paradigma pembelajaran abad 21

16
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Hal yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan baik pendidikan formal maupun informal, dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Seperti yang diketahui bahwa berdasarkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, 1

description

paradigma pembelajaran

Transcript of paradigma pembelajaran abad 21

Page 1: paradigma pembelajaran abad 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut

bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan

karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang

globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi

memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di

tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan

kehidupan dengan negara lain.

Hal yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan

baik pendidikan formal maupun informal, dan hasil itu diperoleh setelah kita

membandingkannya dengan negara lain. Seperti yang diketahui bahwa berdasarkan Undang

Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan

memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk

pembangunan bangsa. Potensi diri yang dikembangkan diharapkan dapat menjawab setiap

permasalahan dan tantangan pada zamannya. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber

daya manusia di negara-negara lain.

1

Page 2: paradigma pembelajaran abad 21

2. RUMUSAN MASALAH

1. Mengingat kemajuan zaman yang sangat pesat, bagaimanakah pendidikan

menyesuaikan dengan perkembangan zaman melalui paradigma baru pendidikan?

2. Untuk mecetak generasi yang berkualitas dan mampu mnghadapi perkembangan

zaman , bagaimanakah pemberdayaan potensi peserta didik?

3. Kemajuan zaman harus selaras dengan kemajuan pendidikan untuk mencetak generasi

yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, lalu seperti apa tantangan

pembelajaran abad ke-21?

3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bahwa perkembangan zaman harus seiring dengan kemajuan

pendidikan yaitu dengan paradigma baru pendidikan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan peserta didik melalui pembelajaran agar

menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

3. Untuk mengetahui seperti apa tantangan pembelajaran abad ke-21.

2

Page 3: paradigma pembelajaran abad 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

Pembaruan pendidikan tidak mungkin terjadi tanpa adanya pembaruan paradigma.

Pembaruan paradigma pendidikan nasional harus dapat mengembangkan tingkah laku yang

menjawab tantangan internal dan global. Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya

generasi bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis. Oleh karena itu, penyelenggaraan

pendidikan dan penyusunan kurikulum yang sentralistik harus diubah dan disesuaikan dengan

tuntutan pendidikan yang demokratis. Demikian pula dalam menghadapi globalisasi, maka

proses pendidikan haruslah dapat meningkatkan kemampuan berkompetisi di dalam kerja sama,

inovatif, dan meningkatkan kualitas. Oleh sebab itu, paradigma baru pendidikan nasional dapat

mengembangkan kebhinekaan menuju satu masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis.

Dengan demikian, paradigma baru pendidikan nasional haruslah dituangkan dalam bentuk

kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat dijabarkan dalam berbagai program

pengembangan pendidikan nasional secara bertahap dan berkelanjutan (Tilaar,2000). Kebijakan

dan peran pendidikan yang berorientasi kemajuan ke masa depan itu adalah dapat melahirkan

manusia Indonesia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki

moral yang tinggi dan intelektual yang memadai untuk mengenal atau menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Menurut Sidi (2001) “Manusia berkualitas yang hendak dilahirkan melalui pendidikan

itu, tidak mungkin terealisasikan jika pendidikan kita masih berorientasi pada nilai akademik

saja, tetapi juga berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik mampu belajar dari

pengalaman lingkungan, dan kehebatan para ilmuwan, sehingga ia bisa mengembangkan potensi

intelektualnya”. Orientasi pendidikan tidak dapat terlaksana  jika pendidikan kita tidak memiliki

visi yang jelas. Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu dewasa ini muncul

paradigma baru dengan istilah manajemen pendidikan yang difokuskan pada otonomi,

akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen pendidikan ini diharapkan pada

3

Page 4: paradigma pembelajaran abad 21

akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu dan meningkatnya daya saing sumber daya

manusia sekaligus mampu membawa perubahan bagi bangsa Indonesia kedepan. dengan adanya

paradigma pendidikan baru maka akan terjadi adanya perubahan mind set untuk mencetak out

put yang lebih berkualitas yang pada akhirnya mampu membawa perubahan yang lebih baik.

Menurut Wirakartakusumah (1998) keempat pilar manajemen pendidikan yaitu :

Otonomi

Pengertian otonomi dalam pendidikan belum sepenuhnya mendapatkan kesepakatan

pengertian dan implementasinya. Tetapi paling tidak, dapat dimengerti sebagai bentuk

pendelegasian kewenangan seperti dalam penerimaan dan pengelolaan peserta didik dan staf

pengajar/staf non akademik, pengembangan kurikulum dan materi ajar, serta penentuan standar

akademik. Dalam penerapannya di sekolah, misalnya, paling tidak bahwa guru/pengajar

semestinya diberikan hak-hak profesi yang mempunyai otoritas di kelas, dan tak sekedar sebagai

bagian kepanjangan tangan birokrasi di atasnya.

Akuntabilitas

Akuntabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan output dan outcome yang

memuaskan. Akuntabilitas menuntut kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut

dengan kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai termasuk semua program dan kegiatan yang

dilaksanakannya. Hal ini memerlukan transparansi (keterbukaan) dari semua pihak yang terlibat

dan akuntabilitas untuk penggunaan semua sumberdayanya.

Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu pengendalian dari luar melalui proses evaluasi tentang

pengembangan mutu lembaga pendidikan tersebut. Hasil akreditasi tersebut perlu diketahui oleh

masyarakat yang menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam

menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh suatu badan

independen yang berwenang. Di Indonesia pelaksanaan akreditasi pendidikan untuk perguruan

tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan sekolah-sekolah menengah ke

bawah oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS).

4

Page 5: paradigma pembelajaran abad 21

Evaluasi

Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang

menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit

kerja yang dievaluasi, kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam proses pengambilan

keputusan dan perencanaan.

Pemberdayaan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran harus berpijak pada fakta

dan realita. Untuk dapat mencapai keberhasilan atau sukses yang didambakan oleh setiap

individu, maka diperlukan upaya-upaya sistematik. Menurut Jufri (2013), pembelajaran harus

lebih difokuskan pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara terus-

menerus dan mendorong peserta didik untuk membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri

dalam konteks sosial dan budaya. Tugas belajar didesain sedemikian rupa oleh guru agar

menantang dan menarik perhatian peserta didik sehingga pembelajaran akan dapat mengantarkan

peserta didik untuk mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Paradigma baru pembelajaran

yang perlu dikembangkan oleh setiap pendidik bidang sains adalah pembelajaran yang mendidik

yakni pembelajaran yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :

a. Menekankan pentingnya proses membelajarkan bagaimana cara belajar (learning how

learn).

b. Mengutamakan strategi yang mendorong dan melancarkan proses belajar peserta didik.

c. Dirancang untuk membantu peserta didik agar memperoleh kecakapan mencari jawaban

atau solusi atas suatu masalah.

d. Dirancang dan dilaksanakan bukan untuk sekedar menyampaikan informasi langsung

kepada peserta didik tetapi lebih menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan

pendekatan kontekstual.

Menurut Lapono (2008) yang dikutip oleh Jufri (2013), rancangan program pembelajaran yang

mendidik dan sistem asesmen yang tepat perlu diidentifikasi berdasarkan karakteristik tertentu,

yang meliputi hal-hal berikut ini :

5

Page 6: paradigma pembelajaran abad 21

a) Hasil belajar peserta didik di nyatakan dengan kompetensi atau kemampuan yang dapat

di demonstrasikan, di tampilakan, atau dapat di observasi indikator-indikatornya.

b) Kecepatan belajar peserta didik berbeda dalam mencapai kentutasan belajar.

c) Asesmen hasil belajar menggunakan acuan kriteria.

d) Adanya program pembelajaran remediasi dan pengayaan.

B. PEMBERDAYAAN POTENSI PESERTA DIDIK

Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah diri, demi tercapainya tataran hasil yang baik,

terutama pada era globalisasi. Dewasa ini tuntutan out put pendidikan harus mampu bersaing

secara global dan internasional, sehingga persaingan lapangan kerja bangsa kita mampu menjadi

pemenang baik untuk lapangan kerja dalam negeri maupun luar negeri, hal tersebut tidak dapat

dipungkiri diperlukan penanganan yang serius mulai dari tataran pendidikan formal maupun

nonformal pendidikan di Indonesia.

Guru memiliki peran penting dalam membantu peserta didik untuk menemukan jati dirinya

terkait dengan peran guru dalam memfasilitasi berkembangnya potensi-potensi peserta didik

secara menyeluruh, termasuk mendorong mereka agar mampu memberdayakan dirinya dalam

menghadapi berbagai masalah. Tugas guru sangat berat terutama dalam menghadapi tantangan

pendidikan saat ini dan profesionalisme guru bukan hanya selembar sertifikat belaka yang

kemudian dapat memperoleh tambahan penghasilan melalui sertifikasi tapi diharapkan guru-guru

akan lebih optimal bekerja keras, inovati, kreatif dalam bekerja sehingga tuntutan peningkatan

mutu pendidikan dapat meningkat sesuai dengan standar yang diharapkan bersama.

Menurut Jufri (2013) “Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mengembangkan

sikap terbuka dan sabar agar dapat memahami peserta didiknya dengan akal sehat”. Menurut

Drost (2000) yang dikutip oleh Jufri (2013) mengemukakan bahwa “selayaknya guru tidak

secara gegabah melihat kesalahan peserta didik, akan tetapi lebih baik mencari sisi positif dan

berusaha memberikan pujian. Seandainya perlu di berikan teguran, maka hendaknya tidak di

lakukan dengan nada marah dan membenci”.

6

Page 7: paradigma pembelajaran abad 21

Menurut Jufri (2013), secara lebih spesifik, beberapa dimensi kemapuan peserta didik yang

perlu di perhatiakan dalam upaya pemberdayaan individu peserta didik melalui proses belajar inii

adalah:

a) Mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri.

b) Meningkatkan rasa percaya diri .

c) Dapat meningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang lain.

d) Meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk memulai perubahan.

e) Meningkatkan komitmen, tanggung jawab dan motivasi internal.

f) Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah secara kreatif dan positif.

g) Meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara professional.

h) Mengembangkan kemampuan mengendalikan diri dan tidak mudah menyalahkan orang

lain.

i) Meningkatkan kemampuan membina hubungan orang interpersonal yang baik.

j) Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.

C. TANTANGAN PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di depan mata, berbagai

perangkat elektronik dan koneksinya dalam menghantarkan peserta didik belajar secara cepat

dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat, untuk itu dibutuhkan sumber daya

manusia yang tanggap terhadap perkembangan TIK (Sutrisno,2011). Menurut Alessi dan Trollip

(2011) “Pembelajaran berbasis ICT memiliki banyak keunggulan. Salah satunya keunggulan itu

berupa penggunaan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif , bahan materi pelajaran

menjadi lebih mudah diakses,menarik, dan murah biayanya”.

Inilah yang menjadi tantangan pembelajaran abad 21, kehadiran ICT dalam dunia pendidikan

maka dituntut siswa untuk kreatif, inovatif, berfikir kritis serta metakognitif dan sehingga

menjadikan siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok)

dengan harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal

7

Page 8: paradigma pembelajaran abad 21

hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun global dan dapat

dipertanggungjawabkan secara personal maupun sosial masyarakat.Dengan hadirnya ICT di

dunia pendidikan seyogyanya dapat menghantarkan wajah pendidikan kearah yang lebih baik

sehingga tantangan pembelajaran abad 21 dapat terselesaikan, tentunya tidak terlepas dari peran

guru sebagai tenaga pendidik yang dituntut kreatif dan inovatif mengembangkan pembelajaran

dengan mengintegrasikan teknologi dan komunikasi.

Menurut Soedijarto (2009) yang dikutip oleh Jufri (2013) “Apabila pembelajaran dapat

merangsang, menantang dan menyenangkan, seperti yang di kemukakan oleh Whitehead sampai

pada tingkat joy of discovery maka di harapakan proses pembelajaaran itu dapat bermakana

sebagai proses pemberdayaan dan proses penguasaan seni menggunakan ilmu pengetahuan”.

Dalam kaitannya dengan hal ini, menurut Geremeck (1986) yang dikutip oleh Jufri (2013),

melalui International Commision on Education for 21st Century yang antara lain bertujuan untuk

mengubah dunia” from technologically divided world where high technology is privilege of the

faw to technologically united world” dengan mengusahakan empat pilar pendidikan yakni:

Belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar

untuk menjadi (learning to be), belajar untuk bekerjasama (learning to live together).

1. Belajar untuk mengetahui (learning to know)

Sasaran dari pilar ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

akan mengantarkan peserta didik pada ketercapaian keseimbangan dalam penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Belajar untuk melakukan (learning to do)

Sasaran dari pilar ini adalah kemampuan bekerja. Dalam komunitas masyarakat

industri, tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku

melainkan diperlukan kemampuan intelektual yang handal untuk melaksanakan

pekerjaanseperti controlling, monitoring, maintaining, designing, organizing yang dengan

kemajuan teknologi, pekerjaan yang sifatnya fisik telah diganti dengan mesin. Melalui

konsep bekerja untuk melakukan, maka guru akan berperan dalam mempersiapkan

8

Page 9: paradigma pembelajaran abad 21

peserta didik untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan. Belajar melakukan

sesuatu dalam situasi yang kongkrit dapat membantu peserta didik untuk tidak hanya

menguasai keterampilan yang bersifat mekanistik saja melainkan akan mengantarkan

mereka untuk menguasai kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, serta mengelola dan

mengatasi konflik.

3. Belajar untuk bekerja sama atau belajar bersosialisasi

Penerapan pilar belajar untuk hidup bersama (learning to live together) menjadi

bagian dari tugas pendidik yang bertujuan agar pada saat yang bersamaan peserta didik

memperoleh pengetahuan dan memiliki kesadaran bahwa hakekat manusia adalah

beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat kesamaan.

4. Belajar untuk menjadi (learning to be )

Makna dari pilar belajar untuk menjadi (learning to be) yaitu peserta didik akan

berkembang menjadi manusia yang mampu mengenali dirinya, berkepribadian mantap

secara emosional dan intelektual serta mandiri dan manusia seperti ini akan mampu

mengendalikan dirinya , konsisten dan memiliki rasa empati atau memiliki kecakapan

emosional. Dan semua itu dapat tercipta jika tiga pilar sebelumnya berhasil dengan

memuaskan, karena pilar learning to be adalah muara dari pilar learning to know,

learning to do, dan learning to live together.

9

Page 10: paradigma pembelajaran abad 21

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Paradigma baru pendidikan adalah pola atau konsep-konsep baru pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah melahirkan sumber daya

manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan masa depan. Untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional haruslah memiliki visi-misi yang jelas, strategi-strategi baru, dan

konsep-konsep baru dalam proses dan pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

perkembangan IPTEK dan perubahan sosial yang terjadi.

Dalam rangka untuk menghadapi tantangan era globalisasi, guru perlu mencari dan

menemukan pradigma baru terkait tugas dan perannya sebagai pendidik. Paradigma

pembelajaran yang relavan dengan tuntutan era ilmu pengetahuan ini adalah pembelajaran

yang mendidik. Paradigma pembelajaran yang mendidik memiliki karakteristik seperti

menekankan proses membelajarkan bagaimana belajar (learning how to learn)

mengutamakan strategi yang mendorong dan melancarkan proses belajar peserta didik, di

arahkan untuk membantu peserta didik untuk memperoleh kecakapan untuk mencari jawaban

atau solusi atas suatu pernyataan atau masalah dengan keterampilan berpikir kritis dan

kreatif. Dalam rangka itulah guru perlu memperhatikan empat pilar pendidikan yaitu belajar

untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk menjadi( learning to be) dan belajar

untuk hidup bersama –sama atau belajar bersosialisasi (learning to live together).

2. SARAN

Untuk mencetak generasi yang berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mampu menghadapi perkembangan zaman, maka paradigma baru pendidikan

sangat penting untuk dibentuk melalui kebijakan pemerintah dan guru sangat menjadi penentu

dari hasil peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang sesuai dan guru

yang efektif dan professional agar tujuan pendidikan untuk mencetak generasi berkualitas dapat

lebih terarah dan mudah dicapai.

10

Page 11: paradigma pembelajaran abad 21

11