Paper Sistem Komunikasi Indonesia
-
Upload
nila-drisanti -
Category
Documents
-
view
53 -
download
5
description
Transcript of Paper Sistem Komunikasi Indonesia
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
1/11
PAPER SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA
TRADISI LISAN DARI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANIS RANA ANASTASIA 125120200111001
DIAN NUR FAJARIA 125120207111013
MELIN PUSPITA ULANDARI 125120201111059
NILA DRISANTI 125120201111033
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MEI 2014
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
2/11
Tembang Macapat
Salah satu jenis puisi rakyat yang sangat khas. Bentuk dan aturan tembang amat ketat. Di antara
jenis tembang yang paling popular dan merakyat adalah tembang macapat . Tembang macapat
tergolong paling digemari oleh pendukungnya. Sebagai karya sastra, memang ada macapat biasa
dan macapat yang terbentuk oleh folklore. Macapat yag telah menjadi folklor, biasanya lebih
popular.
Yang unik, ada sebagian tembang macapat karya pujangga, namun penyebarannya secara lisan.
Tembang tersebut biasanya hanya satu sampai dua pada saja yang menjadi folklor. Karenanya,
ada beberapa perubahan guru lagu disana-sini. Melalui seni pertunjukan rakyat, seperti ketoprak
dan kuda lumping, tembang macapat seringkali berubah-ubah.
Sampai saat ini tradisi pelestarian macapat masih hidup di kalangan masyarakat Jawa.
Masyarakat banyak menyelenggarakan kegiatan macapatan, yaitu tradisi membaca tembang
macapat. Tradisi ini disampiakan secara lisan dalam sebuah forum kejawen. Macapatan adalah
lantunan tembang macapat yang biasanya membaca teks-teks klasik.
Macapat merupakan tradisi lisan yang telah turun temurun. Biasanya macapatan dilaksanakan
pada tradisi ritual tertentu, seperti mitoni, bayen, supitan, dan lain-lain. Macapatan dalam ritualsemacam itu, lebih menekankan unsur suara, untuk menghibur dan maknsa hanya disampaikan
sekilas saja. Tradisi semacam ini, sebagian besar menutip teks-teks tertulis dari para pujangga.
Berarti, macapatan merupakan tradisi yang melisankan karya sastra tertulis. Namun demikin, ada
sebagian macapatan yang bersumber pada sastra lisan yang sekadar hafalan.
Perkembangan selnajtnya, macapatan semakin digemari dan dikemas dalam bentuk seni
macapat. Karena itu, ada macapatan yang diolah dalam seni terbangan, seni gending, dan
campursari. Macapatan semacam ini telah mengubah aneka cengkok macapat dalam lagu yang
semakin rumit. Hal ini emang disengaja oleh pelaku macapatan agar tembang macaat semakin
menarik. Pada kesempatan lain, macapatan sering dijadikan andalan dalam ritual religi dan
pariwisata. Yang terakhir ini, berarti macapatan telah menjadi sebuah komoditi tradisi lisan.
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
3/11
Di Yogyakarta banyak sekali tradisi lisan macapatan yang bertebaran di seluruh penjuru desa
maupun kota. Di kota Yogyakarta, yang telah berusia lama antara lain macapatan yang
diselenggarakan atas kerjasama instansi terkait. Kerjasama ini pada awalnya untuk mengupas
ajaran leluhur dalam macapat. Tradisi macapatan yang sampai sekarang masih berlangsung yaitu
giliran antar lembaga : IKIP (UNY), UGM, SMKI, ISI, Balai Bahasa, Dinas Pendidikan
Kepatihan, dan akhir-akhir ini ditambah dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kegiatan
macapatan dilaksanakan setiap malem jemuwah legi. Yang dibaca merupakan teks latin.
Ragam Macapat
a. Macapat Dokumentatif Zaman
bapak pocung pasar mlathi kidul denggung
kricak lor negara
Pasar gedhe loring loji
Menggak ngetan kesasar neng gondomanan
Bapak pocung pasar Mlati sebelah selatan Denggung
Kricak sebelah utara negara
Pasar Gedhe sebelah utara Loji
Belok timur tersesat ke Gondomanan
Macapat ini tergolong dokumen zaman. Memiliki nilai historis dan lokatif. Yang paling mampu
memahami folklore ini, adalah mereka yang ahu tentang kondisi tata letak Yogyakarta dan
sekitarnya. Tampaknya, macapat ini sekadar cerita tentang tempat Kecamatan Mlati, Desa
Degung, Desa Kricak, Pasar Gedhe, dan Gandamanan. Namun, sebenarnya ini merupakan
gambaran peta kehidupan pada masanya.
Pada saat macapat diatas diciptakan, Yogyakarta masih sepi. Kemungkinan besar kereta api dari
Magelang ke Yogyakarta yang melewati wilayah tersebut masih beroperasi. Yang jelas, pencipta
folklor ini ingin mengabadikan tempat penting di Yogyakarta terutama yang menjadi basis
ekonomi. Pencipta tembang ini juga tak jelas siapa dan dimana domisilinya. Tembang tersebut
telah menjadi hafalan anak-anak SD di wilayah Yogyakarta.
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
4/11
jam pitu mangkat sekolah
kaya ngene rasane wong dadi murid
wira wiri saben esuk
angudi kapinteran
during uwis lamun during antuk kursus
kursus saking pamulangan
iku tansah kula udi
Jam tujuh berangkat ke sekolah
begini rasanya jadi murid
kesana kemari setiap pagi
mengejar kepandaian
belum usai sebelum mendapat tanda lulus
lulus dari pelajaran
itu selalu diupayakan
Tembang di atas sebenarnya merupakan ekspresi diri seorang murid pada masa lalu. Perjalanan
jauh mereka rasakan, berjalan kaki, dan tidak mengenal lelah. Meskipun harus masuk jam 7 pagi
dianggap biasa. Murid-murid dahulu hanya kepandaian yang selalu dicita-citakan. Umumnyaharus belajar terus sampai dapat ijazah. Konteks lagu rakyat semacam ini sebagai pernyataan
semangat. Yakni, usaha menuntut ilmu sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh.
b. Macapat Wejangan
Ada lagi tembang macapat yang telah merakyat. Tembang ini juga anonym dan sering menjadi
bahan petuah dalam kehidupan keluarga. Puisi rakyat ini bermetrum pocung sebagai berikut :
Enthik-enhik patenana si panunggul
gek dosane apa
dosane ngungkul-ngungkuli
dhi aja dhi malati sedulur tuwa
Jari-jari bunuhlah jari anunggul
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
5/11
lalu dosanya apa
dosanya mengungguli-ungguli
adikku janganlah menyengsarakan saudara tua.
Folklor ini sering diucapkan oleh orang tua ketika memberikan petuah pada anaknya. Suatu
keluarga besar yang terdiri dari lima orang anak, biasanya diibaratkan jempol, telunjuk, jari
tengah, jari manis, dan kelingking. Jari tengah digunakan untuk mengibaratkan anak yang selalu
dimanjakan, melebihi saudara tua (panjangnya), karena itu adik-adiknya akan membunuh.
Namun demikian tidak dibenarkan yang jelas ada walat (kutuk) jika dilakukan. Tegasnya lagi,
tembang ini sebenarnya merujuk pada nilai-nilai kerukunan dalam keluarga.
c. Macapat Ritual
Gegarane wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel kelangkung
Tan kena tinambak arta
Bekal orang akan menikah
bukan harta benda dan wajah
melainkan berbekal hai
Jika keliru sekali akan salah seterusnya
sebaliknya kalau mudah akan enak seterusnya
jika sulit akan sulit terus menerus
dan tak bisa diganti dengan harta.
Tembang tersebut sering muncul dalam pesta perkawinan jawa. Siapa saja yang memberikan
ular-ular (petuah) banyak memetik tembang tersebut . satu persatu, mereka mengekspresikan
dan menerangkan kepada hadirin. Int dari tembang itu menghendaki pernikahan di Jawa
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
6/11
berdasarkan kejernihan hati, bukan atas dasar harta dan warisan. Harta dan wajah dapat hilang
seketika, sedangkan hati akan alanggeng. Jika perjodohan hanya mengandalkan harta benda ,
akan berbahaya. Jika laksana enikah, tembang dibawah ini menjadi pedoman hidup, yaitu:
Pamintaku nimas sida asih
Atut runtut tansah reruntungan
Ing sarina lan wengine
Datan ginggang sarambut
Lamun adoh caket ing ati
Yen caket tansah mulat
Sida asih tuhu
Pindha mimi lan tumina
Ayo nimas bareng anetepi wajib
Sida asih bebrayan
dambaanku nimas menjadi belas kasihan
Selalu rukun selalu bersama
Dalam waktu siang dan malam
Tak boleh pisah serambutpun
Jika jauh harus dekat dalam hatiJka selalu dekat selalu melhat
Menjadi semkin belas kasih
Sperti ikan mimi dan mintuna
Mari bersama-sama menjalankan kewajiban
Hidup bersama penuh cinta
Meskipun tembang tersebut sekilas tampak monopoli laki laki, sebenarnya tidak demikian.
Temabg tersebut menghendaki perkawinan di jawa benar benar sukses. Dengan berbekal hati
tadi, dapat diharapkan dapat menumbuhkan belas kasihan. Belas kasih adalah rasa kasih sayang
yang bernuansa cinta. Dengan cara hidup keluarga akan seperti ikan mimi dan mintuna di tepi
laut, yang selalu rukun. Keduanya merupakan lambang kebersamaan dalam menjalankan
kewajiban hidup.
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
7/11
d. Macapat Kidung
macapat kidung rumeksa ing wengi
bebaratan duk amrem winaca
sanghang guru pangadege
lumaku sanghyang bayu
alambeyan asmara hening
ngadeg pengawak teja
kang angidung iku
yen kinarya angawula
myang lelungan gusti gething dadi asih
sato galak sumimpang
ada kidung yang menjaga malam
Pada waktu dibaca tampak ada angin
Batara guru yang berdiri tegak
Disertai batara bayu
Berjalan dengan nuansa keheningan cinta
Berdirilah tubuh sinar
Yang berkidung ituJika sebagai pengabdian
Dan bekal bepergian gusti akan menjadi mengasihi
Hewan yang galak akan menyingkir
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh ayu luputa ing lara
Luputa ing bilahi kabeh
Jim setan data purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
8/11
Maling adoh tan wani perak mring mami
Tuju guna pan sirna
ada kidung yang menjaga malam
Keteguhan dan keselmatan bebas dari penyakit
Bebas dari godaan apa saja
Jin setan tak mau
Peneluhan tak ada yang berani
Serta perbuatan jahat
Guna guna dari orang yang salah
Apipun akan menjadi air
Pencuri jauh pun tak berani mendekatiku
Yang akan mengguna-guna akan mati
Dua bait tembang diatas sering dinamkan kidung jati-mulya. Kidung tersebut dapat dijadikan
mantra penolak balak. Apalagi kala kidung tersebut diucapkan pada malam hari, seluruh
perbuatan jelek akan ditolaknya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa hampir seluruh guna-guna
dilayankan pada malam hari. Dengan menjadi kidung tersebut, akan menjadi bekal penawar apa
saja. Jangankan hewan yang galak teluh dan guna guna akan kembali denagn dirinya sendiri.
Agar orang jawa selamat dari laku sandi dom sumurup banyu ( guna guna dan kejahatan jin dansetan), tak boleh tidur sore.
e. Macapat Mistik
urip iku neng donya tan lami
upamane jebeng menyang pasar
tan langgeng neng pasar wae
tan wurung nuli mantuk\mring wismane sangkane uni
ing mengko aja samr
sangkan paranipun
ing mengko padha weruha
yen asale sangkan paran dung ing nguni
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
9/11
aja nganti kesasar
hidup di dunia tak akan lama
Ibaratnya jebeng hanya orang pergi ke pasar saja
Tak lama juga dipasar
Tak akan urung segera pulang
Kerumahnya sendiri( asalnya)
Maka jangan sampai suram
Terhadap sangkan paraning dumadi
Nanti lihatlah dengan tajam
Bahwa asal sangkan paran dulu
Jangan sampai tersesat
Tembang diatas merupakan gambaran perjalanan mistik orang jawa. Ungkapan sugestif yang
ternagkum dalam tembang itu adalah konsep urip mung mampir ngombe, artinya hidup di dunia
tak akan lama. Gambaran yang disampaikan hanya seperti orang ke pasar saja, dan akan segera
kembali ke asal rumahnya masing-masing. Ini juga menunjukan hidup kita tak akan lama
meskipun relatif tetapi hidup langgeng adalah akhirat. Karena itu khidmat mistik tentang
sangkan paraning dumadi (asal-usul) dan tujuan hidup harus dipegang teguh. Jika hidup tak
paham akan hal ini, akan tersesat di dunia. Yang berbahaya lagi, manusia akan mengalamiperistiwa sebagaikana tertera dalam temang berikut.
Kongsiha sasar jroning pati
dadya tiwas uripe kesasar
tanpa pensokan sukmane
separan-paran nglangut
kadya mega katut ing angin
wekasan dadi udan
mulih marang banyu
dadi bali marag wadhag
ing wajibe suksma tan kena ing pati
langgeng donya akherat
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
10/11
jikasampai tersesat dalam kematian
berarti hidupnya juga tersesat
sukma tak ada tempat
hanya pergi ke mana-mana
seperti mega yang terseret angin
akhirnya menjadi hujan
kembali menjaid air
kembali ke badan jasmani
padahal kewajiban sukma itu tak boleh mati
langgeng di dunia dan akhirat
Kini tampak jelas bagaimana orang yang hidupnya tersesat. Orang yang tak paham asal-usul
hidup, akan menyengsarakan sukma. Sukma akan berjalan ke mana-mana, tak jelas arahnya.
Bahkan dia hanya seperti mega terseret angin, mengibaratkan bahwa sukma yang langgeng dan
tak bisa mati itu akan selalu menderita di dunia. Karena itu, penguasaan ilmu sangkan paraning
dumadi menjadi penting dalam hidup. Untuk itu di bawah ini diterangkan paham sangkan
paraning dumadi yang lengkap.
Ana kidung akadang permatiAmong tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Ingkang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan kuwasanipun
Adhi ari-ari ika
Kang mayung ing laku kuwasaneki
Anekakaken pengaruh
ada kidung sebagai kehati-hatian
Melindungi makhluk kekuasaannya
-
5/25/2018 Paper Sistem Komunikasi Indonesia
11/11
Menciptakan keinginannya
Kakang kawah itu
Yang bertugas menjag atubuhmu
Yang mendatangkan cita-cita
Adapun kekuasaan adhi ari-ari
Yang melindungi tindakan kekuasaan kita
Yang mendatangkan pengaruh
F. Uran-uran Lambang Praja
Ada lagi sebuah pralambang yang diwujudkan dalam uran-uran (tembang). Uran-uran ini
merupakan lambang praja, terutama untuk membungkus pesan yang dianggap sedikit rahasia.
Agar mudah diingat oleh pemiliknya, lambang praja banyak memanfaatkan unsur hewan dan
tumbuhan di sekitarnya. Uran-uran termaksud sering disebut syair Semut Ireng.
Daftar Pustaka
Twikromo,Y. Argo. 2006.Mitologi Kanjeng Ratu Kidul. Nidia Pustaka:Yogyakarta
Tradisi Lisan Jawa.Endaswara,Suwardi.2005.Narasi:Yogyakarta.