SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENETAPAN DAERAH...
Transcript of SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENETAPAN DAERAH...
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENETAPAN DAERAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DI PROVINSI PAPUA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING BERBASIS WEB
Aprian Dwi Kurniawan1, Siti Nurhayati2, Moch. El Bahar Conoras3
1,3,1,3Magister Teknik Informatika, PJJ APTIKOM – AMIKOM YOGYAKARTA 2Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected], ,
Abstrak
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Papua bertugas merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis pembangunan melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi. Masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Papua dalam penetapan daerah adalah adanya politisasi suatu daerah yang mengakibatkan terjadinya konflik-konflik internal seperti perbedaan pendapat dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga memakan waktu yang lama dalam penetapannya.
Solusi untuk penyelesaian masalah tersebut dengan membuat sistem pendukung keputusan untuk menentukan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan penetapan daerah tersebut adalah metode profile matching. Metode Profile Matching dapat membandingkan antara kompetensi yang dimiliki tiap daerah sehingga diperoleh perbedaan kompetensinya atau disebut gap. Metode ini dilakukan dengan menentuan nilai bobot untuk setiap kriteria, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada.
Hasil dari sistem pendukung keputusan dengan penerapan metode profile matching ini berupa perangkingan berdasarkan kriteria dan sub kriteria terhadap kabupaten dan kota yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi pengambillan keputusan oleh Dewan TIK dan Gubernur Papua dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Profile Matching, TIK Papua 1. Pendahuluan
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Papua bertugas merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis pembangunan melalui pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Sementara untuk efisiensi, tugasnya adalah untuk melakukan koordinasi dibidang Teknologi Informasi (TI) yang meliputi Instansi Pemerintahan Tingkat Pusat dan Daerah, Dinas dan Instansi, Komunitas TIK, dunia usaha, lembaga profesional dan masyarakat umum. Selain itu, Dewan TIK merumuskan rencana induk Teknologi Informasi dan Komunikasi, sebagai implementasi pelaksanaan e-governance di Pemerintahan Provinsi Papua dan berwenang memberikan persetujuan atas pelaksanaan program TIK lintas bagian, agar bisa saling memanfaatkan fasilitas yang dipunyai masing-masing dinas atau instansi.
Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam berbagai aspek pengelolaan informasi, yang ditunjukkan dengan kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan,
serta ketelitian dan keakuratan informasi. Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus menjadi salah satu prioritas untuk pembangunan daerah. Dengan hal ini pemetaan daerah berdasarkan sumber daya dan kesiapan suatu daerah sangat membantu dalam penetapan daerah pengembangan TIK di Provinsi Papua.
Guna mencegah menguatnya daerahisme, provinsialisme dan memperkuat kontrol Pusat, dikeluarkan Undang-Undang No. 1/1957. Di bawah undang-undang baru ini kandungan keseimbangan antara Pusat dan Daerah lebih mengemuka. Hal ini yang menjadi dasar pengambilan keputusan dalam penetapan daerah TIK sehingga menghindari terjadinya politisasi suatu daerah yang mengakibatkan terjadinya konflik-konflik internal dalam penetapan daerah pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memerlukan waktu dalam penetapannya. Namun selain itu ada hal yang mendasar dalam penetapan daerah pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu dalam penetapan daerah
138
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus mewakili tiap wilayah adat yang ada. Sehingga dalam penetapan daerah pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dibutuhkan sebuah sistem untuk membantu penetapan daerah pengembangan teknologi informasi tersebut.
Solusi untuk masalah-masalah tersebut salah satunya adalah bagaimana membuat suatu sistem pendukung keputusan (SPK) untuk menentukan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan penetapan daerah tersebut adalah metode Profile Matching. Metode Profile Matching dapat membandingkan antara kompetensi yang dimiliki tiap daerah sehingga diperoleh perbedaan kompetensinya atau disebut gap. Metode ini dilakukan dengan menentuan nilai bobot untuk setiap kriteria, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. 2. Landasan Teori 2.1. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan manipulasi data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. [1]
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan persoalan yang bersifat semiterstruktur.
Secara global dapat dikatakan bahwa fungsi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengambil keputusan dengan memberikan alternatif-alternatif keputusan yang lebih banyak atau lebih baik, sehingga dapat membantu untuk merumuskan masalah dan keadaan yang dihadapi. Dengan demikian Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi dapatlah dikatakan secara singkat bahwa tujuan Sistem Penunjang Keputusan adalah untuk meningkatkan efektivitas (do the right things) dan efesiensi (do the things right) dalam pengambilan keputusan. Walaupun demikian penekanan dari suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah pada peningkatan efektivitas dari pengambilan keputusan dari pada efisiensinya.
2.2. Fase-Fase Dalam Sistem Pendukung
Keputusan
Dalam melakukan penelitian mengenai sistem pendukung keputusan harus memperhatikan fase-fase dalam sistem pendukung keputusan dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Fase-fase dalam sistem pendukung
keputusan [2]
1) Intelligence Tahap di mana dilakukannya proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.
2) Design Fase desain meliputi Menentukan beberapa rencana alternatif, Menganalisa solusi-solusi yang potensial, Membuat model, Menguji kelayakan, Memvalidasi hasil dan Memilih principle of choice antara lain : Menentukan tujuan, Memasukkannya kedalam model, Mengevaluasi dan mengambil resiko, Kriteria dan batasan.
3) Choice Fase pilihan adalah fase dimana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti tindakan tertentu. Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model.
4) Implementation Fase dimana memilih suatu solusi, menganalisis, mencari alternatif terbaik dari yang direkomendasikan dan perancangan-perancangan dari kontrol sistem.
2.3. Metode Profile Matching Profile Matching merupakan suatu metode
penelitian yang dapat digunakan pada sistem pendukung keputusan, proses penilaian kompetensi dilakukan dengan membandingkan antara satu profil nilai dengan beberapa profil nilai kompetensi lainnya, sehingga dapat diketahui hasil dari selisih kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan, selisih dari kompetensi tersebut disebut gap, dimana gap yang semakin kecil memiliki nilai yang semakin tinggi.
Metode profile matching atau pencocokan profil adalah metode yang sering digunakan sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dipenuhi oleh
139
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
subyek yang diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati. Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara nilai data aktual dari suatu profil yang akan dinilai dengan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar. Berikut adalah beberapa tahapan dan perumusan perhitungan dengan metode profile matching [1]:
2.4.1. Pembobotan
Pada tahap ini, akan ditentukan bobot nilai masing-masing aspek dengan menggunakan bobot nilai yang telah ditentukan bagi masing-masing aspek itu sendiri. Adapun masukan dari proses pembobotan ini adalah selisih dari profil karyawan dan profil jabatan.
Dalam penentuan peringkat pada aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku untuk jabatan yang sama pada setiap gap, diberikan bobot nilai sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 2.2 Bobot Nilai Gap
No Selisih
Gap Bobot Nilai
Keterangan
1 0 5 Kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan
2 1 4.5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level
3 -1 4 Kompetensi individu kurang 1 Tingkat/level
4 2 3.5 Kompetensi individu kurang 1 Tingkat/level
5 -2 3 Kompetensi individu kurang 2 Tingkat/level
6 3 2.5 Kompetensi individu kelebihan 3 Tingkat/level
7 -3 2 Kompetensi individu kurang 3 Tingkat/level
8 4 1.5 Kompetensi individu kelebihan 4 Tingkat/level
9 -4 1 Kompetensi individu kurang 4 Tingkat/level
2.4.2. Pengelompokan Core dan Secondary
Factor Setelah menentukan bobot nilai gap kriteria
yang dibutuhkan, kemudian tiap kriteria dikelompokan lagi menjadi dua kelompok yaitu core factor dan secondary factor. 1) Core Factor (Faktor Utama)
Core factor merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol atau paling dbutuhkan oleh penetapan daerah yang diperkirakan dapat menghasilkan pengembangan TIK yang optimal.
Untuk menghitung core factor digunakan rumus :
NCI = ∑
∑ ………...…………………... (2.1)
Keterangan : NCI = Nilai rata-rata core factor aspek kapasitas intelektual NC = Jumlah total nilai core factor aspek kapasitas intelektual IC = Jumlah item core factor 2) Secondary factor (Faktor Pendukung)
Secondary factor adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus :
NSI = ∑
∑ …………………………….. (2.2)
Keterangan :
NSI = Nilai rata-rata secondary factor aspek kapasitas intelektual
NS = Jumlah total nilai secondary factor aspek kapasitas intelektual
IS = Jumlah item secondary factor
Rumus di atas adalah rumus untuk menghitung core factor dan secondary factor dari aspek kapasitas intelektual. Rumus diatas juga digunakan untuk menghitung core factor dan secondary factor dari aspek sikap kerja dan perilaku.
2.4.3. Perhitungan Nilai Total
Dari perhitungan core factor dan secondary factor dari tiap-tiap aspek, kemudian dihitung nilai total dari tiap-tiap aspek yang diperkirakan berpengaruh pada kinerja tiap-tiap profile. Untuk menghitung nila total dari masing- masing aspek, digunakan rumus:
N = (X) % NCI +(X) % NSI …………..… (2.3)
Keterangan : N = Nilai Total Tiap Aspek NCI = Nilai Core Factor NSI = Nilai Secondary Factor (X)% = Nilai Persentase
2.4.4. Perangkingan
Hasil akhir dari proses profile matching adalah rangking dari kandidat yang diajukan untuk mengisi suatu jabatan/posisi tertentu. Penentuan mengacu rangking pada hasil perhitungan yang ditujukan pada rumus dibawah ini :
Rangking = 20% NKI + 30% NSK + 50% NP …………….. (2.4)
Keterangan : NKI = Nilai Kapasitas Intelektual NSK = Nilai Sikap Kerja NP = Nilai Perilaku
140
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
3. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian mengenai sistem
pendukung keputusan harus memperhatikan fase-fase dalam sistem pendukung keputusan.
Gambar 3.1. Alur Penelitian Berdasarkan Fase-Fase
Sistem Pendukung Keputusan 3.1. Metode Pengumpulan Data 3.1.1. Wawancara (Interview)
Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dimana data-data hasil wawancara terlampir. Adapun sebagian bahan yang diwawancarai dengan Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Papua adalah sebagai berikut : a. Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi apa yang akan dikembangkan. b. Masalah yang dihadapi dalam penetapan
daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
c. Kriteria-kriteria yang menjadi dasar utama dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
3.1.2. Kepustakaan (Literatur) Pemahaman terhadap berbagai landasan teori
yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tahap ini. Penelaahan terhadap literature yang terkait dengan tujuan penelitian antara lain prinsip-prinsip sistem pendukung keputusan, cara kerja metode profile matching dan penelitian terkait baik melalui buku-buku, dan jurnal. Sehingga diperoleh suatu pemahaman terhadap tahapan-tahapan dalam penyelesaian permasalahan penelitian.
3.2. Analisis Sistem Berjalan
Identifikasi permasalahan proses penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komuniksi yang sedang berjalan sehingga dapat diketahui permasalahan apa saja yang muncul dan
diberikan solusi pemecahan masalah untuk perbaikan sistem [10].
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 flowchart sistem yang berjalan dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Provinsi Papua.
Gambar 3.2 Flowchart Sistem Berjalan
3.3. Analisis dan Perancangan Sistem Tahapan analisis dan perancangan sistem
dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada proses penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komuniksi yang masih berjalan secara manual pada Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Provinsi Papua dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. 3.3.1. Analisis Permasalahan
Permasalahan yang muncul pada proses penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang masih dilakukan secara manual adalah sebagai berikut: a. Penilaian kabupaten atau kota yang dilakukan
masih bersifat subyektif, yaitu dalam penilaian masih terjadi perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain.
b. Tidak adanya bobot nilai yang pasti dalam perhitungan penilaian kesiapan kabupaten atau kota.
c. Proses penyeleksian membutuhkan ketelitian dan waktu yang cukup lama, karena data daerah akan dibandingkan dengan standarisasi
141
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
kebutuhan dalam sarana dan prasarana pendukung e-governance.
d. Hasil yang diperoleh harus mewakili wilayah adat yang ada.
e. Data kabupaten atau kota pengembangan teknologi informasi dan komuniksi tidak terdokumentasikan dengan baik.
3.3.2. Analisis Solusi Dari hasil analisis permasalahan maka dapat
diterapakan ditentukan solusi yang akan memecahkan masalah yang timbul pada proses penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yaitu sistem yang memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : 3.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem
Analisis kebutuhan adalah menganalisis pihak Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh sistem tersebut. Adapun petunjuk yang digunakan sebagai bahan untuk menganalisis kebutuhan sistem diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak yang kompeten penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yaitu pihak Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta melakukan studi literatur dari sumber-sumber yang dapat dipercaya untuk mendapatkan informasi mengenai detail dari sistem pendukung keputusan dan kelayakan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan kriteria yang ada. 3.3.4. Analisis Kebutuhan Input
Analisis kebutuhan input yaitu data-data daerah di Provinsi Papua kemudian dimasukan kedalam sistem untuk diproses pengambilan keputusan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh pihak Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pihak Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah : a. C1 = Ketersediaan Listrik : Keterangan yang
berisi ada tidaknya ketersediaan aliran listrik di kabupaten atau kota.
b. C2 = Ketersediaan Jaringan telekomunikasi : Keterangan yang berisi ada tidaknya ketersediaan jaringan telekomunikasi yang dapat diakses di kabupaten atau kota.
c. C3 = Topografi Provinsi Papua menurut lereng atau kemiringan (km2) : Keterangan yang berisi gambaran umum lokasi suatu kabupaten atau kota.
d. C4 = Tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki Kabupaten atau kota : Keterangan yang berisi tingkat pendidikan tertinggi penduduk yang dimiliki kabupaten atau kota.
e. C5 = Jumlah penduduk berdasarkan usia : Keterangan yang berisi seberapa besar jumlah penduduk usia produktif yang bermukim di
kabupaten atau kota yang dapat diberikan arahan maupun pelatihan.
f. C6 = Jarak ke Ibukota Provinsi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua : Keterangan yang berisi jarak tempuh tiap kabupaten atau kota ke Ibukota Provinsi.
3.3.5. Analisis kebutuhan Output Data keluaran yang dihasilkan adalah sebuah
alternatif yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan alternatif nilai yang lain. Hasil keluaran diambil dari urutan alternatif tertinggi ke alternatif terendah. Hasil akhirnya akan ditampilkan oleh program berasal dari nilai setiap kriteria, karena dalam setiap kriteria memiliki nilai yang berbeda-beda dan mewakili wilayah adat yang ada. Alternatif yang dimaksud adalah kabupaten atau kota di Provinsi Papua [11].
Tabel 3.1 Alternatif penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi Alternatif Kabupaten/Kota Pusat Pemerintahan
A1 Kabupaten Asmat Agats
A2 Kabupaten Biak Numfor Biak
A3 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah
A4 Kabupaten Deiyai Tigi
A5 Kabupaten Dogiyai Kigamani
A6 Kabupaten Intan Jaya Sugapa
A7 Kabupaten Jayapura Sentani
A8 Kabupaten Jayawijaya Wamena
A9 Kabupaten Keerom Waris
A10 Kabupaten Kepulauan Yapen
Serui
A11 Kabupaten Lanny Jaya Tiom
A12 Kabupaten Mamberamo Raya
Burmeso
A13 Kabupaten Mamberamo Tengah
Kobakma
A14 Kabupaten Mappi Kepi
A15 Kabupaten Merauke Merauke
A16 Kabupaten Mimika Timika
A17 Kabupaten Nabire Nabire
A18 Kabupaten Nduga Kenyam
A19 Kabupaten Paniai Enarotali
A20 Kabupaten Pegunungan Bintang
Oksibil
A21 Kabupaten Puncak Ilaga
A22 Kabupaten Puncak Jaya Kotamulia
A23 Kabupaten Sarmi Sarmi
A24 Kabupaten Supiori Sorendiweri
A25 Kabupaten Tolikara Karubaga
A26 Kabupaten Waropen Botawa
A27 Kabupaten Yahukimo Sumohai
A28 Kabupaten Yalimo Elelim
A29 Kota Jayapura Kayu batu
3.3.6. Analisis Proses
Pada analisis proses sistem penggunaan metode profile matching membutuhkan inputan profil alternatif berupa kabupaten atau kota dan profil standar yang merupakan nilai acuan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Berikut adalah langkah-langkah proses penyelesaian menggunakan metode profil matching :
142
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
a. Pemetaan Gap Kompetensi Gap adalah selisih antara profil kabupaten atau
kota dengan profil standar yang ditentukan oleh perusahaan. Pengumpulan gap-gap pada setiap kriteria mempunyai perhitungan yang berbeda-beda. Rumus untuk pencarian Gap kompetensi: Gap = Profil kabupaten/Kota – Profil Standar
Nilai dari tiap kriteria yang ditetapkan oleh Dewan TIK dalam penetapan daerah pengembangan tekonologi informasi dan komunikasi :
a) Kriteria Ketersediaan Listrik (C1)
Tabel 3.2 Tabel Sub Kriteria C1 No. Sub Keteria Bobot 1 Ada / Ya 2 2 Tidak 1
b) Kriteria Ketersediaan Jaringan telekomunikasi (C2)
Tabel 3.3 Tabel Sub Kriteria C2 No. Sub Keteria Bobot 1 Jaringan 3G dan 2G 3 2 Jaringan 2G saja 2 3 Tidak ada jaringan 1
c) Kriteria Topografi Provinsi Papua menurut lereng atau kemiringan (km2) (C3)
Tabel 3.4 Tabel Sub Kriteria C3 No. Sub Keteria Bobot 1 0 – 15 % 3 2 15 – 40 % 2 3 > 40 % 1
d) Kriteria Tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki Kabupaten atau kota(C4)
Tabel 3.5 Tabel Sub Kriteria C4
No. Sub Keteria Bobot 1 S1 3 2 D III 2 3 SMA/Sederajat 1
e) Kriteria Jumlah penduduk berdasarkan usia(C5) Tabel 3.6 Tabel Sub Kriteria C5
No. Sub Keteria Bobot 1 Usia 25 - 45 tahun 1 2 Usia 14 - 25 tahun 2 3 Usia 45 tahun keatas 3
f) Kriteria Jarak ke Ibukota Provinsi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua (C6)
Tabel 3.7 Tabel Sub Kriteria C6 No. Sub Keteria Bobot 1 0 – 200 km 3 2 200 – 500 km 2 3 > 500 km 1
b. Pengujian Profile Matching
Pada pengujian ini hanya digunakan 5 data calon kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan, dengan data sebagai berikut :
Tabel 3.8 Gap Kriteria No
Kabupaten/Kota
C1
C2
C3
C4
C5
C6
1 Kabupaten Asmat
1 1 3 1 2 2
2 Kabupaten Biak Numfor
2 3 3 3 1 1
3 Kabupaten Boven Digoel
2 2 3 2 1 2
4 Kabupaten Deiyai
2 2 1 2 2 1
5 Kabupaten Dogiyai
1 1 1 1 2 1
NPS 2 3 3 3 3 2 1 Kabupaten
Asmat -1 -2 0 -2 -1 0
2 Kabupaten Biak Numfor
0 0 0 0 -2 -1
3 Kabupaten Boven Digoel
0 -1 0 -1 -2 -0
4 Kabupaten Deiyai
0 -1 -2 -1 -1 -1
5 Kabupaten Dogiyai
-1 -2 -2 -2 -1 -1
Keterangan : C1 = Ketersediaan Listrik C2 = Ketersediaan Jaringan telekomunikasi C3 = Topografi Provinsi Papua menurut lereng
atau kemiringan (km2) C4 = Tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki
Kabupaten atau kota C5 = Jumlah penduduk berdasarkan usia C6 = Jarak ke Ibukota Provinsi Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
Pada tabel 3.8 dapat dilihat bahwa profil kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk setiap kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) = 2, (2) = 3, (3) = 3, (4) = 3, (5) = 3, (6) = 2. Selanjutnya pada Tabel 3.8 nampak hasil perhitungan gap untuk setiap alternatif, dengan cara mengurangkan nilai kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan nilai profil kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah ditentukan. Khusus untuk pemberian nilai kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi pada kriteria Ketersediaan Listrik ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Tabel 3.9 Penentuan Nilai Ketersediaan Listik Ketersediaan Listik Nilai
Ada/Ya 2 Tidak 1
Setelah di peroleh gap dari masing-masing
calon kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, setiap profil calon kabupaten/kota dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi diberi bobot nilai dengan
143
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
patokan tabel bobot nilai gap. Pembobotan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Bobot Nilai Gap
No Selisih
Gap Bobot Nilai
Keterangan
1 0 5 Kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan
2 1 4.5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level
3 -1 4 Kompetensi individu kurang 1 Tingkat/level
4 2 3.5 Kompetensi individu kurang 1 Tingkat/level
5 -2 3 Kompetensi individu kurang 2 Tingkat/level
No Selisih
Gap Bobot Nilai
Keterangan
6 3 2.5 Kompetensi individu kelebihan 3 Tingkat/level
7 -3 2 Kompetensi individu kurang 3 Tingkat/level
8 4 1.5 Kompetensi individu kelebihan 4 Tingkat/level
9 -4 1 Kompetensi individu kurang 4 Tingkat/level
Dengan demikian, setiap calon kabupaten/kota
dalam penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi akan memiliki bobot untuk tiap kriteria seperti pada tabel 3.11
Tabel 3.11 Pembobotan Kriteria No
Kabupaten/Kota
C1
C2
C3
C4
C5
C6
1 Kabupaten Asmat
4 3 5 3 4 5
2 Kabupaten Biak Numfor
5 5 5 5 3 4
3 Kabupaten Boven Digoel
5 4 5 4 3 5
4 Kabupaten Deiyai
5 4 3 4 4 4
5 Kabupaten Dogiyai
4 3 3 3 4 4
1. Perhitungan Analisa SPK Profile Matching
Setelah bobot dari setiap kriteria telah ditentukan, maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan terhadap nilai total dari masing-masing sub kriteria, dimana pada sistem pendukung keputusan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi ini telah ditentukan nilai corefactor = 60 % dan nilai secondary factor = 40 %, selanjutnya untuk tipe faktor yang digunakan pada masing-masing kriteria
Setelah diketahui tipe faktor untuk masing-masing kriteria, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai total untuk masing-masing aspek, seperti pada perhitungan di bawah ini :
N = 60% NC + 40% NS 1. Kabupaten Asmat
NC1 2 3
34 3 5
3123
4
NS4 5 6
33 4 5
3123
4 N = 60% * 4 + 40% * 4 = 2,4 + 1,6 = 4
2. Kabupaten Biak Numfor
NC1 2 3
35 5 5
3153
5
NS4 5 6
35 3 4
3123
4 N = 60% * 5 + 40% * 4 = 3 + 1,6 = 4,6
3. Kabupaten Boven Digoel
NC1 2 3
35 4 5
3143
4,66
NS4 5 6
34 3 5
3123
4 N = 60% * 4,66 + 40% * 4 = 2,796 + 1,6 = 4.396
4. Kabupaten Deiyai
NC1 2 3
35 4 3
3123
4
NS4 5 6
34 4 4
3123
4 N = 60% * 4 + 40% * 4 = 2,4 + 1,6 = 4
5. Kabupaten Dogiyai
NC1 2 3
34 3 3
3103
3,33
NS4 5 6
33 4 4
3113
3,66 N = 60% * 3,33 + 40% * 3,66 = 1,998 + 1,44 = 3,438
2. Perhitungan Penentuan Rangking Hasil akhir dari proses Profile Matching adalah
rangking dari abupaten/kota dalam penenetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pada tahap ini untuk melakukan perhitungan penentuan rangking maka nilai total untuk setiap alternatif dikalikan dengan nilai presentase untuk tiap-tiap kriteria, dimana pada sistem ini digunakan nilai presentase aspek sebagai berikut : 1. Ketersediaan Listrik = 18% 2. Ketersediaan Jaringan = 18%
144
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
telekomunikasi 3. Topografi Provinsi Papua = 16% 4. Tingkat pendidikan tertinggi = 16% 5. Jumlah penduduk berdasarkan usia = 16% 6. Jarak ke Ibukota Provinsi = 16%
Nilai presentase untuk masing-masing aspek diatas sengaja dibuat dinamis sehingga dapat disesuaikan sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Berikut ini adalah perhitungan penentuan rangking untuk setiap alternatif. R = 18%NKL + 18%NKJT + 16%NTPP + 16%NTPT + 16%NJP + 16%NJIP
1. Kabupaten Asmat R = 18%* 4 + 18% * 3 + 16% * 5 + 16% * 3 + 16% * 4 + 16% * 5 = 0,72 + 0,54 + 0,8 + 0,48 + 0,64 + 0,8 = 3,98
2. Kabupaten Biak Numfor R = 18%* 5 + 18% * 5 + 16% * 5 + 16% * 5 + 16% * 3 +16% * 4 = 0,9 + 0,9 + 0,8 + 0, 8 + 0,48 + 0,64 = 4,52
3. Kabupaten Boven Digoel R = 18%* 5 + 18% * 4 + 16% * 5 + 16% * 4 + 16% * 3 + 16% * 5 = 0,9 + 0,72 + 0,8 + 0, 64 + 0,48 + 0,8 = 4,34
4. Kabupaten Deiyai R = 18%* 5 + 18% * 4 + 16% * 3 + 16% * 4 + 16% * 4 + 16% * 4 = 0,9 + 0,72 + 0,48 + 0,64 + 0,64 + 0,64 = 4,02
5. Kabupaten Dogiyai R = 18%* 4 + 18% * 3 + 16% * 3 + 16% * 3 + 16% * 4 + 16% * 4 = 0,72 + 0,54 + 0,48 + 0,48 + 0,64 + 0,64 = 3,5
Dari hasil perhitungan nilai rangking diatas,
maka selanjutnya nilai rangking dari setiap alternatif di urutkan dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Sehingga diperoleh urutan rangking dari sistem pendukung keputusan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi ini seperti pada tabel 4.12.
Tabel 3.12 Hasil Akhir Proses Profile Matching Rangking Kabupaten/Kota Nilai
1 Kabupaten Biak Numfor 4,52 2 Kabupaten Boven Digoel 4,34 3 Kabupaten Deiyai 4,02 4 Kabupaten Asmat 3,98 5 Kabupaten Dogiyai 3,50
3.3.7. Perancangan Sistem Dari hasil analisa flowchart sistem berjalan
yang masih manual, maka dibuatlah sistem usulan yang dapat membantu dalam menentukan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi agar lebih efektif dan memudahkan Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Gubernur dalam menentukan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Berikut ini adalah tahapan dalam perancangan sistem: 3.3.8. Flowchart Sistem
Gambar 3.4 Flowchart Perancangan Sistem
Pada gambar diatas menunjukkan proses kerja dari program yang akan dibuat dimana data kriteria yan telah ditetapkan oleh Dewan TIK dimasukkan ke dalam sistem, setelah memasukkan kriteria yang ada maka proses selanjutnya memasukkan sub kriteria berdasarkan kriteria yang ada serta memberikan nilai pada tiap-tiap sub kriteria. Langkah berikutnya adalah memberikan nilai pada tiap alternatife berdasarkan data yang ada dan sesuai dengan kriteria dan sub kriteria yang telah ditetapkan. Tahap selanjutnya setelah memberikan nilai pada alternatif maka dipilih nilai standar profil yang akan dicari sesuai dengan kriteria yang ada setelah itu sistem akan menghitung dan melakukan perangkingan terhadap alternatif. Pada tahap ini proses perhitungan dan perangkingan menerapkan metode profile matching. Tahap akhir dalam sistem ini akan memberikan laporan hasil perangkingan berdasarkan nilai standar yang dipilih. Laporan ini akan menjadi rekomendasi dalam proses penetapan daerah pengembangan TIK.
3.3.9. Diagram Konteks
Gambar 3.5 menggambarkan proses aliran data secara umum, yaitu input diantaranya ialah memasukkan data kabupaten/kota, data kriteria,
Start
Laporan Hasil Perangkingan Alternatif
berdasarkan nilai standar yang dicari
End
Memasukkan data kriteria
Memasukkan data sub kriteria berdasarkan kriteria dan memberikan nilai
tiap-tiap sub kriteria
Memberikan nilai profil masing-masing alternatif berdasarkan data kriteria dan
sub kriteria
Memilih nilai standart profil untuk proses perhitungan profile matching
Hasil perhitungan profile matching dan perangkingan alternatif
145
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
data sub kriteria dan nilai tiap sub kriteria serta nilai profil kabupaten/kota. Setelah input, lalu masuk ke proses kegiatan (sistem) SPK untuk penetapan daerah. Setelah diolah dalam sistem, maka didapatlah suatu output yaitu laporan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan
.
Gambar 3.5 Diagram Konteks 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Implementasi Database 4.1.1. Relasi Tabel
Program aplikasi yang berbasis data pada umumnya menggunakan file database yang memiliki struktur yang menggambarkan suatu entitas (objek dalam sistem). Dalam perancangan, struktur file merupakan suatu kumpulan dari data-data yang saling terkait.
Gambar 4.1 Relasi Tabel Program
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tabel nilai profil kabupatem atau kota mengambil field-field dari tabel-tabel kabupaten/kota, kriteria maupun sub kriteria.
4.1.2. Struktur Basis Data
Dibawah ini adalah hasil struktur tabel dari basis data aplikasi sistem pendukung keputusan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat berdasarkan perancangan struktur basis data:
Gambar 4.2 Tabel Kabupaten/Kota
Gambar 4.3 Tabel Kriteria
Gambar 4.4 Tabel Sub Kriteria
Gambar 4.5 Tabel Nilai Profil Kabupaten/Kota
4.2. Implementasi Antarmuka 4.2.1. Form Menu Utama
Berikut ini adalah implementasi dari form utama, dimana form ini berisi menu-menu yang ada dalam aplikasi ini.
Gambar 4.6 Implementasi Form Menu
4.2.2. Form Login
Berikut ini adalah implementasi dari form login. Form ini digunakan membagi hak akses sebagai admin dan juga sebagai pimpinan yang bisa mengakses menu utama.
Gambar 4.7 Implementasi Form Login
146
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
4.2.3. Form Menu Utama Setelah Login Berikut ini adalah implementasi dari form
utama setelah login dimana terdapat form-form seperti Kab/Kota, Kriteria, Sub Kriteria, Nilai Profil Kab/Kota, danti Password dan Logout untuk kembali ke menu utama
Gambar 4.8 Implementasi Form Menu Utama
Setelah Login 4.2.4. Form Menu Kabupaten/Kota
Berikut ini adalah implementasi dari form data kabupaten/kota dimana form ini digunakan oleh admin untuk mengolah data untuk mendapatkan data kabupaten/kota.
Gambar 4.9 Implementasi Form Data
Kabupaten/Kota
4.2.5. Form Menu Kriteria Berikut ini adalah implementasi dari form data
kriteria dimana form ini digunakan oleh admin untuk mengolah data untuk mendapatkan data kriteria.
Gambar 4.10 Implementasi Form Data Kriteria
4.2.6. Form Menu Sub Kriteria
Berikut ini adalah implementasi dari form Sub Kriteria, yaitu pada form ini admin menginputkan
data sub kriteria dan nilai berdasarkan kriteria yang akan digunakan pada sistem ini
Gambar 4.11 Implementasi Form Data Sub Kriteria 4.2.7. Form Nilai Profil Kabupaten/Kota
Berikut ini adalah implementasi dari form penilaian, pada form ini admin menginputkan nilai untuk masing-masing kriteria dan sub kriteria dari setiap calon Kabupaten/Kota berprestasi..
Gambar 4.12 Implementasi Form Nilai Profil
Kabupaten/Kota
4.2.8. Form Analisa SPK Profile Matching Berikut ini adalah implementasi dari form
analisa SPK Profile Matching, pada form ini bukan hanya admin yang dapat mengakses form ini melainkan anggota lain maupun gubernur dapat mengakses. Form ini menganalisa SPK Profile Matching dengan memilih nilai profil standar yang ingin dicari.
Gambar 4.13 Implementasi Form Analisa SPK
Profile Matching Setelah memilih nilai profile standar yang dicari
maka sistem akan menghitung hasil dari proses seleksi Profile Matching dan membuat rangking dimana yang teratas merupakan hasil yang ingin dicari.
147
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
Gambar 4.14 Implementasi Form Perhitungan dan
Perangkingan
4.2.9. Form Laporan Berikut adalah implementasi dari laporan yang
telah di rancang sebelumnya, pada laporan ini di tampilkan hasil akhir dari sistem ini yang telah siap cetak. Dimana hasil akhir ini didasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Profile Matching.
Gambar 4.15 Implementasi Form Laporan Hasil Perangkingan 4.3. Pengujian Blackbox
Setelah tahap implementasi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengujian sistem. Pengujian ditekankan pada fungsi sistem untuk melihat apakah sistem yang telah di rancang dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian menggunakan blackbox dan pengujian metode Profile Matching. Rencana Pengujian Sistem akan ditampilkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Rencana Pengujian Sistem Item Uji Detail Pengujian Jenis Uji
Login Verifikasi Login Blackbox Data Kabupaten/Kota Tambah Data BlackboxData Kriteria Tambah Data BlackboxData Sub Kriteria Tambah Data BlackboxData Nilai Profil Input BlackboxAnalisa SPK Profile Matching
Input
Berdasarkan rencana pengujian yang telah
disusun, maka dapat dilakukan pengujian sebagai berikut :
a. Pengujian login
Tabel 4.2 Pengujian Login (Data Normal) No. Data
Masukan Yang
Diharapkan Hasil Kesimpulan
1. 2.
Username : admin Password : 123456
Proses berhasil, data login dimasukan terdaftar
Proses berhasil
Berhasil
b. Pengujian Data Kabupaten/Kota Tabel 4.3 Pengujian Data Kabupaten/Kota (Data
Normal) No. Data Masukan Yang
Diharapkan Hasil Kesimpulan
1. 2.
Nama Kabupaten/Kota : Kabupaten Asmat Wilayah Adat : Anim-Ha
Proses berhasil, data kabupaten/kota yang baru tersimpan didalam database
Proses berhasil
Berhasil
c. Pengujian Data Kriteria Tabel 4.4 Pengujian Data Kriteria (Data Normal)
No.
Data Masukan
Yang Diharapkan
Hasil Kesimpulan
1.
2.
Nama Kriteria : Ketersediaan Listrik Jenis Kriteria : Core Factor
Proses berhasil, data kriteria yang baru tersimpan didalam database
Proses berha
sil
Berhasil
d. Pengujian Data Sub Kriteria
Tabel 4.5 Pengujian Data Sub Kriteria (Data Normal)
No. Data Masukan
Yang Diharapkan
Hasil Kesimpulan
1. 2.
Nama Sub Kriteria : Ada/Ya Kriteria : Ketersediaan Listrik Nilai : 2
Proses berhasil, data sub kriteria yang baru tersimpan didalam database
Proses berhasil
Berhasil
e. Pengujian Data Nilai Profil
Tabel 4.6 Pengujian Data Nilai Profil (Data Normal)
No. Data Masukan Yang Diharapkan
Hasil Kesimpulan
1. 2.
Kabupaten/Kota : Kabupaten Asmat Kriteria : Ketersediaan Listrik Nilai : 2
Proses berhasil, data sub kriteria yang baru tersimpan didalam database
Proses berhasil
Berhasil
148
Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), FaveHotel Jayapura, 3 November 2017
f. Pengujian Analisa SPK Profile Matching
Tabel 4.7 Analisa SPK Profile Matching (Data Normal)
No.
Data Masukan Yang Diharapkan
Hasil Kesimpulan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ketersediaan Listrik : Ya/Tidak Ketersediaan Jaringan telekomunikasi : Jaringan 3G dan 2G Topografi Provinsi Papua : 0-15% Tingkat pendidikan tertinggi : S1 Jumlah penduduk : Usia 25-45 tahun Jarak ke Ibukota Provinsi :200-500km
Proses berhasil, akan menampilkan hasil perhitungan dan perengkingan berdasarkan nilai profil standar yang dipilih
Proses berha
sil
Berhasil
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, perancangan, dan implementasi, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Dengan adanya sistem pendukung keputusan
melalui penerapan metode profile matching maka dapat menghasilkan proses pengambilan keputusan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komuniasi yang ditentukan oleh Dewan TIK Provinsi Papua secara cepat dan tepat untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
b. Nilai Profil Standar yang menjadi acuan dalam proses perangkingan terhadap hasil seleksi dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan bersifat dinamis.
c. Keputusan dengan alternatif terbaik yang dihasilkan dari sistem pendukung keputusan penetapan daerah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, bukanlah suatu keputusan yang mutlak dimana keputusan akhir tetap ditentukan sendiri oleh pengambil keputusan tertinggi yaitu Gubernur Papua.
6. Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa
saran untuk pengembangan sistem lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut : a. Dalam hasil seleksi yang telah dilakukan
dengan menggunkan metode profile matching terdapat beberapa hasil alternatif yang memiliki nilai sama. Untuk meningkatkan hasil seleksi terhadap nilai yang sama
hendaknya proses seleksi menggunakan implementasi perbandingan metode profile matching dan simple additive weighting (SAW), dimana simple additive weighting mencari penjumlahan terbobot dari rangking pada setiap alternatif pada semua atribut.
b. Hasil laporan analisa sistem pendukung keputusan ini hendaknya dapat ditampilkan berupa pemetaan wilayah berdasarkan hasil perangkingan yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunkan metode profile matching.
DaftarPustaka:
[1] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, ANDI OFFSET Yogyakarta, 2007.
[2] Turban, Efraim Aranson, Jae E, and Liang, Tim Peng, Decision Support System and System Intelegence. 7th Edition, jilid 1, Penerbit ANDI OFFSET Yogyakarta, 2005.
[3] Yakub, Pengantar Sistem Informasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.
[4] Bahtiar, Agus., PHP Script Most Wanted, Yogyakarta: Andi, 2008.
[5] Ramadhan, Arief., Pemrograman Web Database dengan PHP dan MySQL, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006.
[6] Sukarno, Mohamad., Membangun Website Dinamis dan Interaktif dengan PHP-MySQL (Windows dan Linux), Jakarta: Eska Media, 2006.
[7] Pressman,Roger., Software Engineering, A Practitioner’s Approach. USA : McGraw-Hill, 2010.
[8] Hermawan, J., (Membangun Decision Support System,Yokyakarta, penerbit ANDI, 2005.
[9] Ibrahim, Ali. Cara Praktis Membuat Website Dinamis Menggunakan XAMPP. Yogyakarta : Neotekno. 2008.
[10] Ladjamudin, Bin Al-Bahra. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2005.
[11] M Nasharuddin Latief, (2010). Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua. Tersedia http://indonesiadata.co.id/main/index.php/33-papua. [17 November 2015].
149