Panduan Praktis Penataan kelembagaan sistem Pengelolaan...

86
PANDUAN PRAKTIS PENATAAN KELEMBAGAAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 2015 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Transcript of Panduan Praktis Penataan kelembagaan sistem Pengelolaan...

Panduan Praktis Penataan kelembagaan sistem PengelolaanPersamPahan

2015KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYADIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Penanggung Jawab:

• m. maliki moersid

Penyusun:

• susi mds simanjuntak

• nyimas nina indrasari

• Puji setiyowati

• nurul madina

• endang setyaningrum

• kati andraini darto

• lutvi hastowo

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

i

PANDUAN PRAKTIS PENATAAN KELEMBAGAAN SISTEM PENGELOLAANPERSAMPAHAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYADIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

ii

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

i

Kata Pengantar

Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan ini disusun dengan maksud sebagai salah satu bahan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan dan

mengembangkan kelembagaan pengelola bidang persampahan di daerah.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan masyarakat, termasuk penyediaan akses dan pelayanan persampahan, maka disamping infrastruktur diperlukan suatu lembaga pengelola yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Mengingat tantangan yang cukup besar dimasa mendatang, serta tuntutan kinerja yang lebih tinggi, maka lembaga pengelola persampahan perlu bekerja dengan lebih terarah dan fokus. Untuk itu, diharapkan fungsi regulator dan operator dapat dipisahkan, sehingga mampu memberikan pelayanan persampahan secara lebih baik.

Akhir kata, kami berharap pedoman ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelembagaan pengelola persampahan di daerah serta mendorong kinerja pengelolaan persampahan secara keseluruhan.

Jakarta, 30 April 2015

Direktur Pengembangan PLP

Ir. M. Maliki Moersid, MCP

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

ii

Istilah dan Singkatan

Dalam buku panduan ini, yang dimaksud dengan:

a. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki daerah

b. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

c. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

d. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

e. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

f. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.

g. Stasiun Peralihan antara (SPA), adalah sarana pemindahan dari alat angkut kecil ke alat angkut lebih besar dan diperlukan untuk kabupaten/

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

iii

kota yang memiliki lokasi TPA berjarak lebih dari 25 km yang dapat dilengkapi dengan fasilitas pengolahan sampah.

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

iv

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................

Istilah dan Singkatan ........................................................................................................

Daftar Isi ................................................................................................................................

Daftar Tabel ..........................................................................................................................

Daftar Gambar ....................................................................................................................

Bab I. Pendahuluan ..........................................................................................................

I.1 Latar belakang ...............................................................................................

I.2 Tujuan ...............................................................................................................

I.3 Peraturan Terkait Persampahan ...............................................................

I.4 Pengelolaan Sampah Secara Umum ......................................................

Bab II. Bentuk Dan Struktur Lembaga Pengelola Persampahan ......................

II.1 Urusan Pemerintahan ..................................................................................

II.2 Bentuk dan Struktur Organisasi Pengelola Persampahan ..............

II.2.1 Bentuk Organisasi Pengelola Persampahan ..............................

II.2.2 Struktur Organisasi Pengelola Persampahan ............................

II.3 Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan .............................

II.3.1 Pembagian Peran Operator dan Regulator ................................

II.3.2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) .............................................

II.3.3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD ..............

II.3.4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ...............................................

II.3.5 Kerjasama Daerah ...............................................................................

i

ii

iv

vi

vii

1

1

2

2

5

13

13

19

19

20

25

25

26

27

29

32

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

v

Bab III. Tugas dan Fungsi ............................................................................................

Bab IV. Tenaga Pengelola Persampahan ...............................................................

IV.1 Kebutuhan SDM Pengelolaan Sampah ......................................

IV.2 Jabatan Fungsional ............................................................................

Bab V. Tahapan Penataan Kelembagaan Persampahan Di Daerah ...........

V.1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan ...............................................................

V.2 Penyempurnaan Tugas Fungsi dan Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas ...................................................................

V.2.1 Penyempurnaan Tugas dan Fungsi .............................

V.2.2 Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas. .............

Lampiran ..........................................................................................................................

Contoh Peraturan Kepala Daerah Tentang Pembentukan UPTD ...........

35

41

41

43

45

45

47

47

49

51

52

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

vi

Daftar Tabel

Tabel 1. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Sub Urusan Persampahan .......................................................

Tabel 2. Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan Persampahan .............................................................................................

Tabel 3. Contoh Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator .......

Tabel 4. Contoh Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah Pengelola Persampahan ........................................................................

Tabel 5. Contoh Uraian Pekerjaan Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan .............................................................................................

Tabel 6. Contoh Kebutuhan Personil Terkait Komponen Kegiatan Pengelolaan Sampah .............................................................................

16

17

35

36

37

41

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

vii

Daftar Gambar

Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah ....................................................

Gambar 2. Kegiatan Pengelolaan Sampah ......................................................

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah ..........................

Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah .....................

Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah ..........................................................

Gambar 6. Para Pihak Yang Melakukan Pengolahan Sampah....................

Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan

Pemerintahan ........................................................................................

Gambar 8. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Dinas .......

Gambar 9. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Bidang

dari Dinas ................................................................................................

Gambar 10. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Seksi dari Dinas ...............................................................................................

Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu Tugas Seksi ............................................................................................

Gambar 12. Contoh Struktur Organisasi dengan UPTD Sebagai

Operator .................................................................................................

Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD .........................

Gambar 14. Mekanisme Pengajuan BLUD ..........................................................

Gambar 15. Bentuk Perusahaan Daerah ..............................................................

Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah

Kebersihan .............................................................................................

Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub

Urusan Persampahan ........................................................................

5

6

7

8

9

10

15

21

22

23

24

27

28

29

30

31

45

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

viii

Gambar 18. Langkah Penyempurnaan Uraian Tugas ......................................

Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan Walikota/ Bupati ...................................................................................

49

50

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

1

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pengelolaan persampahan mulai dari pengumpulan hingga pemrosesan akhir perlu dilakukan dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan peran dari institusi/lembaga pengelola yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan dalam melakukan pengelolaan sampah.

Sejak penerapan otonomi daerah, institusi/ lembaga yang mengelola per-sampahan di daerah cukup beragam, diantaranya:

• Dinas Kebersihan dan Pertamanan,• Dinas Pekerjaan Umum, • Dinas Cipta Karya• Badan Lingkungan Hidup,• Kantor Kebersihan,• PD. Kebersihan, atau• UPTD TPA

Selain keberagaman institusi pengelola persampahan, permasalahan kelembagaan yang sering ditemukan di daerah antara lain:

• Uraian tugas dan fungsi dari lembaga yang berwenang dalam persampahan seringkali kurang spesifik,

• Beberapa Kabupaten/Kota belum melakukan pembagian peran antara regulator dan operator dalam pengelolaan sampah,

• Beberapa Kabupaten/Kota perlu dukungan dalam penyediaan peraturan daerah terkait pengelolaan persampahan termasuk penerapan hukumnya,

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

2

• Ketersediaan dan dukungan SDM yang tepat untuk melakukan seluruh tugas pengelolaan persampahan.

Panduan praktis penataan kelembagaan persampahan ini menyajikan berbagai aspek dalam penataan kelembagaan, yang meliputi:

• Bentuk dan alternatif struktur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berwenang dalam sub urusan persampahan,

• Pembentukan UPTD sebagai langkah pemisahan peran operator dan regulator,

• Penyempurnaan tugas fungsi operator dan regulator,

• Kebutuhan personil pada setiap komponen kegiatan layanan persampahan.

1.2 Tujuan

Panduan praktis penataan kelembagaan pengelolaan persampahan ini disusun sebagai panduan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menata kelembagaan pengelola persampahan di daerah.

1.3 Peraturan Terkait Persampahan

Berikut ini peraturan terkait pengelolaan persampahan:

a. Undang-Undang

• Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

• Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

• Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

• Undang - Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

• Undang - Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

3

• Undang - Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

• Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,

• Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

• Undang - Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

• Undang - Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

b. Peraturan Pemerintah

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara,

• Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No 25/2009 tentang Pelayanan Publik,

• Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

• Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan PP No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU,

• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah,

• Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah,

• Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

c. Peraturan Presiden

• Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaaan Air Minum dan Sanitasi,

• Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

4

d. Peraturan Menteri

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah,

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,

• Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas No. 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota,

• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD,

• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/02/M.PAN/1/2007 tentang Pedoman Organisasi di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan PPK BLUD,

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

5

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

1.4 Pengelolaan Sampah Secara Umum

Pengelolaan sampah mengalami perubahan paradigma, dari orientasi kumpul, angkut dan buang menjadi lebih berorientasi kepada pengurangan sampah semaksimal mungkin di sumber sebelum diangkut ke TPA. Sehingga, rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpu pada proses di TPA tetapi banyak menekankan pengelolaan dari sumber sampah. Dengan harapan telah terjadi pemilahan sampah dari awal, kemudian dilanjutkan dengan proses daur ulang menjadi barang yang bermanfaat, dan akhirnya hanya residu atau sisa sampah saja yang diangkut ke TPA.

Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah

Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa: “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk HukumDaerah,

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan PrasaranaDan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah SejenisSampah Rumah Tangga,

• Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas No. 3 Tahun2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalamPenyediaan Infrastruktur,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur diLingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota,

• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 12 Tahun2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana,

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah,• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara

Kerjasama Daerah,• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Keuangan BLUD,• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/02/M.PAN/1/2007 tentang Pedoman

Organisasi di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan PPK BLUD,• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi

Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

I.4 Pengelolaan Sampah Secara Umum

Pengelolaan sampah mengalami perubahan paradigma, dari orientasi kumpul, angkut danbuang menjadi lebih berorientasi kepada pengurangan sampah semaksimal mungkin disumber sebelum diangkut ke TPA. Sehingga, rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpupada proses di TPA tetapi banyak menekankan pengelolaan dari sumber sampah. Denganharapan telah terjadi pemilahan sampah dari awal, kemudian dilanjutkan dengan proses daurulang menjadi barang yang bermanfaat, dan akhirnya hanya residu atau sisa sampah sajayang diangkut ke TPA.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 3 | H a l a m a n

Para

dig

ma

la

ma

Para

dig

ma

ba

ru

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

6

menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”. Pengelolaan sampah secara umum dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 2. Kegiatan Pengelolaan Sampah

Kegiatan penanganan sampah meliputi:

1. Pemilahan

Pemilahan merupakan bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, antara lain kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obatobatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, dan peralatan elektronik rumah tangga

b. sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti sampah makanan dan serasah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah

Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa: “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”. Pengelolaan sampah secara umum dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 2. Kegiatan Pengelolaan Sampah

Kegiatan penanganan sampah meliputi:

1. Pemilahan

Pemilahan merupakan bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, antara lain kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obatobatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, dan peralatan elektronik rumah tangga

b. sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti sampah makanan dan serasah

c. sampah yang dapat digunakan kembali, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng.

d. sampah yang dapat didaur ulang, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembalisetelah melalui proses pengolahan antara lain sisa kain, plastik, kertas, dan kaca.

e. sampah lainnya, merupakan residu.

Pengurangan Sampah,meliputi kegiatan:

a. pembatasantimbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah; dan/atau

c. pemanfaatan kembali sampah

Pengelolaan Sampah

Penanganan Sampah,meliputi kegiatan:

a. pemilahanb. pengangkutanc. pengolahand. pemrosesan akhir

sampah

4 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

7

c. sampah yang dapat digunakan kembali, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng.

d. sampah yang dapat didaur ulang, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan antara lain sisa kain, plastik, kertas, dan kaca.

e. sampah lainnya, merupakan residu.

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna

1 Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:

No Jenis Sampah Label Warna1 Sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun

SAMPAH B3 Merah

2 Sampah yang mudah terurai

SAMPAH ORGANIK Hijau

3 Sampah yang dapat digunakan kembali

SAMPAH GUNA ULANG Kuning

4 Sampah yang dapat didaur ulang

SAMPAH DAUR ULANG Biru

5 Sampah lainnya RESIDU Abu-abu

Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Sampah B3 (bahan beracun berbahaya)Lampu Neon, Film, Baterei,Kaset, Disket, Racun Serangga dll

Sampah OrganikSisa makanan,Tulang, Duri, Daun Kering, Daging dll

Sampah Guna UlangBotol kaca atau plastik, kaleng makanan dan minuman dll

Sampah Daur UlangKardus, Karton makanan dan minuman, koran bekas,buku bekas

Sampah ResiduPembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok, permen karet, dll

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 5 | H a l a m a n

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

8

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e) jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup. Pemilahan dan dilakukan oleh:

Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah

2. Pengumpulan

Pengumpulan merupakan bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPST. Jenis sarana pengumpulan sampah dapat berupa:

a. motor sampah;b. gerobak sampah; dan/atauc. sepeda sampah

3. Pengangkutan

Pengangkutan adalah membawa sampah dari sumber dan/atau dari TPS atau dari TPST menuju ke TPA. Sarana pengangkutan sampah dapat berupa:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah

2. Pengumpulan

Pengumpulan merupakan bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPST. Jenis sarana pengumpulan sampah dapat berupa:

a. motor sampah;

b. gerobak sampah; dan/atau

c. sepeda sampah

3. Pengangkutan

Pengangkutan adalah membawa sampah dari sumber dan/atau dari TPS atau dari TPSTmenuju ke TPA. Sarana pengangkutan sampah dapat berupa:

a. dump truck/tipper truck;

b. armroll truck;

c. compactor truck;

d. trailer truck, dan

e. street sweeper vehicle

Berikut gambar contoh alat angkut sampah:

6 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

9

a. dump truck/tipper truck;b. armroll truck;c. compactor truck;d. trailer truck, dane. street sweeper vehicle

Berikut gambar contoh alat angkut sampah:

Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

e) street sweeper vehicle

Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah

Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah kota/ kabupaten dalam melakukan pengangkutan sampah:

a. menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidak mencemari lingkungan.

b. melakukan pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST.

c. dapat menyediakan stasiun peralihan antara.

d. dapat mengusulkan kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan stasiun peralihan antara dan alat angkutnya, dalam hal dua atau lebih kabupaten/kota melakukan pengolahan sampah bersama dan memerlukan pengangkutan sampah lintas kabupaten/kota.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 7 | H a l a m a n

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

10

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

4. Pengolahan Sampah

Pengolahan merupakan bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah,melalui kegiatan:

a. pemadatan;

b. pengomposan;

c. daur ulang materi; dan

d. mengubah sampah menjadi sumber energi

Pengolahan sampah:

Gambar 6. Para Pihak Yang Melakukan Pengolahan Sampah

5. Pemrosesan Akhir

Pemrosesan akhir sampah merupakan bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Pemrosesan aknir sampah dilakukan dengan metode:

a. metode lahan urug terkendali;

b. metode lahan urug saniter; dan/atau

c. teknologi ramah lingkungan

Pemrosesan akhir sampah di TPA meliputi kegiatan:

a. Penimbunan/ pemadatan;

b. Penutupan tanah;

c. Pengolahan lindi; dan

d. Penanganan gas.

8 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah kota/ kabupaten dalam melakukan pengangkutan sampah:

a. menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidak mencemari lingkungan.

b. melakukan pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST.

c. dapat menyediakan stasiun peralihan antara.

d. dapat mengusulkan kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan stasiun peralihan antara dan alat angkutnya, dalam hal dua atau lebih kabupaten/kota melakukan pengolahan sampah bersama dan memerlukan pengangkutan sampah lintas kabupaten/kota.

4. Pengolahan Sampah

Pengolahan merupakan bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, melalui kegiatan:

a. pemadatan;b. pengomposan;c. daur ulang materi; dand. mengubah sampah menjadi sumber energi

Pengolahan sampah:

Gambar 6. Para Pihak Yang Melakukan Pengolahan Sampah

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

11

5. Pemrosesan Akhir

Pemrosesan akhir sampah merupakan bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Pemrosesan aknir sampah dilakukan dengan metode:

a. metode lahan urug terkendali;b. metode lahan urug saniter; dan/atauc. teknologi ramah lingkungan

Pemrosesan akhir sampah di TPA meliputi kegiatan:

a. Penimbunan/ pemadatan;b. Penutupan tanah;c. Pengolahan lindi; dand. Penanganan gas.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

12

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

13

Bab II. Bentuk Dan Struktur Lembaga

Pengelola Persampahan

Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai berbagai aspek yang perlu diperhatikan terkait kewenangan daerah, bentuk dan struktur lembaga pengelola yang menangani sub urusan persampahan di daerah.

II. 1 Urusan Pemerintahan

Sesuai Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Urusan Pemerintahan terdiri atas :

a. Urusan pemerintahan absolut, yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

b. Urusan pemerintahan konkuren, yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.

c. Urusan pemerintahan umum, yaitu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terbagi atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

a. Urusan Pemerintahan Wajib terbagi atas:

• Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar, yang meliputi:

- pendidikan;- kesehatan;

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

14

- pekerjaan umum dan penataan ruang;- perumahan rakyat dan kawasan permukiman;- ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan- sosial.

• Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar, yang meliputi:

- tenaga kerja;- pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;- pangan;- pertanahan;- lingkungan hidup;- administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;- pemberdayaan masyarakat dan Desa;- pengendalian penduduk dan keluarga berencana;- perhubungan;- komunikasi dan informatika;- koperasi, usaha kecil, dan menengah;- penanaman modal;- kepemudaan dan olah raga;- statistik;- persandian;- kebudayaan;- perpustakaan; dan- kearsipan.

b. Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:

- kelautan dan perikanan;- pariwisata;- pertanian;- kehutanan;

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

15

- energi dan sumber daya mineral;- perdagangan;- perindustrian; dan- transmigrasi.

Urusan pemerintahan tersebut di atas, terbagi menjadi beberapa sub urusan. Gambar berikut menjelaskan sub urusan persampahan dalam urusan pemerintahan:

Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan Pemerintahan

Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar (dalam hal ini urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang). Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan Pemerintahan

Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar (dalam hal ini urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang). Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang).

Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota terkait persampahan, berdasarkan UU 23 Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Urusan Pemerintahan Absolut

Urusan Pemerintahan Konkuren Urusan Pemerintahan Umum

Urusan Wajib Urusan Pilihan

Urusan Wajib Berkaitan dengan pelayanan dasar

Urusan Wajib Tidak Berkaitan dengan pelayanan dasar

Urusan Pemerintahan

• Sumber Daya Air • Air Minum • Persampahan• Air Limbah• Drainase • Permukiman

• Bangunan Gedung • Penataan Bangunan & Lingkungannya• Jalan• Jasa Konstruksi• Penataan Ruang

Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 11 | H a l a m a n

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

16

No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang).

Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota terkait persampahan, berdasarkan UU 23 Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Sub Urusan Persampahan

Pemerintahan Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/Kota

a. Penetapan pengembangan sistem pengelolaan

persampahan secara nasional.b. Pengembangan sistem

pengelolaan persampahan lintas Daerah Provinsi dan sistem pengelolaan persampahan untuk kepentingan strategis nasional.

Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan regional.

Pengembangan sistem d a n pengelola a n persampahan dalam Daerah Kabupaten/Kota.

Sumber: UU 23/ 2014

Untuk melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintah daerah membentuk organisasi perangkat daerah (Satuan Kerja Perangkat Daerah/ SKPD) yang mewadahi tugas dan fungsi pelaksanaan sub urusan persampahan. Dalam mengoptimalkan pelayanan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional, Pemerintah Daerah dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas(UPTD) di bawah SKPD yang membidangi sub urusan persampahan.

UPTD bukan satu-satunya pelaksana fungsi operator. Pelaksana operator dapat berupa: (disesuaikan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah)

• UPTD PPK BLUD (UPTD dengan penerapan pola keuangan badan layanan umum)

• BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

17

Berikut perbandingan antara SKPD/ UPTD, UPTD-PPK BLUD dan BUMD sebagai penyelenggara layanan (operator) persampahan:

Tabel 2. Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan Persampahan

Aspek SKPD/ UPTD UPTD-PPKBLUD BUMD

Pendapatan Masuk Kas Umum Daerah

Masuk Rek Kas BLUD Masuk Rek Kas BUMD

Tidak boleh langsung digunakan

Boleh langsung digunakan

Boleh langsung digunakan

APBD Bukanmerupakan Pendapatan

APBD merupakan pendapatan

APBD merupakan “Penyertaan Modal”

APBD merupakan kewajiban PEMDA

Kewajiban PEMDA masih ada

Tidak tergantung APBD

Penetapan Kelembagaan

SKPD ditetapkan melalui PERDA

UPTD ditetapkan melalui Peraturan Walikota/ Bupati

Penetapan PPK-BLUD dengan Keputusan Walikota/ Bupati

PERDA

Belanja Tidak boleh melebihi PAGU

Boleh melebihi PAGU (ada ambang batas), tercantum dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dan DIPA

Diatur sendiri

Utang &Piutang

Tidak Boleh melakukan utang & piutang

Boleh melakukan Utang & piutang, - pinjaman jangka panjang dengan persetujuan Walikota/ Bupati

Boleh melakukan utang dan piutang

Investasi Tidak boleh melakukan investasi

Boleh melakukan investasi,

Investasi jangka panjang dengan persetujuan Walikota/ Bupati

Boleh melakukan investasi

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

18

Aspek SKPD/ UPTD UPTD-PPKBLUD BUMD

Pengadaan Barang dan Jasa

Perpres 54/ 2010 dengan perubahannya

Dapat tidak dengan Perpres 54/ 2010, untuk pendapatan non APBD

Diatur sendiri

Pengelolaan barang

Tidak boleh menghapus Aset

Boleh menghapus aset tidak tetap, penghapusan aset tetap mengikuti peraturan yang belaku

Diatur sendiri, dengan tetap mengikuti peraturan

Pegawai PNS Boleh PNS dan Non PNS, Non PNS sesuai kebutuhan dan profesionalisme

NON PNS, sesuai kebutuhan dan profesionalisme

Dewan Pengawas

Tidak ada Dewan Pengawas

Dimungkinkan ada Dewan Pengawas, tergantung Aset/ Omset

Badan Pengawas

Remunerasi Mengikuti penggajian PNS, bersumber APBD

Sesuai tanggungjawab & capaian kinerja, PNS bersumber APBD dan jasa layanan, Non PNS bersumber dari jasa layanan

Diatur tersendiri, bersumber dari jasa layanan

Tarif/ retribusi

PERDA Peraturan Walikota/ Bupati

Peraturan Walikota/ Bupati

Laporan Ke-uangan

Standar Akutansi Pemerintahan (SAP)

SAP dan SAK Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Bagian laporan keuangan SKPD/ PEMDA

Bagian laporan keuangan SKPD/ PEMDA

Dilampirkan dalam laporan keuangan PEMDA

Penjelasan lebih lanjut tentang pembagian peran regulator dan operator, serta berbagai bentuk lembaga penyelenggara layanan persampahan akan dibahas pada sub bab II.2 dan II.3.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

19

II. 2 Bentuk dan Struktur Organisasi Pengelola Persampahan

II. 2. 1 Bentuk Organisasi Pengelola Persampahan

Untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, termasuk sub urusan persampahan, pemerintah daerah dapat membentuk dinas. Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengklasifikasikan tipe dinas menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. Dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan

c. Dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

Penentuan besar atau kecilnya beban kerja didasarkan pada :

• Jumlah penduduk• Luas wilayah• Besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah, dan• Kemampuan keuangan daerah

Berdasarkan UU 23/2014 pasal 211 ayat (1) dan ayat (2), Pembinaan dan pengendalian penataan Perangkat Daerah dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk Daerah kabupaten/kota. Nomenklatur Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

20

Dinas sebagai organisasi perangkat daerah, merupakan unsur pelaksana otonomi yang memiliki wewenang dalam sub urusan persampahan di daerah. Dinas berperan sebagai penyelenggara layanan persampahan (operator) maupun berperan mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, serta melakukan pengawasan dan pengendalian penyelengaraan layanan persampahan di daerah (regulator). Pada Dinas yang melaksanakan peran regulator dan operator pelaksanaan pengelolaan sampah dirasakan menjadi kurang efektif, karena beban kerja Dinas menampung beberapa urusan sehingga penanganan pelayanan persampahan dapat menjadi tidak optimal, termasuk juga aspek pendanaan yang kadang kurang mencukupi.

II. 2. 2 Struktur Organisasi Pengelola Persampahan

Urusan persampahan pada PP 41 Tahun 2007 dikelompokkan pada rumpun bidang pekerjaan umum. Daerah diberi kebebasan untuk menata kelembagaannya sendiri, selama masih mengacu kepada peraturan yang berlaku. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah tidak menentukan jenis perangkat daerah masing-masing daerah, namun menjelaskan bahwa pembentukannya disesuaikan dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing, dengan mengikuti perumpunan urusan-urusan wajib dan pilihan.

Karena itu, semakin besar kebutuhan daerah atas penanganan urusan persampahan, maka sebaiknya semakin tinggi posisi jabatan yang mengurusnya. Contohnya, persampahan diposisikan sebagai dinas tersendiri (umumnya menggunakan nama Dinas Kebersihan). Ada juga daerah yang merumpunkannya ke dalam suatu dinas tertentu (misalnya dalam Dinas Cipta Karya), dengan urusan persampahan setingkat Kepala Bidang. Dan ada yang menempatkannya dalam posisi Kepala Seksi/Subbidang.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

21

Berikut beberapa bentuk struktur organisasi yang menangani sub urusan persampahan:

a. Sub urusan persampahan menjadi dinas tersendiri (eselon 2)

Struktur paling maksimal adalah Dinas yang menjalankan sub urusan persampahan secara independen/ tidak digabung dengan urusan pemerintah daerah yang lain, sebagai contoh adalah Dinas Kebersihan yang menjalankan fungsi layanan pengelolaan sampah. Hal ini berlaku, bila kondisi daerah membutuhkannya dan pemerintah darah memiliki kapasitas yang memadai.

Gambar 8. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Dinas

Nomenklatur perangkat daerah yang digunakan pada gambar di atas hanya contoh, pemerintah daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

16 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Karena itu, semakin besar kebutuhan daerah atas penanganan urusan persampahan, maka sebaiknya semakin tinggi posisi jabatan yang mengurusnya. Contohnya, persampahan diposisikan sebagai dinas tersendiri (umumnya menggunakan nama Dinas Kebersihan). Ada juga daerah yang merumpunkannya ke dalam suatu dinas tertentu (misalnya dalam Dinas Cipta Karya), dengan urusan persampahan setingkat Kepala Bidang. Dan ada yang menempatkannya dalam posisi Kepala Seksi/Subbidang.

Berikut beberapa bentuk struktur organisasi yang menangani sub urusan persampahan:

a. Sub urusan persampahan menjadi dinas tersendiri (eselon 2) Struktur paling maksimal adalah Dinas yang menjalankan sub urusan persampahan secara independen/ tidak digabung dengan urusan pemerintah daerah yang lain, sebagai contoh adalah Dinas Kebersihan yang menjalankan fungsi layanan pengelolaan sampah. Hal ini berlaku, bila kondisi daerah membutuhkannya dan pemerintah darah memiliki kapasitas yang memadai.

Gambar 8. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Dinas

Nomenklatur perangkat daerah yang digunakan pada gambar diatas hanya contoh, pemerintah daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

SEKSI

SEKSI

SEKSI SEKSI

KEPALA DINAS KEBERSIHAN KEPALA DINAS

KEBERSIHAN/PERSAMPAHAN

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

22

b. Sub urusan persampahan berada pada setingkat Bidang (eselon 3).

Gambar 9. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Bidang dari Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Namun, sebaiknya istilah ‘persampahan’ tetap digunakan, mengingat urusan pemerintahan ini disebutkan di dalam UU 23/ 2014.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 17 | H a l a m a n

b. Sub urusan persampahan berada pada setingkat Bidang (eselon 3).

Gambar 9. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Bidang dari Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Namun, sebaiknya istilah „persampahan‟ tetap digunakan, mengingat urusan pemerintahan ini disebutkan di dalam UU 23/ 2014.

KEPALA DINAS CIPTA KARYA

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG PERSAMPAHAN

SEKSI PENGURANGAN &

PEMILAHAN

SEKSI PENGOLAHAN & PEMROSESAN

AKHIR

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

SEKSI

SEKSI PENGUMPULAN & PENGANGKUTAN

SEKSI SEKSI

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

23

c. Sub urusan persampahan berada pada setingkat seksi (eselon 4)

Sub Urusan Persampahan dilaksanakan setingkat Seksi di bawah bidang dalam suatu dinas.

Gambar 10. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Seksi dari Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Namun, sebaiknya istilah ‘persampahan’ tetap digunakan, mengingat urusan pemerintahan ini disebutkan di dalam UU. 23/ 2014.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

18 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

c. Sub urusan persampahan berada pada setingkat seksi (eselon 4) Sub Urusan Persampahan dilaksanakan setingkat Seksi di bawah bidang dalam suatu dinas.

Gambar 10. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Seksi dari Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Namun, sebaiknya istilah „persampahan‟ tetap digunakan, mengingat urusan pemerintahan ini disebutkan di dalam UU. 23/ 2014.

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG CIPTA KARYA

SEKSI PERSAMPAHAN

SEKSI AIR LIMBAH

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

SEKSI SEKSI AIR MINUM SEKSI SEKSI

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

24

d. Sub urusan persampahan menjadi salah satu tugas dari seksi

Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu Tugas Seksi

Nomenklatur unit kerja pada Perangkat Daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Apabila pengelola berada hanya sebagai bagian dari seksi, dimana hanya menjadi salah satu tugas dari seksi tersebut, maka pelayanan sampah sulit menjadi prioritas dalam penyelenggaraaanya.

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, merujuk ketentuan pada Pasal 212 UU. 23/2014 dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah pada Kab/Kota, ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA), setelah mendapat persetujuan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

b. Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Walikota atau Peraturan Bupati).

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 19 | H a l a m a n

d. Sub urusan persampahan menjadi salah satu tugas dari seksi

Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu Tugas Seksi

Nomenklatur unit kerja pada Perangkat Daerah yang digunakan di atas hanya sekadar contoh. Apabila pengelola berada hanya sebagai bagian dari seksi, dimana hanya menjadi salah satu tugas dari seksi tersebut, maka pelayanan sampah sulit menjadi prioritas dalam penyelenggaraaanya.

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, merujuk ketentuan pada Pasal 212 UU. 23/2014 dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah pada Kab/Kota, ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA), setelah mendapat persetujuan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

b. Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Walikota atau Peraturan Bupati).

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG CIPTA KARYA

SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

BIDANG

SEKSI

SEKSI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

25

II. 3 Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan II. 3. 1 Pembagian Peran Operator dan Regulator

Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan serta adanya check and balance yang memastikan pelaksanaan pelayanan persampahan, Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) menyatakan perlu adanya pemisahan peran antara institusi yang berperan sebagai regulator dan institusi yang berperan sebagai operator/ penyelenggara layanan.

Dalam konteks tugas pemerintahan, yang dimaksud dengan regulator adalah pihak yang mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, bagi pelaksanaan pelayanan publik. Regulator kemudian juga melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian agar pelaksanaan pelayanan publik bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan. Operator, di lain pihak, merupakan pelaksana pelayanan publik (misal: pengelola TPA, pengelola pengangkutan sampah) yang melakukan perencanaan dan implementasi kegiatan sesuai arahan dari regulator.

Peran regulator dan operator harus tercermin dengan jelas pada uraian tugas dan fungsi dari masing-masing institusi. Tugas dan fungsi lebih lanjut akan dibahas pada Bab III.

Daerah yang belum dapat memisahkan peran operator menjadi unit kerja tersendiri, maka peran pelayanan persampahan (misalnya: kebersihan jalan/ fasilitas umum, pengangkutan sampah dan pengelolaan TPA) tugas fungsinya dapat dilekatkan pada struktur jabatan/posisi yang ada pada Dinas, misal pada “Bidang” atau “Seksi”

Contoh struktur organisasi pada dinas dengan peran operator belum dipisahkan menjadi unit kerja tersendiri dapat dilihat pada sub bab II.2.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

26

II. 3. 2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Pada Dinas yang memisahkan peran operator menjadi unit tersediri, maka peran pelayanan persampahan dilakukan oleh UPTD, sedangkan

Dinas akan berperan sebagai regulator. Setiap organisasi daerah yang berbentuk dinas dapat memiliki unit teknis di bawahnya sesuai kebutuhan, sebagaimana ketentuan PP No.41 tahun 2007.

Pasal 14, ayat (6)

Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan unit pelaksana teknis dinas adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.

Struktur dari UPTD kabupaten/kota diisi oleh kelompok jabatan fungsional, dengan dukungan 1 sub bagian tata usaha.

Pasal 29, ayat (2)

Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

Dalam menjalankan tugas operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang diperlukan. Sebagai contoh, berikut ini struktur organisasi Dinas yang menangani persampahan yang telah memisahkan peran layanan persampahan (operator) dalam hal ini operator TPA pada UPTD:

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

27

Gambar 12. Contoh Struktur Organisasi dengan UPTD Sebagai Operator

Nomenklatur di atas hanya berupa contoh, daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada.

II. 3. 3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD

Bila dalam pengelolaan UPTD diinginkan adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan, hal itu dimungkinkan dengan UPTD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD dimana fleksibilitas tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyrakat. Pola

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 21 | H a l a m a n

langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.

Struktur dari UPTD kabupaten/kota diisi oleh kelompok jabatan fungsional, dengan dukungan 1 sub bagian tata usaha.

Pasal 29, ayat (2)

Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

Dalam menjalankan tugas operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang diperlukan. Sebagai contoh, berikut ini struktur organisasi Dinas yang menangani persampahan yang telah memisahkan peran layanan persampahan (operator) dalam hal ini operator TPA pada UPTD:

Gambar 12. Contoh Struktur Organisasi dengan UPTD Sebagai Operator

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN (a) SUBBAGIAN (b)

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG CIPTA KARYA

SEKSI PERSAMPAHAN

SEKSI AIR LIMBAH

BIDANG B

SEKSI B.1

SEKSI B.2

BIDANG D

SEKSI D.1

SEKSI D.2

BIDANG A

SEKSI A.1

SEKSI A.2

SEKSI D.3 SEKSI AIR MINUM SEKSI B.3 SEKSI A.3

KEPALA UPTD TPA

KASUBAG TU

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Misalnya: Teknisi Mesin, Pengelola Sampah,

Pengelola TPA, Operator Mesin, dll

UPTD sebagai OPERATOR

Dinas sebagai REGULATOR

SUBBAGIAN (c)

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

28

Pengelolaan Keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas. PPK-BLUD pada UPTD, dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat: substantif, teknis, dan administratif. Penjelasan persyaratan substantif, teknis, dan administratif dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD

Prosedur dan tata cara Penerapan pola keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

22 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Nomenklatur di atas hanya berupa contoh, daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada.

II.3.3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD Bila dalam pengelolaan UPTD diinginkan adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan, hal itu dimungkinkan dengan UPTD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD dimana fleksibilitas tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyrakat. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas. PPK-BLUD pada UPTD, dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat: substantif, teknis, dan administratif. Penjelasan persyaratan substantif, teknis, dan administratif dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD

Prosedur dan tata cara Penerapan pola keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Berikut mekanisme pengajuan BLUD:

Persyaratan pengajuan

UPTD untuk menerapkan

Pola Penerapan Keuangan-

Badan Layanan Umum

Tugas dan fungsi UPTD bersifat operasional dalam

menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public

goods).

(a) kinerja layanan layak dikelola dan ditingkatkan atas rekomendasi Kepala SKPD,

(b) Kinerja Keuangan sehat

UPTD membuat dan menyampaikan dokumen persyaratan administratif

Persyaratan teknis

Persyaratan administratif

Persyaratan substantif

Kriteria substantif :

Tugas dan Fungsi UPTD bersifat operasional dalam penyediaan jasa layanan umum untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat

Kriteria teknis :

Memiliki potensi untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan secara efektif, efisien, dan produktif;

Memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan layanan publik

Terjadinya peningkatan pendapatan dan efisien dalam membiayai pengeluaran

Persyaratan dokumen administratif :

Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

Pola tata kelola; Rencana strategis bisnis; Standar pelayanan minimal; Laporan keuangan pokok /proyeksinya Laporan audit terakhir atau pernyataan

bersedia diaudit secara independen

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

29

Badan Layanan Umum Daerah. Berikut mekanisme pengajuan BLUD:

Gambar 14. Mekanisme Pengajuan BLUD

Berikut ini perbedaan fleksibilitas antara pemberian status BLUD Penuh dengan BLUD Bertahap:

BLUD Penuh BLUD Bertahap

Diberikan fleksibilitas pada jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Diberikan fleksibilitas pada batas-batas tertentu berkaitan dengan jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan/atau jasa.

Tidak diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan/atau jasa.

II. 3. 4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Selain UPTD, operator/penyelenggara bagi layanan dapat berupa BUMD. Bentuk kelembagaan operator yang dipilih antara lain bergantung kepada perkiraan pendapatan lembaga operator. Bila pelayanan lembaga operator diperkirakan bisa mendapatkan keuntungan, maka bentuk BUMD cukup layak dipertimbangkan. Sementara, peran regulator dipegang oleh Dinas yang berwenang dalam urusan persampahan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 23 | H a l a m a n

Gambar 14. Mekanisme Pengajuan BLUD

Berikut ini perbedaan fleksibilitas antara pemberian status BLUD Penuh dengan BLUD Bertahap:

BLUD Penuh BLUD Bertahap

Diberikan fleksibilitas pada jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Diberikan fleksibilitas pada batas-batas tertentu berkaitan dengan jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan/atau jasa.

Tidak diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan/atau jasa.

II.3.4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Selain UPTD, operator/penyelenggara bagi layanan dapat berupa BUMD. Bentuk kelembagaan operator yang dipilih antara lain bergantung kepada perkiraan pendapatan lembaga operator. Bila pelayanan lembaga operator diperkirakan bisa mendapatkan keuntungan, maka bentuk BUMD cukup layak dipertimbangkan. Sementara, peran regulator dipegang oleh Dinas yang berwenang dalam urusan persampahan.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Pendirian BUMD ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Pendirian BUMD didasarkan pada:

1. kebutuhan Daerah; dan

Kepala UPTD melalui Kepala Dinas

Bupati/ Walikota

1. BLUD Penuh

2. BLUD Bertahap

1. MEMENUHI PERSYARATAN SUBSTANTIF, TEKNIS, DAN ADMINISTRATIF

2. BELUM MEMENUHI PERSYARATAN ADMINISTRATIF

Tim Penilai meneliti & menilai Usulan Penerapan Status PPK-

BLUD

MEMBENTUK TIM PENILAI

MENGAJUKAN USULAN PENERAPAN PPK-BLUD YANG DILENGKAPI DOKUMEN PERSYARATAN: SUBSTANTIF, TEKNIS, DAN ADMINISTRATIF

Bupati/ Walikota

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

30

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Pendirian BUMD ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Pendirian BUMD didasarkan pada:

1. kebutuhan Daerah; dan2. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

a. Jenis BUMDBerdasarkan modalnya, bentuk BUMD dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: BUMD berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan BUMD berbentuk Perusahaan Perseroan Daerah (lihat gambar berikut).

Gambar 15. Bentuk Perusahaan Daerah

b. Aset BUMDAdministrasi aset BUMD terpisah dari aset pemerintah daerah. Proses perencanaan dan penganggaran dari BUMD lebih independen. Pemerintah daerah dapat memberikan penyertaan modal, sebagai investasi bagi BUMD, dan dapat memperoleh dividen bila operasionalnya menghasilkan laba. Pencatatan dalam anggaran daerah hanyalah penyertaan modal daerah dan perolehan deviden daerah tersebut.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

2. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

a. Jenis BUMD

Berdasarkan modalnya, bentuk BUMD dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: BUMD berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan BUMD berbentuk Perusahaan Perseroan Daerah(lihat gambar berikut).

Gambar 15. Bentuk Perusahaan Daerah

b. Aset BUMD

Administrasi aset BUMD terpisah dari aset pemerintah daerah. Proses perencanaan dan penganggaran dari BUMD lebih independen. Pemerintah daerah dapat memberikan penyertaan modal, sebagai investasi bagi BUMD, dan dapat memperoleh dividen bila operasionalnya menghasilkan laba. Pencatatan dalam anggaran daerah hanyalah penyertaan modal daerah dan perolehan deviden daerah tersebut.

Sebagai badan usaha, BUMD harus bisa menghidupi diri sendiri, dan mampu berkompetisi dengan usaha swasta lainnya. Wewenang yang dimiliki pemerintah daerah (selaku pemegang saham) berupa penetapan peraturan dan mengganti direksi BUMD yang gagal menunjukkankinerja. Proses pembentukan BUMD cukup rumit, karena menyangkut pemisahan aset daerah, yang melibatkan persetujuan DPRD.

Contoh BUMD yang saat ini mengelola persampahan ada di Kota Bandung, yaitu: PD Kebersihan Ketentuan lengkap mengenai BUMD diatur pada UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 331 s.d Pasal 343.

Perusahaan Umum Daerah

Perusahaan Perseroan Daerah

BUMD

Seluruh modal dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas

saham

modal terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu

Daerah

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 23 | H a l a m a n

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

31

Sebagai badan usaha, BUMD harus bisa menghidupi diri sendiri, dan mampu berkompetisi dengan usaha swasta lainnya. Wewenang yang dimiliki pemerintah daerah (selaku pemegang saham) berupa penetapan peraturan dan mengganti direksi BUMD yang gagal menunjukkan kinerja. Proses pembentukan BUMD cukup rumit, karena menyangkut pemisahan aset daerah, yang melibatkan persetujuan DPRD.

Contoh BUMD yang saat ini mengelola persampahan ada di Kota Bandung, yaitu: PD Kebersihan. Ketentuan lengkap mengenai BUMD diatur pada UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 331 s.d Pasal 343.

Berikut ini contoh struktur organisasi PD Kebersihan:

Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah Kebersihan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 25 | H a l a m a n

Berikut ini contoh struktur organisasi PD Kebersihan:

Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah Kebersihan

II.3.5 Kerjasama Daerah Pemerintah Kab/Kota yang memiliki keterbatasan dalam melakukan pengelolaan sampah, dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya dan dengan swasta. kerja sama didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

a. Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Dasar pelaksanaan kerjasama daerah adalah pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerja sama antar pemerintah daerah, pada UU 23/ 2014 dikategorikan menjadi:

a. Kerjasama Wajib, merupakan kerja sama antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan:

a) yang memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan b) penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama.

Walikota

Direktur Utama

Badan Pengawas

Satuan Peneliti Satuan Pengawas Internal

Direktur Umum Direktur Teknik &

Operasional

Bidang Sumber Daya Manusia

Seksi Perencanaan & Pengembangan

Seksi Administrasi & Kesejahteraan

Bidang Perlengkapan & Tata Usaha

Seksi Perlengkapan

Seksi Tata Usaha

Seksi Kerumah Tanggaan

Bidang Keuangan

Seksi Anggaran

Seksi Kas

Seksi Pembukuan

Seksi Penetapan

Bidang Penagihan

Seksi Penagihan Rumah Tinggal &

Sosial

Seksi Penagihan Komersial & Non

Komersial

Seksi Penagihan Pasar &

Angkutan Umum

Bidang Teknik Bidang Pengelolaan TPA

Bidang Operasional

Seksi Pengaturan & Pengendaian

TPA

Seksi Pengolahan sampah &

Pemanfaatan TPA

Seksi Perencanaan

Teknik

Seksi Bengkel Peralatan

Pengumpulan dan Pemindahan

Seksi Bengkel Pengangkutan

dan Pembuangan

Seksi Kebersihan Kec A

Seksi Kebersihan Kec B

Seksi Kebersihan Kec C

Seksi Kebersihan Kec. D

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

32

II. 3. 5 Kerjasama Daerah

Pemerintah Kab/Kota yang memiliki keterbatasan dalam melakukan pengelolaan sampah, dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya dan dengan swasta. kerja sama didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

a. Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Dasar pelaksanaan kerjasama daerah adalah pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerja sama antar pemerintah daerah, pada UU 23/ 2014 dikategorikan menjadi:

a. Kerjasama Wajib, merupakan kerja sama antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan:

a) yang memiliki eksternalitas lintas Daerah; danb) penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola

bersama.

b. Kerja sama sukarela dilaksanakan oleh Daerah yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama

Sejalan dengan PP. 81/2012 yang menyebutkan bahwa: Pemerintah Kabupaten/ Kota dapat bermitra dengan badan usaha atau masyarakat dan/atau bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan. Kerjasama & kemitraan dapat dilakukan pada sebagian atau seluruh tahap pelayanan yang meliputi tahap pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Bentuk kerjasama antar daerah dapat dilakukan melalui kerjasama pengelolaan TPA Regional, penjelasan lengkap terkait Kelembagaan Kerjasama Pengelola TPA Regional dijelaskan pada buku tersendiri.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

33

b. Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Swasta

Pemerintah kabupaten/ kota yang memiliki keterbatasan didalam melakukan pengelolaan sampah, antara lain keterbatasan dana untuk pengelolaan sampah, keterbatasan ketersediaan peralatan dan sarana fisik penanganan sampah serta keterbatasan sumber daya manusia yang memadai untuk menangani pekerjaan persampahan dapat melakukan kemitraan dengan pihak swasta dalam rangka menciptakan pelayanan publik yang baik.

Perjanjian kerjasama daerah dengan pihak ketiga wajib memperhatikan prinsip kerjasama dan objek kerjasama. Objek kerjasama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan umum (PP No. 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah).

Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan beberapa hal dalam pelaksanaan kerjasama dengan badan hukum/pihak ketiga, antara lain :

Suatu pelayanan publik tidak dapat disediakan oleh pemerintah daerah karena pemerintah daerah terkendala dengan sumberdaya keuangan daerah atau keahlian.

1. Pelibatan badan hukum diyakini dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau/dan mempercepat pembangunan daerah serta dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dibandingkan bila ditangani sendiri oleh pemerintah daerah.

2. Ada dukungan dari pihak konsumen/pengguna pelayanan publik tersebut atas keterlibatan badan hukum.

3. Keluaran dari pelayanan publik tersebut dapat terukur dan terhitung tarifnya, sehingga biaya penyediaan pelayanan publik tersebut dapat tertutupi dari pemasukan tarif.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

34

4. Ada badan hukum yang sudah mempunyai “track-record” baik dalam bekerjasama dengan pemerintah daerah.

5. Ada peluang terjadinya kompetisi dari badan hukum yang lain.

6. Tidak ada peraturan yang melarang badan hukum untuk terlibat dalam pelayanan publik tersebut.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

35

Bab III. Tugas dan Fungsi

Tugas dan fungsi lembaga merupakan acuan dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Tugas dan fungsi lembaga pengelola persampahan disusun dan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan kondisi penanganan persamphan didaerah dengan mengacu pada kewenangan daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, yaitu: Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam Daerah kabupaten/kota. Berikut ini contoh tugas dan fungsi regulator dan operator pengelola persampahan:

Tabel 3. Contoh Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator

Regulator Operator

Tugas Melaksanakan urusan pemerintahan bidang persampahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan sampah

Fungsi a. Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan strategis

b. Penyusunan NSPK

c. Penyelenggara urusan pemerintahan danpelayanan yang meliputi: pembangunan, dan rehabilitasi

d. Pembinaan, pengawasan,pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

a. Pelaksana penyusun rencana kebutuhan operasional pengelolaan sampah

b. Pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan sampah, serta pemrosesan akhir sampah

c. Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan persampahan

d. Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan persampahan

e. Pelaksana pendataan & pelaporan hasil pelak-sanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan.

f. Pelaksana administrasi umum dan

kerumahtanggaan

Tugas dan fungsi pada contoh di atas dapat diuraikan lebih rinci ke dalam suatu uraian pekerjaan (job description), selain itu pemerintah

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

36

daerah dapat menambahkan tugas lain yang terkait, selama masih ada dalam kewenangannya. Berikut ini contoh uraian pekerjaan pengelola persampahan/ regulator. Uraian ini dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Tabel 4. Contoh Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah Pengelola Persampahan

Lingkup Pekerjaan

Uraian Pekerjaan Regulator

Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan strategis

− Menyusun kebijakan teknis di bidang persampahan− Melakukan penyusunan master plan, studi kelayakan, Detailed

Engineering Design, AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya− Melakukan penyusunan rencana program kerja & anggaran− Memberikan masukan teknis dalam rangka penyusunan peraturan

daerah pendukung di bidang persampahan− Melakukan penyusunan tata laksana organisasi− Menyusun rancangan kerjasama antar daerah dan kerjasama

dengan pihak swasta

Penyusunan NSPK − Menyusun NSPK persampahan− Menyusun SOP sarana & prasarana

Pembangunan dan Rehabilitasi

− Melaksanakan pembangunan konstruksi prasarana dan sarana fasilitas persampahan, seperti TPA, TPST, SPA dan TPS 3R

− Melakukan kerjasama dengan pihak swasta terkait pengembangan prasarana dan sarana persampahan (*)

− Melakukan pengadaan alat berat & alat angkut sampah(*)

− Melakukan pengadaan & pemeliharaan tempat sampah umum

Operasi dan pemeliharaan

− Dilaksanakan operator

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

37

Lingkup Pekerjaan

Uraian Pekerjaan Regulator

Pembinaan dan Pengawasan

− Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum− Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan

pengelolaan persampahan− Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik dan manajemen

penyelenggara persampahan− Melakukan kampanye, sosialisasi dan pemberdayaan pengurangan

& pemilahan sampah dari sumber− Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis pada kecamatan,

pemerintah desa serta kelompok masyarakat di wilayahnya

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

− Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja operator pengelola persampahan

− Melaksanakan pelaporan kepada pihak-pihak terkait mengenai hasil pelaksanaan pekerjaan

− Melaporkan hasil capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang persampahan di daerah

Keterangan : (*) fleksibel dilakukan oleh regulator/operator

Sedangkan untuk operator, berikut ini contoh uraian pekerjaan pada penyelenggara layanan persampahan/ operator. Uraian ini dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Tabel 5. Contoh Uraian Pekerjaan Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator

Pelaksana penyusun rencana kebutuhan operasional pengelolaan sampah

− Menyusun rencana program, kegiatan dan anggaran tahunan

− Memberi masukan dan terlibat dalam penyusunan perencanaan master plan, DED, AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya bersama regulator

− Menyusun rencana bisnis (bagi UPTD PPK BLUD/Perusahaan Daerah)

− Melakukan perhitungan tarif retribusi sampah

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

38

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator

pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan sampah, serta pemrosesan akhir sampah

• Pengumpulan dan pengangkutan

− Melakukan pengumpulan/ pengangkutan sampah

− Melakukan kebersihan pada fasilitas umum

− Mengoperasikan alat angkut dan alat berat

− Melakukan pengadaan kebutuhan operasional alat angkut dan alat berat

• TPST, SPA (disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur didaerah)

− Mengoperasikan Prasarana Sarana TPST, SPA

• TPS3R

− Membina kelompok masyarakat pengelola TPS 3R

• TPA

− Melaksanakan penimbangan dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA

− Melakukan pengadaan tanah penutup sel sampah

− Melaksanakan penutupan sampah secara rutin sesuai SOP

− Melakukan pengaturan penempatan sampah di TPA

− pelaksanaan pengolahan leachate di TPA

− Melaksanakan pengendalian proses pengolahan di TPA

− Melaksanakan pengelolaan gas metan

• Meningkatkan kompetensi personil operator pemrosesan sampah

pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan persampahan

− Melaksankan pemeliharaan alat angkut dan alat berat

− Melakukan pemeliharaaan Prasarana Sarana TPST, SPA

− Melaksanakan pemeliharaan rutin sarana dan prasarana fasilitas TPA

pengawasan peman-faatan sarana dan prasarana pelayanan persampahan

− Melakukan pengendalian kegiatan pengoperasian & pemeliharaan persampahan sesuai SOP

− Melakukan pengawasan terhadap kegiatan operasional PS persampahan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

39

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator

pelaksana pendataan & pelaporan hasil pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan

− Menyajikan data, informasi dan pelaporan

pelaksana administrasi umum dan kerumahtanggaan

− melakukan pengarsipan surat menyurat

− melakukan pengadministrasian keuangan dan

kepegawaian

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

40

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

41

Bab IV. Tenaga Pengelola Persampahan

VI. 1 Kebutuhan SDM Pengelolaan Sampah

Untuk memastikan lembaga pengelola infrastruktur PLP bisa menjalankan tugas-fungsinya dengan baik, diperlukan SDM yang kompetan dalam pengelolaan persampahan. Kebutuhan personil pengelola persampahan dapat diidentifikasi melalui pendekatan proses kegiatan dalam pengelolaan persampahan, mulai dari pengumpulan sampah hingga pemrosesan akhir.

Berikut ini personil yang diperlukan untuk menjalankan komponen-komponen kegiatan pengelolaan persampahan.

Tabel 6. Contoh Kebutuhan Personil Terkait Komponen Kegiatan Pengelolaan Sampah

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

A. • Penyusunan rencana program/ kegiatan & Anggaran

•Penyusunan perencanaan teknis pengelolaan persampahan

Tenaga Perencana

B. • Pelaksanaan administrasi surat menyurat

• Pelaksanaan administrasi kepegawaian

• Penyusunan laporan kegiatan & keuangan

Tenaga Administrasi

C. • Sosialisasi/ kampanye pemilahan sampah, serta 3R

• Pendataan & pembinaan kegiatan pemilahan yang berbasis masyarakat

Tenaga Penyuluhan

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

42

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

• Perencanaan & penyediaan kebutuhan sarana pewadahan sampah di tempat umum

• pemeliharaan sarana pewadahan sampah di tempat umum

• Pembagian wilayah pelayanan pengumpulan & penyediaan sarananya

• Perencanaan & Penyediaan alat pengumpul sampah (gerobak, motor sampah)

• Penyusunan kebutuhan & pengawasan petugas gerobak sampah & penyapu jalan, taman fasilitas umum

•Koordinasi & pengawasan pengumpulan yang dilakukan pengelola kawasan

• pemeliharaan alat pengumpul sampah (gerobak, motor sampah)

• Penyusunan kebutuhan prasarana penampungan sementara (TPS/ TPS 3R)

• Pemeliharaan prasarana penampungan sementara (TPS/ TPS 3R)

• Pengaturan & pengawasan kegiatan pemilahan/ pencacahan & pengomposan di TPS/ TPS 3R

• Pengaturan kendaraan angkut yang keluar & masuk di TPS/ TPS 3R

Tenaga Pengumpulan sampah

D. •Penyusunan pola & rute pengangkutan sampah

•Pengaturan jadwal & kebutuhan sopir

pengangkutan sampah

• Perencanaan & penyediaan kebutuhan alat angkut

• Perencanaan kerjasama dengan swasta

• Pemeliharaan kendaraan angkut

• Pengawasan operasional alat angkut

• Pembelian bahan bakar untuk kendaraan angkut

Tenaga Pengangkutan sampah

E. • Pencatatan sampah masuk SPA

• Pengaturan kendaraan pengumpul yang masuk SPA

• Pengaturan kendaraan pengangkut besar yang keluar SPA

• Proses reduksi volume sampah di SPA

• Pengawasan proses reduksi volume sampah di SPA

• Pengawasan lingkungan sekitar SPA

Tenaga Pengoperasian SPA

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

43

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

F. • Pencatatan & Penimbangan sampah masuk

• Pengarahan pembongkaran sampah

• Pemadatan sampah

• Pengurugan & penimbunan tanah penutup harian & antara

• Pemadatan

• Penutupan tanah penutup

• Penyiapan tanah penutup

• Pemeriksanaan leachate influen & efluen

• Pengerukan/ penyedotan lumpur

• Pembuangan lumpur ke lanfill

• Pengumpulan dan penanganan gas methan

• Pemanfaatan gas methan

• Penerangan & suplai energi untuk sarana di TPA

•Monitoring sumur pemantauan

•Monitoring parameter pencemar

Tenaga Pengoperasian TPA

IV. 2 Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri (PP. 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil).

Penjelasan mengenai Kelompok Jabatan Fungsional, dapat juga dilihat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Dijelaskan bahwa:

a. Pada masing-masing Perangkat Daerah dapat ditetapkan Jabatan Fungsional berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

44

b. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

c. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk.

e. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

f. Jenis dan jenjang jabatan fungsional di atas diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

h. Satuan kerja perangkat daerah yang dapat didukung oleh kelompok jabatan fungsional, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam peraturan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dilakukan penyerasian dan penyesuaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada struktur organisasi Dinas dan UPTD pengelolaan persampahan, jabatan fungsional yang diperlukan meliputi jabatan fungsional tertentu, misalnya Teknik Penyehatan Lingkungan yang merupakan pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional penyelenggara pengelolaan air minum, air limbah, sampah dan drainase. Selain itu, jabatan fungsional umum misalnya pengadministrasi TPA, analis lingkungan hidup, Teknisi Mesin dan peralatan, pengelola sampah, pengelola TPA, operator mesin, teknisi keciptakaryaan dan lainnya yang akan mendukung tugas operasional sistem pengelolaan persampahan.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

45

Bab V. Tahapan Penataan Kelembagaan

Persampahan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah terkait :• Penyempurnaan Tugas dan Fungsi;• Pembentukan UPTD.

V. 1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan

Langkah penentuan kebutuhan penataan kelembagaan pengelola sub urusan Persampahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki kewenangan dalam urusan persampahan. Langkah penataan kelembagaan digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Bab V. Tahapan Penataan Kelembagaan

Persampahan Di Daerah

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah terkait :

• Penyempurnaan Tugas dan Fungsi;• Pembentukan UPTD.

V.1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan

Langkah penentuan kebutuhan penataan kelembagaan pengelola sub urusan Persampahandapat dimulai dengan mengidentifikasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki kewenangan dalam urusan persampahan. Langkah penataan kelembagaan digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan

Ya

Tidak

Penyempurnaan tugas dan fungsi

SKPD

Pembentukan UPTD

Apakah lingkup tugas fungsi SKPD sudah

memuat tugas fungsi pengelolaan

persampahan?

Perlu melakukan pemisahan Regulator

& Operator

Sudah

SKPD yang saat ini melaksanakan

pengelolaan Sampah

*) TPA, TPST berbasisi institusi, prasarana waste to Energy (WTE)

Apakah Prasarana Sarana terbilang kompleks dalam

pengelolaannya*)?

Chek Prasarana Sarana persampahan

yang dikelola

YaTidak

Apakahr sudah memiliki UPTD ?

BelumPeningkatan UPTD:• UPTD PPK-BLUD• BUMD

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 35 | H a l a m a n

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

46

Berikut penjelasan dari langkah pada gambar 17:

a. Identifikasi kewenangan SKPD melalui uraian tugas dan fungsinya,. SKPD yang memiliki kewenangan dalam urusan persampahan seharusnya tugas dan fungsi spesifik menyebutkan terkait pengelolaan persampahan (lingkup tugas dan fungsi yang dapat dikategorikan terkait pengelolaan persampahan dapat dilihat pada bagian II.4).

b. Pada SKPD yang uraian tugas fungsinya belum spesifik menyebutkan pengelolaan persampahan, perlu dilakukan penataan kelembagaan dalam bentuk penyempurnaan tugas dan fungsi baik pada perangkat daerahnya maupun uraian tugas pada unit kerja perangkat daerahnya.

c. Pemerintah daerah yang memiliki prasarana dan sarana pengelolaan persampahan yang kompleks (misalnya: TPA, TPST berbasis institusi, prasarana waste to Energy /WTE ) dan belum dikelola oleh unit kerja tersendiri, perlu melakukan pemisahan operator dan regulator.

d. Pilihan operator persampahan & pertimbangannya:

• UPTD, bila operasional layanan diperkirakan belum mampu menghasilkan keuntungan.

• BUMD, bila tingkat pendapatan dari retribusi layanan persampahan diperkirakan dapat melebihi kebutuhan biaya operasional sehingga mampu menghasilkan keuntungan.

e. Untuk daerah yang telah memiliki UPTD, dan menginginkan fleksibilitas pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan pelayanannya, maka UPTD dapat ditingkatkan menjadi UPTD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD).

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

47

V. 2 Penyempurnaan Tugas Fungsi dan Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas

V. 2. 1 Penyempurnaan Tugas dan Fungsi

Perangkat daerah dikatakan memiliki kewenangan dalam sub urusan persampahan apabila tugas dan fungsinya secara spesifik menjelaskan atau menguraikan kegiatan pengelolaan persampahan (uraian tugas dan fungsi dapat dilihat pada bagian II.4). Tugas pokok dan fungsi perangkat daerah harus diuraikan lalu dibagi habis ke dalam uraian tugas struktur organisasi perangkat daerah tersebut.

Untuk menyempurnakan tugas dan fungsi, berikut langkah yang dapat dilakukan:

a. Kumpulkan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota pembentukan perangkat daerah

b. Periksa pada uraian tugas fungsi dan struktur organisasinya

c. Tuangkan seluruh tugas dan fungsi ke dalam tabel (Regulator dan Operator), lalu lakukan penyempurnaan pada uraian tugas yang perlu disempurnakan

Langkah penyempurnaan tugas dan fungsi dapat digambarkan sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

48

Tabel Tugas Fungsi Regulator Penyempurnaan *)

Dinas ......................

(isi dengan nama dinas yang menangani persam-pahan)

Tugas :

Fungsi :

Kepala Dinas Uraian Tugas

:

Bidang .............................

(isi “bidang” yang menan-gani persampahan)

Tugas :

Fungsi :

Kepala Bidang (yang menangani persampahan)

Uraian Tugas

:

Seksi ................................

(isi “seksi” yang menangani persampahan)

Tugas :

Kepala Seksi (yang menangani persampahan)

Uraian Tugas

:

*) isi bila perlu disempurnakan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Langkah penyempurnaan tugas dan fungsi dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel Tugas Fungsi Regulator Penyempurnaan *) Dinas ............................... (isi dengan nama dinas yang menangani persampahan)

Tugas :

Fungsi :

Kepala Dinas Uraian Tugas :

Bidang ............................. (isi “bidang” yang menangani persampahan)

Tugas :

Fungsi :

Kepala Bidang (yang menangani persampahan)

Uraian Tugas :

Seksi ................................ (isi “seksi” yang menangani persampahan)

Tugas :

Kepala Seksi (yang menangani persampahan)

Uraian Tugas :

*) isi bila perlu disempurnakan

Perda Organisasi & Tata Kerja Perangkat Daerah

Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Serta Uraian Tugas

Dinas Daerah

Tugas Pokok & Fungsi, serta Struktur

Organisasi

Tugas & Fungsi, sertaUraian Tugas Struktur

Dinas

Apakah lingkup tugas fungsi telah mencakup aktivitas pengembangan Sistem

& pengelolaan sampah?

Periksa uraian tugas pada strukturnya (“Bidang/ Seksi”) pada

Dinas, “Ka. UPTD & Ka. Tata Usaha” pada UPTD

Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Organisasi & Tata

Kerja UPTD TPA

Tugas & Fungsi, serta Uraian Tugas Struktur

UPTD

a b

Contoh tugas dan fungsi yang disebut mencakup aktivitas pengembangan

sistem dan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Bab III.

c

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 37 | H a l a m a n

Apakah lingkup tugas fungsi telah mencakup aktivitas pengembangan

Sistem & pengelolaan sampah?

C

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

49

Tabel Tugas Fungsi Operator Penyempurnaan *)

UPTD ...............................(isi dengan nama UPTD yang menangani persampahan)

Tugas :

Fungsi :

Kepala UPTD Tugas :

Fungsi :

Kepala Subbag Tata Usaha (yang menangani persampahan)

Tugas :

Fungsi :

*) isi bila perlu disempurnakan

Gambar 18. Langkah Penyempurnaan Uraian Tugas

V. 2. 2 Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pembentukan Perangkat Daerah (Dinas) ditetapkan dalam Peraturan Daerah, yang memuat nama atau nomenklatur, tugas pokok dan susunan organisasi masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Peraturan Daerah (Perda) tentang pembentukan perangkat daerah secara prinsip dituangkan dalam 1 (satu) Perda, yaitu: Peraturan Daerah tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Sedangkan uraian tugas satuan kerja perangkat daerah dituangkan dalam Peraturan Walikota/ Bupati tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Perincian Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat Daerah.

Operator/ penyelenggara layanan yang berbentuk UPTD, pembentukannya ditetapkan melalui Peraturan Walikota/ Bupati tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas. Berikut ini tahapan/ proses penetapan pembentukan UPTD melalui Peraturan Walikota/ Bupati:

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

50

Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan Walikota/ Bupati

Lampiran

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

40 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan Walikota/ Bupati

o

o

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

51

Lampiran

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

52

Contoh Peraturan Kepala Daerah Tentang Pembentukan UPTD

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA

SALINAN

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA

NOMOR 33 TAHUN 2013

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TEMPAT

PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN DAN

PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Pasal 75 dan 85 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 09 Tahun 2011 dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda dibidang pemprosesan sampah perlu dilakukan secara terencana dan terstruktur sehingga pengelolaan sampah di Kota Samarinda dapat berlangsung dengan baik, perlu membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat Pemprosesan Akhir Sampah;

b. berdasarkan pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Walikota Samarinda tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat Pemprosesan Akhir Sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

53

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Dati II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1959 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

54

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

11. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 06 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Samarinda Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (LD Tahun 2008 Nomor 014 Seri E Nomor 04);

12. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda (LD Tahun 2008 Nomor 11) sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 09 Tahun 2011 (LD Tahun 2011 Nomor 09);

13. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pengelola Sampah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

55

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Samarinda.

2. Walikota adalah Walikota Samarinda.

3. Dinas adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.

4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.

5. Unit Pelaksana Teknis Dinas selanjutnya dapat disingkat UPTD adalah UPTD

Tempat Pemprosesan Akhir Sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Samarinda.

6. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.

BAB II

PEMBENTUKAN

Pasal 2

(1). Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk UPTD Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Kota Samarinda.

(2). UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan UPTD pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Kesatu

Kedudukan

Pasal 3

(1). UPTD merupakan unsur pelaksana teknis Dinas di bidang pemprosesan akhir sampah.(2). UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas dan/atau Kepala Bidang terkait pada lingkup Dinas secara berjenjang.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

56

Bagian Kedua Tugas

Pasal 4

UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan tempat pemprosesan akhir sampah.

Bagian Ketiga Fungsi

Pasal 5

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 4 diatas, UPTD mempunyai fungsi :a. Penyusunan rencana teknis operasional tempat pemprosesan akhir sampah;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional tempat pemprosesan akhir sampah;

c. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan;

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. Pembinaan kelompok jabatan fungsional;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Keempat

Susunan Organisasi

Pasal 6

(1). Susunan Organisasi UPTD, terdiri atas :

1. Kepala UPTD;

2. Sub Bagian Tata Usaha; dan3. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2). Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPTD.

(3). Bagan Susunan Organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

57

BAB IV

PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Bagian Kesatu

Kepala UPTD

Pasal 7

Kepala UPTD yang merupakan unsur pimpinan yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam memimpin, membina tugas bawahan dan mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi kegiatan pelaksanaan penyusunan dan perumusan perencanaan kebijakan teknis operasional dan atau teknis penunjang kegiatan program pemberian pelayanan umum dan teknis pembinaan pengawasan dan pengendalian pengelolaan dan penanganan pengembangan Tempat Pemprosesan Ahkir (TPA) Sampah, memberikan pelayanan prima kepada pihak pelaku usaha dan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan sekaligus melaksanakan urusan kesekretariatan UPTD dan pelayanan umum dan teknis lainnya yang diarahkan Kepala Dinas dan Kepala Bidang terkait dan searah dengan kebijakan umum daerah.

Pasal 8

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 7 di atas, Kepala UPTD mempunyai fungsi :a. Pelaksanaan penyusunan dan perumusan kebijakan teknis kegiatan program kerja

UPTD dan kegiatan ketatausahaan

b. Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis serta pemberian arahan dan pembagian tugas bawahan baik pejabat struktural maupun pegawai fungsional selaku pengadministrasi dan/atau selaku petugas operasional umum dan teknis UPTD sesuai bidang tugas dan fungsinya;

c. Pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana TPA Sampah dan pengelolaan limbah leacheat, IPLT, 3R dan gas methane;

d. Pengkoordinasian pelaksanaan pemprosesan akhir sampah pengelolaan limbah leacheat, IPLT, 3R dan gas methane;

e. Pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara dan tanah) atas kegiatan pemprosesan akhir sampah;

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

58

f. Pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan unsur dinas maupun instansi terkait dalam mengaktualisasikan rencana kegiatan program UPTD untuk memberikan pelayanan umum baik urusan kesekretariatan UPTD;

g. Pengidentifikasian permasalahan yang timbul berkenaan dengan kegiatan pengelolaan tempat pemprosesan akhir sampah serta mengumpulkan alternatif pemecahannya sekaligus pemberian saran dan pendapat kepada Kepala Dinas atas langkah yang diambil dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan;

h. Pengkoordinasian pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) secara berjenjang, pembinaan dan pengendalian serta bimbingan tugas-tugas teknis dan non teknis aparatur UPTD dalam pemberian pelayanan umum dan teknis sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; dan

i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan atas pelaksanaan tugas secara berkala untuk dijadikan bahan kajian pimpinan dan hasil kinerja Dinas sekaligus pelaksanaan tugas lainn yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

Bagian Kedua

Sub Bagian Tata Usaha

Pasal 9

Kepala Sub Bagian Tata Usaha unsur pembantu dan pelayanan administratif mempunyai tugas memimpin, membina dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan penyusunan rencana pengembangan teknis operasional/penunjang dan teknis ketatausahaan meliputi urusan surat menyurat, kearsipan, rumah tangga, kepegawaian, perlengkapan dan aset, penganggaran dan akuntansi serta pengelolaan penggunaan anggaran keuangan, kehumasan dan perencanaan program kegiatan UPTD, evaluasi dan pelaporan serta kegiatan umum lainnya baik keluar maupun kedalam lingkup UPTD yang diarahkan Kepala UPTD sesuai kebijakan Kepala Dinas.

Pasal 10

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 9 di atas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :a. Pelaksanaan pengkoordinasian perumusan perencanaan program kegiatan

ketatausahaan dan pengkoordinasian peraturan perundang-undangan dengan petugas operasional lingkup tugas kewenangan UPTD;

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

59

b. Pelaksanaan pengkoordinasian pemberian pelayanan administrasi umum kepada semua unsur lingkup UPTD maupun dengan instansi terkait serta melakukan pengawasan dan pemeriksaan tertib administratif;

c. Pelaksanaan penyusunan anggaran dan pengelolaan anggaran, perlengkapan, kepegawaian, surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan dan kehumasan UPTD serta pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan tertib administrasi umum UPTD;

d. Pelaksanaan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis ketatausahaan dan teknis operasional serta teknis penunjang dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi antar unsur lingkup UPTD maupun dengan instansi terkait, melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil kegiatan;

e. Pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara berjenjang, serta melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai tugas dan fungsinya.

f. Melaksanaankan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

BAB V

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 11

(1). Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional umum

(2). Jabatan fungsional tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah jabatan yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki butir-butir capaian angka kredit sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional berdasarkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki.

(3). Jabatan fungsional umum sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah jabatan yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tidak memiliki angka kredit sesuai bidang teknis dan/atau administrasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

60

Pasal 12

(1). Jabatan fungsional tertentu, dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya secara administratif berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPTD melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

(2). Setiap kelompok jabatan fungsional tertentu dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional tertentu senior ditunjuk oleh Kepala UPTD atas usul sejumlah pemangku jabatan fungsional tertentu.

(3). Jumlah jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional umum ditentukan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

(4). Jabatan fungsional umum, dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya secara teknis dan administratif bertanggung jawab langsung kepada jabatan struktural eselon terendah UPTD.

(5). Jenis dan jenang jabatan fungsional tertentu diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

TATA KERJA

Pasal 13

(1). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala UPTD dan Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan implikasi baik dalam lingkungan kerja masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(2). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan sistem pengendalian intern secara berjenjang, bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

(3). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan dan memberikan pembinaan dan pengawasan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya termasuk Kelompok Jabatan Fungsional yang terkait dengan bidang tugas masing-masing.

(4). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib menandatangani dan melaksanakan kontrak kinerja dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

61

(5). Setiap pejabat fungsional tertentu dan/atau pejabat fungsional umum wajib menan-datangani dan melaksanakan kontrak kinerja, mengikuti dan mematuhi petunjuk serta menyampaikan laporan kinerja secara periodik dan bertanggung jawab kepada atasannya masing-masing secara berjenjang.

(6). Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas.

(7). Dalam menyampaikan laporan, tembusan disampaikan pula kepada satuan organisasi secara fungsional yang erat hubungannya dengan bidang tugas.

Pasal 14

Untuk membantu tugas Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dapat dibentuk Sub Unit dengan Keputusan Kepala Dinas.

BAB VII

KEPEGAWAIAN

Pasal 15

Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha diangkat dan diberhentikan oleh Walikota sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

BAB VIII

ESELONERING

Pasal 16

(1) Kepala UPTD adalah Jabatan Eselon IV.a.

(2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah Jabatan Eselon IV.b.

BAB IX

PEMBIAYAAN

Pasal 17

Segala biaya yang diperlukan akibat ditetapkannya Peraturan Walikota ini dibebankan

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Samarinda.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

62

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai uraian tugas serta hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Walikota ini, akan diatur dan ditetapkan tersendiri oleh Kepala Dinas yang

difasilitasi oleh Kepala UPTD sesuai analisis jabatan dan analisis beban kerja.

BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 19

(1). UPTD dapat ditinjau ulang apabila :a. Tidak atau kurang dibutuhkan lagi dalam pelaksanaan tugas pelayanan

masyarakat;

b. Tidak atau kurang diperlukan bagi efektifitas tugas operasional Dinas Perikanan dan Peternakan;

c. Menjadi tidak atau kurang bermanfaat sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b diatas, dalam arti bilamana perbandingan kemanfaatannya dibanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional lebeh besar, maka UPTD ini oleh kepala Daerah dapat dilakukan perampingan dengan cara :

1. Penghapusan atau;

2. Perubahan status dari UPTD menjadi satuan tugas atau;

3. Penggabungan dengan UPTD atau unit kerja lain.

(2). Apabila UPTD tersebut terkena perampingan, maka semua jabatan struktural yang ada menjadi gugur, oleh karenanya para Pejabat Struktural diberhentikan dari jabatan strukturalnya oleh Kepala Daerah.

(3). Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka segala bentuk instruksi ataupun petun-juk yang ada dan ketentuan yang mengatur materi yang sama dengan Peraturan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

(4). Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

63

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kota Samarinda

Ditetapkan di Samarinda pada

tanggal 7 Oktober 2013

WALIKOTA SAMARINDA,

ttd

H. SYAHARIE JA’ANG

Diundangkan di Samarinda pada tanggal 7 Oktober 2013

SEKRETARIS DAERAH KOTA SAMARINDA,

ttd

H. ZULFAKAR NOOR

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2013 NOMOR 33

Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Daerah

Kota Samarinda Kepala Bagian Hukum

ttd

SUPARMI, SH, MH.

Nip. 196905121989032009

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

64

Lampiran : Peraturan Walikota

Nomor :

Tanggal :

SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINASTEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH

PADA DINAS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

WALIKOTA SAMARINDA,

ttd

H. SYAHARIE JA’ANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Lampiran : Peraturan Walikota Nomor : Tanggal:

SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH PADA DINAS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

WALIKOTA SAMARINDA,

ttd

H. SYAHARIE JA’ANG

KEPALA UPTD

KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA

JABATAN FUNGSIONAL

54 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

65

PERATURAN WALIKOTA SURABAYANOMOR 84 TAHUN 2012

TENTANG

ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN KOMPOS PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2009, telah ditetapkan pembentukan, susunan organisasi, kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2009, disebutkan bahwa pada Dinas dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya di bidang pengelolaan kompos, perlu membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

66

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

67

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 537);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 694);

10. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2008 Nomor 8 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 12 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 12)

11. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2008 Nomor 11 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 11);

12. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 42 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya (Berita Daerah Kota Surabaya Tahun 2011 Nomor 67) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 26 Tahun 2012 (Berita Daerah Kota Surabaya Tahun 2012 Nomor 27)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN KOMPOS PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

68

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan W alikota ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Surabaya.

2. Dinas adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

4. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya dapat disingkat UPTD adalah

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

5. Kepala UPTD adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

6. Sub Bagian Tata Usaha adalah Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

BAB II

PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

BAB III

KEDUDUKAN

Pasal 3

(1) UPTD merupakan unsur pelaksana teknis operasional Dinas di lapangan.

(2) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

69

BAB IV

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 4

(1) Susunan Organisasi UPTD terdiri dari :

a. UPTD;

b. Sub Bagian Tata Usaha;(2) Bagan Susunan Organisasi UPTD dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB V

TUGAS DAN FUNGSI

Bagian Kesatu

UPTD

Pasal 5

UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengelolaan

kompos

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, UPTD mempunyai

fungsi :

a. pelaksanaan penyusunan rencana program.

b. pelaksanaan penerimaan dan pencatatan sampah;

c. pelaksanaan pemilahan, pencacahan dan pengayakan sampah;

d. pelaksanaan pengkomposan;

e. pelaksanaan distribusi kompos;

f. pelaksanaan penerimaan dan fasilitasi kunjungan;

g. pelaksanaan pembinaan dan pemantauan pengelolaan sampah di masyarakat;

h. pelaksanaan pengelolaan sampah di TPST (Tempat Pengolah Sampah Terpadu);

i. pelaksanaan ketatausahaan UPTD;

j. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

k. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

70

Bagian Kedua

Sub Bagian Tata Usaha

Pasal 7

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :

a. menyusun perencanaan dan kegiatan UPTD;

b. melaksanakan urusan keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan peralatan serta kebersihan kantor;

c. melaksanakan administrasi kepegawaian;

d. melaksanakan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan;

e. melaksanakan ketatausahaan UPTD;

f. melaksanakan koordinasi penyusunan laporan;

g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan tugas dan fungsinya

BAB VI

TATA KERJA

Pasal 8

(1) Kepala Dinas berwenang melakukan pengaturan dan pembagian tugas staf UPTD sesuai kebutuhan.

(2) Kepala UPTD berkewajiban memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan aparat pelaksana dan staf UPTD.

(3) Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPTD.

Pasal 9

(1) Kepala UPTD berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi baik dalam lingkungan UPTD maupun dengan instansi lain yang terkait.

(2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha masing-masing bertanggungjawab memberikan bimbingan atau pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil- hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatannya masing-masing.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

71

(4) Jabatan Kepala UPTD tidak boleh dirangkap dan apabila Kepala UPTD berhalangan di dalam menjalankan tugasnya, Kepala UPTD dapat menunjuk Kepala Sub Bagian Tata Usaha untuk mewakilinya.

Pasal 10

Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah Jabatan Struktural.

Pasal 11

Untuk membantu tugas Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dapat dibentuk Sub Unit dengan Keputusan Kepala Dinas

BAB VII

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN

Pasal 12

Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha diangkat dan diberhentikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 13

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan W alikota ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Peraturan W alikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan W alikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surabaya.

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

72

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 18 Desember 2012

WALIKOTA SURABAYA.

Ttd

TRI RISMAHARINI

Diundangkan di Surabaya

pada tanggal 18 Desember 2012

SEKRETARIS DAERAH KOTA SURABAYA,

ttd.

SUKAMTO HADI

BERITA DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2012 NOMOR 85

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum,

MT. Ekawati Rahayu, SH, MH.

Penata Tingkat I

NIP. 19730504 199602 2 001

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

73

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA

NOMOR : 84 TAHUN 2012

TANGGAL : 18 DESEMBER 2012

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN KOMPOS PADA

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA,

ttd

TRI RISMAHARINI

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum,MT. Ekawati Rahayu, SH, MH.

Penata Tingkat INIP. 19730504 199602 2 001

SUBBAG TATA USAHA

UPTD

Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat

74