Paper KSS PM Anes

download Paper KSS PM Anes

of 5

description

JOURNal

Transcript of Paper KSS PM Anes

THERAPY OF ORAL SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Annisa Cintya Hersilia1, Fani Tuti Handayani2Bidang Penyakit Mulut, Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,

Alamat korespondensi: RSGM Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia, 53122.

Email: [email protected]

ABSTRACT

KEY WORDS: Oral Cancer, Squamous Cell Carcinoma

PENDAHULUAN

Karsinoma Skuamosa Sel (KSS) merupakan suatu neoplasma ganas yang berasal dari epitel pada mukosa dan mewakili 90-95% tumor ganas dalam rongga mulut (langlais,lauda,hirota). KSS termasuk salah satu jenis kanker kulit yang paling sering ditemui di dunia dan penyebab paling umum dari kematian (Partogi,Sheik,). Penyebab pasti dari KSS tidak diketahui (langlais,partogi). Perkembangan KSS adalah proses tahapan yang membutuhkan akumulasi beberapa perubahan genetik, dipengaruhi oleh kecenderungan genetik pasien maupun oleh pengaruh lingkungan (Choi&Myers,Hirota, dkk.,Altundal,dkk.). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KSS antara lain, tembakau, alkohol, peradangan kronis, infeksi virus, sinar UV, radiasi, faktor nutrisi, dan immunosupresi (Langlais, Hirota, dkk.,Partogi,Altundal,dkk.)

Secara umum KSS oral muncul pada pasien dengan usia 40-50 tahun dan lebih banyak mengenai pria. Seiring perkembangan zaman, KSS oral juga banyak mengenai wanita dan usia muda tanpa adanya sebab merokok, serta konsumsi alkohol (Langlais, Hirota,Partogi). Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa aspek klinis KSS tidak terbatas kriteria umur (Hirota). KSS pada rongga mulut biasanya terletak pada batas lateral lidah dan permukaan venteral lidah. Daerah-daerah intraoral lainnya yang sering terkena KSS ialah orofaring, gusi, mukosa pipi, bibir dan palatum (Langlais, altundal).

Ciri khas lesi KSS oral berupa ulser dengan persisten dengan pengerasan dan infiltrasi perifer yang menunjukkan ketidakstabilan epitel mulut, berwarna kemerahan atau keputihan. Lesi-lesi dini KSS sering kali tidak menimbulkan gejala dan tumbuh lambat. Ketika lesi berkembang, maka tepi-tepinya menjadi difus, menjadi keras (indurasi) dan tidak dapat digerakkan. Setelah timbul ulserasi maka timbul rasa sakit dan iritasi yang menetap. Pasien juga sering merasakan kebas dan rasa terbakar, pembengkakkan dan sulit menelan. Terlambatnya pemberian terapi pada kasus KSS sangat berpengaruh pada pelebaran lesi-lesi KSS yang memungkinkan lesi menjadi semakin besar untuk masuk dan merusak struktur-struktur tulang yang vital (Pinborg, Hirota, Langlais).

Sebagian besar KSS bermetastasis melalui jalur kelenjar limfatik atau perluasan setempat. Kemampuan metastasis berpengaruh dengan kedalaman invasi tumor, lokasi tumor, dan status imunologi pasien. Terapi utama yang dapat dilakukan pada pasien KSS adalah bedah eksisi, bedah listrik, radiasi, dan kemoterapi (Langlais,partogi). Berikut ini adalah salah satu contoh kasus KSS oral pada usia muda yang dilakukan terapi pembedahan berupa glosektomi dengan diseksi cervical mode bilateral, dilanjutkan dengan terapi radiasi dan kemoterapi.LAPORAN KASUS

Seorang pasien wanita usia 25 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tinggal di Alagoas, Brazil datang ke Universitas de Sao Paulo Dentistry School Outpatient Clinic (FO/USP) dengan keluhan rasa sakit pada lidah sejak dua bulan lalu. Pasien melaporkan pernah melakukan pemeriksaan pada pelayanan kesehatan masyarakat sejak serangan pertama yaitu dua bulan lalu. Pasien telah dilakukan deteksi lesi, biopsi dengan hasil diagnosis Unspecified chronic inflammatory (peradangan kronis yang tidak spesifik). Selanjutnya pasien dirujuk ke Fakultas Odontologi Universitas de Sao Paulo.

Berdasarkan laporan pasien, sudah ada bintik kemerahan pada daerah tersebut selama 10 tahun yang kemudian berkembang menjadi lesi seperti saat ini. Selama pemeriksaan fisik, dilakukan pengamatan lesi dengan diameter 2,5 cm, memiliki tepi iregular, dasar nekrosis dan kedalaman sekitar 8mm, dikeliling area atropi, berlokasi pada dorsum dan batas lateral kiri dari lidah (Gambar 1). Area yang berwarna putih diamati sebagai tepi ulser. Terdapat batas yang mengalami pengerasan dan area sekelilingnya mengindikasikan adanya infiltrasi yang luas.Nodus limfatikus servikal sebelah kiri teraba, tidak terdapat mobilitas dan tidak sakit. Riwayat medis pasien tidak berkontribusi. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan tidak mengonsumsi alkohol atau kebiasaan lainnya yang membahayakan. Riwayat keluarga pasien diketahui, tante pasien mengalami diabetes dan nenek pasien mengalami kanker uterus. Selama pasien menjalani perawatan di rumah sakit, beberapa pemeriksaan laboratorium dilakukan, seperti hitung darah lengkap, toxoplasmosis, anti HIV, dan sitomegalo virus serologi. Pemeriksaan positif diperoleh dari hasil pemeriksaan sitomegalovirus, reaktan terhadap IgG. Pasien diberikan antibiotik dan analgesik selama 2 minggu.

Gambar 1. Lesi pada dosum dan batas lateral lidah, terdapat lesi yang dalam dan nekrosis dengan infiltrasi yang luas disekitar jaringan

Diagnosis sementara yaitu KSS, hystoplasmosis dan traumatic eosinopilik granuloma, dengan pemeriksaan lanjutan berupa biopsi. Hasil dari patologi anatomi adalah KSS (Gambar 2), neoplasma terklasifikasi sebagai T2N1M0 (Tahap III), berdasarkan klasifikasi kanker mulut TNM dari UICC/AJC (American Joint Committee for Cancer Staging).

Gambar 2. Microphotography dari gambaran histologi, menunjukan adanya pleomorphism dan jumlah anyak sel epitel yang mengalami mitosis (Pewarnaan HE, 200x).Pasien kemudian dirujuk ke departemen onkologi Rumah Sakit Clinicas (USP) untuk mendapatkan perawatan, diantaranya bedah, glosektomi dengan diseksi nodus servikal bilateral. Setelah pembedahan, perawatan dilanjutkan dengan terapi radiasi dan kemoterapi selama 2 bulan. Pasien dibawah pengamatan dan kontrol serta follow up oleh terapis dan nutrisionis.DISKUSIKSS tidak banyak ditemukan pada pasien muda. Kasus KSS yang terjadi pada pasien dibawah usia 40 tahun hanya 6%. Ciri khas dari penyakit ini saat menyerang pasien dewasa muda adalah rasa sakit kepala dan leher yang fluktuatif. Lokasi terjadinya KSS pada kelompok pasien dibawah usia 40 tahun paling sering di lidah, serupa pada pasien tua. Manifestasi klinis dari KSS pada pasien muda tidak berbeda dengan pasien tua, namun KSS biasanya bukan sebagai diagnosa sementara pada pasien muda, karena penyakit ini cenderung tidak menyerang range pasien muda. Diagnosis paling sering pada pasien muda ialah mikosis, cancrum sifilis dan tuberkulosis.Usia pasien pada kasus tergolong muda yaitu 25 tahun dan tidak dilaporkan adanya kebiasaan merokok dan minum alkohol. Hingga saat ini etiologi KSS pada pasein muda masih diperdebatkan. Etiologi pasti pada kasus pasien pun tidak diketahui, namun bisa dikaitkan dengan faktor lain perlu dipelajari untuk menjelaskan etiologi KSS pada pasien muda, diantaranya adalah: faktor genetik, infeksi virus, kebiasaan makan, keadaan imunodefisiensi, lamanya terpapar faktor karsinogenik, kondisi sosioekonomi dan oral hygiene.

Riwayat keluarga pasien pernah mengalami kanker dari neneknya yaitu kanker serviks, hal ini tidak mendukung faktor predisposisi dari genetik. Faktor yang paling berpengaruh untuk menentukan KSS pada pasien ini diduga berasal dari area yang mengalami pre malignan, sehingga neoplasma terbentuk. Adanya lesi prekursor dengan jangka waktu 3 tahun, sebelumnya muncul pada batas lateral lidah. Masih mengenai etiologi dari kasusm hipotesis lainnya yaitu sitomegalovirus. Ini hanya dugaan, karena sitomgalovirus positif pada tes serologi, dengan tidak ditemukannya tanda infeksi oral pada pasien. Lebih lanjut, tipe viral biasanya dihubungkan dengan SCC adalah virus Epstein Barr dan beberapa virus HPV.