PAPER SERVISITIS.doc

41
BAB I PENDAHULUAN Wanita menderita banyak penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau penyakit menular seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum adalah servisitis kronis. Servisitis adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan lebih dari setengah dari semua perempuan dapat mengembangkan servisitis di beberapa titik dalam kehidupan dewasa mereka. Servisitis adalah peradangan dari serviks uterus. Servisitis pada wanita memiliki banyak fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan oleh infeksi menular seksual. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60 % perempuan karena infeksi bakteri seperti gonore atau infeksi pra dan pasca persalinan. Faktor resiko untuk pengembangan cervisitis termasuk mulai hubungan seksual pada usia dini, resiko tinggi perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan memiliki banyak pasangan seks. 1,2 Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman ke dalam genitalia interna 1

Transcript of PAPER SERVISITIS.doc

BAB I

PENDAHULUANWanita menderita banyak penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau penyakit menular seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum adalah servisitis kronis. Servisitis adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan lebih dari setengah dari semua perempuan dapat mengembangkan servisitis di beberapa titik dalam kehidupan dewasa mereka. Servisitis adalah peradangan dari serviks uterus. Servisitis pada wanita memiliki banyak fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan oleh infeksi menular seksual. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60 % perempuan karena infeksi bakteri seperti gonore atau infeksi pra dan pasca persalinan. Faktor resiko untuk pengembangan cervisitis termasuk mulai hubungan seksual pada usia dini, resiko tinggi perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan memiliki banyak pasangan seks.1,2Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman ke dalam genitalia interna dalam hubungan ini seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum sehingga lebih rentan terjadinya infeksi oleh berbagai kuman yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu sendiri. Penyebab servisitis yang bukan merupakan penyakit menular seksual dapat mencakup kelainan pada intrauterine, cedera pada serviks uterus karena masuknya benda asing ke dalam vagina, seperti terjadinya reaksi alergi terhadap spermisida atau kondom. Dan kontrol jalan kelahiran yang berkurang seperti penutup serviks atau diafragma, atau karena kanker. 2,3Jika serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah pula terjadinya infeksi pada alat genitalia yang lebih dalam lagi, seperti uterus, tuba, atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genitalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu atau bahkan tidak bisa difungsikan. Banyak kasus servisitis tidak diobati karena perempuan yang terinfeksi tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, karena seringkali tidak ada gejala yang jelas. Jika servisitis tidak diobati, dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri panggul kronis, aborsi spontan, kanker serviks, atau komplikasi lain selama kehamilan. 3,4BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Anatomi Serviks

Serviks adalah bagian rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher. Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata ukurannya adalah 3 cm panjang dan 2,5 cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan, ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks. Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis endoservikalis. Pasokan darah dari serviks berasal dari arteri iliaka interna, yang membentuk arteri uterine. Serviks dan cabang arteri vagina dari uterus mensuplai vagina bagian atas. (Julian, 1997).

Gambar 2.1 Anatomi serviksLeher rahim teratas adalah segmen bawah rahim yang terlihat melalui vagina. Ini adalah bagian penting dari saluran kelamin, memenuhi beberapa fungsi seperti 5,6:

Fungsi haid: leher rahim adalah saluran yang dilalui mengalirnya darah dari rahim pada kuartal pertama, dalam kasus tidak adanya bawaan dari leher rahim atau dari obstruksi, yang darah haid berhenti dalam rahim. Fungsi statis: melalui keadaannya antara rahim dan vagina, ia mempertahankan posisi normal dari organ panggul.

Fungsi seksual: dengan banyaknya persarafan, leher rahim merangsang sekresi beberapa hormon dan sekresi kelenjar serviks.

Pemupukan fungsi: sekresi kelenjar endoserviks (serviks glere) oleh komposisi nikmat munculnya sperma.

Kehamilan: leher rahim sangat penting baik selama kehamilan, menjadi penghalang antara vagina dan rahim, juga saat persalinan.

Mengingat samua fungsi-fungsi ini, mencegah dan mengobati penyakit leher rahim mungkin memiliki efek bermanfaat banyak pada kesehatan perempuan. Servisitis (endo cervicitis) adalah radang pada selaput lendir canalis servikalis. Karena epitel selaput kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris yang mana dengan mudah terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis servikalis bebas kuman, dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. 5,7B. DefinisiServisitis adalah peradangan dari selaput lendir kanalis servikalis, karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina.7 Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barrier terhadap kuman-kuman yang ada dalam vagina.7 Terjadinya servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.7Servisitis adalah peradangan jaringan serviks. Hampir semua kasus servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan bisa juga karena cedera pada jaringan serviks, control jalan lahir yang berkurang seperti diafragma dan bahkan kanker. Kondisi ini memiliki gejala khusus yang membantu dalam diagnosis. Servisitis merupakan infeksi jangka panjang yang tidak memiliki gejala khusus dan karena itu tidak diobati oleh banyak wanita. Kondisi ini hanya terdeteksi dengan pemeriksaan ginekologi rutin.6,8

Gambar 2.2 Gambaran normal serviks dan servisitis Ada dua jenis servisitis, yaitu servisitis akut dan kronis. Servisitis akut biasanya merupakan infeksi bakteri atau virus dengan gejala yang spesifik. Servisitis kronik adalah infeksi jangka panjang yang mungkin tidak memiliki gejala dan hanya dapat terdeteksi pada pemeriksaan ginekologi rutin. Servisitis juga merupakan : 3

Infeksi non spesifik dari serviks Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik). Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan masalah medis yang lama, termasuk ketidakmampuan untuk hamil dan mempertahankan kehamilan.3C. Etiologi

Sebagaimana disebutkan di atas servisitis akut disebabkan karena infeksi seperti herpes, gonore, dan klamidia. Penyebab servisitis kronis termasuk infeksi bakteri juga sering menyebabkan servisitis akut. Ketika episode akut servisitis tidak diobati, maka akan berkembang menjadi servisitis kronis dan mungkin juga menjalar ke uterus dan parametrium.Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual. 5,8 Penyebab servisitis sangat bervariasi, paling sering disebabkan oleh: 9 Infeksi Chlamydia trachomatis

Infeksi trichomonas vaginalis

Trikomoniasis asosiasi dengan kandidiasis

Gonorrheae neisseria (gonore)

Herpes simplex virus

Human papilloma virus (HPV)

Penyebab kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis, tuberculosis, mycoplasma.Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. 4,8

Gambar 2.3 Etiologi servisitis

Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh penggunaan kondom wanita (cervical cap dan difragma), penyangga uterus (Pessarium), alergi spermisida pada kondom pria, paparan terhadap bahan kimia, infeksi vagina-serviks, trauma obstetrik- terjadi selama kelahiran (trauma leher rahim), trauma lokal sekunder untuk kontak seksual, penggunaan buffer internal, intrauterine device (IUD), cacat ektopik bawaan (epitel kelenjar pada saluran serviks), lokal maneuver seperti kuretase, histeroskopi, dan lain-lain. 1,5

Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan faktor resiko : 5,7

Perilaku seksual bebas resiko tinggi

Riwayat IMS

Memiliki pasangan seksual lebih dari Satu.

Aktivitas seksual pada usia dini

Pasangan seksual dengan kemungkinan menderita IMS

Servisitis juga dapat disebabkan oleh bakteri (Stafilokokus dan Streptokokus) atau akibat pertumbuhan berlebihan bakteri normal flora vagina (vaginosis bacterial). Menderita diabetes, vaginitis akut dan servisitis berulang.D. Gejala KlinisGejala servisitis berupa:31. Fluor hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan, atau kuning yang kental atau purulen dan biasanya berbau.

2. Sering menimbulkan erusio (erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.

3. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulen keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.

4. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.

5. Pada servisitis kronik kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.

6. Gejala-gejala non spesifik seperti dispaureni (nyeri saat senggama), nyeri punggung, rasa berat di panggul, dan gangguan kemih.

7. Perdarahan uterus abnormal:

Pasca senggama

Pasca menopause

Diantara haid

Namun pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala dan tanda, disarankan agar penderita keputihan menjalani pemeriksaan skrining klamidia. 8E. Klasifikasi

1. Servisitis Akut

Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi postabortum, yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini serviks merah dan membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulen, akan tetapi gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang bersangkutan. Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronik.32. Servisitis kronik

Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya sehingga menyebabkan infeksi menahun.3Klasifikasi servisitis menurut Sanusi (1989) antara lain:

1. Servisitis Gonokokus Bersifat asimptomatik

Gejala : disuria dan sering kencing karena uretritis yang bersamaan

Serviks dapat tampak eritematosa, secret serviksnya mukopurulen atau purulen.

2. Servisitis Klamidia Ditularkan melalui hubungan seks karena infeksi Chlamydia trachomatis

Bersifat asimptomatik dan dapat menetap berbulan-bulan

Secret serviks bersifat mukopurulen dan epitel endoserviksnya tampak hipertrofik.

3. Servisitis Herpetika

Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2)

Ditularkan melalui hubungan seksual dengan lama inkubasi berkisar antara 2-20 hari dengan rata-ratanya 6 hari.

Gejala: sering mengeluh secret vagina, disuria, dan dispaurenia introitus.

4. Servisitis Kronika non spesifik

Sering ditemukan kista nabothi

Biasanya serviks menebal dan ostium serviks uteri patulosa. Epitel endoserviks terevensi (ektropion) dengan akibatnya secret mucus berlebihan.F. DiagnosisServisitis dapat dicurigai setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat adanya perubahan inflamasi, lesi ulseratif, cacat atau secret dari leher rahim. Diagnosis servisitis selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan pap smear. Pemeriksaan sitologi bakteri berguna untuk mendeteksi etiologi infeksi serviks.5 Pada gambaran sitologi servisitis kronis pada mukosa squamous-kolumnar leher rahim. Terlihat limfosit kecil yang bulat di submukosa dan terlihat juga adanya perdarahan.Beberapa gambaran patologis yang dapat ditemukan: 9 1. Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.

2. Di sini ada portio uteri di sekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio di sekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.

3. Sobeknya pada serviks uteri di sini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih terlihat dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah banyak.

Pada pemeriksaan panggul dalam dapat memperlihatkan adanya : 2

1. Keputihan

2. Serviks kemerahan

3. Edema ( inflamasi) dinding vagina.G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pertama kali yang dilakukan adalah dengan spekulum. Pada pasien-pasien dengan fluor albus dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan inspeksi keputihan dengam mikroskop (dapat terlihat candidiasis, trichomoniasis, atau bacterial vaginosis), tes gonorrhea, atau chlamydia. Metode pemeriksaan lain yang digunakan untuk menyelidiki penyakit leher rahim adalah :

Pemeriksaan klinis : uji vagina, di mana dokter mencatat perubahan patologis dan mungkin sekresi serviks.

Pemeriksaan bakteriologis dari sekresi serviks dan uji kultur dan kepekaan terhadap antibiotik diperlukan untuk menentukan etiologi infeksi dengan sediaan apus.

Pap smear : untuk melihat adanya perubahan sitologi (seluler) serviks.

Kolposkopi : metode pemeriksaan leher rahim yang menggunakan sebuah alat optic yang meningkatkan citra, yang disebut colposcope, selama kolposkopi tes Lugol juga dilakukan (solusi diterapkan pada mukosa serviks) Pemeriksaan patologi anatomi : yaitu sepotong mukosa yang diambil untuk biopsy dengan conization atau kuretase endoserviks (kuretase di dalam kanal leher rahim).

Gambar 2.4 Pemeriksaan patologi anatomiH. Penatalaksanaan

Pengobatan servisitis kronis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama terdiri dari pengobatan medis sesuai etiologinya , yang bertujuan untuk membasmi infeksi. Langkah selanjutrnya adalah menggunakan prosedur pembedahan, diantaranya: electrocauterization, cryotherapy, terapi laser, loop eksisi (electrorezection), conization, dan amputasi serviks.81. Medikamentosa

Pengobatan medikamentosa bertujuan untuk membasmi infeksi, tergantung pada agen etiologi dan kepekaan agen etiologi yang ditemukan, dengan memberikan antibiotik spesifik dan jika perlu diberikan pengobatan dengan antibiotik atau antijamur oral. Untuk servisitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Chlamydia, gonorrhea) diberikan antibiotika. Pada infeksi herpes dapat diberikan antiviral. Terapi hormonal (dengan estrogen atau progesterone) dapat diberikan pada pasien menopause. 3, 5, 9Jika servisitisnya tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman AgNO3 10% dan irigasi. Erosi akibat servisitis dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Albothyl yang menyebabkan nekrosis pada epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan oleh banyaknya epitel gepeng berlapis. Berikutnya dianjurkan untuk memberikan pengobatan untuk penyembuhan mukosa, tetapi dalam banyak kasus gagal untuk mencapai remisi lengkap dari lesi, sehingga pasien akan memerlukan tindakan bedah. Hanya setelah sekitar 2 bulan setelah pemberantasan infeksi dengan medikamentosa tidak menampakkan perubahan dan jika perubahan serviks terus berlangsung, diindikasikan untuk dilakukan tindakan pembedahan (operasi).5,6,82. Pembedahan

Pembedahan dilakukan pada hari-hari pertama setelah menstruasi, agar dapat memberikan waktu penyembuhan untuk bekas luka setelah pembedahan sampai haid berikutnya sehingga dapat mencegah infeksi. Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu dibutuhkan pemeriksaan ginekologi. Prosedur ini tidak boleh dilakukan pada keadaan peradangan akut serviks, pada keadaan ini prosedur pembedahan harus ditunda, karena beresiko memperparah peradangan.8Metode pembedahan yang dilakukan tergantung pada usia, kedalaman, dan keadaan permukaan lesi, munculnya perubahan kolposkopi dan sitologi, pembedahan dapat dilakukan dengan salah satu prosedur berikut : 5,8

Electrocauterization

Cryotherapy adalam metode yang dilakukan dengan menghancurkan jaringan patologis sampai kedalaman 3-4 mm, dengan pembekuan, dengan menggunakan karbondioksida, nitrogen cair, dan Freon.

Terapi laser: metode modern dengan menguapkan sel-sel, tanpa menyebabkan nekrosis jaringan, tidak ada luka dan karena itu tidak ada sekresi berikutnya seperti dalam kasus electrocauterization.

Loop eksisi menggunakan arus elektrik, daerah lesi dipotong untuk dilakukan biopsy. Conization: sebagian mukosa serviks dipotong. Metode ini digunakan untuk luka infeksi yang lama, luka berulang, dan displastik.

Pemotongan serviks: operasi pengangkatan leher rahim, dalam kasus dysplasia serviks yang terkait dengan hipertropi.

Diantara semua prosedur tindakan bedah di atas electrocauterization adalah prosedur yang paling sering digunakan dan merupakan prosedur di mana jaringan yang digumpalkan (dibakar) di bawah pengaruh kalori dari sebuah arus alternative. Hal ini dilakukan dalam beberapa hari pertama setelah menstruasi. Anestesi lokal tidak diperlukan karena hanya sedikit sekali ujung saraf yang terdapat di serviks. Sebelum melakukan electrocauterization terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan penggul untuk mengetahui ada tidaknya kontraindikasi dalam prosedur pembedahan ini, seperti kehamilan, peradangan akut, atau subakut, dan febris. Pembedahan dianjurkan dalam 48 jam pertama setelah istirahat, dan pada hari ke-5 pemberian antibiotik oral untuk menghindari reaktivasi dari infeksi laten.8Pada serviks, tempat dilakukannya electrocauterization akan membentuk kerak yang akan hilang dalam waktu 3-4 minggu, di mana cairan vagina yang kotor akan tertahan yang dapat keluar saat keluarnya darah, tidak begitu banyak, yang mungkin memakan waktu 10-15 hari. Penyembuhan penuh dicapai dalam waktu sekitar 6 minggu, selama masa penyembuhan di mana sisa pembedahan keluar melalui vagina pasien dianjurkan untuk tidak dulu melakukan hubungan seksual.8I. Komplikasi

Servisitis dapat berlanjut selama bertahun-tahun, dengan fluor albus yang sedikit atau banyak, biasanya tanpa rasa sakit, demam, gangguan haid, atau terganggunya kehidupan seksual.2,3Kadang-kadang servisitis dapat mengakibatkan peradangan pada organ-organ panggul seperti : 5,9 Peradangan pada ligament yang menyokong rahim dan organ panggul yang dapat menyebabkan sakit perut, dismenore, dispaurenia, menorhagia.

Salpingitis (radang tuba fallopi) yang dapat menyebabkan infertilitas, obstruksi sekunder tuba terhadap proses inflamasi.

Infeksi kronis saluran kemih.

Peradangan kronis leher rahim dapat menyebabkan stenosis serviks yang dapat diikuti oleh infertilitas. Juga iritasi kronis memiliki kontribusi dalam menyebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, pengobatan servisitis kronis dapat dianggap sebagai tindakan pencegahan dalam memerangi kanker serviks. Servisitis dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.5J. PrognosisPrognosis servisitis biasanya baik, namun penyakit ini dapat kambuh. Servisitis ringan dengan etiologi jelas biasanya memberi respon baik terhadap terapi. Servisitis akut yang disebabkan oleh penyakit kelamin yang menular melalui hubungan seksual dapat disembuhkan dengan obat. Kebanyakan kasus lain servisitis dapat disembuhkan dengan pengobatan. Semua wanita dengan servisitis perlu pemeriksaan teratur sampai kondisinya benar-benar sembuh karena servisitis biasanya sembuhketika masa pengobatan selesai. Pada kasus yang berat, servisitis dapat berlangsung selama beberapa bulan. Jika servisitis itu disebabkan oleh penyakit menular seksual, kedua pasangan harus diobati.1 5,9 K. Pencegahan

Cara menghindari servisitis : 2,5

Hindari bahan kimia iritan seperti sabun intravaginal atau tampon dengan deodorant.

Pastikan bahwa benda asing yang dimasukkan ke dalam vagina ( seperti: pembalut wanita khusus) digunakan secara tepat dengan mengikuti petunjuk pemakaian.

Tidak melakukan senggama untuk mencegah IMS atau tidak berganti-ganti pasangan.

Berlatih perilaku seksual yang aman, seperti monogami, adalah salah satu cara menurunkan prevalensi servisitis. Selain itu, wanita yang memulai aktivitas seksual pada usia lanjut telah terbukti insiden lebih rendah terhadap servisitis. Rekomendasi lain ialah dengan menggunakan kondom secara rutin selama hubungan seksual. Jika servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual, pasien disarankan untuk memberitahu pasangan seksualnya.

Jika rentan terhadap infeksi, kenakan celana dalam katun. Hindari celana dalam yang terbuat dari bahan non-ventilasi. Bahan sintetis dalam keadaan vagina yang basah dan hangat, yang memicu infeksi vagina atau serviksBAB III

KESIMPULANServisitis adalah radang selaput lendir canalis servikalis, disebabkan oleh karena epitel selaput lendir servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terinfeksi dibandingkan selaput lendir vagina. Servisitis merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) dan biasanya terjadi pada serviks bagian posterior.

Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti trikomonas vaginalis, kandida, dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina, seperti: streptokokus, enterokokus, e.coli, dan stafilokokus. Kuman-kuman ini mengalami deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma dan dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang disebabkan ectropion, alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. Klasifikasi servisitis dibagi menjadi 2 : servisitis akut dan servisitis kronik.Pengobatan servisitis, terutama servisitis kronis terdiri 2 tahap: pengobatan medikamentosa sesuai etiologinya yang bertujuan untuk membasmi infeksi dan dengan pembedahan. pembedahan hanya diindikasikan setelah sekitar 2 bulan setelah pemberantasan infeksi dengan medikamentosa tidak menampakkan perubahan dan jika perubahan serviks terus berlangsung.Salah satu pencegahan servisitis adalah perilaku seksual yang aman, seperti monogami, tidak memulai aktivitas seksual pada usiayang terlalu muda, menggunakan kondom secara rutin selama hubungan seksual. Jika servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual, pasien disarankan untuk memberitahu pasangan seksualnya.DAFTAR PUSTAKA

1. David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Bina Pura Aksara.2. Taber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynecologi. Jakarta: EGC.

3. Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

4. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

5. Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung: Elstar offset.

6. http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html.

7. Biggs, WS, Williams RM. Common gynecologic Infections. Prim Care. 2009; 36:33-51. (PubMed).

8. Diseases characterized by urethritis and cervicitis. Sexually transmitted diseases treatment guidelines 2006. Update to CDCs sexually transmitted diseases treatment guidelines 2006: fluoroquinolones no longer recommended for treatment of gonococcal infections. Available at www.guidelines.gov. accessed January 25, 2010.9. Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC.

LAPORAN KASUS MIOMA UTERI

I. IDENTITAS PASIENNama

: Ny. EUsia

: 43 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suku

: MinangAlamat

: Jalan Trunojoyo Cinta RakyatNama Suami: Tn. DSUsia

: 42 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan

: WiraswastaAlamat

: Jalan Trunojoyo Cinta RakyatMRS

: 20 Februari 2015Pukul

: 10.30 WIB

No. RM

: 22-79-59II. ANAMNESA

Ny.E, 43 tahun, P2A0, i/d Tn.DS, 42 tahun datang ke RS Haji Medan pada tanggal 20/02/2015 pukul 10.30 WIB dengan :

KU: Perut bagian bawah terasa ada benjolan

Telaah : Pasien datang dengan keluhan terasa ada benjolan diperut bagian bawah yang tidak nyeri sejak 2 3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan keluar darah pervaginam yang banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terakhir dan nyeri selama menstruasi. Darah yang keluar bergumpal dan haid yang dialami lama, lebih dari 10 hari. Pasien juga mengaku haidnya tidak teratur. Riwayat dikusuk(-), riwayat campur berdarah (-), keputihan (-) , BAB dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (-)

Diabetes mellitus (-)

Asma(-)

Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat Haid

:

-Menarche usia 15 tahun

-Siklus haid tidak teratur

-Lama haid >10 hari dengan 3-4 kali ganti pembalut

-Dismenorea (+)

Riwayat Perkawinan: suami ke 1, menikah 1x usia 22 tahunRiwayat Kontrasepsi : -Riwayat persalinan :1. Anak Perempuan, aterm, BBL 3.500 gram, cara Persalinan Spontan Pervaginam, ditolong oleh bidan, umur sekarang 17 tahun, hidup.2. Anak perempuan, aterm, BBL 3.000 gram, cara Persalinan Spontan Pervaginam, ditolong bidan, umur sekaran 14 tahun, hidup.III. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Present

Sens: CM

Anemis : (-/-)

TD: 110/70 mmHg

Ikterik

: (-/-)

HR: 80 x/i

Dyspnoe : (-)

RR: 20 x/i

Sianosis : (-)

T: 36,50 C

Oedem : (-)

TB : 157 cm

BB : 67 kg

B. Status Generalisata

Kepala

: Dalam Batas Normal

Mata

: Anemis -/-, ikterus -/-

Leher

: KGB tidak teraba, TVJ normal Thorax: Cor

: Bunyi Jantung normal, reguler Pulmo

: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)Abdomen

: Soepel, peristaltik (+) N, teraba massa padat, immobile, kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-), dengan ukuran benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa, dengan pole 1 jari dibawah pusat, pole bawah setentang simphisis pubis .

Ekstremitas

: Akral hangat (-), edema (-/-)

IV. STATUS GINEKOLOGIPemeriksaan Inspekulo :

Portio

: tampak licin, erosi (-), darah (-), keputihan (-), flour albus (-), massa (-)

Vagina : dinding vagina normal, tanda tanda peradangan (-), sekret (-), massa (-)

Pemeriksaan Dalam (VT) :

Uterus : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba massa sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan rata, immobile.

Parametrium

: parametrium kanan dan kiri lemas, tidak teraba massa.

Adnexa

: adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.

Cavum douglas : tidak menonjol

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Uterus antefleksi dengan ukuran lebih besar dari biasa

Tampak gambaran echoic seperti kumparan

Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal

VI. DIAGNOSA Mioma uteri

VII. RENCANA TINDAKAN Observasi keadaan umum dan vital sign pasien Cek Darah rutin, fungsi ginjal, fungsi hepar dan gula darah, foto thorax, EKG

Lakukan tindakan operasi TAH-BSO pada tanggal 23-2-2015Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Februari 2015Hematologi

Nilai Rujukan

Hb

: 15,0 g%

12-16 g/dL

Eritrosit: 3,6.10^6

3,9-5,6^6 Ht

: 42,7%

36-47 %

Trombosit: 217.000/uL

150.000-450.000/ uL

MCV

: 90,1 fL

80-96 fL

MCH

: 31,6 pg

27-31 pg

MCHC

: 35,1%

30-34 %

LED

: 42 mm/jam

0-20 mm/jam KGDS

: 97 mg/dL