Paproposal Siti Aisyah (h1e112009)
-
Upload
siti-ichun -
Category
Documents
-
view
256 -
download
17
description
Transcript of Paproposal Siti Aisyah (h1e112009)
PRA PROPOSAL TUGAS AKHIR
EFEKTIVITAS RAIN GARDEN SEBAGAI METODE PENGELOLAAN LIMPASAN AIR
HUJAN (RAINWATER RUNOFF)
Disusun :
SITI AISYAH
H1E112009
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Pra Poposal Tugas Akhir ini dengan baik dengan judul “Efektivitas Rain Garden Sebagai Metode Pengelolaan Limpasan Air Hujan (Rainwater Runoff)”. Terwujudnya Pra Proposal Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang tellah mendukung penulis baik ide maupun pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang membantu dan terlibat dalam penulisan pra proposal. Penulis menyadari bahwa pra proposal tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati agar proposal tugas akhir ini nantinya dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca yang membacanya.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Banjarbaru, September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
2.1 Proses Pembuatan Kain Sasirangan Secara Umum........................................
2.2 Limbah Cair Sasirangan..................................................................................
2.3 Elektrokoagulasi..............................................................................................
2.3.1 Hukum Faraday.........................................................................................
2.3.2 Mekanisme Metode Elektrokoagulasi.......................................................
2.3.3 Penggunaan Aluminium Sebagai Elektroda.............................................
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................
3.2 Metode Pengambilan Data ...........................................................................
3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian....................................................................
3.2.1 Bahan Penelitian...................................................................................
3.2.2 Alat Penelitian........................................................................................
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................................
3.5 Daftar Pustaka..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mekanisme dalam elektrokoagulasi......................................................
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan kota berakibat langsung pada makin terbatasnya
ruang terbuka yang sedianya digunakan sebagai lahan resapan air hujan. Hal ini
menyebabkan air hujan yang jatuh mengalir langsung ke sungai. Volume air hujan
yang semakin tinggi akibat meningkatnya curah hujan mengakibatkan terjadinya
banjir. Hal ini merupakan salah satu dampak dari berbagai aktivitas kota
metropolitan yang semakin meningkat.
Rain garden (taman hujan) merupakan sarana pengelolaan limpasan air
hujan perkotaan yang digunakan untuk meresapkan limpasan air hujan di lokasi
yang dekat dengan sumbernya, sehingga memecah-mecah kawasan kedap air dan
sekaligus memberi jalan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah memasuki
groundwater serta memungkinkan terjadinya proses biogeokimia yang dapat
menghilangkan polutan dari air limpasan. Resapan air hujan ke dalam tanah dapat
memberikan manfaat tambahan bagi ekosistem air melalui peningkatan aliran
dasar sungai.
Pada dasarnya, rain garden merupakan solusi yang murah, sederhana
dan ramah lingkungan untuk digunakan dalam pengelolaan air hujan perkotaan.
Rain garden adalah sebuah galian yang dirancang seacara buatan untuk
menangkap dan menyerap limpasan air hujan dari atap bangunan atau daerah
permukaan kedap air di sekitar rumah, seperti jalan-jalan perumahan, jalan
setapak, dan daerah lahan berumput yang dapat digunakan sebagai penyangga
untuk menangkap limpasan air hujan dari lanskap rumah sebelum memasuki
danau, kolam atau sungai yang ditanami dengan vegetasi seperti semak, bungan
dan tanaman lain yang memungkinkan air limpasan untuk meresap ke dalam tanah
dan melindungi kualitas air.
Selain menambahkan keindahan lanskap di kawasan perumahan, rain
garden juga dapat membantu melindungi kualitas air dengan mengurangi air
limpasan yang kotor dari kawasan perumahan. Air hujan yang menjadi limpasan
dianggap sebagai salah satu sumber utama pencemaran air dan juga akan mengalir
dengan cepat menuju saluran pembuangan air permukaan dan memasuki sungai
atau perairan lainnya. Dalam hal ini, tanah raingarden memiliki potensi yang
besar untuk penghapusan logam dan permeabilitas yang cukup untuk
mengkompensasi volume air hujan yang memasuki taman hujan.
Rain garden atau dalam bahasa ilmiahnya yaitu bioretensi dapat
dikategorikan sebagai cara pengolahan dengan teknik Low Impact Development,
yaitu cara untuk mengurangi dampak negatif akibat pembangunan. Oleh karena
itu, sangat sesuai untuk dipergunakan sebagai suatu sistem untuk mengatasi
masalah banjir pada daerah perkotaan. Rain garden merupakan sistem
penanganan limpasan air hujan yang tergolong sangat sederhana dan melibatkan
peran serta masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya masyarakat akan
merasakan sendiri usaha yang telah mereka lakukan dan tentu saja keluhan akan
semakin berkurang.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana efektivitas Rain garden sebagai metode pengelolaan
limpasan air hujan (rainwater runoff) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mempelajari efektivitas Rain garden sebagai metode pengelolaan
limpasan air hujan (rainwater runoff).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan salah satu alternatif teknologi konvensional yaitu rain
garden yang dapat digunakan untuk pengelolaan limpasan air hujan
(rainwater runoff).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infiltrasi Air Hujan (Rain Water)
Hujan adalah proses turunnya kumpulan air yang jatuh pada
permukaan bumi dari langit melalui proses presipitasi. Presipitasi adalah
salah satu komponen dari daur hidrologi, dimana terjadi setelah proses
penguapan dari evaporasi, transpirasi dan evaportranspirasi, laju pengendapan
air di udara melalui kondensasi dan membentuk awan, dan pada akhirnya
turun menjadi hujan melalui proses presipitasi (Rahman, 2008).
Infiltrasi air hujan memiliki kelebihan dan kekurangan. Keuntungan
dari infiltrasi mencakup pengendalian kuantitas dan pengendalian kualitas air.
Kontrol kuantitas air dapat terjadi dengan menangkap dan menahan aliran
permukaan, infiltrasi air ke dalam tanah, serta mengurangi volume air yang
dibuang langsung ke sungai. Sistem Infiltrasi dapat dirancang untuk
menangkap volume air hujan (volume & kualitas air) dan meresapkan air ke
dalam tanah selama beberapa jam atau hari. Infiltrasi dapat memberikan
manfaat sekunder dengan meningkatkan mengisi ulang akuifer dan
meningkatkan aliran dasar sungai di dekatnya. Perbaikan kualitas air hujan
dapat dicapai kalau bahan polutan tersaring pada saat air hujan merembes
melalui berbagai lapisan tanah. Ketika air bergerak melalui tanah, partikel
dapat diikat oleh partikel tanah. Selain itu, mikroorganisme dalam tanah dapat
mengurangi polutan organik yang terkandung dalam air hujan (Anonim1,
2013).
Ukuran rata-rata hujan meningkat dengan intensitas hujan. Dalam
hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, energi kinektik hujan cukup besar
ketika tetesan air hujan memukul permukaan tanah. Hal ini menyebabkan
kerusakan pada agregat tanah dan dispersi pertikel tanah, dengan konsekuensi
mengangkut partikel tanah halus ke dalam pori-pori tanah lapisan bagian atas.
Hal ini menyebabkan penyumbatan pori-pori tanah, pembentukan lapisan
tipis kerak tanah yang padat pada permukaan tanah, dan hali ini sangan
mengurangi kapasitas infiltrasi (Soemarno, 2013).
2.2 Air Limpasan (Run Off)
Limpasan air hujan adalah curah hujan yang tidak meresap ke tanah di
mana ia jatuh. Limpasan air hujan ini adalah salah satu ancaman terbesar
bagi kualitas air di sebagian besar dunia. Ketika air mengalir dari jalan-jalan
dan tempat parkir ke saluran drainase atau langsung ke saluran air, limpasan
air membawa sedimen yang dapat menyumbat sungai dan mengurangi
oksigen dalam air sugai, serta bahan kimia toksik bagi ekosistem perairan dan
dapat menurunkan kualitas air (Soemarno, 2013).
2.3 Rain Garden (Taman Hujan)
Rain garden dapat memberikan banyak manfaat yaitu mengumpulkan
air limpasan, terutama dari atap rumah dan permukaan tahan lainnya,
mengurangi banjir di hilir, dan mencegah pencemaran air dari degradasi
kualitas air. Rain garden menyediakan fitur estetis untuk lansekap halaman
yang dapat meningkatkan nilai properti rumah. Instalasi rain garden mudah
dilakukan dengan karakteristik lereng dan tanah halaman, ukuran lahan yang
diperlukan untuk taman, dan pemandangan yang dihasilkan membuat suatu
kombinasi instalasi taman hujan yang unik. Dasar prosedur instalasi adalah
sama untuk semua kebun, sedangkan kunci keberhasilannya adalah memiliki
perkembangan desain yang baik serta memilih dengan efektif dan cermat
dalam menanam tanaman yang terletak pada kebun (Franti, 2007).
Atap bangunan, trotoar, driveways dan teras tidak memungkinkan
curah hujan untuk menyusup ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
jumlah limpasan dari daerah perkotaan yang dapat menyebabkan banjir dan
membawa polutan ke permukaan air. Rain garden dapat menangkap limpasan
dan mengurangi efek banjir dan limpasan polusi. Selain itu, instalasi ini
banyak memberikan manfaat visual, termasuk beragam penanaman bunga,
rumput dan tanaman hias yang dapat menambahkan fitur estetika dan
fungsional untuk halaman atau lanskap, relatif murah dan dapat dilakukan
sendiri tanpa perlu pelatihan khusus (Franti, 2007).
Rain garden atau dalam bahasa ilmiahnya yaitu teknik bioretensi
merupakan usaha untuk melakukan penampungan air hujan, menambah
kekasaran agar aliran melambat dan memperbesar infiltrasi. Teknik tersebut
diatas merupakan teknologi LID yang sangat sering dimanfaatkan untuk
mengelola air hujan wilayah yang dikembangkan untuk mempertahankan
daya dukung, daya tampung lingkungan hidup dan merupakan usaha untuk
mempertahankan ruang terbuka yang sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007
(Darsono, 2007).
Pertimbangan tanah menjadi salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam pembuatan rain garden. Tanah berpasir, cepat mengering
sehingga tanah ini sangat ideal untuk rain garden, tapi dapat pula mengubah
jenis tanah lain untuk bekerja dengan baik dan menyerap air. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan air hujan dalam mangkuk, lalu biarkan
perlahan-Iahan mengalir ke tanah dalam waktu sehari atau lebih. Jika tanah
dengan kandungan liat tinggi, kita perlu meningkatkan dimensi dan
tambahkan pasir dan bahan organik untuk meringankan atau melemaskan
tekstur tanah dan membuatnya lebih serap. Taman hujan tidak boleh menahan
air selama lebih dari beberapa hari idealnya, mereka harus kering dalam
waktu 24 hingga 48 jam setelah berakhimya hujan (Halief, 2011).
Rain garden memiliki area timbunan dibawah permukaan tumbuhan
yang bersifat meloloskan air dan merupakan sebuah drainase yang
mendorong aliran terinfiltrasi juga sebagai penyaringan kualitas air dan juga
menghindari adanya tambahan luas dan tinggi genangan. Konsep ini pertama
kali dikembangkan oleh Prince George’s County, Maryland, Departement of
Environmental Resources pada awal 1990. Metode yang digunakan
merupakan kombinasi dari filtrasi dengan proses fisik dan penyerapan dengan
proses biologis. Ilustrasi konsep dari fasilitas rain garden diperlihatkan pada
Gambar 2.1 Konsep Rain Garden menggunakan desain yang simpel,
terintegrasi dengan kawasan, desain berdasarkan kondisi natural yang
memberikan kesempatan untuk infiltrasi, filtrasi, tampungan dan
evapotranspirasi oleh vegetasi. Bioretensi menangkap aliran air hujan untuk
difilter oleh media tanah yang telah disiapkan. Ketika kapasitas rongga pori
dari media tanah dicapai, aliran air hujan mulai menggenang di permukaan
tanah tempat penanaman tumbuhan. Apabila menggunakan rekomendesi
teknis campuran tanah dengan underdrain, genangan akan habis untuk waktu
kurang dari setengah jam, tetapi akan lebih lama apabila pembuangan air
hanya dengan infiltrasi (Budinetro, 2012).
Gambar 2.1 Konsep Rain Garden (Hermono S. Budinetro dkk, 2012)
Agar pengelolaan air hujan di rain garden dapat di optimalkan, maka
proses yang terjadi perlu dipahami. Berikut ini adalah beberapa proses utama
yang ada pada Bioretension untuk air hujan lokal :
a. Intersepsi merupakan proses tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman
serta lapisan penutup (mulch), sehingga memperlambat atau mengurangi
terjadinya aliran permukaan.
b. Infiltrasi adalah proses utama yang ada di rain garden, baik yang
mempunyai saluran underdrain maupun yang tidak.
c. Pengendapan akan terjadi akibat aliran lambat yang ada di rain garden,
akibatnya partikel yang ada di air akan tertinggal di permukaan rain
garden.
d. Absorsi adalah proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang
kemudian akan diserap oleh akar tanaman.
e. Evapotranspirasi akan terjadi di rain garden akan berubah sebagian air
limpasan menjadi uap air.
f. Absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti
metal dan nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah.
(Darsono, 2007).
Hujan awal yang turun akan mencuci jalan sehingga aliran
permukaannya akan membawa partikel sedimen, kandungan kimia dan oli
yang tertetes di muka jalan, dan mengalir masuk kedalam rain garden. Aliran
permukaan dari hujan awal ini akan menjalani proses permunian yang ada di
rain garden. Jika hujan masih turun terus sehingga kapasitas tampungan rain
garden sudah terlampaui air kan mengalir langsung ke sistem saluran
drainase melalui pelimpah yang telah disediakan. Hujan awal sudah mencuci
permukaan jalan sehingga kualitas air limpasan permukaan dari hujan
berikutnya diharapkan sudah baik dan boleh mengalir langsung ke badan air
(Halief, 2011).
Gambar 2.2 Penampang Melintang Rain Garden pada lerng (a), (b) dan (c)
(Thomas G. Franti, 2007)
Tanaman yang digunakan untuk pengaplikasian rain garden
diantaranya memiliki sifat seperti :
Tahan perubahan iklim (tahan genangan maupun kering)
Memiliki sistim perakaran dalam dan luas
Tidak memiliki sifat menggugurkan daun (evergreen)
Kanopi kuat terhadap terpaan hujan
Mudah dalam perawatan
Menarik untuk dipandang
(Santoso, 2010)
Jenis tanaman yang dipakai adalah tanaman asli yang bisa bertahan
hidup pada kondisi basah dan kering. Tanaman vegetasi lahan basah, seperti :
Bunga Liar
Teki-tekian
Pakis
Semak
Pohon kecil yang dapat mengambil kelebihan air
(Oktopianto, -).
Rain Garden dapat mengahasilkan manfaat yang sangat besar,
diantaranya berguna untuk :
Menyaring polutan dari air limpasan
Mengisi ulang airtanah lokal
Mengkonservasi dan menghemat air hujan
Meningkatkan kualitas air
Melindungi sungai dan air sungai
Menghilangkan genangan air di halaman hunian atau pekarangan
Mengurangi perkembangbiakan nyamuk
Meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat dan menghilangkan
serangga hama
Mengurangi potensi banjir
Membuat habitat bagi burung & kupukupu
Bertahan di musim kekeringan
Mengurangi biaya perawatan taman
Meningkatkan daya tarik trotoar
Meningkatkan kenikmatan dan kenyamanan taman
(Soemarno, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan selama 5 bulan. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan, Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
3.2 Metode Pengambilan Data
Data didapatkan dari hasil pengujian laboratorium dengan pengukuran
kadar kualitas dan kuantitas air oleh penyerapan rain garden.
3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian
3.3.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Tanah
2. Pasir
3. Kerikil
4. Kompos
5. Tanaman bunga-bunga, rumput dan pohon kecil
6. Mulsa kebun
7. Air untuk mengatun downspouts
3.3.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Sekop
2. Cangkul
3. Pipa PVC
4. Akuarium kaca
5. Filter
3.3 Variabel Penelitian
Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian terdapat dua jenis variabel
yang biasanya digunakan, yakni:
Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam
mempengaruhi variabel lain.
Variabel Terikat
Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat
karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel
independen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2013. Manajemen Air Hujan pada Rain Garden (Taman Hujan). Bahan Kajian Mata Kuliah PSDALH.
Budinetro, Hermono S., dkk. 2012. Pengendalian Aliran Permukaan Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Dengan Konsep Low Impact Development. Seminar Nasional Teknik Sipil UMS. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukarta.
Darsono, Suseno. 2007. Sistem Pengelolaan Air Hujan Lokal yang Ramah Lingkungan. Berkala Ilimiah Teknik Keairan. Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004. Jurusan Teknik Sipil FT. UNDIP Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang.
Franti, Thomas G. and Steven N. Rodie. 2007. Stromwater Management Installing Rain Gardens in Your Yard. NebGuide. University of Nebraska-Lincoln Extention, Institute of Agriculture and Natural Resources, Amerika Serikat.
Franti, Thomas G. and Steven N. Rodie. 2007. Stromwater Management Rain Garden Design for Homeowners. NebGuide. University of Nebraska-Lincoln Extention, Institute of Agriculture and Natural Resources, Amerika Serikat.
Halief, Kartini, dkk. 2011. Pengembangan Teknik Bioretention Dalam Mengatasi Limpasan Air Hujan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil). Universitas Gunadarma, Depok 18 – 19 Oktober 2011. Vol. 4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559.
Oktopianto, Yogi. - . Green Construction “Rain Garden”. Universitas Gunadarma, Depok.
Rahman, Harjuna. 2008. Aplikasi Program ‘Water Balance Model’ Untuk Manajemen Air Hujan Perkotaan (Urban Rainwater Management): Studi Kasus pada Sub-DAS Sugutamu, Jawa Barat, Indonesia. Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.
Soemarno. 2013. Rain Garden. Universitas Brawijayahttp://marno.lecture.ub.ac.id/tag/rain-garden/Diakses pada tanggal 20 September 2015
Soemarno. 2013. Limpasan Air Hujan. Universitas Brawijayahttp://marno.lecture.ub.ac.id/tag/limpasan-air-hujan/Diakses pada tanggal 20 September 2015
Sutanto, Bambang B. 2010. Rain Gardens Taman Untuk Menciptakan Lingkungan Sehat. Fakultas Pertanian Universitas Mataraman, Mataram.