Paper Pengendalian Pencemaran Lingkungan Industri Jerman.

13
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Industri di Jerman Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Pencemaran Lingkungan Oleh: Silvi Avianti Indriana 146090200111002 PROGRAM MAGISTER ILMU KIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Paper Pengendalian Pencemaran Lingkungan Industri Jerman.

Transcript of Paper Pengendalian Pencemaran Lingkungan Industri Jerman.

Pengendalian Pencemaran Lingkungan Industri di Jerman

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Oleh:

Silvi Avianti Indriana 146090200111002

PROGRAM MAGISTER ILMU KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Industri berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi dunia. Namun disisi

lain, Industri merupakan konsumen utama sumber daya alam dan sumber utama pencemaran

lingkungan. Di negara maju seperti Jerman, sejak terjadinya revolusi industri setelah perang

dunia II perkembangan industri terjadi semakin pesat. Hal tersebut menyebabkan

bertambahnya produksi limbah industri yang dihasilkan. Limbah industri yang tidak ditangani

dengan baik akan menyebabkan beberapa masalah lingkungan diantaranya pencemaran

lingkungan oleh limbah industri padat, cair dan gas.

Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut pemerintahan Jerman mulai membuat

beberapa kebijakan. Jerman mulai melakukan proses pengelolaan limbah sejak dini - sejak

dari proses produksi dimulai. Produsen di Jerman menerapkan tiga panduan dalam proses

produksi di Industri. Industri berusaha menciptakan produk bebas limbah, melakukan daur

ulang limbah dan menciptakan limbah yang ramah lingkungan. Sehingga permasalahn

lingkungan akibat limbah industri di Jerman dapat diminimalkan.

1.2 Masalah

Revolusi industri di Jerman menyebabkan peningkatan jumlah limbah dan peningkatan

permasalahan lingkungan sehingga diperlukan sistem pengendalian dan pengelolaan dengan

regulasi dan sistem yang baik dalam mengontrol dan mengatasi pencemaran lingkungan

akibat industri.

BAB II

PEMBAHASAN

Tahun 1996, Jeman mulai menerapkan sistem Pengelolaan Limbah Federal. Dengan

kebijakan itu pemerintah mengharuskan perusahaan menghentikan produksi limbah dengan

menerapkan satu dari tiga strategi pengelolaan yaitu mendesain proses manufaktur dan

pengemasan pada industri dengan prinsip nol limbah, ketika hasil limbah tidak bisa dihindari,

limbah itu harus bisa didaur ulang dan diubah menjadi energi, dan ketika limbah tersebut

tidak bisa didaur ulang, limbah itu harus bisa dibuang dengan cara yang tidak membahayakan

lingkungan. Tiga strategi pengelolaan limbah Jerman tersebut tidak hanya berlaku bagi

limbah keras dan limbah kemasan, namun juga bagi limbah cair, limbah gas, limbah beracun,

limbah radioaktif dan limbah industri kesehatan (Anonim, 2011). Kebijakan tersebut juga

didukung oleh kebijakan lainnya diantaranya adalah (Anonimous1, 2014):

Undang-Undang tentang Kemasan (1991),

Kemasan produk di Jerman harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu Ramah

lingkungan, Bobot dan volume kemasan seminimal mungkin, Bisa diisi ulang, Bisa didaur

ulang jika tidak bisa diisi ulang. Beberapa perusahaan di Jerman mengumpulkan kemasan-

kemasan dan mendaur ulang, serta kemudian membentuk ”der Grune Punkt” (The Green

Dot). Industri yang tidak tergabung dengan ”der Grune Punkt” harus mengumpulkan dan

mendaur ulang sendiri kemasan produk yang dihasilkan.

Undang-Undang tentang petunjuk teknis limbah berbahaya (1991)

Undang-undang pencegahan efek berbahaya tentang lingkungan disebabkan oleh polusi

udara, kebisingan, getaran dan fenomena serupa (2002)

Undang-undang daur ulang

Undang-undang tentang emisi gas rumah kaca

Kementrian lingkungan hidup Jerman menetapkan 3 kebijakan pengelolaa limbah

dengan kontrol yang sangat ketat yaitu (Ardhaneswari, 2012):

Avoidance : menghindari limbah, proses produksi dan pengemasan harus sesuai prinsip

nol limbah.

Recovery : pemulihan, hasil limbah harus bisa didaur ulang dan diubah menjadi bahan

baku bernilai dan energi.

Disposal : pembuangan, hasil limbah yang dibuang harus ramah lingkungan.

Selain menetapkan beberapa kebijakan Jerman juga menetapkan baku mutu air limbah

setiap industri yang diperbolehkan dibuang ke debit air yaitu (Lucke, 2013):

Tabel. 1 Batas maksimum kandungan air limbah yang diperbolehkan dibuang ke debit air

Tabel. 2 Batas maksimum logam berat dalam limbah sebelum dicampur dengan limbah lain

Industri di Jerman berkembang sangat pesat dan tergolong sebagai industri yang maju

dan berprestasi. Cabang-cabang industri terpenting di Jerman adalah industri mobil, kontruksi

mesin, elektronik dan kimia.

A. Pengelolaan limbah cair

Dalam mengurangi beban limbah cair, pabrik melakukan beberapa langkah yaitu

mengurangi dan pemupukan (dikurangi dan dihapus), melakukan precleaning di lapang

(mengurangi sampah dan tanah masuk ke dalam pabrik), perawatan dengan cermat peralatan

(reduced beet dan gula rusak). Pada umumnya pengelolaan limbah cair Industri gula di

Jerman memiliki 2 tahap biologis (gambar 1.) (Lucke, 2013).

Gambar 1. Pengelolaan limbah cair pabrik gula di Jerman

Tahap pertama berisi perlakuan anaerobik air limbah sangat tercemar (flume air / cuci setelah

sedimentasi tanah). Pada tahap ini terjadi hidrolisis atau pengasaman semua senyawa organik.

Seperti ditunjukkan dalam Gambar. 5, langkah ini dilakukan dalam dua unit yang terpisah.

Biogas yang dihasilkan (70% metana, 30% karbon dioksida, amonia, hidrogen sulfida)

digunakan untuk beberapa tujuan di pabrik. Hidrolisis sering diwujudkan tidak dalam reaktor

tertutup tetapi yang terbuka. Karena pabrik aktif di musim gugur dan musim dingin, suhu

relatif rendah (-10 - 10 ° C) dan karena waktu retensi yang tinggi diperlukan dalam kasus ini.

Tahap biologis kedua berisi penghapusan nitrogen dengan kombinasi nitrifikasi dan

denitrifikasi.

B. Pengelolaan limbah padat dan limbah B3

Pada proses pengelolaan limbah padat industri di Jerman dilakukan dengan

pembakaran pada suhu tinggi. Agar Limbah terbakar dengan sempurna, pembakaran

dilakukan dalam instalasi pembakaran khusus berbentuk tong raksasa yang dapat berputar

sehinnga limbah dapat tercampur dengan baik dan dapat ditambah dengan udara yang

mengandung oksidan kadar tinggi sehingga pembakaran dapat berlangsung pada suhu sangat

tinggi (Schmidt, 2012). Selanjutnya gas yang dihasilkan dilewatkan pada ruang pembakaran

kedua untuk memastikan seluruh limbah terbakar secara sempurna. Massa-bakar atau RDF

pembakaran dari sistem pembakaran menghasilkan uap yang dapat dimanfaatkan sebagai

pembangkit listrik (turbin uap dan alternator). Peralatan gas cleaning, tumpukan buang, dan

penyimpanan abu. Karena korosi yang tinggi dalam tong pembakaran, suhu uap yang

dihasilkan kurang dari 400oC. Kebanyakan limbah kering dapat digunakan sebagai bahan

bakar dan dibakar untuk menghasilkan panas yang digunakan langsung sebagai proses panas

dalam industri atau pemanas ruangan dalam bangunan. Namun, industri cenderung kurang

homogen dibanding residu kayu dan tanaman, memiliki kepadatan energi yang lebih rendah,

berbeda dalam komposisi kimia, mungkin berisi sebagian besar bahan tahan api yang berakhir

sebagai kadar abu yang tinggi, dan mungkin mengandung logam berat dan menghasilkan

emisi beracun jika tidak dibakar dengan benar.

Limbah dengan kandungan organik tinggi (karbon) cocok untuk briket dan pelletising

setelah bahan mudah terbakar dan dapat didaur ulang telah dipisahkan. Proses ini melibatkan

pemadatan limbah padat pada suhu tinggi dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan organik

dikompresi untuk menghasilkan briket atau pellet. Penting untuk dicatat bahwa menggunakan

limbah olahan (di mana komponen yang mudah terbakar dapat didaur ulang dan non telah

dihapus), untuk pembangkit listrik akan meningkatkan efisiensi limbah proses energi, tetapi

dengan biaya meningkat karena peningkatan penanganan produk.

Gambar 2. proses pengelolaan limbah menjadi energi

C. Pengelolaan limbah gas

Pada proses pengelolaan limbah gas industri dilakukan dengan menerapkan sistem biofiltrasi. Biofiltrasi merupakan teknik untuk penghapusan emisi gas berbau busuk dan konsentrasi rendah senyawa organik volatil (VOC). Fungsi utama Sebuah biofilter adalah untuk membawa mikroorganisme ke dalam kontak dengan polutan yang terkandung dalam aliran udara. Kotak yang membentuk biofilter ini berisi bahan filter, yang merupakan tempat berkembang biak bagi mikroorganisme. Mikroorganisme hidup di lapisan tipis air "biofilm", yang mengelilingi partikel yang membentuk media filter. Selama proses biofiltrasi, aliran udara tercemar secara perlahan dipompa melalui biofilter dan polutan yang diserap ke dalam media filter. Gas yang terkontaminasi disebarkan di biofilter dan diserap oleh biofilm. Hal ini memberikan mikroorganisme kesempatan untuk menurunkan polusi dan untuk menghasilkan

energi dan produk sampingan metabolisme dalam bentuk CO2 dan H2O. Proses degradasi

biologis ini terjadi melalui oksidasi, dan dapat ditulis sebagai berikut (Anit and Artuz, 2010):

Polutan Organik + O2 → C2O+ H2O + Panas + Biomassa

Gambar 3. Tangki Biofiltrasi

Gambar 4. Proses biofiltrasi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perkembangan Industri di Jerman yang sangat pesat meningkatkan perekonomian

negara akan tetapi juga menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan. Pemerintah Jerman

memiliki peranan yang sangat penting dalam pengendalian pencemaran lingkungan oleh

industri yaitu untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan dasar tentang

perlindungan lingkungan, menetapkan baku mutu limbah industri, dan membuat kebijakan

dasar tentang pengelolaan limbah industri.

Kesadaran Industri di Jerman dalam mentaati kebijakan-kebijakan yang telah dibuat

oleh pemerintahan Jerman mengakibatkan Jerman mampu mengurangi produksi limbah

indusri dan dapat mengatasi pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah Industri di Jerman

dilakukan sejak limbah berada di sumbernya, dengan menerapkan tiga sistem yaitu

menghindari limbah, pemulihan/ daur ulang, pembuangan limbah ramah lingkungan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Anit, S.B., and Artuz, R. J., 2010, Biofiltration Of Air,

http://www.rpi.edu/dept/chem-eng/Biotech-Environ/MISC/biofilt/biofiltration.htm,

diakses tanggal 22 Januari 2015

Anonim, 2011, Daur Ulang: Jerman Terdepan di Eropa,

http://www.hijauku.com/2011/05/08/germany-leads-the-european-nations-in-recycling-

2/, diakses tanggal 22 Januari 2015

Anonimous1, 2014, Waste regulations, http://www.umweltbundesamt.de/en/topics/waste-

resources/waste-management/waste-regulations diakses tanggal 31 november 2014.

Ardhaneswari, W. C., 2012, Jerman, Pioneer Manajemen Limbah,

http://ardhanes.blogspot.com/2012/12/jerman-pioneer-manajemen-limbah_22.html,

diakses tanggal 22 Januari 2015

Lucke, N., 2013, Industrial Wastewater, Part-financed by the European Union, Jerman.

Schmidt, F., 2012, Memusnahkan B3 dengan suhu tinggi,

http://www.dw.de/memusnahkan-b3-dengan-suhu-tinggi/a-16246537, diakses

tanggal 1 Desember 2014