Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

18
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa akhir pekan ini di Indonesia banyak diramaikan dengan kasus-kasus transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dalam aktivitas produksinya banyak menggunakan pembelian barang penjualan barang dagangan atau bahan baku, mendirikan perusahaan perantara di negara yang bertarif pajak rendah dan aktivitas lainnya. Misalnya adalah kasus yang dilakukan oleh PT. Asian Agri, anak perusahaan Raja Garuda Mas (RGM) Group pada tahun 2007 silam dengan melakukan tindakan penggelapan pajak, dengan menggembungkan biaya, rekayasa keuangan, dan transfer pricing. Yang diduga PT. Asian Agri telah menggelapkan pajak senilai Rp. 1,34 triliun. Bukan rahasia umum lagi untuk meminimalisasi pajak, perusahaan sering melakukan transfer pricing guna memaksimalkan keuntungan. Bagi kalangan bisnis, pajak tetap saja dipandang sebagai beban yang akan mengurangi penghasilan yang diperoleh. Atas dasar tersebut, mereka berusaha merekayasa suatu transaksi

Transcript of Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

Page 1: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa akhir pekan ini di Indonesia banyak diramaikan dengan kasus-

kasus transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dalam

aktivitas produksinya banyak menggunakan pembelian barang penjualan barang

dagangan atau bahan baku, mendirikan perusahaan perantara di negara yang

bertarif pajak rendah dan aktivitas lainnya. Misalnya adalah kasus yang dilakukan

oleh PT. Asian Agri, anak perusahaan Raja Garuda Mas (RGM) Group pada tahun

2007 silam dengan melakukan tindakan penggelapan pajak, dengan

menggembungkan biaya, rekayasa keuangan, dan transfer pricing. Yang diduga

PT. Asian Agri telah menggelapkan pajak senilai Rp. 1,34 triliun.

Bukan rahasia umum lagi untuk meminimalisasi pajak, perusahaan sering

melakukan transfer pricing guna memaksimalkan keuntungan. Bagi kalangan

bisnis, pajak tetap saja dipandang sebagai beban yang akan mengurangi

penghasilan yang diperoleh. Atas dasar tersebut, mereka berusaha merekayasa

suatu transaksi dengan tujuan meminimalisasi beban pajak dengan melakukan

transfer pricing.

Dalam sisi pemerintah sendiri, transfer pricing dapat mengakibatkan

berkurangnya ataupun hilangnya potensi pendapatan negara khususnya pajak.

Oleh karena itu saya akan mengusung masalah tersebut dalam paper yang saya

buat. Karena ternyata banyak perusahaan yang bersekala besarlah yang

melakukan tindakan transfer pricing yang jika diakumulasikan maka akan banyak

sekali penerimaan negara yang tidak dapat dipungut.

Page 2: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

1.2 Topik: Kecurangan Transfer Pricing dalam Dunia Perpajakan di

Indonesia

Subtopik:

1.2.1 Pengertian Transfer Pricing

1.2.2 Tujuan Transfer Pricing

1.2.3 Usaha Pemerintah dalam menangani masalah Transfer

Pricing

1.3 Rumusan masalah:

1.3.1 Apakah Transfer Pricing itu ?

1.3.2 Apakah tujuan dari Transfer Pricing ?

1.3.3 Bagaimana usaha Pemerintah dalam Menangani kasus

Transfer Pricing ?

1.4 Tujuan:

1.4.1 Menjelaskan pengertian dari Transfer Pricing.

1.4.2 Menjelaskan tujuan dari Transfer Pricing

1.4.3 Memaparkan usaha Pemerintah dalam menangani transfer

Pricing

1.5 Metode:

1.5.1 Studi pustaka untuk mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan bahan penulisan.

1.5.2 Browsing menggunakan internet

2

Page 3: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

BAB 2

PEMBAHASAN

1.2.1 Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing adalah harga transfer dari barang/jasa atau aktiva tak

berwujud (intangible property) yang ditransfer antar perusahaan afiliasi dalam

satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaan. Semula transfer

pricing digunakan untuk kepentingan penilaian tingkat kemampu-labaan masing-

masing divisi atau masing-masing perusahaan afiliasi yang terlibat dalam

transaksi afiliasi. Tetapi sejalan dengan makin besarnya perusahaan multinasional,

perbedaan tarif pajak antar negara dan perencanaan pajak yang makin

komprehensif, maka transfer pricing digunakan sebagai alat untuk menggeser

penghasilan kena pajak dari suatu negara ke negara yang tarif pajaknya lebih

rendah, atau dari perusahaan yang berada daalam posisi laba ke perusahaan

afiliasi yang masih mengalami kerugian.

Hal Penting dalam Masalah Transfer Pricing

1. Hubungan Istimewa

Fokus dalam masalah transfer pricing tentu saja transaksi afiliasi atau

transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki hubungan istimewa. DJP

telah menggariskan ketentuan mengenai hubungan istimewa ini dalam Pasal

18 UU PPh yaitu sebagai berikut.

Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat

(3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:

1) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak

langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak

lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah

3

Page 4: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau

hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

2) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib

Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun

tidak langsung; atau

3) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam

garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat

2. Perbandingan

Sebenarnya, sepanjang harga transfer dilakukan dengan harga wajar

(Arm’s Length Price- ALP), yaitu harga yang ditetapkan seandainya pihak-

pihak yang bertransaksi tidak berafiliasi atau tidak memiliki hubungan

istimewa, maka tidak ada masalah dengan transfer pricing ini. Karena itu DJP

mensyaratkan Wajib Pajak yang memiliki transaksi afiliasi untuk mengisi

Lampiran Khusus Pernyataan Transaksi Hubungan Istimewa. Dalam lampiran

tersebut, Wajib Pajak harus mengisi jenis transaksi(penjualan/pembelian/jasa),

jumlah nominal transaksi afiliasi dan metode harga transfer yang digunakan

untuk setiap jenis transaksi.

Wajib Pajak harus dapat menyampaikan bukti bahwa harga transfer yang

digunakan dalam transaksi afiliasi adalah harga wajar, yaitu dengan cara

melakukan perbandingan. Sesuatu yang dapat diperbandingkan adalah sebagai

berikut :

1) Apabila terdapat perbedaan, maka perbedaan ini tidak akan

mempengaruhi kondisi yang diperbandingkan (misalnya harga, laba

kotor, dll).

2) Penyesuaian perbandingan dapat dilakukan untuk menghilangkan

beberapa perbedaan dalam proses perbandingan.

3) Kondisi yang dapat diperbandingkan bukan berarti bahwa kondisi

tersebut identik, tetapi perbandingan tersebut haruslah dapat

diandalkan dan masuk akal.

Sedangkan menurut paragraf 1.19 -1.35 OECD Guidelines, faktor yang

menentukan keterbandingan adalah sebagai berikut :

4

Page 5: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

1) Karakteristik dari barang/jasa/Aktiva tak berwujud

2) Analisis fungsional yaitu analisis fungsi (apakah perusahaan memiliki

fungsi yang sama seperti fungsi pabrikasi, distribusi, marketing,

riset,dll), analisis resiko (resiko bisnis, resiko pasar, resiko pabrikasi,

resiko selisih kurs, resiko persediaan, resiko kredit, dll) dan analisis

aset ( besaran asset yang digunakan seperti pabrik dan peralatan,

kepemilikan Aktiva tak berwujud, dll).

3) Syarat/kontrak transaksi

4) Keadaan ekonomi

5) Strategi bisnis

Selain kelima faktor penentu keterbandingan di atas, terdapat beberapa faktor

yang dapat dipertimbangkan juga seperti kebijakan pemerintah, penilaian bea

cukai, dll.

Data yang digunakan untuk melakukan perbandingan sebaiknya berasal

dari beberapa tahun misalnya data tahun 2006 sampai dengan 2008. Lebih

baik lagi apabila data berasal dari data perusahaan publik yang dapat diakses

oleh setiap orang, sehingga tidak ada pelanggaran atas rahasia jabatan.

Perbandingan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Perbandingan internal : membandingkan transaksi afiliasi dengan

transaksi biasa yang dilakukan oleh perusahaan yang sama. Contoh:

harga jual PT A atas barang X ke afiliasi A dibandingkan dengan harga

jual barang X ke perusahaan pihak ketiga

2) Perbandingan eksternal : membandingkan transaksi afiliasi dengan

transaksi biasa yang dilakukan oleh perusahaan berbeda. Contoh:

harga jual PT A atas barang X ke afiliasi A dibandingkan dengan harga

jual PT B atas barang X ke perusahaan pihak ketiga

Hasil perbandingan akan menghasilkan apa yang disebut Arm’s Length

Range (ALR), yaitu kumpulan dari harga wajar dari perusahaan-perusahaan

sejenis yang dibandingkan, mulai dari tertinggi sampai yang paling rendah.

Koreksi atas ketidakwajaran harga transfer dapat dilakukan berdasarkan pada

ALR ini, yaitu dengan mengambil titik terendah dari ALR, titik tertinggi, rata-

5

Page 6: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

rata, atau titik tengah dari ALR. Tetapi, jangan lupa, penentuan titik mana

dalam ALR yang akan digunakan sebagai dasar koreksi transfer pricing,

haruslah sudah ditentukan oleh peraturan perundangan.

Pemilihan Metode Harga Transfer

Setelah melakukan perbandingan, maka tahap berikutnya adalah memilih

metode Transfer Pricing yang paling cocok untuk setiap transaksi afiliasi

perusahaan, yaitu :

1) Metode Comparable uncontrolled price (CUP) : yaitu metode harga

sebanding, yaitu bila terdapat harga pembanding untuk barang/jasa sejenis.

Fokus adalah pada produk/jasa.

2) Metode Cost plus (CPM) : yaitu membandingkan margin kotor dari harga

pokok (cost plus). Bila tidak memiliki harga pembanding baik internal

maupun eksternal, maka dapat menggunakan metode perbandingan margin

kotor, bagi perusahaan dengan memiliki fungsi sama. misalnya margin kotor

antar perusahaan manufaktur.

3) Metode Resale price (RPM) : yaitu membandingkan gross margin profit dari

harga jual.cocok digunakan perusahaan distributor.

4) Metode Transactional Net Margin (TNMM) : yaitu bila tidak tersedia data

pembanding untuk gross margin , maka digunakan net margin sebagai

pembanding.

5) Metode Profit split : yaitu membandingkan laba yang seharusnya diperoleh

bagi fungsi yang dijalankan perusahaan, misal perusahaan manufaktur yang

tidak menjalankan fungsi riset, sewajarnya memperoleh bagian laba dibanding

perusahaan induk yang menjalankan fungsi riset dan memikul resiko atas riset

tsb.

6

Page 7: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

1.2.2 Tujuan Transfer Pricing

Secara umum, tujuan penetapan harga transfer adalah untuk

mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-diisi

perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama

lain (Henry Simamora, 1999:273) Selain tujuan tersebut, transfer

pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi

manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang

serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Zain (2003:297-298), kebijakan transfer pricing multinasional bertujuan:

1. Memaksimalkan penghasilan global.

2. Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi

pasar .

3. Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara .

4. Menghindarkan pengendalian devisa .

5. Mengatrol kreditabel asosiasi .

6. Mengurang resiko moneter .

7. Mengatur cash flow anak/cabang yang memadai .

8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat .

9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masih .

10. Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah.

1.2.3 Usaha Pemerintah dalam menangani masalah Transfer Pricing

7

Page 8: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

Untuk mencegah penghindaran pajak karena penentuan harga tidak wajar

(non arm's length price), muncul Peraturan Dirjen Pajak No.PER-42/PJ/2011

tanggal 11 November 2011. Aturan ini membahas penerapan prinsip kewajaran

dan kelaziman usaha (arm’s length principles) terkait transaksi antara wajib pajak

dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Aturan ini mengharuskan wajib

pajak untuk menggunakan nilai pasar wajar dalam bertransaksi dengan pihak

istimewa (related parties).

Kategori hubungan istimewa di Indonesia, diatur Pasal 18 UU No.36/2008

yaitu penyertaan modal minimal 25 persen, keterkaitan pengelolaan manajemen

dan hubungan keluarga sederajat sedarah maupun semenda. Apabila wajib pajak

tidak bisa menunjukkan bukti pendukung kewajaran harga transaksi, maka Ditjen

Pajak akan menetapkan harga transaksi yang wajar antara pihak-pihak yang

terafiliasi. Namun ada pengecualian, kewajiban pelaporan TP dibatasi untuk nilai

minimal sebesar Rp.10 milyar dalam satu tahun pajak.

Melenyapkan transfer pricing bukan urusan gampang. Ketiadaan akses

publik ke dalam detil rincian transaksi perusahaan, menyebabkan perusahaan

leluasa memodifikasi laporan keuangan. Bahkan perusahaan terbuka (Tbk)

mungkin juga melakukan TP. Bahkan TP tidak hanya dilakukan antara pihak-

pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi antara perusahaan yang sama

sekali tidak hubungan istimewa, juga bisa dilakukan under invoice, untuk

mengecilkan omset penjualan.

Aturan PER-32/PJ/2011 menyatakan bahwa penentuan harga transaksi

wajar (arm’s length price) bisa melalui metode perbandingan harga antara pihak

non istimewa, resale price dan metode lainnya. Syarat utama analisis ini adalah

ketersediaan data pembanding eksternal maupun internal.

Perlu dikaji beberapa hal untuk mengurangi transfer pricing. 

Pertama, mengaktifkan peran akuntan publik. Ketentuan paragraf 9 huruf d

Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) No. 34 mengatur peranan auditor

8

Page 9: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

untuk menguji kewajaran perhitungan jumlah related parties transaction yang

diungkapkan dalam laporan keuangan. 

Kedua, memperluas kriteria transfer pricing tidak hanya related parties,

tetapi melebar ke semua transaksi yang diindikasikan di bawah harga pasar wajar,

termasuk dengan perusahaan non afiliasi.

Ketiga, menggunakan data pembanding Eksternal dari pelaporan DHE

(Devisa Hasil Ekspor) untuk mendeteksi aliran dana dan underlyingtransaksi

ekspor. Dalam Peraturan Bank Indonesia No.13/20/PBI/2011, seluruh penerimaan

DHE harus melalui Bank Devisa, dimana eksportir wajib menyampaikan

informasi tentang DHE meliputi informasi tanggal PEB, kode kantor Bea Cukai,

nomor pendaftaran PEB, dan NPWP eksportir.

Keempat, mengumumkan ke publik tentang proses banding oleh wajib

pajak yang melakukan transfer pricing, sebagai bentuk tekanan moral. Perlu

dicermati, pada pasal 50 ayat (1) UU No.14/2002 tentang Pengadilan Pajak,

disebutkan bahwa pengadilan pajak terbuka bagi publik. Dengan Pemerintah

mengumumkan jalannya peradilan pajak, akan membuka mata publik bahwa

perusahaan-perusahaan terkenal tersebut ternyata melakukan kecurangan untuk

menghindari pajak.

Kelima, perlu ada data center, seperti Indonesian Coal Index, yang meng-

update harga terbaru komoditas tambang. Harga terbaru komoditas diperlukan

untuk assesment kewajaran omset penjualan pada SPT tahunan perusahaan

pertambangan.

Keenam, pembentukan single document window (SDW) antar negara yang

telah menerapkan tax treaty, dan forum multilateral, seperti APEC. Model SDW

efektif untuk mengawasi harga pengiriman barang antar negara produsen dan

konsumen. Dengan model SDW, penerbitaninvoice oleh perusahaan

perantara abal-abal di tax haven country akan terkena pajak, sehingga

modus transfer pricing tidak efisien untuk perusahaan tersebut.

9

Page 10: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

BAB 3

KESIMPULAN

Transfer pricing merupakan harga transfer dari barang/jasa atau aktiva tak

berwujud (intangible property) yang ditransfer antar perusahaan afiliasi dalam

satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaan. Dengan tujuan yang

ingin dicapai adalah Memaksimalkan penghasilan global, Mengamankan posisi

kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar, Evaluasi kinerja

anak/cabang perusahaan mancanegara, Menghindarkan pengendalian devisa,

Mengatrol kreditabel asosiasi, Mengurang resiko moneter, Mengatur cash flow

anak/cabang yang memadai, Membina hubungan baik dengan administrasi

setempat, Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masih, Mengurangi resiko

pengambilalihan oleh pemerintah.

Akan tetapi sejalan dengan makin besarnya perusahaan multinasional,

perbedaan tarif pajak antar negara dan perencanaan pajak yang makin

komprehensif, maka transfer pricing digunakan sebagai alat untuk menggeser

penghasilan kena pajak dari suatu negara ke negara yang tarif pajaknya lebih

rendah, atau dari perusahaan yang berada daalam posisi laba ke perusahaan

afiliasi yang masih mengalami kerugian.

Dimana dalam situsasi tersebut peran pemerintah, akuntan publik,

perluasan kriteria transfer pricing, penggunakan data pembanding Eksternal,

pengumuman ke publik tentang proses banding oleh wajib pajak yang

melakukan transfer pricing, perlu adanya data center, pembentukan single

document window (SDW) antar negara yang telah menerapkan tax treaty, dan

forum multilateral sangatlah diperlukan guna mengurangi bahkan menghilangkan

praktik kecurangan dari transfer pricing selain Undang-Undang yang telah dibuat.

10

Page 11: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

SARAN

Dewasa ini sangat banyak kasus-kasus kecurangan dengan transfer pricing

yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar yang dapat mengakibatkan

menurunnya atau bahkan menghilangnnya pendapatan negara yang tersebesar dari

pajak tersebut.

Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan sosialisasi yang berkontinue dan

juga pengawasan yang ketat akan metode-metode yang digunakan dalam

menentukan harga transfer yang telah disahkan oleh undang-undang yang

berlaku.

11

Page 12: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Early. 2011. Hukum Pajak Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, Prof. Dr., MBA., Ak. 2011. Perpajakan:Edisi Revisi 2011.

Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2006. Yogyakarta:CV ANDI

OFFSET.

Situs Web

(25 Oktober) 20.33

Made. 2012. TRANSFER PRICING. http://dueeg.blogspot.com/2009/11/transfer-

pricing.html

Hadi. 2009. TRANSFER PRICING DALAM PRAKTEK PERPAJAKAN

INTERNASIONAL. http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/17/transfer-

pricing-dalam-praktek-perpajakan-internasional/

Juli, Wan. 2012. Penerapan Transfer Pricing di Indonesia.

http://www.formasi.com/index.php?page=showartikel&id=11

Anandita. 2012. Menangkal Kecurangan Transfer Pricing.

http://www.pajak.go.id/node/4049?lang=en

Ortax. 2011. Peraturan Perpajakan.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&hlm=1&page=show&id=14855

Dewiwardhana. 2010. Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran

Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing (Bag.I Teori).

http://politik.kompasiana.com/2010/04/01/lika-liku-transfer-pricing-mengendus-

penghindaran-pajak-melalui-manipulasi-transfer-pricing/

12

Page 13: Paper Tugas Akhir Perpajakan 2

13