Paper Sistem Manajemen Perwatan
-
Upload
aristyo-ridwan-rais -
Category
Documents
-
view
222 -
download
8
Transcript of Paper Sistem Manajemen Perwatan
Paper Sistem Manajemen Perawatan
“Sejarah Perkembangan Sistem Manjemen Perawatan”
Disusun oleh :
Aristyo Ridwan Rais 08 / 265409 / TK / 33644
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
Pengertian
Sistem Manajemen Perawatan
Perawatan adalah segala macam jenis aktifitas yang bertujuan untuk
tetap menjaga performansi dari suatu objek agar tetap stabil, terjaga
kualitas dan kuantitas produksinya serta memperpanjang umur pakai objek
yang terkena aktifitas rawat tersebut. Sehingga apabila suatu objek yaitu
mesin dirawat dengan baik dan terencana, maka akan berdampak positif
terhadap keberlangsungan produksi di suatu pabrik. Sedangkan sebaliknya,
apabila suatu mesin tidak dirawat dengan baik, makan akan mengganggu
kestabilan produksi suatu pabrik, baik kecil maupun keseluruhan. Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan,bahwa :
Fungsi perawatan sangat berhubungan erat dengan proses produksi
Aktivitas perawatan banyak berhubungan erat dengan pemakaian
peralatan, bahan pekerjaan, cara penanganan dlln.
Aktivitas perawatan harus dikontrol berdasarkan pada kondisi yang
terjaga.
Sejarah Perkembangan
Pada awal masa Revolusi Industri yaitu di akhir abad ke – 18 dan
awal abad ke 19, penggunaan mesin pada semu jenis produksi sangatlah
meningkat. Mulai dari industri yang bersifat sederhana seperti industri
pengolahan bahan pertanian samapai industry yang tergolong rumit dan
memerlukan banyak proses pengerjaan, seperti industry tekstil. Pada masa
itu banyak tenaga – tenaga manusia yang awalnya dipekerjakan digantikan
langsung dengan keberadaan mesin – mesin produksi yang bertenaga uap.
Hal ini terjadi karena mesin dianggap oleh para pemodal pada waktu itu
memiliki kinerja yang tinggi, standar mutu yang tetap dan jarang berubah –
ubah dan yang lebih penting mesin bias bekerja untuk jam kerja yang lebih
lama dari manusia. Tentunya hal ini juga meminimalisasi biaya produksi,
yang misalnya untuk melakukan suatu proses produksi memerlukan sepuluh
tenaga pria dewasa, akan tetapi hanya diperlukan satu sampai dua mesin
2
Sistem Manajemen Perawatan
saja untuk menggantikan kesepuluh orang tersebut hanya dengan imbalan
bahan bakar yang cukup selama proses produksi. Akan tetapi salah satu
kelemahan dari setiap mesin adalah memerlukan perawatan berkala yang
bilamana direncanakan dengan tepat, maka tidak akan terlalu berpengaruh
terhadap jalannya produksi mesin tersebut, akan tetapi kebalikannya adalah
apabila tidak direncanakan dan dilakukan dengan baik dan benar, maka
kegiatan perawatan terhadap mesin ini akan sangat menggangu jalannya
proses produksi mesin tersebut. Pada awal masa revolusi industry perawatan
mesin masih diartikan sebagai salah satu tindakan yang tidak perlu
dilakukan, dan perawatan mesin masih di sama artikan dengan memperbaiki
mesin bilamana terjadi kegagalan ataupun kerusakan saat mesin ini bekerja.
Hal tersebut bias terjadi karena pada dasarnya harga spare part mesin
masih tergolong mahal dan jumlah barangnya masih dikatakan sangat
jarang ataupun langka dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mendatangkan spare part yang dibutuhkan. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan perawatan mesin pada
abad ini masihlah belum berkembang secara pesat.
Jadi intinya, mesin akan terus – menerus dioperasikan sampai tidak
bisa melakukan pekerjaannya, baru setelah itu dilakukan perawatan dan
perbaikan menurut masalah yang terjadi. Jenis ini biasa disebut Breakdown
maintenance, yaitu mesin akan diperbaiki saat mesin benar – benar tidak
bisa beroperasi ( Breakdown ). Hingga akhirnya para pekerja pemeliharaan
tidak punya waktu untuk memberikan ide-ide pengembangan mendasar
untuk meminimalkan kerusakan tersebut, hal ini disebabkan karena mereka
semua sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin seperti
pekerjaan-pekerjaan perbaikan lainnya. Tujuan pemakaian metode ini adalah
untuk mendapatkan penghematan waktu dan biaya dan perbaikan dilakukan
pada keadaan yang benar-benar perlu. Pada metode ini, para pekerja
pemeliharaan hanya akan bekerja setelah terjadi kerusakan pada mesin atau
pabrik. Jika kita memakai metode ini, kerusakan mesin akan terjadi berkali –
3
Sistem Manajemen Perawatan
kali dengan frekuensi kerusakan yang hampir sama saja setiap tahunnya.
Artinya beberapa mesin pada pabrik tersebut ada yang sering diperbaiki.
Pada pabrik yang beroperasi secara terus menerus, dianjurkan untuk
menyediakan cadangan mesin (stand by machine) bagi mesin-mesin yang
perannya vital. Sifat-sifat lain dari metode pemeliharaan ini adalah sistem
data dan file informasi. Data dan file informasi untuk perbaikan mesin ini
harus dijaga oleh seorang insinyur yang bertanggung jawab terhadap data -
data tersebut. Metode yang sudah ketinggalan jaman ini merupakan metode
perencanaan yang tidak sistematis secara keseluruhannya.
Sampai pada awal tahun 1950-an, dimana ilmu Teknik Keandalan
sangat berkembang, munculah Preventive Maintenance, yang artinya adalah
kegiatan perawatan pada mesin yang inti dari tujuannya adalah mencegah
( preventive ) kegagalan – kegagalan pada mesin saat beroperasi. Bisa juga
disebut Dailly Maintenance, karena bersifat dilakukan berkala biasanya
setiap pagi hari atau sebelum mesin mulai dioperasikan. Kegiatannya
bersifat ringan namun perlu dilakukan agar menjamin keberhasilan
pekerjaan dari mesin tersebut. Kegiatannya biasanya seperti pembersihan
sisa – sisa raw material yang diproduksi, pemberian pelumas pada tempat
yang sering bergesekan, pengencangan kembali baut – baut dan mur – mur
yang bias kendor, dan masih banyak lagi macam – macamnya. Metode
Preventive Maintenance ini dibuat dengan mempertimbangkan ketersediaan
tenaga kerja, suku cadang, bahan untuk perbaikan dan faktor-faktor lainnya.
Keuntungan melakukan pemeriksaan dan perbaikan secara periodik dan
pada saat yang tepat pada semua mesin / peralatan adalah dapat di
ramalkannya total perbaikan pada seluruh mesin / peralatan pabrik oleh para
pekerja pemeliharaan. Selanjutnya, bila kesalahan atau kerusakan mesin /
peralatan dapat diramalkan lebih awal dengan melihat kejadian – kejadian
seperti kenaikan getaran mesin, kenaikan temperatur, suara, dan lain-lain.
Dalam hal ini perbaikan dilakukan secepat mungkin sebelum terjadi
kerusakan yang lebih fatal. Biaya perbaikan dan lamanya mesin / perlatan
4
Sistem Manajemen Perawatan
tidak beroperasi dapat diminimalkan dibandingkan dengan perbaikan mesin
yang sama tetapi dilakukan setelah mesin itu rusak total. Salah satu hal
yang terpenting dari pemeliharaan rutin adalah dapat diramalkannya umur
mesin / peralatan tersebut. Walaupun terkesan mudah, murah dan
sederhana, kegiatan perawatan ini terbukti bisa menambah umur dari mesin.
Contohnya saja pembersihan sisa – sisa bahan pada mesin bubut, apabila
keadaan mesin kotor, makan akan menghambat kerja mesin, sehingga
diperlukan tenaga lebih untuk melakukan suatu pekerjaan. Contoh lainnya
adalah pemberian pelumas pada bagian – bagian yang sering bergesekan,
hal ini bertujuan disamping menghindari dan mengurangi panas yang terjadi
saat saling bergesekan, tujuan lainnya adalah agar memperlancar kerja si
mesin tersebut. Salah satu contohnya adalah memberi pelumas pada rantai
sepeda motor.
Selanjutnya, Preventive Maintenance dibagi menjadi dua macam,
yaitu Periodic Maintenance atau biasa juga disebut Time Based Maintenance
( TBM ) dan yang lainnya adalah Predictive Maintenance. Perbedaan
utamanya adalah penentuan waktu pemeliharaan, atau penentuan saat
ketika pemeliharaan harus dilakukan. Tujuan utama dari maintenance adalah
untuk menghindari atau mengurangi resiko dari kegagalan. Hal ini mungkin
terjadi dengan cara mencegah kejadian tersebut sebelum benar - benar
terjadi yang dimana Time Base Maintenance dan Condition Based
Maintenance sangat membantu untuk mencapainya. Metode ini dirancang
untuk menjaga dan mengembalikan keandalan peralatan dengan mengganti
komponen yang mengalami kelelahan (fatigue) sebelum mereka benar -
benar titik kegagalan. Yang termasuk kegiatan preventive maintenance
adalah seperti partial atau complete overhauls pada periode tertentu,
penggantian oli serta pelumas dan sebagainya. Sebagai tambahan, pekerja
bagian pemeliharaan dapat merekam jenis – jenis perawatan yang perlu
dilakukan di setiap mesin dan bisa juga mencatat penurunan kinerja dari alat
– alat atau part yang ada, sehingga setelah mendapatkan data mengenai hal
5
Sistem Manajemen Perawatan
tersebut, perbaikan, perawatan maupun penggantian terhadap part bisa
dilakukan secepat mungkin, sehingga tidak mengganggu jalannya proses
produksi di pabrik tersebut. Metode preventive maintenance yang ideal akan
mencegah semua kegagalan peralatan sebelum terjadi. Periodic
Maintenance adalah metode perawatan mesin yang berdsarkan waktu –
waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pencucian mesin mobil
setiap satu bulan sekali. Sedangkan Predictive maintenance adalah metode
perawatan mesin yang berdasarkan inspeksi dan pengamatan yang
sebelumnya telah dilakukan, dimana pengamatannya berkaitan dengan
segala macam kondisi mesin tersebut. Dibandingkan dengan Periodic
Maintenance, Predictive Maintenance lebih bersifat Condition Based
Maintenance. Misalnya adalah penggantian kampas rem motor setiap 6
bulan sekali, walaupun masih bias dipakai, menurut penggunanya 6 bulan
adalah waktu satu pasang kampas rem bekerja maksimal setelahnya akan
mengalami penurunan kinerja, oleh karena itu kampas rem diganti.
Penggantian ini bukan berdasar waktu pemakaian, namun lebih kepada
rekaman perawatan yang sudah direkam sendiri oleh penggunanya.
Selanjutnya, pada tahun 1957, munculah sistem Corrective
Maintenance, yaitu kelanjutan dari Preventive Maintenance itu sendiri, jadi
setelah melakukan kegiatan – kegiatan perawatan rutin yang sifatnya lebih
ke Time Based Maintenance dan Conditioned Based Maintenance, metode ini
meneruskan kedua metode tersebut dengan cara rekaman data Preventive
Maintenance yang sudah terkumpul, akan diteliti ulang oleh para pekerja –
pekerja bagian pemeliharaan, yang diteliti ulang adalah hal – hal yang
sangat berpengaruh terhadap perawatan suatu mesin seperti biaya
perawatan, lama pengerjaan pemeliharaan, jenis kegagalan yang sering
terjadi, part – part apa saja yang sering gagal dan sering diganti dan hal –
hal lainnya. Setelah itu, diberikan suatu solusi yang sifatnya pengembangan
dari solusi sebelumnya, dengan tujuan saat akan dilakukan perawatan, para
pekerja bagian pemeliharaan bisa lebih memprioritaskan mesin atau
6
Sistem Manajemen Perawatan
peralatan mana yang paling vital fungsinya dan paling perlu memerlukan
usaha paling besar dalam pengerjaan perawatannnya, hal ini diurutkan
sampai peralatan yang paling minim efek kerusakannya ke system produksi
dan yang paling sebentar waktu pengerjaan perawatannya. Setelah
didapatkan data tersebut, maka para pekerja bagian pemeliharaan bisa
merencanakan juga pengadaan barang atau spare part yang diperlukan
untuk melakukan corrective maintenance sehingga pada saat pemeliharaan
akan dilakukan, spare part yang diperlukan sudah tersedia di gudang pabrik
dan tidak harus menunggu barang datang dari supplier spare part.
Disamping itu, perencanaan ini juga bisa menghemat biaya produksi di
pabrik, hal ini dikarenkan biaya – biaya perawatan dari spare part saat masih
belum digunakan dan masih berada di gudang bisa diminimalkan atau
bahkan bisa dihilangkan sama sekali.
Sifat-sifat yang menonjol dari corrective maintenance adalah effisien
dan dekat hubungan diantara bagian perencanaan, bagian inspeksi dan para
pekerja seperti ahli bahan, insinyur mesin, kimia, dan lain - lain. Disini
masalah yang muncul dilapangan dapat diatasi berkat adanya kerjasama
dari seluruh bagian-bagaian yang ada dipabrik. Meminimalkan frekuensi
kerusakan pabrik setiap bulan dapat dilakukan dengan cara menjaga
kualitas bahan, memodifikasi rancangan mesin, proses dan lain-lain. Tugas
dari seorang insinyur bagian pemeliharaan tidak hanya sebatas merawat
mesin dan peralatan - peralatan yang ada saja. Tugasnya adalah
memaximumkan keuntungan pabrik dengan mengurangi jumlah kerusakan
mesin dan juga mengurangi biaya pemeliharaan, ini dilakukan dengan
mempelajari / mengembangkan teknologi yang terbaru.
Salah satu hal yang penting untuk ketahanan dari part – part di
dalam suatu mesin adalah spesifikasi si alat tersebut. Tentunya part – part
yang terbuat dari bahan yang kuat akan memiliki umur pakai yang lebih
lama apabila dibandingkan dengan part – part sejenis namun terbuat dari
bahan yang biasa – biasa saja. Akan tetapi tentunya part yang lebih kuat
7
Sistem Manajemen Perawatan
ketahannannya terhadap segala macam kondisi tentunya memiliki
konsekuensi – konsekuensi tertentu yang harus ditanggung oleh
pemakainya, seperti harga yang terkadang jauh lebih mahal, lama
pembuatan part yang lebih panjang dan lainnya. Tentunya hal – hal seperti
ini yang menjadi salah satu pekerjaan terumit dari bagian pemeliharaan.
Selain dituntut agar memaksimalkan umur pakai part atau mesin di suatu
fasilitas pabrik, mereka juga dituntut agar bisa melakukan kegiatan –
kegiatan perwawatan dengan biaya yang se- efisien mungkin. Oleh karena
hal tersebut, maka pada tahun 1960 berkembanglah suatu metode
perawatan, yaitu Maintenance Prevention. Metode ini lebih bersifat segala
macam tindakan yang bertujuan untuk memperpanjang waktu pakai suatu
part atau alat sebelum mencapai kegagalannya. Metode ini lebih kepada
improvement terhadap spesifikasi part – part tau alat – alat yang mudah
rusak namun perannya sangatlah vital bagi keberlangsungan dan kelancaran
jalannya suatu system produksi. Biasanya ini lebih ke pensiasatan bahan
pembuat dari part tersebut, atau contoh lainnya adalah mendesain ulang
sistem produksinya agar umur pakai dari part atau alat tersebut menjadi
lebih lama walaupun tetap menggunakan part atau alat yang sudah biasa
digunakan sebelumnya.
TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
Setelah penjelasan yang panjang diatas, sebenarnya masih ada satu
metode perawatan yang telah lebih dahulu berkembang di Jepang pada
tahun 1950 – an, namun metode ini masih jarang dipakai di fasilitas produksi
di berbagai negara sampai sekarang ini. Metode ini sekarang lebih dikenal
dengan nama Total Productive Maintenance ( TPM ). Di dalam metode TPM,
setiap operator pada setiap mesin diharuskan untuk melakukan aktifitas
perawatan yang sifatnya ringan seperti pembersihan dan pelumasan, serta
diharuskan juga mencari kekurangan dan kelemahan pada mesin yang
membuat kinerjanya menurun. Salah satu cara panadang yang dituntut oleh
metode ini adalah preventive deterioration. Maksudnya adalah mencegah
8
Sistem Manajemen Perawatan
penurunan ( deterioration ) kinerja mesin semaksimal mungkin. Penurunan
dalam hal ini dianggap pasti akan muncul secara alami apabila suatu part,
alat ataupun mesin tidak terwat dengan baik. Motto TPM sendiri adalah "zero
error, zero work-related accident, and zero loss".
TPM adalah proses perawatan yang dikembangkan untuk tujuan
meningkatkan produktivitas dengan membuat proses produksi
lebih handal dan meminimalisir sisa atau waste yang dihasilkan. Tujuan dari
Total Productive Maintenance sendiri adalah terus – menerus berupaya
memperbaiki semua kondisi operasional yang ada dalam system produksi
dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan rasa tanggung jawab setiap
pekerja terhadap pekerjaannya masing - masing. Utamanya, aplikasi dari
TPM adalah untuk dunia perindustrian, walaupun pada kenyataannya bisa di
aplikasikan di dunia kerja apapun. Salah satu contoh nyatanya adalah saat
Toyota menggunakan TPM untuk memperbaiki posisinya di dunia secara
global pada tahun 1950.
Akan tetapi, beberapa perusahaan mengalami kesulitan untuk
menerapkan TPM ini pada tempat kerjanya. Hal ini disebabkan karena 2 hal
penting, yang pertama adalah kebanyakan dari perusahaan – perusahaan
tersebut memiliki kesulitan dalam mengerti konsep dasar dari TPM ini. Hal ini
dikarenakan kebanyakan buku – buku yang membahas tentang TPM, lebih
banyak membahas secara toritis saja akan tetapi hanya sedikit membahas
contoh aplikasinya. Alasan yang kedua adalah perusahaan – perusahaan ini
tidak sabar meilhat hasil langsung dari pengaplikasian metode ini. Padahal
pada umumnya diperlukan tiga sampai lima tahun untuk suatu perusahaan
melihat hasilnya apabila menerapkan metode TPM ini. Hal ini desebabkan
karena TPM memerlukan semua elemen pekerja yang berkaitan, baik
langsung maupun tidak langsung, terhadap proses produksi suatu
perusahaan tersebut. Di dalam TPM sendir mengenal tujuh macam waste,
yaitu :
9
Sistem Manajemen Perawatan
1. namely set-up and initial adjustment time
2. equipment breakdown time
3. idling
4. minor losses
5. speed (cycle time) losses
6. start-up quality losses
7. in process quality losses.
Dan biasanya ketujuh macam waste tersebut akan diminimalisir dengan
menerapkan metode Kaizen. Disamping itu juga, TPM memiliki delapan pilar
pokok yang tujuannya adalah mencapai target zero defect. Kedelapan pilar
tersebut adalah :
1. focussed improvement (Kobetsu Kaizen)
2. autonomous maintenance (Jishu Hozen)
3. planned maintenance
4. training and education
5. early-phase management
6. quality maintenance (Hinshitsu Hozen)
7. office TPM
8. safety, health, and environment.
Lalu dasar sebenarnya dari TPM adalah 5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Shiketsu dan
Shitsuke ) atau dalam bahasa Indonesianya adalah 5R ( Rapi, Resik, Ringkas,
Rawat dan Rajin ). Selain itu juga konsep JIT ( Just In Time ) dan Lean
Manufacturing berpengaruh banyak terhadap metode Total Productive
Maintenance ini.
10
Sistem Manajemen Perawatan
Kesimpulan
Perawatan adalah segala macam jenis aktifitas yang bertujuan untuk tetap
menjaga performansi dari suatu objek agar tetap stabil, terjaga kualitas dan
kuantitas produksinya serta memperpanjang umur pakai objek yang terkena
aktifitas rawat tersebut. Dalam perkembangannya, ilmu manajeman perawatan
pada awalnya dianggap tidak perlu, karena disamping menelan biaya yang besar
( cost center ), kebanyakan orang menganggap perawatan dalah kegiatan yang
tidak memiliki nilai tambah ( added value ). Disamping itu juga pada awal masa
revolusi industry, perawatan mesin dianggap sama dengan perbaikan mesin, jadi
intinya kalau mesin tidak rusak, untuk apa dilakukan tindakan perawatan.
Sampai pada awal tahun 1950-an, dimana ilmu Teknik Keandalan
sangat berkembang, munculah Preventive Maintenance, yang artinya adalah
kegiatan perawatan pada mesin yang inti dari tujuannya adalah mencegah
( preventive ) kegagalan – kegagalan pada mesin saat beroperasi.
Selanjutnya, Preventive Maintenance dibagi menjadi dua macam, yaitu
Periodic Maintenance atau biasa juga disebut Time Based Maintenance ( TBM
) dan yang lainnya adalah Predictive Maintenance. Perbedaan utamanya
adalah penentuan waktu pemeliharaan, atau penentuan saat ketika
pemeliharaan harus dilakukan.
Selanjutnya, pada tahun 1957, munculah sistem Corrective
Maintenance, yaitu kelanjutan dari Preventive Maintenance itu sendiri, jadi
setelah melakukan kegiatan – kegiatan perawatan rutin yang sifatnya lebih
ke Time Based Maintenance dan Conditioned Based Maintenance, metode ini
meneruskan kedua metode tersebut dengan cara rekaman data Preventive
11
Sistem Manajemen Perawatan
Maintenance yang sudah terkumpul, akan diteliti ulang oleh para pekerja –
pekerja bagian pemeliharaan, yang diteliti ulang adalah hal – hal yang
sangat berpengaruh terhadap perawatan suatu mesin seperti biaya
perawatan, lama pengerjaan pemeliharaan, jenis kegagalan yang sering
terjadi, part – part apa saja yang sering gagal dan sering diganti dan hal –
hal lainnya. Setelah itu, diberikan suatu solusi yang sifatnya pengembangan
dari solusi sebelumnya, dengan tujuan saat akan dilakukan perawatan, para
pekerja bagian pemeliharaan bisa lebih memprioritaskan mesin atau
peralatan mana yang paling vital fungsinya dan paling perlu memerlukan
usaha paling besar dalam pengerjaan perawatannnya, hal ini diurutkan
sampai peralatan yang paling minim efek kerusakannya ke system produksi
dan yang paling sebentar waktu pengerjaan perawatannya. Sifat-sifat yang
menonjol dari corrective maintenance adalah effisien dan dekat hubungan
diantara bagian perencanaan, bagian inspeksi dan para pekerja seperti ahli
bahan, insinyur mesin, kimia, dan lain – lain.
Total Productive Maintenance muncul di Jepang sekitar tahun 1950.
Metode ini merupakan gabungan dari lean manufacturing, Kaizen / continous
improvement dan JIT. Di dalam metode TPM, setiap operator pada setiap
mesin diharuskan untuk melakukan aktifitas perawatan yang sifatnya ringan.
Motto TPM sendiri adalah "zero error, zero work-related accident, and zero
loss". TPM sendir mengenal tujuh macam waste, yaitu :
1. namely set-up and initial adjustment time
2. equipment breakdown time
3. idling
4. minor losses
5. speed (cycle time) losses
6. start-up quality losses
7. in process quality losses.
12
Sistem Manajemen Perawatan
TPM memiliki delapan pilar pokok yang tujuannya adalah mencapai target
zero defect. Kedelapan pilar tersebut adalah :
1. focussed improvement (Kobetsu Kaizen)
2. autonomous maintenance (Jishu Hozen)
3. planned maintenance
4. training and education
5. early-phase management
6. quality maintenance (Hinshitsu Hozen)
7. office TPM
8. safety, health, and environment.
Lalu dasar sebenarnya dari TPM adalah 5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Shiketsu dan
Shitsuke ) atau dalam bahasa Indonesianya adalah 5R ( Rapi, Resik, Ringkas,
Rawat dan Rajin ). Selain itu juga konsep JIT ( Just In Time ) dan Lean
Manufacturing berpengaruh banyak terhadap metode Total Productive
Maintenance ini.
Daftar Pustaka
13
Sistem Manajemen Perawatan
Wikipedia, 21 Februari 2011, Total Productive Maintenance [ online,
accessed : 3 April 2011 ], URL :
http://en.wikipedia.org/wiki/Total_productive_maintenance
Mora, Enrique, 28 Maret 2011, Maintenance in History [ online, accessed : 3
April 2011 ], URL :
http://www.tpmonline.com/articles_on_total_productive_maintenance/tpm/
tpmprocess/maintenanceinhistory.htm
Mora, Enrique, 20 Februari 2010, FROM THE ORIGINS OF MAINTENANCE TO THE
TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE CONCEPT [ ONLINE, ACCESSED : 3 APRIL 2011 ],
URL : http://www.tpmonline.com/TPM-001.htm
Wkipedia, 2 April 2011, Preventive Maintenance [ online, accessed : 3 April
2011 ], URL : http://en.wikipedia.org/wiki/Preventive_maintenance
14