Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media...

174
PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA (Kasus : Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ) Oleh : GIBTHI IHDA SURYANI A14202029 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Transcript of Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media...

Page 1: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA

(Kasus : Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor )

Oleh :

GIBTHI IHDA SURYANI

A14202029

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

RINGKASAN GIBTHI IHDA SURYANI. PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA (Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) (Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Proses penuaan penduduk menjadi suatu gejala yang mendunia. Proporsi penduduk Lansia dunia pada tahun 2004 telah mencapai sekitar 10 persen dari jumlah penduduk dunia. Fenomena ini pun terjadi di Indonesia, proporsi Lansia meningkat hampir tiga kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun, dari 4,5 persen pada tahun 1971 diperkirakan meningkat menjadi 11,3 persen pada 2020. Lebih dari 50 persen Lansia adalah perempuan, dan sekitar tiga perlima (61,7 persen) bertempat tinggal di pedesaan. Peningkatan ini mempunyai konsekuensi terhadap berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, kesehatan dan politik; dan yang paling mengkhawatirkan adalah peningkatan jumlah Lansia terlantar dan rawan terlantar.

Resolusi dari United Nations (PBB) dirumuskan untuk hak dan kewajiban lanjut usia yang dirangkum dalam lima hak dan kelompok, yaitu kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri, dan martabat. Namun, hingga kini kesadaran tentang isu Lansia di Indonesia, terlebih lagi kaitannya dengan kehidupan politik, di kalangan pengemban kepentingan (stakeholders) masih minim. Hal ini ironis dengan nilai budaya masyarakat Indonesia yang masih menempatkan Lansia dalam posisi terhormat dalam pengambilan keputusan, terutama dalam masyarakat desa. Pertanyaan besar yang kemudian timbul adalah Lansia yang seperti apakah yang masih menempati posisi penting tersebut. Lalu peran-peran apa sajakah yang ditampilkan oleh para Lansia tersebut, dengan mengintegrasikan pembagian peran berdasarkan jenis kelamin yang berlaku pada masyarakat pedesaan

Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengidentifikasi karakteristik Lansia di pedesaan. (2) mengidentikasi partisipasi Lansia terhadap kelembagaan politik desa. (3) menganalisis peranan yang ditampilkan Lansia dalam partisipasinya di kelembagaan politik desa, serta menganalisis berbagai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Lokasi penelitian di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan pada bulan September-November 2006. Metode penentuan sampling untuk penelitian ini menggunakan metode cluster sampling. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan uji statistik yang relevan.

Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas berada pada rentang umur 60-67 tahun, dengan satu orang responden tertua berusia 90 tahun. Sebanyak 23 orang responden berjenis kelamin perempuan. Hampir setengah dari responden perempuan tersebut mengaku buta huruf. Ditinjau dari aspek ekonomi responden yang berpendapatan di bawah Rp100.000 pun mayoritas adalah perempuan Lansia, dimana 12 orang di antaranya berstatus janda. Lebih dari 90 persen responden tinggal di rumah sendiri, dan 80 persen masih mandiri dalam perawatan. Dari pengalaman berorganisasi ditemukan bahwa mayoritas memiliki tingkat pengalaman organisasi yang sedang, dan terdapat satu orang perempuan Lansia yang memiliki tingkat pengalaman berorganisasi yang tinggi. Situasi ini menggambaran kehidupan sosial kemasyarakatan responden.

Page 3: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Rapat formal desa, para dewan dan pamong desa serta musyawarah desa merupakan institusi dimana warga Situ Udik menyalurkan aspirasi politik serta sekaligus mempunyai fungsi pencapaian keputusan. Tingkat partisipasi responden dengan dalam rapat formal desa yang tinggi hanya sebesar 25 persen saja. Lebih dari 77 persen responden Lansia memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam dewan desa. Responden dengan tingkat partisipasi yang tinggi dalam musyawarah desa hanya sebesar 15 persen. Hal ini menunjukkan pengambilan keputusan dengan pemakrasa elit memiliki kecenderungan masih adanya manipulasi aspirasi masyarakat dengan kepentingan kelompok elit desa, dipertegas dengan pengujian keterhubungan dengan uji statistik.

Hasil uji statistik menunjukkan keterhubungan antara tingkat pendapatan dengan kepercayaan terhadap kinerja lembaga politik desa, tingkat pendidikan dan tingkat pengalaman berorganisasi dengan sikap Lansia terhadap politik. Hasil uji ini menjadi melemah atau bahkan memiliki derajat hubungan yang dapat diabaikan dengan kontrol dari terpaan media massa dan partisipasi dalam Pemilu 2004.

Hasil uji Koefisien Kotingensi menunjukkan hanya terdapat signifikasi hubungan antara faktor sosial ekonomi dari responden Lansia laki- laki dengan sikap terhadap politik. Hasil uji Spearman pun menunjukkan keterhubungan hal terebut antara sikap terhadap politik dengan tingkat partisipasi dalam kelembagaan politik desa. Hal ini menunjukkan perbedaan perspektif antara perempuan dan laki- laki dalam memandang politik, mempengaruhi partisipasi dalam segala kegiatan kelembagaan politik desa.

Masyarakat Desa Situ Udik berorientasi pada “ketokohan” kyai dalam keseharian termasuk dalam proses pengambilan keputusan-keputusan politik. Keberhasilan politik orang-orang elite desa ini dalam mempertahankan dominasi disebabkan mereka memiliki kebijaksanaan sosial, dan kokohnya pola hubungan ‘kebapakan’ dan ‘saduluran’. Disertai prinsip safety first atau dahulukan selamat yang kemudian melatarbelakangi pengaturan teknis, sosial dan moral pola hubungan sosial masyarakat Desa Situ Udik.

Pola hubungan kekuasaan dan nilai ‘kebapakan’ menjadi etika yang menampilkan tindakan dengan bentuk kesetiaan secara sukarela hormat kepada ‘dununganna’. Gelombang reformasi politik lewat partisipasi dalam Pemilu 2004 dan terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang mendasar terhadap dinamika politik lokal. Kuatnya konstruksi sosial ini menyingkirkan perempuan ‘sepuh’ dari perpolitikan desa. Perempuan masih menghadapi tuntutan dari tradisi sebagai seorang ibu, istri atau bahkan ketika perempuan tua menjadi seorang nenek yang mengurus cucunya.

Page 4: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA

(Kasus : Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Oleh :

Gibthi Ihda Suryani

A14202029

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 5: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Gibthi Ihda Suryani

NRP : A14202029

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Partisipasi Lansia dalam Kelembagaan Politik Desa (Kasus

Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS NIP. 131 622 687

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus Ujian: 10 Mei 2007

Page 6: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA” BELUM

PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA

LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN

YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2007

Gibthi Ihda Suryani

A14202029

Page 7: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan dengan nama Gibthi Ihda Suryani pada tanggal 12 Maret

1985, anak pertama dari pasangan Suroso dan Yulinar. Penulis memulai pendidikan

formalnya di SDN Panaragan I Kodya Bogor dan lulus pada bulan Mei 1996. Setelah

itu, penulis melanjutkan pendidikannya pada SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada

bulan Juni 1999. Kemudian penulis melanjutkan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus

pada bulan Juni 2002. Penulis menempuh jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)

untuk melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor, dan diterima sebagai mahasiswa

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa penulis telah menjadi asisten dosen untuk Mata

Kuliah Sosiologi Umum pada semester ganjil tahun ajaran 2004/2005, asisten dosen

untuk praktek lapang Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan pada semester ganjil tahun ajaran

2005/2006 dan tahun ajaran 2006/2007, serta asisten dosen untuk Mata Kuliah

Perubahan Sosial semester ganjil tahun ajaran 2006/2007. Sedangkan untuk kegiatan

ekstrakurikuler penulis pernah berpartisipasi dalam beberapa kegiatan dan kepanitiaan

kampus. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Agro Career 2004 yang

diselenggarakan oleh MISETA, serta Malam Keakraban KPM 2004. Penulis juga

pernah tergabung dalam organisasi mahasiswa IRCyD divisi penelitian.

Page 8: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

KATA PENGANTAR

Mengawali Penulisan skripsi ini perkenankan penulis untuk berucap syukur

kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, karena atas segala karuniaNya

lah kita mendapatkan nikmat hidup, nikmat iman, dan nikmat Islam serta penulis dapat

menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktunya. Salawat serta salam kita

panjatkan kepada junjungan dan suri teladan kita Nabi Muhammad SAW, Sang

revolusioner sejati yang membawa kita pada pencerahan.

Penulisan skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Topik dari penulisan skripsi ini adalah studi lansia dan kelembagaan desa. Topik ini

dianggap menarik karena mengingat pertumbuhan penduduk dengan usia lanjut pada

abad ini sangat cepat. Proses penuaan penduduk menjadi suatu gejala yang mendunia,

yang tentunya menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus segera ditangani. Adapun

judul dari penulisan skripsi ini adalah “Partisipasi Lansia dalam Kelembagaan Politik

Desa”

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih banyak kekurangannya maka dari itu kritik dan saran sangatlah

diharapkan. Semoga apa yang kita kerjakan mendapat ridho dari-Nya dan memberikan

manfaat bagi dunia pendidikan dan pengembangan serta pemberdayaan masyarakat

pertanian di negara ini.

Bogor, Mei 2007

Penulis

Page 9: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu, penulis menghanturkan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah

membantu dalam penyelesaian tugas ini, antara lain :

1. Ibu Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah sabar membimbing, dan memberi arahan kepada saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku dosen selaku dosen penguji utama yang

telah bersedia memberikan waktunya untuk menguji penulis pada skripsi ini.

3. Bapak (Bang) Martua Sihaloho, SP, Msi selaku dosen penguji perwakilan

Departemen yang telah bersedia memberikan waktunya untuk menguji penulis

pada skripsi ini.

4. Mamiku, Papa, Adikku tersayang PITAK, Om Yud, Te’ Melly, Lulu, Ade Luna

dan Bi Ukit yang telah mendoakan dan memberikan dukungan moral serta dana

selama ini.

5. Keluarga Bapak Lamsuni, Ibu Neneng, King, Adik-adikku (Najma, Lula, Ahla,

Azka, Zul, Tria, Fiky) Teh Cicih, Teh Neng, Teh Nining serta Agung, terima

kasih atas bantuannya selama saya penelitian di Desa Situ Udik serta

penerimaannya yang luar biasa baik. Saya sangat beruntung pernah mengenal

mereka.

6. Perangkat Desa Situ Udik, Bapak Kepala Desa H. Miftahullukman, Bapak

Sekdes Saiful Manan, Pak Mista dan Pak Ucok, terima kasih atas bantuannya

selama saya penelitian.

7. Warga Desa Situ Udik, khususnya para bapak-bapak dan ibu- ibu Lansia di

Kampung Al Barokah, Ganda Rasa, Cimanggu, Cikadondong dan Malang

Nengah atas bantuannya.

8. Anandita Puspitasari terima kasih atas dukungan serta persahabatan kita selama

delapan tahun, Sindo Group: Siti Anis Musyarofah, Niken Tiara F.A, Ajipadma

Dhara K., Isnanik Dian A. Teman satu bimbinganku Gina Septania, pembahas

Page 10: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

kolokiumku Yohan Budiman dan rekan-rekan sejawat KPM 39 lainnya, semoga

tali silaturahmi yang telah terjalin selama ini tidak akan terputus.

9. Teman-temanku di KPM 40: Rizky Ali Akbar, Lina, Utari, Dipa. Adik-adikku di

KPM 41: Bayu, Nessa, dan kawan-kawan serta adik-adikku di KPM 42 terutama

kelompok Al-Barokah.

10. Anggi Muhammad Adriawan atas bimbingan SPSS dan les singkat statistiknya.

11. Mas Anton dan Mbak Hana yang telah banyak memberi masukan untuk

penulisan Skripsi ini serta buku-bukunya yang telah dipinjamkan.

12. Teman-temanku di LTYC dan Acem atas kebersamaan kita selama ini; Antonius

Jemi atas bantuannya.

13. Pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan

karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 11: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 9

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ...................................................................... 10

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 10

2.1.1 Lanjut Usia: Pengertian dan Batasan ............................................ 10

2.1.2 Lanjut Usia: Perkembangan Teori Gerontologi............................ 12

2.1.3 Konsep Successful Aging .............................................................. 15

2.1.4 Kelembagaan Politik Desa............................................................ 18

2.1.5 Peranan, Perilaku dan Partisipasi Politik ...................................... 23

2.1.6 Budaya Masyarakat Sunda: Konsep dan Etos Komunal .............. 29

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ............................................... 92

2.2 Kerangka Analisis .................................................................................. 33

2.3 Hipotesis ................................................................................................. 37

2.4 Definisi Operasional .............................................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 42

3.1 Metode Penelitian .................................................................................. 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 43

3.3 Metode Penentuan Sampling ................................................................. 43

3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 45

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 46

Page 12: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB IV KONTEKS LOKASI .................................................................................. 48

4.1 Infrastruktur .......................................................................................... 48

4.1.1 Kondisi dan Letak Geografis ......................................................... 48

4.1.2 Struktur Pemerintahan, Sarana dan Prasarana ............................... 49

4.1.3 Karakteristik Masyarakat ............................................................... 54

4.2. Suprastruktur ........................................................................................ 56

4.2.1 Pengajian: Kelembagaan Sosial, Keagamaan, dan Politik

Masyarakat Desa Situ Udik ........................................................... 56

4.2.2 Lansia dan Kelembagaan Ekonomi Desa ..................................... 60

BAB V PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI LANSIA

DESA SITU UDIK .................................................................................... 62

5.1 Struktur Umur dan Jenis Kelamin .......................................................... 62

5.2 Tingkat Pendidikan ................................................................................. 65

5.3 Tingkat Pendapatan ................................................................................ 69

5.4 Status Pernikahan.................................................................................... 73

5.5 Tempat Tinggal dan Perawatan .............................................................. 75

5.5.1 Tempat Tinggal.............................................................................. 75

5.5.2 Perawatan....................................................................................... 77

5.6 Pengalaman Berorganisasi ...................................................................... 78

5.6.1 Keikutsertaan dalam Organisasi dan Perkumpulan

Masyarakat..................................................................................... 78

5.6.2 Peran dalam Organisasi dan Perkumpulan Masyarakat................. 80

BAB VI PROFIL SOSIAL POLITIK LANSIA DESA SITU UDIK .................... 85

6.1 Lansia dan Politik ................................................................................... 85

6.1.1 Tingkat Partisipasi Lansia dalam Pemilu 2004 ............................. 85

6.1.2 Tingkat Keterdedahan terhadap Media Massa .............................. 91

6.2 Nilai Sosial dan Budaya Politik Lansia

6.2.1 Sikap terhadap Politik .................................................................... 94

6.2.2 Kepercayaan terhadap Kinerja Lembaga Politik Desa .................. 98

6.2.3 Persepsi: Kriteria Pemimpin .......................................................... 100

Page 13: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB VII PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK

DESA........................................................................................................... 102

7.1 Partisipasi Lansia dalam Rapat Formal Desa ......................................... 102

7.2 Partisipasi Lansia dalam Dewan Desa .................................................... 108

7.3 Partisipasi Lansia dalam Musyawarah Desa........................................... 112

BAB VIII PARTISIPASI LANSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI .................................................................................. 117

8.1 Faktor Sosial Ekonomi dan Nilai Budaya Masyarakat Desa .................. 117

8.1.1 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Nilai Budaya

Masyarakat Desa............................................................................ 118

8.1.2 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Faktor Politik dan Nilai

Budaya Masyarakat Desa .............................................................. 121

8.1.3 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Jenis Kelamin dan Nilai

Budaya Masyarakat Desa .............................................................. 123

8.2 Hubungan Nilai Budaya Masyarakat Desa dengan Partisipasi

dalam Kelembagaan Politik Desa ........................................................... 126

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 129

9.1 Kesimpulan ............................................................................................. 129

9.2 Saran ....................................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 137

LAMPIRAN ......................................................................................................... ..... 141

Page 14: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks Halaman

Tabel 1. Jumlah dan persentase penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) menurut jenis kelamin di Indonesia tahun 2004

2

Tabel 2. Jumlah dan persentase penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) menurut tipe daerah di Indonesia tahun 2004

2

Tabel 3. Angka harapan hidup menurut jenis kelamin berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 1971, 1980, 1990 dan 2000

3

Tabel 4. Jumlah aparat dalam perangkat desa tahun 2005/2006

49

Tabel 5. Jumlah aparat dan kader dalam lembaga- lembaga Desa Situ Udik tahun 2005

50

Tabel 6. Fasilitas pendidikan dan perbandingan tenaga pengajardengan murid Desa Situ Udik tahun 2005/2006

53

Tabel 7. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan mata pencaharian tahun 2005

54

Tabel 8. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tahun 2005

55

Tabel 9. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan kelompok umur tahun 2005

55

Tabel 10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur Desa Situ Udik tahun 2006

65

Tabel 11. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan tingkat pendidikan, Desa Situ Udik tahun 2006

66

Tabel 12. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin Desa Situ Udik tahun 2006

68

Tabel 13. Sumber pendapatan responden setiap bulan, Desa Situ Udik tahun 2006

70

Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan besar pendapatan, Desa Situ Udik tahun 2006

72

Tabel 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pernikahan 74

Page 15: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

Tabel 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tempat tinggal, Desa Situ Udik tahun 2006

75

Tabel 17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan caregiving dan status pernikahan, Desa Situ Udik tahun 2006

77

Tabel 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis organisasi yang pernah diikuti, Desa Situ Udik tahun 2006

79

Tabel 19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis perkumpulan yang pernah diikuti, Desa Situ Udik tahun 2006

80

Tabel 20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan posisi/jabatan dalam organisasi/perkumpulan masyarakat, Desa Situ Udik tahun 2006

81

Tabel 21. Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama keikutsertaan dalam organisasi atau perkumpulan masyarakat, Desa Situ Udik tahun 2006

82

Tabel 22.

Jumlah responden berdasarkan tingkat pengalaman berorganisasi dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

83

Tabel 23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan partai politik yang dipilih pada Pemilu 2004, Desa Situ Udik

87

Tabel 24. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan yang ditampilkan dalam kampanye Pemilu 2004, Desa Situ Udik

88

Tabel 25. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan dalam partai politik, Desa Situ Udik tahun 2006

89

Tabel 26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaan dalam penghitungan suara Pemilu legislatif 2004, Desa Situ Udik

90

Tabel 27. Tingkat partisipasi responden dalam Pemilu 2004, Desa Situ Udik

90

Tabel 28. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan dan akses terhadap media massa, Desa Situ Udik tahun 2006

91

Tabel 29. Jumlah responden berdasarkan keterdedahan terhadap berita politik, Desa Situ Udik tahun 2006

93

Page 16: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 30. Tingkat Keterdedahan responden terhadap media massa, Desa Situ Udik tahun 2006

93

Tabel 31. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan pernyataan politiknya, Desa Situ Udik tahun 2006

95

Tabel 32. Tabulasi silang antara frekuensi sebut pernyataan sikap tentang politik dengan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

96

Tabel 33. Jumlah responden berdasarkan minat keikutsertaan dalam kelembagaan politik dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

97

Tabel 34. Sikap responden terhadap politik Desa Situ Udik berdasarkan jenis kelamin, tahun 2006

98

Tabel 35. Jumlah dan persentase responden bedasarkan penilaian terhadap kinerja perangkat desa, Desa Situ Udik tahun 2006

99

Tabel 36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi keikutsertaan dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

104

Tabel 37. Jumlah dan persentase responden berdasarkan bentuk-bentuk rapat formal yang pernah diikuti

105

Tabel 38. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

106

Tabel 39. Tingkat partisipasi responden dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

107

Tabel 40. Jumlah dan persentase responden berdasarkan posisi yang ditempati dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006

109

Tabel 41. Jumlah dan persentase responden yang menjadi dewan desa berdasarkan proses penempatan posisi dalam Kelembagaan Politik Desa Situ Udik

110

Tabel 42. Tingkat partisipasi Lansia dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006

111

Tabel 43. Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi keikutsertaan dalam musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

113

Tabel 44. Jumlah dan persentase responden berdasarkan aspek (jenis) musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

114

Page 17: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 45. Tingkat partisipasi responden dalam musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

115

Tabel 46 Hubungan faktor sosial ekonomi dengan faktor nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik tahun 2006

118

Tabel 47 Hubungan antara faktor sosial ekonomi, faktor politik dan nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik, tahun 2006

121

Tabel 48 Keputusan uji statistik kotingensi hubungan antara faktor sosial ekonomi, jenis kelamin dan nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik, tahun 2006

124

Tabel 49 Hubungan antara nilai budaya masyarakat desa dengan tingkat partisipasi dalam kelembagaan politik Desa Situ Udik, tahun 2006

127

Page 18: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.............................................................................41

Page 19: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abad 21 merupakan abad lanjut usia (era of population aging) karena

pertumbuhan penduduk dengan usia lanjut (Lansia) pada abad ini sangat cepat. Proses

penuaan penduduk menjadi suatu gejala yang mendunia. Proporsi penduduk Lansia

dunia pada tahun 2004 telah mencapai sekitar 10 persen dari jumlah penduduk dunia1.

Suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindari akibat dari proses transisi demografi yaitu

perubahan tingkat kelahiran, dari tingkat kelahiran tinggi ke tingkat yang lebih rendah

serta perubahan tingkat kematian, dari angka kematian tinggi menjadi angka kematian

yang rendah (Rusli, 1983). Demikian juga yang terjadi di Indonesia, bahkan

diproyeksikan pada beberapa dekade mendatang jumlah penduduk Lansia di Indonesia

akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah balita.

Saat ini Indonesia menempati posisi kesepuluh dengan jumlah populasi Lansia

terbanyak didunia, dan menjadi negara terbanyak penduduknya di ASEAN dengan

jumlah absolut Lansia tertinggi. Antara tahun 2010 dan 2020, angka pertumbuhan

populasi Lansia akan menjadi 3,7 persen, berbanding dengan tingkat pertumbuhan

populasi 0,8 persen (Dung Do-Le dan Raharjo, 2002).

Jika dilihat berdasarkan komposisi penduduk menurut umur, struktur penduduk

Indonesia semakin mengarah ke penduduk tua. Suatu negara memasuki era penduduk

struktur tua (aging population) jika proporsi penduduk lanjut usianya telah berada pada

patokan penduduk berstruktur tua yakni tujuh persen dari total populasi. Penduduk

dengan usia 60 tahun keatas mengalami peningkatan, dilihat dari proporsi dari total 1 Lilis Heri Mis Cicih, Karakteristik Penduduk Lanjut Usia Indonesia Masa Kini dalam Warta Demografi,

Tahun 35, No. 3, 2005.

Page 20: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

2

penduduk Indonesia, dari sekitar 4,5 persen (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi 7,2

persen (15.054.877 jiwa) di tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 11,3 persen pada

tahun 20202.

Fenomena yang terjadi dari peningkatan penduduk Lansia di Indonesia, seperti

halnya di negara-negara berkembang lain, jika ditinjau dari perbandingan jenis kelamin

baik di desa maupun di kota, jumlah penduduk Lansia perempuan lebih banyak

dibandingkan penduduk Lansia laki- laki. Hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan persentase penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) menurut jenis kelamin di Indonesia tahun 2004

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Perempuan 8.687.222 52,58 Laki-laki 7.835.089 47,42 Perempuan+Laki-laki 16.522.311 100,00 Sumber: Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Badan Pusat Statistik. 2004.

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan usia lanjut (60 tahun

keatas) kini telah mencapai 16,5 juta jiwa. Tabel tersebut juga memberikan gambaran

bahwa sebagian besar jumlah penduduk Lansia di Indonesia sampai tahun 2004 (52,6%)

adalah perempuan. Sejalan dengan proses pembangunan yang disertai dengan

perkembangan sektor industri dan perdagangan khususnya di daerah perkotaan telah

menarik ’orang muda’ dari desa untuk mencari pekerjaan. Akibatnya dari migrasi

tersebut adalah bertambahnya jumlah penduduk Lansia di pedesaan (Lihat Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah dan persentase penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) menurut tipe daerah di Indonesia tahun 2004

Tipe Daerah Jumlah Persentase (%)

Perkotaan 6.328.909 38,31 Pedesaan 10.193.402 61,69 Perkotaan+Pedesaan 16.522.311 100,00 Sumber: Survey Sosial Ekonomi Tahun 2004. BPS.

2 Lansia Lebih Banyak dari Balita. http://HarianTerbit.com/2june2004/rubrik/nasional.htm. Diakses tanggal 29 April 2006

Page 21: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

3

Berdasarkan Tabel 2, maka nampak bahwa hampir dua pertiga dari jumlah

populasi penduduk Lansia di Indonesia bertempat tinggal di Pedesaan. Indonesia di

masa reformasi tahun 1998 dan desentralisasi, secara administatif, terbagi menjadi 32

provinsi. Terdapat lima provinsi yang memiliki struktur populasi yang menua; termasuk

diantaranya DI Yogyakarta yang memiliki proporsi Lansia tertinggi (13,7 persen).

Beberapa provinsi lain yang telah mengalami proses penuaan penduduk dibandingkan

dengan apa yang terjadi secara nasional yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sumatera

Barat, Sulawesi Utara dan Jawa Barat. Bahkan beberapa propinsi mempunyai persentase

Lansia yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain3.

Perbaikan taraf kehidupan dan kesehatan dari suatu masyarakat berdampak pada

bertambah panjang masa hidup seseorang. Indonesia diperkirakan akan terjadi “Silver

Tsunami” yang sangat meningkat jumlah penduduk usia lanjut. Perkembangan jumlah

lanjut usia termasuk sangat cepat disebabkan karena penurunan tingkat fertilitas

penduduk. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan

proporsi sejak tahun 1980, dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Angka harapan hidup menurut jenis kelamin berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 1971, 1980, 1990 dan 2000

Sensus Penduduk Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

1971 44,20 47,17 45,73 1980 50,64 53,69 52,21 1990 58,06 61,54 59,80 2000 63,45 67,30 65,43

Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan, http//:www.portal.menegpp.go.id.htm Berdasarkan Tabel 3 di atas, terlihat bahwa harapan hidup perempuan Indonesia

di tahun 2000 mampu bertahan hidup hingga mendekati 70 tahun serta memiliki

harapan hidup yang lebih lama dibandingkan laki- laki. Beberapa tahun mendatang usia

3 Jutaan Lansia Butuh Pelayanan Sosial, http//:www.suarakarya-online.com/wacana_wanita/2004.htm, diakses tanggal 25 Mei 2006.

Page 22: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

4

rata-rata penduduk dapat mencapai 100 tahun. Hal inilah yang kemudian akan

menambah peliknya permasalahan peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut di

Indonesia. Sejalan dengan proses penuaan, kondisi fisik maupun non-fisik Lansia yang

mengalami penurunan maka dibutuhkan peningkatan pelayanan sosial bagi penduduk

Lansia.

Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Wirakartakusumah et al. (1995)

tentang determinan Lansia bekerja dan bertempat tinggal di Indonesia maupun

Wahyuni (2003) yang mengkaji tentang kesejahteraan Lansia di pedesaan Jawa Barat,

serta Indawati (2003) yang melakukan identifikasi beberapa faktor yang berkaitan

dengan banyaknya Lansia di Kabupaten Lamongan, menunjukkan bahwa perempuan

Lansia dan yang tinggal di pedesaan merupakan Lansia yang yang sangat membutuhkan

bantuan dari pemerintah dan masyarakat. Hal ini karena perempuan Lansia cenderung

lebih tua, tidak bekerja, hidup sendiri, berstatus tidak kawin (janda), tingkat

pendidikannya rendah, miskin, tinggal di pedesaan dan mayoritas hidup sendiri.

Masyarakat Indonesia pada umumnya menempatkan lanjut usia (Lansia) pada

posisi yang dihormati. Hal ini bukan saja karena sesuai dengan nilai-nilai budaya yang

hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena Lansia tergolong ke dalam

kelompok rentan. Penghormatan itu antara lain, berupa pemberian fasilitas dan

pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka. Pada

mulanya program pemerintah dalam penanganan terhadap penduduk Lansia lebih

menekankan pemberian santunan kepada mereka yang terlantar, sesuai dengan Undang-

Undang (UU) No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Kemudian untuk

dapat mempunyai sasaran yang lebih luas dengan memberikan dorongan untuk

memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan Lansia kepada keluarga dan

Page 23: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

5

masyarakat agar dapat mendukung terwujudnya Lansia yang berguna, berkualitas dan

mandiri, maka diatur Pasal 8 UU No.39/1999.

Meskipun perhatian mulai diberikan kepada Lansia, namun hingga saat ini

masih terdapat sekitar 3,7 juta lanjut usia (Lansia) di Indonesia yang memerlukan

pelayanan sosial. Sebagian besar di antara mereka dalam keadaan terlantar dan

memerlukan upaya perlindungan khusus. Pada tahun 1998, jumlah Lansia yang terlantar

sebanyak 3.485.066 orang dan rawan terlantar 4.975.942 orang. Sedangkan pada tahun

2002, jumlah Lansia telantar 3.754.569 orang dan rawan terlantar menjadi 5.102.800

orang (www.suarakaryaonline.htm/wanita.htm). Namun, bentuk perhatian dan

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selama inipun masih terbatas dikarenakan

mereka miskin bukan karena mereka Lansia. Pemusatan perhatian masih terbatas pada

masalah sosial ekonomi, belum menyentuh pada hak Lansia dalam kehidupan

berpolitiknya.

Padahal isu kesetaraan perempuan Lansia baru mulai mengemuka dan diakui

dunia sejak Konferensi Dunia I tentang Perempuan tahun 1975. Kemudian

ditindaklanjuti dengan mulai berperspektif gender pada Konferensi Dunia III tentang

perempuan tahun 1985 yang mengidentifikasi ”perempuan Lansia” sebagai salah satu

dari 14 isu yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini dimaksudkan agar perempuan

Lansia tidak hanya diperlakukan sebagai objek yang rawan dan memerlukan berbagai

bantuan, pelayanan dan perawatan, tetapi juga sebagai subjek yang mempunyai berbagai

kemampuan dan memberikan sumbangan bagi pembangunan4. Kemudian dilakukan

evaluasi pelaksanaan hasil-hasil Konferensi Dunia tentang Lansia (1982) yang

menghasilkan United Nation Principles for Older Persons, yang dicetuskan pada 1991

4 Perempuan Lanjut Usia dan Politik. Media Perempuan, edisi No.3.2003

Page 24: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

6

dengan Resolusi No 46/91 menghimbau negara-negara anggota PBB tentang hak dan

kewajiban lanjut usia yang dirangkum dalam lima hak dan kelompok, yaitu

kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri, dan martabat5.

Konsepsi tersebut berkembang hingga kemudian dalam pertemuan Sidang

Lanjut Usia kedua di Madrid tahun 2002 menghasilkan kesepakatan Rencana Aksi

Internasional Lanjut Usia (Madrid International Plan of Action of Ageing). Tindak

lanjut dari rencana aksi yakni dilaksanakannya seminar di Shanghai September 2002

yang menghasilkan strategi implementasi bagi para lanjut usia (Shanghai

Implementation Strategy)6. Hasil Strategi tersebut memberikan gambaran orang lanjut

usia bukanlah suatu beban, melainkan suatu keberhasilan tidak saja menyangkut

kesejahteraan sosial, akan tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan dalam

pembangunan, termasuk bidang politik.

Walaupun konsep successful aging tersebut diformulasikan dari pengalaman dan

penelitian negara maju. Tetapi dalam praktek pembinaan usia lanjut, harus

mengakomodasi faktor-faktor kultural, subkultural, nilai agama dan nilai sosial

setempat. Hingga kini kesadaran tentang isu Lansia di Indonesia, terlebih lagi kaitannya

dengan kehidupan politik, dikalangan pengemban kepentingan (stakeholders) belum

ada. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang urgensi dan kompleksnya isu

Lansia ini menjadi salah satu penyebabnya

Hal ini menunjukkan pentingnya penelitian maupun studi-studi tentang Lansia

khususnya partisipasi Lansia dalam politik. Kelembagaan politik desa menjadi fokus

penelitian ini dengan mengintegrasikan pembagian peran berdasarkan jenis kelamin

yang berlaku pada masyarakat pedesaan.

5 Lansia Indonesia Tercepat. www.suaramerdeka.com/Sabtu/290504.htm. Diakses tanggal 5 Mei 2006. 6 Loc.cit.

Page 25: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

7

1.2 Perumusan Masalah

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan

kondisi fisik, biologis, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Menua adalah juga proses kehilangan, mulai dari kehilangan peran sosial (misalnya

karena pensiun), kehilangan pendapatan, hingga kehilangan teman dan keluarga karena

kematian. Keadaan itu cenderung berpotensi tidak saja menimbulkan bagi masalah bagi

kondisi fisik Lansia namun juga kondisi mentalnya.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita lebih terobsesi dengan aspek negatif

daripada positif dalam hal pertambahan usia. Tapi bukti yang terdapat dalam berbagai

bukti ilmiah jelas-jelas menunjukkan hal-hal yang berbeda dari stereotipe yang ada.

Bahkan membaiknya teknologi kesehatan dan gaya hidup sehat yang dianut sebagian

masyarakat menunjukkan peningkatan angka harapan hidup manusia. Maka sama

seperti yang diungkapkan oleh penulis Theodore Rozak, "Masa depan di tangan orang-

orang dewasa". Meskipun sebagian dari penduduk Lansia dianggap menjadi beban bagi

penduduk produktif karena kondisi fisik, mental, sosial yang menurun sehingga tidak

memungkinkan mereka berperan dalam pembangunan. Namun di sisi lain Lansia

memiliki pengalaman, kearifan, keahlian, semangat kejuangan dan kekayaan

pengetahuan yang tidak dimiliki oleh generasi yang lebih muda. Khususnya pada

masyarakat pedesaan yang erat kaitannya dengan nilai-nilai ketradisionalan.

Ketradisionalan masyarakat desa diidentifikasi melalui pandangan bahwa segala

kegiatan dianggap baik bila sesuai dengan norma-norma yang telah diwariskan nenek

moyang secara turun temurun (Prijono dan Prijono, 1983).

Pola pikir ini pulalah yang mendasari nilai-nilai masyarakat desa dalam

menentukan pemimpin maupun orang-orang yang memegang peranan penting di

Page 26: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

8

masyarakat. Seorang lurah misalnya, dipilih bukan hanya latar belakang pendidikannya

tapi juga karena usia dan kebijaksanaannya. Hal ini disebabkan seorang lurah bukan

hanya semata-mata kepala desa saja, tapi juga sebagai “bapak” bagi semua penduduk

desa. Demikian pula dengan para pamong desa, biasanya terdiri dari orang-orang tua

desa, yang umumnya menjadi anggota masyarakat terpenting karena pengetahuannya

akan adat istiadat. Pertanyaan besar yang kemudian timbul adalah Lansia yang seperti

apakah yang masih menempati posisi penting tersebut. Lalu peran-peran apa sajakah

yang ditampilkan oleh para Lansia tersebut. Jika kelembagaan politik desa identik

dengan istilah maskulinitas dan atribut ‘kebapakan’ seorang pemimpin desa, maka

apakah perempuan Lansia juga memiliki tempat didalamnya.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas serta pemaparan sebelumnya pada latar

belakang, ingin diteliti lebih lanjut beberapa aspek yang terkait dengan masalah

tersebut, yaitu :

1. Bagaimana karakteristik Lansia di pedesaan?

2. Bagaimanakah partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi partisipasi Lansia dalam

kelembagaan politik desa?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan,

penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta membuat suatu analisis terhadap

partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa. Hal ini dilakukan guna

mengakomodasi faktor- faktor kultural, subkultural, nilai agama dan nilai sosial di

pedesaan (khususnya Desa Situ Udik) dalam kaitannya dengan konsep successful aging

Page 27: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

9

dan teori aktivitas sebagai landasan teoritisnya. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai

berikut ini:

1. mengidentifikasi karakteristik Lansia di pedesaan

2. mengidentikasi partisipasi Lansia terhadap kelembagaan politik desa

3. menganalisis peranan yang ditampilkan Lansia dalam partisipasinya di

kelembagaan politik desa

4. menganalisis berbagai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi Lansia

dalam kelembagaan politik desa.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, terdapat beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan

pada berbagai pihak, yaitu :

1. Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan terkait

dengan isu- isu Lansia secara lebih mendalam.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam

mengambil keputusan yang berkaitan dengan Lansia khususnya perempuan.

3. Menambah khasanah pengetahuan tentang kajian kependudukan khususnya studi

tentang Lansia dengan melakukan perbandingan antara laki- laki lansia dan

perempuan lansia ditinjau dari berbagai aspek baik sosial, ekonomi, religi-

kultural yang berkaitan erat dengan kehidupan berpolitik.

Page 28: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Teoritis

2.1.1 Lanjut Usia: Pengertian dan Batasan

Lanjut usia adalah setiap warga negara Indonesia pria atau wanita yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas, baik potensial maupun tidak potensial. Batasan lanjut

usia menurut WHO South East Asia Regional Office (Organisasi Kesehatan Dunia untuk

Regional Asia Selatan dan Timur) adalah usia usia lebih dari 60 tahun. Dilihat dari ciri-

ciri fisiknya, manusia lanjut usia memang mempunyai karakteristik yang spesifik.

Secara alamiah, maka manusia yang mulai menjadi tua akan mengalami berbagai

perubahan, baik yang menyangkut kondisi fisik maupun mentalnya (Rully, 2003).

Terdapat tiga aspek yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu batasan

penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yaitu

aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998). Secara biologis

penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus

menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya

terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika

ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi

memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan

masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan

masyarakat.

Page 29: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

11

Penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat,

penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari

keterlibatan mereka terhadap sumberdaya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan

keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di

Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus

dihormati oleh warga muda.

Mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut

Supardjo (1982) dalam Suhartini (2004) usia kronologis merupakan usia seseorang

ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Berbagai aspek pengelompokan lanjut usia

yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah

untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada

berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

3. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Saparinah (1983) dalam Suhartini (2004) berpendapat bahwa pada usia 55

sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap prapensiun pada

tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai

tekanan psikologis. Hal ini akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam hidupnya.

Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 4 tahun

1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak

mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Sedangkan dalam

Page 30: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

12

Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dengan tegas

dinyatakan bahwa yang disebut sebagai lanjut usia adalah laki- laki ataupun perempuan

yang berusia 60 tahun atau lebih. Merujuk pada hal tersebut maka dalam penelitian ini

batasan lanjut usia adalah individu berusia 60 tahun ke atas.

2.1.2 Lanjut Usia : Perkembangan Teori Gerontologi

Terdapat sejumlah teori yang digunakan dalam menjelaskan fenomena penuaan

(aging) dalam ilmu sosiologi. Penuaan dapat dianalisa menurut ilmu sosiologi sebagai

tiga proses yang mempengaruhi orang-orang ketika mereka menjadi tua: biologis,

psikologis, dan sosial; Tiga proses tersebut mengusulkan tiga metafor waktu

perkembang yang berbeda, walaupun saling terkait satu sama lainnya

1. Penuaan biologis secara khas berarti berkurangnya penglihatan, kehilangan

pendengaran, kerutan, suatu kemunduran kekuatan otot dan disertai penimbunan

lemak, dan penurunan efisiensi kardiovaskuler.

2. Tua menurut psikologis diasumsikan bahwa memori, pelajaran,

kecerdasan/inteligensi, keterampilan, dan motivasi untuk belajar cenderung

untuk merosot karena umur.

3. Penuaan sosial terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, dan peran yang secara

kultural dihubungkan dengan umur secara kronologis tertentu .

Sosial gerontologi adalah bidang studi multidisipliner dan merupakan instrumen

teoritis utama kaum ortodoks yang berkenaan dengan lanjut usia terutama di Amerika

Serikat, Inggris dan akademisi Australia (Phillipson 1998; Biggs dalam Powell 2001).

Berikut ini penjelasan singkat mengenai teori-teori tersebut yang merupakan ikhtisar

dari buku ”Sosiologi Wanita”, Ollenburger dan Moore (1996). Teori- teori tersebut

dibagi dalam tiga tipe dasar yakni teori-teori fungsionalis yang memfokuskan pada

Page 31: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

13

diskontinuitas dalam proses penuaan dan hilangnya status; teori-teori yang

memfokuskan pada penuaan individu dan interaksinya dengan masyarakat serta

lingkunganya; dan teori-teori kritis yang memperhatikan faktor-faktor struktural yang

mempengaruhi kaum Lansia.

Teori Fungsionalis, terdiri dari beberapa teori yang membangun diantaranya:

1. Teori peran, komponen utama teori ini adalah hilangnya peran dan penyesuaian

diri atau ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan peran-peran baru dalam

usia tua. Perubahan peran yang terjadi setelah pensiun, ketika peran kerja yang

bebas digantikan oleh bentuk-bentuk hubungan sosial yang tergantung. Salah

satu premisnya, wanita lebih mudah menyesuaikan diri dengan peran-peran usia

tua, karena mereka mengalami transisi yang lebih lancar kedalam peran-peran

ketergantungan pada umumnya. Teori ini cenderung melestarikan nilai-nilai

kultural yang dominan, dan melukiskan suatu gambaran wanita dalam

masyarakat yang strereotipe.

2. Teori aktivitas, mengemukakan bahwa terdapat suatu hubungan positif antara

aktifitas sosial dan kepuasan hidup. Lebih jauh teori ini menjelaskan bahwa

orang yang masa mudanya sangat aktif dan terus juga memelihara keaktifannya

setelah dia menua. Ahli jiwa mengatakan bahwa “sense of integrity” dibangun

semasa muda dan akan tetap terpelihara sampai tua. Ericson, membuat suatu

ringkasan tentang fase-fase perkembangan manusia sejak bayi sampai tua, yang

mana tiap fase menerangkan tentang adanya krisis-krisis untuk memilih antara

ke arah mana seseorang akan berkembang. Fase terakhir disebut bahwa ada

pilihan antara: “sense of integrity” dan “sense of despair” karena adanya rasa

takut akan kematian. Pada masa tua terjadi krisis antara deferensiasi egonya (ego

Page 32: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

14

differentitation) melawan preokupasi peranannya dalam bekerja (work role

preoccupation). Hal ini dipengaruhi oleh pikiran-pikiran tentang pensiun. Juga

ditambahkan bahwa pada masa ini ada krisis, seseorang itu dapat membangun

suatu hubungan-hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan

mengembangkan aktivitas-aktivitas yang kreatif untuk melawan pikiran-pikiran

yang terpusat kepada kemunduran-kemunduran fisiknya (Powell, 2001). Namun,

teori ini menganggap bahwa individu mempunyai suatu elemen kontrol terhadap

dunia sosial mereka, dan mengabaikan persoalan kemiskinan, gender, dan

diskriminasi ras.

3. Teori keterlepasan, mengemukakan bahwa pengurangan interaksi sosial

diharapkan oleh individu- individu Lansia, terjadi saling menarik diri antara

Lansia dan non-Lansia di dalam sistem sosial.

4. Teori lingkungan sosial, memfokuskan pada pengaruh lingkungan sosial dan

fisik kaum Lansia terhadap aktivitas-aktivitas sosial, pola-pola interaksi Lansia

dengan tetangga dan keluarga, dan kepuasan hidup mereka yang terlihat dari

persepsi dan makna yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Lansia. Hal ini

dikembangkan dalam suatu tipologi dengan memperhatikan lingkungan berusia

sama dan lingkungan beragam usia.

5. Teori pertukaran, fokusnya adalah pada individu- individu, karena mereka

berinteraksi dan berupaya mempertahankan suatu keseimbangan ketika mereka

mempertukarkan imbalan- imbalan, hukuman dan persahabatan. Norma

pertukaran ini merujuk pada bagaimana orang di sekitar Lansia membantu

mereka, dan mereka juga memberikan dukungan kepada orang lain. Bagi wanita

Page 33: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

15

Lansia, pertukaran ini seringkali dinegosiasikan dalam arti kesukarelawanan

atau bentuk-bentuk pekerjaan yang tidak dibayar.

Teori-teori kritis dibangun dengan mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam

menjelaskan fenomena penuaan populasi ini:

1. stratifikasi umur, teori ini menganalisis lapisan- lapisan sosial berdasarkan kelas,

yang membagi individu- individu dan kelompok-kelompok dalam beberapa

golongan sosial, yang memiliki akses yang berbeda pada imbalan, sumber-

sumber dan kekuasaan.

2. Ekonomi politik penuaan, bahwa perbedaan ancaman dan diskriminasi terhadap

kaum Lansia, mencerminkan distribusi kekuasaan, pendapat, dan pemilikan

dalam keseluruhan struktur sosial. Kebutuhan kaum Lansia menjadi prioritas

yang rendah dalam suatu sistem berdasarkan kapitalisme dan pencarian

keuntungan. Kemiskinan kaum tua sekarang, merupakan fungsi dari

ketidakmampuan sistem kapitalis untuk mengontrol institusi- institusi politik,

ekonomi, dan sosial.

2.1.3 Konsep Successful Aging

Perkembangan teori-teori tersebut kemudian melahirkan bagan atau kerangka

konseptual untuk menguraikan hasil/akibat yang ideal dari proses penuaan. Salah satu

dari terminologi yang paling umum digunakan untuk menguraikan suatu masa tua yang

sukses adalah "succesful aging", yang pertama kali dikemukakan oleh R. J. Havighurst

pada tahun 1961. Konsep dari sukses di usia lanjut merupakan pusat dari ilmu usia

lanjut (gerontologi), dan artikel oleh Havighurst muncul sebagai konsep dalam isu

pertama tentang publikasi Gerontologis (Bearon, 1996).

Page 34: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

16

Definisi konsep sukses ini sendiri menimbulkan kerancuan tidak ada definisi

yang dengan baik diterima atau model tentang successful aging yang telah teruji selama

ini. Havighurst (1961) mendefinisikannya sebagai "adding life to the years" dan

"memperoleh kepuasan hidup". Palmore (1995) dalam ensiklopedi tentang proses

penuaan, mengemukakan bahwa suatu definisi yang komprehensif tentang successful

aging yang berkombinasi dengan survival (umur panjang), kesehatan (ketiadaan cacat),

dan kepuasan hidup (kebahagiaan). Rowe dan Kahn (1987) mendefinisikannya dalam

kaitan dengan berbagai variabel fisiologis dan psikologis (Bearon, 1996).

Terdapat tiga teori gerontologi sosial yang dijadikan dasar dari munculnya

konsep successful aging ini, diantaranya teori aging yang pertama, Cumming dan Henry

dengan "teori keterlepasan" (1961), yang mengemukakan pada proses/rangkaian

penuaan yang normal, seseorang secara berangsur-angsur menarik atau melepaskan dari

peranan sosial sebagai tanggapan alami untuk mengurangi kemampuan dan mengurangi

minat, dan untuk kurangnya dorongan untuk partisipasi bermasyarakat. Di dalam model

ini, orang yang sukses di masa tuanya dengan sepenuh hati mengundurkan diri dari

pekerjaan atau kehidupan berkeluarga dan dengan puas berada di kursi goyang, atau

mengucilkan diri, aktivitas pasif yang bersiap-siap menghadapi kematian (Bearon,

1996).

Teori utama aging yang kedua, dikenal sebagai "teori aktivitas", yang

mengemukakan bahwa orang berumur lebih sukses ketika mereka mengambil bagian

dalam suatu aktivitas satu harian penuh, artinya, tetap sibuk (Lemon, Bengtson dan

Peterson, 1972 dalam Bearon, 1996). Kini, teori-teori tersebut tidak lagi digunakan oleh

gerontologis yang memandang hal ini sebagai sesuatu yang terlalu membatasi dalam

anjuran dari suatu gaya hidup tertentu. Riset empiris menunjukkan heterogenitas para

Page 35: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

17

Lansia, mencakup orang-orang yang memilih kehidupan sedikit terstruktur tersusun atau

tidak memperhatikan kesehatan atau berarti untuk mengejar suatu jadwal aktivitas

penuh. Meskipun demikian, aktivitas secara luas diakui oleh para Lansia sendiri sebagai

kunci mereka menuju sukses diusia tuanya, sehingga gerontologis sudah menggelari

filosofi ini "etnis yang sibuk" (Powell, 2001).

Teori ketiga tentang penuaan yang telah dipandang dengan memiliki banyak

kelebihan di tahun terakhir disebut "teori kesinambungan”. Teori ini mengusulkan

bahwa orang berumur paling sukses sukses adalah mereka yang memindahkan

kebiasaan, pilihan, gaya hidup dan hubungan dari paruh baya hingga akhir hidup

(Bearon, 1996).

Kriteria sukses dalam pembinaan kelompok usia lanjut, cukup kompleks seperti

indikator subyektif dan obyektif. Indikator subyektif di antaranya meliputi kepuasan

batin (makna hidup). Sedang indikator obyektif berupa usia yang panjang, kesehatan

mental dan produktif sosial. Itu akan bisa tercapai jika seseorang bisa melakukan

kontrol personal.

Konsep succesful aging sebagai perspektif yang berorientasi pada proses

merupakan mekanisme dengan modal selektif, optimalisasi dan kompensasi. Hal ini,

yang dimaksud selektif adalah membatasi aktivitas sehari-hari secara proaktif sesuai

dengan motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Model kedua adalah kompensasi,

model ini tidak hanya mengandung adaptasi terhadap aktivitas yang selama ini

dilakukan tetapi juga menciptakan aktivitas baru sesuai dengan kondisi Lansia. Agar

hasilnya bisa maksimal di samping dua hal tersebut, perlu diimbangi dengan

optimalisasi. Sebab dengan adanya optimalisasi secara tidak langsung memberikan

Page 36: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

18

kesempatan pada Lansia untuk melakukan praktek dan latihan dengan menciptakan

kondisi lingkungan yang kondusif.

Di Indonesia umumnya memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka

cukup aman karena anak atau saudara-saudara yang lainnya masih merupakan jaminan

yang baik bagi orang tuanya. Anak berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah

tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai ini masih berlaku, memang anak wajib

memberikan kasih sayangnya kepada orang tua sebagaimana mereka dapatkan ketika

mereka masih kecil. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai

seorang yang “dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya

pengetahuan. Mereka sering berperan sebagai model bagi generasi muda, walaupun

pada kenyataannya banyak diantara mereka tidak mempunyai pendidikan formal

Pengalaman hidup lanjut usia merupakan pewaris nilai-nilai sosal budaya sehingga

dapat menjadi panutan bagi kesinambungan kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.

Walaupun sangat sulit untuk mengukur berapa besar produktivitas budaya yang dimiliki

orang lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh para

generasi penerus mereka (Yasa, 1999 dalam Suhartini, 2004).

2.1.4 Kelembagaan Politik Desa

Penggunaan kata kelembagaan disini mengacu pada istilah kelembagaan sosial

yang berasal dari istilah social institution. Namun, Koentjaraningrat dalam Soekanto

(1990) menggunakan istilah pranata sosial yang didefinisikan sebagai suatu sistem tata

kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi

kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat, dalam menggambarkan dan

menjelaskan istilah social institution tersebut. Penekanan diberikan pada sistem tata

kelakuan atau norma dalam memenuhi kebutuhan. Coward dalam Cernea (1988) juga

Page 37: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

19

menggunakan konsep pranata sosial untuk menperjelas perspektif sosiologi dalam

kelembagaan irigasi, hanya saja hal ini juga dikaitkannya dengan konsep organisasi

sosial. Konsep pranata ini menurutnya banyak dipakai dalam sosiologi, yang menunjuk

pada perilaku ideal dan harapan peranan sebagai suatu konsep umum berbagai aturan

yang menyokong pola perilaku sosial: norma, cara-cara rakyat, adat kebiasaan dan

hukum.

Istilah ‘Social Institution’ oleh Soemardjan (1964) diterjemahkan dengan istilah

lembaga kemasyarakatan. Hal ini dengan maksud istilah lembaga, kecuali menunjuk

pada suatu bentuk, juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-

norma dan peraturan-peraturan tertentu yang merupakan ciri dari lembaga itu.

Kelembagaan yang dipaparkan Schmid (1977) dalam Tonny (2004), adalah

seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang telah mendefinisikan

kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktifitas yang

dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lain. Hak-hak tersebut mengatur

hubungan antar individu dan atau kelompok yang terlibat dalam kaitannya pemanfaatan

sumberdaya tertentu. Ahli ekonomi memakai konsep yang sama dalam mendefinisikan

lembaga sebagai suatu peraturan perilaku. Pola perilaku sosial pada setiap kelompok

penduduk dan interaksi dapat disebut sebagai organisasi sosial. Organisasi sosial ini

terdiri dari pola kelompok-kelompok yang kurang resmi, bertujuan, ataupun mapan

seperti rapat antara badan yang berwenang dengan kelompok musyawarah masyarakat.

Konsep kelembagaan sosial ini bukanlah istilah ‘lembaga’ (yang berasal dari

kata institute) yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari (Tonny, 2003).

Umumnya, kelembagaan sering diartikan sebagai organisasi, dalam banyak hal dapat

merancukan pengertian yang sebenarnya dari kelembagaan tersebut. Lebih lanjut Tonny

Page 38: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

20

(2003) menjelaskan bahwa istilah lembaga biasanya merujuk pada suatu ‘badan’, seperti

organisasi ilmiah, organisasi ekonomi, dan berbagai organisasi yang memiliki beragam

tujuan. Sehingga disimpulkan bahwa kelembagaan sosial merupakan suatu kompleks

atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang

penting. Esensinya, menurut Polak (1966), kelembagaan itu memiliki tujuan yang

mengatur antarhubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang

paling penting (Tonny, 2003).

Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu yang

apabila dikelompokan akan terhimpun menjadi suatu kelembagaan sosial. Berdasarkan

hal tersebut, sebagai suatu batasan, dapat dikatakan kelembagaan adalah himpunan

norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok didalam

masyarakat. Wujud kongkrit dari kelembagaan sosial tersebut adalah asosiasi

(Soekanto, 1990), hal ini diperkuat oleh Mc Iver dan Page dalam Soemardjan (1964)

yang membandingkan istilah kelembagaan dengan istilah association--asosiasi.

Sedangkan kelembagaan merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup,

organisasi, dan sistem sosial lainnya (Bertrand, 1974 dalam Tonny, 2003).

Kelembagaan sosial yang merupakan seperangkat aturan dan perilaku yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, dapat dikategorikan berdasarkan jenis-jenis

kebutuhan tersebut. Koenjtaraningrat dalam Soekanto (1990) mengkategorikannya

menjadi kelembagaan kekerabatan atau domestik, ekonomi, pendidikan, ilmiah,

keagamaan, somatik, estetika dan rekreasi serta kelembagaan politik.

Kelembagaan politik merupakan kelembagaan yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran yakni

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengertian dari politik itu sendiri

Page 39: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

21

adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem yang menyangkut proses

menentukan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan tersebut. Politik selalu menyangkut

tujuan-tujuan dari seluruh anggota masyarakat, dan bukan tujuan pribadi seseorang.

Politik ini juga menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk dalam hal ini partai

politik dan kegiatan perorangan (Budiarjo, 1972).

Rush dan Althoff (2003) mengemukakan bahwa perhatian sentral dari politik

adalah penyelesaian dari konflik-konflik manusia; atau proses dengan mana masyarakat

membuat keputusan-keputusan ataupun mengembangkan kebijakan-kebijakan tertentu;

atau secara otoritatif mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai tertentu; atau

berupa pelaksanaan kekuasaan dan pengaruh di dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan

bahwa esensi dari politik tergantung pada opini maupun pendapat masing-masing.

Lebih lanjut Rush dan Althoff (2003) menerangkan bahwa pada banyak segi, kekuasaan

merupakan titik sentral dari suatu studi politik. Hal ini kemudian menjuruskan kita pada

esensi dari politik, yakni sarana-sarana dengan mana manusia memecahkan

permasalahannya bersama-sama dengan manusia lain. Pada aspek ini kajian politik

mencakup juga studi mengenai permasalahan manusia, mengenai perlengkapan yang

dikembangkan manusia untuk memecahkan masalah tersebut, mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi manusia untuk mengarasi permaslahan yang ada. Permasalahan

tersebut menyangkut pemerintahan dalam pengertian ”aktivitas menjaga ketentraman” .

Konsepsi politik merupakan istilah yang diberikan oleh pengamat terhadap tipe-

tipe kegiatan tertentu, Adrain dalam Fadhilah (2005) kemudian mengkategorikannya

kedalam beberapa pola, yaitu: pertama, politik sebagai pengajaran kepentingan umum.

Kedua, politik sebagai pengoperasian negara. Ketiga, politik sebagai perumusan dan

pelaksanaan kebijakan.

Page 40: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

22

Berdasarkan beberapa konsepsi tersebut diatas, sebagai suatu kegiatan, politik

itu beraneka ragam dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain dan dari suatu

individu ke individu yang lain. Sehingga, politik tidak hanya menunjuk pada suatu

kebijakan tertentu melainkan pada aspek yang berkaitan dengan perumusan dan

penerapan kebijakan-kebijakan yang mengikat bagi suatu masyarakat.

Kelembagaan politik pada dasarnya merupakan sistem suatu hubungan penguasa

yang dikuasai (rakyat) dalam bentuk pemerintahan, pengunaan kekuasaan tersebut,

orang mengenal negara, kepartaian, demokrasi, kehakiman, dan sebagainya. Lembaga

politik kemasyarakatan merupakan lembaga yang bersangkut paut dengan

pengelompokkan anggota masyarakat ke dalam berbagai macam golongan yang biasa

disebut sebagai kekuatan sosial politik dalam sistem kemasyarakatan (Sastroatmodjo,

1995). Coward dalam Cernea (1988) menyebutkan terdapat tiga elemen yang

membentuk suatu kelembagaan dan organisasi sosial, diantaranya:

1. Aturan-aturan kunci, seperti sanksi-sanksi dan sarana-sarana lain dalam upaya

pengendalian sosial

2. Peranan-peranan yang penting; Suatu sistem sosial terdiri dari anggota-anggota

dengan status-status dan peranan-peranan yang kemudian membentuk suatu

struktur sosial. Terdapat tokoh-tokoh tertentu yang mempunyai peranan dan

status yang menonjol, mereka inilah disebut pemimpin. Kepemimpinan menjadi

menjadi salah satu penyusun dari elemen ini

3. kelompok-kelompok sosial yang penting

Berdasarkan adat istiadat Jawa, desa memiliki tiga institusi atau kelembagaan sebagai

tempat atau wadah dalam menyalurkan aspirasi politik masyarakat, tempat berunding,

sekaligus mempunyai fungsi pencapaian keputusan yakni rapat desa (baik formal

Page 41: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

23

maupun informal), badan musyawarah desa, serta dewan desa yang terdiri dari lurah dan

para pamong desa (Prijono dan Prijono, 1983).

2.1.5 Peranan, Perilaku dan Partisipasi Politik

Suatu sistem sosial tersusun atas dua unsur yakni kedudukan (status) dan

peranan (role). Kedua unsur tersebut merupakan unsur pokok dalam sistem sosial.

Sistem sosial oleh Soekanto (1990) diartikan sebagai suatu pola-pola perilaku yang

mengatur hubungan antara individu, masyarakat, dan individu dengan masyarakatnya,

dimana kedudukan dan peran memiliki arti yang penting. Kedudukan merupakan

tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial tertentu, tetapi jika

dipisahkan dari individu yang memilikinya maka status-status tersebut merupakan

kumpulan hak dan kewajiban. Seseorang dalam masyarakat biasanya memiliki

beberapa kedudukan sekaligus dan selalu terdapat suatu kedudukan yang

menonjol/utama yang kemudian mendasari penggolongan masyarakat ke dalam kelas-

kelas sosial. Apabila seseorang menjalankan suatu hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya maka dapat dikatakan ia telah menjalankan suatu peranan.

Suatu peranan berasal dari pola-pola yang ada dalam sistem sosial, dan diatur

oleh norma-norma yang berlaku dan terbentuk dari pola tersebut. Sehingga peran

menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat serta kesempatan-

kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Soekanto (1990)

menyimpulkan peranan mencakup tiga hal, yakni:

1. norma-norma yang dikaitkan dengan status sosial sehingga merupakan

rangkaian aturan yang mengarahkan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat.

2. konsep yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat

3. perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Page 42: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

24

Timbulnya peran adalah apabila ada harapan, baik dari pemegang peran

maupun lingkungan yang memberi peran kepadanya. Pareek dalam Rohmad (1998)

mengemukakan peran merupakan sekumpulan fungsi yang dilakukan oleh seseorang

sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari para anggota penting sistem sosial

yang bersangkutan dan harapan-harapan dari para anggota penting sistem sosial yang

bersangkutan dan harapan-harapannya sendiri dari jabatan (posisi) yang ia duduki

dalam sistem sosial itu. Berdasarkan pengertian tersebut, peran dapat dibedakan

menjadi tiga yakni (Berlo dan Berry dalam Rohmad, 1998):

1. Presicription role atau peran tertentukan, yaitu harapan-harapan yang

dinyatakan secara formal dan eksplisit tentang perilaku yang harus dilakukan

menurut posisi tertentu.

2. Expectation role atau peran harapan, yaitu gambaran atau kesan (images) yang

ada dalam diri orang tentang perilaku yang dilakukan oleh orang dalam peran

tertentu,

3. Performances role atau sering disebut description role atau peran aktual, yaitu

suatu laporan perilaku yang secara nyata dilakukan oleh orang dalam peran

tertentu.

Jika dikaitkan dengan suatu kegiatan pembangunan masyarakat, maka peran

harus dikaji berdasarkan pada prinsip, misi dan tugas atau pekerjaan peran tersebut.

Rohmad (1998) menjelaskan peran-peran dalam suatu pembangunan masyarakat dapat

dibedakan menjadi tiga peran, yakni: (1) peran interpersonal; (2) peran informasional;

(3) peran memutuskan. Ketiga peran tersebut saling mempengaruhi, sehingga menjadi

satu-kesatuan.

Page 43: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

25

Berdasarkan penjelasan tersebut maka peran merupakan perilaku yang

diharapkan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Perilaku politik ini merupakan

salah satu aspek dari perilaku secara umum yang menyangkut persoalan politik, maka

perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses

pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik (Sastroadmodjo, 1995). Interaksi sosial

dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik ini

adalah esensi dari perilaku politik tersebut.

Perilaku ini berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk

mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu

otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut.

perilaku ini merupakan hasil pengaruh dari beberapa faktor, baik internal maupun

eksternal, yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosial budayanya.

Terkait dengan perilaku ini, maka sikap politik merupakan suatu kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik sebagai suatu bentuk penghayatan

terhadap objek tersebut (Sastroadmodjo, 1995). Munculnya sikap politik tertentu akan

dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan muncul atau sekurang-

kurangnya kecenderungan untuk berperilaku. Salah satu bentuk perilaku individu yang

dapat diamati (overt behavior) dalam kehidupan berpolitik adalah partisipasi politik.

Partis ipasi secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini

mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan

warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau

kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi

maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan

warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai

Page 44: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

26

dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan

keputusan. Di Indonesia saat ini penggunaan kata partisipasi (politik) lebih sering

mengacu pada dukungan yang diberikan warga untuk pelaksanaan keputusan yang

sudah dibuat oleh para pemimpin politik dan pemerintahan7.

Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi-politik, yang

dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat berada dalam konteks

governance, yakni relasi antara negara (pemerintah) dan rakyat. Negara adalah pusat

kekuasaan, kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi barang-

barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Sedangkan didalam masyarakat terdapat

hak sipil dan politik, kekuatan massa, kebutuhan hidup, dan lain- lain. Dengan demikian,

partisipasi adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan

barang-barang publik membuahkan kesejahteraan dan human well being8.

Makna terdalam partisipasi adalah suara (voice), akses dan kontrol masyarakat

terhadap pemerintahan dan pembangunan yang mempengaruhi kehidupannya sehari-

hari, dengan uraian sebagai berikut 9:

Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan

aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya

maupun kebijakan pemerintah.

Kedua, Akses berarti ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam arena

governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif

mengelola barang-barang publik. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara

terbuka (inclusion) dan keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan

7 Definisi Partisipasi Politik dalam Ensiklopedia Digital, http//:www.wikipedia.org/partisipasi_politik/wiki.htm, diakses tanggal 19 Mei 2006 8 Suara, Akses dan Kontrol Masyarakat. LESUNG Edisi 3 Tahap II, April 2003.

http://www.fppm.org/Lesung/Edisi%203%20tahun%202003/perspektif.htm. 9 Ibid.

Page 45: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

27

tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan

involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti

ketersediaan ruang dan kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik,

terutama kaum miskin, minoritas, rakyat kecil, perempuan dan lain- lain.

Akses akan menjadi arena titik temu antara warga dan pemerintah. Pemerintah

wajib membuka ruang akses warga dan memberikan layanan publik pada warga,

terutama kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara bersama-sama

proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun merumuskan

gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis. Pemerintah

wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan bersama

dengan berpijak pada kemitraan dan kepercayaan.

Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun

proses politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-

control) dan kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas

masyarakat melakukan pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi

dan risiko) dan tindakan pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan

penilaian secara kritis dan reflektif terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka.

Pola kontrol (penguasaan) yang ada dalam masyarakat juga dapat dikaji dari

analisis pola pengambilan keputusan dalam keluarga maupun masyarakat. Analisis pola

pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan untuk melihat : (a) siapa bertanggung

jawab, untuk apa; (b) siapa memperoleh manfaat, apa; (c) siapa bisa dijadikan mitra

untuk kegiatan program pembangunan yang menyangkut perubahan sikap dan perilaku

(Sugiarti & Handayani, 2002).

Page 46: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

28

Partisipasi politik masyarakat memiliki perbedaan dalam intensitas dan

bentuknya. Sebagai suatu bentuk kegiatan maka partisipasi dibedakan menjadi

partisipasi aktif dan pasif. Orientasi partisipasi aktif terletak pada masukan dan keluran

politik, sementara partisipasi pasif hanya terletak pada keluaran politik saja

(Sastroatmodjo, 1995). Partisipasi aktif mencakup kegiatan mengajukan usul,

menyalurkan aspirasi politik, mengajukan kritik dan saran, membayar pajak, ikut serta

dalam pemilihan umum. Sedangkan partisipasi pasif berupa kegiatan mentaati,

menerima dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan yang dibuat oleh pemimpin.

Terdapat sekelompok orang yang menganggap masyarakat dan sistem politik

yang ada dinilai telah menyimpang dari apa yang telah dicita-citakan. Hal ini

diaktualisasikan oleh mereka dalam suatu sikap apatis. Kategori orang yang apatis ini

diterjemahkan oleh Milbarth dan Goel (Sastroadmodjo, 1995) sebagai suatu sikap

dimana seseorang yang menarik diri dari proses politik. Terdapat beberapa alasan yang

menyebabkan seseorang bersikap apatis, pertama, mereka beranggapan bahwa dengan

mengikuti kegiatan politik dapat merusak hubungan sosial, dengan lawannya dan

dengan pekerjaannya karena kedekatannya dengan partai politik tertentu. Alasan kedua,

karena individu menganggap aktivitas politik merupakan kegiatan sia-sia belaka serta ia

tidak mungkin mengubah keadaan dan melakukan kontrol politik. Argumen ketiga

adalah atas pemikiran bahwa politik hanyalah memberi kepuasan sedikit dan tidak

langsung, sedang hasil yang diterimanya sangat sedikit. Dengan kata lain, partisipasi

politik baginya bukanlah hal yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Rush

dan Althoff, 2003)

Fachrozy (2002) menggunakan beberapa indikator untuk mengukur tingkat

partisipasi politik masyarakat nelayan, diantaranya:

Page 47: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

29

1. Keikutsertaan dalam kampanye pemilihan umum

2. Keikutsertaan dalam kegiatan pemungutan suara untuk memilih perwakilan

rakyat

3. Keikutsertaan secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi

kebijaksanaan pemerintah

4. Ikut serta dan keanggotaan dalam organisasi atau kelompok berkepentingan

5. Frekuensi mengikuti diskusi informal mengenai masalah yang terjadi di desa

6. Frekuensi berkomunikasi dengan pihak berwenang dalam menyelesaikan

permasalahan

Rush dan Althoff (2003) berusaha menempatkan bentuk-bentuk partisipasi

politik dalam suatu hirearki partisipasi politik, yang dapat dilihat pada gambar berikut

ini. Dijelaskan juga bahwa partisipasi pada satu tingkatan hierarki tidak merupakan

prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkatan yang lebih tinggi.

Menduduki jabatan politik atau administratif

Mencari jabatan politik atau administratif

Keanggotaan aktif suatu organisasi politik

Keanggotaan pasif suatu organisasi politik

Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi political)

Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi political)

Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya

Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat umum dalam

politik

Voting (pemberian suara)

Apathi total

2.1.6 Budaya Masyarakat Sunda: Konsep dan Etos Komunal

Kebudayaan Sunda, ya itu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di

kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah Sunda. Dalam tata

Page 48: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

30

kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di

samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia,

kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari

kebudayaan-kebudayaan lain. Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda,

sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini

tampak sebagaimana dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling

mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di

samping itu, Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan

(handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau

kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu

luhur, nyaah ka nu leutik ); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam

kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka nu susah), dan sebagainya. Prinsip egaliter ini

kemudian melahirkan etos musyawarah, ta’awun (kerjasama) dan sikap untuk

senantiasa bertindak adil. Etos dan moralitas inilah yang menjadikan masyarakat teratur,

dinamis dan harmonis 10.

Etos menurut Koentjaraningrat (1994) dalam memaknai hakekat hidup terdapat

perbedaan antara masyarakat di desa dengan di kota. Masyarakat desa mempunyai

kecenderungan memaknai hidup sebagai nasib yang harus diterima. Hal dapat dilihat

dari ungkapan yang sering dikemukakan, seperti “setiap orang harus ingkang nrimah“

yang artinya harus dapat menerima keadaan dalam hidupnya. Ungkapan lain yang juga

sering dikemukakan adalah “pasrah lan sumarah“ yang maknanya adalah menyerah dan

menerima keadaan. Hal ini berbeda dengan masyarakat kota, meskipun memaknai hidup

sebagai sebuah nasib yang harus diterima, akan tetapi diwajibkan untuk berusaha

10 Kahmad, Dadang. Agama Islam Dalam Perkembangan Budaya Sunda. http://www.dilibrary.net/images/topics/Islam%20dan%20Budaya.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2007

Page 49: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

31

memperbaiki kehidupan. Konsep berusaha untuk memperbaiki kehidupan inilah yang

dikenal dengan “ikhtiar“.

Mengenai hakekat karya atau etos kerja, bagi masyarakat desa yang awam

(kurang terpelajar) hakekat karya atau etos kerja tidak terlalu berarti. Mereka memaknai

pekerjaan sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan jika ingin bertahan hidup. Hal

ini sedikit berbeda dengan masyarakat desa yang terpelajar, bagi mereka hakekat

tentang karya dan etos kerja dikaitkan dengan konsep pahala dalam agam Islam.

Artinya, setiap pekerjaan yang dilakukan akan mendapatkan balasan atau hasil. Konteks

tersebut juga dimiliki oleh masyarakat Jawa di kota. Hanya saja pemaknaan terhadap

pahala bagi masyarakat kota dikontekskan sebagai sesuatu pencapaian yang bersifat

konkrit. Bagi masyarakat priyayi, yang menjadi representasi masyarakat kota,

pencapaian konkrit yang dimaksudkan adalah kedudukan dan kekuasaan, akan lambang-

lambang lahiriah dari kekayaan, serta hubungan dengan orang-orang yang mempunyai

jabatan tinggi (Koentjaraningrat, 1994).

Soetarto (1998) mengaitkan etos komunal dengan bentuk partisipasi aktif dalam

politik desa yang antara lain mengajukan kritik-kritik sosial. Lebihlanjut diuraikan

bahwa etos komunal merupakan sejumlah perangai budaya, karakteristik yang

membedakan satu sifat etos yang dianut suatu kelompok sehingga etos tidak terlepas

dari lingkungan dan kelompok. Ritus agama dan kepercayaan pada gilirannya akan

menguatkan pemberian sangsi yang lebih tinggi, sehigga orang takut untuk berperilaku

menyimpang.

Dihubungkan dengan masyarakat desa di daerah Jawa Barat yang erat kaitannya

dengan kehidupan komunitas tani. Scott (1983) menyatakan bahwa kebanyakan

komunitas khususnya yang bersifat pra-kapitalis, kekhawatiran kekurangan pangan

Page 50: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

32

telah menyebabkan timbulnya apa yang dinamakan etika subsistensi. Etika ini

menimbulkan prinsip safety first atau dahulukan selamat yang kemudian

melatarbelakangi pengaturan teknis, sosial dan moral dalam tatanan agraris pra-

kapitalis. Satu asumsi yang kritis dari prinsip safety first itu adalah bahwa pekerjaan

rutin subsitensi memberikan hasil yang memuaskan. Berdasarkan konteks ekonomi

etika subsistensi yang tak ingin mengambil resiko ini mempunyai implikasi- implikasi

sosial dan politik yang sama pentingnya seperti sikap masyarakat di pedesaan Sunda

yang biasa, yakni hati-hati dan skeptis.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Kemampuan dan tingkat partisipasi seseorang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Hal ini berhubungan dengan latar belakang karakteristik individu yang

bersangkutan. Madrie (1986) menyatakan bahwa tingkat pendidikan, umur,

kekosmopolitan, dan kesesuaian dengan kebutuhan merupakan faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.

Partisipasi merupakan bentuk dari perilaku, kegiatan berpartisipasi akan

dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian tertentu, misalnya sikap, minat, keterampilan,

ambisi, dan juga dipengaruhi oleh suasana lingkungan. Selain itu, partisipasi juga

merupakan suatu bentuk khusus didalam pembagian kekuasaan, tugas dan tanggung

jawab dalam komunitasnya. Tjondronegoro dalam Madrie (1986) mengungkapkan

bahwa partisipasi akan dipengaruhi oleh needs, motivasi, struktur sosial, startifikasi

sosial didalam masyarakat, dan orang akan berpartisipasi menyangkut adanya

kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan serta akan meningkatkan statusnya.

Purwatiningsih (2003) mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi

partisipasi politik Lansia dalam kelembagaan masyarakat diantaranya:

Page 51: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

33

1. Faktor Sosial Ekonomi; Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan dan jumlah keluarga.

2. Faktor Politik, yakni peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk

menentukan suatu produk akhir. Faktor politik meliputi :

a. Kesadaran Politik, menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang

terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan

sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah

kenegaraan dan atau pembangunan

b. Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. Pengetahuan

meliputi Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan akan

menentukan corak dan arah suatu keputusan yang akan diambil. Pengetahuan

disini merupakan informasi yang diketahui seseorang yang akan diperoleh

melalui proses belajar maupun pengalaman.

3. Faktor lingkungan, adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, kondisi

dan makhluk hidup, yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antara

berbagai kelompok beserta lembaga dan pranatanya. Hal ini terkait dengan lokasi

tempat tinggal dan sarana serta prasarana.

4. Faktor Nilai Budaya, nilai budaya politik atau civic culture merupakan basis yang

membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik etika politik maupun teknik

atau peradaban masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan,

sikap, dan kepercayaan politik.

2.2 Kerangka Analisis

Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan dan

program-program yang terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan

Page 52: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

34

meningkatnya usia harapan hidup. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan

penduduk berusia lanjut. Proses penuaan populasi ini membawa berbagai konsekuensi

baik dari aspek sosial, ekonomi maupun politik.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Penuaan dapat

dianalisa menurut ilmu sosiologi sebagai tiga proses yang mempengaruhi orang-orang

ketika mereka menjadi tua: biologis, psikologis, dan sosial. Penuaan biologis secara

khas berarti berkurangnya penglihatan, kehilangan pendengaran, kerutan, suatu

kemunduran kekuatan otot dan disertai penimbunan lemak, dan penurunan efisiensi

kardiovaskuler. Tua menurut psikologis diasumsikan bahwa memori, pelajaran,

kecerdasan/inteligensi, ketrampilan, dan motivasi untuk belajar cenderung untuk

merosot karena umur. Penuaan sosial terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, dan peran

yang secara kultural dihubungkan dengan umur secara kronologis tertentu.

Fenomena penuaan ini menyebabkan berkembangnya bagan atau kerangka

konseptual untuk menguraikan hasil/akibat yang ideal dari proses penuaan. Salah satu

dari terminologi yang paling umum digunakan untuk menguraikan suatu masa tua yang

sukses yakni "successful aging”, yang diformulasikan dari pengalaman dan penelitian

negara maju. Konsep ini lalu diintegrasikan dalam suatu prinsip-prinsip PBB tahun

1991 untuk Lansia yang memberikan pengarahan yang meliputi yaitu kemandirian,

partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri, dan martabat.

Konsep ini berkembang menyertai perkembangan di dalam teori sosial dan

aspek-aspek psikologis penuaan, sebab gagasan tentang apa yang mendasari sukses di

usia lanjut secara implisit dimasukkan pada setiap teori. Salah satu teori gerontologi

sosial yang dijadikan dasar dari munculnya konsep successful aging ini adalah " teori

aktivitas", yang mengemukakan bahwa orang berumur lebih sukses ketika mereka

Page 53: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

35

mengambil bagian dalam suatu aktivitas satu harian penuh, artinya, tetap sibuk (Lemon,

Bengtson& Peterson ( 1972) dalam Bearon (1996)).

Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum

muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumberdaya ekonomi, pengaruh

terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.

Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh warga muda. Sehingga Lansia khususnya di daerah pedesaan

masih memiliki peran aktif.

Timbulnya peran adalah apabila ada harapan, baik dari pemegang peran

maupun lingkungan yang memberi peran kepadanya. peran dapat dibedakan menjadi

tiga yakni (Berlo dan Berry dalam Rohmad, 1998) yakni: (1) presicription role atau

peran tertentukan, yaitu harapan-harapan yang dinyatakan secara formal dan eksplisit

tentang perilaku yang harus dilakukan menurut posisi tertentu; (2) expectation role

atau peran harapan, yaitu gambaran atau kesan (images) yang ada dalam diri orang

tentang perilaku yang dilakukan oleh orang dalam peran tertentu; (3) performances

role atau sering disebut description role atau peran aktual, yaitu suatu laporan perilaku

yang secara nyata dilakukan oleh orang dalam peran tertentu.

Perilaku politik ini merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum yang

menyangkut persoalan politik, maka perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang

berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik

(Sastroadmodjo, 1995). Salah satu bentuk perilaku individu yang dapat diamati (overt

behavior) dalam kehidupan berpolitik adalah partisipasi politik. Partisipasi politik

adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan

Page 54: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

36

keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta

dalam pelaksanaan keputusan.

Partisipasi politik masyarakat memiliki perbedaan dalam intensitas dan

bentuknya. Sebagai suatu bentuk kegiatan maka partisipasi dibedakan menjadi

partisipasi aktif dan pasif. Orientasi partisipasi aktif terletak pada masukan dan keluaran

politik, sementara partisipasi pasif hanya terletak pada keluaran politik saja.

Pengkategorian ini bukan hanya meliputi itu saja, tetapi terdapat sekelompok orang

yang menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada dinilai telah menyimpang

dari apa yang telah dicita-citakan. Hal ini diaktualisasikan oleh mereka dalam suatu

sikap apatis.

Kemampuan dan tingkat partisipasi seseorang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Hal ini berhubungan dengan latar belakang karakteristik individu yang

bersangkutan khususnya status sosial ekonomi yang dapat dilihat dari

kekosmopolitannya, tingkat pendidikan serta berdasarkan hitungan ekonomi

(pendapatan). Status sosial ekonomi ini akan menentukan sikap, minat, keterampilan,

serta ambisi dipengaruhi oleh suasana lingkungan. Unsur ini tidak hanya

menggambarkan psikologis seseorang tapi juga menyangkut ideologis, nilai serta

budaya yang terdapat dalam masyarakat. Partisipasi merupakan bentuk dari perilaku,

kegiatan berpartisipasi akan dipengaruhi oleh unsur-unsur ini.

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa masyarakat biasanya memberikan

fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan. Kelembagaan

merupakan bagian dari masyarakat yang menyediakan peluang dan kesempatan untuk

melaksanakan peran. Namun, seringkali didalam proses sosial, kedudukan seringkali

lebih dipentingkan, sehingga terjadi hubungan-hubungan yang timpang yang kemudian

Page 55: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

37

cenderung mementingkan suatu pihak hanya mempunyai hak saja sedangkan pihak lain

mempunyai kewajiban belaka.

Kelembagaan politik pada dasarnya merupakan sistem suatu hubungan penguasa

yang dikuasai (rakyat) dalam bentuk pemerintahan, penggunaan kekuasaan tersebut,

orang mengenal negara, kepartaian, demokrasi, kehakiman, dan sebagainya.

Berdasarkan adat istiadat jawa, desa memiliki tiga institusi atau kelembagaan sebagai

tempat atau wadah dalam menyalurkan aspirasi politik masyarakat, tempat berunding,

sekaligus mempunyai fungsi pencapaian keputusan yakni rapat desa (baik formal

maupun informal), badan musyawarah desa, serta dewan desa yang terdiri dari lurah dan

para pamong desa (Prijono dan Prijono, 1983).

2.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan

sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan serta tingkat pengalaman berorganisasi mempengaruhi sikap,

persepsi serta kepercayaan terhadap kelembagaan politik desa.

2. Diduga faktor nilai budaya yang terdiri dari persepsi, sikap, pengetahuan dan

kepercayaan politik berpengaruh terhadap partisipasi Lansia dalam kelembagaan

politik desa .

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk untuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dalam penelitian,

Page 56: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

38

maka peneliti mengembangkan beberapa definisi operasional, diantaranya sebagai

berikut:

Definisi operasional adalah petunjuk untuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel serta mengaitkannya.

1. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai

dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga

peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Hal tersebut diukur dengan

sejauhmana Lansia baik laki- laki maupun perempuan mendapatkan kesempatan

untuk dapat terlibat dalam kegiatan dalam kelembagaan politik desa. Partisipasi

politik Lansia terhadap kelembagaan politik desa dapat dibedakan menjadi:

a. Partisipasi aktif atau tingkat partisipasi tinggi yakni jika skor keikutsertaan Lansia

dalam kegiatan rapat desa, musyawarah desa, serta dewan desa yang terdiri dari

lurah dan para pamong desa, termasuk dalam kategori skor tinggi.

b. Partisipasi pasif atau tingkat partisipasi rendah yakni jika skor keikutsertaan

Lansia termasuk dalam kategori sedang dalam kegiatan rapat desa, musyawarah

desa, serta dewan desa yang terdiri dari lurah dan para pamong desa.

c. Apatis yakni tingkat partisipasi dengan skor keikutsertaan dalam kegiatan rapat

desa, musyawarah, serta dewan desa termasuk dalam kategori rendah.

2. Pendidikan adalah jenjang atau tingkat pendidikan formal terakhir yang telah diikuti

oleh responden. Tingkat pendidikan dibedakan menjadi tinggi, sedang, dan rendah

berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:

- Tidak pernah sekolah, tidak lulus dan SD Lulus SD, digolongkan dalam

kategori tingkat pendidikan rendah

Page 57: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

39

- Tidak lulus SMP, lulus SMP, Tidak lulus SMA, lulus SMA dan digolongkan

dalam kategori tingkat pendidikan sedang

- Sarjana dan diploma digolongkan dalam kategori pendidikan tinggi.

3. Pendapatan adalah total pendapatan per bulan yang diperoleh baik yang berasal dari

bekerja, hasil pensiun maupun yang berasal dari pemberian santunan kepada Lansia.

Besar pendapatan ini digolongkan menjadi tinggi, sedang dan rendah dengan

klasifikasi sebagai berikut:

- Tingkat pendapatan tinggi, dengan total pendapatan per bulan kurang dari Rp

100.000

- Tingkat pendapatan sedang, dengan total pendapatan per bulan Rp 100.000-Rp

500.000

- Tingkat pendapatan tinggi, dengan total pendapatan per bulan lebih dari Rp

500.000

4. Pengalaman berorganisasi adalah keikutsertaan Lansia dalam suatu organisasi formal

maupun perkumpulan informal dalam masyarakat yang dilihat berdasarkan skor

yang diaktegorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi.

6. Caregiving adalah perawatan yang diberikan atau dilakukan bagi individu Lansia

baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain (anak/kerabat).

7. Faktor Nilai Budaya, nilai budaya politik atau civic culture merupakan basis yang

membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik etika politik maupun teknik

atau peradaban masyarakat. Faktor nilai budaya dalam penelitian ini dilihat lewat

persepsi menyangkut kriteria terhadap pemimpin dan Lansia yang masih aktif

(negatif dan positif), pernyataan sikap politik (positif dan negatif), dan kepercayaan

terhadap perangkat desa(percaya dan tidak percaya).

Page 58: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

40

8. Faktor Politik, yakni peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk

menentukan suatu produk akhir, meliputi :

a. Kesadaran Politik, menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang

terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan

sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah

kenegaraan dan atau pembangunan. Diukur berdasarkan keikutsertaan dalam

Pemilu 2004 yang meliputi keikutsertaan, peran dalam kampanye serta

keikutsertaan dalam penghitungan suara pemilu.

b. Pengetahuan terhadap proses pengambilan keputusan politik, merupakan

informasi yang diketahui seseorang yang akan diperoleh melalui proses belajar

atau pengalaman.Diukur berdasarkan keterdedahan terhadap media massa

khususnya berita politik.

9. Lansia adalah setiap individu yang berusia 60 tahun ke atas.

10. Usia adalah umur dari individu lanjut usia (Lansia) yang digolongkan menjadi tiga

bagian yaitu :

* Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

* Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan

* Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

11. Kelembagaan politik desa adalah institusi atau kelembagaan sebagai tempat atau

wadah dalam menyalurkan aspirasi politik masyarakat, tempat berunding, sekaligus

mempunyai fungsi pencapaian keputusan yakni rapat desa (formal), musyawarah

desa, serta dewan desa yang terdiri dari lurah dan para pamong desa.

Page 59: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

41

PPrroosseess PPeennggaammbbiillaann KKeeppuuttuussaann

PPoolliittiikk

Kelembagaan Politik Desa:

1. Rapat formal desa,

2 Musyawarah desa,

3 Dewan desa yang terdiri dari lurah dan para pamong desa

KKaarr aakktteerrii ssttii kk LLaannssii aa:: 11.. UUssii aa 22.. SSttaatt uuss

PPeerrnnii kkaahhaann 33.. TTee mmppaatt ttii nnggggaall 44.. CCaarreeggiivviinngg

FFaakkttoorr ssoossii aall eekkoonnoommii ::

55.. PPeennddii ddii kkaann 66.. PPeennggaall aammaann

BBeerroorrggaannii ssaassii 77.. BBeessaarr

ppeennddaappaattaann

SSuucccceessssffuull AAggiinngg

KKee mmaannddii rrii aann

PPeell aayyaannaann

PPeemmeennuuhhaann ddiirrii

BBeerrmmaarrttaabbaatt

SSpprrii ttuuaall

PPaarrttiissii ppaassii

FFaakkttoorr ppooll iitt iikk::

11.. KKeess aaddaarraann ppoolliittiikk

22 PPeennggeettaahhuu aann ppoolliittiikk

33 JJee nniiss KKee llaammiinn

FFaakkttoorr nnii ll aaii bbuuddaayyaa::

11.. SSii kkaapp tteerrhhaaddaapp ppoollii ttii kk

22 PPeerrsseeppssii tteerrhhaaddaapp ppeemmii mmppii nn

33 KKee ppeerrccaayyaaaann tteerrhhaaddaapp kkii nneerrjjaa ll eemmbbaaggaa ppoollii ttii kk ddeessaa

KKeetteerraanngg aann:: MMeemmppeennggaarruuhh ii:: VVaarr iiaabbee ll kkoonnttrrooll:: KKeetteerr lliibbaattaann ddaa llaamm :: MMeemmppeennggaarruuhh ii hhuubbuunnggaann::

Gambar 2. Kerangka pemikiran ”Partisipasi Lansia dalam Kelembagaan Politik Desa”.

Page 60: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

yang berusaha mengidentifikasi keterlibatan dan peran Lansia dalam kehidupan politik

di daerah pedesaan melalui metode survey. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman

pembentukan pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan penafsiran peneliti.

Metode survey diartikan sebagai penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun

dan Effendi, 1989). Metode ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, diantaranya:

1. Topik kajian penelitian ini mengenai partisipasi Lansia terhadap kelembagaan

politik desa, sehingga penggunaan metode ini dianggap tepat.

2. Penggunaan metode ini memungkinkan untuk mengumpulkan data dari

responden dalam jumlah besar, dengan waktu yang relatif singkat.

3. Metode ini dapat digunakan untuk mengeneralisasi temuan dari sampel kepada

populasi yang lebih luas.

Penelitian ini dilakukan tidak hanya untuk menggambarkan karakteristik sebuah

populasi, melainkan juga disusun dengan tujuan untuk memberikan penjelasan

(explanatory research) mengenai hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.

Sementara itu, terkait dengan faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi Lansia

dalam kelembagaan politik, maka ditambahkan pula data kualitatif yang mendukung

penjelasan jawaban. Adapun pengertian data kualitatif dalam hal ini adalah data

Page 61: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

43

deskriptif berupa kata-kata atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang

diamati (Sitorus, 1998).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposif), yaitu di Desa

Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Desa Situ Udik dipilih sebagai

lokasi penelitian berdasarkan kesesuaian dengan fokus penelitian, serta mengingat pada

kedekatan lokasi penelitian dengan Kampus IPB Dramaga, kemudahan akses untuk

sampai ke Desa Situ Udik, peneliti memiliki hubungan baik dengan aparat desa

sehingga dapat memudahkan dalam pengumpulan data, selain itu desa ini bukan

merupakan desa pemekaran sehingga memiliki kesesuaian dengan kajian penelitian.

Penelitian dimulai pada tanggal 15 September sampai dengan 24 Oktober 2006.

Penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti intensif berada di

lapangan, sehingga studi penjajakan tidak tercakup dalam periode waktu tersebut.

Pilihan waktu tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan waktu yang diperlukan

untuk mempersiapkan perencanaan penelitian, sehingga peneliti pada saat penelitian di

lapang dapat bekerja secara optimal.

3.3. Penentuan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki

karakteristik dan ciri-cirinya. Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat Desa Situ Udik yang berjenis kelamin perempuan dan laki- laki serta berusia

lanjut (Lansia). Berfokus pada populasi sasaran adalah Lansia yang aktif terlibat dalam

kegiatan politik desa dan Lansia yang cenderung tidak terlibat dalam kegiatan politik

desa. Penentuan ini terkait dengan konteks dan fokus penelitian dalam usaha untuk

Page 62: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

44

membuat perbandingan antara Lansia yang memiliki peran aktif dalam kelembagaan

politik desa dengan Lansia yang cenderung pasif. Kerangka sampling diperoleh dari

data monografi desa serta informasi yang diperoleh dari informan.

Besarnya sampel suatu penelitian bergantung pada: (1) keragaman karakteristik

populasi; (2) tingkat presisi yang dikehendaki; (3) rencana analisis; (4) tenaga, waktu,

dan biaya (Muljono, 2003). Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak

proposional dengan jumlah 40 orang dari laki- laki dan perempuan masyarakat Desa Situ

Udik yang dilakukan dengan teknik pengambilan sampel gugus sederhana atau "Simple

Cluster Sampling". Alasan pengambilan sampel dengan teknik ini karena dihadapkan

kenyataan dimana kerangka sampel yang dijadikan dasar untuk pemilihan sampel tidak

tersedia atau tidak lengkap. Khususnya data mengenai jumlah penduduk berusia 60

tahun keatas yang bertempat tinggal di lokasi penelitian. Guna mengatasi hal tersebut,

maka unit-unit analisa dalam populasi digolongkan dalam suatu gugus yakni dalam

suatu dusun.

Desa Situ Udik terbagi atas tiga Dusun, 12 RW, dan 43 RT. Dusun 2 yang terdiri

lima RW dipilih menjadi gugus sampel. Sampel ini diambil dengan pertimbangan

informasi dari aparat Desa Situ Udik bahwa diperkirakan dusun tersebut memiliki

penduduk yang berusia diatas 60 tahun terbanyak. Selain itu dusun tersebut memiliki

jumlah RW terbanyak dibandingkan dusun lainnya, RW 09 dipilih sebagai gugus

sampel karena merupakan pusat dari dusun 2 (ketua dusun dan berberapa aparat desa

bertempat tinggal di RW ini). Kemudian dari RW tersebut diambil dua RT secara acak

sebagai gugus sampel.

Sampel dalam hal ini merupakan responden yakni pihak yang akan memberi

keterangan mengenai dirinya terkait dengan topik penelitian. Individu yang akan

Page 63: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

45

menjadi responden dalam penelitian ini dipilih dengan sengaja atau purposive. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan responden yang menjadi sasaran merupakan Lansia

yang kebanyakan memiliki keterbatasan fisik. Mengatasi hal tesebut maka akan dipilih

individu Lansia yang berumur 60 tahun keatas, tidak mengalami dimensia atau

kepikunan, masih dapat berkomunikasi dengan baik serta tidak mengalami gangguan

kesehatan lainnya.

Selain itu dipilih sejumlah informan yang terdiri dari kepala desa, sekretaris

desa, pemimpin perempuan, kader-kader PKK dan posyandu, tokoh-tokoh agama dan

tokoh masyarakat (kepala dusun, ketua tani, dan sebagainya). Hal ini dilakukan guna

memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai segala sesuatu

yang berhubungan dengan topik penelitian. Informan merupakan pihak yang akan

memberi keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya. Informan ini kemudian akan

membantu peneliti dalam memilih responden yang valid atau memberi keterangan

tambahan tentang topik kajian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui metode survey. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian

dokumen dan literatur.

Kajian literatur yang peneliti lakukan berasal dari monografi desa untuk

mengetahui gambaran umum di daerah penelitian, seperti keadaan lokasi (topografi) dan

karakteristik masyarakatnya. Peneliti juga melakukan penelaahan pada literatur lain

seperti buku teks yang berisi rujukan teori dan hasil penelitian yang berhubungan

dengan fokus penelitian, artikel, jurnal, data-data statistik dari Badan Pusat Statistik

Page 64: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

46

(BPS), dan juga internet. Kajian literatur ini kemudian akan menjadi data sekunder

dalam penelitian ini.

Survey dilakukan dengan melakukan wawancara dengan alat bantu berupa

kuesioner yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pengisian kuesioner ini

dipandu oleh peneliti mengingat subyek penelitian merupakan berusia Lansia yang

umumnya memiliki berbagai keterbatasan fisik.

3.4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS

12 dan program Microsoft Excel 2003 . Tabel frekuensi dan tabulasi silang digunakan

untuk menyajikan deskripsi tentang karakteristik individu, tingkat partisipasi dalam

kelembagaan politik desa serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Uji Spearman

digunakan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pengalaman

berorganisasi, dan tingkat pendapatan yang menjadi ciri dari karakteristik sosial

ekonomi Lansia. Rumus yang digunakan untuk uji Spearman berdasarkan buku

Statistika NonParametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial oleh Sidney Siegel (1997), adalah

sebagai berikut :

rs = 1 - NN

dN

ii

∑=31

26

Keterangan :

rs = koefisien korelasi Speraman

di = selisih peringkat antara dua variabel yang berkorelasi

n = banyaknya pasangan data

Page 65: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

47

Analisis uji korelasi parsial digunakan untuk menguji hubungan variabel (dua

variabel) dengan variabel lain yang berpengaruh terhadap korelasi kedua variabel pokok

(variabel dependen dan independen). Analisis ini dilakukan dengan melihat besar nilai

korelasi. Kategori nilai korelasi menurut Young dalam Trihendrardi (2002) sebagai

berikut:

0,7-1,00 : Baik dengan tanda positif atau negatif, menunjukkan derajat

hubungan yang tinggi

0,4-0,7 : Baik dengan tanda positif maupun negatif, menunjukkan

derajat hubungan yang substansial

0,2-0,4 : Baik dengan tanda positif maupun negatif, menunjukkan

derajat hubungan yang rendah

Kurang dari 0,2 : Baik dengan tanda positif maupun negatif, menunjukkan

derajat hubungan yang dapat diabaikan.

Analisis juga menggunakan uji Koefisien Kontingensi dilakukan untuk

memperoleh pemahaman tentang keterkaitan antar variabel sosial ekonomi dan variabel

nilai budaya masyarakat desa dengan memasukkan variabel jenis kelamin sebagai

variabel kontrol. Hal ini dilakukan untuk memahami bagaimana konsepsi pembagian

gender mempengaruhi hubungan kedua variabel pokok. Adapun rumus untuk Koefisien

Kontingensi berdasarkan kutipan dari Walsh (1999) adalah sebagai berikut:

C =NX

X+2

2

Page 66: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

48

BAB IV

KONTEKS LOKASI

4.1 Infrastruktur

4.1.1 Kondisi dan Lokasi Geografis

Penelitian yang dilakukan berlokasi di RW 09 Desa Situ Udik, yang secara

administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Situ Udik secara keseluruhan adalah seluas

tersebut 370,150 Ha. Pemanfaatan luas lahan tersebut mayoritas dipergunakan menjadi

perumahan/pemukiman dan pekarangan (70 Ha) dan areal persawahan (170 Ha).

Jarak dari Desa Situ Udik ke pusat pemerintahan kecamatan Cibungbulang

adalah 5 km, sedangkan jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten Bogor adalah 40 km,

serta berjarak 145 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat. Letak desa ini berbatasan

langsung dengan Desa Situ Ilir di sebelah utara, Desa Pasarean di sebelah selatan, di

sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimayang, serta berbatasan dengan Desa Karacak

di sebelah timur.

Dilihat dari letak geografisnya, Desa Situ Udik berada pada ketinggian 460

meter diatas permukaan laut. Berada dengan topografi yang sedang, sehingga jumlah

curah hujan di desa ini rata-rata 3000-4000 mm pertahun. Sedangkan suhu rata-rata

sepanjang tahun di Desa Situ Udik adalah 19°C hingga 29°C.

Letak topografi dan geografi ini menjadikan Desa Situ Udik sebagai daerah

pertanian. Didukung pula kondisi fisik tanah yang subur dan irigasi yang berasal dari

sumber mata air yang ada. Meski demikian, beberapa daerah di Desa Situ Udik kerap

mengalami kekeringan, khususnya pada daerah yang lebih tinggi. Hal ini karena Desa

Situ Udik terletak di kaki Gunung Salak sehingga sebagian daerah berkontur tanah

berbukit dan terjal.

Page 67: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

49

4.1.2 Struktur Pemerintahan, Sarana dan Prasarana

Desa Situ Udik terdiri atas tiga Dusun, 12 Rukun Warga (RW), dan 43 Rukun

Tetangga (RT), dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang merupakan hasil pemilihan

masyarakat Desa Situ Udik bulan Maret 2003 yakni H. Miftahullukman. Menurut

pembagian wilayah administrasi terkecilnya, tiap dusun terbagi menjadi tiga RW

(Dusun Dua terdiri atas lima RW), dan umumnya tiap RW terdiri atas tiga sampai lima

RT (Rukun Tetangga) yang umumnya dibatasi oleh jalan, sungai atau area persawahan.

Tiap RT di Desa Situ Udik merupakan representasi dari satu kampung tertentu.

Struktur organisasi pemerintahan Desa Situ Udik saat ini disusun dengan

berlandaskan Perda nomor 29 tahun 2004. Berdasarkan peraturan tersebut terdapat dua

bentuk pola dalam penyusunan suatu struktur keorganisasian pemerintahan desa, yakni

pola minimal dan pola maksimal. Perbedaan dalam kedua pola tersebut adalah jumlah

aparatur pada subbidang keorganisasian yang berada dalam garis instruksi kepala desa,

baik unsur teknis dan unsur wilayah. Pola yang dipergunakan Desa Situ Udik dalam

penyusunan struktur organisasi pemerintahan adalah pola maksimal, dengan enam orang

aparat pada subbidang organisasi desa. Unsur teknis yang menjadi subbidang organisasi

pemerintah desa adalah subbidang pertanian (pamong tani), perairan (ulu-ulu) serta

keamanan. Unsur wilayah yang terdiri kepala dusun yang terdapat di Desa Situ Udik.

Selain terdiri atas kedua unsur tersebut, kepala desa dibantu oleh sekretaris desa dan

sejumlah perangkat desa, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah aparat dalam perangkat desa tahun 2005/2006

No. Jabatan Jumlah 1. Kepala Urusan 5 orang 2. Kepala Dusun (Unsur wilayah) dan pelaksana 6 orang 3. Staf administrasi desa 2 orang 4. Ketua RT 43 orang 5. Ketua RW 12 orang 6. Anggota Linmas 15 orang Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006

Page 68: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

50

Kepala desa dalam menjalankan tugas berkoordinasi dengan tokoh-tokoh

masyarakat yang menjadi dewan desa dalam suatu Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Anggota BPD dipilih langsung oleh masyarakat Desa Situ Udik dalam suatu

pemilihan umum. Saat ini terdapat 12 orang yang menjadi anggota BPD dari 13 anggota

terpilih, satu orang mengundurkan diri. Pemilihan ketua BPD didasarkan musyawarah

antara tokoh-tokoh masyarakat yang terpilih menjadi anggota BPD dalam pemilihan

umum, kepala desa maupun beberapa elemen masyarakat dari lembaga- lembaga desa,

seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah aparat dan kader dalam lembaga-lembaga Desa Situ Udik tahun 2005

No Lembaga Jumlah 1. Anggota LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) 18 orang 2. Anggota BPD 12 orang 3. TP PKK Desa 22 orang 4. Kader PKK dan Posyandu 50 orang

Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006 Rumah-rumah penduduk yang terdapat di Desa Situ Udik secara keseluruhan

sudah berupa bangunan yang permanen. Pola pemukiman di Desa Situ Udik sebagian

masih mengelompok berdasarkan kampung-kampung dengan dikelilingi oleh lahan

garapan pertanian, sedangkan pemukiman yang berdekatan dengan Jalan Raya

Cemplang mulai mengikuti pola memanjang dan menyebar disepanjang jalan tersebut.

Fasilitas permukiman yang ada di Desa Situ Udik secara umum belum memadai. Hal

ini karena banyak fasilitas umum maupun sosial, seperti fasilitas kepengurusan desa,

sarana ibadah, kesehatan, olahraga dan fasilitas jasa lainnya tidak dimiliki atau bahkan

berada dalam kondisi yang membutuhkan perbaikan. Balai Desa sebagai pusat

pemerintahan desa pun belum memiliki sarana maupun prasarana yang memadai.

Upaya perbaikan sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Situ Udik sudah

dilakukan sejak tahun 2002 dengan dana bantuan yang berasal dari Pemerintah Daerah

Page 69: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

51

Kabupaten Bogor maupun swadaya masyarakat. Aula desa merupakan sarana

pemerintahan desa yang biasa dipergunakan untuk mengadakan rapat-rapat formal desa,

sosialisasi program pembangunan, penyuluhan, maupun sebagai tempat berkumpul

masyarakat Desa Situ Udik. Namun, sejak awal tahun 2006 Aula Desa tersebut kini

dijadikan sebagai studio musik. Studio musik ini merupakan milik salah satu kerabat

kepala desa yang sebagian pendapatannya menjadi pemasukan bagi kas desa.

Fasilitas jalan yang terdapat di Desa Situ Udik hanya sebagian saja yang

memiliki kondisi yang baik yakni terbuat dari aspal maupun semen dengan lebar 3-4

meter. Fasilitas inipun dibangun sebagai sarana penunjang proyek-proyek pembangunan

yang pernah dicanangkan bagi Desa Situ Udik. Jalan beraspal mulai dibangun sejak

tahun 1995, saat itu jalan dibangun sebagai penunjang pelaksanaan proyek kawasan

usaha ternak. KPS (Kawasan Peternakan Sapi Ternak) merupakan daerah pengelolaan

susu sapi perah yang mulai dicanangkan di Desa Situ Udik sejak tahun 1997. Lokasi

proyek Kunak (Kawasan Usaha Ternak Sapi) ini di Gunung Sarengseng dan sekitarnya.

Sehingga, sebagian jalan lain yang terdapat di Desa Situ Udik yang menghubungkan

antar RT atau RW masih berupa jalan setapak ataupun jalan yang berbatu, yang sulit

untuk dapat diakses dengan kendaraan bermotor. Terutama di kampung-kampung

terpencil, serta daerah di Desa Situ Udik dengan kontur yang terjal.

Awal tahun 1999, perbaikan fasilitas jalan mulai dilakukan baik dengan swadaya

dan swadana masyarakat, maupun bantuan dari partai politik yang berkampanye saat

pemilu maupun dari pemerintah. Perbaikan fasilitas jalan ini kemudian memperbesar

akses masyarakat dalam bertransportasi. Motor kemudian menjadi pilihan alat

transportasi bagi warga Desa Situ Udik. Hal ini mengingat fasilitas jalan yang sempit

dan berkontur terjal, sehingga motor mampu menjangkau daerah-daerah terpencil di

Page 70: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

52

Desa Situ Udik. Kini, sekitar 40 persen warga Desa Situ Udik memiliki motor, baik

sebagai alat transportasi untuk kepentingan pribadi maupun umum yakni sewa ojek.

Fasilitas listrik mulai masuk ke Desa Situ Udik sejak tahun 1987. Namun, saat

itu hanya sebagian masyarakat saja yang dapat memanfaatkannya. Hal ini karena biaya

pemasangan instalansinya yang mahal, dan baru sekitar tahun 1994 listrik mulai masuk

secara merata ke kampung-kampung yang ada di Desa Situ Udik menyertai dan

menyukseskan proyek KPS (Kawasan Peternakan Sapi Ternak). Membaiknya fasilitas

jalan serta masuknya listrik membuka akses penduduk Desa Situ Udik untuk melakukan

migrasi ke luar desa dan juga mempelancar arus masuknya teknologi. Khususnya

teknologi informasi, telekomunikasi dan media massa. Hal ini ditunjukkan dengan

meningkatnya kepemilikan pesawat televisi, telepon, radio, serta mulai tersedianya

fasilitas telepon umum dan warung telekomunikasi (wartel). Tahun 2005, sekitar 973

KK memiliki pesawat televisi, 329 buah pesawat radio dimiliki oleh penduduk Desa

Situ Udik, dan 116 buah pesawat telepon sudah terpasang. Saat ini pun terdapat dua

warung telekomunikasi dan telepon umum yang beroperasi di Desa Situ Udik.

PUSKESMAS merupakan sarana kesehatan yang banyak dimanfaatkan oleh

warga Desa Situ Udik. Namun, kondisi Puskesmas pun belum memadai. Hal ini

mengingat terbatasnya prasarana kesehatan yang menunjang. Tenaga dokter yang

bertugas di Puskesmas Situ Udik hanya dua orang dibantu dengan delapan orang

perawat dan tiga orang bidan. Sementara jumlah penduduk yang berobat sepanjang

tahun 2005 sebanyak 3238 orang. Sarana maupun prasarana kesehatan lain yang

terdapat di Desa Situ Udik adalah Posyandu. Saat ini terdapat 12 Posyandu yang berada

di tiap RW, dan hanya terdapat dua Posbindu (Posyandu Lansia). Pelayanan Posyandu

saat ini dibantu oleh 50 orang kader yang juga termasuk dalam kader PKK.

Page 71: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

53

Sarana pendidikan di Desa Situ Udik hingga saat ini masih dalam kondisi yang

belum memadai. Fasilitas pendidikan formal seperti Sekolah Dasar maupun Sekolah

Menengah yang adapun terbatas. Saat ini terdapat dua sekolah dasar negeri, satu sekolah

menengah tingkat pertama dan satu sekolah menengah tingkat atas serta empat

madrasah ibtidaiyah. Fasilitas pendidikan informal lain yang menunjang di Desa Situ

Udik antara lain Taman Kanak-kanak sebanyak satu sekolah, dan 15 pondok pesantren

yang didirikan menyebar hampir disetiap RW. Prasarana pendidikan terutama berkaitan

dengan tenaga pengajar jauh dari memadai, hal ini berdasarkan perbandingan jumlah

tenaga guru dengan murid. Terdapat 25 tenaga pengajar di sekolah dasar negeri yang

harus mengajar 825 murid. Begitupula dengan madrasah ibtidaiyah, hanya terdapat 41

tenaga pengajar yang harus menangani 1316 murid. Perbandingan jumlah tenaga

pengajar dan siswa sekolah di Desa Situ Udik sampai tahun 2005-2006 ditunjukkan

dalam Tabel 6.

Tabel 6. Fasilitas pendidikan dan perbandingan tenaga pengajardengan murid Desa Situ Udik tahun 2005/2006

No Fasilitas Jumlah

(buah) Jumlah Tenaga Pengajar

(orang) Jumlah Murid

(orang) 1. Sekolah Dasar Negeri 2 25 875 2. Madrasah Ibtidaiyah 4 41 1316 3. Sekolah Menengah Pertama 1 26 546 4. Sekolah Menengah Atas 1 23 367 5. Pondok Pesantren 15 30 1525 6. Taman Kanak-kanak 1 45 85 Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006

Beberapa fasilitas umum yang terdapat di Desa Situ Udik baik yang berupa

bangunan fisik, tempat usaha dan sarana ekonomi, sarana olahraga maupun sarana

sosial lainnya mulai meningkat meski dalam belum dalam kondisi yang memadai.

Masyarakat Desa Situ Udik harus mengaksesnya untuk beberapa fasilitas sosial

ekonomi ke tingkat kecamatan atau kota Bogor.

Page 72: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

54

4.1.3 Karakteristik Masyarakat

Menurut data kependudukan yang didapat dari Data Monografi Desa Situ

Udik tahun 2004, total penduduk Desa Situ Udik adalah 14.097 jiwa dengan

proporsi laki- laki sejumlah 7.052 jiwa (49 persen) dan perempuan 7.418 jiwa (51

persen) atau 3.410 Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar penduduk beragama

Islam dan hanya lima orang yang memeluk agama Kristen. Berdasarkan suku

bangsa, mayoritas warga Desa Situ Udik berasal dari suku Sunda

Dilihat dari struktur mata pencaharian, sebagian besar warga Desa Situ Udik

bekerja di bidang pertanian yakni sekitar 65 persen bermatapencaharian sebagai

petani dan buruh tani. Umumnya, masyarakat di desa ini memiliki pola nafkah

ganda yakni pada sektor pertanian dan sektor non pertanian ketika migrasi ke kota.

Jika dilihat berdasarkan data monografi desa hal ini tidak tergambar jelas, seperti

dalam Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan mata pencaharian tahun 2005

Mata Pencaharian Jumlah

(orang)

Petani 715

Buruh tani 918

Pegawai Negeri Sipil 105

TNI/Polisi 5

Pegawai Swasta 235

Wirausaha 421

Pertukangan 315

Pensiunan 65

Pemulung 7

Jasa 365

Total 3151

Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006

Page 73: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

55

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, sebagian besar

penduduk Desa Situ Udik adalah tamatan pendidikan setingkat SD (2205 orang atau

60 persen), secara lebih terperinci jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan

tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tahun 2005

Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah

(orang)

Tamatan SD/MI 2.205

Tamatan SLP atau sederajat 750

Tamatan SLA atau sederajat 584

Tamatan Diploma 101

Tamatan Strata satu (S1) 36

Tamatan Strata dua (S2) 2

Total 3.678

Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar warga adalah kelompok umur

dewasa (diatas 20 tahun hingga 59 tahun, yakni sekitar 58 persen atau sebanyak 8.258

jiwa. Meski demikian hal ini dalam sepuluh tahun mendatang dengan perbaikan dalam

berbagai sarana dan prasarana yang tersedia khususnya sarana kesehatan struktur

penduduk Desa Situ Udik menuju struktur tua dimana terdapat kecenderungan terjadi

penambahan jumlah penduduk pada kelompok umur diatas 60 tahun.

Tabel 9. Jumlah penduduk Desa Situ Udik berdasarkan kelompok umur tahun 2005

Kelompok Umur(tahun) Jumlah

(orang)

0-4 1313

5-9 2084

Page 74: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

56

10-14 1183

15-19 580

20-24 1025

25-29 1254

30-34 1100

35-39 1060

40-44 1031

45-49 1257

50-54 841

55-59 690

60-64 306

65-69 298

70+ 178

Sumber: Data monografi Desa Situ Udik tahun 2005/2006

Saat ini terdapat sekitar 782 orang berusia diatas 60 tahun atau sekitar 5,6

persen. Distribusi penduduk dengan usia diatas 60 tahun paling banyak yakni pada

rentang umur 60-69 tahun, 604 orang atau sekitar 4,3 persen dari keseluruhan jumlah

penduduk yang ada di Desa Situ Udik. Data pada Tabel 9 tidak dapat memberikan

gambaran yang jelas perbandingan keadaan penduduk jika ditinjau berdasarkan jenis

kelamin, karena tidak tersedianya data kependudukan yang memadai tentang Desa Situ

Udik selain data monografi desa.

Berdasarkan sebaran jumlah penduduk di atas, Desa Situ Udik seperti halnya

Provinsi Jawa Barat belum dapat dikategorikan sebagai daerah dengan struktur

penduduk tua. Berdasarkan data statistik dari BPS tahun 2000 proporsi penduduk

Lansia di Jawa Barat mencapai 6,61 persen dan diperkirakan akan terus meningkat.

4.2 Suprastruktur

4.2.1 Pengajian: Kelembagaan Sosial, Politik dan Keagamaan di Masyarakat

Page 75: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

57

Masyarakat Desa Situ Udik mayoritas beragama Islam, sehingga budaya islami

sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Pengajian bagi masyarakat Desa Situ Udik

tidak hanya sebagai kelembagaan keagamaan namun juga sebagai kelembagaan sosial

politik. Hal ini disebabkan hampir setiap kegiatan sosial politik di Desa Situ Udik

berpusat pada kegiatan pengajian.

Pengajian sebagai suatu kelembagaan keagamaan berfungsi sebagai wadah

proses pengajaran nilai-nilai agama Islam. Pengajian sebagai suatu kegiatan

diselenggarakan baik ditiap kampung, RW, dusun maupun tingkat desa. Namun,

pembagian kegiatan pengajian ini tidak membatasi setiap warga desa yang hendak

mengikutinya. Pengajian di Kampung Al Barokah misalnya, diikuti juga oleh warga

dari Kampung Cikadondong, serta kampung disekitarnya.

Pengajian di tingkat kampung diselenggarakan rutin setiap satu minggu sekali,

yang terbagi menjadi pengajian Ibu- ibu maupun pengajian Bapak-bapak. Pengajian di

tingkat RW, Dusun ataupun Desa diadakan untuk memperingati hari besar Islam seperti

Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, 1 Muharram, dan sebagainya. Pengajian

ibu- ibu biasanya diselenggarakan pada pagi hari, sedangkan pengajian bapak-bapak

diadakan pada malam hari diakhir pekan. Pengajian remaja biasanya diadakan diakhir

bulan dan pada sore atau malam hari.

Pada pengajian rutin diselenggarakan dengan membaca kalimat-kalimat dzikir,

sholawat Nabi Muhammad, Sholawat Nariyah, 10 surat Juzz Amma atau 10 surat

pendek terakhir dalam Al-Quran, sholawat pada sahabat-sahabat Nabi Muhammad serta

sholawat bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam syiar Islam yang digelari syeikh. Jika

terdapat permintaan dari seorang warga yang ingin mendoakan kerabatnya yang telah

meninggal maka akan dibacakan doa khususon disertai dengan satu kendi air yang

Page 76: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

58

nantinya akan dipergunakan untuk siraman bagi makamnya. Setelah itu, kegiatan

dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah atau tausiyah dari ustadz atau ustadzah.

Biasanya tausiyah ini berisikan anjuran-anjuran dalam menjalankan kehidupan

bermasyarakat yang berlandaskan Al-Quran, Al-Hadits serta sunnah Rasul.

Bahasa yang digunakan dalam penyampaian ceramah adalah bahasa sunda

secara lisan, jika ustadz atau ustadzah memberikan ‘tuntunan’ maka akan dituliskan

dengan menggunakan huruf arab gundul-sunda. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

penyampaian kepada para peserta penggajian yang sebagian besar berusia diatas 40

tahun. Penggajian pemuda hanya diselenggarakan satu bulan sekali, biasanya diakhiri

dengan latihan rebana (alat musik perkusi).

Pengajian sebagai fungsi sosial, memiliki pengorganisasian sederhana dalam

suatu kepanitiaan pengajian. Kepanitiaan ini diketuai oleh ustadz atau ustadzah dan

dibantu oleh beberapa pengurus yang bertugas sebagai pemimpin doa dan pemandu

acara serta pengumpul sumbangan perelek berupa beras atau uang yang sebagian

diberikan kepada ustadz atau ustadzah serta sebagian lagi disimpan untuk keperluan

masyarakat seperti beras untuk tahlilan jika ada anggota masyarakat yang meninggal

serta untuk keperluan pengurusan mayat (kain kafan, dan sebagainya). Selain itu setiap

bulannya anggota pengajian ini mengumpulkan satu liter beras yang dikumpulkan

sebagai dana anak yatim, jompo serta janda.

Pengajian juga berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informasi masyarakat

Desa Situ Udik. Biasanya stelah pengajian pemimpin lokal baik kepala desa, kepala

dusun, ketua RT/RW maupun ketua kampung menyampaikan segala informasi yang

berkaitan dengan pemerintahan desa. Contoh sosialisasi program pembangunan desa

Page 77: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

59

atau kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan seperti gotong royong, perayaan hari-

hari besar, dan sebagainya.

Pengajian merupakan satu-satunya lembaga yang dapat dengan bebas diakses

oleh semua warga Desa Situ Udik yang beragama Islam. Bagi perempuan di Desa Situ

Udik, pengajian merupakan satu-satunya kelembagaan yang menjadi pertemuan

sekaligus perkumpulan, dimana perempuan memiliki kontrol yang besar pada kegiatan

pengajian yang diperuntukkan bagi Ibu-ibu. Kelompok pengajian ini tidak berhubungan

langsung dengan kelompok pengajian lain seperti pengajian bapak-bapak atau pengajian

pemuda.

Pengajian sebagai suatu fungsi politik, dimana proses pengambilan keputusan

politik serta sebagai wadah atau tempat musyawarah untuk suatu konsensus

diselenggarakan seusai pengajian rutin bapak-bapak dilaksanakan. Selain itu pengajian

juga berfungsi sebagai wadah pengendalian sosial dimana aspirasi politik disalurkan.

Setiap satu bulan sekali pengajian keliling ke tiap dusun dilakukan oleh BPD untuk

menampung aspirasi dari masyarakat. Sehingga pengajian sebagai suatu sarana yang

fungsional dan efektif untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan kelompok sosial.

Namun, sejak setahun belakangan kegiatan pengajian keliling anggota BPD ditiap

kampung ini tidak lagi berjalan. Berdasarkan informasi hasil wawancara dengan kepala

desa, vakumnya pengajian ini sejak H. Aib sebagai tokoh alim ulama yang paling

dihormati yang juga merupakan ketua BPD wafat. Kegiatan ini baru akan digalakkan

setelah bulan haji (dzulhijjah) dimulai dengan pengajian di tiap dusun setiap tiga

minggu sekali.

Bagi penduduk Lansia, pengajian merupakan kelembagaan dimana mereka

memiliki keluasaan akses serta kontrol yang besar. Keikutsertaan Lansia dalam

Page 78: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

60

kelembagaan pengajian ini ditandai dengan munculnya Lansia baik laki- laki maupun

perempuan sebagai pemimpin atau bagian dari struktur organisasi kelembagaan

tersebut. Sebagian besar pengurus dari pengajian kelompok Ibu- ibu atau Bapak-bapak

adalah Lansia, khususnya para ustadz maupun ustadzah yang menjadi pemimpinnya.

Guru agama ditempatkan pada posisi terhormat. Khususnya kyai, yang menjadi

pusat orientasi dan sosialisasi nilai-nilai sosial, religi-kultural dan politik. Kyai hampir

selalu menempati status yang tinggi baik jika ditinjau dari aspek sosial maupun politik

dengan dukungan status ekonomi yang ‘berada’ di masyarakat. Kepatuhan terhadap

guru agama khususnya kyai ini berpengaruh dalam setiap fungsi pengambilan keputusan

dalam masyarakat. Label kyai ini butuh pengakuan dari masyarakat dan pengaruhnya

akan lebih besar jika label ini ditambah dengan usia tua, serta kebijaksanaan sosial

dengan kedermawanan.

4.2.2 Lansia dan Kelembagaan Ekonomi Desa

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Situ Udik adalah bertani, sehingga

kehidupan perekonomian berpusat pada sektor pertanian khususnya sawah. Hal ini

didukung ekologi dari Desa Situ Udik yang sebagian besar merupakan lahan

persawahan, sehingga sistem kelembagaan ekonomi di Desa Situ Udik adalah sistem

perekonomian pertanian sawah. Sistem produksi di desa ini mengalami perubahan sejak

program Bimas-Inmas dilaksanakan. Pergeseran pola-pola produksi pun terjadi,

terutama dalam penggunaan pupuk buatan, obat pengendali hama, bibit unggul padi

serta penggunaan alat-alat, dilihat dari pergantian pemakaian etem atau ani-ani menjadi

sabit. Tekanan teknologi revolusi hijau ini kemudian berdampak pada munculnya petani

gurem dan fragmentasi lahan pertanian. Kini, sebagian besar lahan pertanian tidak lagi

Page 79: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

61

dimiliki oleh warga Desa Situ Udik, tetapi orang-orang kaya desa yang kemudian

mempekerjakan penduduk sekitar sebagai buruh tani.

Sistem bagi hasil pertanian kemudian mengalami pergeseran, terutama dalam

sistem upah yang semula dengan menggunakan upah natura digantikan dengan upah

berupa uang bagi para buruh tani. Jika petani yang masih berlahan ‘cukup luas’

beraktualisasi dengan membentuk kelompok tani, maka buruh-buruh tani tergabung

dalam suatu kelompok-kelompok kerja seperti kelompok penandur dan pembabut serta

panen. Kelompok ini bekerja pada pemilik-pemilik lahan yang cukup luas yang

biasanya tergabung dalam kelompok tani tersebut.

Kelompok penandur ini biasanya terdiri dari 5-20 orang, berusia diatas 50 tahun

yang memiliki pembagian tugas sendiri. Ibu- ibu dalam kelompok ini bertugas untuk

menandur, ngoyos, ngababut, memotong padi serta ngagebot/menumbuk padi.

Sedangkan laki- laki bertugas untuk ngabajak, ngagaru serta mencangkul. Rata-rata

upah perorang yang diterima ibu-ibu dalam kelompok ini untuk setengah hari kerja

(mulai dari pukul 06.00-12.00 WIB) sebesar Rp 8.000, sedangkan upah laki- laki untuk

setengah hari kerja juga sebesar Rp 12.500-Rp 15.000.

Lansia di desa ini biasanya dapat mengakses kelompok ini dengan mudah serta

memiliki kontrol karena anggota kelompok penandur serta ngagaru ini adalah tetangga

mereka. Kebanyakan para Lansia ini mencari nafkah hanya untuk memenuhi kebutuhan

sendiri, tanpa target tertentu. Sedangkan petani yang masih berusia muda tapi tidak

berlahan biasanya bekerja sebagai penggarap dan mereka umumnya melakukan migrasi

ketika musim sepi dan kembali saat musim panen dan musim tanam. Saat ditinggal oleh

penggarapnya, biasanya sawah diusahakan oleh istri, kerabat (saudara, tetangga, atau

orang tuanya).

Page 80: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

62

Kelembagaan ekonomi lainnya yang menunjang kebutuhan hidup penduduk

Desa Situ Udik pada umumnya maupun Lansia adalah bank keliling sebagai lembaga

swasta tempat simpan pinjam, koperasi simpan pinjam, pedagang keliling dan kredit

barang rumah tangga serta beberapa kelompok usaha produktif seperti industri kecil

rumah tangga (arkilik, pemasangan mute atau manik-manik untuk jilbab atau baju

muslim).

Page 81: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB V

PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI LANSIA

5.1 Struktur Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan pemaparan data distribusi penduduk kelompok umur pada Tabel 9

menunjukkan bahwa jumlah Lansia di Desa Situ Udik hanya 5,6 persen dari

keseluruhan populasi penduduk. Namun, berdasarkan pengamatan selama di Desa Situ

Udik, khususnya di RW 09 justru penduduk yang berusia lanjut, anak-anak serta

perempuanlah yang terbanyak. Hal ini disebabkan banyaknya penduduk berusia

produktif (15-55 tahun) bermigrasi untuk bekerja di kota. Mereka hanya kembali ke

desa saat musim tanam, musim panen, akhir pekan, hari-hari raya Islam (Iedul Fitri,

Iedul Adha, Maulid Nabi Muhammad, dan Tahun Baru Islam 1 Muharram) dan hari

besar serta hari libur nasional (peringatan kemerdekaan 17 Agustus dan tahun baru).

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Situ Udik yang

bertempat tinggal di Dusun 2, RW 09 dan didefinisikan lanjut us ia ditinjau dari

pendekatan kronologis. Usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari

hitungan umur dalam angka, dalam hal ini responden berusia kronologis 60 tahun

keatas. Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur

60-67 tahun sebanyak 31 orang, responden berusia 70 tahun sebanyak tiga orang,

berusia 75 tahun sebanyak satu orang, berusia 78 tahun sebanyak dua orang, berusia 80

tahun sebanyak dua orang dan responden dengan usia paling tua yakni 90 tahun

sebanyak 90 tahun.

Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 34 orang atau 84 persen responden

berada pada kelompok umur 60 tahun sampai 74 tahun, sebanyak lima orang atau 13

persen responden berada pada kelompok umur 75 tahun sampai 90 tahun. Jumlah

Page 82: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

responden terkecil berada pada kelompok dengan kisaran umur di atas 90 tahun

sebanyak satu orang atau tiga persen.

Kecenderungan penduduk Lansia di Desa Situ Udik yang masih didominasi oleh

penduduk Lansia ’muda’, disebabkan responden banyak terdistribusi pada usia 60

tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Hal ini menjadi gambaran dampak ‘silver tsunami’ di

pedesaan. Salah satu kenyataan dari usia harapan hidup penduduk Indonesia yang

meningkat mencapai 65 tahun saat memasuki abad 21.

Faktor penyebab lain adalah responden tidak mengetahui dengan tepat umur

kronologisnya. Selain itu tidak terdapat data atau catatan kependudukan yang dapat

digunakan sebagai acuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa, data umur

pada catatan kependudukan desa sebagian besar merupakan umur perkiraan saja. Lebih

lanjut dikemukakan oleh aparat desa, Bapak Mi, bahwa dahulu warga jarang

melaporkan informasi tentang kelahiran bayi, sehingga menyulitkan pencatatan sipil.

“Kalo jaman dulu mah, orang melahirkan masih di paraji (dukun beranak) dan tidak ada posyandu kayak sekarang. Orang-orang yang udah tua disini jarang yang punya akte kelahiran mah.” (Bapak Mi, 34 tahun).

Demikian juga seperti yang dikemukakan oleh seorang responden ketika ditanyakan

tahun kelahirannya

“Duka atuh neng tahun sabaraha, pokoknya pas PKI saya udah nikah dan punya anak satu. Lamun dikira-kira mah saya udah umur 65-an lah” (Bapak Id, 65 tahun).

Sampai kini, di Indonesia seperti halnya di banyak negara-negara berkembang lain,

disamping sistem regristrasi penduduk belum dilaksanakan secara menyeluruh, data dari

regristrasi penduduk (jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi) sering tidak lengkap dan

kurang dapat dipercaya.

Page 83: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Masyarakat Desa Situ Udik memiliki anggapan bahwa usia lanjut adalah usia ‘ekstra’,

seperti yang dikemukakan oleh Bapak Sho (80 tahun) berikut ini (dalam terjemahan

bebas):

“Bila seseorang mencapai usia 80 tahun, dan ia beriman, Allah menghapuskan seluruh dosa sebelumnya dan dia dikembali ke keadaan seperti anak -anak yang suci. Artinya Allah memberi umur ekstra agar saya bisa beribadah, serta terus berguna bagi keluarga dan orang disekitar saya”.

Seseorang dianggap sebagai Lansia atau sepuh adalah mereka yang secara fisik

memiliki keterbatasan seperti berkurangnya pendengaran, siwer (penglihatan yang

mulai kabur), mulai sakit-sakitan. Bapak Idi (65 tahun) misalnya, meski sudah termasuk

dalam usia lanjut sesuai batasan penelitian ini, namun beliau tidak merasa termasuk

Lansia, seperti yang dikemukakannya berikut:

“Ah masa iya saya udah Lansia, soalnya saya mah masih kuat kemana-mana. Walau rambut sudah ubanan. Lansia mah yang cuma bisa diem dirumah ajah, sok poho wae alias pikun, kos budak leutik deui (seperti anak kecil lagi)”

Fenomena yang terjadi baik di desa maupun di kota, jumlah perempuan berusia

lanjut lebih banyak. Demikian juga dengan responden Lansia di Desa Situ Udik, jika

ditinjau dari perbandingan jenis kelamin, jumlah penduduk Lansia perempuan yang

lebih banyak dibandingkan penduduk Lansia laki- laki. Sebanyak 23 orang atau 57,5

persen responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 17 orang atau 42,5 persen

responden adalah laki- laki. Terdapat 19 orang responden dan 15 orang responden laki-

laki berusia antara 60-74 tahun. Gambaran responden jika ditinjau dari kelompok umur

serta jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 10.

Page 84: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur Desa Situ Udik tahun 2006

Kelompok Umur Jenis kelamin Total

Laki-laki Perempuan 60-74 tahun 15

(88,2%) 19

(82,6%) 34

(85,0%) 75-90 tahun 2

(11,8%) 3

(13,0%) 5

(12,5%) Di atas 90 tahun 0

(0%) 1

(4,3%) 1

(2,5%) Total 17

(100,0%) 23

(100,0%) 40

(100,0%) Tabel 10 juga memberikan gambaran bahwa harapan hidup responden

perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- laki. Hal ini ditunjukkan terdapat satu orang

responden perempuan berusia 90 tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari

responden, Ibu Neng (60 tahun) terdapat perempuan di Kampung Batu Belah berusia

mencapai 108 tahun. Pola ini memang terlihat baik di daerah perkotaan maupun di

daerah pedesaan, dimana persentase penduduk Lansianya cukup tinggi (di atas 6 persen)

ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia perempuan lebih tinggi daripada laki- laki

(Wahyuni, 2003). Penduduk Lansia di Desa Situ Udik saat ini mencapai 5,6 persen

sehingga hal ini memperkuat kecenderungan tersebut.

5.2 Tingkat Pendidikan

Informasi tentang tingkat pendidikan Lansia menjadi sangat penting karena tidak

saja menjadi determinan penting dari cara berfikir rasional dan sistematis seseorang tapi

juga terhadap kesejahteraan Lansia. Rasionalitas seseorang tentunya akan

mempengaruhi tindakan yang dilakukan. Dikaitkan dengan partisipasi sebagai suatu

bentuk tindakan, rasionalitas tentunya akan mempengaruhi kualitas partisipasi

seseorang.

Page 85: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi

tidak sekolah, tidak lulus Sekolah Dasar, dan tamatan Sekolah Dasar (SD) ke dalam

kategori tingkat pendidikan rendah. Selanjutnya tidak lulus Sekolah Menengah baik

tingkat pertama (SMP) maupun tingkat atas serta tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP), tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dikategorikan dalam

tingkat pendidikan rendah. Sedangkan tamatan Akademi/D1/D3, dan tamatan Perguruan

Tinggi dikategorikan dalam tingkat pendidikan tinggi. Berikut ini tabel yang

menunjukkan tingkat pendidikan responden.

Tabel 11. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan tingkat pendidikan, Desa Situ Udik tahun 2006

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak sekolah 13 32,5 Tidak lulus SD 17 42,5 Lulus SD 9 22,5 Lulus SMA 1 2,5 Total 40 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa tingkat pendidikan responden Lansia

rendah. Secara rata-rata tiga perempat responden Lansia tidak pernah sekolah maupun

tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Bahkan terdapat 10 orang diantara para responden

Lansia tersebut mengaku buta huruf, delapan orang diantaranya adalah perempuan

Lansia. Masyarakat Desa Situ Udik memiliki pandangan yang berbeda tentang

pendidikan tinggi, hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden berikut

ini:

"Orang yang memiliki pendidikan di atas S1 disini dianggap sebagai orang yang tercabut dari akar budayanya"(Ibu Neng, 60 tahun)

Berdasarkan informasi yang diperoleh, terdapat beberapa faktor yang dianggap

menjadi penyebab rendahnya pendidikan responden Lansia tersebut, yakni faktor

ekonomi, fasilitas (sarana dan prasarana) pendidikan, faktor sosial budaya, serta lokasi

Page 86: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

desa. Faktor ekonomi dianggap menjadi determinan utama rendahnya pendidikan

responden Lansia. Hal ini karena para Lansia ini pernah melewati masa usia sekolah

dimana sistem pendidikan yang masih kental warisan zaman kolonialisasi yang

membatasi kesempatan memperoleh pendidikan masyarakat pribumi, serta pasca

kemerdekaan yang sarat akan konflik dan perekonomian mengalami resesi. Beberapa

responden menyatakan bahwa prioritas mereka adalah apa yang mereka makan esok

hari, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Njnh (65 tahun) berikut:

“Saya pengen sekali sekolah, tapi kan kalo orang kecil cuma boleh sampe kelas tiga SR. Terus, jangankan untuk sekolah, buat makan saja tidak ada. Baju aja dari gedebog pisang.”

Faktor fasilitas pendidikan yang tersedia juga menjadi faktor penyebab. Menurut

keterangan yang diperoleh dari responden, dahulu di Desa Situ Udik hanya tersedia

madrasah dan sekolah rakyat sebagai lembaga pendidikan yang dapat diakses. Hal ini

karena letak sekolah lain yang jauh dari desa. Jarak sarana dan prasarana pendidikan

yang jauh ini juga memiliki pertimbangan ekonomi, karena selain biaya pendidikan

yang dinilai mahal harus ditambah dengan biaya untuk transportasi ke luar desa. Hal ini

dikemukakan oleh M. Nas (61 tahun) yang merupakan satu-satunya responden Lansia

yang lulus sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni Pendidikan Guru

Agama (PGA).

“Dulu, jika ingin meneruskan sekolah, orang harus keluar desa dulu. Butuh waktu, tenaga, dan biaya yang banyak karena di Bogor cuma ada satu PGA”.

Bapak M. Nas (61 tahun) lebih jauh menjelaskan bahwa dahulu akses

masyarakat untuk keluar desa sangatlah sulit, karena belum adanya fasilitas jalan.

Fasilitas jalan yang ada adalah jalan setapak atau bahkan pematang sawah, sehingga

untuk mencapai pasar atau sarana umum yang ada di tingkat kecamatan membutuhkan

waktu hingga setengah hari perjalanan. Ibu Neng (61 tahun) juga menjelaskan jika

Page 87: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

hendak keluar dari desa, perempuan haruslah ditemani oleh bapak, suami atau saudara

lelakinya. Hal ini karena banyak hambatan selama diperjalanan.

Faktor penyebab lainnya adalah faktor sosial budaya, dimana terdapat anggapan

bahwa dengan bersekolah menjadikan seseorang justru menjadi miskin. Hal ini karena

uang yang seharusnya untuk makan sehari-hari harus dialokasikan ke biaya pendidikan.

Selain itu, mengakarnya budaya patriarki pada masyarakat membuat perempuan Lansia

khususnya berpendidikan sangat rendah, ditunjukkan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin Desa Situ Udik tahun 2006

Jenjang Pendidikan Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan Tidak sekolah 2

5,0% 11

27,5% 13

32,5% tidak lulus SD 7

17,5% 10

25,0% 17

42,5% lulus SD 7

17,5% 2

5,0% 9

22,5% lulus SMA 1

2,5% 0

0% 1

2,5% Total 17

42,5% 23

57,5% 40

100,0% Gambaran rendahnya pendidikan perempuan yang diperoleh dari tabel tersebut

akibat faktor sosial budaya diperkuat oleh adanya anggapan dalam masyarakat bahwa

anak perempuan pasti akan pergi ke dapur juga, stigma masyarakat bahwa sekolah

menjadikan perempuan sebagai perawan tua dan tidak ada yang mau menjadikan istri

jika pendidikannya terlalu tinggi. Di lain pihak, laki- laki Lansia berpendidikan rendah

disebabkan juga oleh faktor sosial budaya dimana terdapat keharusan membantu

kebutuhan finansial orang tua. Sekolah tidak penting bagi laki- laki karena yang paling

terpenting adalah menghasilkan uang dengan segera untuk menunjang kebutuhan hidup

sehari-hari keluarga.

Page 88: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Pendidikan non formal di pesantren menjadi pilihan masyarakat Desa Situ Udik,

karena keterbatasan mereka dalam mengakses pendidikan formal. Sehingga meski

banyak dari para Lansia buta huruf latin, namun para Lansia ini justru melek huruf arab

gundul dan Al-Quran serta mampu menulis huruf arab gundul ini dengan baik. Hingga

kini huruf arab gundul ini masih digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan tertulis.

Namun, huruf arab gundul ini punya sedikit perbedaan, sebab ini digunakan untuk

bahasa sehari-hari mereka yakni bahasa sunda. Hal ini ditunjukkan saat pengajian ibu-

ibu di Kampung Al-Barokah, dimana panitia pengajian memberikan materi pengajian

yang ditulis dengan menggunakan huruf arab gundul. Menurut mereka ini

mempermudah dalam penyampaiannya, khususnya bagi ibu- ibu berusia lanjut.

Program Keaksaraan Fungsional pernah digalakkan di Desa Situ Udik. Namun

program ini tidak berkelanjutan. Hal ini karena ketiadaan sarana serta prasarana, sebab

kegiatan program ini dinilai tumpang tindih dengan kegiatan PKK. Sehingga yang

dominan justru kegiatan PKK bukan program KF.

5.3 Tingkat Pendapatan

Masa tua merupakan masa kemunduran, kemuduran fisik karena penurunan

fungsi organ tubuh kemudian berdampak lanjut juga pada penurunan pendapatan

seseorang. Penurunan ini selain karena penurunan produktifitas namun juga disebabkan

karena penurunan motivasi seseorang dalam memperoleh hasil dari pekerjaannya. Hal

ini diperkuat oleh pendapat responden Lansia di Desa Situ Udik, bahwa idealnya masa

tua adalah masa menikmati hasil kerja keras semasa mereka muda. Investasi dimasa tua

yang mereka nikmati tidak hanya diperoleh dari tabungan namun juga dari anak mereka.

Pendapatan disini merupakan jumlah uang yang diperoleh setiap bulannya baik

yang didapat individu maupun rumah tangga, karena beberapa responden merupakan

Page 89: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

pasangan suami istri. Sumber atau asal pendapatan yang diperoleh oleh responden

Lansia setiap bulannya, dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Sumber pendapatan responden setiap bulan, Desa Situ Udik tahun 2006

Asal Pendapatan Frekuensi (orang) Persentase Total (Laki-laki+Perempuan)

(%) Laki-laki Perempuan

Uang Pensiun 1 4 5,4 Dana BLT BBM 10 19 39,2 Anak 5 8 17,6 Bekerja 14 7 28,4 Sumbangan/Santunan 2 5 9,5

Total 100,0 Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa hampir 40 persen responden

menerima dana BLT BBM sebagai sumber pendapatannya. Hal ini juga menunjukkan

bahwa sebanyak 40 persen responden Lansia tersebut berasal dari keluarga miskin.

Namun, menurut keterangan ketua RT 02, Kampung Al Barokah memiliki kebijakan

mengenai pembagian dana BLT BBM ini. Dana yang diperoleh setiap rumah tangga

miskin dipotong RP 50.000 setiap triwulan penerimaan dana tersebut. Potongan tersebut

kemudian dibagikan kepada warga yang tidak mendapatkan dana BLT-BBM ini. Hal ini

bertujuan untuk mencegah kecemburuan, konflik dan pemerataan bagi semua warga

Kampung Al Barokah yang menghendaki mendapatkan dana tersebut. Namun, di

kampung lain tidak memiliki kebijakan seperti itu maka banyak Lansia yang seharusnya

mendapatkan dana tersebut tidak memperolehnya tapi justru anak atau cucunya yan

memperoleh.

Tabel 13 juga menunjukkan terdapat 21 orang atau 28,4 persen Lansia masih

bekerja. Umumnya, Lansia ini masih bekerja di sektor pertanian, kebanyakan dari

mereka bekerja sebagai buruh tani. Perempuan Lansia biasanya menjadi buruh tani

untuk pekerjaan-pekerjaan seperti ngababut, nandur, ngarambet. Sedangkan panen,

nyangkul dan ngagaru merupakan pekerjaan-pekerjaan dimana Lansia laki- laki menjadi

Page 90: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

buruh tani. Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya Lansia ini bekerja

sebagai buruh tani, yakni: mereka tidak berlahan lagi karena proses pewarisan kepada

anak-anak mereka dan fragmentasi lahan, selain itu beruh tani merupakan satu-satunya

pekerjaan yang dapat diakses oleh para Lansia dan mendapatkan upah yang setara

dengan buruh tani ‘muda’.

Data mengenai sumber pendapatan pada tabel di atas memberikan gambaran

bahwa ketiadaan jaminan sosial di hari tua yakni berupa pensiun (hanya empat

responden mempunyai dana pensiun) menyebabkan para Lansia ini harus tetap bekerja

baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun kebutuhan anak maupun

cucu. Ibu Ali (66 tahun) misalnya, beliau masih bekerja dengan berdagang makanan

keliling disekitar kampung tempatnya tinggal untuk menghidupi empat orang cucunya

yang ditinggalkan orangtua yang bercerai.

Bekerja dalam hal ini merupakan suatu strategi responden Lansia untuk

‘produktif’, dimana bekerja dinilai oleh para Lansia ini sebagai kegiatan untuk mengisi

hari tua. Artinya bekerja merupakan suatu kegiatan sampingan yang tidak memiliki

target tertentu kecuali untuk mengisi waktu luang. Tidak sedikit dari para responden

masih melakukan aktivitas dalam keluarga meski dalam kontribusi yang kecil. Sehingga

hasil yang dicapai dengan bekerja sendiri dianggap sebagai hasil tambahan atau

minimal pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Tingkat pendapatan dalam penelitian ini digolongkan dalam tiga kategori

berdasarkan besarnya uang yang diterima setiap bulannya yakni tinggi, rendah dan

sedang. Batasan rendah yakni dibawah Rp 100.000 ditentukan berdasarkan jumlah uang

yang diterima jika Lansia hanya memperoleh pendapatan dari dana BLT BBM.

Page 91: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Sedangkan batasan lebih dari Rp 500.000 untuk mengkategorikan tingkat pendapatan

rendah didasarkan pada besarnya nilai uang pensiun PNS.

Informasi yang diperoleh dari kuesioner bahwa lebih dari 52 persen responden

berpendapatan sedang dan 30 persen diantaranya berpendapatan dibawah Rp 100.000.

Responden yang berpendapatan dibawah Rp100.000 ini mayoritas adalah perempuan

Lansia. Tingkat pendapatan berdasarkan jenis kelamin, ditunjukkan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan besar pendapatan, Desa Situ Udik tahun 2006

Jenis kelamin Besar Pendapatan Total

< Rp 100.000 Rp 100.000-Rp 500.000

Lebih dari Rp 500.000

Laki-laki 3 (7,5%) 9 (22,5%) 5 (12,5%) 17 (42,5%) Perempuan 9 (22,5%) 12 (30,0%) 2 (5,0%) 23 (57,5%) Total 12 21 7 40

30,0% 52,5% 17,5% 100,0% Informasi yang ditunjukkan dalam Tabel 14 membawa pada kesimpulan bahwa

sebagian dari responden merupakan perempuan dari rumah tangga miskin. Sebanyak

sembilan orang perempuan berpendapatan dibawah Rp 100.000 menyatakan bahwa

pendapatan itupun diperoleh dari dana BLT-BBM maupun dana anak yatim dan janda

yang dikumpulkan warga dalam paguyuban dan perelek. Dana yatim, jompo dan janda

ini dibagikan setiap satu tahun sekali menjelang hari raya Iedul Fitri. Setiap bulannya

warga masyarakat memberikan sumbangan berupa 1 liter beras atau dalam bentuk uang

sebesar RP 2.500. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat desa ini memiliki suatu

sistem yang dapat menunjang kesejahteraan Lansia khususnya bagi Lansia janda dan

jompo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan puasa ramadhan dan bertepatan dengan

diturunkannya dana BLT BBM tahap keempat serta pembagian zakat bagi orang yang

membutuhkan (mustahiq).

Page 92: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Masa tua merupakan masa kemunduran, baik fisik maupun finansial seseorang.

Data hasil kuisioner menunjukkan bahwa tidak terdapat responden di atas usia 67 tahun

yang memperoleh pendapatan di atas Rp 500.000. Terdapat satu orang perempuan

berusia 90 tahun, Ibu Hal, memperoleh pendapatan antara Rp 100.000-Rp 500.000,

yang mana diperoleh dari pensiun suaminya. Namun, uang tersebut dipergunakan juga

untuk menopang kehidupan anak serta cucunya, seperti yang dikemukakannya sebagai

berikut:

“Uang dari pensiunan suami mah habis buat makan, sama berobat saya. Berobat juga ke Puskesmas aja. Gak mau ah ngebebanin anak.”

Hal ini juga menunjukkan bahwa masih memiliki penghasilan merupakan suatu

kebanggan tersendiri bagi Lansia, karena dengan demikian masih merasa dibutuhkan

atau diperlukan bagi keluarganya bukan dipandang sebagai beban. Hal ini tentunya akan

berdampak positif bagi perkembangan diri para Lansia ini, mereka akan merasa

diperhatikan kehadirannya sehingga secara psikologis ini dapat memenuhi kebutuhan

bereksistensi mereka dan mereka tidak merasa memperoleh perlakuan yang ‘berbeda’

yang dapat menimbulkan mereka merasa tersisih dari lingkungan sosialnya.

5.4 Status Pernikahan

Status pernikahan Lansia menjadi salah satu faktor yang penting karena ini

kemudian akan berhubungan dengan perawatan serta kemandirian Lansia terutama

Lansia laki- laki. Menurut Waerness (Wahyuni, 2003), suatu kenyataan bahwa secara

tradisional mengasuh/memberi perawatan adalah pekerjaan seorang perempuan, oleh

karena itu fungsi perkawinan sebagai suatu institusi untuk mendapatkan perawatan

hanya berlaku bagi Lansia laki- laki.

Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa lebih dari dua pertiga

responden (67,5 %) masih berstatus menikah dan sisanya yakni 32,5 persen atau

Page 93: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

sebanyak 13 orang yang berstatus janda/duda. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan

Lansia di pedesaan masih berstatus menikah. Namun yang perlu dicermati adalah

bagaimana proporsi Lansia yang masih menikah berdasarkan jenis kelaminnya, guna

memperkuat dugaan di atas, lihat Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pernikahan dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

Jenis Kelamin Status Pernikahan Total

Menikah Janda/Duda Laki-laki 16

40,0% 1

2,5% 17

42,5% Perempuan 11

27,5% 12

30,0% 23

57,5% Total 27

67,5% 13

32,5% 40

100,0% Proporsi Lansia perempuan yang tidak lagi berstatus menikah atau janda lebih

tinggi dibandingkan laki- laki. Hal ini ditunjukkan dari Tabel 15, hanya satu orang

responden laki- laki yang berstatus duda. Ini berhubungan dengan perbedaan umur

antara suami dan istri. Kebiasaan yang ada di masyarakat, umur suami lebih tua

dibandingkan istrinya. Selain itu, perempuan memiliki angka harapan hidup yang lebih

tinggi dibandingkan laki- laki. Lansia laki- laki cenderung memperoleh perawatan dari

istri sedangkan Lansia perempuan tidak mendapatkan ini karena kematian suami.

Perempuan Lansia masih distreotipekan pada peran-peran melayani kebutuhan

suami, anak-anak, cucu maupun mengurus dan mengatur keseharian rumah tangga.

Sehingga yang terjadi adalah ketergantungan laki- laki terhadap perempuan sebagai

sosok seorang ibu yang sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa laki- laki lebih tergantung dibandingkan perempuan.

Perempuan meskipun berusia lanjut masih mampu merawat dirinya sendiri, yakni

dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan domestiknya. Mak Uha (80 tahun) misalnya,

masih mengerjakan pekerjaan domestik seperti mencuci, menyapu halaman, memasak

Page 94: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

atau untuk sekedar memperoleh sedikit uang dari upah dengan menjahit kasur kapuk

atau menisik manik-manik.

Berbeda dengan laki- laki Lansia yang lebih dahulu kehilangan pasangannya,

mereka cenderung menikah lagi agar memperoleh perawatan dari istri yang biasanya

berumur lebih muda atau bahkan tidak bisa bertahan lebih lama. Bapak Nur (75 tahun)

misalnya, saat ini beliau tidak lagi mampu bekerja karena keterbatasan fisiknya.

Sehingga untuk menghidupi keluarganya, istri Bapak Nur yang lebih muda 20 tahun,

bekerja sebagai tukang jahit, buruh tani atau kadangkala menjadi tukang pijat. Bahkan

Lansia perempuan di pedesaan seperti di Desa Situ Udik kebanyakan ikut merawat cucu

sementara orangtuanya bekerja di kota.

5.5 Tempat Tinggal dan Perawatan

5.5.1 Tempat Tinggal

Penelitian Suhartini (2004) menunjukkan bahwa Lansia di perkotaan secara

umum lebih cenderung ikut dengan anak daripada Lansia di pedesaan. Living

arrangements atau tempat tinggal yang dibahas dalam penelitian ini dibagi atas tiga

jenis yakni tinggal dirumah sendiri, ikut dengan anak, maupun menumpang pada sanak

saudara. Tempat tinggal di panti jompo tidak termasuk, karena tidak terdapat fasilitas

tersebut. Data pada Tabel 16 menujukkan bentuk pengaturan tempat tinggal bagi

responden Lansia di Desa Situ Udik.

Tabel 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tempat tinggal, Desa Situ Udik tahun 2006

Tempat Tinggal Frekuensi (orang) Persentase (%)

Rumah sendiri 37 92,5 Menumpang pada anak 2 5,0 Menumpang pada sanak saudara 1 2,5 Total 40 100,0

Page 95: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Persentase tertinggi adalah Lansia yang tinggal di rumah sendiri, lebih dari 90

persen responden tinggal di rumah sendiri. Bahkan, meski telah menikah, kebanyakan

anak masih tinggal di rumah orangtuanya. Hal ini didasarkan oleh sistem pewarisan,

berdasarkan adat istiadat masyarakat sunda bahwa bungsu baik laki- laki maupun

perempuan selalu berhak mewarisi rumah yang sekarang ditempati orang tuanya.

Sehingga dalam susunan hak waris anak bungsu selalu mendapat rumah, tetapi untuk

anak sulung sesuai aturan islam yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar anak tetap

menjalankan fungsi keluarganya dalam memberikan perawatan terhadap orang tua yang

telah Lansia (care of age).

Tabel 16 menunjukkan terdapat dua orang responden yang bertempat tinggal di

rumah anak atau cucu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nurj (65 tahun), yang

menjadi alasannya adalah karena beliau sudah berstatus janda, tidak lagi bekerja, tidak

memiliki rumah lagi karena sudah dijual. Berdasarkan hasil kuesioner juga diperoleh

data terdapat 10 orang responden yang sudah berstatus janda atau duda namun masih

tinggal dirumahnya sendiri. Hal disebabkan beberapa responden masih mengurus anak

atau cucu maupun cicitnya, hal ini menunjukkan bahwa tinggal bersama cucu atau cicit

dan merupakan salah satu bentuk perawatan yang diberikan.

5. 5.2 Caregiving (Perawatan)

Perawatan memiliki keterkaitan dengan tempat tinggal Lansia, hal ini kemudian

menunjukan kemandirian dari Lansia. Kemandirian kemudian berkaitan juga dengan

kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kelembagaan politik desa. Di Indonesia

umumnya memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka cukup aman karena anak

atau saudara-saudara yang lainnya masih merupakan jaminan yang baik bagi orang

tuanya. Anak berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah tidak dapat mengurus

Page 96: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

dirinya sendiri. Nilai ini masih berlaku, memang anak wajib memberikan kasih

sayangnya kepada orang tua sebagaimana mereka dapatkan ketika mereka masih kecil.

Data dari kuesioner diperoleh gambaran bahwa kebanyakan Lansia (80 persen) masih

mandiri. Hanya tiga orang yang dirawat oleh anaknya. Hal ini disebabkan beberapa

faktor, pertama anak dari para Lansia yang menurut adat seharusnya merawat orang

tuanya melakukan migrasi baik sirkuler maupun migrasi permanen. Kedua, ditunjukkan

dari Tabel 15 bahwa lebih dari dua per tiga responden masih berstatus menikah

sehingga perawatan masih diberikan oleh pasangannya. Gambaran caregiving yang

diberikan jika dikaitkan dengan status pernikahan responden dapat dilihat di Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan caregiving dan status pernikahan, Desa Situ Udik tahun 2006

Caregiving Status Pernikahan Total

Menikah Janda/Duda Mandiri/Istri atau suami

26 (65,0%)

6 (15,0%)

32 (80,0%)

Sanak saudara 0 (0%)

5 (12,5%)

5 (12,5%)

Anak 1 (2,5%)

2 (5,0%)

3 (7,5%)

Total 27 67,5%

13 32,5%

40 100,0%

Tabel 17 memberikan juga memberikan gambaran bahwa perawatan bagi

responden Lansia masih diberikan oleh pasangan baik oleh suami atau istri (65 persen).

Perawatan oleh kerabat atau sanak saudara lebih banyak dilakukan bagi responden yang

memiliki status pernikahan janda atau duda dibandingkan dengan perawatan yang

diberikan oleh anak. Hal ini dikarenakan mayoritas responden Lansia ini masih

bertempat tinggal di rumah sendiri, meski demikian anak mereka umumnya bertempat

tinggal tidak terlalu jauh. Bapak Lam (61 tahun) misalnya, ketiga anaknya yang telah

menikah masih bertempat tinggal di kampung yang sama, sehingga ini merupakan salah

satu bentuk perawatan bagi Lansia.

Page 97: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

5.6 Pengalaman Berorganisasi

5.6.1 Keikutsertaan dalam Organisasi Formal atau Perkumpulan Masyarakat

Pengalaman berorganisasi merupakan faktor penting dari karakteristik sosial

ekonomi Lansia yang kemudian dapat dilihat bagaimana keterhubungannya dengan

partisipasi dalam kelembagaan politik. Pengalaman berorganisasi dalam penelitian ini

diukur berdasarkan keikutsertaan responden dalam organisasi/perkumpulan, jabatan

atau posisi maupun peran yang pernah ditampilkan dalam organisasi yang pernah diikuti

tersebut serta lama keikutsertaan dalam organisasi/ perkumpulan.

Berdasarkan data yang diperoleh hasil dari kuesioner mayoritas responden

pernah mengikuti perkumpulan maupun organisasi kemasyarakatan baik yang terdapat

di Desa Situ Udik maupun diluar desa. Keikutsertaan responden dalam organisasi

maupun perkumpulan bahwa hampir seluruh responden memiliki pengalaman ikutserta

dalam organisasi, perkumpulan maupun kegiatan kemasyarakatan.

Hanya terdapat lima orang (13 persen) saja yang tidak pernah memiliki

keikutsertaan dalam organisasi maupun perkumpulan masyarakat. Beberapa responden

yang tidak memiliki pengalaman ini menyatakan bahwa semasa muda mereka

disibukkan untuk mencari uang, sedangkan ketika tua mereka jarang memiliki

kesempatan. Hal ini disebabkan sebagian dari mereka masih bekerja. Terlebih lagi

responden perempuan Lansia yang tidak pernah tergabung mereka menyatakan bahwa

ketika muda mereka harus mengurus anak serta rumah tangga. Ketika mereka beranjak

tua, mereka harus mengurus cucu.

Hal yang kemudian harus dicermati adalah jenis-jenis organisasi apa saja yang

dapat diakses untuk kemudian dapat dilihat kecenderungan terhadap partisipasi politk

serta pembagian ruang serta peran bagi individu dalam masyarakat. Jenis-jenis

Page 98: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

organisasi yang pernah diikuti oleh Lansia di Desa Situ Udik pada Tabel 18

menunjukkan pengembangan hubungan sosial dalam masyarakat.

Tabel 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis organisasi yang pernah diikuti, Desa Situ Udik tahun 2006

Jenis Organisasi Frekuensi

(orang) Persentase (%)

Partai Politik 4 19,0 Koperasi 5 23,8 Organisasi Kepemudaan 6 28,6 Organisasi Perempuan 3 14,3 Sosial/Yayasan 2 9,5 Pertanian 1 4,8

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa organisasi kepemudaan serta koperasi

yang banyak diikuti. Terdapat tiga orang responden yang pernah mengikuti organisasi

perempuan, antara lain PKK dan IWAPI. Namun berdasarkan hasil kuesioner hanya 10

responden yang menyatakan memiliki pengalaman dalam organisasi. Hal ini disebabkan

jika mereka ingin tergabung dalam suatu organisasi formal mereka harus berafiliasi

dengan orang luar desa, minimal tingkat kecamatan. Kebijakan orba yang tidak

memperbolehkan organisasi ada di tingkat desa menyebabkan sedikitnya responden

Lansia yang pernah mengikuti organisasi formal.

Di antara kesepuluh responden yang mengikuti organisasi formal tersebut adalah

mereka yang berstatus sosial ekonomi tinggi dalam masyarakat. Sisanya lebih banyak

memiliki keikutsertaan dalam perkumpulan, kelompok maupun kegiatan sosial

kemasyarakatan, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 19. Lebih dari 55 persen Lansia

masih tergabung dalam kegiatan pengajian serta lebih dari sepertiga responden masih

aktif dalam kegiatan perairan atau yang disebut dengan ulu-ulu.

Page 99: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis perkumpulan yang pernah diikuti, Desa Situ Udik tahun 2006

Jenis Perkumpulan Jumlah

(orang) Persentase

(%) Pengajian 33 55,9 Kelompok Tani 6 10,2 Ulu-ulu 18 30,5 Paguyuban (Kematian, anak yatim, perelek) 2 3,4

Total 100,0 Tabel 19 memberikan informasi bahwa Lansia memiliki akses yang lebih tinggi

terhadap perkumpulan yang lebih bersifat informal dibandingkan organisasi formal.

Ditunjukkan bahwa hampir seluruh Lansia ini ikut serta dalam pengajian. Meski

terdapat dua kelompok tani di RW 09, namun responden menyatakan terbatasnya akses

ke kelompok tani (Bapak Lam (61 tahun), Bapak Han (62 tahun). Hal ini karena

sebagian besar petani yang ada di Desa Situ Udik adalah buruh tani atau petani

penggarap. Biasanya yang dapat mengikuti kelompok tersebut adalah petani pemilik

lahan atau petani penggarap dari pemilik lahannya atau bahkan buruh tani tetapi

memiliki ikatan kekerabatan atau hubungan tetangga yang erat dengan ketua kelompok

tani.

5.6.2 Peran dalam Organisasi atau Perkumpulan Masyarakat

Peran yang ditampilkan akan menunjukkan kualitas dari partisipasi Lansia

dalam organisasi maupun perkumpulan masyarakat. Sayogjo seperti yang dikutip oleh

Farida (2005) sebagai dasar teorinya untuk mengungkapkan keikutsertaan perempuan

dalam organisasi yakni bahwa lembaga yang memungkinkan peran serta perempuan

maupun pedesaan sunda, baik dalam pengambilan keputusan pada tahap perencanaan

dan pelaksanaannya adalah kelembagaan pengajian, arisan, paguyuban, perelek yang

umumnya berkembang di tingkat RT atau RK (Rukun Kampung).

Page 100: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Hasil penelitian di Desa Situ Udik ini juga menemukan kecenderungan yang

serupa dengan hal tersebut, dimana Lansia memiliki peranan penting dalam

perkumpulan maupun lembaga informal masyarakat khususnya pengajian. Hal ini

karena mereka dihormati dan dianggap memiliki pengetahuan akan agama Islam lebih

baik. Contohnya, dalam terdapat kegiatan pengajian rema ja dan anak-anak, juga

dikelola oleh seorang ustadz atau ustadzah Lansia sebagai guru mengaji, penitia

penyelenggara pengajian. Panitia penyelenggara pengajian biasanya juga merupakan

orang-orang yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya seperti paguyuban dana

kematian, dana anak yatim, serta perelek yang umumnya berkembang di tingkat RT atau

RK (Rukun Kampung). Penempatan Lansia pada posisi ini sekaligus menunjukkan

bahwa Lansia memiliki peran dalam sosialisasi baik di tingkat keluarga maupun

komunitasnya. Hal ini diperjelas dengan Tabel 20.

Tabel 20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan posisi/jabatan dalam organisasi/perkumpulan masyarakat, Desa Situ Udik tahun 2006

Posisi/Jabatan Frekuensi

(orang) Persentase (%)

Ketua/Pemimpin/Kepala/Ustadz 7 15,2 Pengurus/Panitia 5 10,9 Anggota 34 73,9

Tabel 20 menunjukkan sebagian besar hanya menempati posisi sebagai anggota

saja. Menurut mereka, jika harus menempati posisi sebagai ketua atau pemimpin dalam

organisasi maupun perkumpulan di masyarakat menuntut alokasi waktu yang lebih

besar, tenaga serta harus ‘rela berkorban’ materi. Hal ini juga dikemukakan oleh salah

seorang responden yang aktif dalam organisasi serta kegiatan kemasyarakatan Ibu Neng

(61 tahun):

“Kalo mau ikutan jadi kader, atau panitia pengajian, ngurus perelek mah harus banyak berkorban. Makanya jarang yang mau, mana gak dibayar. Dibayarpun juga uangnya gak gede-gede amat.”

Page 101: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Lansia, khususnya laki- laki lebih akses di perkumpulan informal masyarakat karena

mereka saat muda tidak atau jarang berada di desa dan bermigrasi untuk mencari

pekerjaan di kota. Kalaupun ikutserta dalam perkumpulan mereka jarang menghadiri.

Saat usia mereka mencapai usia 50 tahun mereka baru aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan karena mereka memiliki banyak waktu luang. Hal ini diperlihatkan dari

lamanya mereka tergabung dalam organisasi atau perkumpulan masyarakat (Tabel 21).

Tabel 21. Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama keikutsertaan dalam organisasi atau perkumpulan masyarakat, Desa Situ Udik tahun 2006

Lama Tergabung dalam Organisasi/Perkumpulan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Tidak pernah ikut 5 2,6 1-5 tahun 0 0 5-10 tahun 7 17,5 Lebih dari 10 tahun 28 70,0

Total 40 100,0 Tabel 21 menunjukkan bahwa kebanyakan Lansia di Desa Situ Udik tergabung

dalam organisasi maupun perkumpulan masyarakat dalam kurun waktu lebih dari 10

tahun. Hal ini ditunjukkan dari data bahwa 70 persen responden Lansia tergabung dalam

organisasi maupun perkumpulan masyarakat lebih dari 10 tahun. Selain ketersediaan

waktu luang, menampilkan peran dalam perkumpulan masyarakat di usia tua disini

dapat merepresentasikan kepada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan psikologis dalam

kapasitas yang lebih besar. Memiliki peran dalam organisasi maka secara psikologis

akan dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang semakin besar pula, misal kebutuhan

untuk bereksistensi, berkomunikasi dan beraktualisasi

Berdasarkan data tentang keikutsertaan responden Lansia yang telah

dikemukakan di atas dapat disimpulkan tingkat pengalaman berorganisasi responden

Lansia, bahwa mayoritas (70 persen) responden memiliki tingkat pengalaman organisasi

yang sedang artinya mereka tergabung atau ikutserta dalam organisasi maupun

Page 102: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

perkumpulan dalam masyarakat, namun berperan hanya sebagai anggota saja, atau

mereka ikutserta dalam organisasi maupun perkumpulan masyarakat, berperan sebagai

pengurus atau panitia namun lama keikutsertaan mereka antara 5-10 tahun.

Terdapat 12,5 persen responden yang memiliki tingkat pengalaman organisasi

yang rendah artinya mereka tidak pernah tergabung sama sekali dalam organisasi

maupu perkumpulan di masyarakat. Responden Lansia yang memiliki tingkat

pengalaman organisasi yang tinggi artinya mereka ikutserta dalam organisasi maupun

perkumpulan masyarakat, berperan sebagai pemimpin maupun pengurus atau panitia

serta mereka tergabung dalam organisasi atau perkumpulan masyarakat dalam kurun

waktu lebih dari 10 tahun.

Jika pengalaman berorganisasi dilihat berdasarkan perbedaan jenis kelamin akan

dapat menunjukkan bagaimana pembagian peran dalam suatu masyarakat. Hasil

kuesioner menunjukkan bahwa meski berusia ‘sepuh’ dan dianggap memiliki waktu

yang lebih banyak untuk tampil dalam perkumpulan namun perempuan memiliki tingkat

pengalaman berorganisasi yang minim, seperti yang terlihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Jumlah responden berdasarkan tingkat pengalaman berorganisasi dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

Tingkat Pengalaman Beroganisasi Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan Rendah 0 5 5 Sedang 10 17 27 Tinggi 7 1 8 Total 17 23 40

Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa hanya satu orang saja yang memiliki

tingkat pengalaman berorganisasi yang tinggi dan mayoritas responden memiliki tingkat

pengalaman berorganisasi yang sedang. Artinya, meski mereka punya akses dalam

perkumpulan maupun organisasi namun mereka tidak memiliki kontrol didalamnya. Hal

ini disebabkan keikutsertaan responden perempuan dalam kelembagaan tersebut hanya

Page 103: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

sebagai anggota atau peserta saja. Kepemimpinan perempuan sebagai tanda bentuk

peran aktif perempuan hanya terdapat pada organisasi atau perkumpulan perempuan

saja seperti perkumpulan pengajian ibu- ibu atau PKK, sehingga perempuan Lansia di

Desa Situ Udik memiliki partisipasi yang pasif dalam bidang publik baik formal

maupun informal.

Page 104: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB VI

PROFIL SOSIAL POLITIK LANSIA DESA SITU UDIK

6.1 Lansia dan Politik

6.1.1 Tingkat Partisipasi Lansia dalam Pemilu 2004

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan suatu ‘hajatan’ besar bagi rakyat

Indonesia dalam menyuarakan aspirasi politiknya. Terlebih lagi dalam Pemilu 2004,

dimana diakui membuka banyak peluang partisipasi politik masyarakat. Semakin besar

peluang partisipasi politik masyarakat, akan memberi ruang kepada masyarakat untuk

menyuarakan kepentingannya. Tidak saja menyuarakan tetapi masyarakat juga dapat

mengontrol legislatif baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten untuk selalu

berpihak kepada kepentingan masyarakat karena dengan Pemilu legislatif rakyatlah

yang memberi mandat langsung kepada calon-calon yang akan duduk di DPR, DPRD

tingkat I maupun DPRD tingkat II.

Bagi masyarakat Desa Situ Udik, Pemilu merupakan momen penting dalam

kehidupan berpolitik. Bahkan warga yang melakukan migrasi untuk bekerja di kota

menyempatkan diri ‘mudik’ ke Desa Situ Udik agar dapat memberikan suaranya untuk

memilih anggota legislatif yang dinilai mampu menyuarakan aspirasi politiknya. Bagi

Lansia di Desa Situ Udik, mengikuti Pemilu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.

Hal ini dikemukakan oleh Bapak Ahd TOP (63 tahun):

“Ikut Pemilu itu juga ibadah neng. Sabab miluan Pemilu aya pautanana jeung manusa disakitaran. Jadi ikut Pemilu mah wajib hukumnya”

Informasi yang diperoleh dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa 100 persen

responden Lansia mengikuti Pemliu 2004. Partai politik pemenang Pemilu legislatif

tahun 2004 di lokasi yang menjadi sampel penelitian, RW 09, adalah Partai Keadilan

Page 105: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Sejahtera (PKS), diikuti dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat,

dan Golongan Karya (Golkar).

Hal yang menarik berdasarkan hasil wawancara, responden Lans ia ini tidak

mengetahui dengan pasti apa nama partai yang menjadi pilihan mereka. Mereka

mengidentifikasi partai yang dipilih berdasarkan warna, asosiasi pada tokoh pentingnya

serta gambar atau lambang dari partainya. Seperti saat ditanyakan partai apa yang

dipilih sebagian besar responden tidak dapat menyebutkan nama partai, yang mereka

sebutkan adalah sebagai berikut:

Cau (pisang) emas : PKS

Centong tibalik (panci terbalik) : Golongan Karya

Ka’bah : PPP

Megawati : PDI-P

Gusdur/NU : PKB

Bulan Bintang : PBB

SBY : Partai Demokrat

Menurut responden Lansia terlalu sulit untuk menghapalkan nama partai,

mengingat keterbatasan fisik, memori, serta terdapat Lansia yang buta huruf. Selain itu

juga mereka lebih memperhatikan gambar serta nama partai dibandingkan siapa yang

mereka pilih sebagai wakil dalam lembaga legislatif. Beberapa responden juga

menyatakan tidak begitu mengerti dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 2004.

Hal menjadi pertimbangan para responden ini dalam memilih partai politik dalam

Pemilu 2004 adalah seberapa besar kontribusi partai tersebut khususnya dalam

pembangunan infrastruktur dan memberikan perubahan kesejahteraan bagi masyarakat

Desa Situ Udik. Hal ini terlihat dalam partai politik yang dipilih oleh responden pada

Pemilu 2004, yang ditunjukkan dalam Tabel 23.

Page 106: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan partai politik yang dipilih pada Pemilu 2004, Desa Situ Udik

Partai Jumlah Persentase

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 18 45,0 Golongan Karya (Golkar) 2 5,0 PPP (Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6 15,0 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 1 2,5 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1 2,5 Partai Demokrat 7 17,5 Partai Bulan Bintang 4 10,0 Lainnya 1 2,5 Total 40 100,0

Hal yang perlu dicermati dari Tabel 23 adalah lima dari delapan partai yang

disebutkan responden sebagai partai yang dipilih dalam Pemilu 2004 adalah partai yang

memiliki landasan agama Islam. Hanya Partai Demokrat yang cukup banyak dipilih

(17,5 persen) yang tidak berlandaskan agama Islam. Hal ini secara umum, membawa

kesimpulan bahwa sosial budaya mempengaruhi partisipasi responden dalam Pemilu

legislatif tahun 2004.

Tingkat partisipasi dalam Pemilu 2004 dalam penelitian ini tidak hanya diukur

berdasarkan kuantitasnya saja tapi juga kualitasnya, yakni keikutsertaan dan peranan

dalam kampanye, peran dalam partai politik, serta kehadiran dalam penghitungan suara.

Tingkat partisipasi dalam Pemilu 2004 menjadi faktor penting yang memiliki

keterhubungan dengan partisipasi dalam kelembagaan politik desa. Hal ini karena

menyangkut pengetahuan serta kesadaran politik seseorang dapat dilihat dari

partisipasinya dalam Pemilu.

Kampanye merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan menjelang

Pemilu 2004. Bentuk dari kampanye yang diukur disini adalah berbagai bentuk

kampanye aktif mulai dari pawai keliling, debat terbuka lewat media massa, maupun

kampanye pada suatu tempat. Berdasarkan informasi dari hasil kuesioner diketahui

Page 107: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

bahwa jumlah responden yang mengikuti kampanye sebanyak 19 orang (47,5 persen),

dan hanya 21 orang saja yang menyatakan tidak pernah mengikuti kampanye politik

selama Pemilu 2004.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan responden yang merupakan juru

kampanye salah satu partai politik menyebutkan bahwa keikutsertaan warga dalam

kampanye pada dasarnya bukan sebagai bentuk aktif dalam mengikuti rangkaian

kegiatan Pemilu, namun lebih kepada mobilisasi saja. Hal ini dikemukakan oleh Bapak

Ud (65 tahun):

“Saya udah lama jadi kader dan kalo kampanye saya jadi juru kampanye partai. Biasanya, warga disini mau ikutan kampanye (pawai) kalo dikasih dulu baik berupa barang (atribut partai: topi, kaos, payung) ataupun uang.”

Terkait dengan hal tersebut Tabel 24 menjadi fakta dari jumlah responden berdasarkan

peranan yang ditampilkan dalam kegiatan kampanye Pemilu 2004.

Tabel 24. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan yang ditampilkan dalam kampanye Pemilu 2004, Desa Situ Udik

Peranan Jumlah Persentase

Hanya ikut pawai keliling (jadi peserta saja) 16 84,21 Juru Kampanye 2 10,52 Tidak ikut pawai keliling tapi ikut kumpul di kantor desa 1 5,26 Total 19 100

Tabel 24 memberi gambaran dan memperkuat pernyataan Bapak Ud (65 tahun)

tentang peranan yang ditampilkan responden dalam keikutsertaannya pada kampanye

Pemilu tahun 2004. Hampir seluruh responden (84 persen) hanya mengikuti pawai

keliling dalam rangkaian kampanye. Biasanya dalam rangkaian kegiatan pawai keliling

tersebut mereka berkumpul di lapangan dekat dengan pusat-pusat pemerintahan desa,

kecamatan atau kabupaten untuk mengikuti orasi dari juru kampanye. Namun, hiburan

berupa orkes dangdut merupakan faktor yang menarik mereka mau ikutserta dalam

pawai keliling.

Page 108: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Keikutsertaan dalam Pemilu terkait juga dengan peranan yang ditampilkan

dalam suatu partai politik. Hal ini akan menentukan derajat keaktifan seseorang dalam

Pemilu. Keaktifan responden Lansia dalam partai politik ditunjukkan dalam Tabel 25.

Tabel 25. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan dalam partai politik, Desa Situ Udik tahun 2006

Peranan Jumlah Persentase Simpatisan 37 92,5 Kader 3 7,5 Pengurus 0 0 Total 40 100

Terlihat bahwa hanya tiga orang responden yang menjadi kader dalam partai

politik sedangkan pada Tabel 24 hanya dua orang saja yang menjadi juru kampanye.

Responden yang menjadi kader namun tidak menjadi juru kampanye menyatakan bahwa

saat itu ia tidak bersedia untuk ikut serta menjadi juru kampanye secara langsung dan

hanya membantu anaknya menjadi juru kampanye suatu partai politik (Bapak Lam, 61

tahun). Namun beliau menyatakan ia menjadi panitia penyelenggara Pemilu di

Kampung Al Barokah, karena beliau merupakan ketua RW dan ketua RK. Hal ini

dilakukan agar Pemilu tetap berjalan sesuai asasnya luber (langsung, bebas, rahasia) dan

jurdil (jujur, adil).

Peran para Lansia ini sebagai juru kampanye formal tergantikan dengan yag

lebih muda. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Bapak Lam (61 tahun) dan Bapak

Nas (61 tahun), para sesepuh memiliki peran dalam menggerakkan pilihan terhadap

partai politik tertentu. Jumlah responden berdasarkan keikutsertaannya dalam

penghitungan suara, ditunjukkan dalam Tabel 26.

Page 109: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaan dalam penghitungan suara Pemilu legislatif 2004, Desa Situ Udik

Keikutsertaan Jumlah Persentase

Ikut 18 45,0 Tidak ikut 22 55,0 Total 40 100,0

Tabel 26 memperlihatkan sebagian besar (55 persen) responden menyatakan

tidak mengikuti proses penghitungan suara yang masuk di TPS (Tempat Pemungutan

Suara) masing-masing. Menurut mereka yang tidak mengikuti proses penghitungan

suara menjadi tidak terlalu penting. Hal ini karena sudah bisa dipastikan transparansi-

nya, sebagian juga menyatakan tidak punya waktu untuk ikut dalam penghitungan suara

karena harus kembali bekerja di sawah sedangkan proses penghitungan suara

membutuhkan waktu yang lama. Mengingat yang dihitung tidak hanya suara untuk

partai tetapi juga suara untuk calon anggota legislatif dari tingkat nasional hingga ke

tingkat provinsi dan kabupaten.

Informasi tentang keikutsertaan dalam kampanye, peranan dalam partai serta

keikutsertaan dalam proses penghitungan suara yang telah dikemukakan sebelumnya,

sehingga dapat diidentifikasi tingkat partisipasi Lansia dalam Pemilu 2004. Tingkat

partisipasi dikategorikan menjadi rendah dengan memberikan skor 2, kategori sedang

dengan memberikan skor 4-9, dan tinggi dengan memberikan skor 10-15. Tabel 27

merangkum gambaran tentang tingkat partisipasi responden dalam Pemilu 2004.

Tabel 27. Tingkat partisipasi responden dalam Pemilu 2004, Desa Situ Udik

Tingkat Partisipasi Pemilu 2004 Jumlah Persentase Sedang (skor: 4-9) 37 92,5 Tinggi (skor: 10-15) 3 7,5 Total 40 100,0

Tabel 27 memberikan informasi bahwa hampir seluruh (92,5 persen) responden

memiliki tingkat partisipasi yang sedang. Tingkat partisipasi sedang disini berarti bahwa

Page 110: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

para responden Lansia tidak hanya memberikan suara dalam Pemilu 2004 tetapi juga

ikut terlibat aktif dalam rangkaian kegiatannya seperti kampanye politik (pawai keliling)

serta penghitungan suara. Tabel 27 juga menunjukkan terdapat responden yang

memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam Pemilu 2004 meski hanya 3 orang.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa responden Lansia di Desa Situ Udik masih tetap

berpartisipasi aktif dalam Pemilu 2004.

6.1.2 Tingkat Keterdedahan terhadap Media Massa

Keterdedahan terhadap media massa merupakan komponen penting yang

kemudian dapat mendorong partisipasi politik seseorang. Lerner membuktikannya

dengan penelitiannya pada masyarakat Turki11. Disini ia mengungkapkan bahwa akses

terhadap media massa merupakan salah satu rekomendasi yang diajukan untuk

melepaskan masyarakat Turki dari keterbelakangan dan ketradisionalan yang dianggap

membelenggu.

Tingkat keterdedahan atau akses terhadap media massa dalam penelitian ini

diukur berdasarkan kepemilikan akan media massa (televisi, radio, media cetak) serta

mengikuti perkembangan berita politik di media massa. Pada bab konteks lokasi telah

dikemukakan bahwa kepemilikan sarana media massa masyarakat Desa Situ Udik

khususnya televisi termasuk tinggi. Hal ini diperkuat dari informasi pada Tabel 28.

Tabel 28. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan dan akses terhadap media massa, Desa Situ Udik tahun 2006

Akses dan Kepemilikan terhadap Media Massa Jumlah Persentase Televisi 31 77,5 Membeli secara eceran Koran 1 2,5 Tidak punya 8 20 Total 40 100,0 11 Daniel Lerner. 1958. The Passing of Tradition Society dalam Kumpulan Bahan Bacaan Praktikum Mata Kuliah Perubahan Sosial Tahun Ajaran 2006/2007. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Page 111: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 28 memberikan gambaran bahwa hampir seluruh responden (77,5 persen)

akses terhadap televisi. Seperti yang telah dikemukakan pada bab konteks lokasi bahwa

peningkatan kepemilikan televisi mulai meningkat sejak masuknya listrik ke Desa Situ

Udik, yakni sekitar tahun 1988 dan 1994. Pada tahun 1994, listrik mulai masuk secara

merata ke seluruh pelosok Desa Situ Udik. Radio sudah jarang diakses masyarakat Desa

Situ Udik., semenjak masuknya televisi. Namun, menurut salah satu responden, Ibu

Neng (60 tahun) bukan hanya hal tersebut yang menjadi sebab radio tidak lagi diakses.

Menurutnya, acara radio sekarang tidak lagi seperti acara radio ’zaman dulu’. Saat ini,

acara radio hanya berisikan iklan, kirim-kirim salam serta musik-musik dangdut.

Sedangkan acara-acara di radio ’zaman dulu’ lebih bervariasi seperti drama seri,

penyuluhan, berita. Sebelum listrik masuk radio tidak hanya sebagai media infromasi

bagi warga Desa Situ Udik tetapi juga media hiburan serta kelembagaan informasi. Ibu

Neng mengemukakan bahwa dulu ’para sepuh’ sering berkumpul bersama untuk

mendengarkan radio. Sehingga mendengarkan radio merupakan kebiasaan ’khas’ para

sesepuh di kampung tersebut.

Kebiasaan berkumpul bersama mendengarkan radio maupun menonton televisi

secara bersama luntur sejak masuknya listrik. Hal ini dikemukakan oleh Ibu Neng (60

tahun):

”Sebelum ada TV, pada ngumpul didepan rumah sini buat dengerin radio bareng-bareng. Pas masuk TV item putih, yang punya TV kan Cuma disini jadi pada miluan nonton disini. Pada ngumpulnya sore, abis ashar. Apalagi kalo bulan puasa sambil ngabuburit.”

Saat ini, televisi lebih dimanfaatkan sebagai media hiburan dibandingkan media

informasi bagi masyarakat Desa Situ Udik. Hampir dua per tiga responden (62,5 persen)

mengikuti perkembangan berita politik di media massa. Media massa yang banyak

diakses adalah televisi karena dinilai lebih praktis, serta dapat diterima baik dengan

Page 112: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

antena. Berdasarkan wawancara dengan respoden pagi hari dan sore hari merupakan

waktu yang biasanya mereka pergunakan untuk menonton berita politik di televisi.

Berdasarkan informasi dari hasil kuesioner diperoleh bahwa mayoritas

responden laki- laki yang memiliki keterdedahan terhadap berita politik di media massa,

seperti ditunjukkan pada Tabel 29.

Tabel 29. Jumlah responden berdasarkan keterdedahan terhadap berita politik, Desa Situ Udik tahun 2006

Keterdedahan terhadap berita politik Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan Ya, sering mengikuti 15 10 25 Tidak pernah mengikuti 2 13 15

Total 17 23 40

Tabel 29 memberi gambaran bahwa 15 dari 17 responden laki- laki memiliki

keterdedahan terhadap berita politik di media televisi. Sedangkan hanya 10 dari 23

responden perempuan yang tertarik untuk mengikuti perkembangan berita politik di

media massa. Seluruh responden perempuan yang tidak pernah mengikuti berita politik

bahwa mereka lebih tertarik menonton infotaiment, sinetron, atau acara-acara hiburan.

Berdasarkan kepemilikan dan akses terhadap media massa serta keterdedahan

terhadap berita-berita politik dapat diidentifikasi tingkat keterdedahan responden Lansia

terhadap media massa dengan mengkategorikannya pada tingkat rendah dengan

pemberian skor kurang dari dua, serta tingkat tinggi dengan pemberian skor 3-5.

Informasi tingkat keterdedahan responden terhadap media massa dapat dilihat pada

Tabel 30

Tabel 30. Tingkat Keterdedahan responden terhadap media massa, Desa Situ Udik tahun 2006 Tingkat keterdedahan terhadap media massa Jumlah Persentase Rendah 15 37,5 Tinggi 25 62,5 Total 40 100,0

Page 113: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 30 menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen responden memiliki tingkat

keterdedahan terhadap media massa yang tinggi. Mengacu pada rekomendasi Lerner di

atas maka dengan tingkat keterdedahan yang tinggi terhadap media massa maka hal ini

akan mendorong pada tingkat partisipasi politik yang tinggi juga, karena media massa

meningkatkan juga kesadaran serta pengetahuan masyarakat terhadap politik.

Bergulirnya reformasi serta keterdedahan terhadap media massa membuat sikap

masyarakat desa kian kritis seperti yang dikemukakan oleh Bapak H.Zae (55 tahun)

yang merupakan anggota BPD yang menyebutkan semenjak reformasi setidaknya

terjadi beberapa kali protes langsung yang disampaikan kepada kepala desa. Terutama

yang terjadi berkenaan dengan penyaluran dana BLT BBM. Masyarakat yang merasa

layak menerima dana tersebut tapi tidak terdaftar mengajukan protes secara langsung.

6.2 Nilai Sosial dan Budaya Politik Lansia

6.2.1 Sikap terhadap Politik

Sikap merupakan manifestasi dari pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain

yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga

agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Sikap bukan perilaku, tetapi sikap adalah

kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek,

ide, situasi dan nilai. Variabel sikap terhadap politik dapat diketahui melalui asosiasi

atau top of mind dari responden Lansia, artinya apa yang terlintas pertama kali ketika

mendengar kata politik, mencerminkan sikap seseorang terhadap politik. Berikut ini

adalah sejumlah pernyataan yang dilontarkan oleh responden ketika ditanyakan asosiasi

atau top of mind ketika mendengar kata politik:

1. Saya enggan/ merasa risih jika harus membicarakan tentang politik

2. Politik itu tabu untuk dibicarakan

3. Politik itu jahat, penuh intrik, saling menjatuhkan, mencari keuntungan.

Page 114: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

4. saya mau/tertarik/ingin selalu terlibat dalam dunia politik

5. politik itu dibutuhkan karena menyangkut pencapaian tujuan bersama

6. politik itu menyangkut tata cara dalam mengatur masyarakat

7. Saya tidak tahu, tidak mengerti apa itu politik karena saya ‘orang kecil’

8. politik itu partai politik dan Pemilu

Tabel 31 berikut menunjukkan kecenderungan sikap responden Lansia terhadap

politik yang tercermin lewat pernyataan. Pernyataan sikap yang diambil menjadi data

hanyalah tiga pernyataan sikap yang pertama kali disebutkan oleh responden. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam membuat pengelompokkan jawaban,

karena pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner adalah bentuk pertanyaan terbuka.

Tabel 31. Jumlah dan persentase responden Lansia berdasarkan pernyataan politiknya, Desa Situ Udik tahun 2006

Pernyataan Sikap Frekuensi Sebut Persentase

1 12 16,9 2 8 11,7 3 10 13,0 4 3 3,9 5 10 13,0 6 9 11,7 7 15 19,5 8 8 10,4

Total 100,0 Tabel 38 memberikan informasi bahwa pernyataan nomor tujuh serta nomor satu

yang paling banyak disebut sebagai asosiasi mereka tentang politik. Jika dikategorikan

pernyataan nomor satu tersebut termasuk ke dalam pernyataan yang menunjukkan

pernyataan sikap negatif. Pernyataan sikap yang cenderung netral ditunjukkan dari

pernyataan nomor tujuh. Jika pernyataan tersebut dikelompokkan menjadi kategori

pernyataan sikap yang negatif untuk pernyataan 1, 2, dan 3; pernyataan sikap yang

netral untuk pernyataan 7 dan 8 sedangkan pernyataan sikap yang positif untuk

pernyataan 4, 5, dan 6; maka dapat dilihat bahwa yang mengasosiasikan politik dengan

sesuatu yang negatif lebih banyak (frekuensi sebut: 30) dibandingkan yang

Page 115: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

mengasosiasikan politik dengan sesuatu yang positif (frekuensi sebut: 22) maupun yang

cenderung netral (frekuensi sebut: 23).

Hal ini kemudian menunjukkan bahwa terdapat keengganan responden masuk ke

dunia politik praktis karena sosialisasi yang diterimanya dan konstruksi sosial

memandang politik identik dengan sesuatu yang kotor, bukan tempat yang ’aman’,

politik adalah dunia maskulin, keras, penuh intrik, dan didominasi logika kalah

menang. Anggapan seperti ini pun menyebabkan perempuan ’tersingkir’ secara politis.

Terlebih lagi jika perempuan itu adalah perempuan Lansia, tersirat dalam Tabel 32.

Tabel 32. Tabulasi silang antara frekuensi sebut pernyataan sikap tentang politik dengan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

Pernyataan Sikap Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Negatif 11 9 Netral 17 4 Positif 5 10

Tabel 32 menunjukkan bahwa perempuan lebih sering menyebut pernyataan

sikap tentang politik sebagai sesuatu yang negatif dibandingkan laki- laki. Sedangkan

laki- laki lebih menyebutkan politik sebagai sesuatu yang positif lewat pernyataan

sikapnya dibandingkan perempuan. Namun, mayoritas perempuan Lansia lebih

menyebutkan pernyataan tentang politik lewat pernyataan yang lebih bersifat netral.

Wujud dari sikap terhadap politik dapat dilihat dari minat politik seseorang. Guna

melihat hal tersebut, ditanyakan kepada responden berkenaan dengan minat mereka

untuk ikut tergabung atau ikutserta dalam kelembagaan politik desa terutama untuk

menjadi perangkat desa seperti pamong desa, kader maupun dewan desa seperti BPD.

Berdasarkan informasi dari hasil kuesioner, lebih dari 42 persen Lansia respoden

berminat ikutserta dalam kelembagaan politik desa.

Page 116: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Hal tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden Lansia

menyatakan tidak lagi berminat untuk ikutserta dalam kelembagaan politik desa (lebih

dari 50 persen). Responden yang menyatakan masih berminat ikutserta dalam

menyalurkan aspirasi politiknya di tingkat desa mayoritas laki- laki Lansia. Lansia

perempuan mayoritas memilih tidak ingin terjun dalam kelembagaan politik yang dapat

menyalurkan aspirasi mereka, seperti yang terlihat dalam Tabel 33.

Tabel 33. Jumlah responden berdasarkan minat keikutsertaan dalam kelembagaan politik dan jenis kelamin, Desa Situ Udik tahun 2006

Minat Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Masih berminat 11 6 Tidak berminat 6 17 Total 17 23

Hasil tabulasi silang dalam Tabel 33 menunjukkan bahwa hampir seluruh

responden yang menyatakan tidak berminat untuk ikutserta dalam kelembagaan politik

adalah perempuan. Demikian juga sebaliknya, responden yang menyatakan masih

berminat untuk ikutserta dalam kelembagaan politik desa hampir seluruhnya adalah

laki- laki.

Data mengenai minat serta pernyataan sikap di atas meberikan gambaran tentang

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu yang bersifat politik, sebagai

suatu penghayatan terhadap nilai-nilai budaya dalam masyarakat pedesaan. Munculnya

sikap politik tertentu akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang akan muncul12.

Variabel sikap terhadap politik yang dikuantifikasi lewat pernyataan tentang sikap

terhadap politik dan minat akan keterlibatan dalam politik desa ini akan menjadi suatu

variabel antara dalam analisis lebih lanjut dalam penelitian ini. Hasil skoring dari sikap

12 Sudijono Sastroadmodjo, 1995, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Press.

Page 117: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

terhadap politik yang kemudian mengkategorikan sikap responden dalam sikap yang

positif, netral maupun negatif (nilai skoring dapat dilihat dalam lampiran 2).

Hail skoring dari data kuesioner memperlihatkan bahwa mayoritas responden

Lansia di Desa Situ Udik memiliki sikap terhadap politik desa yang netral (47,5 persen).

Namun, terdapat sebagian besar lagi yakni 37,5 persen para Lansia ini memiliki sikap

yang positif dan hanya enam orang dari total keseluruhan responden bersikap negatif.

Salah satu penyebab sikap yang lebih banyak netral ini adalah karena mayoritas

responden adalah perempuan. Hal ini digambarkan dalam Tabel 34.

Tabel 34. Sikap responden terhadap politik Desa Situ Udik berdasarkan jenis kelamin, tahun 2006

Jenis Kelamin Jenis Kelamin Total

Positif Netral Negatif Laki-laki 10 3 4 17 Perempuan 5 16 2 23 Total 15 19 6 40

Tabel 34 memberikan gambaran yang jelas bahwa laki- laki lebih menunjukkan

sikap yang lebih positif dibandingkan perempuan. Perempuan Lansia di Desa Situ Udik

lebih memilih bersikap netral dalam kehidupan politik pedesaan. Sikap ini, berdasarkan

tabel, dipilih karena sebagian besar responden ini menyatakan enggan untuk terlibat

langsung dalam parktek politik desa. Namun, berdasarkan wawancara dengan beberapa

responden Ibu Oon (60 tahun), Ibu Uum (67 tahun), Ibu Neng (60 tahun), dan Ibu Mas

(61 tahun) menyatakan ingin mengetahui perkembangan politik pedesaan terutama

berkaitan dengan kinerja perangkat desa.

6.2.2. Kepercayaan terhadap Kinerja Perangkat Desa

Sikap dan minat yang ditunjukkan oleh responden pada Tabel 33 dan 34

kemudian memiliki keterhubungan dengan kepercayaan terhadap kelembagaan politik

Page 118: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

desa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pandangan responden Lansia terhadap

kelembagaan politik desa baik aksesibilitas dalam rapat-rapat formalnya, serta kinerja

dewan desa baik kepala desa, para pamongnya maupun BPD dalam menampung

aspirasi masyarakat.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden (52,5 persen)

menyatakan bahwa rapat-rapat formal yang diselenggarakan di desa sulit untuk mereka

dari golongan Lansia mengaksesnya apalagi mempunyai kontrol terhadap rapat-rapat

tersebut. Hanya 15 persen yang menyatakan pandangan bahwa rapat-rapat formal desa

mudah untuk diakses serta mempunyai kontrol dalam penyelenggaraannya. Responden

yang menyatakan bahwa mereka bisa akses terhadap rapat desa namun mereka

diikutsertakan untuk sosialisasi program dan pelaksanaan saja, sehingga mereka tidak

mempunyai kontrol terhadap rapat-rapat formal yang mendahuluinya (data lebih

lengkap lihat Lampiran 4).

Pandangan tentang aksesibilitas terhadap rapat-rapat formal desa tersebut

memiliki keterhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perangkat kelembagaan

politik desa seperti kepala desa, para pamong, serta dewan desa di BPD. Wujud dari

penilaian ini adalah pernyataan puas/ sukses atau tidak puas/ tidak sukses terhadap

kinerja perangkat desa dalam kelembagaan politik desa selama ini. Informasi yang

diperoleh dari hasil kuesioner mengenai pandangan terhadap kinerja perangkat

kelembagaan politik desa dapat terlihat dalam Tabel 35.

Tabel 35. Jumlah dan persentase responden bedasarkan penilaian terhadap kinerja perangkat desa, Desa Situ Udik tahun 2006

Pandangan terhadap kinerja perangkat desa Jumlah Persentase Puas/ sukses 27 67,5 Tidak puas/ tidak sukses 13 32,5 Total 40 100,0

Page 119: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 35 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga reponden menyatakan puas

terhadap kinerja perangkat desa dalam kelembagaan politik desa. Hal ini karena

kebanyakan dari mereka menilai, sukses ini tidak terlepas dari peran RT, RW maupun

RK yang aktif. Ketua RT dan RW serta tokoh masyarakat merupakan penyalur aspirasi

politik responden. Elite desa di tingkat kampung (RT) ini justru menyatakan tidak puas

terhadap kinerja kepala desa yang tidak pernah ‘turun’ ke bawah. Hal ini ditunjukkan

lewat pernyataan Bapak Ahd (63 tahun):

“Sukses atau tidak seorang kepala desa di Situ Udik itu diniliainya dari sering tidaknya dia hadir di pengajian ke tiap-tiap kampung. Kalo hadir di pengajian pasti dia dengerin masalah dari rakyatnya. Tapi selama ini kepala desa yang sekarang mah belum pernah ‘turun’ ke bawah. Pamong serta BPD juga kurang ‘membumi”.

Tokoh masyarakat, RK, RT dan RW dianggap memiliki peranan yang lebih dominan

dalam menyalurkan aspirasi politik.

6.2.3 Persepsi: Kriteria Pemimpin

Kepercayaan terhadap perangkat desa kemudian menjadi faktor yang

mempengaruhi persepsi responden Lansia terhadap pemimpin yang ada di Desa Situ

Udik. Hal ini dapat dilihat dari kriteria mereka terhadap pemimpin yang cocok bagi para

responden adalah yang berusia tua. Hal ini karena menurut mereka dengan berusia tua,

pemimpin lebih memiliki kearifan, bijaksana, pengalaman serta pengetahuan tentang

masyarakat lebih baik dibandingkan kepada pemimpin dari golongan muda yang

dianggap masih belum punya pengalaman (lihat Lampiran 5). Hal ini diperkuat oleh

pernyataan Bapak H.Zae, (50 tahun):

“Seorang pemimpin bagi masyarakat disini yang paling penting itu pendidikan agamanya tinggi, berpengaruh, cukup dituakan, dermawan, masih sanggup fisiknya untuk mengurus, mau berkorban.”

Page 120: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Pengalaman merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dalam masyarakat Desa

Situ Udik, hal ini karena jarang warga desa yang berpendidikan formal tinggi.

Ketokohan maupun kepemimpinan pun kemudian didasarkan pada pengalaman dan

pengetahuan akan ilmu-ilmu agamanya. Seorang kyai atau ustadz menempati posisi

yang dihormati dalam masyarakat. Namun, kyai lebih memiliki pengaruh dibandingkan

hanya seorang ustadz.

Kriteria untuk seorang pemimpin yang dikemukakan oleh responden yang

sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah pemimpin tersebut mempunyai

tingkat kekosmopolitan yang tinggi, artinya pemimpin haruslah orang yang pernah

merantau atau bermigrasi ke luar desa. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa hampir seluruh

ketua RT maupun RW serta perangkat desa yang lain adalah orang yang pernah migrasi

ke luar desa. Seseorang yang pernah bekerja di luar desa khususnya pergi ke ibukota

memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Bekerja di Jakarta dapat

meningkatkan status seseorang di masyarakat meski hanya sebagai buruh bangunan,

pedagang kaki lima, ataupun pembantu rumah tangga. Menurut pendapat responden,

dengan pergi ke Jakarta seseorang akan mempunyai orientasi kota yang lebih maju

dibandingkan jika hanya menetap di desa sebagai buruh tani atau petani penggarap.

Selain itu, melakukan pola pekerjaan ganda dalam upaya mempertahankan

kelangsungan hidupnya telah lama dilakukan masyarakat Desa Situ Udik. Pekerjaan

tersebut seringkali merupakan kombinasi dari pekerjaan di sektor pertanian dan di luar

pertanian.

Mereka juga menganggap bertani itu tidak bisa lagi dijadikan tumpuan hidup

dan adanya gengsi di antara masyarakat dikarenakan ada suatu penilaian bagi orang

yang bekerja di kota bahwa mereka pasti mempunyai materi lebih dibandingkan dengan

Page 121: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Hal ini menimbulkan suatu kebiasaan di Desa

ini masalah siapa yang mengerjakan lahan pertanian. Pada saat menggarap yang bekerja

itu adalah akuannya tetapi hanya suami yang bekerja sedangkan untuk babut, nandur,

ngarambet sampai pada saat waktu panen yang bekerja itu adalah para istri. Suami tidak

ikut bekerja karena mereka bekerja di kota sebagai kuli bangunan atau berdagang.

Setelah seseorang mencapai usia lanjut, biasanya mereka ‘kembali’ lagi untuk

menggarap lahan pertanian serta ‘mengurus’ masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari

persepsi responden terhadap posisi atau jabatan yang pantas bagi Lansia yang masih

aktif dalam kegiatan politik serta sosial kemasyarakatan responden menempatkan

seseorang yang masih aktif dalam kegiatan sosial politik pada posisi yang terhormat

(lihat Lampiran 6). Hal ini terlihat dari pendapat responden (75 persen) yang

menyatakan menempatkan Lansia aktif dalam posisi pemimpin atau

penasihat/pembimbing dalam kegiatan sosial politik di Desa Situ Udik. Selain itu,

responden juga menyatakan lebih mempercayakan posisi untuk dewan desa serta

pamong desa kepada mereka yang telah berumur lanjut. Berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa responden: Bapak M. Nas, Bapak Nur, dan Ibu Mas, diperolah

keterangan meski memiliki keterbatasn dengan fisiknya namun para Lansia ini dianggap

lebih mampu menjalankan pemerintahan berdasarkan nilai-nilai serta tradisi Desa Situ

Udik. Artinya, dengan demikian seorang Lansia yang aktif akan memiliki peranan yang

sentral dalam pengambilan keputusan politik di desa. Meski dalam kelembagaan politik

formal (struktur pemerintahan desa, dewan desa) mulai berkurang keterwakilannya.

Namun, pengaruh mereka dalam masyarakat belum mampu digeser oleh para anggota

dewan desa yang lebih muda.

Page 122: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB VII

PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA

7.1 Partisipasi Lansia dalam Rapat Formal Desa

Proses demokrasi desa dapat terlihat secara jelas dalam pencapaian keputusan.

Proses pencapaian keputusan dalam masyarakat desa diartikan sebagai proses menuntun

masyarakat ke persetujuan atau pertentangan dengan usulan yang diberikan oleh

masyarakatnya. Rapat formal desa merupakan salah satu kelembagaan dimana

masyarakat desa menyalurkan aspirasi politiknya. Pencapaian keputusan secara bersama

seharusnya terjadi dalam rapat-rapat desa yang dihadiri oleh semua penduduk dewasa

dari masyarakat itu (Prijono, 1986). Lansia sebagai penduduk dewasa dalam masyarakat

desa seharusnya menjadi bagian dalam proses pencapaian dan pengambilan keputusan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua per tiga (65 persen) responden

pernah mengikuti rapat-rapat formal desa, dan sepertiganya (35 persen) tidak pernah

mengikuti rapat formal desa. Berdasarkan tabel tersebut juga menunjukkan 14 orang

tidak pernah mengikuti rapat, dan dari jumlah tersebut 12 orang diantaranya adalah

perempuan. Hanya dua orang laki- laki yang tidak pernah mengikuti rapat formal di

desa. Ibu Oon (60 tahun) mengemukakan sebagai berikut:

“Kalau disuruh ikut rapat ke kantor desa biasanya diajak ama Pak RK, atau ibunya. Kalau saya, suka males ikut yang kaya gituan, diwakilin ajah sama suami atau anak”

Informasi ini diperkuat dengan data frekuensi keikutsertaan Lansia di Desa Situ Udik

yang mayoritas memiliki frekuensi yang tinggi dalam rapat-rapat formal, pada Tabel 36.

Tabel 36 memberikan informasi bahwa rata-rata responden Lansia rata-rata

mengikuti rapat formal desa lebih dari dua kali. Ditunjukkan lebih dari 60 persen

responden pernah mengikuti rapat formal desa dalam satu tahun terakhir ini.

Page 123: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi keikutsertaan dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

Frekuensi keikutsertaan dalam rapat formal desa Jumlah Persentase 1-2 kali 10 38,46 Lebih dari dua kali 16 61,54 Total 26 100,0

Berdasarkan keterangan dari Bapak Lam (61 tahun) yang merupakan ketua RW

09, biasanya jika kantor desa hendak menyelenggarakan suatu rapat formal, undangan

disampaikan baik secara tertulis (undangan resmi) maupun secara informal. Undangan

rapat secara formal biasanya untuk kegiatan-kegiatan yang dihadiri oleh para pemuka

desa seperti tokoh pemuda, ketua kelompok tani, maupun pamong desa. Undangan rapat

yang disampaikan secara informal, biasanya untuk menggalang kehadiran warga untuk

suatu kegiatan. Undangan ini disampaikan melalui ketua RW, RT atau ketua kampung

untuk kemudian disampaikan kepada seluruh warga masyarakat. Pamong desa (pegawai

administrasi desa) bertugas menyampaikannya kepada jajaran pemimpin wilayah

dibawah desa.

Proses pencapaian keputusan dalam penelitian ini adalah dengan

mempertimbangkan tiga aspek yaitu perencanaan, pengambilan keputusan serta

pelaksanaan. Perencanaan merupakan suatu proses permulaan atau prakarsa dimana

dirumuskan usulan-usulan dari masyarakat untuk menyusun rencana pelaksanaan

program/proyek maupun kegiatan pembangunan desa juga berhubungan dengan

kehendak untuk melaksanakannya. Perencanaan ini juga menunjukkan apakah

program/proyek maupun kegiatan ini merupakan keperluan, kebutuhan serta keinginan

dari semua pendudukdesa atau hanya merupakan tekanan dari suatu golongan untuk

memenuhi kepentingan mereka sendiri.

Page 124: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Pengambilan keputusan mencakup baik pertimbangan persiapan sebelum rapat

dan pertimbangan yang muncul saat rapat. Pelaksanaan berarti semua kegiatan yang

diarahkan kepada realisasi apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan serta yang

dalam pengambilan keputusan. Pelaksanaan mencakup pengkomunikasiannya dalam

bentuk sosialisasi maupun penyuluhan serta penjelasan prosedur proyek/program

pembagunan serta kegiatan kemasyarakatan, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 37.

Tabel 37. Jumlah dan persentase responden berdasarkan bentuk-bentuk rapat formal yang pernah diikuti

Bentuk-bentuk rapat formal Jumlah Persentase Sosialisasi/penyuluhan program/proyek/kegiatan 14 53,84 Penyusunan atau perencanaan 6 23,08 Pengambilan Keputusan/Mengikuti semua 6 23,08 Total 26 100,0

Tabel 37 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden hanya mengikuti

rapat formal desa berupa sosialisasi proyek/program/kegiatan guna pelaksanaannya.

Hanya enam orang atau 23 persen yang mengikuti penyusunan/perencanaan

kegiatan/proyek/program maupun pengambilan keputusan. Artinya bentuk keikutsertaan

dari responden Lansia ini mayoritas hanyalah mobilisasi dari para pemuka atau

pemimpinnya. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa meski Lansia ini memiliki akses

terhadap rapat-rapat formal desa namun mereka hampir tidak memiliki kontrol dalam

rapat formal yang diselenggarakan dalam satu tahun terakhir ini.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan salah

seorang pamong desa, Bapak Mi (35 Tahun), biasanya suatu usulan diajukan oleh

kepala desa, pemimpin formal atau informal lainnya, ataupun kepala rumah tangga lain

yang ada di desa. Begitu pula dengan pertimbangan atau pengambilan keputusan hanya

terjadi antara pemimpin formal (kepala desa, ketua BPD, ketua PKK serta kepala/ketua

lembaga formal desa) dan pemimpin informal desa (tokoh masyarakat yang terdiri dari

Page 125: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

ketua kampung, tokoh pemuda, tokoh agama) yang kemudian memainkan peran penting

dalam proses pelaksanaannya. Namun, yang paling sering dilakukan adalah

perencanaan dilakukan seluruhnya secara terperinci oleh administrasi desa, baru

dirapatkan untuk pengambilan keputusan. Hasil tersebut kemudian diintruksikan ke

administrasi desa pada tingkat yang lebih rendah (ketua RW dan RT) dan

disosialisasikan kepada seluruh warga Desa Situ Udik. Informasi dari Bapak Mi (35

tahun) serta data dari Tabel 37 mengenai peran dalam penyelenggaraan rapat formal

desa diperkuat dalam Tabel 38.

Tabel 38. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peranan dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

Peranan dalam Rapat Formal Jumlah Persentase Peserta/Anggota Rapat 16 61,54 Ikut memberikan usulan/informasi, mengajukan pendapat 5 19,23 Pengambil keputusan 5 19,23 Total 26 100,0

Informasi dari Tabel 38 menunjukkan bahwa sebagian besar responden peranan

dalam rapat desa yang pernah diikuti hanya sebagai peserta maupun anggota rapat saja.

Hal ini terkait dengan bentuk rapat desa yang diikuti berupa sosialisasi proyek/program

serta kegiatan. Hanya lima orang atau 19 persen yang berperan sebagai pengambil

keputusan maupun memberikan pendapat, saran serta usulan dalam perencanaan. Data

yang diperoleh juga menunjukkan hanya dua orang responden perempuan yang pernah

memberikan usul atau mengajukan pendapatnya. Selain itu, tidak ada seorangpun dari

responden perempuan yang pernah ikut dalam pengambilan keputusan dari rapat-rapat

formal yang diselenggarakan.

Kepala Desa Situ Udik juga mengemukakan, dalam rapat penetapan ADRT,

hanya ketua (Ibu Ken, 58 tahun) atau pengurus PKK saja yang diikutsertakan. Hal

tersebut menunjukkan perempuan khususnya Lansia tidak memiliki kontrol, meskipun

Page 126: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

memiliki kontrol namun terbatas dalam proses pengambilan keputusan lewat rapat

formal desa. Selain itu dikemukakan oleh Bapak Mif selaku Kepala Desa bahwa hal

yang disampaikan oleh perwakilan perempuan dalam rapat ADRT biasanya berkenaan

dengan kegiatan-kegiatan sosial, keluarga maupun pendidikan.

Tingkat partisipasi Lansia dalam rapat formal desa dalam penelitian ini

diidentifikasi melalui skoring dari keikutsertaan, frekuensi, bentuk-bentuk rapat serta

peranan yang ditampilkan dalam rapat tersebut. Berdasarkan data pada tabel 36, 37 dan

38 telah dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini adalah tingkat partisipasi

responden Lansia dalam rapat formal desa.

Tabel 39. Tingkat partisipasi responden dalam rapat formal Desa Situ Udik, tahun 2006

Tingkat partisipasi dalam rapat formal desa Jumlah Persentase Rendah 14 35,0 Sedang 16 40,0 Tinggi 10 25,0 Total 40 100,0

Tabel 39 menunjukkan bahwa 40 persen responden Lansia memiliki tingkat

partisipasi yang sedang, artinya responden pada tingkat partisipasi ini pernah mengikuti

rapat formal desa, bentuk rapat desa yang diikuti berupa sosialisasi atau penyuluhan

program/proyek/kegiatan pembangunan atau kemasyarakatan, bisa juga mengikuti

perencanaan atau penyusunan namun perannya hanya sebagai peserta atau anggota rapat

saja. Sisanya, 35 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam rapat

formal desa, artinya tidak pernah sama sekali mengikuti rapat formal desa. Responden

dengan tingkat partisipasi yang tinggi hanya sebesar 25 persen saja. Responden pada

tingkat ini mengikuti rapat formal desa dengan frekuensi lebih dari dua kali, terlibat

dalam hampir keseluruhan tahapan proses pengambilan keputusan serta menampilkan

peranan yang penting dalam proses tersebut.

Page 127: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

7.2 Partisipasi Lansia dalam Dewan Desa

Dewan desa dalam penelitian ini mencakup pemimpin-pemimpin di Desa Situ

Udik. Hofsteede (1990) mengidentifikasikan pemimpin sebagai orang yang memberikan

pengaruh pada lingkungannya. Terdapat tiga kategori tokoh yang merupakan pemimpin

di Desa Situ Udik, yakni tokoh formal, tokoh informal, dan tokoh kader. Tokoh formal

adalah tokoh pemerintahan desa, seperti kepala desa, para pamong desa, kepala dusun,

ketua lembaga formal yang ada di desa seperti BPD, LPM, Hansip serta para ketua RT

dan RW. Sementara tokoh informal terdiri dari para pemimpin desa diberbagai bidang

kehidupan, tetapi tidak mempunyai jabatan resmi.

Kepemimpinan informal terlihat dalam kegiatan-kegiatan seperti perayaan hari

nasional dan keagamaan, pelaksanaan proyek desa, musyawarah desa, serta berbagai

upacara adat di lingkungan desa. Mereka adalah petani kaya, petani menengah, petani

miskin yang tergabung dalam suatu kelompok maupun perkumpulan petani, lebe,

ustadz, kyai, pegawai, bekas pamong desa, guru, pensiunan, veteran, orang desa yang

lama migran sehingga dianggap punya banyak pengalaman, pedagang, bidan, perawat,

istri pejabat, pengurus organisasi wanita, maupun tokoh pemuda yang mempunyai

pengaruh.

Tokoh kader merupakan penduduk desa yang dibina oleh Dinas/Instansi tertentu

dalam implementasi program pembangunan. Tokoh kader yang saat ini terdapat di Desa

Situ Udik diantaranya kader PKK, Posyandu, serta KB. Kebanyakan tokoh kader ini

adalah perempuan, karena kader ini dikhususkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.

Kader-kader partai politik di Desa Situ Udik biasanya merupakan tokoh masyarakat

baik formal maupun informal. Tokoh dari kader partai politik ini baru memiliki peranan

dalam kelembagaan politik di Desa Situ Udik saat era reformasi. Hal ini mengingat pada

Page 128: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

era orde baru tokoh-tokoh partai politik tidak begitu berfungsi karena usaha-usaha

golkarisasi.

Pergeseran yang ada di masyarakat Desa Situ Udik adalah pemimpin formal saat

ini merupakan orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi, dan berusia muda

(dibawah 50 tahun). Jumlah dan persentase responden yang pernah atau saat ini

tergabung dalam dewan desa dapat dilihat lebih dari tiga per empat responden tidak

pernah tergabung dalam dewan desa, dan hanya sembilan orang atau 22,5 persen yang

pernah atau saat ini menjadi dewan desa. Hal ini dapat menunjukkan kecenderungan

bahwa perekrutan maupun akses terhadap posisi penting di kelembagaan politik desa

bagi para responden Lansia ini terbatas. Terdapat pula kecenderungan mulai tergeser

posisinya dalam dewan desa diperkuat dari data Tabel 40.

Tabel 40. Jumlah dan persentase responden berdasarkan posisi yang ditempati dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006

Posisi di Dewan Desa Jumlah Persentase Tidak pernah menjadi dewan desa 31 77,5 Kader, tokoh informal, ketua RT/RW 8 20,0 Kepala desa, kepala dusun, BPD, pamong desa 1 2,5 Total 40 100,0

Tabel 40 menunjukkan bahwa lebih dari tiga per empat responden tidak pernah

menempati posisi-posisi penting dalam kelembagaan politik yang ada di Desa Situ

Udik. Hanya satu orang saja yang menempati posisi kepala dusun yakni Bapak Ud (65

tahun). Artinya para Lansia di Desa Situ Udik dalam struktur pemerintahan desa hanya

menempati tingkatan administrasi yang rendah. Tabel 40 memperkuat gambaran bahwa

kebanyakan responden yang menjadi dewan desa merupakan tokoh infomal, kader

partai politik serta ketua RT/RW. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pamong

desa, Bapak Man (34 tahun), saat ini Lansia yang menempati posisi formal di

pemerintahan Desa Situ Udik hanya lima orang. Hal ini disebabkan juga adanya

Page 129: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

kebijakan yang menjadi prasyarat jika hendak menempati posisi-posisi formal desa

haruslah berusia maksimal 60 tahun dan berpendidikan minimum tamatan SD. Hal ini

jika melalui proses pemilihan oleh masyarakat namun jika melalui proses penunjukkan

tidak ada batasan mengenai usia maupun pendidikan. Sehingga kebanyakan Lansia

tergabung atau menjadi dewan desa melalui proses penunjukkan dari kepala desa,

ditunjukkan pada Tabel 41.

Tabel 41. Jumlah dan persentase responden yang menjadi dewan desa berdasarkan proses penempatan posisi dalam Kelembagaan Politik Desa Situ Udik

Proses penempatan Jumlah Persentase Ditunjuk oleh kepala desa 4 44,44 Ditunjuk dan dipilih oleh tokoh masyarakat 4 44,44

Dipilih oleh masyarakat 1 11,11 Total 9 100,0

Tabel 41 menunjukkan bahwa Lansia menjadi dewan desa lebih banyak melalui

proses penunjukkan dibandingkan melalui proses pemilihan. Disimpulkan bahwa

kepemimpinan di Desa Situ Udik merupakan kepemimpinan para elit. Kepala desa yang

menjabat sekarang memiliki hubungan kekerabatan dengan ketua BPD saat itu yang

merupakan tokoh paling berpengaruh di Desa Situ Udik, Alm. KH. Aib.

Tingkat partisipasi dalam dewan desa dapat diidentifikasi berdasarkan skoring

dari keikutsertaan, posisi atau jabatannya serta proses penempatannya dalam dewan

desa. Hasil skoring ini kemudian membagi responden menjadi responden dengan

tingkat partisipasi yang tinggi dan rendah dalam dewan desa. Berdasarkan data pada

Tabel 40 dan Tabel 41 yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini adalah

tingkat partisipasi responden Lansia dalam dewan desa.

Page 130: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 42. Tingkat partisipasi Lansia dalam dewan Desa Situ Udik, tahun 2006

Tingkat partisipasi dalam dewan desa Jumlah Persentase Rendah 31 77,5 Tinggi 9 22,5 Total 40 100,0

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tabel 42 lebih dari 77 persen

responden Lansia memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam dewan desa. Artinya

lebih dari tiga per empat responden ini tidak pernah terlibat menjadi dewan desa. Hanya

terdapat sembilan orang dengan tingkat partisipasi yang tinggi dalam dewan desa. Pada

tingkat partisipasi yang tinggi dalam dewan desa, responden pernah menjadi

kader/pamong desa/kepengurusan RT/RW baik ditunjuk, dipilih masyarakat maupun

inisiatif pribadi serta pernah menjadi kepala desa, dan anggota BPD baik ditunjuk,

inisiatif pribadi maupun dipilih oleh masyarakat.

Berdasarkan data yang telah dikemukakan dalam Tabel 42 yang berkenaan

dengan partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa menunjukkan bahwa dasar

kehidupan komunitas desa setempat masih ditopang dengan kokoh oleh bentuk-bentuk

pengelompokan sosial yang menjalin warganya saling kenal mengenal yaitu ikatan

kekerabatan.

Sistem kekerabatan membentuk suatu solidaritas sosial antar kekerabatan yang

terbina erat dalam siklus kehidupan masyarakat. Faktor pengutamaan kerabat dekat

untuk mengisi peluang, disusul kemudian dari kerabat luas dan baru kepada orang lain

jika masih ada sisa peluang. Bapak Lam (61 tahun) misalnya, menjadi ketua RK karena

merupakan salah satu kerabat dekat dari dengan kepala desa sebelumnya. Begitu pula

dengan anaknya yang menjadi anggota BPD, Bapak Tao (48 tahun).

Faktor pengutamaan kaum kerabat dekat untuk mengisi peluang, disusul

kemudian dari kerabat luas baru kemudian kepada orang lain jika masih ada sisa

Page 131: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

peluang. Hubungan ini kian menyentuh ke dimensi politik khususnya kekuasaan lokal.

Lansia yang merupakan pemuka masyarakat memiliki andil dalam ’penurunan’

kekuasaan pada kerabat dekat ini.

7.3 Partisipasi Lansia dalam Musyawarah Desa

Pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan oleh musyawarah dalam

pencapaian atau pengambilan keputusan dan gotong royong dalam pelaksanaan

keputusan tersebut merupakan dasar dari sistem sosial ekonomi serta politik di pedesaan

(Prijono, 1983). Musyawarah inilah yang menjadi dasar pembangunan desa.

Musyawarah dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai pertemuan secara informal di

tingkat RT/RT atau kampung.

Hal ini karena di Desa Situ Udik, musyawarah di tingkat RT, RW maupun

kampung inilah yang kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan politik di tingkat

desa. Namun, tidak selalu pengambilan keputusan politik di tingkat desa menjadi dasar

pengambilan keputusan di tingkat kampung. Secara umum, hal ini dapat dilihat dari

keikutsertaan responden dalam musyawarah di tingkat RT/RW maupun kampung

memberikan gambaran hampir seluruh responden yakni 80 persen pernah mengikuti

musyawarah di tingkat RT/RW atau kampung. Hanya terdapat delapan orang atau 20

persen saja yang menyatakan tidak pernah mengikuti musyawarah yang pernah

diselenggarakan di tingkat RT/RW atau kampung. Besarnya persentase ini karena

musyawarah biasanya diselenggarakan setelah pengajian. Pengajian merupakan

kelembagaan yang paling sering diakses oleh Lansia. Sehingga keikutsertaan responden

dalam musyawarah pun tinggi. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi dari keikusertaan

dalam musyawarah di tingkat RT/RW atau kampung dalan Tabel 43

Page 132: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Tabel 43. Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi keikutsertaan dalam musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

Frekuensi Keikutsertaan Jumlah Persentase Tidak pernah 8 20 1-2 kali 2 5,0 Lebih dari dua kali 30 75,0 Total 40 100,0

Tabel 43 menunjukkan bahwa tiga per empat responden memiliki frekuensi

kehadiran dalam musyawarah di tingkat RT/RW atau kampung lebih dari dua kali.

Keikutsertaan ini dapat juga menunjukkan frekuensi responden dalam menghadiri

pengajian. Hanya dua orang saja yang frekuensi kehadirannya dalam musyawarah

sebanyak 1-2 kali. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara, kedua orang

tersebut rendah frekuensi kehadirannya dikarenakan kondisi fisiknya yang melemah.

Namun, yang perlu dicermati lebih lanjut adalah aspek dari musyawarah yang

dilakukan, karena ini akan menunjukkan sejauhmana akses serta kontrol Lansia dalam

musyawarah tersebut.

Aspek-aspek dari musyawarah diantaranya berkenaan dengan kegiatan

keagamaan, perencanaan kegiatan dan gotong royong pembangunan infrastruktur

kampung, penyelesaian konflik, pemilihan ketua RT/RW atau kampungserta pengaturan

pemanfaatan sumberdaya/fasilitas umum. Tabel 44 menunjukkan aspek dari

musyawarah yang diselenggarakan.

Tabel 44 memberikan informasi bahwa responden Lansia lebih akses dalam

musyawarah-musyawarah yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal

ini ditunjukkan 33 responden menyatakan ikutserta dalam musyawarah yang membahas

tentang kegiatan keagamaan, maupun persoalan-persoalan yang berkenaan dengan

keagamaan, misal tentang hukum penggunaan alat kontrasepsi serta siapa yang berhak

Page 133: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

mendapatkan BLT BBM jika didasarkan pada aturan siapa yang berhak menerima

zakat, musyawarah penyelenggaraan peringatan hari besar keagamaan.

Tabel 44. Jumlah dan persentase responden berdasarkan aspek (jenis) musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

Bentuk-bentuk musyawarah Jumlah Persentase

Kegiatan keagamaan 33 34,4

Perencanaan kegaiatan kemasyarakatan/pembangunan 28 29,2 Penyelesaian masalah/konflik 10 10,4

Pemilihan/penunjukkan calon/ketua RT/RW 12 12,5

Pengaturan pemanfaatan SDA atau fasilitas umum serta norma-norma

13 13,5

Lansia perempuan memiliki akses yang tinggi dalam musyawarah yang berkenaan

dengan kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Akses yang terbatas bahkan

tertutup bagi perempuan Lansia untuk musyawarah yang berkenaan dengan

pendistribusian kekuasaan dalam pemilihan pemimpin atau pengalokasian sumberdaya

alam dan fasilitas publik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara, Bapak

Lam (61 tahun), mengatakan bahwa untuk musyawarah yang berkenaan dengan

penyelesaian konflik atau pemilihan ketua RT/RW atau kampung, perempuan sudah

‘diwakili’ oleh kehadiran suami-suami mereka.

“Perempuan mah kalo untuk urusan milih RT/RW diwakili saja lewat suaminya, nanti juga kalo dirumah dikasih tau hasil rapatnya jadi buat apa harus ikutan dateng juga”, (Bapak Lam, 61 tahun).

Informasi tersebut juga menunjukkan bahwa keikutsertaan responden Lansia

dalam musyawarah di RT/RW atau kampung diselenggarakan oleh para tokoh

masyarakatnya. Tokoh yang merupakan pemimpin di tingkat kampung ini secara moral

mereka diharuskan memelihara kerukunan dengan orang lain dan norma bagi pemimpin

adalah menjaga pengikutnya. Oleh karena itu cara-cara pencapaian tujuan di masyarakat

Page 134: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

masih bergantung pada pemimpinnya. Hal ini ditunjukkan bahwa musyawarah

diprakarsai oleh para tokohnya.

Masyarakat Desa Situ Udik membedakan jenis pertemuan-pertemuan dalam

kelembagaan politik desa khususnya terkait dengan fungsi pengambilan keputusan.

Rapat dipandang sebagai sesuatu yang formal sedangkan musyawarah merupakan ajang

informal dalam proses pengambilan politik. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Uj (60

tahun) sebagai berikut:

“ Rapat itu asal katanya dari kata rapet, jadi cuma sedikit orang aja yang bisa ikutan. Biasanya untuk yang lebih resmi-resmian. Jadi, sebenernya keputusan udah dibuat duluan tapi biar lebih kuat putusannya diadain rapat. Kalo musyawarah itu semua warga duduk bareng untuk bicara, tuker pendapat untuk mecahin masalah bersama juga.”

Tingkat partisipasi dalam musyawarah dapat diidentifikasi berdasarkan skoring

dari keikutsertaan, frekuensi keikutsertaan, serta peran sebagai pemrakarsa. Hasil

skoring ini kemudian membagi responden menjadi responden dengan tingkat partisipasi

yang rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan data pada Tabel 43 dan 44 yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini adalah tingkat partisipasi responden Lansia

dalam musyawarah.

Tabel 45. Tingkat partisipasi responden dalam musyawarah Desa Situ Udik, tahun 2006

Tingkat partisipasi Jumlah Persentase Rendah 7 17,5 Sedang 27 67,5 Tinggi 6 15,0 Total 40 100,0

Tabel 45 menunjukkan bahwa 67,5 persen responden Lansia memiliki tingkat

partisipasi yang sedang, artinya responden pada tingkat partisipasi ini pernah mengikuti

musyawarah desa, dengan frekuensi lebih dari dua kali tetapi tidak pernah menjadi

pemrakarsa diadakan musyawarah. Sisanya, 17,5 persen responden memiliki tingkat

partisipasi yang rendah dalam musyawarah desa, artinya tidak pernah sama sekali

Page 135: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

mengikuti rapat formal desa. Sedangkan responden dengan tingkat partisipasi yang

tinggi hanya sebesar 15 persen saja. Responden pada tingkat ini mengikuti musyawarah

desa dengan frekuensi lebih dari dua kali, terlibat dalam hampir keseluruhan tahapan

proses pengambilan keputusan serta pernah menampilkan peranan menjadi pemrakarsa

diadakan musyawarah.

Pengambilan keputusan dengan pemakrasa elit memiliki kecenderungan masih

adanya manipulasi aspirasi masyarakat dengan kepentingan kelompok elit desa.

Sehingga nasib rakyat menjadi tergantung pada jasa baik mereka. Selain itu hubungan

kekuasaan dalam musyawarah sebagai suatu ajang penyaluran aspirasi politik

masyarakat adalah hubungan yang paternalisasi. Meskipun Lansia khususnya Lansia

laki- laki dari golongan masyarakat kebanyakan akses terhadap musyawarah yang

diselenggarakan dalam suatu ajang penggajian bapak-bapak ini mereka tidak memiliki

kontrol. Kalaupun memiliki kontrol, masih sangat terbatas.

Elit desa yang umumnya golongan kaya dianggap menempati posisi yang ’luhur’

atau tinggi sehingga penghormatan harus selalu diberikan dan sulit untuk bisa

melangkahi atau mengabaikan hal tersebut. Keikutsertaan dalam organisasi sosial sering

didasari kedekatan seseorang yang telah terjalin erat sebelumnya di luar organisasi

formal maupun lembaga formal yang ada di desa, misal kekerabatan atau ketetanggaan.

Page 136: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB VIII

PARTISIPASI LANSIA DALAM KELEMBAGAAN POLITIK DESA DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

8.1 Faktor Sosial Ekonomi dan Nilai Budaya Masyarakat desa

Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menunjukkan kondisi sosial ekonomi responden Lansia antara lain adalah besar

pendapatan yang digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan kondisi ekonomi

Lansia. Indikator pendidikan dan pengalaman berorganisasi digunakan untuk

menggambarkan kondisi sosial responden Lansia.

Berikut ini adalah keterhubungan karakteristik sosial ekonomi responden Lansia

dengan nilai-nilai dalam budaya masyarakat desa dalam aspek kehidupan berpolitik

dengan menggunakan variabel sikap terhadap politik, persepsi terhadap pemimpin dan

kepercayaan terhadap kinerja kelembagaan politik desa sebagai indikator. Variabel nilai

budaya ini merupakan variabel antara dalam menganalisis keterhubungan status sosial

ekonomi dengan partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa. Dimana kemudian

digunakan variabel faktor politik dengan indikatornya adalah keikutsertaan dalam

Pemilu 2004 dan keterdedahan terhadap berita politik di media massa sebagai variabel

kontrol.

Hal ini dilakukan untuk memperjelas hubungan antar variabel pokok, sebab pada

dasarnya fenomena sosial dipengaruhi oleh serangkaian sebab akibat. Sehingga pada

akhirnya diharapkan hubungan yang semula nampak antara kedua variabel pokok dapat

menjadi lebih kuat, atau lebih lemah atau bahkan tidak terdapat hubungan sama sekali.

Page 137: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

8.1.1 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Partisipasi Lansia Dalam

Kelembagaan Politik Desa

Hubungan antara faktor sosial ekonomi Lansia dengan nilai budaya masyarakat

desa dapat dianalisis dengan uji Spearman, karena tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan serta tingkat pengalaman berorganisasi dikategorikan menjadi suatu

tingkatan atau ranking tertentu (tinggi, sedang, dan rendah) merupakan data dengan

skala ordinal. Demikian juga dengan variabel-variabel dari nilai budaya masyarakat

desa yang termasuk data ordinal. Variabel sikap terhadap politik dikategorikan menjadi

sikap positif, netral dan negatif. Variabel kepercayaan terhadap kinerja perangkat desa

dalam lembaga politik desa dikategorikan menjadi percaya dan tidak percaya. Variabel

persepsi terhadap pemimpin dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif. Analisis

data dari hasil uji statistik Spearman disajikan dalam Tabel 46.

Tabel 46. Hubungan faktor sosial ekonomi dengan faktor nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik tahun 2006

Signifikasi Hubungan Nilai Budaya Masyarakat

Sikap terhadap politik Kepercayaan terhadap kinerja lembaga politik desa

Persepsi terhadap pemimpin

Tingkat Pendapatan

Koefisien Korelasi -0,135 -0,461 -0,028

Probabilitas 0,406 0,003(**) 0,864

Keputusan Tidak terdapat hubungan Ada hubungan Tidak terdapat hubungan

Tingkat Pendidikan

Koefisien Korelasi

-0,463(**) -0,101 -0,072

Probabilitas 0,003 0,534 0,661

Keputusan Ada Hubungan Tidak terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan

Tingkat Pengalaman Berorganisasi

Koefisien Korelasi -0,573(**) -0,188 -0,003

Probabilitas 0,000 0,246 0,986

Keputusan Ada hubungan Tidak terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan

Page 138: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Berdasarkan Tabel 46 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pendapatan dengan tingkat kepercayaan responden terhadap kinerja perangkat desa

dalam lembaga politik desa. Demikian juga terdapat korelasi antara tingkat pendidikan

serta tingkat tingkat pengalaman berorganisasi dengan sikap responden terhadap politik.

Hal ini ditunjukkan dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata yang

ditetapkan yaitu α = 0.10, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua

variabel tersebut. Namun, tidak terdapat hubungan antara variabel faktor sosial ekonomi

dengan persepsi responden terhadap pemimpin yang daam hal ini menyangkut kriteria

terhadap pemimpinnya. Ketiadaan korelasi juga nampak pada hubungan antara tingkat

pendapatan dengan sikap responden terhadap politik maupun tingkat pendidikan dan

tingkat pengalaman berorganisasi dengan tingkat kepercayaan terhadap kinerja

perangkat desa dalam lembaga politik desa.

Analisis terhadap tanda dari koefisien yang ditunjukkan dalam Tabel 46 yakni

semua angka koefisien korelasi bertanda negatif. Tanda ini menunjukkan adanya

hubungan yang berlawanan arah antar variabel, atau dengan kata lain semakin tinggi

status sosial ekonomi seorang responden maka akan semakin rendah tingkat

keterpengaruhannya terhadap nilai-nilai budaya masyarakat desa dalam kehidupan

berpolitik. Artinya responden dengan tingkat pendapatan, pendidikan serta pengalaman

berorganisasi yang tinggi memiliki kecenderungan bersikap lebih negatif terhadap

politik, memiliki ketidakpercayaan terhadap kinerja perangkat desa, serta lebih

cenderung berpersepsi negatif terhadap pemimpinnya.

Analisis terhadap hasil uji statistik tersebut memberikan penguatan bahwa status

sosial ekonomi menentukan keseluruhan hidup seseorang karena akan cenderung untuk

meniru nilai-nilai, norma-norma serta perilaku sosial yang menjadi subkultur

Page 139: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

berdasarkan posisinya dalam masyarakat. Posisi yang rendah dalam ekonomi

menyebabkan seseorang lebih memiliki keikutsertaan yang minim dalam perkumpulan

dan hubungan sosialnya. Kesibukan untuk memenuhi kebutuhan subsistensi, disertai

rendahnya pendidikan membentuk mereka untuk lebih menarik diri dari kehidupan

berpolitik. Hal ini kemudian menjadikan beberapa responden menunjukkan sikap yang

apathi terhadap politik. Salah satunya terlihat bahwa mereka cenderung merasa bahwa

politik bukanlah urusan ‘orang kecil’, meski mereka memiliki ketidakpuasan terhadap

kinerja perangkat desa.

Hal ini menjadikan penggolongan status sosial dan kesenjangan yang terjadi

karenanya menjadi sesuatu gejala yang tidak dapat dihindari. Masyarakat pada dasarnya

tersusun atas pelbagai pekerjaan yang membutuhkan suatu alokasi peranan dan

kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lebih memberi jaminan bagi terisinya

jabatan-jabatan pentig oleh orang-orang yang cakap. Pekerjaan atas jabatan penting

tersebut, dalam hal ini untuk pengaturan masyarakat dalam kelembagaan politik desa,

diberikan imbalan yang lebih tinggi karena alasan tingginya tingkat kesulitan dan

kepentingannya, sehingga memerlukan bakat dan pendidikan yang lebih tinggi pula

(Moore dalam Horton dan Hunt, 1999).

Cara pandang tersebutlah menjadi dasar atas penempatan seorang kyai maupun

elite politik Lansia melalui peranan yang sentral dalam politik desa. Kyai memenuhi

kriteria masyarakat baik dari bakat serta pendidikan yang tinggi dalam ilmu agama

Islam untuk mengatur masyarakat desa menjadi suatu masyarakat yang lebih harmonis.

Selaras dengan ajaran dan nilai dalam Islam dan menjadi tauladan masyarakat.

Page 140: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

8.1.2 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Faktor Politik dan Nilai Budaya Masyarakat Desa

Peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk menentukan

suatu produk akhir. Partisipasi dalam Pemilu 2004 dan keterdedahan terhadap berita

politik dalam media massa mencerminkan bentuk komunikasi, pengetahuan serta

kesadaran terhadap politik yang akan memberikan pengaruh terhadap nilai-nilai, norma-

norma dalam budaya politik masyarakat desa. Jika dilakukan kontrol terhadap

keterhubungan antara faktor sosial ekonomi dengan nilai budaya masyarakat desa, hasil

uji korelasi parsial menunjukkan suatu pergeseran (lihat Tabel 47).

Tabel 47. Hubungan antara faktor sosial ekonomi, faktor politik dan nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik, tahun 2006

Nilai budaya masyarakat desa

Sikap terhadap politik

Kepercayaan terhadap kinerja

lembaga politik desa

Persepsi terhadap pemimpin

Tingkat pendapatan Tingkat partisipasi dalam pemilu 2004

-0,361 -0,194 -0,128

Tingkat keterdedahan terhadap berita politik di media massa

-0,342 -0,147 -,027

Tingkat pendidikan Tingkat partisipasi dalam pemilu 2004 -0,270 -0,198 -0,297

Tingkat keterdedahan terhadap berita politik di media massa

-0,230 -0,119 -0,121

Tingkat pengalaman berorganisasi

Tingkat partisipasi dalam pemilu 2004

-0,455 -0,246 -0,126

Tingkat keterdedahan terhadap berita politik di media massa

-0,367 -0,196 0,012

Page 141: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Jika koefisien korelasi pada Tabel 47 dibandingkan dengan koefisien dalam

tabel yang menunjukkan signifikasi hubungan tanpa pengaruh dari faktor politik maka

terlihat bahwa derajat keterhubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap

politik serta memiliki kekuatan hubungan yang lebih menguat. Namun, justru kekuatan

hubungan antara tingkat pendapatan dengan kepercayaan terhadap kinerja perangkat

desa dalam lembaga politik desa menjadi lebih lemah bahkan menjadi suatu hubungan

yang dapat diabaikan.

Pengaruh dari kedua variabel dari faktor politik ini semakin nampak pada

keterhubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengalaman berorganisasi dengan

nilai budaya yang ada pada masyarakat Desa Situ Udik. Kekuatan hubungan antara

variabel pokok menjadi lebih lemah, jika dibandingkan dengan hasil nilai koefisien

korelasi tanpa pengaruh dari variabel faktor politik sebagai variabel kontrol. Derajat

hubungan tersebut melemah menjadi suatu kekuatan hubungan pada tingkat yang lebih

rendah atau bahkan menjadi hubungan yang dapat diabaikan atau hilang pengaruhnya.

Ketersentuhan yang meningkat terhadap media massa dari para Lansia di Desa

Situ Udik menjadikan mereka lebih ‘melek’ terhadap politik. Reformasi pada struktur

pemerintahan memberikan ‘hawa yang lebih segar’ terhadap kehidupan berpolitik

masyarakat desa. Kebijakan politik yang banyak berubah disertai dengan berkurangnya

tekanan dari pemegang kekuasaan terhadap masyarakat. Akses bagi masyarakat

kebanyakan dibuka lebar dengan harapan mampu memberikan kontrol terhadap

dijalankannya kekuasaan dan berdasarkan keabsahannya. Minat terhadap politik pun

semakin meningkat. Hal ini kemudian ditunjukkan dengan menangnya partai-partai

yang lebih progresif dalam Pemilu 2004 yang mampu menggeser pengaruh golkarisasi

di masa orde baru.

Page 142: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Keprogresifan ini tidak terlepas dari figur seorang tokoh masyarakat terutama

tokoh agama masih kuat. Hal ini terlihat dari kepatuhan warga atas apa yang diucapkan

oleh para pemuka agama, khususnya kyai. Kyai merupakan sumberdaya yang cukup

langka sebab perlu pemahaman agama yang baik serta sikap yang dapat menjadi suri

tauladan bagi mayarakatnya. Seorang guru agama akan menempati posisi yang

terhormat dan memperoleh hak-hak istimewa dari masyarakat. Dana perelek misalnya

sebagian besar dialokasikan sebagai ‘bayaran’ untuk para ustadz. Kapasitas seorang

kyai juga menjadi kontrol sosial dalam masyarakat melalui teguran-teguran atau sanksi

moral yang diberikan pada kasus-kasus yang bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat

desa. Dominannya peran Kyai sebagai orientasi keseharian masyarakat Desa Situ Udik

dapat dilihat dari keberadaannya yang dianggap sangat penting dalam mengambil segala

keputusan, termasuk keputusan politik.

Kahmad (2000) mengemukakan bagi masyarakat berkembang, agama selalu

menjadi komoditas politikuntuk menarik massa dan sumber isu- isu untuk menarik

simpati dan suara politik. Setiap partai politik kerap mendekati pemimpin kelompok

agama tertentu untuk menarik simpati anggotanya demi meraih dukungan dalam

pemilihan umum.

8.1.3 Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi, Jenis Kelamin dan Nilai Budaya Masyarakat Desa

Situasi sosial yang ada yakni budaya, struktur sosial dan tentunya menyangkut

tentang interaksi sosial serta relasi gender. Jika dikaitkan dalam kehidupan politik di

desa, peran serta posisi perempuan selalu terpinggirkan. Konstruksi sosial menyebabkan

politik seolah-olah hanya urusan laki- laki, yang diperbolehakan mengurusi sektor publik

semata, sementara sektor domestik tidak memiliki korelasi sama sekali. Usaha untuk

Page 143: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

melihat hal tersebut dilakukan dengan melakukan uji analisis dengan uji korelasi

kontingensi guna melihat keterkaitan tersebut dengan memasukkan variabel jenis

kelamin sebagai suatu variabel yang mempengaruhi. Keputusan analisis terhadap uji

statistik ditunjukkan pada Tabel 48.

Tabel 48. Keputusan uji statistik kotingensi hubungan antara faktor sosial ekonomi, jenis kelamin dan nilai budaya masyarakat Desa Situ Udik, tahun 2006

Nilai budaya masyarakat desa

Sikap terhadap politik

Kepercayaan terhadap kinerja

lembaga politik desa

Persepsi terhadap pemimpin

Tingkat pendapatan

Perempuan Ada hubungan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Laki-laki Ada hubungan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Tingkat pendidikan

Perempuan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Laki-laki Ada hubungan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Tingkat pengalaman

berorganisasi

Perempuan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Laki-laki Ada hubungan Tidak terdapat hubungan

Tidak terdapat hubungan

Keputusan hasil uji statistik yang ditunjukkan dalam Tabel 48 nampak bahwa

signifikasi hubungan hanya nampak pada responden laki- laki. Signifikasi hubungan

hanya nampak bagi responden perempuan jika ditinjau berdasar tingkat pendapatan.

Hasil statistik ini menunjukkan betapa mapannya budaya patriarki dalam kehidupan

politik masyarakat Desa Situ Udik. Laki- laki dipandang lebih bisa untuk menjadi

pemimpin dibandingkan perempuan, karena menurut pandangan mereka kaum pria

mempunyai figur yang lebih kuat untuk bisa dijadikan seorang pemimpin dalam

membimbing kaum wanita dan anak-anak di kesehariannya.

Nilai agama diterapkan dengan pengaruh besar dari konstruksi sosial yang ada

bahwa kaum pria lebih kuat dibandingkan kaum wanita, kemudian lebih memberikan

Page 144: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

ruang yang lebih besar bagi laki- laki khususnya Lansia dalam kelembagaan politik desa.

Kebiasaan laki- laki yang lebih sering shalat di masjid dibandingkan perempuan maka

laki- laki lebih cepat menerima informasi- informasi penting yang disampaikan di masjid,

baik disampaikan secara langsung (dari mimbar masjid) oleh kyai maupun dari

interaksinya dengan orang lain ketika berada di lingkungan masjid.

Munculnya perempuan sebagai pemuka masyarakat tidak terlepas dari posisi

sosial ekonomi dari suami, keluarga luasnya atau relasi sosialnya dalam kelompok

penting di masyarakat seperti kelompok tani. Istri seorang pemuka masyarakat seperti

Ibu Neng (60 tahun) bertugas untuk menjalankan fungsi sosial kemasyarakatan dari

posisi politik suaminya sebagai ketua RW dan ketua kelompok tani yang berpengaruh di

Desa Situ Udik. Ibu Neng menjadi pengurus dana perelek, ustdzah dalam pengajian ibu-

ibu, menjadi pengurus zakat serta menjadi ketua kelompok wanita tani. Namun, dalam

keseharian pemuka perempuan ini juga menjalankan fungsi komunikasi politik bagi

suami, atau anak lelakinya.

Keleluasaan dalam akses dan memiliki kontrol terhadap kelembagaan sosial

dalam masyarakat ini karena mereka lebih memiliki keluangan waktu sehingga mereka

mampu untuk mengembangkan hubungan sosialnya dalam perkumpulan dan mampu

berpartisipasi dalam organisasi. Hal ini kemudian mempengaruhi sikap mereka terhadap

politik, meski masih dibatasi oleh budaya ‘ketokohan’ yang kental akan maskulinitas

yang menyebabkan mereka pasif memberikan kontrol terhadap dijalankannya

kekuasaan dalam kelembagaan politik desa. Kepercayaan dan persepsi mereka terhadap

pemimpin desa menjadi salah satu cerminan dari relasi gender yang ada dalam

masyarakat Desa Situ Udik.

Page 145: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

8.2 Hubungan antara Nilai Budaya Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Kelembagaan Politik Desa

Partisipasi merupakan suatu bentuk perilaku yang dapat diamati (overt

behavior). Perilaku tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi mengandung

keterkaitan dengan hal-hal lain. Sikap, persepsi dan kepercayaan tidak hanya dapat

memberikan gambaran kondisi internal seorang individu tetapi juga kondisi eksternal

masyarakat yakni menyangkut nilai-nilai sosial budaya yang terdapat dalam masyarakat.

Hal ini karena pada dasarnya sikap, persepsi serta kepercayaan seseorang ditentukan

oleh nilai-nilai, norma-norma serta budaya yang ada di sekitarnya. Sikap, persepsi dan

kepercayaan merupakan serangkaian kecenderungan yang menunjukkan gejala untuk

berperilaku. Khususnya dalam suatu perilaku dalam menentukan segala keputusan yang

menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya.

Nilai budaya yang difokuskan pada nilai budaya politik merupakan masalah

keterlibatan secara psikologis, ideologis bukan secara konkret. Keterhubungan antara

nilai budaya politik sebagai sesuatu yang abstrak dengan partisipasi sebagai suatu

keterlibatan yang lebih konkret dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan uji

statistik. Uji Spearman digunakan sebagai alat uji yang dianggap mampu menjembatani

permasalahan tersebut. Pemilihan uji ini sebagai salah satu alat analisis didasari

pertimbangan variabel-variabel tersebut termasuk dalam skala pengukuran ordinal.

Analisis dari hasil uji statistik tersebut terlihat dalam Tabel 49.

Berdasarkan Tabel 49 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat

partisipasi dalam kelembagaan politik desa dengan sikap terhadap politik. Hal ini dapat

dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0,002 yang lebih kecil dari taraf nyata

yang ditetapkan yaitu α = 0,10 yang berarti kedua variabel memiliki korelasi dan

hubungannya signifikan secara statistik. Namun, tidak terdapat keterhubungan antara

Page 146: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

tingkat partisipasi dengan kepercayaan serta persepsi Lansia di Desa Situ Udik . Hal ini

ditunjukkan dengan nilai probabilitasnnya yang lebih besar dari taraf nyata yang telah

ditetapkan.

Tabel 49. Hubungan antara nilai budaya masyarakat desa dengan tingkat partisipasi dalam kelembagaan politik Desa Situ Udik, tahun 2006

Hubungan tingkat partisipasi dalam kelembagaan politik

desa

Nilai budaya masyarakat desa

Sikap terhadap politik

Kepercayaan terhadap kinerja lembaga politik desa

Persepsi terhadap pemimpin

Koefisien Korelasi -0,479(**) -0,131 0,040

Probabilitas 0,002 0,421 0,805

Keputusan Ada hubungan Tidak terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan

Tabel 49 juga menunjukkan bahwa hubungan antara variabel-variabel nilai

budaya masyarakat dengan tingkat partisipasi memiliki koefisien korelasi yang bertanda

negatif. Tanda ini menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara kedua

variabel atau dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat partisipasi

responden disebabkankan besarnya pengaruh nilai-nilai dan budaya yang berlaku pada

masyarakat Desa Situ Udik.

Kuatnya pengaruh budaya ‘ketokohan’ dan pola hubungan ‘saduluran pada

masyarakat Desa Situ Udik tercermin dalam pemilihan kepala desa dan perekrutan para

pamong serta perangkat desa. Dukungan tokoh kyai berpengaruh menjadi syarat utama

untuk dapat menggalang suara masyarakat. Dukungan ini akan menjadi ‘fatwa’ atau

semacam himbauan yang mampu memobilisasi suara massa. Kepala desa sekarang juga

dipilih karena beliau adalah anak seorang tokoh masyarakat yang memiliki banyak

pengikut dan memberikan kontribusi langsung (dana) kepada masyarakat. Hal ini adalah

sebagai wujud dari kedermawanan untuk mengayomi masyarakat.

Page 147: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Bentuk partisipasi Lansia secara aktif muncul ketika berkenaan dengan

penyaluran dana BLT-BBM. Dimana mereka yang merasa termasuk dalam keluarga

miskin dan tidak memperoleh aliran dana tersebut melakukan aksi protes secara

berkelompok untuk mempengaruhi keputusan pemerintahan desa yang dinilai lebih

mementingkan ikatan- ikatan relasi untuk menentukan penerima dana.

Page 148: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Usia tua menempatkan seseorang pada posisi yang terhormat dalam masyarakat

Desa Situ Udik yang menggolongkan orang yang dianggap lebih tua itu kepada kaum

sesepuh yang patut untuk banyak didengarkan nasihat-nasihat dari mereka serta

pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum yang masih muda.

Meski terhormat tidak semua Lansia memiliki pengaruh dalam kelembagaan politik

desa. Kondisi sosial ekonomi Lansia yang menjadi determinan utama partisipasi mereka

dalam kelembagaan yang menjalankan fungsi penyaluran aspirasi, pengambilan

keputusan serta pendistribusian kekuasaan pada masyarakat desa.

Lansia di Desa Situ Udik dicirikan dengan mayoritas berusia yang tergolong

dalam kategori lanjut usia (elderly—yakni antara 60-75 tahun), dimana perempuan

Lansia lebih tua dari laki- laki Lansia. Ditinjau secara sosial Lansia ini berpendidikan

rendah, bahkan banyak yang masih buta huruf. Meski mayoritas Lansia perempuan

lebih banyak berstatus janda dan tidak memiliki jaminan pensiun atau fasilitas rumah

jompo namun komunitas menyediakan sistem pendukung dalam perawatan Lansia ini

baik secara sosial (ikatan sosial kekerabatan) maupun secara ekonomi. Perkumpulan

yang ada di masyarakat seperti pengajian, ulu-ulu, dana perelek dan paguyuban menjadi

institusi dimana mayoritas Lansia pada umumnya di Desa Situ Udik masih ikuserta.

Kehidupan politik Lansia di pedesaan ditunjukkan dari partisipasi dalam Pemilu

2004. Menangnya Partai Keadilan Sejahtera menunjukkan dinamika politik di

pedesaaan yang tengah progresif sejalan dengan era reformasi. Demikian juga dengan

Page 149: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

ketersentuhan terhadap berita politik yang tinggi sebagai cermin meningkatnya minat

terhadap politik. Meski keprogresifan tersebut hanya di permukaan saja, karena baik

pilihan terhadap partai politik maupun keikutsertaan dalam kampanye politik lebih

merupakan mobilisasi politik dari pemimpin lokal terutama kyai sebagai panutan.

Nilai Budaya Masyarakat Desa Situ Udik dan Partisipasi Semu

Gambaran dari nilai-nilai, norma serta budaya politik masyarakat Desa Situ

Udik tercermin dari sikap terhadap politik, kepercayaan terhadap kinerja perangkat desa

serta persepsi terhadap pemimpin. Masyarakat Desa Situ Udik cenderung berorientasi

“ketokohan”, artinya peran-peran politik desa pada umumnya ditanggungjawabkan atau

dipercayakan pada orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat. Nilai ini terikat

pula dengan nilai religi yang menempatkan guru-guru agama sebagai tokoh yang

dipatuhi dan ditempatkan pada posisi elite. Kyai sebagai tokoh sentral yang menjadi

panutan karena kharisma yang dimilikinya. Kyai sebagai orientasi keseharian

masyarakat termasuk dalam proses pengambilan keputusan-keputusan politik. Elite

diposisikan sebagai seorang ‘bapak’ yang mengayomi dan melindungi masyarakat

sebagai anaknya.

Hal ini juga mempengaruhi persepsi dan kriteria masyarakat tentang pemimpin

yang berpengaruh dengan yang berusia tua atau berusia matang (middle age); memiliki

pengalaman (pernah migrasi ke Jakarta) dan pengetahuan yang akan ilmu-ilmu agama

(kyai, ustadz/ustadzah) serta terhadap norma, nilai serta tradisi; serta dermawan.

Keberhasilan politik orang-orang elite desa disebabkan mereka memiliki kebijaksanaan

sosial dalam hal ini kedermawanan yang seringkali menguntungkan golongan sosial

ekonomi bawah (massa). Keberhasilan politik ini membuktikan bahwa massa bisa

menerima pemimpin dari golongan elite, jika pemimpin tersebut ternyata peka terhadap

Page 150: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

kebutuhan golongan sosial ekonomi bawah, sehingga membuat massa percaya akan

legitimasi para elite.

Prinsip ini memiliki keterkaitan dengan etika komunitas petani yang menjadi inti

kehidupan masyarakat Desa Situ Udik. Prinsip safety first atau dahulukan selamat

kemudian mejadi latar belakang pegaturan teknis, sosial, dan moral pola hubungan

‘kebapakan’. Pola ini memiliki hubungan yang lebih ‘halus’ dibandingkan hubungan

patron client yang memberikan tekanan pada aspek material saja. Sikap yang netral,

hati-hati, skeptis serta cenderung menghindarkan diri dari konflik dengan pihak yang

elite membentuk pola perilaku yang dianggap wajar. Soetarto (1999) menyatakan ini

sebagai suatu bentuk pengendalian sosial, yang berwujud pada pembatasan minat,

antusias serta ambisi.

Pembatasan ini mempengaruhi kelembagaan politik desa sebagai institusi atau

sebagai wadah dalam menyalurkan aspirasi politik masyarakat, tempat berunding,

mempunyai fungsi pencapaian keputusan dan pendistribusian kekuasaan. Kharisma kyai

yang memudar saat dunia sosial kehilangan tokoh yang kekuasaan dan pengaruh yang

besar. Dominasi kemudian berlanjut dengan penguasa yang melanjutkan tradisi yang

telah ditegakkan oleh pemimpin kharismatis. Keabsahan didasarkan pada tradisi, serta

‘administrasi’ tradisional, yang para ‘pejabat’-nya merupakan kerabat dekat, disusul

dengan kerabat luas baru kemudian ruang diberikan kepada orang lain jika masih ada

sisa peluang.

Keputusan-keputusan disini berkaitan dengan kepentingan orang banyak,

sebagian besar diinisiasi atau diprakarsai oleh tokoh tersebut. Masyarakat kampung

biasanya ”patuh” terhadap keputusan-keputusan tersebut. Pola hubungan kekuasaan dan

Page 151: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

nilai ‘kebapakan’ menjadi etika yang menampilkan tindakan dengan bentuk kesetiaan

secara sukarela hormat kepada ‘dununganna’.

Musyawarah di tingkat kampung dalam kegiatan pengajian merupakan

kelembagaan penyaluran aspirasi yang mampu diakses oleh para Lansia dengan budaya

‘titip’ aspirasi yang masih kental diterapkan. Terutama bagi perempuan Lansia yang

jarang dilibatkan dalam diskusi-diskusi maupun musyawarah politik desa. Hal ini

menunjukkan meski memiliki akses namun ‘mutu’ partisipasi yang minimal karena

kontrol yang hampir tertutup dalam fungsi pengambilan keputusan, menampilkan

kesemuan dari keterlibatan dalam kelembagaan politik desa. Dimana Lansia tidak dapat

berperan secara efektif dan penuh. Namun, ketika hal ini menyentuh kebutuhan mereka

untuk bertahan hidup, mendorong mereka untuk melakukan bentuk partisipasi yang

lebih aktif untuk mempengaruhi kebijakan politik desa.

Pengaruh Terpaan Media Massa dan Pemilu 2004

Hasil uji statistik menunjukkan keterhubungan antara status sosial ekonomi

dengan sikap dan kepercayaan yang menjadi cermin nilai budaya masyarakat. Hal ini ini

menunjukkan bahwa identifikasi terhadap status atau posisi seseorang secara sosial

maupun ekonomi akan menentukan keseluruhan hidup seseorang. Hal ini karena pada

dasarnya seseorang akan meniru nilai, norma maupun perilaku sosial sesuai dengan

posisinya dalam masyarakat. Lansia dengan status sosial ekonomi yang tinggi

menganggap keterlibatan dalam politik merupakan suatu tugas fungsional untuk tampil

sebagai pemimpin dan penguasa dari atas posisinya tersebut. Mereka dianggap lebih

memiliki kecakapan untuk mengemukakan pendapat dan menyampaikan apa yang

menjadi aspirasi orang lain. Lansia elite ini kemudian memiliki akses untuk menjalin

hubungan pada politik atas desa yang lebih progresif seperti tergabung dalam partai

Page 152: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

politik yang berada di tingkat kecamatan dan menjadi kader di desa atau kampungnya.

Tidak demikian dengan Lansia dengan status sosial ekonomi bawah, yang masih harus

berjuang untuk memperjuangkan subsistensi hidupnya, sehingga mereka menganggap

politik bukan urusan penting bagi hidup mereka.

Nilai ini mulai meluntur lewat sikap yang lebih terbuka pada politik yang

mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap dijalankannya dominasi dalam

kelembagaan politik desa. Hasil uji statistik korelasi secara parsial menunjukkan bahwa

gelombang reformasi politik lewat partisipasi dalam Pemilu 2004 dan ketersentuhan

terhadap berita politik di media massa memberikan dampak yang signifikan terhadap

dinamika politik lokal namun dapat dikatakan tidak begitu memberikan dampak yang

mendasar. Dimungkinkan hal ini disebabkan oleh ikatan-ikatan tradisional atau

primordialisme yang masih kuat mengakar di masyarakat. Di sisi lain faktor pendidikan

dan pengalaman berorganisasi yang rendah menjadi salah satu hal yang mempengaruhi

kurangnya proses adopsi terhadap perubahan-perubahan dari luar termasuk dinamika

politik di tingkat supra lokal.

Wujud dari hal ini terlihat dari partisipasi dalam kelembagaan politik desa,

meski berpartisipasi Lansia kebanyakan ini hanya mampu mengembangkan hubungan

sosial politiknya dalam kelembagaan informal desa dengan memberikan dan

mempersiapkan generasi yang lebih muda—middle age untuk menjalankan dominasi

formal desa. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengurangi penarikan dunia politik

formal reformasi yang lebih progresif dengan menggeser orang-orang yang tua yang

dinilai konservatif.

Page 153: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Perspektif Politik Perempuan Lansia di Pedesaan

Pembedaan jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial menunjukkan relasi

gender yang berlaku di masyarakat. Relasi ini merupakan bagian dari nilai-nilai budaya

masyarakat desa yang memiliki pengaruh dalam hubungan antara status sosial ekonomi

dengan partisipasi Lansia dalam kelembagaan politik desa. Hasil uji statistik koefisiesn

kontigensi menunjukkan bagaimana nilai-nilai gender mempengaruhi sikap seseorang

terhadap politik. Laki- laki yang diposisikan secara sosial maupun ekonomi lebih tinggi

dibandingkan perempuan mempengaruhi juga partisipasi dalam kelembagaan politik

desa.

Hal ini menunjukkan apa yang oleh Murniarti (2004) bahwa perkembangan

pengertian politik didasari cara pandang yang biner patriarki, yang akhirnya

menciptakan pengertian politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan

kekuasaan yang sudah mapan dalam masyarakat. Pengaburan pengertian politik (klasik)

seperti yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff (2003) bahwa perhatian sentral dari

politik adalah penyelesaian dari konflik-konflik manusia; atau proses dengan mana

masyarakat membuat keputusan-keputusan ataupun mengembangkan kebijakan

tertentul; atau secara otoritatif mengalokasi sumber-sumber dan nilai-nilai tertentu; telah

berubah menjadi pelaksanaan kekuasaan dan pengaruh yang hanya bisa dan mampu

diakses dan dikontrol laki- laki yang dianggap lebih mampu bertahan.

Pengertian politik yang demikian makin menyingkirkan perempuan terlebih lagi

perempuan Lansia dalam kehidupan politik. Perempuan Lansia dalam masyarakat,

masih menentukan posisi sosialnya berdasarkan posisi/status dari suami maupun anak

laki- lakinya. Meski tergolong sepuh namun hambatan untuk melakukan mobilitas dalam

kegiatan politik dengan modal penghormatan karena usianya. Salah satu sebab

Page 154: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

perempuan untuk bisa terjun dalam kegiatan yang politik yang dinilai penuh resiko

sementara ada tuntutan dari tradisi sebagai seorang ibu, istri atau bahkan ketika

perempuan tua menjadi seorang nenek yang mengurus cucunya.

Perbedaan perspektif antara perempuan dan laki- laki dalam memandang politik,

mempengaruhi partisipasi dalam segala kegiatan kelembagaan politik desa. Anggapan

bahwa politik hanya mengurusi sektor publik semata, sementara sektor domestik tidak

memiliki korelasi sama sekali. Pembagian peran gender yang hanya memberikan

perempuan Lansia bisa ‘bergerak’ bebas di bidang sosial, serta pendidikan namun tidak

keterlibatan dalam politik. Fungsi pengambilan keputusan pun menjadi bias

kepentingan, karena permasalahannya yang ‘banyak bicara’ adalah laki- laki. Perempuan

Lansia cenderung tidak dihiraukan atau bahkan pengalaman yang dimiliki ‘dipukul rata’

dengan generasi muda yang dinilai lebih awam. Hasil keputusan pun jika diterapkan

akan gagal mengakomodir kepentingan perempuan Lansia.

9.2 Saran

Konsepsi tentang kesuksesan di masa tua ini, khususnya dalam pemahaman

bangsa Indonesia tidak terlepas dari konstruksi sosial yang ada. Atas dasar banyak

aspek yang membentuk pribadi, kemudian hidup dalam masyarakat, hal ini tidak hanya

dapat diartikan sebagai kebahagian secara material. Konsepsi successful aging ini

haruslah menyangkut segala sesuatu yang berguna dan dibutuhkan masyarakat terkait

dengan kesejahteraan hidupnya secara keseluruhan . Baik bersifat rohani maupun

jasmani, agar setiap anggota masyarakat maupun golongan dapat mengusahakan

kesejahteraan, terutama untuk di masa tuanya, tanpa menghalangi usaha sesamanya.

Pengembangan aktivitas sosial di hari tua dari konsepsi ini hendaknya

meperhatikan hambatan rendahya pendidikan, ketiadaan jaminan pensiun sehingga

Page 155: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

masih harus tetap produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup meski tanpa target

tertentu. Pengembangan kelembagaan dan jejaring pengajian ibu-ibu mejadi suatu

kelembagaan politik untuk menyalurkan aspirasi politik. Pelibatan PKK untuk

mengembangkan keterampilan rumah tangga tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran

gender dengan mengadakan pelatihan. Peningkatan kesadaran gender diharapkan

mampu meningkatkan kesadaran perempuan Lansia untuk menyalurkan aspirasi

politiknya secara penuh dan efektif dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik.

Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan indikator- indikator untuk

mengukur variabel-variabel sikap, persepsi dan kepercayaan. Penulis mendorong

penelitian terkait selanjutnya dalam penggunaan ukuran yang lebih valid dan reliabel.

Salah satu permasalahan yang masih menggantung dari penelitian ini yang tidak mampu

memberikan gambaran yang jelas bagaimana interaksi antara secara sosial politik antara

Lansia dengan generasi muda khususnya elite Lansia dalam menggerakkan partisipasi

politik. Hal ini sekaligus mengarahkan penelitian selanjutnya untuk mengkaji tentang

bagaimana jaringan politik kyai dan keterkaitannya dengan budaya religi-kultural pada

masyarakat sunda. Guna mengembangkan konsepsi tentang successful aging peneliti

juga menyarankan untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana peran Lansia dalam

menjalankan voluntary work dalam kelembagaan sosial.

Page 156: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2005. Survey Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 2004. Jakarta: BPS.

Bearon, Lucille B. Successful Aging: What does the "good life" look like?. The Forum Journal. Vol. 1, No. 3, Summer 1996.

Budiarjo, Miriam.1972. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Dung Do-Le, Kim and Yulfita Raharjo. Community-Based Support for the Elderly in Indonesia: The Case of PUSAKA. Paper presented at the 2002 IUSSP Regional Population Conference on “Southeast Asia’s Population in A Changing Asian Context”. Bangkok, Thailand, 10-14 June 2002.

Cernea, Michael. 1988. Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan: Variabel-variabel Sosiologi di dalam Pembangunan Desa. Jakarta: UI Press.

Fachrozy, Afdhal. 2002. Tingkat Partisipasi Masyarakat Nelayan Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Farida, Rokhila. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Perempuan Sunda terhadap Kepemimpinan Perempuan (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2001. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Horton, dan Paul Hunt. 1999. Sosiologi: Jilid 2. Alih bahasa: Amiruddin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hofsteede, W. 1994. Pembangunan Masyarakat: Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 157: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Indawati, Rachmah. Identifikasi Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Banyaknya Lansia Di Kabupaten Lamongan (Studi Eksplorasi Data). Laporan Penelitian. Airlangga University Library Online.

Jutaan Lansia Butuh Pelayanan Sosial.http://www.suarakaryaonline.htm/wanita.htm Diakses tanggal 29 Mei 2006.

Lansia Lebih Banyak Daripada Balita. 2004. www.harianterbit.com/02062004/15:16.htm. Diakses tanggal 29 Mei 2006.

Madrie. 1986. Beberapa Faktor Penentu Partisipasi Anggota Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan (Kasus: Desa-desa di Kecamatan Palas, Lampung). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Muljono, Pudji. 2003. Bahan Ajar Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender; Buku Pertama [Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM]. Magelang: Indonesiatera

Ollenburger, Jane C., Helen A. Moore. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Powell, Jason Powell L. 2001.Theorising Social Gerontology: The Case Of Social Philosophies Of Age. The Internet Journal of Internal Medicine. Volume 2 Number 1.

Prijono, Tjiptoherijanto, Yumiko M. Prijono. 1983. Demokrasi di Pedesaan Jawa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Purwatiningsih, Annisa. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Suatu Kajian Dalam Kebijakan Program Dana Pembangunan Desa Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang). http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/Annisa-%20partisipasi%20politik%20dalam%20pembangunan%20desa.pdf. Diakses tanggal 2 Juni 2006.

Page 158: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Rahmi, Elfi. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu-ibu Lansia dalam Kegiatan Bina Keluarga Lansia (Kasus: Kelompok Bina Keluarga Lansia di Kotamadya Bogor, Jawa Barat). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Rohmad, Zaini. 1998. Peran Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan (Kasus Penelitian Desa-desa Wilayah Perkotaan, Pinggiran dan Pedesaan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Rusli, Said. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.

Rush, Michael, Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik. Alih bahasa: Kartini Kartono. Edisi 1 Cetakan 10. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Rully, R. 2003. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di Rumah Sakit Umum dalam Perspektif HAM.

http://www.balitbangham.go.id/JURNAL/Jurnal%20HAM%20I%20RULLY.doc. Diakses tanggal 5 Mei 2006.

Sastroadmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Press.

Scott, James C. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.

Siegel, Sidney. 1990. Statistik NonParametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (editor). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sitorus, M.T. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Institut Pertanian Bogor.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Page 159: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Soemardjan, Selo. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Soetarto, Endriatmo. 1999. Dialog Kritis anatara Golongan Elite dan Warga Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa (Studi Kasus: Desa Situ Raja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat). Disertasi.Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Suhartini, Ratna. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketergantungan Lansia. (http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunair.pdf. Diakses tanggal 20 Juni 2006.

Tonny, Fredian. 2004. Perspektif Kelembagaan dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citanduy (Studi Desentraliasi Pengelolaan dan Sistem Tata Pemerintahan Sumberdaya Alam). Project Working Paper Series No.4. Pusat Studi Pembangunan. Institut Pertanian Bogor.

_____________. 2003. Diktat Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

UlHaq, M. Zia. 2002. Kelembagaan, Modal Sosial, dan Pola Adaptasi Ekologi dalam Masyarakat Pesisir dan Lautan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Wahyuni, Ekawati Sri. 2003. Kajian terhadap Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia di Pedesaan (Laporan Akhir Riset Unggulan Terpadu Tahun 2003). Kementerian Riset dan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Walsh, Anthony. 1990. Statistics for The Social Sciences; With Computer Applications. New York: Harper & Row, Publisher, Inc.

Page 160: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

LAMPIRAN

Page 161: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Lampiran 2. Pengkategorian variabel, ukuran, batasan gambaran pertanyaan dan penilaian No Variabel Ukuran Batasan Pertanyaan Nilai

1. Tingkat pendidikan

Rendah 1. Tidak sekolah 2. Tidak lulus SD 3. Lulus SD

Sedang 4. Tidak lulus SMP 5. Lulus SMP 6. Tidak lulus SMA 7. Lulus SMA

Tinggi 8. Diploma/akademi 9. S-1/ S-2/ S-3

2. Pengalaman Berorganisasi

Rendah (skor: 1)

Tidak pernah mengikuti organisasi, kelompok maupun perkumpulan dalam masyarakat

Keikutsertaan dalam organisasi/kelompok atau perkumpulan:

1. Ya 2. Tidak

2 1

Sedang (skor: 5-9)

Ikut organisasi, kelompok, maupun perkumpulan dalam masyarakat; lama keikutsertaan lebih dari 5 tahun; hanya menjadi anggota saja

Banyak organisasi/kelompok atau perkumpulan yang pernah diikuti:

1. 1-2 organisasi/perkumpulan

2. lebih dari dua organisasi atau perkumpulan

1 2

Tinggi (skor: 10-13)

Ikut organisasi, kelompok atau perkumpulan masyarakat; pernah menjabat sebagai pengurus, pemimpin, ketua, atau kepala; lama keikutsertaan lebih dari 5 tahun

Jabatan/posisi dalam organisasi/kelompok atau perkumpulan:

1. anggota 2. pengurus/panitia 3. ketua/pemimpin/kepala

1 2 3

Lama keikutsertaan dalam organisasi/kelompok/perkumpulan:

1. kurang dari lima tahun 2. lebih dari lima tahun

1 2

3. Pendapatan Rendah Masih memperoleh pendapatan tiap bulan; kurang dari Rp 100.000; Pendapatan baik berasal dari santunan/ sumbangan/dana BLT, dari anak/kerabat

Berasal dari manakah pendapatan yang diperoleh setiap bulannya :

1. Uang Pensiun 2. Uang santunan dari

anak/kerabat 3. Uang

santunan/BLT_BBM 4. Bekerja 5. Lainnya

Sedang

Masih memperoleh pendapatan dari bekerja

Besar pendapatan yang diperoleh setiap bulannya:

Page 162: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

atau uang pensiun maupun dari uang santunan/sumbangan; besar pendapatan antara Rp 100.000 sampai Rp 500.000

1. kurang dari Rp 100.000 2. Rp 100.000-Rp 500.000 3. lebih dari Rp 500.000

Tinggi Memperoleh pendapatan dari bekerja atau uang pensiun maupun uang santunan atau sumbangan; besar pendapatan lebih dari Rp 500.000

4. Tempat tinggal dan care giving

Mandiri

Tinggal dirumah sendiri; tidak dirawat orang lain (mandiri)

Tempat tinggal saat ini: 1. Rumah sendiri 2. Menumpang dirumah

anak 3. Menumpang dirumah

kerabat/saudara

Tergantung

Menumpang di rumah anak/kerabat; dirawat oleh anak, kerabat/sanak saudara atau orang lain

Caregiving: 1. mandiri/tinggal sendiri/

suami atau istri 2. dirawat anak 3. dirawat kerabat/saudara

5. Status pernikahan

1. Menikah

2. Duda atau Janda

3. Tidak Menikah/selibat permanen

6. Jenis Kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

7. Usia 1. Lanjut usia

Usia 60-74 tahun

2. Lanjut usia tua

Usia 75-90 tahun

3. Usia sangat tua

Usia lebih dari 90 tahun

8. Tingkat Partisipasi

Rendah (skor: 1)

Tidak pernah mengikuti rapat formal desa

Keikutsertaan dalam rapat formal desa:

Page 163: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

dalam rapat formal desa

1. pernah 2 2. tidak pernah 1

Frekuensi keikutsertaan: 1. 1-2 kali

1

2. lebih dari dua kali 2 Sedang (skor 5-9)

Pernah mengikuti rapat formal desa, bentuk rapat desa yang diikuti berupa sosialisasi atau penyuluhan program/proyek/kegiatan pembangunan atau kemasyarakatan, bisa juga mengikuti perencanaan atau penyusunan namun perannya hanya sebagai peserta saja;

Bentuk rapat desa yang diikuti: 1. sosialisasi/penyuluhan

proyek/program/kegiatan pembangunan maupun kemasyarakatan untuk pelaksanaannya

1

2. perencanaan, penyusunan, dan perencanaan

2

3. pengambilan keputusan 3

4. mengikuti semua 4 Tinggi (skor 10-16)

Pernah mengikuti rapat formal desa; frekuensi keikutsertaan lebih dari dua kali; mengikuti rapat penyusunan atau perencanaan maupun ikut dalam pengambilan keputusan; berperan sebagai pemberi masukan maupun pengambil keputusan

Peranan yang ditampilkan 1. peserta saja

1

2. ikut memberikan usulan/pendapat

2

3. ikut dalam pengambilan keputusan

3

9. Tingkat partisipasi dalam dewan desa (pamong desa, kader, kepala desa, BPD)

Rendah (skor 1)

Tidak pernah aktif menjadi pamong/kader

Keikutsertaan dalam dewan desa:

1. pernah

2

2. tidak pernah 1 Pernah menjadi kader/pamong desa/kepengurusan RT/RW baik ditunjuk, dipilih masyarakat maupun inisiatif pribadi

Posisi atau jabatan yang pernah ditempati: 1. Pamong desa/

kader/kepengurusan RT/RW

1

2. Kepala desa atau BPD

2

Keikutsertaan berdasarkan: 1. Ditunjuk oleh pihak desa

atau pihak atas desa 2. Dipilih masyarakat 3. Inisiatif Pribadi

1 2 3

Tinggi (skor 4-7)

Pernah menjadi kepala desa, dan anggota BPD baik ditunjuk, inisiatif pribadi maupun dipilih oleh masyarakat

10 Tingkat Rendah Tidak pernah mengikuti Keikutsertaan dalam

Page 164: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

partisipasi dalam musyawarah informal desa

(skor: 1) musyawarah musyawarah informal desa: 1. pernah

2 Sedang

(skor: >2=5)

Pernah mengikuti musyawarah informal desa; frekuensinya rendah; tidak pernah menjadi pemrakarsa diadakan musyawarah

2. tidak pernah 1 Frekuensi keikutsertaan musyawarah informal desa:

1. 1-2 kali

1

2. lebih dari dua kali 2 Tinggi (skor > 5)

Pernah mengikuti musyawarah informal desa; frekuensi tinggi; menjadi pemrakarsa atau penyelenggara kegiatan

Bentuk kegiatan musyawarah informal yang sering diikuti: 1. kegiatan keagamaan 2. perencanaan kegaiatan

kemasyarakatan/pembangunan

3. penyelesaian masalah/konflik

4. pemilihan/penunjukkan calon/ketua RT/RW

5. pengaturan pemanfaatan SDA atau fasilitas umum serta norma-norma

Pemrakarsa musyawarah: 1. para pemimpin desa

(kepala desa, pamong, kader, ketua RT/RW, tokoh masyarat)

1

2. pribadi 2 11. Tingkat

partisipasi dalam Pemilu 2004 dan partai politik

Rendah (skor 1-6)

Hanya memilih saja dalam Pemilu 2004

Keikutsertaan dalam Pemilu 2004:

1. Ya

2

2. Tidak 1 Sedang (skor 7-10)

Ikut Pemilu 2004; tapi berperan minimal dalam partai politik, kampanye politik.

Partai yang dipilih: 1. PKS 2. Golkar 3. PPP 4. PDI-P 5. Partai Demokrat 6. PBB 7. PKB 8. Lainnya

Peran dalam partai politik: 1. Simpatisan

1

Tinggi (skor 11-14)

Ikut Pemilu 2004; menjadi juru kampanye Pemilu; kader maupun pengurus partai; mengikuti penghitungan

2. Kader 2 3. Pengurus 3

Peran dalam kampanye

Page 165: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

suara Pemilu: 1. Tidak ikut

1

2. Ikut pawai kampanye

2

3. Juru Kampanye 3 Keikutsertaan dalam penghitungan suara Pemilu 2004:

1. Tidak ikut 2. Ikut

1 2

12 Tingkat keterdedahan terhadap media massa

Rendah (skor : =2)

Tidak memiliki akses terhadap media massa (tidak memiliki sarana), tidak pernah mengikuti perkembangan berita politik

Kepemilikan sarana media massa:

1. Televisi

1

2. Radio 1 3. Media cetak 1 4. Tidak punya 0

Mengikuti perkembangan berita politik di media massa:

1. Ya

2

Memiliki sarana untuk mengakses media massa, tapi tidak pernah mengikuti perkembangan berita politik

2. Tidak 1

Tinggi (skor 3-5)

Memiliki sarana untuk mengakses media massa serta selalu mengikuti perkembangan berita politik

13. Sikap terhadap politik

Positif (skor 2-5)

Menganggap bahwa politik menyangkut pencapaian tujuan bersama, tata cara dalam mengatur masyarakat dan tertarik untuk terjun dan terlibat dalam politik; menyatakan masih berminat berpartisipasi aktif dalam politik desa

Pernyataan sikap tentang politik: 1. Saya enggan dan merasa

risih jika harus membicarakan segala sesuatu yang ’berbau’ politik

-1

2. politik itu tabu untuk dibicarakan

-1

3. politik itu jahat, penuh intrik, dan saling menjatuhkan

-1

4. Saya mau/tertarik/ingin selalu terlibat dalam dunia politik

1 Netral

(skor 0-1) Menyatakan bahwa tidak mengerti dan tidak tahu apa itu politik karena merasa ’orang kecil’ jadi tidak perlu mengetahui apa itu politik; menganggap bahwa

5. politik itu diperlukan untuk pencapaian tujuan bersama

1

6. politik itu menyangkut tata cara dalam

1

Page 166: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

politik itu hanya menyangkut partai politik dan pemilu. Cenderung masih berminat terlibat dalam kegiatan politik desa.

mengatur kehidupan masyarakat

7. saya tidak tahu dan mengerti apa itu politik, karena saya ’orang kecil’ jadi tidak perlu tahu

0

Negatif (skor -3 s/d -1)

Menganggap bahwa politik itu tabu untuk dibicarakan dan enggan untuk berbicara politik, tidak tahu dan tidak mau tahu tentang politik; menyatakan tidak berminat lagi untuk terlibat atau berpartisipasi dalam politik desa

8. politik itu partai dan pemilu

0

Minat berpartisipasi dalam kelembagaan politik desa

1. berminat

2

2. tidak berminat 1

14. Kepercayaan terhadap kelembagaan politik desa

Percaya (skor 3-5)

Menganggap bahwa rapat desa mudah untuk diakses dan memiliki kontrol terhadapnya; menganggap bahwa kinerja perangkat desa baik atau sukses serta puas terhadap kinerjanya

Anggapan terhadap aksesibilitas rapat serta musyawarah desa:

1. Sulit diakses serta tidak memiliki kontrol

1

2. dapat diakses tetapi tidak memiliki kontrol

2

3. dapat diakses serta memiliki kontrol

3 Tidak percaya (skor 2)

Menganggap bahwa rapat desa sulit untuk diakses dan tidak memiliki kontrol maupun dapat diakses tetapi tidak memiliki kontrol; menyatakan kinerja perangkat desa tidak baik dan tidak puas terhadap kinerjanya.

Penilaian terhadap kinerja perangkat desa:

1. puas/baik/sukses 2. tidak puas/belum

sukses/buruk

2 1

15. Persepsi terhadap lansia aktif

Positif (skor: 1-3)

Menganggap lansia lebih dapat memenuhi kriteria sebagai pemimpin desa; menganggap lansia yang aktif masih dibutuhkan dan masih layak berperan dalam kelembagaan desa

Yang lebih memenuhi kriteria sebagai pemimpin atau orang-orang yang terlibat dalam kelembagaan politik desa:

1. golongan tua (lansia)

3

2. sama saja 2 3. golongan muda 1

Page 167: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Negatif (skor : 4-6)

Menganggap bahwa golongan muda lebih memenuhi kriteria sebagai pemimpin desa; menganggap bahwa lansia tidak perlu berpartisipasi.

Anggapan terhadap lansia yang masih berpartisipasi aktif dalam kelembagaan politik desa:

1. tidak cocok/pensiun saja

1

2. boleh, tapi lebih baik yang muda

2

3. boleh, tidak masalah

3

16. Tingkat partisipasi dalam kelembagaan politik desa

Rendah

Skor total dari keikutsertaan dalam rapat desa, musyawarah serta dewan desa yakni 3-5

Sedang Skor total dari keikutsertaan dalam rapat desa, musyawarah serta dewan desa yakni 6-15

Tinggi Skor total dari keikutsertaan dalam kelembagaan politik desa yakni 16-26

Page 168: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Lampiran 3. Kuesioner. Nama Pewawancara: Tanggal Wawancara: Berikan tanda silang [ X ] pada kotak yang telah disediakan ataupun pilihan yang sesuai dengan pilihan anda. A. Karakteristik Pribadi Lansia

I. Identitas Diri 1. Nama : 2. Tempat Tanggal Lahir : 3. Alamat : 4. Jenis Kelamin : ? Laki- laki ? Perempuan

II. Tingkat Pendidikan : Tidak Sekolah ? SD : ? Tidak Lulus ? Lulus SMP : ? Tidak Lulus ? Lulus SMA : ? Tidak Lulus ? Lulus Perguruan Tinggi : ? Sarjana (S1) ? Diploma

/Akademi III. Pengalaman Berorganisasi

5. Apakah Bapak/Ibu saat ini atau pernah mengikuti organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat? ? Ya/Pernah, ? Tidak/Tidak Pernah (langsung ke

pertanyaan no.8 6. Jika Ya/Pernah, berapa banyak organisasi atau perkumpulan yang diikuti? Sebutkan!

? 1-2 organisasi : ______________________________________________ ? Lebih dari 2 : ______________________________________________

7. Apa jabatan/posisi Bapak/Ibu dalam kepengurusan organisasi maupun perkumpulan dalam masyarakat tersebut? Berapa lamakah Bapak/Ibu menduduki jabatan atau posisi tersebut?

No. Nama Organisasi/Perkumpulan Jabatan/Posisi Lama (Tahun)

IV. Pendapatan

8. Apakah Ibu/Bapak setiap bulannya memperoleh pendapatan? ? Ya ? Tidak

9. Berasal dar imanakah pendapatan yang diperoleh setiap bulannya? ? Uang Pensiun ? Uang santunan/sumbangan

Page 169: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

? Anak ? Bekerja/Usaha ? Lainnya (sebutkan),____________

10. Berapa besar pendapatan yang Bapak/Ibu peroleh setiap bulannya?

? Kurang dari Rp 100.000 ? Rp 100.000 sampai Rp 500.000 ? Lebih dari Rp 500.000 V. Tempat tinggal dan Caregiving

11. Dimanakah Bapak/Ibu saat ini bertempat tinggal? ? Rumah Sendiri ? Menumpang di rumah anak ? Menumpang di rumah sanak saudara 12. Siapa yang merawat Bapak/Ibu? ? Mandiri/tinggal sendiri ? Sanak saudara (adik, keponakan, sepupu,

dsb.) ? Anak ? Cucu/Cicit ? Orang lain, sebutkan hubungannya______________________

VI. Status Pernikahan 13. Saat ini, bagaimanakah status pernikahan Bapak/Ibu? ? Menikah ? Tidak menik ah (selibat permanen) ? Janda/Duda B. Partisipasi dalam Kelembagaan Politik Desa 14. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti rapat atau pertemuan yang diadakan oleh pemerintah desa (Kelurahan)? ? Pernah ? Tidak Pernah, (langsung ke pertanyaan no.

18) 15. Berapa kali Bapak/Ibu mengikuti rapat atau pertemuan yang diadakan oleh

pemerintah desa (Kelurahan)? ? 1-2 kali ? Lebih dari 2 kali 16. Rapat atau pertemuan tersebut diadakan dalam rangka kegiatan apa? Sebutkan!

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________

17. Peranan apa sajakah yang Bapak/Ibu tampilkan dalam mengikuti rapat atau pertemuan tersebut?__________________________________________________________ _________________________________________________________________

18. Apakah Bapak/Ibu pernah atau saat ini menjadi lurah, pamong ataupun kader desa? ? Ya/Pernah, sebutkan menjadi apa?

______________________________ ? Tidak/Tidak pernah (langsung ke

pertanyaan no.19) 19. Jika ya/pernah, bagaimanakah Bapak/Ibu dapat menjadi lurah, pamong atau kader

desa? ? Ditunjuk oleh pemerintah desa/pemerintah atas desa ? Dipilih oleh warga masyarakat ? Inisiatif sendiri

Page 170: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

20. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti rapat atau musyawarah yang diadakan oleh masyarakat (diadakan secara informal)?

? Pernah ? Tidak pernah (langsung ke pertanyaan no.24) 21. Berapa kali Bapak/Ibu mengikutinya? ? 1-2 kali ? lebih dari 2 22. Musyawarah tersebut diadakan dalam rangka kegiatan apa? Sebutkan!

__________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________

23. Siapa yang memprakarsai kegiatan tersebut?_______________________________ 24. 1. Apakah Bapak/Ibu mengikuti Pemilu tahun 2004? ( ) Ya ( ) Tidak

2. Partai apa yang Bapak/Ibu pilih pada Pemilu 2004?_______________________ 25. Apa peran Bapak/Ibu dalam partai tersebut? ? Simpatisan ? Kader Parpol ? Pengurus 26. Bagaimana dengan pelaksanaan kampanye, apa peran Bapak/Ibu? ? Hanya ikut pawai ? Juru kampanye ? Tidak mengikuti 27. Apakah Bapak/Ibu ikut saat penghitungan suara? ? Ya ? Tidak 28. Apakah Bapak/Ibu masih mengikuti perkembangan berita politik di media massa? ? Ya, (sebutkan medianya________________________) ? Tidak, (Alasan,_______________________________________________________) 29. Apa yang terlintas pertama kali dibenak bapak/ibu ketika mendengar kata ’politik’? 30. Apakah Bapak/Ibu masih berminat untuk berpartisipasi dalam politik di desa? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 31. Menurut Bapak/Ibu orang yang seperti apakah yang masih pantas terjun dalam dunia politik? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 32. Bagaimana gambaran masa tua yang ideal/sukses menurut pendapat Bapak/Ibu? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ 33. Apa pandangan Bapak/Ibu mengenai kelembagaan politik yang terdapat di Desa ini? a. Rapat-rapat desa ? Bisa diakses, tapi tidak punya kontrol ? Bisa diakses, dan punya kontrol ? Sulit untuk diakses, dan tidak punya kontrol b. Kinerja Kepala Desa dan Pamong Desa

Page 171: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

? Sukses/Baik ? Belum Sukses/Buruk ? Tidak tahu 34. Apakah sarana dan prasarana politik yang terdapat di Desa ini sudah cukup menunjang partisipasi bagi semua warga desa? Sebutkan alasannya! a. Jarak ? Dekat dan bisa diakses dengan berjalan kaki ? Jauh, tapi masih bisa diakses drngan alat transportasi (contoh: ojek) ? Jauh, tidak bisa diakses 35. Posisi apakah yang layak diberikan bagi para lansia yang aktif dalam kelembagaan politik di desa ini? Alasannya? ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________

*Terima Kasih*

Page 172: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Lampiran 3. Panduan pertanyaan 1. Kapan terpilih menjadi kepala desa? Alasan mengapa ingin menjadi kepala

desa?(coba gali soal adanya kecenderungan hubungan kekerabatan dalam hal ini)

2. bagaimana proses untuk dapat terpilih menjadi kepala desa? Persyaratannya apa

saja, ceritakan tentang proses pencalonan? Adakah kampanye, jika iya bagaimana

prosesnya?

3. mana yang lebih diselenggarakan lebih dahulu, pemilihan BPD atau pemilihan

kepala desa?

4. Apa saja tugas, wewenang serta tanggung jawab seorang kepala desa Situ Udik baik

secara formal maupun informal?

5. Dalam menjalankan pemerintahan kepala desa dibantu oleh perangkat desa, apa saja

peranan yang dijalankan oleh perangkat desa ini? Bagaimana proses pemilihan para

pamong atau perangkat desa?

6. Rapat-rapat formal apa saja yang diselenggarakan di Desa Situ Udik? Bentuk

kegiatannya seperti apa? Siapa saja yang dapat mengikuti rapat formal desa? Rapat

yang seperti apa yang bisa diikuti oleh seluruh warga?

7. Bagaimana proses pengambilan keputusan politik dilakukan?

8. Bagaimana pola hubungan antara BPD dengan kepala desa?

9. Siapa ketua BPD sekarang? Apa syarat (formal dan informal—individu yang seperti

apa menurut masyarakat Desa Situ Udik) jadi BPD? Bagaimana penilaian anda

tentang lembaga ini?

10. Seberapa sering diskusi-diskusi informal diselenggarakan? Siapa saja yang kerap

berdiskusi secara informal? Dimana diskusi ini seringkali dilakukan? Topik apa saja

yang menjadi bahan pembicaraan dalam diskusi-diskusi tersebut?

11. Bagaimanakah posisi, peran serta status lansia dalam kelembagaan politik desa?

Dalam hal atau permasalahan apa lansia biasanya dilibatkan? Lansia seperti apa

yang sering dilibatkan kaitannya dengan politik desa?

12. Sulitkah menggalang partisipasi masyarakat Desa Situ Udik khususnya dari aspek

politiknya?

13. Apa saja bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan bagi lansia?

Page 173: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

14. Apa suka dan duka seorang kepala desa?

15. Upaya apa sajakah yang dilakukan untuk menampung aspirasi dari masyarakat?

16. Menurut anda apakah sarana serta prasarana yang ada sudah mampu menunjang

partisipasi masyarakat dalam kelembagaan politik desa?

Panduan pertanyaan untuk Pamong Desa

1. Sejak kapan jadi pamong desa? Mengapa menjadi pamong desa?

2. Bagaimana prasyarat (formal dan informal) untuk dapat menjadi seorang pamong

desa?

3. Apa saja tugas, tanggung jawab serta wewenang pamong desa?

4. Jika ada rapat-rapat formal apa peranan yang ditampilkan?

5. Bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan bagi lansia? Dibedakankah dari orang

yang lebih muda?

6. Menurut anda apakah sarana dan prasarana yang ada sudah mampu menunjang

partisipasi masyarakat?

7. Apa yang menjadi suka dan duka seorang pamong desa?

8. Sulitkah menggalang partisipasi masyarakat dalam politik desa?

9. Siapa aja yang biasanya memiliki akses dan kontrol dalam kelembagaan politik

desa?

10. Apa pandangan anda tentang lansia yang masih aktif dalam kelembagaan politik

desa?

11. Bagaimanakah konsep sukses di masa tua menurut anda?

Page 174: Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus ... · terpaan berita politik dari media massa pun tidak mampu memberikan dampak yang ... Kuliah Sosiologi Umum pada semester

Lampiran 4. Pandangan lansia tentang aksesibilitas dalam rapat-rapat formal desa, Desa Situ Udik tahun 2006

Pandangan Jumlah Persentase 1: sulit untuk diakses serta tidak punya kontrol 21 52,5 2: bisa diakses tapi tetap tidak bisa punya kontrol 13 32,5 3: mudah untuk diakses serta mempunyai kontrol 6 15,0 Total 40 100,0

Lampiran 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kriteria terhadap pemimpin, Desa Situ Udik tahun 2006

Kriteria berdasarkan usia Jumlah Persentase Pemimpin adalah yang berusia tua 16 40,0 Pemimpin seharusnya adalah yang muda 16 40,0 Sama saja baik tua atau muda 8 20,0 Total 40 100,0

Lampiran 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi terhadap posisi atau jabatan yang pantas bagi lansia yang masih aktif, Desa Situ Udik tahun 2006

Posisi atau jabatan yang pantas Jumlah Persentase Pengikut 9 22,5 Pengurus, kader, tokoh masyarakat, serta pamong desa 1 2,5 Penasihat atau pembimbing 15 37,5 Pemimpin, dewan desa 15 37,5 Total 40 100,0