Paper Ekonomi Internasional

17
PAPER EKONOMI INTERNASIONAL “PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA DAN KOREA SELATAN ” Ade Septiana Nasution H0812002 Agribisnis 6-A PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 1

description

Paper

Transcript of Paper Ekonomi Internasional

PAPER EKONOMI INTERNASIONALPERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA DAN KOREA SELATAN

Ade Septiana NasutionH0812002Agribisnis 6-A

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPerdagangan internasional merupakan hal yang sekarang ini dilakukan oleh semua negara di dunia. Menurut Sukirno (2008), perdagangan internasional bukanlah sesuatu hal yang baru, namun sebuah paparan teoritis yang sistematis baru dikembangkan sekitar abad keenambelas dan ketujuhbelas. Dimulai dari teori Merkantilisme yang menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. Suatu negara dapat mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang - barangnya ke luar negeri.Perdagangan internasional ini akibat dari adanya interaksi dari suatu permintaan (demand) dan penawaran (supply), dimana penawaran dan permintaan ini terjadi di pasar yang akan menciptakan ketergantungan untuk saling memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan cara melakukan kerja sama dengan negara lain. Alasan yang mendasar dari perdagangan internasional ini yaitu tentang keuntungan yang diperoleh (gains from trade) masing-masing dari negara yang pada tujuan akhirnya untuk memaksimalkan kesejahteraan negara. Negara negara yang melakukan perdangangan internasional ini umumnya ingin mencapai economic of scale, yaitu suatu keuntungan yang diperoleh karena adanya peningkatan produksi. Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1996).Negara Indonesia menjalin kerjasama internasional dengan beberapa negara di kawasan asia, salah satunya dengan negara korea selatan. Salah satu kerjasama yang dilakukan dengan korea selatan yaitu dengan adanya perjanjian korea selatan dengan negara anggota ASEAN, perjanjian tersebut dikenal dengan ASEAN Korea Free Trade Area atau disingkat AKFTA. Proses perundingan dari kerjasama ini dilakukan pada awal tahun 2005, dan pada tanggal 13 Desember 2005 Kerangka Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh (Frame Agreement on Comprehensive Economic Cooperation) AKFTA ditandatangani oleh para kepala negara ASEAN dan Korea Selatan di Kuala Lumpur, Malaysia. Preferential treatment pada perjanjian ini terdiri dari tiga sektor yaitu : sektor barang, jasa serta investasi. Perjanjian kerja sama tersebut akan dibahas lebih dalam pada bab selanjutnya.B. Rumusan Masalah Pertanyaan yang timbul dari latar belakang adalah:1. Teori apa yang menjelaskan tentang hubungan perjanjian kerja sama ini?2. Perjanjian yang dilakukan Indonesia dengan negara Korea Selatan apakah memiliki dampak yang positif bagi Indonesia?3. Bagaimana sektor-sektor yang menjadi tiga sektor yang menjadi preferential treatment setelah terjadinya kerjasama ini?C. Tujuan1. Untuk mengetahui teori yang menjelaskan tentang kerjasama internasioanal yang dilakukan Indonesia dengan Korea Selatan.2. Untuk mengetahui dampak dari adanya perjanjian kerja sama internasioanal antara Indonesia dengan Korea Selatan.3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi preferential treatment setelah adanya kerja sama ini.

II. PEMBAHASANPerdagangan internasionaladalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintahsuatu negara atau pemerintah suatunegaradengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkanGDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihatJalur Sutra,Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong adanya Industrialisai, kemajuan transportasi, globalisasi serta kehadiran perusahaan yang multinasional (Wikipedia 2013). Perjanjian kerjasama ini ASEAN- Korea Free Trade Area (AKFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan Korea Selatan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak AKFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Korea Selatan (Dongyun, Estrada, Gemma, 2012). Dalam Memorandum of Understanding (MoU) dapat diketahui bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam kerjasama ini. Dalam jalannya kerjasama ini pemerintah negara-negara yang disebutkan di atas adalah aktor utama dalam kerjasama ini. Selain pemerintah, karena ini adalah kerjasama dalam bidang perdagangan maka peranpihak swasta yang banyak terlibat langsung dalam urusan ini juga menjadi aktor yang patut dipertimbangkan dalam kerjasama ini. Pihak terakhir yang terlibat dalam kerjasama ini adalah WTO. Hal ini terjadi karena pemerintah - pemerintah yang yang menginisiasi kerjasama ini menyepakati untuk menggunakan aturan-aturan di WTO dalam pelaksanaan kerjasama ini. Berhasil atau tidaknya sebuah kerjasama sangat bergantung dari derajat kerjasama dalam perjanjian internasional (legalization) yang disepakati. Legalization (legalisasi) menjadi penting karena argumen-argumen berikut, pertama, legalisasi merupakan bentuk instusionalisasi atau pelembagaan dari kerjasama tersebut. Kedua, karena konsekuensi utama dari legalisasi bagi kerjasama internasional terletak pada efek kepatuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama tersebut. Terakhir, Legalization menunjukkan adanya keputusan untuk menempatkan legal constrains (Gugler, Chaisse, 2010).Perjanjian Perdagangan Barang AKFTA mencakup, tapi tidak hanya terbatas pada :a. aturan detil yang mengatur program penurunan dan atau penghapusan tarif - tarif progresif dan juga hal-hal terkait lain;b. rules of origin (ROO) ;c. modifikasi komitmen d. kebijakan non-tarif, sanitary and phytosanitary measures, dan hambatan teknis perdagangan;e. kebijakan perlindungan; f. disiplin dan pengurangan, penghapusan hambatan non-tarif berdasarkan WTOTeori yang cocok untuk menjelaskan hubungan kerja sama ini adalah teori Heckscher - Ohlin dimana pada teori inni menekankan bahwa keuntungan komparatif itu ditentukan oleh perbedaan relative kekayaaan faktor produksi (the relative abudancy of endowments of factors of production) dan penggunaan faktor tersebut (the abundant factor) secara relatif dalam kegiatan produksi barang ekspor. Dalil yang sesuai dengan kerjasama ini adalah Factor-Price Equalization Theorem, yaitu mengemukakan bahwa dengan asumsithe H-O model, maka perdagangan internasional yang bebas (free internasioanal trade) akan menyebabkan harga faktor produksi menjadi sama secara internasional, contohnya selama negara A memperbanyak produksi barang X akan mengakibatkan bertambahnya produksi barang Y berarti makin sedikit permintaan akan kapital. Hal ini akan cenderung menurunkan upah (harga dari pada tenaga kerja) dan menaikan harga dari kapital (rate of return).Hubungan ekonomi menjadi salah satu hubungan yang peningkatannya paling dipengaruhi oleh peningkatan hubungan bidang politik. Bersama dengan adanya peningkatan hubungan Korea Selatan - Indonesia di bidang politik, hubungan kerjasama bidang ekonomi pun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hubungan kerjasama bidang ekonomi ini dimanfaatkan oleh kedua negara untuk saling mengisi satu sama lain, dimana keunggulan Indonesia dalam 3 hal yaitu sumber alam yang berlimpah, tenaga kerja yang murah dan bermutu, serta pasar yang luas dan aktif dan keunggulan Korea Selatan dalam 2 hal yang lain yaitu modal dan teknologi yang memadai dapat saling melengkapi satu sama lain. Kerjasama Ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan yaitu pada bidang perdagangan dan investasi, dimana dibidang perdagangan kedua negara menjalin kerjasama ekspor dan impor terutama pada sektor minyak dan gas, sedangkan bidang Investasi Korea Selatan menanamkan modal dalam bentuk pembangunan pabrik dan proyek-proyek berskala besar lainnya di Indonesia.Hubungan bilateral yang saling mengisi untuk menjalin sebuah hubungan internasional antara suatu negara dengan negara yang lain tidak mudah, sangat banyak faktorfaktor yang harus dilalui dari masalah dalam negara ataupun dari negara yang akan diajak untuk bekerjasama. Pada saat ini hubungan internasional suatu negara tidak lagi dipengaruhi oleh faktor politik dan keamanan, melainkan pada faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini sangat memiliki pengaruh yang besar untuk menjalin hubungan kerja sama yang baik, sehingga tata hubungan politik antar negara memperoleh pengaruh yang kuat terhadap faktor ekonomi. Dengan adanya perubahan titik berat yang seperti ini dalam hubungan internasional, menyebabkan Korea Selatan dan Indonesia juga mengubah tata hubungannya dalam bekerjasama agar bisa mendapatkan tujuan bersama dengan baik. Sebagai contoh dari perubahan itu misalnya, kebijakan Korea Selatan yang utama di wilayah Asia Tenggara pada umumnya dan Indonesia pada khususnya berubah dari upaya untuk mencari kolaborasi politik kepenguatan kerja sama ekonomi, termasuk didalamnya upaya memperoleh sumberdaya alam, mencaripasar baru bagi produk-produknya, dan mencari kesempatan dalam penanaman investasi. Indonesia-Korea Selatan menjalin hubungan kerjasama yang sangat erat di bidang ekonomi, dengan nilai investasi padatahun 2005 mencapai US$ 13,2 miliar atau naik dibandingkat tingkat perdagangan tahun 2004. Saat ini Korea Selatan merupakan salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia, bersama dengan Jepang, Amerika Serikat, China, dan Singapura (Investasi, 2013). Kerja sama ekonomi antarnegara dapat menjadi cara menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada suatu negara. Banyak investor yang mau menginvestasikan modalnya di suatu negara yang dapat menjadi peluang bagi negara tersebut untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan negara tersebut. Dalam konteks ini, Indonesia mendapat banyak keuntungan dari banyaknya investor dari Korea Selatan yang masuk dan menanamkan investasinya, dengan kata lain investasi tersebut banyak membuka lapangan pekerjaan di Indonesia sehingga dapat menekan angka pengangguran diIndonesia yang cukup signifikan. Dengan terbinanya hubungan ekonomi yang erat selama bertahun-tahun diantara kedua negara, masyarakat Korea Selatan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Korsel merupakan investor terbesar keenam di Indonesia dengan nilai akumulasi investasi sebesar USD 3,35 miliar selama periode 10 tahun terakhir (2000-2010) dengan 1.400 proyek. Pada 2011, Korea menempati posisi investor terbesar kelima dengan realisasi investasi USD 1,2 milliar. Investasi Korea Selatan di Indonesia terutama pada sektor industri elektronik, telekomunikasi, konstruksi, otomotif, pertambangan, migas,air bersih, perbankan dan perhotelan. Sekarang ini, terdapat investasi yang bernilai miliaran US dolar dari perusahaan - perusahaan besar Korea Selatan seperti POSCO, Hankook Tire, Lotte Group dan Cheil Jedang Group di Indonesia. Hal tersebut membuktikan adanya kepercayaan yang tinggi dari para investor Korea Selatan kepada Indonesia. Keputusan investasi tersebut diikuti bukan hanya oleh perusahaan afiliasi dan perusahaan vendor dari perusahaan besar Korea Selatan, tetapi juga oleh perusahaan Korea Selatan lainnya. Pada tahun 2011, Total Perdagangan Indonesia-Korea Selatan mencapai USD 29,4 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD 16,4 miliar dan impor sebesar USD 12,9 miliar, atau naik 44,93% dibandingkan total perdagangan pada 2010 sebesar USD 20,3 miliar. Tren total perdagangan kedua negara selama 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011) positif sebesar 25,11%.Neraca perdagangan Indonesia dengan Korsel sejak 2007 hingga 2011 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami surplus perdagangan. Neraca perdagangan tahun 2011 surplus bagi Indonesia sebesar USD 3,4 miliar. Komoditi ekspor utama Indonesia ke Korsel antara laincoal; briquettes; copper ores; chemical wood pulp; natural rubber; balata; paper and paperboard; plywood; cotton yarn; coconut; palm kernel as well as manufactured products such as footwear; textiles and garments; and furniture. Sementara, komoditi impor utama Indonesia dari Korsel adalahsuitable for use solely; electronic application for line telephony; synthetic rubber; electronic integrated circuits; and other knitted or crocheted fabrics; woven fabrics of synthetic filament yarn; and polyacetals, other polyethers.Selain dari Investasi, dampak dari adanya perjanjian kerja sama ini adalah Korea Selatan membantu Indonesia dalam hal keuangan. Bantuan tersebut berupa pinjaman keuangan dengan syarat lunak yang digunakan untuk pembangunan. Dengan demikian, adanya pinjaman keuangan otomatis dapat meningkatkan keuanga negara. Kesepakatan bilateral Indonesia-Korea Selatan dalam kerangka Economic Development Cooperation Fund (EDCF) merupakan program kerjasama keuangan yang ditujukan untuk mendukung pembangunan di sektor industri dan upaya mewujudkan stabilitas ekonomi Indonesia. Kerjasama keuangan dalam kerangka EDCF yang telah ditandatangani tersebut akan memprioritaskan pada tiga sektor yakni teknologi informasi dan komunikasi, infratruktur dan green growth. Sebelumnya, pada periode tahun 2007-2009, total komitmen kerjasama keuangan yang dilakukan senilai US$ 149,9 juta (EDCF, 2007) Bantuan keuangan dalam kerangka Economic Development Cooperation Fund (EDCF) ini diberikan dalam kerangka kerjasama pembangunan guna membiayaipelaksanaan sejumlah proyek-proyek pembangunan di Indonesia dalam kurun waktu 2007-akhir 2009. Selama kurun waktu tersebut, Pemerintah Korea Selatan mengalokasikan bantuan pinjaman lunak sebesarUS$300.000.000,- (Rp.2,7 triliun) dan dapat ditingkatkan tidak lebih dari US$370.000.000,- (Rp.3,3 triliun). Saat ini hampir seluruh komoditas dan produk ekspor Indonesia mengalami kenaikan atau stabil di pangsa pasar. Ini menunjukkan bahwa produk Indonesia cukup kompetitif di pasar ASEAN. Namundalam persaingan komoditi unggulan untuk bersaing mendapatkan perhatian dari pasar Korea Selatan, produkproduk dari Indonesia masih memiliki daya saing yang cukup kuat. Hal tersebut terbukti dari meningkatnya permintaan impor komoditi-komoditi unggulan Indonesia dari Pasar di Korea Selatan. Sektor- sektor yang menjadi preferential treatment setelah menjalani kerja sama meningkat. Hal ini dilakukan dengan penghapusan tarif masuk. Dari sisi akses pasar, Indonesia akan dapat meningkatkan akses pasar ekspor Indonesia ke Korea Selatan seiring dengan implementasi penghapusan tarif masuk Korea Selatan secara bertahap yang terbagi dalam beberapa kategori penghapusan tarif: (1) Normal Track, (2) Sensitive List, dan (3) Highly Sensitive List.

III. KESIMPULANPerjanjian kerjasama ini ASEAN- Korea Free Trade Area (AKFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan Korea Selatan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak AKFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Korea Selatan. Teori yang cocok untuk menjelaskan hubungan kerja sama ini adalah teori Heckscher Ohlin dengan dalil Factor-Price Equalization Theorem, yaitu mengemukakan bahwa dengan asumsithe H-O model, maka perdagangan internasional yang bebas (free internasioanal trade) akan menyebabkan harga faktor produksi menjadi sama secara internasional. Kerjasama yang dilakukan ini saling menguntungkan untuk kedua negara, namun lebih menitikberatkan pada keuntungan Indonesia, karena dengan adanya kerjasama ini Indonesia mendapat banyak Investor, mendapat bantuan keuangan, dan keuntungan dalam meningkatkan teknologi negara kita. Untuk sektor-sektor yang menjadi perhatian dalam perjanjian ini meningkat, untuk sektor barang, dipermudah dalam melakukan perdagangan, untuk sektor jasa juga lebih dipermudah dan sektor investasi, yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Korea Selatan menanamkan investasi yang cukup besar untuk negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAArtikel berita tentang kerjasama Korea Selatan dengan Indonesia. http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=1009&detail=true. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.Daftar Investasi Korea Selatan di Indonesia. (20 Maret 2013)Donghyun, Park., Estrada, Innwon., B, Esther, Gemma. (2012): ASEAN Economic Bulletin. The Prospects of ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA): A Qualitative and Quantitative AnalysisGugler, Philippe; Chaisse, Julien, Competitiveness of the ASEAN Countries Corporate and Regulatory Drivers, Edward Elgar Publishing; October 2010, Hal:8.Salvatore, Dominick. 1996. Ekonomi Internasional, Terjemahan. Jakarta : Erlangga.Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa.Wikipedia. 2013. Perdagangan Internasional. http://id.wikipedia.org/ wiki/Perdagangan_internasional. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.

1