paper nefropati diabetik.docx

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada umumnya, nefropati diabetik didefnisikan sebagai sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria (adanya alumin dalam urin) menetap (lebih dari 300 mg/24 jam atau leih dari 200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan, di sertai adanya penurunan progresif laju filtrasi glomerulus (GFR) dan peningkatan tekanan darah arteri Nefropati Diabetika merupakan komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45% penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I. 1 Di Amerika dan Eropa, nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal terminal. Angka kejadian nefropati diabetik pada diabetes melitus tipe 1 dan 2 sebanding, tetapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe I karena jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 lebih banyak daripada tipe 1. Di Amerika, nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab 1

Transcript of paper nefropati diabetik.docx

Page 1: paper nefropati diabetik.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada umumnya, nefropati diabetik didefnisikan sebagai sindrom klinis pada pasien

diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria (adanya alumin dalam urin) menetap (lebih

dari 300 mg/24 jam atau leih dari 200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun

waktu 3 sampai 6 bulan, di sertai adanya penurunan progresif laju filtrasi glomerulus (GFR) dan

peningkatan tekanan darah arteri Nefropati Diabetika merupakan komplikasi Diabetes mellitus

pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45%

penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I.1

Di Amerika dan Eropa, nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal

terminal. Angka kejadian nefropati diabetik pada diabetes melitus tipe 1 dan 2 sebanding, tetapi

insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe I karena jumlah pasien diabetes melitus tipe

2 lebih banyak daripada tipe 1. Di Amerika, nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab

kematian tertinggi di antara semua komplikasi diabetes melitus, dan penyebab kematian tersering

adalah karena komplikasi kardiovaskular. Secara epidemiologis, ditemukan perbedaan terhadap

kerentanan untuk timbulnya nefropati daibetik, yang antara lain dipengaruhi oleh etnis, jenis

kelamin serta umur saat diabetes timbul.2

Diabetes Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya

komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf,

dll. Nefropati Diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular dari diabetes mellitus.3

1

Page 2: paper nefropati diabetik.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Nefron

Nefron merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus

proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla vateri). Pada setiap

ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter, arteri

renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid

renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut

glomerulus. Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang

membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.4

2

Page 3: paper nefropati diabetik.docx

Nefron berfungsi sebagai : Regurator air dan zat terlarut (terutama elektrolit ) dalam tubuh

dengan cara menyaring darah , kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih di

butuhkkan oleh tubuh.molekul dan sisa cairan lainnya akan di buang . reabsorpsi dan

pembuangan di lakukan dengan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kontranspor . hasil akhir yang kemudian di ekskresikan di sebut urin

Tiga proses dasar ginjal :4

a) Filtrasi Glomerulus: Darah mengalir ke melalui glomerulus terjadi filtrasi plasma

bebas protein menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman.

Setiap hari terbentuk 180 liter (47,5 galom) filtrasi glomerulus (cairan yang difiltrasi).

Dengan menganggap vol plasma orang dewasa 2,75 liter, berarti seluruh vol plasma

difiltrasi sekitar 65 x oleh ginjal setiap harinya.

b.) Reabsorbsi Tubulus : Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yg

bermanfaat bagi tubuh (glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat)

dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan2 yg bersifat selektif dari

bagian dlm tubulus (lumen tubulus) ke dlm darah ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus.

Zat-zat yang tidak keluar (sodium dan ion bikarbonat) dari tubuh melalui urin, tetapi

diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena & kemudian ke Jantung untuk kembali

diedarkan

c.) Sekresi Tubulus : Perpindahan selektif zat2 dari darah kapiler peritubulus ke dalam

lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus

ginjal.Cara pertama zat pindah dari plasma ke dalam lumen tubulus adalah melalui filtrasi

glomerulus, namun hy sekitar 20% dr plasma yg mengalir melalui kapiler glomerulus

3

Page 4: paper nefropati diabetik.docx

disaring ke dalam kapsul bowman, 80% sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen ke

dalam kapiler peritubulus.

2.2 Definisi

Pada umumnya, nefropati diabetik didefinisikan sebagai sindrom klinis pada pasien DM

yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit) pada minimal

dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 – 6 bulan. Di Amerika dan Eropa, nefropati diabetik

merupakan penyebab utama gagal ginjal terminal. Di Amerika, nefropati diabetik merupakan

salah satu penyebab kematian tertinggi di antara semua komplikasi DM.1

2.3 Etiologi

Faktor-faktor etiologis timbulnya nefropati diabetik antara lain :4

1. Kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah puasa > 140 – 160 mg/dl [7.7 – 8.8

mmol/l]); dimana A1C > 7 – 8 %

2. Faktor-faktor genetis

3. Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal dan LFG, peningkatan tekanan

intraglomerulus)

4. Hipertensi sistemik

5. Sindrom resistensi insulin (sindroma metabolik)

6. Inflamasi

7. Perubahan permeabilitas pembuluh darah

8. Asupan protein berlebih

9. Gangguan metabolik (kelainan metabolisme polyol, pembentukan advanced glycation

end products, peningkatan produksi sitokin)

10. Pelepasan growth factors

4

Page 5: paper nefropati diabetik.docx

11. Kelainan metabolisme karbohidrat / lemak / protein

12. Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi mesangium, penebalan membrana

basalis glomerulus)

13. Gangguan ion pump (peningkatan Na+ - H+ pump dan penurunan Ca2+ - ATPase pump)

14. Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia)

15. Aktivasi protein kinase C

2.4 Epidemiologi

Penelitian di luar negeri pada penderita diabetes mellitus tipe 1 menyatakan bahwa 30-

40% dari penderita ini akan berlanjut menjadi nefropati diabetikum dini dalam waktu 5-15 tahun

setelah diketahui menderita diabetes. Apabila telah berlanjut menjadi nefropati diabetikum, maka

perjalanan penyakit tidak dapat dihambat lagi. Dengan demikian setelah 20-30 tahun menderita

diabetes maka sekitar 40-50% akan mengalami gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah dan

transplantasi ginjal 5.

Pada penderita diabetes melitus tipe 2 diperkirakan sekitar 5-10% dari penderita akan

menjadi gagal ginjal terminal. Secara persentasi tidak terlalu besar, tetapi mengingat jumlah

penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak maka secara keseluruhan jumlah penderita

penderita gagal ginjal terminal pada penderita diabetes melitus tipe 2 akan lebih banyak 6.

2.5 Klasifikasi

5

Page 6: paper nefropati diabetik.docx

Perjalanan penyakit serta kelainan ginjal pada diabetes mellitus lebih banyak

dipelajari pada diabetes mellitus tipe 1 daripada tipe 2, dan oleh Mogensen dibagi menjadi 5

tahapan 4.

Tahap I (Stadium Hiperfiltrasi)

Terjadi hiperfiltrasi dan hipertrofi glomerulotubulus pada saat diagnosis

ditegakkan. Laju filtrasi glomerulus dan laju ekskresi albumin dalam urin meningkat 4.

Pada tahap ini LFG meningkat sampai 40% diatas normal dan disertai pembesaran

ukuran ginjal. Albuminuria belum nyata dan tekanan darah biasanya normal. Tahap ini

reversible dan berlangsung 0-5 tahun sejak awal didiagnosis diabetes mellitus. Dengan

pengendalian glukosa darah yang ketat, kelainan fungsi maupun struktur ginjal kembali

normal.

Tahap II (Stadium Silent)

Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti, LFG tetap meningkat, eksresi

albumin dalam urin dan tekanan darah normal. Albuminuria akan meningkat apabila

setelah latihan jasmani, keadaan stress atau kendali metabolik yang memburuk. Terdapat

perubahan histologis awal berupa penebalan membrane basalis yang tidak spesifik.

Terdapat pula peningkatan volume mesangium fraksional (dengan peningkatan matriks

mesangium) 4. Terjadi 5-10 tahun setelah didiagnosis diabetes mellitus. Keadaan ini dapat

berlangsung lama dan hanya sedikit yang akan berlanjut ke tahap berikutnya.

Progresivitas biasanya berlanjut terkait keadaan metabolik yang memburuk .

Tahap III (Stadium Mikroalbuminuria / Nefropati Insipient)

Merupakan tahap awal dari nefropati. Pada tahap ini ditemukan mikroalbuminuria

atau nefropati insipient. Laju filtrasi glomerulus meningkat atau dapat menurun sampai

6

Page 7: paper nefropati diabetik.docx

derajat normal. Laju ekskresi albumin dalam urin adalah 20-200 lg/menit (30-300 mg/24

jam). Tekanan darah mulai meningkat. Secara histologis, didapatkan peningkatan

ketebalan membrane basalis dan volume mesangium fraksional dalam glomerulus 4.

Tahap ini biasanya terjadi setelah 10-15 tahun didiagnosis diabetes mellitus. Keadaan ini

dapat bertahan bertahun-tahun dan progresivitas masih mungkin dapat dicegah dengan

kendali glukosa dan tekanan darah yang ketat.

Tahap IV (Stadium Makroalbuminuria / Nefropati Lanjut)

Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut (overt nefropati), nefropati

diabetikum bermanifestasi klinis dengan proteinuria yang nyata dengan pemeriksaan

biasa, tekanan darah sering meningkat serta LFG yang sudah menurun dibawah normal

sekitar 10ml/menit/tahun dan kecepatan penurunan ini berhubungan dengan tingginya

tekanan darah 4. Laju ekskresi albumin dalam urin adalah di atas 300 mg/24 jam (200

μg/menit). Perubahan histologis lebih jelas, juga timbul hipertensi pada sebagian besar

pasien. Sindroma nefrotik dan retinopati sering ditemukan pada tahap ini. Terjadi setelah

15-20 tahun didiagnosis diabetes mellitus. Progresivitas mengarah ke gagal ginjal hanya

dapat diperlambat dengan pengendalian glukosa darah, lemak darah, dan tekanan darah.

Tahap V (Stadium Uremia / Gagal Ginjal Terminal)

Merupakan tahapan dimana terjadi gagal ginjal terminal 4. Laju Filtrasi

Glomerulus sudah demikian rendah sehingga pasien menunjukkan tanda-tanda sindrom

uremik dan memerlukan tindakan khusus yaitu terapi pengganti, dialisis, maupun

cangkok ginjal. Rata-rata dibutuhkan waktu 15-17 tahun untuk sampai pada stadium IV

dan 5-7 tahun kemudian akan sampai stadium V.

7

Page 8: paper nefropati diabetik.docx

2.6 Faktor Resiko

Tidak semua pasien diabetes mellitus tipe I dan II berakhir dengan nefropati diabetik. Dari studi

perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa factor risiko antara lain:

1. Hipertensi

Hipertensi dapat menjadi penyebab dan akibat dari nefropati diabetik. Dalam

glomerulus, efek awal dari hipertensi sistemik adalah dilatasi arteriola afferentia, yang

berkontribusi kepada hipertensi intraglomerular, hiperfiltrasi, dan kerusakan

hemodinamik. Respon ginjal terhadap system rennin-angiotensin menjadi abnormal pada

ginjal diabetes. Untuk alas an ini, agen yang dapat mengkoreksi kelainan tekanan

intraglomerular dipilih dalam terapi diabetes 7. ACE inhibitor secara spesifik menurunkan

tekanan arteriola efferentia, karena dengan menurunkan tekanan intraglomerular dapat

membantu melindungi glomerulus dari kerusakan lebih lanjut, yang terlihat dari efeknya

pada mikroalbuminuria 7.

2. Predisposisi genetika barupa riwayat keluarga mengalami nefropati diabetik dan

hipertensi 7.

3. Kepekaan (susceptibility) nefropati diabetik

a. Antigen HLA (Human Leukosit Antigen)

Beberapa penelitian menemukan hubungan factor genetic tipe antigen HLA

dengan kejadian nefropati diabetik. Kelompok penderita diabetes dengan

nefropati lebih sering mempunyai Ag tipe HLA-B9

b. Glukosa Transporter (GLUT)

8

Page 9: paper nefropati diabetik.docx

Setiap penderita diabetes mellitus yang mempunya GLUT 1-5 mempunyai potensi

untuk mendapat nefropati diabetik 7.

4. Hiperglikemia

Kontrol metabolic yang buruk dapat menjadi memicu terjadinya nefropati diabetik.

Nefropati diabetik jarang terjadi pada orang dengan HbA <7,5-8,0^ Pada akhirnya

glukosa memiliki arti dan pertanda klinis untuk kelainan metabolic yang memicu

nefropati diabetik 8.

5. Kelainan metabolic lain yang berhubungan dengan keadaan hiperglikemia juga berperan

dalam perkembangan nefropati diabetik termasuk AGEs dan polyols. AGEs ialah hasil

pengikatan nonenzimatik, yang tidak hanya mengubah struktur tersier protein, tapi juga

menghasilkan intra dan intermolecular silang. Berbagai macam protein dipengaruhi oleh

proses ini. Kadar AGEs di sirkulasi dan jaringan diketahui berhubungan dengan

mikroalbuminuria pada pasien diabetes. Kadar AGEs pada dinding kolagen arteri lebih

besar 4 kali pada orang dengan diabetes .Pasien diabetes dengan ESRD memiliki AGEs

di jaringan dua kali lipat lebih banyak daripada pasien diabetes tanpa gangguan ginjal 7.

6. Merokok

Merokok meningkatkan progresi nefropati diabetik Analisis mengenai factor resiko

menunjukan bahwa merokok meningkatkan kejadian nefropati diabetik sebesar 1,6 kali

lipat lebih besar 8.

2.7 Patofisiologi

Hiperfiltrasi dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan

ginjal, dimana saat jumlah nefron mengalami pengurangan progresif, glomerulus akan

melakukan kompensasi dengan meningkatkan filtrasi nefron yang masih sehat dan pada akhirnya

9

Page 10: paper nefropati diabetik.docx

nefron yang sehat menjadi sklerosis. Peningkatan laju filtrasi glomerulus pada nefropati

diabetikum kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung

glukosa, yang diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1, Nitric Oxide, prostaglandin, dan glukagon.

Efek langsung dari hiperglikemia adalah perangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks

ekstraseluler, serta produksi Transforming growth factor-beta (TGF-β) yang diperantarai oleh

aktivasi protein kinase-C (PKC) yang termasuk dalam serine-threonin kinase yang memiliki

fungsi pada vaskuler seperti kontraktilitas, aliran darah, proliferasi sel dan permeabilitas kapiler

4. TGF-beta menyebabkan peregangan mesangial dan fibrosis melalui stimulasi kolagen dan

fibronectin.

Hiperglikemia kronik menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan

protein (reaksi mallard dan Browning). Pada awalnya, glukosa akan mengikat residu amino

secara nonenzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan ulang untuk mencapai

bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversible dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses

ini berlanjut terus, akan terbentuk Advanced Glycation End-Products (AGEs) yang irreversible.

AGEs diperkirakan menjadi perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi molecule

adhesi yang berperan dalam penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi sel,

sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi sintesis Nitric Oxide. Proses ini akan terus berlanjut

sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstitialis

sesuai dengan tahap-tahap dari Mogensen. Akibat kelainan rennin-angiotensin system,

Angiotensin II (ATII) meningkat pada nefropati diabetikum, sehingga menyebabkan konstriksi

arteriola efferentia di glomerulus, menyebabkan peningkatan tekanan kapiler glomerulus dan

hipertensi, serta menstimulasi fibrosis dan inflamasi pada glomerulus 4.

10

Page 11: paper nefropati diabetik.docx

Patogenesis dari nefropati diabetikum sejalan dengan patogenesis diabetes melitus pada

umumnya, dan mikroangiopati pada khususnya. Progresivitas nefropati diabetikum ditandai

dengan adanya proteinuria yang merupakan penanda penurunan fungsi ginjal, peningkatan

creatinine clearance (crcl), glomerulosklerosis, dan fibrosis interstitial.

Saat ini diketahui bahwa connective tissue growth factor (CTGF) merupakan faktor

penting pada nefropati diabetikum. Pada sel ginjal, CTGF diinduksi oleh kadar glukosa darah

yang tinggi dan berkaitan dengan perubahan sintesis matriks ekstraselular, migrasi sel, serta

transisi epitel menjadi mesenkim. CTGF merupakan protein yang disekresi dan dapat dideteksi

di cairan biologis. CTGF plasma pada pasien dengan nefropati diabetikum lebih tinggi daripada

pasien dengan normoalbuminuria. Pada pasien dengan nefropati diabetikum, peningkatan CTGF

di atas nilai batas 413 pmol/l plasma merupakan prediktor independen terhadap ESRD dan

berkaitan dengan penurunan LFG. Selain itu hal tersebut juga dikaitkan dengan penurunan LFG

yang lebih tinggi pada pasien dengan nefropati diabetikum dibandingkan normoalbuminuria,

yaitu berturut-turut 5,4 dan 3,3ml/menit/1,73 m2 per tahun. Pada pasien dengan nefrotik

albuminuria >3 g/hari, CTGF plasma hanya sebagai prediktor ESRD. Kadar CTGF plasma juga

merupakan prediktor independen terhadap mortalitas secara keseluruhan. Namun, CTGF plasma

pada pasien normoalbuminuria tidak berkorelasi dengan parameter klinis serta tidak

memprediksi hasil 9.

Beberapa kejadian memegang peranan penting, yaitu kelainan pada endotel, membrane basalis

glomerulus dan mesangium, serta meningkatnya kompleks imun pada penderita diabetes mellitus

10.

2.8 Diagnosis

11

Page 12: paper nefropati diabetik.docx

Diagnosis nefropati diabetikum dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di

bawah ini:5

1. Diabetes Mellitus

2. Retinopati Diabetika

3. Albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 lg/menit) pada minimal dua kali

pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan tanpa penyebab proteinuria yang lain.

Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:

1. Anamnesis

Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari

gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan

berat badan. Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar sembuh, gatal-gatal pada

kulit, ginekomastia, impotensi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Mata

Pada nefropati diabetikum didapatkan kelainan pada retina yang merupakan tanda

retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :

i. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam kapiler

retina

ii. Mikroaneurisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler vena

iii. Eksudat berupa :

Hard exudates : Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.

Cotton wool patches : Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan

dengan iskhemia retina.

12

Page 13: paper nefropati diabetik.docx

iv. Shunt arteri-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi

kapiler.

v. Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas

mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.

vi. Neovaskularisasi

b. Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-V) atau CRF end stage,

didapatkan perubahan pada :

i. Cardiomegali

ii. Edema pulmo

3. Pemeriksaan Laboratorium

Albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 lg/menit) pada minimal dua kali

pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan, penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang

tidak fleksibel dan peningkatan tekanan darah arterial tetapi tanpa penyakit ginjal lainnya atau

penyakit kardiovaskuler. Mikroalbuminuria dianggap sebagai prediktor penting untuk timbulnya

nefropati diabetikum.

Diagnosis ditegakkan jika 2 dari 3 pemeriksan berturut-turut dalam 3 bulan menunjukkan

adanya mikroalbuminuria 4.

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan pengelolaan nefropati diabetik adalah mencegah atau menunda progresifitas

penyakit ginjal dan memperbaiki kualitas hidup pasien sebelum menjadi gagal ginjal terminal.

1. Evaluasi

13

Page 14: paper nefropati diabetik.docx

apakah masih normoalbuminuria, sudah terjadi mikroalbuminuria atau

makroalbuminuria.

2. Terapi

Pada prinsipnya pendekatan utama tatalaksana nefropati diabetik adalah dengan:

1) Pengendalian gula darah (olahraga, diet, obat anti diabetes);

2) Pengendalian tekanan darah (diet rendah garam, obat anti hipertensi);

3) Perbaikan fungsi ginjal (diet rendah protein, pemberian ACE inhibitor dan atau

ARB);

4) Pengendalian faktor-faktor komorbiditas lain (pengendalian kadar lemak, mengurangi

obesitas, dll).

3. Rujukan

Tatalaksana nonfarmakologis nefropati diabetik berupa gaya hidup yang sehat yang

meliputi olahraga rutin, diet, menghentikan kebiasaan merokok serta membatasi konsumsi

alkohol. Olahraga rutin yang dianjurkan ADA adalah dengan berjalan 3 – 5 km/hari dengan

kecepatan sekitar 10 – 12 menit/km, 4 sampai 5 kali seminggu. Pembatasan asupan garam

dianjurkan sebanyak 4 – 5 g/hari (atau 68 – 85 meq/hari) serta asupan protein hingga 0,8

g/kg/berat badan ideal/hari

Target tekanan darah pada nefropati diabetik adalah < 130/80 mmHg. Obat anti

hipertensi yang dianjurkan antara lain ACE inhibitor atau ARB, sedangkan pilihan lain adalah

diuretik, kemudian beta blocker atau calcium channel blocker

Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang berjalan terus, saat LFG mencapai 10 –

12 ml/menit (setara dengan klirens kreatinin < 15 ml/menit atau serum kreatinin > 6 mg/dl),

dianjurkan untuk memulai dialisis (hemodialisis atau peritoneal dialisis), walaupun masih ada

14

Page 15: paper nefropati diabetik.docx

perbedaan pendapat mengenai kapan sebaiknya dialisis dimulai. Pilihan pengobatan lain untuk

gagal ginjal terminal adalah cangkok ginjal, dan di negara-negara maju sudah sering dilakukan

cangkok ginjal dan pankreas sekaligus 11.

2.10 Prognosis

Secara keseluruhan prevalensi dari mikroalbuminuria dan makroalbuminuria pada kedua

tipe diabetes melitus diperkirakan 30-35%. Nefropati diabetik jarang berkembang sebelum

sekurang-kurangnya 10 tahun pada pasien IDDM, dimana diperkirakan 3% dari pasien dengan

NIDDM yang baru didiagnosa menderita nefropati. Puncak rata-rata insidens (3%/th) biasanya

ditemukan pada orang yang menderita diabetes selama 10-20 tahun.

Mikroalbuminuria sendiri memperkirakan morbiditas kardiovaskular, dan

mikroalbuminuria dan makroalbuminuria meningkatkan mortalitas dari bermacam-macam

penyebab dalam diabetes melitus. Mikroalbuminuria juga memperkirakan coronary and

peripheral vascular disease dan kematian dari penyakit kardiovaskular pada populasi umum

nondiabetik. Pasien dengan proteinuria yang tidak berkembang memiliki tingkat mortalitas yang

relatif rendah dan stabil, dimana pasien dengan proteinuria memiliki 40 kali lipat lebih tinggi

tingkat relatif mortalitasnya. Pasien dengan IDDM dan proteinuria memiliki karakteristik

hubungan antara lamanya diabetes /umur dan mortalitas relatif, dengan mortalitas relatif

maksimal pada interval umur 34-38 tahun (dilaporkan pada 110 wanita dan 80 pria).

ESRD adalah penyebab utama kematian, 59-66% kematian pada pasien dengan IDDM

dan nefropati. Tingkat insidens kumulatif dari ESRD pada pasien dengan proteinuria dan IDDM

adalah 50%, 10 tahun setelah onset proteinuria, dibandingkan dengan 3-11%, 10 tahun setelah

onset proteinuria pada pasien Eropa dengan NIDDM. Penyakit kardiovaskular juga penyebab

15

Page 16: paper nefropati diabetik.docx

utama kematian (15-25%) pada pasien dengan nefropati dan IDDM, meskipun terjadi pada usia

yang relatif muda.12

BAB III

16

Page 17: paper nefropati diabetik.docx

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana

penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak

mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah

dan baru dirasakan setelah terjadinya keomplikasi lanjut pada organ tubuh. Nefropati diabetik

merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus. Pada sebagian penderita komplikasi ini

berlanjut menjadi gagal ginjal terminal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau

transplantasi ginjal.

Nefropati diabetik merupakan kelainan degeneratif vaskuler ginjal yang ditandai dengan

albuminuria menetap (> 300mg/24jam atau > 200 u g/menit) pada minimal 2 kali pemeriksaan

dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Apabila tanda-tanda tersebut dapat diketahui secara dini,

penderita bisa mendapat bantuan untuk mengubah atau menyesuaikan gaya hidup agar bisa lebih

memperlambat kegagalan tersebut, atau bahkan menghentikan kegagalan ginjal tersebut,

tergantung dari penyebabnya.

Tujuan pengelolaan nefropati diaetik adalah mencegah atau menunda progresifitas

penyakit ginjal dan memperbaiki kualitas hidup pasien sebelum menjadi gagal ginjal terminal.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: paper nefropati diabetik.docx

1. Soman, S.S. (2009). Diabetic Nephropathy. eMedicine Specialties

2. Ayodele, O.E., Alebiosu, C.O., Salako, B.L. (2004). Diabetic nephropathy—a review

of the natural history, burden, risk factors and treatment . Dalam: Journal

National Medical Association: 1445–54.

3. Evans, T.C., Capell P. 2000. Diabetik Nephropathy. Clinical Diabetes. VOL. 18 NO.1

Winter 2000.

4.Hendromartono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV : Nefropati Diabetik .

Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

5. Molitch, M. E., DeFronzo, R. A., Franz, M. J., Keane, W. F., Mogensen, C. E.,

Parving, H-H., Steffes, M. W. (2004). Nephropathy in Diabetes. Dalam : Diabetes Care

January, 27 (Supplemen I), 79-83

6. Evans, T. C and Capell, P. (2000). Diabetic Nephropathy. Clinical Diabetes, 18 (1)

7. Velasquez, M., Bhathena, S., Striffler, J., Thibault, N., dan Scalbert, E. 1998. Role

of angiotensin-converting enzyme inhibition in glucose metabolism and renal injury in

diabetes. Dalam : Metabolism, 47 (12 Suppl 1), 7-11

8. The DCCT Research Group. (1993). The effect of intensive treatment of diabetes on

the development and progression of long-term complications in insulin-dependent

diabetes mellitus. Dalam : New England Journal Medicine, 329, 977-86

18

Page 19: paper nefropati diabetik.docx

9. Nguyen, T. Q., Tarnow, L., Jorsal, A., Oliver, N., Roestenberg, P., Ito, Y., et al.

(2008). Plasma Connective Tissue Growth Factor Is an Independent Predictor of ESRD

and Mortality in Type 1 Diabetic Nephropathy : Diabetes Care, 31, 1177-82

10. Bidaya, E dan Tjokroprawiro, A. (1997). Nefropati Diabetik. Dalam Cermin Dunia

Kedokteran, 43, 34-8.

11. Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcelinus Simadibrata K, Siti

Setiati. 2006. Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan

Strategi Pengelolaan dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI : Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam hal 1184-88.

12. Makita, Z., Radoff, S., Rayfield, E., Yang, Z., Skolnik, E., Delaney, V., Friedman,

E., Cerami, A., dan Vlassara, H. 1991. Advanced glycosylation end products in patients

with diabetik nephropathy. Dalam : New Englan Journal Medicine, 325, 836-42.

19

Page 20: paper nefropati diabetik.docx

20