa
mengorbankan kepentingan pribadinya. Partisipasi masyarakat dapat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
apabila terdapat pendistribusian kekuasaan dari pemerintah kepada masyarakat.
Masyarakat dapat berpartisipasi melalui berbagai macam cara.
b. Tingkat partisipasi masyarakat
Tingkat partisipasi masyarakat menggambarkan sejauh mana masyarakat
telah berpartisipasi di dalam suatu kegiatan atau program pembangunan.
Masyarakat dapat dikatakan telah berpartisipasi apabila telah memenuhi suatu
kriteria tertentu.
c. Perencanaan pembangunan daerah
Perencanaan pembangunan daerah merupakan kegiatan perencanaan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah setiap tahunnya.
Perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk dapat mendayagunakan
sumberdaya yang dimiliki oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.
d. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
Perencanaan Pembangunan infrastruktur adalah bagian dari perencanaan
fisik. Namun, perencanaan pembangunan infrastruktur lebih berorientasi kepada
tujuan dan sasaran. Perencanaan pembangunan infrastruktur tidak dapat terlepas
dari pembiayaan.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian
(Arikunto, 2006). Di dalam penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah
1) Realisasi Usulan Masyarakat, 2) Partisipasi Masyarakat dan 3) Kriteria Usulan
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi. Penegasan batasan atau pengertian yang
operasional ini bertujuan untuk menghindari salah tafsir dan menuntun peneliti
menangani rangkaian proses penelitian secara konsisten, Wirartha (dalam
Sekaringtyas, 2010). Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Realisasi Usulan Masyarakat
Adalah perbandingan antara jumlah program pembangunan infrastruktur
lingkungan yang diusulkan oleh masyarakat di dalam musrenbangkel, dengan
jumlah program yang diakomodasi oleh pemerintah Kota Surakarta dalam
pembangunan infrastruktur pada tahun berikutnya.
b. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Adalah tinggi atau rendahnya partisipasi masyarakat di dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur (musrenbangkel) yang diukur berdasarkan kriteria
“Tangga Partisipasi Arnstein”.
c. Bentuk Partisipasi masyarakat,
Adalah bentuk-bentuk kontribusi masyarakat di dalam mendukung
keberhasilan kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur (musrenbangkel)
di lingkungan tempat tinggalnya.
d. Kriteria Usulan
Adalah ketentuan-ketentuan usulan yang diperhatikan untuk kemudian
digunakan untuk menyeleksi usulan masyarakat dalam musrenbangkel yang
dijadikan prioritas.
Adapun karena variabel-variabel tersebut di atas harus dijabarkan secara
lebih rinci agar lebih mudah diaplikasikan di dalam penelitian ini, maka variabel-
variabel tersebut kemudian dirinci menjadi indikator-indikator penelitian.
Indikator-indikator penelitian tersebut dijelaskan secara lebih lanjut sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2.1
Definisi Operasional Indikator Penelitian
No Variabel Indikator Definisi Operasional
1 Realisasi Usulan Jumlah realisasi usulan
masyarakat
Persentase jumlah realisasi
usulan dibandingkan jumlah
usulan masyarakat
2 Tingkat Partisipasi
Masyarakat
1. Sumber usulan
program
pembangunan
2. Pengetahuan
masyarakat tentang
program
pembangunan
3. Akses masyarakat
terhadap keputusan
akhir rencana
pembangunan
4. Keyakinan
masyarakat akan
direalisasikannya
usulan program
5. Aktor yang berperan
apabila terjadi
perubahan usulan
program
6. Kesediaan
masyarakat untuk
berkontribusi dalam
pelaksanaan
program
pembangunan
Cukup Operasional
3 Bentuk Partisipasi
Masyarakat
1. Indikator Ekonomis
(Econimic
Indikator)
2. Indikator
Organisasional
(Organisational
Indicator)
1. Apabila program
pembangunan
menggunakan
sumberdaya baik
material maupun non
material dari potensi
yang ada di wilayahnya
sendiri
2. Apabila terdapat
lembaga/panitia yang
beranggotakan
masyarakat, yang
bertugas membantu
masyarakat dalam
mengelola program
pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
No Variabel Indikator Definisi Operasional
3. Indikator Partisipasi
dalam Aktivitas
proyek
(Participation in
Project Activities)
4. Indikator
Momentum
Pembangunan
(Development
Momentum)
5. Indikator
Pertumbuhan
Organisasional
(Organisational
Growth)
6. Indikator Perilaku
Kelompok
(Group Behaviour)
7. Indikator
Kekuasaan
Kelompok
Group Self-reliance
3. Antusiasme masyarakat
dalam menghadiri forum
kegiatan musrenbangkel
4. Apabila pelaksanaan
pembangunan dilakukan
oleh masyarakat dan ada
kerjasama dengan
lembaga lain
5. Apabila panitia
pembangunan dipilih
langsung oleh
masyarakat
6. Apabila jika di dalam
pelaksanaan program
terjadi kekurangan dana,
masyarakat bersedia
menutup kekurangan
tersebut secara sukarela
7. Apabila masyarakat
mengetahui mengenai
kebijakan pemerintah
yang berlaku dalam
pelaksanaan
musrenbangkel.
4 Kriteria atau Kualitas
Usulan
1. Adanya jadwal
pelaksanaan
program
2. Pengetahuan
masyarakat tentang
anggaran dana
3. Pertimbangan
urgensi program
4. Adanya Rencana
alternatif
5. Program sesuai
dengan kebutuhan
masyarakat
Cukup Operasional
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.4 Kerangka Pikir
Sumber: Analisis Penulis
Paradigma Perencanaan
Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Lingkungan
Masyarakat sebagai
subjek perencanaan
Pemerintah sebagai
fasilitator
Partisipasi masyarakat
dalam perencanaan
Usulan program
pembangunan infrastruktur
lingkungan
Sebagai penyedia dana,
monitoring dan evaluasi
Program pembangunan
infrastruktur yang terealisasi
Partisipasi masyarakat berperan dalam menentukan perencanaan pembangunan
infrastruktur lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Daftar Pustaka
Conyers, Diana and Peter Hills ,1984. An Itroduction to Development Planning in
the Third World. Ed. John Willey & Sons
Catanese, Anthony J & James C. Snyder, 1996, Perencanaan Kota Edisi Kedua.
PT. Erlangga. Jakarta
Oakley, Peter. 1991. Project with People. International Labour Organisation
Office. Geneva
Histiraludin, Muhammad, IPGI Solo. 2004. Bergumul Bersama Masyarakat.
Surakarta
Arikunto, Suharsimi, Prof, Dr. 2006. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta.
Jakarta
Bryson, John M and Robert C. Einswelier. 1988. Strategic Planning. American
Planning Association. USA
Budihardjo, Eko. 2009. Penataan Ruang & Pembangunan Perkotaan. PT Alumni.
Bandung
Sjafrizal, Prof, Dr. 2009. Teknik praktis Penyusunan Rencana Pembangunan
Daerah. Baduose Media. Indonesia
Hariyono, Paulus, Drs, MT. 2010. Perencanaan Pembanguan Kota dan
Perubahan Paradigma. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Solihin, Dadang, Drs, H, MA, Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.. Bahan Presentasi Bappenas
13 Maret 2009
Slamet, Yulius. 2000. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta
Qoroni, Akhmad U. 2005. Efektivitas Musrenbang dalam Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan.. Tesis S-2. Universitas Diponegoro
Sekaringtyas, Pembayun. 2010. Organisasi Keruangan Industri Budaya di Kota
Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Laode. http://shvoong................
Arnstein, Sherry ,R. 1969. A Ladder of Citizen Participation. pp 216-224. http:
/litgow-schmidt.dk/sherry-arnstein/ladder-of-citizen-participation//
Wibowo, Arif. http:// staff.blog.ui.ac.id/arif51/2010/05/03/perencanaan-
partisipatif// diakses tanggal 3 Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Republik Indonesia, Undang-Undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
http: konsorsiumsolo.multiply.com “jurnal musrenbangkel’ diakses tanggal 20
April 2011 jam 20.00 WIB
Slamet, Yulius. 2000. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Berdasarkan pendekatan teorinya, penelitian ini bersifat deduktif. Disebut
penelitian deduktif karena penelitian ini menggunakan pendekatan teori di awal
penelitian. Penelitian ini menggunakan teori tentang partisipasi masyarakat
sebagai landasan dari penelitiannya. Penelitian ini menggunakan teori tersebut
sebagai dasar dari dibentuknya indikator penelitian, sehingga pembahasan
selanjutnya sangat terkait dengan teori yang digunakan.
Sedangkan berdasarkan metode pembahasannya, penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan
untuk menjelaskan berbagai fenomena yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan kondisi partisipasi
masyarakat di Kota Surakarta yang meliputi bentuk partisipasi dan tingkat
partisipasi masyarakat di dalam kegiatan musrenbangkel. Fenomena yang
diperoleh dari hasil penelitian di lapangan terkait bentuk dan tingkat partisipasi
masyarakat dijabarkan secara mendalam kemudian dibahas berdasarkan teori yang
digunakan di awal untuk menjawab tujuan dan sasaran penelitian. Tujuan dan
sasaran yang telah terjawab menjadi suatu keluaran yang merupakan sintesis dari
penelitian untuk menghasilkan kesimpulan akhir penelitian. Sedangkan metode
kuantitatif digunakan untuk memperkuat hasil analisis deskriptif. Metode analisis
kuantitatif digunakan untuk mengetahui keberadaan pengaruh partisipasi
masyarakat terhadap realisasi usulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. KEBUTUHAN DATA
Tabel berikut ini merupakan tabel yang berisi kebutuhan data yang digunakan
dalam penyusunan penelitian ini:
Tabel 3.1
Kebutuhan Data Penelitian
No Variabel
Penelitian
Indikator Kebutuhan Data Jenis
Data
Sifat Data Sumber data
P S
1 Realisasi
Usulan
1. Jumlah program
pembangunan daerah di
bidang infrastruktur
yang diajukan oleh
masyarakat di dalam
musrenbangkel
2. Jumlah program
pembangunan daerah di
bidang infrastruktur
yang direalisasikan oleh
pemerintah Kota
Surakarta
Dokumen hasil
musrenbang-kel
di bidang
infrastruktur
V Kuantitatif
Kuantitatif
Kantor
Kelurahan di
Kota
Surakarta
Kantor
kelurahan di
Kota
Surakarta
2 Tingkat
Partisipasi
Masyarakat
1. Sumber usulan program
pembangunan
2. Pengetahuan
masyarakat tentang
program pembangunan
3. Akses masyarakat
terhadap keputusan
akhir rencana
pembangunan
4. Keyakinan masyarakat
akan direalisasikannya
usulan program
5. Aktor yang berperan
apabila terjadi
perubahan usulan
program
6. Kesediaan masyarakat
untuk berkontribusi
dalam pelaksanaan
program pembangunan
Informasi
tentang
partisipasi
mereka dalam
perencanaan
pembangunan
daerah
V Kualitatif Masyarakat
Kota
Surakarta
3 Bentuk
Partisipasi
Masyarakat
1. Keuntungan material
yang diperoleh
masyarakat dari
program yang
Informasi
tentang
partisipasi
mereka dalam
V Kualitatif Masyarakat
Kota
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
No Variabel
Penelitian
Indikator Kebutuhan Data Jenis
Data
Sifat Data Sumber data
P S
dilaksanakan
2. Pengetahuan
masyarakat mengenai
organisasi pengelola
program
3. Tingkat kehadiran
masyarakat dalam
forum kegiatan
musrenbangkel
4. Adanya kegiatan
pembinaan tentang
pembangunan
infrastruktur
5. Adanya pemilihan
panitia pembangunan
secara langsung
6. Kerelaan masyarakat
dalam membantu
terwujudnya program
7. Pengetahuan
masyarakat mengenai
kebijakan pemerintah
yang berlaku
perencanaan
pembangunan
daerah
4 Kriteria
atau
Kualitas
Usulan
1. Adanya jadwal
pelaksanaan program
2. Pengetahuan
masyarakat tentang
anggaran dana
3. Pertimbangan urgensi
program
4. Adanya Rencana
alternatif
5. Program sesuai
kebutuhan masyarakat
Informasi
mengenai
indikator
kriteria usulan
yang baik di
lapangan
V Kualitatif Masyarakat
Kota
Surakarta
Sumber: Analisis Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. SUMBER DATA
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
narasumbernya. Pada Penelitian ini, data primer digunakan sebagai data utama
untuk menyusun kesimpulan. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Bentuk partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam proses perencanaan
pembangunan daerah (musrenbangkel).
b. Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
daerah (musrenbangkel).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen dokumen
yang disusun oleh instansi yang terkait dalam perencanaan pembangunan daerah
di Kota Surakarta. Dalam Penelitian ini, data sekunder digunakan untuk
menelusuri keberadaan narasumber dan meningkatkan validitas data. Data
sekunder yang digunakan dalam Penelitian ini antara lain:
a. Dokumen hasil musrenbangkel tahun 2011
b. Dokumen proposal pengajuan DPK tahun 2012
D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Penentuan Narasumber
Keberadaan narasumber dalam Penelitian ini sangat penting karena
merupakan sumber utama dari data primer yang akan digunakan di dalam
penyusunan kesimpulan. Menurut Fradley (dalam Bungin, 2003: 54) setidak-
tidaknya, ada 5 macam kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan
narasumber/informan, yaitu:
a. Informan telah cukup lama terlibat dengan hal yang dijadikan oleh fokus
Penelitian,
b. Informan masih terlibat kegiatan dan berkecimpung dalam hal yang diangkat
sebagai fokus Penelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Informan cukup banyak memiliki waktu untuk dapat digali informasinya
secara wawancara sehingga tidak ada desakan maupun paksaan karena
keterbatasan waktu yang ada,
d. Informan tidak dalam sebuah “settingan” sehingga informasi tidak dibuat-
buat dan jujur apa adanya, dan
e. Kriteria yang terakhir adalah informan yang ada masih kurang mengerti
tentang sebuah Penelitian, sehingga Penulis perlu memperbanyak tindakan
mencari informasi sampai informan mengerti apa tujuan dari Penelitian ini
sehingga hasil yang diharapkan informan dapat memberikan informasi sesuai
dengan tujuan pembicaraan antara informan dan peneliti.
Dari kriteria diatas, maka diputuskan bahwa informan yang menjadi narasumber
di dalam penelitian ini adalah Peserta Musrenbangkel di Kota Surakarta
2. Pengambilan Sampel
Penentuan sampel digunakan untuk mempermudah langkah penelitian
sehingga penelitian menjadi lebih efektif dan efisien, baik dari segi waktu, biaya
dan tenaga tanpa mengabaikan esensi dari penelitian.
Di dalam penelitian ini, pengambilan sampel terdiri dari beberapa tahap.
Pengambilan sampel juga dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
pengambilan sampel. Untuk mendukung analisis terhadap data yang diperoleh,
maka penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability
sampling, yang artinya tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel berdasarkan pembagian wilayah (area sampling) dalam mengambil
sampel dari populasi, sehingga sampel yang diambil berupa wilayah. Kemudian
untuk menentukan wilayah mana saja yang dijadikan sampel digunakan metode
pengambilan sampel kritis (critical sampling). Critical sampling merupakan
metode pengambilan sampel yang didasarkan pada perbedaan case yang dianggap
kritis (Slamet, 2000). Dalam penelitian ini case yang dipertimbangkan adalah
karakter khusus yang dimiliki oleh kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta dalam
konteks penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah (musrenbangkel).
Karakter khusus tersebut didapat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kelurahan dengan besaran dana DPK terbesar dan kelurahan dengan besaran DPK
terkecil di setiap kecamatan di Kota Surakarta.
Gambar 3.1 Alur Pengambilan Sampel Menggunakan Metode Critical
Sampling
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Kota Surakarta
5 kecamatan (51
kelurahan)
Kelurahan-kelurahan
dengan case ekstrim di
setiap kecamatan
Perwakilan kelurahan
dengan case perolehan DPK
tertinggi:
1. Pajang
2. Tipes
3. Semanggi
4. Mojosongo
5. Kadipiro
Perwakilan kelurahan
dengan case perolehan DPK
terrendah:
1. Laweyan
2. Jayengan
3. Kauman
4. Kepatihan Kulon
5. Kestalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Di dalam melaksanakan kegiatan pemgumpulan data, digunakan beberapa
metode sebagai berikut:
1. Studi Dokumen
Studi dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi
data-data awal yang dijadikan sebagai awal mula dari pengumpulan data.
Kegiatan studi dokumen dilakukan terhadap data instansional, dalam hal ini yaitu
data mengenai hasil musrenbangkel dan realisasinya di lapangan.
2. Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara bertahap. Di dalam metode ini, peneliti tidak harus terlibat di dalam
kehidupan sosial informan. Kehadiran peneliti dalam melakukan wawancara
untuk mempelajari objek Penelitian dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi
maupun terbuka (Bungin, 2007). Dalam metode ini, dilakukan wawancara secara
bebas dan mendalam, namun kebebasan dalam hal ini tetap terkait dengan pokok
permasalahan yang akan ditanyakan kepada informan.
F. METODE ANALISIS
Kegiatan analisis terhadap data yang diperoleh di dalam penelitian ini
dilakukan secara berurutan. Proses analisis data terdiri dari 2 tahap yaitu, analisis
tingkat partisipasi masyarakat dan analisis peran partisipasi masyarakat di dalam
perencanaan pembangunan daerah.
1. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat
Analisis terhadap partisipasi masyarakat Kota Surakarta dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini, digunakan indikator tingkat
partisipasi masyarakat yaitu “Tangga Partisipasi Arnstein”. Hasil wawancara
terhadap responden dimasukkan ke dalam kategori-kategori tingkat partisipasi
masyarakat sehingga diperoleh gambaran mengenai seberapa jauh masyarakat
telah berpartisipasi di dalam perencanaan pembangunan daerah saat ini. Adapun
kriteria penilaian tingkat partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam
perencanaan pembangunan infrastruktur adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Manipulation dan Therapy :apabila masyarakat sama sekali tidak mengetahui
pembangunan apa yang terjadi di lingkungannya
Informing dan Consultation : apabila masyarakat tahu pembangunan yang
terjadi di lingkungannya, diberi kesempatan untuk
mengajukan saran atau kritik, namun tidak
memiliki akses tawar menawar terhadap keputusan
akhir
Placation : apabila masyarakat tahu pembangunan yang
terjadi di lingkungannya, diberi kesempatan untuk
mengajukan saran atau kritik, namun masyarakat
belum cukup yakin bahwa saran dan kritik tersebut
dipertimbangkan dalam keputusan akhir.
Partnership : apabila masyarakat tahu pembangunan yang
terjadi di lingkungannya, diberi kesempatan untuk
mengajukan saran atau kritik dan masyarakat sudah
cukup yakin bahwa saran dan kritik tersebut
dipertimbangkan dalam keputusan akhir.
Delegated Power : apabila masyarakat tahu pembangunan yang
terjadi di lingkungannya, diberi kesempatan untuk
mengajukan saran atau kritik dan masyarakat sudah
yakin bahwa saran dan kritik tersebut
dipertimbangkan, memiliki kuasa penuh atas
pengelolaan dana, namun akses terhadap dana
masih dikuasai oleh pemerintah
Citizen control : apabila apabila masyarakat tahu pembangunan
yang terjadi di lingkungannya, diberi kesempatan
untuk mengajukan saran atau kritik dan masyarakat
sudah yakin bahwa saran dan kritik tersebut
dipertimbangkan, memiliki kuasa penuh atas
pengelolaan dana, dan akses terhadap dana
sepenuhnya berasal dari masyarakat.
2. Analisis Peran Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur Lingkungan
a. Analisis Hubungan Partisipasi Masyarakat terhadap Realisasi Usulan
Pada tahap ini, analisis yang dilakukan bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara partisipasi masyarakat terhadap
jumlah program usulan masyarakat yang diakomodir oleh pemerintah. Analisis
mengenai keterkaitan partisipasi masyarakat dengan jumlah program usulan
masyarakat yang direalisasikan dalam pembangunan infrastruktur lingkungan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menggunakan paradigma analisis jalur. Paradigma jalur adalah paradigma analisis
terhadap variabel-variabel penelitian yang diduga memiliki hubungan satu sama
lain, sedangkan di antara kedua variabel tersebut terdapat variabel lain yang
mungkin menjadi salah satu jalan untuk menghubungkan variabel pertama dengan
variabel kedua (Sugiyono, 2009). Sedangkan metode yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak-nya keterkaitan antara partisipasi masyarakat dengan
jumlah usulan masyarakat yang direalisasikan dalam pembangunan, digunakan
metode analisis kuantitatif distribusi frekuensi dan analisis deskriptif untuk
menjabarkan hasil penghitungannya.
Gambar 3.2 Paradigma Jalur
G. METODE SINTESIS
Penarikan kesimpulan di dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil
dari analisis terhadap data yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini,
sintesis terdiri dari 2 bagian.
Bagian sintesis pertama adalah menjelaskan mengenai seberapa jauh
masyarakat Kota Surakarta telah berpartisipasi di dalam kegiatan perencanaan
pembangunan daerah. Pada sintesis ini, dapat diketahui apakah sebenarnya
masyarakat telah berpartisipasi aktif atau belum.
Bagian sintesis ke-2 adalah menjelaskan mengenai hasil analisis hubungan
antara kualitas usulan dan bentuk partisipasi masyarakat dengan kuantitas usulan
yang terealisasi dalam pembangunan infrastruktur
v3 v1 v2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA SURAKARTA DALAM
MUSRENBANGKEL
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tingkat partisipasi masyarakat
Kota Surakarta dalam kegiatan musrenbangkel. Tingkat partisipasi masyarakat
dilihat berdasarkan indikator-indikator penelitian dari Teori Partisipasi Arnstein
(1969) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun pada masyarakat Kota
Surakarta, berdasarkan hasil penelitian, kondisinya adalah sebagai berikut.
Kegiatan musrenbangkel pada dasarnya adalah kegiatan perencanaan
pembangunan daerah tingkat kelurahan yang diadakan setiap tahunnya untuk
melakukan perencanaan pembangunan di segala bidang, dalam hal ini khususnya
bidang infrastruktur. Dalam kegiatan musrenbangkel, masyarakat dituntut untuk
dapat membaca kondisi lingkungan tempat tinggalnya masing-masing, keberadaan
permasalahan lingkungan terkait kondisi infrastruktur lingkungan menjadi bahan
utama di dalam membuat usulan perencanaan. Di Kota Surakarta sendiri,
mekanisme pengajuan usulan dimulai dari satuan kelompok masyarakat yang
paling rendah yaitu tingkat RT. Dalam hal ini, ketua RT berperan di dalam
menghimpun usulan-usulan warga di tingkat RT mengenai program pembangunan
apa saja yang dibutuhkan. Kemudian, usulan-usulan tersebut dicatat dalam suatu
dokumen yaitu form 1. Selanjutnya form 1 dari setiap RT dibawa ke musyawarah
lingkungan di tingkat RW untuk dirangkum dan dipilah berdasarkan bidang
pembangunannya, usulan pembangunan infrastruktur lingkungan masuk ke dalam
kelompok program infrastruktur. Selanjutnya, ketua RW memilih perwakilan
masyarakat di tingkat RW yang nantinya mewakili masyarakat untuk mengikuti
musyawarah di tingkat kelurahan, yaitu musrenbangkel. Delegasi yang mewakili
masyarakat ini sudah diseleksi menurut bidang-bidang pembahasan
musrenbangkel yang tersedia, atau disebut sebagai sidang komisi. Berdasarkan
hasil penelitian, kondisi seperti ini ditemukan di seluruh kelurahan yang ada di
Kota Surakarta, sehingga untuk indikator tingkat partisipasi yang pertama yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(Sumber Usulan mengenai Program Pembangunan) dapat diketahui bahwa
kondisinya sama, yaitu masyarakat yang memiliki kewenangan dalam membuat
usulan-usulan program pembangunan. Dengan peran masyarakat sebagai satu-
satunya sumber usulan program pembangunan, dapat diketahui pula bahwa
indikator tingkat pasrtisipasi ke-2 (Pengetahuan Masyarakat mengenai Program
Pembangunan) memiliki kondisi yang juga sama di Kota Surakarta, yaitu
masyarakat benar-benar mengetahui program pembangunan yang akan
dilaksanakan di lingkungannya.
Selanjutnya, pada saat pelaksanaan musrenbangkel, masyarakat yang
tergabung di dalam sidang komisi melakukan musyawarah mengenai program-
program apa saja yang akan menjadi prioritas dalam pembangunan pada tahun
yang akan datang. Indikator ke-3 yaitu “Akses masyarakat terhadap keputusan
akhir program prioritas” dalam hal ini, ditemukan beberapa kondisi yang berbeda
pada kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta. Kondisi yang pertama adalah dimana
keputusan sidang komisi adalah keputusan yang mutlak, sehingga peserta
musrenbangkel di luar sidang komisi hanya dapat menerima apapun keputusan
sidang komisi. Kondisi yang ke-2 adalah dimana peserta musrenbangkel lain di
luar sidang komisi diberi kesempatan untuk dapat mengajukan pertimbangan
terhadap hasil keputusan sidang komisi, namun pada akhirnya pertimbangan
tersebut tetap tidak dapat mempengaruhi hasil keputusan sidang komisi.
Kemudian kondisi yang ke-3 adalah dimana peserta musrenbangkel lain di luar
sidang komisi diberi kesempatan untuk dapat mengajukan pertimbangan terhadap
hasil keputusan sidang komisi, untuk kemudian pertimbangan tersebut dibahas
kembali bersama-sama sehingga hasil keputusan yang diperoleh merupakan
keputusan bersama-sama seluruh peserta musrenbangkel.
Setelah didapatkan keputusan akhir yaitu program-program yang menjadi
prioritas dalam pembangunan, program-program prioritas tersebut disusun dalam
form IV. Dengan kata lain, form IV ini-lah hasil musrenbangkel yang nantinya
akan direalisasikan dalam pembangunan pada tahun berikutnya. Indikator ke-4
(kepastian program usulan akan direalisasikan) ditemukan memiliki kondisi yang
tidak sama di kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta. Berdasarkan hasil
penelitian, di dalam pelaksanaannya, program-program hasil musrenbangkel ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
masih berpotensi untuk mengalami perubahan. Pada kondisi yang seharusnya
(berdasarkan Perwali Kota Surakarta No. 27 A tahun 2010) , perubahan yang
terjadi seharusnya hanya dapat disebabkan oleh keperluan yang mendesak, seperti
bencana alam. Namun, pada kenyataannya ada pula program prioritas yang diubah
karena selain keperluan mendesak (sengaja diubah).
Kemudian indikator tingkat partisipasi ke-5 (Aktor yang berperan apabila
terjadi perubahan dalam usulan) ditemukan memiliki kondisi yang cukup seragam
di setiap kelurahan di Kota Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian, aktor yang
berperan jika terjadi perubahan terhadap hasil musrenbangkel terdiri dari
perwakilan masyarakat, Kepala Kelurahan setempat, LPMK dan panitia
pembangunan kelurahan (PPK).
Selanjutnya mengenai akses terhadap sumber dana yang ada (indikator ke-
4), masyarakat Kota Surakarta dalam masih memiliki keterbatasan dalam
menentukan besarnya dana. Hal tersebut terjadi karena dana yang digunakan
adalah Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) yang berasal dari APBD Kota
Surakarta, sehingga besaran dana yang diperoleh ditentukan oleh Pemkot
Surakarta.
2. Kualitas Usulan Masyarakat Kota Surakarta dalam Musrenbangkel
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kualitas usulan masyarakat Kota
Surakarta dalam kegiatan musrenbangkel. Kualitas usulan masyarakat dilihat
berdasarkan indikator-indikator penelitian dari Teori Stein (dalam Catanese 1988)
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun pada masyarakat Kota
Surakarta, berdasarkan hasil penelitian, kondisinya adalah sebagai berikut.
Usulan masyarakat di dalam musrenbangkel tidak serta merta langsung
menjadi usulan yang baik. Adapun agar menjadi usulan yang baik, terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria pertama adalah “adanya jadwal
pelaksanaan program pembangunan”. Kriteria yang pertama ini menunjukkan
bahwa aga dapat dilaksanakan dengan baik, usulan masyarakat harus disertai
dengan adanya jadwal pelaksanaan, sehingga waktu pelaksanaan program dapat
berlangsung sesuai batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian,
sebanyak 50% kelurahan di Kota Surakarta mengaku memiliki jadwal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pelaksanaan program dan sebanyak 50% kelurahan sisanya mengaku tidak
menggunakan jadwal di dalam pelaksanaan programnya.
“… dalam pelaksanaan pembangunan, tidak ada jadwal pelaksanaan
pengerjaannya, tapi pengerjaan program ada batas waktu maksimalnya,
yaitu sekitar pertengahan bulan Desember karena LPJ harus sudah
selesai pada akhir Desember..” (Joko Mumpuni, Ketua LPMK
Mojosongo, 2012)
Kemudian indikator kualitas usulan yang ke-2 (masyarakat tahu
ketersediaan dana) menggambarkan bahwa di dalam mengajukan usulan,
masyarakat harus mempertimbangkan potensi dana yang ada, setidaknya dana
utama didapatkan dari pemkot Surakarta yang berupa DPK. Sehingga dalam hal
ini, masyarakat harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai besaran DPK
yang akan diperolehnya. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 50% kelurahan di
Kota Surakarta mengaku memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kisaran
DPK yang ada, sedangkan sisanya 50% kelurahan tidak mengetahui kisaran DPK
yang ada.
“… biasanya masyarakat sudah mengetahui kisaran DPK yang akan turun
berdasarkan pengalaman-pengalaman dari tahun sebelumnya, paling jika
ada kenaikan atau penurunan ya tidak terlalu besar…” (Hasto Darwanto,
PPK Kepatihan Kulon, 2012)
Indikator ke-3 yaitu mengenai pertimbangan urgensi suatu program,
berdasarkan hasil penelitian, diketahui seluruh kelurahan di Kota Surakarta telah
mempertimbangkan urgensi suatu usulan untuk menyusun daftar skala prioritas
program pembangunan. Program yang dijadikan prioritas adalah program yang
memiliki manfaat luas, mendesak untuk segera dikerjakan dan tidak merusak
lingkungan.
Kemudian indikator ke-4 yaitu mengenai adanya rencana alternatif.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh kelurahan di Kota Surakarta tidak membuat
rencana alternatif. Namun biasanya apabila terjadi suatu kendala dalam
pelasanaan program, maka akan dimusyawarahkan oleh perwakilan warga, ketua
RW, Lurah dan LPMK untuk dicari solusinya bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Indikator ke-5 adalah bahwa usulan yang dijadikan program prioritas harus
memperhatikan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh
kelurahan di Kota Surakarta mengaku bahwa program yang menjadi prioritas
pembangunan adalah murni dari usulan masyarakat, sehingga program tersebut
jelas merupakan kebutuhan masyarakat.
3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta dalam Mendukung
Keberhasilan Musrenbangkel
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bentuk partisipasi masyarakat
Kota Surakarta dalam mendukung keberhasilan musrenbangkel. Kualitas usulan
masyarakat dilihat berdasarkan indikator-indikator penelitian dari Teori Partisipasi
Oakley (1991) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun pada
masyarakat Kota Surakarta, berdasarkan hasil penelitian, kondisinya adalah
sebagai berikut.
Indikator pertama adalah indikator ekonomis yang menunjukkan adanya
keuntungan material yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh program
pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 90% kelurahan di kota
Surakarta mengakui bahwa program pembangunan infrastruktur banyak dibantu
oleh swadaya masyarakat, khususnya dalam penyediaan tenaga (tukang). Dengan
sumbangan berupa tenaga sukarela, program pembangunan dapat lebih
menghemat biaya.
Kemudian indikator ke-2 yaitu indikator organisaional yang menunjukkan
bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai organisasi pengelola program
pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh kelurahan di Kota Surakarta
mengakui bahwa masyarakatnya tahu mengenai organisasi yang mengelola
program pembangunan di lingkungannya. Organisasi-organisai tersebut terdiri
dari PPK dan LPMK.
Selanjutnya indikator ke-3 yaitu indikator partisipasi dalam aktivitas
proyek, yang menunjukkan tingkat kehadiran masyarakat di dalam
musrenbangkel. Berdasarkan hasil penelitian, 90% kelurahan di Kota Surakarta
mengaku bahwa masyarakat di lingkungannya antusias dalam mengikuti forum
musrenbangkel. Adapun kelurahan yang mengalami kesulitan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menghadirkan masyarakat dalam musrenbangkel disebabkan oleh peserta
musrenbangkel yang berusia lanjut dan kondisi tempat rapat yang kurang
memadai.
Indikator ke-4 yaitu indikator momentum pembangunan, yang
menunjukkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur, meliputi pelatihan dan peningkatan skill. Berdasarkan hasil
penelitian, 90% kelurahan di Kota Surakarta mengakui bahwa masyarakat di
lingkungannya mendapatkan peningkatan skill dalam pembangunan infrastruktur,
namun peningkatan skill tersebut berasal dari profesi atau pekerjaan sehari-hari.
Adapaun kelurahan yang masyarakatnya tidak mendapatkan peningkatan skill
daisebabkan oleh kecenderungan masyarakat untuk menyewa pembaorong atau
kontraktor di dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur.
Selanjutnya indikator ke-5 yaitu indikator pertumbuhan organisasional
yang menunjukkan bahwa adanya pemilihan panitian pembangunan secara
langsung oleh masyarakat. Dalam hal ini, 60% kelurahan di Kota Surakarta
mengakui bahwa panitia pembangunan di lingkungan mereka dipilih secara
langsung oleh masyarakat. Sedangkan 40% kelurahan menyatakan bahwa panitia
pembangunan dipilih oleh Lurah dan LPMK setempat.
Indikator bentuk partisipasi masyarakat yang ke-6 adalah perilaku
kelompok, yang menunjukkan adanya kerelaan masyarakat dalam membantu
terwujudnya program pembangunan. Hal ini dapat terlihat apabila di dalam
pelaksanaannya pembangunan mengalami kekurangan dana, maka masyarakat
rela menyumbangkan dana miliknya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, 70%
kelurahan di Kota Surakarta menyatakan bahwa masyarakatnya mau secara
sukarela membantu terwujudnya pembangunan infrastruktur di lingkungan
mereka. Adapun 30% kelurahan yang lainnya mengakui bahwa masyarakat di
lingkungannya cukup sulit untuk dimintai sumbangan, terutama dalam hal dana
pembangunan karena merasa cukup dengan adanya DPK saja.
Kemudian indikator yang ke-7 adalah kekuasaan kelompok yang dapat
ditunjukkan dengan pengetahuan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah
yang berlaku dalam penyelenggaraan musrenbangkel. Berdasarkan hasil
penelitian, 60% kelurahan di Kota Surakarta menyatakan bahwa masyarakatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sudah paham mengenai peraturan yang berlaku di dalam pelaksanaan
musrenbangkel. Pengetahuan tersebut didapat dari sosialisasi yang dilakukan oleh
Kelurahan dan LPMK setempat. Sedangkan 40% kelurahan di Kota Surakarta
mengakui bahwa hanya sebagian saja masyarakat yang mengetahui peraturan
yang berlaku di dalam musrenbangkel, karena masyarakat cenderung
mempercayakan penyelenggaraan musrenbangkel sepenuhnya kepada panitia.
Tabel 4.1
Persentase Kelurahan Berdasarkan Bentuk Partisipasi Masyarakatnya
No Indikator Bentuk Partisipasi Masyarakat Persentase
Kelurahan yang
Memenuhi Syarat
1 Indikator ekonomis
menunjukkan adanya keuntungan material yang
diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh
program pembangunan
90%
2 Indikator organisaional
menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan mengenai organisasi pengelola
program pembangunan
100%
3 Indikator partisipasi dalam aktivitas proyek
menunjukkan tingkat kehadiran masyarakat di
dalam musrenbangkel
90%
4 Indikator momentum pembangunan
menunjukkan adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan infrastruktur,
meliputi pelatihan dan peningkatan skill
90%
5 Indikator pertumbuhan organisasional
menunjukkan bahwa adanya pemilihan panitian
pembangunan secara langsung oleh masyarakat
60%
6 Indikator perilaku kelompok
menunjukkan adanya kerelaan masyarakat dalam
membantu terwujudnya program pembangunan
70%
7 Indikator kekuasaan kelompok
menunjukkan pengetahuan masyarakat mengenai
kebijakan pemerintah yang berlaku dalam
penyelenggaraan musrenbangkel
60%
Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA
SURAKARTA DALAM KEGIATAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Di dalam penjelasan pada bab metodologi penelitian yang sudah ada
sebelumnya, analisis tingkat partisipasi masyarakat digunakan untuk mengetahui
apakah masyarakat Kota Surakarta telah berpartisipasi aktif di dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur atau hanya sekedar pasif. Analisis mengenai tingkat
partisipasi masyarakat didasarkan pada data mengenai aktor yang berperan dalam
pengambilan keputusan untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan indikator-
indikator yang diperoleh dari teori tangga partisipasi Arnstein.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditemukan beberapa jenis kondisi
partisipasi masyarakat Kota Surakarta di dalam kegiatan musrenbangkel.
Setidaknya ditemukan 6 jenis kondisi partisipasi masyarakat yang berbeda
berdasarkan indikator tingkat partisipasi. Jenis kondisi partisipasi masyarakat
tersebut menentukan tingkat partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam
musrenbangkel.
Tabel 4.2
Persentase Kelurahan dengan Pola Tingkat Partisipasi Masyarakatnya
No Kondisi Partisipasi Tingkat Partisipasi Persentase
Kelurahan
1 Jenis 1 Placation 30%
2 Jenis 2 Placation 10%
3 Jenis 3 Placation 10%
4 Jenis 4 Partnership 20%
5 Jenis 5 Placation 20%
6 Jenis 6 Partnership 10% Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan)
Penjelasan mengenai jenis kondisi partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam
musrenbangkel dijelaskan dalam Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.3
Variasi Kondisi Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Indikator Tingkat Partisipasi
No Indikator Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3 Jenis 4 Jenis 5 Jenis 6
1 Sumber usulan
mengenai
program
pembangunan
Masyarakat
yang
mengusulkan
Masyarakat yang
mengusulkan
Masyarakat yang
mengusulkan
Masyarakat yang
mengusulkan
Masyarakat yang
mengusulkan
Masyarakat
yang
mengusulkan
2 Pengetahuan
masyarakat
mengenai
program
pembangunan
Masyarakat
tahu
program
yang
diusulkan
Masyarakat tahu
program yang
diusulkan
Masyarakat tahu
program yang
diusulkan
Masyarakat tahu
program yang
diusulkan
Masyarakat tahu
program yang
diusulkan
Masyarakat tahu
program yang
diusulkan
3 Akses masyarakat
terhadap
keputusan akhir
program prioritas
Masyarakat
menerima
penjelasan
Masyarakat bisa
mengajukan
pertimbangan
Masyarakat
menerima
penjelasan dari
panitia
Masyarakat yang
memutuskan
karena ada
kroscek
Kritik dari masyarakat
dipertimbangkan untuk
kemudian
dimusyawarahkan lagi
Masyarakat
yang
memutuskan
4 Kepastian
program usulan
akan
direalisasikan
Pasti, tidak
mungkin ada
pengalihan
Belum Pasti,
memungkinkan
ada pengalihan
Pasti, pengalihan
hanya mungkin
jika ada bencana
Pasti, pengalihan
hanya mungkin
jika ada bencana
Belum Pasti,
memungkinkan ada
pengalihan
Pasti, tidak
mungkin ada
pengalihan
5 Aktor yang
berperan apabila
terjadi perubahan
terhadap usulan
Belum
pernah
terjadi
perubahan
Perwakilan
masyarakat, PPK
dan LPMK
Lurah, Ketua
LPMK dan PPK
Masyarakat
terkait, Lurah,
LPMK dan PPK
Panitia Pembangunan
Kelurahan (PPK)
Belum pernah
terjadi
perubahan
6 Akses terhadap
sumber dana yang
ada
Diputuskan
Pemkot,
dikelola
masyarakat
Diputuskan
Pemkot, dikelola
masyarakat
Diputuskan
Pemkot, dikelola
masyarakat
Diputuskan
Pemkot, dikelola
masyarakat
Diputuskan Pemkot,
dikelola masyarakat
Diputuskan
Pemkot, dikelola
masyarakat
TINGKAT
PARTISIPASI
Placation Placation Placation Partnership Placation Partnership
Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan kriteria penilaian tingkat partisipasi masyarakat seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa tingkat
partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam forum musrenbangkel masih belum
cukup aktif. Hal tersebut dibuktikan dengan kebanyakan wilayah kelurahan
dengan tingkat partisipasi Placation. Pada tingkatan partisipasi ini, masyarakat
Kota Surakarta belum mampu memberikan peran yang cukup kuat dalam
pengambilan keputusan, khususnya dalam menentukan program prioritas
pembangunan kelurahan. hal tersebut disebabkan oleh wewenang panitia
musrenbangkel yang terlalu dominan di dalam menentukan keputusan hasil
musrenbangkel. Selain itu, pasifnya partisipasi masyarakat juga disebabkan oleh
ketidak-pastian keputusan akhir musrenbangkel dilaksanakan apa adanya. Hal
tersebut dibuktikan dengan masih adanya program-program baru yang
bermunculan, dimana program-program tersebut tidak diusulkan sebelumnya.
Tingkat partisipasi masyarakat yang pasif ternyata tidak terjadi pada
semua wilayah kelurahan di Kota Surakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya beberapa kelurahan yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat aktif,
yaitu pada tingkatan Partnership. Perbedaan pada tingkatan partisipasi masyarakat
ini disebabkan oleh adanya proses “mendengar” dan “kroscek” yang dilakukan
oleh panitia musrenbangkel di dalam penentuan program prioritas.
C. KESESUAIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG
INFRASTRUKTUR DENGAN REALISASINYA DI LAPANGAN
Perencanaan pembangunan infrastruktur dilakukan oleh masyarakat Kota
Surakarta di dalam forum musrenbangkel. Di dalam forum musrenbangkel,
masyarakat dapat mengajukan usulan-usulan terkait dengan pembangunan
infrastruktur baik berupa pengadaan maupun berupa perbaikan. Usulan
masyarakat Kota Surakarta di bidang infrastruktur meliputi program-program
pembangunan sarana dan prasarana lingkungan seperti jalan kampung, saluran
drainase, gorong-gorong, gedung poskamling, sarana MCK umum, taman RW
dan lain sebagainya.
Usulan-usulan program yang diajukan oleh masyarakat di dalam forum
musrenbangkel ternyata tidak semuanya dapat terealisasi dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pembangunan pada tahun berikutnya. Pada kenyataannya, sangat sedikit
kelurahan yang menunjukkan bahwa semua program pembangunan yang
terealisasi di wilayahnya merupakan perwujudan dari usulan-usulan yang diajukan
oleh masyarakat di dalam forum musrenbangkel. Berikut gambaran kondisi
kesesuaian program usulan dengan realisasinya di Kota Surakarta.
Dilihat dari jumlah usulan masyarakat yang direalisasi dalam
pembangunan infrastruktur, terdapat gejala yang menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan diantara kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta. Dari 10 sampel
yang diteliti menunjukkan bahwa rata-rata jumlah program usulan masyarakat
yang direalisasikan dalam pembangunan infrastruktur adalah sebesar 32,7% dari
jumlah program infrastruktur yang diusulkan dalam musrenbangkel (lihat
lampiran 02).
Persentase realisasi usulan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
yang relatif rendah ternyata bukan satu-satunya gejala yang ditemukan di Kota
Surakarta. Dari hasil penelitian, ternyata juga ditemukan adanya ketidak-sesuaian
dalam realisasi usulan masyarakat. Ketidak-sesuaian realisasi usulan ditunjukkan
dengan adanya program-program pembangunan yang direalisasi di lapangan,
dimana program-program tersebut tidak diusulkan oleh masyarakat dalam
musrenbangkel sebelumnya (lihat lampiran 03). Hal ini menunjukkan bahwa
ternyata hasil musyawarah masyarakat di dalam forum musenbangkel ternyata
masih berpotensi mengalami perubahan di dalam realisasinya. Rata-rata
persentase ketidaksesuaian realisasi usulan memang relatif rendah (hanya 13,3%
saja). Namun, angka tersebut tetap menggambarkan bahwa realisasi usulan
masyarakat dalam pembangunan masyarakat di Kota Surakarta masih berpotensi
untuk mengalami pengalihan ataupun perubahan di dalam pelaksanaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. ANALISIS HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN
KUALITAS USULAN
Di dalam analisis mengenai keterkaitan partisipasi masyarakat dengan
kualitas usulan data yang digunakan adalah data mengenai kesediaan masyarakat
dalam mendukung pelaksanaan musrenbangkel sebagai penjabaran dari indikator
Oakley (1991), mengenai bentuk partisipasi masyarakat, dan data mengenai
kualitas usulan sebagai penjabaran dari indikator Stein mengenai kriteria
perencanaan yang baik. Analisis pengaruh partisipasi masyarakat dengan kualitas
usulan dijelaskan sebagai berikut.
Dari ketujuh indikator partisipasi masyarakat yang ada, tidak semua indikator
memiliki hubungan denga indikator kualitas usulan. Hal tersebut terjadi karena
beberapa indikator partisipasi masyarakat yang ada, menggambarkan partisipasi
masyarakat dari segi teknis pelaksanaan pembangunan, dan terjadi diluar forum
musrenbangkel. Indikator-indikator partisipasi masyarakat yang memiliki
hubungan dengan indikatir kualitas usulan adalah: tingkat kehadiran masyarakat
dalam forum musrenbangkel; adanya pemilihan panitia pembangunan secara
langsung; dan pengetahuan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku.
Kualitas Usulan
Masyarakat
Partisipasi Masyarakat
di dalam Forum
Musrenbangkel
Partisipasi Masyarakat di
Luar Forum
Musrenbangkel
Output Musrenbangkel Berupa
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur
Gambar 4.1
Ilustrasi Hubungan Indikator Partisipasi Masyarakat dengan Indikator
Kualitas Usulan
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
E. ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS USULAN DENGAN JUMLAH
USULAN YANG DIREALISASIKAN DALAM PEMBANGUNAN
Di dalam analisis mengenai Pengaruh kualitas usulan dengan jumlah
usulan yang direalisasikan dalam pembangunan, data yang digunakan adalah data
mengenai kualitas usulan sebagai penjabaran dari indikator Stein mengenai
kriteria perencanaan yang baik dan data persentase jumlah usulan yang
direalisasikan dalam pembangunan (lihat lampiran 04). Analisis pengaruh kualitas
usulan dengan jumlah usulan yang direalisasikan dalam pembangunan adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.5
Matriks Hubungan Kualitas Usulan Masyarakat Terhadap Realisasi Usulan
N
o
Indikator Kualitas
Usulan
Rata-rata
Persentase Jumlah
Usulan yang
Direalisasi
(%)
1 Adanya jadwal pelaksanaan program
Ya 23.4
Tidak 76.6
2 Pengetahuan masyarakat tentang
anggaran dana
Ya 70.1
Tidak 29.9
3 Pertimbangan urgensi program Ya 100
Tidak 0
4 Adanya rencana alternatif Ya 0
Tidak 100
5 Program sudah sesuai kebutuhan
masyarakat
Ya 100
Tidak 0
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Tabel diatas menggambarkan bahwa indikator adanya jadwal pelaksanaan
program menghasilkan realisasi usulan yang justru lebih banyak apabila indikator
tersebut tidak dipenuhi. Hal tersebut dapat dipahami bahwa didalam pelaksanaan
perencanaan pembangunan infrastruktur, masyarakat Kota Surakarta cenderung
tidak membuat jadwal pelaksanaan program secara terstruktur. Masyarakat Kota
Surakarta kebanyakan hanya memperhatikan batas waktu maksimal pengerjaan
program yang ditentukan oleh Pemkot Surakarta. Kemudian indikator
Indikator Realisasi Usulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pengetahuan masyarakat tentang anggaran dana menunjukkan bahwa indikator
tersebut dipenuhi, maka realisasi usulan masyarakat menjadi lebih tinggi. Hal
tersebut dapat dipahami bahwa ketika masyarakat mempertimbangkan ketrsediaan
dana pembangunan kelurahan (DPK) yang ada, masyarakat akan lebih bijak dalam
mengusulkan program pembangunan, sehingga usulan masyarakat tidak terlalu
banyak. Dengan begitu, program-program yang diusulkan oleh masyarakat
merupakan program-program yang menjadi prioritas pembangunan dengan
melalui pertimbangan yang matang, sehingga jumlah perbandingan jumlah
program yang diusulkan dengan program yang dapat dilaksanakan tidak terlalu
timpang. Indikator ke-3 dan ke-5 menunjukkan bahwa indikator tersebut selalu
muncul sebagai indikator yang harus dipertimbangkan oleh masyarakat dalam
mengajukan usulan perencanaan pembangunan infrastruktur. Sedangkan indikator
ke-4 yaitu adanya rencana alternatif, menunjukkan bahwa selama ini masyarakat
Kota Surakarta tidak membuat rencana alternatif di dalam proses perencanaan
pembangunan infrastruktur.
F. ANALISIS HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN
JUMLAH USULAN YANG DIREALISASIKAN DALAM
PEMBANGUNAN
Di dalam analisis mengenai pengaruh partisipasi masyarakat dengan
jumlah usulan yang direalisasikan dalam pembangunan, data yang digunakan
adalah kesediaan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan musrenbangkel
sebagai penjabaran dari indikator Oakley dan data persentase jumlah usulan yang
direalisasikan dalam pembangunan (lihat lampiran 05). Analisis pengaruh kualitas
usulan dengan jumlah usulan yang direalisasikan dalam pembangunan adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.6
Matriks Hubungan Partisipasi Masyarakat Terhadap Realisasi Usulan
No
Indikator Partisipasi Masyarakat
Persentase Jumlah
Usulan yang Direalisasi
1 Keuntungan material yang diperoleh
masyarakat dari program yang
dilaksanakan
Ya 96,1
Tidak 3,9
2 Pengetahuan masyarakat mengenai
organisasi pengelola program
Ya 100
Tidak 0
3 Tingkat kehadiran masyarakat dalam
forum kegiatan musrenbangkel
Ya 68.6
Tidak 31.4
4 Adanya kegiatan pembinaan tentang
pembangunan infrastruktur
Ya 83.7
Tidak 16.3
5 Adanya pemilihan panitia
pembangunan secara langsung
Ya 70
Tidak 30
6 Kerelaan masyarakat dalam membantu
terwujudnya program
Ya 89.2
Tidak 10.8
7 Pengetahuan masyarakat mengenai
kebijakan pemerintah yang berlaku
Ya 84.6
Tidak 15.4 Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Hubungan antara bentuk partisipasi masyarakat dengan realisasi usulan
dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama (Keuntungan material yang
diperoleh masyarakat dari program yang dilaksanakan) menunjukkan bahwa
ketika masyarakat semakin bersedia membantu proses pelaksanaan perencanaan
pembangunan infrastruktur, maka usulan mereka yang terealisasi-pun menjadi
semakin tinggi. Indikator ke-2 (Pengetahuan masyarakat mengenai organisasi
pengelola program) menunjukkan bahwa di semua wilayah kelurahan di Kota
Surakarta, terdapat panitia yang beranggotakan masyarakat, yang bertugas
membantu berjalannya proses perencanaan pembangunan infrastruktur. Indikator
Indikator Realisasi Usulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
ke-3 (Tingkat kehadiran masyarakat dalam forum kegiatan musrenbangkel) juga
menunjukkan bahwa kehadiran masyarakat berperan penting dalam menentukan
seberapa banyak usulan yang dapat direalisasi dalam pembangunan infrastruktur,
hal tersebut terjadi karena masyarakat-lah yang berperan aktif di dalam pengajuan
usulan maupun pelaksanaan program. Indikator ke-4 (Adanya kegiatan pembinaan
tentang pembangunan infrastruktur) juga menunjukkan bahwa ketika indikator
tersebut dipenuhi, maka usulan pembangunan yang dapat direalisasikan-pun
menjadi lebih banyak. Indikator ke-5 (Adanya pemilihan panitia pembangunan
secara langsung) juga menunjukkan bahwa jika panitia pembangunan dipilih
langsung oleh masyarakat, maka usulan yang diajukan oleh masyarakat-pun
menjadi semakin memungkinkan untuk dapat direalisasikan, karena masyarakat
juga-lah yang terlibat untuk mengawasi prosesnya secara langsung. Indikator ke-6
(Kerelaan masyarakat dalam membantu terwujudnya program) menunjukkan
bahwa ketika masyarakat bersedia dengan sukarela menyelesaikan program
pembangunan meskipun dalam kondisi tak terduga, maka kemungkinan usulan
dapat terealisasikan dalam pembangunan-pun menjadi semakin besar. Kemudian
indikator terakhir yaitu pengetahuan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah
yang berlaku, juga menunukkan peran yang positif dalam menentukan seberapa
besar usulan yang dapat direalisasikan dalam pembangunan infrastruktur. Dari
penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa seluruh indikator bentuk
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur
memberikan peran yang positif terhadap banyaknya usulan masyarakat yang dapat
direalisasikan dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN TENTANG TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT KOTA SURAKARTA DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diketahui
seberapa jauh tingkat partisispasi masyarakat Kota Surakarta dalam kegiatan
perencanaan pembangunan infrastruktur atau musrenbangkel. Jika disesuaikan
dengan teori Arnstein (1969), maka tingkat partisipasi masyarakat Kota
Surakarta kebanyakan berada pada level Placation. Pada level ini masyarakat
belum dapat dikatakan telah berpartisipasi aktif di dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur. Hal tersebut terjadi karena pada mayoritas kelurahan
di Kota Surakarta, hasil keputusan dalam musrenbangkel masih dapat
mengalami perubahan sebelum hasil keputusan tersebut direalisasikan dalam
pembangunan nyata. Kecenderungan masyarakat dalam mempercayakan
keputusan akhir kepada tim perumus (panitia) musrenbangkel dapat menjadikan
proses yang berlangsung setelahnya menjadi kurang terawasi secara langsung
oleh masyarakat.
Selain itu, kecenderungan yang terjadi dalam proses musrenbangkel yang
menganggap bahwa hasil keputusan sidang komisi tiap bidang sebagai usulan
prioritas juga menjadi penyebab partisipasi masyarakat menjadi terbatasi.
Karena jika kondisinya seperti itu, maka masyarakat tidak memiliki hak untuk
mengajukan kritik atau keberatan terhadap hasil keputusan sidang komisi.
Pada kelurahan-kelurahan dengan level partisipasi Partnership, kondisi
partisipasi masyarakat yang terjadi sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun, pada
level partisipasi Partnership ini, masyarakat sudah dapat dikatakan telah
berpartisipasi aktif dalam kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur di
Kota Surakarta. Pada kelurahan-kelurahan ini, terjadi semacam penyesuaian-
penyesuaian yang tidak diakukan pada kelurahan-kelurahan lain yang memiliki
level partisipasi Placation. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya proses
“mendengar” dan “kroscek” terhadap hasil keputusan sidang komisi tiap bidang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada kondisi ini, hasil sidang komisi dari setiap bidang dikemukakan kembali
kepada seluruh peserta musrenbangkel yang hadir. Dalam proses itu-lah terjadi
tawar-menawar. Masyarakat yang kurang setuju terhadap hasil sidang komisi
dipersilahkan untuk mengajukan kritik dan saran. Selanjutnya kritik dan saran
tersebut kemudian dibahas bersama sehingga keputusan musrenbangkel memang
benar-benar merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat, bukan hanya
sekelompok orang. Selain itu, keberadaan panitia musrenbangkel juga memiliki
pengaruh yang cukup menentukan seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat.
Konsistensi panitia terhadap peraturan yang berlaku bahwa pelaksanaan
pembangunan harus sesuai dengan apa yang menjadi hasil keputusan
musrenbangkel, adalah sikap yang penting. Karena dengan begitu, panitia yang
terpilih benar-benar berfungsi untuk menjaga agar aspirasi masyarakat benar-
benar dapat terakomodir di dalam pembangunan nyata, meskipun mereka sadar
bahwa tidak semua usulan masyarakat dapat terakomodasi. Setidak-tidaknya
panitia yang terpilih tidak melakukan intervensi terhadap hasil keputusan
musrenbangkel yang telah disepakati bersama.
:Partisipasi Pasif : Partisipasi Aktif
Gambar 5.1
Diagram Perbedaan Pelaksanaan Musrenbangkel Berdasarkan Tingkat Partisipasi
Sumber: Analisis Peneliti,2012
Masyarakat
dikelompokkan dalam
sidang komisi
Masyarakat Hadir
dalam Musrenbangkel
Masyarakat
Mengajukan Usulan
Daftar Skala Prioritas
Program Pembangunan
Mendengarkan
Kritik
Dilakukan
Kroscek
Memungkinkan
Perubahan Tidak Memungkinkan
Perubahan
Direalisasikan dalam
Pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. PEMBAHASAN TENTANG PENGARUH PARTISIPASI
MASYARAKAT KOTA SURAKARTA DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
1. Pembahasan Tentang Hubungan Partisipasi Masyarakat Dengan
Kualitas Usulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa
bentuk partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap kualitas usulan yang
dihasilkan dalam musrenbangkel. Bentuk partisipasi masyarakat berpengaruh
terhadap kualitas usulan melalui indikator: tingkat kehadiran masyarakat dalam
musrenbangkel; kewenangan masyarakat memilih panitia pembangunan secara
langsung; dan pengetahuan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku. Hal
tersebut menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat dalam mengikuti forum
musrenbangkel memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dan transparan, sehingga kualitas usulan yang
dihasilkan pun dapat mewakili kepentingan mereka. Selain itu, pemilihan panitia
secara langsung dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada
masyarakat untuk dapat memperoleh pengalaman yang cukup dalam
menyelenggarakan pembangunan karena dengan begitu, warga yang diajukan
sebagai panitia pembangunan harus memiliki kemampuan yang baik terkait
penyelenggaraan perencanaan pembangunan infrastruktur di Kota Surakarta.
Kemudian pengetahuan masyarakat tentang peraturan yang berlaku memberikan
kemampuan yang baik bagi masyarakat dalam melakukan penilaian-penilaian
terhadap program-program pembangunan yang mereka usulkan, sehingga
program pembangunan yang menjadi prioritas adalah program yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Pembahasan Tentang Hubungan Kualitas Usulan dengan Jumlah Usulan
yang Direalisasikan dalam Pembangunan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diketahui
bahwa pada penghitungan statistik, kualitas usulan tidak memberikan pengaruh
terhadap jumlah usulan masyarakat yang direalisasikan dalam pembangunan.
Hal tersebut dapat dilihat dari persentase jumlah usulan masyarakat terealisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yang justru lebih sedikit apabila indikator kualitas usulan dipenuhi. Hal tersebut
dapat dipahami bahwa selama ini, masyarakat Kota Surakarta cenderung kurang
memperhatikan kriteria usulan yang baik dalam menyeleksi program-program
pembangunan yang ada. Akan tetapi, dari hasil penelitian terdapat 1 indikator
kualitas usulan yang diketahui memberikan peran positif dalam meningkatkan
persentase jumlah program yang dapat direalisasikan. Indikator tersebut adalah
pengetahuan masyarakat mengenai anggaran dana (DPK) yang tersedia. Dalam
hal ini, dapat dipahami bahwa ketika masyarakat mengetahui berapa besaran
dana yang akan mereka peroleh untuk membiayai pembangunan di lingkungan
mereka, masyarakat menjadi lebih bijak dan selektif di dalam mengajukan
usulan pembangunan, sehingga jumlah program pembangunan yang
direalisasikan tidak jauh beda dengan jumlah program pembangunan yang
diusulkan oleh masyarakat.
3. Pembahasan Tentang Hubungan Bentuk Partisipasi Masyarakat
terhadap Jumlah Usulan yang Direalisasikan dalam Pembangunan
Bentuk partisipasi masyarakat memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap jumlah usulan masyarakat yang direalisasikan dalam
pembangunan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis pada bab sebelumnya
yang menunjukkan bahwa hampir semua indikator bentuk partisipasi masyarakat
berperan positif dalam menentukan jumlah usulan masyarakat yang
direalisasikan dalam pembangunan.
Indikator “keuntungan material yang diperoleh masyarakat dari program
yang dilaksanakan” berpengaruh terhadap jumlah usulan masyarakat yang
direalisasikan dalam pembangunan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa
ketersediaan dana swadaya dari masyarakat sangat berpengaruh dalam
menentukan banyak-sedikitnya program pembangunan yang dapat dilaksanakan.
Dengan adanya dana swadaya dari masyarakat, maka memungkinkan program-
program yang dapat dilaksanakan menjadi semakin meningkat, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan perencanaan
pembangunan partisipatif, yaiut mendorong partisipasi masyarakat, sehingga
dana DPK yang diberikan oleh pemerintah adalah bersifat stimulan, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
masyarakat mampu mendanai lebih banyak, maka program yang dapat
dilaksanakan juga semakin banyak.
Kemudian indikator “tingkat kehadiran masyarakat dalam forum
kegiatan musrenbangkel” juga memberikan pengaruh terhadap jumlah usulan
yang dapat direalisasikan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa semakin banyak
masyarakat yang hadir dalam musrenbangkel, maka semakin kuat pula
dukungan masyarakat terhadap hasil keputusan musrenbangkel. Karena tingkat
kehadiran masyarakat dalam musrenbangkel menggambarkan bahwa masyarakat
peduli terhadap pembangunan-pembangunan yang akan dilaksanakan di
lingkungan tempat tinggalnya. Dengan adanya kepedulian yang tinggi maka
dukungan masyarakat terhadap program-program pembangunan yang akan
dilaksanakan-pun menjadi lebih besar, sehingga pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur-pun dapat berjalan dengan lancar
Indikator pembinaan mengenai pembangunan infrastruktur juga memiliki
peran positif terhadap persentase program pembangunan infrastruktur yang
dapat direalisasikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang
baik antara pemerintah dengan masyarakat dapat menjadikan hasil perencanaan
pembangunan infrastruktur menjadi lebih efektif.
Pemilihan panitia pembangunan secara langsung memberikan peran yang
positif terhadap persentase program pembangunan infrastruktur yang dapat
direalisasikan. Hal tersebut dapat dipahami karena ketika panitia pembangunan
dipilih langsung oleh masyarakat, maka masyarakat mampu mengawasi
pelaksanaan pembangunan secara lebih transparan.
Indikator kerelaan masyarakat dalam membantu terwujudnya program
pembangunan infrastruktur memberikan gambaran bahwa ketika masyarakat
memiliki potensi swadaya yang tinggi, maka dana pembangunan yang tersedia-
pun menjadi semakin banyak, sehingga program-program pembangunan yang
dapat dilaksanakan-pun menjadi semakin meningkat jumlahnya.
Yang terakhir adalah indikator “pengetahuan masyarakat tentang
peraturan yang berlaku dalam penyelenggaraan musrenbangkel” juga diketahui
memberikan pengaruh terhadap jumlah usulan yang dapat direalisasi dalam
pembangunan, Hal tersebut dapat dipahami bahwa ketika masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menjadi peserta musrenbangkel mengetahui bahwa tidak semua usulan mereka
bisa terakomodir dalam pembangunan, maka masyarakat akan menjadi lebih jeli
dalam menyeleksi kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga mereka lebih
memprioritaskan kebutuhan yang dianggap benar-benar mendesak. Dengan
begitu, masyarakat tidak sembarangan dalam membuat daftar prioritas usulan
yang harus diakomodir dalam pembangunan. Sehingga input usulan dan output
yang berupa realisasi usulan jumlahnya tidak terlalu timpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan penelitian yang telah dilakukan mengenai
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur di Kota
Surakarta, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kota
Surakarta mayoritas masih berada pada tahap partisipasi pasif, yaitu Placation.
Sedangkan untuk dapat mencapai level partisipasi aktif, diperlukan adanya
proses “mendengar” dan “kroscek” di dalam forum musrenbangkel terkait
usulan-usulan masyarakat yang menjadi prioritas. Selain itu, konsistensi panitia
musrenbangkel juga penting keberadaannya. Karena dengan adanya panitia
musrenbangkel yang konsisten, maka dapat dipastikan bahwa usulan-usulan
masyarakat yang sudah disepakati sebagai hasil musrenbangkel tidak akan
mengalami perubahan hingga usulan-usulan tersebut direalisasikan dalam
pembangunan.
Kemudian dari keseluruhan pembahasan mengenai ada atau tidaknya
pengaruh partisipasi masyarakat terhadap jumlah usulan yang direalisasikan
dalam pembangunan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat memang
berpengaruh terhadap besar-kecilnya jumlah program yang dapat direalisasikan
dalam pembangunan.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
beberapa saran dalam penyelenggaraan musrenbangkel yaitu:
Bagi Pemerintah Kota Surakarta sebaiknya memberikan prosedur yang lebih
jelas dalam pelaksanaan musrenbangkel dan memastikan sosialisasi tentang
prosedur tersebut berjalan dangan baik sebelum forum musrenbangkel
dilaksanakan.
Bagi Pemerintah Kota Surakarta sebaiknya juga melakukan sosialisasi terkait
kisaran anggaran dana DPK yang akan dihibahkan pada setiap kelurahan di
Kota Surakarta, sebelum pelaksanaan musrenbangkel digelar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Bagi Masyarakat Kota Surakarta sebaiknya meningkatkan perannya dalam
mengawasi berjalannya perencanaan pembangunan infrastruktur di
lingkungannya masing-masing agar pelaksanaan pembangunan infrastruktur
dapat berjalan sesuai harapan.
Bagi Masyarakat Kota Surakarta sebaiknya mempelajari tatacara pelaksanaan
musrenbangkel yang baik, khususnya dalam aspek pengajuan usulan
pembangunan. Di dalam pengajuan usulan pembangunan sebaiknya
masyarakat juga mempertimbangkan dana DPK yang tersedia.
Bagi Penelitian selanjutnya, sebaiknya memperbanyak wilayah yang
dijadikan sampel penelitian agar variasi data yang diperoleh semakin lengkap.
Bagi Penelitian selanjutnya, dapat melakukan analisis yang lebih lengkap
terkait penyebab enggannya masyarakat pada beberapa kelurahan di Kota
Surakarta dalam melakukan swadaya pembangunan.