Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

34
IMPLEMENTASI REGULASI DAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL YANG EFEKTIF YANG MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERKEADILAN Oleh: DR. Wicipto Setiadi, SH.,MH. disampaikan pada Pertemuan Puncak Reformasi Birokrasi Nasional, Hotel JS Luwansa, Jakarta, 9 September 2014 1

description

Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Transcript of Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Page 1: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

IMPLEMENTASI REGULASI DAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL YANG EFEKTIF

YANG MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERKEADILAN

Oleh: DR. Wicipto Setiadi, SH.,MH.

disampaikan pada Pertemuan Puncak Reformasi Birokrasi Nasional,

Hotel JS Luwansa, Jakarta, 9 September 2014

1

Page 2: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

»PENDAHULUAN

• Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.

• Di Indonesia, regulasi diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki unsur-unsur : (Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011)

1 • Merupakan peraturan tertulis.

2 • Memuat norma hukum yang mengikat secara umum.

3

• Dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang.

4 • Disusun melalui prosedur tertentu yang telah ditentukan.

2

Page 3: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

» PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan

Perundang-undangan melalui tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,

pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. [Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011]

PERENCANAAN PENYUSUNAN PEMBAHASAN PENGESAHAN/

PENETAPAN PENGUNDANGAN

Partisipasi masyarakat/Penyebarluasan Penyebarluasan

3

Page 4: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

PERENCANAAN

UU

PP

PERPRES

PER UU LAINNYA

PERDA KAB/ KOTA PERDA

PROV

PERENCANAAN

PERENCANAAN

PERENCANAAN

Perencanaan Pembentukan UU dilakukan dengan instrumen PROGRAM LEGISLASI NASIONAL (PROLEGNAS)

Berisi skala prioritas program pembentukan Undang-Undang dalam rangka mewujudkan

sistem hukum nasional.

Sebagai arahan atau potret politik yang dijadikan dasar pijak untuk membuat

dan melaksanakan pembentukan hukum dalam mencapai tujuan negara.

Instrumen perencanaan pembentukan Undang-Undang yang disusun secara terencana,

terpadu dan sistematis.

4

Page 5: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Dalam konteks pembentukan peraturan perundang-undangan, Prolegnas berfungsi:

1

• Memberikan gambaran obyektif tentang kondisi umum dibidang pembentukan undang-undang.

2

• Menyusun skala prioritas penyusunan RUU sebagai program yang berkesinambungan dan terpadu sehingga dapat menjadi pedoman bagi lembaga yang berwenang membentuk undang-undang.

3

• Sebagai sarana untuk mewujudkan sinergi antarlembaga dalam pembentukan undang-undang.

4

• Sebagai deteksi dini untuk mencegah tumpang tindih peraturan perundang-undangan.

Penyusunan Prolegnas dilakukan secara:

1 • Terencana.

2 • Terpadu.

3 • Sistematis.

5

Page 6: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

1 • TERENCANA

Dimulai dengan perencanaan substansial yang didasarkan pada ketentuan Pasal 18 UU No. 12 Tahun 2011.

NO DASAR PENYUSUNAN PRIORITAS RUU DALAM PROLEGNAS

1 2

Perintah UUD NRI Tahun 1945; perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3 perintah Undang-Undang lainnya;

4 sistem perencanaan pembangunan nasional;

5 rencana pembangunan jangka panjang nasional;

6 rencana pembangunan jangka menengah;

7 rencana kerja pemerintah, rencana strategis DPR dan rencana strategis DPD; dan

8 aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

6

Page 7: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

2 • TERPADU

Koordinatif antara DPR dan Pemerintah maupun di internalnya masing-

masing.

Koordinator Prolegnas antara DPR & Pemerintah: BADAN LEGISLASI DPR. Koordinator Prolegnas di lingkungan DPR: BADAN LEGISLASI DPR. Koordinator Prolegnas di lingkungan Pemerintah: MENTERI HUKUM DAN HAM. Koordinator Prolegnas di lingkungan DPD : ALAT KELENGKAPAN DPD YANG MENANGANI LEGISLASI. (Pasal 21 UU No. 12 Tahun 2011) D P D

PROLEGNAS

PEMERINTAH D P R

MENTERI HUKUM & HAM BALEG ALAT KELENGKAPAN DPD YANG MENANGANI

LEGISLASI

7

Page 8: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

3 • SISTEMATIS

Dengan cara, metode dan syarat tertentu, baik di lingkungan DPR maupun Pemerintah.

PROLEGNAS

PROLEGNAS JANGKA MENENGAH

PROLEGNAS PRIORITAS TAHUNAN

• Penyusunan dan penetapan Prolegnas jangka menengah dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagai Prolegnas untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

(Ps. 20 ayat(5)) • Prolegnas jangka menengah dapat dievaluasi setiap akhir

tahun bersamaan dengan Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan. (Ps. 20 ayat(4))

• Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas jangka menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Undang-Undang tentang APBN.

(Ps. 20 ayat(5))

Periodisasi dalam penetapan prioritas Prolegnas berkorelasi erat dengan penentuan arah politik pembangunan

substansi hukum pada periode tersebut. 8

Page 9: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

» KOMPOSISI PROLEGNAS

2010 – 2014 «

9

Page 10: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

» PROLEGNAS JANGKA MENENGAH 2010-2014

Prolegnas Jangka Menengah 2010-2014 ditetapkan dengan Keputusan DPR No. 41 A/DPR RI/I 2009-2010. Terdapat 247 RUU dalam Prolegnas Jangka Menengah.

120 RUU 48,5 %

65 RUU 26,3 %

62 RUU 25,1 %

Jumlah tersebut menunjukkan heavy pembentukan undang-undang (legislasi) berada di pihak DPR sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

Sedangkan Presiden (pemerintah) “berhak” menjalankan fungsi legislasinya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

10

Page 11: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

84 RUU 34 % 105 RUU

42,5 %

58 RUU 23,4 %

11

Page 12: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

REALISASI PROLEGNAS JANGKA MENENGAH DALAM PROLEGNAS TAHUNAN

36 RUU 14,57 %

36 RUU 14,57 %

85 RUU 34,41 %

12

Page 13: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

13

Page 14: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

» EVALUASI PELAKSANAAN PROLEGNAS «

14

Page 15: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Beberapa Persoalan Prolegnas dalam Pelaksanaannya

• Persoalan kualitas.

• Persoalan kuantitas.

• Persoalan prosedur.

15

Page 16: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Persoalan Kualitas RUU

• Disharmoni antar Rancangan PUU (vertikal dan horizontal), mulai dari sumber hukum Pancasila sampai tingkat paling bawah dalam hierarkhi PUU.

• Ada kecenderungan proses harmonisasi baru dilakukan pada saat penyusunan rancangan PUU, idealnya sudah dimulai sejak perencanaan.

• Tidak integral dengan RPJP, RPJMN dan RKP.

16

Page 17: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

17

RPJM 4 (2020-2024)

RPJM 1 (2005-2009)

Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

RPJM 2 (2010-2014)

Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian.

RPJM 3 (2015-2019)

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek.

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

TAHAPAN PEMBANGUNAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL (RPJPN) 2005-2025

17 17

Page 18: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

• Masalah lain yang mempengaruhi persoalan kualitas Rancangan Peraturan Perundang-undangan: Keinginan VS Kebutuhan. tdk. sinkron

Kualitas Penelitian/Pengkajian.

Penentuan Prioritas dalam Prolegnas.

Kualitas Naskah Akademik.

Partisipasi masyarakat.

Egosektoral lembaga.

Ego kedaerahan.

18

Page 19: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Persoalan Kuantitas

Ternyata rasio kemampuan pembahasan RUU di DPR tidak seimbang:

• Capaian Prolegnas Jangka Menengah 2005-2009:

- Dari 284 RUU daftar Prolegnas 2005-2009 hanya 54 UU (19% ) yang disahkan menjadi UU;

- Ditambah 67 UU yang merupakan Daftar kumulatif Terbuka (DKT) yaitu terdiri dari: 46 UU pemekaran daerah otonom, 5 UU pembentukan Pengadilan Tinggi, 16 UU Ratifikasi Perjanjian Internasional/Konvensi.

kekuatan pembahasan RUU di DPR jika dihitung rata-rata sekitar 20-25 RUU per tahun.

19

Page 20: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

• Capaian Prolegnas Jangka Menengah 2010-2014:

- Jumlah RUU sebanyak 247 RUU dan 11 RUU tambahan = 258 RUU.

- Hingga awal November 2013 baru sekitar 40 RUU dari 256 judul RUU yang telah menjadi UU (15,6%)

- Ditambah 36 UU Daftar Kumulatif Terbuka, terdiri dari: 11 UU Pengesahan Ratifikasi Perj. /Konvensi Internasional, 11 UU terkait APBN dan 14 UU Pembentukan Daerah Otonom.

Kekuatan pembahasan RUU di DPR jika dihitung rata-rata sekitar 19-20 RUU per tahun.

20

Page 21: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Capaian Prolegnas Prioritas Tahun 2013

- Jumlah RUU Prolegnas Prioirtas 2013 sebanyak 70 RUU dan 5 RUU Tambahan,

total: 75 RUU. - Dari 75 RUU hingga awal November 2013, baru 6 RUU (%) yang disahkan

menjadi UU yaitu: UU No. 9 Tahun 2013 ttg. Pemberantasan Pendanaan Terorisme,; UU No. 17 Tahun 2013 ttg. Ormas; UU No. 18 Tahun 2013 ttg. Pemberantasan Perusakan Hutan; UU No. 19 Tahun 2013 ttg. Perlindungan dan Pemberdayaan Petani; UU No. 20 Tahun 2013 ttg. Pendidikan Kedokteran; dan UU No. 21 Tahun 2013 ttg. Keantariksaan.

- Di tambah 1 UU yang yang merupakan Prolegnas Prioritas Tahun 2012 (yaitu UU No.1 Tahun 2013 ttg. Lembaga Keuangan Mikro).

- Ditambah 13 UU daftar Kumulatif terbuka (DKT), terdiri dari: 10 UU

Pembentukan Daerah Otonom, 1 UU RAPBN, 2 UU Ratifikasi Perjanjian Internasional.

21

Page 22: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Catatan:

• Data tersebut menunjukan bahwa eskalasi jumlah RUU terus bertambah dari tahun ke tahun.

• Salah satu penyebabnya adalah mekanisme Prolegnas yang berjalan secara bottom up, yaitu dengan menginventarisir kebutuhan peraturan perundang-undangan Kementerian/LPNK.

• Secara empirik menunjukkan ada kecenderungan masing-masing Kementerian/LPNK untuk terus membentuk Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut tugas dan fungsinya tanpa dibarengi dengan evaluasi yang ada (existing law).

• Kondisi yang terjadi tingkat pusat tersebut juga terjadi di tingkat daerah.

• Dampaknya adalah over regulated, tumpang tindih, disharmoni di antara peraturan perundang-undangan tersebut. Jika tidak segera diatasi kondisi seperti ini tidak kondusif bagi kehidupan bernegara.

22

Page 23: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

• Konsep Rancangan PerPres pelaksanaan UU No. 12 Tahun 2011 yang mengubah mekanisme penyusunan Prolegnas Jangka Menengah dimaksudkan untuk dapat mengendalikan persoalan over regulated.

23

Page 24: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Beberapa perubahan konsep mekanisme Penyusunan Prolegnas dalam Rancangan PerPres tersebut di antaranya:

1. Ketentuan yang mengatur bahwa daftar prolegnas jangka

menengah akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan yang integral dengan perencanaan pembangunan nasional (RPJMN), didasarkan oleh hasil penelitian dan pengkajian yang merekomendasikan pembentukan atau perubahan undang-undang;

24

Page 25: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

2. Ketentuan yang mengatur bahwa rancangan awal Prolegnas Jangka Menengah disiapkan oleh Menteri Hukum dan HAM berkoordinasi dengan 5 (lima) Kementerian inti, yaitu:

• Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional/Kepala Bappenas;

• Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara;

• Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan; dan

• Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri.

25

Page 26: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

3. Ketentuan yang mengatur bahwa rancangan awal Prolegnas jangka menengah berupa daftar RUU atau arah kerangka regulasi .

26

Page 27: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Artinya ada perubahan mekanisme penyusunan Prolegnas jangka menangah, yaitu :

Semula bottom up

(inventarisasi daftar kebutuhan/keinginan dari masing2 Kementerian/Lembaga)

Menjadi top down,

(penentuan kebutuhan RUU atau arah kerangka regulasi yang disusun oleh oleh 5 (lima) Kementerian inti)

27

Page 28: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Persoalan Prosedur

Masih ada yang tidak melalui prosedur sebagaimana mestinya, seperti:

• Masih ada RUU yang masuk daftar prioritas namun belum memenuhi

syarat teknis;

• Ada kecenderungan keinginan (Pemerintah maupun DPR) untuk mengajukan pembahasan RUU non Prolegnas melalui mekanisme penambahan Prolegnas Prioritas;

• Pengajuan RUU di luar Prolegnas dalam praktek pelaksanaannya menimbulkan persoalan, khususnya mengenai sumirnya batasan terminologi “urgensi nasional” dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) huruf b UU No. 12 Tahun 2011.

28

Page 29: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

20/11/2013 29

» KONSEP REFORMASI REGULASI «

Page 30: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Simplifikasi regulasi Rekonseptualisasi tata cara pembentukan

2. 1.

3.

Rekonstruksi kelembagaan pembentuk regulasi

4. Penguatan/Pemberdayaan

SDM di Bidang Perencanaan Regulasi

Konsep reformasi regulasi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam peraturan perundang-undangan terdiri dari langkah-langkah:

30

Page 31: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Keterangan:

• Bagi pelaksanaan Prolegnas, keempat langkah tersebut akan dapat membantu mewujudkan perencanaan penyusunan UU yang terencana, terpadu dan sistematis.

• Yang dapat dilakukan dalam waktu yang relative dekat dan dianggap urgent saat ini adalah simplifikasi regulasi.

31

Page 32: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

• Simplifikasi regulasi diharapkan dapat mengatasi persoalan kuantitas regulasi.

Untuk itu perlu didorong kepada Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk melakukan evaluasi terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait tugas dan fungsi masing-masing K/L. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk melakukan reformasi regulasi yang arahnya mengeliminir dampak dari over regulated, tumpang tindih, disharmoni di antara peraturan perundang-undangan.

32

Page 33: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Untuk mewujudkan outcome dari simplifikasi regulasi , yaitu

terbangunnya sistem regulasi nasional yang sederhana dan tertib, maka perlu kiranya terlebih dahulu disusun konsep kerangka regulasi yang proporsional dengan sistem ketatanegaraan saat ini dan dikaitkan dengan sektor-sektor pembangunan nasional.

33

Page 34: Panel 1.1 - Kemenkuhmham (Wicipto)

Terima Kasih

34