Panduan K3LL Rev.3_2008

420
PERTAMINA DIREKTORAT PEMASARAN DAN NIAGA K3LL&MM Oktober 2008 Rev. 3

description

Panduan K3L

Transcript of Panduan K3LL Rev.3_2008

PERTAMINADIREKTORAT PEMASARAN DAN NIAGA

K3LL&MMOktober 2008

Rev. 3

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

i

SAMBUTAN DIREKTUR PEMASARAN & NIAGA

Kita sudah mencanangkan Visi Bisnis kita, yaitu untuk menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia. Untuk itu, kita telah melakukan transformasi di segala bidang untuk membangun bisnis yang lebih unggul, lebih berkualitas, dan lebih effisien demi memenangkan persaingan dan menjaga eksistensi perusahaan untuk dapat memposisikan diri sesuai dengan Visi kita, menjadi perusahaan kelas dunia.

Namun kita semua harus tetap sadar bahwa bisnis kita adalah bisnis yang memiliki risiko tinggi. Disamping risiko finansial akibat persaingan usaha, risiko dari operasional juga tidak kalah pentingnya. Kesalahan dan atau kekurang hati-hatian sekalipun kecil, bisa

berdampak besar bagi kelangsungan bisnis kita maupun kelangsungan masa depan kita dan keluarga. Bisnis kita dalam memasarkan produk Minyak dan Gas Bumi dan produk turunannya mengandung berbagai potensi bahaya baik terhadap pekerja, fasilitas, konsumen, lingkungan dan masyarakat.

Untuk itu, perusahaan harus selalu mengedepankan aspek keselamatan kerja, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan dalam seluruh kegiatan operasinya.

Mengingat bahwa “Safety is everybody’s responsibility”, maka seluruh jajaran direksi, manajemen dan pekerja harus memiliki komitmen untuk menciptakan dan menjaga operasi yang bebas dari kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan sehingga tercipta rasa aman dan nyaman baik bagi pekerja, pelanggan, mitra kerja, masyarakat dan stake holder lainnya.

Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut, perusahaan menerbitkan Buku Panduan K3LL untuk dapat dijadikan nara sumber bagi seluruh pekerja di lingkungan Direktorat Pemasaran Niaga dalam melaksanakan tugasnya. Tiada artinya kesuksesan yang tinggi bila diikuti kecelakaan, baik yang menimpa mitra, pelanggan, masyarakat maupun lingkungan apalagi pekerja.

Jakarta, 10 Desember 2008 Direktur Pemasaran dan Niaga A. Faisal

Pas Photo 4 x 6

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

ii

SAMBUTAN VICE PRESIDENT LAYANAN UMUM

DIT. PEMASARAN & NIAGA ‘Safety, Health dan Environment’ atau K3LL saat ini sudah tidak lagi dipandang sebagai Cost atau beban bagi unit usaha. Aspek K3LL sudah menjadi suatu kebutuhan dan bagian dari operasi perusahaan. Karena dengan menerapkan aspek K3LL yang ‘built in’ dalam operasi, akan tercipta jaminan atau garansi kontinuitas operasi, sehingga perusahaan dapat selalu ‘exist’ dan terus bergerak maju dalam memenangkan persaingan. Dit. Pemasaran & Niaga selaku pemasok BBM, telah beberapa kali di audit aspek pengelolaan K3LL oleh konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya peduli pada harga yang murah, namun juga mengharapkan adanya jaminan kontinuitas supply/operasi yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat risiko karena adanya pengelolaan aspek K3LL yang baik. Gangguan pada pemasok juga berarti sebagai cost bagi perusahaan. Kita harus ingat, akibat insiden yang hanya berlangsung satu detik, bisa memusnahkan segala impian dan masa depan pekerja, rekan kerja, mitra kerja, lingkungan maupun keluarga. Aspek K3LL bukanlah tugas fungsi K3LL saja, namun merupakan tanggung jawab kita semua. “Safety is a shared responsibility”. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menaruh perhatian yang tinggi terhadap aspek K3LL dalam melaksanakan tugas dan mengejar target perusahaan. Dengan buku panduan K3LL ini diharapkan dapat membantu para pekerja dalam memberikan pemahaman aspek K3LL yang sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga dengan berbekal pengetahuan yang lengkap pada gilirannya akan membentuk kesadaran pribadi yang kuat. Mari kita capai Visi kita. Dengan K3LL menuju Perusahaan Kelas Dunia. Jakarta, 9 Desember 2008 VP Layanan Umum Achmad Mizan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

iii

KATA PENGANTAR

Sudah menjadi kebijakan dan komitmen PT Pertamina untuk menjalankan operasi perusahaan dengan memenuhi standard dan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) sehingga memberikan rasa aman baik bagi pekerja, masyarakat sekitar maupun seluruh stake holder perusahaan.

Agar kebijakan dan komitmen tersebut dapat terlaksana hingga ke lini operasi, maka perlu disediakan panduan untuk melaksanakan kaidah-kaidah K3LL agar bisa dijadikan rujukan bagi pekerja didalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

PT. Pertamina Direktorat Pemasaran dan Niaga telah menerbitkan buku Panduan K3LL pada tahun 1993 dan telah direvisi pada tahun 2002. Namun dengan berkembangnya operasi perusahaan maupun peraturan perundangan, dalam beberapa hal sudah tidak sesuai sehingga perlu dilakukan Up Dating.

Dalam revisi kali ini, perubahan yang dilakukan antara lain adalah penggunaan istilah yang lebih familiar bukan sekedar translate bahasa, pemasukan peraturan dan kebijakan perusahaan yang baru, penggunaan kalimat yang lebih ringkas dan pemberian nomor halaman serta penjilidan dalam bentuk buku.

Bagian yang mendapatkan revisi signifikan antara lain pada :

1. Operasi LPG, dilakukan perubahan dalam pemakaian istilah menjadi yang lebih familiar bagi pekerja serta perbaikan gambar yang pada edisi terdahulu tidak jelas.

2. Pelumas dan Petrokimia dilakukan perubahan hampir menyeluruh, karena edisi yang terdahulu sudah tidak sesuai dengan kondisi operasi sekarang.

3. Manajemen Kebakaran, dimasukkan tuntunan estimasi kebutuhan air pemadam untuk suatu Depot.

4. Segi pengetikan dan tata bahasa untuk menghindarkan salah persepsi.

Kami menyadari bahwa Buku Panduan K3LL ini bersifat dinamis dan belum maksimal dalam mempertimbangkan berbagai aspek operasional, kebijakan maupun peraturan dan perundang-undangan sehingga perlu terus disempurnakan untuk menjadi standard operasi perusahaan yang terbaik (best practice). Untuk itu apabila ada masukan perihal Buku Panduan ini agar segera disampaikan ke K3LL&M Dit. Pemasaran & Niaga, Gedung Annex lantai 7 Telp.021-3815504, Fax.021-3455344 Jakarta, 18 November 2008 Manajer K3LL & MM – Dit. Pemasaran dan Niaga. A. Yuliandi B.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

iv

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 1 /28

I Umum 1.1. Pendahuluan I - 2 1.1.1 Latar Belakang I - 2 1.1.2 Maksud dan tujuan I - 2 1.2. Lingkup Kegiatan I - 3 1.2.1 Standard I - 3 1.2.2 Ruang Lingkup I - 3 1.3. Sifat Bahaya Produk Minyak Bumi I - 4 1.3.1 Kasifikasi Produk Minyak Bumi I - 4 1.3.2 Karakteristik Produk-Produk Minyak Bumi I - 4 1.3.3 Listrik Statis I - 7 1.3.4 Mengenal Bahaya Produk-Produk Minyak Bumi I - 8 1.4. Definisi/Batasan I - 14

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 2 /28

I UMUM

1.1.0. PENDAHULUAN 1.1.1. LATAR BELAKANG

PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga mempunyai tugas dalam bidang penyediaan dan pelayanan BBM dan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, disamping pemasaran hasil-hasil Minyak dan Gas Bumi serta produk-produk Petrokimia dan produk-produk lainnya di dalam dan luar negeri.

Di dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut selalu terkait aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan adanya suatu Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan yang dapat diberlakukan di semua jajaran unit kerja Bidang Pemasaran dan Niaga PERTAMINA, sehingga dapat diharapkan adanya keseragaman dan keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

1.1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan pedoman umum dalam hal melaksanakan kegiatan Perencanaan Fasilitas Instalasi, Kegiatan Operasi, Transportasi, Pemeliharaan dan Perluasan serta sistem Pembinaan dan Pelaporannya, dengan mendasarkan pada Safety Code, peraturan terkait serta berwawasan lingkungan.

Adapun penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan pedoman umum agar dalam melaksanakan kegiatannya mulai dari saat perencanaan, pengelolaan fasilitas, kegiatan penyediaan, penimbunan, penyaluran/penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non BBM, Fabrikasi serta sistem pengelolaannya dapat dilakukan dengan aman, seragam serta sesuai dengan peraturan yang berlaku ditinjau dad aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.

Yang dimaksud dengan produk – produk Minyak Bumu adalah sebagai berikut :

1. Produk BBM a. Premium b. Minyak Tanah c. Minyak Solar d. Minyak Diesel (MDF) e. Minyak Bakar (MFO)

2. Produk Khusus dan Aviasi a. Avtur b. Avigas c. Pertamax d. Pertamax Plus e. Solar Dex f. BioSolar

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 3 /28

3. Produk Pelumas dan Grease

a. Berbagai produk pelumas mesin otomotive

b. Berbagai produk pelumas Gardan

c. Berbagai produk pelumas Mesin Industri

d. Gemuk Pertamina

4. Produk Gas Domestik

a. Elpiji (Liquified Petroleum Gas)

b. BBG (Bahan Bakar Gas)

c. Musicool

d. LGV (Liquified Gas for Vehicle)

5. Produk Petroleum lainnya a. Methanol b. Minasol c. Low Aromatic White Spirit (LAWS) d. Special Boiling Point (SBP) e. Special Gasoil (SGO) f. Minarex g. Polytam (Poly Propylene Pertamina) h. Purified Terephthalic Acid (PTA) i. Parafinic 60 dan 95 j. Pertasol k. Methmix.

1.2.0. LINGKUP KEGIATAN.

1.2.1. Standard. Standard atau Code yang digunakan di dalam Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini adalah:

1. IP. Marketing Safety Code.

2. IP. Refining Safety Code.

3. IP. Electrical Safety Code.

4. IP. LPG Safety Code Practice.

5. IP. Petroleum Pipe Line Safety Code.

6. National Fire Protection Association.

7. American Petroleum Institute

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 4 /28

1.2.2. Ruang Lingkup.

PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga dalam melaksanakan tugasnya yakni mengelola BBM dan Non BBM di dalam negeri selalu mendasarkan pada safety, tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan berwawasan lingkungan.

Sehingga di dalam Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini ruang lingkup kegiatan yang dibahas meliputi:

1. Operasi BBM.

2. Operasi LPG

3. Operasi Pelumas

4. Operasi Petrokimia & Aspal

1.3.0. SIFAT BAHAYA PRODUK MINYAK BUMI 1.3.1. KLASIFIKASI PRODUK – PRODUK MINYAK BUMI Produk minyak bumi, selain LPG dikelompokkan berdasarkan flash pointnya sbb. : Klas O Liquified Petroleum Gas (LPG) Klas I Cairan yang memiliki flash point < 21 ºC Klas II Cairan yang memiliki flash point dari 21ºC - 55ºC Klas III Cairan yang memiliki flash point > 55ºC s/d 100ºC Unclassifed (Tidak diklasifikasikan) adalah cairan yang memiliki flash point > 100ºC. Klas II dan Klas III bisa dikelompokkan sesuai dengan cara penanganannya. Klas II(1) dan III(1) adalah produk minyak bumi yang dikelola pada suhu dibawah flash pointnya, sedang Klas II(2) dan III(2) adalah produk yang dikelola pada temperatur lebih besar dari flashpoint-nya. 1.3.2. KARAKTERISTIK PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI 1.3.2.1. Karakteristik Umum

a. Uap BBM umumnya tidak berwarna dan tidak terlihat.

b. Uap BBM berbau, tapi dari penciuman tidak bisa menjelaskan apakah kadar uap sudah masuk flammable range.

c. Sejumlah kecil uap BBM di udara bisa membentuk campuran flammable, yang dapat terbakar oleh flame, elemen panas, spark atau sumber penyalaan lain.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 5 /28

d. Uap BBM lebih berat dari udara. Bila ada kebocoran atau tumpahan, uap

BBM akan mengalir sepanjang permukaan tanah atau melalui parit dan turun ke level yang lebih rendah. Pengenceran kadar uap BBM ini diudara mungkin berlangsung lambat.

e. Cairan BBM mengapung diatas air. Bila terjadi kebocoran atau tumpahan di area yan mengandung air, produk akan menyebar dipermukaan air. Jika produk yang bocor atau tumpah ini mencapai fasilitas drain, bisa ikut mengalir jauh hingga ke area berbahaya. Karena cairan mengapung di air, penggunaan air untuk pemadaman bisa memperluas kebakaran.

1.3.2.2. Karakteristik Racun.

a. Uap produk BBM pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan narcosis (efek bius), anasthesia dan suffokasi (mati lemas) jika konsentrasi terlalu tinggi hingga mengurangi kadar oksigen hingga dibawah 18%.

b. Sebagian besar uap produk BBM pada kadar rendah agak membius bila dihirup. Menghirup uap pada kadar tinggi hendaknya dihindari begitu juga menghirup uap pada kadar rendah dalam jangka waktu yang lama.

c. Karena sebagian besar cairan BBM dapat melarutkan lemak, kontak dengan material tersebut cenderung mengikis lapisan lemak dari kulit sehingga bisa mengakibatkan iritasi ringan. Kontak yang berkepanjangan atau berulang-ulang hendaknya dihindarkan. Bila terjadi kontak dengan kulit, bagian tubuh yang terkontaminasi agar segera dibilas dengan air dan sabun.

d. Produk BBM bisa berbahaya jika tertelan

e. Banyak produk BBM ditambah additif yang harus ditangani dengan perhatian khusus. Additif bisa berubah dari waktu ke waktu. Dalam hal adanya additif baru, sifat-sifatnya harus dipastikan (lihat MSDS) sebelum memapari orang baik cairan atau uapnya, dan instruksi kerja harus menjelaskan metoda penanganan yang benar.

1.3.2.3. Sifat Flammable

a. Produk BBM dapat terbakar. Cairannya sendiri tidak terbakar, tapi uap yang dihasilkan yang akan terbakar. Produk BBM bersifat volatil (mudah menguap) dan bercampur dengan udara. Beberapa produk seperti premium sudah menguap pada temperatur rendah, hingga minus 15ºC. Sementara yang lain seperti minyak bakar harus dipanaskan lebih dulu agar bisa terbentuk uap.

b. Uap BBM agar dapat terbakar harus bercampur dengan udara pada proporsi tertentu. Bila uap bercampur pada proporsi ini akan membentuk ’campuran flammable’, yang bisa terbakar bila ada sumber api yang akan meningkatkan temperatur campuran uap-udara hingga ignition temperatur (temperatur pembakaran). Sebagian besar uap BBM memiliki ignition temperatur antara 260ºC - 480ºC.

c. Bila persentasi uap dalam campuran dibawah 1% volume, campuran tidak akan terbakar dan hal ini disebut campuran miskin (too lean) atau dibawah

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 6 /28

Lower Flammable limit / LFL (batas flammable terendah). Bila persentasi uap lebih besar dari 8% volume, campuran juga tidak dapat terbakar dan disebut campuran kaya (too rich) atau diatas Upper Flammable Limit/UFL (Batas flammable tertinggi)

1.3.2.4. Hazardous Atmosfir dalam ruangan. a. Tekanan uap produk adalah faktor penting dalam informasi suatu ’hazardous

atmosfir.

i. Produk yang memiliki tekanan uap rendah pada temperatur handling ( misal : minyak tanah atau solar), akan menghasilkan atmosfir dalam ruang kosong tangki berupa campuran miskin. Akan tetapi, uap dalam ruang kosong tersebut bisa terbakar pada temperatur dibawah flash pointnya jika produk berada dalam bentuk kabut atau spray seperti yang timbul akibat pengisian yang cepat atau turbulent.

ii. Produk dengan tekanan uap tinggi (contoh : premium) bila telah mencapai keseimbangan biasanya akan membentuk campuran kaya.

iii. Produk dengan tekanan uap sedang setiap saat bisa membentuk campuran flammable dan karenanya akan terbentuk Hazardous Atmosfir dalam ruang kosong tangki selama handling. Contoh produk ini adalah Avtag (Jet B, JP4) bahan bakar aviasi. Kondis yang sama dari Hazardous Atmosfir di ruang kosong tangki dapat terbentuk pada kondisi pergantian pengisian. Lihat clausul 1.2.5. dan juga selam proses gas freeing tangki yang sebelumnya berisi produk yang memiliki tekanan uap tinggi.

b. karena itu yang paling penting adalah mengambil langkah-langkah kehati-hatian mencegah resiko terbentuknya sumber api, seperti listrik statis, selama operasi bila kondisi hazardous atmosfir ada dalam ruang kosong tangki atau bila hazardous atmosfir dapat terbentuk akibat sumber api.

1.3.2.5. Switch Loading Hazardous atmosfir bisa ternbentuk dalam ruang kosong ketika produk yang memiliki tekanan uap rendah seperti minyak tanah, solar atau minyak bakar diisikan kedalam tangki atau mobil tangki yang sebelumnya berisi produk yang memiliki tekanan uap tinggi seperti premium. Operasi ini dikenal dengan istilah ”switch loading”. Sedapat mungkin hindari kegiatan switch loading, tapi bila tidak terhindarkan lakukan dengan sangat hati-hati dan hindarkan segala sumber api. Bila RTW perlu diisi dengan produk yang berbeda, harus dipastikan produk sebelumnya telah didrain bersih. Ketika melakukan loading produk, yang berpotensi timbulnya hazardous atmosfir dalam ruang kosong tangki, pengisian harus mengurangi lajunya hingga pipa pengisian tertututup. Setelahnya, laju pengisian bisa ditingkatkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 7 /28

1.3.3. LISTRIK STATIS 1.3.3.1. Muatan listrik pada produk BBM Bahaya terbesar dari listrik statik dalam operasi pemasaran meningkat ketika produk itu sendiri menjadi bermuatan. a. Akumulasi listrik statis

i. Bahan yang mengakumulasi listrik statis disebut accumulator listrik statis. Cairan diklasifikasikan sebagai akumulator listrik statis jika laju akumulasi muatan lebih besar dari peluruhan. Lebih besar konduktifitas listrik suatu cairan lebih besar laju peluruhannya. Sebagian besar produk BBM , kecuali minyak bakar atau bitumen, merupakan akumulator listrik statis.

ii. Resiko terbesar dari kebakaran oleh listrik statis terjadi ketika pengisian produk akumulator listrik statis pada kondisi dimana terdapat campuran uap yang flammable dalam ruang kosong tangki.

b. Pembentukan listrik statis pada produk BBM. Contoh penyebab pembentukan listrik statis dalam cairan BBM adalah :

i. Cairan mengalir lewat pipa atau saringan. Adanya impurities seperti titik air atau partikel karat meningkatkan pembentukan listrik statis.

ii. Kegiatan settling titik-titik air atau partikel padat dalam tangki yang mengandung cairan BBM.

iii. Pembentukan gelembung gas atau udara melalui produk BBM. c. Efek flow rate Flow rate lebih cepat, bisa memperbesar pembentukan listrik statis. Flow rate yang lebih rendah tidak hanya mengurangi pembentukan muatan tapi memberikan waktu lebih lama agar muatan listrik pada cairan meluruh ke bumi, suatu proses yang disebut relaksasi. 1.3.3.2. Pembentukan listrik statis pada Manusia. Listrik statis bisa terbentuk pada tubuh manusia, khususnya jika menggunakan baju yang terbuat dari bahan syntetis, yang memiliki konduktivitas lebih rendah dari bahan natural (katun). Effek ini lebih besar dalam kondisi kering. Jika seseorang menggunakan sepatu yang konduktif dan tidak berdiri pada permukaan terisolasi, muatan listrik akan meluruh perlahan ke bumi. Akan tetapi, muatan listrik ini dapat menyebabkan spark ketika baju dilepas, karena itu hendaknya jangan dilakukan dalam ruang ’hazardous atmosphire’.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 8 /28

1.3.3.3. Pembentukan listrik statis oleh aliran jet. Listrik statis bisa terbentuk oleh aliran jet dari gas, udara bertekanan atau uap., jika gas atau uap tersebut mengandung cairan atau partikel padat. Karena itu sangat penting untuk menjaga timbulnya pembakaran campuran flammable selama kegiatan gas-freeing atau tank cleaning, bila jet tersebut akan digunakan dengan cara mem-bonding nozzle ke tangki dan ke tanah. Karena aliran fluida dalam pipa membentuk listrik statis, semua pipa service baik untuk udara, air atau steam, nozzle untuk air, air arau steam, jalur pipa dab selang yang dipakai untuk memindahkan produk harus dihubungkan ke tangki dan tanah (grounding). 1.3.4. MENGENAL BAHAYA PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI

1.3.4.1. Bahan Bakar Minyak (BBM). Penanganan produk-produk BBM memerlukan perhatian yang serius terhadap kemungkinan teijadinya api, kebakaran dan ledakan karena produk-produk ini merupakan bahan yang mudah menyala/terbakar.

Uap bahan bakar minyak yang tercampur dengan udara pada konsentrasi tertentu dapat terbakar dengan adanya sumber penyalaan (bunga api/lidah api), tetapi campuran uap bahan bakar dan udara itupun bisa terbakar dengan sendirinya tanpa adanya sumber penyalaan, pada tekanan dan temperatur tertentu.

Campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar dengan memberikan suatu sumber penyalaan, jika kandungan uap bahan bakar dalam udara tersebut berada diantara batas daerah dapat terbakar bawah dan batas daerah dapat terbakar atas atau Lower Flammable Limit (LFL) dan Upper Flammable Limit (UFL).

Batas daerah dapat terbakar (Flammable Limit) dari beberapa senyawa hidrokarbon dan beberapa produk minyak bumi dapat dilihat pada Tabel 1.1.

PersoniI yang berkecimpung dalam penanganan BBM harus mengetahui Flammable Limit dari produk BBM yang dikelola, sehingga dapat segera melakukan tindakan pencegahan, agar produk-produk yang ditanganinya tidak menimbulkan bahaya kebakaran, misalnya dengan mempertahankan agar campuran uap bahan bakar dan udara dijaga berada dibawah lower flammable limit atau diatas upper flammable limit.

Campuran uap bahan bakar dan udara yang berada dibawah lower flammable limit dijamin tidak akan menimbulkan bahaya kebakaran, tetapi untuk campuran yang berada diatas upper flammable limit harus mendapatkan perhatian yang serius.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 9 /28

Tabel 1.1 Batas Daerah Dapat Terbakar Dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon

Flammable Limits Percent Vol/Vol Senyawa

Lower Upper

Methana CH4 5,3 14,0

Ethana C2H6 3,0 12,5

Propana C3H8 2,2 9,5

Benzena C6H6 1,6 8,0

Butana C4H10 1,9 8,5

Toluena C6H5CH3 1,3 7,0

Pentana C5H12 1,5 7,8

Hexana C6H14 1,2 7,5

Heptana C7H16 1,2 6,7

Crude Oil - 1,0 10,0

Gasoline - 1,4 7,6

Naptha - 0,8 5,0

Kerosine - 0,7 5,0

Avtur - 1,6 6,0

Sumber : The Storage and Handling of Petroleum Liquid, JohnR.Hughes.Person

Campuran uap bahan bakar dan udara diatas upper flammable limit (UFL) memang tidak bisa terbakar, tetapi jika kita menangani campuran ini kita harus mempertimbangkan kemungkinan adanya udara disekitarnya yang mungkin terdifusi kedalam campuran tadi sehingga campuran itu dapat berubah menjadi campuran dibawah upper flammable limit.

Jika hal ini terjadi maka campuran tersebut akan menjadi campuran yang bisa terbakar.

Uap bahan bakar yang mempunyai daerah (range) flammable limit (selisih upper limit dengan lower limit) yang lebar atau besar, lebih berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran dari pada uap bahan bakar yang mempunyai range flammable limit sempit atau kecil, karena untuk bahan yang mempunyai range flammable limit lebar kebakaran bisa terjadi pada range komposisi bahan bakar dan udara yang lebar. Jika range flammable limitnya sempit maka pengendalian agar komposisi bahan bakar dan udara diluar range flammable limit akan lebih mudah.

Range flammable limit bisa dipersempit dengan menambahkan "inert gas" kedalam campuran uap bahan bakar dan udara. Oleh karena itu tindakan purging dengan menggunakan inert gas kedalam tangki timbun, selain bertujuan agar komposisi uap bahan bakar diluar range flammable limit juga agar range flammable limit menjadi lebih sempit.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 10 /28

Penanganan bahan bakar pada temperatur yang tinggi juga harus mendapatkan perhatian yang serius, karena range flammable limit akan menjadi makin lebar dengan kenaikan suhu. Sifat mudah terbakarnya suatu cairan/minyak biasanya dinyatakan dengan flash point.

Cairan/minyak yang mempunyai flash point lebih rendah dari 0°C (32°F) sering disebut flammable liquid. Bahan bakar dengan flash point yang tinggi untuk bisa terbakar harus dipanaskan terlebih dahulu hingga terbentuk gas yang cukup dalam campurannya dengan oksigen.

Titik nyala (Flash Point) dari produk BBM juga harus diketahui oleh petugas yang menangani BBM tersebut, agar selalu menjaga kondisi penanganan yang aman. Dengan mengetahui nilai flash point tersebut, petugas bisa mengetahui pada temperatur berapa uap yang ditimbulkan oleh BBM cair tersebut bisa menyala, sehingga jika disekitar daerah operasi terdapat sumber penyalaan (source of ignition) maka pengawasan harus lebih diperketat.

Tabel 1.2 Spontaneous Ignition dari beberapa Senyawa Hidrokarbon

Hydro Carbon Spontaneuous Temperature Ignition (ºC)

Methana ( CH4 ) 536

Ethana (C2H6) 514

Propana (C3H6) 466

Butana (C4H10) 406

Pentana (C5H12) 309

Hexana (C6H14) 234

Heptana (C7H16) 223

Oktana (C8H18) 220

Nonana (C9H20) 206

Benzene (C6H6 ) 580

High Seed Diesel 338

Medium Diesel Oil 338

Fuel Oil 225-410

Avigas 429

Premium /Mogas 280

Minyak Tanah / Kerosine 250

Avtur 254

Pelumas 250 -415

Wax 245

Dari tabel 1.2. dapat dilihat, makin panjang rantai karbon makin rendah temperatur penyalaannya (Spontaneous Ignition Temperature).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 11 /28

Pada waktu kita melakukan pengelasan (pada saat perbaikan) pada pipa-pipa penyalur BBM, kita juga harus hati-hati, karena kemungkinan adanya sisa-sisa cairan atau uap BBM dalam pipa yang dapat menimbulkan kebakaran sewaktu pengelasan.

Pada temperatur tertentu BBM bisa terbakar dengan sendirinya tanpa adanya sumber api (source of ignition), apabila dikabutkan dan dikenakan pada permukaan material yang panas seperti steam pipe, knalpot dll.

Temperatur penyalaan secara penyalaan sendiri dari senyawa hidrokarbon dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Jadi produk-produk seperti fuel oil, pelumas dan solar dapat diperkirakan mempunyai temperatur penyalaan yang rendah karena rantai karbonnya panjang, maka penanganan produkproduk ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.

1.3.4.2. LPG dan Produk Khusus a. Elpiji.

Elpiji adalah suatu produk yang dipasarkan oleh Pertamina yang merupakan merk dagang dari Liquified Petroleum Gases (LPG). Komponen utama dari elpiji adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10). Disamping itu elpiji juga mengandung senyawa hidrokarbon lain dalam jumlah kecil, misalnya Etana (C2H6) dan Pentana (C5H12).

Sumber elpiji dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yakni Natural Gas (Gas Bumi) dan Refinery Gas (Gas hasil Kilang). Gas Bumi merupakan campuran senyawa-senyawa hidrokarbon ringan dan senyawa ikutan yang lain, misalnya karbon dioksida, hidrogen sulfida, uap air dan lain sebagainya. Sedangkan gas hasil kilang sebagian besar hanya terdiri atas senyawa hidrokarbon ringan.

Didalam kondisi atmosferis elpiji berupa gas, dan dapat dicairkan pada tekanan diatas 5 kg/cm². Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dari pada dalam bentuk gas, untuk berat yang sama. Oleh sebab itu umumnya elpiji dipasarkan dalam bentuk cair.

Elpiji merupakan bahan bakar alternatif disamping bahan bakar minyak (BBM), dipakai untuk keperluan rumah tangga, industri maupun untuk keperluan khusus lainnya.

Menurut spesifikasinya elpiji dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu Elpiji campuran, Elpiji Propana dan Elpiji Butana.

Spesifikasi elpiji tersebut tercantum pada Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Elpiji yang dipasarkan oleh Pertamina adalah elpiji campuran.

Dengan pertimbangan keamanan di dalam pemakaiannya, elpiji diberi zat pembau, sedangkan untuk keperluan khusus juga dipasarkan elpiji yang tidak berbau. Elpiji ini bersifat sangat mudah menguap dan mudah terbakar.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 12 /28

Disamping digunakan sebgai bahan bakar, LPG juga bisa digunakan untuk refrigerant, untuk menggantikan fungsi freon yang saat ini mulai dibatasi produksi dan penjualannya.. Produk Refrigerant Musicool yang dipasarkan oleh Pertamina dibuat dari campuran propana dan butana dengan komposisi tertentu, disesuaikan peruntukannya.

b. Polypropylene Pertamina (Polytam). Polytam berbentuk butiran, yang dihasilkan dari proses polimerisasi propylen.

Polytam ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan karung plastik dan tali rafia.

Karena bersifat sebagai plastik maka produk polytam ini tahan cuaca dan tidak mudah rusak oleh suhu tinggi, bahan kimia (asam, basa dan garam).

c. Purified Terephthalic Acid (PTA). PTA yang berbentuk powder ini mempunyai rumus kimia C6H4(C00H)2. PTA dibuat dari bahan baku Paraxylene, dan saat ini digunakan untuk bahan baku untuk pembuatan serat polyester sebagai bahan baku sandang.

PTA dikemas didalam kantong (bag) yang beratnya masingmasing 1 ton, dan setiap 20 ton dimasukkan di dalam satu kontainer.

d. Petroleum Coke. Petroleum Coke (Coke) berupa zat padat yang hampir seluruhnya terdiri atas kristal-kristal Karbon (C). yang berbentuk amourphous sampai graphite dengan Carbon Hydrogen Ratio antara 18 sampai 1000.

Ada 2 (dua) macam Coke yaitu Green Coke dan Calcined Coke. Green Coke adalah coke yang dihasilkan oleh proses pengolahan residu dengan pemanasan pada suhu tinggi dan waktu yang lama di dalam. Delayed Coker Unit, sedangkan Calcined Coke adalah coke yang dihasilkan dari pengolahan lanjut Green Coke di dalam unit Kalsinasi yang disebut Calciner.

Perbedaan utama antara Green Coke dan Calcined Coke secara visual adalah dapat dilihat dari warna Green Coke yang hitam berkilat agak basah, sedangkan Calcined Coke berwarna hitam agak kelabu dan kering.

Green Coke mengandung Karbon antara 85-90% dan Calcined Coke mengandung karbon 95-99% berat.

Green Coke digunakan sebagai bahan baku pembuatan Calcined Coke, bahan bakar padat (solid fuel) pada industri peleburan baja, industri logam, peleburan timah di Pulau Bangka dan sebagainya. Calcined

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 13 /28

Coke digunakan untuk Industri Peleburan Aluminium (PT Inalum), Industri Logam, Industri Calcium Carbida (CaC2), Industri Graphite Electroda, Carbon sebagai unsur pengisi pada industri baja.

e. Methanol. Methanol disebut juga Metil Alkohol (CH3OH), Carbinol atau Wood Alcohol dibuat dari gas alam dengan dasar proses steam reforming. Metanol ini.adalah berupa zat cair yang tidak berwarna, berbau pedas, mudah terbakar, mudah larut di dalam air. Metanol ini adalah bahan baku yang diperlukan pada industri kayu lapis, plastik, farmasi dan sebagai bahan bakar campuran bensin.

f. Solvent (LAWS, SBP, SGO). Jenis solven Low Aromatic White Spirit (LAWS), Special Boiling Point (SBP) dan Special Gasoil (SGO) ini dihasilkan dari proses distilasi minyak bumi. Produk ini digunakan di dalam industri.

Bahan ini berupa cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. LAWS banyak digunakan di dalam industri cat (sebagai pelarut) dan sebagai pengencer (thinner), industri pestisida sebagai pelarut dalam pembuatan pestisida (pembunuh hama), industri pupuk seperti PUSRI untuk pencucian peralatan dan sebagainya.

SBP banyak dipakai oleh industri ban (digunakan di dalam proses pembuatan ban), industri lem (digunakan untuk bahan pembuatan lem).

SGO digunakan pada pabrik obat misalnya, bahan ekstraksi Kina.

g. Minarex Minarex adalah ekstrak produk hasil samping Lube Oil Plant yang dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu Minarex A, B, C dan D. Minarex ini berupa cairan yang relatif tidak mudah menguap dan mempunyai flash point cukup tinggi (435°F). Penggunaan Minarex ini tergantung pada jenisnya masing-masing.

• Minarex A

Dapat digunakan sebagai bahan pencampur bersama plasticizer (pelumas) pada proses pembuatan produk-produk PVC dan kulit imitasi.

• Minarex B

Pada umumnya digunakan pada industri produk yang terbuat dari karet yang berwarna gelap, misalnya industri ban, belt conveyor dan dapat digunakan pada industri tinta cetak yang berwarna hitam.

• Minarex C dsn D

Dapat digunakan di dalam industri tinta cetak yang memproduksi warna-warna terang.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 14 /28

h. Parafinic 60 dan 95.

Produk ini digunakan sebagai oil yang bermutu tinggi, khusus dibuat untuk industri barang-barang karet seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang karet kendaraan, karet sintetis dan base oil untuk printing ink.

Parafinic 60 dan 95 ini berupa cairan yang berwarna agak gelap, dan mempunyai flash point relatif tinggi (204°F). Disimpan di dalam tangki timbun atau drum.

i. Minasol.

Minasol adalah merupakan produk samping yang berupa kondensat dari produk utama LPG. Minasol ini adalah berupa cairan tidak berwarna dan mudah menguap serta mudah terbakar.

J. Bahan Kimia Pertanian.

Bahan kimia pertanian ini berbentuk cairan, mudah menguap dan beracun serta mudah terbakar. Kegunaan pada umumnya adalah sebagai pestisida yaitu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama atau penyakit tanaman misalnya fungisida, herbisida, insectisida dan sebagainya. Produk ini dikemas di dalam kemasan drum dan plastik dalam berbagai ukuran.

1.4.0. DEFINISI/BATASAN. Dalam rangka menyamakan pengertian dalam kegiatan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) maka, digunakan terminology sebagai berikut: A ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR): Suatu alat pemadam api / kebakaran yang beratnya tidak lebih dari 16 kg (35 Ibs), dapat berdiri sendiri (tanpa harus ditunjang dengan peralatan lain), dapat dipindah-pindahkan dari suatu tempat ketempat yang lain dan dapat digunakan/dioperasikan oleh satu orang. Media pemadam yang digunakan dapat berupa air, busa kimia (chemical foam), tepung kimia kering (dry chemical powder), gas inert (nitrogen/karbon dioksida) atau cairan yang mudah menguap (halon).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 15 /28

ALAT PERNAFASAN DEBU (DUST RESPIRATOR): Masker yang dapat menutupi seluruh muka atau mulut dan lubang hidung dan dilengkapi dengan alat penyaring udara guna menghilangkan debu dan partikelpartikel secara efisien. ALAT PERNAFASAN KANISTER (CANISTER RESPIRATOR): Alat yang digunakan untuk menjamin bahwa pemakainya memperoleh hawa yang dimurnikan melalui masker atau penutup mulut dengan menghilangkan gas dan uap yang berbahaya dari persediaan udara. Alat ini tidak cocok untuk udara dengan kadar oksigen rendah atau udara yang mengandung gas atau uap beracun dengan konsentrasi yang besar. APMS (AGEN PREMIUM DAN MINYAK SOLAR): Adalah Agen Premium dan Minyak Solar, dimana biaya pengiriman (angkutan) BBM ke lokasi agen ditanggung sendiri oleh agen yang bersangkutan, sedang harga penjualan BBM sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati) setempat. ALAT UNTUK BERNAFAS (BREATHING APPARATUS): Alat yang menjamin agar pemakainya mendapatkan udara murni (bersih) terus menerus dari sebuah tabung dan dialirkan melalui slang ke masker, topi, helm atau penutup mulut. B BACK LOADING: Pemuatan elpiji/BBM dari suatu Peralatan/Pembungkus/Instalasi/ Elpiji Filling Plant untuk dikirim ke Pelabuhan penerima/Instalasi. BEBAS GAS (GAS FREE): Suatu bejana (Vessel), tabung (Container) atau daerah dianggap bebas gas, apabila konsentrasi gas-gas yang mudah menyala atau beracun didalamnya berada didalam batas-batas aman yang telah ditentukan bagi orang yang memasukinya. BOOSTER STATION: Adalah lokasi dimana tersedia fasilitas untuk meningkatkan tekanan pemompaan produk (tekanan pompa) dalam suatu sistem pemompaan melalui jalur pipa. BESI PIROFORIK (PYROPHORIC IRON OXIDE): Besi dengan komposisi dalam bentuk yang sangat mudah teroksidasi jika berada di udara terbuka, sehingga dapat memijar, bahan ini terdiri dari logam yang terurai tetapi biasanya terbentuk ferrous sulfide dengan adanya merkaptan atau hidrogen sulfida. BOTTOM LOADING: Pengisian/pemuatan elpiji/BBM dari bagian bawah tangki penerima muatan yang berhubungan sehingga ujung slang dan pipa pengisian terendam didalam cairan elpiji/BBM yang berada didalam tangki penerima muatan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 16 /28

BOUNDING CABLE Kabel (kawat) tembaga yang menghubungkan tangki/ bejana yang sedang diisi elpiji/BBM dengan alat pengisi untuk menghilangkan beda potensial yang terjadi sebagai akibat terbentuknya listrik statis selama berlangsungnya pengisian elpiji/BBM. BULK ELPIJI Elpiji dalam bentuk curah. C CAP PROTECTOR: Tutup pelindung katup pada tabung elpiji untuk kemasan 50 kg (108 It WC) dari kemungkinan bahaya benturan. CHECK SCALE: Timbangan akhir yang digunakan untuk mengecek kebenaran dari pengisian tabungtabung tersebut setelah tabung keluar dari tempat pengisian. COMPRESSED NATURAL GAS: Gas alam bertekanan (GAT - Gas Alam Tekan) dengan gas Methan (CH4) yang dominan. CONTAINER: Wadah/kemasan, baik yang berupa tangki penyimpan atau pengangkut produk dalam bentuk curah (Bulk) maupun bejana yang lebih kecil yaitu berupa tabung, kaleng, can dan sebagainya. CONVENTIONAL BUOY MOORING (CBM): Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai di tengah laut, dimana kapal ditambatkan pada beberapa Mooring Buoy, tergantung dari ukuran kapal (4,6 atau 8 Mooring Buoy). CONVEYOR: Sarana berupa bantalan roll/ban berjalan yang terpasang tetap dan dapat berputar sejajar permukaan lantai yang berfungsi memindahkan tabung dari satu tempat ketempat lain tanpa harus diangkut untuk tabung kosong maupun tabung isi. D DAERAH Yaitu daerah dimana kondisi udaranya tidak tercampur gas/uap bahan bakar yang mudah terbakar. Daerah yang tidak termasuk kategori daerah berbahaya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 17 /28

DAERAH BERBAHAYA (DANGEROUS AREA): Suatu daerah dimana terdapat atau mungkin dalam keadaan bahaya. Daerah keadaan bahaya digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: Divisi 0 (nol) : Daerah dimana terdapat udara berbahaya secara terus

menerus. Divisi 1 (satu) : Daerah yang terdapat udara berbahaya yang mungkin

timbul pada waktu keadaan pekerjaan berjalan normal. Divisi 2 (dua) : Daerah yang terdapat udara berbahaya yang mungkin

timbul dalam keadaan tertentu. DAERAH TANGGUL PENAHAN (BUNDED AREA) Daerah yang dibatasi oleh relief tanah secara alamiah (natural) atau oleh tanggul penahan yang direncanakan/dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menahan / menampung tumpahan-tumpahan minyak. DEALER Penyalur BBM/Non BBM ke pihak konsumen. DEPOT PENGISIAN PESAWAT UDARA (DPPU): Adalah tempaf penimbunan khusus untuk Bahan Bakar Penerbangan yang pembekalannya dilaksanakan menggunakan sarana angkutan darat dan atau sarana angkutan air dari Instalasi/Seafed Depot/Kilang Dalam Negeri/Import dan menyerahkannya langsung kepada konsumen pesawat udara. E EARTHED EQUIPMENT: Alat yang dihubungkan ke tanah dengan memakai kabel khusus untuk menyalurkan adanya listrik statis, petir dan imbas arus listrik lainnya ke pentanahan. ELPIJI: Merk dagang dari Liquified Petroleum Gases yang merupakan campuran Butana dan Propana. ELPIJI FILLING HEAD: Ujung pipa akhir dimana terdapat kerangan dan atau slang, nozzle untuk penyaluran elpiji kepada konsumen di Instalasi pengisian elpiji. ELPIJI FILLING HOSE: Slang penyaluran elpiji di Instalasi pengisian elpiji. ELPIJI FILLING MACHINE: Merupakan suatu unit pengisian tabung - tabung ELPJI yang terdiri dari : 1. Timbangan. 2. Kerangan dan nozzle pengisi tabung. 3. Master penyetelan volume/berat pengisian untuk 12-50 kg.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 18 /28

ELPIJI FILLING PLANT: Instalasi pengisian elpiji dalam bentuk tabung ataupun skid tank. ELPIJI LOADING PACKAGE: Merupakan suatu unit pompa (kompresor) yang dipakai untuk mentransfer elpiji kedalam container. E L P I J I U N L O A D I N G P A C K A G E Merupakan suatu unit pompa (kompresor) yang berhubungan langsung dengan tanki (Storage Tank) yang digunakan untuk memindahkan elpiji dari Tank Car ke storage tank atau sebaliknya. EMERGENCY SHUT-OFF VALVE Katup pengaman dalam keadaan darurat yang dapat ditutup penuh dengan kurang dari satu putaran secara cepat. EVAQUATION PUMP Jenis pompa yang dipakai untuk mengeluarkan sisa elpiji yang didapat didalam tangki dan container/tabung kemasan elpiji. EXPLOSI METER atau COMBUSTIBLE GAS INDICATOR Alat untuk mengukur konsentrasi kandungan gas di udara yang mudah menyala / terbakar. F FILLING NOZZLE: Ujung pipa dan atau selang penyalur produk cair yang terdapat peralatan kerangan, kopling di Instalasi pengisian. FIRE RESISTANCE RATING (FRR): Waktu minimum yang diperlukan sebagai penahan menjalarnya kebakaran. FIXED MOORING BERTH: Fixed Mooring Berth adalah tempat sandar kapal yang terdiri dari Dolphin untuk penambatan tanker dan suatu Yetty head untuk penempatan hose equipment dan manifold yang menghubungkan pipe line system. FLAMMABLE: Setiap zat cair, gas atau uap yang mudah dinyalakan/mudah terbakar. FLAMMABLE GAS: Tanda peringatan (sticker plakad) tentang Bahan Bakar Gas yang mudah terbakar dan terpasang pada dinding tangki skid tank dan RTW.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 19 /28

FLAME PROOF ATAU EXPLOSION PROOF Flame proof atau Explosion proof dalam hubungan dengan alat-alat listrik berarti konstruksi alat-alat tersebut dapat menahan tanpa ada kerusakan pada setiap timbul ledakan dari gas atau uap tertentu yang mudah menyala atau ledakan yang mungkin terjadi di dalam selubung itu pada saat operasi. Hal ini berkaitan dengan perkiraan kekuatan konstruksi alat-alat listrik termaksud jika terjadi kelebihan-kelebihan beban, serta mencegah menjalarnya nyala api yang dapat membakar gas atau uap tertentu yang mudah menyala, yang mungkin berada disekitarnya terpasang di bawah tanah (under ground tank). FLEXIBLE PIPE: Pipa lentur yang dapat mengikuti perubahan kedudukan tangki timbun dengan jalur pipa dan atau meredam getaran dari suatu peralatan dengan peralatan lainnya. FOOT RING: Bagian bawah dari tabung elpiji yang berfungsi sebagai alat penyangga tabung. FORKLIFT: Alat/kendaraan pengangkat container/kemasan pallet elpiji/BBM/Pelumas dari kendaraan ke tempat penimbunan dan sebaliknya. G GAS CYLINDER TRUCK SYSTEM (TRAVASI SYSTEM): Sejumlah cylinder atau tangki yang terpasang tetap di atas truck untuk angkutan GAT ke stasiun pengisian. Travasi truck dapat mengangkut 2.500 m3 GAT, disesuaikan dengan kemampuan jalan. GAS PURGING VALVE/ VENT NOZZLE: Kerangan untuk mengosongkan sisa gas didalam storage tank pada waktu tank cleaning. Dapat juga untuk membuang O2 yang ada didalam storage tank pada waktu pengisian N2. GAS STORAGE UNIT: Sekelompok cylinder gas dengan ukuran 5,5 x 1,1 x 1,6 meter dalam, kotak yang botolnya berdiri tegak atau 5,5 x 2,0 x 1,6 meter dalam kotak dengan botolnya disusun mendatar/horizontal. GROUNDING CABLE: Kabel tembaga yang menghubungkan dinding tangki dengan plat logam tembaga dibawah tanah untuk menyalurkan muatan listrik statis yang terjadi pada tangki.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 20 /28

H HAMMER TEST: Pengujian dengan menggunakan alat pemukul (hammer) untuk mendapatkan petunjuk perkiraan tentang terjadinya kelainan/ keretakan/ kerusakan pada dinding bejana tekan. HAND GUARD: Bagian atas tabung elpiji yang berfungsi sebagai alat pelindung valve dan untuk mengangkat elpiji. HYDROSTATIC TEST: Pengujlan terhadap bejana tekan dengan jalan memasukkan air bertekanan kedalamnya. Pengujian ini dapat dimaksudkan sebagai uji kekedapan atau uji kekuatan bahan dinding bejana. INLAND DEPOT: Tempat penerimaan penimbunan dan penyaluran BBM yang pembekalannya dilaksanakan dengan sarana angkutan darat/sungal seperti : mobil tangki, RTW dan jalur pipa. INSTALASI: Adalah Seafed Depot dalam skala besar antara lain terdapat di Labuhan Deli, Instalasi Tanjung Priok, Instalasi Pengapon, Instalasi Surabaya Group, Instalasi Ujung Pandang. INTERTANK TRANSFER: Pemindahan BBM/elpiji dari suatu tangki timbun ke tangki timbun lain yang dilakukan untuk keperluan operasional bila terjadi kondisi darurat maupun operasi biasa. IJIN (PERMIT): Suatu surat yang dikeluarkan oleh pejabat bidang operasi yang berwenang untuk suatu pekerjaan didalam daerah-daerah berbahaya/terbatas. J JOBBER: Adalah Seafed Depot yang pemilikan assets dan pengoperasiannya dilaksanakan oleh pihak swasta. K KERANGAN DARURAT (EMERGENCY SHUT OFF VALVE): Kerangan/katub yang secara otomatis dapat terbuka maupun tertutup yang bekerja dengan sistem hidrolis, pneumatis dan kabel yang dapat

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 21 /28

dioperasikan jarak jauh dari sumber bahaya. Sebagai contoh, disetiap tangki dipasang 2 buah. 1. Satu buah dipasang di pipa inlet. 2. Satu buah dipasang di pipa oulet. Juga terpasang pada sistem pipa saluran pengisian. KONSENTRASI YANG DIIJINKAN (PERMISIBLE CONCENTRATION): Konsentrasi yang diperbolehkan (MAC = Maximum Allowable Concentration). Bagi suatu kandungan gas tertentu diudara yang dapat dihirup oleh manusia dalam waktu lama, yaitu 8 jam atau lebih tanpa menyebabkan sakit atau rasa tidak enak. KONSINYASI: Pengiriman BBM/Non BBM dari suatu Instalasi/Depot PDN ke Instalasi/Depot lainnya dilingkungan PERTAMINA dalam rangka memenuhi stock lokasi/daerah. L LOADING PORT: Lokasi tempat berlangsungnya kegiatan pemuatan BBM/ elpiji/Non BBM. M MAN HOLE (LUBANG LALU ORANG): Suatu lubang yang disediakan untuk lalu orang masuk kedalam tangki timbun pada waktu diadakan pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan. MANIFOLD: Satu atau lebih pipa utama dengan sambungan-sambungan cabang serta kumpulan kerangan-kerangan yang dipergunakan untuk mengumpulkan atau mendistribusikan bahan cairan atau gas (zat alir) yang diatur melewati pipa-pipa, pompa-pompa atau bejana-bejana dari suatu tempat ketempat lain. MANOMETER TEKANAN (PRESSURE GAUGE): Alat pengukur tekanan; sebagai contoh pada tangki timbun elpiji alat ini ada dua buah dipasang pada bagian atas dan bawah tangki elpiji, dimana bagian atas untuk mengetahui tekanan uap gas, bagian bawah untuk mengetahui tekanan cairan. MOBILE PLANT ATAU EQUIPMENT Mesin atau peralatan yang dinaikkan diatas roda-rodanya sendiri, untuk berpindah-pindah atau mudah dipindahkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 22 /28

MUDAH MENYALA (FLAMMABLE): Merupakan sifat setiap zat cair, gas atau uap yang dapat mudah dinyalakan. Penambahan awalan "non" pada kata "flammable" menunjukkan bahwa zat-zat tersebut tidak mudah menyala. Akan tetapi belum tentu berarti bahwa zat-zat tersebut tidak dapat terbakar (Non Combustible). N NAKED LIGHT (API TERBUKA): Api terbuka yang berasal dari alat-alat pemanas dan lampu yang mengeluarkan nyala api / bara, seperti alat pengelas, alat-alat portable yang digerakkan / dioperasikan dengan tangan atau motor penggerak yang dapat menimbulkan bara api dll. O OIL INTERCEPTOR (JEBAKAN MINYAK): Suatu peralatan yang penempatannya dalam suatu sistem drainage dan disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran air lewat, tetapi dapat menahan setiap bahan minyak yang terdapat didalamnya. P PEJABAT YANG BERWENANG (COMPETENT PERSON): Orang yang memiliki kepandaian yang diperlukan pada suatu proses tertentu atau jenis mesin dan perlengkapan sehingga orang tersebut mampu untuk mengerjakan pekerjaan yang bersangkutan dan atau yang sudah diberi wewenang untuk melaksanakan pekerjaan termaksud. PENAHAN NYALA API (FLAME ARRESTER): Alat untuk membatasi menjalarnya nyala api masuk kedalam atau keluar dari suatu alat, peralatan atau tempat tertentu. PENGGOLONGAN MINYAK BUMI DAN HASIL-HASILNYA: Penggolongan dari minyak bumi dan hasil-hasilnya menurut flash pointnya, yaitu : 1. Penggolongan menurut NFPA-30 tahun 1984.

a. Kelas IA : Yang mempunyai flash point dibawah 73°F (22,8°C) dan yang mempunyai boiling point pada atau dibawah 100°F (37,8°C).

IB : Yang mempunyai flash point dibawah 73°F (22,8°C) dan yang mempunyai boiling point pada atau diatas 100°F (37,8°C).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 23 /28

IC : Yang mempunyai flash point pada atau diatas 73°F

(22,8°C) dan dibawah 100°F (37,8°C).

Minyak kelas I ini digolongkan kedalam "Flammable liquid".

b. Kelas II : Yang mempunyai flash point tertutup antara 100°F (37,8°C) sampai dengan 140°F (60°C).

c. Kelas III : Yang mempunyai flash point diatas 140°F. IIIA : Yang mempunyai flash point terhitung antara 140°F

(60°C) sampai dengan 200°F (93°C). IIIB : Yang mempunyal flash point pada atau diatas 200°F

(93°C).

Sedang kelas II & III ini termasuk "Combustible liquid" (cairan yang dapat terbakar).

2. Penggolongan menurut IP marketing Safety Code 1978.

Kelas 0 Liquified Petroleum Gases (LPG). Kelas I Cairan yang mempunyai flash point dibawah 21°C. Kelas ll Cairan yang mempunyal Flash Point 21�C sampai dengan

55°C. Kelas III Cairan yang mempunyai Flash Point diatas 55°C sampal

dengan 100°C. Bila Flash Point diatas 100°C, tak diklasifikasikan atau tanpa kelas.

Dilihat dari operasinya, bilamana dikelola pada suhu dibawah Flash Point maka diberi tanda (1), misainya II (1) atau III(1) tetapi bila dikelola (handling) diatas suhu flash pointnya maka diberi tanda (2), misainya II (2), III (2). PENGHENTI API : Penghalang-penghalang yang dikonstruksi secara menyilang pada lubang-lubang penempatan saluran-saluran buangan air limbah dengan pipa sebagai pencegahan menjalarnya api. PENGHUBUNG PENTANAHAN ATAU DIBUMIKAN (EARTHING CONNECTION): Penghubung terminal dari bahan logam pada suatu konstruksi dan atau dengan elektroda pentanahan untuk menjamin peralatan konstruksi bangunan dan atau peralatan itu tetap atau terhubung dengan tegangan bumi (earth potential). PERALATAN LISTRIK DENGAN SELUBUNG YANG TAHAN API/LEDAKAN (FLAME PROOF ENDOSURE) : Suatu selubung dengan peralatan listrik tahan cacat terhadap adanya ledakan didalamnya, pada keadaan operasi yang sesuai dengan batas kemampuan peralatan listrik tersebut, disamping selubung tersebut harus

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 24 /28

mampu mencegah menjalarnya api dari dalam selubung keluar ke lingkungannya. PERALATAN LISTRIK YANG ”INTRINSICALLY SAFE” : Peralatan listrik yang cara pembuatannya sedemikian rupa sehingga bila dipasang pada lokasi Area berbahaya karena potensi ada gas/uap yang mudah terbakar dan bila dipasang sesuai dengan petunjuk, tidak akan mengeluarkan bunga api kecuali pada saat terjadi gangguan. PERALATAN LISTRIK YANG SUDAH DIPERIKSA (APPROVED APPARATUS): Peralatan-peralatan lain timbul tidak termasuk kedua jenis diatas, akan tetapi sudah diperiksa sesuai dan memenuhi syarat untuk digunakan pada suatu lokasi/tempat oleh yang berwenang. PERANGKAP GAS (GAS TRAP): Suatu ruangan di dalam sistem drainage yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan bahan cair lewat tetapi menahan dari produk-produk yang berupa gas. PSPD (PREMIUM SOLAR PACKED DEALER): Lembaga penyalur yang ditunjuk Pertamina, yang bertugas melayani kebutuhan Premium dan Minyak Solar kendaraan bermotor bagi daerah-daerah yang belum memungkinkan untuk dibangun SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum) dengan harga jual PERTAMINA. PRODUK YANG MENGANDUNG TIMBAL (LEADED PRODUCT): Produk yang telah dibubuhi dengan senyawa kimia yang mengadung timbal, misalnya TEL dan TML. Q R RTW: Kereta Ketel (Rail Tank Wagon = RTW) yaitu tangki silinder datar (horizontal) yang dipasang diatas rangka kereta didalam rangkaian gerbong kereta api. S SAFE ATMOSPHERE: Keadaan atmosphere atau udara yang tidak dapat menimbulkan nyala api. SAFETY CAP: Tutup pelindung kerangan pada tabung elpiji dengan kapasitas 45 kg.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 25 /28

SAFETY GAUGE: Jaringan Yang dipergunakan untuk mencegah diteruskannya nyala api kedalam atau keluar dari setiap alat/perlengkapan atau bangunan. SAFETY VALVE: Katup pengaman yang tekanan kerjanya diset pada suatu tekanan maksimum misalnya (18 kg/cm²) dan apabila tekanan gas didalam tangki lebih besar dari tekanan maksimum (18 kg/cm²) maka gas akan keluar untuk mencegah tekanan berlebihan melampaui kemampuan tekanan bejana/tabung. SEAFED DEPOT: Tempal penerimaan penimbunan dan penyaluran BBM yang pembekalannya dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkutan laut/air, yang berasal dari Kilang/Import, Floating Storage, Seafed Depot yang lain dan menyalurkannya ke lokasi kerja yang lain serta melakukan penyerahan kepada konsumen. SERTIFIKASI BEBAS GAS: Suatu sertifikat yang diberikan oleh orang yang berwenang dilokasi kerja setelah diadakan test gas untuk menentukan bahwa konsentrasi dari gas yang dapat menyala dan atau gas-gas beracun yang terdapat didalam daerah/tempat tertentu berada dalam batas- batas aman, termasuk pemeriksaan kondisi peralatan dan lingkungan. NYALA API TERBUKA (NAKED LIGHT ATAU NAKED FLAME): Cahaya terbuka meliputi semua nyala api, sumber panas bahan bercahaya, lampu dari jenis tertentu, alat las atau perlengkapan yang dapat dibawa-bawa dan dikerjakan dengan tangan atau dikerjakan dengan mesin yang mudah menimbulkan percikan bunga api, bara, panas. SINGLE BUOY MOORING (SBM): Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai, di tengah laut, dimana kapal ditambatkan hanya pada satu Mooring Buoy. SINGLE POINT MOORING (SPM): Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai, ditengah laut, dimana kapal dapat diikat hanya pada satu titik tambat, menggunakan satu Mooring Buoy. SKID TANK : Bejana atau tabung dengan batasan kapasitas isi air diatas 1.000 Ib (454 kg), yang dipergunakan untuk mendistribusikan elpiji sebagai sebuah "Paket" (package) dan dapat dipasang atau dilepas lagi diatas kendaraan pengangkut, misalnya truck atau trailer. Appurtenance pada wadah/tangki tersebut harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tangki tersebut dapat ditangani sebagal sebuah paket.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 26 /28

SPARK ARRESTOR : Suatu alat yang mampu untuk mencegah pengeluaran dari partikel-partikel bunga api ke udara bebas hasil proses pembakaran motor bakar yang terpasang pada sistem pengeluaran gas buang. Hendaknya diperhatikan bahwa spark arrestor tidak perlu merupakan suatu flame trap. SPBA (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK ABRI) : Sarana penyaluran premium dan minyak solar yang dilengkapi dengan unit pompa untuk melayani kendaraan bermotor ABRI. SPBI (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK INDUSTRI) : Sarana penyaluran premium dan minyak solar yang dilengkapi dengan unit pompa (dispencing pump) untuk melayani kendaraan bermotor konsumen dan peralatan industri itu sendiri. SPBU (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK UMUM) : Sarana penyaluran BBM untuk kendaraan bermotor untuk umum yang dilengkapi dengan unit pompa (dispencing pump) untuk melayani kendaraan bermotor. premium, minyak solar dan Premix SPBU TERAPUNG : SPBU yang ditempatkan diatas tongkang sebagai sarana penyaluran premium dan minyak solar bagi kendaraan air. SPPBE (STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI) : Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji yang dikelola oleh pihak swasta. SUMBER PENYALAAN (SOURCE OF IGNITION) : Kegiatan yang dapat menghasilkan nyala api terbuka, kebakaran, bahan penerangan yang menyala, panas las listrik, lampu-lampu yang tidak memenuhi persyaratan, atau suatu percikan nyala api yang disebabkan oleh apapun juga. SUPPLY POINT : Seafed Depot atau Inland Depot yang berfungsi juga sebagai tempat penimbunan BBM sementara untuk selanjutnya disalurkan ke lokasi kerja lainnya dilingkungan UPMS yang bersangkutan. T TANGGUL PENAHAN (BUND) : Suatu tanggul yang mempunyai ketinggian cukup dan dibuat dari beton, tanah atau bahan lainnya yang sesuai dengan maksud untuk penampung tumpahan minyak dari segala arah.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 27 /28

TITIK NYALA (FLASH POINT) : Adalah suhu terendah dimana bila api kecil didekatkan ke bahan tersebut, bahan langsung terbakar kemudian mati lagi karena bahan belum mampu menghasilkan uap yang cukup untuk membentuk campuran uap-udara yang flammable. U UDARA BERBAHAYA (DANGEROUS ATMOSPHERE) : Udara yang mengandung konsentrasi gas atau uap dalam jumlah tertentu, dalam konsentrasi yang dapat menimbulkan nyala api. Istilah ini hanya mengenai bahaya yang timbul dari nyala api, sedangkan sebab-sebab lain misalnya keracunan, menyesakkan dan radioaktivitas, maka bahaya-bahaya ini disebut secara khusus. UDARA BERTEKANAN (COMPRESSED AIR) : Udara yang ditekan hingga tekanan tertentu misalnya digunakan untuk membuka automatic diaphragms pada Bottle Filling Machine dan Emergency Valve di Storage Tank. UNDERGROUND TANK : Tangki dengan seluruh bagian-bagiannya terpendam di dalam tanah, kecuali fitting fitting yang terpasang pada tangki tersebut. V VALVE INLET LIQUID (KERANGAN PENERIMAAN CAIRAN LPG): Untuk memasukkan cairan elpiji dari bejana/tabung penyerahan ke bejana/tabung penerima yang dioperasikan secara manual pada proses penerimaan dengan manual. VALVE INLET VAPOUR (KERANGAN PENERIMA GAS/UAP LPG): Untuk mengembalikan gas kedalam bejana/tabung penyerahan pada saat pengisian Skid Tank dan pemuaian pada pipa ke bejana/tabung penerima untuk menghindari tekanan berlebihan dijalur pipa, tangki pada saat proses penerimaan. VALVE OUTLET LIQUID (KERANGAN PENYERAHAN CAIRAN LPG): Untuk mengeluarkan cairan elpiji dari tangki timbun ke stasiun pengisian untuk pengisian elpiji kedalam bejana/tabung maupun melayani pengisian Skid Tank dan Bulk Tank Truck.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB I. UMUM I - 28 /28

VALVE OUTLET VAPOUR: Untuk pengembalian gas/uap elpiji pada saat melaksanakan proses penyerahan LPG. VAPORIZER: Suatu alat yang dapat menerima elpiji dalam bentuk cair, kemudian dipanaskan sehingga mengubah cairan tersebut menjadi gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. WATER SPRINKLER: Pipa galvanized yang pada jarak tertentu dipasang nozzle pengabut yang berfungsi untuk mendinginkan permukaan dinding tangki. WC (WATER CAPACITY): Kapasitas sebuah bejana/tabung elpiji ditentukan standar dalam satuan volume, misalnya liter atau dalam satuan massa, misalnya kilogram apabila tabung tersebut diisi dengan air. X Y Z ZAT ATAU CREAM PELINDUNG (BARRIER SUBSTANCE CREAM): Suatu ramuan obat-obatan yang dioleskan pada permukaan kulit, guna melindungi kulit dari zat-zat ang dapat menyebabkan sakit atau bahaya pada kulit.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 1 / 95

II OPERASI BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) 2.1. Umum II - 3 2.2. Perencenaan Fasilitas Inst./TT/Depot BBM II - 3 2.2.1 Lokasi II - 3 2.2.2 Tata Letak II - 3 2.2.3 Fasilitas Operasional II - 5 2.2.4 Jarak Aman II - 15 2.3. Operasi Penerimaan dan Penimbunan II - 19 2.3.1 Pemindahan Bulk Minyak Dari Atau Ke Kapal II - 19 2.3.2 Pengisian dan Pembongkaran BBM dengan RTW II - 22 2.2.3 Pemuatan dan Pembongkaran BBM Dengan Mobil Tangki II - 24 2.3.4 Operasi Tangki Penimbunan II - 26 2.3.5 Pompa II - 29 2.3.6 Jalur Pipa II - 29 2.3.7 Pembungkus (Terutama Drum) II - 31 2.3.8 Fasilitas Umum (General Facilities) II - 34 2.3.9 Kebersihan (Housekeeping) II - 34 2.4. Tangki Timbun II - 35 2.4.1 Umum II - 35 2.4.2 Pengertian II - 35 2.4.3 Persyaratan Operasi II - 36 2.4.4 Pengosongan Tangki II - 40 2.4.5 Isolasi II - 41 2.4.6 Pembebasan Gas II - 42 2.4.7 Pembersihan Tangki II - 44 2.4.8 Pekerjaan Perbaikan II - 47 2.5. Jaringan Perpipaan II - 47 2.5.1 Pengertian II - 47 2.5.2 Ketentuan Operasional II - 48 2.5.3 Pengosongan Pipa Penyalur II - 49 2.5.4 Penutupan/Isolasi Pipa II - 50 2.5.5 Memperbaiki Jaringan Pipa II - 51 2.6. Dermaga II - 53 2.6.1 Umum II - 53 2.6.2 Pengertian II - 53 2.6.3 Memasuki Daerah Terbatas II - 54 2.6.4 Penerimaan dan Pemasangan Peraturan II - 54 2.6.5 Sandar II - 54

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 2 / 95

2.6.6 Persyaratan Selama Operasi Dermaga II - 55 2.6.7 Mencegah Timbulnya Bunga Api II - 55 2.6.8 Pencegahan Sewaktu Cuaca Buruk II - 56 2.6.9 Merokok II - 56 2.6.10 Korek Api dan Alat Pembuat Api II - 56 2.6.11 Penggunaan Sumber Penyalaan Setempat II - 57 2.6.12 Lampu Portabel II - 57 2.6.13 Pekerjaan Perbaikan II - 57 2.6.14 Pembersihan Tangki II - 57 2.6.15 Kebakaran Boiler II - 57 2.6.16 Kompor dan Peralatan Masak Lainnya II - 58 2.6.17 Liquefied Petroleum Gases (LPG) II - 58 2.6.18 Pencegahan Kebakaran II - 58 2.6.19 Penanganan Muatan Umum dan Perbekalan Kapal II - 58 2.6.20 Kapal Tunda dan Kapal Kecil Lainnya II - 58 2.6.21 Pencegahan Pencemaran Minyak II - 59 2.6.22 Membuang Barang Keluar Kapal II - 59 2.6.23 Catatan II - 59 2.7. Transportasi II - 60 2.7.1 Umum II - 60 2.7.2 Tongkang II - 60 2.7.3 Mobil Tangki II - 65 2.7.4 Truk Pengangkut BBM II - 76 2.7.5 Rail Tank Wagon (RTW) II - 76 2.7.6 Pipa II - 78 2.8. SPBU II - 79 2.8.1 Jarak Aman Peralatan II - 79 2.8.2 Potensi Bahaya di SPBU II - 80 2.8.3 Keselamatan Kerja II - 81 2.8.4 Keselamatan Kerja II - 84 2.8.5 Lindungan Lingkungan II - 87 2.8.6 Pembinaan II - 87 2.8.7 Keadaan Darurat II - 88 2.8.8 Persyaratan Konstruksi SPBU II - 88 2.8.9 Pelaporan II - 89 2.8.10 Pemasangan Sumur Pantau II - 89

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 3 / 95

II OPERASI BBM 2.1. UMUM Instalasi/Terminal Transit/Depot penimbunan BBM merupakan bagian dari kegiatan Bidang Pemasaran dan Niaga yang pembangunannya berdasarkan hasil penilaian dari segi/aspek ekonomis, teknis, keselamatan kerja dan lingkungan hidup serta faktor politis yang berlaku pada saat itu. Ketentuan dalam bab ini dimaksudkan sebagai petunjuk pembangunan Instalasi/Terminal Transit/Depot dimasa mendatang yang menggunakan/ mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan. Pada tahap perencanaan pembangunan Instalasi/Terminal Transit/Depot, hal-hal yang menyangkut Ijin pembangunan dan persyaratan yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat, harus dikelola dan diselesaikan sebelum mulai kegiatan pembangunan . Ketentuan yang ada pada bab ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk membangun Instalasi/Terminal Transit/Depot/Transit Terminal pada suatu lokasi dimana pembangunan akan dilaksanakan. Dalam perencanaan pembangunan Fasilitas Instalasi BBM menyakup hal-hal diantaranya: Tata Letak Tangki Timbun, Bangunan, Sistem Perpipaan dan Fasilitas Operasional misainya Bund Wall, Filling Shed, Jalan dan Jarak Aman, Elpiji Plant serta Pabrikasi. 2.2. PERENCANAAN FASILITAS INSTALASI/TT/DEPOT BBM 2.2.1. Lokasi Lokasi untuk Instalasi/Terminal Transit/Depot adalah suatu lahan dengan luas tertentu yang digunakan untuk kegiatan operational Penerimaan, Penimbunan dan Penyaluran BBM dan Non BBM. Pemilihan lokasi harus berdasarkan perhitungan teknis, ekonomis, aspek lingkungan dan politis. Dasar perhitungan luas lahan berdasarkan pada perkiraan jumlah kebutuhan BBM minimum untuk jangka waktu dua puluh tahun mendatang, sehingga kapasitas tangki yang dibutuhkan dapat dirancang sesuai kebutuhan. Luas lahan untuk tangki timbun sangat berpengaruh terhadap rencana pembangunan fasilitas penunjangnya yang akan dibangun. 2.2.2. Tata Letak Untuk menunjang kelancaran operasional baik penerimaan, penimbunan dan penyerahan BBM pada Instalasi/Terminal Transit/ Depot perlu mempertimbangkan faktor-faktor keselamatan, keamanan dan kelestarian lingkungan serta

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 4 / 95

perkembangan masa mendatang, maka tata letak peralatan dan bangunan, tempat penimbunan dan lain sebagainya perlu diatur sebagai berikut 2.2.2.1. Tata Letak Tangki BBM Pada umumnya Produk BBM yang disimpan dalam tangki selalu melepaskan uap BBM yang mudah terbakar dan berbahaya bagi pernafasan pekerja terutama selama pengisian tangki-tangki tersebut atau karena pengaruh cuaca lingkungan. Untuk menghindarkan bahaya kebakaran maupun bahaya bagi pernafasan pekerja, maka tangki-tangki BBM yang dibangun harus ditempatkan pada jarak yang aman, sehingga konsentrasi uap yang bercampur dengan udara disekitarnya dibawah flammable range dan Nilai Ambang Batas (NAB) yang dapat mengganggu pernafasan/ kesehatan. Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka tangki-tangki penimbunan BBM maupun Non BBM harus dikelompokkan dalam daerah kelompok tangki (tank farm). Penentuan isi produk dalam tangki agar disesuaikan dengan sistem silang menurut kelasnya, sehingga tidak dibenarkan adanya tangki yang berdekatan dengan tangki lainnya yang satu kelas terutama produk kelas A. 2.2.2.2. Tata Letak Bangunan Bangunan-bangunan kantor administrasi harus berada dalam suatu daerah aman. Sebaiknya ditempatkan di dekat pintu keluar/masuk utama yang dapat dicapai dari jalan besar, agar pengunjung kantor tidak akan melewati daerah kerja berbahaya dari Instalasi/Terminal Transit/Depot. Penempatan ruang Kepala Instalasi/Terminal Transit/Depot harus sedemikian rupa sehingga dapat melihat/mengawasi keseluruhan lokasi lapangan yang diawasinya. Bangunan-bangunan kerja yang meliputi gudang-gudang, bengkel, laboratorium, bangsal pengisian (filling shed) dan rumah-rumah pompa tata letaknya harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan kelancaran operasional serta tidak menghalangi di dalam usaha penanggulangan bahaya kebakaran dan pencegahan merambatnya api ke bangunan lainnya. 2.2.2.3. Tata Letak Sistem Perpipaan Sistem perpipaan adalah suatu sarana transportasi yang dipergunakan untuk menyalurkan cairan BBM dari suatu tangki ke tangki yang lain dalam operasi penerimaan dan penyaluran. Pemasangannya dapat berada diatas tanah atau dibawah tanah maupun melalui daerah perairan. Disamping dari segi estetika, tata letak sistem perpipaan harus memperhatikan kemudahan dari segi operasi dan perawatan serta inspeksinya. Pipa-pipa yang ditempatkan dibawah tanah yang melintasi jalan raya, jalan kereta api atau tempat lain yang diperkirakan akan mendapatkan beban yang berat harus diberikan perlindungan yang secukupnya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 5 / 95

Pada jalur pipa di atas tanah yang berada di dalam/di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot harus diberi tanda yang jelas diatasnya. Identifikasi kode dengan warna standard perlu diberikan pada semua sistem perpipaan diatas tanah untuk membedakan isi/jenis cairan yang dialirkannya. Sedang jalur pipa di bawah tanah di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot cukup diberi tanda yang menyatakan bahwa pada lokasi tersebut dibawahnya terdapat/terpasang pipa. 2.2.2.4. Tata Letak Peralatan Peralatan-peralatan yang digunakan dalam menunjang operasi penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM dan Non BBM seperti pompa, pembangkit uap (boiler), pembangkit listrik dan lain-lainnya harus ditempatkan dengan mempertimbangkan jarak aman dan daerah bahaya. 2.2.3. Fasilitas Operasional Dalam suatu perencanaan Instalasi/Terminal Transit/Depot diperlukan fasilitas operasi dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut 2.2.3.1. Batas Lokasi Dibangun pagar kawat atau suatu dinding yang mempunyai tinggi vertikal minimum 2,25 meter dari permukaan tanah serta bagian atas diberi kawat duri 4 lapis keatas dengan jarak 40 cm mengelilingi seluruh kegiatan operasional pemasaran BBM dan Non BBM di lokasi tersebut. Pembangunan pagar tersebut dilakukan untuk mempertegas batas lokasi Instalasi/Terminal Transit/Depot, sehingga apabila Instalasi/Terminal Transit/Depot berada di dalam daerah pelabuhan atau yang merupakan suatu pemilikan dari Instansi lain, maka sebelum perencanaan/pemagaran agar dibicarakan bersama dengan pemerintah setempat dengan mempertimbangkan master plan kota di tahun-tahun mendatang. Bentuk konstruksi pagar dapat berupa kawat haromonika, tembok pasangan batu bata, tembok beton cor bertulang, atau kombinasi antara tembok pasangan batu bata dengan kawat harmonika. Akan tetapi sering dijumpai bahwa penggunaan lebih dari satu macam pagar dapat dilaksanakan didalam Instalasi/Terminal Transit/Depot yang sama, seperti kawat harmonika standar SWG 40 atau BRC-M8-150 C/C, atau bentuk lainnya untuk lapangan-lapangan tangki, bangunan dan sebagainya. Sedang konstruksi pagar dari batu bata atau dinding beton untuk daerah-daerah operasional yang sibuk khususnya untuk daerah yang berdekatan dengan jalan umum yaitu kegiatan yang melibatkan orang banyak (misainya sekolahan, lapangan bola dan sebagainya) yang ditinjau dengan aspek ketentuan daerah berbahaya (hazardous area) dari suatu sarana peralatan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 6 / 95

2.2.3.2. Batas Lingkungan (Buffer Zone) Untuk mencegah atau memperkecil timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM seperti kebisingan dan penyebaran uap Hidrokarbon terhadap lingkungan sekitamya, maka sebelum batas Instalasi/Terminal Transit/Depot diperlukan suatu daerah penyangga yang ditanami pepohonan dengan lebar minimal 15 meter. 2.2.3.3. Tangki Timbun BBM Pada dasarnya letak tangki timbun BBM dapat dibedakan menjadi 2 jenis

1. Tangki diatas permukaan tanah. 2. Tangki didalam tanah (tangki pendam atau setengah pendam).

Bahan untuk kedua jenis tangki timbun tersebut dapat terbuat dari bahan plat baja, yang dilengkapi dengan :

1. Pipa masuk/keluar. 2. Lubang lalu orang (Man Hole). 3. Kerangan masuk/keluar (Gate Valve in/out). 4. Katup tekan hampa (Pressure Vacum Valve). 5. Katup pernapasan (Full Vent). 6. Lubang ukur. 7. Sistim pendingin tangki jika perlu. 8. Tangga khusus untuk tangki diatas tanah.

Selain tangki timbun tersebut diatas ada juga tangki khusus untuk penimbunan slop yang disebut "slop tank" (tangki slop) yang mempunyai fasilitas sama dengan tangki diatas tanah. 2.2.3.4. Tanggul Kebakaran (Bund Wall). Tanggul adalah suatu sarana untuk menampung tumpahan minyak dan atau mengisolir/membatasi apabila terjadi kebakaran dari satu atau beberapa buah tangki yang dikelilinginya agar kedua kondisi tersebut diatas benar-benar dapat dibatasi atau ditahan sehingga tidak menyebar ke lokasi yang lain. Konstruksinya terbuat dari beton atau timbunan tanah yang ditutupi oleh rumput. Tinggi tanggul tidak boleh melebihi dari 1.5 meter dari sudut pandangluar. Volume tanggul harus dapat menampung tumpahan minyak minimum 100% darl kapasitas tangki yang terbesar. Isi bersih yang dapat ditampung didaerah tanggul harus berada 20 cm dibawah bibir tanggul utama dengan total kapasitas dalam tanggul. Antara tangki-tangki yang terdapat didalam daerah tanggul kebakaran (bund wall) diperlukan dinding-dinding penahan atau penyekat yang berguna untuk mencegah merambatnya api dan untuk membagi tangki dalam pengelompokan ukuran guna memudahkan usaha dalam penanggulangan kebakaran. Tinggi dinding penyekat maksimum setengah dari tinggi tanggul utama, atau minimum 0,6 meter. Setiap tempat yang ditanggul harus dilengkapi dengan sistem saluran buangan air limbah termasuk bak kontrol, oil interceptor dan berhubungan dengan saluran diluar tanggul melalui sebuah pipa lengkap dengan kerangan yang dapat dibuka/ditutup dengan segera apabila diperlukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 7 / 95

2.2.3.5. Bangsal Pengisian (Filling Shed). Bangunan untuk pengisian BBM dari tangki timbun ke mobil tangki, kereta ketel (RTW) yang dilengkapi peralatan lengan pengisian (loading arm), meter arus (flow meter), kerangan pembuka/penutup (gate valve), kerangan pengatur aliran (flow governor) dan kerangan yang dapat disetel (preset valve), pembuang gas (gas eliminator), saringan kawat (strainer), satuan penyaring (unit filter). Bangunan filling shed harus dilengkapi pentanahan (grounding) untuk fasilitas mobil tangki BBM saat pengisian, konstruksi bangunan dari bahan yang tidak mudah terbakar, atap dari bahan yang tidak mudah terbakar, lantai kedap air/beton bertulang dikelilingi dengan selokan parit untuk mengisolir kemungkinan tumpahan/ceceran BBM serta diberi tutup konstruksi besi yang dialirkan ke oil catcher. Luas lantai bangunan tersebut harus diperhitungkan dengan jenis produk dan jumlah mobil yang akan memakai fasilitas pengisian BBM. Rambu-rambu, prosedur pekerjaan dan penanggulangan keadaan darurat dibuat dari bahan tidak mudah terbakar dan dipasang/ditempatkan dilokasi bangunan filling shed yang mudah dibaca. 2.2.3.6. Jalan Jalan adalah sarana penghubung dilokasi Instalasi/Terminal Transit/Depot untuk menunjang kegiatan operasi penerimaan dan penimbunan serta penyaluran BBM. Pada tempat ini terdapat arus lalu-lintas dari atau menuju ke suatu jalan umum dikontrol oleh pintu-pintu gerbang, maka dianjurkan untuk menempatkan pintu gerbang sedemikian rupa agar memungkinkan kendaraan dapat dihentikan dengan bebas sebelum kejalan umum. Khusus kendaraan mobil tangki yang akan masuk ke Instalasi atau Depot dari jalur cepat, harus direncanakan suatu cara untuk menghindari terjadinya kecelakaan maupun kemacetan arus lalu-lintas. Konstruksi jalan harus kuat, dilengkapi selokan/got disebelah kiri dan kanan dengan ukuran jalan minimal 6 meter untuk dua arah dan 4 meter apabila satu arah. Khusus untuk kemudahan dalam pemadaman kebakaran perlu ada jalan tambahan yang kuat untuk dilalui mobil pemadam atau. Peralatan-peralatan pemadam kebakaran lainnya. 2.2.3.7. Lapangan Parkir Lapangan Parkir adalah sarana di Instalasi/Terminal Transit/Depot yang berguna untuk menampung antrian mobil-mobil tangki yang akan mengisi BBM di Bangsal Pengisian (Filling Shed). Luas lahan untuk lapangan parkir harus diperhitungkan dengan jumlah penjualan BBM serta mobil tangki yang akan mengisi BBM sesuai hasil perkiraan studi kelayakan. Konstruksi lapangan parkir harus kuat dan dikelilingi dengan selokan/got. Lapangan parkir harus dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas untuk mencegah kecelakaan dan diletakkan di tempat yang sesuai dan mudah dibaca.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 8 / 95

2.2.3.8. Lapangan Penimbunan Drum (Drum Yard) Pada umumnya Depot BBM juga memiliki fasilitas untuk menampung/menyimpan produk Non BBM dalam drum seperti minyak pelumas, additive atau drum kosong dengan ketentuan luas lahan mengacu kepada jumlah Non BBM yang akan ditampung atau disimpan. Konstruksinva dibuat dari beton bertulang kedap air, sedapat mungkin diberi pelindung untuk mencegah terjadinya penguapan berlebihan, serta kerusakan drum oleh cuaca. Konstruksinya dapat dari paving block yang di kelilingi dengan selokan/ parit yang dialirkan ke oil catcher. 2.2.3.9. Gudang Dan Bengkel Instalasi/Terminal Transit/Depot memiliki fasilitas untuk menampung/menyimpan bahan-bahan kebutuhan operasi, bahan kimia dan produk Non BBM untuk dipasarkan. Luas iahan dan persyaratan gudang harus mengacu pada jumlah barang yang akan ditampung/disimpan disesuaikan dengan hasil perkiraan studi kelayakan serta tingkat bahaya yang akan terjadi. Konstruksi gudang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, lantai dari beton bertulang, memakai pintu dorong. Perbaikan semua peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional pada suatu Instalasi/Terminal Transit/Depot dilaksanakan pada tempat yang dinamakan bengkel. Konstruksi bengkel terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, lantai beton bertulang memakai pintu dorong, ventilasi serta penerangan yang cukup dan dikelilingi oleh selokan/got yang kedap air untuk menyalurkan air limbah ke sebuah oil catcher. Gudang dan bengkel dengan ukuran tertentu harus dilengkapi pintu darurat (emergency door) yang bisa terbuka didorong keluar dan rambu-rambu peringatan/ pemakaian alat pelindung diri (APD). 2.2.3.10. Rumah Generator Listrik Bangunan untuk sarana pembangkit tenaga listrik utama atau cadangan, apabila listrik dari PLN tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk peralatan operasi dari Instalasi/Terminal Transit/Depot. Konstruksinya dari bahan yang tidak mudah terbakar, pondasi beton bertulang dan diupayakan dapat meredam/mengurangi tingkat kebisingan suara generator. 2.2.3.11. Lampu Penerangan Sarana penerangan dilokasi Instalasi/Terminal Transit/Depot yang ditempatkan dan dipergunakan menunjang kegiatan operasi pada malam hari maupun siang hari. Ketentuan penempatan lampu penerangan dan typenya harus disesuaikan dengan kebutuhan jenis pekerjaan dan ketentuan pada daerah bahaya serta mempunyai intensitas cahaya yang cukup. 2.2.3.12. Rumah Pompa Produk Bangunan untuk pemasangan tetap beberapa buah pompa BBM dari tangki timbun yang disalurkan ke bangsal pengisian (filling shed) atau ke pengisian kembali ke tangki (Back Loading). Disekeliling bangunan dibuat saluran/paritan yang terhubung menuju oil catcher. Bangunan harus dilengkapi dengan rambu-rambu keselamatan/ pemakaian APD dan pengoperasian

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 9 / 95

2.2.3.13. Rumah Pompa Pemadam Kebakaran Bangunan yang dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, untuk menampung beberapa buah pompa pemadam kebakaran sesual kebutuhan Instalasi/Terminal Transit/Depot. Rumah pompa harus dapat dilihat dari sebagian besar peralatan operasi. 2.2.3.14. Bak Air Pemadam Kebakaran Kolam/bak tempat penampungan air untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran, terbuat dari bahan beton bertulang dan atau terbuat dari kolam air tanah galian. Penempatan bak air dengan rumah pompa harus sedekat mungkin, sehingga dapat melayani kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran. 2.2.3.15. Pipa Air Pemadam Kebakaran Sarana penyaluran air untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Instalasi/Terminal Transit/Depot. Penempatan pipa air pemadaman kebakaran, berbentuk lingkaran tertutup (ring system) dilengkapi dengan beberapa kerangan dan pilar-piiar hydrant yang berjarak antara 60-70 m dengan tekanan kerja di hydrant minimum 10 kg/CMZ yang jumlah kebutuhannya disesuaikan dengan luas areal yang dilindungi. 2.2.3.16. Peralatan Pemadam Kebakaran Untuk memadamkan api pada saat terjadinya kebakaran maka beberapa alat pemadam api ringan harus disiagakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Peralatan pemadam kebakaran minimum yang harus disediakan pada beberapa tempat/lokasi tercantum pada Tabel 2.1.

Table 2.1 Peralatan Pengadaan Kebakaran Minimum Yang Harus Disediakan.

No Lokasi / Tempat Alat Pemadam yang disediakan

1 Gudang Produk Minyak 2 (dua) buah tabung (APAR) jenis tepung kimia kering berkapasitas minimum 11 kg untuk setiap 200 m2 luas lantai.

Tempat penimbunan terbuka Timbunan s/d 125 m° atau khusus untuk minyak klas C berkapasitas 500 m3.

2 (dua) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas minimum 11 kg.

2

Timbunan melebihi 125 m3

atau khusus untuk minyak klas C berkapasitas 500 m3.

3 (tiga) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg atau I sebuah "mobil unit" jenis tepung kimia kering berkapasitas 75 kg.

3 Kantor atau gudang untuk barang-barang kering.

1 (satu) buah tabung APAR jenis air berkapasitas 9 liter untuk setiap 100 m2 luas lantai atau satu roll slang hidran yang terpasang tetap di dinding sebagai pilihan lain.

Rumah pompa dan kawasan (areal) pompa. Untuk minyak klas A. 1 (satu) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering

berkapasitas 11 kg untuk setiap 2 buah pompa sampai maksimum 4 buah tabung APAR

4

Untuk minyak klas B dan C. 1 (satu) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg untuk setiap 4 buah pompa sampai maksimum 2 1 buah tabungh APAR.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 10 / 95

Table 2.1 Peralatan Pengadaan Kebakaran Minimum Yang Harus Disediakan.

No Lokasi / Tempat Alat Pemadam yang disediakan

Package filling sheds untuk minyak klas A dan B.

4 (empat) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg untuk setiap 200 m2 luas lantai.

5

Untuk minyak klas C. 1 (satu) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg untuk setiap 200 m2 luas lantai dengan tidak kurang dari 2 buah tabung yang disiagakan.

6 Rumah saklar listrik (electrical switch houses).

1 (satu) buah tabung APAR berisi C02 atau tepung kimia kering berkapasitas 4,5 kg untuk setiap 25 m2 luas lantai.

7 Fasilitas bongkar muat kereta api.

1 (satu) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg setiap 30 m panjang jalur kereta api

8 Fasilitas bongkar muat kendaraan bermotor.

1 (satu) sebuah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg setiap posisi bongkar muat dua buah kendaraan.

9 Dermaga bongkar muat kapal laut

2 (dua) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg tiap kelompok titik-titik bongkar atau muat. Sebagai tambahan, untuk fasilitas bongkar muat yang lebih besar diperlukan sebuah "Mobile unit" jenis tepung kimia kering berkapasitas 75 kg.

10 Laboratorium. 1 (satu) buah tabung APAR jenis C02 berkapasitas 4,5 kg setiap 25 m2 luas lantai dan sebuah tabung APAR jenis C02 berkapasitas 1 kg untuk setiap meja Kerja.

11 Dapur. 2 (dua) buah tabung APAR jenis CO2`berkapasitas 2 kg atau sebuah tabung APAR maksimum 4 buah tabung APAR.

12 K a n t i n. 1 (satu) buah tabung APAR jenis air berkapasitas 9 liter setiap 90 m2 luas kantin.

13 Oil Catcher terbuka (Open Interceptor).

1 (satu) buah tabung APAR jenis tepung kimia kering berkapasitas 11 kg per interceptor.

Ketentuan : penerangan, pemberian tanda, perawatan dan pemeriksaan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan Peraturan. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor.04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). 2.2.3.17. Sistem Pemadam Kebakaran Dengan Busa (Foam System) Suatu sistem untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dengan memakai bahan kimia busa yang berfungsi untuk menutup permukaan cairan BBM yang terbakar. Sistem injeksi foam pada tangki BBM dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari bawah atau dari atas. 2.2.3.18. Penyalur Petir Suatu alat untuk menyalurkan arus listrik yang datang dari proses iklim/perubahan udara panas ke udara dingin/petir sehingga arus iistrik tersebut dapat diteruskan ke bumi. Penempatan tiang dan tinggi penangkal petir harus diperhitungkan dengan luas areal yang akan diproteksi (dilindungi) dari sambaran arus listrik yang datang

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 11 / 95

terhadap ketinggian tiang yang akan dipasang. Pemasangan penyalur petir mengacu pada peraturan umum pemasangan penangkal petir dari Departemen Pekerjaan Umum. 2.2.3.19. Kantor Tempat kegiatan untuk mengurus kelancaran operational pelayanan BBM dan Non BBM dari Instalasi/Terminal Transit/Depot yang lengkap dengan fasilitas penunjangnya. Penempatan bangunan harus memperhatikan kemudahan bagi karyawan dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan oleh perusahaan untuk pemasaran BBM dan Non BBM. Bangunan harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup untuk melakukan aktivitas kerja dan pintu darurat yang dapat didorong keluar 2.2.3.20. Rumah Portir Bangunan untuk pemeriksaan hasil pengisian BBM dan Non BBM ke dalam mobil tangki yang ke luar dari Instalasi/Terminal Transit/Depot. Rumah portir dibangun di dekat pintu keluar dari Instalasi/Terminal Transit/Depot, dengan ukuran yang memadai. 2.2.3.21. Pintu Gerbang Pintu utama untuk masuk Instalasi/Terminal Transit/Depot yang dapat dibuka dan di tutup. Pintu dapat dibangun dengan konstruksi besi jenis sorong dengan lebar minimum 6 m, disamping itu perlu juga dibuatkdn pintu darurat konstruksi besi jenis dua . daun yang dapat terbuka dua arah dengan lebar minimum 6 m. Pemasangan rambu-rambu dan peringatan tentang persyaratan masuk lokasi pada pintu gerbang harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah dibaca. 2.2.3.22. Selokan Selokan merupakan tempat penyaluran air limbah dari kegiatan Instalasi/Terminal Transit/Depot dan air permukaan/air hujan, konstruksinya harus kedap air mengingat fungsinya sebagai pencegah resapan minyak kedalam tanah, agar tidak mencemarkan air tanah. Bahan lain yang perlu dialirkan ke selokan adalah tumpahan /ceceran minyak yang terdapat dibeberapa tempat pada waktu kegiatan Instalasi/Terminal Transit/Depot sudah beroperasi sebagai berikut:

1. Dari lokasi tangki timbun. 2. Dari lokasi Filling Shed. 3. Dari Drum Yard. 4. Dari lokasi bengkel/Rumah pompa produk.

Semua kegiatan tersebut diatas masing-masing perlu dibuat selokan yang mengelilingi dan menuju ke oil catcher. Selokan yang menuju ke oil catcher harus dibuat kemiringannya sedemikian rupa, sehingga kecepatan aliran dapat sesuai dengan kapasitasnya. Untuk menjaga kemampuan pemisahan minyak didalam oil catcher, harus diperhitungkan atau dipisahkan selokan untuk menyalurkan air permukaan / air hujan dan air limbah dari daerah sumber tumpahan/ceceran minyak seperti tersebut diatas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 12 / 95

2.2.3.23. Dermaga Khusus Tempat pembongkaran/pengisian BBM melalui sarana angkut air/kapal tangker atau tongkang, pengoperasiannya dilakukan oleh suatu Instansi atau khusus PERTAMINA. Dermaga khusus yang memakai konstruksi trestel dapat dibangun pada lahan yang terletak dipantai/dilaut karena kemungkinan terjadi sedimentasi relatif kecil. Sedangkan dermaga khusus yang terletak di alur sungai tidak dibenarkan memakai konstruksi trestel beton, karena sedimentasi di alur sungai cukup tinggi dapat mengganggu kedalaman tempat sandar kapal tanker/tongkang. Dengan demikian ketentuan membuat dermaga Qetty head) harus mengacu kepada ketentuan kebutuhan ukuran kapal tanker yang dibuat oleh bidang Perkapalan.

Tabel 2.2. Ketentuan Pembangunan Dermaga

D.W.T. Panjang Tanker (m)

Draft Muat (m)

Kedalaman Pelabuhan (m)

Jarak Depth (m)

Panjang Dermaga(m)

1.500 54 29.5 3.3 15-22.5 10 3.500 89.7 5.0 5.5 25-34 15 6.500 128 6.9 7.6 36-48 20

17.500 158 7.0 7.7 45-60 25 35.000 152 11.75 9.75 51-68 30 85.000 242 12.92 14.2 69-92 40

DWT = Dead Weight Ton (Bobot mati). 2.2.3.24. Peralatan Lindungan Lingkungan 1. Jebakan Minyak (Oil Catcher/Oil Interceptor). Alat ini digunakan untuk menjebak minyak dan memisahkan minyak dengan air yang akan keluar area. Konstruksinya harus kedap air dengan ukuran disesuaikan dengan kecepatan aliran/debit air dan kapasitas tampung sehingga tidak terjadi luapan keluar. Lokasi penempatan jebakan minyak diprioritaskan dilokasi keluaran saluran yang mengelilingi sumber tumpahan minyak seperti :

a. Areal tangki timbun. b. Areal Bangsal Pengisian (Filling Shed). c. Areal Penimbunan Drum (Drum Yard). d. Areal Bengkel/Rumah Pompa Produk.

Untuk menjaga kemungkinan lolosnya ceceran minyak dari jebakan minyak pada suatu lokasi tersebut di atas, maka semua air larian/permukaan dan air limbah keluaran dari oil catcher disalurkan ke oil catcher terakhir dengan ukuran yang disesuaikan dengan perkiraan debit air agar tidak terjadi luapan minyak keluar lokasi Instalasi/Terminal Transit/Depot (sebelum air limbah tersebut disalurkan ke badan air/ perairan umum). 2. Alat pemisah minyak-air (Oil-Water Separator). Sebuah alat untuk memisahkan minyak dari air dengan cara pemompaan menggunakan penggerak motor listrik ke alat pemisahan minyak dan air. Alat ini dapat dipakai pada lokasi kegiatan yang operasinya banyak terdapat limbah bercampur minyak seperti di Instalasi dan sejenisnya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 13 / 95

3. Pompa penyebar bahan pelarut minyak (Oil Dispersant Sprayers Pump). Sebuah alat untuk penyemprotan bahan cairan kimia dispersant ke lokasi tumpahan minyak dengan menggunakan tenaga manusia dan tenaga mesin. Semua Depot/Sub. Depot harus dilengkapi Type Hand Sprayer minimal 2(dua) buah, sedangkan untuk Instalasi atau sejenisnya dilengkapi 2 (dua) buah mesin pompa oil dispersant dan ditambahkan 2 (dua) buah oil dispersant hand sprayers. 4. Penyerap Minyak (Oil Sorbent). Alat/sarana yang dibuat dari bahan benang-benang polypropylene atau sejenisnya dapat digulung, dapat menyerap tumpahan cairan minyak di suatu lokasi tumpahan minyak di dapat maupun di perairan. Oil Sorbent harus dapat dipergunakan untuk menyerap tumpahan minyak disuatu lokasi, penggunaannya di sesuaikan dengan jumlah tumpahan minyak. Lokasi yang sangat memungkinkan terjadi tumpahan minyak (misalnya dermaga minyak, bangsal minyak/ filling shed) perlu dilengkapi dengan oil sorbent sekurangkurangnya satu roll/gulung setiap lokasi tersebut. 5. Flexible Storage Tanks/Oil Container Bag. Sarana/tempat penampungan minyak dari hasil tumpahan / ceceran minyak di dapat maupun di perairan. Dibuat dari bahan polyurethane rubber yang tahan dari segala jenis minyak dan dapat dipindah-pindahkan serta dapat dilipat. Semua Depot/Sub Depot dilengkapi satu buah flexible storage tanks/oil container bag ukuran yang sesuai/cukup. Sedangkan untuk instalasi/sejenisnya dilengkapi minimal dua buah masing-masing dengan ukuran yang memadai. 6. Oil Boom. Alat terapung diatas air untuk melokalisir (membendung / mengurung / membatasi) tumpahan minyak di sungai dan di laut terdiri dari bagian-bagian antara lain ; Skirt, Pelampung, Timah hitam untuk pemberat dan Penyambung unit/potongan ke unit. 7. Oil Skimmer. Alat untuk mengisap minyak yang telah di blokir oleh oil boom, melalui sirip-sirip/plat dari bahan fibre glass yang diputar dengan tenaga hidrolik oleh sebuah pompa yang dapat ditempatkan didarat, diatas kapal atau motor boat. 8. Oil Dispersant Chemical. Cairan kimia untuk memecah dan mengikat cairan minyak (tumpahan) agar dapat menyebar keseluruh permukaan air, sehingga tumpahan minyak tersebut tidak mencemari lingkungan perairan setempat. Semua pemakaian, jenis dan merk oil dispersant chemical di lokasi Instalasi/ Depot harus mendapat rekomendasi.dari Dit. Jend. Migas. 9. Oil Dispersant Pump. Alat pompa digerakkan oleh mesin untuk mengisap dan menyemprotkan cairan minyak dari Oil Dispersant ke lokasi tumpahan minyak di sungai atau di laut. Ketentuannya alat atau pompa tersebut harus dilengkapi knalpot yang tidak mengeluarkan bunga api atau explotion proof. 10. Incinerator. Sebuah alat untuk membakar sludge/blubber dibuat darn rangka besi baja dilengkapi dengan dapur memakai batu tahan api, satu set brander, cerobong asap, pintu dapur, digerakkan oleh tenaga listrik.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 14 / 95

2.2.3.25. Pelabuhan Khusus 1. Definisi Pelabuhan Khusus. Pelabuhan khusus adalah sebuah pelabuhan yang khusus untuk melayani suatu kegiatan industri dimana penyelenggaranya dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk menentukan kebutuhan peralatan pencegahan pencemaran perairan di dermaga minyak pelabuhan khusus diklasifikasikan sebagai berikut : a. Dermaga Minyak Pelabuhan Khusus Besar adalah dermaga minyak yang dapat

disandari kapal tanker minimum 17.500 DWT, dengan kebutuhan peralatan lindungan lingkungan sebagai berikut :

• Oil Boom 1500 Meter • Oil Skimmer 2 unit • Oil Container Bag/Flexible Rubber Tanks 2 unit • Oil Dispersant Pumps 2 unit • Oil Dispersant Sprayers 2 unit • Oil Dispersant Chemical 25 drum

b. Dermaga Minyak Pelabuhan Khusus Sedang adalah dermaga minyak yang

dapat disandari kapal tanker minimum 6500 DWT, dengan kebutuhan peralatan lindungan lingkungan sebagai berikut :

• Oil Boom 500 Meter • Oil Skimmer 1 unit • Oil Container Bag/Flexible Rubber Tanks 1 unit • Oil Dispersant Pumps 1 unit • Oil Dispersant Sprayers 2 buah • Oil Dispersant Chemical 15 drum

c. Dermaga Minyak Pelabuhan Khusus Kecil adalah dermaga minyak yang dapat

disandari kapal tanker minimum 1000 DWT dengan kebutuhan peralatan lindungan lingkungan sebagai berikut :

• Oil Boom 300 Meter • Oil Container Bag/Flexible Rubber Tanks 1 buah • Oil Dispersant Pumps 1 unit • Oil Dispersant Sprayers 2 buah • Oil Dispersant Chemical 10 drum

2. Gudang Lindungan Lingkungan (LL). Gudang Lindungan Lingkungan adalah gudang/tempat penyimpanan peralatan untuk mencegah pencemaran perairan dari tumpahan minyak. Untuk gudang tersebut harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. Lokasi gudangnya dekat dengan dermaga kapal, untuk memudahkan

pengoperasian semua peralatan pencegahan pencemaran perairan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 15 / 95

b. Ukuran gudang disesuaikan dengan kebutuhan tempat untuk penyimpanan peralatan tersebut, sesuai kriteria pelabuhan khusus yang telah dijelaskan diatas.

c. Peralatan peluncur oil boom disesuaikan dengan spesifikasi oil boom yang akan dipasangkan sebagai berikut

• Memakai Storage Reel Boom (Oil boom yang dapat digulung / dibentangkan melalul wheel storage boomnya). Pada saat pen urunan/penyimpanan digudang, langsung ditarik atau dibentang oleh storage wheel boomnya.

• Memakai peluncur khusus untuk oil boom (Oil boom yang tidak dapat digulung karena pelampungnya panjang).

Penurunan ke dalam air dan penyimpanan di gudang harus diatur dan disusun sedemikian rupa. 2.2.4. JARAK AMAN Dalam menentukan jarak aman harus diperhatikan kemungkinan terjadinya kebakaran sehingga transmisi panas atau radiasi panas yang memancar pada saat kebakaran tidak akan membahayakan. Penentuan jarak aman antar peralatan harus juga direncanakan kemudahan keluar/masuk kendaraan/manusia ke lokasi untuk maksud penanggulangan kebakaran dan melakukan inspeksi. 2.2.4.1. Tangki Tangki dengan diameter 10 meter atau kurang, dapat dianggap sebagai satu buah tangki dan jarak keselamatan antara tangki hendaknya ditentukan oleh klasifikasi isi produk dari tangki-tangki yang berdekatan, dimana setiap kelompok tidak boleh mempunyai kapasitas melebihi 8000 M3 (8000 ton air). 1. Jarak aman tangki vertikal yang berkonstruksi atap tetap untuk minyak kelas I, II

dan III di instalasi.

a. Jarak antara tangki-tangki dalam satu kelompok dengan atap tetap yang konvensional dengan diameter 10 meter atau kurang harus ditentukan menurut keperluan konstruksi dan operational.

b. Jarak antara kelompok tangki dengan diameter tangki 10 meter atau kurang adalah 15 meter.

c. Jarak antara tangki-tangki yang berdiameter 10 meter atau lebih adalah setengah diameter tangki yang terbesar atau sama dengan diameter tangki yang terkecil, atau 15 meter tetapi tidak boleh kurang dari 10 meter.

d. Jarak antara tangki dengan titik pengisian, bangsal pengisian dan gedung adalah 15 meter.

e. Jarak antara tangki dengan pagar batas instalasi, daerah aman dan sumber api tetap adalah minimal 15 meter.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 16 / 95

2. Jarak aman tangki vertikal yang berkonstruksi atap terapung untuk minyak kelas I dan II di instalasi.

a. Jarak antara 2 tangki yang berdiameter sampai 45 meter adalah 10 meter. b. Jarak antara 2 tangki yang berdiameter lebih dari 45 meter adalah 15 meter.

3. Jarak aman tangki timbun diatas tanah untuk minyak kelas I, II dan III di depot.

a. Jarak antara tangki dengan diameter 10 meter atau kurang dengan tinggi 14 meter atau kurang hendaknya ditentukan menurut keperluan konstruksi dan operational.

b. Jarak antara tangki dengan diameter lebih dari 10 meter dan tinggi lebih darl 14 meter adalah setengah diameter dari tangki yang terbesar atau sama dengan diameter tangki terkecil atau 15 meter tetapi tidak boleh kurang dari 10 meter.

c. Jarak antara tangki dengan titik pengisian, bangsal pengisian atau bangunan adalah 15 meter, tetapi dengan persetujuan penguasa untuk jenis tangki silinder vertikal atau horizontal yang kecil jarak dapat dikurangi, tetapi tidak kurang dari 6 meter.

d. Jarak antara tangki dengan pagar batas depot, daerah aman atau sumber api tetap adalah 15 meter, tetapi dengan persetujuan penguasa untuk jenis tangki silinder vertikal atau horizontal yang kecil jarak dapat dapat dikurangi, tetapi tidak kurang dari 6 meter.

4. Jarak aman tangki yang berkonstruksi horizontal

a. Jarak antara tangki adalah setengah diameter tangki yang paling besar atau 6 meter atau jarak yang terpendek.

b. Jarak antar tangki adalah sama dengan diameter tangki atau 9 meter atau jarak jang terpendek.

5. Jarak aman tangki yang konstruksinya dipendam, atau setengah pendam. Untuk tangki dengan konstruksi pendam, setengah pendam atau urugan, maka jarak antar tangki, jarak antar tangki dengan pagar batas dan jarak dengan bangunan hendaknya hanya ditentukan oleh keperluan konstruksi dan operational bagi tangki-tangki timbun BBM kelas "II" penentuan jarak aman untuk tujuan keselamatan perlu dipertimbangkan oleh keperluan konstruksi dan mempertimbangkan adanya realokasi isi produk tangki kelas "I" karena kebutuhan segi operational. Oleh karena itu dianjurkan dalam penentuan jarak aman tangki timbun BBM kelas "II" memakai acuan penentuan jarak aman tangki timbun BBM kelas "I". 2.2.4.2. Bangunan Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan disini adalah bangunan-bangunan kerja diantaranya gudang, lapangan drum, bangsal pengisian minyak, tempat penyerahan minyak, dan rumah pompa.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 17 / 95

1. Tempat penimbunan, bangsal pengisian atau rumah pompa yang melayani bahan bakar minyak kelas I harus berada sekurang-kurangnya 15 meter dari pagar batas yang dibangun dengan konstruksi type terbuka misalnya pagar kawat harmonica.

Untuk bangunan yang menggunakan tembok yang rapat dan pagar yang berada di sebelah belakang (tidak ada jendela, ventilasi) dan yang terbuka hanya satu sisi bagian depan maka jarak tersebut diatas dapat dikurangi menjadi 10 meter. Apabila pagar telah diganti dengan dinding-dinding padat, jarak ini dapat dikurangi, tetapi tidak boleh kurang darl 6 meter. Untuk bahan bakar minyak unclassified tidak diperlukan batas-batas mengenai jarak aman.

2. Jarak antara lokasi tempat penimbunan kemasan I wadah container produk

minyak atau bangsal pengsian dengan tangki-tangki penimbun yang menyimpan produk minyak kelas 'I' tidak boleh kurang dari 15 meter.

3. Tempat penimbunan kemasan/wadah bangsal pengisian, dan rumah pompa yang

dipergunakan untuk bahan bakar minyak kelas "I" harus berada pada jarak minimum 15 meter darl setiap bangunan dimana dilaksanakan pekerjaan, yang memerlukan panas atau api terbuka, umpamanya bangsal/bengkel pemeliharaan, pabrik drum, tempat/ruang menyolder.

Dalam hal bahan bakar minyak kelas "II", maka jarak tersebut dapat dikurangi sampai mencapai 6 meter dan dalam keadaan bahan bakar minyak kelas "III" maka tidak terdapat batas jarak aman.

4. Kemasan/wadah yang diangkut dalam bentuk drum atau bentuk lainnya yang dapat ditimbun diudara terbuka. Kemasan atau wadah untuk jarak antara yang telah dikemukakan diatas, harus disusun menurut pengelompokan produk kelasnya.

"Jarak antara" menurut kelasnya harus dibuat gang dan diatur sedemikian rupa agar dapat dengan mudah diambil/diangkut serta memudahkan didalam usaha penanggulangan kebakaran. Bangunan-bangunan yang pada hakekatnya tidak merupakan sumber bahaya kebakaran bahan bakar minyak, atau dapat mempergunakan api terbuka atau bahaya kebakaran lainnya, harus ditempatkan didaerah aman, jauh dari tempat dimana produk-produk ditimbun dan dikerjakan diluar kemungkinan garis jalur jalan uap.

5. Rumah pembangkit uap (Boiler Houses), pembangkit tenaga (Power Plant),

rumah pompa pemadam kebakaran (Fire Pump Houses).

Bangunan ini harus ditempatkan di daerah aman dan ditempat-tempat dimana peralatan tersebut dapat dipergunakan dengan aman jika terjadi suatu kebakaran. Khusus untuk pembangkit tenaga sebaiknya ditempatkan jauh dari bang unan-bangunan kerja terutama kantor.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 18 / 95

Dinding-dinding dari setiap bangunan apapun, terkecuali bagi bangunan-bangunan yang telah diperinci dari jarakjarak keselamatannya dalam ketentuan bangunan kerja dapat merupakan bagian dari batas suatu instalasi atau Depot.

2.2.4.3. Perpipaan 1. Pipa yang dipasang diatas tanah harus dilengkapi dengan penyangga beton

atau besi dengan jarak maksimum 3 meter.

2. Pipa yang dipasang didalam tanah harus dilengkapi dengan sarana anti korosi dan ditanam sedemikian rupa dengan kedalaman minimal 1 meter dari permukaan tanah.

3. Pipa yang dipasang didalam air harus dilengkapi pemberat atau "concrete block" jarak antara pemberat satu dengan yang lain adalah 3 meter. Berat pemberat harus sesuai dengan daya apung dari pipa (Bouyancy).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 19 / 95

2.3. OPERASI PENERIMAAN DAN PENIMBUNAN 2.3.1. PEMINDAHAN BULK MINYAK DARI ATAU KE KAPAL 2.3.1.1. Personel 1. Selama kegiatan pembongkaran atau pemuatan dilakukan, orang yang

berkompeten di Instalasi/Terminal Transit/Depot harus berada pada lokasi sambungan darat ke kapal, sedang di atas kapal supaya ada perwira dan beberapa anggota yang mengawasi deck kapal.

2. Sambungan kapal kedarat dan pressure gange supaya selalu diawasi.

3. Semua personel kapal yang menggunakan fasilitas darat untuk merokok, memasak, istirahat atau rekreasi harus mentaati peraturan yang dibuat oleh Instalasi/Terminal Transit/Depot.

2.3.1.2. Peraturan dan Tanda Peringatan 1. Semua peraturan penguasa pelabuhan dan penanggulangan kebakaran serta

peraturan perusahaan harus dipatuhi. Kepala Instalasi/Terminal Transit/Depot atau wakil yang dikuasakannya berhak naik ke atas kapal setiap saat untuk meyakinkan bahwa peraturan-peraturan tersebut ditaati, dan berhak menghentikan pembongkaran atau pengisian bilamana terjadi pelaggaran.

2. Intisari peraturan-peraturan pelabuhan, penanggulangan kebakaran serta peraturan dari Instalasi/Terminal Transit/Depot supaya disampaikan kepada nakhoda kapal pada saat kedatangannya dan prosedur yang disepakati mengenai tindakan yang diambil bilamana terjadi keadaan darurat atau kebakaran.

3. Selama operasi pembongkaran atau pengisian dilakukan supaya dipasang tanda peringatan yang menyatakan "dilarang masuk untuk yang tidak berkepentingan. Dilarang merokok dan membawa api terbuka".

2.3.1.3. Komunikasi Harus disediakan sistem komunikasi yang efisien antara personil yang terkait di dalam operasi/kegiatan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara aman dan tindakan akan cepat dilaksanakan di dalam keadaan darurat. 2.3.1.4. Prosedur untuk Penerimaan atau Pengiriman Bulk Cargoes 1. Kepala Instalasi/Terminal Transit/Depot atau wakilnya supaya membicarakan dan

bersepakat dengan perwira kapal yang bertanggung jawab, urutan operasi, kecepatan pompa dan tekanan maksimal untuk masing-masing produk, sistem tanda sandi untuk mengendalikan pembongkaran atau pemuatan, termasuk penyetopan dalam keadaan darurat.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 20 / 95

2. Staf Instalasi /Terminal Transit/ Depot supaya menyatakan bahwa tangki penerima mempunyai ruang yang cukup. Dilakukan pengukuran pada tangki darat dan tangki kapal sebelum kegiatan bongkar/muat dimulai. Selama kegiatan dilakukan supaya dilakukan peneriksaan apakah ada kebocoran di kapal atau di darat dan tidak terjadi "Cross-over" dari produk, atau tangki darat tidak sampai luber. Waktu mengambil pengukuran pertama, suhu juga dicatat, periksa apakah terdapat air dan lakukan pengambilan contoh.

3. Sebelum dan selama pembongkaran dilakukan, bila kapal membawa lebih dari satu jenis produk, flash points supaya diperiksa untuk menjamin tidak terjadi "Cross contaminations" (disamping visual test yang biasa). Begitu pula bila sedang dilakukan pemuatan kapal.

2.3.1.5. Pencegahan Tumpahan Kedalam Alur Perairan Kapal supaya ditambat dengan posisi sambungan untuk pembongkaran atau pemuatan di atas kapal sedekat mungkin dengan sambungan pipa darat. Selama kegiatan pembongkaran atau pengisian muatan, supaya dicegah terjadinya strain (ketegangan) atau kerusakan sambungan flexible kapal kedarat. Sebelum melepaskan sambungan, produk di dalam sambungan flexible supaya didorong sejauh mungkin. Waktu melepaskan sambungan, sisa produk di dalam sambungan supaya ditampung, jangan sampai jatuh ke dalam jalur perairan. Pada ujung pipa darat yang terbuka supaya dipasang blank flanges. 2.3.1.6. Ballasting Pembebasan gas dan pembersihan tangki muatan kapal waktu ada di sepanjang Jetty atau Wharf (dermaga).

1. Melakukan ballasting ke dalam tangki muatan kapal selama kegiatan pembongkaran berlangsung hanya boleh dilakukan dengan ijin kepala Instalasi/Terminal Transit/Depot atau yang dikuasakannya.

2. Membuang air ballast sementara kapal masih bertambat di Instalasi/Terminal Transit/Depot supaya sesuai dengan yang disarankan oleh IOTTSG.

3. Pembebasan gas atau membersihkan tangki waktu sandar di sepanjang Jetty atau pelabuhan untuk memungkinkan penggantian produk di dalam tangki muatan, pemuatan air ballas yang bersih atau untuk perbaikan hanya dapat dilakukan dengan perjanjian antara management kapal dan Instalasi/Terminal Transit/Depot. Semua pengujian dan tindakan pencegahan supaya dilakukan, terutama untuk produk Class I Petroleum. Lihat IOTTSG Chapter VI.

2.3.1.7. Jalur Pipa 1. Jalur pipa ditempat penyandaran untuk pembongkaran atau pemuatan supaya

diberi tanda produk.

2. Sebelum kegiatan/operasi dimulai, jalur pipa supaya diperiksa untuk meyakinkan bahwa :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 21 / 95

• Kerangan-kerangan bekerja dengan baik. • Kerangan yang tidak digunakan telah ditutup dengan baik. • Blank flanges yang dipasang permanen atau sementara telah diikat/dibaut

dengan baik dan cukup kuat untuk menahan tekanan pipa yang sudah ditentukan, bilamana pemompaan berlangsung.

3. Bilamana sebuah jalur pipa dipakai untuk pembongkaran dan pemuatan, pada

waktu akan dilakukan pemuatan, check valve yang ada di jetty/warf supaya dibuka, dan sambungan fleksibel darat ke kapal supaya terus-menerus diawasi.

4. Operator yang bertugas mengawasi sambungan fleksibel darat ke kapal dan peralatan bongkar lainnya, supaya memeriksa pressure gauge terus-menerus dan bilamana terjadi kenaikan tekanan yang sudah ditentukan, supaya segera menghubungi petugas kapal untuk menghentikan pemompaan, sampai penyebabnya diketahui dan sudah ditanggulangi. Pressure gauges supaya diuji dan dikalibrasi secara berkala.

5. Jalur pipa supaya dipatroli setiap jangka waktu yang ditentukan.

2.3.1.8. Sambungan Fleksibel Kapal Ke Darat 1. Sarana dengan selang, sambungan beberapa selang untuk memungkinkan

gerakan bebas pada semua tahapan air pasang dan kondisi draft kapal. Untaian selang yang panjang supaya disanggah dengan baik agar tidak terjadi tekukan yang patah/tajam, kelelahan dan gesekan.

2. Sebelum dipakai, kondisi selang secara umum supaya diperiksa. Selang supaya di dalam kondisi yang baik, tanpa tanda kegagalan pada penguatnya ( reinforcement) dan tidak digunakan untuk tugas-tugas yang melebihi tekanan kerjanya yang sudah ditentukan. Ditangani dengan sarana yang memadai, tidak boleh diseret, digelundungkan atau ditarik. Bila tidak dipakai supaya disimpan dengan baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan atau deteriorasi.

3. Secara berkala diuji secara hydrostatik. Masa uji dan tekanan pengujiannya tergantung dari frekuensi pemakaian dan kondisi operasi setempat, tapi bilamanapun juga, tidak melebihi 12 bulan. Tanggal dan tekanan pengujian supaya dicatat dan dicantumkan pada masing-masing selang. Pengujian "Electrical Continuity" supaya dilakukan setiap waktulsecara berkala.

4. Sarana mesin penanganan selang supaya diuji secara berkala sesuai dengan peraturan perundangan setempat, tetapi tidak melebihi 12 bulan.

5. Untuk "metal retractable swing arm" supaya bersikap waspada untuk menjamin agar tidak menjadi sasaran gerakan, atau dioperasikan disaat angin kencang yang melebihi batas kemampuannya yang sudah ditentukan (designed), tidak menghadapi ketegangan yang tidak diharapkan pada manifold kapal pada setiap tahapan air pasang dan kondisi draft kapal.

6. Supaya diuji secara berkala sesuai dengan saran pabrik pembuatnya, tenggang waktu masa uji tergantung dari frekuensi pemakaian dan kondisi operasi setempat.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 22 / 95

2.3.1.9. Buoy Berths dan Jalur Pipa Bawah Laut 1. Buoy, tali penambat, selang dan jalur pipa bawah laut supaya diperiksa secara

berkala, oleh penyelam bilamana diperlukan, dan hasil pemeriksaan, pengujian dan perawatan supaya disimpan dengan baik.

2. Blla salah satu dari untaian selang menunjukkan tanda-tanda keausan, kerusakan atau akan pecah, seluruh untaian selang supaya diangkat ke atas permukaan air.

2.3.1.10. Pencegahan Terhadap Listrik Statis dan Arus Listrik 1. Selang-selang yang dihubungkan (bonded) supaya diuji electrical continuity-nya

pada saat pertama akan digunakan, selanjutnya supaya diuji secara berkala.

2. Kegiatan pembongkaran atau pemuatan produk class I atau II (2) Petroleum supaya dihentikan bila terjadi badai listrik.

3. Mencegah terjadinya muatan listrik waktu memompa produk disaat tangki sedang kosong (kecepatan kurang dari 1 m/detik sampai inletnya tertutup seluruhnya).

4. Penggunaan udara atau air seminim mungkin untuk membebaskan jalur pipa berisi air atau udara, kecepatan pompa supaya tidak melebihi 1 m/detik sampai air atau udara bebas dari jalur pipa.

2.3.1.11. Tumpahan atau Kebocoran 1. Bilamana terjadi tumpahan atau kebocoran, kegiatan bongkar/muat supaya

segera dihentikan dan kerangan ditutup secepatnya. Kegiatan dapat dilanjutkan sesudah terdapat kesepakatan antara staf Instalasi/Terminal Transit/Depot dengan perwira kapal.

2. Tumpahan minyak diatas perairan, biasanya dapat dikumpulkan dengan menggunakan oil boom (untuk perairan tenang dan laut bebas).

2.3.2. PENGISIAN DAN PEMBONGKARAN BBM DENGAN RTW 2.3.2.1. Umum 1. Masuknya RTW kejalurnya supaya dikendalikan oleh orang yang berkompeten.

Didalam hal ini supaya memperhatikan, seperti perintang, tempat yang harus dikunci di dalam posisi "off' untuk mencegah masuk kereta lainnya kejalur dimana RTW sedang diisi atau menurunkan muatannya.

2. Untuk jenis lok tertentu supaya dihentikan pada batas aman yang sudah ditentukan.

3. Waktu RTW sedang muat atau bongkar supaya dipasang tanda peringatan "KERETA SEDANG TERSAMBUNG".

4. Setelah RTW ditempatkan, lok sudah disingkirkan, RTW supaya diblok agar tidak bergerak sewaktu pengisian atau pembongkaran sedang berlangsung.

5. Bila RTW diisi dari atap, drop-pipe supaya diturunkan sampai kedasar tangki.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 23 / 95

2.3.2.2. Prosedur 1. Sebelum RTW membongkar muatannya supaya diperiksa ullage, suhu, air dan

bila perlu, ambil contoh untuk visual/short test. Tangki penerima supaya diperiksa jenis produknya dan ruang yang cukup untuk menerima kiriman.

2. RTW yang akan dimuat supaya diperiksa kebersihan didalamnya, kelaikan operasi, produk yang diangkut sebelumnya dan yakin benar-benar kosong. Bilamana masih ada sisa supaya diperhitungkan jumlahnya.

3. Bila akan ganti produk, RTW supaya di drain kering, dan bila diperlukan untuk quality control, dibilas dengan produk pengganti yang akan diangkut (selanjutnya perhatikan produk quality control).

Bila memuat produk yang menimbulkan uap yang mudah terbakar, termasuk switch-loading, supaya dilakukan secara perlahan sampai lobang pengisian tertutup sepenuhnya dengan produk. Bila menggunakan "fill pipe" supaya diturunkan sampai ke dasar tangki.

4. Bila pengisian dilakukan dari atas, foot valve dan kerangan penurunan supaya ditutup. Bila pengisian dilakukan dari bawah, yang juga dipakai untuk penurunan, foot valve supaya dibuka. Setelah selesai pengisian, foot valve ditutup dan produk yang ada diantara foot valve dan kerangan penurunan supaya ditiris.

5. Sebelum kereta diberangkatkan, periksa ullage, tutup manhole dan lobang pengeluaran supaya ditutup rapat, disegel dan bila diperlukan digembok dan diberi label seperlunya.

2.3.2.3. Tindakan Pengamanan (Safety Precautions) 1. Bejana terbuka berisi produk class I atau II (2) petroleum tidak boleh dibiarkan di

daerah bongkar/muat RTW.

2. Hanya martil berkepala kayu atau karet yang boleh digunakan untuk membuka pengikat tutup manhole.

3. Bila terjadi tumpahan atau kebocoran, kegiatan bongkar/muat supaya dihentikan dan foot valve yang terbuka supaya ditutup. Kegiatan dapat diteruskan setelah dinyatakan aman oleh pengawas yang bertugas.

4. Perbaikan besar RTW tidak boleh dilakukan di jalur bongkar/muat.

5. Loading/unloading arms, selang dan sambungan sambungan supaya diberi tanda yang jelas dengan tanda warna atau papan nama.

6. Loading/unloading arms atau selang supaya ditempatkan yang rapi setelah dipergunakan.

7. Bilamana terjadi kebakaran sewaktu kegiatan bongkar/muat sedang berlangsung, semua kegiatan supaya segera dihentikan. Supply produk ke fasilitas pengisian supaya diputuskan/dihentikan. Bilamana memungkinkan, RTW yang tidak terkena supaya dijauhkan dari daerah bahaya. Prosedur brand-roll supaya diterapkan.

2.3.2.4. Pentanahan dan Penyambungan (Earthing /grounding and Bonding)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 24 / 95

1. Selalu diperlukan bonding dan pentanahan bilamana menangani produk, terutama produk class I atau II petroleum termasuk "switching loading".

2. Fasilitas bongkar/muat RTW supaya "Electrically continous" dan ditanahkan (earthed). Dalam hal ini tidak perlu lagi kabel penghubung yang panjang. (i.e. bila jalur rel sudah dibonding dan ditanahkan).

2.3.2.5. Keselamatan Personil 1. Orang tidak boleh ada di atas buffer lok dan RTW bila sedang bergerak/jalan. 2. Orang tidak boleh melintas dengan cara merangkak di bawah RTW. 3. Orang tidak boleh naik ke atas/puncak RTW bila sedang berhenti di bawah kabel

listrik tegangan udara (overhead).

4. Waktu langsir supaya menggunakan tanda sandi (signal code) yang sudah dimengerti oleh petugas lnstalasi/Terminal Transit/Depot dan perusahaan kereta api.

2.3.3. PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN BBM DENGAN MOBIL TANGKI 2.3.3.1. Umum 1. Bilamana di tempat pengisian sudah ada kendaraan, yang antri di belakangnya

tidak boleh lebih dekat dari 6 m. Untuk itu supaya diberi garis pembatasan parkir yang jelas. Mesin supaya dimatikan.

2. Bila sedang melakukan pemuatan/ penurunan, mobil tangki tidak boleh ditinggalkan tanpa penjaga, dan rem supaya dipasang dengan baik, atau diganjal balok penahan.

3. Pada waktu memuat produk, terutama produk class I dan II petroleum, mesin supaya dimatikan dan hubungan listrik diputuskan. Kendaraan boleh distart setelah penutup dan kerangan ditutup dengan baik.

4. Pada waktu memuat produk, terutama produk class I dan II petroleum, mesin supaya dimatikan dan hubungan listrik diputuskan. Kendaraan boleh distart setelah penutup dan kerangan ditutup dengan baik.

5. Sambungan untuk bonding supaya dibuat sesuai dengan IP Electrical Safety Code.

6. Bilamana mobil tangki diisi dari atas, terutama produk class I dan II, termasuk switch loading, drop pipe supaya diturunkan sampai ke dasar tangki, foot valve dan kerangan-kerangan ditutup.

7. Dip rods mobil tangki supaya diikat dengan baik setelah digunakan.

2.3.3.2. Prosedur 1. Bila mobil tangki akan ganti produk yang diangkutnya, tangki atau

kompartemennya supaya didrain sampai kering dari produk terdahulu. Bila melakukan pengisian dengan produk yang dapat menimbulkan uap yang mudah terbakar, termasuk switch loading, pengisian supaya dilakukan pelanpelan sampai kaki/ujung fil pipe tertutup produk.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 25 / 95

2. Bila mobil tangki diisi dari atas, foot valve dan kerangan penurunan supaya ditutup semuanya dan hanya lobang tangki atau kompartemen yang akan diisi saja yang dibuka.

Bila pengisian dari bawah, hanya foot valve dan kerangan tangki atau kompartemen yang akan diisi saja yang dibuka, dan segera ditutup bila pengisian sudah selesai.

3. Sebelum pengisian dilakukan, supaya yakin bahwa tangki / kompartemen akan diisi dengan produk yang sesuai. Hati-hati agar tangki / kompartemen tidak sampai diisi berlebihan dari batas yang sudah ditentukan. Yakinkan bahwa tangki / kompartemen adalah kosong sebelum pengisian dilakukan. Bila ada isinya supaya dihitung jumlahnya.

4. Bila tangki/kompartemen diisi berlebihan, kelebihannya supaya dimasukkan kedalam mobil trolley atau wadah penampungan yang memadai.

5. Loading arm diangkat, selang dilepaskan dari kendaraan dan dirapihkan bebas dari kendaraan, semua bukaan ditutup dengan baik dan kuat sesudah selesai pengisian. Tangga disingkirkan ketempatnya. Dan kabel bonding dilepaskan yang terakhir.

6. Bila menurunkan muatan mobil tangki, periksa bahwa tangki penerimanya sesuai dengan produk yang akan diturunkan dan tersedia cukup ruang untuk penampungan.

7. Bila produk class III petroleum dengan tekanan udara, kendaran supaya tidak bergerak dan jangan mempermainkan tutup manhole atau fittings sampai tekanannya dibebaskan. Gumpalan produk yang menyumbat outlet supaya dilepaskan sebelum tekanan difungsikan.

Tekanan kerja udara untuk menurunkan produk supaya serendah mungkin, tidak melebihi tekanan kerja yang aman. Tangki penerima supaya diventilasikan dengan baik.

2.3.3.3. Tindakan Pengamanan (Safety Precautions) 1. Tempat penampungan produk class I dan II petroleum terbuka tidak boleh

dibiarkan di daerah penurunan atau pengisian.

2. Bila terjadi tumpahan atau kebocoran, semua kegiatan Vengisian ditempat tersebut dan didekatnya supaya dihentikan segera dan foot valves yang terbuka untuk pengisian atau pembongkaran supaya ditutup. Hanya orang yang diperlukan saja yang boleh ada di daerah pengisian. Tumpahan supaya dibersihkan dengan segera.

Bila yang tumpah itu produk class I atau II petroleum, mobil yang ada di tempat dan sekitarnya tidak boleh mengoperasikan starter, tapi didorong atau ditarik. Pengisian dilanjutkan setelah dinyatakan aman oleh pengawas yang bertanggung jawab.

3. Loading dan Unloading arms, selang dan sambungan supaya diberi tanda yang jelas dengan tanda warna atau papan nama yang menunjukkan jenis produknya.

4. Unloading arms atau selang supaya ditata dengan baik setelah dipakai.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 26 / 95

5. Bilamana terjadi kebakaran waktu kegiatan bongkar/muat sedang berlangsung, kegiatan tersebut supaya segera dihentikan dan kendaraan yang tidak terlibat supaya dilarikan ketempat yang aman.

Supply produk ke fasilitas pengisian supaya dihentikan. Brand-roll setempat supaya diberlakukan dengan segera.

2.3.3.4. Pentanahan dan Hubungan (Earthing Bonding) 1. Selalu diperlukan "Electrical Continuity" dan pentanahan untuk menangani

produk class I dan II petroleum, termasuk switch loading.

2. Fasllitas pengisian dan pembongkaran mobil tangki supaya "Electrical Continous: dan ditanahkan. Kendaraan supaya disambungkan dengan baik dengan bonding ke fasilitas pengisian atau pembongkaran yang ditanahkan (earthed) sebelum kegiatan pengisian atau pembongkaran produk dimulai, dan bonding tersebut supaya tidak terlepas sampai seluruh bagian sudah selesai, semua kerangan dan tutup sudah ditutup dengan baik dan kuat. Kabel bonding tersediri tidak diperlukan di dalam pengisian atau pembongkaran yang menggunakan jenis selang "Conductive" atau "Semi Conductive" yang dilengkapi dengan "Liquid Tight Connections".

2.3.4. OPERASI TANGKI PENIMBUNAN 2.3.4.1. Umum 1. Class I petroleum biasanya ditampung di dalam "floating roof tank" atau "fixed

roof tank" yang dilengkapi dengan PV. Vents. Hal ini berlaku juga untuk class II bilamana suhu udaranya tinggi (40°C keatas). Atau dapat juga disimpan di dalam tangki dengan internal folating diaphragms. Class II dan III petroleum biasanya disimpan di dalam tangki dengan open/free vents. Produk class III yang berat dapat disimpan di dalam tangki dengan fasilitas pemanasan di dalam atau di luar tangki (i.e. di Indonesia biasanya dengan mengecat tangki seluruhnya dengan warna hitam).

2. Kita anggap bahwa semua tangki dilengkapi dengan fitting sesuai standard pembuatan yang digunakan.

3. Personil yang terkait dengan pengoperasian tangki penimbunan supaya benar-benar menguasai/mengerti dengan jenis tangki yang ada di bawah tanggun-jawabnya, pengukuran dan kapasitas operasi yang aman, fittings dan sambungan-sambungannya.

4. Semua kerangan dimana produk dapat keluar/dikeluarkan dan kerangan inlet tangki-tangki yang tidak dioperasikan supaya ditutup dengan rapat dan kuat. Untuk meningkatkan keamanannya, selain disegel, supaya dirantai dan digembok, terutama bila Instalasi/Terminal Transit/Depot sudah tidak ada kegiatan. Semua kerangan supaya sering dioperasikan untuk menjamin kemudahan pengoperasiannya sewaktu diperlukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 27 / 95

2.3.4.2. Tanda Produk dan Kapasitas Tangki dan Jalur Pipa 1. Untuk keperluan "Safe Operation" supaya diberikan metoda pengertan yang jelas

mengenai tanda warna produk pada tangki dan jalur pipa dan data kuantitas isi tangki.

2. Setiap tangki supaya diberi nomor yang jelas. 2.3.4.3. Prosedur 1. Harus tersedia prosedur yang jelas untuk penerimaan produk kedalam tangki-

tangki Instalasi/Terminal Transit/Depot. Prosedur tersebut akan berbeda-beda sehubungan dengan metoda penerimaan yang akan dipergunakan, jalur pipa cross country, kapal laut, RTW atau mobil tangki ; jumlah dan jenis produk yang akan dikirim, kecepatan pengiriman, jumlah dan kapasitas tangki kemana pengiriman tersebut akan dilakukan dan metoda pengendalian / pengawasan operasi kerangan-kerangan masuk ke tangki. Prosedur untuk pindah (change over) dan jenis produk, sebagai tambahan, pencegahan resiko pengisian tangki yang berlebihan (overfiliing), supaya menjamin penyekatan (segregation) jenis dan menghindari resiko kontaminasi produk.

2. Harus tersedia sistem komunikasi yang efisien antara semua personil yang terkait di dalam operasi, dengan ketentuan bahwa prosedur seperti yang diuraikan di dalam butir(1) di atas telah dilaksanakan secara baik, dan dengan demikian dapat mengambil tindakan dengan segera di dalam keadaan darurat.

2.3.4.4. Pengukuran Tangki dan Pengambilan Contoh Referensi kedalaman supaya ditulis secara jelas di dekat. lubang pengukuran secara manual. 1. Lubang pengukuran manual tangki yang menampung produk class I atau II (2)

petroleum supaya dibuka sejarang mungkin, sedapatnya terbatas untuk pemeriksaan inventarisasi dan pengisian tangki saja.

2. Bila tidak dalam keadaan dipakai, lobang tempat pengukuran supaya ditutup dengan rapat. Bilamana tangki dilengkapi dengan beberapa iubang pengukuran, hanya sebuah yang digunakan untuk setiap waktu.

3. Pengukuran secara manual supaya tidak dilakukan bila kondisi cuaca menunjukkan kemungkinan adanya bahaya badai listrik statik, atau bahaya lainnya seperti hujan, badai dsb.

4. Pengukuran secara manual dan pengambilan contoh supaya tidak dilakukan bilamana kegiatan pengisian tangki sedang berlangsung dengan produk class I petroleum atau produk class II dan III jenis penumpuk listrik statik yang tinggi yang dimasukkan kedalam tangki yang berisi uap minyak yang mudah terbakar, atau dimana ada kemungkinan produk classlI dan III terkontaminasi produk class I petroleum. Bila diberi anti static additive (ASA-3) di dalam konsetrasi yang disarankan, ketentuan waktu tersebut di atas dapat dikurangi.

5. Orang yang bertugas mengukur, setibanya di atas atap tangki supaya istirahat sebentar untuk bernafas sebelum melakukan pengukuran dan pengambilan contoh, supaya tidak naik bila terjadi badai listrik. Bilamana ada benda yang terjaduh ke dalam tangki supaya dilaporkan dengan segera.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 28 / 95

6. Floating roof tank diukur dari lubang pengukuran yang terletak di puncak tangga/stairway.

7. Bila mengunakan float gauges suapay diperiksa dengan fitting yang disediakan untuk meyakinkan pelampung ada di atas permukaan produk dan bacaan yang diberikannya adalah benar. Peralatan pengukuran otomatis supaya diuji secara berkala dengan pengukuran manual.

2.3.4.5. Drainage Air Dari Tangki 1. Dasar air (water bottom) di dalam tangki menyebabkan pengkaratan bagian

dalam dasar tangki dan ring bawah badan tangki. Disarankan agar tidak menggunakan dasar air, terkecuali bila dasar tangki bocor atau diperkirakan bocor, dapat dipakai sementara menunggu pembersihan dan perbaikan tangki.

2. Air yang ada di dalam tangki dapat datang dari kapal, atau jalur pipa yang dibersihkan dengan dorongan air yang di dalam praktek tidak dibenarkan. Air tersebut supaya dibuang secepatnya setelah produk di dalam tangki mengendap. Selama pembuangan air berlangsung, operator harus selalu disiagakan, terkecuali bila dilengkapi dengan sarana pembuangan air otomatis. Setelah pembuangan air selesai, kerangan supaya ditutup dengan baik dan digembok serta sambungan pembuangan di blank mati.

3. Air yang dibuang dari tangki supaya melalui, perangkap minyak sebelum memasuki sistem drainage yang ada di luar.

2.3.4.6. Pencegahan Untuk Menghindari Muatan Statik Untuk menghindari terjadinya muatan statik waktu mengisi tangki dengan produk class I petroleum, atau class II dan III petroleum yang menimbun muatan statik di dalam kondisi dimana mungkin terjadi udara yang mudah terbakar di dalam ruang ullage tangki yang disebabkan oleh penguapan atau terbentuknya mist (kabut) minyak yang mudah menyala, kecepatan masuk sehingga inlet tangki tertutup seluruhnya di bawah permukaan produk, dan jalur pipa bebas dari air dan udara, supaya tidak lebih dari 1 mldetik. Disamping kecepatan masuk tersebut, supaya menjamin kelancaran masuk ke dalam tangki tanpa menimbulkan gejolak (turbulence), memecahkan permukaan produk dan mengaduk (disturbing) endapan (sediment) dasar tangki. 2.3.4.7. Drainage Lapangan Tangki (Tank Endosures) 1. Air hujan dan air buangan dari tangki yang terkumpul di dalam lapangan tangki

dapat di drain/dibuang dengan cara drainage gravitasi biasa. Dalam hal ini daerah di dalam lapangan tangki supaya diisolasi/dipindahkan dari sistem drainage yang ada di luar dengan kerangan yang ditempatkan disebelah luar, dibiarkan selalu tertutup, terkecuali untuk mendrain air yang selalu di bawah pengawasan.

2. Pilihan lainnya untuk mendrain lapangan tangki dengan menggunakan pompa yang dikendalikan secara manual, atau dengan siphon drain, yang melalui puncak bund wall lapangan tangki, yang dipancing (primed) dengan menggunakan pompa kecil yang dikendalikan secara manual.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 29 / 95

3. Air di dalam lapangan tangki supaya dialirkan melalui perangkap minyak sebelum disalurkan ke sistem drainage yang ada di luar atau ke jalur perairan. Dikelilingi perangkap dapat dibuatkan by pass yang dilengkapi kerangan untuk mengalirkan air yang tidak terkontaminasi bila terjadi hujan lebat atau untuk membuang air dari penanggulangan kebakaran.

2.3.5. POMPA 2.3.5.1. Perneriksaan dan Pengujian Sebelum pemakaian pertama dan setelah perbaikan besar, pompa tidak boleh langsung digunakan di dalam operasi, sampai kecepatan (aligment)-nya telah diperiksa, dan bila menggunakan penggerak listrik, motor dan control gear diuji untuk hubungannya (continuity), pentanahan dan tahanan insulasinya. Setelah itu supaya diperiksa secara berkala, khususnya untuk kebisingan suaranya waktu dijalankan, tanda-tanda suhu yang berlebihan, kebocoran glands dan kondisi pada umumnya. Sarana untuk menutup secara darurat supaya diuji secara berkala. 2.3.5.2. Pump Glands Glands yang bocor di dalam pompa dapat menimbulkan bahaya, selain dapat menimbulkan kerugian/hilangnya produk yang mungkin cukup besar. Bila kebocoran terjadi pada sisi penghisapan, udara dapat masuk, dan bila hal ini terjadi pada jalur yang membawa produk class I petroleum, dapat menimbuikan campuran uap dan udara yang membahayakan. 2.3.5.3. Pump Operations Walaupun pompa centrifugal dapat ditransfer dengan kerangan pengeluaran (delivery) tertutup, untuk mengurangi "beban start" pada motor, dan pompa positive displacement, supaya dilengkapi dengan by pass relief valve atau yang bersamaan. Pompa jangan dibiarkan jalan dengan kerangan pengeluaran tertutup. Hal ini akan membuat pengadukan dan meningkatnya suhu pompa dan produk. 2.3.6. JALUR PIPA 2.3.6.1. Umum Penanganan produk dengan jalur pipa, apakah jalur pipa cross country, atau dengan jalur pipa dari jetty atau pelabuhan, dapat menghubungi prosedur dan disiplin tertentu sejak pihak ketiga mungkin dapat terlibat dan kesalahan mungkin dapat menimbulkan akibatnya di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot. 2.3.6.2. Product Indentifications (Tanda Produk) 1. Supaya menggunakan sarana Indentifikasi (tanda) yang sudah ada, untuk jalur

pipa dan kerangan yang menunjukkan jenis produknya. Jalur pipa supaya diberi Indentifikasi, sebaiknya disesuaikan dengan "master flows sheet" untuk Intalasi/Depot. Perhatian khusus supaya diberikan untuk mengindentifikasi titik-titik kritis pada jalur pipa, eg. Titik pengisian dan pembongkaran, tempat pengisian RTW dan mobil tangki, rumah pompa, jetty atau pelabihan, manifolds.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 30 / 95

2. Dimana fasilitas di Instalasi/Terminal Transit/Depot hanya dipakai oleh staf suatu perusahaan saja, cukup menggunakan tanda warna saja bila digunakan oleh staf beberapa perusahaan, sebaiknya menggunakan tanda dengan nama masing-masing produk.

2.3.6.3. Jalur Pipa Multi-Produk Jalur pipa multi-produk dapat diklasifikasikan kedalam kelompok berikut ini : 1. Satu produk yang disusul langsung dengan produk yang lainnya, memerlukan

perencanaan sequence untuk pumping operations, berdasarkan pada sifat-sifat produk dan prosedur yang ditentukan untuk menangani product interfaces. Interface dapat diperkecil dengan menjaga arus pipa yang cukup tinggi hingga diambang turbulensinya dan penyebaran interfacenya minimal.

Interface material sedapatnya supaya dapat diserap seluruhnya ke dalam tangki penerima produk terdahulu atau yang menyusul kemudian, agar dengan demikian dapat menghindari "Slopping".

2. Bilamana produk dipisahkan oleh "pigs" atau "spheres", perencanaan sequence untuk pemompaan juga diperlukan, tetapi kontaminasi produk satu dengan yang lainnya adalah keci I.

3. Dimana produk dikosongkan dari jalur pipa sebelum disusul oleh produk lainnya, lihat butir (4) di bawah ini.

2.3.6.4. Pengosongan Pipa (Line Dearing) Pengosongan pipa tidak dibenarkan untuk normal operations, dan untuk itu disarankan agar membiarkan jalur pipa seluruhnya berisi dengan produk sementara pipa tidak beroperasi. Bilamana pengosongan pipa diperlukan, ada tiga cara yang disarankan. 1. Menarik kembali, menggunakan pompa kapal atau pompa pendorong lainnya,

yang hanya akan membersihkan jalur pipa yang mendatar dan menurun secara teratur ke pompa. Jalur yang akan dibersihkan dengan cara ini mempunyai pegelaran dengan penurunan sedemikian rupa dan diventilasikan pada titik tertinggi.

2. Pencucian dengan menggunakan air, sambungan masuk untuk air supaya dilengkapi dengan check valve. Tangki yang menerima produk dicuci dengan air supaya dibiarkan mengendap, kemudian airnya didrain secepat mungkin. Air di dalam tangki atau jalur pipa akan menimbulkan resiko pengkaratan yang cukup tinggi, air asin atau payau supaya tidak digunakan untuk mengosongkan pipa. Resiko selanjutnya ialah terjadinya listrik statik yang disebabkan oleh adanya butir-butir air di dalam produk. Kecepatan arus di dalam jalur pipa supaya dibatasi tidak melebihi 1 m/detik, bila pemompaan produk dilakukan setelah pengosongan pipa dengan air sampai airnya bersih dan tidak ada lagi produk yang tercampur air. Bilamana jalur pipa yang akan dibiarkan kosong untuk beberapa waktu, supaya dicuci dengan air yang dibubuhi "Inhibitor pencegah karat".

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 31 / 95

3. Pengosongan dengan menggunakan udara yang langsung dari kompresor supaya tidak digunakan untuk produk class I dan II petroleum. Udara dari penerima yang terpisah yang digunakan untuk mengosongkan jalur pipa supaya mempunyai tekanan seminim mungkin yang diperlukan untuk operations. Angin ini supaya tidak diijinkan masuk ke dalam tangki yang menampung produk class I dan II petroleum, tetapi diventilasi-kan ke udara terbuka secara aman bilamana batch produk berikutnya dipompakan. Udara dapat digunakan untuk membersihkan jalur pipa produk class III (1) petroleum bila disana tidak ada resiko terjadinya uap yang mudah terbakar, tetapi untuk jalur pipa yang penampangnya lebih besar, akan memerlukan jumlah udara bertekanan lebih banyak, kalau tidak dia hanya akan "meniup lobang yang menembus produk di dalam jalur pipa dan tidak dapat membersihkan pipa secara baik.

Jalur pipa yang dirancang untuk menggunakan "pig atau "Sphere" akan membersihkan pipa tersebut lebih efektif dengan cara menempatkannya diantara produk dan udara yang dipakai untuk membersihkan. 2.3.6.5. Kerangan 1. Kerangan supaya dijaga agar bebas dan mudah dioperasikan. Plug valve, jenis

berpelumas, supaya diberi pelumas secara teratur.

2. Glands kerangan yang bocor, sama halnya dengan pompa, dapat menimbulkan bahaya.

3. Roda pegangan atau tuas kerangan, bila dilepaskan karena suatu alasan operasional, supaya mudah ditemukan, sehingga dengan demikian kerangan dapat ditutup dan dibuka, bilamana diperlukan, di dalam keadaan darurat.

2.3.7. PEMBUNGKUS (TERUTAMA DRUM) 2.3.7.1. Pembuatan Pembuatan kemasan berupa drum dilakukan di pabrikasi yang aman dari Instalasi/Terminal Transit/Depot. 2.3.7.2. Pembersihan dan Pembebasan Gas Dilakukan di bangunan yang ventilasinya baik atau di udara terbuka. Yang umum digunakan untuk pembersihan dan pembebasan gas drum ialah "steam". 2.3.7.3. Perbaikan Perbaikan drum dengan pekerjaan panas tidak boleh dilakukan sebelum dibebas-gas-kan. Perbaikan seperti ini supaya dilakukan di daerah aman (non-hazardous area). Bejana bekas minyak berat dapat saja menunjukkan bebas gas waktu diuji, tapi waktu dipanaskan mengeluarkan uap yang mudah terbakar, produk harus dibersihkan dahulu.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 32 / 95

2.3.7.4. Pengisian 1. Pengisian kemasan dengan produk class I atau II (2) supaya dilakukan di

bangunan yang terpisah. Bilamana dilakukan di dalam bangunan yang juga digunakan untuk keperluan lainnya, daerah pengisian supaya dapat sekat secara menyeluruh dari bagian bangunan lainnya dalam keadaan darurat oleh penghambat api yang memadai. Kemasn dan bangunan/unit pengisian supaya dihubungkan dan unit pengisian supaya ditanahkan.

2. Mengisi kemasan dengan produk class II (1) dan III dapat dilakukan di dalam bangunan yang mana saja, terkeculai di dalam bangunan dimana terdapat sumber api yang membahayakan, tetapi bangunan supaya memenuh dause 1.6.

3. Bila terjadi tumpahan supaya diisolasi, jangan sampai menyebar ke tempat lain dan segera bersihkan. Bila yang tumpah itu produk class I atau II (2) petroleum, semua kegiatan yang ada didekatnya supaya dihentikan dan dilanjutkan sesudah dinyatakan aman oleh pengawas dan penanggung jawab.

4. Setelah diisi, kemasan supaya dicap atau diberi label seperlunya yang menunjukkan isinya dan bila dianggap perlu, bahaya yang berkaitan.

2.3.7.5. Storage (Penimbunan) 1. Kemasan hanya ditimbun dalam bangunan atau ruangan lainnya yang khusus

dibuat untuk keperluan itu. Lantai bangunan supaya berupa konstruksi yang baik, lantai dan jalur jalan menuju ketempat penyimpanan terbuka supaya bebas lubang-lubang atau bahaya lainnya dijalanan. Walkways Qalur lintasan) supaya bebas rintangan dan sebaiknya diberi membatas garis putih.

2. Sejak pembungkus diterima, apakah kosong atau berisi, dari sumber di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot, supaya diatur perputaran penanganannya yang baik, untuk membatasi penanganan-penanganan yang tidak perlu.

3. Bila menyusun pembungkus yang berisi penuh, agar diatur sedemikian rupa supaya kebocoran yang terjadi dapat diketahui dengan segera. Pembungkus yang bocor supaya dipindahkan / dituangkan ke pembungkus yang baik.

4. Drum isi berkapasitas nominal 210 liter yang disusun berbaring supaya diberi sarana penahan gerakan/ganjal yang baik pada kedua sisinya yang tidak merusak badannya. Tingginya tidak boleh melebihi beban berat yang diijinkan untuk baris yang terbawah.

5. Drum yang disusun berdiri supaya tumpukannya stabil, dapat menggunakan pallets atau disusun secara "cross bonding" (bentuk piramida). Tingginya supaya tidak melebihi beban berat yang terbawah dan tidak membahayakan di dalam penanganannya.

6. Pembungkus lainnya supaya disusun secara rapih dan stabil. Kardus-kardus yang lebih kecil, yang tidak mempunyai kekuatan mekanik suapaya tidak ditumpuk tinggi tanpa para-para (racking).

7. Semua tumpukan supaya ditumpuk di dalam daerah yang sudah diberi pembatasan, mempunyai lorong yang cukup lebar untuk kegiatan sehari-hari dan merupakan pemisah bila terjadi kebakaran. Harus ada jalur pemisah antara tumpukan dengan dinding bangunan, baik diluar maupun di dalam.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 33 / 95

8. Kemasan-kemasan kosong dapat disusun sesuai dengan kemudahan operasional. Pembungkus bekas penampung produk minyak supaya diperlakukan sebagai berpotensial bahaya kebakaran dan supaya diperhatikan pencegahan keselamatan yang diperlukan.

9. Pembungkus kosong yang dibuang supaya diberihkan dan dibebasgaskan, terkecuali bila diserahkan kepada orang yang mengerti, dan kondisinya diberitahukan.

2.3.7.6. Penanganan (Handling) 1. Untuk menghindari kerugian dan kecelakaan pada pekerja yang terlibat dan

orang-orang yang ada disekitarnya, penanganan pembungkus supaya dilakukan secara hati-hati.

2. Bila pembungkus ditangani di daerah berbahaya, supaya dicegah jangan sampai terjadi percikan api dari pembungkus atau peralatan yang menanganinya.

2.3.7.7. Peralatan Bantu Mekanik 1. Peralatan yang dioperasikan dengan tangan atau dengan tenaga/listrik, termasuk

alat angkat, forklift, conveyor dan alat bantu mekanik lainnya, supaya dicantumkan kapasitas beban masing-masing yang tidak boleh dilampaui. Rantai dan sling yang digunakan supaya di dalam kondisi yang baik. Semua peralatan tersebut diperiksa dan diuji secara berkala dan dicatat di dalam log book masing-masing peralatan.

2. Kerek pengangkat yang menggunakan tenaga listrik, hanya dioperasikan oleh orang yang sudah terlatih dengan baik, mempunyai penglihatan yang baik, kalau perlu diberi kaca mata oleh perusahaan.

3. Kerek pengangkat hanya boleh digunakan untuk mengangkat saja, tidak boleh digunakan untuk menghela atau membebaskan peralatan mesin yang penuh sesak (jammed).

4. Alat pengait kerek pengangkat dicat dengan warna terang (jingga).

5. Muatan/beban diikat dengan kuat dan baik.

6. Orang tidak boleh ada di bawah beban yang sedang tergantung.

7. Kerek tidak boleh dipakai untuk mengangkut/membawa orang.

8. Hanya rantai, tali, sling dan sarana bantu alat angkat yang sudah disediakan untuk pekerjaan tersebut yang boleh digunakan. Jangan menggunakan alat bantu yang dibuat sendiri. Rantai tidak boleh disambung dengan ikat simpul (knots), dengan baut atau kawat. Tali tidak boleh disambung dengan knots, tetapi dengan cara penguraian dan pemintalan yang baik.

2.3.7.8. Fork Lift Trucks & Power Trollies 1. Fork lift truck dan power trollies yang dioperasikan di dalam bangunan sebaiknya

menggunakan jenis yang digerakkan oleh tenaga listrik/aki. Bila sistem ventilasi cukup baik, dapat menggunakan kendaraan dengan bahan bakar solar/bendin atau LPG. Dengan BBG keracunannya rendah, tetapi tangki supaya terlindung dengan baik terhadap kemungkinan kerusakan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 34 / 95

2. Kendaraan seperti ini tidak boleh digunakan di daerah berbahaya atau dimana kerusakan pembungkus dapat menimbulkan daerah berbahaya, terkecuali bila dilengkapi dengan peralatan yang dapat mencegah terjadinya percikan api. (dibuat flameproof)

3. Kendaraan-kendaraan ini hanya boleh dikemudikan oleh orang yang sudah ditunjuk oleh perusahaan, sudah dilatih dan memiliki sertifikat/SIM dari Depnaker.

4. Tidak boleh membawa penumpang selain pengemudi.

5. Kecepatan maksimum supaya dibatasi.

6. Supaya dirawat dengan baik dan cermat, dengan perhatian khusus ditujukan pada sistem hydraulic, elevating gear, rem, alat kemudi, flame/spark arrester. Pengemudi supaya segera melapor bila terjadi/terdapat kerusakan.

7. Beban yang diangkat tidak boleh melebihi kapasitas beban maksimum yang sudah ditentukan, terikat dengan kuat dan mengangkutnya sedekat mungkin dengan permukaan tanah/lantai untuk menjaga kestabilannya di lantai yang miring atau bergelombang.

8. Orang tidak boleh ada di bawah garpu fork lift yang sedang memuat beban. Bila kendaraan tidak digunakan, garpunya supaya diturunkan sedekat mungkin dengan permukaan tanah/lantai.

9. Fork lift tidak boleh digunakan untuk menarik kendaraan lain, terkecuali sudah dirancang untuk keperluan tersebut, tidak boleh digunakan untuk pekerjaan di luar kegunaannya.

10. Pengemudi supaya berhati-hati di dalam berolah gerak atau waktu memutar kendaraan. Kalau perlu supaya menggunakan pemandu dan menyingkirkan orang-orang yang ada disekitar jalur lintasannya. Diperlukan kaca spion untuk melihat ke belakang, berputar dan mudur. Berolah gerak secara mulus (tanpa sentakan) agar muatan tidak terjatuh.

11. Semua orang supaya menjauhi bagian-bagian kendaraan yang bergerak.

12. Pengisian arus aki, pengisian bahan bakar dan menstarter kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak supaya dilakukan pada jarak sekurang-kurangnya 10 m dari titik dimana produk class I dan II (2) petroleum disimpan I ditimbun atau sedang ditangani.

2.3.8. FASILITAS UMUM (GENERAL FACILITIES) 2.3.8.1. Udara yang Dimampatkan (compressed Air) Air di dalam bejana penampungan udara yang dimampatkan dapat menimbul kan pengkaratan yang serius. Bajana yang dipakai secara tetap supaya ditiriskan setiap hari, terkecuali bila dilengkapi dengan alat peniris otomatis. 2.3.8.2. Perangkap Minyak (Oil Interceptors) Membiarkan minyak dan kotoran menumpuk di dalam perangkap minyak, membuat kegunaannya tidak efektif. Supaya sering diperiksa dan bila perlu dibersihkan agar efisiensi operasinya terjamin. Sediakan "log book" untuk mencatat pemeriksaan rutin, pembersihan dan keadaan pada umumnya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 35 / 95

2.3.9. KEBERSIHAN (HOUSEKEEPING) Seluruh bagian Instalasi / Depot, termasuk daerah lapangan tangki, daerah pengisian / pembongkaran, daerah pemompaan, jalur pipa, jaringan jalan, jalur rel, jetty / pelabuhan bongkar / muat, lapangan dan bangunan untuk penumpukan dan penyimpanan kemasan; lapangan parkir, parit drainage, selalu dalam keadaan bersih dan rapih serta bebas dari sampah. Perhatian khusus supaya ditujukan pada lapangan tangki penimbunan, pekarangan, gudang, daerah dibelakang bangunan dan daerah Instalasi/Terminal Transit/Depot yang jarang digunakan. 1. Tumpahan-tumpahan supaya segera dibersihkan dengan baik.

2. Tangga, stairways, walkways dan access platforms suapaya selalu dirawat dengan baik, bebas dari minyak, pelumas dan gemuk.

3. Segera setelah selesai dengan pekerjaan konstruksi atau perawatan, semua sisa bahan (surplus material) dan sampah pekerjaan (debris) supaya dibersihkan/diangkut dari lokasi kerja.

2.4. TANGKI TIMBUN 2.4.1. UMUM Tangki dan bejana merupakan sarana penunjang untuk kelancaran operasi iilang. Agar tangki dan bejana bisa berfungis sebagaimana mestinya, maka persyaratan untuk mengoperasikan kedua sarana tersebut harus dipenuhi. Persyaratan ini harus sudah dipenuhi sejak tahap rancang bangun. Pemeliharaan tangki dan bejana dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kondisi-kondisi dibawah standar, sehingga tangki dan bejana selalu dalam keadaan layak operasi atau dapat dioperasikan dengan aman. Sehubungan dengah hal tersebut, maka perlu disiapkan pedoman yang berisi kententuan-ketentuan tentang tangki dan bejana. 2.4.2. PENGERTIAN 2.4.2.1. Tangki adalah suatu vessel untuk menimbun cairan dengan kapasitas

melebihi 227 liter (60 gallon) dan merupakan instalasi tetap serta tidak digunakan untuk keperluan proses.

2.4.2.2. Air Supplied breathing apparatus adalah alat bantu pernapasan dengan pasokan udara segar dari tabung udara bertekanan, selang dan regulator serta dan masker.

2.4.2.3. Produk kelas I adalah cairan yang mempunyai titik nyala (flash point) dibawah 37,8°C.

2.4.2.4. Produk kelas II adalah cairan yang mempunyai titik nyala (flash point) 37,8°C atau lebih tinggi, namun kurang dari 60°C.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 36 / 95

2.4.2.5. Peralatan listrik flameproof adalah peralatan listrik yang berada di dalam suatu pelindung (endosure), dimana pelindung tersebut tahan terhadap ledakan yang terjadi dibagian dalam akibat gas dari luar masuk dan terbakar disertai ledakan di dalam pelindung, tanpa menimbulkan kerusakan dan gas yang sudah terbakar keluar ke udara bebas dalam keadaan dingin.

2.4.2.6. Inert gas adalah gas yang secara kimiawi tidak bereaksi apabila kontak / menyentuh bahan lain.

2.4.2.7. TEL / TML atau Tetra Ethyl / Tetra Methyl Lead adalah senyawa timah hitam yang dimasukkan kedalam premium / gasoline dengan maksud untuk meningkatkan nilai oktan.

2.4.3. Persyaratan Operasi 2.4.3.1. Tanggul Tanggul-tanggul tangki dan dinding penahan harus selalu dijaga kondisinya agar tetap baik. Tumbuhan yang berada di dalam tanggul, begitu juga rumput-rumput harus pendek. Tanggul tidak diperlukan di sekitar tangki LPG bertekanan. Tanggul tangki tidak boleh dibongkar, kecuali telah dikeluarkan Surat Ijin Kerja dingin atau Surat Ijin Kerja Gali untuk maksud itu. Surat Ijin tersebut harus mencantumkan metoda untuk membongkar, mesin-mesin dan alat-alat yang boleh digunakan serta tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan kabel yang ditanam di dalam tanah, dan lain-lain. Jika tangki masih berisi produk, harus dilengkapi dengan sarana sementara yang dapat menutupi bagian tanggul yang dibongkar secepat mungkin apabila diperlukan. Pipa-pipa yang berada di dalam area tanggul tangki harus dijaga jangan sampai terkena paparan api yang ada di dalam area tersebut dengan salah satu cara berikut ini. 1. Buatlah parit sedemikian rupa sehingga minyak tidak terkumpul di bawah pipa.

Permukaan tanah di dalam area tanggul tangki dibuat miring ke arah luar. 2. Apabila tidak mungkin dibuat parit, tutuplah pipa-pipa di dalam area tanggul

tangki dengan tanah campur kerikil, dan ambil tindakan pengamanan untuk melindungi pipa terhadap karat.

Kerangan pembuangan pada tanggul harus selalu terbuka. Semua jalan menuju ke tangki harus diberi penerangan yang cukup. Anak tangga yang cukup harus tersedia ke atas tanggul, dan jalan setapak dengan permukaan yang keras yang menuju ke arah tangga dan kerangan tangki harus terpelihara baik. 2.4.3.2. Susunan Tangga, Tangga Mendatar dan Tangga Tegak. Semua perlengkapan tersebut harus selalu dijaga dalam keadaan baik, dan setiap saat ada kerusakan harus segera dilaporkan. 2.4.3.3. Peralatan Pembuangan (Relieving Devices). Semua tangki dan bejana harus diproteksi dengan alat penganginan (atmospheric vents) atau peralatan pembuang tekanan (pressure / vacuum relieving devices)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 37 / 95

sesuai dengan fungsinya dan harus dijaga agar alat-alat tersebut selalu dalam kondisi baik dengan cara di inspeksi secara rutin. Sambungan diantara kerangan penutup yang digunakan untuk keperluan perbaikan, apakah antara bejana bertekanan dan relief valve atau pada bagian hilir, hanya boleh dipakai setelah dilakukan pertimbangan yang matang dan hati-hati terhadap kemungkinan adanya salah operasi pada kerangan penutup.Hal ini memerlukan persetujuan tertulis dari Pimpinan Unit dan mungkin malah membutuhkan ijin lebih lanjut dari Lembaga Pemerintah atau Asuransi. Kerangan penutup harus selalu terkunci, apakah dalam keadaan tertutup atau terbuka. Apabila relief valve tidak difungsikan, langkah-langkah seperti tercantum dalam Pedoman Pengawasan Terhadap Isolasi dan Menonaktifkan Sistem Pengaman Vital harus ditindak lanjuti. Selama dalam periode tangki atau bejana tersebut diijinkan beroperasi dengan tanpa relief valve, petugas operasi atau operator harus selalu mengawasi dan mencek agar tekanan di dalam tangki atau bejana tidak melebihi tekanan kerja yang telah ditentukan. Jika kondisi operasi pada bejana atau sistem yang dilengkapi relief valve berubah, maka Inspektor dari bagian inspeksi harus diberitahu agar kemampuan / kapasitas relief valve tersebut dihitung kembali. 2.4.3.4. Lubang Ukur Penutup Iubang ukur, Iubang pengambilan contoh dan manholes harus selalu dijaga dalam keadaan tertutup apabila tidak dipergunakan untuk keperluan operasi. 2.4.3.5. Manholes Manholes digunakan sebagai sarana untuk masuk ke dalam setiap tangki atau bejana yang jika berbentuk segi empat harus berukuran sekurang-kurang nya 18" x 16", dan jika berbentuk lingkaran, sekurang-kurangnya mempunyai diameter 18". Mungkin ketentuan Pemerintah menghendaki ukuran lebih besar dari pada ketentuan di atas. Penyimpangan dari ukuran tersebut harus mendapat persetujuan dari Instansi Pemerintah atau Pejabat Pemerintah yang berwenang untuk maksud itu. Keterangan tentang penyimpangan tersebut dapat diperoleh dari Bidang K3LL. Metoda, jalan masuk dan jalan keluar yang aman harus tersedia pada setiap manhole. 2.4.3.6. Berjalan di Atap Tangki Tidak seorangpun dibenarkan berjalan di atap tangki kecuali telah mendapat ijin dari pejabat yang berwenang untuk itu 2.4.3.7. Mengambil Contoh Minyak dan Mengukur Isi Tangki Pada saat ada petir atau hujan, dilarang melakukan pengukuran isi tangki secara manual dan mengambil contoh minyak. Petugas harus mencegah terhirupnya uap minyak, oleh karena itu ia tidak boleh berdiri di bawah angin dari Iubang ukur atau Iubang untuk mengambil contoh minyak. Untuk mencegah timbulnya muatan listrik statis pada saat mengambil contoh minyak dan mengukur isi tangki.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 38 / 95

2.4.3.8. Ceceran Minyak Pada atap tangki dan lantai pembambilan contoh harus dihindari adanya ceceran minyak. Jika ini terjadi, harus segera dibersihkan. Ceceran minyak di area proses, penanganannya harus sama dan setiap kain lap yang telah kotor harus ditempatkan di dalam tempat yang tertutup untuk kemudian secepatnya dibuang. 2.4.3.9. Kain Lap Kain lap yang digunakan untuk membersihkan pita pengukur dan lain-lain, tidak boleh ditinggalkan di atap tangki ataupun di dalam daerah tanggul, tetapi harus ditempatkan pada tempat-tempat khusus yang tertutup dan secara berkala dibuang ke tempat yang aman. 2.4.3.10. Membawa Alat Ukur Peralatan pengukur tangki dan alat-alat lainnya yang dibawa petugas pengukur, harus dimasukkan ke dalam suatu tempat kusus dan dibawa dengan cara disandang dibahu. Botol tempat contoh minyak harus dibawa dengan alat yang khusus dirancang untuk itu. 2.4.3.11. Floating Roof Mengingat adanya bahaya gas, tidak seorangpun dibenarkan turun ke atap tangki apung (floating roof) yang sedang berisi, kecuali dengan menggunakan alat Bantu pernapasan (air supplied breathing apparatus) dan tali penyelamat, serta harus diawasi dan dikontrol paling sedikit oleh 2 (dua) orang yang berdiri di platform tempat lubang ukur. Patuhi Pedoman Memasuki ruang Tertutup (confined space entry). Jika atap tangki dinaikkan ke atas sehingga batas tertinggi, dimana kemungkinan endapan gas tidak akan terjadi, penggunaan breathing apparatus tidak diperlukan lagi, tetapi syarat atau kondisi kerja yang lain harus tetap dipatuhi. Penyekat (fabric seals) dan kaki penyangga atap tangki, harus diperiksa secara periodik dan diganti baru bila diperlukan. Pemeriksaan dari waktu kewaktu harus dinkukan untuk meyakinkan bahwa sambungan-sambungan penghantar (shunt) stainless steel disekeliling tangki yang melewati penyekat dalam keadaan cukup dan baik. Kondisi lubang pembuangan (drains) dan penganginan (vent) harus diperiksa secara berkala. Jika digunakan tube seals, maka tube seals tersebut selalu dijaga agar berisi cairan yang sesuai. Pada kondisi operasi normal, atap tangki tidak boleh diturunkan hingga menyentuh dudukannya. 2.4.3.12. Kerangan Semua kerangan pada tangki dan bejana harus dipasang sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dijangkau saat dioperasikan. As dan roda kerangan tidak boleh menimbulkan bahaya benturan (stricking hazards).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 39 / 95

2.4.3.13. Alat Pengaduk (Jet dan Propeller Mixer) Jika pengaduk jenis propeller atau jet dipasang pada tanki beratap tetap (fixed roof) yang berisi produk Kelas I dan Kelas II, alat tersebut tidak boleh dioperasikan jika ketinggian minyak dalam tangki kurang dari 3 (tiga) meter. Pengambilan contoh minyak dan pengukuran isi tangki setelah proses pengadukan, harus mematuhi tindakan terkait dalam butir 2.3.4.4. 2.4.3.14. Bak dan Lubang Penampung Minyak (Sump dan Pit). Semua bak dan lubang penampung minyak harus dilengkapi dengan pagar pelindung dengan ketinggian sekurang-kurangnya 1 (satu) meter atau ditutup secara sempurna dengan lantai dari jenis yang memenuhi syarat. Bak penampung kotoran harus dianginkan selama paling tidak 5 (lima) menit dan dilakukan pemeriksaan gas, sebelum seseorang diijinkan memasukinya. Kondisi atau persyaratan seperti tercantum dalam butir 2.3.4.5. (a) harus dipenuhi dan diikuti sebelum seseorang diijinkan masuk ke dalam bak atau lubang penampungan. 2.4.3.15. Air Didalam Tangki Minyak Berat. Tangki-tangki yang berisi minyak berat, dengan pengecualian bitumen dan aspal, harus dioperasikan dan dijaga agar suhunya selalu dibawah titik didih air. Sehlngga air dibagian bawah tangki tidak berubah menjadi uap yang bisa menyebabkan kemungkinan pecahnya tangki. Semua aliran ke dalam tangki atau bejana panas harus bebas dari air atau cairan hidrokarbon ringan yang berlebihan. Pipa pemanas (steam coils) harus ditest secara teratur untuk mengetahui sedini mungkin jika terjadi kebocoran. 2.4.3.16. High Level Alarm. High level alarm harus dipasang pada tangki-tangki yang menerima bahan / produk Kelas I dan kelas II dari saluran pipa atau dari kapal. Alarm akan berbunyi di tempat kerja yang ada petugasnya apabila permukaan cairan di dalam tangki melebihi batas tertinggi yang telah ditentukan. Alat untuk membunyikan alarm tidak tergantung kepada instrumentasi pengukur tangki. 2.4.3.17. Low Level Alarm Low level alarm harus dipasang pada tangki-tangki yang dilengkapi dengan koil pemanas untuk mencegah pengeringan dan panas yang berlebihan pada koil akibat permukaan cairan di dalam tangki melebihi batas terendah yang telah ditentukan. Alarm akan berbunyi di tempat kerja yang ada petugasnya. Alat untuk membunyikan alarm tidak bergantung kepada instrumentasi pengukur tangki. 2.4.3.18. Sistem Proteksi Petir. Tangki dan bejana harus dilengkapi dengan sistem proteksi petir yang dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu operasi kilang dan mudah perawatannya. Jika terjadi sambaran petir, sistem proteksi petir harus berfungsi sehingga :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 40 / 95

1. Dapat mengendalikan arus petir. 2. Tidak menimbulkan tegangan induksi yang menyebabkan adanya bunga api di

area yang berbahaya. 3. Tidak timbul elevasi tegangan yang dapat merusak peralatan. 4. Tidak membahayakan manusia. 2.4.3.19. Muatan Listrik Statis Tindakan-tindakan di bawah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya muatan listrik statis. 1. Memasang grounding dan bonding system. 2. Memberikan anti static additive pada cairan. 3. Mengurangi kadar air sekecil mungkin. 4. Membatasi kecepatan aliran maksimun 1 m/detik pada waktu

• Pengisian minyak, sampai pipa pengisian terendam minyak sedalam 60 cm. • Pengisian produk minyak yang lebih ringan ke dalam tangki yang berisi

minyak yang lebih berat (pada saat blending). • Pemompaan minyak yang mengandung air maupun udara.

5. Setelah pipa pengisi terendam minyak sedalam 60 cm, kecepatan aliran selanjutnya maksimum 5 m/detik.

6. Untuk mengambil contoh minyak dan mengukur isi tangki secara manual harus menggunakan tempat contoh dan bandul alat ukur yang terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan bunga api dan tidak terbuat dari bahan yang mempunyai daya tahan listrik tinggi. Tali nylon atau tali sintetis yang sejenis tidak boleh digunakan untuk mengambil contoh minyak dan mengukur isi tangki, tetapi tali manila atau tali sisal boleh digunakan.

7. Pengambilan contoh dan pengukuran isi tangki secara manual, hanya boleh dilakukan 30 menit kemudian setelah proses pengisian atau proses pengadukan akhir.

2.4.4. Pengosongan Tangki 2.4.4.1. Pemompaan Tangki dan bejana, sejauh memungkinkan harus dikosongkan isinya ketempat yang aman, dengan menggunakan saluran yang biasa atau saluran pembuangan. Selang dapat digunakan untuk memompakan isi tangki atau bejana, dengan syarat suhu cairan dibawah suhu penyalaan sendiri. Selama pemompaan berlangsung, harus selalu dijaga agar tidak sampai terjadi kehampaan udara (vacuum), hal ini dapat terjadi jika lubang penganginan (atmospheric vents ataupun vacuum vents) ditutup atau tertutup oleh sesuatu, atau dapat juga terjadi jika kecepatan pengosongan berlebihan melalui sambungan pipa pengisi atau pipa isap yang berdiameter besar. 2.4.4.2. Penggunaan Pompa Portable Jika pompa portable dengan penggerak tenaga listrik atau mesin dengan sistem pembakaran di dalam digunakan untuk mengosongkan tangki atau bejana, Surat Ijin

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 41 / 95

Kerja Panas harus disiapkan terlebih dahulu, untuk menyatakan bahwa tempat tersebut aman bagi penempatan pompa dimaksud. Jika menangani produk Kelas I dan Kelas II, hanya jenis pompa tersebut dibawah ini yang boleh digunakan : 1. Pompa yang digerakkan oleh angin. 2. Pompa yang digerakkan oleh uap air (steam). 3. Pompa yang digerakkan oleh motor listrik dari jenis yang disyahkan yaitu dari

type flameproof. Kerangka motor harus digrounding dengan baik dan kabel-kabelnya harus diproteksi dari kerusakan. 2.4.4.3. Penggunaan Bahan Pengencer Jika dipergunakan bahan pengencer atau pelarut untuk membantu membuang Lumpur minyak, jenis metoda penggunaan bahan pengencer atau pelarut tersebut harus disetujui oleh Bidang Operasi yang berwenang. 2.4.5. Isolasi 2.4.5.1. Metoda Umum Isolasi harus dilaksanakan dengan salah satu cara tersebut dibawah ini. 1. Dengan melepas kerangan atau bagian dari setiap sambungan pipa dan yang

sambungan terletak paling dekat dengan dinding tangki atau bejana dan penutup sambungan yang telah dilepas tersebut dengan memasang flens buta (blind flanges) yang memenuhi standard.

2. Dengan menyisipkan flens buta yang memenuhi standard, sedekat mungkin dengan dinding tangki atau bejana. Untuk maksud ini sorokan kacamata (spectades) lainnya yang sama, harus digunakan. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar tidak ada minyak yang terjebak diantara flens penutup dengan kerangan yang tertutup.

3. Bak penampungan (sumps) dapat diisolasi dengan menggunakan penyumbat yang terbuat dari karet (expandable rubber plugs). Jika menggunakan metoda ini, harus diyakinkan bahwa lubang pipa yang akan disumbat berbentuk bulat dan rata.

Jika ada kemungkinan terjadi kenaikan tekanan di dalam pipa penyumbat karet tidak boleh digunakan, dan sistem isolasi ini jangan dicampur adukkan dengan prosedur isolasi seperti yang tercantum dalam Pedoman Jaringan Pipa. Catatan

Dalam Keadaan bagaimanapun, tidak diperbolehkan diijinkan untuk melakukan isolasi dengan hanya menutup kerangan saja, bila seseorang harus masuk ke dalam tangki atau bejana.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 42 / 95

2.4.5.2. Tindakan Pencegahan 1. Jika membuka manhole atau melepas pipa pada setiap tangki atau bejana,

kemungkinan adanya kerak pyrophoric di dalamnya harus diperhitungkan. Selang steam dan air harus secepatnya tersedia untuk membasahi setiap bahan pyrophoric. Tindakan pencegahan yang lebih teliti harus dilakukan, jika tangki atau bejana tersebut berisi minyak mentah, gas lapangan atau fraksi-fraksi yang belum terdestilasi, dimana unsur belerang yang terkandung di dalam cairan tersebut, dapat membentuk kerak yang mudah teroksidasi dan sering bersifat pyrophoric.

2. Pada waktu membuka manhole atau melepas pipa, dimana ada kemungkinan keluarnya gas H2S dalam jumlah yang besar (misalnya kadar H2S dalam minyak melebihi 0,5% berat), harus memakai Breathing Apparatus yang sesuai.

3. Pelaksanaan melepas pipa-pipa untuk mengambil / mencabut sorokan atau sambungan-sambungan adalah suatu pekerjaan yang berbahaya dan sebelum ada ijin untuk melakukan hal ini, yaitu dalam bentuk dikeluarkannya Surat Ijin Kerja Dingin, Bidang Operasi yang berwenang harus meyakinkan sendiri bahwa Iangkah-langkah untuk membuang tekanan dari dalam pipa telah dilakukan.

Setiap kemungkinan adanya cairan yang tertinggal di ujung pipa atau kerangan, harus diberitahukan kepada Bidang Teknik dan dinyatakan dalam Surat Ijin Kerja Dingin, dimana juga harus menyebutkan sorokan-sorokan dimana yang dicabut. Harus diingat bahwa saluran pembuangan mungkin perlu untuk tetap dibuka. 2.4.5.3. Tangki Bejana yang dilengkapi dengan Alat Pengaduk. Jika tangki atau bejana dilengkapi dengan pengaduk jenis propeller, maka switchgear dari pengaduk tersebut harus diputuskan dari aliran listriknya dan pada Surat Ijin Masuk hal-hal tersebut dicatat sebagai tindakan pengamanan yang diperlukan, sebelum seseorang diijinkan masuk. Uji coba alat ini bilamana tangki atau bejana dalam keadaan terbuka, harus diawasi dengan ketat. 2.4.5.4. Mengisolasi Tangki atau Bejana yang berisi Larutan Asam. Metoda yang diijinkan adalah dengan lelepas beberapa buah pipa dan mentup sambungan pipa yang berbuka dengan flens buta. Setiap sisa endapan larutan asam yang tertinggal harus dinetralisir, dibuang secara sempurna dan tangki atau bejana dicuci dengan air sebelum seseorang yang tanpa menggunakan pakaian pelindung diijinkan masuk kedalamnya. 2.4.6. Pembebasan Gas Sebagai kelanjutan pengisolasian tangki atau bejana, maka tangki atau bejana tersebut tidak boleh dimasuki, kecuali telah mendapat ijin dari petugas Bidang Operasi yang berwenang, yang mana akan menentukan persyaratan untuk masuk, tetapi belum merupakan jaminan bahwa tempat tersebut aman untuk dimasuki tanpa memakai alat Bantu pernapasan, kecuali tangki dan bejana tersebut telah benar-benar bebas gas secara sempurna. Untuk menghilangkan uap-uap berbahaya, gas dan cairan mudah menyala dapat dilakukan secara tersendiri maupun kombinasi dari metoda berikut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 43 / 95

2.4.6.1. Penganginan dengan sistem Mekanis atau Secara Ilmiah. Metoda ini harus digunakan, jika penggunaan air atau steam tidak praktis atau tidak diinginkan. Jika telah diputuskan untuk menggunakan metoda ini, setiap usaha harus dilakukan untuk memompakan keluar minyak dan lumpur sebanyak-banyaknya.

Bila memungkinkan ventilasi mekanis harus digunakan, sehingga uap bagan mudah menyala atau beracun dapat dibuang dalam waktu yang singkat.

Semua peralatan listrik yang digunakan harus mempunyai konstruksi flameproof. Alat penghisap udara (air mover) harus dipasang pada lubang lalu orang (manhole) di atap tangki, sehingga udara dapat dihisap mulai dari bawah melalui lubang lalu orang (manhole) di dinding tangki dan terus dibuang ke bagian atas.

Semua peralatan listrik yang digunakan harus mempunyai konstruksi flameproof. Alat penghisap udara (air mover) harus dipasang pada lubang lalu orang (manhole) di atap tangki, sehingga udara dapat dihisap mulai dari bawah melalui lubang lalu orang (manhole) di dinding tangki dan terus dibuang ke bagian atas.

Tindakan penjagaan harus dilakukan jika menggunakan penganginan alamiah pada kondisi cuaca tenang, karena uap yang keluar dari tangki dapat mencapai jarak yang jauh tanpa terdispersi.

Uap yang keluar dari manhole pada dinding tangki dapat meningkat mencapai kadar yang berbahaya, jika berada di dalam tanggul atau di daerah terbatas, dan dalam keadaan seperti ini tidak satupun jenis sumber penyalaan yang diperbolehkan.

Pembuangan uap dengan menggunakan alat penghisap udara (air mover) yang terpasang pada manhole di atap tangki merupakan tindakan keselamatan yang dianjurkan.

Untuk tangki atau bejana yang berisi produk atau minyak mentah yang mengandung larutan asam, tindakan pengamanan yang harus dilakukan adalah dengan membasahi secara terus menerus permukaan dalam dinding tangki dengan alat pengabut air (water fog), yang dimasukkan dari lubang di atap tangki. Pengabut air harus dibuka terlebih dahulu, setelah itu segera alat penghisap udara dijalankan.

Tutup manhole pada dinding tangki harus dibuka 5 (lima) menit kemudian setelah permukaan dalam dinding tangki selesai dibasahi semuanya. Sementara alat penghisap udara tetap beroperasi, pengabut air dapat dihentikan dan kerak-kerak yang sudah terlepas dikeluarkan dengan semprotan air yang bertekanan tinggi. Nozzle yang digunakan harus dihubungtanahkan (arde).

2.4.6.2. Pengisian Dengan Air Sebelum tangki atau bejana diisi dengan air, harus dipastikan bahwa tangki atau bejana dan pondasinya betul-betul mampu menahan berat keseluruhan. Untuk mencegah timbulnya listrik statis selama pengisian tangki atau bejana tersebut, sebaiknya air dimasukkan lewat bagian bawah tangki atau bejana. Bila digunakan selang, kecepatan aliran harus tetap rendah, sampai ujung bagian selang tersebut terendam air dan nozzle yang digunakan harus dihubungtanahkan (aarde). Pembersihan dengan menggunakan air ini tidak dapat membuang semua sisa-sisa uap minyak, cairan maupun endapan padat lainnya secara sempurna.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 44 / 95

Jika ada pekerjaan panas dilakukan di bagian luar tangki yang sedang diisi dengan air, permukaan daiam dinding tangki atau bejana tersebut harus selalu dibasahi dengan air. 2.4.6.3. Penggunaan Innert Gas Metoda ini digunakan jika tidak mungkin untuk membuang gasgas atau cairan mudah menyala, karena adanya pengaruh air, uap air atau udara terhadap isi tangki atau bejana. Bahaya yang terdapat dalam metoda ini yaitu bila udara terlambat dipastikan dengan inert gas, dan saat itu terdapat endapan pyrophoric maka dapat timbul nyala api. Oleh karena itu sebelum udara dimasukkan, permukaan dalam tangki harus selalu dibasahi dengan semprotan air seperti tercantum dalam Pedoman Jaringan Pipa tentang Kerak Pyrophoric. Inert gas didalam tangki atau bejana, tidak sesuai untuk pernapasan, oleh sebab itu inert gas harus didorong dengan udara bersih dan ditest untuk mengetahui konsentrasi zat asam yang ada, sebelum seseorang diperbolehkan masuk tanpa menggunakan alat bantu pernafasan. Kadar zat asam di udara tidak boleh kurang dari 17%. 2.4.7. Pembersihan Tangki 2.4.7.1. Memasuki Tangki Sebelum seseorang diijinkan masuk ke dalam ruang tertutup, termasuk petugas yang akan memeriksa kandungan gas, Surat Ijin Masuk yang mencantumkan kondisi/syarat yang ditentukan harus diperoleh terlebih dahulu. Jika petugas pejabat yang berwenang menyatakan bahwa tempat tersebut telah aman untuk dimasuki tanpa memakai alat bantu pernapasan, maka masa berlaku Surat Ijin Masuk dan orang yang akan masuk ke dalam ruangan tersebut harus diingatkan kapan berakhirnya waktu ijin tersebut. Jika Surat Ijin Masuk menyebutkan bahwa alat bantu pernapasan harus dipakai, tali penyelamat dan pengaman harus juga dipakai oleh orang yang masuk ke dalam ruang tertutup tersebut. Ujung tali penyelamat harus dipegang oleh petugas lain yang berdiri di luar tangki dekat manhole, dan selalu dalam keadaan siaga, siap memberikan tanda jika ada bahaya, serta siap menarik keluar orang yang berada di dalam ruang tertutup tadi. Penolong tidak dibenarkan memasuki ruang tertutup tanpa menggunakan alat bantu pernapasan yang sesuai. Catatan

Dalam keadaan apapun, alat pelindung pernapasan jenis canister (canister respirator)) tidak boleh digunakan pada saat memasuki tangki atau bejana. Alat Bantu pernapasan yang cocok untuk memasuki tangki atau bejana adalah Alat Bantu Pernapasan dengan Supply Udara Segar (Air Supplied Breathing Apparatus).

Tangki, bejana, bak atau lubang penampung tidak dapat dinyatakan sebagai tempat yang aman untuk dimasuki tanpa menggunakan alat Bantu pernapasan, kecuali :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 45 / 95

a. tempat tersebut sudah diisolasi dengan sempurna (lihat butir 5.2.3) dan tindakan pencegahan secara efektif sudah dilakukan untuk menghindari masuknya gas-gas berbahaya.

b. Sudah dilaksanakan penganginan dengan sempurna dan sudah diperiksa bahwa tidak ada gas-gas berbahaya, serta sudah ada pasokan zat asam yang cukup untuk pernafasan.

c. Setiap Lumpur atau endapan lain yang dapat menghasilkan uap berbahaya, sudah dibersihkan.

d. Di dalam tangki atau bejana bekas berisi cairan yang mengandung senyawa timah hitam seperti TEL/TML, rekomendasi dari OCTEL atau ETHYL Companies harus telah dipenuhi

2.4.7.2. Membuang Lumpur Kerak Setelah tangki atau bejana dibuka, minyak, lumpur dan karatkarat yang ada di dalamnya, harus dibuang sebanyak mungkin, baik dengan timba, sapu dan lain-lain, dan dapat juga dibntu dengan air yang dimasukkan dengan memakai selang yang telah dihubungtanahkan (arde). Tindakan pengamanan harus dilakukan sebelum lumpur ditampung dalam kolam di tanph atau tempat penampungan minyak, bahan-bahan ini harus secepat mungkin disingkirkan dari tempat tersebut. Semua kerak pyrophoric secepat mungkin harus dibakar atau dikubur di tempat yang telah diberi tanda untuk itu, dan selama mengerjakan ini, bahan-bahan tersebut harus dibasahi dengan air. Jika tangki atau bejana sudah selesai dibersihkan dari lumpur atau kerak, akan tetapi dari hasil pengukuran gas ternyata masih mengandung uap hidrokarbon, maka tindakan selanjutnya adalah melakukan pembebasan gas. 2.4.7.3. Memasuki Tangki / Bejana Setelah Bebas Gas Sebelum seseorang diijinkan masuk tangki atau bejana, baik untuk pekerjaan inspeksi atau pemeliharaan dan perbaikan, petugas Bidang Operasi yang berwenang harus memeriksa dan menyatakan bahwa alat tersebut telah diisolasi secara sempurna, tidak ada lagi gas tidak ada endapan yang tertinggal yang dapat menghasilkan uap atau gas. Jika keadaan sudah memenuhi syarat, Surat Ijin Masuk yang lain harus dikeluarkan untuk inspeksi. Jika pekerjaan perbaikan dilakukan, Surat Ijin Kerja Dingin atau Panas, sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan harus disiapkan. 2.4.7.4. Cara Membersihkan Minyak dan Gas yang Terperangkap Tindakan yang menjamin bahwa tidak ada minyak yang terkumpul pada tempat-tempat yang rendah harus diambil jika pekerjaan perbaikan di dalam tangki atau bejana akan dilakukan. Hollow king post dan penyangga atap (roof leg support) serta di bawah plat dasar (bottom), seringkali merupakan tempat terkumpulnya sisa-sisa minyak dan satu atau beberapa lubang kecil harus diborkan pada bagian atas dan bawah dari hollow support dan pada plat dasar untuk menjamin pembuangan secara sempurna dan selanjutnya harus dibersihkan dengan steam, udara atau inert gas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 46 / 95

Bagian belakang lapisan metal atau plat yang terpasang di dinding tangki atau bejana, dapat merupakan tempat terkumpulnya sisa-sisa minyak. Cairan yang ada ini suatu saat akan keluar ke dalam tangki atau bejana karena adanya retakan kecil, oleh karena itu tangki atau bejana harus sering di gas test untuk meyakinkan bahwa keadaan masih bebas gas. Jika diperlukan untuk memperbaiki setiap bagian logam pelapis, pada plat atau plat-plat harus dibuat 2 (dua) buah lubang dengan ukuran 5 (lima) mm, yang letaknya saling berseberangan (diagonal), yang berfungsi untuk membuang sisa cairan yang terdapat di dalam pelapis logam tersebut. Ruangan di belakang plat, kemudian harus dibersihkan beberapa saat, sebelum ijin untuk perbaikan diberikan. Pembersihan pada tangki atau bejana yang mempunyai pelapis tidak akan menghilangkan cairan atau gas yang terperangkap di belakang pelapis tersebut jika plat tidak dilubangi. 2.4.7.5. Produk Aromatik. Sebelum seseorang tanpa memakai pakaian pelindung dan alat bantu pernapasan diijinkan masuk ke dalam tangki atau bejana bekas berisi produk aromatik, tangki atau bejana tersebut terlebih dahulu harus ditest untuk memeriksa adanya komponen aromatik ini dengan menggunakan detektor yang sesuai. 2.4.7.6. Penerangan Buatan Jika diperlukan penggunaan penerangan buatan di dalam tangki atau bejana, hal-hal berikut harus dilaksanakan :

Jika tangki atau bejana belum dinyatakan bebas gas, maka hanya lampu listrik jenis "Compressed air turbin flame proof' dan atau lampu battery yang telah disahkan saja yang boleh digunakan, dan ini harus dinyatakan di dalam Surat Ijin Kerja.

Tangki atau bejana yang sudah dinyatakan bebas gas, boleh diterangi seperti tersebut diatas atau dengan lampu listrik jenis portable dengan tegangan maksimun 24 volt.

Mengingat kabel lampu penerangan dapat rusak bila digunakan, maka harus disiapkan terlebih dahulu Surat Ijin Kerja Panas. Kabel dari flame proof transformer harus diberi penyangga yang cukup. Transformer tidak boleh diletakkan di dalam angki atau bejana.

2.4.7.7. Pembuangan Endapan yang Keras Jika terdapat sisa-sisa endapan yang keras, sehingga memerlukan pahat untuk membuangnya, pada Surat Ijin Kerja harus dinyatakan bahwa permukaan yang akan dipahat harus selalu dibasahi dengan air selama pekerjaan dilakukan. Jika mengunakan semprotan air bertekanan tinggi untuk membuang Lumpur atau kerak, nozzle yang digunakan harus digrounding (aarde). Pembersihan dengan menggunakan bahan-bahan kimia kemungkinan dapat mengeluarkan H2S. Oleh karena itu perlu diatur agar pembuangannya harus pada tempat yang aman dan sebaiknya melalui sistem tertutup.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 47 / 95

2.4.8. Pekerjaan Perbaikan 2.4.8.1. Surat Ijin Kerja Sebelum memulai suatu pekerjaan perbaikan, terlebih dahulu harus disiapkan Surat Ijin Kerja sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang akan dilaksanakan (lihat Pedoman Surat Ijin Kerja). 2.4.8.2. Sistem Penganginan Jika ada pekerjaan pengelasan atau lainnya dilakukan di dalam ruang tertutup, maka harus diambil langkah-langkah yang menjamin bahwa selalu terdapat sirkulasi udara segar yang cukup di dalam ruangan tersebut, dan uap hasil pengelasan harus dibuang keluar. Langkah pencegahan khusus harus diambil agar pada saat pengelasan, udara selalu mengalir menjauhi tempat tukang las berada, dan udara yang telah bercampur dengan uap hasil pengelasan tidak mengalir kembali ke tempat tukang las. Jika digunakan penganginan dengan sistem penyedotan (exhaust ventilation) pada ruangan tertutup, harus diusahakan agar selalu ada lubang untuk masuknya udara segar yang berfungsi untuk menggantikan udara yang ada diruangan tersebut. Jika peng-anginan yang cukup tidak dapat terpenuhi, harus digunakan alat bantu pernapasan yang disupply dengan udara segar. Zat asam yang bertekanan tidak boleh digunakan sebagai sarana penganginan di dalam setiap ruang tertutup. 2.4.8.3. Pekerjaan Panas Sebelum pekerjaan panas dilakukan, permukaan logan yang mengandung minyak harus dibersihkan sampai terlihat logam dasarnya. Juga jika tangki tersebut bekas berisi minyak berat. Jika dirasakan kurang praktis untuk membuang bahan-bahan yang melekat pada permukaan dalam dinding tangki dengan cara membersihkan sampai terlihat logam dasarnya, maka selanjutnya, permukaan logam tersebut harus selalu dibasahi dengan air selama seluruh pekerjaan panas berlangsung. 2.5. JARINGAN PERPIPAAN 2.5.1. Pengertian. 2.5.1.1. Bordes adalah sarana jalan inspeksi / operasi yang melintasi jalur perpipaan

maupun tepi kolom dan biasanya berupa jembatan yang terbuat dari plat besi.

2.5.1.2. Pipe Rack adalah jalur dari kelompok jaringan pipa.

2.5.1.3. Jaringan pipa adalah jaringan / saluran perpipaan untuk menyalurkan fluida cair ataupun gas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 48 / 95

2.5.1.4. Expansion joint adalah sarana untuk pengendalian / antisipasi kerusakan perpipaan apabila pipa memuai akibat kenaikan temperatur ataupun getaran.

2.5.1.5. Flange adalah sarana penyambung pipa dengan sistem baut, baik penyambung terhadap pipa yang lain ataupun dengan saranan perpipaan seperti kerangan, valve dsb.

2.5.1.6. Flange non konduktor adalah flange yang dilengkapi dengan sarana yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

2.5.1.7. Sorokan adalah plat bulat yang biasa digunakan untuk mengisolasi aliran dan biasa dipasang diantara flange.

2.5.1.8. Hot-tapping adalah metoda pemasangan koneksi pada pipa, tangki, bejana atau peralatan lain, dimana koneksi tersebut digunakan untuk

a. Pemasangan bypass untuk penggantian sepotong pipa dalam rangka perbaikan.

b. Pemasangan peralatan lainnya yang dilaksanakan pada suatu sistem dalam keadaan tetap beroperasi.

Metode ini terdiri dari pengelasan fitting pada pipe line / peralatan yang telah terpasang atau nozzle dan reinforcing pada tangki.

2.5.1.9. Listrik statis adalah aliran elektris yang ditimbulkan oleh 2 macam benda

yang saling bergesekan yang menimbulkan kerapatan elektron yang berbeda.

2.5.1.10. Pentanahan adalah sarana penyaluran adanya aliran arus listrik yang tidak dikehendaki, dan disalurkan ke dalam tanah.

2.5.2. Ketentuan Operasional 2.5.2.1. Selubung Pipa Jaringan pipa (yang ditimbun atau diselubung) harus dilengkapi dengan relief valve atau peralatan lain untuk merelease tekanan lebih pada pipa akibat pengaruh kenaikan temperatur. Kenaikan tekanan dapat segera timbul akibat mengembangnya cairan didalam pipa karena panas matahari. Dalam hat ini perlu diingat, check valve akan bertindak sebagai kerangan penahan / penutup, jika cairan yang berada disebelah hilir (down stream) mengembang. 2.5.2.2. Kestabilan Pipa Penyangga pipa harus diperiksa secara berkala oleh Petugas yang berwenang, untuk meyakinkan bahwa pipa-pipa masih disangga dengan baik. Hal ini sangat penting, mengingat pipa pipa cenderung bergetar. Setiap ditemukan hal-hal yang tidak biasa atau terjadi getaran yang berlebihan, meskipun hanya bersifat sementara, harus segera dilaporkan. Tali penahan, kawat penguat atau tackle dari berbagai peralatan, tidak diperkenankan untuk diikatkan pada sembarang pipa atau penyangga pipa.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 49 / 95

2.5.2.3. Jaringan Pipa yang Melewati Tempat Lalu Lalang Orang Jika jaringan pipa melintas jalan, bordes dan lain-lainnya, maka harus diberi pelindung yang memadai. Jaringan pipa diatas kepala (overhead), harus mempunyai ketinggian paling sedikit 2 (dua) meter diatas permukaan lantai kerja (platform) atau tempat jalan (walkways). 2.5.2.4. Jaringan Pipa yang Melewati Tanggul Rongga antar pipa dan pelindungnya harus diisi atau disumbat dengan bahan yang ticlak mudah terbakar, untuk menjamin agar tidak ada minyak yang keluar dari dalam tanggul atau dinding penahan, bila terjadi tumpahan minyak. 2.5.2.5. Bahaya Gas Parit, lubang dan galian dapat merupakan tempat terkumpulnya gas-gas berbahaya. Terkecuali jika hasil pemeriksaan gas menunjukkan tidak adanya gas beracun ataupun yang mudah terbakar, serta adanya gas oksigen yang cukup, maka orang-orang yang memasuki tempat tersebut untuk keperluan pemeriksaan ataupun perbaikan kebocoran pipa, harus memakai alat Bantu pernafasan yang sesuai, tali penyelamat dan pengaman. Setiap tali pengaman harus dijaga oleh seorang yang setiap saat dapat memberitahu adanya bahaya. Serta membantu menarik keluar orang yang mengalami bahaya. Petugas yang menjaga tali pengaman harus dilengkapi juga dengan alat bantu pernafasan yang siap digunakan sewaktu-waktu. 2.5.2.6. Bahaya Listrik Statis Semprotan steam ataupun minyak yang keluar dari bocoran pipa, flens atau lubang yang serupa akibat suatu tekanan, dapat menyebabkan timbulnya muatan listrik statis, yang bersifat akumulatif menjadi muatan yang berbahaya pada setiap konduktor yang tidak dihubung tanahkan (contohnya pekerja yang memakai sepatu karet). Segera harus dilakukan untuk memperbaiki bocoran seperti ini. 2.5.2.7. Bocoran Minyak Jika terjadi bocoran minyak, daerah yang terpapar harus segera ditutup atau diisolasi, dan semua sumber api harus segera disingkirkan atau dipandamkan. 2.5.3. Pengosongan Pipa Penyalur Pipa-pipa minyak, sedapat mungkin harus dikosongkan melalui saluran pembuangan yang tersedia, jika ini tidak tersedia, pengosongan dilakukan dengan membuka flens pada saluran yang terendah guna menghindari semburan. Minyak panas yang mempunyai temperatur diatas temperatur penyalaan sendiri, harus didinginkan ke temperatur yang aman sebelum pipa dibuka. Sebelum pipa minyak di pipe rack dibuka, sarana yang diperlukan untuk menampung dan mengambil kembali tumpahan minyak yang mungkin terjadi harus disediakan. Minyak-minyak berat seperti minyak Kelas III mempunyai temperatur penyalaan sendiri (Auto-ignition) yang relatif rendah, oleh sebab itu pipa-pipa tersebut tidak boleh dibuka pada suhu diatas 250°C.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 50 / 95

2.5.4. Penutupan / Isolasi Pipa 2.5.4.1. Surat Keterangan Sebelum pekerjaan penutupan suatu pipa dimulai, Surat Ijin Kerja dingin harus didapat oleh petugas yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut dari Bidang Operasi yang berwenang. Surat Keterangan ini harus menyatakan mengenai syarat-syarat kerja dan perincian bahaya-bahaya yang mungkin timbul. 2.5.4.2. Penutupan Pipa yang Berisi Cairan Hydrocarbon Pipa-pipa yang berisi cairan hydrocarbon harus diisolasi dengan salah satu cara di bawah ini, atau kombinasinya. a. Dengan membuka kerangan atau sebagian sambungan (spool piece) dan

menutup bagian pipa yang masih berisi cairan dengan flens buta yang standard.

b. Dengan menyisipkan atau memasang sorokan yang standard (standard spectacles blanks).

c. Dengan mengunci kerangan isolasi, saat kerangan pada posisi tertutup.

Jika bocoran yang melewati kerangan dianggap berlebihan penutupan dengan cara seperti tersebut (i) atau (ii) harus dilakukan. 2.5.4.3. Tindakan Pencegahan Sebelum Membuka Pipa Hydrocarbon Isi pipa harus dialirkan (depressured) kedalam bejana atau sistem pengeluaran (vent system) ke atmosfir. Cairan harus dibuang sebelum pipa dibuka, langkah penjagaan perlu dilakukan terhadap kemungkinan adanya sisa-sisa cairan di dalam pipa. Pakaian pelindung yang sesuai harus digunakan, terutama alat pelindung muka dan tangan. Bidang Operasi yang berwenang harus mengingatkan dan memberitahukan kepada para pekerja yang berada dibawah angin (down-wind) mengenai kemungkinan keluarnya gas beracun. Metoda berikutnya sebaiknya digunakan dalam pembersihan pipa-pipa yang berisi hydrocarbon. a. Minyak Air dapat digunakan, langkah penjagaan harus diambil, guna meyakinkan bahwa air didalam pipa benar-benar telah terbuang semuanya keluar sebelum pipa tersebut dioperasikan kembali. b. Liquefied Petroleum Gases (LPG) Pipa yang berisi LPG sedapat mungkin didorong isinya ketempat yang aman sebelum mengalirkan air atau inert gas untuk membuang sisa-sisa LPG. Jika memungkinkan pembuangan LPG hanyalah ke udara bebas saja. Langkahlangkah penjagaan dan pencegahan haruslah dibuat sedemikian rupa, sehingga uap LPG yang berat tidak turun dan menyebar ke jalan, alat-alat pemanas ataupun ke sumber penyalaan yang lain. Pendorongan LPG harus dilakukan secara berlahan-lahan, untuk mencegah timbulnya listrik statis.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 51 / 95

2.5.4.4. Jaringan Pipa yang Panjang Jika harus memotong pipa pada jalur pipa yang panjang, dimana tidak mudah untuk melakukan pembebasan gas (Gas Freeing), maka harus dilakukan dengan metoda khusus. Pekerjaan ini hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari K3LL. Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tersebut harus benar-benar diberitahu menenai peraturan-peraturan yang berlaku 2.5.5. Memperbaiki Jaringan Pipa 2.5.5.1. Surat Keterangan Jika dilakukan suatu pekerjaan yang menyangkut pemotongan pipa, maka diperlukan Surat Ijin Kerja dari Bidang Operasi yang berwenang. 2.5.5.2. Pipa yang Bekas berisi Gasoline Sesuai dengan Peraturan Keselamatan Kerja, tindakan pengamanan khusus harus dilakukan bila mengerjakan pipa berisi cairan yang mengandung senyawa timah hitam. 2.5.5.3. Pipa yang Dilindungi dengan Katodik Proteksi dengan katodik sering dipakai pada tiang penyangga dermaga, besi-besi dan jaringan pipa didalam tanah. Untuk mencegah aliran listrik supaya jangan sampai terkena langsung dengan konstruksi yang dilindungi, flens non konduktor (insulation flanges) harus dipasang pada semua ujung sambungan pipa yang ada di dermaga dan tempat-tempat tertentu sepanjang pipa tersebut. Anoda digunakan untuk melindungi pipa-pipa bawah tanah yang berada di daerah depot/instalasi/terminal seperti pipa air pemadam kebakaran, pipa air dan pipa-pipa proses lainnya. Sambungan-sambungan pada cabang jaringan pipa atau sistem pipa tersebut, harus juga dilengkapi dengan flens non konduktor (insulation flanges). Flens non konduktor (insulation flanges) dapat ditandai dengan pita berwarna hitam. Alat ini juga dapat dikenali dengan adanya 2 (dua) buah penyekat (washer), atau diantarnya adalah penyekat non konduktor yang berada dibawah mur dan kepala baut. Bila ada pekerjaan perbaikan pada flens non konduktor yang ada di pipa-pipa dermaga ataupun pipa-pipa lainnya, seperti pemotongan pipa, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengamankan sistem terhadap kemungkinan timbulnya percikan atau bunga api, yaitu dengan mematikan rectifier dan memasang sambungan pentanahan sementara. Dalam hal ini sistem anoda tidak perlu dilepas. Operasi pemutusan aliran dan pentanahan merupakan tanggung jawab Ahli Listrik dan Surat Ijin Kerja harus menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut sudah dilakukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 52 / 95

2.5.5.4. Pengelasan Sambungan Pipa Minyak dan Gas Dalam membuat sambungan pada pipa-pipa yang berisi minyak bumi dengan cara pengelasan, bila tidak praktis untuk mengisolasi dan membuang gas dari pipa dengan prosedur biasa, dapat digunakan peralatan : "Hot-tapping" dengan persyaratan yang berlaku, harus dipenuhi. 2.5.5.5. Memotong Pipa dengan Alat Pemotong Pekerjaan ini dapat menimbulkan 2 (dua) jenis sumber penyalaan yang berbeda, karena itu Surat Ijin Kerja Panas harus disiapkan terlebih dahulu. Bahaya yang terdapat akibat pekerjaan ini seperti bahaya diluar pipa, yaitu dari hubungan api, meskipun energi yang timbul relatif kecil, namun dapat membakar bahan-bahan yang mengandung Hydrocarbon. Bahaya yang lebih besar justru terjadi didalam pipa, ketika pisau pemotong mengenai dinding pipa, pada saat ini dinding pipa sebelah dalam akan menjadi panas dan bunga api dengan energi yang tinggi akan terpancar kedalam pipa. Pengaruh panas ini dapat menyebabkan penguapan pada minyak berat (sama halnya seperti minyak ringan) yang tertinggal didalam pipa, meskipun pada test awal tidak menunjukkan adanya uap bahan mudah menyala / terbakar. Catatan untuk butir (e) dan (f) Tidak ada pekerjaan panas seperti pengelasan, pembakaran atau pemotongan dengan alat mesin yang boleh dilakukan pada sembarang pipa yang berisi minyak (baik yang mempunyai titik nyala tinggi maupun rendah), kecuali permukaan dalam pipa yang berhubungan langsung dengan sumber panas dari luar telah dibersihkan, misalnya tidak boleh terdapat lapisan minyak walaupun tipis. Karena dalam banyak hal tidak praktis untuk membersihkan dengan sempurna permukaan pipa sebelah dalam, maka pemotongan harus dilakukan dengan cara manual atau metoda dingin. Gas test yang dilakukan pada pipa bekas berisi minyak berat, tidak akan menunjukkan adanya gas / uap, tetapi dengan adanya panas, lapisan tipis dari minyak dapat menguap dan membentuk campuran uap yang mudah terbakar didalam pipa tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 53 / 95

2.6. DERMAGA 2.6.1. Umum. Dalam pengoperasian depot dan terminal diperlukan sarana transportasi berupa kapal laut, baik untuk mengangkut bahan baku maupun produk, untuk itu diperlukan adanya fasilitas dermaga. Di dalam pelaksanaan kegiatan yang menyangkut penggunaan fasilitas dermaga tersebut banyak potensi bahaya, yang antara lain disebabkan oleh material/bahan-bahan berbahaya/beracun atau mudah terbakar. Untuk itu, diperlukan adanya suatu peraturan keselamatan yang menyangkut seluruh aktifitas di dermaga tersebut. 2.6.2. PENGERTIAN. Dalam peranturan ini, pengertian dari suatu kata mungkin mempunyai makna yang berbeda dalam hubungan yang lain. Bila dipergunakan dalam peraturan ini, maka istilah kata-kata berikut adalah : a. Disyahkan

Peralatan yang disyahkan adalah suatu peralatan dari suatu jenis yang sudah disetujui dan syahkan oleh suatu bahan yang berwenang seperti Instansi Pemerintah ataupun Biro Klasifikasi Niaga.

b. Kapal Kecil Semua kapal tunda, kapal sungai, kapal bunker, kapal ringan atau kapal lainnya yang bukan kapal tanker dan berat bersihnya tidak lebih dari 100 ton bersih (terdaftar).

c. Dek Utama Dek Utama dari suatu kapal tanker adalah berbentuk plat baja, yang mentutupi bagian atas tanki muatan, ruang penyekat dan kamar pompa.

d. Nakhoda Nakhoda harus diartikan sebagai Nakhoda atau wakilnya yang. diberi wewenang ataupun orang lain yang pada waktu tersebut diberi tanggung jawab penuh di atas kapal.

e. Operasi Dermaga Bongkar, muat, pemindahan minyak, membuang ballast, mengisi ballast, pembebasan gas serta pembersihan tangki.

f. Minyak Bumi Minyak mentah serta semua hasil pengolahannya, baik berbentuk cair, padat maupun gas.

g. Perwira Kapal yang Bertanggung Jawab. Nakhoda atau setiap Perwira Kapal kepada siapa Nakhoda mendelegasikan tanggung jawabnya untuk setiap operasi tugas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 54 / 95

h. Kapal Tanker Suatu kapal yang sebagian besar ruangannya dibuat untuk dimuat atau digunakan mengangkut minyak bumi cair.

i. Kapal Setiap kapal, kapal keruk, kapal ringan atau alat apung lainnya.

2.6.3. Memasuki Daerah Terbatas. Melalui dapat atau laut memasuki Daerah Terbatas. Tamu tidak diperbolehkan berada di atas kapal, kecuali telah didaftarkan, dan seizin dari Bidang Operasi yang berwenang dan Nakhoda Kapal. Pejabat yang berwenang dari perusahaan, setiap saat mempunyai hak untuk naik ke kapal, untuk meyakinkan apakah peraturan-peraturan ini telah dilaksanakan, serta dapat menghentikan operasi dermaga bilamana peraturan-peraturan ini dilanggar. Naik turun kapal harus melewati tangga. Tangga harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada jarak yang dapat menyebabkan orang jatuh. Bila memungkinkan, jaring pengaman harus dipasang di bawah tangga. Daerah Dermaga merupakan daerah terbatas, sehingga tidak semua orang dibolehkan memasuki are tersebut kecuali telah mendapat ijin (kewenangan) dari Bidang operasi 2.6.4. Penerimaan dan Pemasangan Peraturan. Operasi Dermaga tidak boleh dimulai sebelum: 2.6.4.1. Nakhoda menanda tangani Sertifikat yang menyatakan sudah menerima dan

mengetahui peraturan-peraturan ini. 2.6.4.2. Pernyataan yang dibuat dalam bahasa yang dimengerti sudah dipasang di tempat

yang jelas di atas kapal, serta dekat dengan tangga naik kapal, seperti

HATI - HATI DILARANG MEMBUAT API TERBUKA

DILARANG MEROKOK DILARANG MASUK KECUALI PEJABAT YANG BERWENANG

2.6.4.3. Nakhoda dan Pejabat Operasi yang berwenang telah menanda tangani Check List

Kesehatan. 2.6.5. Sandar Nakhoda kapal harus : 2.6.5.1. Yakin bahwa kapalnya telah cukup diikat sepanjang sisi dengan tali atau sling yang

disetujui oleh Pejabat Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang.

2.6.5.2. Yakin bahwa kapal sudah-ditambatkan dengan benar, sehingga tidak ada lagi pergerakan kapal tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 55 / 95

2.6.5.3. Yakin bahwa tali dan sling kapal sudah tertambat pada peralatan yang tersedia untuk itu.

2.6.5.4. Menyediakan tangga yang sempurna dan yakin bahwa pada waktu gelap, penerangan untuk tangga telah tersedia dan cukup.

2.6.5.5. Menyediakan kawat tunda dengan kekuatan yang cukup dan dipasangkan ditiang pancang tambat di haluan dan samping dan dijaga agar kawat tunda tersebut tetap berada di atas permukaan air.

2.6.6. Persyaratan Selama Operasi Dermaga Selama operasi dermaga, awak kapal dalam jumlah yang cukup harus siaga di atas kapal, di bawah pengawasan terus-menerus dari Perwira kapal yang bertanggung jawab untuk mengatasi setiap keadaan darurat. Anak buah kapal yang bertanggung jawab harus berada di dekat kerangan kontrol utama selama operasi bongkar muat. Petugas dapat yang bertanggung jawab harus selalu siaga di dekat kerangan kontrol utama di darat, pada ujung selang fleksibel. Selama muat, bongkar atau pemindahan antar kompartement (tangki) dari cairan Kelas I dan Kelas II dan selama muat atau pemindahan cairan Kelas III ke dalam tangki yang tidak bebas gas, dan ketika pengisian ballast setelah bongkar cairan Kelas I dan Kelas 11, maka : 2.6.6.1. Semua pintu, lubang-lubang kapal dan bagian terbuka dari dek utama ke ruang

akomodasi atau ruang mesin (selain kamar pompa), harus tertutup rapat dan pintu-pintu, lubang kapal dan bagian terbuka pada dek di atas dek utama yang berdekatan harus tertutup rapat.

2.6.6.2. Semua ventilasi dimana gas dapat masuk, harus ditutup rapat dan ventilasi mekanis serta AC haros dimatikan segera bila ada gas masuk ke dalam ruang akomodasi.

2.6.6.3. Semua tutup tangki harus tertutup erat dan rapat.

2.6.6.4. Pembuangan gas dari tangki-tangki kapal harus dilaksanakan hanya melalui sistim penganginan (venting system).

2.6.6.5. Bila terjadi suatu perubahan yang tidak biasanya dan gas terakumulasi, pengisian harus di stop atau kecepatan muat (loading rate) dikurangi, sesuai pertimbangan dari Pejabat Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang, atau Perwira Kapal yang bertanggung jawab.

Syarat pada 2.5.6.1. dan 2.5.6.2. di atas harus selalu diperhatikan pada waktu pembebasan gas atau pembersihan tangki, setelah bongkar cairan kelas I dan kelas I1. 2.6.7. Mencegah Timbulnya Bunga Api. Kegiatan buka dan tutup palka, menyambung dan melepas selang serta kegiatan lainnya di dek kapal tanker, harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga terhindar dari timbulnya bunga api. Langkah segera harus diambil untuk mengurangi timbulnya bunga api dad cerobong kapal dan jika hal ini terjadi segera dipadamkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 56 / 95

2.6.8. Pencegahan Sewaktu Cuaca Buruk Selama adanya badai atau petir, operasi dermaga harus dihentikan, yang disesuaikan dengan kebijakan dari Perwira Kapal yang bertanggung jawab ataupun Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang. 2.6.9. Merokok Dilarang keras merokok di darat, kecuali dalam bangunan atau lokasi lain yang telah dikeluarkan surat Izin merokok yang syah oleh Perusahaan. Begitu juga di kapal, dilarang merokok selama pelaksanaan operasi dermaga, kecuali pada lokasi yang terkontrol pada satu atau paling banyak dua tempat yang aman dan ditentukan. Tempat-tempat tersebut harus di buritan, dan tidak boleh ada pintu atau lubang yang dibuka mengarah kearah atau diatas tangki-tangki. Tempat tersebut ditentukan oleh Nakhoda dan disetujui oleh Pejabat Depot / Instansi/Terminal yang berwenang. 2.6.9.1. Selama bongkar muat cairan Kelas I dan Kelas II, mulai saat pertama tangki

dibuka atau pada saat operasi penyambungan selang dari darat dimulai (yang mana saja mulai lebih dahulu) sampai semua selang dilepas, semua blank saluran dilepas dan semua lubang tangki terbuka, kecuali venting gas harus ditutup rapat.

2.6.9.2. Operasi ballast setelah bongkar Kelas I atau Kelas .

2.6.9.3. Pemindahan cairan Kelas I atau Kelas II darl satu tangki ke tanki yang lainnya.

2.6.9.4. Pembebasan gas atau pembersihan tangki setelah pembongkaran cairan kelas I atau Kelas II.

2.6.9.5. Pengisian atau pemindahan cairan Kelas II ke dalam tangki yang tidak bebas gas, atau bila temperatur di atas flash pointnya.

2.6.9.6. Bilamana tidak ada kegiatan apapun seperti tersebut di atas, merokok di kapal diperbolehkan di ruangan-ruangan yang disetujui Nakhoda dan Pejabat Depot/InstalasifTerminal yang berwenang.

2.6.9.7. Tanda tempat merokok sesuai dengan tempat dan waktu yang diizinkan harus dinyatakan dengan jelas dan ditempatkan pada tempat yang menyolok selama kapal sandar. lzin merokok ini setiap saat dapat dicabut bila keadaan menghendakinya.

2.6.10. Korek Api dan Alat Pembuat Api Tidak seorangpun, kecuali orang yang diberi izin khusus oleh Kepala Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, diizinkan membawa korek api ke dalam Daerah Terbatas, termasuk Daerah Dermaga bongkar muat dimana dilaksanakan bongkar muat minyak dari Kelas I atau II, pada kapal-kapal tanker yang muatan atau sebagian muatannya adalah minyak bumi atau yang belum dinyatakan bebas gas setelah kapal tersebut pernah dimuati minyak bumi. Semua korek api yang digunakan pada tempat-tempat yang disyahkan, haruslah korek api dari jenis yang aman. Membawa korek api atau pembuat api lainnya juga dilarang.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 57 / 95

2.6.11. Penggunaan Sumber Penyalaan Setempat Penggunaan sumber penyalaan setempat dilarang, kecuali yang telah dilindungi dengan Surat Izin Kerja Panas yang dikeluarkan oleh Pejabat Depot/InstalasifTerminal yang berwenang dari Perusahaan untuk maksud tersebut, dengan mempertimbangkan semua sumber penyalaan tetap seperti ketel-ketel uap kapal dan tungku dapur. 2.6.12. Lampu Portable Lampu portable atau lampu tangan dari jenis yang tidak disyahkan dilarang digunakan. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai kelayakan dari suatu lampu, Perusahaan akan meminjamkan lampu yang memenuhi syarat. Di atas kapal tanker dilarang menggunakan lampu listrik serta peralatan listrik lainnya pada tangki muatan, ballast, kamar pompa, cofferdam, tangki bunker atau dimana saja di atas tangki kapal. Sambungan yang merupakan bagian dari suatu instalasi yang layak dan aman untuk daerah berbahaya dapat digunakan (instrinsically safe) seperti pada alat pengukur level/level indicator. 2.6.13. Pekerjaan Perbaikan Pekerjaan perbaikan termasuk boiler dan pembersihan tube boiler, chipping dan menyekrap ataupun pengetesan berbagai peralatan listrik. (termasuk radar, radio dan peralatan kapal lainnya) dilarang dikerjakan di atas kapal, kecuali telah ada izin tertulis dari Pejabat Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang. Pekerjaan perbaikan yang dapat menimbulkan sumber penyalaan setempat yang dilakukan di atas kapal atau dekat tangki muatan, pal, kamar pompa dan sebagainya dilarang, kecuali telah mendapat izin tertulis dari Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang, sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Bila izin telah diperoleh, maka daftar dari perbaikan yang akan dilaksanakan dan daftar orang-orang dari darat yang bekerja di atas kapal, harus diberikan kepada Pejabat Depot/ Instalasi/ Terminal yang berwenang sebelum pekerjaan dimulai. Perbaikan dan pekerjaan lainnya yang akan menyebabkan kapal tidak bisa meninggalkan dermaga, tidak diperkenankan tanpa izin dari Pejabat Depot/ Instalasi/ Terminal yang berwenang. 2.6.14. Pembersihan Tangki Pembersihan tangki tidak boleh dilaksanakan tanpa persetujuan dari Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang dan Syahbandar. Dalam kondisi yang tidak memenuhi syarat, maka harus dilakukan steaming out ke dalam tangki yang dilengkapi dengan alat pencuci tangki. 2.6.15. Kebakaran Boiler Kebakaran pada boiler hanya boleh dipadamkan bila Pejabat Depot/InstalasifTerminal yang berwenang telah berkonsultasi dengan Nakhoda dan menetapkan bahwa kebakaran boiler tersebut merupakan bahaya yang tidak diinginkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 58 / 95

2.6.16. Kompor dan Peralatan Masak Lainnya Penggunaan kompor dan peralatan masak lainnya diperbolehkan, kecuali bila Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang memperkirakan adanya bahaya yang tidak semestinya. 2.6.17. Liquefied Petroleum Gases (LPG) Selama operasi muat Liquefied Petroleum Gases (LPG), api boiler dan dapur harus dipadamkan dan tidak boleh ada sumber penyalaan dalam bentuk apapun, sampai bongkar muat selesai dan semua selang dilepas dan dibuka. 2.6.18. Pencegahan Kebakaran Alat-alat pemadam kebakaran di atas kapal termasuk pompa pemadam harus dijaga dan selalu siap untuk digunakan. Selang pemadam kebakaran agar digelar dan disambung dengan saluran air pemadam. Sedikitnya satu pompa harus dijalankan untuk menjaga tekanan air dalam pipa pemadam kebakaran. Nakhoda bertanggung jawab untuk menjamin bahwa peraturan pemadam kebakaran di dermaga telah diketahui dan terpasang di papan pengumuman. Apabila terjadi kebakaran pada kapal, Nakhoda harus segera memberitahukan dengan memberi tanda isyarat yang berbentuk bunyi suling (peluit) panjang atau membunyikan lonceng kebakaran. 2.6.19. Penanganan Muatan Umum dan Perbekalan Kapal Tidak boleh ada muatan umum, termasuk minyak di dalam drum atau tempat lain, gas cair dalam silinder, yang dimuat atau dibongkar selama berlangsung.

a. Pemuatan atau pemindahan dalam bentuk curah dari suatu bagian tangki kebagian lainnya untuk muatan Kelas I atau Kelas II.

b. Pembongkaran cairan Kelas I dalam bentuk curah. c. Pengisian ballast atau pembebasan gas sesudah pembongkaran cairan Kelas I dan II.

Selama pembongkaran cairan Kelas III dan waktu pemuatan, pengosongan atau pemindahan dari satu tangki ke tangki lainnya (kecuali pemuatan atau pemindahan cairan Kelas III kedalam tangki yang itdak bebas gas), operasi bongkar muat barang umumnya diizinkan atas persetujuan Nakhoda dan Pejabat Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang. Penanganan perbekalan kapal diperoleh selama operasi dermaga, atas persetujuan Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang dan Nakhoda. 2.6.20. Kapal Tunda dan Kapal Kecil Lainnya Selama pemuatan, pembongkaran atau pemindahan cairan Kelas 1 dan Kelas II ke tangki lain, ataupun selama pemuatan atau pemindahan dari cairan Kelas III ke tangki yang tidak bebas gas, atau selama pengisian ballast dan pembuangan gas sesudah pembongkaran cairan Kelas I atau Kelas III tidak boleh ada kapal kecil

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 59 / 95

sepanjang sisi kapal, kecuali sudah ada izin dari Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang dan Nakhoda. Bila kapal tunda berada disisi atau sedang membantu tanker, semua lubang muatan harus ditutup, tanpa melihat jenis minyak yang dibawa, kecuali bila semua tangki telah bebas gas. 2.6.21. Pencegahan Pencemaran Minyak Tidak diperbolehkan segala jenis minyak atau ballast kotor (yang mengandung minyak) dibiarkan lepas dari kapal ke perairan. Selama operasi dermaga berlangsung, semua lubang pada sisi dek kapal harus disumbat secara efektif dan bila ada kebocoran atau tetesan minyak di atas kapal, harus segera dibersihkan dengan kain pel atau pasir yang digunakan untuk membersihkan ceceran minyak, dan harus diangkut ke darat untuk dimusnahkan. Semua bocoran atau tumpahan harus segera dilaporkan kepada Pejabat Depot / Instalasi / Terminal yang berwenang. Ballast kotor harus dibongkar lewat pipa ballast ke tangki darat yang tersedia. Surat Permintaan untuk pembuangan ballast kotor ke darat harus dibuat oleh Nakhoda dan ditujukan kepada Pejabat Depot/Instalasi/Terminal yang berwenang. 2.6.22. Membuang Barang Keluar Kapal Tidak boleh membuang sisa pembakaran (arang atau abu) atau barangbarang panas dan berbahaya lainnya ke luar kapal. Begitu juga barangbarang lain yang tidak disetujui, baik berupa padat maupun cair tidak dibenarkan dibuang ke luar kapal. 2.6.23. Catatan Nakhoda harus mempelajari dan mengenal ketetapan dan Peraturan di dermaga, sebagai tambahan Peraturan di atas. Apabila terdapat suatu perbedaan antara peraturan tersebut dengan Peraturan Pemerintah, maka yang diberlakukan adalah Peraturan Pemerintah.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 60 / 95

2.7. TRANSPORTASI 2.7.1. UMUM. Lingkup kegiatan transportasi yang dikelola Bidang Pemasaran dan Niaga meliputi penggunaan sarana transportasi darat dan laut/air. Transportasi yang dimaksud adalah sarana untuk memindahkan, mengangkut dan menyalurkan produk BBM dari suatu lokasi penimbunan ke lokasi penimbunan yang lain atau ke konsumen. Sarana transportasi yang digunakan meliputi : a. Tongkang. b. Mobil Tangki. c. Truk Pengangkut. d. Rail Tank Wagon (RTW). e. Pipa. 2.7.2. TONGKANG Tongkang adalah suatu kapal tangki yang dasarnya berbentuk cekung mendatar. Tongkang digunakan untuk mengangkut bahan bakar minyak terutama di lokasi perairan dangkal, baik untuk distribusi ke konsumen di daerah pedalaman yang tidak mempunyai Term inal/Instalasi/Depot dan untuk melayani bunker dari Instalasi/Depot ke kapal angkutan di perairan. Dalam pengoperasiannya, tongkang harus memenuhi beberapa persyaratan yang dapat menjamin keselamatan kerja dan operasi. Ada 2 jenis tongkang yang digunakan, yaitu :

1. Tongkang yang ditarik/ditunda Tug Boat. 2. Tongkang bermesin atau dikenal dengan Self Propelled Oil Barge (SPOB).

2.7.2.1. Persyaratan Umum 1. Mempunyai pernyataan Laik Layar yang dikeluarkan oleh Dinas Lalu Lintas Air

Sungai Danau Penyeberangan (DLLASDP), dengan memiliki surat dan kelengkapan sebagai berikut :

a. Sertifikat kesempumaan dan lambang timbul. b. Surat Ukur. c. Surat-surat lain yang menyangkut perijinan setempat, antara lain:

• Pas tahunan. • Ijin berlayar. • Ijin angkutan barang khusus.

d. Kelas BBM

• Garis Mast (load line) • Mesin (Machinary) • Lambung (Hull)

e. Pencegahan pencemaran minyak di laut. f. Kelengkapan keselamatan kerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 61 / 95

2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk mencegah ceceran minyak.

3. Peralatan-peralatan listrik, termasuk penerangan dalam tongkang disesuaikan dengan standard IP Electrical Safety Code.

4. Dipasang pernyataan yang dibuat dalam bahasa yang mudah dimengerti dan dipasang pada lokasi yang dapat dilihat dari segala arah dengan tulisan seperti :

a. Hati-hati. b. Dilarang Merokok. c. Dilarang masuk kecuali petugas yang berwenang.

2.7.2.2. Persyaratan Khusus. 2.7.2.2.1. Bagian Mesin.

a. Motor starter harus tertutup dan bersih.

b. Accu/Battery harus tertutup dan bersih.

c. Manifold dan knalpot tidak boleh bocor, terbungkus isolasi asbes dan dilengkapi flame trap yang sesuai dengan standard dan diberslhkan secara rutin minimal 1 kali seminggu, dan ujung knalpot harus diletakkan sedemikian rupa pada posisi yang aman, dan cukup tinggi.

d. Kabel listrik dan saluran pengapian harus benarbenar terisolasi.

e. Peralatan listrik harus dilengkapi dengan sekering pengaman (fuse) yang sesuai.

f. Tidak dibenarkan adanya tetesan dan tumpahan minyak disekitar mesin.

g. Tersedia cukup racun api dengan jenis yang sesuai.

2.7.2.2.2. Bagian Lambung & Deck.

b. Tangki sebagai penampung BBM harus dilengkapi • Penyekat kompartemen.

• Man hole dengan tutup yang mempunyai packing/seal.

• PV valve untuk produk kelas I dan free vent untuk kelas II & III yang masing-masing dipasang keatas minimal 5 meter.

• Tangki ballast.

c. Hand rail harus terpasang sekeliling tongkang.

d. Damprah harus terpasang sekeliling tongkang.

e. Kompartement harus dilengkapi tangga yang berfungsi untuk memudahkan petugas naik turun kompartement.

f. Bandul pengukur tidak boleh terbuat dari bahan besi.

g. Ballast tidak diperbolehkan kotor (mengandung minyak) dan dilarang dibuang keperairan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 62 / 95

h. Semua lubang pada sisi deck tongkang harus disumbat secara efektif dan bila ada kebocoran atau tetesan minyak diatas tongkang harus segera dibersihkan dengan kain pel atau pasir. Pembersih ceceran minyak tersebut harus diangkut kedarat untuk dimusnahkan.

i. Mempunyai perlengkapan pemadam api dan keselamatan kerja.

2.7.2.2.3. Pipa-pipa Saluran.

a. Setiap kompartemen harus dapat diatur pengisian dan pembongkarannya secara tersendiri dengan kelengkapan kerangan yang tersendiri pula.

b. Diameter flange manifold kapal sedapat mungkin sesuai dengan manifold dermaga Instalasi/Depot, atau disediakan reducer/gulenger yang disesuaikan . dengan manifold Dermaga.

c. Pipa pengisian ke dasar tangki harus cukup rendah hingga lebih kurang 10 cm dari dasar tangki.

d. Pipa pembongkaran (isap) harus dilengkapi dengan saringan.

e. Kerangan (Valve) pada sistem pipa saluran sama sekali tidak boleh ada kebocoran / tetesan.

f. Tetesan/kebocoran harus ditampung sedemikian rupa dan diberlakukan sebagai minyak kotor (tidak boleh dicampurkan kembali ke kompartemen) serta pemusnahannya harus dipertanggung jawabkan dengan berita acara.

g. Harus tersedia gambar diagram (lay out) dari sistem pipa saluran yang jelas dan dapat dibaca.

2.7.2.2.4. Pompa.

j. Spesifikasi dan letak pompa harus memenuhi syarat penggunaan.

k. Tekanan kerja pompa tidak boleh melebihi batas tekanan kerja aman yang telah ditentukan untuk pompa itu. Untuk keperluan tersebut harus dipasang alat-alat pengamannya yang selalu dapat bekerja dengan baik di atas batas tekanan kerja aman yang telah ditentukan.

l. Pompa harus diperiksa secara berkala dan diuji kemampuannya menurut tata-cara yang telah ditentukan.

m. Apabila terjadi kebocoran pada pompa, fluida di dalamnya harus dapat dihentikan dengan segera dari tempat yang aman.

n. Apabila terjadi perubahan, penambahan atau pemindahan terhadap suatu pompa dan perlengkapannya, maka kemampuan pompa tersebut harus diuji kembali. Syarat-syarat pemakaian yang diperbolehkan dan jangka waktu pemakalan sebelum inspeksi berikutnya akan ditentukan kembali.

o. Apabila didalam suatu kelompok pompa (sebuah pompa atau lebih) dibersihkan atau diperbaiki, sedangkan pompa yang lain masih beroperasi, maka semua saluran pipa dari dan ke pompa tersebut harus dilepaskan dan ditutup dengan flange mati.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 63 / 95

p. Semua saluran pipa yang bersuhu tinggi atau bersuhu rendah sekali harus diisolasi dengan baik ditempattempat yang dapat menimbulkan bahaya terhadap orang dan peralatan disekitarnya.

q. Tidak ada kebocoran pada pompa atau pada saluran bahan bakarnya (untuk yang menggunakan penggerak mesin).

r. Motor pompa harus dari jenis tahan ledakan (explosion proof).

2.7.2.2.5. Alat Keselamatan.

s. Harus disediakan pompa air untuk pemadaman atau pencucian (Cleaning) dengan kerangan isap tersendiri yang kedap/tidak bocor dengan kapasitas minimum 300 GPM.

t. Tersedia slang pemadam lengkap dengan Nozzle.

u. Harus tersedia racun api Tepung Kering (Dry Powder) ukuran 20 Lbs, minimum 1 buah untuk tiap Man Hole dan jenis alat pemadam lainnya seperti C02, BCF, Foam, pasir dsb.

v. Tersedia bahan kimia (Dispersant) untuk penanggulangan pencemaran di laut/perairan, jumlah dan penempatannya berdasarkan rekomendasi Syahbandar.

w. Kotak obat P3K secukupnya sesuai kebutuhan awak Tongkang/ Lighter/Tug Boat.

x. Tersedia Life Buoy dan Life Jacket sesuai ketentuan.

y. Sekoci penyelamat pada Lighter/Tug Boat ukurannya sesuai ketentuan.

z. Masker sesuai ketentuan.

aa. Safety belt.

bb. Sarung tangan.

cc. Lampu tanda navigasi dan lampu merah tanda bahaya harus selalu kedap gas (gas light), terutama untuk bagian yang diperkirakan banyak terdapat akumulasi gas (misal pada geladak depan pada Lighter/LCT).

dd. Pagar pengaman (hand rail) harus dalam keadaan baik dan terawat.

ee. Khusus bagi Kapal Tunda, Lighter dan LCT Cerobong Asap harus dibersihkan secara rutin dan bebas dari jelaga.

2.7.2.3. Persyaratan Sandar. Nakhoda Tongkang harus:

1. Yakin bahwa tongkangnya telah diikat sepanjang sisi dengan tali atau sling yang disetujui oleh bidang operasi yang berwenang.

2. Yakin bahwa tongkang sudah ditambatkan dengan benar, sehingga tidak ada lagi pergerakan tongkang tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 64 / 95

3. Yakin bahwa tali dan sling tongkang sudah tertambat pada peralatan yang tersedia untuk itu.

4. Menyediakan tangga yang sempurna dan yakin dalam waktu gelap, penerangan untuk tangga telah tersedia dan cukup.

5. Menyediakan kawat tunda dengan kekuatan yang cukup dan dipasangkan ditiang pancang tambat dihaluan dan samping dan dijaga agar kawat tunda tersebut tetap berada diatas permukaan air.

2.7.2.4. Lain-Lain.

1. Pencegahan timbulnya bunga api. Kegiatan yang sifatnya dapat menimbulkan bunga api seperti kegiatan membuka dan menutup palka, menyambung dan melepas slang serta kegiatan lainnya dideck tongkang harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya api.

Langkah pengamanan harus segera diambil untuk mengurangi timbulnya bunga api dari cerobong asap, dan jika ini terjadi langsung dipadamkan.

2. Peringatan Merokok. Dilarang merokok di tongkang, kecuali pada lokasi yang terkontrol pada suatu tempat yang aman dan ditentukan. Tempat tersebut harus diburitan, dan tidak boleh ada pintu atau lubang yang dibuka mengarah ke atau diatas tangki-tangki. Tempat tersebut ditentukan oleh nakhoda dan disetujui deh bidang operasi yang berwenang. Tanda tempat merokok sesuai dengan tempat dan waktu yang diijinkan harus dinyatakan dengan jelas dan ditempatkan pada tempat yang menyolok. Ijin merokok ini setiap saat dapat dicabut bila keadaan menghendaki.

3. Korek Api dan Alat Pembuat Api. Tidak seorangpun, kecuali orang yang diberi ijin khusus oleh Nakhoda boleh membawa-korek api. Semua korek api yang digunakan pada tempat-tempat yang telah disyahkan harus dari jenis yang aman.

4. Pekerjaan Perbaikan. Pekerjaan perbaikan, pembersihan atau_ pengetesan peralatan listrik (termasuk radio dan peralatan tongkang lainya) dilarang dikerjakan diatas tongkang, kecuali sudah ada ijin tertulis dari pejabat operasi yang berwenang.

Dilarang melakukan pekerjaan perbaikan yang dapat menimbulkan sumber penyalaan api setempat (diatas tongkang atau pada tangki muatan, palka, kamar pompa dan sebagainya), kecuali sebelumnya sudah mendapat ijin tertulis dari pejabat operasi yang berwenang.

5. Kebocoran dan Tumpahan Minyak. Semua kebocoran dan tumpahan harus segera dilaporkan kepada pejabat operasi yang berwenang. Ballast kotor harus dibongkar lewat pipa ballast ke tangki dapat yang tersedia. Surat permintaan untuk pembuangan ballast

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 65 / 95

harus dibuat oleh nakhoda dan ditujukan kepada pejabat operasi yang berwenang.

6. Kelistrikan. Tanda-tanda kabel tidak boleh dipindahkan atau dilepas, kecuali dengan persetujuan ahli listrik.

7. Penerangan. a. Lampu tangan Portabel.

Hanya lampu senter safety (safety flash light) portabel yang memenuhi syarat yang boleh digunakan.

b. Penerangan dalam tangki.

Bila diperlukan penerangan buatan untuk memasuki tangki, atau ruang tertutup lainnya, maka peraturan berikut harus dipenuhi. Bila tangki atau ruangan tertutup lainnya belum dinyatakan bebas gas, lampu listrik yang tahan ledakan dan lampu batery yang terjamin keselamatan dan yang disahkan yang boleh dipakai.

Pada tangki yang dinyatakan bebas gas, dapat dipakai penerangan seperti tersebut di atas, atau dengan tegangan rendah (25 Volt AC) dari peralatan penerangan portabel. Oleh karena jaringan kabel dapat menimbulkan bunga api bila terjadi kerusakan kabel, maka surat ijin kerja panas harus didapat terlebih dahulu sebelum peralatan ini dipakai.

Jalur kabel tidak boleh ada beban atau benda di atasnya, untuk itu perlu diberikan pelindung.

c. Bila menggunakan meter penggerak listrik, harus memenuhi persyaratanlkedap gas (gas tight) terutama pada unit-unit yang diletakkan diatas geladak.

8. Selain petugas tidak dibolehkan berada diatas tongkang, kecuali telah didaftarkan dan seijin pejabat yang berwenang dan Nakhoda tongkang.

9. Perlengkapan lain yang perlu adalah:

a. Bendera-bendera.

b. Lampu navigasi dan penerangan yang cukup dan memenuhi ketentuan.

c. Jangkar dan tali-temali.

d. Slang air pemadam 2,5" x 75 ft. 1, 5 " x7 5 ft.

e. Bounding cable (wire) dengan damp.

f. Nozzle spray 2,5" & 1,5". 2.7.3. MOBIL TANGKI. 2.7.3.1. Jenis Mobil Tangki.

1. Mobil tangki rigid adalah mobil yang dilengkapi dengan tangki tetap yang melekat pada chassis kendaraan tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 66 / 95

2. Mobil tangki semi trailer adalah mobil tangki dilengkapi dengan tarikan tangki dan merupakan satu rangkaian yang dapat dilepas/ dipisahkan.

3. Mobil tangki trailer, mobil tangki yang dilengkapi dengan rangkaian tangki yang melekat pada chassis dan roda tersendiri dan dapat dipisahkan/ dilepaskan.

4. Tronton. Mobil yang dilengkapi dengan tangki tetap yang melekat pada chassis kendaraan tersebut tetapi mempunyai kapasitas angkut lebih besar dari mobil tangki rigid.

5. Bridger, adalah mobil tangki . pengangkut BBM penerbangan, yang digunakan sebagai sarana penyalur/penyerahan AVTUR dan AVGAS dari Instalasi/Depot lain atau DPPU dan bila dilengkapi dengan dispenser dapat dipakai sebagai sarana pengisian bahan bakar pesawat udara.

6. Refueller. Refueller adalah mobil tangki atau bridger yang dilengkapi dengan dispenser. Selain sarana pengisian pesawat udara refueller juga dapat digunakan untuk refuelling, off loading dan self loading.

2.7.3.2. Persyaratan Umum. 1. Mobil Tangki.

a. Tangki terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan konstruksi yang sesuai serta memenuhi persyaratan lalu lintas kendaraan umum.

b. Tangki harus melekat pada chassis dan tidak goyah dengan mur baut. Antara skid dengan chassis diberi perantara kayu klos kelas I.

c. Berat tangki dengan muatan tidak boleh melebihi batas kemampuan chassis dan kendaraan itu serta disesuaikan dengan kelas jalan.

d. Lebar tangki tidak boleh melebihi lebar kendaraan/kabin serta panjang tangki tidak boleh melebihi panjang sisa chassis.

Jarak antara kabin belakang dengan dinding tangki minimum 50 Cm.

e. Kapasitas maksimal tangki tiap kompartemen 9 KI (9.000 liter).

2. Semi Trailler. a. Mobil tunda (penarik) harus dilengkapi dengan ban ganda pada bagian

belakang.

b. Hubungan mobil tunda dengan tangki trailler harus sesuai dan dilengkapi pin pengaman/pengikat/per penekan yang mempunyai kekuatan patah dari penghubung atau pin pengaman minimal 2 x berat trailler sendiri. Bagian depan dari tangki trailler dilengkapi dengan minimal sebuah tiang penyangga yang dapat diatur ketinggiannya guna menunjang berat tangki dan muatan bila rangkaian dilepas.

c. Sistem rem untuk ban belakang dari trailler harus berfungsi serta dipasang nomor polisi dan lampu sesuai ketentuan lalulintas / DLLAJR.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 67 / 95

3. Trailler. a. Panjang tangki tidak boleh melebihi panjang chassis sendiri baik

kebelakang atau kedepan. Ban muka dan belakang kiri kanan harus terpasang ganda. Kapasitas muatan tangki trainer tidak boleh sama atau melebihi muatan tangki dari mobil tangki sendiri.

b. Rangkaian mobil tangki dan trailer dilengkapi dengan pin dan 2 buah rantai keselamatan (terbungkus karet) yang kuat daya tariknya dan dihubungan dengan kaitan, serta tidak menggeser di jalanan pada saat kendaraan berjalan.

4. Tronton. a. Mobil Tangki Tronton adalah mobil tangki yang memiliki double gandar

dibelakan atau memiliki jumlah ban 10 buah. Karena itu, kapasitas angkutnya lebih besar dari pada mobil tangki type rigid.

b. Tangki bisa mempunyai lebih dari 1 kompartemen, namun setiap kompartemen maks. 9.000 KL.

c. Setiap tronton harus dilengkapi dengan 2 buah alat pemadam api ringan (APAR).

d. Masing-masing kompartemen terpisah dengan dilengkapi man hole.

5. Bridger. Secara umum konstruksi bridger sama dengan konstruksi mobil tangki. Istilah Bridger adalah mobil tangki yang dipakai untuk mengangkut produk Aviasi. Tangki dapat terbuat dari mild steel atau aluminium. Untuk menghindari terjadinya kerusakan mutu dari produk yang dimuat, tangki yang terbuat dari mild steel, dinding tangki bagian dalam harus diepicoat.

6. Refueller.

Konstruksi Refueller sama dengan konstruksi bridger. Sedangkan kelengkapannya adalah

a. Perlengkapan bonding system.

b. Racun api 2 buah.

2.7.3.3. Klasifikasi Mobil Tangki. Mobil tangki terdiri dari beberapa klasifikasi antara lain sebagai berikut : 1. Mobil tangki BBM kelas "A"

Kendaraan mobil tangki, yang pada tangki pengangkut harus dilengkapi dengan peralatan khusus.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 68 / 95

2. Mobil tangki BBM kelas "B" dan "C" tidak memerlukan peralatan khusus, kecuali direncanakan sewaktu-waktu untuk digunakan juga untuk mengangkut BBM kelas "A".

3. Mobil tangki LPG.

Kendaraan mobil tangki LPG secara garis besar sama dengan kendaraan mobil tangki BBM kelas "A", tetapi tangki pengangkut produk dikonstruksi dan dilengkapi peralatan khusus sesuai dengan sifat produk yang dimuat. Konstruksi dan peralatan tersebut harus disahkan oleh instansi yang berwenang.

2.7.3.4. Persyaratan Muatan. 1. Setiap mobil tangki hanya dibenarkan diisi dengan satu jenis produk. Jika

terdapat/dilengkapi sekat penahan goncangan, pada sisi atas dan bawah harus berlobang, agar cairan maupun udara tidak terjebak .

2. Setiap mobil tangki dilengkapi dengan kode warna sebagi identifikasi produk yang diangkut sebagai berikut

a. AVGAS 100/130 : warna hijau. b. Premium : warna kuning. c. Pertamax : warna kuning dengan ditengah warna hijau d. Pertamax Plus : warna kuning dengan ditengah warna merah e. SBPXX : warna merah. f. Minyak tanah : warna biru. g. AVTUR : warna putih dengan kedua sisi kuning h. Solar : warna abu-abu. i. Solar Dex : warna abu-abu ditengah warna merah j. Bio Solar : warna abu-abu ditengah warna hijau k. Minyak Diesel : warna coklat. l. Minyak Bakar : warna hitam

Tanda jenis selendang dicat dibagian belakang tangki dengan lebar 20 cm.

3. Batas isi aman. Batas isi aman setiap mobil tangki harus sesuai dengan kapasitas. Untuk menghindari adanya perubahan volume akibat kenaikan suhu, maka konstruksinya diusahakan mempunyai ruang kosong. Batas isi aman sesuai kapasitas tangki yang telah ditera oleh Dinas Metreologi. Maksimum 98,5 % dari kapasitas penuh tangki yang bersangkutan.

Lubang Atas Lubang Tengah Lubang Bawah

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 69 / 95

2.7.3.5. Persyaratan Truck. 1. Mesin penggerak, harus memenuhi ketentuan berikut.

a. Cut out ditutup. b. Sarlngan udara pada karburator harus terpasang. c. Busi tertutup/terisolasi. d. Pengaman dinamo starter. e. Right hand drive (stir kanan).

2. Knalpot. Harus didepan, tidak bocor, dengan ujung pipa pembuangan kesamping kanan. Ujung knalpot dilengkapi dengan flame trap, lapisan berlubang dan berselaput kawat kasa sesuai standard.

3. Kabel Listrik. a. Semua aiiran listrik tertutup/isolasi. b. Sambungan kabel ke klakson harus tertutup. c. Zekering asli dan tidak boleh diganti dengan kawat yang tidak standar.

4. Rem harus bekerja seketika / bagus / tidak mengocok, tidak makan sebelah. Rem tangan juga harus bekerja dengan baik. Ban harus baik, tidak gundul. Gerakan stir max. 60°.

5. Accu dipasang dalam kap mesin yang tertutup atau disamping chassis dengan kotak khusus dengan dilengkapi tutup. Tidak boleh dipasang dibawah tangki.

6. Safety switch/ main switch supaya ditempatkan sedemikian rupa sehingga pengontrolannya mudah dijangkau dari luar kendaraan dan memungkinkan pengemudi memutuskan tanpa meninggalkan tempat duduknya dan diberi tanda yang jelas.

7. Racun api CO2 atau type lain untuk kelas kebakaran BC ukuran 2 atau 3 Ibs ditempatkan ditempat yang mudah terlihat didalam kabin. Racun api jenis dry powder dengan ukuran siap pakai 20 lbs. Dipasang di belakang kabin luar, diikat, namun dalam keadaan darurat dan mudah diabil. Pemeriksaan racun api dilakukan setiap 6 bulan sekali.

8. Kotak P3K ditempatkan dalam kabin yang dilengkapi dengan kotak obat P3K & zalf bakar.

9. Tempat alat/kunci disimpan dalam kabin. Apabila disimpan diluar, harus dibuatkan tempat khusus yang rapat serta tidak mudah terbakar/benturan.

10. Grounding. Mobil tangki harus dilengkapi dengan grounding dari kawat khusus / tembaga. Kabel grounding tidak boleh dari besi atau bahan yang mudah menimbulkan bunga api.

2.7.3.6. Persyaratan Konstruksi Tangki. Konstruksi tangki sedemikian rupa sehingga mampu menahan tekanan statis dari cairan, tekanan pengisian, goncangan dalam perjalanan, dan lain-lain, ditambah safety factor 35 Kpa atau 3,5 Kg /cm2.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 70 / 95

Bentuk tangki harus dibuat oval panjang agar mampu mengurangi goncangan, mantap dan mempunyai ketahanan yang baik.

Perlu dipasang penyangga tangki yang kuat dibuat dari bahan besi untuk memperkuat kedudukan tangki.

Bahan tangki alummunium alloy atau besi plat seperti low carbon steel/low alloy steel dengan tebal 3 mm. Khusus untuk tangki BBM penerbangan yang terbuat dari bahan non allumunium, maka bagian dalam dinding tangki tersebut harus diepicoat.

Tangga dipasang dibagian depan, samping atau belakang tangki dengan jarak antara anak tangga maksimum 30 cm. Slang ditempatkan disamping kiri/kanan sepanjang tangki. Rumah slang atau tabung slang harus cukup kuat. Bagian atas tangi dilengkapi pelat datar yang bergerigi/bordes.

Untuk tangki BBM penerbangan tutup saluran isi ataupun keluar dilengkapi dengan tutup saluran sedemikian rupa, sehingga secara otomatis menutup apabila tidak digunakan dan membuka bila dihubungkan/ditekan, dan ulir luar ujungnya ditutup dengan sungkup.

Tangki BBM kelas II & III, tutup saluran dapat memakai kerangan (ball valve) yang ujungnya diberi penutup. Sedang untuk BBM kelas I, tutup saluran dipasang penutup gas darurat.

Ujung pipa keluar harus dipasang sambungan quick release coupling, tidak dibenarkan dengan sistim ulir dan bahannya harus terbuat dari material yang tidak menimbulkan api kalau terjadi gesekan atau benturan.

Untuk menghindari penguapan yang berlebihan dan keamanan sewaktu bongkar muat, tangki harus dilengkapi alat pernafasan.

2.7.3.7. Fasilitas Dan Perlengkapan Mobil Tangki. Mobil tangki harus dilengkapi dengan :

1. PV Valve. Untuk produk kelas 1 (Premium, AVIGAS) harus dilengkapi dengan PV-Valve. PV. Valve harus dapat bekerja secara otomatis terhadap perbedaan tekanan dan vacum didalam dan diluar tangki. (maksimum perbedaan 0,5 kg/cm2).

2. Bottom Valve/Emergency valve. Setiap mobil tangki dilengkapi dengan bottom valve/Emergency valve yang ditempatkan diawal pipa keluar dari tangki, berfungsi agar produk dalam tangki tidak tumpah sekalipun pipa outlet pecah/patah akibat kecelakaan. Outlet valve nya diletakkan disebelah kiri.

3. Man hole. Setiap tangki dilengkapi dengan man hole yang terletak dibagian atas tangki. Jumlah man hole disesuaikan dengan kapasitas tangki. Lubang man hole berbentuk bundar atau oval. Tutup man hole dilengkapi dengan paritan untuk tempat packing pencegah kebocoran dan benturan antara metal tutup dan metal leher tangki.

4. Slang Pembongkaran. Sesuai kebutuhan, untuk membongkar BBM di SPBU dan lain sebagainya, dan slang harus terbuat dari karet dan juga dilengkapi dengan fasilitas bonding.

5. Kabel Listrik. Grounding (kawat penyalur listrik statis).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 71 / 95

6. Baut Tera. Indikator tentang kapasitas yang ditetapkan Dinas Meterologi (ter segel).

7. Plpa Pernapasan. Untuk sirkulasi udara dalam tangki produk (PV Valve).

8. Tanda Jenis. Selendang pada badan tangki bagian belakang untuk mengetahui jenis produk yang diangkut.

9. Tangga Tangki. Fasilitas untuk naik turun petugas.

10. Bordes. Tempat berpijak petugas diatas tangki.

11. Alat Pemadam. Untuk setiap produk 20 lbs. DCP (tepung kimia kering) untuk kabin mobil tangki 2 lbs. BCF.

12. Tempat Slang. Untuk menyimpan slang pembongkaran.

13. Kotak P3K. Perlengkapan untuk pertolongan darurat.

14. Tempat Accu. Dibawah kabin dan tertutup.

15. Flame Trap. Penangkal percikan api/ bunga api pada ujung knalpot.

2.7.3.8. Persyaratan Lain-Lain. 1. Mobil tangki harus dilengkapi dengan STNK, surat kir dan formalitas lain yang

berlaku.

2. Lampu-lampu, signal dan perlengkapan pengaman yang lain.

3. Spad board dan bagian bawah tangki 1/3 tangki di cat merah, sedang bagian atas tangki 2/3 bagian di cat putih.

4. Bendera merah 20 x 30 cm dipasang diatas tangki.

5. Tanda peringatan

Tanda peringatan tersebut dipasang dikaca kabin depan.

6. Kecepatan maximum kendaraan 40 Km/jam (dalam kota) 60 Km/jam (luar kota), tanda batas kecepatan tersebut disablon dikaca depan sebelah kiri.

7. Secara periodik seluruh persyaratan harus diperiksa ulang dan disesuaikan dengan ketentuan K3LL yang dikeluarkan oleh pejabat K3LL setempat.

2.7.3.9. Persyaratan Bridger. Semua persyaratan untuk mobil tangki tersebut diatas berlaku juga bagi bridger, disamping itu ada beberapa persyaratan lain sebagai berikut : 1. Bahan tangki alluminium alloy atau plat besi di epicote. 2. Fasilitas bongkar muat menggunakan ground unit (bottom loader) yang terletak

dikiri kanan tangki. 3. Dilengkapi dengan drain point ditempatkan pada posisi terendah.

DILARANG MEROKOK DILARANG MEMUAT PENUMPANG

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 72 / 95

2.7.3.10. Design Mobil Tangki 2.7.3.10.1. Mobil Tangki ke SPBU

2.7.3.10.2. Mobil Tangki Minyak Tanah

Mobil Tangki Minyak Tanah bersubsidi

Mobil Tangki Minyak tanah untuk Industri

2.7.3.10.3. Mobil Tangki Industri

2.7.3.10.4. Mobil Tangki Konsinyasi (ISO TANK)

Kode warna

Kode warna

Kode warna

Kode warna

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 73 / 95

2.7.3.11. Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Mobil Tangki. 1. Persyaratan Pengemudi a. Syarat-Syarat Umum

1) Pengemudi mobil tangki harus mempunyai tanda ijin mengemudi (SIM) yang sesuai untuk kendaraan yang dikemudikannya.

2) Pengemudi mobil tangki harus berbadan sehat, tidak terpengaruh minuman keras yang dinyatakaan dengan Surat Keterangan Dokter yang berwenang.

3) Pengemudi mobil tangki harus memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh Security PERTAMINA.

4) Setiap pengemudi mobil tangki harus mematuhi ketentuan lalu litas jalan yang berlaku, batas kecepatan maksimum yang diijinkan dan ketentuan lainnya.

5) Pengemudi mobil tangki harus berpakaian seragam dengan memakai identitas Transportir masing-masing.

b. Tanda Pengemudi Mobil Tangki

1) Setiap pengemudi mobil tangki disamping mempunyai SIM Pemerintah, harus mempunyai Tanda Pengemudi Mobil Tangki (TPM).

2) TPM dikeluarkan oleh Fungsi K3LL setempat setelah memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dan administrasi yang ditentukan.

3) Permintaan TPM diajukan oleh pihak transportir kepada Fungsi K3LL melalui bagian S&D setempat.

4) Persyaratan untuk memperoleh TPM adalah sebagai berikut

• Memiliki SIM yang sesuai dan masih berlaku.

• Mengikuti latihan yang diadakan oleh K3LL meliputi pengetahuan lalu lintas, dan kemampuan mengemudi.

5) Calon pengemudi mobil tangki yang memenuhi syarat di atas akan memperoleh TPM yang berlaku sesuai masa berlaku SIM yang bersangkutan. Setelah itu dapat diperpanjang kembali.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 74 / 95

6) Setiap pengemudi mobil tangki harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup tentang aspek keselamatan dalam pengangkutan bahan berbahaya antara lain

a. Bahaya-bahaya kebakaran b. Penanggulangan kebakaran c. Penanggulangan pencemaran/tumpahan minyak d. Pertolongan pertama pada kecelakaan e. Peraturan-peraturan lalu litas f. Cara pengisian formulir laporan kecelakaan

2. Kewajiban Pengusaha

a. Pengusaha angkutan mobil tangki bertanggung jawab terhadap keselamatan pengoperasian mobil tangki yang dioperasikannya

b. Pengusaha wajib melakukan pembinaan keselamatan kerja, pencegahan kebakaran dan pencemaran kepada seluruh pengemudi mobil tangki.

c. Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi mobil tangki supaya tetap dalam kondisi aman.

d. Pengusaha wajib melaporkan setiap kejadian kecelakaan, kebakaran, pencemaran (tumpahan minyak) akibat operasi mobil tangki dalam waktu 2 x 24 jam kepada PERTAMINA melalui K3LL, atau petugas Depot setempat.

e. Pengusaha wajib mematuhi/memenuhi persyaratan keselamatan untuk mobil tangki yang ditetapkan oleh PERTAMINA.

f. Pengusaha tidak diperbolehkan menggunakan sopir yang tidak mempunyai Tanda Pengemudi Mobil Tangki (TPM).

g. Pengusaha wajib melaporkan setiap tindakan hukum terhadap pelanggaran UU Lalu Lintas yang dikenakan kepada pengemudinya.

h. Pengusaha wajib melalporkan setiap penambahan / pengurangan pengemudi dan pembantu pengemudi kepada PETAMINA melalui bagian S&D.

i. Pengusaha wajib mematuhi/memenuhi persyaratan keselamatan mobil tangki yang ditetapkan oleh PERTAMINA.

j. Pengusaha wajib mengatur jam kerja dan istirahat pengemudi menurut peraturan yang berlaku antara lain :

1) Waktu kerja bagi pengemudi adalah 8 (delapan) jam sehari.

2) Setelah mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut, harus diberikan istirahat sekurang-kurangnya setengah jam.

3) Dalam hal-hal tertentu, pengemudi dapat dipekerjakan lebih dari 8 (delapan) jam sehari, tetapi tidak boleh lebih dari 12 (dua belas) jam sehari termasuk istirahat 1 (satu) jam. Ketentuan ini tidak berlaku bagi angkutan antar kota.

k. Pengusaha wajib menyediakan seragam kerja bagi supir dan kernet mobil tangki, lengkap dengan indentitas Kontraktor / Transportir yang bersangkutan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 75 / 95

3. Persyaratan Kendaraan

a. Mobil tangki harus memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan oleh PERTAMINA sesuai dengan kententuan yang berlaku.

b. Mobil tangki harus mempunyai surat-surat lengkap menurut perundangan seperti STNK, Tanda Kir, Dispensasi Jalan, Surat Pemeriksaan DEPNAKER, dan sebagainya.

c. Untuk menyedakan bahwa kendaraan telah memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang berlaku, maka petugas K3LL melakukan pemeriksaan secara berkala.

d. Mobil yang telah diperiksa dan diijinkan beroperasi oleh K3LL diberi tanda stiker pemeriksaan yang berlaku selama periode waktu pada item 5.3.

e. Setiap mobil tangki harus dilengkapi dengan sarana penanggulangan kebakaran dan tumpahan minyak sebagai berikut

1) 2 buah alat pemadam kebakaran type Dry Chemical 20 Ibs yang diletakkan di belakang cabin pengemudi dan tangki.

2) 1 buah alat pemadam type CO2 10 Ibs yang diletakkan di dalam kabin. 3) 10 kg bahan penanggulangan tumpahan minyak (Oil foil) atau sorbent. 4) 1 Unit peralatan P3K. 5) Alat pemadam diletakkan pada tempat yang terlihat dan mudah diambil.

f. Dipasang bendera merah bagi setiap mobil tangki BBM dan LPG. g. Untuk mobil tangki LPG dilengkapi dengan Beacon/Rotary Lamp.

h. Setiap perubahan / penambahan / perubahan instalasi listrik pada kendaraan harus dilaporkan ke PERTAMINA, untuk diadakan pemeriksaan keselamatannya.

i. Khusus untuk skid tank LPG, wajib dilengkapi dengan radio komunikasi.

4. Emergency a. Setiap kejadian darurat (kecelakaan, kebakaran dan atau tumpahan minyak)

harus segera ditanggulangi dangan peralatan yang tersedia sambil menunggu bantuan pihak-pihak berwenang.

b. Pengemudi/kernek mobil tangki harus dengan segera mengamankan kendaraan/muatan dan berupaya supaya kejadian tidak menimbulkan gangguan terhadap masyarakat dan lingkungan.

c. Setiap kejadian, harus segera dilalporkan kepada PERTAMINA PDN terdekat melalui petugas setempat atau K3LL.

d. Pengemudi harus segera menghubungi/melapor kepada pimpinan perusahaannya.

5. SISTEM PELAPORAN a. Setiap kejadian harus segera dilaporkan oleh pengemudi / kernet kepada

PERTAMINA PDN terdekat melalui petugas setempat, Security, atau K3LL.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 76 / 95

b. Petugas Security atau K3LL atau Depot PERTAMINA setempat, akan mengadakan pemeriksaan ke lokasi dan membuat laporan penyelidikan.

c. PERTAMINA UPMS setempat membuat laporan pendahuluan kepada Deputi Direktur Bidang Pemasaran dan Niaga dalam waktu 2 x 24 jam dengan tembusan K3LL Pemasaran dan Niaga menggunakan formulir terlampir.

d. Laporan pendahuluan harus disusul degan laporan tertulis lengkap mengenai hasil penyelidikan kecelakaan dan saran pencegahan dalam waktu 2 minggu setelah kejadian.

e. Setiap UPMS harus membuat statistik kecelakaan setiap bulan, triwulan dan tahunan.

6. PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN a. Petugas PERTAMINA yang berwenang (security, K3LL, Kepala Depot, S&D dan

sebagainya) berhak memeriksa setiap mobil tangki untuk memeriksa syarat-syarat keselamatan yang ditentukan.

b. Petugas yang berwenang berhak menyetop atau menghentikan kegiatan bongkar/muat bila menilai kondisi kendaraan, peralatan atau lingkungan tidak aman dan dapat menimbulkan bahaya.

2.7.4. TRUK PENGANGKUT BBM. 2.7.4.1. Persyaratan Truk (Iihat 4.6.3.5). 2.7.4.2. Persyaratan Bak Pengangkut. 1. Bak terbuat dari bahan kayu Was I dan konstruksi yang sesuai serta memenuhi

persyaratan lalu lintas kendaraan umum.

2. Bak harus melekat pada chassis dan tidak goyah yang dipasang dengan mur baut.

3. Berat Bak dengan muatan tidak boleh melebihi batas kemampuan chassis dan kendaraan itu serta disesuaikan dengan keias jalan.

4. Lebar bak tidak boleh melebihi lebar kendaraan/kabin, serta panjang bak tidak boleh melebihi panjang sisa chassis.

5. Tinggi dinding bak minimal 2/3 bagian dari tinggi kemasan BBM.

2.7.5. RAIL TANK WAGON (RTW). Rail Tank Wagon (RTW) merupakan rangkaian tangki horizontal yang dipasang diatas chassis dengan roda, yang pengoperasiannya ditarik dalam rangkaian kereta api. 2.7.5.1. Konstruksi Umum.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 77 / 95

1. Rail Tank Wagon dirancang/dikonstruksi harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari Perumka dan disesuaikan dengan sifat produk yang akan diangkut.

2. Kerangka (chassis) harus dikonstruksi sedemikian rupa dengan memenuhi persyaratan dan spesifikasi teknik yang cocok dengan memperhatikan faktor keselamatan baik produk, personal maupun lingkungan.

3. Tangki, "underframe" dan "running gear" harus dikonstruksi dengan kuat serta dibuat dari bahan tahan api. Hal ini untuk menjaga kebocoran produk pada saat operasi normal dan meminimalkan bahaya jika terjadi kecelakaan.

2.7.5.2. Persyaratan Umum. 1. Lokomotif.

a. Lokomotif pembawa Rail Tank Wagon (RTW) yang menggunakan tenaga penggerak mesin diesel diijinkan masuk ke area penimbunan BBM, sistim pembuangan gas harus menggunakan flame trap.

b. Lokomotif dengan sistim pembakaran (lokomotif uap)tidak diijinkan masuk ke area penimbunan BBM.

2. Tangki.

Konstruksi tangki dengan bentuk silinder menggunakan plat baja, konstruksi harus memenuhi persyaratan dan spesifikasi teknik yang sesuai dengan sifat produk yang diangkut. Tangki yang memuat BBM penerbangan, dinding bagian dalam harus diepicoat. Tangki harus dilengkapi dengan peralatan peralatan sebagai berikut

a. Ruang penguapan. Tangki yang khusus memuat/meng-angkut BBM Klas "I" harus dilengkapi dengan ruang penguapan dalam tangki, besar ruang penguapan minimal 4 % darl total volume produk yang dimuat.

b. Man Hole dan Tutup Man Hole. Tangki harus dilengkapi lubang periksa atau Man Hole untuk memeriksa bagian dalam dari tangki. Man hole harus cukup untuk memungkinkan seseorang keluar / masuk tangki tanpa kesulitan. Man hole harus dilengkapi tralis. Man hole harus dilengkapi Handhole untuk membuka dan menutup man hole. Tutup man hole harus dilengkapi lubang untuk tempat penyegelan.

Pada leher man hole dipasang baut tera sebagai batas isi tangki. Antara man hole dan tutup man hole harus dipasang seal karet tahan minyak dan tali asbes, untuk mencegah kebocoran dan kontak antara metal, Tutup man hole dilengkapi dengan baut pengunci.

c. PV-Valve dan Free Vent. Tangki isi minyak kelas "I" harus dilengkapi dengan PV-Valve. Tangki isi minyak kelas "ll" harus dilengkapi Free Vent. PV-Valve dan Free Vent dihubungkan langsung kedalam ruang uap (vapour space).

d. Valve.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 78 / 95

Tempat pengeluaran dibagian bawah harus disambung dengan primary internal foot valve dan secondary external valve. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan posisi valve dalam keadaan tertutup/terbuka sempurna.

e. Tangga. Tangki harus dilengkapi tangga dalam dan luar. Tangga dalam berfungsi untuk memasuki bagian dalam pada saat pemeriksaan atau perbaikan. Tangga luar berfungsi untuk menaiki bagian atas tangki pada saat perbaikan maupun operasi pengisian dan penerimaan.

f. Pipa Pengisian/Pembongkaran (Pipa Tee), Valve dan penutup pipa. Tangki harus dilengkapi pipa pengisian / pembongkaran yang diarahkan ke sebelah kanan dan kiri bagian bawah tangki yang dilengkapi dengan valve. Pipa pengisian pembongkaran terbuat dari pipa hitam dengan ukuran 4", pipa dihubungkan dengan bagian dasar tangki, dan dipasang tutup yang terbuat dari blind flange, dengan baut pengikat penutup diberi lobang untuk tempat penyegelan.

Semua bukaan loading dan unloading harus dilengkapi dengan seal cap yang aman. Jika dibutuhkan untuk mempertahankan suhu pengeluaran, maka dapat dilengkapi steam coil sesuai dengan standar yang berlaku.

3. Penandaan. Setiap tangki harus dilengkapi dengan tanda jenis selendang sesuai dengan produk yang diangkut sebagai berikut :

a. AVGAS 100/130 : warna hijau b. Premium : warna kuning c. SBPXX : warna merah d. Mlnyak tanah : warna biru e. AVTUR : warna putih dengan kedua sisi warna kuning. f. Solar : warna abu-abu g. Mlnyak diesel : warna coklat h. Mlnyak bakar : warna hitam

Tanda jenis selendang di cat pada leher man hole. Setiap tangki harus dilengkapi dengan tulisan sebagai berikut :

a. Asal Depot. b. Tujuan Depot. c. Kapasltas tangki. d. Tanda dilarang merokok. e. Tanda peringatan agar nyala api terbuka tidak terbawa kedekatnya. 4. Terminal Bonding Cable.

Tangki harus dilengkapi fasilitas terminal bonding cable, digunakan untuk menyalurkan listrik statis pada waktu operasi pengisian/pembongkaran.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 79 / 95

2.7.6. PIPA. Pipa sebagai sarana transportasi produk BBM, konstruksinya harus sesuai ketentuan. (Ref. 2.4.0.) Mengingat jarak yang ditempuh cukup jauh dan melalui berbagai kondisi daerah yang berbeda, maka dalam operasi penerimaan/penyaluran produk dengan menggunakan pipa perlu diperhatikan faktor Keselamatan Kerja dan Lingkngan Lingkungan. 2.7.6.1. Persyaratan Umum. Pipa penyalur/penerima BBM dan Non BBM, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Bahan pips adalah carbon steel dan tidak digunakan pipa Galvanized, dan memenuhi standard yang ditentukan.

2. Untuk BBM Penerbangan, bagian dalam harus diberi antirust inhibitor.

3. Dipasang cathodic protection, untuk pipa yang ditanam.

4. Untuk pipa diatas tanah sebaiknya dipasang 30 cm diatas tanah dan pada jarak tertentu diberi penyangga. Pada sambungan flange dilengkapi dengan bounding plate. Bagian luar dicat dengan warns standar.

5. Valve, fitting dan meter ukur pada pipa penyalurlpenerima BBM dan Non BBM yang berada didalam suatu ruangan harus dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik pada ruangan tersebut, atau ditempatkan dalam lubang.

6. Untuk pipa lewat laut harus dilengkapi dengan concreate coating, dari bahan yang tahan terhadap air laut dan dipasang cathodic protection. Bahan pipa untuk penyaluran LPG/gas harus memenuhi persyaratan

2.7.6.2. Perlengkapan Pipa. 1. Jaringan penerimaan/penyaluran BBM dan Non BBM melalui pipa harus

dilengkapi dengan adaptor/reducer, beberapa jenis valve, fitting, pressure gauge, strainer, filter, pompa, sample cock, manometer dan thermometer, dengan mempert imbangkan aspek operasi, maintenance dan safety.

2. Jaringan pipa untuk LPG, harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.

2.8. SPBU 2.8.1. JARAK AMAN PERALATAN SPBU merupakan ujung tombak penyaluran BBM dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Sesuai dengan kebijaksanaan PERTAMINA, pengelolaan SPBU diserahkan Kepada swasta, yang diharapkan akan mampu mengeiola usaha SPBU secara efisien dan aman.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 80 / 95

Kegiatan di SPBU seperti halnya kegiatan perminyakan lainnya mengandung potensi bahaya seperti kebakaran, pencemaran atau gangguan terhadap kesehatan. Karena itu, SPBU harus dikelola menurut standar keselamatan kerja, dan lindungan lingkungan yang berlaku dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan iingkungan sekitarnya. Manajemen Pertamina, khususnya di Pemasaran dan Niaga sangat memperhatikan aspek keselamatan kerja dan lindungan iingkungan dalam setiap kegiatan oeprasi termasuk kegiatan di SPBU. Karena itu sejak rancang bangun suatu SPBU konstruksi sampai ke tahap pengoperasiannya, Pertamina Bidang Pemasaran dan Niaga melakukan pengawasan dan pembinaan LK3 untuk menjamin keamanan dan keselamatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan partisipasi dan peran aktif semua pihak termasuk pengusaha, karyawan, dan masyarakat luas selaku konsumen SPBU dengan senantiasa memenuhi dan mengikuti prosedur yang berlaku dalam pengoperasian SPBU 2.8.2. POTENSI BAHAYA DI SPBU 2.8.2.1. Produk BBM Bahan bakar yang dikelola di SPBU ada beberapa macam yaitu solar, premium dan premix dan lain-lain yang masing-masing mempunyai spesifikasi berbeda, baik sifat phisis, kandungan maupun potensi bahayanya. Dewasa ini beberapa SPBU juga melayani pengisian LPG dan BBG. 2.8.2.2. Potensi Bahaya Seperti halnya produk minyak bumi lainnya, BBM yang dikelola di SPBU mempunyai potensi bahaya dan tergolong B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Bahaya utama dari BBM adalah : a. Bahaya Kebakaran. Bahan bakar minyak khususnya jenis pelumas dan premix sangat mudah terbakar bila ada sumber api dan udara yang cukup. Sumber api dapat berasal dari rokok, gesekan, bunga api, listrik statis atau sambara petir. Dalam operasi SPBU; kebakaran dapat terjadi antara lain:

1) Pada waktu pembongkaran dari mobil tangki ke tangki pendam. Sumber api dapat berasal dari listrik statis atau percikan api dari mesin atau knalpot. Karena itu selama pembongkaran, sistem arde harus dipasang/ disambung dari mobil tangki ke bibir dombak tangki pendam.

2) Pada waktu pengisian BBM ke mobil/motor konsumen. Peristiwa ini sering terjadi terutama karena adanya tumpahan yang mengenai bagian yang panas pada kendaraan seperti knalpot atau mesin/busi (pada sepeda motor). Karena

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 81 / 95

itu pada saat pengisian tidak dibenarkan menghidupkan mesin kendaraan dan tidak boleh ada tumpahan BBM.

b. Bahaya Pencemaran. Produk minyak merupakan bahan yang dapat mencemari lingkungan seperti perairan, kolam penduduk, air sumur penduduk atau air tanah. Karena itu upaya lindungan lingkungan dalam kegiatan perminyakan dijalankan dengan ketat. Dalam kegiatan SPBU, pencemaran dapat terjadi bila timbal tumpahan, seperti pada saat pembongkaran, pemompaan atau pengisian. Sumber lain adalah bocoran dari tangki pendam yang masuk ke dalam air tanah dan merembes ke area sekitarnya. c. Bahaya Kesehatan. Produk-produk minyak seperti premium dan premix merupakan bahan berbahaya terhadap kesehatan, terutama uap minyak bila terhirup oleh manusia. Karena itu, setiap petugas yang menangani bahan-bahan tersebut, harus berhati-hati dan uap minyak tidak terhirup. Minyak premium atau premix juga mengandung bahan aditif seperti timah hitam dan MTBE. Kedua zat tersebut mengandung potensi bahaya terhadap kesehatan. 2.8.3. KESELAMATAN KERJA 2.8.3.1. Ketentuan Umum a. Area SPBU merupakan daerah berbahaya, sehingga diberlakukan peranturan-

peraturan khusus untuk mencegah kecelakaan dan kebakaran.

b. Pengusaha SPBU dan karyawan bertanggung jawab dalam menangani, menjaga dan mengawasi keselamatan kerja dalam daerah kerja.

c. Dalam areal SPBU tidak dibenarkan mengadakan kegiatan selain yang berkaitan dengan penyaluran BBM dan usaha penunjangnya, kecuali dengan izin khusus.

d. Kebersihan areal SPBU beserta kelengkapannya harus selalu terpelihara, dan terjaga. Setiap ceceran minyak harus segera dibersihkan.

2.8.3.2. Penerimaan Pembongkaran dan Penimbunan a. Penerimaan

1) Persiapkan tangki timbun (pendam) mencakup:

• Menghentikan penjualan dari tangki tersebut.

• Pengukuran tinggi cairan (volume BBM).

• Pastikan jumlah BBM yang bisa diterima (ruang kosong).

2) Tempatkan mobil tangki pada posisi pembongkaran yang benar.

3) Tarik rem tangan, matikan switch accu dan kunci mobil tetap terpasang.

4) Tempatkan alat pemadam pada posisi yang benar dan mudah terjangkau.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 82 / 95

5) Pasang grounding cable (kabel arde) pada tempat yang tepat.

6) Periksa dengan teliti dokumen muatan dari supir mobil tangki.

7) Periksa bersama keuntuhan segel atas dan bawah serta kesesuaiannya dengan dokumen.

8) Ambil BBM dari kerangan bawah, periksa visual dan yakinkan jenis BBM dari bau dan warnanya.

9) Ukur density/SG serta suhu.

10) Konversikan ke suhu 15/150C (Tabel ASTM 53 dan 54). 12) Bandingkan dengan density/SG dan suhu 15/150C dari Depot (surat jalan).

11) Masukkan ke dalam botol gelap dan tilak sebagai sample pertinggal.

12) Tandatangani table bersama supir dan tempel di botol tersebut.

13) Pasang selang bongkar yang standar pada tangki yang tepat.

b. Pembongkaran

1) Buka kerangan bongkar mobil tangki sedikit demi sedikit (pastikan tidak ada kebocoran).

2) Lubang pengukuran tangki pendam harus dalam keadaan tertutup.

3) Selesai pembongkaran lakukan hal terikut

Periksa dari lubang atas, yakinkan BBM benar-benar sudah habis.

Bila perlu mobil tangki dimiringkan.

Tutup kerangan

4) Lepas selang bongkar.

5) Ukur tinggi cairan (BBM) dalam tangki timbun (pendam).

6) Lepaskan kabel arde.

7) Kembalikan alat pemadam ke tempat semula.

8) Selesaikan proses administrasinya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selarna pembongkaran :

Sopir/kernet mobil tangki harus selalu berada di tempat pembongkaran. Bebaskan mobil tangki dari lalu lintas orang/kendaraan pada radius aman. Lakukan pengawasan di sekitar mobil tangki dan areal pembongkaran dari

kemungkinan sumber api. c. Penimbunan 1) Tangki timbun harus mempunyai sertifikat kelaikan yang dikeluarkan oleh instansi

yang berwenang.

2) Tangki timbun agar ditera oleh instansi yang berwenang (Metrologi).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 83 / 95

3) Tangki timbun untuk BBM kelas A harus dipasang PV Valve dan untuk BBM kelas B harus dipasang Free Vent.

4) Pipa deep stick agar diberi tutup yang terbuat dari kuningan / aluminium.

5) Penutup manhole agar diberi packing dan dimur baut yang baik.

6) Tangki timbun agar dipasang grounding.

7) Setiap hari stock BBM di dalam tangki timbun harus diukur dan dihitung untuk mengetahui berapa jumlah BBM yang telah disalurkan pada hari sebelumnya atau sebagai data penghitungan untuk pesanan BBM selanjutnya.

2.8.3.3. Penyaluran a. Pipa isap dari pulau pompa sampai dombak agar diberi pipa pelindung (casing)

yang dapat berfungsi juga sebagai pengaman apabila terjadi kebocoran pada pipa isap, sehingga BBM yang tumpah dapat kembali ke dombak melalui pipa selubung.

b. Dispensing pump agar dipasang grounding.

c. Pada waktu penyaluran BBM, Nozzle (pistol kran) agar ditempelkan pada lubang tangki BBM kendaraan dan hindarkan terjadinya tumpahan/tetesan dan listrik statis.

d. Bila ada BBM yang tumpah / tetesan segera dibersihkan / keringkan dengan pasir yang tersedia.

e. Selama pengisian BBM, mesin kendaraan harus dimatikan.

f. Dilarang mengisikan BBM selain ke tangki kendaraan, seperti kaleng, jerigen, dsb.

g. Dilarang merokok dalam kendaraan yang akan / sedang mengisi BBM (terutama kendaraan umum seperti bus, oplet).

h. Pada saat pengisian dapat timbul uap BBM. Bahaya uap tersebut dapat dihindarkan dengan memakai penutup hidung (Gas Masker).

i. Dilarang mengoperasikan/menghidupkan pesawat telepon genggam (HP), saat pengisian bahan bakar minyak.

2.8.3.4. Kebersihan dan Kerapihan a. Kebersihan di areal SPBU harus selalu terjaga.

b. Oil Catcher dan saluran air harus selalu dalam keadaan bersih dan lancar serta berfungsi dengan baik.

c. Harus disediakan bak sampah yang mencukupi.

d. Tanaman penghijauan harus selalu terpelihara dan terawat.

e. Ruang peraga, WC, dan kamar mandi harus selalu dalam keadaan baik dan bersih.

2.8.3.5. Lain-Lain

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 84 / 95

a. Dilarang menjual produk-produk yang mudah menimbulkan bahaya kebakaran di areal SPBU (korek api dan lain-lain).

b. Dilarang memperbaiki kendaraan di dalam area SPBU.

c. Khusus SPBU yang dilengkapi sarana pengisian gas (LPG/BBG), standar keselamatan baik tentang cara penanganan maupun teknik konstruksi SPBU harus mengacu persyaratan keselamatan LPG dan BBG.

2.8.4. KESELAMATAN KERJA 2.8.4.1. Ketentuan Umum a. Dilarang merokok, membuat api terbuka atau pekerjaan lainnya yang dapat

menimbulkan bunga api di area SPBU. b. Area SPBU harus aman dari sumber api yang berdekatan dengan cara

pengaturan jarak yang aman (Safe Distance) atau tembok pembatas antara SPBU dan area sekitarnya.

c. Bila terjadi kebocoran yang dapat membahayakan, SPBU harus segera diisolir dan diamankan. Kegiatan pengisian segera dihentikan.

2.8.4.2. Peralatan Pemadam Kebakaran. a. Di area SPBU harus tersedia alat pemadam kebakaran yang siap pakai dalam

jumlah yang cukup menurut petunjuk petugas K3LL PERTAMINA, dari jenis jenis sebagai berikut :

Tepung kering 150 Ibs atau 350 Ibs jenis beroda. Tepung kering 20 Ibs Tepung kering 10 Ibs CO2 10 Ibs

b. Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan.

Tidak dibenarkan memindahkan atau mengganti alat tanpa ijin petugas setempat.

c. Alat pemadam harus diperiksa setiap 6 bulan sekali oleh petugas/perusahaan yang berwenang. Hasil dan tanggal pemeriksaan harus dicantumkan pada tabung pemadam.

2.8.4.3. Prosedur Penanggulangan Kebakaran a. Kebakaran di Dalam SPBU Semua karyawan SPBU yang melihat / mengetahui adanya gejala yang diduga dapat menimbulkan bahaya kebakaran, baik yang langsung menimpa SPBU atau kondisi lainnya yang dipandang akan dapat membahayakan keutuhan SPBU, wajib segera bertindak sesuai ketentuan-ketentuan berikut

1) Penanggulangan Kebakaran Kecil/Awal.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 85 / 95

a) Karyawan yang mengetahui terlebih dahulu segera memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) terdekat yang tersedia.

b) Setelah usaha penanggulangan selesai, segera melaporkankejadian tersebut ke Komandan / Pengawas SPBU/SPBI/SPBD, yang kemudian diteruskan ke PERTAMINA Cq. WP atau K3LL setempat.

2) Kebakaran Besar. a) Apabila kebakaran kecil tidak dapat ditanggulangi maka klasifikasi

kebakaran menjadi kebakaran besar.

b) Petugas yang terdekat/mengetahui segera memberi tanda atau teriak kebakaran sebagai tanda/isyarat bahwa terjadi kebakaran besar dan menghubungi Komandan.

c) Regu pemadam SPBU segera berkumpul dan melakukan upaya pemadaman sampai team bantuan tiba di tempat kejadian. Regu pemadam SPBU tetap membantu upaya penanggulangan.

d) Komandan regu segera mengambil tindakan-tindakan, sebagai berikut

Mengkoordinir usaha pemadam kebakaran dengan peralatan pemadam kebakaran.

Melaporkan kejadian ke pengusaha.

Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi karyawan dan penyelamatan dokumen/jiwa.

Mematikan arus listrik dan menutup semua kerangan-kerangan pipa BBM di SPBU.

Seluruh upaya penanggulangan dan penyelamatan dikoordinir oleh Komandan Regu.

Apabila keadaan darurat tidak dapat ditanggulangi dengan fasilitas dan tenaga yang ada. Komandan regu dapat meminta bantuan dari luar atas persetujuan Pengusaha berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tertentu.

3) Evakuasi dan Penyelamatan. a) Evakuasi dimulai dari lokasi yang terbakar, pastikan tidak ada korban

jiwa.

b) Seleksi/pilih dokumen-dokumen penting untuk diselamatkan.

c) Bawa dokumen yang perlu sebatas kemampuan.

d) Kumpulkan semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada tempat yang aman.

4) Keamanan. a) Blokir semua kendaraan maupun orang, dilarang memasuki areal

SPBU kecuali yang berkepentingan.

b) Dalam keadaan darurat semua kendaraan harus segera meninggalkan lokasi SPBU.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 86 / 95

c) Prioritas bagi kendaraan diberikan kepada regu pemadam kebakaran dan ambulans.

5) Regu Bantuan Luar.

a) Bantuan dari luar dapat membantu mengatasi keadaan darurat di lokasi.

b) Permintaan tenga dari luar hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengusaha SPBU.

b. Kebakaran di Sekitar SPBU Bila terjadi kebakaran di sekitar SPBU yang dipandang membahayakan keamanan SPBU maka lakukan tindakantindakan sebagai berikut :

1) Kebakaran dalam radius ± 25 meter. Tingkatkan kewaspadaan. Laporkan ke PERTAMINA Stop lossing/bongkar mobil tangki. Bila perlu hentikan semua kegiatan, evakuasi kendaraan, tutup dombak

tangki serta lobang pernafasan tangki pemadam dengan karung basah. Siapkan alat pemadam/racun api yang tersedia.

2) Kebakaran dalam radius ± 25 s/d 50 meter

Lakukan pemantauan. Bila kebakaran dipandang membahayakan SPBU lakukan langkah-

langkah seperti No.1 di atas. c. Tindakan Setelah Operasi Penanggulangan Keadaan Darurat

1) Komandan regu memutuskan menyatakan aman dan operasi penanggulangan selesai dilaksanakan.

2) Setelah selesai melaksanakan tugas penanggulangan keadaan darurat, melaksanakan sebagai berikut

a) Menginventarisir personil / anggota apakah terdapat korban / cedera. b) Menginventarisir semua peralatan yang telah dipakai

Peralatan yang rusak, hilang. Jumlah pemadam yang dipakai. Membersihkan dan menyusun kembali peralatan. Lokasi yang menjadi penyebab/sumber kejadian di lokalisir dan

diamankan sampai penyelidikan dinyatakan selesai. 2.8.4.4. Pelaporan Kebakaran. a. Kejadian kebakaran harus segera dilaporkan dengan cepat kepada PERTAMINA

terdekat sesuai prosedur setempat melalui telepon sebagai berikut

Telepon Kepala Cabang/Ka. Depot

K3LL

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 87 / 95

Sekuriti

b. Setiap kejadian kebakaran harus dilaporkan secara tertulis kepada PERTAMINA

dengan formulir laporan kebakaran (contoh terlampir) dalam waktu 2 X 24 jam. 2.8.5. LINDUNGAN LINGKUNGAN 2.8.5.1. Setiap pengusaha dan karyawan SPBU bertanggung jawab terhadap

terjaminnya kelestarian lingkungan di sekitar daerah operasi.

2.8.5.2. Dilarang membuang limbah minyak dan bahan berbahaya lain ke lingkungan sekitar dan perairan umum. Saluran air harus dilengkapi dengan oil catcher.

2.8.5.3. Semua tangki pendam harus dilengkapi dengan sumur pantau (well monitoring) yang bertujuan untuk mendeteksi kebocoran minyak dari tangki yang meresap ke dalam tanah.

2.8.5.4. Sumur pantau harus diperiksa setiap hari. Bila ada tanda-tanda bocoran minyak harus segera dilaporkan kepada petugas PERTAMINA setempat dan kebocoran harus segera ditanggulangi.

2.8.5.5. Laporan pemeriksaan sumur pantau harus disampaikan setiap bulan dengan formulir terlampir kepada Wira Penjualan dengan tembusan K3LL setempat.

2.8.5.6. Area SPBU harus dilengkapi dengan tanaman penghijauan yang sesuai.

2.8.5.7. Semua tumpahan/ceceran harus segera dibersihkan dengan bahan penyerap (absorbent) seperti pasir atau Sorben. Bekas/kotoran minyak harus dibuang ke tempat yang aman menurut pentunjuk petugas PERTAMINA setempat.

2.8.5.8. Setiap kejadian tumpahan dalam jumlah besar segera dilaporkan dan minta bantuan teknis kepada PERTAMINA terdekat.

2.8.5.9. Setiap kejadian tumpahan minyak dan pencemaran harus dilaporkan secara tertulis menggunakan form terlampir.

2.8.6. PEMBINAAN 2.8.6.1. Pelatihan. a. Semua karyawan/operator SPBU harus terlatih dalam pemadaman kebakaran. b. Latihan pemadam kebakaran harus dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. 2.8.6.2. Pengawasan. a. Setiap petugas SPBU bertanggung jawab mengawasi aspek keselamatan dan

lingkungan dalam operasi sehari-hari di lingkungan SPBU.

b. Petugas SPBU harus mengingatkan setiap konsumen tentang ketentuan keselamatan dalam SPBU.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 88 / 95

c. Petugas SPBU berhak dan wajib melarang konsumen yang merokok dalam kendaraan pada waktu pengisian BBM.

d. Petugas PERTAMINA yang ditunjuk berhak mengawasi ditaatinya ketentuan keselamatan kerja dan lekestarian lingkungan.

2.8.7. KEADAAN DARURAT 2.8.7.1. Kebakaran. a. Setiap kebakaran yang terjadi di SPBU atau mobil konsumen segera dipadamkan

dengan sarana yang tersedia.

b. Bila kebakaran membesar segera hubungi petugas pemadam kebakaran setempat (Pemda, PERTAMINA atau instansi lain)

c. Bila kebakaran menimpa mobil konsumen, segera pindahkan ketempat yang aman, jauh dari tangki pemadam atau pompa.

d. Bila kebakaran menimpa tangki pendam, segera diisolir. Keluarkan semua kendaraan dari area SPBU.

2.8.7.2. Tumpahan Minyak. a. Segera diisolir area tumpahan minyak dan cegah luberan/aliran ke perairan

umum.

b. Segera gunakan bahan penyerap tumpahan seperti pasir atau absorbent.

c. Jauhkan semua sumber api, dan matikan semua mesin kendaraan dan listrik.

2.8.7.3. Kecelakaan. a. Bila terjadi kecelakaan yang menyangkut manusia segera beri pertolongan

pertama, dan bila perlu segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

b. Kecelakaan yang menyangkut sarana peralatan segera laporkan, bila kejadian tersebut mengganggu operasi.

2.8.8. PERSYARATAN KONSTRUKSI SPBU 2.8.8.1. Lokasi. a. Penentuan dan pemilihan lahan untuk pembangunan SPBU harus

disesuaikan/ditinjau dengan aspek keselamatan kerja dan lindungan lingkungan dengan mempertimbangkan kemungkinan pengembangan dan perluasan pada masa yang akan datang.

b. Jalan untuk masuk lokasi dan tempat pengisian kendaraan bermotor harus terjamin keamanan dan kelancaran agar tidak mengganggu lalu lintas umum.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 89 / 95

c. Lapisan permukaan jalan keluar-masuk kendaraan dan halaman hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga tumpahan yang terjadi mengalir menuju parit (oil catcher) sehingga mudah dilokalisir untuk mencegah timbuinya bahaya kebakaran dan pencemaran lingkungan.

2.8.8.2. Fasilitas. a. Di lokasi peneeimaan/pembongkaran produk/BBM dan pelayanan umum harus

tersedia penerangan yang cukup, tapi aman.

b. Pada penerimaan/pembongkaran BBM ditempat pelayanan umum harus tersedia penerangan tidak kurang dari 10 lux.

c. Pada bagian atas bangunan dispenser harus dilengkapi dengan penerangan tidak kurang dari 100 lux.

d. Pompa dan dispenser dapat diletakkan dalam satu unit atau dapat diletakkan secara terpisah.

e. Lantai dispenserdibangun lebih tinggi dari pada lantai badan jalan pengisian.

f. Perpipaan harus memenuhi persyaratan yang meliputi aspek material, fabrikasi dan pengetesan agar dapat menahan tekanan kerja yang ditentukan. Pemasangan pipa harus sesuai dengan standard yang berlaku.

2.8.9. PELAPORAN 2.8.9.1. Laporan Kecelakaan dan Kebakaran. a. Setiap kecelakaan, kebakaran dan tumpahan minyak yang terjadi di SPBU harus

dilaporkan dengan segera, dengan cara

1) Lisan atau melalu telepon segera setelah kejadian.

2) Laporan tertulis selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah kejadian.

b. Laporan dibuat rangkap/tembusan menurut kebutuhan atau petujunk UPMS setempat.

c. Laporan dibuat dan ditandatangani oleh pimpinan SPBU setempat.

d. Copy laporan disimpan dengan baik di SPBU dan dapat ditunjukkan bila diperlukan.

2.8.9.2. Laporan Sumur Pantau. a. Hasil pemeriksaan sumur pantau harus dicatat dalam buku atau formulir laporan.

b. Hasil pemeriksaan harus dilaporkan setiap bulan ke UPMS (melalui K3LL) setempat dalam rangkap 3 dengan menggunakan formulir seperti terlampir.

2.8.10. PEMASANGAN SUMUR PANTAU 2.8.10.1. Ketentuan Umum.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 90 / 95

Dalam setiap lokasi SPBU harus dipasang sumur pantau untuk mendeteksi adanya kebocoran dari tangki pendam atau sistem perpipaan. 2.8.10.2. Tujuan. Tujuan pemasangan sumur pantau antara lain : a. Sebagai alat deteksi dini adanya rembesan/bocoran BBM (Bahan Bakar Minyak)

dari tangki pendam.

b. Meningkatkan pengawasan/kontrol terhadap operasi SPBU dalam melayani konsumen, karena secara dini dapat dicegah hal-hal yang mungkin timbul dan tidak diinginkan, antara lain pencemaran dan gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya.

c. Sebagai alat dan dasar kajian serta pertimbangan dalam menangani permasalahan/tuntutan yang dilakukan oleh masyarakat/pihak ketiga yang berlokasi disekitar SPBU.

d. Mecegah dan mengurangi kerugian akibat kebocoran BBM dan tangki timbun.

2.8.10.3. Penempatan. Penempatan sumur pantau, dapat dibedakan menurut konstruksi penanaman tangki pendam, antara lain : a. Untuk tangki pendam tanpa menggunakan lapisan plastik tahan minyak (Oil

Resistant Plastic/geomembran) sumur pantau penempatan sumur pantau adalah sebagai berikut :

1) Jarak maksimum adalah 1.00 M di samping/di bagian luar dinding tangki

pendam. 2) Kedalaman sumur pantau ± 0.60 M di bawah plat dasar tangki pendam.

b. Untuk tangki pendam yang menggunakan lapisan plastik tahan minyak (Oil

Resistant Plastic) atau menggunakan sistem bak beton, sumur pantau ditempatkan pada bagian dalam areal penanaman tangki pendam, yang terlindung pelapis plastik tahan minyak (Oil Resistan Plastic) atau bak beton.

2.8.10.4. Jumlah. Jumlah sumur pantau untuk SPBU disesuaikan dengan jumlah tangki timbun yang ada, dan sistem penanaman yang dipakai oleh SPBU tersebut. a. Untuk tangki pendam yang menggunakan pelapis plastik tahan minyak cukup 1

(satu) buah sumur pantau. b. Untuk tangki pendam, tanpa menggunakan pelapis plastik tahan minyak, jumlah

sumur pantau ditentukan sesuai dengan jumlah tangki timbun pendam ada.

1) Tangki pendam 2 (dua) buah : sumur pantau minimum 2 buah-(tergantun penempatan dan jarak tangki timbun).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 91 / 95

2) Tangki pendam 3 (tiga) buah : sumur pantau minimum 3 buah, (tergantung penempatan tangki timbun).

3) Jumlah tangki pendam 4 (empat) buah : sumur pantau minimum 4 buah (tergantung penempatan tangki timbun).

2.8.10.5. Pemantauan. Untuk mengetahui adanya rembesan/bocoran BBM dari tangki pendam (UGT), dilakukan pemeriksaan sumur pantau, secara berkala dengan ketentuan sebagai berikut : a. Frekuensi Pemantauan

Pemantauan harus dilaksanakan setiap hari untuk mengetahui terjadinya pencemaran lingkungan secara dini.

b. Alat Pemantau Pemantauan dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut :

1) Menggunakan tabung contoh (Sample Can) yaitu alat untuk menimba cairan minyak yang berada di dalam sumur pantau. Bila terlihat lapisan minyak atau bau gas minyak patut diduga adanya rembesan minyak.

2) Menggunkaan tongkat ukur (Dip Stick) yang bagian ujungnya diolesi pasta

minyak (Color Kit - Gasoline Gauging Paste) untuk mengetahui adanya genangan minyak di dalam sumur pantau. Dip stick dapat menggunakan bahan dari kayu atau kunigan. Bila terjadi perobahan warna maka dalam sumur terdapat rembesan minyak.

2.8.10.6. Konstruksi. Konstruksi sumur pantau dapat disesuai kan dengan peralatan atau sistem yang dipergunakan untuk pemantauan adanya minyak/gas yang berada di dalam sumur pantau. Secara umum sumur pantau, kelengkapan sumur pantau terdiri atas : a. Bahan: Pipa PVC Ø 4" sebagai lobang sumur, panjang minimal, atau kedalaman sumur adalah diameter tangki pendam ± 0.60 M. Untuk tangki pendam dengan diameter 3 M, dalam sumur pantau minimum adalah 3,6 M. b. Kelengkapan Sumur Pantau

Bahan saringan untuk dasar sumur berupa pasir, ijuk atau bahan lain. Tutup Plat Baja/bak kontrol.

c. Alat Pemantau:

Tabung Contoh (Sample Can) Detektor Gas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 92 / 95

2.8.10.7. Pengawasan. Pertamina melaksanakan pengawasan terhadap sumur monitor yang berlokasi di SPBU secara kontinyu 2.8.10.8. Sistem Pelaporan. Hasil pemantauan dari sumur pantau harus dilaporkan secara berkala oleh pimpinan SPBU kepada PERTAMINA sesuai formulir terlampir

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 93 / 95

LAPORAN

KECELAKAAN DAN KEBAKARAN SPBU

No : Tgl :

1. Tgl. Kejadian :

2. No. SPBU :

3. Lokasi :

4. Pemilik :

5. Kejadian Kecelakaan Kebakaran

6. Uraian Singkat

7. Data Korban

• Nama : • Umur : • Pekerjaan : • Alamat :

• Cidera :

8. Kerugian/Kerusakan

9. Tindakan Penanggulangan Kebakaran Dengan Alat Pemadam Ukuran Jumlah ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ Cara Lain (Jelaskan)

Distribusi : Pimpinan SPBU, - GM. UPMS - Ka. Cabang - Ka. K3LL __________________

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 94 / 95

PEMERIKSAAN

LAPORAN SUMUR PANTAU (MONITORING WELL) SPBU No. ......................................

BULAN . ..............

Sumur Pantau No Tanggal

I II III IV Hasil Pantauan Keterangan

............................., .................. SPBU .................... Pengawas, (....................................)

Petugas, (.......................................)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB II. OPERASI BBM II - 95 / 95

LK3 - CHECK LIST

PEMERIKSAAN K3LL SPBU NO........................./LOKASI .................................

HASIL No URAIAN

Baik Tidak KETERANGAN

1 Kebersihan dan Kerapihan 1.1. Apakah Lingkungan SPBU bersih dan terawat. • Kapopy / dispenser • Kios • Kamar mandi 1.2. Apakah tersedia tempat sampah yang cukup dan baik. 1.3. Apakah jalan halaman baik dan bersih. 1.4. apakah tanaman keadaan baik dan bersih. 1.5. apakah Lambang PERTAMINA kondisi baik.

I

2 Peralatan dan Perlengkapan SPBU 2.1. Apakah Dispenser kondisi baik. 2.2. Apakah slang-slang pengisian baik dan tidak bocor. 2.3. Apakah grounding tersedia dan kondisi baik. 2.4. Apakah tangki timbun kondisi baik/tidak bocor. 2.5. Apakah fill pot dan dombak baik, dan tidak berisi cairan.2.6. apakah kompressor dan peralatanSPBG kondisi baik.I 2.7. Apakah Jumlah pemadam cukup dankondisi baik, 2.8. Apakah Oil Catcher kondisi baik. 2.9. Apakah sumur pantau kondisi cukupbaik dan dipantau

secara rutin.

3. Lain-Lain 3.1. Apakah tanda larangan merokok tersedia dan baik. 3.2. Apakah rabu-rambu tersedia, dan terpasang baik. 3.3. Apakah pengaturan kendaraan baik dan tidak macet. 3.4. Apakah sekeliling dispenser bersih dan tidak terdapat

ceceran-ceceran minyak. 3.5. apaka tersedia bak pasir dan isinya. 3.6. apakah tersedia grounding dan kondisi cukup baik. 3.7. apakah sistem instalasi listrik baik tidak ada

sambungan / baut yang kendor.

SARAN-SARAN Mengetahui, Mengetahui, ......, ................... 20...PERTAMINA SPBU K3LL Pengawas Pemeriksa __________________ __________________ __________________

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 1 / 112 3.0.0 OPERASI LPG (LIQUIFIED PETROLEUM GAS) 3.1.0 Pendahuluan III - 3 3.1.1 Tujuan III - 3 3.1.2 Ruang Lingkup III - 3 3.1.3 Karakterisitik LPG III - 3 3.1.4 Petunjuk Umum Keselamatan III - 6 3.1.5 Media Penyimpanan/Penyaluran III - 10 3.2.0 Fasilitas Penyimpanan III - 10 3.2.1 Pendahuluan III - 10 3.2.2 Desain Faasilitas III - 11 3.2.3 Persyaratan Penyimpanan III - 12 3.2.4 Persyaratan Jarak Tangki LPG III - 13 3.2.5 Rancangan Tangki LPG III - 14 3.2.6 Tangki Bawah Tanah/Semi-burried/underground tank III - 15 3.2.7 Aksesori Tangki III - 16 3.2.8 Pompa III - 25 3.2.9 Prosedur Umum Pemuatan/Pembongkaran III - 28 3.2.10 Kompresor III - 29 3.2.11 Pipa dan Selang III - 32 3.2.12 Meteran III - 34 3.2.13 Pengendalian Mutu III - 35 3.2.14 Syarat-Syarat Kelistrikan III - 36 3.2.15 Pengujian dan Pemeliharaan III - 37 3.2.16 Perlindungan Kebakaran III - 37 3.2.17 Sistem Penutupan Darurat III - 38 3.2.18 Prosedur Darurat III - 38

3.3.0 Pengisian Tabung LPG III - 40 3.3.1 Pendahuluan III - 40 3.3.2 Tabung LPG III - 40 3.3.3 Operasi Penerimaan LPG Dalam Tabung III - 42 3.3.4 Pengisian Tabung LPG III - 44 3.3.5 Pengawasan dan Pemeliharaan III - 48 3.3.6 Frekuensi Inspeksi Peralatan LPG III - 52 3.3.7 Penyimpanan Tabung LPG III - 54 3.3.8 Petunjuk Tabung LPG III - 55 3.3.9 Penyusunan Tabung Dalam Gudang III - 55 3.3.10 Pemuatan Tabung LPG III - 57 3.3.11 Perlindungan Kebakaran III - 58 3.3.12 Prosedur Darurat III - 58 3.3.13 Pemeriksaan Tabung Secara Visual III - 60 3.3.14 Pencatatan Hasil Pemeriksaan/Penandaan (Register) III - 62

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 2 / 112 3.4.0 Stasiun Pelayanan LPG III - 63 3.4.1 Pendahuluan III - 63 3.4.2 Persyaratan Instansi III - 63 3.4.3 Tangki timbun III - 63 3.4.4 Perlengkapan Tangki III - 67 3.4.5 Katup (Valves) III - 68 3.4.6 Saluran Pengisian III - 69 3.4.7 Peralatan Pemompa III - 69 3.4.8 Pipa III - 70 3.4.9 Dispenser III - 70 3.4.10 Persyaratan Pengisian III - 72 3.4.11 Tabung LPG III - 73 3.4.12 Perlindungan Api III - 75 3.4.13 Pengawasan dan Pemeliharaan III - 75 3.4.14 Sistem Pemutusan Darurat III - 77 3.4.15 Prosedur Darurat III - 77 3.4.16 Checklist Inspeksi Stasiun Pelayanan LPG III - 79 3.5.0 Pemindahan LPG III - 80 3.5.1 Pendahuluan III - 80 3.5.2 Informasi Umum III - 81 3.5.3 Skidtank Elpiji – Umum III - 82 3.5.4 Sistem Pabrik Elpiji III - 83 3.5.5 Operasi Penerimaan Elpiji Melalui Skid Tank III - 86 3.5.6 Prosedur Pelaksanaan Pembongkaran Skid Tank III - 87 3.5.7 Pemberian Plakat III - 90 3.5.8 Sistem Keselamatan III - 91 3.5.9 Prosedur Darurat Skidtank Elpiji III - 92 3.5.10 Checklist Inspeksi Skidtank Elpiji III - 95 3.6.0 Lampiran III - 106

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 3 / 112

3.0.0. OPERASI LIQUIFIED PETROLEUM GAS (LPG)

3.1.0. PENDAHULUAN

3.1.1. TUJUAN 1. Sebagai salah satu acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan

pengoperasian fasilitas penerimaan, penimbunan dan penyaluran LPG.

2. Bagian dari upaya membudayakan K3LL (keselamatan dan kesehatan kerja serta lindungan lingkungan) di kalangan pekerja dan semua personil yang terlibat dalam penanganan LPG.

3.1.2. RUANG LINGKUP 1. Panduan ini khusus digunakan di lingkungan Pemasaran dan Niaga.

2. Meliputi kegiatan penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan sarana dan fasilitas LPG.

3. Panduan ini tidak berlaku untuk kilang LPG.

3.1.3. KARAKTERISTIK LPG LPG atau Liquefied Petroleum Gas adalah nama yang biasa diberikan untuk kombinasi gas propana dan butana. Komposisi LPG yang tepat (sesuai spesifikasi Migas) bervariasi tergantung sumber bahan baku dan/atau hasil produksi kilang.

LPG disimpan dalam bentuk cair pada tekanan tinggi atau pada temperatur sanaat rendah pada tekanan atmosfir. Tekanan dan suhu yang diperlukan untuk menahan LPG dalam bentuk cair bervariasi tergantung pada rasio dari gas-gas komponen utama, propana dan butana. Lebih banyak propana akan memerlukan tekanan yang lebi besar atau suhu yang lebih rendah.

Karakteristik aman dari semua tempat penyimpanan LPG adalah yang tidak sepenuhnya terdiri dari cairan. Tangki timbun LPG harus menyisakan ruang di atas bahan cairnya untuk menjamin adanya tempat pemuaian ketika terjadi perubahan temperatur. Tempat penyimpanan LPG memiliki batas pengisian aman yang tidak boleh dilewati. Biasanya nilainya adalah 80%, akan tetapi hal ini berbeda pada tiap produk dan kondisinya. Bagan di bawah ini memberikan kapasitas pengisian yang direkomendasikan.

LPG mempunyai berat sekitar dua kali dari berat udara, karena itu uap yang keluar dari tabung akan mengalir ke bawah. Jika terjadi kebocoran pada LPG, bahaya terbesar biasanya terjadi pada level terbawah atau pada parit dan saluran pembuangan, khususnya bagian bawah dari kebocoran itu sendiri.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 4 / 112

Tabel 3.1. Persentasi Pengisian tangki Kapasitas ≥ 7,6 m3 (268 ft2) Capacity

Maximum volume-filling percentage Liquid Temperatur Density at 15oC, kg/L

oC oF 0,500 0,510

Commercial Propane

0,520 0,540 0,560 0,580 Commercial 0,590

- 20 -10 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

- 4 14 32 41 50 59 68 77 86 95 104 113 122

80 82 84 85 86 88 89 91 92 94 95 97 99

80 82 84 85 87 88 89 91 92 94 96 97 99

83 84 86 88 89 90 91 92 94 95 97 98 99

84 85 87 88 89 90 91 93 94 95 97 98 99

84 86 88 89 91 91 92 93 94 95 97 98 99

85 87 88 90 91 92 93 94 95 96 96 98 99

85 87 89 90 91 92 93 94 95 96 98 98 98

Tabel 3.2. Persentasi Pengisian tangki Kapasitas ≤ 4,5 m3 (1,200 Gal) Capacity

LPG sangat mudah terbakar apabila bersatu dengan udara dalam proporsi yang tepat. Bila konsentrasi uap di udara berada di antara 2 dan 9.5% maka campuran tersebut menjadi flammable. Di bawah 2%, batas ledakan terendah (LEL) komposisi merupakan campuran miskin untuk terbakar dan di atas 9,5%, batas ledakan tertinggi (UEL) menjadi campuran kaya uap sehingga kadar oksigen terlalu rendah tidak mampu untuk proses pembakaran. Namun komposisi udara bisa segera berubah, akibat dilusi oksigen dari udara sekitar.

Maximum volume-filling percentage Liquid Temperatur Specific Gravity

oF oC 0.496

to 0.503

0.511 to

0.519

0.528 to

0.536

0.545 to

0.552

0.561 to

0.568

0.569 to

0.576

0.577 to

0.584

0.585 to

0.592 -5 15 30 40 50 60 75 85 95 105 110 115 125

-20.6 -9.4 -1.1 4.4 10

15.6 23.9 29.4 35

40.4 43 46

51.5

74 76 78 79 80 82 84 85 87 89 90 91 93

76 78 79 81 82 83 85 87 88 90 91 92 94

78 80 81 82 83 84 86 88 89 90 91 92 94

79 81 82 83 84 85 87 88 89 91 92 92 94

80 82 83 84 85 86 88 89 90 91 92 93 94

81 83 84 85 86 87 88 89 91 92 92 93 94

82 83 85 86 86 87 89 90 91 92 93 93 94

82 84 85 86 87 87 89 90 91 92 93 94 95

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 5 / 112

Ketika LPG berubah dari kondisi cair ke uap, akan mengembang menempati 270 kali volume awal. Maka dari itu, ketika dilepaskan ke udara, sedikit dari volume LPG cair dapat menghasilkan volume kombinasi udara-uap yang flammable dalam jumlah besar.

Dalam perubahan dari kondisi cair ke kondisi uapnya, LPG akan menyerap panas dari obyek yang bersentuhan dengannya, mengakibatkan objek menjadi dingin. Ketika LPG cair terlepas dari tabung/vessel ke udara, LPG akan menyerap panas uap air di udara sehingga sering tampak embun dari uap air atau bahkan menjadi bunga es pada ujung nozzle. Pembentukan es (icing) pada valve ini sering mengakibatkan valve gagal menutup rapat, atau setelah operator menutup rapat tidak lama es yang mengganjal mencair, sehingga berpotensi timbul kebocoran. Untuk itu, pada keluaran tangki elpiji, misal fasilitas drain, harus dipasang valve rangkap. Potensi timbulnya icing ini ada pada valve yang terluar. Awan uap LPG tidak berbau dan tidak berwarna.

Untuk dapat mendeteksi kebocoran LPG diberi bau khas, biasanya ethyl atau buthyl mercaptan pada konsentrasi 50 ml/1000 US gal.

Tabel 3.3. LPG Gas Identifying Information Butane Isobutane Propane Propylene

Chemical Symbol C4 H10

C4 H10 or (CH3)2CHCH3

C3 H8 C3H6 or

CH3CH=CH2

Synonyme Normal butane N-butane

2-methylmethane trimethylmethane

Dimethyl methane Propene

CAS Registry Number 106-97-8 75-28-5 74-88-6 115-07-1

Classification Flammable gas Flammable gas Flammable

gas Flammable

gas Transport

Classification 2,1 2,1 2,1 2,1

UN Number UN 1076 UN 1969 UN 1978 UN 1077

1-Butene Cis-2-butene Trans-2- Butene Isobutylene

Chemical Symbol

C4 H8 or CH2=CHCH2CH3

C4H8 or CH3CH=CHCH3

C4H8 or CH3CH=CHCH3

C4H8 or (CH3)2C=CH2

Synonyme Ethyl ethylene alpha-butane

Dimethyl ethylene beta-butylene “high

boiling” butane-2

Dimethyl ethylene beta-butylene “low

boiling” butane-2

2-methyl propane iso

butane

CAS Registry Number 196-88-8 590-18-1 624-64-6 115-11-7

Classification Flammable gas Flammable gas Flammable gas Flammable gas

Transport Classification 2,1 2,1 2,1 2,1

UN Number UN 1012 UN 1012 UN 1012 UN 1055

Komposisi LPG bisa bervariasi dari100% butana hingga 100% propana dengan campuran diantaranya. Semua senyawaan tersebut diatas bisa terdapat dalam segala bentuk/komposisi LPG.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 6 / 112

Tabel 3.4. Sifat Propana dan Butana *)

Sifat Propana Butana

Formula C3 H8 C4 H10

Boiling Point ; at 1.013 bars, °C at 14,696 psi, °F

-42 -43.7

-0.5 +31.1

Relative density of gas (air = 1.00) at 1.013 bars (14.696 psia), 15.6°C/15.6°C (60°F/60°F) 1.55 2.07

Relative-density of liquid (water = 1.00) at 15.6°C (60°F) 0.508 0.548

Weight, kg/m3 at 15.6°C (Fasa cair) Ib/gal at 60°F **)

508 4.22

584 4.86

Heat of combustion of liquid MJ/kg at 15.6°C Btu/lb at 60°F GJ/m3 at 15.6°C Btu/gal at 60°F

50.004 21.498 25.363 91,001

49.162 21.136 28.702 102,980

Heat of combustion of gas MJ/m3 at 1.013 bars, 15.6°C Btu/m3 at 14.696 psia, 60°F

95.49 2,563

125.7 3,374

Ratio of vapor volume at 1 bar (14.696 psi) and 15.6°C (60°F) to liquid volume at 1 5.6°C (60°F) 267 230

Vapor volumes m3 vapor at 15.6°C/kg liquid at 15.6°C ft3 vapor at 60°F/lb liquid at 60°F

0.528 8.45

0.394 6.31

Ignition temperature in air, °C ***) °F

456 871

405 761

Limits of flammability, percentage of gas in air mixture at lower limit (percent) at upper limit (percent)

2.1 9.5

1.8 8.4

* From API Technical Data Book Petroleum Refining. The values are for pure propane and butane and necessarily apply to commercials products, which may have other hydrocarbons present in varying amounts.

** From GPSA Engineering Data Book

*** From AGA Gas Engineers Handbook.

3.1.4. Petunjuk Umum Keselamatan LPG adalah bahan bakar yang ekonomis dan ramah lingkungan. Ketika disimpan, diperlakukan dan dipergunakan dengan benar, LPG sangat aman. Sifat dan karakter LPG penting untuk dimengerti agar dapat digunakan dengan aman. Sistem penyimpanan dan penanganan LPG telah didisain secara spesifik untuk menjamin keamanan maksimal. Perubahan pada sistem LPG hanya boleh dilakukan oleh orang yang mampu.

Ketentuan dan persyaratan keamanan dan keselamatan yang berhubungan dengan pengoperasian LPG harus dipatuhi.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 7 / 112

Gambar 3.1. Tekanan Uap dari Campuran Butane-Propane

Di bawah ini petujuk umum keselamatan yang selalu harus diikuti:

Tabung penyimpanan LPG tidak boleh diisi melebihi kapasitas amannya.

Semua fasilitas dan peralatan LPG harus selalu diperiksa dan diuji secara berkala.

Accessories dan alat keselamatan tabung tidak boleh dilepas atau diganti dengan spesifikasi yang tidak sesuai tanpa ijin pihak berwenang.

Sarung tangan panjang harus selalu digunakan apabila menangani LPG. Apabila LPG bersentuhan dengan kulit, akan menimbulkan luka bakar dingin yang serius.

100% PROPANE

90% PROPANE – 10% BUTANE

80% PROPANE – 20% BUTANE

70% PROPANE – 30% BUTANE

60% PROPANE – 40% BUTANE

50% PROPANE – 50% BUTANE

40% PROPANE – 60% BUTANE

30% PROPANE – 70% BUTANE

20% PROPANE – 80% BUTANE

10% PROPANE – 90% BUTANE

100% BUTANE

1000 900 800 700 600 500 400

100 90 80 70 60 50 40

300

200

30

20

- 30 - 20 - 10 0 10 20 30 40

- 20 0 20 40 60 80 100

2000

1500 200

150

100 80

60

50 40

30 25

20

15

10

PRES

SURE

, psig

PRES

SURE

, kPa

gau

ge

TEMPERATURE, ºF

TEMPERATURE, ºC

Vapor Pressure of Butane-Propane Mixtures

10

5

4

3

2

1,5

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 8 / 112

Uap LPG tidak boleh dihirup. Konsentrasi uap yang tinggi akan menyebabkan pusing kepala dan sesak nafas karena kekurangan oksigen.

Tidak boleh ada sumber api berdekatan dengan pemakaian LPG atau tidak ada pekerjaan yang berhubungan dengan panas yang boleh dilakukan berdekatan dengan LPG, karena terdapat kemungkinan munculnya uap dan campuran LPG yangflammable.

Semua fasilitas dan peralatan termasuk peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan sistem / peralatan penanggulangan keadaan darurat harus dipelihara dengan baik.

Pemilihan material harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin kecocokannya dengan LPG dan tidak akan rusak, karena LPG adalah pelarut efektif untuk produk minyak dan karet.

Propana atau LPG yang mengandung propana tidak boleh disimpan dalam kemasan yang didesain hanya untuk butana, karena tekanan uap yang tinggi. Petunjuk tekanan harus ditampilkan pada name plate kemasan.

Sebuah eksplosimeter atau pendeteksi gas harus digunakan selama pekerjaan panas. Uap LPG harus selalu berada dalam batas yang telah ditentukan. Juga jangan memasuki ruang tertutup dengan konsentrasi oksigen kurang dari 19,5% tanpa menggunakan alat bantu pernafasan dan peralatan lainnya.

Tabel 3.5. Confined Space Entry (percentages read from an approved explosimeter

Percentage of Oxygen in Air (%O2) Conditions for Confined Space

Entry Less than 19,5%

Between 19,5% and 25,0%

More than 25%

More than 20%

No Entry No Entry No Entry

Between 11% and 20%

Entry with BA for Inspection only

Entry with BA for Inspection only No Entry

Between 2% and 10%

Entry with BA for Cold Work only

Entry with BA for Cold Work only No Entry

Percentage of Lower Explosive

Limit (%L.E.L)

Less than 2%

Entry with BA for Hot Work or Cold

Work

Entry with BA for Hot Work or Cold

Work No Entry

NOTE : Entry may be made in life Threatening Circumstances with Breathing Apparatus (BA) and Full Protection. Refer to Octel Manual for additional requirement, if leaded petroleum have been store in the Confined Space.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 9 / 112 3.1.4.1. IJIN KERJA (WORK PERMITS) Semua panduan kerja aman, ijin kerja yang berhubungan dengan panas dan batas pemasukan yang diijinkan harus selalu diperhatikan selama pemeriksaan dan pemeliharaan fasilitas LPG.

Ketentuan, pelaksanaan dan pengawasan ijin kerja mengacu sub bab 9.2.0. tentang ijin kerja aman.

3.1.4.2. POTENSI BAHAYA LPG Kebakaran atau Ledakan

LPG sangat mudah terbakar : dapat dipicu oleh panas, bunga api atau api. Uap dapat bergerak menuju sumber panas atau kebalikannya. Kemasan LPG juga dapat meledak.

Bahaya Kesehatan Uap LPG dapat menyebabkan pusing kepala atau sesak napas. Sentuhan dengan LPG akan mengakibatkan kebekuan yang parah. Asap dari LPG yang terbakar mengandung gas yang mengganggu kesehatan dan beracun.

3.1.4.3. PERTOLONGAN PERTAMA Jauhkan korban dari angin dari tumpahan LPG, hubungi petugas medis darurat. Jika tidak bernafas berikan pernafasan buatan, jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jika terjadi kebekuan, siram dengan air. Jaga korban agar tetap diam dan suhu tubuh normal.

3.1.4.4. PROSEDUR DARURAT Kebakaran Api Kecil :

Padamkan dengan air, bahan kimia kering atau karbon dioksida (CO2).

Apabila tangki LPG mempunyai ukuran lebih kecil, padamkan atau isolasikan dari benda lainnya yang mudah terbakar.

Api Besar : Gunakan Semprotan air (dalam bentuk pancaran fog) atau uap.

Pindahkan kemasan lain yang belum terbakar apabila tidak ada resiko.

Untuk api yang besar di area penyimpanan, gunakan penyemprot air yang tidak dipegang langsung / monitor. Lakukan pendinginan pada bagian luar dari tangki atau kemasan yang sudah terkena api sampai api padam.

Menjauh dari ujung tangki.

Jika ini tidak memungkinkan jauhi area dan biarkan sampai api padam. Biarkan tangki LPG terbakar kecuali kebocoran dapat dihentikan.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 10 / 112

(Jangan berusaha mematikan api pada pressure relief vent ) gunakan air pendingin pada bagian luar tangki jika memungkinkan.

Evakuasi personil secepatnya jika terjadi pelepasan tekanan yang besar atau suara gas yang meninggi keluar dari peralatan keamanan atau perubahan warna pada tangki. Apabila terjadi kebakaran pada lokasi penimbunan LPG cair, harus dilakukan evakuasi sedikitnya radius 0,5 mil (750 m).

Tumpah atau Bocor Jika terjadi kebocoran pada skid tank di dalam perjalanan, parkirlah pada

bahu jalan, jika mungkin.

Matikan mesin dan sumber-sumber pemicu api lainnya.

Letakkan tanda peringatan, segitiga pengaman, dll. Sarankan masyarakat sekitar untuk menghindari angin yang berasal dari bocoran LPG dan jauhi daerah, khususnya dimana terdapat uap LPG. Sarankan untuk tidak merokok pada masyarakat yang berada di daerah tersebut. Jangan menyentuh atau jalan melewati daerah tumpahan dan jangan merokok karena dapat menjadi pemicu api. Hentikan aliran produk jika tanpa resiko. Hubungi polisi, petugas Pertamina dan Dinas Pemadam Kebakaran.

3.1.5. Media Penyimpanan / Penyaluran LPG dapat berasal dari pengilangan gas alam atau dari proses produksi penyulingan minyak mentah. Produk LPG disimpan dalam kemasan yang didinginkan atau bertekanan.

Produk ini dapat ditransportasikan dengan kapal tanker, gerbong tangki / RTW, skid tank atau pipa. LPG bisa ditransportasikan ke fasilitas pengisian tabung LPG dimana sejumlah besar tabung penggunaan domestik dan industri diisi. LPG juga bisa ditransportasikan langsung ke konsumen yang memiliki kebutuhan besar.

LPG untuk konsumsi rumah tangga / konsumen kecil disimpan di media berbentuk tabung kecil berukuran 3 kg, 12 kg dan 50 kg. Kemasan tabung ini dapat ditaruh di SPBU, gudang khusus atau warung. Tabung LPG dapat diisi ulang di tempat pengisian tabung.

Keterangan rinci dari masing-masing sistem akan dijelaskan pada bagian lain dari panduan ini.

3.2.0. PENYIMPANAN

3.2.1. Pendahuluan Bagian ini memuat persyaratan minimum untuk instalasi penerimaan, penyimpanan dan pengapalan LPG, penyimpanan persediaan di bagian pengisian tabung LPG, SPBLGV, Agen dan konsumen industri.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 11 / 112

Gambar 3.2. Typical LPG Systems

3.2.2. Desain Fasilitas Tangki timbun, fasiitas operasi dan fasilitas lainnya harus ditempatkan pada jarak yang aman sesuai gambar 3.3. Bila akan ada pengembangan, hendaknya telah telah dialokasikan ruangan / space untuk pengembangan tersebut.

Penempatan fasilitas LPG harus memperhatikan kemungkinan bahaya eksternal seperti bahaya ledakan, kabel listrik dan kendaraan.

Tempat bongkar muat LPG agar dibuat pondasi yang kuat dan datar (cor beton) dengan kapasitas sesuai jenis skid tank yang akan beroperasi.

Refigerate Tank Spherical

Tank Horiz.

HA Tank

HA Tank

HA Tank

Jalur Pipa

Jalur Pipa

Tongkang/Tanker

HA Tank HA Tank HA Tank

KilangLPG

Terminal / DepotLPG

Skid Tank

Skid Tank

Skid Tank

HA Tank

Skid Tank

Skid Tank

Industri SPBLGV SPPBE

Proses

Botol LPG Vehicle

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 12 / 112

Metode transfer, hubungan, jumlah pengiriman dan peralatannya harus sesuai dengan persyaratan pengangkutan dan karakteristik peralatan pemindahan. Pertimbangan khusus untuk berbagai jenis fasilitas bongkar-muat dibahas dalam bagian pemindahan / transfer.

Semua peralatan dan material yang digunakan harus cocok dan didesain khusus untuk pelayanan LPG. Untuk mencegah benturan agar disediakan penghalang, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3.30.

Pagar pengaman keliling harus dipasang untuk mengontrol akses terhadap fasilitas dan untuk menghindari masuknya orang yang tidak bertanggung jawab. Gerbang / pintu tambahan disediakan untuk jalan keluar darurat bagi orang-orang dan kendaraan.

Daerah yang diklasifikasikan berbahaya atau ada proses pengerjaan terjadi dimalam hari diberi penerangan yang cukup.

Sarana dan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja seperti tanda peringatan dan tanda dilarang merokok harus dipasang mengacu standar yang berlaku dan konsultasi dengan fungsi terkait.

3.2.3. Persyaratan Penyimpanan Jika tabung penyimpanan digunakan untuk mengisi LPG, harus dipertimbangkan kapasitas ruang uap tabung tersebut, karena hal ini menentukan ukuran tabung dan perlu atau tidaknya peralatan penguapan.

Kapasitas tangki timbunbiasanya bervariasi dari 40 M3 (1.400 ft3) hingga 7000 M3 (250.000 ft3). Bentuknya bisa silinder (seperti peluru) atau bulat (spherical). Perkiraan kapasitas maksimum adalah antara 200 M3 (7000 ft3 ) untuk tangki silinder dan 8000 m3 (280.000 ft3) untuk tangki spherical propana dan 7000 M3 (250.000 ft3) untuk tangki spherical butana.

Untuk kapasitas lebih besar dari 2.400 M3 (85.000 ft3), perlu dipertimbangkan penyimpanan dalam bentuk refrigerated (penyimpanan yang didinginkan).

Tangki timbun type refrigerated tidak dibahas pada sub-bab ini. Tangki timbun kapasitas besar yang dibahas berikut hanya tangki timbun bertekanan tinggi.

Tangki bulat (spherical) langsung dibuat ditempat dan selalu diatas tanah, biasanya digunakan untuk penyimpanan LPG kapasitas besar.

Tangki Timbun horisontal merupakan jenis yang paling umum untuk penyimpanan LPG bertekanan dan tersedia dalam desain buatan pabrik. Tabung tersebut dapat disimpan dalam bentuk underground atau aboveground. Tangki timbun Underground memberikan keamanan terhadap kebakaran dan kebutuhan akan persyaratan jarak dapat dikurangi. Umumnya, pemasangan Aboveground dilengkapi Fire Protection, akan menghabiskan biaya yang sama dengan sistem Underground.

Tabung silinder vertikal kecil hanya boleh digunakan ketika syarat ruang yang tersedia tidak memenuhi untuk pemasangan horisontal.

Warna yang direkomendasikan untuk tangki timbun besar di atas tanah adalah putih.

.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 13 / 112 3.2.4. Persyaratan Jarak Fasilitas LPG

Tangki timbun sebaiknya ditempatkan di suatu tempat yang lebih tinggi dan diberi kemiringan minimum 1% (API 2510) sehingga bila terjadi kebocoran, cairan / uap menjauh dari tangki timbun.

Karena LPG sangat mudah menguap, tanggul tidak selalu dibutuhkan, namun perlu meningkatkan proteksi dari potensi sumber api. Namun, bila digunakan, tanggul sebaiknya tidak mengganggu saluran pembuangan uap dari tangki. Saluran pembuangan sebaiknya diarahkan menjauhi tangki dan salurannya.

Tangki LPG tidak boleh ditempatkan dalam tanggul yang sama dengan semua jenis bahan flammable cair atau tangki yang dilengkapi pemanas.

Jika sebuah silinder pecah dalam api, bagian tabung akan terdorong sesuai poros longitudinalnya. Pada pemasangan di atas tanah, poros panjang tangki harus dipasang tegak lurus filling hall, daerah pemukiman padat, peralatan penting atau berharga, atau penyimpanan zat cair yang mudah terbakar dalam jumlah besar. Apabila syarat di atas tidak dapat dipenuhi, disarankan untuk menimbun silinder ini / semi burried.

Tangki sebaiknya ditempatkan dengan jarak aman yang cukup dengan fasilitas lainnya, seperti gedung dan gudang.

Gambar 3.3. LPG Distance Requirements (Spacing chart)

EMERGENCY EXIT

TRUCK TRANSPORT OR RAIL TANK CAR UNLOADING

PROPERTY LINE THAT CAN BE BUILT ON

OFFICE AND

WAREHOUSE GATE HOUSE

7,5 M (25’)

REPAIR SHOP

15 M (50’)

15 M (50’)

FROM PROPERTY LINE THAT CAN BE BUILT ON

FROM OUTDOOR PLACE OFPUBLIC ASSEMBLY , SCHOOL YARD,

PLAY GROUND ETC

30 M (100’)

FILLING ROOM

COMPRESSORPUMP HOUSE

3 M (10’)

15 M (50’)

23 M (75’) OVER 30.000 USG LPG STORAGE

FLAMMABLELIQUID TANK

DIKE

15 M (50’)

CYLINDER STORAGE

PLATFORM AT

TRUCK HEIGHT

7,5 M (25’)STORAGE

PROPERTY LINE THAT CAN BE

BUILT ON

15 M (50’) 23 M (75’) 30 M (100’)

7,5 M (25’)

15 M (50’)

WATER CAP.OF EACH VESSEL

JALUR KERETA API

15 M (50’)

15 M (50’)

7.5 – 113 M3114 – 264 M3 265 – 340 M3

15m (50’) PREFERED

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 14 / 112

Tabel 3.6. Safety Distances

Minimum Distances meters (feet) Water capacity per Container Cubic meters: m3; (Cubic feet: ft3.) Mounded or

Underground containers

Above ground Containers

Between Containers

Less than 0.5 (16) 0.5+ to 1.0 (16+ to 35) 1.0+ to 1.9 (35+ to 67) 1.9+ to 7.6 (67+ to 268) 7.6+ to 114 (268+ to 4.020) 114+ to 265 (4.020+ to 9.340) 265+ to 341 (9.340+ to 12.000) 341+ to 454 (12.000+ to 16.000) 454+ to 757 (16.000+ to 26.700) 757+ to 3765 (26.700+ to 133.400)Over 3765 (133.400)

3 (10) 3 (10) 3 (10) 3 (10)

15 (50) 15 (50) 15 (50) 15 (50)

None 3 (10) 3 (10)

7.5 (25) 15 (50) 23 (75)

30 (100) 38 (125) 61 (200) 91 (300) 122 (400

None None 1 (3) 1 (3)

1.5 (5) A A A A A A

Note. A: 25% of sum of diameters of adjacent containers

3.2.5. Design Tangki LPG Tekanan design tangki timbun LPG tidak boleh kurang dari tekanan uap LPG yang sesungguhnya ketika disimpan pada temperatur ambient tertinggi.

Tangki untuk campuran propana-butana sebaiknya dirancang untuk tekanan propana 100%. Tekanan design tinggi ini tidak akan membatasi penggunaan tangki untuk semua produk LPG dengan perbedaan tekanan uap nantinya. Namun, jika tangki hanya berisi butana, maka tekanan design bisa dibuat lebih rendah.

Design tangki haruslah memasukan rancangan sistem penyimpanan LPG yang memuat semua perlengkapan tangki seperti Pressure Relief Valve (PRV) dan Vacuum, Valve Outlet, dll.

Design, pabrikasi, inspeksi dan pengujian tangki haruslah sesuai dengan tekanan yang ditetapkan pada kode tangki dan ketentuan pejabat yang berwenang (Migas/Depnaker).

Nameplate ditempel pada tiap tangki dengan memuat informasi pada Tabel 3.7.

Pondasi, kaki-kaki dan struktur penunjang dari tangki timbun harus dirancang untuk mampu mengamankan, menopang, tahan api dan korosi. Design harus mampu menopang bila tangki diisi air penuh.

Tangki horizontal harus dibuat miring kearah pipa drain. Ujung Pipa Outlet harus dibuat berada sedikit di atas pipa drain, agar impuritis dan air tidak terbawa dalam penyaluran.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 15 / 112

Table 3.7. Plat Data / Nameplate

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (I)

(m) (n)

Kode Design Volume tangki Tekanan Kerja Maksimum yang diijinkan Tekanan Kerja Minimum yang diijinkan Temperatur Maksimum yang diijinkan Tekanan Minimum yang diijinkan Tujuan materi luar Nomor Serial Tanggal pembuatan Tempat pembuatan Tanggal uji coba Tekanan Uji yang dilakukan Tanda uji otoritas Pengawasan untuk pengujian tanda berkala

3.2.5. Tangki Bawah Tanah / Semi-burried / underground tank Tangki harus tertutup tanah setidaknya 300 mm (12 in) dan ditempatkan pada pondasi yang tetap/concrete selanjutnya ditimbun dengan pasir agar memudahkan untuk pemeriksaan dan perbaikan tangki (lihat gambar).

Arah poros tangki tidaklah sepenting pemasangan di atas tanah, dan tangki dapat disimpan dengan jarak lebih dekat hanya menyisakan ruang yang cukup untuk inspeksi dan perawatan..

Permukaan tangki timbun underground harus dilapisi anti karat seperti ”inorganic pigmented” epoxy atau polyester. Catodic Protection System pada anoda atau arus listrik harus dipasang dan diperiksa secara berkala.

Gambar 3.4. Underground Tank Installation

DOMING FLANGED AWAY FROM DOME

CABLE CLAMP

ANODA CABLE

SACRIFICIAL ANODE (BAG OF MAGNESIUM POWDER)

SACRIFICIAL ANODE (MAGNESIUM ROD)

150 mm – 300 mm (6’’ – 12’’ )

300 mm (12 in)

25 mm – 150 mm (1’’ – 6’’ )

150 mm – 300 mm (6’ – 12’ ) COARSE SAND

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 16 / 112

Perpipaan tangki underground dikelompokkan bersama dan biasanya terbentang melewati manhole dengan bukaan pada level dasar. Biasanya satu jenis lubang tersedia. Ketika terdapat dua lubang, satu haruslah digunakan untuk saluran tangki dan satu lagi ditujukan untuk jalan masuk inspeksi tangki / manhole.

Saluran drain tangki biasanya ditempatkan diujung tangki dan terbuka untuk tujuan perawatan dan pengambilan sampel.

Untuk menjaga pengaruh level air yang tinggi dibawah tanah, tangki agar dijangkar yang kuat untuk mencegah tangki mengambang ke atas tanah.

Sebuah pipa vertikal dengan diameter 100 mm (4 in) harus dipasang dari bawah tangki untuk memonitor atmosfir dekat dasar tangki.

Gambar 3.5. Assesories Tangki LPG

1. Emergency Shutoff valves 2. Excess-flow valve 3. Automatic location for excess-flow valve 4. Pressure gage 5. Rotary-type liquid level gage or magnetic float gage 6. Thermometer 7. Thermometer well 8. Bottom-outlet plug 9. Backflow check valve 10. Fixed liquid level gage

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 17 / 112 3.2.6. Aksesori Tangki

Tangki harus dilengkapi dengan peralatan berikut.

3.2.6.1. Pengukur / Level Cairan Setiap tangki harus dilengkapi dengan pengukur level cairan yang sesuai ditambah alat ukur cadangan. Bila rusak, alat ukur tersebut harus dapat diganti tanpa menghentikan operasional tangki. Alat ukur jenis kolom kaca tidak boleh digunakan.

Alat ukur level cairan bisa berupa fixed atau variabled. Fixed level gage menunjukkan jumlah uap atau zat cair pada level tertentu dalam tangki atau kontainer. Dalam pengoperasiannya, sangat penting untuk membuka atau membuang produk ke atmosfir, mengamati perubahannya untuk menentukan apakah uap atau zat cair mengalir.

Variable Liquid Level gauge (Alat Ukur variabel) digunakan untuk menentukan, baik secara manual maupun otomatis, level cairan dalam tangki. Alat ukur variabel yang memerlukan pembukaan atau pengaliran, harus dioperasikan secara manual dengan menempatkan ujung tabung pada level cairan.

Alat ukur variable yang tidak memerlukan bukaan atau pengaliran, menggunakan pelampung yang mengikuti pergerakan level cairan didalam tangki. Posisi pelampung secara tetap menunjukkan level cairan dengan mekannisme pita atau dial.

Beberapa jenis alat pengukur yang umum digunakan adalah:

(a) Fixed Liquid Level Gage (Alat ukur ketinggian cairan tetap) – alat ini terdiri dari katup ventilasi kecil pada bagian shell atau head dari kontainer. Bagian inlet dari alat ini berada pada ketinggian yang telah ditentukan sebelumnya atau dihubungkan dengan pipa ketinggian tertentu. Alat ukur ini dirancang untuk mengindikasikan apakah ketinggian cairan sudah mencapai ketinggian yang sudah ditentukan sebelumnya

(b) Rotary Gage (Alat ukur ketinggian cairan rotary) – Alat ukur ketinggian

cairan yang dapat disesuaikan terdiri dari katup positive shutoff (PSV) berukuran kecil yang berada di ujung terluar pipa pengukur. Ujung bagian lainnya terhubung dengan bagian dalam tangki timbun. Pipa pengukur dipasang pada sebuah fitting yang memungkinkan pipa pengukur untuk diputar dan sebuah penunjuk dipasang untuk menunjukkan posisi dari belokan ujung bagian dalam. Panjang dari pipa pengukur dan posisi pemasangannya disesuaikan dengan variasi ketinggian yang akan diukur. Dengan skala yang sesuai, ketinggian cairan dalam tangki timbun, dimana bagian dalam terdalam pipa mulai dimasuki cairan, dapat dibaca dari posisi penunjuk pada skala tersebut.

(c) Slip Tube Gage – Alat pengukur ketinggian cairan yang dapat disesuaikan

dimana sebuah katup positive shutoff (PSV) yang relative kecil terletak pada ujung luar pipa pengukur yang lurus, biasanya terpasang dalam posisi vertical, dan terhubung dengan bagian dalam tangki timbun. Lubang

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 18 / 112

pemasangan untuk pipa ukur ini dirancang agar pipa pengukur dapat dimasukan dan ditarik dari tangki timbun dan ketinggian cairan ditentukan dengan dengan mengamati sat katup positif shutoff terbuka untuk membuang campuran uap dan cairan. Alat ini tidak direkomendasikan karena adanya proses venting (pembuangan ke atmosfer) LPG dan bahan bahan berbahaya yang berada dalam tagki timbun.

(d) Magnetic Gages – Sebuah alat ukur ketinggian yang terdiri dari sebuah

pelampung yang berada dalam vessel dan terletak pada permukaan cairan yang akan mengirimkan posisi ketinggian melalui tuas yang sesuai yang dihubungkan dengan alat penunjuk yang berada diluar vessel. Karena tidak ada proses venting LPG yang diperlukan, alat ini sangat direkomendasikan.

(e) Tape and Float Gages – Alat ukur pita dan pelampung dengan alat

pembacaan yang berlokasi ditempat lain dapat digunakan pada instalasi industri besar.

(f) Direct-Reading Gages- Alat Ukur pembacaan Langsung; alat ukur pantulan

dan tembus pandang terdiri dari rumah dari baja yang sangat kuat dan kaca tebal. Sambungan dengan vessel harus dilengkapi dengan ball check atau peralatan pelindung yang mirip.

3.2.6.2. Pressure Gage (Alat ukur tekanan) Pressure gage – alat ukur tekanan yang dipasang pada ruang uap harus dipasang pada setiap vessel dan dilengkapi dengan shut-off valve antara alat ukur tekanan dan vessel. Jika bukaan efektif pada vessel memperbolehkan aliran yang lebih besar dari aliran pada drill size 1.4mm (Number 54) maka harus dipasang excess flow valve.

Gambar 3.6. Typical of LPG Gauges

10

30

20

50

40 50 60

70

80

90

100

PERCENTAGE OF TOTAL VOLUME

DIAL FACE Pressure Gauge

Variable Liquid Level Gauge

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 19 / 112 3.2.6.3. Thermometer

Tiap tangki timbun harus dilengkapi dengan thermometerwell dan thermometer.

3.2.6.4. High Level Alarm Semua tangki timbun baik spheric maupun horizontal yang dimungkinkan diisi dengan cepat harus dipasang High level Alarm. Sinyalnya harus dipasang dapat didengar baik disekitar tangki dan didalam Controll Room.

3.2.6.5. Valve (Katup) Semua valve yang digunakan dalam sistem LPG harus tahan api dan didesain khusus untuk LPG. Katup dan kemasannya, seperti grafit, harus dipelihara dengan baik untuk efisiensi operasional dan meminimalisir kebocoran.

Gambar 3.7. Globe Valve

Semua bagian yang memiliki tekanan pada katup haruslah terbuat dari baja, besi nodular atau material sejenis. Besi tempa tidak boleh digunakan.

Koneksi valve harus dengan flange (flensa); namun, bila ukurannya 50 mm (2 in) atau kurang, koneksi dengan drat diijinkan.

Banyak tipe katup yang digunakan dalam sistem LPG. Di bawah ini didiskusikan beberapa rancangan, pengoperasian dan kegunaan tipe-tipe utama:

a. Shut-off Valve (Katup Penutup) Katup penutup merupakan katup bola, globe atau sudut yang dioperasikan secara manual. Peralatan tersebut harus mampu kedap dari bocor ketika tekanan terjadi ke semua arah. Katup ini dikonstruksikan dari material yang cocok untuk tekanan dan temperature ekstrim.

Katup penutup haruslah dipasang dalam zat cair dan saluran uap dengan lubang aliran pada salah satu arahnya, sepraktis mungkin terhadap tangki, garis pemutus dan posisi lainnya yang mampu mendukung kontrol terhadap aliran dan tekanan positif yang cukup.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 20 / 112

Shutoff valves yang digunakan dalam sistem LPG harus memiliki karakter positive bubbletight shutoff. Untuk mendapatkan sifat tersebut, maka dianjurkan untuk memakai bahan seating yang elastis (resilient). Akan tetapi material yang elastis sangat rentan terhadap kerusakan jika terjadi kebakaran. Semua katup dengan bahan seating yang elastis selain gate valve API 600/602 yang dimodifikasi, harus memenuhi persyaratan ketahanan api yang disyaratkan oleh API 607 Katup lain yang cocok digunakan adalah ball valve dan/atau butterfly-valve yang tahan api. Ball valves dengan double-sealing dianjurkan untuk dipakai pada sistem LPG. Double sealing mempunyai sifat penutupan anti bocor ketika dikenai tekanan dari sisi manapun. Jenis ball valve yang hanya mampu menahan tekanan dari satu sisi saja tidak dianjurkan untuk dipakai Rumah katup harus terbuat dari baja karbon tempa (forged) atau cor (cast). Gate dan globe valve harus dibuat berdasarkan standard katup API. Sebagian besar gate dan globe valve berukuran NPS 3 (NPS = nominal pipe size, inches) atau lebih besar harus dibeli dengan menyertakan bahan seating elastis (resilient) pada piringan atau gerbangnya agar didapatkan penutupan yang sangat rapat

b. Emergency Shut-off Valve ini dihubungkan dengan sistem aman-tidaknya penutupan yang secara menyeluruh menutup katup dan menghentikan pompa atau kompresor.

c. Backflow Check Valves Backflow check valves berperan sangat penting dalam keamanan bukaan vessel dan perpipaan yang berfungsi untuk menjaga aliran hanya dalam satu arah saja. Semua jalur pengisian atau jalur pengembalian cairan pada vessel yang dirancang hanya untuk aliran satu arah harus dilengkapi dengan backflow check valve. Beberapa dari katup ini hanya didesain untuk pemasangan pada vessel saja, sebagian lain dapat dipasang baik pada vessel maupun perpipaan Backflow check valveharus dipasang pada sisi keluaran dari semua pompa sentrifugal. Semua jalur pada terminal pembongkaran yang diperuntukan sebagai penerima cairan harus dilengkapi dengan backflow check valve. Katup ini harus dipasang dengan positive shutoff valve sedekat mungkin dengan titik jangkar dan sisi proses dari titik jangkar. Backflow check valve harus dipasang pada perpipaan yang panjang yang dirancang hanya untuk satu arah dan backflow dari sejumlah besar cairan tersebut dianggap berbahaya

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 21 / 112

Gambar 3.8. Back flow check valve

d. Excess Flow Check Valves excess-flow valve akan menutup jika perpipaan pada sisi keluar katup ini mengalami kebocoran dengan jumlah sama atau lebih besar dari kapasitas rata-rata dari excess-flow valve. Penutupan juga dapat diakibatkan oleh kenaikan tekanan secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh pompa. Untuk membuka kembali excess-flow valve yang sudah tertutup, maka katup lain pada sisi keluar excess flow valve harus ditutup untuk menyamakan tekanan pada sisi masuk dan keluar excess flow valve. Excess-flow valve biasanya dipilih dengan laju aliran rata-rata untuk menutup yang lebih besar sekitar 50% dari perkiraan kapasitas normalnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari chatter (membuka dan menutup dalam frekuensi yang tinggi) atau tertutup akibat adanya kenaikan tekanan yang tiba-tiba pada operasi normal akibat pembukaan control valve secara tiba-tiba. Semua bukaan vessel untuk aliran cairan ataupun uap, baik masuk atau keluar, harus dilengkapi dengan excess-flow valve. Sambungan pressure relief valve, peralatan pengukur ketinggian, dan sambungan pengukur tekanan dikecualikan dari persyaratan ini.. Semua jalur dan selang pengisian dan pembongkaran dimana dimungkinkan terjadi aliran dalam dua arah harus dilindungi oleh excess-flow valve. Katupini dan positive shutoff valve, harus dipasang pada perpipaan sedekat

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 22 / 112

mungkin dengan ujung selang atau cabang pengisian. Jika terjadi kebocoran pada selang atau cabang pengisian, excess-flow valve akan menutup dan memungkinkan operator untuk menutup shutoff valve secara manual Pemasangan excess-flow valves diatur dalam NFPA 58.

Gambar 3. 9. Excess Flow Valve

e. Bypass Valves Differential pressure valve pada sistem pompa memungkinkan pompa untuk mendapatkan tekanan yang cukup tinggi untuk menghasilkan laju aliran yang diinginkan, juga untuk membatasi perbedaan tekanan antara sisi masuk dan sisi keluar pompa. Keluaran dari differential pressure valve dalam sistem pompa harus dialirkan kembali kedalam vessel dimana pompa mendapatkan suplainya. Jika tidak dapat dilakukan maka keluarannya harus dialirkan kembali ke sisi hisap pompa dengan jarak minimal 5 m (15ft) dari sisi hisap pompa Uap akan terbentuk ketika differential valve beroperasi. Uap ini dapat mengalir kedalam pompa dan mengakibatkan ikatan uap jika keluaran katup dihubungkan terlalu dekat dengan sisi hisap pompa. Differential pressure valve juga dipasang setelah liquid meter untuk mencegah pembentukan uap yang mungkin terjadi karena tekanan pada atau sebelum meter jatuh dibawah tekanan uap fluida tersebut. Pembacaan meter akan tidak tepat jika uap melewati peralatan pengukuran ini. Katup ini juga berfungsi sebagai peralatan shutoff yang akan mencegah aliran kecuali pompa telah beroperasi. Sebagian besar katup ini dapat menyesuaikan perbedaan tekanan yang diinginkan dengan menyesuaikan pegas dalam katup ini.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 23 / 112

Differential pressure bypass valve tidak akan membatasi besar tekanan yang sebenarnya; katup ini hanya membatasi perbedaan tekanan dengan sisi tekanan rendahnya. Jenis lain dari bypass valve akan membuka ketika tekanan pompa yang ditentukan sebelumnya sudah tercapai. Jenis ini merupakan katup tekanan balik dan kurang baik jika dibandingkan dengan katup perbedaan tekanan dalam beberapa situasi. Contoh penggunaannya adalah ketika uap akan ditekan hingga menjadi cairan dalam pengisian vessel tanpa jalur pengembalian uap dan di lokasi dimana temperatur lingkungan sangat.

f. Safety Relief Valves (Katup Relief Keselamatan) Thermal relief valves dirancang untuk pemasangan pada daerah manapun dari sistem perpipaan, atau dalam peralatan apapun, dimana cairan dapat terperangkap, terpanaskan, mengembang, dan menghasilkan tekanan yang tinggi. Contoh pada bagian pipa dengan shutoff valve di kedua sisinya, thermal relief valve harus dipasang pada bagian ini.

Gambar 3.10. Typical Types of LPG Safety Relief Valves

Katup ini diatur pada tekanan dibawah tekanan pemeriksaan pipa. Informasi untuk pengaturan tekanan katup ini dapat ditemukan pada NFPA 58. Thermal relief valve disambungkan langsung pada perpipaan dan manifold yang rentan terhadap kerusakan mekanikal, oleh karena itu lokasinya harus dipilih dengan baik dan perlindungan harus diberikan jika diperlukan.

A. External Relief Valve B. Sump-type full internal relief valve C. Full Internal Relief Valve D. Flush-type full internal relief valve E. Internal spring-type relief valve

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 24 / 112

Jika sisi keluaran thermal relief valve menuju atmosfer dan dapat menimbulkan kondisi berbahaya, maka sisi keluarannya dapat dilengkapi dengan pipa dan diperpanjang hingga ke daerah yang aman, dan dihitung ukurannya sehingga daerah free vent nya tidak berkurang. Keluaran dari vent minimal harus berjarak 15m (50 ft) ata 120 kali diameter pipa venting, diambil jarak yang paling besar.

Tabel 3.8. Safety Relief Valve Piping

Gambar 3.11. Internal safety valve

Safety relief piping shall terminate as follows:

2 meters above highest adjacent structure

4 meters above highest adjacent platform

5 meters above grade 15 meters or 120 pipe diameters away from

whichever is the greater

structure or platform when termination elevation not as

above 30 meters or 120 pipe diameters away from,

whichever is the greater top of boiler flue gas stacks

Typical Valve Installation

VALVE PUMP OR LINE PUMP RF FLANGE

MODIFIED

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 25 / 112

g. Quick-Closing Internal Valves

Katup-katup ini didisain secara khusus untuk maksud-maksud penutupan sebagai berikut:

Penutupan secara otomatis (automatic shutoff) melalui aktuasi panas atau kebakaran

Penutupan secara manual dari jarak jauh.

Penutupan secara manual di lokasi instalasi.

Hal di atas bisa disempurnakan lagi dengan menggunakan berbagai disain sistem penutupan (shutoff). Dua hal yang umum adalah:

Penutupan jarak jauh yang digerakkan secara mekanik dengan menggunakan seutas kawat untuk menutup katup dari suatu lokasi jarak jauh.

Penutupan jarak jauh dengan pneumatik listrik yang bekerja berdasarkan tekanan udara untuk menjaga katup tetap terbuka. Katup menutup saat suplai udara dihilangkan baik secara elektrik pada pemberhentian darurat atau dengan pembakaran aliran udara yang terhubung ke katup.

Gabungan pergerakan katup dengan operasi lainnya seperti pompa, power take off atau rem truck dan penutupan darurat harus menggunakan fusible links, hubungan mekanik atau pelepasan listrik darurat.

Penggunaan Quick dosing internal valves meningkatkan kinerja peralatan penutupan eksternal. Bagian penutup sebagai bagian yang kritis dari peralatan katub berada di dalam tangki mencantel langsung ke pembuka tangki, sehingga katup tidak rusak. Ketika aliran diperlukan, katup bisa dibuka secara mekanik, hydraulic atau pneumatic.

h. Internal Safety Control (ISC) Valves Internal Safety Control valve merupakan gabungan semua keistimewaan (feature) dari quick closing internal valves dan excess flow check valve.

i. Emergency Shutoff Valves Semua valve inlet dan outlet tangki sebaiknya dilengkapi dengan primary shut-off (penghenti utama) dan secondary shut-off (untuk keadaan darurat) dengan salah satu cara sebagai berikut :

Internal safety control valve (lebih baik digunakan yang baru).

Quick closing internal valve dengan ‘execee flow check valve’.

‘Internal Excess Flow Check Valve’ dengan ‘fail safe emergency shutdown valve.

Jalur aliran digunakan hanya untuk mengisi katup penyimpanan, katup pengecek aliran berlebih atau back flow check valve dengan katup darurat penghentian kegagalan yang aman.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 26 / 112

Alternatif lain harus dilihat kembali sesuai dengan panduan keteknikan untuk memastikan adanya proteksi yang cukup.

Gambar 3.12. Emergency Shut-off Valves

3.2.7. POMPA

Pompa sebaiknya digunakan sebagai pengganti kompresor ketika:

Curahan pengisap tersedia Vapor recovery tidak dibutuhkan. Perbedaan tekanan di atas 200 kPa (30 psi) Aliran cairan harus dihitung Biaya awal yang murah menjadi sangat esensial.

Pompa, kompresor dan sistem perpipaan (piping systems) harus dihitung untuk mencocokkan katup dan menyediakan waktu berhenti yang cukup untuk mencegah kelebihan pengisian.

Umumnya laju pemuatan rata-rata 11 m3/h (400 ft3/h) sampai 22 m3/h (780 ft3/h) untuk unit skid tank sampai kapasitas 9500 liter (350 ft3). Sedangkan untuk laju pemuatan rata-rata 22 m3/h (780 ft3/h) sampai 44 m3/h (1,600 ft3/h) untuk pengisian 38,000 liter (1,350 ft3) unit. Laju rata-rata tersebut dapat dicapai karena fasilitas pengisian berupa unit pompa. Pompa bisa sentrifugal, reciprocal, gear atau tipe lainnya khususnya disain untuk meng-handle cairan LPG yang mempunyai pelumasan rendah dan juga specific gravity-nya. Pompa LPG juga membutuhkan peralatan relief yang cocok.

Semua perlengkapan pompa yang digunakan semua shaft dan katup (valve) stem static seals, pengaturan disk dan material non metallic lainnya kedap terhadap cairan LPG dan uap. Material static seal seperti ring "O" haruslah material fluroelastomer seperti viton. Material seal pompa harus dibuat dari karbida karbon/tungsten.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 27 / 112

Besi tuang kelabu atau besi ulet tidak cocok bagian pompa LPG, biasa digunakan baja.

Gbr. 3.13. Pump System Schematic

Sistem pemompaan LPG dari satu tangki ke tangki lainnya dirancang menggunakan sistem tertutup tanpa ventilasi ke atmosfer. Sebelum pompa bekerja pada dua tangki mengandung LPG cair, tekanannya kira-kira akan sama. Jika tidak ada hubungan antara dua tangki, tekanan dalam tangki penerima akan meningkat selama produk ditransfer. Saat tekanan meningkat sebagian uap dalam tangki akan terkondensasi. Laju kondensasi/pendinginan uap dipengaruhi oleh penurunan tekanan antara outlet pompa dan temperatur uap produk pada tangki dan area permukaan cairan dalam tangki. Ketika cairan disemprotkan ke dalam tanki, dari atas, pengaruh pendinginan akan meningkat dan tidak sebanyak penurunan tekanan, untuk rata-rata laju yang dibutuhkan.

Penghitungan / kalkulasi yang rinci diperlukan untuk memprediksi tekanan yang meningkat dalam tangki ketika menggunakan spray filling. Umumnya tekanan meningkat kira-kira 25% dari peningkatan akibat non-sprayed liquid filling.

Jalur dan ukuran yang tepat harus memungkinkan penurunan tekanan sampai 500 kPa (75 psi). Beberapa sistem pemompaan memungkinkan penurunan tekanan yang lebih tinggi yang diperlukan untuk antisipasi pada hari paling hangat kombinasi tekanan tidak akan melebihi setting relief valve pada tangki.

Pemasangan jalur uap antara dua tangki akan mengurangi sejumlah besar penurunan tekanan. Ketika terjadi perpindahan uap terjadi tahanan aliran melalui jalur cairan, ditambah tahanan jalur uap. Hal ini kira-kira 275 kPa. Sejumlah uap akan ditransfer dari tangki terisi ke tangki kosong.

BYPASS VALVE

METER ASSEMBLY

SUPPLY TANK PRESSURE

SUPPLY TANK

PUM

PUMP INLET PRESSURE

PUMP OUTLET PRESSURE VAPOR ELIMINATOR

METER CHAMBER

TANK TO BE FILLED

METER PRESSURE

DIFFERENTIAL VALVE

HOSE P

P

P

P

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 28 / 112

Untuk memastikan pompa bebas kavitasi, pompa dijalankan pada putaran maksimum pada minimum Net Positive Suction Head (NPSH) pada jalur tengah impeler pompa.

Saringan kasar (mesh) dipasang pada inlet pompa untuk melindungi pompa dari kerusakan mekanis. Penyaring sebaiknya dicek dan dibersihkan paling tidak setiap 6 bulan sekali, bagaimanapun inspeksi secara langsung diperlukan setelah pelaksanaan pekerjaan sistem baru.

Saat dilakukan Pemeliharaan pompa hendaknya dilakukan isolasi pada inlet dan outlet valve. Check valve dipasang antara outlet pompa dan valve outlet.

Untuk melindungi pompa terhadap pengoperasian pada laju aliran rendah yang terus menerus, aliran melewati loop perpipaan dan katup.

LPG harus kembali ke katup pengisap untuk mencegah lubang selama waktu yang panjang melewati pengoperasian, waktu relay harus menghentikan pompa setelah periode waktu tertentu atau ketika temperatur mencapai nilai diatas temperatur tangki penyimpanan.

Pompa jangan diletakkan dibawah tangki LPG. Semua perlengkapan listrik pada pompa harus cocok untuk klasifikasi area listrik berbahaya. Bila menggunakan remote starters, harus dipasang isolasi tahan api dengan lockout.

Kebanyakan penyimpanan dan tangki transportasi biasanya tanpa pemuatan dengan pompa cairan. Bagaimanapun tidak bisa dihilangkan dari penguapan dalam tangki. Prosedur dasar adalah sama ketika penggunaan kompresor kecuali pompa tersebut dihubungkan dalam jalur cairan dari tangki suplai ke tangki penerima.

Jalur uap antara tangki harus berukuran cukup untuk mencegah penurunan tekanan tangki suplai di bawah tekanan dalam tangki penerima sehingga menyebabkan pengkuncian uap dalam pompa dan penyusunan transfer.

Peraturan umum, yang diinginkan dalam semua pengoperasian pompa LPG untuk penyusunan pipa-pipa terjadi "pengisapan luapan". Penghubung inlet pompa diposisikan jadi cairan LPG bebas mengalir dari tangki yang diambil.

Sistem pemompaan adalah penting. Liquid harus dipenuhi pada jalur pipa isap pompa; karena itu rekomendasi manufacturer pompa harus manjadi referensi prosedur pengoperasian.

3.2.8. Prosedur Umum Pemuatan/Pembongkaran LPG

Berikut ini adalah prosedur umum yang harus diikuti dalam setiap operasi pemompaan cairan LPG:

1. Buka hanya katup cairan yang bekerja dari tangki suplai ke tangki penerima, jika tekanan dalam tangki suplai lebih besar dari tekanan dalam tangki penerima.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 29 / 112

Jika tekanan tangki suplai tidak banyak berbeda dengan tekanan tangki penerima, buka perlahan katup uap pada suplai tangki dan penerima vesel dan biarkan tekanan sesuai persamaan.

Perlahan dan secara lengkap buka katup cairan tangki suplai dan tangki penerima dan transfer cairan akan dimulai.

2. Hidupkan pompa segera dimulai transfer cairan. Hal yang sangat penting adalah bahwa katup uap harus dibuka untuk mencegah tekanan tangki suplai jatuh di bawah tekanan dalam tangki penerima.

Cek pengoperasian dengan katup bypass pada pompa dan pastikan terbuka untuk menghilangkan uap yang terperangkap yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius.

3. Inspeksi pompa dan sight - flow glass pada interval waktu tertentu untuk memastikan proses transfer cairan berlanjut.

Jika katup pemeriksa aliran berlebih tertutup, dan perlunya untuk menghentikan pompa, tutup katup cairan pada tangki suplai dan beri waktu yang cukup untuk persamaan tekanan untuk membuka kembali katup pemeriksa aliran berlebih.

4. Tutup katup jalur cairan dan uap setelah kandungan cairan telah dipindahkan dari tangki suplai.

Gambar 3.14. Compressor System Schematic

3.2.9. Kompresor Pada kegiatan pemindahan, kompresor digunakan untuk membuat perbedaan tekanan antara dua vessel sehingga terjadi aliran dari vessel yang bertekanan lebih tinggi. Kompresor juga dipakai untuk mengalirkan uap sisa dari vessel dan fasilitas lain dalam kegiatan pemindahan dan perawatan. Dalam merancang sistem kompresor, harus dipertimbangkan persyaratan keselamatan agar dapat

SUPPLY TANK

RECEIVER TANK

COMPRESSOR SUCTION LINE (VAPOR)

COMPRESSOR DISCHARGE LINE (VAPOR)

COMPRESSOR

LIQUID LINE

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 30 / 112

dipakai dalam pengolahan uap LPG pada kondisi operasi tertentu dan sistem akan mencegah LPG cair masuk ke dalam sistem kompresor. Ukuran, konfigurasi dan kecepatan putar kompresor harus dipilih berdasarkan laju alir maksimum dan tekanan yang diperlukan. Laju aliran volume dan perbedaan tekanan yang umum digunakan dalam operasi pada depot pemasaran LPG adalah sebagai berikut:

Volume, std m3/h (scfm)* 25 to 340 (15 to 200) Perbedaan Tekanan, kPa (psi) 70 to 140 (10 to 20)

* Laju alir: std m3/h at 15.6°C and 101.325 kPa abs; scfm at 60°F and 14.7 psia.

Kompresor yang digunakan untuk kegiatan pemindahan pada depot pemasaran LPG sebagian besar dari jenis reciprocating piston. Besi yang tidak terlalu keras digunakan sebagai bahan piston dari kompresor untuk kompresor LPG. Kompresor harus memiliki minimal satu cut-off switch pada sisi keluaran kompresor atau peralatansejenis untuk mencegah kelebihan tekanan pada sisi keluaran. Perangkap cairan yang berukuran cukup, difabrikasi sesuai dengan pressure vessel code, harus dipasang pada sisi masuk kompresor untuk mencegah cairan masuk kedalam kompresor. Perangkap ini harus disertai dengan “high liquid level shutdown switch”, switch untuk alarm high liquid level yang berdiri sendiri, dan sambungan drain Kompresor harus dirancang untuk menghindari pengotoran uap LPG oleh minyak pelumas Kompresor tidak boleh ditempatkan dibawah vessel LPG dan harus ditempatkan di daerah yang cukup terbuka. Jika kompresor ditempatkan di tempat tertutup, maka harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Kompresor harus diamankan pada permukaan dasar atau baseplate yang baik sesuai dengan rekomendasi pembuat kompresor. Perpipaan kompresor harus disesuaikan dan disangga dengan baik sesuai dengan rekomendasi pembuat kompresor sehingga terhindar dari pembebanan yang berlebihan. Perpipaan untuk memindahkan LPG cair harus ditentukan ukurannya sehingga penurunan tekanan pada sistem tidak menimbulkan pengembunan yang berlebihan. Pengalaman pada instalasi LPG yang sudah umum memakai nilai penurunan tekanan maksimal 200 kPa (29 psi). Pasang perpiapaan untuk masukan dan keluaran compressor sehingga cairan yang dihasilkan akan mengalir menjauhi kompresor. Katup isolasi harus dipasang baik pada sisi masuk maupun keluar untuk memungkinkan pemindahan kompresor untuk perawatan dan mengurangi jumlah LPG yang dibuang ke atmosfir.

Motor listrik dan peralatan listrik lainnya harus memenuhi syarat untuk beroperasi pada daerah berbahaya. Jika peralatan berada di daerah terbuka maka peralatan tersebut harus tahan perubahan cuaca. Jika menggunakan remote starter maka harus dilengkapi dengan switch isolasi yang tahan api

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 31 / 112

untuk melindungi personil yang melakukan kegiatan perawatan pada kompresor tersebut.

Kompresor sebaiknya digunakan sebagai pengganti pompa ketika:

Recovery uap tidak diperlukan.

Penghisap luber tidak tersedia.

Saat dengan satu transfer peralatan diperlukan.

Dimana keberadaan piping hydraulics kurang baik.

Kompresor untuk pemuatan dan pembongkaran LPG sebaiknya didisain untuk 110% tekanan maksimum pembuangan kompresor, pada setiap titik pengoperasian, berdasarkan kondisi hisapan kompresor paling berat.

Gambar 3.15. Compressor for LPG

Kompresor jenis positif displacement sebaiknya dipasang bersama dengan sebuah pressure relief valve pada pembuangan dari tiap tahapan untuk mencegah tekanan berlebih dari peralatan. Pada kompresor jenis sentrifugal, untuk menjaga tekanan yang dibutuhkan diperlukan backflow check valve.

Untuk keperluan pemeliharaan, kompresor diisolasi dengan memasang block valve drain pada inlet kompresor.

Pipa inlet kompresor sebaiknya mempunyai sikat pengisap dengan ukuran yang sesuai dengan bagian knockout cairan. Sebuah drum knockout cairan dipasang secara terpisah, langsung ke hulu kompresor. Sikat atau drum penghisap dilengkapi dengan sight-glass, high liquid level alarm dan high liquid level switch untuk menghentikan kompresor utama ke pembawa cairan. Tangki harus dilengkapi dengan penyalur cairan yang menghilangkan cairan secara aman.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 32 / 112

Jika pelumas kompresor atau oli pelindung bisa mengkontaminasi aliran LPG, alat penghilang oli harus dipasang dalam kompresor pembuang. Untuk tujuan ini alat berefisiensi tinggi harus digunakan di jalur pembuang kompresor.

Kontrol kapasitas harus ada pada kompresor pembongkaran guna perlindungan. Kompresor pemindahan positif dilengkapi dengan sistem kontrol kapasitas pembongkaran dan sebuah automatic gas bypass loop. untuk aliran yang sangat rendah atau aliran sedang dalam tahapan sistem pembongkaran.

Kompresor sentrifugal memerlukan sistem anti-surge automatis untuk mencegah penggelombangan pada kompresor dan menyediakan metode penurunan kapasitas yang aman pada aliran kurang dari minimum, pada keadaan aliran inlet kompresor stabil.

Dalam kasus lain, panas kompresor harus dihilangkan dari gas sebelum dikembalikan ke kompresor pengisap. Pendinginan uap ini harus ada dalam sistem siklus (recyde). Beberapa metode digunakan untuk pendinginan gas ini dan termasuk: liquid spray cooling; udara ke gas atau cairan atau pemindah gas; dan mengembalikan gas ke tangki pengisap, dimana panas kompresor dihilangkan dengan cairan dalam tangki. Kegagalan pada pendinginan yang cukup akan menyebabkan mesin mengalami permasalahan dan kemungkinan peralatan menjadi rusak.

Semua peralatan yang digunakan dalam mentransfer LPG sebaiknya didisain untuk pelayanan tersebut. Konstruksi material sebaiknya cocok dengan karakteristik gas. Besi tuang kelabu tidak dapat digunakan untuk penahanan tekanan. Baja coran untuk kompresor sentrifugal dan kompresor rotary sebaiknya dipasang ketika uap LPG dalam keadaan terkompresi. Besi ulet umumnya digunakan untuk kompresor reciprocating tabung LPG dalam aplikasi ini.

Kompresor uap sering digunakan untuk mentransfer cairan LPG dengan mengambil uap dari tangki yang terisi, meningkatkan tekanan melalui kompresor, dan pembuangan uap bertekanan ke dalam tangki suplai. Penurunan tekanan antara tangki suplai dan tangki penerima memberikan gaya untuk mentransfer cairan menuju jalur pipa dari satu tangki ke tangki lainnya. Biasanya perbedaan tekanan yang diperlukan 70 kPA (10 Psi) sampai 140 kPa (200 Psi).

Kompresor uap menawarkan suatu keuntungan dimana sisa uap bisa dihilangkan setelah transfer cairan selesai.

Keterbatasan dari kompresor pentransfer adalah tidak akuratnya pengukuran yang mana bisa meningkat akibat cairan yang menguap, digabungkan dengan kurangnya konstanta tekanan pompa, mengijinkan percepatan terjadi di dalam ruang meteran.

Untuk menghilangkan uap, jalur cairan ditutup dan koneksi/hubungan pipa pada kompresor bolak-balik jadi uap diambil dari tangki suplai dan dibuang ke dalam tangki penerima. Seperti penjelasan sebelumnya, uap akan lebih mudah dikonversi ke cairan jika area permukaan cairan ditingkatkan. Hal ini dapat dipecahkan dengan membuang uap ke dalam bagian bawah tangki penerima sehingga terjadi mekanisme "bubble up" (pengelembungan) melalui cairan.

Kompresor yang digunakan untuk pembongkaran kapal, dioperasikan pada rating aliran maksimum dari katub aliran berlebih yang dipasang pada tangki

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 33 / 112

kapal, atau tangki penyimpanan pabrik ketika digunakan untuk pemuatan ke kapal. Ketika kompresor digunakan untuk mentransfer LPG, laju transfer cairan lebih rendah dari perpindahan uap pada kompresor.

Kompresor yang digunakan untuk operasi pemindahan cairan dan uap umumnya adalah tipe rotary atau reciprocating piston. Aliran volume kompresor dan perbedaan tekanan untuk operasi pemindahan adalah sebesar 15.6°C (60°F) dan 101.3 kPa abs (1atm): Volume: 25 m3 /h (880 ft3/h) sampai 340 m3 /h (12,000 ft3/h). Perbedaan tekanan: 70 kPa (10 psi) sampai 140 kPa (20 Psi).

Kompresor uap harus dipasang dalam udara terbuka, dalam posisi ventilasi yang baik, lokasinya paling tidak 4.5 m (15 ft) dari bangunan, tangki dan pembatas-pembatas pabrik.

Seluruh peralatan listrik yang berhubungan dengan kompresor harus cocok untuk klasifikasi area listrik berbahaya. Ketika remote starters dipasang, sebuah isolasi tahan api, dengan lockout, sebaiknya ditetapkan pada kompresor untuk memfasilitasi pelayanan yang aman atau ketika perbaikan.

Prosedur Pemuatan / Pembongkaran - Menggunakan Kompresor Untuk pembongkaran uap dengan menggunakan kompresor, yang tepat adalah dengan menjaga tekanan tangki suplai pada tekanan 35 kPa (5 psi) sampai 70 kPa (10 psi) di atas tekanan tangki penerima.

Akan tetapi, hal ini tergantung jarak antara kedua tangki, disain dari sistem perpipaan dan karakteristik operasi dari kompresor. Jika perbedaan tekanan terlalu besar, katup pengecek aliran berlebih pada saluran keluar tangki suplai akan menutup dan pembongkaran akan berhenti.

1. Buka katup (kerangan) saluran keluaran cairan pelan-pelan dan buka keseluruhan setelah aliran cairan dan aliran uap telah bercampur dan berjalan.

2. Buka katup lain dari saluran cairan, aliran akan mengalir dari tangki pensuplai ke tangki penerima.

3. Buka katup tangki penerima pelan-pelan atau aliran dari tangki pensupali berlebihan, check katup mungkin saja tertutup.

Jangan membuka katup aliran uap atau mengoperasikan kompresor jika tekanan tangki pensuplai lebih besar dari tekanan tangki penerima.

4. Buka katup antara dua tangki ketika laju alir cairan menurun ke level yang kurang memadai, dengan katup pengisian tangki penerima terbuka lebar. Dalam keadaan ini, yakinkan bahwa katup pengontrol bisa membuat kompresor menarik uap dari tangki penerima dan mengalirkannya ke tangki pensuplai.

5. Jalankan Kompresor

Dengan tekanan tangki pensuplai dijaga antara 35 kPa (5 psi) sampai 70 kPa (10 psi) diatas tekanan tangki penerima, tangki pensuplai seharusnya

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 34 / 112

dapat dikosongkan dengan laju alir rata-rata antara 8.000 I/h (280 ft3/h) sampai 11.000 I/h (380 ft3/h).

Aliran gas yang terlihat menggantikan aliran cairan dalam unloading melalui the slightflow glass mengindikasikan bahwa cairan yang ada di tangki pensuplai telah habis.

6. Matikan kompresor ketika cairan dalam tangki pensuplai telah habis dan tutup katup cairan, dimulai dari tangki penerima dan diteruskan ke tangki pensuplai.

7. Atur valve pada saluran masuk dan saluran keluar dari kompresor sehingga kompresor akan menarik cairan dari tangki pensuplai dan mengalirkannya ke tangki penerima. Dalam operasi ini, uap dikeluarkan dibawah permukaan cairan dalam tangki penerima.

8. Nyalakan kembali kompresor dan teruskan pengeluaran uap sampai tekanan tangki pensuplai berkurang sampai 175 kPa (25 psi). Dalam tekanan tersebut, matikan kompresor dan semua katup pada saluran uap.

3.2.10. Pipa dan Selang Semua material yang digunakan untuk pipa LPG, sambungan, selang dan konektor fleksibel, termasuk bagian non-metallic valve seals, gaskets, diaphragms dan sebagainya, harus cocok untuk digunakan dengan LPG dalam segala macam kondisi di mana LPG tersebut digunakan.

Jaringan pipa untuk mengalirkan cairan menggunakan pipa dari besi. Ketebalan pipa minimum harus sesuai seperti yang disyaratkan oleh ANSI 1313.3, BS 1600, atau SAA 1596.

Untuk pengelasan pipa murni yang digunakan adalah electric flash-welded, electric resistance-welded, atau electric fusion-welded, termasuk di dalamnya pipa dibuat melalui proses cold-expansion. Furnace butt-welded atau spiral-welded sebaiknya tidak digunakan. Pipa tersebut seharusnya digunakan dalam ukuran 50 mm (2 in) atau lebih kecil dan juga banyak dalam kasus untuk pipa yang sudah bengkok dalam pabrikasinya.

Dalam penggabungan / penyambungan pipa perlu dilakukan pengelasan, akan tetapi bisa juga menggunakan flanged joints untuk jaringan pipa di atas tanah. Screwed joints hanya boleh digunakan untuk jaringan di atas tanah untuk aliran cairan dan uap dengan diameter kurang dari 50 mm (2 in).

Semua jalur pipa harus benar-benar sesuai dan cukup feksibel terhadap suhu, tekanan, kontraksi dan tegangan-tegangan lain yang mungkin bisa timbul dalam sistem tersebut.

Jalur jalur perpipaan bisa berada diatas permukaan atau pun dibawah permukaan tanah. Namun akan lebih baik jika berada diatas permukaan tanah.

Di bawah ini merupakan tambahan spesifikasi minimum yang dapat dijadikan pedoman.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 35 / 112

Tabel 3.9. Spesifikasi Perpipaan per Ukuran Pipa Ukuran Pipa Material (Bahan)

Notch-sensitive

< 152 mm Schedule 40

< 152 mm Schedule 80

152 mm Wall thickness 6 mm

203 mm - 304 mm Schedule 20

355 mm atau lebih besar Schedule 10

Non-notch-sensitive

< 19 mm nominal Schedule 80S

25, 38, 51 mm Schedule 40S

>51 mm Schedule 10S

Jaringan perpipaan harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan akibat masalah mekanis. Penguburan pipa mungkin bisa mengatasi hal tersebut, akan tetapi kemampuan untuk memonitor keadaan pipa tersebut akan berkurang. Untuk operasi di di dalam tanah, pipa harus diberikan perlindungan terhadap korosi dan dipasang pada kedalaman minimum 600 mm (12 ft) dengan ditutupi dengan material yang bersih. Pelindung tambahan dipertimbangkan jika ada beban diatas jaringan pipa tersebut. Di permukaan tanah harus diberikan tanda-tanda untuk mengidentifikasikan lokasi jalur dalam interval yang mencukupi serta mengetahui daerah terjadinya perubahan arah jalur perpipaan.

Jalur pipa dipasang selurus mungkin dan akurat sesuai dengan apa yang ada dalam gambar perencanaan.

Dimana ada belokan dan penyeimbang diperlukan, harus digunakan fitting 450 atau 90°. Penyambungan pipa dengan pengelasan tidak dianjurkan untuk instalasi pipa di bawah tanah. Pembengkokan pipa dengan proses dingin hanya diperbolehkan untuk pipa diameter 50 mm (2 in) dan dibuat dengan beding shoe yang telah disetujui.

Selang, koneksi selang dengan konektor yang fleksibel yang digunakan untuk mengalirkan cairan atau uap LPG pada tekanan 35 kPa (5 psi abs) harus memperhatikan hal-hal berikut:

Selang dan koneksi yang fleksibel didesain untuk tekanan kerja 2,4 Mpa (350 psi) dengan faktor keamanan 5 sampai 1, aliran listrik yang kontinyu dan diberikan keterangan mengenai tekanan kerja, nama pabrikan atau merek dagang serta zat/produk yang mengalir pada selang tersebut, misalnya "LPG"

Selang yang sudah digabungkan dengan aplikasi koneksinya, harus mempunyai kemampuan untuk bekerja pada tekanan tidak kurang 4.8 Mpa

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 36 / 112

(700 psi). Jangan melakukan test kebocoran dengan menggunakan test tekanan di atas kemampuan tekanan kerja dari selang.

Perpipaan sebaiknya ditandai dan diberi kode warna untuk mengindikasikan isi yang dibawa, apakah isinya cairan atau uap dan arah alirannya.

Gambar 3.16. Identification of liquid and Vapor Lines

3.2.11. Meter Meter zat cair sebaiknya juga dilengkapi dengan beberapa asesoris, baik sebagai bagian dari meter atau bukan untuk mendapatkan pembacaan meteran yang akurat.

Stariner halus dipasang sebelum meter. Strainer untuk pompa penyedot tidak sesuai digunakan untuk meter.

Dipasang ’differential pressure valve’ agar terjadi tekanan balik terhadap meteran dan pompa dan untuk menjaga tekanan sistem diatas uap produk. Hal ini mencegah penguapan saat zat cair melewati meter.

’Vapor eliminator’ berfungsi untuk menghilangkan uap dari zat cair sebelum masuk meter. ’Vapor eliminator’ ini terdiri dari tangki kecil dengan mekanisme operasional mengambang atau bukaan konstan untuk mensirkulasikan uap kembali kedalam tangki timbun. Ketika uap tidak kembali ke penyimpanan, pengontrol batas tipe mengambang harus menggunakan katup penutup pada katup beda tekanan pada keluaran meteran ketika level zat cair turun terlalu rendah, untuk mencegah uap masuk kedalam meter. Lihat gambar 3.23.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 37 / 112

Kompensator suhu yang mengkonversikan pembacaan volume yang diukur meter pada suhu observed, saat produk melewati meter, sama dengan volume pada suhu standard 15,6 ºC (60 ºF).

3.2.12. Pengendalian Mutu Program Pengendalian mutu yang cukup haruslah dikembangkan dan diikuti dengan cermat untuk menjamin keamanan dan efisiensi. Waktu untuk pengambilan contoh dan pengujian merupakan hal yang vital untuk pencegahan kontaminasi tangki timbun. Hal ini memakan biaya dan sulit untuk menyesuaikan spesifikasi produk.

Produk dalam skid tank atau tanker LPG harus diuji dan disimpulkan untuk diterima atau ditolak sebelum operasional transfer dimulai. Program pengendalian mutu menjadi semakin penting ketika produk diluar spesifikasi manyebabkan masalah pada sistem atau penerimaan konsumen.

Lingkup program pengendalian mutu bergantung pada ketersediaan supply produk dan resiko kontaminasi dari penggunaan unit transportasi sebelumnya.

Prosedur pengujian yang luas diperlukan ketika sumber dan komposisi produk relatif tidak diketahui dan proses penyulingan dan pengolahan tidak disebutkan secara jelas.

Namun, jika sumber diketahui dengan jelas, maka banyaknya tes mungkin bisa dikurangi. Sampel untuk pengendalian mutu harus diambil dari unit transportasi yang baru masuk, sebelum produk memasuki fasilitas penerimaan atau penyimpanan.

Pengambilan contoh produk pada aliran pipa saat kegiatn transfer hanya memungkinkan pada interval selama transmisi dengan asumsi kualitas produk relatif konstan diantara sample-sampel.

Setelah inspeksi primer dari produk yang masuk, sample LPG yang memadai diambil dari fasilitas penyimpanan, dan diuji secara periodik. Saluran drain harus dibuka secara berkala untuk menjamin tidak adanya air atau fraksi berat lain pada tangki. Akumulasi dari kontaminasi ini merupakan pertanda untuk penelitian lebih lanjut.

Tekanan uap dan berat jenis diperlukan untuk menentukan kapasitas penyimpanan dan menentukan kepadatan pengisian.

Campuran atau kombinasi hidrokarbon dalam LPG merupakan persentase volume zat cair, seperti campuran 50-50 yang terdiri dari 1,5 butana komersiil dan 1,5 propana komersiil. Istilah lain seperti seventy-thirty p/b (70-30 p/b) berarti campuran yang terdiri dari 70% propana komersial dan 30% butana komersial. Terdapat banyak produk hasil kombinasi propana dan butana, yang didasarkan atas ketersediaan dari produk atau persyaratan bahan bakar khusus.

Spesifikasi produk juga mengkhususkan maksimum kandungan olefins, juga dikenal sebagai materi tidak jenuh, termasuk didalamnya propilene dan butilene. Etana (C2H6) dibatasi dalam jumlah kecil karena dapat membentu tekanan uap produk yang berlebihan. Pentana (C5H12) dan hidrokarbon dengan ‘tekanan uap rendah’ juga dibatasi dalam jumlah kecil karena keberadaannya akan membatasi karakteristik penguapan dari produk tersebut.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 38 / 112

Spesifikasi produk haruslah memuat jumiah dan tipe pembau yang ditambahkan dalam produk. Semua produk hendaknya diberi bau kecuali bisa berbahaya untuk penggunaan produk lebih lanjut.

Untuk mendapatkan sampel yang memadai, sangat penting untuk mengikuti prosedur :

Kacamata, pelindung wajah, sarung tangan dan pakaian pelindung haruslah dipakai saat mengambil sampel.

Bukalah valve perlahan. Buka penuh valve sebelah luar dan awasi aliran sampel pada katup keluaran. Amati pembentukan es pada valve, valve luar dapat digunakan untuk menutup aliran LPG. Berhati-hatilah pada kemungkinan tersumbatnya pipa dan tiuplah keluar untuk membuang tekanan yang terjadi saat membuka katup.

Jangan pernah meninggalkan lokasi jika valve masih terbuka, walaupun sampel tidak berjalan.

Jangan pernah menggunakan penusuk untuk membuka valve sampel yang bertekanan.

Gunakan wadah yang tepat untuk membawa sampel, juga untuk menyimpan dan mengirimkannya.

Saat mengambil sampel dengan sampel bom, pastikan bom tidak bersilangan kabel dan dibaut kuat dengan hubungan sampel.

Jangan pernah meninggalkan sampel dibawah sinar matahari. Sampel seharusnya diletakan pada tempat penyimpanan yang tertutup.

Ada banyak pengujian yang dapat dilakukan untuk menjamin kualitas produk LPG. Kabanyakan dari tes ini didasarkan pada panduan American Society for Testing and Materials (ASTM).

3.2.13. Syarat - Syarat Kelistrikan Peralatan listrik harus dipasang di daerah aman yang jauh dari tangki LPG dan aksesorisnya. Namun hal ini tidak selalu aplikatif, karenanya di daerah sekitar tangki LPG dan aksesoriesnya dapat dibagi menurut kemungkinan konsentrasi kebakaran dari uap yang timbul dan peralatan listrik yang terlindungi, tergantung pada lokasinya.

Pembagian ini meliputi:

Zone 0 Daerah dimana selalu terdapat atau terdapat dalam waktu yang lama, campuran gas dan udara yang mudah terbakar.

Zone 1 Daerah dimana campuran mudah terbakar mungkin timbul dalam operasional normal.

Zone 2 Daerah dimana kombinasi gas dan udara yang mudah terbakar hanya terjadi pada kondisi abnormal dan tidak pada operasional normal.

Non-Risk Zone Daerah dimana tidak terdapat campuran eksplosif dan daerah dimana perlindungan khusus pada materi listrik tidak dibutuhkan.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 39 / 112

Peralatan listrik harus sesuai dengan zona tersebut, Tangki LPG sebaiknya ditutup atau dikubur untuk memberikan perlindungan terhadap petir. Tanda peringatan seperti "Dilarang merokok" atau "Dilarang Menyalakan Api" harus ditaruh di zona 0,1 dan 2.

3.2.14. Pengujian dan Pemeliharaan Instalasi harus dipelihara dengan baik sesuai dengan panduan yang telah ada dan adanya batasan pengoperasian aman. Pemeriksan terutama pada bagian yang mempengaruhi kesatuan instalasi atau kemampuan untuk mengambil tindakan darurat.

Skema pemeliharaan harus meliputi peralatan dan instrumen keamanan, refleksi atas kebutuhan instalasi tersebut.

Catatan pemeliharaan harus dijaga agar aktivitas pemeliharaan diawasi dengan cukup. Semua perbaikan atau penggantian signifikan harus dicatat.

Tangki, alat penguap, pompa dan kompresor, termasuk katup, instrumen dan perlengkapan yang berkaitan harus diperiksa setiap bulannya.

Saluran pipa, struktur penunjang, pengaturan holding down, pondasi dan katup pelepas harus selalu diperiksa dan diuji tiap tahunnya.

Pemeriksaan tahunan pada tangki bawah tanah atau tangki timbun harus meliputi uji sistem perlindungan katodik.

Tangki harus diuji setiap 3 tahun. Pipa bawah tanah yang terletak dibagian belakang harus diperiksa dari korosi atau integritas tiap 5 tahun.

Hanya kontraktor pemelihara LPG yang memenuhi kualifikasi yang boleh digunakan.

Bila ditemukan kerusakan, atau pengulangan pekerjaan, harus dicatat dengan menggunakan teknik inspeksi khusus.

3.2.15. Perlindungan Kebakaran Sistem penyemprot air tetap untuk melindungi kelemahan tangki dari api haruslah terpasang pada semua tangki penyimpanan diatas tanah dengan kapasitas diatas 7.6 m3 (268 ft3) . Sistem ini harus mampu menyiram paling tidak 10 I/min/m2 (0.2 gal/min/ft2) air pendingin untuk menutupi seluruh permukaan tangki termasuk kaki-kaki, penunjang, pelana selama lebih dari 4 jam.

Sistem penyemprotan harus teraktivasi secara otomatis melalui sensor seperti tombol tekanan, rantai fusi atau detektor gas yang juga merupakan alarm bunyi. Pengoperasian manual dibolehkan bila personel yang terlatih berada ditempat setiap saat.

Harus tersedia saluran drain yang cukup untuk air yang digunakan untuk melindungi dan melawan api. Interseptor penutup air harus mampu untuk menahan LPG masuk saluran drain dan gorong-gorong.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 40 / 112

Semprotan air pendingin tidak perlu disediakan pada tangki yang dibungkus dengan materi non-combustible insulation. Materi ini harus mampu menahan minimal satu jam suhu 650 ºC (1200 ºF).

Tangki hingga 7.6 m3 (268 ft3) harus memiliki water spray untuk mangalirkan air, jika diperlukan pada keseluruhan permukaan tangki.

Penimbunan atau penguburan tangki merupakan alternatif terbaik untuk melindungi dari api. Untuk itu tidak diperlukan sistem penyemprotan air.

3.2.16. ‘Emergency Shut-off Valve’ (Sistem Penutupan Darurat) ‘Emergency Shut-off Valve’ untuk mengisolasi tangki dapat diletakkan sedekat mungkin. Setiap skidtank LPG dan titik bongkar muat tanker haruslah dilengkapi ‘Emergency Shut-off Valve’ yang dapat dioperasikan dari jauh. Sistem ini diatur sedemikian rupa hingga valve dapat tertutup secara individual maupun simultan melalui ‘Emergency Shut-off Valve’ yang juga menutup semua pompa dan kompresor.

Penandaan yang tepat harus ditempatkan pada semua ‘Emergency Shut-off Valve’. Kata-kata berikut umum ditemukan pada sistem ini :

3.2.17. Prosedur Darurat Kebocoran LPG dapat dideteksi melalui:

Bau. Diketahui dari bahan tambahan yang mempunyai karakteristik bau tertentu.

Bunga es. Ekspansi gas pada sumber bocor menciptakan efek yang mendinginkan semua kelembaban.

Suara. Gas yang keluar akan diikuti suara mendesis, namun volume suara yang dihasilkan tergantung pada magnitude kebocoran dan mungkin tidak terdengar akibat kerasnya suara lain seperti pompa, peralatan dan angin.

Bila terjadi kebocoran LPG, ada 3 hal yang harus segera dilakukan:

1. Hentikan aliran LPG dengan menggunakan katup penutup jika mungkin.

2. Jika belum ada api:

pindahkan semua orang dari area penyebaran uap.

pindahkan atau padamkan semua sumber pemicu api.

usahakan untuk membuyarkan uap, jauhkan dari potensi bahaya. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan tirai air, tapi haruslah terus diatas awan uap dan hindari menjadi pembungkus uap. Hati-hati agar tidak membawa uap menuju sistem pembuangan.

“EMERGENCY STOP PUSH”

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 41 / 112

3. Jika telah ada api, dan setelah menghentikan aliran LPG, konsentrasikan pada usaha mendinginkan peralatan yang terkena api.

Perhatikan hal-hal berikut:

air merupakan medium pendingin terbaik

berikan perhatian khusus pada bagian luar tangki timbun diatas level zat cair pada isi, atau titik dimana api membakar peralatan atau bagian luar tangki.

Sumber gas pada api (spt. pipa rusak) sebaiknya dibiarkan terbakar (bila tidak menimbulkan bahaya lebih besar). Bila api dipadamkan, uap akan menyebar dan mungkin akan memicu kembali api dengan kerusakan atau luka yang lebih besar.

Pada beberapa kesempatan, coba untuk membuka jalan kearah katup dan tutuplah. Hal ini akan memadamkan kebakaran LPG sebelum semua produk terbakar. Dry Chemical Powder dapat dibawa menuju hulu gas terbakar untuk dapat memadamkan api dengan cepat.

Perhatian:

Selalu yakinkan bahwa semua benda logam panas dalam awan uap dapat didinginkan dengan cepat, jika tidak gasnya akan terpicu kembali

Walaupun propana dan butana tidak memiliki substansi beracun, uapnya merupakan bahaya serius bila dihisap dalam kuantitas berlebih, karena hal tersebut mengurangi konsentrasi oksigen dibawah 16%. Penghisapan pada situasi ini akan mengakibatkan cedera serius dan bila kontinyu bisa fatal akibatnya.

3.3.0. PENGISIAN TABUNG LPG (SPPBE) 3.3.1. Pendahuluan

Bagian ini khusus ditujukan untuk instalasi pengisian bahan bakar LPG kedalam kontainer yang mudah dibawa kemana-mana (portable).

Semua tabung LPG sebaiknya dilengkapi dengan kerah pelindung (protective collar) dan katup pengaman (safety valve).

3.3.2. Tabung LPG Ada 2 (dua) jenis tabung LPG portablel

1. Tabung LPG Uap yang ukurannya bervariasi dari 3 kg, 6 kg, 12 kg hingga 50 kg yang digunakan untuk memasak, kendaraan, penerangan, dsb. Tabung LPG dipinjamkan kepada konsumen untuk keperluan memasak dan diisi ulang dengan cara dipertukarkan.

2. Tabung LPG Cair digunakan untuk dituangkan kedalam tabung LPG kecil yang dimiliki oleh konsumen. (Pertamina tidak menggunakan jenis tabung ini).

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 42 / 112

Tabung LPG kendaraan dipasang permanen pada kendaraan sebagai tangki bahan bakar. Tabung ini biasanya dirancang untuk diisi dan digunakan pada sisinya. Ukuran umum yang digunakan pada kendaraan adalah 50 kg dan tabung yang dipakai adalah jenis Tabung LPG Cair.

Truk pengangkut tabung LPG dirancang untuk diisi, ditaruh dan menjaga tabung pada posisi menghadap.

Semua tabung LPG diberi tanda pada pegangannya dengan informasi dasar seperti di bawah ini.

Gambar 3.17. Berbagai Bentuk dan Ukuran Tabung LPG

Tabel 3.9. Plat Data Tabung LPG

1. Pembuat Tabung LPG 2. Pemilik Tabung LPG 3. Identifikasi Spesifikasi 4. Nomor Seri 5. Tanggal Pengujian Uiang 6. Tanggal Pembuatan 7. Berat Tabung LPG (Kg) dalam keadaan kosong. 8. Kapasitas Air (Kg)

Setiap instansi yang berwewenang mungkin memiliki perbedaan persyaratan yang meiiputi metode dan frekuensi pengujian tabung LPG.

Tiap 5 tahun tabung LPG harus diperiksa, diuji ulang dan jika memuaskan, distempel ulang. Tidak ada tabung LPG yang boleh diisi ulang yang data uji awalnya lebih dari10 tahun atau tanggal pengujian ulangnya telah lewat dari 5 tahun.

Tabung LPG harus diperiksa dan diuji bila terdapat kemungkinan kerusakan. Tabung LPG, baik. vertikal maupun horisontal, tersedia dalam ukuran hingga 50 kg kapasitas propana/butana.

Tabung-tabung ini dirancang untuk uap saja, cair saja, atau untuk keduanya.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 43 / 112

Gambar 3.18. Cylinder Valve

Sebagian besar tabung LPG memiliki katub tunggal untuk pengisian dan pengeluaran isinya, sementara yang lainnya memiliki katub yang terpisah untuk masing-masing operasi. Penutup juga sebaiknya disediakan untuk melindungi katub.

Sebagian tabung LPG yang berukuran kecil tidak dapat digunakan ulang dan sebaiknya jangan diisi ulang.

3.3.3. Operasi Penerimaan LPG Dalam Tabung

3.3.3.1. Sebelum Penerimaan

1. Hitung jumlah tabung LPG isi sesuai dengan dokumen pengiriman (BPP dan BP).

2. Periksa keutuhan segel /safety seal cap masing-masing tabung, jika rusak jangan diterima.

3.3.3.2. Selama Penerimaan

1. Pindahkan tabung-tabung isi ke tempat penimbunan tabung isi/gudang.

2. Pemindahan tabung dari truk tidak boleh dilakukan dengan kasar (dibanting, digelindingkan).

3. Susunan tabung maksimum 2 susun (untuk 12 Kg) dan 1 susun untuk tabung 50 Kg dalam keadaan berdiri di Gudang.

4. Bila terjadi kebocoran / kosong pada tabung maka isolasikan (pisahkan). tabung tersebut dan kirim kembali ke pengirim. Atasi kebocoran tersebut sedapat mungkin. bila tidak dapat diatasi kosongkan di tempat yang aman dan beri tanda. Pertanggung jawaban isi didukung dengan BA (Berita Acara).

5. Selesaikan seluruh dokumen penerimaan.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 44 / 112

3.3.3.3. Selesai Penerimaan

1. Hitung kembali jumlah tabung LPG isi yang sudah dipindahkan dan cocokkan kembali dengan jumlah yang ada pada dokumen.

2. Buat berita acara penerimaan yang berisi jumlah:

- Tabung LPG isi yang baik.

- Tabung LPG isi yang rusak/bocor/kosong dan menandatangani penerimaan pada dokumen BPP.

3. Pisahkan tabung yang rusak/bocor/kosong dan kirimkan kembali ke Depot pengirim dengan menggunakan dokumen BPP/BP.

4. Buat Nota Klaim terhadap tabung yang rusak/bocor/kosong kepada transportir yang mengangkut.

3.3.3.4. Operasi Penerimaan Tabung Kosong

1. Tabung-tabung yang diterima harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen angkutan yang sah.

2. Cocokkan angka yang tertera dalam dokumen dengan kenyataan untuk jumlah dan jenis tabung yang akan diserahkan.

3. Bila secara administrasi sudah dipenuhi maka pembongkaran/penerimaan tabung dapat dilaksanakan.

4. Tabung-tabung harus senantiasa diperlakukan sedemikan rupa sehingga tidak merusak tabung maupun perlengkapannya.

5. Untuk tabung-tabung 12 Kg dilengkapi tutup pelindung (cap protector) agar tetap dipasang pada tempatnya selama penanganan, kecuali untuk maksud permeriksaan atau pengisian guna melindungi kerangan dari kemungkinan terbentur benda keras.

6. Perlakukan tabung-tabung LPG kosong maupun isi, dengan pelan jangan dibanting, dilempar, dijatuhkan, maupun menyentuh benda-benda keras lainnya dan hindari penanganan secara kasar.

7. Letakan tabung kosong di atas ban berjalan (conveyor) dengan posisi yang baik sesuai pengelompokan tabung 12 Kg dan 50 Kg.

8. Tidak dibenarkan menumpuk tabung-tabung kosong maupun berisi dilantai bangunan tempat pengisian hingga menutup seluruh lantai kerja, atau menyulitkan untuk bergeraknya.

9. Dilarang menempatkan tabung-tabung di tempat-tempat yang mungkin dapat digunakan sebagai penyalur arus listrik. Hubungan dengan alat-alat pemanas, saluran pipa, atau unit-unit lainnya yang dapat digunakan sebagai penyalur "Arde" dari mesin-mesin las listrik harus dihindari.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 45 / 112

10. Dilarang menggunakan tabung-tabung yang berisi maupun yang kosong sebagai alat pengganjal atau penahan.

11. Seleksi dan singkirkan tabung-tabung yang tidak memenuhi syarat untuk diisi.

Kondisi tabung yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

Tidak memenuhi persyaratan keselamatan / membahayakan walaupun masa pengujian ulang masih berlaku tetapi secara visual telah kelihatan keraguan / antara lain:

a. Tabung Non Pertamina.

b. Belum di test / disahkan oleh DPNKK.

c. Kerangan tidak dilengkapi rubber seal (tabung 12 Kg).

d. Lapisan cat yang kurang baik.

Rusak dengan beberapa kondisi sebagai berikut:

a. Tabung LPG bekas ikut terbakar.

b. Goresan yang dalam pada dinding tabung.

c. Las-lasan pada Foot ring dan Hand guard terlepas.

d. Badan tabung berubah bentuk seperti: penyok yang dalam, membesar atau lonjong.

e. Karatan yang cukup dalam sehingga mempengaruhi ketebalan dinding tabung.

f. Kerangan rusak ujung permukaannya atau bocor.

12. Parkirlah kendaraan truk dengan posisi yang benar di lokasi bangunan pengisian tabung. Tarik rem tangan, matikan mesin, putar safety switch pada posisi off. Sopir dan kenek tetap berada didekat sekitar bangunan dan dilarang merokok.

13. Setiap kendaraan yang masuk ke dalam lokasi pengisian tabung (Hazardous area) harus menggunakan flame trap / flame arrester.

14. Setiap petugas yang bekerja atau menangani tabung di lokasi pengisian tabung LPG harus menggunakan sepatu keselamatan dan sarung tangan dari kulit.

Catatan

1. Terhadap tabung baru, tabung ex repair, tabung ex retest sebelum diisi LPG harus divacum terlebih dahulu menggunakan vacuum pump.

2. Timbangan harus ditera/dikalibrasi secara periodik sesuai ketentuan dan mendapatkan surat tera dari Departemen Perdagangan Cq Dinas Metrologi setempat.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 46 / 112

3. Telah mendapatkan sertifikat/ijin pengisian untuk tabung baru, tabung ex retest dari Depnaker setempat.

Pertimbangan Lain Semua peralatan elektonik, sistem pengikatan dan grounding sebaiknya mengikuti panduan peraturan untuk klasifikasi area berbahaya (hazardous area).

Sistem drainase sebaiknya disesuaikan agar mampu menghilangkan air hujan sebaik pemadam kebakaran dan air pendingin.

Jalan sebaiknya menyediakan akses yang mudah dan jalan keluar untuk transportasi Skidtanks LPG ke dan dari area pemuatan dan juga cocok untuk in-plant traffic.

3.3.4. Pengisian Tabung LPG Pengisian dilakukan ke dalam tabung LPG yang berkapasitas 3 kg, 6 kg, 12 Kg sampai dengan 50 Kg. Untuk maksud tersebut diperlukan tahapan meliputi:

1. Persiapan tabung yang akan diisi.

2. Penerimaan tabung kosong.

3. Operasi pengisian tabung.

4. Memuat tabung ke atas truk.

3.3.4.1. Persiapan Pengisian Tabung LPG Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pengisian ke dalam tabung. adalah sebagai berikut:

1. Periksa dan setel timbangan sesuai dengan ketentuan Dinas Metrologi yang berlaku. Bila terjadi hal-hal yang mencurigakan agar dilaporkan kepada Dinas Metrologi untuk ditera ulang.

2. Periksa seluruh fasilitas lainnya dan yakinkan bahwa fasilitas tersebut dalam keadaan baik.

3. Periksa tabung-tabung LPG lama apakah memenuhi persyaratan untuk diisi atau tidak. Bila tidak memenuhi persyaratan, tabung disingkirkan dan selanjutnya dikirim ke bagian pemeliharaan.

3.3.4.2. Operasi Pengisian Tabung

1. Periksalah berat tabung kosong sebelum tabung ditempakkan di mesin pengisian (filling machine), karena setting timbangan pada mesin pengisian didasarkan pada berat tabung kosong berat hoses dan filling head serta berat LPG yang akan diisikan.

2. Tekanan pengisian tidak boleh mencapai tekanan buka dari katup keselamatan yang terpasang.

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 47 / 112

3. Yakinkan bahwa mesin pengisian dalam kondisi baik, periksa filling hoses dan filling head.

4. Set timbangan pada berat yang dikehendaki secara otomatis. Proses pengisian akan berhenti bila isi tabung sudah cukup.

5. Tabung agar diisi dengan teliti dan tepat, lakukan pemeriksaan agar tidak terjadi pengisian lebih. Apabila diperlukan untuk mengurangi isi tabung yang terialu penuh. maka bisa dikurangi isi dengan evacuation pump.

6. Hindari kebocoran pada saat pengisian. Hubungan yang kurang baik antara filling head dan kerangan tabung dapat menyebabkan kebocoran.

7. Lakukan inspeksi kebocoran (leakage test) dengan teliti. Terhadap tabung yang bocor agar disingkirkan untuk dikosongkan (dengan evacuation pump) untuk kemudian tabung diperbaiki.

8. Lakukan penimbangan ulang untuk meyakinkan bahwa isi LPG dalam tabung cukup.

9. Pasang safety seal cap untuk tabung 3 kg, 6 kg, 12 Kg dan safety plug dan segel untuk tabung 50 Kg, sebagai jaminan isi dan mutu LPG.

10. Bila kegiatan pengisian selesai, tutup semua kerangan dan kosongkan sisa LPG di dalam selang, dengan cara isikan kedalam tabung kosong.

11. Matikan mesin pengisian, tiupkan udara bertekanan untuk menghilangkan sisa-sisa LPG yang tertinggal di bawah conveyor

12. Operator / petugas harus memakai safety shoes dan sarung tangan kulit.

Gambar 3.19. Sistem Pengisian Tabung LPG

A) If pump bypass is not required, valve after pump may be eliminated for short discharge lines. NOTE : Containers of 8 m3 (2000 US gal) or less capacity shall have no more than two plugged openings (typical in all installations)

LEGEND : Shutoff valve

Backflow check valve

Internal safety control valve Excess flow valve

Relief valve Thermal relief valve

Diferential relief valve Strainer Emergency failsafe shutdown valve

CYLINDER FILLING BUILDING

HORIZONTAL VESSEL

PUMP (A)

T

T

PANDUAN K3LL

DIT. PEMASARAN & NIAGA Revisi Ke. 3

Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 48 / 112

Gambar 3.20. Diagram Alir Pengisian Tabung LPG

3.3.4.3. Pengisian Karosel Bangunan ini menyediakan peralatan dan teknik khusus. Prosedur berikut diterapkan pada kebayakan mesin pengisian kerosel untuk tabung LPG 12-50 kg:

1. Letakkan tabung LPG kosong pada sistem konveyor.

2. Lakukan inspeksi visual pada semua tabung LPG kosong dan singkirkan tabung-tabung yang tidak sesuai untuk pengisian ulang.

3. Ganti penyumbat plastik yang hilang pada katup tabung LPG.

4. Pasang lebel berat isi pada katup tabung LPG.

5. Ganti semua O-ring yang rusak pada bagian atas katup tabung LPG.

6. Cuci tabung LPG dengan mesin cuci.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 49 / 112

7. Buka mulut katup dan suplai udara untuk mesin pengisian tunggal.

8. Nyalakan mesin korsel, mulut konveyor dan keluaran konveyor.

9. Pasang selang pengisian pada tabung LPG dan turunkan setting pengungkit dari mesin untuk memulai pengisian.

10. Set tare weight tabung LPG dan jumlah LPG yang mau diisi pada mesin pengisian. Pengisian LPG secara otomatis akan berhenti ketika set point pada mesin pengisian dicapai. Semua tabung LPGs sebaiknya diisi dengan basis:

tare weight + net weight of LPG

11. Yakinkan bahwa head pengisian diputuskan setelah pengisian selesai pada outlet Kerosel.

12. Cek berat tabung LPG terhadap tare weight tag dengan cara memeriksa skala pada outlet korsel.

13. Identifikasi tabung LPG yang pengisiannya berlebih dengan tanda "O" pada badan tabung LPG. Tabung LPG ini membutuhkan penarik cairan untuk mengkoreksi kelebihan. Identifikasi tabung LPG yang kurang terisi dengan meletakkan plug pplastik pada katupnya.

14. Masukkan tabung LPG ke dalam mesin yang mampat udara untuk mengetes kebocoran poros katup tabung LPG, ring leher dan badan tabung. Cara altematif, dapat digunakan alat pemeriksa kebocoran elektronik yang reliable atau cairan pendeteksi kebocoran. Identifikasi tabung LPG yang cacat dengan memberi tanda "X" pada badan tabung LPG.

15. Bed Cap-seal tabung LPG yang lulus test.

16. Muat tabung LPG yang telah diisi ke dalam truk pengantar yang diberi gabus atau ditumpuk berjejer.

17. Pindahkan tabung LPG yang ditolak dan tumpuk dengan baik tabung LPG yang terisi dan pertahankan untuk proses lebih lanjut.

18. Tutup semua katup.

19. Putar switch kearah off dan isolasi mereka.

20. Periksa bahwa semuanya tidak ada yang bocor.

21. Arahkan penghitung tumpukan pada tabung LPG dan lapor setiap ketidak sesuaian pada pengawas.

3.3.4.4. Kualitas Produk Program dari kualitas produk harus bisa menjamin keselamatan dan efisiensi. Secara periodik, terutama pengisian, tangki dan drain sampel harus diambil dan dianalisa untuk mendeteksi kontaminasi produk dan mencegah distribusi produk offspec atau berbahaya.

Sebuah contoh kontaminasi produk, propana dengan kandungan kelembaban yang tinggi mungkin terjadi selama "freeze up" (pendinginan) ketika melewati

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 50 / 112

regulator penurun tekanan (pressure reducing regulator). Sample harus dideteksi dan dikoreksi.

Bau-bauan ditambahkan ke LPG yang tidak berbau sehingga gas bisa dicium baunya dalam waktu yang lama sebelum konsentrasi gas dalam area menjadi berbahaya.

Pemberian bau pada LPG memberikan perlindungan pada konsumen dalam pertanda kondisi dimana ada sesuatu yang salah, dan deteksi pertama/awal kebocoran peralatan atau piping di Pabrik, penyimpanan Tabung LPG atau sistem konsumer. Pemberian bau pada LPG juga diperlukan oleh regulasi / perundangan pemerintah dan industri.

Sebaiknya tidak ada tabung LPG yang diisi tanpa bau LPG kecuali khususnya untuk konsumen yang membutuhkan tanpa bau LPG. Tabung LPG harus ditandai khusus untuk tujuan ini.

3.3.5. Pengawasan dan Pemeliharaan 3.3.5.1. Rekualifikasi Tabung LPG

Tabung LPG harus diawasi secara priodik dan jika perlu diuji kembali. Perbaikan dari tabung LPG umumnya bergantung pada penanganan dari tabung LPG dan pemeliharaan permukaan eksterior/luar. LPG tidak korosif terhadap logam dan tidak akan merusak permukaan interior/dalam dari tabung LPG.

Rekualifikasi dilakukan setiap 5 tahun. Rekualifikasi dilakukan dengan pengujian visual dan tiap 10 tahun pengkualifikasian kembali termasuk pengujian waterjacket- type hydrostatic.

Tabung LPG harus dikosongkan dan dilabeli "kosong" untuk kemudian dikirim ke stasiun pengujian. Pada stasiun pengujian semua tabung LPG harus dicek kembali untuk memastikan benar-benar kosong.

Cara yang paling efektif mendapatkan tabung LPG yang cacat adalah dengan inspeksi/pengawasan visual.

Tabung LPG harus diuji luar untuk karat (rust), skala, kerusakan dan cacat fisik lainnya. Cat pelindung, piringan atau jaket lainnya dan materi-materi asing harus dihilangkan dari permukaan luar tabung LPG jadi permukaan bisa diuji. Penguji harus mengetahui minimum ketebalan spesifik dari tabung LPG.

Aspek lainnya harus dicek/diperiksa termasuk penampakan umum, tonjolan (bulges), tanda terbakar (burn marks), penyok (dents), gali (dig) atau tanda potong (cut marks), lubang (pits), garis dan korosi umum lainnya.

Sepuluh tahun pengkualifikasian kembali, pengujian waterjacket - type hydrostatic, dimana dua kali penandaan perbaikan tekanan dilakukan menggunakan waterjacket atau yang sejenisnya.

Ekpansi total dari kontainer selama pengujian dalam observasi dan direkam/dicatat untuk pembanding dengan ekspansi permanen setelah depressurization.

Kebocoran atau ekspansi yang melebihi 10% dari ekspansi permanen mengindifikasikan kegagalan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 51 / 112

Tabung LPG yang gagal melewati test pengujian atau inspeksi dengan perbaikan di bawah spesifikasi manufaktur harus dilabeli °bisa diperbaiki" dan mungkin diperbaiki dan dikirim kembali untuk pengujian.

Wadah yang melewati pengujian dan pengujian visual diperlukan dengan penandaan dengan tanggal dan tahun pengujian menginditifikasikan kualifikasian kembali dengan metode pengujian water jacket.

Pengelasan yang melibatkan kepala atau dinding dari tabung LPG harus berdasar pada kode konstruksi aslinya. Umumnya diperlukan tukang las bersertifikasi atau Rekualifikasi dengan kode dan pengawasan tersebut atau pengujian mengikuti kode yang diharapkan. Pengerjaan panas akan menjadi isu pengelasan dalam fasilitas LPG.

3.3.5.2. Tata Cara Pemeriksaan Tabung LPG. a. Pemeriksaan permukaan:

Periksa tanggal stamping

Periksa bulan dan tahun masa berlakunya.

Berat tabung kosong.

Tanda kalung merah.

Stensilan logo.

Berat bersih isi 3 kg. 6 kg, 12 kg atau 50 kg.

b. Daftar pemeriksaan secara visual

Periksa guratanguratan dalam, retakan, bopeng-bopeng, cacat-cacat lainnya.

Periksa karat pada badan tabung, terutama bagian bawah tabung.

Dicatat, buatkan recording hasil inspeksi secara lengkap.

c. Pemeriksaan Gas

Buka katup ditempat terbuka, yakinkan bahwa sudah tidak ada gas di dalamnya.

Bebas dari gas,

d. Tabung LPG diisi air

Isi air (bersih) ke dalam tabung.

Tabung yang masih mengandung gas LPG pisahkan dan letakkan di udara terbuka.

Usahakan ruangan maintenance shop harus bebas dari gas LPG.

e. Hydrostatic test

Masukan tabung yang telah diisi air ke dalam tangki dan tutup rapat.

Periksa total ekspansi dan permanen ekspansi.

Periksa kebocoran.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 52 / 112

Buat recording dari seluruh hasil pemeriksaan.

Pemadatan ulang (Hydrostatic Test) untuk tabung-tabung LPG type 3 kg, 6 kg, 12 kg/cm2 ditahan selama 30 detik.

Pemadatan ulang untuk Setting tabung LPG yang telah habis masa operasinya (5 tahun sekali).

f. Pengeluaran Air

Tabung LPG yang sudah ditest keluarkan dari tangki.

Buka penutup tabung.

Keluarkan air dan keringkan.

g. Periksa bagian dalam tabung

Lampu untuk inspeksi, untuk melihat bagian dalam.

Periksa retakan dan cacat-cacat lainnya pada bagian dalam.

h. Sand Blasting Machine

Tutup mulut/lubang katup/tabung LPG.

Naikkan keatas mesin

Kupas cat dan karat yang melekat pada dinding luar tabung.

i. Timbang

Periksa berat tabung saat ini.

Periksa penurunan berat tabung

Timbangan harus sudah ditera oleh Dinas Metrologi.

j. Periksa secara visual untuk yang kedua

Ulangi pemeriksaan retakan, berat atau bopeng-bopeng.

k. Stamping

Bulan dan tahun test ke ...

Beri simbol tanda lulus test dengan lingkaran huruf (simbol wilayah yang telah ditetapkan DEPNAKER).

Perubahan berat, stamping berat yang baru.

l. Pemeriksaan Katup

Lihat katup bekas, ada cacat tidak, terutama pada mulut atas.

Katup yang baik/tidak cacat ditest tekanan, harus terbuka pada tekanan 24,8 kg/cm2 (safety device test).

Katup keselamatan yang tidak bekerja, diafkir, ganti baru.

m. Pemasangan Katup

Pasang insulation tape pada katup.

Pasang dengan katup fitting machine (36 kg/meter).

Ulir katup harus masuk lebih banyak, tersisa 5 ulir yang diluar Neckring

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 53 / 112

n. Pengecatan

Cat dasar abu-abu dan cat akhir biru Pertamina, mengkilap baik, halus dan rata.

Sablon logo PERTAMINA.

Stensil berat tabung kosong (putih).

Stensil bulan dan tahun masa retest mendatang (putih).

Beri kalung merah pada bagian atas mengelilingi Katup.

3.3.5.3. Pemeriksaan Ulang (retest) Tabung LPG

Ketentuan Umum Setiap tabung LPG yang beredar telah mendapatkan sertifikat/pengesahan pemakaian dari Direktorat Jendral Bina Hubungan Ketenaga Kerjaan dan Pengawasan Norma Kerja DEPNAKER RI, dengan ketentuan dan syarat-syarat antara lain :

1. Dalam pemakaiannya ditempat kerja pengawas PERTAMINA Unit Pemasaran setempat diwajibkan memenuhi/melaksanakan dan bertanggung jawab atas syarat-syarat keselamatan kerja yang ditetapkan dalam pengecapan/sertifikat pemakaian dan harus mengikuti petunjuk Pengawas Keselamatan Kerja Kanwil DEPNAKER setempat.

2. Sebelum pengisian pertama semua tabung LPG baru harus diperiksa secara seksama disesuaikan dengan data sertifikat dan konstruksinya yang diberikan dan disetujui oleh Direktorat Bina Lindung Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bila dalam pemeriksaan di atas menunjukkan hasil baik, tabung LPG baru tersebut diadakan hydrostatic test (pemadatan dengan air dingin) sampai tekanan 30 kg/cm2, atas jumlah 200 tabung (0,5%). Pemeriksaan dan pemadatan ini harus dilaksanakan atas kesaksian Pengawas Keselamatan Kerja setempat/Kanwil DEPNAKER setempat.

3. Semua tabung LPG yang tercantum dalam sertifikat/pengesahan dimaksud dalam pemakaiannya harus dicap tanda baik sesuai ketentuan yang berlaku, pengecapan harus dilakukan atas kesaksian Pengawas Keselamatan Kerja yang berhak memeriksanya.

4. Paling lambat setelah 5 (lima) tahun pemakaian terhitung mulai pengisian pertama atau test terakhir, semua tabung LPG harus diadakan pemeriksaan dan pemadatan ulang (retest) oleh atau atas kesaksian Pengawas Keselamatan Kerja. setempat.

5. Tabung LPG baik ukuran 3 kg, 6 kg, 12 kg (26,2 liter WC) maupun 50 kg (108 liter WC), sebelum mendapatkan sertifikat/pengesahan pemakaian telah melalui serangkaian pengujian di pabriknya antara lain

a. Visual test. b. Hydrostatic test, dengan tekanan 31 kg/cm2 seiama 30 detik. c. Pneumatic test dengan tekanan 18 kg/cm2. d. Leakage test.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 54 / 112

e. 1 (satu) dari setiap 200 tabung (0,5%) dilakukan ;

Permanent expansion test. Radiography (xray) test. Mechanical test, yang meliputi: Tensile strength test dengan hasil 4152

kg/mm2, Yield strength test dengan hasil min 38 kg/mm2, Elongation test dengan hasil min 28% dan Bending test.

3.3.6. Frekuensi Inspeksi Peralatan LPG

3.3.6.1. Inspeksi Harian Paling tidak tiap hari pengoperasiannya, katup (valves), pipa (hose) dan kontrol dari sistem produk/hasil pada satuan station pengisian harus diawasi secara lengkap terhadap indikasi kebocoran-kebocoran atau pengoperasian yang tidak tepat dari peralatan kontrol. Pengisian heads dan mematikan peralatan harus diawasi guna mencegah keausan atau perubahan orientasi.

Inspeksi harian pengisian kerosel harus ditentukan norma pengamanan yang ada dan prosedur pengoperasian. Kecepatan kerosel dijaga sesuai demand tabung LPG.

Observasi harian seharusnya sudah termasuk pada akurasi dari kandungan net dari pengisian tabung LPG, deteksi kebocoran produk dari bagian-bagian sistem, dan penugasan personil yang tepat untuk pengalihan tabung LPG yang memerukan pemeliharaan atau pengkualifikasi kembali. Area perbaikan tabung LPG memerlukan inspeksi harian untuk memastikan fasilitas pembersihan (washing), sand blasting dan pengecetan (painting) bebas dari debris/serpihan.

3.3.6.2. Inspeksi Bulanan Inspeksi yang lengkap harus dilakukan pada interval bulanan. Diperlukannya pengecetan secara periodik atau reparasi harus tercatat atau terjadwal pada Agenda Pabrik.

Paling tidak 5% dari total LPG yang terisi dalam perencanaan pabrik harus diperiksa guna mendapatkan berat yang tepat. Sampling acak dari tabung LPG untuk penentuan berat harus dibuat pada berbagai waktu hari dan jika variasi diantara batasan yang diperbolehkan kemudian pengukuran harus dikalibrasi untuk akurasinya.

Dalam pabrik perlengkapan pengaturan tabung LPG seperti hand trucks, mechanical dan hydraulic lifts, conveyors dan power forklift, harus diinspeksi untuk mencegah breakdown dan kegagalan. Akurasi dari skala harus ditentukan tiap bulannya dengan mengunakan pengukur berat. Pengukur berat harus sama atau lebih berat sedikit dibandingkan maksimum berat dari tabung LPG yang terisi.

3.3.6.3. Pembuangan Tabung LPG Tabung LPG yang gagal pada pengetesan atau inspeksi dan yang tidak bisa diperbaiki lagi dibawah spesifikasi tabung LPG harus dimusnahkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 55 / 112

Prosedur yang direkomendasikan untuk pembuangan tabung LPG yang tidak bisa diperbaiki, yakni:

1. Pembuangan kandungan.

2. Pembersihan liquid yang menguap atau gas dalam tabung LPG dengan material inert seperti nitrogen, karbon dioksida atau air.

3. Menekan tabung LPG atau memotong ke dalam dua atau lebih bagian sehingga tidak bisa digunakan kembali dalam presssure service.

4. Jika tabung LPG dipotong, musnahkan tanda spesifikasi pada tabung LPG.

3.3.6.4. Inspeksi Tahunan Suatu stasiun pengisian harus secara lengkap diinspeksi paling tidak sekali dalam setahun atau lebih sering dan lebih lagi jika penggunaan berlebih. Inspeksi meliputu selang, permukaan dari scale platform, lantai sepanjang platform, pembongkaran dan pembersihan dari scale, dan pembongkaran serta pengukuran dari keausan pada komponen-komponen peralatan automatis dan katup (valves).

Akurasi shutoff peralatan dan setting net kandungan berat bisa ditentukan dengan mengawasi berat sekitar 5% dari total jumlah tabung LPG yang terisi selama hari tersebut. Pengecekan berat harus merekam atau mencatat nama operatomya.

3.3.6.5. Inspeksi Fasilitas Pengecetan Wadah cat harus terjaga minimum untuk mendukung pengoperasian. Cat dan wadah solvent harus tertutup kecuali saat digunakan. Paints booths harus dijaga dari penyemprotan berlebih. Saringan harus diganti ketika efisiensi exhaust fan turun (drop).

Cat harus disimpan pada lokasi penyimpanan untuk tujuan ini.

3.3.6.6. Inspeksi Fasilitas Kebakaran Suplai air untuk kebakaran dan sistem distribusi harus diinspeksi untuk memastikan pengoperasian berjalan dengan memuaskan. Sistem distribusi air pada kebakaran yang meluas, bagian "dead legs", harus menyiram secara rutin untuk menghilangkan sedimen yang terakumulasi dalam pipa-pipa.

Sistem penyemprotan dari vessel cooling harus diuji untuk memastikan nozzles mengalir bebas dan distribusi air pada vessel sesuai dengan harapan.

Sistem penyemporan/penyiram api jika ada harus diinspeksi dan dilakukan pengujian acak untuk memastikan pengoperasian yang tepat.

Pemadam api harus diinspeksi bulanan secara visual untuk perubahan orientasi, penempatan yang salah, pengosongan atau kerusakan eksternal lainnya.

Inspeksi yang rutin dan program pemeliharaan harus disertakan pada semua perlengkapan portable pemadam kebakaran. Pemadam harus disertakan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 56 / 112

informasi tanggal pengujian. Kebakaran dan alarm darurat harus diuji tiap bulan untuk memastikan bekerja dengan tepat.

3.3.6.7. Inspeksi Sistem Penghentian Darurat Sistem penghentian darurat harus diuji tiap bulan dengan mengaktifkan station yang berbeda tiap waktu untuk memastikan semua sistem komponen bekerja sesuai desainnya.

3.3.6.8. Inspeksi Sistem Kelistrikan Sistem Kelistrikan harus diuji untuk memastikan semua perlengkapan bekerja sesuai dengan harapan dan bebas dari keausan atau kerusakan.

3.3.6.9. Inspeksi Pemagaran Pengujian bulanan dari parameter pemagaran dan semua kontrol akses peralatan yang diperlukan.

3.3.7. Penyimpanan Tabung LPG Tabung LPG isi maupun kosong harus disimpan terpisah pada jarak 1 m.

Lokasi penyimpanan harus diventilasi dengan baik dan mungkin pada level bawah tanah atau pada platform terbuka maupun tertutup.

Tabung LPG selalu tersimpan dengan baik dimana safety valve berada pada ruang uap dalam tabung. Kondisinya tidak boleh terjadi stagnan. Desain spesial logam pallet rack tabung LPG handling dan sistem penyimpanan bisa digunakan.

Tabung LPG tidak boleh disimpan dalam lokasi yang digunakan untuk penyimpanan alat-alat yang kering sifatnya, produk lain dari petroleum dalam paket atau drum, atau gas terkompresi lainnya. Tabung LPG harus disimpan dalam tempat yang cocok, area stabil, memastikan minimum terpapar dari temperatur ekstrim, kerusakan fisik dan daerah lingkungan merusak (tampering). Tabung LPG harus diposisikan sehingga relief katup penekan langsung menyentuh dengan vapor space. Diluamya, relief penekan dijauhkan langsung dari material yang mudah terbakar.

Tabung LPG yang kosong harus disimpan di tempat terbuka. Jika disimpan di ruangan, dilakukan pemisahan jarak.

Collars pelindung dan tutupnya harus pada tempatnya dan outlet valves/katup tertutup selama penyimpanan, baik untuk tabung LPG berisi maupun kosong.

APAR DCP 9 Kg harus ditempatkan dalam jarak 5 m.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 57 / 112

3.3.8. Petunjuk Tabung LPG

3.3.9. Penyusunan Tabung Dalam Gudang

Tanpa Fasilitas Forklift

a. Handling tabung-tabung kosong maupun isi diperlakukan sama.

b. Penyusunan tabung harus dikelompokkan sesuai dengan kapasitasnya.

c. Tabung isi harus disusun terpisah dengan tabung kosong, untuk ini perlu diberi plakat (board) yang bertuliskan "Tabung Isi" dan "Tabung Kosong". Tempatkan plakat sedemikian rupa sehingga mudah terbaca.

d. Pisahkan tabung yang rusak/cacat, bocor dan beri tanda.

e. Tabung harus disusun tegak dengan memperhatikan ;

Tabung isi maupun kosong kapasitas 50 Kg tidak boleh ditumpuk.

Tabung isi kapasitas 3 kg dapat ditumpuk maksimum 3 (tiga) susun (tabung), sedangkan tabung kosong dapat ditumpuk maksimum 3 (tiga) susun (tabung), jarak minimum antara dinding dengan tabung LPG 100 cm.

Tabung isi kapasitas 6 Kg dapat ditumpuk maksimum 2 (dua) susun (tabung), sedangkan tabung kosong dapat ditumpuk maksimum 3 (tiga) susun (tabung), jarak minimum antara dinding dengan tabung LPG 100 cm.

Tabung isi kapasitas 12 Kg dapat ditumpuk maksimum 2 (dua) susun (tabung), sedangkan tabung kosong dapat ditumpuk maksimum 3 (tiga) susun (tabung), jarak minimum antara dinding dengan tabung LPG 100 cm.

Agar mudah menghitungnya jumlah tabung setiap baris dalam kelompok (blok) harus dibuat sama.

Safety plug (plastik) untuk tabung 50 kg harus selalu terpasang pada valvenya.

Untuk menghindari jatuhnya susunan tabung maupun kemungkinan pencurian, tabung dapat diikat dengan menggunakan tali baja dan dikunci.

LPG

"Peringatan"

1. Selalu jaga tabung LPG dalam posisi berdiri.

2. Jauhi dari panas dan open flame.

3. Jaga tabung LPG dalam ruang ventilasi yang baik.

4. Jika terjadi kebocoran gas hubungi Suplyer Anda atau Pertamina.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 58 / 112

Jarak antara kelompok susunan tabung harus cukup aman untuk kegiatan penimbunan dan penyaluran.

Tabung ditempatkan untuk maksud penyimpanan dan penimbunan, jangan untuk maksudmaksud lain, misalnya untuk ganjal, tempat duduk dan sebagainya.

Dengan Fasilitas Forklift Dengan adanya fasilitas forklift maka dimungkinkan menyusun tabung LPG lebih dari dua susun. Dalam hal ini tabung ditempatkan didalam pallet.

Penggunaan pallet harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:

a. Bahan pallet tidak boleh dari bahan besi atau sejenisnya

b. Konstruksi pallet harus diatur sedemikian rupa sehingga ;

Memudahkan didalam penyusunan dan pengambilannya.

Cukup kuat untuk menahan beban diatasnya.

c. Ukuran pallet harus disesuaikan dengan kemampuan forklift.

d. Jarak gang (aisle) didalam gudang harus cukup aman untuk pergerakan forklift.

e. Jumlah tumpukan tabung ukuran 12 Kg dalam satu pallet maksimum 2 (dua) susun, sedangkan jumlah tumpukan pallet disesuaikan dengan kemampuan forklift dan lantai.

f. Ikat tabung didalam pallet agar tumpukan stabil.

3.3.10. Pemuatan Tabung LPG

Memuat Tabung Ke Atas Truk

1. Tabung isi maupun tabung kosong ukuran 3 kg, 6 kg dan 12 Kg harus ditempatkan dalam posisi tegak (vertical) dengan kerangan menghadap keatas dan disusun maksimum 2 (dua) susun. Tabung 50 Kg tidak boleh disusun bertingkat, atau horizontal dan terbalik, serta apabila sampai terdapat bagian tabung yang menjorok keluar dinding truck, tinggi maksimum yang diperkenankan tidak boleh lebih dari 1/3 tinggi tabung.

2. Handling tabung dengan baik, jangan dibanting atau dilempar, tetapi diangkat atau digeser dengan posisi foot-ring ada dibawah.

3. Hindarkan benturan/gesekan antar tabung yang mungkin mengakibatkan perubahan menetap sampai 0,2 % dari besamya tabung yang dapat mengakibatkan afkir.

4. Perlakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak tabung maupun perlengkapannya, tidak mudah jatuh, mengguling dan harus selalu dalam posisi tegak.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 59 / 112

5. Selama pembongkaran/pemuatan, kendaraan harus tetap diawasi/dijaga oleh sopir/kernet. Jika mengikat tabung dengan tali perhatikan agar tali tidak menyentuh safety valve.

6. Pastikan tabung tersusun dengan rapat, terpasang dalam keadaan terikat baik, tidak mengakibatkan benturan yang dapat menimbulkan percikan bunga api.

7. Periksa jumlah tabung sesuai dengan dokumen.

8. Operator/petugas harus memakai safety shoes dan sarung tangan.

Pengangkutan

1. Pengangkutan tabung LPG tidak boleh diperlakukan dengan kasar dan tidak boleh berhubungan langsung dengan sinar matahari atau sumber panas lainnya.

2. Hindarkan benturan / gerakan antara tabung. atau antara metal sekecil mungkin.

3. Pengangkut harus mengetahui keamanan barang-barang yang diangkut.

4. Alat pengangkut harus dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran yang sesuai, minimal 1 buah DCP (dry chemical powder) ukuran 18 Lbs / 8,2 kg rating B:C.

5. Dalam pengangkutan harus dilaksanakan sedemikan rupa, sehingga tidak mudah jatuh. mengguling (posisi tabung harus tegak) dan tidak menyentuh barang yang keras.

6. Supaya diperhatikan agar tali tambang tidak menyentuh safety valve.

3.3.11. Perlindungan Kebakaran

Suplai Air Jika fasilitas pengisian tabung LPG adalah bagian dari pemasaran terminal atau refinery, air harus dilokasikan minimal 30 m dari pengisian tabung LPG dan fasilitas penyimpanan.

Jika fasilitas bukan merupakan bagian instalasi luas/besar, tetap harus ada suplai air sesuai ukuran dan fasilitas yang ada, sumber api dan ketentuan undang-undang. Umumnya 4 jam pemadam kebakaran dan suplai air pendingin harus ada/tersedia.

Penyemprot dan Sistem Penyembur Api Sistem penyemprotan air untuk pendingin direkomendasikan untuk perlindungan tabung LPG yang terisi tersimpan pada area 60 m2 dengan metode pembanjiran.

Sistem Alarm Sistem alarm yang mempunyai kemampuan sinyal respon darurat harus tersedia untuk mendeteksi kebocoran, kebakaran dan keadaan darurat lainnya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 60 / 112

Penghentian Darurat Sistem Penghentian Darurat bisa menghentikan pengoperasian pengisian tabung LPG, valves suplai produk dan disediakan valve/katup pengeluaran tangki penyimpan. Sistem Penghentian Darurat bisa dicocokkan pada lokasi pabrik, tertutup dari operator station, pada ruang kontrol dan dekat dengan jalur keluar darurat.

Tanda "Perhatian" dan "Bahaya" harus ditempatkan pada lokasi-lokasi untuk memperingatkan bahaya-bahaya dari fasilitas-fasilitas yang ada. Juga, tanda kontrol akses harus ada pada pintu masuk untuk menjaga orang-orang yang tidak berwenang keluar.

Tanda yang banyak dan penandaan harus digunakan untuk indikasi kandungan tangki, valve/katup dan fungsi switch dan indentifikasi pipa dan arah aliran.

Jalan keluar darurat harus ada untuk memastikan penyelamatan personil yang dalam kondisi darurat.

3.3.12. Prosedur Darurat

3.3.12.1. Kebocoran a. Mengatasi Kebocoran Pada Tabung LPG

1. Apabila terjadi kebocoran pada valve, usahakanlah memperbaiki dengan cara membersihkan valve dan menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada pada valve dengan menekan-nekankan penusuk ke dalam valve, sehingga kotoran yang mungkin melekat pada seating hilang, atau mungkin duduknya steam valve tidak sempurna pada seatingnya. Dengan jalan demikian dapat diperbaiki. Jika ternyata gagal, Cairan didalam tabung diisap dengan evacuation pump dikembalikan ketangki timbun.

2. Pada tabung diberikan tanda "BOCOR" yang cukup jelas.

3. Apabila diperlukan ruang untuk vapor, sebagian isi container yang terlalu penuh dikembalikan ke tangki timbun melalui evacuation pump.

4. Hindarkan kemungkinan suatu campuran yang dapat menyala (batas penyalaan, perbandingan gas LPG dengan udara 1,8 sampai dengan 10% gas).

5. Sediakan alat pemadam kebakaran yang cukup.

6. Bila terjadi kebocoran pada sekitar valve, atau pada dinding cylinder, maka cara mengatasinya sama, adapun tabung bocor yang tidak bisa diperbaiki, dikirim ke LPG Filling Plant.

Bila terjadi kebocoran diluar Plant letakkan tabung LPG tersebut ditempat yang aman dan jauh dari sumber api.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 61 / 112

b. Mengatasi Kebocoran Pada Kerangan Tabung LPG

1. Apabila terjadi kebocoran pada kerangan, usahakanlah memperbaiki dengan cara membersihkan kerangan dan menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada pada kerangan dengan menekan spindle valve, sehingga kotoran yang mungkin melekat pada dudukan kerangan hilang atau mungkin duduknya kerangan kurang sempurna. Apabila kerangan memang rusak, maka tabung segera dikosongkan dengan Evacuation pump dan kerangan diganti.

2. Berilah tanda bahaya di daerah tersebut.

3. Pada tabung diberi tanda bocor yang cukup jelas.

4. Hindarkan kemungkinan suatu campuran yang dapat menyala (campuran mudah menyala, bilamana konsentrasi gas LPG dalam udara mencapai 1 sampai dengan 2%).

5. Sediakan cukup alat pemadam kebakaran.

6. Bilamana terjadi kebocoran diluar kerangan, maka cara mengatasinya sama. Selanjutnya tabung tersebut tidak boleh dipergunakan lagi dan tabung tersebut dinyatakan sebagai tabung afkir.

c. Untuk silinder yang terbakar Apabila bagian yang diisolasi terbakar sebagai akibat las listrik atau api yang bertemperatur tinggi pada silinder yang dapat diadakan pemanasan kembali (heat treatment), maka dapat dilakukan hydrostatic tesl kembali.

3.3.12.2. Kebakaran Pada Pabrik Pengisian Tabung LPG

1. Hentikan aliran produk dengan mengaktifkan penghentian sistem darurat pabrik.

2. Bunyikan alarm kebakaran untuk memberi sinyal ke departemen kebakaran dan personil pabrik.

3. Hidupkan penyemprot air dan jika perlu gunakan hand lines dan monitor untuk menjaga tangki timbun dan tabung LPG dingin.

4. Jangan mencoba menghentikan kebakaran saat produk masih jalan/mengalir. Jaga tangki dan tabung LPG dingin sampai suplai LPG habis.

3.3.12.3. Kebakaran Tabung LPG

1. Berikan penyemprotan air pada tabung LPG dan area sekeliling untuk menjaga tabung LPG dingin dan jaga api dari semakin menyebar.

2. Tutup tabung LPG valve/katup jika memungkinkan.

3. Pelihara penyemprotan air pada tabung LPG jika api pada katup tabung LPG atau kebocoran tidak bisa dihentikan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 62 / 112

4. Bunyikan alarm kebakaran untuk memberi sinyal ke departemen kebakaran.

5. Biarkan gas terbakar; jika tingkatan level suara meningkat, ambil alih / tangani.

6. Labelkan tabung LPG tidak aman dan dalam perbaikan ketika api telah terpadamkan dan tabung LPG dalam kondisi dingin.

3.3.13. Pemeriksaan Tabung Secara Visual Setiap tabung LPG harus diperiksa secara visual yang sesuai dengan Instruksi Direktur Direktorat Pembinaan Norma-Norma Keselamatan Kerja No: 27/Ins/Mek. 1979 tanggal -10-1979, beserta lampiran perbaikannya. Meliputi ;

a. Korosi lubang kecil Yang dimaksud dengan korosi lubang kecil adalah korosi yang berbentuk lubang kecil-kecil yang berdiameter tidak melebihi 6 mm dan pada setiap area 6.000 mm2 terdapat tidak lebih satu kelompok korosi tersebut. Tebal dinding dari bagian yang mengalami korosi lubang kecil tidak kurang dari 1 x tebal minimum yang diperbolehkan.

b. Korosi garis Yang dimaksud dengan korosi garis adalah korosi berbentuk suatu garis dengan ukuran panjang tidak melebihi 6 mm (sering terjadi pada sambungan ikatan umpama antara tangki dan footring). Panjang korosi garis harus lebih kecil dari 75 mm atau tebal dinding tidak kurang dari 1 x tebal minimum yang diperbolehkan.

c. Korosi merata Yang dimaksud dengan korosi merata adalah korosi yang terjadi secara merata dan meluas. Tebal dinding korosi garis merata tidak kurang dari 1 x tebal minimum yang diperbolehkan.

Bila terjadi penyimpangan dari syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti tersebut diatas, maka tabung harus diperbaiki.

d. Perubahan Bentuk Penggelembungan

Yang dimaksud dengan penggelembungan adalah penggelembungan pada dinding silinder. Bagian-bagian yang mendapat penggelembungan pada dinding silinder harus lebih kecil dari 1 % terhadap keliling badan tabung.

Lekuk

Yang dimaksud dengan lekuk adalah lekuk yang tidak tajam pada permukaan bahan dan lekukan ini tidak tembus ke dinding bagian dalam. Dalam lekuk tidak melebihi 1/10 diameter lekuk dan atau diameter lekuk tidak melebihi dari 1/4 diameter tabung.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 63 / 112

Lekuk tajam Yang dimaksud lekuk tajam adalah lekuk dengan lekuk bersudut tajam sedangkan permukaan bahan tidak ditembus. Apabila lekuk terjadi sedemikian rupa sehingga sebagian berada pada sambungan las-lasan silinder, maka kedalaman lekuk tidak boleh lebih dari 6 mm.

Luka tajam Yang dimaksud luka tajam adalah lekukan bersudut tajam dimana permukaan bahan luar dan dalam tertembus. Lekuk tajam pada silinder harus kurang dari 75 mm panjangnya atau tebal dinding pada lekuk tajam tidak kurang dari 1 x tebal dinding minimum yang diperbolehkan. Penyimpangan dad syarat-syarat yang harus dipenuhi tersebut diatas harus diafkir.

e. Kebocoran Adanya kebocoroan dalam setiap bagian dari badan silinder.

Adanya kebocoran pada leher berulir, kecuali dapat diperbaiki secara memuaskan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penyimpangan seperti tersebut diatas harus diafkir.

f. Pemeriksaan Dalam Apabila terdapat kerusakan bagian bawah yang tak dapat dilihat dari sebelah

luar sehingga tak dapat diukur.

Ketebalan silinder kurang dari ketentuan-ketentuan yang diperbolehkan sebelumnya.

Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti tersebut di atas harus diafkir. Pemeriksaan seluruh permukaan dalam dapat menggunakan lampu bertegangan rendah dan yang terlindung

g.Timbangan Beratnya Bila dalam penimbangannya sesuai peraturan yang berlaku terdapat adanya perubahan berat tabung 3 1/3% dari berat semula, tabung-.tabung LPG harus diafkir.

h. Bunyi Bila diadakan pemeriksaan secara hammer test sesuai peraturan yang berlaku terhadap sambungan-sambungan badan tabung terdapat adanya bunyi pekak, maka tabung-tabung LPG tersebut harus diafkir.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 64 / 112

i. Handguard dan Footring Terhadap tabung-tabung yang handguard atau footringnya mengalami kerusakan-kerusakan yang mengakibatkan kelemahan / cacat-cacat tabung yang membahayakan. maka tabung-tabung LPG tersebut harus diafkir.

j. Pengujian Pemadatan Setiap tabung LPG yang dalam pemeriksaan secara visual telah menunjukkan

hasil baik, harus dipadat dengan air dingin pada tekanan 27 kg/cm2

Bila dalam pemadatan terdapat tanda-tanda bocor, berkeringatan atau menunjukan perubahaan dalam bentuk yang menetap lebih dari 0.2% dari volume semula, maka tabung LPG tersebut harus dinyatakan afkir.

3.3.14. Pencatatan Hasil Pemeriksaan / Pemadatan (Register) dan Cap Tanda Baik Dan Tanda Afkir ;

1. Pencatatan hasil pemeriksaan / pemadatan harus disesuaikan dengan Surat Edaran Direktur Direktorat Pembinaan Norma-Norma Keselamatan Kerja dan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja No. 11 tahun 1977.

2. Pemeriksaan / Pemadatan harus dilaksanakan oleh atau atas kesaksian pegawai Pengawas / Ahli Keselamatan Kerja setempat.

3. Pencatatan seperti tersebut pada item 1 di atas harus disyahkan oleh Kepala Bidang Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kantor Wijayah Direktorat Jenderal Perlindungan dan Pemwatan Tenaga Kerja setempat.

4. Setiap tabung LPG yang dinyatakan baik pada pemeriksaan/pemadatan sesuai item 1 dan 2, dalam pemakaian harus dibubuhi cap tandabaik pada bagian tabung yang mudah dilihat, begitu pula yang dinyatakan afkir juga harus dibubuhi cap tanda afkir.

5. Pengecapan harus dilakukan/diberikan oleh Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja setempat dengan kode-kode sesuai Surat Edaran Direktur Direktorat Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerja dan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja No.32/Ins/1977.

3.4.0. STASIUN PELAYANAN LPG (SPB LGV). 3.4.1. Pendahuluan

Bagian ini memberikan penjelasan khusus untuk instalasi pompa pengisian tabung bahan bakar Elpiji yang dipasang permanen pada kendaraan. Instalasi ini biasanya terdiri dari tangki timbun, pompa supplai dan dispenser yang berhubungan dengan pipanya, pelindung api dan sistem pemadam darurat.

Fasilitas ini biasa dipasang baik pada pompa pengisian lama maupun baru, dimana terdapat juga jenis bahan bakar lainnya. Fasilitas ini dapat dibangun pada daerah dengan tingkat konsumsi bahan bakar yang tinggi.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 65 / 112

3.4.2.Persyaratan instalasi

Semua izin dan persetujuan yang diperlukan dari pemberi otoritas / Disnaker PERTAMINA harus diperoleh untuk sistem dan instalasi Elpiji.

Hanya kontraktor yang memenuhi kualifikasi dan disetujui yang boleh melakukan instalasi peralatan Elpiji.

Disarankan untuk mengawasi kontraktor selama tahapan proses instalasi

1. Pemeriksaan terhadap peralatan yang diantar, termasuk pengujian dan pemeriksaan terhadap pelindung luar tangki yang dikubur atau ditimbun.

2. Pengujian tekanan pipa dan inspeksi pelindung luar.

3. Pengisian parit dan tangki.

4. Kalibrasi dispenser.

5. Penggantian dan perbaikan sistem

Membetahukan kepada pihak otoritas / Disnaker PERTAMINA untuk dapat menginspeksi instalasi selama pekerjaan berlangsung dan pada proses penyelesaian . Pada saatnya, sertifikat pengesahan untuk instalasi lengkap dapat diperoleh dari pihak otoritas / Disnaker tersebut.

3.4.3. Tangki Timbun

Setiap pompa pengisian akan mempunyai tempat penyimpanan persediaan Elpiji. Tempat penyimpanan tersebut biasanya merupakan tangki timbun dengan kapasitas besar, yang berlokasi tetap dan bisa diisi oleh kendaraan pengirim LPG.

Ukuran dan jenis tangki timbun besar ini ditentukan dari antisipasi jumlah penjualan, frekuensi pengiriman, jarak daerah persiapan dan kebutuhan-kebutuhan dimasa mendatang.

Rancangan, pembuatan, inspeksi dan pengujian tangki timbun harus sesuai dengan kode aturan tekanan bejana PERTAMINA yang diperbolehkan .

Tangki timbun harus dirancang untuk 100% propana dan juga dapat menampung campuran produk di masa mendatang. Informasi data bejana harus tersedia pada setiap bejana.

Tangki timbun biasanya berbentuk silindris horisontal dengan kapasitas antara 3 m³ (105 ft³) hingga 60 m3 (2114 ft3) . Benda ini biasanya dibuat dengan rancangan standar. Meskipun pada awalnya dipasang diatas tanah, bejana dapat dikubur atau ditimbun dibawah tanah apabila tidak terdapat ruangan yang cukup atau jika diwajibkan dalam peraturan. Bejana silindris vertikal yang kecil dapat digunakan apabila ruangan yang tersedia tidak mencukupi untuk instalasi horisontal.

Banyak faktor standar yang harus dipertimbangkan ketika menempatkan tangki timbun pada suatu area seperti telah dijelaskan sebelumnya. Jarak minimum yang dibutuhkan ditentukan oleh jenis dan kapasitas bejana yang akan dipasang serta perkiraan potensi bahaya sekitar.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 66 / 112

Pada semua kasus, minimum safety distance harus sebesar yang sudah ditunjukkan pada bagan berikut ini atau sesuai dengan persyaratan otoritas / Disnaker .

Gambar 3.21. Minimum On-Site Distances (Meters)

Biasanya, semakin besar kapasitas tangki timbun, semakin besar pula area yang dibutuhkan untuk pembatasan, tempat umum, sumber pengapian, dsb. Penimbunan atau penguburan bejana, walaupun sering dianggap sebagai penambahan biaya, biasanya lebih menguntungkan pada tempat terbatas dan jarak pemisah minimum dapat dikurangi secara signifikan.

Bejana yang terletak di atas tanah harus diarahkan agar poros longitudinal menjauh dari tangki timbun atau bangunan yang lain.

Kadang-kadang lebih dari satu tangki timbun akan menyuplai fasilitas. Disarankan untuk instalasi diatas tanah, tidak lebih dari dua bejana dalam satu kelompok.

Penghalang uap yang tahan air dan tidak mudah terbakar, dapat digunakan untuk mengurangi jarak pemisahan horisontal langsung. Jarak pemisah dihitung dari dinding tangki dan obyeknya, pada area horisontal sekitar ujung dari penghalang uap. Bagian atas penghalang uap minimal harus setinggi 0,5 m (2 ft) diatas tutup bejana atau penyambung pipa (tidak termasuk katup pengaman dan penghubung yang berkaitan). Dasar penghalang uap tersebut juga harus sejajar.

SITE BOUNDARY

OPEN PIT OR DRAIN

YARD LIGHT

ABOVEGROUND LPG TANK

LPG FILL POINT

LPG TANK TRUCK POSITION

YARD LIGHT

OPEN PIT OR DRAIN

OPEN PIT OR DRAIN

BUILDING

U/G FUEL TANK

LPG DISPENSER

GASOLINE DISPENSER

UNPROTECTED LIGHT SOURCE

COSTUMER CAR

Above Ground Storage Tank Minimum

DIAMETER OF LARGEST U/G TANK

5M 5 M 5

5 M

5 M

5 M

15 M

7 M

15 M

7 M

10 M

10

10

LPG DISPENSER

15 M

15 M

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 67 / 112

Gambar 3.22. Minimum On-Site Distances (Meters)

Tembok atau pagar penghalang yang lama maupun baru, digunakan sebagai penghalang uap LPG apabila terjadi kebocoran.

Rel pelindung atau tonggak harus disediakan untuk melindungi tangki timbun dari kemungkinan tertabrak kendaraan yang bergerak disekitar area.

Tanda peringatan "dilarang merokok" dan sumber api harus tersedia pada bejana. Bejana horisontal harus dipasang sedikit menurun ke arah saluran pembuangannya. Daerah dibawah tangki timbun terletak di atas tanah disemen dan sedikit menurun agar produk yang bocor akan mengalir keluar bejana dan pipa yang berhubungan dengan bejana. Permukaan luar bejana terkubur/tertimbun harus ditutup dengan lapisan anti

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 68 / 112

korosi. Lapisan ini harus diperiksa keutuhan dan spesifikasi ketebalannya pada saat instalasi.

Prosedur persyaratan PERTAMINA pada inspeksi tangki timbun berbeda-beda, inspeksi harus dilakukan setiap 6 bulan.

Bejana terkubur/tertanam harus dipasang dengan sistem perlindungan katodik. Biasanya digunakan sistem jenis anoda sacrificial dan harus dimonitor/diukur potensialnya setiap tahun untuk menjamin perlindungan bejana.

Ketika terdapat air tanah dalam jumlah besar, bejana harus dijangkar mekanis untuk mencegahnya mengambang.

Tidak diperbolehkan ada pekerjaan, yang berkaitan dengan fasilitas Elpiji maupun tidak yang dilakukan pada atau bersebelahan dengan instalasi Elpiji, hal ini dapat memberikan efek penurunan pada persyaratan keamanan.

3.4.4. Perlengkapan Bejana

Persyaratan minimum untuk tangki timbun dan perlengkapannya:

Note : a. Where hoses from truck transport can reach the storage

tank, piping from connections (1) and (2) can be eliminated and valve outlet lined with hose adapter

b. Enclosed tank and pump within fence c. Provide impact posts to protect vulnerab;e equipment d. The emergency fail safe shutdown system that closes

valves. must also stop the pump. Valve. are not required at unloading point when receipt lines hold less than 0,05 m3 (13 US gal) of product

Gambar 3.23. LPG Service Stations

LEGEND : Shutoff valve

Backflow check valve

Internal safety control valve Excess flow valve

Relief valve Thermal relief valve

Diferential relief valve Strainer Emergency failsafe shutdown valve

VENT STACK

VAPOR

LIQUID

GLOBE VALVE

LEVEL GAGE

QUICK ACTION FILL VALVE

STRAINER

PUMP

VAPOR ELIMINATOR

DISTANCE FROM PUMP SUCTION SHOULD BE A MIN OF 5 M (15 ft)

SELF SEALING COUPLINGS

BALL VALVES REQUIRED UNLESS SELF-SEALING COUPLINGS ARE USED

METER

HOSE

COUPLING

(1) (2)

T

T

T

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 69 / 112

Pemberi otoritas / Disnaker / Disnaker akan memberlakukan persyaratan yang lebih ketat dan ini akan diterapkan. Kecuali jalur pembuka sudah dimampatkan atau memiliki katup pelepas pengaman, setiap manhole harus berpelindung, minimal dengan dua pemutus positif / pressure valve.

Jenis pengaturan katup yang dipilih tergantung pada penggunaan, arah aliran dan apakah pembukaannya mengarah pada ruangan zat cair atau uap.

Semua katup harus dapat digunakan oleh Elpiji. Sebuah tangki timbun yang berhubungan dengan publik harus memiliki jalur yang aman dari gangguan karena ini akan menyebabkan lepasnya Elpiji. Penutup yang dapat dikunci merupakan yang paling sesuai.

Pencahayaan yang cukup harus disediakan pada sekitar bejana penyimpan sehingga semua katup dan pengukur dapat diamati dan dioperasikan pada malam hari. Sumber pencahayaan / lampu penerangan harus ditempatkan pada tiang dan sesuai dengan klasifikasi area.

3.4.5. Katup (Valves)

Banyak jenis katup yang tersedia. Deskripsi singkat dari jenis-jenis yang paling utama diberikan dibawah ini.

Excess Flow Valve Biasanya valve terbuka dan menutup otomatis jika setting tekanan telah dilampaui.

Emergency Safety Valve Valve yang dirancang untuk memenuhi jenis penutupan :

• penutupan otomatis oleh penggerak termal pneumatic/ gas innert (N2 dll)

• penutupan manual dari lokasi pengendali, dan

• penutupan manual pada valve itu sendiri.

Quick-Closing Internal Valves Valve internal dirancang dan diatur untuk menutup secara otomatis oleh penggerak termal juga manual dari lokasi yang jauh / remote.

Internal Safety Control Valve (Katup Pengontrol Keamanan Internal) Katup penutup cepat internal yang berkaitan dengan fungsi katup aliran keluar internal

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 70 / 112

Katup Satu Arah Katup yang memungkinkan aliran hanya pada satu arah.

Katup Penghalang Katup penutup yang dioperasikan secara manual

Katup Pelepas Pengaman Biasanya katup penutup membuka otomatis ketika batas tekanan yang diperkirakan telah dilewati.

Pemberi otoritas / Disnaker memiliki perbedaan peraturan tentang nomor, jenis, lokasi dan metode pengoperasian katup-katup yang digunakan dalam sistem Elpiji. Seringkali individu pemberi otoritas / Disnaker akan menyetujui beberapa rancangan sistem alternatif dengan kesamaan hasil proteksi.

3.4.6. Saluran Pengisian

Saluran pengisian dari tangki timbun dapat dipasang langsung pada tangki atau ditempatkan pada lokasi yang jauh. Adakalanya tangki yang lebih besar memerlukan pengisian dari jarak jauh, namun pengisian langsung lebih disarankan. Saluran pengisian dilengkapi saluran zat cair dan jalur kembalinya uap.

Skidtank Elpiji harus dilengkapi dengan pompa pembongkaran (unloading pump).

Operator stasiun pengisian harus diberitahu oleh pengendara mobil tangki bahwa akan ada dilakukan pengiriman.

Untuk pengiriman yang jauh, harus dipertimbangkan akses kendaraan pengantar dan jarak minimum yang diperlukan. Saat pembongkaran muatan, kendaraan pengantar / traktip harus berada dalam lokasi dan menghadap kearah pintu keluar. Kendaraan lain tidak boleh menghalangi arus lalu lintas disekitar tempat bongkar. Pengemudi harus memposisikan diri sedemikian rupa, sehingga dapat mengeluarkan mobil tangki dengan cepat pada kondisi darurat.

Tiap hubungan jarak jauh harus diposisikan dan dirancang sehingga apabila tangki pengirim tidak sengaja bergeser, tanpa terjadi pemutusan, katup pengaman dan pipa menuju bejana akan tetap terpasang.

3.4.7.Peralatan pemompa

Elpiji merupakan zat cair yang sulit untuk dipompa, terutama pada suhu yang lebih tinggi. Harus diperhatian jenis dan klasifikasi pompa yang paling cocok. Pompa harus memiliki design untuk pelayanan Elpiji dan ditempatkan di lokasi yang berbahaya.

Pompa harus selalu ditempatkan sedekat dan semudah mungkin dengan tangki timbun, tapi tidak boleh dibawahnya. Untuk tangki timbun bawah tanah, pompa harus

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 71 / 112

ditempatkan tepat diatasnya. Walaupun tidak disarankan, pompa submersibel dapat digunakan untuk tangki bawah tanah. Pompa harus selalu dilengkapi dengan tali dan valve bypass dan sesuai dengan klasifikasi area. Jarak pemisahan aman minimum harus dipertimbangkan ketika menempatkan pompa.

Pompa dijalankan secara otomatis dari tempat terpisah setiap kali dispenser dinyalakan. Pompa harus dapat dimatikan secara remote dengan menggunakan sistem pemadaman darurat (emergency shut down).

3.4.8.Pipa

Jalur berbeda untuk zat cair dan jalur uap kembali harus disediakan untuk setiap dispenser. Panjang jalur keseluruhan harus sependek mungkin.

3.4.9. Dispenser

Persyaratan Lokasi dispenser Elpiji tergantung pada jenis dan kegunaan dispenser yang akan digunakan. Jarak minimum seringkali diukur dari daerah pengeluaran, yang biasanya dalam area dimana kendaraan dapat diisi oleh dispenser.

Dispenser Elpiji haruslah disetujui oleh desain grafis Pertamina dan mirip dengan bensin, solar dan pompa / dispenser bahan bakar lainnya pada pompa bensin.

Unit perlindungan yang disarankan untuk pompa dengan dispenser Elpiji dapat dilihat pada gambar berikut in.

Gambar 3.24. Dispencer dan Proteksinya

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 72 / 112

Unit ini hanya digunakan ketika ada kemungkinan besar dispenser Elpiji akan rusak karena adanya gangguan kendaraan (khususnya truk dan bus) tanpa pelindung. Tonggak merupakan metode yang disarankan untuk melindungi dispenser Elpiji di pulau pompa dimana unit perlindungan ditempatkan. Ketika digunakan, tonggak harus dicat sesuai dengan standar warna Elpiji Pertamina dan ditempatkan pada 4 penjuru dispenser Elpiji.

Dataran unit pelindung terbuat dari baja . Lokasi yang dipilih untuk rambu-rambu dan instruksi adalah dekat pompa atau snap-losk atas pompa berlawanan dengan unit dataran pesan. Dataran unit perlindungan dengan radius putaran kendaraan ditampilkan dibawah ini.

Gambar 3.25. Radius Putaran Kendaraan

Dispenser sebaiknya ditempatkan sehingga bagian yang diisi tidak pada daerah lalu lalang publik. Sebuah dispenser Elpiji dengan akses publik sebaiknya dilengkapi dengan penguncian nozzle pada dispensernya saat tidak digunakan. Selang dispenser sebaiknya dilengkapi dengan segel otomatis atau katup penutup cepat (emergency shut-off valve) sebagai pengaman untuk menghindari pelepasan uap Elpiji tidak disengaja.

Jika lebih dari 15 ml (0,5 fl oz) zat cair yang terjebak dilepaskan ketika selang terputus, katup pembuka dengan tabung yang terpasang untuk menjamin bahwa zat cair tidak dilepaskan kedalam kontainer.

Peralatan selang dispenser harus sesuai untuk pelayanan Elpiji dan memiliki segel otomatis, breakfree coupling dari tipe no-damage dengan kapasitas kehilangan zat cair maksimum 15 ml (0,5 fl oz) ketika dipisahkan.

Pencahayaan yang cukup harus disediakan untuk kendaraan pengisi, dengan sumber cahaya, disarankan ditempatkan diluar daerah berbahaya, kecuali sambungan sesuai spesifikasi yang digunakan. Pompa dengan katup tipe potong

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 73 / 112

sebaiknya dipasang pada dasar dispenser. Instalasi yang benar akan menjamin fungsi keamanannya.

Emergency Shutoff Valve juga ditempatkan dalam atau pada dasar dispenser untuk menutup jalur suplai zat cair. Katup ini diaktifkan oleh sistem penutup darurat atau api pada dispenser. Setidaknya dua tutup pengisi kendaraan cadangan standar disimpan di lokasi jika terjadi kebocoran pada jalur hubungan pengisian kendaraan.

3.4.10.Persyaratan pengisian

Peraturan PERTAMINA membolehkan pengisian sendiri.

Instrumen pengisian sebaiknya ditampilkan pada/atau bersebelahan dengan dispenser Elpiji, hal ini akan menjelaskan apakah pengisian sendiri diperbolehkan.

Dispenser yang beroperasi pengisian sendiri sebaiknya selalu berada dibawah pengawasan operator pompa bensin.

Tanda yang jelas, mudah dibaca dalam area pengisian dengan "matikan mesin - dilarang merokok" atau kata-kata sejenis harus dipasang.

No Smoking Stop Engine Directions: 1. Remove Nozzle 2. Connect Nozzle To Tank 3. Fill 80% Maximum - No

Selama mengisi, mesin kendaraan harus dimatikan, merokok dan sumber api lainnya tidak diijinkan dalam jarak 7 m (23 ft) dari titik pengisian.

Hanya operator pompa pengisian yang sudah terlatih yang boleh melayani pengisian Elpiji, kecuali bila peralatan disetujui untuk sistem pengisian sendiri.

Banyak peraturan yang menerapkan pembatasan pengisian otomatis dipasang pada tangki bahan bakar kendaraan Elpiji. Peralatan ini akan secara otomatis menghentikan aliran Elpiji ketika batas pengisian yang telah ditentukan dicapai.

Kendaraan dengan fasilitas pembatas pengisian otomatis sesuai untuk operasi pengisian sendiri.

Ketika peralatan pembatasan pengisian otomatis tidak terpasang, operator harus memastikan bahwa batas aman pengisian tidak dilewati. Kelebihan pengisian akan mengurangi ruangan Elpiji untuk mengembang dan akan mengakibatkan tangki bahan bakar mempunyai tekanan yang berbahaya.

Semua selang pengisian tabung otomotif Elpiji haruslah jenis "dead - man" Semua penumpang harus berada diluar kendaraan pada saat pengisian.

Persyaratan yang harus diperhatikan untuk keamanan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 74 / 112

3.4.11.Tabung Elpiji

Tabung Elpiji harus dilengkapi kerah pengaman dan tutupnya.

Rancangan yang disarankan untuk rak penyimpanan ditunjukan dibawah ini. Rak terbuat dari besi dan dipasang pada kaki baja dilevel dasar. Rak ini terbuka pada semua sisi untuk sirkulasi udara yang baik.

SIDE ELEVATION FRONT ELEVATION

NOTE : TOTAL CAPACITY IS 70 BOTTLES

Gbr. 3.26. LPG Bottle Storage Rack Design

TOP VIEW

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 75 / 112

Untuk alasan keamanan, rak penyimpanan harus dapat dikunci. Penerangan daerah harus dipasang untuk pada saat malam hari.

Pesan peringatan dan perintah seperti dilarang merokok dan minta bantuan pada penjaga dan masukkan botol kosong harus dari huruf putih dan dimulai dari bagian bawah rambu.

PERTAMINA LPG

Deposit Empty Bottles Ask Attendant for Assistance No Smoking

LPG Bottle Storage rack Sign

menjaga jarak aman dari objek yang telihat dan tidak sangat penting dan harus disesuaikan dengan jarak minimal yang ditunjukan.

Bottle storage Racks

Quantity of LPG Stored Minimum Distance to (a) and (b)

Minimum Distance to ( c) and (d)

500 lbs (227 kg) or less 0 0

501 lbs (228 kg) to 2500 lbs (1136 kg) 0 10 ft (3m)

2501 lbs (1137 kg) to 6000 lbs (2227 kg) 10 ft (3m) 10 ft (3m)

6001 lbs (2227 kg) to 10000 lbs (4545 kg) 20 ft (6m) 20 ft (6m)

Over 10001 lbs (4545 kg) 25 ft (7.5m) 25 ft (7.5m)

Legend :

(a) Nearest Important Building or Group of Buildings

(b) Line of Adjoining Property Which May Be Built Upon

(c) Busy Thoroughfares of Sidewalks

(d) Line of Adjoining Property Occupied by Schools, Hospitals, Athletic Fields or Other Points of Public Gathering

Note ,- Check Local Reguiations

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 76 / 112

Lokasi yang sesuai untuk rak penyimpanan tabung Elpiji, dalam parameter stasiun pelayanan digambarkan dibawah ini.

Gambar 3.27. Bottle Storage Rack Location

2.4.12. Fire Protection

Ketika tangki timbun ditanam atau ditimbun, permukaannya terlindung dari api. Tangki timbun diatas tanah sebaiknya memiliki sistem pendinginan springkler air atau monitor air tetap untuk menyemprot bejana dan membuatnya tetap dingin. Bejana mungkin perlu dilapisi oleh bahan isolasi yang tidak bisa terbakar dan ini akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan sistem penyemprot air.

Selang air harus disediakan pada instalasi tangki penyimpan.

2.4.13. Pengawasan dan pemeliharaan

Pengawasan dengan menggunakan daftar pengecekan / ceklis harus dilakukan sebelum memulai kegiatan usaha setiap hari.

1. Periksa tangki timbun, peralatan pompa dan lemari dispenser untuk tanda-tanda dispenser.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 77 / 112

2. Periksa selang dispenser untuk tanda-tanda kerusakan. Periksa penyakup arah balik pada selang tertutup rapat. Pastikan tampilannya bekerja.

3. Apstikan bahwa tanda bahaya dan keamanan ada pada tempatnya

4. Periksa isi dan tekanan bejana.

5. Periksa kebocoran gas dengan deteksi bunyi dan bau

6. Periksa pemadam api pada posisi dan sesuai dengan tekanan

7. Periksa tanda operasi abnormal seperti pompa yang berisik begitu sistem dinyalakan.

8. Periksa opersi sistem operasi penutup darurat dengan mengaktivasi penghenti darurat jarak jauh

9. Operasi pengisian pertama hari itu harus diperhatikan untuk operasional yang benar.

10. Laporkan semua gangguan kerusakan atau masalah pada mobil dan jangan gunakan peralatan sampai keadaan aman.

Sistem pelayanan Elpiji harus dirawat dengan baik untuk menjamin keamanan operasional. Hanya kontraktor yang memenuhi kualifikasi diperbolehkan memelihara peralatan dan sarana pengisian dan bongkar Elpiji.

3.4.14.Sistem Pemutusan Darurat

Sistem pemutusan darurat harus disediakan

Sistem ini harus diperiksa setiap minggu dan uji lengkap setiap 6 bulan.

Tanda identifikasi harus ditempatkan pada titik perhentian darurat jarak jauh untuk sistem pemutus darurat

EMERGENCY STOP: PUSH LPG Dispensing Tank

Rambu yang berisi prosedur darurat harus dipasang diluar bangunan utama. Pemberitahuan lainnya dipasang didalam bangunan pada kantor / ruang operator. Nomor kontak telepon darurat harus dimuat pada rambu tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 78 / 112

Gambar 3.28. Sistem Pemutus Darurat

3.4.15.Prosedur Darurat

Kebocoran Bejana Penyimpan 1. Usahakan untuk menghentikan aliran produk

Matikan sistem dengan menggunakan sistem penghenti darurat jarak jauh.

• Dengan pemutusan jalur keseluruhan, katup aliran keluar akan menutup otomatis dan menghentikan 99% aliran.

• Dengan pemutusan jalur sebagian, katup aliran keluar mungkin tidak tertutup.

• Ketika aliran secara normal menuju bejana, katup pemeriksa balik / block valve akan menutup secara otomatis.

2. Tutup katup yang dioperasikan manual pada tangki.

3. Pastikan sumber-sumber api telah dimatikan atau dipindahkan.

• Matikan api rokok dan api terbuka. • Matikan sumber listrik pada panel pengontrol. • Jangan menghidupkan / mengendarai kendaraan keluar dari area. • Jauhkan penonton.

4. Beritahu pemadam kebakaran dan Pertamina.

Emergency Stop Button and Sign

Power to Gasoline

Dispencer Cut

Emergency Stop Button and SignISC ON LIQUID OUTLET CLOSES ISC ON LIQUID INLET CLOSES ISC ON VAPOR INLET CLOSES ISC ON VAPOR OUTLET CLOSES ISC ON PUMP BYPASS CLOSES

EMERGENCY PROCEDURES SIGN

EMERGENCY STOP BUTTON AND SIGN

EMERGENCY PROCEDURES

EMERGENCY STOP/START BUTTON AND SIGN

LIQUID LINE SHUT OFF VALVES AT DISPENSER BASES CLOSSED

FIRE WATER SPRAY SYSTEM

SPRAY SYSTEM MANUAL VALVE

POWER TO LPG DISPENCER CUT

POWER TO UNPROTECTED SIGN AND LIGHTS CUT OFF

POWER ISOLATED AT SWITCH BOARD

POWER TO PUMP CUT OFF

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 79 / 112

5. Gunakan penyemprot air bentuk fog untuk memecah uap dan membawa

campuran kebawah batas terbakar.

6. Jangan pernah rnenggunakan "control bum off "untuk mengeluarkan Elpiji Api Disekitar Tangki timbun 1. Usahakan untuk menghentikan aliran produk, matikan sistem dengan

menggunakan penghenti darurat jarak jauh 2. Beritahu pemadam kebakaran dan Pertamina. Jauhkan penonton 3. Usahakan untuk mencegah api masuk kedalam selungkup , khususnya pada

bagian atas bejana dan tutupi dengan air. Aktifkan sistem penyemprot air / springkler sistem.

4. Dilarang untuk memadamkan apa yang terbakar diatas katup keselamatan. Apabila api tersebut padam, uap yang keluar mungkin akan menyalakan api kembali bahkan membuat kebakaran baru.

5. Semua api dibawah bejana harus dipadamkan.

6. Jika kedua sistem otomatis dan sistem penutup darurat gagal untuk menghentikan aliran Elpiji yang menyalakan api, katup manual harus ditutup oleh pemadam kebakaran atau orang yang berpengalaman.

7. Ketika api dibawah bejana padam, lanjutkan penyemprotan ke bejana untuk mendinginkan, membuat tekanan kembali turun sehingga katup pengaman tertutup. Proses ini akan memadamkan api di katup pengaman.

Kebocoran Dari Silinder Kendaraan. 1. Hentikan dan matikan mesin kendaraan.

2. Jauhkan semua sumber api.

3. Tentukan sumber kebocoran. Kebocoran mungkin berasal dari

• Tekanan yang keluar karena kelebihan pengisian atau kelebihan panas. • Selang bensin karena rusak atau lepas hubungannya. • Saklar silinder, spt. pengukur atau pengukur,batas tetap.

4. Jika mungkin, kencangkan pipa, dll untuk menghentikan kebocoran.

5. Jika kebocoran dapat dihentikan, gunakan penyemprot air untuk memecah uap dan atur silinder untuk dipompa keluar.

6. Jika silinder diisi berlebihan tapi tidak bocor, kendaraan mungkin dapat dijalankan untuk menggunakan kelebihan Elpiji.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 80 / 112

3.4.16.Checklist Inspeksi Stasium Pelayanan LPG

Checklist Inspeksi Stasium Pelayanan LPG YA TDK N/A

1. Apakah sertifikat ada dan ditempatkan pada instalasi dan apakah telah dimodifikasi ?

___ ___ ___

2. Apakah semua emergency stops, kontrol stop/start, di atas tanah dan bejana (vessel) ditandai sesuai peruntukan ?

___ ___ ___

a. Tipe apa untuk menyelamatkan dispenser ? ___ ___ ___3 Instalasi vessel yang ada jenisnya apa ? ___ ___ ___

a. Diatas tanah – horizontal ? ___ ___ ___ b. ------------------- vertikal ? ___ ___ ___ c. Gundukan ? ___ ___ ___ d. Di bawah tanah ? ___ ___ ___ e Apakah bejana sesuai orientasinya? ___ ___ ___4. Apakah semua gauges, kontrol valve, tombol penekan cocok

untuk lokasi baik saat pengoperasian normal maupun penggunaan darurat?

___ ___ ___

5. Apakah jarak separasi, termasuk remote filling berdasarkan permintaan?

___ ___ ___

a. Apakah vapor barriers terinstalasi dan kedap air? ___ ___ ___6. Apakah fasilitas dilengkapi Fire Protection System dan

accesoriesnya ? ___ ___ ___

a. Sprayer/sprinkler ? ___ ___ ___ b. Fire hose reel? ___ ___ ___ c. Nozzle dan hose? ___ ___ ___ d. Alat pemadam api ringan / Fire extinguishers? ___ ___ ___ e. Sensor ? ___ ___ ___ f. Fusible Link? ___ ___ ___7. Apakah dispenser dan vessel cukup terlindungi dari tabrakan

langsung dengan kendaraan ? ___ ___ ___

a. Endosure? ___ ___ ___ b. Collards? ___ ___ ___ c. Barriers? ___ ___ ___8. Apakah area vessel bebas dari sumber api ? ___ ___ ___ a. Apakah pengairan pada vessel cukup?

___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 81 / 112

Checklist Inspeksi Stasium Pelayanan LPG YA TDK N/A

9. Kapan pengawasan terakhir dilakukan pada peralatan berikut? ___ ___ ___ a. Vessel? b. Vessel fittings? c. Sistem proteksi katodik Cathodic? d. Pipelines? e. Kontrol? 10. Apakah ada penerangan untuk malam hari ? ___ ___ ___ a. Operasi? ___ ___ ___ b. Vessel? ___ ___ ___ c. Remote filling? ___ ___ ___ d. Dispensers? ___ ___ ___11. Apakah self-service dispenser dibawah pengawasan dari

operator pengisian? ___ ___ ___

a. Apakah sarung tangan panjang tahan panas tersedia? ___ ___ ___12. Apakah rambu dan instruksi keselamatan ada pada dispenser? ___ ___ ___ a. Area Tangki? ___ ___ ___ b. Tank truck unloading area? ___ ___ ___ c. Lokasi berkumpul dalam keadaan darurat? ___ ___ ___13. Apakah racks untuk penyimpanan tabung LPG yang tersedia

tepat dan cukup ? ___ ___ ___

a. Apakah disediakan rambu keselamatan? ___ ___ ___ b. Apakah pencahayaan yang ada sudah cukup? ___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 82 / 112

3.5.0. PEMINDAHAN LPG.

3.5.1. Pendahuluan

Bagian ini berisi persyaratan untuk transportasi dan transfer Elpiji menggunakan Skid tank, tanker dan jaringan pipa.

3.5.2. Informasi Umum

Prosedur bongkar dan prosedur muat mempunyai saling keterkaitan. Dasar efisiensi dan keselamatan harus diperhatikan pada setiap operasi pemindahan.

Sangat penting bagi petugas pengirim maupun penerima untuk tetap berada pada posisi selama transfer produk. Pekerja yang terlatih yang berada diarea selama kegiatan transfer.

Sambungan penerimaan atau pengisian sebaiknya dilengkapi dengan ‘back flow check valve’ untuk mencegah terbuangnya isi dalam kontainer ketika terjadi kesalahan operasi dalam jalur tersebut. Sambungan yang digunakan baik untuk mengisi atau menerima, dan juga menarik sebaiknya dilengkapi dengan katup pemeriksa aliran keluar atau katup penutup cepat (quick-closing valve) internal. Tidak boleh ada api terbuka, rokok, atau sumber api lainnya selama proses transfer produk.

Semua selang harus ditandai dengan jelas sebagai selang yang cocok digunakan untuk Elpiji dan disesuaikan untuk tekanan kerja sebesar 1,7 Mpa (250 psi) atau 2,4 Mpa (350 psi), tergantung pada tekanan design dari sistem.

Pipa, fitting dan swivel joints yang digunakan untuk proses transfer Elpiji harus sesuai untuk tekanan system yang digunakan.

Saat memindahkan steker, tutup kabel atau selang pada sambungan-sambungan transfer, gunakan belahan atau bukaan untuk menentukan tidak ada tekanan yang tersisa walaupun pada meteran tekanan menunjukkan angka 0 (nol).

Jangan menaruh benda apapun diatas peralatan pengukur / timbangan tabung, ventilasi shut-off valve – safety relief atau menaruh sejajar dengan shut-off valve bukaan atau belahan yang akan dibuka.

Sebelum operasi transfer apapun akan dilakukan, periksa peralatan tambahan yang bukan bagian dari sistem transfer tetapi cocok untuk operasi ini.

Semua peralatan harus diperiksa secara fisik untuk menentukan klasifikasi peralatan tersebut sesuai digunakan untuk Elpiji dan berada pada kondisi yang aman dan dapat bekerja dengan baik.

Lokasi dan lingkungan sekitar harus bebas dari bahaya dan tetap bebas dari bahaya selama proses pemindahan.

Tangki penerima harus diperiksa untuk menjamin Tangki mempunyai kapasitas yang cukup memadai.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 83 / 112

Semua peralatan harus diperiksa secara fisik untuk menentukan klasifikasi peralatan tersebut sesuai digunakan untuk Elpiji dan berada pada kondisi yang aman dan dapat bekerja dengan baik.

Lokasi dan lingkungan sekitar harus bebas dari bahaya dan tetap bebas dari bahaya selama proses transfer. Tangki penerima harus diperiksa untuk menjamin tangki mempunyai kapasitas yang cukup memadai. Sebisa mungkin operasi transfer dapat diselesaikan tanpa gangguan.

Detektor gas harus digunakan secara terus menerus sebagai keamanan ketika menangani produk yang tidak berbau.

Batas pengisian maksimum yang dapat mangakibatkan bertambahnya temperatur, harus ditentukan lebih awal dan diawasi dalam setiap operasi pemindahan.

Dilarang melakukan pengisian produk Elpiji selama ada petir. Diusahakan tidak ada operasi pembongkaran dilakukan pada malam hari, diusahakan untuk dilakukan di siang hari kecuali ada sumber penerangan listrik permanen yang sesuai dan cukup memadai.

Bongkar muat LPG diusahakan dilaksanakan pada siang hari, apabila dilaksanakan pada malam hari, maka sumber penerangan listrik harus memadai minimum 300 lux.

Penggunaan lampu penerangan harus mengacu kepada spesifikasi serta zona penggunaan area . Tipe serta jenis selungkup lampu penerangan atau lentera listrik yang digunakan harus jenis Explotion proof / gas proof.

3.5.3. Skidtank Elpiji - Umum

Peralatan transportasi sebaiknya disesuaikan dengan garis panduan Corporate Design and Graphics. Perawatan bagian tempat duduk, casis dan unit tenaga harus diadakan.

Prosedur bongkar muat Skidtank Elpiji harus dibuat dan ditempatkan di area bongkar muat dan mudah dibaca oleh operator. Tempat-tempat bongkar muat Skidtank Elpiji harus diproteksi dengan fixed water monitor dengan ujung nozzle yang dapat diatur dari kabut hingga aliran jet yang ditempatkan pada tiap sisi instalasi bongkar muat. Fixed Water Monitor juga harus dipertimbangkan pada instalasi konsumen beresiko tinggi atau instalasi besar.

Minimum satu unit APAR DCP kap. 9 kg (20 Ib), harus disediakan pada setiap tempat bongkar muat. Pada tempat konsumen, tempat bongkar muatan Skidtank Elpiji juga harus dilengkapi dengan APAR DCP dan alat pemadam api lainnya sesuai dengan peraturan / standard PERTAMINA

Area parkir kendaraan yang cukup, harus disediakan untuk pergerakan kendaraan yang melewati plant/depot . Fasilitas bongkar muat berpelindung rel atau tiang penyangga untuk melindungi dari kerusakan akibat tertabrak oleh kendaraan lain.

Pemutus listrik otomatis harus digunakan untuk peralatan bongkar muat skidtank Elpiji atau peralatan laut, peralatan yang dipasang harus dilindungi dengan selungkup explotion proof untuk semua sambungan listrik .

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 84 / 112

Pada kebanyakan kasus, selang akan digunakan untuk operasi pembongkaran dan dapat dibawa sebagai bagian dari peralatan transportasi jalan raya. Selang-selang ini harus diperiksa untuk menentukan kondisinya dapat digunakan dengan baik, bebas air atau benda asing lainnya, dan penyakuk (coupling) selang mampu melakukan penguncian kedap gas. Kunci pas (bukan palu) harus tersedia untuk mengamankan penyakuk (coupling) selang.

3.5.4. Sistem Plant Elpiji

Bila menggunakan sistem flexible hose / selang untuk bongkar muat , sebaiknya ada sistem pengikat yang baik untuk mencegah pergerakan selang waktu bongkar muat LPG . Penyakuk (coupling) segel otomatis dibutuhkan pada jalur bongkar muat.

Peralatan keamanan seperti penghalang yang bisa dipindahkan atau gerbang dilengkapi dengan lampu peringatan merah (dikunci bersama saklar posisi lengan pengisi) harus disediakan untuk menghindari bergeraknya posisi skidtank Elpiji sebelum lengan pengisi / loading arm diputus dan dikunci dalam posisi aman.

Gambar 3.29. Piping & Coupling Tangki Timbun Elpiji

GLOBE VALVE

VENT STACK

BALL VALVES REQUIRED UNLESS SELF-SEALING COUPLING ARE USED

SELF-SEALED COUPLINGS LIQUID FILL

LIQUID PUMPOUT OR VAPOR

SERVICE LINE

LIQUID LEVEL GAUGE

(1) (2)

(3)

NOTES : (A) When hoses from truck transport can reach the consumer piping item connection (1). (2) and (3) can be eliminated and Valve outlents lines with hose adapters. (B) Connection (3) is for liquid pumpout

LEGEND : Shutoff valve

Backflow check valve

Internal safety control valve Excess flow valve

Relief valve Thermal relief valve

Diferential relief valve Strainer Emergency failsafe shutdown valve

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 85 / 112

Gambar 3.30. Peralatan Loading dan Unloading Elpiji

Gambar 3.31. Sistem Compresor Unloading & Loading Skidtank Elpiji

LEGEND : Shutoff valve Backflow check valve

Internal safety control valve Excess flow valve

Relief valve Thermal relief valve

Diferential relief valve Strainer Emergency failsafe shutdown valve

LOADING POINT LIQUID PUMP

LIQUID KNOCKOUT DRUM

BYPASS FOR RECEIPT FROM TRUCKS WITH PUMPS

COMPRESSOR

VAPOR

VENT STACK

VENT STACK

LIQUID

UNLOADING POINT

(A)

(A)

(B)

(B)

(C)

VAPOR

NOTE : A. Use-sealing couplings and rigid steel pipe/swing

joint connection to truck or tanker B. Equip vent lines at unloading connections with

spring-loaded actuators that must be manually hold open

C. The emergency fail safe shutdown system that

closes valves. must also stop the pump and

compressor. Valve. are not required at unloading point when receipt lines hold less than 0,05 m3 (13 US gal) of product

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 86 / 112

Prosedur "Pembongkaran" Skidtank Elpiji

Gambar 3.32. Unloading Diagram of Delivery Truck

3.5.5.Operasi Penerimaan Elpiji Melalui Skid Tank

Sebelum Penerimaan 1. Siapkan petugas.

2. Pasang Bonding Cable.

3. Ukur isi tangki timbun.

4. Yakinkan ada ullage yang cukup.

5. Siapkan fasilitas pembongkaran.

6. Yakinkan peralatan F&S dalam kondisi baik.

7. Lakukan pemeriksaan segel bersama-sama dengan pihak pengirim.

8. Periksa kelengkapan dokumen dan selesaikan administrasinya.

9. Yakinkan bahwa Elpiji sesuai dengan yang dinominasikan. Adakan kominikasi agar pihak pengirim dan penerima untuk pelaksanaan pemompaan meliputi jumlah, waktu, flow rate, kesiapan Depot / instalasi penerima.

10. Hubungkan Quick Coupling (cairan dan uap) ke tangki timbun.

11. Buka keterangan (katup cairan dan katup uap) yang berkaitan.

12. Hidupkan pompa transfer (kompresor uap).

Selama Penerimaan

1. Awasi jalur pipa dari skid tank sampai tangki timbun dari kemungkinan kebocoran.

2. Yakinkan bahwa Elpiji sudah mengalir ke tangki yang telah disiapkan.

FLOMATIC VALVE

TANK FILLER VALVE

TRUCK TANK

HOSE END VALVE

FILL HOSE

STORAGE TANK HOSE REEL METER

PUMP

PUMP BY PASS VALVE

UNLOADING DIAGRAM OF DELIVERY TRUCK

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 87 / 112

3. Bila terjadi kebocoran, stop pemompaan, tutup kerangan dan lakukan perbaikan secepatnya dan laporkan kepada atasan.

4. Petugas penerimaan harus selalu berada discrepancies tempat.

5. Hentikan operasi penerimaan bila cuaca buruk (banyak petir).

Setelah Penerimaan

1. Yakinkan bahwa Skid Tank sudah kosong.

2. Matikan pompa transfer dan tutup kerangan.

3. Lepas hubungan Quick Coupling (cairan dan uap) dan bonding cable.

4. Setelah seluruh muatan mobil tangki dibongkar, lakukan pengukuran pada isi, suhu dan tekanan pada tangki timbun, laporkan tentang jumlah penerimaan. Bila terjadi selisih jumlah penerimaan dan melebihi batas toleransi (0,5% wt) laporkan kepada atasan.

5. Selesaikan seluruh dokumen penerimaan.

Prinsip-Prinsip Penerimaan Elpiji Dari Skid Tank

Skid Tank yang telah siap dibongkar muatannya, disambungkan pada pipa penyalur Elpiji dan pipa tekan dari kompresor . Ke dalam Skid Tank diberikan tekanan oleh kompresor, sehingga Elpiji cair terdorong keluar dari Skid Tank dan masuk ke dalam tangki penimbun Elpiji. Gas penekan yang dihasilkan oleh kompresor uap Elpiji. Setelah selesai pembongkaran, uap Elpiji yang tersisa dalam Skid Tank, dihisap kembali oleh kompresor yang sama dan dimasukkan dalam ruangan uap tangki timbun Elpiji.

3.5.6. Prosedur Pelaksanaan Pembongkaran Skid Tank

Persiapan pada Skid tank

1. Matikan mesin truk dan pasang rem tangan.

2. Siapkan buku "log sheet" untuk mencatat data Skid Tank beserta isinya.

3. Periksa apakah segel masih baik.

4. Pasang grounding cable.

5. Siapkan alat pemadam api ringan (Apar).

6. Pasang sambungan Elpiji cair dan uap Elpiji dalam Skid Tank lewat flexible hose dengan pipa-pipa yang sesuai, agar tersambung menuju tangki timbun.

7. Ukur dan catat suhu, tekanan, dan tinggi permukaan cairan dalam Skid Tank.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 88 / 112

Sebelum memasuki filling shed (pintu masuk) petugas memeriksa:

1. Persyaratan keselamatan kerja.

2. Catat No. PNBP/BPP, No. Polisi dan jam masuk.

3. Menyerahkan PNBP/BPP yang berlaku dan jumlahnya sesuai dengan kapasitas skid tank maupun No. Polisi kendaraan tersebut.

Sesudah Pengisian

1. Pengemudi mengambil PNBP/BPP yang telah diisi oleh petugas yang berwenang.

2. Skid tank segera meninggalkan filling shed.

3. Di pintu gerbang diperiksa PNBP/BPP serta tinggi cairan Elpiji pada rotor gauge dan segel pada inlet katup.

Gambar 3.33. Unloading Diagram of Transport Trailer Truck (Skid Tank)

Pengisian Skid Tank

1. Pasang rem tangan, persneling pada posisi netral.

2. Timbang Skid Tank dalam keadaan kosong (sopir tetap berada di belakang kemudi).

3. Periksa PNBP apakah sesuai dengan kapasitas skid tank.

4. Tempatkan skid tank pada filling point yang ditetapkan.

5. Matikan mesin dan pasang grounding cable/bonding cable. Sopir tetap di belakang kemudi. Safety switch dalam posisi off.

FLOMATIC VALVE

UNLOADING DIAGRAM OF TRANSPORT TRAILER TRUCK (SKID TANK)

LIQUID SHUTOFF VALVE

PUMP

LIQUID LINE

BYPASS VALVE

VAPOR LINE

VAPOR SHUTOFF VALVE

STORAGE TANK

TRANSPORT TANK PRESSURE

TRANSPORT TANK

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 89 / 112

6. Hubungkan filling nozzle ke skid tank (cairan dan uap), buka katup cairan dan uap baik discrepancies filling point dan skid tank, dan jalankan pompa transfer.

7. Selama pengisian berlangsung, petugas pengisi (filler) selalu mengontrol rotor gauge sampai mendekati berat Elpiji yang akan dimuat ( ±80% sampai 86% kapasitas aman skid tank / jumlah yang akan diisikan.

8. Jumlah Elpiji yang telah diisikan dapat diketahui dengan rotor gouge yang ada pada skid tank sendiri, jika telah cukup pengisian dihentikan.

. Gambar 3.34. Plant Elpiji Khusus: Suplai Skidtank Elpiji, Pompa Pembongkaran

9.

(B)

(B)

(B)

(A)

BYPASS FOR RECEIPT FROM YRUCY WITH PUMP

(D)

LIQUID

VAPOR

VENT STACK

ALTERNATE RECEIPTPIPIMG FOR FLUSHING LIQUID IN LIQUID LOADING ARM INTO VAPOR LOADING ARM

UNLOADING POINT

UNLOADING POINT

(C) PUMP T T

Small LPG Plant, Truck Supply, Pump Unloading

LEGEND : Shutoff valve

Backflow check valve

Internal safety control valve Excess flow valve

Relief valve Thermal relief valve

Diferential relief valve Strainer Emergency failsafe shutdown

valve

Note : A. Use self-sealing couplings and rigit steel pipe/ swing joint

connection to truck or tank car. B. Equip vent lines at unloading connection with spring-

loaded actuators that must be manually held open. C. The emergency fail safe shutdown system that closes

valves. must also stop the pump and compressor.

Valve. are not required at unloading point when receipt lines hold less than 0,05 m3 (13 US gal) of product.

D. If pump bypass is not required, valve after pump may be eliminated for short discharge lines.

NOTE : Containers of 6m3 (2000 US gal) or less capacity shall have no more than two plugged openings (typical in all installations)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 90 / 112

9. Tutup katup cairan dan uap inlet outlet pada skid tank dan pada filling point.

10. Pada akhir kegiatan pengisian buang sisa uap Elpiji yang masih terdapat pada slang/hose.

11. Lepaskan hubungan slang/hose antara filling nozzle dengan skid tank.

12. Timbang skid tank, jika kurang isinya tambahkan elpiji sesuai dengan kekurangannya discrepancies jembatan timbang (sopir tetap berada discrepancies belakang kemudi). Untuk penambahan kekurangan Elpiji ini lakukanlah seperti no. 1 sampai dengan 11, sehingga beratnya sesuai dengan Elpiji yang dimuat.

13. Inlet dan outlet katup cairan dan uap pada skid tank kemudian disegel.

3.5.7.Pemberian Plakat Setiap tangki yang dapat dipindahkan harus dilengkapi dengan tanda/plat identifikasi tertentu yang sesuai dengan peraturan. Biasanya identifikasi tersebut akan memuat informasi berikut:

• Identifikasi isi kendaraan seperti Elpiji.

• Informasi kontak darurat, termasuk nomor telepon.

• Tanda kimia berbahaya, jika diperlukan.

Gambar 3.35. Design Skidtank dan Tanda Keselamatan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 91 / 112

3.5.8. Sistem Keselamatan Tiap skid tank Elpiji dan titik bongkar muat tanker Elpiji harus memiliki Emergency Shut off Valve yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Sistem ini secara simultan dan otomatis menutup valve dan menghentikan pompa atau kompresor.

Penggerak sistem dapat electro-pneumatic, kompresi nitrogen atau hidrolik dan akan mengaktifkan shutoff valve bila terjadi kegagalan pada komponen dalam sistem.

Ketika sistem Emergency Shut off Valve aktif, semua MOV (Motor Operated Valve) akan gagal membuka.

Perlu untuk mereset sistem kontrol pada permulaan penyalaan, tenaga tidak mencukupi, tegangan rendah dan setelah inisiasi penutup darurat.

Alarm yang terdengar dan terlihat harus ditempatkan di kantor pengiriman / control room untuk menunjukkan sistem penutup darurat, bekerja.

Gambar 3.36. Emergency Shutoff Valves

Pipa bongkar muat / pengisian ke skidtank Elpiji harus mampu menahan tekanan geser / mekanis, setelah katup penutup darurat diaktifkan dan bila tertarik sebelum sistem pengisian selesai / dilepaskan.

Hal ini bisa didapatkan dengan pipa schedule 80 tanpa menggunakan" 'weakness fittings" dengan memakai seksi pembesar 300 mm (12 in) setelah "bulkhead". Bagian ini dibaut kedalam pipa "bulkhead".

Titik keluar yang dapat diperkirakan ini bebas dari sudut penarikkan, memastikan pengaktifan katup penutup darurat dan mencegah kerusakan jangkar, pipa dan kendaraannya.

Rambu prosedur darurat saat bongkar muat / pengisian harus ditempatkan dengan jelas pada semua fasilitas tangki truk pengangkut LPG.

ESV’S With Remote Pneumatic and Transfer Hose Cable Release System (Typical Installation)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 92 / 112

3.5.9.Prosedur Darurat Skid tank Elpiji Prosedur gawat darurat berikut ini harus diikuti apabila terjadi kecelakaan atau insiden yang menyangkut Skidtank Elpiji:

BREAKDOWN

Jika traktive Skidtank Elpiji tidak berfungsi/ mogok usahakan untuk mendorong ke bahu jalan jika memungkinkan. Lakukan handbrake dan tempatkan pengganjal roda. Pasang tanda peringatan, reflektor, dll sebagaimana mestinya. "Reflektor segitiga darurat" Usahakan untuk menentukan masalah seakurat mungkin dan mintalah bantuan kepada pengawas anda.

Potensial Bahaya Elpiji

Kebakaran atau Ledakan

Sangat mudah menyala: dapat terpicu oleh panas, percikan api atau api. Uap Elpiji dapat bergerak menuju sumber pemicu dan mengakibatkan nyala yang bergerak ke arah sumber uap tersebut. Kontainer dapat meledak dalam suatu kebakaran. Potensial ledakan uap jika di dalam ruang yang terbatas, di luar ruangan atau dalam sewers / saluran buang.

Bahaya Kesehatan

Uap Elpiji dapat menyebabkan pusing dan mati lemas. Kontak secara langsung dapat menyebabkan luka bakar akibat suhu rendah (frostbite). Kebakaran dapat menimbulkan gas-gas beracun dan gas gas penyebab iritasi.

Prosedur Tanggap Darurat - Evakuasi

Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan: isolasi daerah berbahaya dari masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Tetap berada di tempat terbuka, keluar dari tempat yang rendah, dan buat ventilasi sebelum memasuki ruang tertutup. Tekanan positif peralatan bantuan pemafasan dan para petugas gawat darurat yang terlatih sebagaimana mestinya dengan menggunakan pakaian pelindung akan memberikan sedikit perlindungan.

"Evakuasi setidaknya ½ mil didaerah sekitarnya apabila suatu Skidtank Elpiji tengah terbakar"

Prosedur Tanggap Darurat - Kebakaran

“Biarkan tangki atau Skidtank Elpiji terbakar kecuali jika kebocoran dapat dihentikan"; dengan tangki-tangki yang lebih kecil dan tabung-tabung Elpiji, padamkan atau isolasi dari zat-zat yang dapat menyala lainnya. Usahakan untuk memadamkan kebakaran sekunder dengan menggunakan pemadam kebakaran. (Jangan mencoba untuk memadamkan kebakaran vent pelepas tekanan / PV valve) Gunakan air pendingin untuk selubung tangki jika memang memungkinkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 93 / 112

Kebakaran Kecil: Padamkan dengan menggunakan air, zat kimia kering / DCP atau karbon dioksida (C02)

Kebakaran Besar: Gunakan semburan atau kabut air. Pindahkan kontainer dari daerah kebakaran, jika hal tersebut dapat dilakukan tanpa resiko personal. Gunakan air pendingin untuk membasahi tangki atau kontainer yang terpapar oleh nyala sehingga dindingnya tidak akan terbakar. Jaga jarak dengan tangki atau Skidtank Elpiji. Untuk kebakaran yang masif pada daerah kargo, gunakan nosel monitor; jika hal ini mustahil dilakukan, mundur dari daerah tersebut dan biarkan terbakar.

Lakukan evakuasi segera, jika terjadi pelepasan tekanan yang cepat atau peningkatan suara gas yang keras dibuang melalui alat pengaman / venting atau peluruhan tangki lainnya.

Prosedur Tanggap darurat - Limpahan atau Kebocoran

Jika terjadi dalam perjalanan, berhentilah di bahu jalan jika memungkinkan. Matikan mesin dan sumber pemicu potensial lainnya. Pasang tanda peringatan sebagai mana mestinya, dll. "Reflektor segitiga darurat". Sarankan masyarakat umum untuk tetap menjaga jarak dengan limpahan Elpiji; terutama jika terdapat uap Elpiji. Jika banyak orang berkumpul, himbau agar mereka tidak merokok, jangan, menyentuh atau berjalan melalui material yang tercurah dan tidak merokok. Hentikan aliran jika hal tersebut dapat dilakukan tanpa resiko. Hubungi polisi dan pemadam kebakaran.

Prosedur Tanggap Darurat - Pertolongan Pertama

Pindahkan korban dari limpahan Elpiji menuju udara segar; hubungi unit gawat darurat; jika tidak bemafas, jika masih sulit bernafas berikan pemafasan buatan atau berikan oksigen. Jika terjadi luka bakar akibat suhu rendah, cairkan daerah yang membeku dengan air. Usahakan agar korban tetap tenang dan jaga suhu tubuhnya pada suhu tubuh normal.

Notifikasi Skidtank Elpiji

Kecelakaan Skidtank Elpiji, kebocoran, limpahan atau kebakaran harus dilaporkan segera kepada PERTAMINA dan kantor polisi atau pemadam kebakaran terdekat. Saat menghubungi polisi atau pemadam kebakaran, usahakan untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya diantaranya:

1. Nama yang menghubungi dan nomor telepon yang dapat dihubungi balik.

2. Nama pembawa atau kapal, pemilik fasilitas atau manufaktur.

3. Sifat, lokasi dan waktu insiden.

4. Nama material yang terlepas atau informasi produk yang teridentifikasi.

5. Tipe kontainer, nomor Skidtank Elpiji, ukuran tangki Elpiji.

6. Apakah Skidtank Elpiji terlibat dalam: kecelakaan (hanya) kebakaran atau ledakan atau kebocoran (limpahan).

7. Insiden termasuk orang-orang yang terluka.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 94 / 112

3.5.10.Checklist Inspeksi Skidtank Elpiji Checklist Inspeksi Skidtank Elpiji YA TDK N/A

Fasilitas Pengisian/Pengosongan Skidtank Elpiji

1. Perlengkapan kebakaran yang tersedia:

a. Pemadam dan selubung? ___ ___ ___

b. Pembatas, tidak kurang dari 8 m (26 ft), pemadam? ___ ___ ___

c. Penyemprot atau monitor tetap? ___ ___ ___

2. Dapatkah menunggu sampai Skidtank Elpiji menyesuaikan secara memuaskan?

___ ___ ___

3. Apakah Skidtank menghadap gerbang saat terhubung? ___ ___ ___

4. Apakah kawat-kawat statis dan klip-klip terpasang dengan

Benar dan berada dalam kondisi yang baik?

___ ___ ___

Frekuensi tes dan tanggal terakhir: ___________________

5. Perpindahan Produk: ___ ___ ___

a. Terpantau dengan baik? ___ ___ ___

b. Dimengerti? ___ ___ ___

6. Kerangan-kerangan pengisolasi darurat:

a. Apakah kerangan-kerangan pengisolasi darurat dalam kondisi baik?

___ ___ ___

b. Apakah kerangan-kerangan pengisolasi darurat dapat dioperasikan?

___ ___ ___

c. Apakah kerangan-kerangan pengisolasi darurat terletak di posisi yang aman?

___ ___ ___

d. Apakah kerangan-kerangan pengisolasi darurat teridentifikasi dengan jelas?

___ ___ ___

e. Apakah terdapat suatu bulkhead yang umum pada fasilitas bersama dengan bagian geser setelah aliran lebihan kerangan?

___ ___ ___

7. Apakah Emergency Shutdown terpasang pada stasiun Skidtank Elpiji?

___ ___ ___

8. Apakah Emergency Shutdown juga terletak jauh dari stasiun Skidtank Elpiji?

___ ___ ___

9. Kerangan-kerangan dan fitting-fitting cukup terlindungi? ___ ___ ___

10. Struktur stasiun Skidtank Elpiji dalam kondisi baik dan aman dari bahaya seperti telah melewati kendaraan dan peralatan pembukti anti terbakar?

___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 95 / 112

Checklist Inspeksi Skidtank Elpiji YA TDK N/A

Fasilitas Pengisian/Pengosongan Skidtank Elpiji 11. Perpipaan Elpiji :

a. Apakah perpipaan pecah pada 8,6 MPa (1.250 psig)? ___ ___ ___

b. Apakah perpipaan diuji secara visual setiap bulan? ___ ___ ___

c. Apakah perpipaan diuji secara hidrostatis sampai tekanan 3,45 Mpa (500 psig) setiap tahun?

___ ___ ___

d. Apakah setiap tes dan pengujian didokumentasikan? ___ ___ ___

12 Jalan masuk ke dan dari daerah stasiun Skidtank Elpiji memuaskan termasuk pintu keluar darurat?

___ ___ ___

13 Apakah Alat pengeringan perpipaan efektif? ___ ___ ___

14 Apakah digunakan pipa loading Arm ? ___ ___ ___

15 Apakah fasilitas penyimpanan pipa Elpiji memuaskan? ___ ___ ___

16 Apakah terdapat garis dan pengumuman 10 m (30 ft) dari tempat menunggu truk?

___ ___ ___

17 Apakah pipa dan fitting dalam kondisi baik dan berlabel? ___ ___ ___

18 Apakah kondisi perpipaan dan lengan loading Laik ? ___ ___ ___

19 Apakah kopling pemecah kering digunakan? ___ ___ ___

20 Apakah tempat pengisian dan pengosongan Elpiji jauh dari bahaya-bahaya lainnya?

___ ___ ___

21 Apakah terdapat ruang kosong antara Skidtank Elpiji dengan tempat umum dan tangki timbun ≥ 50 M3 ≥ 11 m (36 ft)?

___ ___ ___

22 Apakah pemegang/roda-roda aman bagi kerangan2? ___ ___ ___

23 Apakah rambu-rambu keselamatan digunakan dan terpasang dengan baik?

___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 96 / 112

Bagian B. Operasi Laut Elpiji

1. Transportasi Laut - Umum

Transportasi laut dari Elpiji dapat dilakukan dengan menggunakan vessel kecil portabel yang ditangani sebagai satu unit tunggal yang dilengkapi dengan penopang dan pengaman untuk menjamin keamanan pada saat operasi pengisian dan pengosongan. Kapal yang dilengkapi dengan vessel penyimpanan yang besar untuk transportasi Elpiji banyak juga digunakan.

Saat menerima atau mengapalkan vessel penyimpanan portabel inspeksi harus dilakukan segera untuk memastikan peralatan pengaman tersambung dengan katup pengukur dan alat kontrol secara baik dan menyediakan perlindungan yang efektif. hal ini penting untuk menjamin tidak terjadinya kebocoran. Vessel penyimpanan portabel yang tidak memenuhi standar keamanan harus disimpan di daerah aman sampai kondisi berbahaya diperbaiki.

Operasi pengisian dan pengosongan serta pemindahan vessel penyimpanan portabel pada kapal atau dek dapat tidak mengikuti aturan fasilitas penyimpanan. Jika dibutuhkan, saran yang berguna dapat diberikan kepada orang yang berkepentingan untuk memastikan bahwa vessel penyimpanan tersebut tidak jatuh atau ditangani dengan kasar pada bagian dek kapal dan untuk menjamin aspek lain dari operasi pengisian dan pengosongan berlangsung dengan aman.

Kapal yang mentransportasikan Elpiji dalam jumlah besar dapat berisi produk pada temperatur ambient pada kondisi didinginkan sebagian atau secara keseluruhan.

Sistem komunikasi ke dek kapal, yang harus dilengkapi dengan sistem cadangan, ha rus dites sebelum tibanya kapal. Jangan lakukan pemindahan jika sistem komunikasi tidak beroperasi.

Pemindahan dengan menggunakan selang atau pipa dapat dilakukan pada temperatur dan tekanan tertentu. Selang harus diuji tekanannya pada waktu yang tidak lebih dari 6 bulan sebelumnya atau pada saat kerusakan mungkin terjadi sampai satu setengah kali tekanan kerja maksimum pada temperatur servis maksimum.

Fasilitas penanganan dan selang bongkar yang baik akan menjamin jari jari bending yang diharapkan untuk tipe selang tertentu dapat terpelihara selama penanganan.

Sebelum dioperasikan semua selang dan pipa harus diperiksa untuk menjamin mereka bebas air dan material asing lainnya sehingga sambungan selang atau flange mampu untuk membentuk seal bagi gas.

Penopang selang dan pipa serta penghalang untuk menjaga selang dan pipa dari pengaruh lalu lintas sekitarnya harus siap untuk digunakan.

Semua bahaya kebakaran di daerah tersebut harus dipindahkan dan peralatan pemadam api harus siap digunakan.

Saat kapten atau petugas di kapal menyandarkan kapal semua tanda keamanan yang dibutuhkan dan sinyal-sinyal harus disiapkan dengan baik.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 97 / 112

2. Prosedur Pengosongan Elpiji di Laut

1. Catat semua bacaan dari alat ukur yang terdapat pada vessel penyimpanan di kapal, temperatur dan tekanan yang teramati. Jumlah muatan yang dihitung dari pencatatan tersebut kemudian dicocokkan dengan yang terdapat pada dokumen kapal.

2. Sambungkan cairan dan uap serta uji untuk menjamin tidak ada kebocoran. Penahan yang cocok harus dipasang pada perpipaan atau selang untuk menahan gerakan vessel yang disebabkan oleh angin, arus atau proses pengosongan.

3. Sambungkan pengendali shut-down darurat dan uji untuk memastikan alat tersebut dapat beroperasi.

4. Nyalakan sistem komunikasi dan uji untuk menjamin kejelasan komunikasi.

5. Periksa dokumen perjanjian tertulis dari kapten atau petugas di kapal secara rinci untuk memperoleh kondisi yang cocok sebelum dilakukan pemindahan.

6. Ambil contoh produk.

7. Buka seluruh katup yang dibutuhkan dan mulai operasi pengisian/ pengosongan. Teknik yang terlibat dalam pengisian dan pengosongan dapat dipilih sesuai dengan peralatan yang terdapat di kapal. Jarak dari vessel penyimpanan di dapat ke dek yang jauh dapat menggunakan pipa untuk cairan saja tanpa sambungan pengembalian uap. Jika jaraknya dekat, pipa untuk liquid dan uap harus dipakai sehingga tekanan pipa cairan lebih rendah.

8. Pengosongan dapat dilakukan baik dengan menggunakan pompa atau kompressor.

9. Jika isi tangki atau pipa atau purging melibatkan gas lain selain uap Elpiji, operasi harus diamati dengan seksama untuk menjamin gas ini tidak memasuki vessel penyimpanan yang ada . Ruangan penyimpanan yang dikosongkan harus terukur sehingga pipa tempat cairan keluar dapat ditutup bila cairan keluar .

10. Jika dibutuhkan penggunaan gas inert atau udara ruangan penyimpanan

tidak dapat digunakan kembali untuk Elpiji sampai zat tersebut dikeluarkan dengan purging. Jika udara yang digunakan, produk yang didapat dari penyimpanan harus diuji dan dimonitor kelembaban dan tekanan uapnya . Jika kelembaban yang didapatkan sangat besar pengukuran yang lebih teliti harus dilakukan sebelum produk tersebut dikurangi kelembabannya.

11. Tutup seluruh katup yang dibutuhkan saat pengosongan selesai. 12. Catat bacaan pengukur ketinggian cairan akhir, temperatur dan tekanan

yang teramati pada masing-masing ruang peniympanan pada kapal.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 98 / 112

13. Buang cairan dan uap yang terdapat pada pipa yang digunakan untuk menghubungkan vessel dengan sistem perpipaan pada dek Setelah itu, putuskan sambungan dan amankan seluruh terminal fitting dengan plug, cap atau blind flange.

11. Singkirkan sinyal-sinyal dan tanpa-tanda peringatan

3. Prosedur Pengisian Elpiji di Laut

Pada saat mengisi Elpiji untuk ditransportasikan, vessel penyimpanan pada kapal harus diinspeksi untuk menjamin tidak ada pengotor dan berada pada kondisi yang sesuai untuk menerima produk yang masuk. Jika vessel penyimpanan masih baru atau berisi udara/ gas inert, udara/ gas inert itu harus dikeluarkan secara dengan purging dengan uap Elpiji sebelum dilakukan pengisian dengan cairan Elpiji.

Operasi pengian pengisian dapat dilakukan dengan menggunakan pompa atau kompressor.

1. Catat temperatur dan tekanan yang terukur pada masing-masing tangki penyimpanan pada kapal.

2. Sambungkan selang atau pipa pengisian cairan dan ekualisasi uap lalu buka seluruh katup yang dibutuhkan untuk operasi pengisian.

3. Nyalakan pompa atau kompressor dan mulai operasi pengisian.

4. Amati ketinggian pengisian maksimum. Jangan mengisi lebih dari ketinggian maksimum pada masing-masing vessel.

5. Matikan pompa atau kompressor pada saat pengisian selesai dan tutup seluruh katup yang dibutuhkan.

6. Kosongkan selang-selang dan pastikan shut-off katup selang tertutup sehingga selangselang tidak saling berhubungan dan gunakan plug, cap atau blind flange yang sesuai.

7. Catat ketinggian cairan , temperatur dan tekanan masing-masing vessel penyimpanan pada kapal. Juga catat spesific gravity produk .

8. Inspeksi seluruh fitting terminal untuk menjamin tidak ada bocor dan aman.

9. Pindahkan tanda-tanda, sinyal dan lampu-lampu dari dek.

4. Prosedur Darurat Elpiji di Laut

Fasilitas laut biasanya dilengkapi dengan sistem pencegah kebakaran dan kebocoran, yang memberikan penanganan Elpiji dengan kuantitas yang relatif lebih besar.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 99 / 112

KEBOCORAN DAN TUMPAHAN ELPIJI Setiap tumpahan dapat berasal dari kapal atau jaringan pipa.

Jika kebocoran terdapat pada kapal maka fasilitas darat harus menyediakan alat bantu sebanyak mungkin.

Skenario penanganan kebocoran tertentu harus diterapkan untuk kebocoran pipa dengan mengacu pada detail kebocoran pipa.

Selain menghubungi pemadam kebakaran dan polisi juga hubungi otoritas / Disnaker pelabuhan.

KEBAKARAN ELPIJI Aksi pada pelabuhan yang diambil sama seperti jika yang terbakar adalah sistem I perpipaannya.

Jika terjadi kebakaran di dermaga / pelabuhan, maka pelaksanaan pemadaman dilaksanakan seperti pemadaman pada pipa.

1. Hentikan aliran produk

2. Jauhkan orang-orang dari area tersebut

3. Padamkan seluruh kebakaran sekunder dan dinginkan seluruh peralatan yang bisa terbakar

4. Mintalah bantuan dari pemadam kebakaran dan polisi. Biarkan perpipaan mengeluarkan seluruh produknya di dalamnya sampai habis.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 100 / 112

5. Cecklist Inspeksi Laut Elpiji

Cecklist Inspeksi Laut Elpiji YA TDK N/A

Dermaga Elpiji 1 Apakah material konstruksi dermaga tidak dapat terbakar? ___ ___ ___2 Apakah fasilitas pemadam kebakaran tersedia? a. Air pemadam tersedia? ___ ___ ___ b. Penghubung air pemadam pada kapal dan dermaga tersedia? ___ ___ ___ c. Unit zat kimia kering / APAR beroda yang portabel tersedia? ___ ___ ___ d. Terdapat monitor pengawas area pengisian? ___ ___ ___ e. Terdapat penyemprot untuk perlindungan dermaga? ___ ___ ___3 Apakah Tedapat batas pengaman di pinggir dermaga? ___ ___ ___4 Apakah vessel dirancang dan berada pada kondisi yang baik? ___ ___ ___5 Apakah dermaga dapat dijangkau oleh kendaraan pemadam kebakaran dan

ambulan? ___ ___ ___

6 Apakah tanda dilarang merokok selama pemindahan produk? ___ ___ ___7 Apakah pembatas yang meisahkan daerah merokok OK? ___ ___ ___8 Apakah personel di dermaga dan vessel familiar dengan penggunaan

peralatan anti kebakaran? ___ ___ ___

9 Sistem komunikasi dermaga/ area penyimpanan : Apakah telepon dan sistem komunikasi darurat lain tersedia untuk : ___ ___ ___ a. Menghentikan perpindahan produk? ___ ___ ___ b. Apakah tersedia peralatan untuk menghubungi: • Pemadam kebakaran? ___ ___ ___ • Ambulan? ___ ___ ___ • Polisi? ___ ___ ___ • Otoritas / Disnaker pelabuhan? ___ ___ ___ • Pelayanan tugboat? ___ ___ ___ c. Apakah nomor telepon dan instruksi terpasang secara jelas dan

dimengerti? ___ ___ ___

10 Apakah sistem penghalang dirancang dengan baik dan berada pada kondisi yang baik?

___ ___ ___

11 Komunikasi dermaga : a. Telepon-_area penyimpanan ke dermaga? ___ ___ ___

Jenis ________________________

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 101 / 112

Cecklist Inspeksi Laut Elpiji YA TDK N/A

b. Telepon keluar tersedia untuk menelpon:

• Pemadam kebakaran? ___ ___ ___ • Ambulan? ___ ___ ___ • Otoritas / Disnaker pelabuhan? ___ ___ ___ • Polisi? ___ ___ ___ c. Nomor telepon perusahaan terpasang dengan jelas pada telepon dermaga? ___ ___ ___ d. Telepon Plant/Depot? ___ ___ ___12 Apakah otoritas/Disnaker pelabuhan meminta peralatan earthing

untuk keluaran tangker? ___ ___ ___

Selang Dermaga Elpiji

13 Apakah selang-selang teruji untuk tekanan perusakan 8,6 MPa (1250 psi)? ___ ___ ___14 Apakah daftar pemeliharaan untuk masing masing selang transfer Elpiji

meliputi uji dan perbaikan termasuk:

a. Tanggal inspeksi visual bulanan terakhir? ______________ ___ ___ ___ b. Tanggal pengujian tek. hidrostatik 3,54 MPa (500 psi) tahunan

terakhir?_____________ ___ ___ ___

c. Tanggal uji konduktivitas terkahir? ___________________ ___ ___ ___15 Apakah selang/ coupling lengan pengisian/ flange dalam keadaan yang

baik?

16 Apakah penopang selang tersedia :

a. Pada dermaga? ___ ___ ___ b. Pada sisi atas vessel? ___ ___ ___17 Apakah terdapat piringan untuk menampung bocoran dari sambungan? ___ ___ ___ Bagaimana piringan-piringan tersebut dikosongkan? ______________

18 Apakah selang kosong, gas terbebas dan disimpan jauh dari cahaya dan di bawah keamanan?

___ ___ ___

Selang Dermaga Elpiji (lanjutan)

19 Apakah formulir check list prosedur darurat pemindahan produk ditinjau ulang oleh penanggung jawab vessel dan penanggung jawab terminal sebelum pemindahan produk?

___ ___ ___

20 Jika otoritas / Disnaker meminta grounding untuk pemindahan produk,apakah tersedia, dalam kondisi baik dan digunakan sesuai yang diminta?

___ ___ ___

Jaringan Pipa Dermaga

21 Apakah perpipaan pada dermaga teridentifikasi dengan jelas arah, produk dan diberi nomer ?

___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 102 / 112

Cecklist Inspeksi Laut Elpiji YA TDK N/A

22 Apakah pipa pada dermaga mudah diinspeksi dan diuji ? ___ ___ ___23 Apakah katup pipa dermaga terpasang pada dermaga untuk :

a. Pada pipa cairan ? ___ ___ ___ b. Pada pipa uap ? ___ ___ ___24 Apakah seluruh katup terbuat dari baja ? ___ ___ ___ Jika tidak, tuliskan katup yang tidak terbuat dari baja ______________

25 Apakah katup purging terpasang ? ___ ___ ___ a. Apakah katup purging = katup ganda ? ___ ___ ___ b. Apakah katup purging bisa diakses ? ___ ___ ___ c. Apakah katup purging dilengkapi dengan peralatan buangan yang cocok ? ___ ___ ___26 Akses ke katup-katup dermaga memungkinkan ? ___ ___ ___27 Apakah katup darurat pada pipa dermaga terpasang dan lokasi aman pada

pelabuhan dekat dengan dermaga ?

a. Pipa liquid ? ___ ___ ___ b. Pipa vapor ? ___ ___ ___ c. Apakah mereka digunakan untuk perpindahan yang dekat ? ___ ___ ___28 Apakah prosedur dan peralatan darurat lainnya dibutuhkan ? ___ ___ ___ a.Jika ya, sebutkan ? __________________

b.Apakah terpasang ? 29 Dapatkah pipa-pipa pada dermaga diinspeksi dengan prosedur inspeksi

yang panjang dan lengkap? ___ ___ ___

30 Periksa apakah operasi pemindahan untuk katup shutdown darurat dibutuhkan pada dermaga _______________________

___ ___ ___

31 Apakah terdapat prosedur untuk menentukan tingkat keparahan korosi pada pipa?

___ ___ ___

a. Apakah lapisan dicheck untuk liburan (lubang)? ___ ___ ___32 Apakah proteksi katodik terpasang pada pipa dermaga bawah tanah atau

yang terendam di laut ? ___ ___ ___

a. Jenis _________________

33 Apakah sistem proteksi katodik dichek secara teratur untuk keefektifannya-kondisi anoda dan voltase?

___ ___ ___

34 Apakah kondisi eksternal pipa dermaga merupakan kondisi yang diinginkan?

___ ___ ___

a.Apakah dibutuhkan inspeksi visual? ___ ___ ___ b.Jika tidak, tuliskan deefisiensinya____________________

35 Apakah ada 2 katup untuk mengisolasi tangki selama pemindahan produk? ___ ___ ___36 Apakah flange aman bagi katup? ___ ___ ___

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 103 / 112

BAGIAN C. JALUR PERPIPAAN ELPIJI

Sistem jalur perpipaan dibuat untuk pergerakan bulk Elpiji dari dalam dan dari plant produksi, penyimpanan, dan distribusi.

Prosedur dan teknik untuk pemindahan/ transfer Elpiji dengan jalur perpipaan sangat tergantung pada panjang jalur transfer. Pipa dibuat sependek mungkin, hanya melewati pagar dari penyulingan ke fasilitas penyimpanan ruah / tangki timbun yang lokasinya sangat berdekatan, atau mungkin juga sangat jauh.

Dalam jalur yang pendek, sangat praktis mengukur volume Elpiji yang ditransfer dan, kualitas dan spesifikasi produk dengan mengambil sampel dari vessel dimana produk diambil. Dalam jalur yang panjang/ jauh, diperlukan mengukur produk yang datang dari terminal penerima. Sampel dapat dicatat dari jalur perpipaan pada awal dan akhir operasi dan selama transfer secara berkala.

Sistem transfer mungkin menggunakan kompresor atau pompa. Pompa biasa digunakan dalam instalasi kecil. Pompa biasanya digunakan dengan atau tanpa jalur uap kembali (vapor return line) atau jalur penyamaan tekanan (pressure equalizing line).

Gambar 3.37. Transfer Cairan berdasar beda tekanan atau gravitasi

Vessel penerima harus diukur untuk menentukan kapasitas yang cukup untuk dapat ditransfer tanpa melebihi kecepatan pengisian maksimum.

Setting manifold katup dapat ditentukan sebelumnya selama tangki penerima dimonitor secara tepat.

Selama produk mulai mengalir ke dalam fasilitas, kualitasnya harus segera diperiksa. Jika produk yang diterima tidak sesuai spesifikasi, operasi harus dihentikan dan stasiun pemompaan segera diberitahu. Sebelum transfer dilakukan kembali jalur pipa pengiriman dari pabrik / plant harus dipurging dulu.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 104 / 112

Tanpa memperhatikan derajat otomatisasi, seseorang yang bertanggung jawab diperlukan untuk memonitor kemajuan/ progress tansfer secara keseluruhan.

Tangki penerima harus diperiksa secara berkala selama transfer untuk meyakinkan bahwa tekanan tidak mendekati setting safety relief valve dan level pengisian aman tidak terlampaui. Diakhir operasi transfer valve harus tertutup; grafik, pembaca meter/ ukuran dan informasi lainnya yang berkembang selama transfer harus dicatat dan peralatan otomatis mati. Pada inspeksi tangki penerima harus diikuti dengan mengukur kandungan dan mengamati temperatur dan tekanan produk.

Penanganan jalur perpipaan vapour Elpiji dibatasi ke sistem pengguna akhir seperti uap yang ditarik dari botol Elpiji portable atau tangki timbun yang dikonsumsi dan sistem pengembalian uap.

PROSEDUR GAWAT DARURAT ELPIJI - JALUR PERPIPAAN Jalur perpipaan Jalur perpipaan Elpiji yang membawa liquid dan uap terlokasi baik di luar dan melewati fasilitas properti / tempat umum dapat tempatkan di dalam tanah atau di atas tanah. Jalur perpipaan harus diperiksa selama operasi transfer, jika terjadi masalah untuk mendapatkan komunikasi yang cepat digunakan radio dua arah. Tiap bagian jalur perpipaan harus diperiksa sedikitnya sekali dalam sejam.

KEBOCORAN DAN TUMPAHAN

Prosedur yang dilakukan selama transfer:

1. Matikan pompa atau kompressor

2. Isolasi bagian tersebut, jika memungkinkan

3. Gunakan semprotan air bentuk fog ke awan uap untuk mengurangi uap dalam konsentrasi udara.

4. Pastikan tidak ada sumber nyala api di area. Evakuasi mungkin diperlukan

5. Hubungi polisi dan pemadam kebakaran

6. Gunakan kepitan (kelem) pada pipa, terutama ketika discharge pada tekanan rendah.

7. Selesaikan trasnfer dan lemudian perbaiki jalur perpipaan, pantau semua tindakan pencegahan untuk keamanan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 105 / 112

API/ KEBAKARAN

1. Hentikan aliran produk

2. Jauhkan semua orang dari area

3. Cegah timbulnya kebakaran kedua dan dinginkan tiap peralatan yang merupakan subyek untuk terkena nyala api.

4. Minta bantuan dari pemadam kebakaran dan polisi. Biarkan api di jalur perpipaan untuk terbakar habis sendiri sampai produk terpakai.

3.6.0. LAMPIRAN.

ISTILAH DEFINISI

Tekanan Absolut Tekanan yang diukur berdasarkan tekanan zero

Tekanan Atmosfer Tekanan yang digunakan oleh berat atmosfer pada level permukaan laut. Ekivalen dengan 101,3 kPa (14,7 psi). tekanan yang digunakan oleh kolom merkuri ( Hg ( 760 mm (29,2 in).

Stasium Pengisian Otomatis

Lokasi di mana kendaraan tangki bahan bakar diisi dari dispenser. Stasiun dapat atau tidak dapat digunakan oleh umum.

Back Flow Check Valve Sebuah valve yang mengalirkan fluida ke satu arah tapi secara otomatis menutup untuk mencegah aliran darih arah berlawanan.

Sistem Terkubur Sebuah sistem elpiji dimana kontainer penyimpanan terkubur seluruhnya atau sebagian di dalam tanah.

Campuran Butana-Propana

Campuran butana dan propana yang dicairkan

Butana Komersil Butana dengan spesifikasi tertentu yang didapatkan pada plant manufacturing. Bukan merupakan produk kimia murni, tapi merupakan pengotor yang terdiri dari gabungan rangkaian hidrokarbon dan sejumlah kecil pengotor yang tidak mempengaruhi fungsinya sebagai bahan bakar.

Propana Komersil Sama seperti butana komersil, terkecuali bahwa komponen utamanya adalah propana.

Kontainer Beberapa vessel, seperti tangki atau tabung Elpiji, digunakan untuk transportasi dan penyimpanan Elpiji

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 106 / 112

ISTILAH DEFINISI

Crash Barrier Perlengkapan pelindun yang cukup kuat untuk mencegah kendaraan dari tabrakan vital dengan pipa atau bagian lain dari fasilitas plant

Elpiji Bottle Cap Perlengkapan yang sesuai dengan bagian atas valve pada tabung Elpiji dan diputar ke threaded boss welded ke tabung Elpiji. Melindungi valve dari kerusakan atau pecah pada kasus botl Elpiji jatuh atau mengenai sesuatu dengan keras.

Elpiji Bottle Collar (Neck Ring)

Sebuah collar (kerah) yang dilas dengan kuat pada tabung Elpiji untuk melindungi valve dari kerusakan dan agar mudah dibawa. Mempunyai pringan data yang terlampir di atasnya, untuk menyediakan informasi dasar pada supplier produk dan pengguna

LPG Bottle Filling Plant Plant atau terminal ruah di mana tabung Elpiji portabel dapat diisi

LPG Bottle Valve Valve, digunakan pada tabung Elpiji, yang terhubung dengan valve shutof dan safety relief valve dalam satu unit. Sebuah fusible plug juga terhubung dalam valve yang sama

Decanting Prosedur pengisian tabung Elpiji di mana transfer gas dari tabung Elpiji ke tabung Elpiji atau tangki ke tabung Elpiji terjadi tanpa menggunakan pompa dengan hanya menggunakan perbedaan tekanan produk. Pada prosedur ini gas dikeluarkan dari fixed liquid gauge paa tabung Elpijiyang diisi. Decanting dari tabung Elpiji pada saat servis tidak disarankan.

Densitas Perbandingan massa spesimen dari suatu zat terhadap volumenya.

Tekanan Diferensial Perbedaan tekanan antara 2 bagian dari suatu sistem seperti misalnya bagian masukan atau keluaran dari suatu kompresor pada saat menaikan tekanan dari mobil tangki dan menurunkan tekanan pada kontainer penyimpan dengan menggunakan pompa uap dari kontainer penyimpanan ke mobil tangki.

Dip Pipe Suatu pipa tambahan dari bukaan tangki atau dari suatu valve yang masuk ke dalam ruang cair atau uap dari tangki. Biasa digunakan untuk membuang cairan atau menenukan ketinggian cairan di dalam tangki.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 107 / 112

ISTILAH DEFINISI

Valve Diferensial Valve khusus dipasang di antara dua tekanan yang berbeda. Biasanya digunakan untuk mengendalikan tekanan yang lebih tinggi sampai tekanan yang diinginkan di atas tekanan yang rendah.

Dispensing Perpindahan Elpiji ke dalam tangki bahan bakar sebuah kendaraan bermotor, peralatan penanganan material, dan peralatan-peralatan lainnya serupa dengan itu.

Eduksi Tempat masuk cairan dalam suatu aliran jet.

Valve Darurat Sebuah valve yang dioperasikan dengan motor dijalankan secara langsung atau secara hidrolik atau elektro pneumatik yang akan menutup aliran uap atau liquid secara tepat dan benar.

Etil Mercaptan Suatu senyawa sulfur organik yang memiliki bau yang menyengat. Biasa digunakan untuk memberi bau pada Elpiji sehingga dapat dideteksi bila terjadi kebocoran gas. Apabila digunakan pada komposisi yang tepat mercaptan akan memberi bau terhadap gas yang tidak dibakar tetapi bau tersebut akan hilang ketika gas tersebut dibakar.

Excess-Flow Check Valve Suatu valve yang memungkin terjadinya aliran searah namun ketika aliran meiliki kecepatan yang lebih dari yang ditentukan valve tersebut akan menutup menghentikan aliran.

Densitas Pengisian Perbandingan persen dari berat Elpiji dalam kontainer dengan berat air pada 15.6 °C (60°F).

Kisaran Mampu-Nyala Perbedaan antara limit eksplosi yang dinyatakan dalam persen volum uap atau gas pada udara atau oksigen.

Material yang bisa menyatu

Suatu material yang akan meleleh pada temperatur tertentu dan menyebabkan tertutupnya valve atau akan berakibat terhadap aksi lain untuk tujuan mencegah kebakaran.

Gas Suatu keadaan material dimana material tersebut memiliki densitas dan viskositas yang sangat rendah, dapat mengembang dan berkontraksi dengan sangat besar sebagai akibat perubahan temperatur dan tekanan, mudah berdifusi dengan zat lainnya dan tersebar secara merata dalam suatu kontainer. Suatu gas dapat dirubah menjadi cair atau padat dengan cara meningkatkan tekanan dan menurunkan temperatur.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 108 / 112

ISTILAH DEFINISI

Tekanan Gauge Tekanan (seperti yang ditunjukan oleh pengukur tekanan) di mana tekanan tersebut di atas tekanan atmosfer PERTAMINA (tekanan gauge = tekanan absolut - tekanan PERTAMINA).

Hidrokarbon Suatu senyawa organik yang disusun terutama oleh hidrogen dan karbon. Kebanyakan produk petroleum adalah hidrokarbon.

Sumber Ignisi (Pemicu) Suatu sumber energi yang cukup untuk memicu terjadinya nyala dan termasuk tapi tidak hanya naked flame, exposed inandescent material, electric welding arcs, dan peralatan elektrik atau mekanik tidak disarankan untuk digunakan pada lokasi yang berbahaya.

Gas Inert Suatu gas yang tidak dapat menyebabkan terjadinya pembakaran dan biasanya tidak bereaksi dengan senyawa lain pada kondisi dan temperatur normal.

Pengisian In-Situ Suatu prosedur pengisian Elpiji di mana tabung Elpiji diisi di tempat pelanggan dari suatu tangker. Pelepasan uap biasanya terjadi selama pengisian.

Nyala Internal Valve penutup utama dalam kontainer yang digerakkan secara otomatis atau manual. Valve dirancang untuk bekerja apabila valve luar rusak.

Internal Safety Control Valve

Valve internal yang menutup dengan cepat sesuai dengan fungsi valve internal excess-flow.

Trip Valve Suatu valve, yang dioperasikan pneumatik atau mekanik, digunakan pada skala.

Batas Eksplosi Bawah Batas bawah dari flamability suatu gas atau uap pada tekanan dan temperatur lingkungan biasa yang dinyatakan dengan persen volume gas atau uap dalam udara. Batas eksplosi bawah akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur dan tekanan.

Elpiji Produk gas petroleum yang dicairkan yang tersusun terutama oleh propana dan atau butana namun dapat juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti propilena dan butilena.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 109 / 112

ISTILAH DEFINISI

Pengukur Magnetik Suatu pengukur yang mengambang dan secara mekanis menyebabkan magnet naik pada saat pengukur naik atau turn pada saat pengukur turun sesuai dengan ketinggian cairan. Magnet akan menyebabkan suatu jarum termagnetisasi akan menunjukan jumlah cairan dalam kontainer pada skala yang sesuai.

Tekanan Kerja Maksimum

Nilai tekanan yang diperbolehkan dalam suatu vessel pada saat beroperasi pada temperatur tertentu.

Ketinggian Pengisian Maksimum

Ketinggian permukaan cairan teringgi yang diperbolehkan dalam suatu tangki untuk jenis Elpiji tertentu yang dihitung berdasarkan densitas dan temperatur aktual pada saat pengisian.

Outage Suatu ruangan yang disediakan dalam kontainer untuk ekspansi liquid yang terjadi akibat peningkatan temperatur.

POL Coupling Suatu penghubung yang menyatukan Elpiji .

Tekanan Suatu gaya yang dikerjakan pada suatu permukaan yang dinyatakan sebagai gaya per satuan luas.

Purging Pemindahan suatu zat yang tidak diinginkan dari suatu kontainer, pipa atau tempat-tempat lain dengan cara menggantikannya dengan zat lain.

Quick Closing Valve Suatu valve yang dapat menutup dengan cepat dengan pergerakan atau pelepasan lever atau dengan memutar valve sebesar 90°.

Relief Device Suatu alat yang diaktifkan oleh tekanan untuk membuang sebagian produk dari suatu kontainer atau pipa untuk mencegah terjadinya kelebihan tekanan.

Relief Valve Manifold Pipa yang dapat meegang dua atau lebih relief valve dengan hanya satu sambungan ke kontainer. Beberapa manifold dirancang untuk memungkinkan dipindahkannya satu relief valve tanpa mengganggu kinerja relief valve lainnya.

Rotary Gauge Suatu alat yang digunakan untuk mengukur jumlah cairah dengan menggunakan tabung open-end rotating dan suatu bleeder valve.

Saddle Bagian dari suatu struktur penopang tempat diletakkannya tangki penyimpanan horisontal.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 110 / 112

ISTILAH DEFINISI

Safety Relief Valve Suatu alat pelepasan tekanan yang akan terbuka dan melepaskan saat suatu tekanan tercapai pada vessel atau pipa.

Scuff Ring Cincin logam yang dipasang pada bagian bawah tabung Elpiji portabel. Cinci tersebut menyediakan dasar yang rata untuk mencegah tabung Elpiji terabrasi dan untuk memberikan jarak bagi bagian bawah dengan lantai.

Self Sealing Coupling Suatu copling yang secara otomatis menutiup ketika terputus dan terbuka ketika tersambung.

Shell Selubung utama dari suatu kontainer yang dapat dibedakan antara bagian depan dan belakang.

Skid Tank Suatu kontainer yang dilengkapi dengan penopang dari logam yang dapat dimanfaatkan untuk memindahkan kontainer dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan mudah.

Slip Tube Gauge Suatu peralatan yang dapat dipindahkan ke dalam dan ke luar melalui suatu fitting khusus untuk mengukur ketinggian cairan dalam konainer bertekanan.

Storage Tank Suatu kontainer yang besar di mana Elpiji disimpan dalam fasa liquid.

Specific Gravity Laju suatu massa dari sejumlah volume zat yang dibandingkan dengan laju suatu massa dari zat standar dengan volume yang sama pada air di temperatur standar. Air pada 4oC (39,2oF) merupakan standar yang biasanya diacu pada suatu cairan; Untuk gas, udara keying (pada temperatur dan tekanan yang sama dengan gas tersebut) biasanya digunakan sebagai zat standar.

Truk Tangki Suatu tangki penyimpanan yang secara permanen terpasang pada suatu truk.

Tank Ulage Volume kosong di atas permukaan cairan pada suatu tangki. Thermal Relief Valve. Sejenis alat untuk melepas tekanan yang bekerja berdasarkan ekspansi hidrolik dalam sistem akibat variasi temperatur.

Thermal Relief Valve Sejenis alat untuk melepaskan tekanan yang bekerja berdasarkan ekspansi hidrolik dalam system akibat variasi temperatur.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 111 / 112

(metric) SI Conversion Factors*

Panjang ft X 0,3048 in x 25,4

= m (meters) = mm (milimeters)

Luas ft2 x 0,09290 = m2 (square meters)

Volume

US gal x 0,03785 UK gal x 0,004548 Ft3 x 0,02831 Liter x 0,0010

= m3 (cubic meters) = m3 = m3 = m3

Massa Lb x 0,4536 US ton x 0,9072 UK ton x 1,016

= kg (kilograms) = t (tonnes) = t

Temperatur (�F – 32) x 5/9 = �C (degrees Celcius)

Pressure Psig x 6,895 Kgf/cm2 x 98,07 Bar x 100

= kPa (kilopascals) gage/1000 = Mpa gage = kPa = kPa

Flowrate (Basis Massa) Lb/h x 0.4536 = kg/h (kilograms per hour) Flowrate (Basis

Volume) US gpm x 0,06309 US gpm x 0,227

= liter/s (liter per second) = m3/h (cubic meters per hour)

Laju Filtrasi US gpm/ft2 x 0,04 = m3/min/m2

Energy Btu x 1,055 Kcal x 4.184

= kJ (kilojules) = kJ

Daya/Power Btu/h x 0,2931 Kca/h x 1,162 Hp x 0,745

= W (Watts) = W = kW

Heat Transfer (Btu/h x ft2 x �F) x 5.678 (kca/h x m2 x �C) x 1,162

= W/m2/�C(watts per square meter per degree Celcius) = W/m2/�C

Nilai Kalori (Basis Massa)

Btu/lb x 2.326 Kcal/kg x 4,184

= kJ/kg (kilojules per kilogram) = kJ/kg

* For conversion factors to SI (metric) units see also API manual of Petroleum.

Measurement standard Chapter 5.2. (Publ. 2564 : Guideline for the use of the International System of Units (SI in the Petroleum and Industries second edition, 1980)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB III. OPERASI LPG III – 112 / 112

Referensi Berikut ini adalah daftar dokumen-dokumen referensi yang direkomendasikan:

1. Pertamina Engineering Guide-EGS 202, "LPG-Gas Facilities-Marketing Terminals and Consumer Storage,"

2. Pertamina Engineering Guide-EGS 626," Fire Protection Storage Tanks,"

3. Mobil Marketing Operations-"Safe Practices and Procedures Guidelines." MRDI, 988.

4. American Petroleum Institute-AP 510 "Pressure Vessel Inspection Code" (Maintenance Inspection, Rating, Repair and Alteration). API, 1988.

5. Amencan Petroleum Institute-Publ 2510 "Design of Liquefied Petroleum Gas (LPG) Installations." API, 1989.

6. American Petroleum Institute-Publ 2510A "Fire Protection Considerations for the Design and Operation of Liquefied Petroleum Gas (LPG) Storage Facilities." API, 1989.

7. National Fire Protection Association-NFPA 58 "Storing and Handling of Liquefied Petroleum Gases." NFPA, 1989.

8. National Fire Protection Association-NFPA 58 "Storing and Handling of Liquefied Petroleum Gases." NFPA, 2004.

9. National Fire Protection Association-"Liquefied Petroleum Gases Handbook." r

NFPA, 1989.

10. American Society for Testing and Materials-ASTM D 1835 "Specification for Liquefied Petroleum (LP) Gases." ASTM, 1982.

11. Compressed Gas Association-Pamphlet 0-8 "Standards for Visual Inspection of Steel Compressed Gas LPG bottles." OGA, 1984.

12. National Propane Gas Association-Bulletin 118 "Recommended Procedures for Visual Inspection and Requalification of DOT (ICC) cylinders in LP-Gas Service." NPGA, 1979.

13. National Technical Information Ser"'ice-Co-e of (US) Federal Regulations: Title 49, Part 195 "Transportation of Hazardous Liquids by Pipeline." .

14. “Handbook of Butane Propane Gases," 4th ed., Chilton Company, 1962.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 1 / 10

IV OPERASI PELUMAS DAN GREASE IV - 3 4.1.0 Penerimaan IV - 4 4.2.0 Penimbunan IV - 4 4.3.0 Blending IV - 7 4.4.0 Filling IV - 10 4.5.0 Dispatching IV - 10

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 2 / 10

IV OPERASI PELUMAS DAN GREASE

4.1.0 PENERIMAAN Fasilitas penerimaan terdiri dari dermaga, jalur pipa, pompa, meter arus, kompresor, Launcher dan receiver dll.

4.2.0 PENIMBUNAN Fasilitas penimbunan terdiri dari :

• Storage tank (tangki timbun) base oil dan additive • Plastik tank / drop tank / holding tank digunakan untuk

penyimpanan dan penyaluran produk jadi • Tangki solar untuk menyimpan bahan bakar steam boiler • Gudang bahan pembantu produksi • Gudang pelumas (produk jadi) • Lapangan penimbunan drum kosong • Lapangan penimbunan additive drum • Lapangan penimbunan drum pelumas (produk jadi)

4.3.0 BLENDING

Peralatan pelengkap yang digunakan adalah meter arus, telegauge, additive decanting tank/auxiliary tank, steam coil, heat exchanger, water cooler, compressed air agitation atau jet recirculation, boiler, dll

4.4.0 FILLING

Fasilitas filling drum terdiri dari semi otomatis/manual filing drum, pneumatic sealing tool Fasilitas filling plastik terdiri dari mesin pengisian, unscrambling, labeling, screw caping, induction sealing, cartoon sealing, laser printer.

4.5.0 DISPATCHING

Fasilitas dispatching berupa : • Produk dus/drum : pallet, forklift truck, truck container (milik

transportir) • Produk curah/bulk (filling shed) : meter arus, Loading arm,

micro filter, tank truck

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 3 / 10

IV OPERASI PELUMAS DAN GREASE

Unit Produksi pelumas yang saat ini dikelola oleh Direktorat Pemasaran dan Niaga mencakup kegiatan:

1. Blending dan pengemasan minyak pelumas. 2. Blending dan pengemasan gemuk (grease).

Ditinjau dari sifat proses pembuatan pelumas dan gemuk (grease) pada prinsipnya sama, yaitu proses pencampuran (blending) bahan baku base oil dengan bahan tambahan (additive). Yang membedakan adalah proses blending pelumas pada temperatur max 60 0C sedangkan proses blending grease pada temperature 215 0C. Khusus untuk blending pelumas oli samping, tidak diperbolehkan dilakukan pemanasan karena adanya additive solvent yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Tata letak suatu production unit pelumas atau gemuk (grease) ditinjau dari kegiatan penerimaan bahan baku, proses pembuatan produk, pengemasan dan pengiriman produk harus mempertimbangkan faktor keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.

1. Pada saat timbulnya kebakaran atau keadaan darurat lainnya

pada suatu peralatan, maka kebakaran tersebut harus bisa dilokalisir. Oleh karena itu antara peralatan yang berdekatan harus diberikan jarak yang memadai.

2. Fasilitas yang digunakan untuk menangani bahaya kebakaran

atau material beracun ditempatkan secara tepat dengan memperhatikan jarak aman.

3. Apabila suatu material dikhawatirkan dapat menimbulkan bahaya

jika kontrak dengan material lainnya, maka penempatan material tersebut harus dipisahkan satu sam lainnya sesuai dengan sifat-sifat material tersebut.

4. Suatu material yang dapat rusak oleh air harus disimpan dalam

suatu tangki atau dibungkus dengan rapat atau ditempatkan diatas pallet yang mempunyai jarak minimal 4 inch dari lantai.

5. Material yang mudah terbakar harus dijauhkan dari material

lainnya dan penempatannyaharus disekat dengan dinding tahan api.

6. Antara peralatan pemadeam kebakaran manual dengan masing-

masing peralatan unit pabrikasi harus diberi jarak untuk memudahkan dalam penanganan bahaya kebakaran

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 4 / 10

7. Penempatan alat pemadam kebakaran harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dan dijangkau. 8. Jarak antara sumber penerangan dengan material yang mudah

terbakar harus dipertimbangkan untuk mencegah bahaya kebakaran.

Disamping hal-hal diatas tata letak peralatan juga tergantung dari luas lahan, estetika dan kemudahan operasi. 4.1.0 PENERIMAAN

Fasilitas penerimaan terdiri dari : • Dermaga • Jalur Pipa

• Pompa

• Meter Arus

• Kompresor

Kompresor harus ditempatkan di lokasi khusus atau diberi penyekat agar kebisingannya tidak mengganggu kesehatan pendengaran pekerja. Bejana bertekanan agar selalu di uji ulang dan masa ujinya masih berlaku mengacu Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.

• Launcher dan receiver

Untuk menamin keselamatan fasilitas launcher dan receiver harus dilengkapi dengan alat keselamatan sensor bola dan tempat kedudukan bola disediakan tampungan tumpahan pada ujung launcher.

4.2.0 PENIMBUNAN

Kapasitas tempat penimbunan harus dinyatakan dengan jelas dan dilarang mengisi tempat penimbunan melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Kompleks tempat penimbunan harus dilengkapi dengan sistim pemadam kebakaran yang sesuai.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 5 / 10

Ketinggian penumpukan material tidak boleh melebihi 20 ft.

Fasilitas penimbunan terdiri dari : • Storage tank (tangki timbun) base oil dan additive

• Plastik tank / drop tank / holding tank digunakan untuk

penyimpanan dan penyaluran produk jadi

• Tangki solar untuk menyimpan bahan bakar steam boiler

• Gudang penimbunan

Gudang penimbunan terdiri dari gudang untuk penimbunan bahan pembantu produksi dan pelumas (produk jadi) Untuk minyak pelumas yang akan ditimbun dalam waktu relatif lama sebaiknya disimpan di dalam gudang Kemasan drum berisi gemuk pelumas dan pelumas lain yang peka terhadap sinar matahari / panas, disimpan di gudang tertutup bersama-sama dengan pelumas dalam kemasan lithos Gudang sebagai penimbunan pelumas harus memenuhi persyaratan teknis dan safety. Di dalam gudang tersebut harus dilengkapi sarana forklift dan keselamatan kerja yang memadai dalm kondisi siap pakai, adanya sirkulasi udara yang baik, penerangan yang cukup dan sarana pendukung lainnya. Pelaksanaan penimbunan pelumas digudang sebagai berikut :

• Pelumas dalam drum, lithos dan lithos dalam

pembungkus/karton, masing-masing ditempatkan terpisah.

• Untuk setiap kemasan dikelompokkan sesuai jenisnya

dan diletakan pada tempat tertentu serta dipasang papan nama menurut merknya.

Penimbunan pelumas dalam kemasan terdiri atas : • Penimbunan Pelumas dalam drum, drum posisi tidur atau

berdiri di atas pallet (per pallet terdapat empat drum),

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 6 / 10

masing-masing dapat disusun ke atas sebanyak tiga tingkat.

• Penimbunan pelumas dalam pail, pail berdiri di atas pallet,

per pallet terdapat sembilan pail dan dapat disusun maksimum enam tingkat.

• Penimbunan pelumas lithos dalam pembungkus/karton,

diletakkan di atas pallet dengan jumlah susunan sesuai persyaratan yang tercantum di pembungkusnya.

• Selanjutnya pallet diletakkan di atas lantai atau di rak

yang tersedia dalam gudang. Antara kelompok satu dengan yang lain diberi jarak tertentu untuk pergerakan handling equipment. Tumpukan drum, lithos ataupun lithos dalam pembungkus/ karton tidak boleh menempel pada dinding/tembok, harus diberi jarak minimal satu meter untuk mempermudah pemeriksaan dan pemeliharaan. Setiap hari dilakukan pemeriksaan fisik kemasan untuk melihat apabila ada kebocoran dan keadaan marking.

• Lapangan penimbunan

Lapangan penimbunan (drum yard) terdiri dari lapangan untuk penimbunan drum kosong, additive drum dan drum pelumas (produk jadi). Sebagai tempat penimbunan, drum yard harus cukup luas dan kedap air sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi persyaratan teknik. Ditempat tersebut harus dilengkapi sarana forklift, keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan dalam kondisi siap pakai serta sarana pendukung lainnya. Disamping itu apabila perlu disediakan balok untuk alas drum (pallet). Pelaksanaan penimbunan pelumas di drum yard sebagai berikut :

• Pemanfaatan space harus seoptimal mungkin. Dilakukan

dengan pengaturan area penimbunan dalam sistem

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 7 / 10

pengkotakan dan ukuran luas tertentu sesuai dengan kebutuhan.

• Untuk efisiensi area dapat digunakan sistem rak. • Penimbunan dalam posisi tidur sehingga tutup drum

berada di bawah permukaan pelumas pada posisi horizontal

• Drum disusun dalam dua baris bertolak belakang, dapat disusun ke atas sebanyak tiga susun.

• Susunan terbawah beralasan lantai drum yard yang telah dikeraskan dan susunan di atasnya langsung di atas drum, atau masing-masing susun diberi alas balok dua buah, yang dipasang sejajar agar tidak bersinggungan dengan tanah guna mencegah terjadinya korosi pada bagian bawah drum dan pada ujung-ujungnya dipasang pasak kayu supaya drum jangan bergulir.

• Pemeriksaan harus dilakukan secara teratur guna menemukan kebocoran dan untuk memastikan bahwa tanda pengenalnya tetap jelas terbaca.

• Dengan sistem rak dapat disusun ke atas sebanyak 5-6 susun.

• Antara susunan drum (blok) yang satu dengan yang lain diberi jarak tertentu untuk pergerakan handling equipment.

• Setiap kelompok pelumas yang ditimbun dicatat tanggal penerimaannya.

• Semua sudut (area) dari tempat penimbunan harus dapat dicapai dengan mudah oleh peralatan mekanis dan memudahkan pelaksanaan stock checking.

• Secara visual saat penerimaan harus dipisahkan (diseleksi) sesuai dengan kondidi drum, menjadi kelompok :

o Drum yang baik o Drum yang ada kebocoran atau rembes o Drum yang rusak/penyok o Drum yang seal pengamannya tidak ada

(misalnya hilang)

4.3.0 BLENDING

Tangki blending harus ditempatkan pada lokasi yang cukup luas. Di bagian bawah tangki blending harus tersedia daerah bebas untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan maupun pembongkaran atau pengisian material proses.

Peralatan pelengkap yang digunakan adalah :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 8 / 10

• meter arus

• Lantai.

Lantai dan tangga untuk daerah yang licin harus dibuat kasar untuk menghindari bahaya tergelincir. Lantai gedung operasi harus padat dan mampu menahan beban jika dilewati peralatan pemadam. Diberi rambu peringatan “Hati-hati lantai licin” terutama dilokasi decanting .

• telegauge

Ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau dan mudah dilihat oleh operator.

• additive decanting tank/auxiliary tank Dalam menuangkan drum additive harus perlu diperhatikan jumlah additive yang diperlukan, dilengkapi crane untuk memindahkan drum, disediakan bantalan karet untuk menjatuhkan drum ke posisi tidur, operator harus dilengkapi safety rubber boot, sarung tangan dan masker mengingat bahaya toxci dari beberapa additive.

• steam coil

Saluran pipa steam coil sebelum memasuki tangki harus diberi pelindung panas untuk menjaga radiasi panas tidak keluar dan tidak mambahayakan operator.

• heat exchanger Peralatan pompa/kompresor dan shell and tube heat exchanger untuk layan material yang mudah terbakar, direkomendasikan untuk tidak ditempatkan secara langsung di bawah pendingin udara yang dapat menyebarkan api jika terjadi kebakaran pada pompa dan shell and tube tersebut. Jika lokasi penempatannya tidak dapat dipisahkan maka antara pompa atau shell and tube heat exchanger dengan pendingin udara harus disekat dengan deck pemisah api. Harus disediakan fasilitas jalan sekurang-kurangnya pada satu sisi dari kumpulan shell and tube heat exchanger dan peninginan udara untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan, jika menggunakan alat angkat (crane) atau dengan alternatif lain dapat ditempatkan peralatan penyangga integral.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 9 / 10

• water cooler

Ditempatkan pada lokasi yang berhubungan dengan udara bebas, diberi pagar pengaman dan rambu peringantan “awas panas”.

• compressed air agitation atau jet recirculation • boiler dan oil heater

Dinding tube dilengkapi denga thermocouple untuk menontrol temperature sihingga panas yang berlebihan pada tube boiler dapat dicegah. Boiler dilengkapi dengan peralatan control bahan bakar, sehingga pada kondisi ooperasi tidak normal dapat menutup dan mengunci bahan bakar ke boiler secara otomatis dan mempunyai ijin dari Depnaker. Stack dilengkapi dengan peralatan monitor oksigen dan pendeteksian asap, agar peringatan gangguan pembakaran dapat diketahui sedini mungkin. Pada oil heater harus dilengkapi dengan oil pressure regulator dan oil burner pressure gauge agar tidak terfadi over heater dan over pressure.

Boiler ditempatkan sedekat mungkin daerah kegiatan operasi. Penimpatan boiler harus diatas tanah sedemikian rupa sehingga ada ruang ventilasi yang cukup di bawahnya dan panas yang mengalir menuju pondasi dapat sekecil mungkin.

GREASE PLANT Grease Contactor tempat blending proses penyabunan pembuatan bahan dasar grease dengan pemanasan 2000C s/d 2150C dengan tekanan mencapai 5,5 kg/cm2 additive Litium harus ditangani secara hati-hati karena bersifat iritasi. Kettle–I Bahan sabun selanjutnya diproses homogenizer hingga tekanan 100 kg/cm2 dengan temperatur 1400C s/d 1500C selanjutnya di vaccum /dehydration hingga tekanan minus 20 s/d 40 cmHg. Mengingat operasinya pada tekanan dan temperatur tinggi maka harus memperhatikan antaralain:

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IV. OPERASI PELUMAS &GREASE IV – 10 / 10

- Instrumen dan alat-alat ukur ditempatkan pada lokasi yang

mudah dilihat dan terjangkau harus dipastikan selalu berfungsi baik dan terkalibrasi,

- Operator dilengkapi sarung tangan tahan panas, masker, kacamata pelindung mata dan safety shoes.

- Sewaktu membuka tutup bejana kettle harus diyakinkan dulu sudah tidak ada tekanan.

Kettle–II Semi Grease dari Kettle I dilakukan pendinginan sampai temperatur 750C s/d 800C serta sirkulasi melalui homogenizer dengan tekanan 100 kg/ cm2.

4.4.0 FILLING

Fasilitas filling drum terdiri dari : • semi otomatis/manual filing drum • pneumatic sealing tool Fasilitas filling plastik terdiri dari : • mesin pengisian • unscrambling

• labeling

• screw caping

• induction sealing

• cartoon sealing

• laser printer

4.5.0 DISPATCHING

Fasilitas dispatching berupa : • Produk dus/drum : pallet, forklift truck, truck container (milik

transportir) • Produk curah/bulk (filling shed) : meter arus, loading arm,

micro filter, tank truck.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 1 / 9

V OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V - 1 5.1.0 Produk Petrokimia Non BBM V - 2 5.1.1 Informasi Produk V - 2 5.1.2 Penanganan Produk dan Fasilitas V - 2 5.1.2.1 Penanganan Produk V - 2 5.1.2.2 Sarana & Fasilitas V - 2 5.1.2.2.1 Penerimaan V - 2 5.1.2.2.2 Penimbunan V - 3 5.1.2.2.3 Penyaluran V - 3 5.2.0 Aspal V - 4 5.2.1 Informasi Produk V - 4 5.2.2 Penanganan Produk Dan Fasilitas V - 4 5.2.2.1 Penanganan Produk V - 4 5.2.2.2 Sarana & Fasilitas V - 5

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 2 / 9

V OPERASI PETROKIMIA & ASPAL 5.1.0. Produk Petrokimia dan Non BBM

Dalam penanganan produk petrokimia dan non BBM perlu diperhatikan aspek kesehatan, keselamatan dan lindungan lingkungan sehingga dapat dihindari timbulnya dampak negatif seperti kebakaran, terpaparnya pekerja dengan bahan kimia berbahaya, serta terjadinya pencemaran lingkungan.

5.1.1. Informasi Produk Produk yang dikelola oleh Niaga Non BBM adalah produk-produk hasil dari kilang minyak Pertamina yang terdiri dari produk petrokimia antara lain Paraxylene, Benzene, PTA (Purified Terephthalic Acid), Propylene, Polypropylene (Polytam); produk non BBM antara lain Solvent, Green Coke, Lube Base Oil, Minarex, Rubber Processing Oil, Kimia Pertanian (Agrokimia), Sulphur, Wax dan Aspal.

5.1.2. Penanganan Produk dan Fasilitas

5.1.2.1. Penanganan Produk

Pada umumnya setiap bahan kimia selalu memerlukan perhatian khusus dalam penyimpanan dan penanganannya.

Perlengkapan Kerja Perlengkapan kerja yang diperlukan antara lain pakaian kerja, apron (celemek) sarung tangan, sepatu boot, gas masker / dust masker, dan helm safety. Pakaian kerja sebaiknya terbuat dari bahan katun, tidak diberi kantong baju, dan berwarna putih agar mudah terlihat apabila terkontaminasi. Apron / celemek sebaiknya menggunakan bahan yang terbuat dari karet neoprene.

5.1.2.2. Sarana & Fasilitas

5.1.2.2.1. Penerimaan

a. Dermaga

Lihat bab 2.5.0. (Dermaga)

b. Pipa Penerimaan

Lihat bab 2.2.0 dan 2.4.0 (Operasi PP & Jaringan Perpipaan)

c. Mobil Tangki/Truk/Box

Lihat bab. 2.6.3. (Mobil Tangki)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 3 / 9

5.1.2.2.2. Penimbunan

a. Tangki Timbun

Lihat bab. 2.3.0. (Tangki Timbun)

b. Gudang Bahan Baku

- gudang bahan baku harus dalam kondisi kering, berventilasi baik, berdaya tampung cukup (sesuai dengan jumlah produk yang disimpan), tertutup dan dilengkapi penerangan yang cukup

- penyimpanan bahan baku dikelompokkan menurut jenis dan sifatnya masing-masing dengan jarak yang cukup

- apabila terdapat bahan baku yang kemasannya bocor atau rusak dan dipindahkan ke kemasan baru, maka harus diberi label dan data selengkapnya tentang pemindahan tersebut.

- gudang harus dilengkapi rambu – rambu keselamatan kerja, berkaitan dengan tingkat bahaya bahan baku, larangan merokok, serta peraturan lainnya sesuai potensi bahayanya.

- pekerja yang memasuki gudang harus memakai pakaian kerja dan alat pelindung diri yang diperlukan.

c. Gudang Kemasan

Lihat standard untuk Pelumas

d. Gudang Produk Jadi

Lihat standard untuk Pelumas

5.1.2.2.3. Penyaluran

a. Filling Shed untuk Produk Curah

Lihat bab. 2.1.4.5. (Bangsal Pengisian / Filling Shed)

b. Filling Point untuk Produk Kemasan

c. Mobil Tangki/Truk/Box

Lihat bab. 2.6.3. (Mobil Tangki)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 4 / 9

d. Forklift

- harus disediakan akses / jalur yang cukup untuk pergerakan forklift

- forklift harus dilengkapi dengan prosedur pengoperasian dan rambu tanda kapasitas aman (safe working load)

- forklift yang beroperasi serta pengemudi forklift harus dilengkapi dengan ijin operasi / sertifikat dari instansi yang berwenang

5.2.0. Aspal

Untuk menunjang kelancaran operasional proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran aspal baik dalam bentuk curah maupun drum perlu dipertimbangkan faktor-faktor kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan, untuk itu fasilitas, tata letak peralatan dan bangunan, tempat penimbunan dan lain sebagainya perlu diatur.

5.2.1. Informasi Produk Aspal (konvensional) Aspal merupakan suatu material bersifat adhesive, tidak mudah menguap dan tidak larut dalam air, yang diperoleh dari proses pengolahan minyak mentah (crude oil) jenis asphaltic. Aspal berwarna hitam atau coklat, berbentuk semisolid dan bersifat non metalic serta larut dalam CS2 (Carbon Disulphide). Aspal mempunyai flash point 232°C dan merupakan combustible liquid (klasifikasi kelas kebakaran III B berdasarkan NFPA 11)

Polymer Modified Asphalt (Aspal Modifikasi dengan Polymer) Polymer Modified Asphalt merupakan hasil proses blending baik secara fisika maupun kimia antara aspal konvensional dengan polymer (terdapat bermacam-macam tipe polymer) yang bertujuan untuk mengubah karekteristik aspal dari parameter temperaturnya.

5.2.2. Penanganan Produk & Fasilitas 5.2.2.1. Penanganan Produk Aspal merupakan produk yang memiliki potensi bahaya kaitannya dengan penyimpanan dan penanganan dalam temperatur yang relatif tinggi serta kaitannya dengan komposisi dasar produk aspal itu sendiri. a. Bahaya terkait temperature tinggi a.l. :

- luka bakar

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 5 / 9

- penguapan H2S (Hydrogen Sulfide) relatif tinggi - adanya uap panas dan asap - potensi uap mudah terbakar (flammable vapors)

b. Bahaya terkait komposisi produk a.l. : - H2S yang sangat beracun - paparan jangka waktu lama terhadap produk mengandung

hidrokarbon aromatic dapat memicu kanker kulit - paparan berulang dengan hidrokarbon dapat menyebabkan

iritasi kulit

Kontaminasi Aspal Panas dengan Air atau Cairan Hidrokarbon Aspal didistribusikan dalam kondisi panas (>100°C), untuk itu perlu diperhatikan penyimpanan dan penanganannya. Apabila aspal panas terkontaminasi dengan material yang incompatible (tidak larut), terdapat potensi bahaya terjadinya frothover. Material seperti air dan cairan hidrokarbon ringan perlu diperhatikan. Apabila aspal panas dimasukkan ke dalam tangki dan terdapat air di dalamnya, maka air akan mendidih dan menimbulkan ekspansi udara yang dapat menimbulkan overpressure pada tangki dan dapat mengakibatkan terjadnya frothover. Demikian pula dengan kontaminasi cairan hidrokarbon ringan yang dapat melepaskan uap hidrokarbon dan berpotensi membentuk flammable area pada ruang kosong saat aspal dimasukkan ke dalam tangki. Kontaminasi air atau cairan hidrokarbon ringan dapat terjadi antara lain karena adanya kebocoran pada saluran pemanas (apabila sistem pemanasan menggunakan steam atau coil heater), atau dapat juga terbentuk air dari akumulasi kondensat uap panas saat temperatur tangki turun atau sisa air dari proses cleaning tangki. 5.2.2.2. Sarana & Fasilitas 1. Penerimaan

a. Dermaga Lihat bab 2.5.0. (Operasi BBM - Dermaga)

b. Pipa Penerimaan Pipa penerimaan aspal harus dilengkapi dengan heating system dan dilengkapi insulasi penahan panas yang diatur sedemikian rupa sehingga saat proses penerimaan aspal tetap dalam kondisi cair dengan kekentalan yang cukup sehingga tidak terjadi beban pompa produk yang berlebihan.

Flushing pipa yang menggunakan udara bertekanan harus memperhatikan temperatur pipa, sisa aspal panas pada dinding pipa relative mudah mengalami oksidasi cepat

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 6 / 9

(pembakaran) apabila terpapar udara dalam jumlah besar, untuk itu diperlukan pemantauan temperatur pipa saat flushing.

c. Control Room Temperatur dalam control room harus diatur agar berada dalam kondisi dingin untuk menjaga instrumen yang ada, serta dilengkapi fasilitas penerangan yang memadai. Rambu-rambu pengoperasian panel harus lengkap untuk menghindari kesalahan pengoperasian oleh operator. Ruangan harus dilengkapi dengan alat pemadam yang sesuai untuk alat listrik (APAR CO2) yang selalu dalam kondisi siap pakai dan dalam jumlah yang cukup.

2. Penimbunan

a. Tangki Timbun

Atap tangki harus kedap air dan bebas dari genangan air serta dibuat lemah pada sambungan las antara atap dengan body tangki (sesuai API 650). Perlu dilakukan inspeksi secara berkala untuk mendeteksi adanya kerak/endapan aspal yang mungkin merupakan material pyrophoric (material yang apabila terpapar udara dapat teroksidasi dan membara sehingga dapat menjadi sumber panas/nyala api) yang melekat pada bagian bawah atap tangki. Tangki timbun harus dilengkapi dengan lubang pernapasan yang kedap dari air hujan, berada pada bagian tengah atap atau berada di tepi atap tangki dan harus diinspeksi secara berkala untuk menghindari adanya pembentukan kerak/endapan aspal yang mungkin terjadi akibat kondensasi uap aspal atau terjadi overfilling. Kerak/endapan yang terbentuk dapat menyumbat lubang pernapasan atau menjadi material pyrophoric yang dapat menjadi sumber panas/nyala api. Untuk lubang pernapasan yang terletak di tengah atap tangki, perlu dibuat walkways dari tepi atap menuju ke tengah untuk memudahkan inspeksi. Lubang dipping (dip hatch) dan manhole dalam kondisi normal harus selalu dalam kondisi tertutup. Pengamatan dan pencatatan temperatur tangki timbun harus dilakukan secara berkala untuk menjaga temperatur sehingga tetap berada pada kondisi normal operasi. Alat ukur/indikator temperatur tangki harus selalu diinspeksi dan dipastikan dalam

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 7 / 9

kondisi baik dan representatif terhadap temperatur keseluruhan produk dalam tangki. Aspal relatif merupakan konduktor listrik yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadi akumulasi muatan listrik statis dan potensi sumber nyala yang ditimbulkan dari listrik statis, namun sistem grounding dan bonding tetap diperlukan sebagai proteksi terhadap sambaran petir Persyaratan lainnya lihat bab. 2.3.0. (Operasi BBM - Tangki

Timbun)

b. Drum Yard Drum yard sebagai tempat penimbunan produk jadi aspal drum harus cukup luas dengan konstruksi dapat berupa beton atau aspal. Kondisi drum yard aspal harus memperhatikan beberapa aspek a.l :

- Penimbunan drum dilakukan dalam posisi drum berdiri dengan susunan maksimal 3 (tiga) susun, tata letak diatur sehingga memudahkan pergerakan forklift dalam memindahkan/menyusun drum aspal tersebut

- Area drum yard harus dilengkapi dengan rambu keselamatan kerja yang sesuai kaitannya dengan penanganan produk dalam kondisi panas dan adanya pergerakan forklift

- Pembersihan area drum yard harus dilakukan secara rutin sehingga tidak terjadi tumpukan sisa aspal/ceceran aspal yang mengeras dan membuat lantai drum yard menjadi tidak rata & lengket

- Lantai drum yard dibuat dengan kemiringan ke arah saluran drainase sehingga tidak terjadi genangan air apabila turun hujan

- Untuk penimbunan kemasan drum kosong lihat bab 2.2.7.5. (Operasi BBM -Storage / Penimbunan)

3. Penyaluran

Pada saat aspal disalurkan melalui pipa penyaluran, harus diatur temperatur pemanasnya sehingga aspal tetap dalam kondisi pumpable dan tidak terjadi beban pompa yang berlebihan. Temperatur pipa dan pompa harus selalu dimonitor untuk mendeteksi apabila ada kegagalan sistem pemanas. a. Fasilitas Pengisian Aspal Curah & Drum

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 8 / 9

Fasilitas pengisian aspal curah ke dalam mobil tangki dilengkapi dengan atap dan desain terbuka untuk mencegah akumulasi uap aspal (panas & toxic) dan mengurangi paparan uap aspal terhadap pekerja Fasilitas pengisian harus dilengkapi dengan prosedur pengisian mobil tangki yang tepat dan lengkap serta prosedur apabila terjadi keadaan darurat/tumpahan. Sarana pemadam kebakaran serta emergency shower disediakan dalam jumlah yang cukup dan siap pakai serta diletakkan dalam posisi yang mudah dijangkau Rambu – rambu mengenai keselamatan kerja harus disediakan kaitannya dengan proses pengisian aspal (penggunaan Alat Pelindung Diri, larangan merokok, peringatan Operasi Forklift dan Conveyor dll.) Pada saat proses pengisian diupayakan agar paparan uap panas terhadap pekerja sesedikit mungkin

Untuk fasilitas pengisian aspal ke dalam drum serta di bagian bawah conveyor drum harus dilengkapi dengan sarana penampung ceceran aspal yang memudahkan pelaksanaan pembersihan ceceran aspal.

b. Mobil Tangki Aspal Curah & Container Aspal Drum

Lihat bab 2.6.0. (Operasi BBM – Transportasi)

4. Pembuatan Drum Aspal

a. Gedung Pabrik Drum

Luas area gedung / bangunan pabrik drum harus cukup luas sehingga tata letak mesin-mesin pembuat drum dapat diatur sehingga terdapat jarak aman antar mesin Harus disediakan jalur khusus untuk pergerakan forklift sehingga tidak membahayakan mesin – mesin dan aktivitas pekerja Pabrik drum harus dilengkapi ventilasi / sistem sirkulasi udara yang baik untuk mengurangi heat stress dalam ruangan sehingga mendukung para pekerja dan operator mesin tetap dalam kondisi baik dan tetap berkonsentrasi / waspada dalam mengoperasikan mesin. Pabrik drum harus dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran sesuai dengan kelasnya (untuk peralatan listrik

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB V. OPERASI PETROKIMIA & ASPAL V – 9 / 9

menggunakan pemadam jenis CO2 dan untuk non listrik menggunakan pemadam jenis DCP). Jumlah yang tersedia harus cukup dan kondisi sarana pemadam dipastikan dalam kondisi selalu siap pakai. Ruangan pabrik harus dilengkapi rambu – rambu tentang keselamatan kerja yang lengkap sesuai potensi bahaya yang ada.

b. Mesin Pembuat Drum Semua mesin – mesin pembuat drum termasuk mesin pengecatan dan pengeringan drum harus dilengkapi dengan prosedur pengoperasian dan penanganannya pada kondisi emergency Inspeksi secara berkala dan perawatan mesin disertai pencatatan dalam kartu riwayat mesin harus selalu dijalankan agar kondisi mesin selalu dalam kondisi siap dan aman untuk dioperasikan.

c. Painting Both

Untuk mengurangi akumulasi partikel cat dan paparan partikel cat terhadap pekerja, mesin painting both harus dilengkapi dengan fasilitas exhaust yang dihubungkan dengan pembuangan ke luar ruangan Pekerja harus selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk mengurangi paparan partikel cat terhadap saluran pernapasan maupun terhadap kulit selama proses pengecatan di painting both

d. Drying Oven

Mesin drying oven (untuk pengeringan drum setelah pengecatan) harus dibersihkan secara berkala untuk mencegah terjadinya endapan/kerak yang terbentuk akibat ceceran cat yang masih basah dan sisa pembakaran (jelaga) di bagian burner & exhaust yang berpotensi terbakar apabila terpapar panas yang berlebihan. Inspeksi secara berkala dan perawatan mesin disertai pencatatan dalam kartu riwayat mesin harus selalu dijalankan agar kondisi mesin selalu dalam kondisi siap dan aman untuk dioperasikan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 1 / 63

VI MANAJEMEN KEBAKARAN 6.1. Fire Audit VI - 3 6.1.1. Alat Pemadam Api Ringan VI - 3 6.1.2. Water Sprinkler System VI - 3 6.1.3. Firewater System VI - 4 6.1.4. Water / Foam Monitor VI - 6 6.1.5. Fire Protection Pada Tangki-Tangki VI - 6 6.1.6. Fire Hose VI - 7 6.1.7. Hose Reel VI - 7 6.1.8. Early Warning System VI - 8 6.1.9. Kendaraan Pemadam VI - 8 6.1.10. Emergency Equipment VI - 9 6.2. Pedoman Keadaan Darurat VI - 10 6.2.1 Umum VI - 10 6.2.2 Pengertian Keadaan Darurat VI - 11 6.2.3 Organisasi Keadaan Darurat VI - 12 6.2.4 Ketentuan Dalam Penanggulangan Keadaan Darurat VI - 14 6.2.5 Sistem Komunikasi Dalam Keadaan Darurat VI - 17 6.2.6 Sarana / Fasilitas VI - 18 6.2.7 Lain-Lain VI - 18 6.3.0 Pemeriksaan dan Pengujian Alat Pemadam 6.3.1 Sistim Deteksi Dan Alarm Kebakaran VI - 19 6.3.2 Detector Asap VI - 21 6.3.3 Detector Panas VI - 23 6.3.4 Detector Nyala VI - 24 6.3.5 Sistem Alarm Suara VI - 25 6.3.6 Sistem Sprinkler Otomatis VI - 26 6.3.7 Sistem Penyemburan Air VI - 30 6.3.8 Sistem Busa VI - 32 6.3.9 Sistem Pipa Tegak Dan Selang VI - 33 6.3.10 Pompa Pemadam Kebakaran VI - 35 6.3.11 Sistem Air Pemadam Kebakaran VI - 42 6.4.0 Estimasi Kebutuhan Air Pemadam 6.4.1 Pendahuluan VI - 52 6.4.2 Fire Protection Depot VI - 52 6.4.3 Skenario Pemadaman Kebakaran Tangki VI - 53 6.4.4 Pemadaman Kebakaran Tangki VI - 53 6.4.5 Pendinginan Dinding Tangki Yang Terbakar VI - 56 6.4.6 Pemadaman Kebakaran Fire Spill VI - 57

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 2 / 63

6.4.7 Pendinginan Dinding Tangki Sekitar VI - 58 6.4.8 Pendinginan Pasca Kebakaran VI - 60 6.4.9 Total Kebutuhan Air Pemadam VI - 61 6.4.10 Rangkuman VI - 62 6.4.11 Daftar Referensi VI - 63

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 3 / 63

6.1.0. FIRE AUDIT Lokasi : ________________ Unit : ________________ 1. 1. ALAT PEMADAM API RINGAN 1.

Jenis Jumlah Tersedia

Diperlukan Keterangan

1. Dry Powder 20 lbs 50 lbs 150 lbs 350 lbs 2. CO2 3. Water Type 4. Foam Type

Ya Tdk

1. Apakah pemeriksaan rutin alat pemadam telah dilaksanakan ? Jelaskan

______________________________________ ______________________________________

2. Apakah semua alat pemadam dalam kondisi baik dan siap dioperasikan ?

3. Apakah alat pemadam terhalang oleh alat/bahan-bahan lain ?

4. Apakah semua karyawan telah mengetahui cara pemakaian/penggunaan alat pemadam ?

5. Apakah semua alat pemadam api ringan diletakkan pada tempat yang tepat ?

6. Apakah alat tersebut ditandai dengan catatan pengisian dan pemeriksaan terkhir ?

1.2. WATER SPRINKLER SYSTEM Lokasi / Ruang yang dilindungi dengan Water Sprinkler.

Lokasi Dimensi ruang Jumlah titik Keterangan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 4 / 63

Ya Tdk

1. Apakah sistem Water Sprinkler yang ada telah mencukupi dan memenuhi syarat ?

2. Apakah block valve dalam keadaan terbuka dan disegel ?

3. Apakah pengetesan telah dilakukan secara berkala ?

4. Apakah sistem dilengkapi dengan saringan Lumpur ?

5. Apakah sistem di drain secara berkala ?

6. Apakah di KK/LL tersedia stock yang cukup untuk sprinkler head ?

7. Apakah kapasitas/flow rate sudah sesuai dengan standard ?

8. Apakah sistem Water Sprinkler yang ada telah mencukupi dan memenuhi syarat ?

9. Apakah block valve dalam keadaan terbuka dan disegel ?

10. Apakah pengetesan telah dilakukan secara berkala ?

11. Apakah sistem dilengkapi dengan saringan Lumpur ?

12. Apakah sistem di drain secara berkala ?

13. Apakah di KK/LL tersedia stock yang cukup untuk sprinkler head ?

14. Apakah kapasitas/flow rate sudah sesuai dengan standard ?

1.3. FIREWATER SYSTEM 1. Fire Hydran

Jumlah Hydrant Kapasitas Keterangan

Ya Tdk a. Apakah Jumlah fire hydrant telah mencukupi dan

memenuhi syarat ?

b. Apakah peralatan pada hose box telah mencukupi dan dalam kondisi baik ?

c. Apakah kondisi fire hydrant baik dan siap dioperasikan ?

2. Fire Water Line

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 5 / 63

Ya Tdka. Apakah fire water telah memenuhi loop system ?

b. Apakah isolation valve telah memadai dan dalam kondisi baik ?

c. Apakah kondisi pipa-pipa penyalur mencukupi kebutuhan iar minum ?

d. Apakah kapasitas pipa penyalur mencukupi kepbutuhan air minum ? • Kebutuhan air minum ________m3/hr • Kapasitas pipa penyalur ______m3/hr

3. Fire Pump

a. Jumlah Pompa

No. Pompa Type E/D Kapasitas Keterangan

b. Apakah kondisi pompa dalam keadaan baik dan slap dioperasikan ?

c. Apakah performance pompa memenuhi ketentuan design ?

d. Diesel Engine

• Apakah kondisi diesel engine baik ?

• Apakah RPM diset sesuai design ?

• Apakah Fuel tank selalu terisi penuh ?

• Apakah kondisi selang/pipa penyalur baik ?

e. Apakah kondisi peralatan/piping system/meter dan sebagainya baik ?

f. Apakah pengetesan telah dilakukan secara berkala ?

g. Apakah Jockey Pump bekerja baik sesuai dengan fungsinya ?

h. Apakah kapasitas pompa sudah memenuhi kebutuhan minimum untuk suatu kebakaran satu unit fasilitas terbesar ?

1) Kapasitas Pompa • Electric : m3/hr • Diesel : m3/hr

2) Kebutuhan air minimum untuk kebakaran

• Depot/Ins : m3/hr • Kebutuhan : m3/hr

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 6 / 63

1.4. WATER / FOAM MONITOR

1. Data water/ foam monitor

Lokasi Water Monitor

Foam Monitor F/W Keterangan

2. Apakah kapasitas/jumlah water/foam monitor memadai untuk melindungi

peralatan yang vital? 3. Apakah kondisi F / W monitor bail dan siap dioperasikan?

4. Foam Monitor

a. Apakah kapasitas foam di vessel memenuhi syarat ? b. Apakah foam monitor dapat bekerja dengan baik (auto/manual) ? c. Apakah kondisi foam system baik ?

• Vessel • Proportioner • Piping • Refilling System

1.5. FIRE PROTECTION PADA TANGKI-TANGKI

1. Data Tangki

Jenis F.P No. Tangki Kapasitas - Diameter Isi

Foam Sprinkler

2. Apakah semua tangki telah dilengkapi dengan Fixed Fire Protection

System yang cukup ?

3. Foam System

a. Apakah foam system telah memenuhi kebutuhan minimum untuk kebakaran besar ?

b. Apakah foam di test secara berkala ?

• Pengetesan terakhir

• Hasil pengetesan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 7 / 63

c. Apakah foam system dilengkapi dengan fasilitas drain dan dalam

kondisi baik ?

d. Apakah kondisi rupture disk baik/tidak bocor ?

e. Apakah kondisi maker dan discharge baik ?

f. Stock Foam.

g. Apakah jumlah foam system mencukupi untuk minimum 6 jam pemadaman ?

1.6. FIRE HOSE

1. Persediaan Fire Hose Jumlah

Lokasi D. 2 112 D.1 1/2

Keterangan

2. Apakah fire hose dalam kondisi baik dan di test secara berkala ?

3. Apakah kondisi koupling baik dan di test secara berkala ?

1.7. HOSE REEL 1. Data Hose Reel

Lokasi Jumlah Kapasitas Kondisi

2. Apakah hose reel telah memenuhi dan terdapat pada setiap lokasi yang

berbahaya ?

3. Apakah kondisi hose reel baik/tidak bocor dan siap dioperasikan ?

Lokasi Type Jumlah Kondisi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 8 / 63

4. Apakah hose rell dilengkapi dengan quick valve ?

1.8. EARLY WARNING SYSTEM 1. Data Peralatan E W S

2. Adakah pemasangan EWS (jumlah, penempatan, jenis) telah memenuhi

persyaratan sesuai standard ?

3. Adakah EWS dapat bekerja dengan baik ?

4. Apakah EWS telah diperiksa dan ditest secara berkala ? 1 bulan 3 bulan 6 bulah 1 tahun

5. Apakah EWS dilengkapi dengan back up battery yang baik dan memenuhi

syarat ?

6. Apakah semua operator telah mengerti dan menguasai penggunaan/operasi EWS ?

1.9. KENDARAAN PEMADAM

1. Data kendaraan pemadam

No. Urut Type Merk Tahun Kap.

Pompa Kap. Air

Kap. Foam

2. Apakah mobil-mobil pemadam dalam keadaan baik dan siap dioperasikan?

3. Apakah peralatan-peralatan emergency di mobil tersedia dan dalam kondisi baik?

Nama Alat Jumlah Kondisi

• Slang

Jenis E W S Lokasi Alat yang

diproteksi Fire Detector

Gas Detector

Fire Alarm

Keterangan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 9 / 63

• Nozzle

• Baju Tahan Api

• Gas Masker

• Foam Indicator

• Foam Gun

4. Apakah kendaraan diperiksa dan ditest secara berkala ? Mingguan Bulanan Tahunan

5. Apakah performance pompa mobil pemadam telah di test ?

100% Design Capacyty 75% -100% Design Capacity 50% - 75% Design Capacity < 50% Design Capacity

1.10. EMERGENCY EQUIPMENT

1. Data kendaraan pemadam Alat Jumlah Type Kapas i ta Kondis i

Emergency Lighting

Portable Fire Pump

Breathing Apparatus

Explosimeter I

Tandu

First Aid Kit

Baju Tahan Api

Gas Maker

Excape Mask

2. Apakah peralatan tersebut diperiksa secara berkala ? Mingguan Bulanan

1.11. EMERGENCY EQUIPMENT

1. Apakah organisasi keadaan darurat sudah dibakukan ? Bila ya, jelaskan !

_______________________________________ _______________________________________

2. Apakah tenaga untuk menghadapi emergency telah memadai ?

Uraian Jumlah Keterangan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 10 / 63

Tenaga Fire Man (Seluruhnya) Tenaga Fire Man (Shift) Tenaga Bantuan (Auxiliary Team)

3. Apakah ada sarana untuk menghubungi tenaga fireman/bantuan bila

diperlukan ? Telepon H.T Dll.

4. Apakah tenaga-tenaga tersebut dilatih secara berkala ?

Mingguan Bulanan

5. Apakah latihan keadaan darurat/emergency drill telah dilaksanakan secara

berkala ? 1 tahun sekali 2 tahun sekali 2 tahun sekali

6. Apakah ada kemungkinan bantuan dari luar (Mutual Agreement) ?

Sumber Bantuan Luar Bentuk Bantuan

6.2.0. PEDOMAN KEADAAN DARURAT 6.2.1. UMUM Banyak krieteria, definisi dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dijadikan landasan, agar suatu keadaan dapat dikatakan sebagai suatu kedaan darurat. Namun secara umum dapat dinyatakan bahwa Keadaan Darurat adalah keadaan sedemikian rupa yang mengharuskan dilaksanakan tindakan segera karena mengandung resiko terhadap lingkungandan hajat hidup orang banyak, tidak dapat ditanggulangi oleh kemampuan sendiri dan diperlukan kewenangan serta koordinasi lintas fungsi maupun sektoral. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan langkah-langkah pencegahan tertentu agar tidak terjadi Keadaan Darurat, namun apabila karena satu dan lain hal Keadaan Darurat tidak dapat dicegah, maka penanggulangannya harus dapat

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 11 / 63

dilakukan dengan segera/cepat dan tepat, sehingga dampak yang lebih luas dapat dihindari. Untuk mengakomodasi permasalahan dimaksud, maka diperlukan suatu tuntutan, prosedur maupun pedoman Keadaan Darurat dimana tugas dan tanggung jawab menjadi jelas bagi komando/koordinasi dan instruksi maupun informasi bagi berbagai pihak pelaksana yang terlibat dalam Organisasi Keadaan Darurat. Walaupun pada prinsipnya semua Organisasi Kedaan Darurat mempunyai tujuan sama, namun untuk mendapatkan suatu bentuk Organisasi Kedaan Darurat yang dapat diandalkan sesuai peruntukannya, maka Organisasi Keadaan Darurat harus disesuaikan dengan kompleksitas kegiatan operasional, termasuk potensi sumber bahaya yang ada, jumlah peralatan penanggulangan Keadaan Darurat yang tersedia, sarana transportasi, system komunikasi dan lain-lain.

6.2.2. PENGERTIAN KEADAAN DARURAT Yang dimaksud Keadaan Darurat sebagaimana yang telah disebutkan di atas, secara umum adalah suatu keadaan yang sedemikian rupa yang mengharuskan dilaksanakan tindakan segera karena mengandung resiko terhadap lingkungan dan hajat hidup orang banyak, tidak dapat ditanggulangi dengan kemampuan sendiri dan diperlukan kewenangan lintas fungsi maupun sektoral. Keadaan darurat dimaksud antara lain diakibatkan oleh :

1. Faktor Teknis a Kebakaran b Tumpahan / Kebocoran Minyak c Penyebaran Gas Mudah Terbakar d Dan lain-lain.

2. Faktor Alam

a Gempa Bumi b Banjir c Angin Topan d Gelombang Pasang e Dan lain-lain.

Adapun tingkatlsifat keadaan darurat dapat digolongkan sebagai berikut

1. Keadaan darurat kecil adalah suatu keadaan darurat yang dapat diatasi oleh lokasi setempat, tanpa bantuan dari instansi yang lain.

2. Keadaan darurat seddang adalah suatu keadaan darurat yang tidak dapat diatasi sendiri oleh lokasi setempat, tanpa dibantu oleh instansi lain.

3. Keadaan darurat besar adalah suatu keadaan darurat yang membahayakan suatu lokasi instalasi dan untuk mengatasinya diperlukan usaha dan koordinasi langsung dari unit dan instansi terkait setempat.

6.2.3. ORGANISASI KEADAAN DARURAT Sebuah organisasi keadaan darurat hendaknya dapat menunjukkan suatu garis perintah/komando, laporan dan pemberitahuan secara jelas, sehingga semua personil yang terlibat di dalam organisasi dapat memahami tugas, wewenang dan tanggung jawabnya dengan jelas dan tugas. Mencerminkan suatu kesatuan yang

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 12 / 63

terpadu, saling menunjang antara yang memberi perintah dan yang menerima perintah, antara yang memberi laporan dan yang menerima laporan, antara yang memberitahukan kepada yang diberitahu, antara yang memimpin operasi dan yang melaksanakan operasi penanggulangan serta antara yang memimpin bantuan atas kelancaran operasi penanggulangan dengan yang melaksanakan bantuan untuk kelancaran operasi penanggulangan Garis komando tersebut harus disikapi dengan disiplin dan kepatuhan layaknya seperti organisasi militer, demikian juga garis hierarki agar tidak tumpang tindih dan bertele-tele. Contoh organisasi keadaan darurat dimaksud seperti diuraikan berikut ini.

1. Koordinator Organisasi Keadaan Darurat Instalasi bertugas dan bertanggung jawab.

a Mengkoordinir atau memberi komando/perintah kepada semua fungsi

dalam organisasi keadaan darurat. b Melapor kepada kepala-kepala Fungsi di tingkat unit yang terkait

dengan kejadian keadaan darurat (sesuai ketentuan tentang laporan kejadian penting yang berlaku), serta melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan keadaan darurat.

2. Wakil Koordinator, bertugas dan bertanggung jawab

a Sebagai Wakil Koordinator semua fungsi dalam organisasi keadaan darurat.

b Mengkoordinir kelancaran atas semua kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan keadaan darurat.

c Kepada Koordinator Organisasi Keadaan Darurat. 3. Komandan satuan tugas penanggulangan keadaan darurat bertugas dan

bertanggung jawab.

a Mengkoordinir regu yang bertugas melaksanakan penanggulangan keadaan darurat (regu inti).

b Mengkoordinir regu yang bertugas melaksanakan bantuan penanggulangan keadaan darurat (regu Bantu).

c Mengkoordinir regu yang bertugas menyiapkan perlengkapan tambahan yang diperlukan untuk penanggulangan keadaan darurat dan mengumpulkan semua peralatan yang digunakan setelah penanggulangan keadaan darurat selesai.

4. Komandan satuan tugas BBM, bertugas dan bertanggung jawab

a Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan penyerahan BBM ke Mobil Tangki, RTW, Kapal/Tanker, dan Lighter / Tongkang (regu penyerahan BBM)

b Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan operasi pompa-pompa produk BBM, menutup krangan-krangan dari dan ke tangki timbun (regu pompa).

c Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan pembongkaran BBM dari kapal/tangker (regu bongkar).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 13 / 63

5. Komandan satuan tugas Non BBM 1, bertugas dan bertanggung jawab:

a Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan penyerahan, penerimaan dan pengamanan produk pelumas (regu pelumas).

b Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan penyerahan, penerimaan dan pengamanan produk grease dan bahan kimia (regu grease).

6. Komandan satuan tugas Non BBM 2, bertugas dan bertanggung jawab

a Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan penyerahan / pengisian LPG ke botol-botol LPG dan ke Skid Tank LPG (regu botol LPG)

b Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan penerimaan LPG dari kapal angkutan LPG (regu angkutan LPG)

c Mengkoordinir regu yang bertugas menghentikan pompapompa produk LPG dan menutup krangan-krangan dari dan ke tangki LPG (regu pompa LPG)

7. Komandan satuan tugas penunjang, bertugas dan bertanggung jawab

a Mengkoordinir regu yang bertugas melakukan pengamanan terhadap assets perusahaan, mengatur lalu lintas keluar/masuk kendaraan dari/ke instaasi, mengatur parkir kendaraan, meminta bantuan kepada aparat keamanan setempat serta melakukan himbauan kepada masyarakat disekitarnya (regu pengamanan).

b Mengkoordinir regu yang bertugas menyiapkan ambulance, perlengkapan P3K_ dan petugasnya di tempat kejadian serta memberikan pertolongan pertama dan perawatan selanjutnya terhadap korban yang ada (regu kesehatan).

c Mengkoordinir regu yang bertugas menyelamatkan dokumen/arsip yang bisa diselamatkan (regu dokumen/arsip).

d Mengkoordinir regu yang bertugas menyiapkan fasilitas angkutan dan sopir, mengeluarkan semua kendaraan perusahaan, termasuk semua mobil tangki angkutan BBM auntuk segera meninggalkan lokasi kejadian dan logistik (regu transportasi).

e Mengoordinir regu yang bertugas menghubungi personil yang terlibat dalam organisassi penanggulangan keadaan darurat sekaligus menghubungi Dinas PMK dari instansi lain bila diperlukan sesuai perintah dari koordinator atau wakilnya (regu penghubung).

6.2.4. KETENTUAN DALAM PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 6.2.4.1. Kebakaran

a. Kebakaran Kecil

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 14 / 63

(1) Setiap pekerja yang mengetahui terjadinya kebakaran kecil segera

bertindak sendiri, berusaha sedapat mungkin untuk memadamkan kebakaran dengan alat pemadam api yang sesuai dan yang berada di dekat lokasi kejadian, selanjutnya segera melapor ke Komandan regu inti penanggulangan keadaan darurat yang sedang bertugas, dengan menyebutkan identitas pelapor, lokasi kejadian, jenis yang terbakar dan tindakan yang telah dilakukan.

(2) Komandan regu inti penanggulangan keadaan darurat yang menerima laporan beserta anggotanya dengan membawa perlengkapan yang diperlukan segera menuju ke lokasi kebakaran untuk mengevaluasi kejadian dan sekaligus melaksanakan penanggulangan kebakaran yang belum padam, sementara sebagian anggota regu inti penanggulangan keadaan darurat yang lain tetap siaga di tempat tugas menunggu perkembangan lebih lanjut.

b. Kebakaran Besar

Apabila kebakaran yang terjadi tidak berhasil diatasi, sehingga kebakaran menjalar lebih luas dan besar, maka diperlukan langkah-langkah penanggulangan lanjutan

(1) Komandan satuan tugas pengamanan dan penyelamatan, segera memerintahkan komandan regu penghubung, untuk menghubungi para komandan satuan tugas dalam organisasi keadaan darurat beserta jajarannya, dan seterusnya para komandan satuan tugas dan jajarannya dimaksud segera melakukan tindakan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

(2) Membunyikan tanda bahaya (alarm, Lonceng, dll) selama 60 detik, yang pelaksanaannya dilakukan oleh salah seorang petugas regu inti penanggulangan keadaan darurat. Keputusan untuk membunyikan tanda bahaya ditentukan oleh komandan satuan tugas penanggulangan keadaan darurat, setelah melakukan koordinasi dengan Koordinator Organisasi Keadaan Darurat.

(3) Apabila diperlukan bantuan dari instansi lain yang terkait, maka komandan satuan tugas penanggulangan keadaan darurat setelah melakukan koordinasi dengan koordinator organisasi penanggulangan keadaan darurat memerintahkan komandan regu penghubung untuk menghubungi instansi-instansi yang dimaksud.

(4) Semua bantuan dari instansi di luar Pertamina setelah tiba di lokasi kejadian segera berkoordinasi dengan Koordinator OKD, dan pelaksanaan bantuan penanggulangan pemadaman kebakaran yang dilaksanakan harus mengikuti instruksi dan petunjuk Koordinator OKD.

6.2.4.2. Tumpahan/Kebocoran Minyak

a. Tumpahan Kebocoran Minyak Kecil (1) Setiap pekerja yang mengetahui adanya tumpahan / kebocoran

minyak baik di darat maupun di perairan agar seger berusaha semaksimal mungkin menanggulangi atau minimal melokalisir

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 15 / 63

tumpahan / kebocoran minyak agar tidak meluas, selanjutnya segera melapor kepada Pengakelas / Penanggung jawab asal timbulnya tumpahan / kebocoran ini, dengan menyebutkan identitas pelapor, lokasi kejadian, jenis dan perkiraan jumlah minyak yang tumpah/bocor serta tindakan yang telah dilakukan.

(2) Pengakelas yang bersangkutan segera dating ke lokasi kejadian untuk meneliti sebab-sebanya dan menanggulangi tumpahan / kebocoran minyak yang masih ada, kemudian melakukan koordinasi dengan Pengakelas yang terkait untuk segera menanggulangi / memperbaiki sumber tumpahan / kebocoran.

b. Tumpahan Kebocoran Minyak Besar

Apabila tumpahan/kebocoran yang terjadi tidak berhasil diatasi, sehingga tumpahan/kebocoran menjadi lebih luas, maka diperlukan langkah-langkah penanggulangan lanjutan yang melibatkan Organisasi Keadaan Darurat antara lain:

(1) Komandan satuan tugas pengamanan dan penyelamatan, segera

memerintahkan komandan regu penghubung untuk menghubungi para komandan satuan tugas dalam organisasi keadaan darurat beserta jajarannya, dan seterusnya para komandan satuan tugas dan jajarannya dimaksud segera malakukan tindakan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

(2) Koordinator Organisasi Keadaan Darurat Instalasi setelah melakukan koordinasi dengan para komandan satuan tugas segera melapor ke unit dengan menyebutkan waktu terjadinya tumpahan, jenis dan perkiraan jumlah minyak yang tumpah, apabila tumpahan/kebocoran berasal dari kapal atau tongkang sebutkan nama kapal/tongkang, siapa agennya, tonnage untuk meminta bantuan dan komandan satuan tugas pengamanan & penyelamatan segera memerin-tahkan komandan regu penghubung untuk menghubu-ngi para komandan satuan tugas dalam organisasi keadaan darurat beserta jajarannya, dan seterusnya para komandan satuan tugas dan jajarannya dimaksud melakukan langkah-langkah dan tindakan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

(3) Semua bantuan dari instansi di luar Pertamina setelah tiba dilokasi kejadian segera berkoordinasi dengan koordinator OKD, dan pelaksanaan bantuan penanggulangan pemadaman kebakaran yang dilaksanakan harus mengikuti instruksi dan petunjuk koordinator OKD.

6.2.4.3. Penyebaran Gas Mudah Terbakar

a. Setiap pekerja yang mengetahui adanya penyebaran gas mudah terbakar khususnya LPG yang ditandai dengan terciumnya bau tertentu, agar segera berusaha mencari tahu sumbernya. Apabila sumber penyebaran gas telah ditemukan, segera memberitahukan kepada kepala satuan penyelamatan produk LPG.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 16 / 63

b. Kepala satuan penyelamatan produk LPG segera melapor kepada

koordinator organisasi keadaan darurat kemudian mengkoordinir para komandan regunya untuk segera berusaha meneliti dan menyelidiki sumber penyebaran gas LPG dan berupaya mengatasi/memperbaikinya, apabila tindakan yang dilakukan tidak membawa hasil, maka perlu diambil langkah-langkah lebih lanjut.

c. Koordinator organisasi keadaan darurat setelah melakukan koordinasi dengan kepala satuan penyelamatan produk LPG dan kepala satuan lainnya dalam organisasi keadaan darurat, memutuskan untuk menghentikan semua aktivitas yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan / pengisian LPG antara lain

(1) Menghentikan aktivitas penerimaan LPG jika kebetulan ada pembongkaran/penerimaan LPG dari kapal, menutup krangan dari/ke kapal, melepas semua connecting hose dari kapal ke dermaga, melepas aarde, tali tambat dan meminta pada pihak kapal agar menjauh dari dermaga.

(2) Menghentikan semua aktifitas pengisian produk LPG dan menutup semua krangan-krangan yang diperkirakan akan memutuskan atau paling tidak akan mengurangi besarnya penyebaran gas LPG dan mengeluarkan kendaraan-kendaraan angkutan botol LPG.

Dalam kondisi demikian, maka semua kepala satuan dalam organisasi keadaan darurat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing melakukan langkah-langkah antara lain

(1) Melarang/menghimbau kepada para pekerja, masyarakat / penduduk dan orang-orang yang ada disekitar lokasi instalasi dalam radius 50 m, untuk tetap tenang dan tidak melakukan kegiatan yang menggunakan atau dapat menimbulkan nyala api terbuka.

(2) Menyiapkan regu penanggulangan keadaan darurat serta pompa pemadam dan perlengkapannya serta alat-alat pemadam lainnya agar setiap saat siap dapat segera melakukan tindakan atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi, serta mengaktifkan water sprinkler system.

(3) Apabila penyebaran gas LPG dianggap memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengatasinya, maka semua mobil tangki BBM yang berada di areal lokasi instalasi harus dikeluarkan.

6.2.4.4. Kejadian Alam

a. Gempa Bumi, Banjir, Gelombang Pasang dan Angin Topan (1) Setiap pekerja yang mengetahui terjadinya kejadian (gempa bumi,

banjir gelombang pasang dan angin topan) agar segera merusaha sedapat mungkin untuk melakukan langkah-langkah pengamanan baik untuk diri sendiri, orang lain maupun assets perusahaan.

(2) Semua kepala satuan dalam organisasi keadaan darurat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing melakukan koordinasi terhadap jajarannya untuk memeriksa dan mengamankan assets yang menjadi tanggung jawabnya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 17 / 63

(3) Terhadap assets yang mengalami kerusakan agar segera dilakukan

perbaikan sebagaimana prosedur baku yang berlaku, sehingga kerusakan tersebut tidak mengganggu operasi perusahaan.

(4) Apabila kerusakan yang terjadi terhadap assets maupun kerusakan lainnya belum dapat ditanggulangi sehingga mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan, maka koordinator penanggulangan keadaan darurat harus segera melapor ke unit untuk melakukan konsultasi guna mengambil langkah-langkah penanggulangan sementara yang sedemikian rupa, sampai instalasi dapat beroperasi sebagai mana adanya.

(5) Kerusakan assets yang menyebabkan kebakaran, tumpahan / kebocoran, dan penyebaran gas mudah terbakar, maka langkah-langkah penanggulangannya sebagaimana yang diatur pada ketentuan tersebut di atas.

6.2.5. SISTEM KOMUNIKASI DALAM KEADAAN DARURAT Dalam keadaan darurat, semua sarana dan system komunikasi yang ada hanya diperuntukan untuk hal-hal yang berhubungan dengan penanggulangan keadaan darurat, sarana komunikasi yang dimaksud antara lain

• Telepon permanen • Telepon selular • Radio komunikasi • Alarm • Megaphone • Paging • Dan lain-lain

6.2.5.1. Didalam Jam Kerja Sistem komunikasi jika terjadi keadaan darurat, ditandai dengan bunyi fire alarm system atau bunyi lonceng sebagaimana yang di atur dalam point 7.1 No. 2 bagian b. Dalam kondisi demikian, maka setiap pekerja agar segera meninggalkan pekerjaan rutinnya yang tidak mengandung resiko bahaya jika ditinggalkan dan tetap bersiaga untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang diatur dalam ketentuan tersebut diatas.

6.2.5.2. Diluar Jam Kerja Sistem komunikasi jia terjadi keadaan darurat dilakukan dengan sarana telepon dan paging, sesuai daftar telepon baik yang permanen maupun yang selular yang merupakan daftar yang tidak terpisahkan dalam pedoman OKD Instalasi. Setiap pekerja yang sedang off jika mengetahui atau mendengar telah terjadi keadaan darurat di instalasi, harus segera menuju lokasi kejadian guna melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana diatur dalam OKD.

6.2.5.3. Hubungan Masyarakat Pemberian keterangan untuk konsumsi masyarakat dan mass media perihal terjadinya keadaan darurat, hanya dapat diberikan oleh koordinator

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 18 / 63

penanggulangan keadaan darurat atau kepala satuan yang ditunjuk oleh koordinator.

6.2.6. SARANA / FASILITAS 6.2.6.1. Penggunaan Sarana / Fasilitas Seluruh peralatan yang tersedia untuk penanggulangan keadaan darurat, khususnya untuk penanggulangan kebakaran dan pencemaran pada prinsipnya harus bisa dioperasikan oleh setiap pekerja, oleh karena Itu pelatihan bagi setiap pekerja guna mengenalkan bagaimana cara pengoperasian dan kegunaannya harus dilakukan secara periodik. Hal ini dimaksudkan agar dalam situasi dan kondisi tertentu, dimana para pekerja yang betugas dan bertanggung jawab terhadap peralatan-peralatan tersebut berhalangan dapat digantikan oleh pekerja lainnya

6.2.6.2. Layout Sarana / Fasilitas Penempatan semua sarana / peralatan untuk penanggulangan keadaan darurat harus dijelaskan dalam layout atau daftar yang merupakan lampiran atau bagian yang tidak terpisahkan dalam Pedoman OKD Instalasi.

6.2.7. LAIN-LAIN Hal-hal yang belum ada atau belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekitarnya.

CONTOH DIAGRAM PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT INSTALASI

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 19 / 63

6.3.0. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN 6.3.1. SISTIM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN 6.3.1.1. SISTIM ALARM KEBAKARAN

a. BATASAN Sistim Alarm Kebakaran (Fire Alarm System) pada suatu tempat atau bangunan digunakan untuk pemberitaan kepada pekerja / penghuni dimana terjadi awal bahaya. Sistim alarm Kebakaran (Fire Alarm System) dilengkapi dengan tanda atau alarm yang bisa dilihat atau didengar. Penempatan alarm kebakaran ini biasanya pada koridor / gang-gang dan jalan dalam bangunan atau suatu instalasi.

Sistim alarm kebakaran dapat dihubungkan secara manual ataupun otomatis pada alat-alat seperti sprikler system, detector panas, detektor asap dll.

Komponen alat ini terdiri dari :

Master Control Fire Alarm (Manual Station, seperti panel Box, pilar Box, Break Glass dll).

Alarm Bell Detektor panas, detektor asap, detektor nyala

b. PEMERIKSAAN VISUAL

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 20 / 63

Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dini kemungkinan kerusakan sebelum dilaksanakan pengujian.

Kekerapan pemeriksaan perlu dilaksanakan setiap bulan terhadap bagian - bagian bawah ini dengan menggunakan formulir yang ada.

Bulanan Periksa semua peralatan Fire alarm untuk menyakinkan bahwa tidak ada kerusakan atau tidak bekerjanya sarana. Lihat dan periksa lampu penerangan dan Light Emitting Diodes (LED) pada alarm kebakaran dan panel pemberitahuan. Periksa permukaan air battery dan jika kurang ditambah. Lakukan uji operasi mesin generator jika ada. Periksa tegangan dari setiap sel. Periksa fuse, termasuk ukurannya.

c. PENGUJIAN Pengujian harus dilaksanakan pada waktu tertentu dengan menggunakan formulir yang tersedia dan mencatat semua hasil pengujian. Pemeliharaan harus dilakukan secara tepat untuk setiap peralatan yang digunakan pada waktu dilaksanakan pengujian. Pengujian harus dimulai dari Manual Sattion dan detector.

Sistem harus bisa beroperasi dalam keadaan normal. Dengarkan bunyi yang dihasilkan dan catat lokasi yang tidak beroperasi.

Cara Pengujian adalah sebagai berikut :

Apabila pengujian dilakukan dari Manaual Station atau detector tertentu maka syarat lampu / bell di Control Room, Fire Station dan lokasi harus bekrja sesuai dengan lokasi pengiriman isyarat.

Jika peralatan tersebut mempunyai sistem komunikasi 2 arah, operasikanlah peralatan tersebut.

Pengujian dilaksanakan

• Setiap tiga bulan o Initiating Device Circuits. o Signaling Device Circuits. o Komunikasi 2 arah.

• Setiap enam bulan

o Remote Annuciator. o Lepaskan Fuse dan periksa rating. o Periksa tegangan ( Voltage dari setiap Cell Battery ).

6.3.1.2. PEMELIHARAAN

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 21 / 63

Sewaktu pengujian dilaksanakan, lakukan pekerjaan pemeliharaan pada setiap komponen yang dapat menyebabkan gagalnya system beroperasi dan catat semua hasil pelaksanaan.

6.3.1.3. PENGARSIPAN. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan harus disimpan dengan baik, dan pads ruang yang tersedia catat informasi yang penting.

6.3.1.4. REFERENSI. NFPA 72A Standard for the installation, Maintenance and Use of Local

Protective Signaling System for Guard's Tour, Fire Alarm and Supervisory Service.

NFPA 72H Guide for testing Procedures for local, Auxiliary, Remote Station and Proprietary Protective Signaling Systems.

Maintenance of Fire Protection System, US Navl Publications Philadelpia Pa, 1981.

OSHA : General Industry Standards. • Standard Building Code.

6.3.2. DETEKTOR ASAP 6.3.2.1. BATASAN.

Detektor asap adalah peralatan suatu alarn kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian dan secara otomatis mendeteksi kebakaran apabila menerima partikel - partikel asap.

Jenis Detektor. Detektor ionisasi. Detektor ionisasi mengandung sejumlah kecil bahan radio aktif yang akan mengionisasi udara diruang pengindra (Sensing Chamber).

Listrik dalam ruang dihantar melalui udara diantara dua batang electroda.

Apabila partikel asap memasuki Chamber maka akan menyebabkan penurunan daya hantar listrik. Jika penurunan daya hantar tersebut jauh dibawah tingkat yang ditentukan detektor maka akan terjadi alarm.

Komponen detektor asap terdiri dari :

o Smoke detector. o Master Control Fire Alarn / Manual Station.

6.3.2.2. PEMERIKSAAN VISUAL. Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dari kemungkinan kerusakan sebelum dilaksanakan pengujian. Bulanan. Periode inspeksi dilakukan setiap bulan pada bagian dibawah ini dengan pengisian formulir.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 22 / 63

Periksa semua detector, kemungkinan ada kerusakan. Periksa kotoran dan debu yang terkumpul.

6.3.2.3. PENGUJIAN. Pengujian diperlukan pada frekuensi tertentu, pemeliharaan harus dilaksanakan secara tepat pada setiap peralatan yang tidak berfungsi sewaktu pengujian. Pelaksanaan pengujian dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan aerosol atau memasukkan asap kedalam ruang pengindraan dari detector asap.

Pengujian dilaksanakan setiap 6 bulan terhadap:

-.Smoke detector ionisasi.

-.Smoke detector photo electric.

-.Bersihkan detector dari kotoran dan debu.

6.3.2.4. PEMELIHARAAN. Semua detector asap harus di kalibrasi 1 tahun sekali, khusus yang dipasang di pabrik yang mempunyai instrumen yang sangat peka , dilaksanakan sesuai dengan pabrik pembuat. Pembersihan dilaksanakan sesuai instruksi pabrik pembuatnya. Mengingat kepekaannya beberapa detector dipasang dalam rangkaian zona silang. Apabila dihubungkan dengan media pemadam, maka detector harus lebih dulu mengaktifkan alarm sebelum media pemadam kebakaran disemburkan keluar.

6.3.2.5. PENGARSIPAN Hasil pengujian disimpan dengan baik untuk keperluan dan pemeliharaan.

6.3.2.6. REPERENSI • NFPA 72A Standard for the Installation, Maintenance and use of Local

Protective Signaling System for Guard's Tour, Fire Alarm and Supervisory Service.

• NFPA 72H Guide for Testing Procedures for local, Auxiliary, Remote Station and Proprietary Protective Signaling Systems.

• Maintenance of Fire Protection System, US Navi Publications Philadelpia Pa, 1981.

• OSHA : General Industry Standards.

6.3.3. DETEKTOR PANAS 6.3.3.1. BATASAN.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 23 / 63

Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatik yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.

Komponen Detector Panas terdid dari : -.Detector panas. -.Manual Kontrol Alarm Kebakaran ( Manual Station) - Alarm bell. Jenis. Fixed Temperature Detector. Terdiri dari sebuah tabung detektor ( Detector Housing ) yang berisikan sebuah elemen yang dapat meleleh dengan segera pada temperatur yang ditentukan. Melelehnya elemen tersebut menyebabkan terjadinya kontak listrik dan menyebabkan alarm pada sistim alarm kebakaran.

Rate of rise detector tipe electric, terdiri dari tabung detector Detector Housing) yang mempunyai lubang kecil dengan sebuah diaphram. Panas akibat kebakaran menyebabkan udara dalam housing memuai lebih cepat, pemuaian menyebabkan tekanan pada diaphram sehingga terjadi kontak listrik.

Rate of rise detector tyfe pneumatic, terdiri dari tabung metalik dalam bentuk gulungan panjang yang dapat dihubungkan denga detector. Panas akibat kebakaran menyebabkan udara dalam tabung mengembang dan menaikkan tekanan pada fleksibel diaphram. Pengembangan fleksibel diaphram menyebabkan terjadinya kontak listrik dan alarm bekerja.

Rite compensation detector. Terdiri dari elemen metalik didalamnya yang akan mengembang jika menerima panas. Pertemuan keduanya menyebabkan kontak listrik sehingga alarm bekerja.

6.3.3.2. PEMERIKSAAN VISUAL. Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dini kemungkinan kerusakan sebelum pengujian. Periode pemeriksaan visual dilakukan sebagai berikut

Bulanan Periksa semua detector panas, kemungkinan ada kerusakan.

6.3.3.3. PENGUJIAN. Pengujian diperlukan pada waktu - waktu tertentu, pemeliharaan harus dilakukan secara tepat dari setiap peralatan yang tidak berfungsi baik sewaktu pengujian. Fixed Temperature detector tidak bisa diuji dengan menggunakan panas, apabila ia perlu mendeteksi panas sehingga menyebabkan alarm, maka ia harus diganti. Pelaksanaan pengujian adalah dengan melepas detector dari box outlet listrik. Selanjutnya gunakan sepotong cable listrik yang di isolasi untuk menghubungkan ( to jumper ) kontrol listrik pada dasar dari unit detector tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 24 / 63

Yakinkan kabel yang dipakai untuk jumper tersebut di isolasi. Setlah 15 tahun dan setiap 5 tahun berikut 2 dari 100 fixed temperatur detector harus diuji di laboratorium. Jika kedua detektor gagal, maka dilakukan uji ulang detector yang lain.

Pengujian detector rate of rise dan rate compensation bisa dengan menggunakan hair dryer atau panas lampu yang terlindung. 10 % dari detector harus diuji setiap 6 bulan, sehingga pengujian seluruhnya detector harus diuji setiap 6 bulan, sehingga pengujian seluruhnya detector seleseai setelah 5 tahun.

Pengujian harus dilaksanakan pada waktu berikut

• Enam Bulan Pneumatic line type system

• Lima Tahun Rate if rise detector (10% ditest setiap 6 bulan

Rate Compensation detector.

• Lima Belas Tahun Fixed temperature detector ( dan setiap 5 tahun berikutnya )

6.3.3.4. PEMELIHARAN Sewaktu diadakan pengujian harus dilaksanakan segera pemeliharaan yang tepat atau penggatian detector yang rusak.

6.3.3.5. PENGARSIPAN Catatan pengujian disimpan dengan baik untuk keperluan pemeriksaan. Pengujian dan pemeliharaan, isi informasi yang penting untuk pekerjaan berikutnya.

6.3.3.6. REFERENSI • NFPA 72E Standard and Automation Fire detector • NFPA 72H Guide for testing Procedures for local, Auxiliary, Remote Station and

Proprietary Protective Signaling Systems • NFPA Inspection Manual 5th Edition National Fire Protection Association, Quiny Mass.

1982.

6.3.4. DETEKTOR NYALA 6.3.4.1. BATASAN. Batasan nyala akan memberikan tanggapan terhadap energi radiasi di dalam atau diluar batas penghitungan manusia. la peka terhadap nyala bara api, arang atau nyala api kebakaran, sehingga detector ini di sediakan untuk sistim alarm kebakaran.

Penggunaan detector nyala adalah pada daerah yang sangat mudah meledak atau terbakar.

• Jenis detector nyala antara lain: Infrared detector. Ultra violet detector Flame Flicker detector Photo electric Flame detector.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 25 / 63

• Komponen detector Nyala terdiri dari Flame detector., Manual station. Flame Flicker detector. Photo electric flame detector.

6.3.4.2. PEMERIKSAAN VISUAL. Pemeriksaan diperlukan setiap bulan dan catatlah hasil pemeriksaan. Bulanan.

Periksa kerusakan dan kelainan detector nyala. Bersihkan kaca.

6.3.4.3. PENGUJIAN Pengujian berikut perlu dilaksanakan, kecuali instruksi khusus dari pabrik pembuat. 6 Bulan

Ultraviolet Infrared. Photo electric Flame Flicker

6.3.4.4. PEMELIHARAAN Pemeliharaan yang tepat harus dilaksanakan terhadap semua peralatan yang harus selama dilaksanakan pengujian. Catat semua pemeliharaan yang dilaksanakan.

6.3.4.5. PENGARSIPAN Semua hasil inspeksi, pengujian dan pemeliharaan harus dicatac dan disimpan baik.

6.3.4.6. REFERENSI • NFPA 72E Standard on Automation Fire detector • NFPA 72H Guide for testing Procedures for Local, Auxiliary, Remote

Station and Proprietary signanling Systems. • NFPA Inspection Manual, 5th Editional National Fire Protection

Association, Quincy Mass. 1982.

6.3.5. SISTEM ALARM SUARA 6.3.5.1. BATASAN. Dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya (Preamplipier) sebagai pengganti sistim Bell dan Horn. Sistem ini memungkinkan digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi. Komponen alarm suara terdiri dari : 1. Power supply

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 26 / 63

2. Preamplier 3. Pengeras suara (load speaker) 4. Tape player 5. Tape dan persambungan kabel.

6.3.5.2. PEMERIKSAAN VISUAL Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan dengan periode berikut Bulanan 1. Periksa speaker 2. Periksa preamplier dan controlnya 3. Periksa tape jika ada 4. Periksa power supply

6.3.5.3. PENGUJIAN. Jika alarm kebakaran bekerja, maka tape player akan mengirimkan pesan yang pra rekam (Pre recorded) melalui rangkaian pengeras suara. Beberapa sistem voice alarm tidak dilengkapi tape player, tetapi sebagai gantinya pesan disampaikan secara langsung oleh operator melalui mikrofon di lokasi pusat. Pesan kadang-kadang didahului suatu nada tertentu untuk menarik perhatian penghuni. Sistim ini dapat gagal berfungsi karena adanya kerusakan pada tape player, preamplier dan amplier, pengeras suara kabel, penghubung atau sumber tenaga. Sekurangkurangnya setiap triwulan harus diadakan perigujian.

Triwulan 1. Rangkaian speaker 2. Tape player 3. Speaker

6.3.5.4. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan yang tepat harus dilaksanakan setiap komponen yang ditemui rusak pada waktu pemakaian atau pengujian perlu dicatat untuk mengetahui waktu yang akan datang.

6.3.5.5. PENGARSIPAN. Penyimpanan dan pengujian harus disimpan dengan baik.

6.3.6. SISTEM SPRINKLER OTOMATIS 6.3.6.1. BATASAN. Sistem sprinkler terdiri dari rangkain pipa yang dilengkapi dengan discharge nozzle yang kecil (sering disebut sprinkler head) dan ditempatkan dalam suatu bangunan. Jika terjadi kebakaran panas api akan melelehkan sambungan solder atau memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air. Pemeliharaan sistem sprinkler ulang baik akan memiliki kehandalan yang tinggi dan memberi-perlindungan yang baik terhadap harta benda dan manusia. Jenis cara kerja sprinkler yang baik dapat dikelompokkan menjadi : 1. Sistem sprinkler pipa basah.

Wet pipe sprinkler sistem ialah jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan tertentu.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 27 / 63

2. Sistem sprinkler pipa Kering.

Yaitu sistim jaringan pipa yang tidak berisi air, dimana jika terjadi kebakaran air dialirkan kesprinkler dengan membuka kerangan utama baik secara manual maupun otomatik

6.3.6.2. PEMERIKSAAN VISUAL Pemeriksaan visual dilaksanakan dengan frekwensi sbb: Setiap bulan.

1. Periksa segel kontrol valve. 2. Periksa kerangan pemasok air, yakinkan dalam keadaan terbuka 3. Periksa kondisi sprinkler head 4. Periksa sprinkler head lain yang menghalanginya, tersumbat atau rusak 5. Periksa tag atau label yang digantungkan pada valve dan dicatat pada valve

di seal atau diblok 6. Pemeriksa sambungan (pada mobil pemadam) 7. Sambungan harus tampak dan harus terjangkau. Tutup sambungan harus

bersih, ulir tidak rusak, dan lumasi dengan grafit. 8. Periksa terhadap sumbatan pada saluran seperti saringan pada pompa,

kerak pada air, air yang sangat keruh.

6.3.6.3. PENGUJIAN. Perlu dilakukan pengujian secara berkala dengan menggunakan blanko yang tersedia. Triwulan a. Semua sistem sprinkler

Uji aliran terhadap pencerat utama (Main drains).

Ini termasuk mencatat tekanan pada pengukur (gauge) yang ada dibagian bawah kerangan sprinkler (gambar 2.2), yang menyalakan tekanan pasokan air statis (the statis water suplly pressure). Bukalah kerangan pencerat 2 inch secara penuh. Setelah aliran stabil catatlah tekanan yang ada pada pengukur. Hal ini merupakan tekanan sisa ( residual pressure).

Jika tekanan ini berbeda jauh dari tekanan yang dicatat terlebih dahulu, berarti ada yang salah pada pemasokan air seperti misainya kerangan yang tertutup atau pipa yang tersumbat.

Kehilangan tekanan lebih dari 10 % harus segera disidik dan ditentukan sebabnya. Akibat dari penurunan terhadap bekerjanya sistem sprinkler juga harus ditentukan, agar dapat diperoleh kepastian bahwa sistem akan berfungsi secara memuaskan.

b. Sistem Pipa Basah

Uji alarm aliran air (water flow alarm ). Uji alarm dengan cara membuka sambungan penguji. Hal ini akan mensimulasikan aliran air dari satu kepala sprinkler dan akan mengaktifkan alarm motor air (water motor alarm ). Saklar aliran ( flow switch ), atau saklar tekanan (pressure switch ).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 28 / 63

c. Sistem Pipa Kering. Uji alarm tekanan udara rendah ( Low air pressure alarm ) pengujiannya dilaksanakan sebagai berikut.

Tutup kerangan pemasok air sehingga sistem tidak trip ( secara tidak sengaja )

Secara lambat buang udara dari dalam sistem dengan cara membuka kerangan uji (inspector's test valve) secara perlahan.

Alarm tekanan udara rendah harus berbunyi pada saat terjadi penurunan tekanan seperti yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Jangan sampai penurunan tekanan mampu mentripkan kerangan pipa kering.

Setelah pengujian, pastikan bahwa kerangan pemasuk udara harus terbuka dan sistem tekanan udara kembali normal, kemudian buka kembali kerangan pemasok air.

Uji alarm aliran air. Buka kerangan by pass ( the alarm by pass valve). Jangan pergiunakan sambungan penguji, karena akan menyebabkan terjadinya trip pada " kerangan pipa kering" (dry pipe valve).

Tahunan. a. Sistem Sprinkler curah Uji cara bekerjanya sistem deteksi kebakaran. b. Sistem Sprinkler Praaksi Uji bekerjanya sistem deteksi kebakaran c. Sistem Sprinkler Pipa Basah Seperti uji triwulan d. Sistem Sprinkler Pipa Kering Uji trip bagi kerangan pipa kering.

Sebelum pengujian, kerangan pencerat (drain valve) utama harus terbuka penuh dan pasokan air harus dibuang sampai aliran air menjadi bersih. Jika pada pemasokan terdapat hidran, maka ia harus di gelontor (flush) lebih dahulu sebelum pencerat utama dibuka. Penggelontoran ini akan mengurangi jumlah kotoran (debris) yang masuk kedalam sistem pipa kering

Setiap pipa kering, termasuk sarana pembuka cepat, harus di uji trip, dengan keadaan kerangan pengendali pasokan air sebagian terbuka.Saat kerangan mulai trip, maka kerengan pengendali air harus segera ditutup agar sistem tidak terisi penuh dengan air. ( perhatian Beberapa kerengan pipa kering tidak akan bekerja baik tanpa aliran air yang cukup untuk mengikat katup "Dapper"). Kerangan ini ditripkan dengan membuka " inspektor's tets valve" yang akan melepas tekanan udara dari dalam sistem.

Setelah pengujian, bukalah kerangan pencerat utama 2 inchi untuk membersihkan sistem. Buka katup kerangan dan bersihkan bagian dalam kerangan. Perbaiki ulir atau bagian yang rusak, set kembali kerangan, dan kembalikan penutupnya.

Tambahan air : priming" dan buka pasokan udara untuki mengisi kembali sistem dengan udara. Pada saat tekanan udara mencapai ketinggian yang tepat. Bukalah pencerat utama 2 inchi untuk mengurangi terjadinya hentakan air ( water hammer ) yang dapat mentripkan sistem, dan kemudian secara lambat tutup kembali pencerat utama 2 inchi. Tiga Tahunan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 29 / 63

Uji trip terhadap kerangan pipa kering. Kerangan pipa kering harus diuji trip dengan kerangan pemasok air dalam keadaan terbuka penuh. Pengujian dapat dihentikan pada saat aliran air dan sambungan uji menjadi bersih. Perlu juga dilakukan uji trip lengkap jika ada perubahan atau perubahan besar terhadap sistem sprinkler yang ada. Lima Tahunan Semua sistem sprinkler. Ambillah contoh sprinkler dengan temperature ekstra tinggi (3250F atau ambil 163°C atau yang lebih tinggi, yang diletakkan didaerah dengan temperature sering melebihi temperature pagu (ceiling ) yang diizinkan. Gantilah sprinkler yang diambili tadi dengan yang baru.Contoh sprinkler yang diambil dapat dikirim kelaboratorium untuk di uji operasi sesuai dengan NFPA 13. Jika contoh sprinkler tersebut gagal dalam ujian, maka sprinkler yang lain harus diganti dengan yang baru, sesuai rating.

6.3.6.4. PEMELIHARAAN Triwulan. Bersihkan dan coba kerangan--kerangan dan dudukan indikator. Tutup secara penuh dan buka kembali setiap kerangan. Saat membuka, pegangan kerangan harus diputar sampai terasa ada tahanan pada tangki penggerak kerangan. Ini untuk memastikan bahwa batangan / tangki tersebut tidak terlepas dari kerangan ( valve gate ). Pegangan kemudian diputar kembali seperempat putaran dari posisi terbuka penuh, agar tidak terjadi jepitan. Tahunan. Semua Sprinkler.

Lumasi semua ulir kerangan dengan menggunakan grafit atau campuran grafit dengan minyak ringan. Kerangan ditutup penuh dan dibuka kembali untuk menguji operasinya dan meratakan pelumas pada tangki ulir.

Bersihkan saringan, jika ada. Hal ini dilakukan dengan cara menutup pasokan air dan melepas serta membersihkan saringan tersebut. Ada beberapa saringan yang dapat membersihkan sendiri, yang diperlukan hanya dari roda operasi (operating wheel).

Sistem Sprinkler Pipa kering. Buka semua sarana pencerat dibawah (low point darins). Penceratan harus diulang setiap hari sampai hasil pengembunan (condensation) dapat dibuang.

6.3.6.5. PENGARSIPAN. Catatan hasil pengujian disimpan untuk keperluan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan berikutnya.

6.3.7. SISTEM PENYEMBURAN AIR 6.3.7.1. BATASAN.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 30 / 63

System penyembur air digunakan untuk memproteksi bahaya khusus dimana diperlukan air dalam jumlah besar untuk pendinginan. Penempatannya dimaksudkan untuk memproteksi Vessel dan bangunan. Semua water spray, nozzlenya terbuka dan air akan keluar melalui nozzle dengan pola pancaran yang berbentuk kerucut penuh dengan butiran halus.

System penyemburan air dapat bekerja dengan otomatis dan manual. Pengoperasian secara otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan detector pada temperature tertentu.

6.3.7.2. PEMERIKSAAN VISUAL. Periksa nozzle terhadap kebutuhan

Periksa apakah ada mesin atau peralatan yang diubah dan menghalangi semburan dari

Nozzle.

Periksa posisi nozzle.

Periksa bahwa tidak nozzle atau pipa yang dipindahkan, atau adanya penambahan sarana baru yang menyebabkan sistem tak mampu menyemburkan air secara baik untuk mengendalikan bahaya.

Pastikan bahwa semua kerangan pengendali dalam keadaan terbuka.

Periksa semua pipa dan adanya penyalur (drainage) yang baik.

6.3.7.3. PENGUJIAN. Pengujian dilakukan secara berkala dengan menggunakan blanko yang tersedia. Tahunan.

Uji kerangan pengendali. Pengujian ini melibatkan trip dan kerangan, yang dapat dilakukan tanpa perlu adanya aliran air dalam sistem. Cara: Kerang pengendali dapat dibuka sebagian dan jika terjadi trip, segera kerangan ditutup kembali sebelum air mengalir keluar dari nozzle. Walau demikian pengujian operasi secara penuh dengan air mengalir metalui nozzle merupakan cara terbaik untuk memastikan bahwa sistem bekerja baik.

Uji sarana pengindra otomatis. Laksanakan pengujian dengan aliran penuh terhadap sistem setiap sistem. Bila keadaan memungkinkan, uji aliran sebaiknya lebih sering dilakukan. (saringan harus diperiksa setelah ada pengaliran dan jika perlu bersihkanlah).

6.3.7.4. PEMELIHARAAN. Tahunan.

Operasikan sarana & keterangan "trip" manual, termasuk ulir dan dudukan keterangan disebelah luar. Hal ini manyangkut penutupan dan pembukaan kerangan secara sempurna. Saat pembukaan kerangan, tangkai harus diputar sampai terasa ada tahanan pada batang penggerak. Hal ini untuk

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 31 / 63

menyakinkan bahwa batang tersebut tidak terlepas dari valve gate. Setelah dibuka penuh kembali, putarlah kembali seperempat putaran agar tidak terjepit.

Lumasi tangkai kerangan dengan grafit. Selama pelumasan, buka dan tutuplah kerangan agar pelumasan merata.

Ceratlah ( Flush) sambungan & pipa. Penceratan harus diteruskan sampai air yang keluar cukup bersih. Derajat aliran minimum tidak boleh lebih kecil dari pada kebutuhan operasi dan sistem seperti yang ditentukan dalam rancangan atau lebih kecil dari pada aliran untuk menjaga kecepatan 3 meter/detik (10 ft detik ), tergantung nilai mana yang lebih besar. Derajat aliran yang diperlukan untuk menghasilkan kecepatan 3 meter per detik adalah

Ukuran Aliran (gpm) Aliran (Lt/min)

4 390 1476 6 880 3331 8 1560 5950

10 2440 9235 12 3520 13325

Aliran ini berlaku saat menguji aliran dalam sistem atau aliran air dari sambungan pencerat tertentu. Saringan harus diperiksa atau dibersihkan (jika diperlukan) setelah setiap kali di aliri air.

6.3.7.5. PENGARSIPAN. Lakukan pencatatan terhadap semua hasil inspeksi dan adakan

perbaikan bila terjadi kerusakan. Adakan kerja sama dengan bagian yang terkait.

6.3.8. SISTEM BUSA 6.3.8.1. BATASAN. Sistem busa dapat dibagi atas 2 jenis yaitu

a. Pengembangan rendah, dimana pengembangan gelembung-gelembung busa sangat kecil (<20x) gelembung berisi kandungan air yang tinggi.

b. Pengembangan menengah dan tinggi, dimana ekspansi pengembangannya > 20 - 1000 kali. Pada rasio pengembangan tersebut, gelembung berisi kandungan air yang kecil dan gelembung relatif ringan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 32 / 63

Jenis busa pengembangan rendah digunakan untuk bahaya yang khusus berkaitan dengan cairan mudah terbakar. Sistim kerjanya sebagai pendinginan dan menutupi permukaan cair yang terbakar. Fungsi AFFF yaitu menghasilkan lapisan film yang mengambang dipermukaan cairan yang terbakar serta membantu menahan penguapan produk yang terbakar.

Jenis busa pengembangan tinggi digunakan pada area yang tertutup sehingga dapat memenuhi seluruh ruangan dan menyelimuti api sampai padam.

6.3.8.2. PEMERIKSAAN VISUAL. Pemeriksaan 3 bulanan Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

Pemeriksa cara kerja katup pengendali, tanda pengenainya serta jalur jalurnya agar selalu dalam keadaan baik.

Periksa sambungan ke sarana pemadam Periksa ketinggian busa dalam tanki, usahakan ruangan udara sekecil

mungkin. Hal ini agar menambah daya tanki dan memperkecil pengendapan busa.

Sistem pendeteksi agar diuji dengan operasi sebenarnya (petunjuk mengenai hal ini dapat dilihat pada bab I )

Uji mutu busa Uji sistim discharge (foam chamber)

6.3.8.3. PEMELIHARAAN. Bulanan Jalankan pompa cairan busa lebih kurang 30 - 60 detik, bila kerangan dalam keadaan baik, tentu tidak akan ada bocoran yang keluar.

Tiga Bulanan. Tutup dapat-rapat semua kerangan. Kemudian buka penuh kembali. Agar tidak terjadi penyempitan, putar kembali, seperempat putaran ke arah yang berlawanan setelah ditutup atau dibuka penuh.

Enam Bulanan. Lakukan perawatan Pressure vaccum vent dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

Lepaskan PV Vent dari lengkung kubah tanki (tutup lubang PV Vent sehingga tidak kemasukan benda lain.

Lepaskan Ventbonnet Gunakan air bersih untuk membersihkan dan teliti terhadap kerusakan. Bilas semua alat tersebut, buang airnya dan keragkan sampai betul-betul

kering. Semprotkan peralatan tersebut dengan teflon untuk pelapis alat tersebut,

jangan menggunakan oil pada peralatan vent. Pasang kembali vent bounet dan bagian-bagian lainnya.

Tahunan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 33 / 63

Lumasi semua tangkai kerangan. Kerangan sebaiknya ditutup rapat kemudian dibuka kembali untuk diuji operasi dan diberi pelumas. Berkala Tanki penimbun cairan busa harus dibersihkan secara berkala. Hal ini penting untuk menjaga kelancaran operasi. Untuk itu perhatikan prosedur sebagai berikut :

Drain busa kental dari tanki Isi pelan-pelan tanki dengan air (agar tidak berbusa) Drain tanki Cuci tanki Periksa bagian dalam tanki terhadap tanki karat & kerusakan-kerusakan. Bersihkan karatnya dan perbaikan kerusakan yang diperlukan dan

dihubungi pabriknya untuk mendapatkan keterangan khusus. Bila perlu bersihkan tanki dengan deterjen Cuci tanki sampai bersih dengan air dan keringkan Isi kembali tanki sampai penuh. Untuk busa jenis alkohol, diperlukan tanbahan prosedur sebagai berikut Cuci tanki dengan larutan deterjen Bilas tanki dan isi dengan air bersih. Tambahkan satu atau dua kilo

koustik soda per 100 gallon kapasitas tanki, rendam selama 2 jam Bilas tanki hingga bersih.

6.3.8.4. PENGARSIPAN. Catat semua hasil pemeriksa dan pengujian, pengetesan dan pemeliharaan dan beri keterangan yang penting bila perlu.

6.3.8.5. REFERENSI. NFPA 13A : Recommended Practice for the care and Maintenance of

Sprinkler System. NFPA 16 : Standard for the Installation of deluge foam water sprinkler

system and foam water spray system

6.3.9. SISTEM PIPA TEGAK DAN SELANG 6.3.9.1. BATASAN. Stand Pipe system adalah suatu system penyalur air yang dilengkapi dengan sambungan selang pemadam didalam suatu bangunan atau komplek industri.

Empat metode dalam penyaluran air ke stand pipa yaitu : Stand pipe basah, dimana penyalur air langsung dari saluran air utama.

Keterangan air ini selalu terbuka dan bertekanan

Stand pipe kering, dimana penyaluran air tidak permanen dan harus disalurkan dari luar.

Stand pipe kering yang dilengkapi dengan kontrol valve yang selalu ditutup dan pengoperasiannya secara manual

Stand pipe kering dengan kontrol valve otomatis.

Dalam penggunaan stand pipe ada 3 kelasifikasi, tergantung dari penghuni/ regu pemadam yang akan. menggunakannya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 34 / 63

Kelas I Perencanaan stand pipe bangunan tergantung pada petugas pemadam kebakaran yang terlatih menggunakan slang ukuran 2,5 ". Untuk melakukan pemadam kebakaran slang dapat dihubungkan langsung dengan hidran. Kelas II Stand pipe untuk digunakan oleh penghuni sendiri menggunakan slang 1,5", slang dan nozle sudah tersambung langsung. Kelas III Perencanaan stand pipe Kelas ini ditempatkan dalam bangunan atau untuk keperluan training. Diperlukan slang dengan diameter 2,5" dan kemudian dihubungkan dengan sebuah cabang yang membagi aliran masing-masing menjadi 1,5". Stand pipe untuk dipakai penghuni dengan slang pemadam 1,5" dan untuk yang terlatih 2,5" dan bertekanan.

6.3.9.2. PEMERIKSAAN VISUAL TIGA BULANAN. Pemeriksa semua sambungan selang ataupun serat-seratnya

Periksa rak slang, agar penempatan slang selalu dalam keadaan baik dan teratur

Periksa tanda pengenal pada rak slang Periksa sistim penghubung dengan fire brigade setempat Periksa pipa-pipa pada sistim pipa kering untuk mengetahui kerusakan

dan korosinya.

6.3.9.3. PENGUJIAN. Tahunan Test pompa pemadam bila penggunaannya merupakan bagian dari sistim penyuplai air Lima Tahunan Test hydrostatic pada stand pipe kering dengan tekanan 50 psi (3,4 bar) diatas normal dan perhatikan setiap kerusakan yang timbul. Pada beberapa tempat kebutuhan pengetesan ini dilakukan setiap bulan yang dikenal dengan test pipa air bakaran dan pompa pemadam kebakaran. Pada akhir pengetesan dilakukan drain selama 15 menit untuk membuang endapan-endapan lumpur.

6.3.9.4. EMELIHARAAN. Pemeliharaan dilakukan setahun sekali. Gunakan blanko yang tersedia untuk mencatat hasil pemeliharaannya. Tahunan. Susun kembali slang : slang ukuran 1,5 " pada pipa tegak kelas 11 dan III harus dilepas dan disusun kembali sehingga tidak terjadi keausan pada tekanan slang. Pada saat penyusunan slang harus diusahakan terjadi perubahan dari bagian yang tertekuk. Packing (gasket) pada sambungan slang juga harus diperiksa terhadap keausan, jika diperlukan packing harus diganti.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 35 / 63

Pergunakan grafit untuk melumasi gelendong slang (hose reel dan rak

slang yang dapat barayun agar mudah bergerak.

6.3.9.5. PENGARSIPAN. Catat semua hasil pemeriksaan dan pengujian, pengetesan dan pemeliharaan dan beri keterangan yang penting bila perlu.

6.3.9.6. REFERENCE. NFPA 13 A : Recommended practice for the care and maintenance of

sprinkler system NFPA 16 : Standard for the installation og deluge foam water sprinkler

system and foam water spray system NFPA 14: Standard for the installation of stand pipe and hose system NFPA 19,62 : Standard for the care, use and maintenance of fire hose

induding connection and nozzle 6.3.10. POMPA PEMADAM KEBAKARAN 6.3.10.1. UMUM. Pompa pemadam kebakaran (selanjutnya disebut dengan Pompa PMK) merupakan salah satu peralatan yang sangat vital dalam menunjang keselamatan Instalasi / Depot dari bahaya kebakaran. Dari inventaris peralatan dilingkungan Pemasaran dan Niaga menunjukkan bahwa umur pakai pompa pemadam kebakaran adalah 4 sampai dengan 20 tahun. Sampai saat ini belum pernah dilakukan pengukuran kembali apakah kondisi pompa masih sama dengan kondisi saat diterima. Pengalaman menunjukkan bahwa kondisi pompa sangat dipengaruhi oleh umur pakai, jenis air yang disalurkan dan tingkat pemeliharaan. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kondisi pompa pemadam kebakaran di seluruh Unit Pemasaran dan Niaga untuk mengetahui kondisi pompa yang sesungguhnya saat ini. Pengujian dilakukan dengan metoda Tes Performansi Pompa Pemadam Kebakaran yang disusun berdasarkan NFPA 1911 dan NFPA 20.

6.3.10.2. BATASAN. Pompa pemadam kebakaran dilengkapi dengan. perlengkapan pipa isap dan pipa outlet (keluar) yang jumlah dan tekanannya mampu untuk menanggulangi kebakaran. Pompa dapat digerakan secara manual atau otomatis. Untuk menjalankan secara otomatis diperlukan sistim pengontrol. Pompa dapat digerakan dengan motor listrik, motor bakar/diesel atau turbin. Kapasitas pompa pemadam kebakaran bervariasi sampai 5000 gpm. Pompa kebakaran diperlukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan, jenis pompa ada 2 yaitu : tipe sentrifugal dan vertikal/turbin. Pompa pemadam kebakaran didasarkan oleh kemampuan jumlah air tertentu, biasanya diukur dalam gpm.

Pada kecepatan dan tekanan pompa tertentu, pompa harus dapat mengalir. 150% aliran yang ditentukan pada 60% tekanan yang ditentukan (rated pressure). Pada kondisi tidak ada aliran, tekanan haus mampu mencapai 120% dari tekanan yang ditentukan (sering kali disebut tekanan aduk) untuk pompa sentrifugal dan 140% dari tekanan untuk pompa turbin.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 36 / 63

Pompa dijalankan dan distop dengan kontrol, pompa bekerja apabila pompa memerlukan tekanan tambahan dan pompa berhenti setelah pompa mencapai tekanan yang diinginkan. Pompa mempunyai alat pengatur waktu supaya pompa tidak akan hidup terus menerus berhenti dengan tiba-tiba seperti selama terjadi kebocoran kecil atau rembesan.

Untuk alasan yang sama digunakan pompa kedua yang dikenal dengan jokey pump yang dipasang pada pipa yang paralel dengan pompa pemadam utama tersebut, untuk mencegah bekerjanya pompa utama dalam keadaan adanya bocoran atau rembesan. Pompa pemadam kebakaran dilengkapi dengan sirkulasi katup lepas (relief valve), untuk mengeluarkan air melalui saluran keluar ¾" apabila pompa dijalankan tanpa air keluar. Tanpa valve ini, air yang terperangkap dalam casing akan naik suhunya menambah daya sentrifugal dalam pompa, suhu yang tinggi dapat merusak pompa pemadam.

Pompa yg mengisap air dari kolam atau sumur dilengkapi dengan saringan untuk menjaga agar pompa tidak rusak karena masuknya benda-benda padat. Pada saluran isap juga dilengkapi valve (foot valve) untuk pompa selalu dalam keadaan baik.

6.3.10.3. PEMERIKSAAN VISUAL. Inspeksi diperlukan bulanan dan untuk mencatat hasil inspeksi dapat digunakan formulir seperti terlampir. Bulanan

Periksa tekanan pada semua pompa pemadam Periksa lampu-lampu pengontrol Periksa semua keterangan untuk menyakinkan kerangan terbuka

6.3.10.4. PENGUJIAN.

Pengujian header pompa diperlukan tersendiri saluran keluar 2,5" untuk setiap 250 gpm kecepatan dari pompa pemadam. Slang panjang dengan diameter 2,5" dengan nozzle dihubungkan dengan erat dan kemudian air dialirkan melalui slang ke pitot gage.

Jumlah air ditentukan dengan rumus

GPM = 29,83 CD2/p

Dimana :

C = Koefisien nozzle (biasanya 0,9) D = Diamater saluran keluar (in) P = Tekanan yang tercatat pada pipa pilot dalam psi Untuk melaksanakan pengujian pompa, air harus dialirkan melalui pompa dan hasil pengujian ditentukan. Saluran keluar pada test header atau pipa saluran keluar dan jaringan slang harus dibuka dengan bermacam-macam tingkatan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 37 / 63

agar air keluar pada bermacam aliran. Pengujian dilakukan saat pompa bekerja pada keadaan tanpa aliran. Pengujian dilakukan saat pompa bekerja pada keadaan tanpa aliran 25%, 50%, 75%, 125% dan 150% aliran yang ditentukan (rated flow).

Sebagai contoh pompa berkapasitas 500 gpm harus diuji dalam 7 point 0, 125, 250, 375, 500, 625 dan 750 gpm. Untuk melaksanakan alat ukur (gauges) yang ada dibagian isap dan tekanan dari pompa harus diamati pengukuran dengan pipa point pada discharge nozzle"

Apabila aliran mencapai persentase yang diinginkan maka tekanan pada pitot besarnya disaluran keluar, koefiesien saluran keluar tekanan pompa masuk, tekanan pompa keluar dan kecepatan ini diulangi dan dicatat untuk semua tingkat aliran yang diperlukan.

Pengujian selanjutnya akan dilaksanakan dengan frekuensi tertentu dan catat pada formulir yang tersedia.

Mingguan

Pengujian menjalankan pompa pemadam (15 menit) Mengencangkan packing Pengukuran tekanan isap dan tekanan keluar Sistim starter penggerak pompa RPM penggerak pompa Petunjuk lampu pengontrol Valve saluran keluar posisi terbuka Pemeriksaan indikator alat pengatur waktu Running alarm (over speed trip) Periksa "steam traap" untuk turbin uap

Tahunan

Pengujian untuk kerja pompa (pump performance test Aliran air dan sakelar alarm Posisi kerangan Periksa saringan isap (suctio strainer) Periksa saringan air Periksa kondisi rumah pompa Periksa PSV setiap dua tahunan Periksa kecepatan pompa pada setiap aliran Catat tekanan isap dan discharge pada masing-masing aliran

6.3.10.5. Prosedur Pengetesan Performansi Pompa Prosedur ini hanya berlaku untuk pengujian Pompa PMK dengan kapasitas minimun 250 gpm atau lebih pada tekanan 250 psi (1035 kPa).

a. KONDISI LAPANGAN 1) Kedalaman bak / sumber air minimum 1,2 meter. 2) Level maksimum 3 meter di bawah pusat pompa intake dan cukup dekat

kepada suction strainer minimum 0,6 meter di bawah permukaan air jika dihubungkan ke pompa dengan suction hose 6 meter.

b. KONDISI LINGKUNGAN

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 38 / 63

1) Temperatur udara : - 18 s/d 38°C 2) Temperatur air : 2 s/d 32°C 3) Barometric pressure : minimum 29 inHg (98,2 kPa)

c. PERALATAN Gunakan suction hose dengan table di bawah ini

No Kapasitas (gpm)

Suction Hose (inch).

Suction Line(bush)

Max. Lift (ft)

01 250-300 3 1 10

02 350-500 4 1 10

03 600-750 4,5 1 10

04 1000 5 1 10

05 1250 6 1 10

06 1500 6 1 atau 2 10

07 1750 6 2 8

08 2000 -2500 6 2 6

d. FREKWENSI Dilakukan setiap tahun, setelah selesai perbaikan besar (overhaul) atau modifikasi pompa, atau pada saat penerimaan pompa baru sebelum dioperasikan.

e. PROSEDUR

a. Periksa seluruh kondisi pompa secara visual b. Pasang flow tester kit pada discharge pompa dengan cara

(1). Pilih ukuran nozzle yang sesuai. (2). Tarik ‘plunger’ (5). (3). Pilih ukuran nozzle yang sesuai. (4). Putar pitot (9) ke arah samping. (5). Tarik pengunci / lock ring (11) ke arah belakang. (6). Masukkan / ganti nozzle flow tester kit. (7). Tarik pengunci / lock ring (5) ke depan.

c. Kuatkan dudukan flow tester kit pada discharge pompa.

d. Hidupkan pompa. Buka discharge valve pompa secara perlahan. Perhatikan tekanan pada manometer. Bila terjadi penurunan tekanan, segera tutup discharge valve. Bila tekanan pada pompa tidak turun lagi, buka discharge valve.

e. Periksa keseluruhan kondisi pompa. Perhatikan getaran (vibrasi), kebocoran, suara dan packing gland.

f. Atur kondisi tes pompa sebagai berikut

(1). 20 menit kapasitas rata-rata pada 150 psi. (2). 10 menit pada 70% kapasitas rata-rata pada 200 psi.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 39 / 63

(3). 10 menit pada 50% kapasitas rata-rata pada 250 psi.

g. Jika pompa two-stage dengan kondisi parallel / seri, atur kondisi pengetesan

pada (1). 100% kapasitas rata-rata dengan kondisi parallel. (2). 70% kapasitas rata-rata dengan kondisi parallel/seri. (3). 50% kapasitas rata-rata dengan kondisi seri.

h. Baca hasil pengetesan untuk setiap tes point

(1). RPM pompa (2). Suction discharge (3). Oli pressure (4). Pilot pressure (5). Ukuran nozzle

i. Analisa hasil tes dengan menggunakan Tabel Flow Discharge untuk

mendapatkan debit aliran (gpm) dari setiap bacaan pada setiap tes. NAMA-NAMA BAGIAN ALAT

No. Bagian QTY Keterangan No.

Bagian QTY Keterangan

1 1 Swivel Gasket 10 1 Nozzle 1,250 Bore

2 64 Swivel Balls 10 1 Nozzle 1,500 Bore

3 1 O-Ring 10 1 Nozzle 1,750 Bore

4 1 Drain 10 1 Nozzle 2,000 Bore

5 1 Retractable Plunger 10 1 Nozzle 1,250 Bore

6 1 Gauge, Liquid Filled 10 Option Nozzle 1,500 Bore

7 1 Detent Ring 11 1 Lock Ring

8 1 Retainer Ring 12 1 Ball Plunger

9 1 Pilot Assembly 13 1 Body

9A 1 Pilot Tip 14 1 Swivel

10 1 Nozzle 1,000 Bore

TABEL DEBIT AIR (US GPM)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 40 / 63

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 41 / 63

Tota

l GP

M

3,00

2,75

2,50

2,25

2,00

Merk

/Jen

is :

Ka

pasi

tas

:

Tahu

n

:

1,75

1,50

1,25

DIAM

ETER

1,00

Flow

Netto

Disc

harg

e

PUMP

PRE

SSUR

E

Suct

ion

RPM

Oil

Pres

sure

No.

:

Tang

gal

:

DIES

ESL

ENGI

NE

Wat

er

Tem

p

FIR

E PU

MP

TEST

DA

TA

Wak

tu

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 42 / 63

6.3.10.6. PEMELIHARAAN. Laksanakan perawatan dengan segera terhadap beberapa komponen yang tidak berfungsi selama pengujian, catat semua perawatan pada blanko yang tersedia. KEMUNGKINAN PENYEBAB GANGUAN. Lihat NFPA 20 appendix B 6.3.10.7. PENGARSIPAN. Catat hasil pemeriksaan pengujian dan perawatan. Formulir yang ada diakhir bab ini mempunyai ruang untuk mencatat informasi yang penting. Formulir tersebut harus digunakan untuk mencatat semua hasil pemeriksaan visual, pengujian dan perawatan. 6.3.10.8. REFERENSI.

NFPA 20, Standard for installation of centrifugal fire pump. NFPA Inspection Manual, 5th Edition National Fire Protection Association.

6.3.11. SISTEM AIR PEMADAM KEBAKARAN Saat ini penyediaan air dirancang untuk dua fungsi, yaitu sebagai air proses dan penanggulangan kebakaran. Kadangkala dalam suatu industri yang besar jaringan penyediaan air untuk kebutuhan proses industri terpisah dengan jaringan penyediaan air untuk pemadam kebakaran. Namun kedua sistem ini haruslah diperhitungkan agar kebutuhan air untuk sarana penanggulangan kebakaran, industri maupun kebutuhan lainnya juga dapat terpenuhi dengan baik.

6.3.11.1. TANGKI PENYEDIAAN AIR. a. BATASAN.

Tangki-tangki penyediaan air untuk kebutuhan pemadaman kebakaran hendaknya tidak digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Penempatan tangki agar diperhatikann dan ditempatkan pada lokasi yang aman serta diperhitungkan kemungkinan adanya gempa bumi, atau dampak yang buruk terhadap tangki bila terjadi kebakaran.

Ada beberapa jenis tangki penyediaan air yaitu elevated gravity tank yang terpasang tinggi dipermukaan tanah, ground level tank yang terpasang pada permukaan tanah, pressurized tank dan suction tank.

Pada elevated gravity tank, besamya tekanan yang diperoleh tergantung dari ketinggian tangki. Setiap ketinggian 1 feet, diperoleh tekanan 0;4 34 psi. Tanki jenis ini dilengkapi dengan. pompa untuk mempertahankan level air pada tangki.

Ground level tank dilengkapi dengan beberapa pompa pemadam, dimana besarnya tekanan yang diperoleh tergantung dari kapasitas pompa yang terpasang. Pressurized tank (tank bertekanan) adalah tangki baja berisi kira-kira 2/3 air den 1/3 udara. Tangki ini berkapasitas sampai 9000 galon berisi air dan udara bertekanan sedikitnya 75 psi. Dimana Were bertekanan ini dipertahankan dengan kompresor. Bile diperlukan, air di dalam akan mengalir karena adanya udara yang bertekanan .

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 43 / 63

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

Pemeriksaan visual diperlukan secara periodik, dan dalam pemeriksaan ini yang perlu dilaksanakan adalah sebagai berikut: PEMERIKSAAN BULANAN

1. Periksa level air pada tangki. 2. Periksa tekanan udara pada tangki bertekanan. 3. Periksa kontrol valve (biasanya terbuka).

PEMERIKSAAN TAHUNAN 1. Pemeriksaan sambungan siamese (dapat dijangkau) 2. Periksa penyangga sambungan Siamese. 3. Periksa kap sambungan Siamese. 4. Periksa ulir selang (dalam keadaan baik atau tidak) 5. Periksa bola menetes otomatis (ball drip ) pada sambungan 6. Periksa secara keseluruhan tangki air termasuk kerak besi dan lapisan yang bocor

atau paku keling 7. Periksa tangga apakah ada karat atau rusak. 8. Periksa atap tangki apakah ada karat dan stabil secara struktural. 9. Uji penahan goyangan pada elevated water storage. tank. 10. Periksa kondisi cat pada tangki. 11. Periksa kolom, "elevated storage tank" dan lubang (pits) jaga agar tetap bebas dari

kotoran. 12. Periksa struktur pemakaian lapisan karat pada tangki. 13. 13. Periksa kondisi cat pada tangki bertekanan. 14. Periksa bagian dalam tangki bertekanan.

c. PENGUJIAN. Pengujian semua aliran sistem distribusi air dari tangki yang dilakukan setiap tahun yaitu dengan mengukur aliran air (water flow test), kapasitas air dan tekanan air (water capacity and pressure test). d. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan dan perubahan setiap komponen yang rusak perlu segera dilakukan setelah pelaksanaan pemeriksaan. Catat seluruh kegiatan pemeliharaan ini untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan pemeliharaan selanjutnya.

6.3.11.2. SISTEM JARINGAN PIPA UNTUK PENYEDIAAN AIR PEMADAM. a. BATASAN.

Penyediaan air untuk penanggulangan kebakaran biasanya dilengkapi dengan sumber air. Untuk kebutuhan air pemadam ada sistem distribusi melalui jaringan pipa untuk menyalurkan air ke sekitarnya yang berhubungan dengan peralatan penanggulangan kebakaran.

Pemasangan jaringan pipa biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu: jaringan pipa dibawah tanah dan jaringan pipa di atas tanah.

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 44 / 63

Pemeriksaan jaringan pipa diperlukan minimal satu kali dalam setahun. Inspeksi dimaksud agar mendeteksi sedini mungkin kemungkinan adanya bocoran pipa, ataupun penyalahgunaan jaringan pipa air pemadam

Dalam pmeriksaan ini yang perlu dilakukan sebagai berikut Pemeriksaan bulanan (monthly inspection) 1. Periksa cat pada pipa 2. Periksa perubahan elevasi dari pipa 3. Periksa penyangga sambungan dan tekanan air. c. PENGUJIAN. Pengujian untuk jaringan pipa hendaknya dilakukan dengan pengetesan NDT (Non Destructive Test) dan DT (Destructive Test). Namun hal ini dilakukan pada titik atau bagian-bagian tertentu saja.

Bila diperlukan dilakukan Hydrostatic Test, test untuk jaringan pipa.

Pengujian aliran atau distribusi air dilakukan untuk meyakinkan bahwa jaringan pipa dalam keadaan baik dan kerangan yang harus dibuka dalam kondisi terbuka. Catat keadaan tekanan statis dan tekanan aliran penuh dan bandingkan dengan pengujian sebelumnya. d. PEMELIHARAAN. Dalam pemeliharaan jaringan pipa yang perlu dilakukan sebagai berikut Beri pelumas/grease ulir-ulir kerangan agar mudah untuk membuka dan menutupnya.

Cat kembali pipa-pipa yang warnanya telah memudar. Buanglah air (flushing) pada jaringan pipa secara berkala dari titik elevasi-elevasi terendah dengan maksud agar endapan ataupun kotoran yang ada dapat keluar sehingga tidak akan merusak bagian dalam dari pipa.

6.3.11.3. KERANGAN ISOLASI. a. BATASAN

Kerangan isolasi (isolation valve) banyak terpasang pada jaringan pipa distribusi air pemadam. Kerangan ini biasanya terpasang pada jaringan utama (main line) maupun pada setiap percabangan (branch line).

Dalam keadaan normal operasi, kerangan isolasi ini selalu dalam keadaan terbuka, namun bila ada perbaikan ataupun penyambungan pipa-pipa baru maka kerangan isolasi ini ditutup, dan dibuka kembali setelah perbaikan atau penyambungan selesai. Kerangan isolasi yang terpasang biasanya jenis gate valve atau butterfly valve.

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

Pelaksanaan pemeriksaan secara visual diharapkan satu kali dalam setahun, dan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan ini adalah sebagai berikut PEMERIKSAAN TAHUNAN (Annually Inspection)

1. Periksa pemutar kerangan (wheel valve)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 45 / 63

2. Periksa rumah ulir 3. Periksa poros ulir. 4. Periksa rumah kerangan 5. Periksa flensan (flange) 6. Periksa mur kerangan. 7. Periksa gasket. 8. Periksa gembok (padlock) 9. Periksa nomor'kerangan

c. PENGUJIAN. Dalam pengujian kerangan isolasi yang perlu dilakukan yaitu dengan jalan membuka atau menutup kerangan apakah dapat berfungsi dengan baik. d. PEMELIHARAAN.

1. Beri pelumas pada setiap bagian yang berputar. 2. Bersihkan permukaan kerangan terhadap kotoran yang dapat

mempercepat kerusakan. 3. Cat kembali apabila kondisi cat yang telah memudar. 4. Perbaiki/ganti setiap kompnen yang telah rusak. 5. Catat setiap kegiatan untuk memudahkan pemeriksaan selanjutnya.

6.3.11.4. HIDRAN PEMADAM KEBAKARAN a. BATASAN.

Hidran pemadam kebakaran adalah alat yang dihubungkan dengan sumber air melalui jaringan pipa yang gunanya untuk mengalirkan air yang dibutuhkan untuk pemadam kebakaran.

Menurut jenisnya hidran dibagi menjadi hidran bejana kering (dry barrel) dan hidran bejana basah (wet barrel fire hydrant). Hidran bejana kering, dimana bejana tersebut didalamnya tidak berisi oleh air, walaupun telah dihubungkan dengan sumber air.

Untuk mengaktifkan hidran ini mur pembuka pada bagian atas hidrant diputar agar kerangan besar di dasar bejana terbuka, dimana mur dan kerangan dihubungkan dengan poros kerangan.

Hidran bejana basah„ dimana bejana tersebut di dalamnya terisi oleh air. Untuk mengaktifkan hidran ini mur pembuka pada bagian samping hidran diputar, untuk membuka kerangan pada outletlsaluran keluar air.

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

Diperlukan pemeriksaan bulanan dan setiap enam bulan untuk mengadakan pemeriksaan pada hidran.

PEMERIKSAAN BULANAN (Monthly Inspection) 1. Periksa ikatan saluran air keluar 2. Periksa bocoran pada gasket 3. Periksa mur pembuka 4. Periksa bocoran dibagian atas hidran.

PEMERIKSAAN SETIAP 6 BULAN (Semi Annually Inspection) 1. Periksa bila ada kerusakan pada bejana 2. Periksa buangan hidran

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 46 / 63

3. Periksa ulir pada saluran air 4. Periksa alat penyambung selang 5. Periksa kap pada saluran keluar air 6. Periksa cat pada hidran.

c. PENGUJIAN.

Pengujian pada hidran kebakaran yaitu dengan jalan melakukan pengujian aliran air, kapsitas dan tekanan air yang ada sesuai dengan kebutuhan. Juga yakinkan bahwa kerangan dari jaringan pipa distribusi ke hidran dalam posisi terbuka. Pengujian dilakukan setahun sekali.

Catat keadaan tekanan statis dan tekanan aliran penuh dan bandingkan dengan pengujian sebelumnya.

d. PEMELIHARAAN.

Dalam pemeliharaan hidran kebakaran yang perlu dilakukan sebagai berikut 1. Bed pelumas pada mur pembuka 2. Bersihkan permukaan hidran dari kotoran/karat yang dapat

mempercepat kerusakan. 3. Cat kembali bejana, jika warna cat telah memudar 4. Buanglah air (flushing) dari saluran air pada bejana secara berkala,

dengan maksud agar endapan atau kotoran yang ada dapat keluar sehingga tidak akan merusak bagian dalam dari bejana hidran.

5. Ganti/perbaiki setiap komponen yang rusak.

6.3.11.5. MONITOR AIR TETAP a. BATASAN

Fixed Water Monitor adalah peralatan penanggulangan kebakaran yang terpasang tetap. Alat ini dalam pemakaiannya hanya berfungsi untuk melindungi / mendinginkan peralatan tertentu dari paparan radiasi panas.

Fixed water monitor dapat dioperasikan berputar 360° dan diarahkan naik turun antara 40-70 derajat dan alat ini diujungnya dilengkapi dengan nozzle yang dapat diatur dalam bentuk tirai air (water spray) maupun pancaran jet (jet stream).

Fixed water monitor dapat dipasang pada hidran maupun di tempat tinggi yang disambung pada elevated stand pipe (pipa tegak).

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

Pemeriksaan fixed water monitor diperlukan setiap bulan dan enam bulan sekali. Dalam pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : PEMERIKSAAN BULANAN

1. Periksa bocoran pada koneksi nozzle 2. Periksa bocoran pada vertical swivel 3. Periksa bocoran pada horisontal swivel

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 47 / 63

4. Periksa bocoran pada flange 5. Periksa bocoran pada kerangan

PEMERIKSAAN SETIAP ENAM BULAN

1. Periksa nozzle dari kebuntuan 2. Periksa pengunci vertikal swivel 3. Periksa pengunci horisontal swivel 4. Periksa tuas pengendali dari kerusakan 5. Periksa cat pada Fixed water monitot

c. PENGUJIAN. Dalam pengujian fixed water monitor yang perlu diperhatikan adalah pengujian nozzle dengan melihat bentuk aliran yang keluar dari ujung nozzle: pengujian kerangan dengan cara membuka dan menutupnya: pengujian vertical swivel dan horizontal swivel dengan menaikkan/menurunkan ataupun memutar tuas pengendali. Pengujian dilalulan enam bulan sekali. d. PEMELIHARAAN.

1. Bed pelumas pada bagian yang berputar/bergerak 2. Bersihkan permukaan peralatan terhadap kotoran atau bercak yang

mempercepat pengkaratan. 3. Cat kembali peralatan, jika kondisi cat yang ada telah memudar. 4. Segera perbaiki/ganti setiap komponen yang rusak 5. Catat setiap kegiatan yang dikerjakan untuk memudahkan

pemeriksaan selanjutnya.

6.3.11.6. LEMARI SELANG DAN GELONDONG SELANG a. BATASAN.

Hose reel / hose cabinet adalah satu jenis peralatan pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan selang pemadam kebakaran 1,5 in dan nozzle penyemprot. Alat ini banyak terpasang didalam bangunan-bangunan maupun di daerah pabrik/industri. Alat ini memerlukan air dari sumber air yang dihubungkan melalui jaringan pipa distribusi yang sering disebut dengan stand pipe (pipa tegak).

Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan hose reel / hose cabinet, terlebih dahulu melihat kelasifikasi dari pada stand pipe

Kelas I : Membutuhkan air minimal 500 gpm pada tekanan 65 psi

dilengkapi dengan koneksi selang berdiameter 2,5 in dan hanya boleh digunakan oleh anggota regu pemadam kebakaran.

Kelas II : Membutuhkan air minimal 100 gpm pada tekanan 65 psi dilengkapi dengan koneksi selang berdiameter 1,5 in dan nozzle. Dapat digunakan oleh penghuni bangunan.

Kelas III : Membutuhkan air minimal 100 gpm pada tekanan 65 psi dilengkapi dengan koneksi berdiameter 1,5 in dan 2,5 in serta selang ukuran 1,5 in dan 2,5 in beserta nozzle. Penghuni bangunan dapat menggunakan selang berdiameter 1,5 in

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 48 / 63

sedangkan orang-orang yang sudah terlatih dapat menggunakan selang ukuran 2,5 in.

PEMERIKSAAN BULANAN 1. Periksa hose reel/hose cabinet untuk kelas 11 dan III dilengkapi dengan

selang kebakaran dan nozzle. 2. Untuk kelas I tidak dilengkapi dengan selang dan nozzle. 3. Periksa kerangan apakah ada yang rusak atau bocor 4. Periksa nozzle apakah ada kotoran yang menyumbat 5. Periksa tanda-tanda yang bertuliskan Hose reel/Hose cabinet

b. PEMERIKSAAN VISUAL.

Pemeriksaan hose reel dan hose cabinet dilakukan bulanan dan setiap enam bulan sekali. Dalam pemeriksaan ini yang perlu dilakukan adalah

PEMERIKSAAN SETIAP ENAM BULAN 1. Periksa selang 1,5 in maupun 2,5 in pada hose reel/hose cabinet. 2. Periksa ikatan selang 3. Periksa putaran hose reel apakah masih berfungsi dengan baik 4. Periksa penyangga hose reel / hose cabinet. 5. Periksa cat hose reel/hose cabinet

c. PENGUJIAN.

Untuk pengujian aliran, kapasitas dan tekanan air diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan, sesuai. dengaan kelasifikasinya. 1. Untuk menguji kekuatan selang kebakaran dapat dipakai cara uji

kekuatan (strength test ) selama hidrostatis. 2. Uji nozzle yaitu dengan melihat bentuk aliran yang keluar.

d. PEMELIHARAAN.

Dalam pemeliharaan hose reel/hose cabinet yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Bed pelumas pada poros reel, agar mudah berputar juga pada pintu-pintu kabinet agar mudah dibuka

2. Ikat kembali ikatan selang jika ada yang longgar 3. Bersihkan nozzle agar tidak buntuk. 4. Cat kembali bila cat hose reel/hose cabinet telah memudar. 5. Perjelas tanda-tanda yang dipasang bila sulit terbaca. 6. Ganti perbaiki bila ada kompoen yang telah rusak.

e. REFERENSI.

1. NFPA 22, Standard for water tanks for Private Protection 2. NFPA Inspection Manual

6.3.11.7. ALAT PEMADAM AN RINGAN a. BATASAN Kelasifikasi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 49 / 63

Alat Pemadam Api Ringan dapat dikelasifikasikan sesuatu penggunaannya yang dibagi menjadi 4 kelas sesuai dengan Kelas kebakaran (A, B, C dan D).

Kelas A Kebakaran pada bahan-bahan padat yang dapat/mudah terbakar seperti kayu, tekstil, kertas, karet dan plastik dimana pemadamannya dibutuhkan pengambilan panas (pendinginan) dengan air, bubuk kering untuk pembatasan udara atau dengan mempergunakan media Halon untuk memutuskan reaksi berantai dari pembakaran.

Kelas B. Kebakaran pada bahan cair yang dapat/mudah menyala seperti minyak gemuk, alkohol dan thinner atau sejenis yang mudah berkembangnya uap bahan bakar cairan yang. mudah menyala, atau pemutusan reaksi berantai penyalaan.

Kelas C. Kebakaran pada gas yang mudah menyala dan peralatan listrik yang sedang dilalui arus listrik. Media yang dipakai untuk kebakaran peralatan listrk haruslah dari bahan yang tidak dapat dialiri arus listrik dan lebih aman dengan memutuskan terlebih dahulu sumber listriknya.

Kelas D. Kebakaran pada metal yang dapat terbakar seperti magnesium, titanium, zinconium dan potasium, diperlukan media pemadam yang dapat menyerap panas dan tidak bereaksi dengan metal yang terbakar.

Batas kemampuan pemadaman Kemampuan alat pemadam untuk setiap kebakaran, alat pemadam yang berkemampuan untuk Kelas A dan B ditandai huruf dan angka.

Huruf menunjukkan Kelas kebakaran dimana alat tersebut efektif sedangkan nomor menunjukkan ukuran dari api yang dapat dipadamkan.

Nomor bukanlah penunjukan ukuran dari api yang dapat dipadamkan. Nomor bukanlah menunjukkan ukuran yang pasti, tetapi suatu kemampuan relatif sebagai standar dari alat pemadam api ringan yang didapat dari hasil percobaan pemadaman suatu kebakaran.

Misalnya sebuah alat pemadam api ringan 10B tidaklah duakali lipat sebaik 5B. Alat pemadam api yang dapat dipakai untuk beberapa Kelas kebakaran, kemampuan ditandai dengan tanda tertentu. Misalnya sebuah alat pemadam api ringan serbuk kimia kering serba guna mempunyai nilai kualitas 4A; 10B; c

A. Alat pemadam api ringan Media Air dari tabung bertekanan. Alat pemadam api ringan tabung bertekanan tersedia dalam ukuran 2,5 galon

(9,5) liter dengan nilai kemampuan pemadaman 2A. Alat pemadam api ini. mempunyai kemampuan hanya untuk Kelas A

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 50 / 63

B. APAR Media Larutan Busa. Alat pemadam api ini biasanya bertekanan

sampai 100 psi dan mempunyai jarak semprot tertentu. Berat alat pemadam ini kira-kira 35 lb dalam keadaan penuh, mempunyai daya semprot efektif kira-kira 40 feet (9-10 meter) dan waktu pemakaian sekitar 1 menit.

C. Alat Pemadam Api Ringan Karbondioksida Alat pemadam Api Ringan jenis Karbondioksida tersedia dalam ukuran dari

2,5-20 Ib (1,2-9,1 kg) yang dapat dijinjing dan 50-150 Ib untuk yang memakai roda.

Untuk yang dapat diangkat, nilai rating antara 1 - 10B:C dan untuk yang memakai roda dari 10 - 20B:C

Tipe alat pemadam ini berisi cairan C02 dibawah tekanan uapnya (vapour density)

Lama penyemprotan untuk yang dapat diangkat sekitar 8-30 detik dengan jarak penyemprotan sekitar 3 - 8 feet (1-2,4 meter)

D. Alat Pemadam Api Ringan Bubuk Kimia Kering Alat pemadam api bubuk kering tersedia dalam dua jenis dan dibedakan sesuai

pengeluaran media dari dalam tabung.

Untuk jenis tabung bertekanan, untuk mengeluarkan medianya digunakan udara kering atau nitrogen yang dimampatkan bersama-sama media pemadam.

Media pemadam bubuk kering ada bermacam-macam antara lain

Bahan Kelas Kebakaran Busa yang kompatibel

Sodium Bikarbonat Potasium Bikarbonat Potasium Bikarbonat dengan Bahan Dasar Urea Potasium dengan bahan dasar klorin Ammnium Phosphate

B-C B-C B-C

B-C B-C

Tidak ada Fluoroprotein Jenis protein Jenis protein Jenis protein

Bahan pemadam api kimia kering tidak boleh dicampur sebab akan dapat bereaksi satu dengan lainnya. Reaksi ini dapat menyebabkan penggumpalan (pembekuan) bahan dan menimbulkan gas bertekanan atau menyebabkan korosi pada pelat tabung dan alat mekanisnya.

E. Alat Pemadam Jenis Halon Walaupun penggunaannya telah dibatasi, karena dianggap dapat menimbulkan kerusakan lapisan ozon, namun kenyataannya alat pemadam jenis ini masih banyak digunakan. Alat pemadam jenis Halon menggunakan jenis Halon 1211 untuk kebakaran Kelas B dan C. Halon 1211 mengandung sedikit racun pada keadaan normal dan dapat lebih berbahaya bila terurai oleh panas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 51 / 63

F. Alat Pemadam Jenis Busa

Alat pemadam jenis ini ada 2 macam yaitu AFFF (Aqueous Film Forming Foam) dan busa Kimia,

Alat pemadam api AFFF berukuran 2,5 galon dengan kemampuan 3A:20B dan 33 galon dengan kemampuan 20A: 160B

Bahan pemadamnya adalah campuran Aqueous Film Forming dengan air akan membentuk busa mekanis bila disemprotkan melalui nozzle.

Alat pemadam ini sama dengan alat pemadam jenis air bertekanan, hanya dibedakan oleh nozzlenya.

Media pemadam dalam tabung akan keluar' dengan C02 bertekanan di dalam patron (cartridge) dan mempunyai jarak semprot sampai 6 feet dengan waktu . semprot sekitar 24 detik.

G. PEMERIKSAAN VISUAL.

Pemeriksaan visual adalah untuk melihat bahwa alat pemadam berada ditempatnya tidak terhalang dan dapat terlihat dengan jelas.

Pemeriksaan alat pemadam ini meliputi hal sebagai berikut

1. Memastikan alat pemadam berada pada tempatnya 2. Bila alat pemadam api terpakai atau diambil untuk perawatan, alat

pemadam api sebagai penggantinya harus ditempatkan. 3. Pemeriksaan ini juga untuk meyakinkan bahwa alat pemadam api sesuai

dengan bahaya sekitarnya. 4. Memastikan bahwa jalan menuju dan pandangan ke alat pemadam api

tersebut tidak terhalang. 5. Memastikan bahwa cara pengoperasian alat pemadam terlihat jelas. 6. Memastikan bahwa petunjuk tekanan berada pada batas normal. Bila

jarum tidak menunjukkan batas normal, alat pemadam harus diganti. 7. Setiap diketahui ada kerusakan fisik, karat, slang pecah dsb, harus

segara diganti.

H. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan alat pemadam api ringan mencakup pemeliharaan bagian mekanis, bahan pemadam dalam tabung dan pendorongnya. Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk memastikan bahwa alat pemadam api dapat beroperasi dengan baik dan bukan merupakan suatu sumber bahaya terhadap operator / pemakainya maupun orang lain sekitarnya.

Pemeriksaan berkala setiap 6 bulan seperti tabel terlampir. Pengujian terhadap tabung alat pemdam api ringan dan tabung gas yang digunakan sebagai pendorong harus dilakukan pengujian dengan air bertekanan (hidrostatis test) Pengujian ini mengacu pada ketentuan tentang bejana bertekanan.

I. PENGARSIPAN. Pergunakan formulir yang tersedia pada bagian belakang bab ini untuk mencatat semua hasil inspeksi dan mencatat semua hasil test dan pemeliharaan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 52 / 63

J. REFERENSI. 1. NFPA 12a , Standard on Halon 1301 Fire Extinguishing System 2. NFPA 12b, Standard on Halon 1211 Fire Extinguishing System

6.4.0. ESTIMASI KEBUTUHAN AIR PEMADAM 6.4.1. PENDAHULUAN Dalam upaya pemadaman kebakaran selain diperlukan peralatan yang handal juga diperlukan tersedianya media pemadam dalam jumlah yang cukup. Air merupakan salah satu media pemadam yang sering digunakan. Air selain berfungsi untuk memadamkan, yang tidak kalah penting sebagai media pendingin (Cooling). Air dapat dicampur dengan Foam liquid dengan komposisi tertentu untuk menghasilkan busa yang sangat efektif dalam upaya pemadaman kebakaran cairan seperti BBM. Mengingat peran air sangat dominan, maka ketersediaan media tersebut dalam perencanaan suatu Depot BBM perlu mendapat perhatian yang serius. Setelah diketahui jumlah yang dibutuhkan, maka dapat dipertimbangkan sumber air yang akan digunakan agar kontinuitas suplly air dalam upaya pemadaman dappat terpenuhi. Jenis sumber tersebut dapat berupa air sungai, air laut, sumur, kolam / basin, tangki atau suply dari hydrant kota. 6.4.2. FIRE PROTECTION DEPOT Menurut standard NFPA, dalam menentukan sistem Fire Protection yang disediakan hendaknya mengacu pada unit instalasi yang terbesar atau kelompok unit yang harus diproteksi secara serempak. Untuk itu, dalam merencanakan Fire Protection yang akan disediakan dalam suatu depot, kita perlu merinci jenis-jenis unit operasi yang ada. Pada umumnya, unit-unit operasi di suatu depot meliputi :

Kantor adminsitrasi Filling point Tank Yard Drum yard Gudang Utilitis (Genset) Dermaga dll

Dari unit-unit operasi tersebut, maka unit operasi yang memiliki Hazard (bahaya) yang paling besar adalah tank yard terutama bila digunakan tangki tegak. Hal ini disebabkan, dalam tangki timbun tersimpan bahan bakar dalam jumlah yang banyak, dan ketika terjadi kebakaran tangki, dinding tangki bisa mengalami kerusakan yang berakibat BBM tumpah dan memperluas kebakaran bila upaya pemadaman tidak segera dilakukan kebakaran akan menjadi semakin tak terkendali dan semakin banyak media pemadam yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam menentukan Fire

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 53 / 63

Protection yng dibutuhkan, dapat mngacu pada kebutuhan Fire Protection dalam upaya pemadaman kebakaran tangi timbun. 6.4.3. SKENARIO PEMADAMAN KEBAKARAN TANGKI Bila memperhatikan gambar 1, dapat ditarik kesimpulan dalam upaya pemadaman diperlukan langkah-langkah yang serentak antara lain :

a. Pemadaman tangki yang terbakar (biasanya menggunakan foam solution) b. Pendinginan tangki yang terbakar c. Pemadaman fire spill (yang mungki timbul) d. Pendinginan tangki sekitar, untuk mencegah evaporasi BBM dari tangki-

tangki tersebut yang dapat berakibat terbentuknya udara flammable. e. Pendinginan paska kebakaran.

Upaya ini harus serentak dilakukan , untuk menghasilkan pemadaman yang efektif. 6.4.4. PEMADAMAN KEBAKARAN TANGKI Mengingat bahan yang terbakar berupa cairan dengan berat jenis lebih rendah dari air, maka media pemadam yang paling tepat dalam upaya pemadaman kebakaran tangki timbun BBM adalah busa. Keuntungan menggunakan busa antara lain :

a. Mempunyai berat jenis lebih rendah dari cairan yang terbakar sehingga akan tetap berada diatas permukaan.

b. Secara bertahap menutupi permukaan cairan yang terbakar sehingga memperkecil luas area yang terbakar sampai api dapat dipadamkan

1

9

8 6

4

2

7

5

3

RR = Radius Cooling

SKENARIO PEMADAMAN KEBAKARAN

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 54 / 63

c. Menutupi permukaan BBM dalam waktu lama, sehingga dapat mencegah

“burn back” (terbakar) ulang dan mencegah penguapan BBM yang dapat menghasilkan “atmosfir” yang flammable.

d. Kandungan air yang dibawa mempunyai efek pendingin hingga dapat mempercepat pemadaman.

6.4.4.1. Perhitungan Kebutuhan Air Busa terbentuk dari Foam Solution yang telah melalui proses “Aspirating”. Foam solution merupakan campuran antara air dengan Foam Concentrate dengan perbandingan tertentu. Oleh karena itu, dalam upaya pemadaman kebakaran tangki dengan busa, tetap memerlukan media air. Menurut NFPA-11, untuk menghitung jumlah air yang diperlukan dapat menggunakan rumus matematika sbb. :

Vair = dr x A x T x (1 – Cf ) Dimana : dr = Delivery rate foam solution

A = Luas kebakaran (dalam hal kebakaran tangki : A = π/4 x D² dengan D = diameter tangki)

T = lama waktu pemadaman Cf = kadar foam concentrate dalam foam solution

6.4.4.2. Delifery Rate (dr) yang dimaksud dengan delivery rate adalah laju pencurahan busa pada tangki yang terbakar. Besarnya delivery rate ini tergantung pada peralatan foam system yang digunakan. Menurut NFPA-11, delivery rate untuk foam system adalah sbb : Tabel 1. Delivery rate

Foam System Delivery rate

Monitor Foam

Foam Chamber

Base Injection Foam

6,5 lpm/m² luas tangki

4,1 lpm/m² luas tangki

4,1 lpm/m² luas tangki

Keterangan :

Lpm/m² = liter per menit per meter persegi 6.4.4.3. Lama Pemadaman Menurut NFPA-11, waktu (durasi) yang diperlukan untuk pemadaman kebakaran tangki dedinngan busa tergantung dari type Foam System yang digunakan dan jenis produk yang ditimbun.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 55 / 63

Tabel 2. Discharge Time

Durasi Pemadaman Foam System Produk Klas I Produk Klas II

Monitor Foam

Foam Chamber

Base Injection Foam

65 menit

55 menit

55 menit

50 menit

30 menit

30 menit

Keterangan :

Produk klas I : Produk dengan Flash point < 38 °C (100 °F) dan Crude Oil Produk klas II : Produk dengan Flash point > 38 °C (100 °F)

6.4.4.4. Kadar larutan Busa (Cf ) Kadar foam concentrate ditentukan bergantung pada jenis produk yang terbakar. Untuk produk yang bersifat non polar (misal hidrokarbon) biasanya digunakan biasanya digunakan kadar 3% Foam Concentrate, sedang untuk produk yang polar (misal gasohol, premix, MTBE) diperlukan kadar yang lebih pekat, biasanya 6%. 6.4.4.5. Contoh perhitungan Contoh 1: Sebuah tangki dengan diameter 20 m, berisi produk premium terbakar. Tangki tersebut telah dipasang Foam Chamber. Berapa kebutuhan air minimum ntuk memadamkan kebakaran tersebut dengan busa. Jawab : Foam Chamber ⇒ dr = 4,1 lpm/m² Diameter = 20 m ⇒ A = π/4 x (20 m)² = 314 m² Premium ⇒ Flash point < 38°C T = 55 menit ⇒ Non polar Cf = 3% Volum air yang dibutuhkan = Vair = dr x A x T x (1 –Cf ) = 4,1 lpm/m² x 314 m² x 55 menit x (1 – 0,03 ) = 68,683 liter = ± 69 M3 6.4.5. PENDINGINAN DINDING TANGKI YANG TERBAKAR Selain tangki yang terbakar dipadamkan dengan busa, dinding tangki perlu mendapat pendinginan tambahan. Hal ini bertujuan, mencegah dinding tangki “collaps” akibat panas yang berlebih yang dapat berakibat produk luber dan kebakaran semakin menjadi-jadi. Disamping itu, pendinginan ini juga dimaksudkan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 56 / 63

untuk mendinginkan dinding tangki agar busa dapat melekat ke dinding tangki dan menutup permukaan minyak dengan sempurna. Menurut PERTAMINA Engineering Guide (EGS-626), besarnya aliran untuk pendinginan tangki yang terbakar, dinyatakan dengan jumlah aliran yang diperlukan terhadap ukuran diameter tangki. Masing-masing aliran dengan kapasitas 250 US gpm. Tabel 3. Jumlah aliran untuk cooling

Diameter tangki Jumlah m ft Aliran

~ 20 m 20 ~ 36 m 36 ~ 47 m 47 ~ 61 m

> 61 m

~ 65 ft 65 ~ 118 ft 118 ~ 155 ft 155 ~ 200 ft

> 200 ft

2 3 4 5 6

Nilai tersebut hampir sama dengan kertentuan dalam NFPA-13, dimana flow rate pendinginan dinding tangki yang terpapar api minimum 0,1 US gpm/ft², bila dianggap tinggi tangki ± 12 m (± 39,4 ft) dan pendinginan hanya dilakukan pada setengah bagian atas (± 6 m atau 19,7 ft). hal ini didasarkan pertimbangan dinding tangki yang terpapar api hanya bagian atas dan air yang telah digunakan untuk pendinginan bagian atas akan turun dan melakukan pendinginan dinding tangki bagian bawah. Perkiraan tersebut dapat diperhatikan pada tabel berikut : Tabel 4. Flow rate cooling tangki

Diameter Tangki (ft)

½ luas dinding tangki (ft²)

Jumlah Aliran

Kapasitas Aliran Total (US gpm)

Kapasitas aliran per satuan luas (fr) (US gpm/ft² )

65 4,020 2 500 0,12 118 7,297 3 750 0,10 155 9,585 4 1000 0,10 200 12,368 5 1250 0,10

Dengan demikian, untuk menghitung jumlah air yang diperlukan untuk pendinginan tangki yang terbakar dapat dilakukan dengan rumus : Vair = π/2 x D x Tt x fr x t Dimana : π = konstanta (3,14)

D = Diameter tangki Tt = Tinggi tangki (feet atau meter) Fr = Flow rate (0,1 US gpm/ft² atau ± 4,1 lpm/m²) T = lama pemadaman (mengacu tabel 2 ) dalam menit

Contoh 2 : Untuk tangki pada contoh 1, berapa jumlah air yang diperlukan untuk pendinginan dinding tangki, bila tinggi tangki 10 meter ? Jawab :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 57 / 63

Flow rate (fr) = 4,1 lpm/m² Diamater = 20 m Tinggi = 10 m T = 55 menit Vair = 3,14 x 20 m x 10 m x 4,1 lpm/m² /2 x 55 menit = 70,807 liter

≅ 71 M3 6.4.6. PEMADAMAN KEBAKARAN FIRE SPILL Selama beralngsung kebakaran tangki, dimungkinkan terjadinya Fire Spill, yang bisa jadi ikut terbakarnya ceceran minyak dan atau rumput sekitar. Bila hal ini terjadi, maka “Fixed foam system” saja belum cukup, karena system tersebut khusus di design untuk tangki. Oleh karena itu diperlukan “Foam hose suplement” (selang – nozzle foam). Jumlah yang dibutuhkan, menurut NFPA-11, tergantung dari Diameter tangki yang terbakar. Tabel 5. Kebutuhan Hose Suplement

Diameter Tangki Min. Hose Suplement < 19,5 m

19,5 – 36 m > 36 m

1 2 3

Kapasitas aliran untuk satu buah hose suplement ± 50 US gpm (190 lpm). Sedangkan lama atau durasi pemadaman Fire Spill, menurut NFPA – 11, tergantung pada ukuran tangki (dinyatakan dengan diameter). Tabel 6. Durasi Hose Suplement

Diameter Tangki Durasi pemadaman (Th)

< 10 m 10,5 ~ 28,5 m

> 28,5 m

10 menit 20 menit 30 menit

Dengan demikian, untuk menghitung jumlah air yang diperlukan untuk pemadaman Fire Spill dapat menggunakan rumus sbb. : Vair = n x 190 x Th x (1 – Cf) (dalam satuan liter) atau = n x 50 x Th x (1 – Cf) (dalam satuan US gallon) Dimana : n = jumlah hose suplement

Th = lama pemadaman Cf – kadar foam solution

Contoh 3 : Untuk kebakaran tangki seperti pada contoh 1, hitung jumlah air yang diperlukan untuk pemadaman Fire Spill. Jawab :

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 58 / 63

Diameter tangki = 20 m ⇒ n = 2 buah, Th = 20 menit. Vair = n x 190 lpm x Th x Cf = 2 x 190 lpm x 20 x (1 – 0,03) = 7,372 liter ≅ 7,4 M3 6.4.7. PENDINGINAN DINDING TANGKI SEKITAR Pada saat terjadi kebakaran tangki, maka temperatur sekitarnya akan naik karena radiasi panas yang dihasilkan dari prosem pembakaran. Dengan naiknya temperatur lingkungan, maka evaporasi produk BBM dari tangki sekitarnya akan semakin meningkat. Bila kondisi ini dibiarkan akan berpotensi menimbulkan atmosfir uap yang flammable, dan bila tidak dicegah bisa memperluas kebakaran. Dan bila hal ini terjadi, maka upaya pemadaman semakin sulit. Media pemadam yang disediakan semula hanya untuk mengantisipasi satu kasus saja tidak bisa mengcover kebakaran tangki tambahan tersebut. Menurut EGS-626, kapasitas cooling tangki sekitar, masing-masing 500 US gpm, bila memenuhi kriteria sbb. :

1. Dalam radius 15 m untuk segala jenis tangki BBM 2. dalam radius 46 m untuk jenis tangki speric (LPG) 3. dalam radius 1 x diameter tangki untuk tangki-tangki dalam satu

bundwall dalam ketentuan ini, tidak membedakan besar kecilnya ukuran tangki dan jenis produk yang disimpan. Disamping itu menurut penulis, kapasitas tersebut terlalu besar. Sebagai contoh, bila terdapat 3 (tiga) tangki yang harus didinginan, akan diperlukan flow rate 1500 US gpm hanya untuk pendinginan ini. Dan bila kebakaran berlangsung 55 menit, diperlukan air sebanyak ± 315 M3. disamping itu, kriteria no. 3, menurut penulis tidak sesuai dengan ketentuan NFPA-30, dimana menurut NFPA-30 tersebut, tangki yang diperkenankan tidak dilengkapi fir protection minimum berjarak 2 (dua) kali diameter tangki. Jadi dalam radius sampai dengan 2 (dua) kali diameter, sprinkler masih harus diaktifkan. Sedangkan menurut Shell Industrial Safety Code – Marketing sub bab 02.03.02. (d), Sprinkler di tangki untuk pendinginan agar diatur memberikan aliran 15 liter per menit per meter diameter tangki atau sekitar 4,77 liter per menit (lpm) per meter keliling dinding tangki. Hal ini dengan pertimbangan, air yang dicurahkan dari atas akan juga membasahi dinding tangki dibagian bawah. Kapasitas aliran sebesar itu diperkirakan dapat menutupi 80% permukaan dinding tangki, yang cukup untuk upaya pendinginan. Apabila jumlah tangki di area tank yard cukup banyak, adalah tidak mungkin untuk melakukan pendinginan secara keseluruhan, karena akan memerlukan jumlah air yang cukup banyak dan kapasitas pompa yang cukup besar. Untuk itu, pendinginan perlu selektif, dimana hanya tangki-tangki terdekat yang perlu mendapat pendinginan. Dalam gambar 1, penulis ungkapkan dengan istilah “Radius cooling”, dimana dinding tangki yang ada dalam radius cooling, perlu mendapat pendinginan, sebagaimana

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 59 / 63

dalam contoh gambar 1, yang perlu mendapat pendinginan adalah tangki no. 2, 4 dan 7, karena masuk dalam radius cooling. Besarnya radius cooling, penulis belum mendapatkan standard yang baku, untuk itu penulis mengusulkan (untuk sementara) besarnya radius cooling ditinjau dari jenis produk yang disimpan (dalam tangki sekitar tersebut) dan besarnya (diameter) tangki yang terbakar, dimana :

a. Untuk tangki dengan produk Premium atau sejenisnya, Radius Cooling adalah 2 (dua) kali diameter tangki yang terbakar. (Jika jarak dinding tangki premium dengan dinding tangki yang terbakar lebih kecil dari dua kali diameter tangki yang terbakar, maka tangki premium tersebut perlu didinginkan).

b. Untuk tangki dengan produk kerosine atau yang sejenis, radius cooling adalah 1,5 kali diameter tangki yang terbakar.

c. Untuk tangki dengan produk solar atau yang sejenis, radius cooling adalah 1 (satu) kali diameter tangki yang terbakar.

Nilai ini penulis usulkan dengan pertimbangan produk premium memiliki volatilitas tinggi, sehingga dengan kenaikan temperatur sedikit saja, dapat mempengaruhi tingkat evaporasinya. Karena itu, radius cooling cukup besar atau jarak radiasi panas yang aman semakin besar diibanding produk lain yang kurang volatile. Disamping itu, menurut NFPA-30 disebutkan, bahwa tangki-tangki wajib dilengkapi sprinkler, bila jarak antar dinding lebih kecil dari diameter tangki, sedang bila jarak nya lebih dari 2 x diameter tangki, tidak disyaratkan dilengkapi dengan sprinkler. Dengan demikian, untuk tangki dengan diameter lebih dari 2 x diameter tangki, sprinkle tidak perlu diaktifkan. Lama waktu pendinginan ini disesuaikan dengan lama upaya pemadaman kebakaran, yang dapat dilihat dalam tabel 2, ditambah waktu yang diperlukan antara awal terjadi kebakaan dengan kesiapan foam system untuk kegiatan pemadaman. Waktu tambahan ini diperlukan karena pompa pemadam kapasitas yang akan digunakan untuk upaya pemadaman memerlukan waktu inisiasi yang relatif agak lama sebelum benar-benar siap dioperasikan dengan kapasitas penuh, sedangkan upaya pendinginan tangki sekitar perlu segera dilakukan untuk melokalisir kebakaran. Contoh 4 : Disekitar tangki yang terbakr (pada contoh 1) terdapat beberapa tangki lain dengan rincian sbb. :

No. Tangki

Diameter Tangki (m)

Produk Jarak dinding tangki Dengan tangki terbakar (m)

1 25 Kerosine 28 2 30 Solar 23

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 60 / 63

3 20 Premium 35 4 24 Solar 17

Tentukan jumlah air yang diperlukan untuk pendinginan tangki-tangki sekitar tersebut. Jawab Karena Diameter tangki yang terbakar adalah 20 meter, maka radius cooling untuk : a. Tangki Premium adalah 40 m ( 2 x 20 m) b. Tangki Kerosine adalah 30 m c. Tangki Solar adalah 20 m Dengan demikian, tangki yang perlu mendapat pendinginan adalah tangki no. 1, no. 3 dan no. 4, karena jarak dinding tangki dengan tangki yang terbakar lebih kecil dari Radius Cooling, sedang tangki no. 2 (solar) tidak perlu mendapat cooli. Jumlah air yang diperlukan untuk pendinginan dinding tangki sekitar adalah :

Nomor Tangki

Diameter Tangki (m)

Produk Jumlah air untuk Pendinginan (Lt)*

1 25 Kerosine 20.625 2 30 Solar Tidak perlu 3 20 Premium 16.500 4 24 Solar 19.800 Jumlah 56.925

* = 15 lpm x diameter x lama pemadaman ([ada contoh 1 = 55 menit) Jadi air yang diperlukan untuk pendinginan dinding tangki sekitar adalah 56.925 liter atau ± 57 M3. 6.4.8. PENDINGINAN PASCA KEBAKARAN Sekalipun api kebakaran telah berhasil dipadamkan , dinding tangki yang terbakar biasanya masih cukup panas, atau masih tertinggal bara (misal bila terjadi fire spill). Sementara itu, atmosfir masih memungkinkan mengandung campuran uap yang flammable, akibat penguapan BBM. Kondisi ini bisa menimbulkan Burn back atau campuran uap-udara terbakar kembali akibat adanya panas yang cukup. Untuk menghindari hal tersebut, upaya pendinginan masih perlu terus dilakukan, terutama pada dinding tangki yang terbakar dan bara yang tersisa. Kapasitas aliran dan lama pendinginan masih belum ada acuan baku. Namun beberapa lecture course menyarankan media air pemadam yang tersedia harus mampu dioperasikan selama empat jam. Mengingat pemadaman kebakaran tangki BBM flammable klas I dengan foam, memerlukan estimate waktu ± 1 jam, maka diasumsikan sisa yang 3 jam dimaksudkan untuk spare kegiatan Cooling sebelum dan sesudah upaya pemadaman kebakaran. Dalam kejadian kebakaran bisa saja terjadi hal-hal yang diluar dugaan, seperti bukaan valve cooling melampaui yang dibutuhkan. Hal ini

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 61 / 63

tentunya akan meningkatkan konsumsi air pemadam, sehingga perlu adanya antisipasi sebelumnya. Oleh karena itu, dalam mengestimasi kebutuhan minimal air pemadam, maka masa pendinginan paska kebakaran ditetapkan selama ± 3 jam dengan flow rate sama dengan flow rate pendinginan dinding tangki yang terbakar, yaitu 4,1 lpm/m² setengah luas diinding tangki atau dengan rumus : Vair = π/2 x D x Tt x fr x t Dimana : π = konstanta (3,14)

D = Diameter tangki Tt = Tinggi tangki (feet atau meter) Fr = Flow rate (0,1 US gpm/ft² atau ± 4,1 lpm/m²) T = lama pendinginan paska kebakaran (± 180 mnt)

Contoh 5. Berapa air harus disediakan untuk pendinginan pasca kebakaran ? Jawab : Flow rate (fr) = 4,1 lpm/m² Diamater = 20 m Tinggi = 10 m T = 180 menit Vair = 3,14 x 20 m x 10 m x 4,1 lpm/m² /2 x 180 menit = 231.850 liter

≅ 232 M3 6.4.9. TOTAL KEBUTUHAN AIR PEMADAM Dengan mengacu pada skenario pemadaman kebakaran tersebut, maka dapat dihitung jumlah total air yang diperlukan untuk suatu pemadaman, yaitu dengan menjumlahkan seluruh air yang diperlukan untuk :

Pemadaman tangki dengan busa Pendinginan dinding tangki yang terbakar Pemadaman Fire Spill Pendinginan dinding tangki sekitar Pendinginan Paska kebakaran

Contoh 6 : Bila kebakaran tangki seperti contoh 1 tsb, berapa jumlah air total yang diperlukan ? Jawab : Vtotal = Contoh-1 + Contoh-2 + Contoh-3 + Contoh-4 + Contoh-5 = 69 + 71 + 7.4 + 57 + 232 M3

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 62 / 63

= 436.4 M3 Dalam menentukan berapa jumlah air yang perlu disediakan pada suatu Depot adalah dengan membandingkan skenario tangki yang satu dengan yang tangki yang lain, dan dipilih yang terbesar. Idealnya, seluruh tangki dihitung atau dibuat skenario seperti terdahulu. Akan tetapi pekerjaan ini tentunya akan merepotkan. Untuk itu, upaya perhitungan dapat disederhanakan dengan memilih tangki yang besar dan paling “crowded” (tangki yang banyak dikelilingi dengan tangki lain). Pengembangan suatu Software komputer, akan sangat membantu dalam menghitung kebutuhan air tersebut. Yang perlu diperhatikan disini adalah jumlah air yang dihitung adalah jumlah air bersih (netto) untuk upaya pemadaman dan pendinginan. Bila penyediaan air dari kolam atau tangki, maka air tersebut adalah air yang pumpable (dapt dipompa). Sebagaimana diketahui, pipa isap pompa umumnya tidak diletakkan hingga dasar untuk mencegah terisapnya lumpur ke pompa yang dapat merusak pompa. Disamping itu, biasanya pipa isap dilengkapi dengan “foot valve” sehingga mempertinggi ujung pipa isap dari dasar sumber air. Menurut estimasi penulis, air yang “pumpable” tersebut diperkirakan ± 50 cm diatas dasar kolam, sehingga untuk kolam dengan kedalaman 3 (tiga) meter, air yang pumpable tinggal 2,5 meter saja. 6.4.10. RANGKUMAN Dalam menentukan jumlah air yang dibutuhkan suatu instalasi, harus dilakukan dengan membuat skenario kebakaran pada salah satu unit instalasi yang paling besar memerlukan Fire Protection, kemudian melakukan perhitungan kebutuhan air yang diperlukan untuk pemadaman yang serentak. Untuk suatu depot, sebagai acuan dapat menggunakan kebakran tangki timbun. Jumlah air yang diperlukan untuk pemadaman kebakaran tangki timbun meliputi air yang diperlukan untuk :

Memadamkan kebakaran tangki dengan larutan busa (Campuran Foam Concentrate dengan air)

Mendinginkan dinding tangki yang terbakar, untuk mencegah dinding “buckling” (lembek).

Memadamkan Fire Spill dengan busa Mendinginkan tangki sekitar, untuk mencegah terciptanya atmosfir yang

flammable Mendinginkan sisa-sisa kebakaran / bara, pasca kebakaran.

Setelah diketahui jumlah air yang dibutuhkan, maka perencanaan sumber air dapat dipertimbangkan untuk menjamin kontinuitas supply pada saat pemadaman kebakaran. Dengan metoda skenario ini, dapat juga dikembangkan untuk menghitung kebutuhan Stock Foam Concentrate, Kapasitas Pompa dan peralatan lainnya yang diperlukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VI. MANAJEMEN KEBAKARAN VI – 63 / 63

6.4.11. DAFTAR REFERENSI 1. NFPA-13, Sprinkler System 2. NFPA-11, Low Expansion Foam 3. NFPA-30, Flammable & Combustible Liquid Code 4. EGS 623, Pertamina Engineering Guide, Fire Protection Marketing Facilities 5. EGS-626, Pertamina Engineering Guide Fire Protection Storage Tank 6. Shell Industrial Safety Code, Marketing

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 1 / 22

VII MANAJEMEN LINGKUNGAN 7.1 Umum VII - 2 7.1.1 Pengantar VII - 2 7.1.2 Pengertian VII - 2 7.1.3 Studi Lingkungan VII - 3 7.1.4 Identifikasi Aspek & Dampak Lingkungan VII - 5 7.2 Pengelolaan Lingkungan VII - 5 7.2.1 Pengelolaan Kualitas Air VII - 5 7.3 Pemantauan Lingkungan VII - 6 7.3.1 Pemantuan Kualitas Air VII - 6 7.3.2 Pemantauan Kualitas Udara & Kebisingan Lingkungan VII - 8 7.3.3 Pemantauan Kualitas Tanah VII - 8 7.4. Pengelolaan Limbah Operasi VII - 11 7.4.1 Pengelolaan Limbah Cair (Domestik & Industri) VII - 11 7.4.2 Pengelolaan Limbah Padat VII - 18 7.4.3 Pengelolaan Limbah Udara VII - 21 7.5 Penanggulangan Pencemaran Lingkungan VII - 21 7.5.1 Penanggulangan Pencemaran di Air VII - 21 7.5.2 Peralatan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Perairan VII - 22

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 2 / 22

VII MANAJEMEN LINGKUNGAN 7.1. Umum.

7.1.1. Pengantar

Kegiatan operasi di lingkungan Depot/Instalasi dan Terminal mengeluarkan berbagai limbah operasi yang bersifat cair, gas atau padat. Sejalan dengan kebijakan Pertamina mengenai Lingkungan Hidup, Bidang Pemasaran dan Niaga senantiasa berupaya mengelola semua limbah yang timbul agar tidak menimbulkan dampak yang membahayakan terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu panduan tentang pengelolaan limbah operasi Bidang Pemasaran dan Niaga. Pedoman ini memuat berbagai panduan tentang pengelolaan limbah operasi dalam kegiatan di Depot/Terminal atau Instalasi dilingkungan Bidang Pemasaran dan Niaga yang meliputi limbah cair, padat atau gas.

7.1.2. Pengertian

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;

Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;

Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan;

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 3 / 22

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan; Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/ atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain; Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain; Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan; Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

7.1.3. STUDI LINGKUNGAN

7.1.3.1. AMDAL

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan;

Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan;

Kerangka acuan adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan;

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 4 / 22

Analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan;

Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;

Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan;

Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan;

Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup dengan pengertian bahwa kewenangan di tingkat pusat berada pada Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat daerah berada pada Gubernur;

Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan adalah instansi yang membina secara teknis usaha dan/atau kegiatan dimaksud;

Komisi penilai adalah komisi yang bertugas menilai dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup dengan pengertian di tingkat pusat oleh komisi penilai pusat dan di tingkat daerah oleh komisi penilai daerah;

Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup;

Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan.

Kegiatan yang wajib AMDAL

Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL adalah semua jenis kegiatan yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

7.1.3.2. UKL/UPL

Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 5 / 22

kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan izin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL/UPL

Sesuai dengan pasal 2 Kepmen LH No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan disebutkan bahwa setiap jenis usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan AMDAL wajib melakukan UKL dan UPL.

7.1.4. Identifikasi aspek & dampak lingkungan

Sesuai dengan persyaratan ISO 14001 bahwa kita harus dapat mengenali aspek dan dampak lingkungan dari setiap proses. Untuk itu harus disusun daftar aspek/dampak lingkungan dari setiap proses.

7.2. pengelolaan lingkungan

7.2.1. Pengelolaan kualitas air

7.2.1.1. Sumber Pencemar yang mempengaruhi kualitas air

1. Sumber pencemaran yang disebabkan oleh tumpahan / ceceran minyak antara lain

Tank deaning tangki timbun Draining Tangki Timbun Pengisian BBM ke Mobil tangki di filling shed Pelumas bekas yang tidak ditampung atau ditimbun dengan baik dll.

2. Sumber pencemaran yang disebabkan oleh kebocoran minyak antara lain

Drum pelumas Tangki timbun Jalur pipa BBM keropos Flange pecah Dan lain-lain.

7.2.1.2. Program Pengelolaan Kualitas Air

Untuk mengantisipasi agar semua aliran air limbah yang keluar dari lokasi Depot/Instalasi menuju ke perairan luar dapat terpantau dengan baik, maka semua saluran air/parit atau got harus melalui / melewati oil catcher.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 6 / 22

Oil Catcher harus diupayakan agar tetap berisi air sampai batas ketinggian sejajar dengan lantai dasar saluran air / parit yang masuk ke inlet oil catcher.

Untuk memantau bahwa air limbah pada sekat 3 kandungan minyaknya tidak membahayakan kehidupan biota air, maka pada sekat dimaksud dapat dipelihara ikan.

Untuk menangkap / menyerap kandungan-kandungan minyak yang mungkin lolos ke perairan luar, maka pada perairan luar disekitar out let oil catcher perlu ditanam tumbuhan enceng gondok.

7.3. Pemantauan Lingkungan.

7.3.1. Pemantauan kualitas air

7.3.1.1. Baku Mutu Kualitas Air Baku mutu limbah cair diartikan sebagai batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang dari sumber pencemaran ke lingkungan (badan air penerima) sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya Baku Mutu Air.

Dalam pengelolaan kualitas air dapat dibedakan dua macam standar, yaitu

- Stream standard (Baku mutu pada badan air) - Effluent Standard (Baku mutu pada effluent industri)

Baku mutu air pada badan air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar dalam air namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu air limbah adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

Untuk menentukan apakah air limbah yang dibuang memenuhi persyaratan (tidak mencemari perairan) adalah dengan dengan membandingkan kualitas air limbah tersebut dengan kualitas yang telah dipersyaratkan oleh Pemerintah. Persyaratan tersebut dinyatakan dengan Baku Mutu Air Limbah. Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04 tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan / atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi lampiran V.

Baku mutu air pada badan air dan baku mutu air limbah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Namun setiap pemerintah daerah Tingkat I biasanya juga mengeluarkan baku mutu air limbah yang mengacu kepada Keputusan Menteri tersebut. Persyaratan yang ditetapkan oleh Keputusan Gubernur tersebut harus sama atau lebih ketat dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 7 / 22

7.3.1.2. Proses Swapantua Kualitas Air 7.3.1.2.1. Pemeriksaan visual

Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan setiap hari (pada saat control) untuk mengetahui lebih dini kemungkinan kegagalan dari fungsi jebakan minyak, hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Saluran Masuk (in Let) 2. Sekat (Baffles). 3. Tali Plastik. 4. Tali Baja. 5. Roda Kontrol. 6. Pintu Selokan/Sliding Gate. 7. Kerangan (Gate Valve). 8. Saluran Keluar (Out Let).

7.3.1.2.2. Pemerisaksaan Rutin

Kekerapan pemeriksaan dan pemeliharaan perlu dilaksanakan setiap bulan terhadap bagian-bagian tertentu seperti penjelasan sebagai berikut :

No SUBJEK PENANGANAN TINDAK LANJUT

1 Saluran Masuk (inlet)

Dibersihkan dari kotoran (sampah plastik, kertas dll.)

2 Sekat (Baffles) Minyak yang terkumpul diambil dan dikumpulkan pada drum-drum bekas.

Dikembalikan ke tangki timbun atau digunakan untuk pelatihan.

3 Tali Plastik Diperiksa apakah masih baik atau sudah rapuh.

Tali yang sudah rapuh agar segera diganti dengan yang baru.

4 Tali Baja Dibersihkan dari kotoran Diperiksa kondisi baut pengikatnya Diberi grease.

5 Roda Kontrol Diperiksa apakah masih berfungsi baik atau sudah rusak. Diberi grease.

6 Pintu Selokan Diperiksa kebersihannya dari kotoran yang menempel pada dindingnya Mudah dinaik-turunkan

7.3.1.3. Pengambilan Sample Limbah Cair

Lokasi pengambilan sample air limbah dilakukan pada influent dan effluent oil catcher terluar (terakhir).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 8 / 22

7.3.1.4. Waktu Pemantauan

Upaya Pemantauan Lingkungan dilakukan untuk memastikan kualitas air limbah, sesuai dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui serta untuk memenuhi ketentuan dari Pemerintah yang berlaku. Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan setiap 6 (enam) bulan dengan batasan parameter seperti pH, TOC (Total Organic Compound), serta Minyak dan Lemak pada Laboratorium yang telah rujukan yang telah ditentukan guna dianalisis.

7.3.2. Pemantauan kualitas udara & Kebisingan Lingkungan

7.3.2.1. Baku Mutu Kualitas Udara 7.3.2.1.1. Kualitas Udara Emisi

Baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan minyak dan gas bumi adalah batas kadar maksimum emisi kegiatan minyak dan gas bumi yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

7.3.2.1.2. Kualitas Udara Ambient

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energy, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien

Baku mutu udara ambien nasional mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999. Pemerintah Daerah dapat menetapkan baku mutu udara ambien yang berlaku untuk daerah tersebut dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dengan baku mutu udara ambien nasional.

7.3.3. Pemantauan kualitas tanah

7.3.3.1. Pengertian dan Batasan Sumur Monitor (Monitoring Well) Merupakan sumur kecil sebagai sarana untuk pengambilan air tanah. Serta sebagai monitoring jika terjadi indikasi kebocoran.

Sample Air Tanah : Merupakan sample atau contoh dari air tanah yang diambil dari sumur monitor dalam jumlah dan teknik pengambilan yang tertentu.

Pengawetan (Preservasi) Yaitu tindakan atau bahan yang diberikan kepada sample air tanah untuk memperkecil perubahan yang terjadi pada waktu antara proses pengambilan sample dan pengujian di laboratorium.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 9 / 22

Laboratorium Merupakan instansi Pihak III tempat dilakukan pengujian terhadap sample menggunakan metoda dan alat tertentu sesuai tata cara pengujian yang benar dan berlaku umum.

7.3.3.2. Ketentuan Umum.

Pemantauan kualitas air tanah pada lokasi sekitar tank yard perlu dilakukan guna memantau kondisi air tanah maupun permukaan tanah. Sehingga dapat mendeteksi secara dini pencemaran hidrokarbon karena adanya suatu kebocoran BBIM dari plat dasar tangki timbun, ataupun akibat adanya tumpahan atau cecaran minyak ataupun akibat penimbunan sludge/bluber yang telah dilakukan sebelumnya di area tank yard.

Pemantauan tersebut dilakukan dengan membuat sumur pantau (monitoring well). Letak sumur pantau ditentukan oleh arah aliran air tanah.

Pemantauan air tanah merupakan bagian dari upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan di areal penimbunan BBM.

Pemantauan air tanah harus secara rutin dilaksanakan untuk dapat segera diketahui apabila terjadi rembesan BBM ke dalam air tanah yang menyebabkan terjadi perubahan parameter lingkungan tertentu.

Untuk memudahkan pengambilan sample air tanah sesuai ketentuan maka harus dibuat sumur monitor di sebelah hilir danri lapangan tangki.

Konstruksi sumur monitor dibuat sedemikian rupa tidak mengganggu operasional areal penimbunan BBM dengan ukuran minimal diameter 4 inch dengan kedalaman t 6 meter.

Petugas yang melakukan pengambilan sample air tanah harus mengetahui cara pengambilan dan pengawetan sample.

Analisa terhadap parameter air tanah dilakukan setelah diperoleh hasil pengujian sample dari Lab.

7.3.3.3. Pengambilan Sample Air Tanah

a. Proses pengambilan sample dilakukan pada saat cuaca cerah agar terhindar dari gangguan seperti hujan, angin, udara tercemar dan sebagainya.

b. Wadah sample menggunakan botol coklat yang tertutup rapat, sebelum diisi sample harus dibilas 2-3 kali dengan sample yang sama.

c. Sample diambil secara perlahan dan dimasukkan ke dalam botol sampai penuh.

d. Hal-hal yang perlu dicatat

Tanggal, jam dan lokasi pengambilan

Deskripsi sample (warna, kekeruhan, suhu dan pH).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 10 / 22

7.3.3.4. Pengawetan (Preservasi)

Pengawetan sample dimaksudkan untuk memperkecil perubahan yang teradi antara waktu pengambilan sample dan pengujian di lab.

Ada tiga cara pengewetan sample ; Penambahan bahan kimia, pengaturan suhu dan pemilihan wadah yang sesuai.

Pencegahan terhadap penguapan, wadah harus tertutup rapat atau tidak ada udara / ruang kosong antara permukaan cairan dengan tutup.

Wadah yang terbuat dari plastik, bahan plastik akan menyerap minyak yang terkandung dalam sample. sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan.

pH sample dapat berubah apabila teradi adsorbsi C02 dari udara, pencegahannya adalah menutup rapat-rapat wadah.

Pencegahan terhadap reaksi fotokimia dicegah dengan menggunakan wadah sample dari botol yang berwarna coklat.

Untuk mendekati kondisi sesungguhnya dan menghindari perubahan akibat handling yang salah, suhu dan pH dapat diukur secara in situ.

7.3.3.5. Pengujian Laboratorium

Pihak Laboratorium harus diberitahukan perihal parameter yang akan diuji dan baku mutu yang dijadikan acuan.

Hasil pengujian harus dibuat dalam bentuk laporan resmi. 7.3.3.6. Waktu Pemantauan

a. Kegiatan pengambilan dan pengujian air tanah dilakukan minimal setiap 6 (enam) bulan.

b. Apabila sarana tangki timbun yang relatif tua atau diperkirakan kebocoran kemungkinan besar terjadi, pengambilan dan pengujian air tanah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.

7.3.3.7. Laporan Hasil Pemantauan

Hasil pengujian sample air tanah kemudian disampaikan kepada K3LL & MM Bid. Pemasaran dan Niaga dalam bentuk format Laporan Pemantauan Air Tanah secara rutin setiap 3 (tiga) bulan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 11 / 22

7.3.3.8. Lampiran

Formulir Laporan Pemantauan Air Tanah.

LAPORAN PEMERIKSAAN AIR TANAH

PARAMETER BAKU MUTU* No.

URUT LOKASI PENGAMBILAN

SAMPLE p H Minyak/Lemak mg/l pH Minyak/Lemak

Mg/l KETERANGAN

7.4. Pengelolaan Limbah Operasi.

7.4.1. Pengelolaan limbah cair (domestik & industri)

7.4.1.1. Karakteristik Limbah Cair

Limbah cair mempunyai komposisi karakteristik yaitu fisika, kimia dan biologi. Karakteristik limbah cair perlu diketahui untuk menentukan jenis analisis dan pengolahan yang akan digunakan sehingga memenuhi baku mutu lingkungan yang diharapkan

Air buangan adalah salah satu bentuk limbah yang bersumber dari berbagai kegiatan dan telah merupakan bahagian dari kehidupan manusia disepanjang tempat dan masa, apabila ditinjau dari sumbernya, maka Air Limbah atau limbah cair dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu limbah industri dan limbah rumah tangga. Namun secara umum kedua jenis limbah tersebut adalah jenis air limbah yang berpotensi mencemari dan lambat laun dapat menjadi ancaman bagi lingkungan bagan penerima air dan tanah. Di sisi lain air dan tanah merupakan sumberdaya yang mempunyai arti penting dan mutlak diperlukan bagi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup manusia, akibatnya air limbah selalu menjadi sorotan dan bahkan tak jarang diprotes seperti terlihat dari maraknya kasus-kasus pencemaran air yang dijadikan sebagai isu sentral oleh masyarakat akhir-akhir ini.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 12 / 22

Oleh sebab itu sepatutnyalah limbah cair perlu mendapat perhatian yang sama seperti halnya perhatian yang diberikan manajemen terhadap pentingnya faktor-faktor produksi dari suatu kegiatan usaha. Karena jika tidak, lambat laun dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup industri itu sendiri.

Air buangan industri sangat beraneka ragam baik sifat maupun tingkat bahayanya, tergantung dari jenis produk yang dikelola dan dihasilkan oleh industri tersebut. Limbah tidak mungkin dapat dihilangkan, ia hadir disetiap tempat dan setiap waktu. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi jumlah tingkat bahaya dari bahan limbah yang dihasilkannya. Langkah awal adalah melakukan minimisasi beban pencemaran melalui teknik minimisasi limbah pada sumbernya. Cara pengolahan inilah yang disebut dengan istilah Teknologi Pengolahan Air Limbah.

7.4.1.1.1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika merupakan karakteristik yang dimiliki oleh limbah cair berkaitan dengan sifat fisika dari zat cair tersebut. Beberapa karakteristik fisika yang penting dari limbah cair adalah kandungan padatan total (total solid content), bau (odor), suhu, (temperature), berat jenis (density), warna (color) dan kekeruhan (turbidity).

1. Kandungan Padatan Total (Total Solid)

Padatan yang tersuspensi didalam limbah cair dapat menimbulkan terjadinya sludge dan kondisi anaerobic ketika limbah cair dibuang ke lingkungan bebas.

2. Bau (Odor)

Bau yang ada di limbah cair umunya diproduksi oleh gas hasil dekomposisi dari materi organis yang larut dalam lmbah cair. Secara umum yang karakteristik bau ini karena adanya gas hidrogen sulfida (H2S) yang diproduksi oleh mikroorganisme anaerob pada waktu mereduksi kandungan sulfat atau sulfida.

Efek dari adanya bau ini adalah masalah phisikologi dari manusia (hal 57 wastewater treatment)

3. Suhu (Temperature)

Temperatur dari air merupakan parameter yang sangat penting karena mempunyai efek didalam reaksi kimia, kehidupan dalam air, dan keberlanjutan dari kegunaan air tersebut.

4. Berat jenis (Density)

Berat jenis dari limbah merupakan salah satu karakteristik yang penting karena berkaitan dengan laju pengendapan limbah cair tersebut dalam unit sedimentasi ataupun unit pengolahan yang lain.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 13 / 22

5. Warna (color)

Warna dari limbah cair mengisyaratkan tentang kemungkinan kandungan dalam limbah cair tersebut ataupun umur dari limbah cair tersebut.

6. Kekeruhan (Turbidity).

7.4.1.1.2. Karaktetistik Kimia

1. Materi Organik (organic matter)

Kandungan materi organik dari limbah cair antara lain :

a.Protein

b.Karbohidrat

c. Minyak dan lemak

d.Surfactan

e.Volatile organic compount (VOC)

f. Pestisida dan zat kimia lain

untuk mengetahui kandungan materi organik dari limbah cair dapat dilakukan dengan melakukan analisa :

• BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan (mg) untuk mengoksidasi karbon organik secara biokimia dalam 1 liter air limbah yang diinkubasikan selama 5 hari. Biasa disebut dengan BOD5

• COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen yang di butuhkan (mg) untuk mengoksidasi karbon organik secara kimiawi dalam 1 liter air limbah.

• Total Organic Carbon (TOC) 2. Materi inorganik (inorganik matter)

a. pH b. Klorida c. Sifat basa (alkalinity) d. Nitrogen e. Fosfor (Phosporus) f. Sulfur g. Total Inorganic Compound h. Logam berat

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 14 / 22

3. Gas (gasses)

a. Disolved Oxygen (DO)

b. Hydrogen Sulfida (H2S)

c. Methane (CH4)

7.4.1.1.3. Karakteristik Biologi

1. Mikroorganisme

2. Bakteri

3. Jamur

4. Algae

5. Protozoa

6. Tumbuhan dan binatang

7. Virus

8. Organisme patogen

7.4.1.2. Dampak air limbah

Dampak air limbah tersebut terhadap badan air adalah:

1. Zat organik terlarut

Menyebabkan turunnya kadar Oksigen terlarut dalam badan air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan Oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan biota air dan menyebabkan kualitas badan air tersebut menurun.

2. Zat padat tersuspensi

Pengendapan zat padat ini di dasar badan air akan mengganggu kehidupan biota air yang ada di dalam badan air tersebut. Endapan solid di dasar badan air akan mengalami dekomposisi, sehingga kadar Oksigen terlarut menurun, menimbulkan bau busuk, dan pemadangan yang tidak sedap.

3. Nitrogen dan Pospor

Kedua unsur kimia ini merupakan nutrisi untuk pertumbuhan tumbuhan yang ada di air. Sehingga bila masuk ke dalam air yang relatif tenang seperti telaga, waduk atau kolam dapat menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga menurunkan kualitas air tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 15 / 22

4. Minyak dan bahan-bahan terapung

Menyebabkan kondisi yang tidak enak dan terganggunya penetrasi (masuknya) sinar matahari serta Oksigen dari udara ke dalam badan air tersebut.

5. Logam berat

Sangat merusak kehidupan dalam air dan dapat membahayakan kesehatan manusia, karena sifatnya yang terakumulasi.

6. Warna dan kekeruhan

Mempengaruhi estetika walaupun belum tentu membahayakan kehidupan manusia dan kehidupan air.

7.4.1.3. Teknologi pengolahan limbah cair

7.4.1.3.1. Pengolahan Secara Fisika (Primer)

Pengolahan secara fisika ditentukan dari hasil pengukuran parameter limbah cair terutama karakteristik fisika yang ada di dalam limbah cair tersebut. Pengolahan secara fisika dengan menghilangkan polutan dari air limbah berdasarkan sifat fisika tanpa mengalami perubahan bentuk dan struktur dasarnya.

Aplikasi pengolahan fisika untuk limbah cair adalah sebagai berikut :

1. Flow Metering 2. Screening 3. Comminution 4. Flow equalitation 5. Mixing 6. Floculation 7. Sedimentation 8. Flolation 9. Filtrasi 10. Microscreening 11. Gas transfer 12. Volatilization and gas stripping

Dari unit pengolahan fisika diatas tidak harus semua dilaksanakan, sistem pengolahan dipilih sesuai dangan karakteristik fisika yang dimiliki oleh limbah cair yang akan diproses.

Teknik pengolahan air limbah yang digunakan pada Unit Pemasaran dan Niaga PERTAMINA adalah sistem Perangkap Minyak (Oil Chatcher) dan cara kerjanya dengan proses pemisahan cairan melalui prinsip perbedaan berat jenis, pemisahan terjadi karena adanya baffles yang menghambat laju aliran air limbah sehingga mempunyai kesempatan terjadinya proses pemisahan antara cairan yang berat jenisnya lebih ringan dengan cairan yang berat jenisnya lebih berat. Proses pemisahan dimaksud ditunjukkan pada gambar di bawah ini

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 16 / 22

Gambar 1. Oil Catcher

Komponen Peranqkap Minvak (Oil Chatcher)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 17 / 22

7.4.1.3.2. Pengolahan Secara Kimia (Sekunder)

Jika pengolahan menggunakan proses fisika belum mendapatkan hasil sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan maka dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan pengolahan secara kimiawi. Pengolahan secara kimia yaitu dengan reaksi kimia sehingga terjadi perubahan bentuk dan struktur dasamya. Pengolahan secara kimia memerlukan penambahan bahan kimia agar terjadi reaksi kimia untuk menyisihkan bahan polutan. Hasil akhir proses pengolahan biasanya merupakan endapan yang kemudian dipisahkan secara fisika pengendapan atau filtrasi).

Unit operasi yang berkaitan dengan pengolahan kimiawi antara lain :

a. Chemical precipitation

b. Adsorption

c. Disinfection

d. Dechlorination

e. Aplikasi kimia yang lain

7.4.1.3.3. Pengolahan Secara Biologi (Tersier)

Pengolahan secara biologi dilakukan jika limbah cair setelah melalui tahapan pengolan secara fisika maupun kimia belum memenuhi baku mutu lingkungan yang diharapkan maka dilanjutkan dengan pengolahan secara biologi. Pengolahan secara biologi adalah suatu proses yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi kandungan zat-zat yang ada di limbah cair sehingga memenuhi baku mutu lingkungan. Unit pengolahan secara biologi antara lain :

1. Activated Sludge Procces

2. Aerated Lagoons

3. Sequencing Batch Reactor (SBR)

4. Aerobic Digestion

5. Trickling Filter

6. Rotating Biological Contactors (RBC)

Metoda pengolahan mana yang paling tepat untuk air buangan industri tertentu sangat tergantung pada kandungan bahan polutan dan sifat-sifatnya, serta tergantung pada tujuan akhir pengolahan.

Proses pengolahan air limbah di Depot/Instalasi/Terminal Transit/DPPU biasanya hanya menerapkan proses pengolahan air limbah secara fisika, yaitu dengan memanfaatkan sifat fisis dari air limbah tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 18 / 22

Pada umumnya proses pengolahan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar minyak yang terbawa ke dalam air limbah sehingga memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Karena itu proses yang dipakai biasanya hanya berupa oil catcher yang bekerja untuk memisahkan minyak dengan air dengan prinsip gravitasi. Perbedaan berat jenis air dan minyak, dimana lapisan minyak selalu berada di atas air, dimanfaatkan untuk mengurangi kadar minyak yang keluar melalui oil catcher.

Karakteristik utama dari air limbah yang berasal dari kilang minyak biasanya mengandung kadar suspended solid, BOD dan COD, serta kandungan minyak mineral yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Air limbah yang berasal dari Depot/Instalasi/Terminal Transit biasanya juga mengandung kadar polutan tersebut diatas.

Tipe oil catcher kebanyakan dipakai adalah berupa bak yang dipisahkan oleh sekat-sekat menjadi tiga kompartemen. Proses pemisahan minyak pada oil catcher memerlukan jangka waktu yang cukup lama terlebih pada minyak berat). Dengan demikian akan berbanding langsung terhadap panjang oil catcher dan menghendaki permukaan air yang tenang, dan arus aliran yang lambat (laminer).

Adanya dinding sekat yang terlalu banyak justru tidak akan mengambangkan minyak sebanyak-banyaknya di ruang penampungan pertama dan kedua, melainkan menjadikan arus aliran menjadi turbulen yang akan mengolak kembali minyak ke bawah permukaan air. Lebih-lebih interval waktu pembersihan terlambat sehingga jumlah minyak yang ada melampaui batas kemampuannya.

Cara pengambilan minyak dari oil catcher biasanya dilakukan dengan cara yang konvensional (menggunakan ember atau wadah penampung lainnya) sehingga memungkinkan minyak akan terakumulasi kembali dengan air yang mengalir dibawahnya sehingga akan lolos keluar oil catcher. Untuk pengambilan minyak di atas permukaan air dilakukan dengan menggunakan portable electrical submersible pump (explosion proof) atau menggunakan vacuum truck yang dilengkapi dengan floating skimmer.

7.4.2. Pengelolaan limbah padat (B3 dan Non B3)

7.4.2.1. Karakteristik Limbah Padat

7.4.2.1.1. Limbah Non B3

7.4.2.1.2. Limbah B3

Sludge adalah kotoran minyak yang terkumpul dan terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak, baik yang terdiri atas kontaminan yang memang sudah ada dalam minyak maupun kontaminan yang terkumpul dan terbentuk dalam penanganan atau pemrosesan minyak tersebut. Sludge secara fisik kimiawi merupakan campuran kotoran minyak yang sifat dan jenisnya tidak tertentu, oleh karena itu tidak dapat ditentukan spesifikasinya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 19 / 22

7.4.2.2. Teknologi pengolahan limbah padat

7.4.2.2.1. Limbah non B3

1. Pemisahan jenis limbah

2. Konsep 3R/4R

3. Insenerasi

4. Landfiling

7.4.2.2.2. Limbah B3

1. Solidifikasi

2. Insenerasi

3. Bioremediasi

4. Landfilling

Pemusnahan sludge yang bisa dilakukan adalah dengan metoda:

1. Insinerasi

Yaitu menggunakan oksidasi thermal untuk mengkonversi limbah organik menjadi limbah anorganik dengan pengurangan massa, volume, bakteri, virus serta materi toksik yang terkandung sebelumnya. Masalah utama yang dihadapi dengan sistem ini adalah tingginya biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaannya, apalagi letak depot yang tersebar di berbagai daerah. Karena itu cara ini hampir tidak mungkin dilakukan, kecuali dengan memanfaatkan insinerator yang dimiliki oleh instansi lain.

2. Land Disposal

Merupakan pemusnahan/penyingkiran limbah ke dalam tanah yang banyak diterapkan untuk limbah padat. Dikenal dengan 2 cara yaitu

land treatment : aplikasi limbah di permukaan tanah

landfill : pengurugan limbah ke dalam tanah.

Sasaran dari land disposal adalah untuk mengurangi dampak negatif dari penyingkiran limbah baik terhadap manusia maupun terhadap lingkungan. Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan saat ini karena relatif lebih murah, mudah dan fleksibel. Untuk menentukan jenis

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 20 / 22

pengelolaan sludge yang dipilih harus dilakukan inventarisasi mengenai kualitas sludge yang meliputi :

kadar minyak (oil content), meliputi berat jenis, viskositas, pour point, flash point.

TPAH (Total Petroleum Aromatic Hidrokarbon) kadar lumpur atau pasir. kadar air (water content). TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Produce) kadar logam-logam berat berbahaya (Cr, Pb, As, Ni, V, Hg, Cu ).

Untuk limbah B3, aplikasi land disposal ini membutuhkan pengolahan pendahuluan guna mengurangi dampak negatif dari lindi (leachete), seperti :

pengurangan volume pengkapsulan/ fiksasi dalam drum baja, aspal, semen, kapur, bentonit . detoksifikasi dan degradasi seperti : oksidasi, reduksi, penukar ion.

Metoda landfill adalah metoda yang paling banyak diterapkan untuk memusnahkan limbah padat. Landfill adalah metoda pengurugan limbah ke dalam tanah, kemudian dilakukan pemadatan sebelum limbah tersebut ditutup setiap hari dengan tanah penutup. Teknologi ini harus dilengkapi pula dengan prasarana untuk

mengurangi/mencegah pencemaran pada air tanah dan air permukaaan, misalnya dengan pengedapan (lining), pengaturan limpasan

mengumpulkan dan mengolah lindi (leachete) mengontrol emisi gas dengan perlengkapan penangkap gas mengontrol erosi angin. mencegah kontaminasi / keracunan melalui kontak langsung, dengan penggunaan tanah penutup.

Mencegah bau, kebakaran dan ledakan dengan ventilasi serta tanah penutup.

Pengelolaan sludge dengan landfill adalah proses pembuangan akhir dalam satu lahan atau kawasan yang kedap air sehingga rembesan atau leachetenya tidak mencemari air tanah (under ground water). Setelah itu perlu dilakukan monitor dari kualitas air tanah disekitar lahan tersebut, untuk memastikan bahwa air tanah tidak mencemari dan membahayakan lingkungannya. Skema penampang dari penimbunan limbah ke tanah (secure landfill).

Berbeda dengan landfill, metoda land treatment memperhitungkan kemampuan asimilasi tanah untuk

mengurangi daya toksik mendegradasi (kimia, biologis) menahan (immobilize) pencemar yang terdapat dalam limbah

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 21 / 22

Untuk mengoptimumkan proses biologi dan kimiawi serta memanfaatkan kapasitas asimilasi tanah, maka limbah dimasukkan secara berkala sesuai kemampuan tanah tersebut. Dengan cara ini dikenal konsep Land Limiting Constituent, yaitu bahwa setiap jenis tanah akan mempunyai daya asimilasi spesifik terhadap setiap komponen dari limbah yang dibuang, sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak berkurang fungsinya sebagai lahan pertanian, hutan dsb.

Disamping itu faktor LLC akan berkaitan erat dengan

Batas kemampuan mikrobiologi tanah untuk menguraikan limbah tersebut untuk komponen limbah biodegradable

Batas akumulasi limbah yang mungkin sehingga tidak menimbulkan efek racun terhadap tanaman

Batas standar kualitas air tanah.

Pada metoda Land Treament, sludge dicampur dengan tanah/clay atau kapur dan dicampur dengan humus (top soil), kemudian ditebarkan dengan ketebalan tertentu. Penebaran ini dimaksudkan untuk proses terjadinya dekomposisi sludge oleh bakteria, fungi dan yeast, dengan bantuan udara (02) dan pengaruh sinar matahari, proses ini menghasilkan gas CO2 dan uap air. Selanjutnya campuran sludge yang sudah cukup aman ini dipergunakan untuk keperluan pertanian atau untuk bahan pembuat jalan. Untuk land treatment ini diperlukan area atau lahan yang luas, traktor dan excavator serta tenaga manusia dan bahan/ alat lain.

Diagram alir proses penanganan sludge minyak yang telah terbentuk dapat dilihat pada Gambar 2.

7.4.3. Pengelolaan limbah Udara

7.4.3.1. Teknologi Pengelolaan Pencemaran Udara

1. Cyclones

2. Electostatic Precipitators

3. Fabric Filters

4. Particulates Scrabbers

7.5. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.

7.5.1. Penanggulangan Pencemaran di air

Setelah diketahui terjadi kebocoran tangki maka pihak Pelsus menyiapkan oil boom di muara saluran untuk mencegah minyak tidak mengalir ke tengah sungai atau laut. Dengan skimmer minyak dipompakan dan ditampung ke drum-drum penampung sementara. Dari drum-drum ini, setelah dilakukan settling beberapa jam, minyak dihisap dengan vacuum pump atau diiling untuk diambil fasa minyaknya, sedangkan fasa air yang terbawa disalurkan ke Oil Separator atau Oil Catcher. Pengawasan yang

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VII. MANAJEMEN LINGKUNGAN VII - 22 / 22

intensif kepada oil separator atau oil catcher untuk memastikan tidak ada fasa minyak yang lolos,

Dengan demikian, sebagian besar dari minyak yang lolos ke perairan luar akan dapat diambil kembali, sedangkan sisanya dimusnahkan dengan oil dispersant.

Gambar 2. Diagram alir proses penanganan sludge minyak

Dengan demikian, sebagian besar dari minyak yang lolos ke perairan luar akan dapat diambil kembali, sedangkan sisanya dimusnahkan dengan oil dispersant.

7.5.2. Peralatan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Perairan

1. Absorbent 2. Oil Boom 3. Oil Skimmer 4. Slick Disk Skimmer 5. Oil Dispersant 6. Dispersant Pump 7. Oil Recovery Bag/Floating Storage 8. Rubber Boat

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 1 / 15

VIII MANAJEMEN KESEHATAN KERJA

8.1.0 Pendahuluan VIII - 2 8.2.0 Pengendalian Bahaya Di Lingkunagn Kerja VIII - 2 8.3.0 Pengendalian Enjinering (Engineering Control) VIII - 3 8.3.1 Pengendalian Enjinering Pada Saat Desain VIII - 3 8.3.2 Pengendalian Enjinering Pada Saat Sudah Beroperasi VIII - 4 8.3.3 Cara Pengendalian Enjinering Lainnya VIII - 7 8.4.0 Pengendalian Administratif (Administrative Control) VIII - 8 8.5.0 Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective

Equipment) VIII - 10

8.6. Standarisasi Program Higiene Industri VIII - 11 8.6.1 Pemantauan Bahaya Kesehatan Kerja VIII - 11 8.6.2 Surveilance Epidemilogi Penyakit Akibat Kerja dan

Kecelakaan Kerja VIII - 13

8.6.3 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) VIII - 13 8.6.4 Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan VIII - 13 8.6.5 Pengawasan Sanitasi Industri VIII - 14 8.6.6 Pengawasan Ventilasi VIII - 14 8.6.7 Pengadaan / Pemeliharaan Peralatan VIII - 14 8.6.8 Proces Bahaya Analysis VIII - 14 8.6.9 Program Pengawasan Alat Keselamatan Kerja VIII - 14 8.6.10 Pencatatan & Pelaporan VIII - 14 8.6.11 Penelitian/Audit Higiene Industri VIII - 14 8.6.12 Pengadaan Alat dan Bahan VIII - 15 8.6.13 Lain-Lain Kegiatan Higiene Industri VIII - 15

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 2 / 15

VIII MANAJEMEN KESEHATAN KERJA. 8.1.0. Pendahuluan Bahaya dan potensi bahaya kesehatan di lingkungan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologi dan problema ergonomi, yang pada dasarnya dapat dicegah atau dikendalikan, sehingga bila kita telah menetapkan bahwa bahaya kesehatan itu telah ada dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan maka upaya pengendaliannya harus segera dilaksanakan.

Upaya pengendalian bahaya kesehatan lingkungan kerja merupakan upaya yang tidak terpisahkan dari suatu proses manajemen dalam program hygiene perusahaan (industrial Hygiene) dalam suatu industri. Program tersebut mencakup aspek-aspek

Hazards Recognition (Mengenal Bahaya) Hazards evaluatuion (Menilai bahaya) Hazadrs Control (Mengendalikan bahaya)

Berkaitan dengan itu upaya pengendalian bahaya kesehatan ditempat kerja sangat diperlukan, karena pada umumnya efek dari bahaya tersebut tidak terjadi secara akut, namun baru akan terasa setelah beberapa tahun berselang.

Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian upaya pengendalian adalah besarnya intensitas atau konsentrasi dari beban yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan lamanya paparan.

Pengendalian yang akan diterapkan sangat tergantung pada:

Keadaan alamiah dari bahaya Cara masuk atau absorpsi kedalam tubuh Besarnya paparan yang terjadi Lamanya paparan

8.2.0. Pengendalian Bahaya Dilingkungan Kerja. Dari berbagai literatur kita telah mengetahui bermacam-macam cara pengendalian bahaya kesehatan yang dapat diterapkan dilingkungan kerja, namun secara umum dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok yaitu

1. Pengendalian Enjineering (Engineering Control), yaitu pencegahan terjadinya bahaya baik melalui spesifik disain pada awal projek, atau dengan menggunakan berbagai cara seperti subtitusi, isolasi, atau ventilasi.

2. Pengendalian Administratif (Administrative Control), yaitu pengendalian terhadap kejadian paparan dengan membuat penjadwalan kerja, pengaturan kerja, penyuluhan kesehatan, pembuatan prosedur kerja dan lain-lain kegiatan yang bersifat administrative.

3. Alat Pelindung diri (Personal Protective Equipment), yaitu penggunaan alat pelindung diri untuk melindungi dari bahaya yang ada dilingkungan kerja, namun memerlukan pertimbangan yang matang karena upaya ini

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 3 / 15

merupakan langkah terakhir (last resort) dari suatu pengendalian bahaya kesehatan di tempat kerja.

Upaya pengendalian yang sangat baik adalah yang terintegrasi dalam suatu projek (built in) antara lain mencakup upaya menurunkan potensi bahaya, menentukan sumber pencemar, menentukan pola terjadinya paparan dan pola kerja pekerja, serta penggunaan peralatan keselamatan kerja.

Pengertian dan pemahaman yang baik dan memadai mengenai kondisi lingkungan yang dihadapi akan sangat penting dalam memilih cara yang tepat untuk mengendalikan bahaya yang ada. Bila pengendalian enjinering tidak berjalan sesuai dengan harapan maka penggunaan alat keselamatan kerja sangat dianjurkan.

Bahaya kesehatan dapat berubah sejalan dengan perjalanan waktu dan perubahan proses atau modifikasi plant, dengan demikian system pengendalian perlu ditinjau secara rutin dan perlu diperbaharui (di update).

8.3.0. Pengendalian Enjiniring (Engineering Control). Sebagaimana telah dikemukakan diatas maka upaya pengendalian enjinering dapat dilakukan sebagai berikut.

8.3.1. Pengendalian enjinering pada saat disain Pengendalian sejak tahap disain akan lebih baik daripada setelah dibangun atau berjalan, karena akan baik dipandang dari segi teknis, hasil yang diperoleh dan keekonomiannya.

Sebagai contoh bila udara terkontaminasi release (keluar) menimbulkan gangguan kesehatan pekerja sehingga pemasangan ventilasi harus dilakukan.

Idealnya suatu proses produksi berjalan secara tertutup, namun tidak seluruhnya dapat dilakukan demikian. Bila proses dilakukan secara tertutup, maka bahan mentah akan diangkut kedalam pabrik dengan kontainer atau dengan pipa, sehingga akan mengurangi kontak bahan tersebut dengan pekerja.

Pada beberapa proses pekerjaan yang dilakukan secara terpisah tidak akan menimbulkan bahaya kesehatan, tetapi bila proses tersebut menyatu dengan pekerja maka dapat menimbulkan bahaya yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

Bahaya kesehatan industri dapat dikurangi bila disain mesin-mesin yang digunakan telah dilengkapi dengan peralatan pengendalian bahaya kesehatan, sehingga untuk menanganinya perlu kerja sama yang erat antara disain enjinir dan Industrial hygienist.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendisain suatu proses produksi adalah :

1. Pada tingkat mana, sisa bahan kimia tersebut dapat keluar dari system sebelum alat tersebut dibuka.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 4 / 15

2. Pada penambahan beban yang bagaimana tidak akan menambah

intensitas pemeliharaan.

3. Apakah sistem dapat didisain secara tertutup.

4. Apakah proses operasi dapat dibuat otomatik sehingga didalam operasinya tidak memerlukan tambahan pekerja.

8.3.2. Pengendalian enjinering pada saat sudah beroperasi Pengendalian Enjiniring yang banyak digunakan dalam program pengendalian bahaya kesehatan dilingkungan kerja antara lain adalah :

1. Substitusi. Subtitusi artinya mengganti material yang tinggi tingkat bahayanya, dengan material yang kurang bahayanya. Contoh yang sederhana adalah serbuk lumina digunakan untuk pengganti serbuk quartz, yang dapat menekan jumlah penderita silicosis, penggantian sand dengan water pada saat blasting dilakukan pada pekerjaan dok. Walaupun demikian proses penggantian tidak boleh menimbulkan problema baru. Contoh klasik dari proses substusi ini ialah penggantian timah putih didalam cat dengan zinc, barium, atau titanium oksid, man made mineral fibre menggantikan Asbes.

2. Merubah Proses Produksi Perubahan proses produksi/operasi sangat mungkin untuk dilakukan apabila secara ekonomis memadai. Misalnya penggantian top loader menjadi bottom loader akan menghilangkan kejadian terpaparnya sopir mobil tangki pada waktu memasang dan melepas top loader di atas man hole.

3. Segregasi Segregasi adalah suatu cara pengendalian yang sering digunakan terhadap pegawai dengan berbagai cara antara lain :

Memisahkan pekerja dari proses dengan sekat penghalang).

Memisahkan pekerja dengan membuat jarak (misalnya membuat zone bising atau garis contour)

Mengatur jam kerja shift (misalnya dengan mengurangi jumlah pekerja melalui pengaturan kerja shift)

Mengatur jam dan lokasi kerja berdasarkan umur dan jenis kelamin (misalnya melindungi kemungkinan kerusakan pada janin bagi pekerja wanita).

4. Isolasi Potensi bahaya kesehatan harus diisolasi untuk mengurangi paparannya kepada pekerja. Isolasi dapat berupa penghalang atau sekat fisik seperti panel acustik untuk mengurangi paparan bising dari sumbernya. Isolasi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 5 / 15

dapat dilakukan dengan menggunakan remote control (mengendalikan proses dari jauh) atau dapat juga mengisolasikan dirinya sendiri kedalam ruangan yang kedap suara namun diberikan aliran udara segar. Isolasi tidak hanya dilakukan pada sumbernya tetapi dapat juga dilakukan pada pekerjanya.

Isolasi sangat berguna pada pekerjaan dengan jumlah pekerja yang sedikit dan bila pengendalian lain sulit atau tidak layak untuk dilakukan. Pekerjaan yang mengandung bahaya yang cukup tinggi harus diisolasi dari kegiatan yang lain, guna mengurangi kemungkinan terpaparnya pekerja lain yang ada disebelah atau didekatnya.

Pengendalian dengan cara isolasi dapat dilakukan dengan cara isolasi tertutup keseluruhan dan isolasi tertutup sebagian.

a. Isolasi (tertutup keseluruhan) Isolasi secara menyeluruh dapat dilaksanakan dengan mekanisasi atau otomasisasi agar pekerja tidak berhubungan langsung dengan bahan beracun.

Misalnya seorang crane operator disebuah pabrik yang besar dapat dibuatkan ruang kemudi yang benar-benar tertutup dan diberikan aliran udara yang telah mengalami proses filterisasi dan bertekanan positif untuk kontaminan masuk ke dalam ruangan.

Mengisolasi mesin secara penuh juga dapat dilakukan untuk mengurangi besarnya paparan bising yang ditimbulkan.

b. Isolasi (tertutup sebagian) Pada beberapa lokasi kerja dengan kadar kontaminan yang cukup tinggi, saat pertukaran shift memungkinkan terjadinya paparan, sehingga dalam pengecekan peralatan, pekerja harus memakai respirator (APD)

Jika bahan yang sangat beracun akan diproses, maka prosesnya dilakukan di lokasi terpisah atau dengan menggunakan remote control (penginderaan jarak jauh). Tingginya tingkat kualitas isolasi tergantung pada tingginya kualitas kontaminan.

Peralatan yang sebagian atau seluruhnya tertutup atau digerakkan secara otomatis, bila memerlukan reparasi dan pemeliharaan, alat-alat pengendaliannya perlu juga diperiksa dan prosedur keselamatan harus diikuti, termasuk juga pemberian izin kerja.

5. Sistem basah Bahaya debu yang mencemari ruangan kerja biasanya dapat dikurangi dengan bantuan dispersi air atau cairan lain yang sesuai. Membasahi lantai sebelum melakukan pengepelan lantai akan membantu mengurangi paparan debu ditempat kerja (bila vacuum cleaner tidak boleh digunakan).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 6 / 15

Proses pengeboran yang menggunakan air sebagai pendingin dan pengurang debu hasil pengeboran telah memberikan sumbangan yang sangat tinggi dalam mengurangi debu ditempat kerja, demikian juga halnya penggunaan air dalam proses blasting sangat mengurangi besarnya paparan debu ditempat kerja.

6. Ventilasi. Ada 2 cara yang sangat fundamental pada pengendalian bahaya dengan ventilasi yaitu

a. Ventilasi umum Ventilasi umum digunakan dalam industri untuk mengeluarkan bahaya (gas, uap, debu) di tempat kerja, mengencerkan bahaya (gas, uap, debu) sekaligus mengendalikan suhu udara yang ada di dalam ruangan dan bau-bahan lainnya.

Sistem ini dilakukan dengan memasukkan udara luar yang masih bersih dan segar dengan menggunakan kipas angin atau blower dan menghisap udara kotor di dalam ruangan menuju ke luar. Keluarnya bahan beracun tadi dapat melalui jendela, pintu, lobang angin lainnya atau melalui cerobong yang dibuat untuk kepentingan itu.

Gunakan ventilasi umum pada situasi yang memenuhi kriteria tersebut dibawah ini :

1. Kontaminan di ruang kerja jumlahnya relatif kecil, mudah diencerkan sampai ke tingkat yang memenuhi ketentuan.

2. Jarak yang cukup antara sumber pencemar dengan tenaga kerja sehingga bahan tersebut dapat diencerkan sampai ke tingkat yang memenuhi ketentuan.

3. Kontaminan tersebut rendah daya racunnya. 4. Tidak diperlukan filter atau sejenisnya pada saat udara dilepaskan ke

luar ruangan. 5. Kontaminan tidak menimbulkan karatan atau kerusakan pada

peralatan akibat pengenceran.

Kelemahan utama dari penggunaan ventilasi umum adalah kesulitan mengendalikan besarnya paparan bahan pencemaran pada tenaga kerja yang dekat dengan sumbernya, sehingga ventilasi lokal banyak digunakan.

b. Ventilasi lokal Ventilasi lokal sangat efisien untuk menangkap konsentrasi bahan pencemaran yang agak tinggi, karena dapat menangkap kontaminan dari sumbernya serta membuangnya melalui duct yang selanjutnya dibersihkan melalui blower atau alat lainnya, sehingga udara yang keluar relatif bersih dan mencegah kemungkinan bahan tersebut mencemari lingkungannya

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 7 / 15

Ventilasi lokal umumnya terdiri dari 3 bagian :

1. Kaptur (bagian penangkap). Bagian penangkap harus sedekat mungkin dengan sumber bahaya dan menghisap dengan kecepatan angin yang cukup tinggi agar dapat mengatasi energi kinetik yang ditimbulkan oleh proses.

2. Transpor (pengangkutan)

Kecepatan angin didalam duct harus cukup tinggi agar bahan tercemar dapat diangkut tanpa mengendap terlebih dahulu di dalam duct.

3. Entrainment (pembersihan)

Bagian sistem yang melakukan pembersihan terhadap bahan tercemar. Ini biasanya dilakukan dengan filter, cyclones, atau pengendapan electrostatis.

Ventilasi lokal tidak hanya sekedar mengeluarkan atau mengencerkan bahan pencemar, tetapi mengeluarkan kontaminan, walaupun tidak mencapai 100%. Cara ini dapat dilakukan bila bahan tercemar tidak dapat dikendalikan dengan subtitusi, perubahan proses, isolasi, atau secara tertutup.

Keuntungan utama cara ini yaitu menggunakan volume aliran udara yang kecil namun dengan kecepatan aliran udara yang tinggi (volume and high velocity). Bagaimanapun juga alat ventilasi ini perlu dicek secara rutin. Pengecekan mencakup dua flow rate dari aliran udara dan duct velocity agar memenuhi spesifikasi disain.

8.3.3. Cara Pengendalian enjinering lainnya Banyak cara lainnya yang telah dilakukan guna mengendalikan bahaya kesehatan ditempat kerja misalnya dengan menggunakan shielding untk melindungi paparan radiasi dan panas. Furnace disekat dengan menggunakan reflektif dari panel alumunium karena metal tidak cocok sebagai reflektif (metal menyerap panas sehingga menimbulkan panas radiasi yang dapat menjadi sumber bahaya lainnya bagi pekerja).

Cara lainnya yang dapat digunakan ialah memasang peredam untuk mencegah kebisingan (pada frekuensi rendah) dan bumper karet untuk mencegah getaran.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 8 / 15

8.4.0. Pengendalian Administratif (Administrative Control).

Berbagai pengendalian secara adminstrtatif dapat dilakukan untuk mengendalikan bahaya kesehatan di lingkungan kerja, diantaranya adalah :

1. Pengendalian paparan secara administritif (administrative Exposure control). Mengurangi waktu kerja adalah salah satu cara untuk mengendalikan bahaya kesehatan dilingkungan kerja, bila pengendalian enjinering pada sumbernya tidak mungkin dilakukan.

Untuk beban pekerjaan yang tinggi dan jadwal yang ketat, maka pengaturan waktu kerja perlu mendapat perhatian. Jadwal kerja dengan cara shift akan sangat membantu

Rotasi jabatan / pekerjaan merupakan cara lain yang dilakukan untuk mengurangi besarnya paparan bahaya fisik, kimia dan biologi terhadap pekerja. Rotasi jabatan / pekerjaan dapat dilakukan setiap kuartal atau tahunan, tergantung kebutuhan sepanjang tidak mengganggu proses pekerjaan atau turunnya produktivitas kerja perusahaan.

2. Good Housekeeping Good Housekeeping sangat penting dalam pengendalian bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Pembersihan debu, pembuangan sampah, pengaturan material tidak berguna dan pembersihan tumpahan bahan kimia beracun adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan good housekeeping

Peralatan yang terkena bahan kimia beracun harus segera dibersihkan, sebelum dipindahkan ke tempat lain atau dibuang. Pada saat shut down peralatan perlu dicek apakah masih mengandung bahan kimia berbahaya sebelum dipasang kembali.

3. Medical Control Pemeriksaan kesehatan adalah bagian yang penting dalam program pengendalian bahaya kesehatan, karena program kesehatan dapat memberikan masukan dalam upaya pengendalian enjinering. Gejala-gejala terjadinya paparan pada sekelompok pekerja akan menjelaskan atau merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengendalian enjinering.

Pengendalian kesehatan yang lebih jauh akan tergantung pada bahaya yang timbul serta resiko yang mungkin dijumpai. Hasil pemeriksaan calon pekerja juga dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding dalam menilai ada tidaknya paparan yang terjadi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan berkala khusus dan monitoring biologi.

Pemeriksaan darah yang teratur merupakan proses pemeriksaan kesehatan khusus karena akan membantu penilaian adanya paparan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 9 / 15

4. Pelatihan dan penyuluhan

Pelatihan dan penyuluhan sangat diperlukan guna mendukung upaya pengendalian enjinering yang telah dilakukan. Pelatihan harus dilakukan oleh petugas yang berwenang dan memahami akan bahaya yang ada di lingkungannya serta upaya pengendalian apa yang perlu dilakukan.

Pelatihan dan penyuluhan dapat dilakukan pada pengawas dan pekerja sehingga sadar akan upaya K3. Pengawas harus diberitahukan tentang bahaya kesehatan, bagaimana mengatasinya, dan untuk memberikan informasi kepada bawahannya. Bila diperlukan, adakan kursus singkat tentang bahaya kesehatan di lingkungan kerja serta upaya penanggulangannya.

Sosialisasi standar prosedur operasi (SOP) perlu dilakukan agar setiap pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kaidah K3 yang berlaku.

5. Personal Hygiene (perilaku bersih) Walaupun masuknya bahaya kesehatan melalui saluran pencernaan jarang terjadi namun personal hygiene cukup penting. Setiap pekerja mempunyai kewajiban untuk membersihkan dirinya sebelum pulang ke rumah. Khusus bagi pekerja yang bekerja menggunakan material berbahaya, wajib untuk mandi dan berganti pakaian sebelum meninggalkan pekerjaannya.

Banyak bahan kimia yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit, sehingga pekerja wajib membersihkan tangan setelah memegang bahan kimia berbahaya.

Untuk mendukung upaya personal hygiene, wajib disediakan perlengkapan personal hygiene yang cukup dan memadai. Perlengkapan personal hygiene lainnya yang biasa ditemukan dalam industri ialah emergency showers, eye wash fountain. Prosedur kerja harus dibuat dan ditaati oleh setiap pekerja, demikian juga harus tersedia poster dan label yang dapat memberikan penjelasan tentang cara penggunaan dan bahayanya secara ringkas.

Makan, menyimpan makanan atau minum didaerah kerja yang mengandung bahan kimia berbahaya sangat dilarang.

6. Pembuangan sampah (Waste) Pembuangan dan penanganan sampah harus dipisah sesuai kategori sampah non B3 kering, sampah non B3 basah dan sampah (limbah) B3.

Pembuangan bahan kimia beracun hanya boleh dilakukan oleh pekerja yang telah dilatih. Prosedur pembuangan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pekerja kimia atau ahli kimia berkewajiban untuk membantu menetralisir bahan kimia berbahaya tersebut sebelum dibuang atau dimusnahkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 10 / 15

8.5.0. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment).

Peralatan keselamatan kerja tersedia dalam segala macam jenis, biasanya ditentukan oleh prosedur yang ada, alat ini harus digunakan sebagai prioritas terakhir. Bagaimanapun juga jika alat keselamatan kerja harus digunakan maka harus menggunakan perlatan yang memenuhi syarat, namun masih memerlukan pertimbangan :

• Menseleksi peralatan agar benar-benar dapat melindungi pemakai • Yakin dapat dipakai secara benar • Yakin akan dapat dipelihara secara teratur • Mudah melatih pekerja untuk menggunakan peralatan secara baik dan

benar • Terjadwalnya pengawasan dan pencatatan pemakaian dan

pemeliharaannya.

Urutan upaya pengendalian yang telah diuraikan diatas adalah berdasarkan keandalan dan masing-masing upaya pengendalian sesuai dengan bahaya yang ada, misalnya subtitusi adalah yang paling andal, sedangkan penggunaan alat keselamatan kerja termasuk yang paling kurang diandalkan.

Aktifitas yang lain, seperti penyiapan system pencatatan dan pelaporan mengenai secara khusus dan keselamatan dan kesehatan kerja secara umum harus dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh kegiatan akan terdokumentasi dengan baik.

Namun secara garis besar, pengendalian Hazards kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja dapat dilakukan melalui upaya-upaya.

Pengendalian Enjinering

Pengendalian Administratif

Pengendalian dengan Alat

Pelindung Diri • Substitusi • Isolasi • Proses tertutup • Ventilasi • Cara Basah • Good

Housekeeping

• Pengaturan waktu kerja • Pengaturan tempat kerja • Pengaturan tenaga kerja • Pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja • Program pengawasan yang

baik • Membuat prosedur kerja • Membuat stricker, leaflet,

booklet serta komunikasi hazards lainnya

• Penggunaan Alat keselamatan kerja yang sesuai

8.6.0. STANDARISASI PROGRAM HIGIENE INDUSTRI

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 11 / 15

Program Higiene industri secara umum mencakup hall-hal sebagai berikut

8.6.1. PEMANTAUAN BAHAYA KESEHATAN KERJA

8.6.1.1. Bahaya fisik

Bising Menginventarisasi Kebisingan ditempat kerja Melakukan pengukuran Intensitas kebisingan Penilaian Frekuensi Analysis Penggambaran Garis Contour Bising Penilaian Dosis paparan harian kebisingan Menyelenggaralkan Program Konservasi Pendengaran

Getaran

Menventarisasi bahaya getaran ditempat kerja

Pengukuran percepatan getaran Pemantauan lamanya paparan dan Evaluasi Potensi bahaya Penetapan jenis getaran Penilaian dan pengendalian bahaya getaran

Radiasi

Menginventarisir bahaya radiasi ditempat kerja. Pemantuan paparan sumber Radiasi ke lingkungan Pengadaan dan evaluasi badge Monitoring Pencatatan dan Evaluasi Dosis paparan harian Penilaian dan pengendalian bahaya radiasi

Cuaca kerja

Menginventarisir bahaya cuaca kerja Pematauan Temperatur udara (Ta, Tw,Tnwb, Tg) Pemantauan kelembaban Penilaian aliran udara kecepatan rendah Mengedalikan bahaya cuaca kerja ekstrim ditempat kerja

Penerangan Menginventarisir permasalahan penerangan ditempat kerja Pengukuran dan penilaian Intensitas penerangan Penilaian Kesilauan Penilaian kontras background Mengendalikan masalah penerangan ditempat kerja

Ultra violet Menginventarisir masalah radiasi ultra violet di tempat kerja Pengukuran penilaian Intensitas paparan Pemantauan Lamanya paparan Menilai dan mengendalikan bahaya radiasi sinar ultra violet

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 12 / 15

Infra Red

Menginventarisir masalah radiasi infra merah ditempat kerja Pengukuran dan Penilaian Intensitas paparan Pemantauan lamanya paparan Menilai dan mengendalikan masalah radiasi ditempat kerja

8.6.1.2. Pemantauan Bahaya Kimia

Gas

Inventarisasi Jenis gas Pengukuran dan penilaian Konsentrasi gas Rekomendasi Pengendalian bahaya kimia

Vapor

Inventarisasi Jenis gas (Charcoal/OVM) Pengukuran dan Penilaian Konsentrasi uap Rekomendasi Pengendalian bahaya kimia

Smoke

Inventarsasi Jenis Smoke Pengukuran dan Penilaian Konsentrasi smoke Rekomendasi Pengendalian bahaya

Fume

Inventarisasi/identifikasi jenis metal Lakukan pengukuran kadar metal diudara Evaluasi dan usahakan pengendaliannya

Mist

Inventarisasi jenis mist yang ada Lakukan pengukuran dan adakan penilaian Upayakan cara pengendaliannya

Asbest

Inventarisasi/Identifikasi jenis asbest yang digunakan Lakukan pengukuran dan penilaian Rekomendasikan Penilaiannya

Dust

Inventarisasi jenis General dust Pengukuran dan penilaian General dan Respirable dust Rekomendasi pengendalian dust

Bebauan

Inventarisasi Bebauan

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 13 / 15

Identifikasi dan penilaian kadar bebauan Rekomendasikan Pengendalian bebauan

8.6.1.3. Pemantauan Bahaya Biologi

Mikrobiologi Inventarisasi / identifikasi Bahaya Biologi Test bakteri dalam udara dan melalui media Analisa dan Rekomendasikan pengendaliannya

Serangga dan Tikus

Pengendalian Serangga dan Tikus, bekerja sama dengan Kesehatan

Binatang Buas

Pengendalian Binatang Buas bekerja sama dengan sekuriti dan Kesehatan

8.6.1.4. Pemantauan Problema Ergonomi

Inventarisasi permasalahan Ergonomi Evaluasi dan Koreksi Permasalahan Ergonomi Evaluasi Kondisi Ruang/lingkungan yang menimbulkan problema ergonomi Proses kerja, bahaya fisik, dengan tenaga kerja

8.6.2. SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGI PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN

KECELAKAAN KERJA

8.6.2.1. Surveillance Kecelakaan Kerja

Surveillance kecelakaan kerja kaitannya dengan program & Permasalahan Higiene

Industri

8.6.3. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

Emergency Procedure P3K Program Evaluasi /Korban Keadaan darurat Penempatan Obat/peralatan P3K

8.6.4. PENDIDIKAN / PENYULUHAN KESEHATAN

Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan Lisan

Ceramah umum Safety Health Talk Penyelenggaraan Kursus Keslingker dan P3K

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 14 / 15

Penyuluhan Kesehatan Tulisan

Pembuatan Bulletin Pembuatan Poster/sticker Pembuatan Leaflet/Booklet

8.6.5. PENGAWASAN SANITASI INDUSTRI

Pengawasan sanitasi Ruang Kerja Pengawasan sanitasi lingkungan kerja Pengawasan sampah Industri Pengawasan Pemb. Sampah Industri Membantu Monitoring pencemaran Pengawasan Urinior/WC ditempat kerja Pengawasan air minum ditempat kerja Pengawasan Santasi Gudang-gudang Pengawasan good housekeeping

8.6.6. PENGAWASAN VENTILASI

Inventarisasi ventilasi yang perlu pengawasan Identifikasi dengan pengukuran ventilasi (Flow rate) Adakan penilaian dan analisa Rekomendasikan upaya pengendaliannya

8.6.7. PENGADAAN/PEMELIHARAAN PERALATAN

Pengadaan peralatan & acessoris Mengupayakan kalibrasi peralatan Pemeliharaan secara berkala

8.6.8. PROCES BAHAYA ANALYSIS

Gunakan PHA untuk reconisi Occupational Health Bahaya Tindaklanjuti sebagaimana yang telah disebutkan pada butir-butir terdahulu

8.6.9. PROGRAM PENGAWASAN ALAT KESELAMATAN KERJA

Siapkan Checklist untuk pengawasan penggunaan Alat Keselamatan Kerja Evaluasi dan Rekomendasikan pemecahanya

8.6.10. PENCATATAN & PELAPORAN

Melaksanakan Pencatatan dan Pelaporan Laporan Harian Membuat Laporan Bulanan Membuat Laporan Tahunan

8.6.11. PENELITIAN/AUDIT HIGIENE INDUSTRI

Menyelenggarakan Program Konservasi Pendengaran Mengadakan Internal Audit Keslingker secara berkala

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB VIII. MANAJEMEN KESEHATAN KERJA VIII - 15 / 15

Mensinkronkan program Keslingker dengan SSM K3LL Pertamina Mengadakan penelitian tentang Higiene Industri secara khusus

8.6.12. PENGADAAN ALAT DAN BAHAN

Gas tube / OVM Medical Supply P3K bekerjasama dengan kesehatan Obat-obatan P3K bekerjasama dengan kesehatan

8.6.13. LAIN-LAIN KEGIATAN HIGIENE INDUSTRI Lain-lain kegiatan hygiene industri sesuai dengan kebitihan unit operasi dengan mempertimbangkan strategy program Higiene Industri yang tertera pada job description Kesehatan Lingkungan Kerja (Industrial Hygiene). Bekerjasama dengan instansi terkait untuk kelancaraan pelaksanaaan tugas Lomba kebersihan kantor Lomba kebersihan unit kerja Ikut aktif dalam Gerakan Nasional K3 Ikut aktif dalam kegiatan P2K3, ANDAL (RKL, RPL) Ikut aktif dalam kegiatan Pertemuan Seminar K3LL Ikut aktif dalam Quality Cyrde (Gugus kendali mutu) K3LL Ikut aktif dalam program SML Ikut aktif dalam program audit SML dan SMK3 Melakukan riset dengan bekerjasama dengan Perguruan tinggi atau balai hiperkes setempat Menjadi anggota institusi yang berkaitan dengan Higiene Industri Pengadaan buku-buku Industrial Higiene

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 1 / 61

IX MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA

9.1.0 Perawatan Dan Perluasan Pengembangan IX - 3 9.1.1 Perbaikan, Perubahan dan Pengujian IX - 3 9.1.2 Personil IX - 5 9.1.3 Peralatan IX - 5 9.1.4 Jalan Masuk Ke Lokasi Kerja IX - 5 9.1.5 Pemagaran IX - 5 9.1.6 Tanda Peringatan IX - 6 9.2. Sistem Ijin Kerja Aman (Permit System) IX - 6 9.2.1 Umum IX - 6 9.2.2 Klasifikasi Surat Ijin Kerja IX - 8 9.2.3 Pemberian Ijin Kerja Aman IX - 15 9.2.4 Lingkup Perijinan IX - 16 9.2.5 Prosedur Sebelum Mengeluarkan Perijinan IX - 16 9.2.6 Mengeluarkan Perijinan IX - 17 9.2.7 Masa Berlakunya Perijinan IX - 17 9.2.8 Pembatalan Perijinan IX - 18 9.2.9 Pemindahan Perlatan Ke Bengkel atau Keluar

Instalasi/Depot IX - 18

9.2.10 Pekerjaan Perawatan dan Perluasan IX - 18 9.3. Pembinaan dan Pelatihan IX - 20 9.3.1 Pentingnya Pelatihan IX - 20 9.3.2 Personil Yang Musti Dilatih IX - 20 9.3.3 Bahan Pelatihan IX - 20 9.3.4 Subjek Latihan (Training Subjects) IX - 20 9.3.5 Dokumen Latihan (Training Recoeds) IX - 22 9.3.6 Dokumen Latihan (Training Records) IX - 22 9.4. Bahan Kimia Berbahaya IX - 23 9.4.1 Penggolongan Bahaya Bahan Kimia IX - 23 9.4.2 Identifikasi IX - 24 9.4.3 Penanganan Bahan Kimia IX - 24 9.4.4 Sifat Bahan Kimia IX - 24 9.4.5 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya IX - 25 9.4.6 Penggunaan Bahan Kimia IX - 25 9.4.7 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan IX - 25 9.4.8 Keadaan Darurat (Emergency) IX - 26 9.4.9 Lampiran IX - 26

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 2 / 61

9.5. Cara Kerja Aman IX - 26 9.5.1 Ketentuan Umum Perbaikan, Perubahan dan Pengujian IX - 26 9.5.2 Perancah IX - 32 9.5.3 Pengawasan Isolasi Dan Penonaktifan Sistem Pengaman

Vital IX - 36

9.6. Alat Pelindung Diri IX - 39 9.6.1 Pelindung Kepala IX - 39 9.6.2 Sistem Pelindung Dari Ketinggian IX - 42 9.6.3 Pelindung Mata IX - 46 9.6.4 Pelindung Muka IX - 46 9.6.5 Pelindung Pendengaran IX - 46 9.6.6 Pelindung Pernapasan IX - 47 9.6.7 Pelindung Tangan IX - 51 9.6.8 Pelindung Kaki IX - 51 9.7. Keselamatan Kontraktor IX - 52 9.7.1 Pembinaan Terhadap Mitra Usaha/Kontraktor IX - 52 9.7.2 Keselamatan Kerja IX - 53

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 3 / 61

IX MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA 9.1.0. PERAWATAN DAN PERLUASAN PENGEMBANGAN 9.1.1. Perbaikan, Perubahan dan Pengujian 1. Instruksi yang terperinci (Detail Instructions) Bila perbaikan atau perubahan mengharuskan pembongkaran pada bagian/tempat item peralatan yang penting, seperti kerangan, pompa atau jalur pipa, atau masuk kedalam tangki/bejana, peringatan khusus supaya disampaikan kepada semua yang bersangkutan, dan sehubungan dengan itu, menyatakan penerimaannya. Surat ijin (permit) yang sesuai dengan keperluannya supaya diterbitkan.

2. Tangki atau Bejana a. Tangki/bejana yang belum dibebas-gaskan dan diuji kecukupan zat

asamnya, tidak boleh dimasuki secara biasa untuk melakukan pekerjaan, walaupun pekerjaan yang tidak membahayakan atau pengujian, walaupun mengenakan alat pernafasan, terkecuali didalam hal yang luar biasa, dengan otorisasi managemen khusus dan prosedur yang sudah ditentukan supaya diikuti secara ketat. Pengamat dan personil penolong supaya diberi perlengkapan yang memadai agar mereka tidak menjadi korban sewaktu melakukan tugas penyelamatan.

b. Pekerjaan panas atau pekerjaan lainnya yang membahayakan tidak boleh dimulai dilakukan didalam tangki/bejana yang bekas menampung minyak, sampai tangki/ bejana dikosongkan, dibuang, dibersihkan dan dibebas-gaskan. Ditegaskan tidak terjadi kekurangan zat asam dan tempat-tempat sudah dibersihkan sehingga tidak akan mengeluarkan uap produk bila dipanaskan.

Bila pekerjaan panas didalam tangki dilakukan pada sambungan yang dilas atau pelat-pelat tangki urukan atau bawah tanah, atau pada pelat dasar tangki vertikal atas tanah, supaya dibuat lobang yang dibor dengan hati-hati, didalam kondisi kerja dingin, dan dilakukan pengujian gas, untuk meyakinkan bahwa produk atau gas tidak terjebak diantara pelat tangki dengan sekeliling tangki atau pondasi, sebelum pekerjaan panas diijinkan untuk dimulai atau diteruskan.

c. Bila tangki berisi endapan keras yang harus dibuang dengan cara mengupas (chipping), surat ijin kerja supaya mencantumkan agar permukaan selalu dibasahi (diberi air) selama pekerjaan tersebut dilakukan.

d. Tabung zat asam atau gas lainnya yang mudah menyala tidak boleh dibawa masuk kedalam tangki. Pipa dan selang penyalur udara supaya disingkirkan/dikeluarkan dari tangki bila tidak digunakan.

e. Bila pengelasan dilakukan, supaya ada ventilasi yang memadai agar asap/uap pengelasan dapat disingkirkan dan dibawa menjauhi zone pernafasan tukang las. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, supaya menggunakan kedok muka yang disupply dengan udara segar.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 4 / 61

f. Perhatian khusus supaya diberikan pada lobang orang tempat

penggantungan atau perancah untuk meyakinkan masuk dan keluar, supaya memikirkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi pada setiap orang yang berkaitan dengan pekerjaan.

g. Bila melakukan pembersihan tangki, instruksi khusus berhubungan dengan pekerjaan ini supaya diamati dengan ketat.

3. Jalur Pipa, Pompa, Kerangan Bila sambungan-sambungan patah, supaya dilakukan pentirisan sampai kering, dimana pekerjaan panas akan dilakukan, supaya dilakukan pembebasan gas dan membersihkan seluruh unit yang akan diperbaiki atau dirubah. Semua lobang yang ada supaya ditutup dengan blank-flange, jangan percaya dengan kerangan yang tertutup. Produk yang ditiris supaya ditampung dan dibuang secara aman, jangan dibiarkan meresap kedalam tanah atau memasuki sistem drainage.

4. Kelistrikan a. Orang yang berkompeten supaya meyakinkan bahwa peralatan telah

diputuskan dari jaringan listrik, dimana dilakukan pekerjaan pada pengujian, penyetelan, perawatan atau perluasan dimulai.

Main switches atau pemutus jaringan supaya dikunci secara mekanik didalam posisi terbuka sementara pekerjaan berlangsung. Bila tidak dapat dikunci/digembok, fuse (sekering) supaya dilepas/diambil, pada switch gear atau fuse box supaya dipasang tanda peringatan yang menyatakan bahwa pekerjaan sedang berlangsung.

Setelah pekerjaan selesai, orang yang berkompeten supaya menyatakan bahwa peralatan tersebut secara mekanik dan kelistrikan sudah beres semuanya sebelum peralatan tersebut dipakai kembali.

5. Pencatatan (Records) a. Semua jenis plant atau peralatan tertentu, misalnya boiler, bejana tekanan, derek

(crane), alat pengangkat, kerek pengangkat, peralatan listrik dan alat pernafasan supaya dicatat secara permanen dan memadai, semua pengujian, pemeriksaan dan perbaikan.

b. Memelihara/ menyimpan catatan pembersihan dan perbaikan tangki.

c. Memelihara/menyimpan catatan pemeriksaan dan pembersihan perangkap minyak.

6. Pekerjaan pada peralatan yang sedang beroperasi Perbaikan atau penggantian plant dan peralatan yang sedang beroperasi supaya tidak diijinkan, terkecuali untuk pekerjaan dingin yang tidak membahayakan, supaya dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan dilakukan secara hati-hati, e.g. perbaikan atau penggantian floating suctions, P.V vent, float gauge dan sebagainya supaya tidak dilakukan bila tangki atau bejana sedang diisi atau membongkar muatannya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 5 / 61

9.1.2. PERSONIL

1. Mengenal semua peraturan keselamatan Orang-orang yang melakukan pekerjaan perawatan atau konstruksi didalam Instalasi/Depot yang sudah beroperasi, atau dimana ditimbun produk minyak, supaya benar-benar mengenal semua peraturan keselamatan yang ada hubungannya dengan pekerjaan tersebut.

2. Perencanaan dan pengawasan (panning dan supervision) Pekerjaan pemeriksaan, perawatan atau perluasan supaya direncanakan dan diajukan oleh staf yang berpengalaman dan bertanggungjawab, yang menjamin bahwa semua orang yang terlibat didalam pekerjaan tersebut memperhatikan semua peraturan keselamatan yang terkait.

3. Pemakaian kontraktor atau pekerja luar Orang-orang yang bekerja untuk kontraktor atau orang luar yang mengerjakan perawatan atau perluasan yang sering dilakukan, mungkin belum mengenal pencegahan yang biasa diterapkan didalam perusahaan-perusahaan yang menimbun minyak. Pencegahan yang harus dilakukan supaya ditetapkan sebelum pekerjaan dimulai. Bila pekerja-pekerja seperti ini yang dipekerjakan, supaya dilakukan pengawasan yang ketat, untuk menjamin bahwa ketentuan pencegahan dan keselamatan yang diperlukan, diperhatikan dan dilaksanakan.

9.1.3. PERALATAN 1. Peralatan mobile yang akan dipakai dan ditempatkan didaerah

berbahaya, konstruksinya supaya tidak akan merupakan sumber api dan tidak akan menimbulkan bahaya kebakaran.

2. Peralatan kontraktor tidak boleh dibawa kedalam untuk dipergunakan, sebelum mendapat ijin tertulis Kepala Instalasi/Depot, atau oleh wakilnya yang dikuasakan.

9.1.4. JALAN MASUK KE LOKASI KERJA Banyaknya pemakaian kendaraan atau peralatan supaya dibatasi (diberi tanda) dan diawasi, terutama di daerah berbahaya dan jalur lalu-lintas ke/dari tempat kerja supaya diberi tanda yang jelas.

9.1.5. PEMAGARAN ( FEENCING) Supaya dibuatkan pagar atau pembatas yang dapat dipindahpindahkan, dan kalau dianggap perlu, melarang orang yang tidak berkepentingan masuk kedaerah yang berbahaya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 6 / 61

9.1.6. TANDA PERINGATAN

Tanda-tanda peringatan yang diperlukan supaya digelar dengan jelas dan baik ditempat yang mudah menarik perhatian.

9.2.0. Sistem Ijin Kerja Aman ( Permit System )

9.2.1. Umum

Lingkungan kerja di perminyakan pada umumnya sangat peka terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan, kebakaran atau pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan, perbaikan atau perluasan/ pembangunan di area terbatas perlu adanya surat ijin kerja.

Surat permohonan/permintaan ijin keija ini harus dibuat secara lengkap sebelum pekerjaan dimulai baik pekerjaan yang menyangkut pekerjaan operasi dalam memperbaiki suatu peralatan atau pekerjaan yang menyangkut perluasan (modifikasi atau konstruksi baru) dan inspeksi untuk memberikan kesempatan kepada yang berkepentingan (bagian operasi) dapat mempersiapkan tempat kerjanya dan mengeluarkan ijin yang sesuai.

Surat ijin kerja ini mempunyai 2 (dua) tujuan utama, yaitu:

1. Untuk menyatakan bahwa kondisi tempat dimana pekerjaan akan dilakukan sudah aman.

2. Sebagai Surat ijin masuk kedalam tempat-tempat yang tertutup, seperti tangki, dan lain-lain, yang kemungkinan berisi bahan-bahan ataupun udara-yang berbahaya.

Selain mempunyai tujuan tersebut diatas, surat ijin kerja ini diperlukan karena merupakan salah satu cara pengawasan dan pengendalian dalam hal mencegah kecelakaan dan kebakaran, maka surat ijin kerja bertujuan :

1. Untuk melindungi tenaga kerja

2. Menjamin bahwa tempat kerja benar-benar aman untuk pelaksa pekerjaan, sehingga memberi rasa aman bagi tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

3. Sebagai alat kontrol terhadap kegiatan kerja.

4. Untuk tercapainya target kerja.

5. Untuk mengamankan asset yang dimiliki.

Pelaksanaan pemberian ijin kerja melibatkan unsur pelaksana pekarjaan antara lain:

1. Pihak PERTAMINA dalam hal ini bagian operasi. 2. Pihak ketiga/Kontraktor. 3. Pengawas pekerjaanibagian teknik 4. K3LL.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 7 / 61

Beberapa tugas pihak yang terkait dalam pemberian ijin kerja antara lain:

1. Bagian Operasi.

a. Memberikan petunjuk/keterangan yang diperlukan tentang keadaan lokasi setempat.

b. Menunjuk pengawas yang sesuai dalam pelaksanaan pekerjaan di lokasi setempat.

c. Memberikan persetujuan surat ijin kerja yang telah diperiksa petugas yang ditunjuk (bagian teknik dan K3LL).

d. Memberikan saran dan rekomendasi yang diperlukan.

2. Pihak ke tiga/Kontraktor.

Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengawas Pekerjaan/Teknik.

a. Menunjuk petugas yang dianggap mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang teknik.

b. Memberikan persetujuan surat ijin kerja.

4. K3LL.

a. Memeriksa tempat kerja/lokasi pekerjaan sebelum dan selama pekerjaan dilaksanakan.

b. Memberikan saran dan rekomendasi tentang pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran.

c. Mempersiapkan alat pencegah dan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran.

d. Memberikan persetujuan surat ijin kerja.

e. Pencemaran.

Semua petugas yang ikut dalam menandatangani surat ijin kerja harus melakukan pemeriksaan sendiri di tempat/lokasi dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan, hal ini untuk memastikan kondisi dan syarat kerja telah dipenuhi seperti yang dinyatakan dalam surat ijin kerja.

Tanggal dan waktu berlakunya surat ijin kerja harus selalu dinyatakan dengan jelas. Setiap saat masa berlakunya surat ijin kerja dapat dibatalkan oleh bagian operasi atau pengawas setempat bila kondisi tempat kerja dianggap sudah tidak aman lagi oleh petugas K3LL.

Selama masa berlakunya surat ijin kerja, bagian operasi atau pengawas setempat dan K3LL bertanggung jawab untuk menjamin bahwa kondisi dan syarat yang telah ditentukan telah dipenuhi sebagaimana mestinya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 8 / 61

9.2.2. Klasifikasi Surat Ijin Kerja.

Surat ijin kerja dapat terdiri dari:

1. Ijin kerja panas (Hot Work Permit).

2. Ijin kerja dingin (Cold Work Permit).

3. Ijin kerja penggalian (Digging Permit).

4. Ijin kerja ruang terbatas (confined space permit)

5. ijin kerja radiasi

6. ijin kerja listrik

9.2.2.1. Surat Ijin Kerja Panas (Hot Work Permit).

Surat Ijin Kerja Panas diperlukan untuk setiap jenis pekeijaan yang berkaitan dengan penggunaan sumber penyalaan setempat yang dapat meyalakan bahan yang mudah menyala.

Surat ijin kerja panas ini diberikan untuk pekerjaan yang memerlukan api terbuka, pekerjaan yang menimbulkan panas atau bunga api, peng'gunaan peralatan tertentu atau mesin yang dapat menimbulkan bunga api.

Kerja panas di Instalasi/Depot dapat meliputi :

1. Pengelasan atau pembakaran dengan Oxy-Acetylene.

2. Pengelasan listrik.

3. Penggerindaan

4. Penyolderan

5. Penyemprotan dengan pasir (Sand Blasting).

6. Pemakaian alat-alat listrik dan lainnya yang mungkin menimbulkan bunga api.

7. Pemotretan memakai lampu atau memakai alat-alat yang tidak tertutup rapat.

8. Pemecahan dan pembobokan beton.

9. Pemakaian mesin-mesin yang dijalankan dengan kompresor.

Format surat ijin kerja panas disiapkan oleh bagian K3LL atas permintaan pelaksana kerja.

Petugas K3LL dan pengawas pekerjaan atau wakilnya memeriksa lokasi kerja dan peralatannya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 9 / 61

Setelah diyakini aman untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, pengawas pekerjaan (teknik atau Pabrikasi) mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam form ijin kerja dan menanda tangani.

Petugas K3LL memeriksa ulang, mengisi hasil pemeriksaannya dan membubuhkan parafnya, kemudian pengawas K3LL mengesahkan dengan menandatangani ijin kerja tersebut yang selanjutnya lembar asli diberikan kepada pelaksana pekerjaan

Ijin kerja hanya berlaku pada jam kerja yang telah ditentukan, diluar jam tersebut harus dibuat surat ijin kerja lembur yang disetujui oleh pengawas kerja terkalt, keamanan dan K3LL.

Selama pekerjaan berlangsung, pengawas (mandor) pelaksana pekerjaan atau wakilnya harus selalu ada di tempat kerja. Pengawas pekerjaan panas di area terbatas yang termasuk aman, diperiksa secara insidentil oleh petugas K3LL. Untuk pekerjaan di daerah I atau 2 diawasi secara terus menerus oleh petugas K3LL dan petugas pengawas pekerjaan.

9.2.2.2. Surat Ijin Kerja Dingin (Cold Work Permit).

Surat ijin kerja dingin diperlukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi dengan ketentuan bahwa dalam pekerjaan tersebut tidak dimungkinkan timbulnya bunga api.

Kerja dingin ini dapat meliputi :

1. Pekerjaan membuat beton

2. Pengecatan

3. Perbaikan bangunan, jalan, parit

4. Perbaikan pipa termasuk bongkar pasang stick

5. Melepas flange dan baut, membuka as, kopling, memasang kembali packing pada gland kerangan dan lain-lain

6. Membuka semua jenis tangki dan filter

7. Pekerjaan penggalian tanah dan mengebor tanah

8. Menggunaan isotop zat-x (x-ray) diluar tempat yang telah ditentukan.

Prosedur pemberian surat ijin kerja dingin ini sama dengan prosedur pemberian ijin kerja panas.

Pelaksanaan pengawasannya oleh petugas K3LL dan petugas pengawas pekerjaan dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu saja/insidentil.

9.2.2.3. Surat Ijin Penggalian ( Digging Permit).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 10 / 61

Surat ijin penggalian ini diperlukan untuk setiap pekerjaan penggalian atau pemancangan.

Denah dimana pekerjaan tempat penggalian akan dilakukan sangat penting sebagal kelengkapan pengajuan Surat ijin penggalian, karena disitu memuat/ menggambarkan letak jalur bawah tanah, seperti kabel-kabel, pipa-pipa, saluran pembuangan, parit-parit, pondasi dan lain-lain.

Jika akan memasuki lubang penggalian yang melebihi kedalaman 1,3 meter Surat ijin masuk juga diperlukan.

Ijin penggalian dapat meliputi:

1. Penggalian saluran kabel listrik, telepon, pipa, saluran lain didalam tanah.

2. Pemancangan.

3. Pekerjaan penggalian lainnya di area terbatas.

4. Pekerjaan penggalian tanah dan mengebor tanah.

9.2.2.4. Surat Ijin Masuk Kedalam Tangki Dan Ruang Tertutup (Entry Permit).

Pada dasarnya surat ijin masuk kedalam tangki dan ruang tertutup diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan masuk kedalam ruang tertutup atau tangki. Surat ijin masuk sangat penting apabila seseorang, baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk kedalam ruangan tertutup seperti : tangki, lubang galian kedalaman lebih dari 1,3 meter ataupun tempat-tempat lain yang dirasa terdapat gas, debu, uap yang berbahaya.

Tidak ada pengecualian untuk ketentuan diatas, karena Surat ijin masuk hanya berfungsi untuk memberi ijin memasuki ruangan tertutup dan tempat-tempat lain yang terdapat debu dan gas yang berbahaya. Surat ijin masuk tidak dapat mengganti Surat ijin panas, dingin ataupun Surat ijin lainnya.

Ijin masuk tersebut dapat meliputi :

1. Memasuki tangki timbun BBM baik yang diatas tanah, bawah tanah, RTW atau masuk kedalam tongkang/ lighter.

2. Memasuki tangki timbun Non BBM.

3. Tempat lain yang dianggap mengadung gas, debu dan uap yang berbahaya.

Petugas K3LL bersama dengan petugas pengawas pekerjaan memeriksa tempat yang akan dimasuki dan menentukan persyaratan keselamatan yang dibutuhkan. Petugas pemeriksa harus menjamin bahwa ditempat tersebut benar-benar aman untuk orang bekerja. Prosedur pemberian ijin dan pengawasannya sama dengan prosedur ijin kerja dingin.

9.2.2.5. Surat Ijin Pekerjaan Listrik.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 11 / 61

Surat ijin pekerjaan listrik merupakan surat pernyataan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yang disesuaikan dengan definisi / istilah pada peraturan pemerintah mengenai kelistrikan.

Seorang yang diberl tugas melaksanakan pekerjaan perbaikan listrik ataupun peralatannya, haruslah seorang yang diberi kuasa dan wewenang. Untuk itu ia harus diberi informasi secara detail dan jelas mengenai peralatan listrik yang dimasud dalam surat ijin kerja.

Begitu juga mengenai pemutusan aliran, isolasi dan pentanahan yang dilakukan sehingga aman bagi pekerja untuk bekerja, juga harus dinyatakan dengan jelas.

Surat ijin hanya mencakup aspek pekerjaan listrik saja, sedangkan pekerjaan-pekerjaan lain seperti pekerjaan dingin, panas, memasuki ruang tertutup dan penggalian harus dilengkapi dengan surat ijin yang sesuai.

Pekerjaan pengisolasian aliran listrik yang diperlukan sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan pada suatu peralatan listrik (seperti motor listrik harus diisolasi sebelum perbaikan pompa) tidak termasuk dalam lingkup surat ijin pekerjaan listrik, tetapi harus dimasukkan pada saat menandatangani surat ijin kerja, baik panas, dingin, masuk dalam ruang tertutup ataupun penggalian, yang sesuai dengan pekerjaan mekanik tersebut.

9.2.2.6. Surat Ijin Pekerjaan Radioaktif.

Pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan X-Ray atau sumber zat radioaktif, harus dilengkapi dengan surat ijin. Peraturan tentang pekeijaan radioaktif mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 11 Th 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi dan Keputusan Diren BATAN No.24/DJ/11 /1983 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

9.2.2.7. Pemisahan Jenis Pekerjaan.

Sering terjadi diperlukan beberapa surat ijin kerja yang melakukan satu pekerjaan secara menyeluruh. Hal ini sangat penting, karena satu ijin kerja hanya dikeluarkan untuk satu jenis pekerjaan tertentu saja, seperti surat ijin masuk hanya merupakan ijin memasuki ruangan tertutup saja, sedangkan untuk pekerjaan lainnya harus dilengkapi dengan ijin kerja yang sesuai pula.

9.2.2.8. Pekerjaan Rutin Yang Tidak Termasuk Kategori Diatas.

Ada beberapa kelompok pekerjaan biasa yang rutin, dimana sistim surat ijin kerja seperti tersebut diatas tidak diperlukan. Mengingat tidak mungkin untuk memberikan daftar lengkap dari setiap jenis pekerjaan, maka contoh-contoh seperti tersebut dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk pekerjaan-pekerjaan rutin yang tidak memerlukan surat ijin kerja

1. Mengencangkan Flange pipa dan sambungansambungan. 2. Menyetel semua mesin dan kerangan. 3. Menukar/mengganti filter dan bola lampu.

9.2.2.9. Asset Perusahaan Diluar Daerah Terbatas.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 12 / 61

Ada lokasi diluar daerah terbatas (Instalasi/Depot/DPPU/ SPBU) yang karena sifat konstruksi instalasinya ataupun isinya mudah terbakar, maka pengawasan perlu dilakukan didaerah tersebut. Perluasan aspek pengawasan ini sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya kebakaran yang serius, seperti pada tempat penimbun yang berada di luar daerah terbatas atau pekerjaan yang dilakukan pada jaringan pipa diluar pagar (Instalasi/Depot/DPPU/SPBU). Dalam hal ini penafsiran manajemen berdasarkan pada perhitungan sumber bahaya khusus untuk setiap jenis persoalan.

9.2.2.10. Tata Cara Pengeluaran Surat Ijin Kerja.

Surat ijin kerja dikeluarkan oleh bagian berwenang dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, dan diberikan kepada yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut.

Tanggung jawab untuk mendapatkan tanda tangan yang diperlukan surat ijin kerja, berada pada bagian yang berwewenang didaerah dimana pekerjaan perbaikan akan dilaksanakan.

Semua petugas yang terlibat menandatangani surat ijin kerja harus melakukan pemeriksaan sendiri ditempat dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan, untuk memastikan kondisi dan syarat kerja seperti yang dinyatakan dalam surat ijin telah benar-benar dilaksanakan. Apabila pejabat yang diberi otorisasi untuk menanda tangani surat ijin kerja tidak berada ditempat, maka yang berhak menanda tangani surat ijin kerja tidak secara otomatis turun kepada pejabat sementaranya.

Kondisi dan syarat yang ditentukan harus mencakup semua tindakan pencegahan khusus, seperti pakaian pelindung, alat bantu pernafasan, alat keselamatan dan lain-lain. Tanggal dan waktu berlakunya surat ijin kerja harus selalu dinyatakan dengan jelas.

Sepanjang masa berlaku surat ijin kerja, bagian yang berwenang di daerah, bertanggung jawab untuk menjamin bahwa kondisi dan syarat yang telah ditentukan dipenuhi sebagaimana mestinya.

Apabila telah terjadi perubahan syarat kerja yang diharuskan dan dapat mempengaruhi keselamatan kerja, maka hal ini adalah menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan untuk memintakan perhatian kepada pengawas daerah.

Sebaliknya yang merupakan tugas pelaksana pekerjaan, maka pengawas di daerah berkewajiban melakukan pengawasan terus menerus, untuk menjamin kondisi dan syarat-syarat yang dinyatakan dalam surat ijin kerja selalu terjaga.

Setiap saat masa berlaku surat in kerja dapat dibatalkan oleh bagian yang berwenang atau pengawas di daerah, bila kondisi tempat kerja dianggap tidak aman.

Tidak seorangpun diperbolehkan memasuki tangki atau ruangan tertutup lainnya tanpa memakai alat keselamatan yang sesuai, sampai tangki atau ruangan tertutup tersebut telah aman untuk dimasuki.

9.2.2.11. Persiapan Di Tempat Kerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 13 / 61

Bagian operasi yang mengeluarkan surat ijin kerja bertanggung jawab untuk menjamin lokasi kerja serta peralatan yang disebutkan didalam surat ijin kerja tersebut telah benar-benar dipersiapkan dalam hal pencegahan kecelakaan, kebakaran, pencemaran, peledakan atau paparan gas-gas beracun.

Tindakan pencegahan tersebut harus meliputi antara lain:

1. Melepaskan hubungan.

2. Mengisolasi hubungan dengan peralatan lain, seperti dengan menggunakan sorokan atau memasang flange buta pada ujung pipa tersebut.

3. Mengosongkan atau membebaskan peralatan dari bahan atau gas-gas yang lain.

4. Menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar.

5. Menutup semua selokan, saluran pembuangan dan bak kontrol yang berada dalam jarak 15 meter dari lokasi pekerjaan.

6. Menentukan persvaratan pencegahan dan proteksi terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran.

7. Menentukan tempat peralatan/mesin las pada posisi vang aman.

8. Melakukan pemeriksaan gas dan lain-lain.

9. Mengisolasi atau memutuskan aliran listrik.

Dengan ketentuan bagian operasi atau pengawas daerah berada dilokasi pekerjaan, jika pekerjaan yang diijinkan akan dilakukan. Hal ini penting, terutama bila pekerjaan dimulai beberapa jam setelah ijin kerja dikeluarkan, untuk meyakinkan tentang kemungkinan terjadinva perubahan kondisi ditempat tersebut tidak terjadi.

9.2.2.12. Pemisahan Peralatan.

Jika peralatan Instalasi/Depot/DPPU dipindahkan atau diangkat untuk dilakukan perbaikan diluar lokasi, harus dicantumkan dalam surat ijin kerja tentang pembersihan dan pembebasan gas yang harus dilakukan sebelum peralatan tersebut dipindahkan atau diangkut, sehingga bahaya akan terhindar dalam penanganan selanjutnya.

Apabila peralatan telah dipindahkan, bidang teknik atau pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas kondisi peralatan tersebut telah aman setiap pekerjaan akan dimulai.

9.2.2.13. Pengawasan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 14 / 61

Pengawasan adalah suatu kegiatan pengamatan dan pemantauan yang pada umumnya dilakukan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan atau pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapai hasil seperti yang direncanakan.

Tujuan dari pada pengawasan adalah untuk mencegah atau memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, hambatan-hambatan, gangguan-gangguan serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja, yang dapat menimbulkan kerugian baik manusia maupun peralatan atau material, yang mungkin terjadi atau yang telah terjadi.

Dengan demikian sasaran atau tujuan kegiatan dapat tercapai sesuai dengan rencana.

9.2.2.14. Pengawasan Dari Aspek Teknis.

Pengawasan secara teknis adalah suatu langkah untuk pengamatan dan pemantauan hasil kerja yang sebenarnya dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam kontrak (bestek), serta mengawasi kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan secara teknis sehingga penyimpangan tersebut dapat dicegah sedini mungkin. Dengan adanya pengawasan yang akurat maka dapat tercapai hasil kerja yang optimal.

Pengawasan meliputi

1. Pengawasan mutu pekerjaan, standarisasi dan penggunaan material/barang serta tenaga kerja.

2. Pengawasan penggunaan alat-alat kerja dan prosedur kerja serta waktu.

9.2.2.15. Pengawasan Dari Aspek K3LL.

Kegiatan pemeliharaan, penambahan dan perubahan serta inspeksi harus direncanakan dan dilaksanakan oleh petugas yang dapat menjamin bahwa pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan aman.

Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut maka para pelaksana pekerjaan harus memahami peraturan-peraturan yang berlaku.

Masing-masing penanggung jawab sektor kegiatan berkewajiban memberikan bimbingan, saran-saran pengarahan kepada para pelaksana pekerjaan, agar tercapai dengan aman/selamat baik mengenai orang, alat dan lingkungannya.

Pengawasan meliputi

1. Pengawasan mengenai penggunaan lokasi kerja serta memblokir area pekerjaan (bebas dari gas)

2. Prosedur penggunaan alat-alat/mesin yang digunakan.

3. Prosedur kerja yang aman dan selamat.

4. Memantau lingkungan yang aman.

5. Pengawasan akan bahaya-bahaya kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan yang mungkin timbul.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 15 / 61

6. Dapat menanggulangi bahaya kecelakaan, kebakaran dan pencemaran

lingkungan.

7. Mengawasi prosedur-prosedur kerja dan perijinan yang berlaku.

8. Adanya sistim komunikasi yang baik antara pekerja dan pengawas.

9. Sistem pelaporan yang akurat baik mengenai pekerjaan, kecelakaan kerja, kebakaran, pencemaran dan lindungan lingkungan dan lain- lain.

10. Penyediaan alat-alat keselamatan kerja dan penanggulangan bahaya kebakaran.

9.2.3. Pemberian Ijin kerja Aman

a. Pekerjaan-pekerjaan konstruksi, perbaikan atau perawatan, pembongkaran atau perubahan fasilitas tidak boleh dilakukan didalam Instalasi/Depot tanpa ijin/persetujuan tertulis Kepala Instalasi/Depot atau pejabat yang dikuasakannya. Didalam semua hal, terkecuali untuk pekerjaan rutin atau yang tidak menimbulkan bahaya, ijin tersebut supaya diberikan secara tertulis didalam formulir (form) ijin untuk melakukan pekerjaan, seperti yang sudah dimiliki oleh Pertamina, atau bentuk lainnya yang dapat diterima.

Surat ijin supaya menyebutkan secara jelas

(1) Item khusus diatas atau didalam peralatan, atau bagian dari lingkungan usaha (premises) yang akan dikerjakan.

(2) Pekerjaan yang diijinkan.

(3) Semua kondisi yang diamat-amati, misalnya: penyekatan (isolasi), pengujian gas, pemakaian pakaian pelindung atau alat pernafasan, pencegahan bahaya kebakaran

Layout formulir perijinan supaya dilengkapi dengan lajur pemeriksaan (check list), memberikan si pemberi ijin, tata cara prosedur untuk pertimbangan dan ketetapan semua kondisi yang diperkirakan akan timbul dan di pemakai mempunyai kesempatan melakukan pemeriksaan yang sama.

b. Cara pemberian ijin supaya dikaitkan dengan bebas gas atau sertifikat-sertifikat lainnya yang mungkin diperlukan untuk meliputi tindakan-tindakan pencegahan yang khas (spesifik) yang terdapat pada perijinan. Pekerjaan panas, masuk kedalam tangki atau bejana adalah contoh pekerjaan yang memerlukan pengujian untuk kondisi bebas gas dan perijinan supaya menunjukkan keharusan untuk sertifikat bebas-gas.

Pengujian bebas-gas menyatakan kondisi pada waktu pengujian dilakukan dan pengujian ulang, bila perlu, supaya dijadikan persyaratan didalam perijinan. Pengujian konsentrasi uap dan mengeluarkan sertifikat bebas-gas supaya dilakukan oleh orang yang berkompeten saja.

c. Sertifikat lainnya mungkin diperlukan didalam kaitannya dengan perijinan, misalnya untuk menutup galian, mengisolasi tenaga listrik dari peralatan mekanik atau listrik, penggunaan sumber radiasi, semuanya supaya disebutkan satu persatu pada perijinan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 16 / 61

9.2.4. Lingkup Perijinan. a. Untuk pekerjaan yang rutin atau yang tidak membahayakan dan tidak

memerlukan ijin, supaya tetap dilakukan pengawasan yang efektif utnuk membiasakan bertindak aman didalam pekerjaan.

Beberapa daerah terbuka, eg, bengkel didalam Instalasi / Depot dapat dinyatakan sebagai daerah dimana pekerjaan panas atau yang melibatkan sumber api dapat dilakukan tanpa ijin, luas daerah yang ditentukan supaya diberi tanda pembatasan yang jelas dilantai/ditanahnya.

b. Pada bagian lainnya didalam Instalasi/Depot diperlukan perijinan untuk semua pekerjaan yang mungkin membahayakan atau dapat menimbulkan bahaya, pekerjaan tersebut antara lain:

(1) Masuk kedalam ruang tertutup, seperti tangki/bejana.

(2) Bekerja didalam Instalasi/Depot yang melibatkan pekerjaan panas atau menggunakan sumber api lainnya, mobile internal combustion engines, kompresor dan lampu listrik portable dengan kabel yang terseret (kabel panjang).

(3) Bekerja didalam atau dekat dengan daerah berbahaya didaerah terbuka atau didalam bangunan.

(4) Bekerja didalam, diatas atau didekat tangki, bejanan, jalur pipa, peralatan atau fasilitas-fasilitas penanganan minyak lainnya atau didalam lubang, saluran air atau parit pengeringan (drains).

(5) Penggalian-penggalian.

(6) Pekerjaan pada saluran listrik, distributor dan peralatan.

9.2.5. Prosedur sebelum Mengeluarkan Perijinan. a. Sebelum perijinan dikeluarkan, orang yang bersangkutan yang akan

menanda-tangani, supaya yakin (puas diri), bahwa kondisi dilapangan (site), didalam bangunan atau peralatan yang bersangkutan adalah aman untuk kerja yang akan dilakukan, dan semua tindakan pencegahan yang diperlukan telah tercakup semua oleh perijinan.

b. Kondisi keselamatan yang dimasukkan akan tergantung pada besarnya / luasnya pekerjaan panas, sumber api atau kemungkinan lain dari pekerjaan yang membahayakan, kemungkinan lolosnya produk atau uap yang mudah menyala, terlalu dekat dengan daerah berbahaya dan kegiatan yang dilakukan di Instalasi/Depot. Pertimbangan dari unsur-unsur ini telah dibantu dengan check list (daftar pengujian) pada formulir perijinan.

Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan, bila perlu pada dasar-dasar yang berkelanjutan, sepanjang masa (periode) pekerjaan, adalah

(1) Pengosongan, membuang tekanan dan melepaskan tangki, bejana, peralatan, jalur pipa. Produk yang ada supaya ditampung dan dibuang secara aman.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 17 / 61

(2) Penglsolasian dari sumber cairan, gas, sistem bertekanan yang

mudah menyala, panas atau membahayakan. Pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan cara melepaskan dan blanking jalur pipa atau menyelipkan spades; tidak boleh percaya pada penempatan kerangan yang tertutup.

(3) Pemisahan dari sumber-sumber radiasi.

(4) Pemisahan dari tenaga listrik, termasuk pelepasan semua cathodic protection yang ada.

(5) Pemisahan dari tenaga mekanik

(6) Pembebasan dari sisa-sisa gas yang tertinggal setelah peralatan dikosongkan.

(7) Penempatan yang aman bagi peralatan las atau yang lainnya, yang akan dipakai didalam melaksanakan pekerjaan.

(8) Pentanahan (earthing) peralatan las listrik, nozzles serta saluran pipa uap, angin dan air yang akan dipakai didalam pekerjaan.

(9) Letak (lokasi) jalur tegangan listrik udara atau bawah tanah, jalur pipa produk, khususnya bila menggali, menggunakan crane atau peralatan mekanik lainnya.

(10) Persediaan fasilitas penanggulangan kebakaran dan perlu tidaknya penjaga kebakaran yang selalu siaga (stand by)

(11) Pemasangan tanda peringatan disekeliling lahan pekerjaan (site)

9.2.6. Mengeluarkan Perijinan. Perijinan tidak dikeluarkan sampai Kepala Instalasi/Depot atau wakilnya yang dikuasakan yakin bahwa semua faktor yang terkait diuji, kondisinya dicatat pada perijinan dan perintah untuk pekerjaan sudah diberikan. Orang yang mengatur pelaksanaan pekerjaan supaya ikut menandatangani perijinan tersebut sebagai pernyataan bahwa pekerjaan yang diijinkan saja yang akan dikerjakan dan semua kondisi pada perijinan akan diperhatikan secara sungguh-sungguh.

9.2.7. Masa Berlakunya Perijinan. a. Masa berlakunya perijinan supaya dinyatakan dengan jelas, mungkin

untuk waktu yang terbatas seperti perbaikan tangki, dimana perlu diadakan pengujian bebas gas yang berulang kali, atau untuk ketentuan pembatasan pemakaian peralatan mekanik atau listrik yang mobile, atau pekerjaan panas, bilamana gerakan produk dapat menimbulkan konsentrasi uap minyak.

b. Pada saat pekerjaan selesai, perijinan dikembalikan kepada yang mengeluarkannya dengan dibubuhi tanggal dan jam perijinan diserahkan kembali dan ditandatangani kedua belah pihak, oleh yang mengeluarkan dan orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 18 / 61

9.2.8. Pembatalan Perijinan. Apabila salah satu dari kondisi yang ditetapkan perijinan tidak dapat dipenuhi, semua kegiatan pekerjaan supaya dihentikan dan perijinan supaya diserahkan untuk dibatalkan / ditangguhkan. Pengujian ulang semua kondisi dan langkah-langkah pembetulan yang diperlukan supaya dilakukan sebelum perijinan diterbitkan kembali.

9.2.9. Pemindahan Peralatan Ke Bengkel atau Keluar Instalasi / Depot. Bila peralatan akan dibawa kembali ke bengkel, ketempat usaha kontraktor atau ketempat lainnya diluar instalasi/Depot, perijinannya supaya menyebutkan pembersihan dan/atau pembebasan gas yang harus dilakukan sebelum pengangkutan, penyimpanan atau pekerjaan mulai dilaksanakan, agar tidak menimbulkan bahaya ditempat penanganan berikutnya. Bila peralatan seperti itu akan dipindahkan, pengawas yang bertanggung jawab untuk memindahkan atau mengirimnya supaya benar-benar yakin pembersihan dan pembebasannya sesuai dengan yang sudah digariskan dan aman ditangani didalam perjalanan.

Supaya ditempeli dengan petunjuk pencegahan selanjutnya yang diperlukan untuk mencegah timbuinya kebakaran atau keracunan bila dilakukan pekerjaan panas. Bila tidak ada tanda tangan dan tanggal pengiriman pada instruksi tersebut, bengkel atau tempat kerja yang dituju supaya menolak / mengembalikannya.

9.2.10. Pekerjaan Perawatan dan Perluasan. 1. Perkiraan Luasnya Bahaya

Bila pekerjaan perawatan, perbaikan atau perluasan dilakukan didalam Instalasi/Depot yang sudah beroperasi, supaya memperhitungkan dengan teliti kemungkinan luasnya bahaya, dengan mempertimbangkan

a. Pengaruh (efek) pekerjaan itu sendiri dan sumber api didalam kondisi biasa dan luar biasa, atau kecelakaan.

b. Kegiatan penanganan minyak yang dilakukan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, menglirnya produk atau uapnya yang memasuki daerah dekat pekerjaan.

c. Cuaca, kelembaban, arah angin, tinggi-rendahnya lahan kerja, dan diperolehnya bantuan bila terjadi keadaan darurat.

Kondisi keselamatan yang termasuk didalam perijinan merupakan cermin/bayangan perkiraan luasnya suatu resiko.

2. Jarak Aman (Safety Distances) Tidak mungkin menentukan jarak aman yang tepat selama hal ini akan tergantung pada perkiraan luasnya bahaya dan tersedianya sarana yang dapat digunakan pada keadaan darurat. Bagaimanapun juga, jarak aman sekurang-kurangnya 15 m dari tangki, lapangan tangki, fasilitas

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 19 / 61

bongkar/muat kapal, mobil tangki, RTC dan drum, dan tempat dimana pekerjaan panas diijinkan. Dalam hal fasilitas penanganan produk class II (1) atau III (1) petroleum, jarak ini dapat dikurangi sampai 6 m.

3. Pekerjaan panas didalam atau dekat dengan derah berbahaya. Pengujian dan perlindungan khusus berikut ini mungkin diperlukan sebagai tambahan yang dinyatakan didalam butir (Vlll) (3) diatas.

a. Pekerjaan panas tidak diijinkan didalam daerah berbahaya sampai udara yang berbahaya disingkirkan. Hal ini mungkin sampai menunda untuk sementara gerakan produk dengan menghentikan kegiatannya (operations), menutup atau mengalihkan sumber cairan atau uap.

b. Walaupun udara yang membahayakan tidak ada di luar daerah berbahaya didalam keadaan biasa atau luar biasa, kemungkinan terjadinya bahaya dapat terjadi, e.g. kecelakaan atau kegagalan peralatan. Bila menentukan kondisi khusus untuk ijin kerja didalam atau dekat daerah berbahaya, perhatian supaya ditujukan pada kemungkinan maksimum luas daerah berbahaya bila terjadi kecelakaan kecil atau besar yang tidak dikehendaki disekitarnya dan bergerak mendekati daerah dimana pekerjaan akan dilakukan, prosedur yang disarankan didalam butir (IX) (2) supaya diikuti. Sama halnya bila luas tempat kerja sedemikian rupa, bila terjadi kebakaran atau kecelakaan dapat mempengaruhi bangunan atau fasilitas, atau merupakan sumber api yang dapat berpindah kedalam daerah berbahaya.

Sumber api atau pekerjaan panas dapat meningkatkan suhu produk dass II atau III petroleum diatas flash point-nya. Pengujian dengan "Combustible gas indicator" tidak cukup untuk menetapkan apakah kondisi tersebut aman. Penggunaan panas dapat menguapkan minyak yang terdapat didalam sisik karat, sambungan atau permukaan film dan menghasilkan uap yang mudah menyala.

4. Tindakan pencegahan kebakaran Bila akan melakukan pekerjaan panas di daerah lain dari yang sudah ditentukan, lihat butir (VII) (2) (a) diatas, supaya melakukan tindakan pencegahan khusus terhadap kebakaran. Dapat berupa penambahan alat pemadam api, mendinginkan tangki didekatnya, menyingkirkan atau membasahi bahan yang dapat terbakar. Menempatkan pengawas yang selalu siaga dan cepat bertindak didalam keadaan dini.

9.3.0. PEMBINAAN DAN PELATIHAN 9.3.1. Pentingnya Latihan. 1. Pentingnya latihan yang baik untuk semua personil, termasuk staf pengawas,

operator instalasi/depot dan pengemudi kendaraan untuk menjamin efisiensi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 20 / 61

pekerjaan yang dilakukan dengan resiko yang rendah dan mampu mengambil tindakan didalam keadaan darurat, akan dihargai sekali.

Latihan pada pekerjaan atau "on the job" trainning saja, belum cukup, dan perlu dilengkapi dengan program latihan formal yang terkoordinir baik. Disarankan agar anggota staf yang senior supaya bertanggung jawab langsung atas keberhasilan program latihan yang dimasukkan. Sementara itu, semua pendatang baru supaya dilatih dengan sungguh-sungguh, jangan melupakan latihan-latihan penyegaran untuk anggota staf yang sudah ada.

2. Supir kendaraan yang dipekerjakan oleh agen distributor atau kontraktor angkutan yang memuat atau menurunkan muatannya di Instalasi/Depot supaya pernah mengikuti program latihan, untuk menjamin bahwa mereka juga berkemampuan, mengerti bagaimana menggunakan fasilitas-fasilitas Instalasi/Depot dengan benar dan baik, dimana mereka akan terlibat kerja, dan mengambil tindakan didalam keadaan darurat.

9.3.2. Personil Yang Musti Dilatih. 1. Kursus-khusus latihan yang semustinya diselenggarakan untuk masing-

masing tingkat personil sebagai berikut

a. Pengawas

b. Operator

c. Pengemudi

2. Latihan supaya diberikan kepada semua personil yang mengunakan fasilitas Instalasi/Depot, dengan pelatihan khusus memberikan pelajaran kepada mereka cara mengoperasikan yang aman (safe methods of operation) dan mengambil tindakan yang baik dan benar didalam keadaan darurat.

9.3.3. Bahan Pelatihan. Supaya tersedia diagram tangki-tangki penimbunan, jalur jalur pipa dan sarana pelayanan darurat yang baik dan dengan jelas menunjukkan penempatan semua kerangan penutup, jalan masuk, hydrant kebakaran, foam inlets, tempat dan jenis alat pemadam kebakaran, switch-box pemutus listrik, life lines, life belts, titik pertolongan pertama dan telepon.

9.3.4. Subjek Latihan (Training Subjects). Personil supaya dilatih secara menyeluruh didalam semua segi tugas yang dilakukannya. Selama khusus/latihan ini yang meliputi semua produk yang ditangani di Instalasi/Depot tersebut, sebagai tambahan dari latihan teori, disarankan supaya diberikan juga waktu yang singkat untuk kerja praktek dibawah pengawasan. Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya, perlu agar personil diberikan pengertian alasan-alasan apa dibalik segala ragam macam peraturan kerja (procedures). Melakukan kerja dengan aman yang berkaitan dengan kegiatan kerja (operations) yang khusus akan diliput secara rinci didalam bagian lain dari uraian ini dan bila diperlukan, butir khusus berikut ini suspaya dimasukkan didalam program-program latihan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 21 / 61

9.3.4.1. Properties (Sifat-Sifat Produk Minyak). Pengetahuan perbendaharaan dan sifat-sifat produk yang ditangani, bahaya-bahaya yang ditimbulkannya, termasuk flammability, keracunan, listrik statik, switch loading dan bagaimana cara mencegah atau mengurangi bahayabahaya tersebut.

9.3.4.2. Law (Hukum). Undang-undang, sejauh yang ada kaitan dan pengaruhnya pada masing-masing tugas dan tanggung jawab, undang-undang dan peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan penimbunan dan penanganan produk-produk di Instalasi/Depot, dan untuk pengemudi (sopir), peraturan-peraturan pengangkutan minyak dan undang-undang lalu lintas umum.

9.3.4.3. Movement Of Transport (Gerakan Pengangkutan). Penyandaran dan penanganan kapal, penempatan dan penanganan mobil tangki dan RTW di Instalasi/Depot.

9.3.4.4. Loading and Discharging (Pengisian dan Pembongkaran). Cara-cara / keterampilan (techniques) pengisian dan pembongkaran kapal, mobil tangki, RTW dan perlindungan keselamatan yang harus dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kebocoran dan tumpahan.

9.3.4.5. Driver Instruction (Bimbingan untuk Pengemudi) Kecakapan (skill)khusus yang melibatkan penanganan semua jenis mobil tangki dan peralatan periengkapannya.

9.3.4.6. RTW Movements (Gerakan RTW). Pencegahan yang berkaitan dengan gerakan RTW dan keterampilan melangsir. Supaya paham dengan peraturanperaturan yang ada kaitannya dengan pengusaha perkeretaapian.

9.3.4.7. Storage Tank Operation. Tindakan pengamanan supaya dilakukan bila mengambil ukuran, mengisi atau mengosongkan. Kemahiran gas freeing dan membersihkan supaya dipahami, walaupun pekerjaan tersebut dilakukan oleh kontraktor khusus (spesialist).

9.3.4.8. Keselamatan dan Kesehatan Personil. Mutu pakaian pelindung dan pelindung kaki, topi pengaman, sarung tangan, pelindung mata dan sebagainya, bila diperlukan. Menggunakan krim pencegah bila diperlukan,

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 22 / 61

mencuci seperlunya dengan menggunakan sabun dan air yang memadai setelah selesai bekerja. Cara memerintah yang benar didalam penanganan dan pengangkatan.

9.3.4.9. Pesonal Injury (Cedera Personil) Latihan supaya memasukkan tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi kecelakaan yang melibatkan cedera pada personil dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan bantuan pertama, pelayanan pengobatan dan ambulance.

9.3.4.10. Latihan (Exercises) Latihan keadaan darurat berdasarkan kejadian simulasi (pura-pura) supaya dilakukan dengan mengikut sertakan pelayanan umum (public services), akan mengenalkan semua yang terlibat dengan peralatan dan keterampilan/techniques yang diperlukan untuk menanggulangi kondisi darurat.

9.3.5. Dokumen Latihan (Training Records). 1. Dokumen/catatan latihan supaya dirawat, menunjukkan tanggal bilamana

personil dinilai cakap (proficient) didalam berbagai pekerjaan yang diserahkan kepadanya. Dokumen tersebut supaya menunjukkan pula keterampilan (techniques) baru dan dalam mengoperasikan peralatan baru bila sedang melakukan pengembangan.

2. Bentuk dokumen (form or records) berikut ini cukup berfaedah

a. Catatan/dokumen (record) didalam berkas pribadi (individual file) masing-masing personil.

b. Gambaran menyeluruh (overall chart) yang menunjukkan latihan semua personil yang dikerjakan di Instal asi/Depot.

c. Catatan dokumen jadwal perputaran latihan staf untuk menjamin flexibilitasnya.

9.3.6. Dokumen Latihan (Training Records). Disarankan untuk menggunakan jenis instruksi operasi (type of operation instructions) seperti dibawah ini untuk melatih operator dan pengemudi di Instalasi/Depot yaitu

1. Panduan Instruksi singkat atas pokok-pokok penjelasan (information) yang umum untuk Instalasi/Depot.

2. Operating Manual yang khusus untuk pengoperasian tempat usaha (plant) dan peralatan, untuk yang tetap (fixed) dan mudah dipindahkan (mobile), untuk menghadapi besarnya tingkat kesemrawutan apa saja.

9.4.0. BAHAN KIMIA BERBAHAYA

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 23 / 61

9.4.1. PENGGOLONGAN BAHAYA BAHAN KIMIA. Secara umum bahan-bahan kimia berbahaya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya

9.4.1.1. Bahan Kimia Beracun (Toxic). Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan

manusia atau penyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh karena tertelan, lewat pernapasan atau kontak lewat kulit.

9.4.1.2. Bahan Kimia Korosif (Corrosives). Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan

apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.

9.4.1.3. Bahan Mudah Terbakar (Flammable Substance). Yakni bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan

kebakaran.

9.4.1.4. Bahan Peledak (Explosives). Adalah suatu zat padat, atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi sehingga menimbulkan kerusakan di sekelilingnya.

9.4.1.5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidator Agents). Adalah suatu bahan kimia, yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat

menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

9.4.1.6. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive substances) Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan

mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

9.4.1.7. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive substances) Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan parias dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun atau korosif.

9.4.1.8. Gas Bertekanan (Compressed Gases). Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan, maupun gas

cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9.4.1.9. Bahan Radioaktif (Radioactive substance). Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar-sinar

radioaktif lebih besar dari 0.002 microcurie/gram.

9.4.2. IDENTIFIKASI. 9.4.2.1. Semua bahan kimia harus dilengkapi dengan label yang ditempatkan pada

kontainer atau wadahnya yang berfungsi untuk mempermudah identifikasi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 24 / 61

bahaya dan memberikan informasi tentang cara penyimpanan, penanganan dan transportasinya.

9.4.2.2. Dalam penerimaan bahan kimia fungsi yang bertugas menerima barang agar memeriksa kelengkapan label pada bahan tersebut (ada / terpasang pada kontainer atau wadahnya) serta kelengkapan MSDS dari bahan kimia tersebut.

9.4.3. PENANGANAN BAHAN KIMIA. Setiap Unit PDN harus menyiapkan Tata Kerja Organisasi sehingga penanganan bahan kimia dapat dilakukan secara baik, yaitu mulai dari perencanaan, pembelian, pemakaian sampai dengan pembuangan bahan kimia tersebut.

9.4.3.1. Setiap orang yang bekerja dengan pekerjaan penyimpanan, pengangkutan atau penyaluran bahan-bahan kimia berbahaya, dan orang yang melakukan pengoperasian, dan perbaikan peralatan yang berisi bahan kimia berbahaya harus diberikan pemahaman melalui pelatihan tentang bahaya yang terkandung didalamnya, serta cara pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan

9.4.3.2. Pengawasan yang ketat terhadap penanganan/penggunaan bahan kimia harus dilengkapi dengan sistim ijin kerja (Permit System) yang berlaku di Unit PDN setempat.

9.4.3.3. Langkah-langkah keselamatan yang tepat harus dilaksanakan dan pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya paparan terhadap orang atau peralatan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam MSDS bahan tersebut.

9.4.3.4. Bejana atau bak penampung yang berisi bahan kimia berbahaya yang tidak tertutup, harus dilengkapi dengan pagar pengaman atau alat lain untuk mencegah agar orang tidak jatuh kedalamnya atau terkena percikan bahan tersebut. Jembatan penghubung yang menyeberangi bejana atau bak penampung, harus memiliki pegangan dan tapakan.

9.4.3.5. Semua bahan kimia harus dibuatkan tempat pembuangannya sesuai ketentuan yang berlaku.

9.4.4. SIFAT BAHAN KIMIA. 9.4.4.1. Sebelum sesuatu bahan kimia dipakai untuk pertama kalinya,

komposisi dan sifat bahan kimia tersebut harus diketahui dan dievaluasi oleh bidang Teknik, Kesehatan dan K3LL untuk menentukan potensi bahaya terhadap manusia.

9.4.4.2. Data lengkap tentang sifat fisik bahan dan bahaya kebakaran yang mungkin timbul, harus diberikan kepada semua eselon yang berhubungan dengan penyimpanan, penanganan dan pengangkutan bahan kimia berbahaya tersebut, serta menyebutkan tentang jenis peralatan pelindung yang sesuai yang harus dipakai serta sarana pertolongan pertama yang diperlukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 25 / 61

9.4.5. PENYIMPANAN BAHAN KIMA BERBAHAYA. 9.4.5.1. Bahan kimia harus disimpan secara terpisah dengan bahan lainnya.

Hanya orang yang diberi wewenang yang dibenarkan masuk ke gudang bahan kimia. Tempat bahan kimia harus diberi label yang menyatakan dengan jelas tentang isi, instruksi pabrik serta persyaratan penyimpanan bahan kimia yang didalamnya

9.4.5.2. Bahan kimia yang dapat / mudah bereaksi tidak boleh disimpan berdekatan.

9.4.5.3. Rak-rak kaca tidak boleh dipakai sebagai tempat penyimpanan bahan kimia berbahaya.

9.4.6. PENGGUNAAN BAHAN KIMIA. 9.4.6.1. Setiap bahan kimia harus didaftar, dicatat dalam bentuk daftar (list)

termasuk lokasi penggunaannya sehingga mempermudah efektifitas pengendaliannya.

9.4.6.2. Sifat bahan kimia yang dipakai pada setiap proses harus sudah diketahui oleh setiap orang yang terlibat sebelum pekerjaan dimulai atau sebelum alat tersebut digunakan. Perhatian khusus harus diberikan untuk mengetahui pengaruh panas, tekanan dan sifat korosinya.

9.4.6.3. Jalur pipa berisi bahan kimia berbahaya dan korosi yang melewati jalan raya, harus diatur sedemikian rupa sehingga bila ada kebocoran tidak mengenai orang yang lewat.

9.4.6.4. Tanda peringatan harus dipasang untuk memberi tahu orang atau pekerja bahwa unit atau daerah itu mengandung bahan kimia berbahaya. Dianjurkan untuk menggunakan tanda-tanda/standard warna yang sudah ditentukan (seperti BS, DIN, NFPA dan sebagainya).

9.4.7. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN. 9.4.7.1. Fasilitas Lapangan Lokasi pengelolaan bahan kimia berbahaya yang berpotensi untuk terjadinya kebocoran harus dilengkapi dengan fasilitas pertolongan pertama seperti pemcuci mata dan bahan.

9.4.7.2. Perawatan. Jika terkena bahan kimia, baik pada mata, muka dan tubuh maka segera mencuci/membilas dengan air yang bersih. Kemudian, menghubungi bagian kesehatan untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

9.4.8. KEADAAN DARURAT (EMERGENCY). Penanggulangan keadaan darurat bahan kimia harus dibuatkan prosedur/pedomannya agar dalam penanganan/penanggulangannya bisa dilaksanakan secara baik, benar dan terkoordinasi.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 26 / 61

9.4.9. LAMPIRAN - Cotoh formulir MSDS berdasarkan standar OSHA.

9.5.0. CARA KERJA AMAN. Dalam melaksanakan pemellharaan atau perluasan Instalasi dan Depot harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut

a. Uraian tanggungjawab yang jelas perlu ditetapkan.

b. Ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang bersifat khusus perlu dibuat.

c. Perintah-perintah / instruksi-instruksi dibuat sesederhana mungkin dan jelas, pengawasan yang ketat perlu ditingkatkan dengan surat iiin kerja bila diperlukan.

d. Kewaspadaan diperlukan untuk menghindarl penyimpangan dari peraturan-peraturan bila orang-orang bekerja di daerah berbahaya atau para pekerja dan pengawas dari pihak kontraktor bekerja di lokasi tersebut.

9.5.1. Ketentuan Umum Dalam Perbaikan, Perubahan Dan Pengujian 9.5.1.1. Rincian Instruksi. Jika perbaikan dan perubahan menyangkut pembongkaran beberapa bagian dari peralatan seperti pompa, kerangan, perpipaan, atau pekerjaan yang dilakukan didalam tangki atau bejana, maka perhatian khusus perlu diberikan kepada semua pihak yang terkait.

9.5.1.2. Tangki dan Bejana (Vessel). Tangki atau bejana yang belum dibebaskan dari gas tidak boleh dimasuki orang untuk maksud-maksud pemeliharaan sekalipun untuk pekerjaan yang tidak berbahaya atau untuk keperluan inspeksi, walaupun telah memakai alat bantu pernapasan.

Apabila petugas terpaksa harus masuk kedalam tangki/ bejana pada kondisi tersebut diatas karena alasan tertentu, maka otorisasi manajemen khusus harus diberikan dan prosedur untuk bekerja didalam ruangan tertutup dan berbahaya harus diikuti.

Seorang pengamat harus ditempatkan diatas lubang lalu orang (man hole) selama pekeijaan berlangsung agar dapat mengambil tindakan yang cepat dan cepat atau memanggil/meminta bantuan apabila petugas yang ada didalam ada yang pingsan atau bahaya lain yang menimpa petugas. Pengamat dan petugas penolong harus dilengkapi dengan peralatan perlindungan yang memadai agar tidak terjadi korban selama kegiatan penyelamatan.

9.5.1.3. Pekerjaan Panas (Hot Work) Atau Pekerjaan Berbahaya

Pekerjaan tidak boleh dimulai didalam tangki atau bejana yang menyimpan minyak bumi atau produk minyak sebelum dikosongkan, dibersihkan dan dibebaskan dari gas dan telah mendapat penegasan bahwa tidak terjadi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 27 / 61

kekurangan oksigen didalam tangki/bejana dan tidak akan timbul uap produk pada saat pekerjaan panas dilakukan, untuk ini perlu mengacu pada prosedur tentang bekerja didalam ruangan tertutup dan berbahaya, juga prosedur tentang pembebasan gas dan pembersihan tangki.

Jika pekerjaan perbaikan yang menyangkut pekeijaan panas didalam tangki diperlukan pada plat logam yang di las dari tangki pendam atau setengah pendam atau pada plat dasar tangki diatas tanah, perlu dibuatkan lubang dengan bor secara hati-hati pada kondisi pekerjaan dingin (cold work) dan gas test perlu dilakukan.

Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa tidak ada gas atau produk yang terperangkap diantara plat-plat tangki dan pondasi tangki sebelum diijinkan untuk memulai pekerjaan panas.

9.5.1.4. Tangki Yang Berisi Kerak (Hard Deposit).

Bila suatu tangki berisi kerak harus dibuang atau dibersihkan dengan proses chipping, surat ijin yang bersangkutan harus menjelaskan bahwa permukaan tangki harus selalu dalam keadaan basah selama pekerjaan berlangsung.

9.5.1.5. Tabung Oksigen Dan Gas Yang Mudah Terbakar

Tabung oksigen.dan gas yang mudah terbakar tidak boleh dibawa masuk kedalam tangki.

Pipa penghembus (blow pipe) dan slang apabila tidak dipakai harus dikeluarkan dari dalam tangki, karena kebocoran-kebocoran yang kecil dari gas oksigen atau gas yang mudah terbakar dalam ruang tertutup dapat membuat suasana lingkungan menjadi berbahaya.

9.5.1.6. Pekerjaan Pengelasan.

Jika pekerjaan pengelasan akan dilakukan, harus ada ventilasi yang cukup, agar asap las dapat dikeluarkan sehingga tidak menganggu pernapasan tukang las.

Jika penyediaan ventilasi tidak dapat dilaksanakan, maka tukang las harus memakai topeng yang dialiri udara segar

9.5.1.7. Man Hole (Lubang Lalu Orang).

Lubang lalu orang harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dimasuki orang dengan aman untuk menghindari keeelakaan. Disamping bahaya kebakaran, peledakan, zat cair dan uap beracun dan kekurangan oksigen, perlu diperhatikan pula bahaya-bahaya lainnya seperti jatuh dari man hole, tangga atau platform, tergelincir pada permukaan yang berminyak, terkantuk atau menabrak benda-benda keras didalam tangki yang kurang mendapat penerangan, kejatuhan benda-benda keras seperti swing line dan penggunaan peralatan yang sudah rusak atau kurang sempurna.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 28 / 61

9.5.1.8. Pembersihan Tangki (Tank Deaning).

Apabila pembersihan tangki akan dilaksanakan, maka instruksi- instruksi khusus yang berhubungan dengan pekerjaan ini harus diamati dengan ketat. Untuk keperluan ini harus mengacu pada prosedur pembersihan tangki.

Data mengenai tanggal, bulan dan tahun pembersihan terakhir (pada saat man hole ditutup), serta rencana pembersihan berikutnya harus ditulis dengan jelas pada bagian luar dinding tangki.

Setelah pembersihan dan perbaikan tangki selesai, harus dilakukan pemeriksaan oleh petugas inspeksi, untuk menentukan bahwa tangki tersebut laik atau tidak untuk digunakan sebagai tangki timbun.

Pengelolaan limbah hasil pembersihan tangki harus mengacu pada Surat Keputusan Direktur PPDN tentang pengelolaan Sludge.

9.5.1.9. Pemeliharaan Tank Yard dan Tanggul Kebakaran.

Didalam tank yard terdapat fasilitas parit jebakan minyak, foot path beserta jembatan penyeberangan yang diatur sedemikian rupa, sehingga memenuhi persyaratan untuk menjamin terlaksananya keselamatan kerja.

1. Pemeliharaan tank yard.

Pemeliharaan tank yard harus dilakukan secara rutin dan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat. Rumput yang tumbuh di tank yard harus dipelihara dengan baik dan rapi.

Rumput ini berguna sebagai indikasi dari kebocoran bottom plat tangki atau rembes, karena dengan adanya rumput yang kering tersebut berarti terdapat kebocoran.

Kebersihan tank yard harus terjaga dengan balk, bekas potongan rumput harus segera dibuang jauh dari lingkungannya, sehingga terhindar darl bahaya api kebakaran.

2. Pemellharaan tanggul kebakaran (Bund Wall).

Tanggul kebakaran (Bund Wall) terdiri dari berbagai bentuk konstruksi antara lain a. Konstruksi beton bertulang. b. Konstruksi lapisan tanah yang diperkuat dengan pasangan batu kali dan

beton cor bagian atasnya. c. Konstruksi tanah liat yang dipadatkan dan seluruh permukaannya ditanami

rumput.

Pemeliharaan pada tanggul kebakaran dengan konstruksi beton hampir tidak ada, kecuali bila terjadi keretakan pada.tembok.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 29 / 61

Pemeliharaan bund wall dengan konstruksi tanah liat harus dilaksanakan secara rutin terutama potongan rumput dan jika terjadi longsoran tanah harus segera diperbaiki.

9.5.1.10. PERPIPAAN, POMPA DAN VALVE.

Pemeliharaan perpipaan dimaksudkan untuk melindungi pipa dari proses korosi/karat, sehingga umur pengoperasiannya sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan rutin yang dilaksanakan adalah pengecatan pipa-pipa diatas tanah.

Jika sambungan-sambungan pipa dilepas maka hal yang sangat penting adalah mengosongkan pipa dari cairan yang mudah terbakar yang tersisa sepenuhnya apabila pekerjaan panas akan dilakukan, pembebasan gas dan pembersihan yang cermat terhadap peralatan yang akan diperbaiki atau dimodifikasi perlu dilakukan.

Semua lubang pada peralatan yang terbuka setelah pipanya dilepas harus ditutup dengan sorokan (blank flange) atau sejenisnya.

Khusus untuk sambungan pipa yang tidak dilepas dalam proses peker]aan panas harus dilakukan prosedur dan pengawasan yang lebih ketat. Valve yang tertutup tidak boleh dijadikan jaminan.

Semua cairan yang dikeluarkan dari perpipaan harus dikumpulkan dan dibuang dengan aman dan tidak diperbolehkan untuk dituang diatas tanah atau memasuki sistem penyaluran air limbah.

Apabila terjadi kebocoran pada pipa maka segera diadakan peraalkan/pengelasan, sehingga pipa dapat berfungsi dengan baik.

Pada pencegahan korosi dengan sistim proteksi katodis (Cathodic Protection) maka keadaan logam anodisnya. perlu diperiksa secara berkala dan mengganti dengan yang baru bila sudah habis/rusak.

9.5.1.11. Pemeliharaan Rumah Pengisian Dan Rumah Pompa

Pemeliharaan rumah pengisian dan rumah pompa harus dilaksanakan secara rutin yaitu dengan membersihkannya dari ceceran minyak, dan secara berkala harus dilaksanakan pengecatan ulang sedangkan perbalkan kerusakan-kerusakan ringan pada atap dan talang air harus diperhatikan.

9.5.1.12. PERALATAN LISTRIK.

Petugas yang berwenang (kompeten) harus meyakinkan dirinya bahwa peralatan-peralatan telah diisolasi dari jaringanlrangkaian listrik sebelum pekerjaan pengujian, penyesuaian, pemeliharaan atau pengembangan dimulai. Diupayakan saklar induk atau pemutus arus harus dikunci pada posisi terbuka selama pekerjaan berlangsung, tetapi apabila hal ini tidak dapat dilakukan, maka sekring-sekring perlu dicabut.

Tanda peringatan bahwa pekerjaan sedang berlangsung harus ditempelkan pada "switch gear" atau papan sekring untuk menghindari kecelakaan yang diakibatkan oleh penggunaan switch gear atau penggantian sekring.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 30 / 61

Setelah pekerjaan selesal, pekerja yang berwenang harus membuat pernyataan bahwa peralatan-peralatan yang dipakai (dipandang dari segi mekanik dan electrik serta safety) sebelum dioperasikan lagi dalam kondisi baik.

9.5.1.13. Pencatatan.

Untuk plant atau peralatan yang tertentu jenisnya seperti boiler, bejana tekan, peralatan pengangkat (crance, lifting tackle), peralatan listrik dan alat bantu pernapasan (baik yang menurut peraturan perundangan memerlukan sertifikat hasil uji atau tidak), sistem pencatatan yang bersifat permanen perlu dilakukan terhadap segala macam pengujian, inspeksi dan perbaikan-perbaikan.

Pencatatan harus dilakukan terhadap pembersihan tangki dan perbaikan-perbaikannya.

Pencatatan harus dilaksanakan terhadap hasil inspeksi dan pembersihan “product interceptor" (alat pemisah minyak atau perangkap minyak).

Interceptor harus sering di inspeksi dan diberslhkan agar dapat beroperasi secara effislen.

Log Book perlu disediakan guna mencatat hasil inspeksi dan pembersihan rutin.

9.5.1.14. Pekerjaan Yang Dilakukan Pada Peralatan Yang Sedang Beroperasi.

Perbaikan dan modifikasi terhadap plant dan peralatan yang sedang beroperasi tidak diijinkan kecuali bagi pekerjaan dingin yang tidak berbahaya.

Pekerjaan ini harus dilakukan dibawah pengawasan cukup cermat dan hati-hati misalnya perbaikan atau modifikasi terhadap floating suction, pressure dan vacum vent, floating gauge dan sebagainya. Pekerjaan tersebut tidak boleh dilakukan bila tangki atau beiana sedang diisi / dikosongkan.

9.5.1.15. Pengenalan Terhadap Peraturan Keselamatan.

Petugas yang melakukan pekerjaan pemeliharaan ataupun konstruksi didalam Instalasi atau Depot yang sedang beroperasi atau sedang melakukan pengisian dan penimbunan produk minyak harus benar-benar mengetahui semua peraturan keselamatan yang telah ditetapkan.

9.5.1.16. Perencanaan dan Pengawasan.

Pekerjaan inspeksi, pemeliharaan dan perluasan suatu Instalasi atau Depot harus direncanakan dan diawasi oleh staf yang berpengalaman dan bertanggung jawab, dan harus yakin bahwa semua personal yang terlibat dalam pekerjaan ikut mengamati semua tindakan pencegahan bahaya yang mungkin timbul.

9.5.1.17. Penggunaan Kontraktor Atau Pekerja Lepas.

Pada saat pemeliharaan dan perluasan yang sedang dilakukan, kontraktor atau pekerja lepas sering dilibatkan. Karena orang- orang ini tidak terbiasa dengan tindakan pencegahan bahaya yang diterapkan di perusahaan yang menimbun produk minyak,

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 31 / 61

maka tindakan pencegahan bahaya yang akan diambil harus ditegaskan sebelum pekerjaan dimulai.

Disamping itu pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjamin/meyakinkan bahwa semua tindakan pencegahan bahaya yang relevan telah diamati.

9.5.1.18. Peralatan Yang Dapat Dipindahkan.

Apabila peralatan yang dapat dipindahkan akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pemellharaan dan perluasan, untuk sementara ditempatkan di areal yang berbahaya harus memiliki konstruksi sedemikian rupa, sehingga tidak merupakan sumber penyalaan yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

9.5.1.19. Peralatan Milik Kontraktor.

Peralatan milik kontraktor tidak diijinkan untuk dibawa masuk dan dipergunakan tanpa ijin tertulis dari kepala Instalasi atau Depot atau pejabat yang berwenang

9.5.1.20. Pemagaran.

Pemagaran sementara atau rintangan yang dapat dipindahkan harus disediakan bila diperlukan untuk mencegah masuknya orang atau kendaraan ke areal yang berbahaya.

9.5.1.21. Jalan Menuju Tempat/Kerja.

Lamanya penggunaan kendaraan atau peralatan harus ditetapkan dan dikontrol, terutama didalam areal yang berbahaya dan jalan menuju tempat kerja atau kembali dari tempat kerja harus ditunjukkan dengan jelas.

9.5.1.22. Tanda-Tanda Peringatan.

Tanda-tanpa peringatan yang diperlukan harus dapat dibaca/dilihat dengan jelas.

Tanda-tanda peringatan yang jelas harus dipasang tetap disemua pintu masuk ke Instalasi atau Depot yang melarang masuknya orang-orang yang merokok atau membawa korek api.

9.5.1.23. Keselamatan Dalam Pekerjaan Pemeliharaan dan Perluasan.

Penilaian yang hati-hati terhadap besarnya bahaya harus dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dampak pekerjaan itu sendiri dan besarnya setiap sumber penyalaan pada kondisi normal, kondisi abnormal dan kondisi kecelakaan.

2. Kegiatan penanganan minyak yang sedang dilakukan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang menghasilkan perpindahan atau gerakan produk atau uap produk menuju ke tempat kerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 32 / 61

3. Cuaca, kelembaban, arah angin, peta topografi dari lokasi kerja dan

tersedianya bantuan dalam keadaan darurat.

Persyaratan-persyaratan keselamatan yang dicantumkan dalam surat ijin harus mencerminkan / menggambarkan penilaian besarnya setiap resiko/bahaya yang mungkin timbul.

9.5.2. PERANCAH

9.5.2.1. UMUM

Setiap pekerjaan yang menggunakan perancah harus dilaksanakan sesuai prosedur, dimana perancah yang digunakan harus dirancang dan didirikan dengan seksama serta mempunyai kualitas ketahanan yang baik sehingga pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan perancah dapat dilaksanakan dengan aman.

Pedoman ini bertujuan untuk membantu para Pengawas Operasi, Pemeliharaan dan Pengawasan Keselamatan Kerja dalam melaksanakan tugas pengawasan yang berkaitan dengan penggunaan perancah sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman.

Pedoman ini berlaku untuk semua pekerjaan yang mengunakan perancah yang dilaksanakan di lingkungan Bidang Pemasaran dan Niaga, baik yang dilakukan oleh pihak Pertamina maupun Kontraktor.

9.5.2.2. Tugas dan Tanggung.Jawab

a. Pengawas Operasi dan Pemeliharaan.

Pengawas Operasi dan / atau Pengawas Pemeliharaan bertugas untuk mengawas pelaksanaan dalam mendirikan, merubah, memindahkan, dan membongkar semua perancah yang dilaksanakan di area kerja dalam daerah pengawasannya.

b. Petugas K3LL

Petugas K3LL bertugas untuk memeriksa dan menyetujui rancangan perancah yang sangat tinggi atau panjang, yang melebihi 9 meter oertical atau 15 meter horizontal.

9.5.2.3. Tata Cara Pelaksanaan

a. Umum

1) Setiap platform sementara yang tinggi beserta struktur penyokongannya yang digunakan untuk tempat para pekerja atau penempatan bahan-bahan dianggap sebagai perancah.

2) Mendirikan, merubah, memindahkan, dan membongkar semua perancah harus dilakukan dibawah pengawasan orang yang cakap dan sesuai dengan petunjuk dibawah ini. Penyimpangan dari pedoman berikut harus ditinjau dan disetujui oleh Petugas K3LL.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 33 / 61

3) Perancah harus mampu menopang sekurang-kurangnya empat kali beban

maksimun yang diperlukan.

4) Tempat berpijak perancah harus kuat, kokoh, dan mampu menopang (mendukung) beban maksimum yang diperlukan tanpa terjadinya penurunan atau bergeser.

5) Semua perancah harus diikat pada bangunan, pada setiap interval tidak lebih dari 9 meter horizontal dan 7,5 meter vertical terkecuali menggunakan penopang-penopang.

6) Barang-barang yang diangkat keatas satu perancah harus mempunyai tali pengendali.

7) Pelindung kepala harus disediakan untuk para pekerja diatas perancah yang terpapar terhadap potensi bahaya dari benda-benda diatas pekerja.

8) Perkakas, peralatan, dan barang-barang tidak boleh ditumpuk diatas perancah. Keadaan yang licin harus dibersihkan secepat mungkin.

9) Perancah harus betul-betul rampung seluruhnya sebelum orang-orang selain pekerja yang mendirikan perancah diijinkan untuk memakainya.

10) Penggunaan kawat pengikat harus rapih agar tidak terdapat ujung-ujung yang tajam.

11) Bahan perancah harus diletakkan sedemikian rupa untuk menghindarkan terkena dengan pipa-pipa panas atau bahaya-bahaya lainnya. Dilarang menopangkan perancah pada pipa-pipa operasi / proses.

9.5.2.4. Papan-Papan Perancah

a. Platform harus dilengkapi papan yang menutupi keseluruhan lebarnya kecuali untuk lobang jalan masuk seperti perancah yang terdapat didalam satu bejana.

b. Papan dan tiang-tiang perancah tidak boleh digunakan untuk tujuan lain ; umpamanya, papan-papan yang telah, digunakan untuk alas / penopang kaki alat berat tidak boleh digunakan kembali sebagai perancah.

c. Papan-papan perancah harus memanjang diatas ujung penopang tak kurang dari pada 6" (15 cm) dan tidak lebih dari 12" (30 cm). Papan perancah harus dibersihkan dan diikat sedemikian rupa untuk mencegah gerakan menyamping dan terjungkal. Dimensi minimum papan perancah 5 cm x 25 cm (2" x 10").

d. Jarak antara dua papan yang berdekatan tidak boleh lebih . dari 1" atau 25 mm.

e. Setiap papan perancah harus diinspeksi sebelum digunakan. Jika mata kayu yang terdapat ditengah papan mencapai 25% dari lebar papan maka panah tersebut tidak boleh dipakai lagi.

f. Papan-papan yang pada pinggirannya terdapat mata kayu sebesar atau lebih 12% dari lebar papan harus tidak boleh dipakai. Papan-papan perancah yang retak dan rusak tidak boleh digunakan. Papan harus bebas dari minyak gemuk, oli dan sebagainya.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 34 / 61

g. Panjang rentangan tidak boleh lebih besar dari 3 meter (10 kaki). Bila beban

pada platform lebih besar dari 122 kg/M2 (25 Lb/Ft2), panjang rentangannya harus ditopang pada setiap jarak 3 meter (6 kaki) dan 2,4 meter (8 kaki) tergantung pada beban. Lihat table dibawah ini.

9.5.2.5. Beban Kerja Yang Diijinkan Untuk Papan Perancah

Untuk papan perancah, beban kerja yang diijinkan dapat dilihat pada tebel berikut

Keterangan • Beban-beban terpusat adalah dalam satuan kilogram di tempatkan ditengah rentangan. • Beban tersebar adalah dalam satuan kilogram di tempatkan secara menyebar di sepanjang

rentangan.

Beban-beban tersebut diatas dibolehkan untuk papari yang dalam keadaan baik, bebas dari cacat.

9.5.2.6. Tangga Perancah

a. Tangga atau jalan aman harus disediakan. Tangga-tangga tersebut harus diikatkan pada bangunan untuk mencegah tergelincir.

b. Tak seorangpun diperkenankan naik keatas perancah melalui pipa perancah atau bagian lain, terkecuali dirancang khusus untuk itu.

9.5.2.7. Palang Pengaman

a. Palang pengaman harus dipasang pada sisi-sisi terbuka dan ujung dari platform yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.870 m diatas tanah.

b. Rel-rel pengaman itu tingginya harus antara 90 m dan 105 m diatas platform.

9.5.2.8. Palang Tengah

Span Rentangan Ukuran Nominal Papan (Normal

Plank Size) Jenis Beban

180 cm ((6 feet) 240 cm (8 feet) 300 cm (10 feet)

5 cm x 25 cm (2” x 10”)

Terpusat (Concentrated)

Tersebar (Distributed)

122 kg /M2 (25 LB/F)

34 kg/m2 (7 LB/F)

98 kg/m2 (20 LB/F2)

22 kg/m2 (4,5 LB/F2)

78 kg/m2 (16 LB/F)

11 kg /M2 (2,5 LB/F)

Terpusat (Concentrated)

Tersebar (Distributed)

159 kg/m2 (32,5 LB/F2)

34 kg/m2 (7 LB/F2)

119 kg /M2 (24 LB/F2)

22 kg/m2

95 kg/m2 (20 LB/F)

11 kg/m2 (2,5 LB/F)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 35 / 61

Palang tengah harus dipasang di tengah-tengah antara palang pengaman platform dan ukuran kayu atau sejenisnya sebesar 2,5 x 10 cm. Pipa boleh digunakan untuk palang tengah.

9.5.2.9. Toe Boards

Toe boards yang tingginya tidak kurang 10 cm harus dipasang pada semua sisi perancah yang mempunyai ketinggian lebih dari 240 cm terkecuali daerah dibawah perancah dipasang pembatas untuk mencegah para pekerja agar tidak masuk kedaerah dibawah dan di sekitar perancah.

9.5.2.10. Perancah Beroda

a. Perancah-perancah yang dilengkapi roda harus diinspeksi dan setiap kerusakan yang ditemui harus diperbaiki sebelum digunakan.

b. Perancah-perancah yang dilengkapi roda harus dilengkapi penyokong secara horizontal dan diagonal, dan ketinggiannya tidak boleh melebihi empat kali dimensi lebah dasar yang terkecil.

c. Personil tidak boleh berada diatas perancah sewaktu sedang digeser, hanya barang-barang yang ditempatkan sedemikian rupa boleh ditinggal diatas perancah sehihgga apabila perancah digeser barang-barang itu tidak jatuh.

d. Semua roda perancah harus ditempatkan pada alas yang stabil dan harus dilengkapi dengan alat-alat pengunci.

e. Roda-roda perancah harus dikunci kuat pada tiang perancah.

9.5.2.11. Peringatan Khusus

Mendirikan perancah kurang dari 3 (tiga) meter dari kebelkebel listrik atau peralatan listrik lainnya yang bemuatan tegangan tinggi, maka kabel-kebel yang bermuatan listrik tersebut agar dibalut dengan lapisan isolasi (tutted) atau dimatikan arus listriknya dan dihubungkan ke tanah dengan baik. Mungkin ada saat-saat dimana seorang pengamat harus ditempatkan untuk meyakinkan bahwa alat-alat perancah dan barang-barang lainnya tidak terkena dengan kabel yang bermuatan. Pengawas kerja harus waspada untuk hal-hal semacam itu.

9.5.3. PENGAWASAN TERHADAP ISOLASI DAN PENONAKTIPAN SISTEM PENGAMAN VITAL (SPV)

9.5.3.1. Umum.

Setiap pekerjaan yang berkenan dengan menonaktipkan/ mematikan / mengisolasi Sistem Pengaman Vital (SPV) sehubungan dengan adanya perbaikan, kalibrasi pengujian atau pekerjaan lain harus dilaksanakan sesuai prosedur sehingga potensi bahaya dapat dikendalikan atau diperkecil.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 36 / 61

Pedoman umum ini bertujuan untuk membantu para Pengawas Operasi, Pemeliharaan dan Pengawas Keselamatan Kerja dalam melaksanakan tugas pengawasan, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan menonaktipkan sistem pengaman vital dapat dilaksanakan secara aman.

9.5.3.2. Pengertian.

a. Sistem Pengaman Vital (SPV) adalah

Sistem Pengaman yang dipasang dan dirancang untuk tujuan pengaman yang berupa alarm atau menonaktifkan sistem safety alarm/shutdown (misalnya: Alarm Level Rendah, Alarm Temperatur Tinggi, Alarm Tekanan Tinggi). Sistem pembangkit tenaga dan instalasi lainnya.

Setiap peralatan atau sistem yang dapat memberi proteksi terhadap bahaya kebakaran atau yang memberi proteksi kepada manusia terhadap sumber bahaya yang tak terkendali.

b. Non aktif adalah

SPV dibuat tidak berfungsi, dengan alasan jika sistem diaktipkan maka akan mengganggu jalannya operasi. Cara yang digunakan umumnya seperti jumper, posisi manual, diisolasi dan lain sebagainya.

9.5.3.3. Pelaksanaan

Prosedur pelaksanan serta tugas dan tanggung jawab Fungsi/bagian terkait adalah seperti uraian berikut

1. Setiap suatu Sistem Pengaman Vital akan di nonaktipkan atau di by-pass, haruslah dilindungi oleh sebuah surat izin untuk menonaktipkan APV yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang (Form Surat Izin terlampir).

2. Pejabat yang berwenang dari Bagian Teknik untuk meminta izin menonaktipkan sistem pengaman vital haruslah mengisi bagain "A" didalam surat izin SPV.

3. Persetujuan harus diminta dari Kepala Depot/Instalasi dan Terminal setempat dan Kepala K3LL atau petugas yang ditunjuk untuk pekerjaan yang dilaksanakan diluar jam kerja. Apabila ternyata sistem pengaman vital tersebut harus dinonaktipkan lebih dari 1 hari tetapi tidak lebih dari 3 hari maka surat izin untuk menonaktipkan APV harus mendapat persetujuan dari Kepala Depot. Apabila SPV dinonaktipkan lebih dari 3 hari maka persetujuan harus diberikan oleh DAM/Manajer S & D

4. Apabila izin nonaktipkan SPV telah disetujui, maka Pengawas Pemeliharaan membawa surat izin SPV tersebut bersama dengan Surat Izin Kerja (Work Permit) kepada Pengawas Operasi yang bersangkutan dimana Pengawas tersebut akan mengisi bagian "B" dari surat Izin menonaktipkan SPV serta mencatat didalam buku catatan operasi (log Book) sehingga Pengawas yang lain di Unit Operasi tersebut akan mengetahui bahwa Sistem Pengaman Vital dinonaktifkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 37 / 61

5. Pengawas Operasi kemudian akan mengembalikan salinan putih kepada

Pengawas Pemeliharaan yang meminta izin, menyimpan salinan yang merah dan mengirimikan salinan yang biru kepada Bidang/ Fungsi K3LL.

6. Apabila pekerjaan telah selesai dan SPV akan diaktipkan, maka Pengawas Pemeliharaan dan Pengawas Operasi setempat akan menandatangani salinan putih surat izin SPV dan mencatat didalam log book bahwa sistem telah diaktipkan kembali.

Salinan putih surat izin SPV harus dikembalikan ke Fungsi K3LL sebagai dasar pemeriksaan untuk memastikan bahwa SPV telah diaktipkan kembali.

7. Apabila terjadi suatu keadaan darurat dan SPV harus diaktipkan atau di nonaktipkan kembali, Pengawas Operasi setempat boleh melakukannya dengan catatan pemberitahuan secara lisan harus dilakukan kepada pejabat berwengan yang memberi izin menon-aktipkan SPV dan kemudian surat izin SPV harus segera dibuat.

8. Apabila Pengawas Operasi akan mengaktipkan kembali SPV, maka pengawas Pemeliharaan harus melakukan pemeriksaan lebih dahulu untuk menyakinkan bahwa SPV telah aman untuk diaktipkan kembali.

9. Apabila SPV telah diaktipkan, Pengawas Operasi harus mencatat kapan SPV diaktipkan kembali. Apabila penonaktipan sustem yang sama diperlukan lagi maka surat izin menonaktipkan SPV harus dilaksanakan seperti tersebut diatas.

10. Untuk alat-alat baru dalam tahap percobaan (commisioning) dimana SPV perlu di nonaktipkan, surat izin SPV tidak diperlukan, terkecuali alat tersebut telah dioperasikan dan merupakan bagian dari Unit Operasi.

11. Kegiatan menonaktipkan SPV yang diperlukan untuk start up peralatan start up by-pass surat izin SPV tidak diperlukan asalkan Sistem Pengaman Vital (SPV) tersebut benar-benar bekerja baik pada saat di operasikan.

Lampiran : Terlampir surat izin menonaktipkan Sistem Pengaman Vital (SPV).

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 38 / 61

12. Dalam pekerjaan pemeliharaan besar (Major Turn Around atau Cleaning

dan Inspections) izin kerja untuk menonaktipkan SPV tidak diperlukan, namun Pengawas Operasi yang bersangkutan harus mencatat SPV yang dinonaktifkan didalam log book. Apabila ada SPV yang tetap nonaktif setelah pekerjaan pemeliharaan besar selesai, maka harus dibuat izin untuk menonaktipkan SPV untuk hal seperti ini.

13. Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pengawas Operasi, Pengawas Pemeliharaan dan Petugas K3LL untuk meyakinkan bahwa semua Sistem Pengaman Vital telah kembali ke posisi normal sebelum unit/peralatan dioperasikan kembali.

14. Pengecualian : Apabila SPV nonaktif sebagai akibat dari kegagalan tenaga atau kegagalan mekanik, maka izin menonaktipkan SPV harus diminta oleh Pengawas Operasi Lokasi yang bersangkutan. Apabila bagian Teknik Pemeliharaan perlu melakukan pekerjaan pada untuk tersebut dimana SPV telah nonaktif, Bagian Teknik Pemeliharaan tidak perlu membuat lagi izin SPV yang baru.

9.6.0. ALAT PELINDUNG DIRI 9.6.1. PELINDUNG KEPALA. Pekerja yang sifat pekerjaannya memungkinkan untuk terkena bahaya-bahaya di bagian kepala seperti kegiatan pemotongan / penebangan pohon, konstruksi, perbaikan kapal, perkembangan listrik dan pabrik kimia harus dilindungi dengan pelindung kepala.

9.6.1.1. PERALATAN PELINDUNG KEPALA.

Peralatan pelindung kepala dirancang untuk melindungi kepala pemakainya dari dampak dan benturan benda yang jatuh atau partikel yang melayang dan dalam beberapa kasus dari kejutan listrik atau kebakaran. Pelindung kepala juga dapat melindungi kepala dan rambut dari bahaya mesin atau lingkungan yang berbahaya. Disamping itu, para profesional K3 harus selalu waspada terhadap setiap perubahan kondisi operasi yang dapat menimbulkan kebutuhan akan pelindung kepala.

ANSI telah mengeluarkan standar mengenai helm (ANSI Z89.1-1986). Standar tersebut dapat digunakan terhadap seluruh produk helm. Bagian dalam dari dinding helm harus memuat daftar nama pabrikan, standar disain ANSI (Z89.1-1986) dan kelas helm A, B, atau C. Standar ANSI ditentukan oleh tahun. Identitas helm tidak boleh lebih dari 5 tahun sehingga persyaratan ANSI terbaru harus terus diamati.

Menurut ANSI Z89.1-1986 helm didefinisikan sebagai perlengkapan yang digunakan untuk memberi perlindungan terhadap kepala, atau bagian kepada dari benturan, benda melayang, kejutan listrik atau kombinasinya, termasuk bagian harness-nya. Harness merupakan bagian helm yang membantu menjaga agar posisi helm tetap di kepala pemakai. Bisa saja helm dilengkapi asesoris lain sesuai kondisi lingkungan kerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 39 / 61

ANSI Standar Z89.1-1986 mendefinisikan 3 kelas helm yaitu:

Class A : helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari tekanan akibat benturan benda melayang dan dari kejutan listrik selama kontak dengan konduktor bertegangan rendah.

Class B : helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari tekanan benda yang melayang dan dari kejutan listrik tegangan tinggi.

Class C : helm yang ditujukan untuk melindungi kepala dari tekanan benda yang jatuh.

Meskipun jarang disebutkan, namun chin straps biasanya ditambahkan sebagai pelengkap pada helm. Chin straps menjaga helm agar tidak terjatuh pada saat posisinya kaku dan selama terjadi benturan.

9.6.1.2. PELINDUNG RAMBUT.

Pekerja dengan rambut panjang atau mempunyai jambang yang bekerja dekat dengan benda, rantai, sabuk yang berputar atau bagian mesin yang berputar, harus melindungi rambutnya dari bagian-bagian yang berputar tersebut. Selain bahaya akibat kontak langsung dengan mesin yang mungkin terjadi jika pekerja menunduk, rambut juga dapat tertarik oleh benda yang berputar atau berjalan yang dapat mengakibatkan timbulnya muatan listrik statis. Karena jenis bahaya ini tidak dapat sama sekali dihindarkan oleh pelindung mekanis, pekerja dengan rambut panjang harus diwajibkan menggunakan pelindung rambut.

Hair net, bandana dan turban (ikat kepala) tidak dapat melindungi rambut dengan sempurna. Oleh karena itu dapat menggunakan topi. Jika bekerja di area pengelasan dimana terdapat kemungkinan sparks atau hot metal, topi harus terbuat dari material tahan nyala. Beberapa pabrik kimia biasanya menyediakan disposable flame-proof caps. Meskipun tidak terdapat standar yang mengatur mengenai caps, namun harus terbuat dari bahan kain yang tahan lama sehingga tahan trhadap pencucian dan sterilisasi yang berulang, jika bukan merupakan bahan disposable (habis pakai buang).

Agar pekerja mau menggunakannya, topi harus dibuat semenarik mungkin dengan disain yang sederhana, tersedia dengan berbagai ukuran kepala atau dapat disesuaikan dengan semua pemakai, dingin/sejuk dan ringan.

Jika tidak dilengkapi dengan pelindung debu, topi harus terbuat dari bahan tenunan kasar untuk memberi ventilasi. Bila dilengkapi dengan visor (kaca pelindung), harus digunakan dengan visor di bagian depan.

Adakalanya pekerja menggunakan topi pada bagian belakang kepalanya sehingga bagian rambut depan tidak akan terlindung. Hal ini menyebabkan fungsi cap akan siasia. Oleh karenaa itu manajemen harus menerapkan aturan agar menggunakan pelindung kepala dengan benar.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 40 / 61

9.6.1.3. PEMELIHARAAN.

Sebelum digunakan, helm harus diperiksa apakah pecah atau terdapat tanda-tanda keretakan seberapa pun kecilnya yang dapat mengurangi tingkat perlindungan helm terhadap pemakainya. Umur pakai helm termoplastik dapat berkurang akibat radiasi sinar ultraviolet yang berkepanjangan. Semua helm yang menunjukkan tanda warna yang memudar, retak atau berkurang sinar permukaannya harus ditarik dari peredaarannya.

Helm tidak boleh disimpan atau diletakkan di kabin depan kendaraan karena panas matahari akan mengurangi tingkat proteksinya. Selain itu pada saat melakukan pengereman mendadak atau kecelakaan, helm dapat membahayakan pengemudi kendaraan.

Helm harus dicuci dengan air hangat setiap 30 hari, khususnya pada bagian softbands dan cadles, kemudian diberi larutan sabun atau detergen yang direkomendasi oleh pabrik, serta dibilas.

Sebelum digunakan kembali oleh pekerja lain, yakinkan bahwa helm telah dibersihkan dan diberi desinfektan. Helm harus dicuci dengan air bersih dan benar-benar kering.

Jaga agar temperatur air pencuci sekitar 60oC. Jangan gunakan steam untuk pencucian, kecuali untuk helm aluminium. Bersihkan ter, cat, minyak dan kotoran lainnya dengan pelarut yang sesuai untuk material helm agar tidak merusak dinding helm. Supervisor dan pekerja harus memperhatikan kondisi suspensi helm karena dapat menolong hentakan akibat tiupan angin. Disamping itu perusahaan juga harus menyimpan sejumlah crown, sweatbandsm dan cadkes sebagai suku cadang pengganti. Beberapa perusahaan menetapkan untuk penggantian suspension webbing setiap satu tahun.

9.6.1.4. KODE WARNA PADA HELM.

Banyak perusahaan menggunakan kode warna yang berbeda untuk mengidentifikasi kegiatan yang berbeda. Disarankan agar tidak melakukan pengecatan setelah helm keluar dari pabrik karena dapat mengurangi sifat dielektrik helm atau mempengaruhi dinding helm. Warna yang lebih ringan/terang akan memberi rasa yang sejuk dibawah matahari atau dibawah sumber energi infra merah.

Sebaiknya warna helmet untuk :

a. Tamu ( Visitor ) = Putih (tulisan visitor)

b. Pekerja Organik = Orange / Putih

c. Kontraktor = Biru

9.6.1.5. PELINDUNG WAJAH DAN MATA.

Perlindungan terhadap mata dan wajah dari bahaya fisis dan kimia atau radiasi dan ditempatkan pada lokasi , dimana peralatan yang berbahaya ditempatkan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 41 / 61

9.6.2. SISTEM PELINDUNG DARI KETINGGIAN. Beberapa kegiatan ada yang harus dilakukan pada ketinggian tertentu, misalnya untuk mengganti bola lampu atau mengecat menara. Oleh karena itu pekerja tersebut membutuhkan sistem pelindung agar tidak jatuh sehingga dapat bekerja dengan aman. Bila bekerja pada ketinggian tertentu, misalnya pada bagian konstruksi, sistem pelindung tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh perushaaan.

Tabel berikut menunjukkan bahwa tubuh akan terjatuh dengan cepat pada ketinggian tertentu :

Waktu (detik) Ketinggian (ft)

0,5 4

1.0 16

1.5 36

2.0 64

Jatuh dari ketinggian lebih dari 4 ft sudah dapat menimbulkan luka serius. Oleh karena itu perusahaan dapat menggunakan banyak metoda untuk mencegat terjatuhnya pekerja dari ketinggian. Berikut ini akan dibicarakan mengenai pelindung jatuh, namun tidak termasuk pada mobile elevated access equipment, tangga, aerial buckets, rescue dll.

9.6.2.1. Apakah Pelindung Jatuh Itu ?

Pelindung jatuh didefinisikan sebagai peralatan yang digunakan untuk mencegah terlukanya pekerja akibat jatuh dari ketinggian. Sistem proteksi tersebut bisa bersifat aktif maupun pasif.

Sistem proteksi pasif terdiri dari komponen dan sistem, antara lain jaring, yang tidak membutuhkan gerakan atau tindakan pekerja untuk menggunakannya. Sekali dipasang, sistem proteksi pasif dapat dirancang untuk melindungi pekerja 100% setiap saat.

Sistem proteksi pasif terdiri dari komponen dan sistem yang membutuhkan beberapa tindakan dari pemakainya agar dapat berfungsi efektif. Sistem ini terdiri dari belt, harness, lanyards dan komponen-komponen lain seperti tali pandu dll. Sistem ini tidak dapat bekerja dengan sendirinya dan harus dikenakan atau disambungkan pada pekerja yang akan dilindungi.

Terdapat banyak jenis sistem proteksi pasif dan aktif, dimana pemilihannya tergantung pada jenis tugas yang dilakukan. Jika resiko bahaya jatuh tidak dapat dihindarkan, manajamen harus dapat melakukan kontrol untuk meminimisasi resiko terhadap pekerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 42 / 61

9.6.2.2. Kapan Sistem Pelindung Jatuh Diperlukan ?

Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih sistem pelindung jatuh adalah ketinggian dimana pekerja bekerja. Beberapa acuan di USA yang dapat digunakan adalah :

Ketinggian (ft) Ketentuan Umum US OSHA Standar

> 4 Guard rail 1 910.23 Mild rail 1910.23

> 6 Guard rail 1926.500 > 25 diatas air 1926.105

Faktor kedua, ahli K3 harus menganalisa lokasi tugas dan pekerjaan yang akan dilakukan. Jika harus bekerja dalam posisi vertikal, diperlukan sistem yang berbeda dibandingkan bila pekerja harus bergerak lateral.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan meliputi metoda penyelamatan, sistem backup, lamanya bekerja, kondisi basah atau kering, jumlah pekerja dan faktor-faktor lingkungan lainnya.

Sebelum menggunakan analisa pekerjaan yang dijelaskan berikut ini, terdapat beberapa kriteria yang perlu ditetapkan untuk merencanakan progran pelindung jatuh.

Pertama, perusahaan harus menetapkan kebijakan yang dikomunikasikan dengan jelas kepada pekerja dan diterapkan dalam kegiatan operasi perusahaan, yang meliputi hal-hal berikut

Kualifikasi pekerja - pekerja memenuhi kualifikasi untuk melakukan pekerjaan di tempat tinggi.

Pelatihan - pekerja sudah cukup terlatih untuk bekerja di tempat tinggi

Pemilihan peralatan, peralatan yang digunakan memenuhi persyaratan untuk melakukan pekerjaan dengan aman, dan bila perlu disertifikasi.

Instalasi peralatan, pemasangan peralatan memenuhi standar, peraturan dan rekomendasi pabrik.

Inspeksi dan pemeliharaan peralatan, peralatan dipelihara sesuai rekomendasi, dan dilakukan inspeksi setiap kali akan digunakan

Prosedur keselamatan, telah dikembangkan sistem penyelamatan terhadap pekerja yang terjatuh saat menggunakan sistem pelindung jatuh.

Analisis survey pekerjaan - prosedur bekerja di tempat tinggi telah dikembangkan dan diterapkan

Analisis tersebut diperlukan untuk menentukan kesesuaian antara mobilitas pekerja dengan kemampuan sistem proteksi jatuh yang dibutuhkan. Sedangkan kebijakan perusahaan menetapkan apa yang harus dilakukan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 43 / 61

9.6.2.3. Sistem Proteksi Jatuh Pasif.

Sistem proteksi jatuh pasif meliputi sistem jaring umum, jaring individu dan jaring kotoran (debris).

Jaring. Jaring memang tidak dapat menyelamatkan semua orang yang terjatuh, tapi merupakan sarana yang vital dalam sistem proteksi pelindung jatuh. Jaring digunakan untuk melindungi sekitar dan dibawah area kerja dimana resiko jatuh mungkin terjadi. Pekerja tidak menggunakan sistem pelindung jatuh langsung di tubuhnya, namun jaring digunakan untuk menangkap pekerja yang jatuh sebelum menyentuh lantai atau material dibawahnya. Dua jenis jaring yang tersedia adalah jaring yang digunakan untuk personil maupun untuk kotoran/sampah. Sering juga dua jenis jaring ini dikombinasikan menjadi jaring dengan dua fungsi.

Jaring personel. Jaring personel dapat digunakan untuk pekerja dalam jumlah besar, seperti pada konstruksi jembatan atau proyek perbaikan dalam jangka panjang. Jaring ini juga dapat digunakan pada area terbuka atau sisi bangunan yang memanjang dimana resiko jatuh cukup besar (sampai dengan 8 m dibawah lantai kerja sesuai peraturan OSHA saat ini), dan penggunaan sistem pelindung jatuh lainnya dianggap tidak memungkinkan sesuai dengan metoda pekerjaan yang dilakukan.

Keuntungan jaring jenis ini adalah tidak diperlukan pelatihan individual bagi pekerja. Sekali terpasang, jaring akan terus terpasang dan siap digunakan. Namun demikian, pada saat pemasangan atau pembongkarannya harus tersedia alat pelindung jatuh lainnya.

Pemasangan dan pengujian jaring personel harus sesuai dengan ANSI A10.11-1989, Safety Nets Used During Construction, Repair and Demolition Operations, dan US Code of Regulations (CFR) 1926.105. Lubang jaring tidak boleh melebihi ukuran 6in. x 6in, serta dilengkapi dengan data pabrik, tanggal perakitan dan pengujian.

Jaring harus sedekat mungkin dengan lantai kerja dan tidak lebih rendah dari 8m (kecuali ada ketentuan lain) dan harus memanjang keluar 2,4m dari struktur. Jaring harus melalui uji lapangan dengan menjatuhkan kantong pasir sebesar 400 Ibs dari ketinggian 8m, sesuai persyaratan ANSI Al0.11-1989, setiap 6 bulan dan tidak boleh merusak jaring.

Agar jaring personel memenuhi ketentuan ANSI A.10.11-1989 atau OSHA, produsen harus mencantumkan label permanen yang memuat informasi

o nama pabrik

o jenis material

o tanggal pembuatan

o tanggal pengujian

o perusahaan penguji

Jaring kotoran. Jaring kotoran dirancang untuk menangkap benda yang jatuh (misalnya alat kerja, benda asing, beton, dan sampah-sampah konstruksi lainnya) dan melindungi pekerja atau pejalan kaki yang melintas dibawahnya. Kekuatan dan ukuran mesh harus cukup untuk menangkap dan menahan benda yang jatuh.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 44 / 61

Ukuran jaring biasanya 1/4 - 1/3 in. Untuk menangkap benda yang besar atau berat dengan benda yang lebih kecil dan ringan sekaligusnya, jaring dengan mesh yang lebih kecil dapat digunakan bersama dengan jaring yang lebih besar dan jaring personel yang lebih kuat.

9.6.2.4. Sistem Pelindung Jatuh Aktif.

Sistem pelindung jatuh pasif meliputi safety belt, penahan jatuh (fall arrester) dan shock absorber, harnes, lifeline, dan sistem pelindung jatuh. Semua sistem aktif mempunyai anchorage point dan beberapa komponen yang disambungkan ke pekerja.

Anchor l anchorage points. Masalah utama yang terdapat pada semua sistem pelindung aktif adalah posisi struktur dimana lanyard atau komponen penahan jatuh dilekatkan. Semua penyelia dan pekerja juga harus menganalisa semua bahaya yang terdapat dibawah dan sekitar anchoring point untuk memastikan bahwa pekerja tidak menubruk atau menyentuh benda atau material lain saat terjatuh. Persyaratan OSHA untuk anchorage adalah minimum 5000 Ib static load strength (untuk jatuh bebas pada ketinggian 6 ft). Sedangkan Standar Asosiasi Canada (CSA) Z-259.2 menyebutkan 6000 lb. Kekuatan, lokasi dan disain anchor harus sedemikian rupa sehingga mobilitas pekerja tidak terganggu saat bekerja.

Lanyard. Lanyard merupakan tali pendek yang fleksibel, strap atau webbing connection ke anchor. Lanyard membatasi pergerakan lateral pada saat melakukan pekerjaan. Panjang lanyard dan penempatan anchor akan menentukan jumlah gerakan suspensi jatuh (turun naik) sipemakai sebelum lanyard tersebut menghentikan gerak vertikal tersebut. Namun demikian, untuk menarik kembali lifelines dibutuhkan beban sebesar 3000 lb. OSHA menyarankan untuk menggunakan safety factor 2:1 untuk perencanaan sistem.

Safety belts. Safety belt dipasang disekeliling pinggang dan diikatkan ke lanyard (biasanya di belakang), kemudian ke anchor (Gbr 14-11a dan b). Kelemahan sistem ini terletak pada distribusi beban pada tubuh pada saat jatuh.

Harness. Jenis jenis harness antara lain dipasang pada dada, pinggang dan seluruh tubuh (full-body harness). Jenis full-body harness mempunyai kelebihan yaitu distribusi beban yang merata pada seluruh tubuh yang tertutup harness. Dengan demikian pada saat jatuh pekerja akan dapat jatuh bebas sebelum terhenti tanpa menimbulkan luka pada tubuh.

Batas maksimum gerak jatuh bebas yang diijinkan adalah 1,8 meter. Disamping itu pemakai harness akan mengalami suspensi yang lebih lama sebelum diselamatkan bila dibandingkan dengan pemakai belt. Oleh karena itu harness merupakan sistem pelindung jatuh yang paling banyak dipilih oleh pekerja. Harness terbuat dari bahan nylon dan polyster.

Lifelines. Horizontal lifeline dipasang pada tali kaku diantara dua titik yang dipasang pada level yang sama. Tali tersebut dapat berfungsi mobile untuk memasang lanyard, lifelines atau menarik tali. Tujuannya adalah untuk membatasi gerakan berayun pada saat korban jatuh. Faktor-factor penting yang harus diperhatikan adalah (1) derajad of sag yang cukup; (2)

9.6.3 Pelindung mata

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 45 / 61

Biaya untuk melengkapi pelindung mata jauh lebih kecil daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan atau perawatan mata bila terjadi kecelakaan. Sekitar 70% kecelakaan mata disebabkan akibat benda jatuh atau melayang 20% disebabkan oleh karena bahan kimia berbahaya lainnya.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelindung mata adalah (1) tingkat proteksi yang diinginkan,(2) kenyamanan pemakaian, dan (3) mudah diperbaiki/dirawat.

Jenis jenis pelindung mata antara lain;

• Pelindung radiasi sinar. Digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi, seperti sinar ultraviolet, infrared dll yang dapat merusak mata. Pemapadan sinar UV dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau pemaparan sinar UV intensitas rendah dalam waktu cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahay dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang memijar harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerjaan pengelasan juga menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada temperatur leleh metal. Kacamata haus dilindungi dengan tutup lensa dari glass atau plastik.

• Pelindung partikel kecil atau benda beterbangan lensa kaca mata harus tembus pandang /transparan, dan coating yang tahan lama. Pada kegiatan seperti pekerjaam menggerinda, sikat kawat, mengamplas, pengecatan dengan semprotan dan pengupasan perlu menggunakan kaca mata sebagai pencegah terhadap benda-benda berterbangan.

9.6.4. Pelindung Muka (Face Shield)

Pelindung muka digunakan untuk melindungi wajah dan leher dari pertikel yang melayang, percikan cairan berbahaya, percikan metal dan cairan panas. Bahan pelindungnya harus terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, tidak menyebabkan iritasi pada kulit, tahan lama bila disucihama berkali-kali.

mungkinan dapat mePelindung muka secara penuh harus digunakan bila seorang pekerja kenghirup gas atau terpecik cairan yang berbahaya.

9.6.5. Pelindung pendengaran

Faktor yang memberikan kontribusi terhadap kerusakan intensitas pendengaran, diantaranya adalah tingkat kebisingan yang tinggi dalam lingkungan kerja. Namun lamanya waktu pemaparan kebisingan juga mempengaruhi. Menurut para ahli, bekerja sepanjang 8 jam terus menerus dengan tingkat lebih dari 85 jam dapat merusak pendengaran. Namun tingkat kemampuan pendengaran setiap orang berbeda-beda.

Pelindung pendengaran harus digunakan didaerah dimana terdapat kebisingan cukup tinggi.

Pelindung pendengaran terdiri atas jenis

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 46 / 61

Enclosure (tertutup) : jenis ini berbentuk seperti helm astronor yang

menutupi sekeliling kepala

Ear plug (aural) dari bahan karet atau gabus, dapat mengurangi intensitas suara 5-20%. Diselipkan langsung dilubang telinga. Ada dari jenis yang sekali pakai langsung buang (terbuat dari katun, plastic foam atau fiber yang lembut), atau bias dipakai berulang-ulang.

Ear muff (circumaural) : melindungi telinga dari kebisingan dengan intensitas suara yag sangat tinggi atau terus menerus, dapat mengurangi intansitas suara 5-30%. Bentuknya berupa penutup telinga yang data memberikan pelindung akustik anatara suara dari luar dan bagian dalam telinga.

Dalam memilih alat pelindung pendengaran, faktor yang harus dipertimbangkan adalah

Lokasi kerja dimana alat tersebut digunakan, misalnya earmuff tidak cocok digunakan dalam ruangan tertutup/terbatas.

Tingkat keseringan pekerja kebisingan (setiap hari, sekali seminggu atau kadang-kadang). Jika frekwensi pemaparan kebisingan kadang-kadang, ear muff lebih disarankan karena lebih mudah memasang dan melepaskannya daripada menggunakan earplug.

9.6.6. Pelindung pernapasan

Untuk mencegah kontaminasi atmosferik yang disebabkan oleh debu, fog, mist, fume, gas, asap, spray atau vapor yang menyebabkan penyakit, dapat dilakukan dengan pengendalian teknis, seperti menutup atau membatasi operasi, ventilasi dan subtitusi material yang tidak berbahaya.

Jika cara ini tidak dapat dilakukan, harus digunakan pelinung pernafasan yang sesuai. Pekerja yang menggunakan alat pelindung pernafasan juga sudah mendapatkan latihan dan dinyatakan mampu untuk menggunakan alat pelindung pernafasan sesuai sumber bahaya yang ada. Disamping itu untuk pekerjaan yang harus menggunakan alat bantu pernafasan hanya boleh dilakukan petugas yang secara fisik mampu untuk melaksanakannya.

Pemakai alat pelindung pernafasan bertanggung jawab atas pemeliharaan, pembersihan setelah pemakaian alat-alat tersebut. Setelah selesai pemakaian , alat-alat pelindung pernafasan harus dikembalikan dan dicuci-hamakan, kecuali untuk alat pernafasan dari jenis penyaring debu yang dapat dibuang.

Pemilihan jenis alat pelindung pernafasan yang benar harus berdasarkan sejauh mana penilaian akan sumber-sumber bahaya itu.

Kategori Alat Bantu Pernafasan (respirator)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 47 / 61

a. Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan Hose Mask atau Air Line

Respirator, digunakan untuk kondisi oksigen deficiency dan kondisi atmosfer yang sangat beracun. Jumlah atmosfer yang dapat dihirup tergantung pada kondisi atmosfer ambient

b. Respirator dengan penyaring/pemurni udara (Air purifying respirator). Digunakan apabila konsentrasi kontaminan masih dapat disaring atau dimurnikan.

Pada saat kondisi oksigen defisiensi di atmosfer respirator tidak dapat memberikan perlindungan. Konsentrasi maksimum kontaminan yang dapat disaring oleh jenis respirator ini tidak tergantung pada efisiensi dan kapasitas catridge, canister atau filter. Waktu pemakaian tergantung pada canister., catridge atau jenis filter, konsentrasi kontaminan dan laju pernafasan pemakaian. Jenis canister, catridge atau filter harus dipilih sesuai kondisi atmosfer.

Terdiri dari jenis Gas dan Vapor Respirator, serta Partikulat Repirator

9.6.6.1. Kategori 1

9.6.6.1.1. SCBA (Self Contained Breathing Apparattus) --- >(masuk TKPA)

Digunakan untuk kondisi atmosfer yang langsung membahayakan kesehatan atau kehidupan.

Karakteristik penggunaan SCBA antara lain

• Lama penggunaan tergantung pada jumlah oksigen atau udara dalam tabung, tekanan atmosfer ambient (waktu pakai akan berkurang ½ kali dengan kenaikan tekanan atmosfer) serta beban kerja.

• Dilengkapi dengan alat peringatan yang memberi tanda kepada pemakai jika waktu operasi/pemakaian telah berkurang sampai tingkat tertentu.

• Beberapa jenis SCBA mempunyai waktu pakai yang sangat singkat (hanya beberapa menit) dan hanya cocok digunakan untuk penyelamatan (escape) dari kondisi atosfer yang sangat berbahaya.

• Kekurangan SCBA adalah cukup berat, waktu operasi terbatas, dan perlu pelatihan untuk pemeliharaan dan penggunaan yang aman.

8.6.6.1.2. Air Line Respirator

Digunakan terbatas untuk kondisi atmosfer yang tidak langsung membahayakan kesehatan. Jika terjadi kegagalan suplai udara, tidak terdapat proteksi tambahan terhadap pemakai.

8.6.6.1.3. Tipe hose mask adalah

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 48 / 61

• Dengan blower. Jika blower gagal masih terdapat proteksi tambahan

kepada pemakainya, meskipun akan terjadi tekanan negatif pada facepiece (pelindung muka) selama bernafas. Digunakan untuk kondisi atmosfer yang langsung membahayakan kesehatan.

• Tanpa blower. Penggunaannya terbatas pada kondisi atmosfer dimana pemakainya dapat menyelamatkan diri (escape) tanpa bantuan respirator.

8.6.6.2. Kategori 2

8.6.6.2.1. Gas-Vapor Respirator

Tidak dapat digunakan untuk kondisi atmosfer mengandung partikulat.

Peningkatan temperatur canister menandakan bahwa konsentrasi gas atau vapor cukup tinggi sehingga pemakai harus segera kembali ke udara bebas/segar.

Terdiri atas :

a. Full Facepiece Respirator (Gas Mask) Tidak untuk kondisi atmosfer yang mengandung kontaminan khusus yang

sangat berbahaya dan tidak memberikan sifat khusus bila berbahaya (mis. Bau atau iritasi).

b. Half Mask Respirator (Respirator Catridge Kimia) Tidak untuk kondisi atmosfer yang sangat berbahaya dan hanya digunakan

untuk konsentrasi gas/vapor yang rendah. Penutup wajah tidak boleh dari bahan kain atau katun karena gas atau uap dapat,asuk. Jenis ini tidak melindungi mata pemakainya.

c. Mouthpiece Respiratos (Kimia Catridge) Tidak untuk kondisi atmosfer yang sangat berbahaya. Pernafasan dengan

mulut dapat menyebabkan tidak terdeteksinya zat pencemar yang dapat dikenali melalui baunya. Klip atau penjepit pada hidung harus dipasang rapat untuk mencegah pernafasan melalui hidung. Tidak melindungi mata pemakainya.

d. Self-rescue Mouthpiece respirator Mempunyai sifat yang hampir sama dengan mouthpiece respirator, namun digunakan untuk upaya penyelamatan (recue) pada kondisi atmosfer yang sangat berbahaya.

8.6.6.2.2. Partikulat Respirator

Hanya digunakan untuk kondisi atmosfer yang mengandung patrtikel tidak mudah menguap (non volatile), dan tidak untuk atmosfer yang mengandung gas dan uap, atau pekerjaan shot dan sand blasting (untuk pekerjaan ini harus digunakan jenis khusus)

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 49 / 61

Filter harus diganti atau dibersihkan jika pemakai mulai sulit untuk bernafas akibat penyumbatan pertikel pada filter. Tipe yang tersedia hampir sama dengan jenis gas-vapor respirator, namun fungsi catridge digantikan oleh filter.

Petunjuk pemilihan Respirator

Sangat penting bagi pekerja untuk mengetahui terjadinya kekurangan zat asam atau gas beracun. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Masuk kedalam ruangan yang sangat berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan harus disetujui diperiksa lebih dahulu oleh petugas LK3.

2. Minimal 2 (dua) orang harus berjaga jaga diluar lengkap dengan alat bantu pernapasan yang tergendong atau alat bantu pernapasan yang disambung dengan selang dari luar lengkap dengan tabung udara bantuan untuk jangka waktu 30 menit dan selalu siap siaga ditempat terdekat dengan daerah kritis untuk memberikan bantuan secepatnya bila diperlukan.

Bahaya Respirator Kekurangan oksigen • SCBA

• Hose mask dengan blower • Kombinasi air line respirator dengan bantuan self-

contained air suplay atau tabung udara dengan alarm

Kontaminasi Gas dan Vapor Berbahaya langsung terhadap kesehatan atau kehidupan Tidak membayakan langsung terhadap kesehatan atau kehidupan

• SCBA • Hose mask dengan blower • Kombinasi line respirator dengan bantuan self-contained

air supply atau tabung udara dengan alarm • Air purifying, full facepiece respirator dengan canister

Air Line

• Air line respirator • Hose mask tanpa blower • Air purifying, halfmask atau respirator

mulut dengan catridge kimia Kontaminan partikulat Berbahaya langsung terhadap kesehatan atau kehidupan Tidak membahayakan langsung terhadap kesehatan atau kehidupan

• SCBA • Hose mask dengan blower • Kombinasi air line respirator dengan bantuan self-

contained air supply atau tabung udara dengan alarm • Air purifying, full facepiece respirator dengan filter

• Air line respirator • Hose mask tanpa blower • Air line abrasive-blasting respirator • Air purifying, halfmask atau respirator mulut dengan filter

atau cartridge kimia

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 50 / 61

3. Pekerja yang masuk kedalam ruang tertutup / terbatas yang berbahaya

(misalnya tangki) harus sudah dilengkapi dengan alat bantu pernafasan dengan jangka waktu 30 menit, tali pengikat dan tali pedoman keluar.

4. Hubungan langsung (dapat dilihat, didengar atau dengan tanda) harus terus dipelihara antara orang yang masuk kedalam ruangan tertutup dengan orang yang berjaga diluar.

8.6.7. Pelindung Tangan

Banyak pekerjaan yang dapat dilaksanakan tanpa sentuhan langsung terhadap permukaan benda yang kasar, tajam, dingin atau panas, tetapi bila pekerjaan itu sedang berlangsung kemungkinan dapat mengakibatkan terkena benda yang berbahaya, sehingga sarung tangan harus dipergunakan.

Sarung tangan tidak boleh digunakan untuk megang pekerjaan benda yang berputar.

Sarung tangan yang dilengkapi dengan bahan logam tidak boleh digunakan untuk menangani peralatan yang bermuatan listrik. Sarung tangan karet atau neoprene harus digunakan bila menangani bahan-bahan kimia asam ataupun soda.

8.6.8. Pelindung Kaki

Tiga jenis kecelakaan yang memberikan kontribusi terhadap statistik kecelakaan adalah

• Kejatuhan benda pada kaki (60 )

• Melangkah berjalan pada benda tajam (16%)

• Benda berguling menimpa (13%)

Kebanyakan jenis luka yang terjadi berupa luka memar, luka gores/robek, atau patah.

Menurut ANSI, terdapat 3 kategori pelindung kaki yaitu :

a. Safety Toe Footwear Digunakan untuk melindungi ujung dari tekanan atau benturan. Kebanyakan jenis kecelakaan yang menimpa kaki disebabkan oleh kejatuhan benda berat pada kaki atau melindas kaki.

Sesuai persyaratan ANSI, terdapat 3 kategori standar pelindung kaki

Class 75; mampu menahan tekanan 75 ft-Ibs pada ketinggian 18 in. dan berat 2500 Ibs

Class 50; mampu menahan tekanan 50 ft-Ibs pada ketinggian 12 in. dan berat 1750 Ibs

Class 30; mampu menahan tekanan 30 ft-Ibs pada ketinggian 7,25 in. dsn berat 1000 lbs

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 51 / 61

b. Metarsal Footwear

Digunakan untuk melindungi kaki bagian atas kaki dari bahaya benturan, tekanan, tusukan dan benda melayang.

c. Electrical Foot wear Digunakan untuk pekerjaan yang mengandung listrik atau dapat menimbulkan listrik statis. Bagian sol (alas kaki) dan tumit harus dibuat dari bahan karet yang tidak menghantarkan listrik boleh mengandung bahan metal, paku dsb. Saat digunakan harus dalam keadaan kering.

Jenis jenis

• Sepatu keselamatan Listrik : digunakan untuk melindungi jari kaki dari hubungan yang bermuatan listrik.

• Sepatu karet panjang hitam : digunakan untuk pekerjaan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, minyak dan pekerjaan kotor lainnya.

• Sepatu karet panjang sampai paha : digunakan untuk pekerjaan tanah

• Sepatu karet panjang putih : digunakan untuk pekerjaan mengandung TEL

• Sepatu panjang kulit (sampai lutut) : digunakan untuk pekerjaan luar ruangan yang perlu perlindungan terhadap semak belukar, reptil, benda melayang, bagian konstruksi, pekayuan, survey dll.

• Pelindung kaki dari kulit :melindungi kaki dari percikan api las listrik, karbit, gram-gram dan pekerjaan tuang menuang logam panas.

9.7.0. KESELAMATAN KONTRAKTOR. Setiap kontraktor/Sub Kontraktor dan seluruh pekerja dibawah pengawasannya mengerti dan untuk selanjutnya mematuhi segala peraturan dan ketentuan keselamatan kerja yang berlaku di lingkungan operasi PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran lingkungan.

9.7.1. Pembinaan Terhadap Mitra Usaha/Kontraktor. Upaya Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan perusahaan merupakan tugas dan kewajiban dari semua yang terlibat dalam operasi termasuk Mitra Usaha/Kontraktor PERTAMINA.

Agar setiap pekerja kontraktor, rekanan PERTAMINA perlu dan wajib mengetahui dan memahami tentang aspek-aspek keselamatan kerja dan lindungan lingkungan serta mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan kerja PERTAMINA, sehingga yang bersangkutan dapat berperan serta mencegah atau menanggulangi terjadinya kecelakaan dan kebakaran guna tercapainya kondisi kerja yang sehat, selamat dan aman.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 52 / 61

Untuk mencapai hal-hal tersebut maka semua rekanan dan Kontraktor yang bekerja dalam daerah operasi, instalasi dan lahan migas dan panas bumi agar mengikuti kursus/latihan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.

Tata cara pelaksanaan Kursus Dasar Keselamatan Kerja untuk Kontraktor mengacu pada direktur Utama PERTAMINA beserta lampirannya yang berlaku.

9.7.2. Keselamatan Kerja.

9.7.2.1. Standar Keselamatan Kerja (Safety Standard).

a. Kontraktor harus mematuhi semua Pedoman Keselamatan Kerja, Peraturan dan Standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berlaku di PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga.

b. Pedoman Keselamatan Kerja, Peraturan, dan Standar K3 yang digunakan Kontraktor selain tersebut pada item a. harus mendapat persetujuan dari PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga melalui Bagian K3LL.

9.7.2.2. Petugas Keselamatan Kerja Kontraktor.

a. Kontraktor harus menyediakan sejumlah petugas yang cukup ahli di bidang Keselamatan Kerja untuk mengawasi serta melaksanakan program Keselamatan Kerja agar terpeleiharan lingkungan kerja yang aman dan selamat.

b. Personil tersebut pada item a. diatas harus mengetahui, mengikuti, dan mematuhi semua Pedoman Keselamatan Kerja, Peraturan, dan Standar K3 yang berlaku di Pertamina Bidang Pemasaran dan Niaga.

c. Kebutuhan jumlah tenaga K3LL terhadap jumlah tenaga kerja ditetapkan sebagai berikut :

< 50 pekerja - 1 orang (part time). 50 - 200 pekerja - 1 orang tetap. 200 - 400 pekerja - 2 orang tetap. Setiap kenaikan 200 orang pekerja ditambah 1 orang Petugas Keselamatan Kerja.

9.7.2.3. Pembinaan.

a. Kontraktor harus menyedakan pembinaan mengenai Keselamatan Kerja, Pemadam Kebakaran, dan Lingkngan Lingkungan kepada setiap pekerjanya secara rutin sesuai dengan sifat pekerjaan dan lingkungan kerja masing-masing.

b. Pembinaan mengenai Keselamatan Kerja meliputi Safety Talk, Safety Training, Safety Committee, Safety Promotion, serta usaha-usaha lain untuk meningkatkan Safety Mindedness pada pekerja.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 53 / 61

c. PERTAMINA melalui fungsi K3LL atau Kepala Lokasi akan turut serta

mengawasi berlangsungnya kegiatan yang dilaksanakan kontraktor.

9.7.2.4. Tim Pembina Keselamatan Kerja.

a. Kontraktor yang mempunyai jangka waktu kontrak lebih dari 1 (satu) tahun harus membentuk Tim Pembina Keselamatan Kerja yang beranggotakan setiap unsur kegiatan yang ada dalam Organisasi Kontraktor yang diberi wewenang penuh mewakili bidang / departemennya.

b. Tim Pembina Keselamatan Kerja tersebut harus bersidang secara berkala satu bulan sekali guna membahas semua aspek keselamatan Kerja, Kebakaran dan Lindungan Lingkungan yang timbul selama kegiatan konstruksi, dan kemudian memberikan saran-saran untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat.

c. Setiap bulan Kontraktor harus menyampaikan laporan tertulis kepada PERTAMINA melalui K3LL tentang kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pembina Keselamatan Kerja tersebut pada item a.

d. Tim Pembina Keselamatan Kerja tersebut mengundang PERTAMINA melalui K3LL dalam setiap pelaksanaan sidangnya.

9.7.2.5. Daerah Kerja Kontraktor.

a. Kontraktor bertanggung jawab terhadap aspek Keselamatan Kerja seluruh tenaga kerjanya, serta sarana dan lingkungan kerja yang berada didalam daerah kerjanya.

b. Batas daerah kerja Kontraktor selama kegiatan kerja adalah daerah yang ditentukan oleh PERTAMINA bersama Kontraktor sesuai dengan kontraknya.

9.7.2.6. Lalu Lintas Jalan.

a. Semua Pengemudi kendaraan Kontraktor/Sub Kontraktor harus mematuhi Peraturan Lalu Lintas yang dikeluarkan oleh Pertamina dan PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga.

b. Seluruh Kontraktor yang mengemudikan kendaraan harus memiliki:

• Surat Ijin Mengemudi Kepolisian Negara RI atau Surat Ijin Mengemudi Internasional (untuk pekerja asing bila ada) sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikan.

• Surat Ijin Mengemudi dalam daerah Instalasi/Depot (SIM Khusus) yang dikeluarkan oleh K3LL PERTAMINA akan diatur dalam TKO Surat Ijin Mengemudi dalam Area Instalasi / Depot

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 54 / 61

c. Prosedur dan tata cara memperoleh SIM khusus sesuai dengan

peraturan lalu lintas jalan PERTAMINA.

d. Setiap kecelakaan yang menimpa asset Pertamina atau yang menimpa kendaraan Pertamina harus dilaporkan kepada PERTAMINA melalui K3LL sesuai dengan prosedur dan tata cara yang berlaku di PERTAMINA.

e. Setiap kendaraan dan peralatan yang akan masuk daerah Instalasi/Depot harus diperiksa mengenai aspek Keselamatan.

9.7.2.7. Tempat Merokok.

a. Merokok dalam daerah Instalasi/Depot hanya diijinkan pada tempat-tempat tertentu yang diberi tanda khusus/ditetapkan oleh PERTAMINA.

b. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengawasi penggunaan semua tempat-tempat merokok seperti tersebut pada item a. oleh pekerjanya masing-masing.

c. Dilarang merokok dalam kendaraan didalam area[ Instalasi/Depot daerah kerjanya.

d. Dilarang membawa korek api dan alat pembuat api lainnya bagi setiap oerang yang memasuki daerah Instlasi/Depot.

e. Apabila ada bunyi tanda bahaya, maka semua kegiatan merokok harus dihentikan.

9.7.2.8. Ijin Kerja.

a. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor/Sub Kontraktor didalam dan diluar daerah Instalasi/Depot harus dilindungi dengan ijin kerja.

b. Tata cara dan prosedur untuk memperoleh ijin kerja tersebut ialah menurut ketentuan yang berlaku di Pertamina Bidang Pemasaran dan Niaga.

c. Bila dianggap perlu untuk daerah tertentu dapat dikeluarkan Ijin Kerja Khusus (Balnket Permit) untuk daerah kerja tertentu.

d. Bila di daerah kerja Kontraktor terjadi keadaan yang dianggap membahayakan, setiap Pengawas Pertamina/Petugas K3LL yang berwenang dapat menghentikan pekerjaan yang sedang berlangsung.

Petugas K3LL akan memberikan petunjuk kepada Petugas Keselamatan Kerja dari Kontraktor tentang penyetopan pekerjaan.

e. Setiap saat Petugas Pertamina yang berwenang, berhak menghentikan setiap jenis pekerjaan bila syarat-syarat keselamatan kerja tidak dipenuhi sebagaimana mestinya.

f. Bila ada bunyi tanda bahaya, maka semua pekerjaan konstruksi harus dihentikan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 55 / 61

9.7.2.9. Alat Keselamatan Kerja

a. Setiap pekerja diwajibkan / diharuskan memakai topi keselamatan kerja didalam dan diluar area Instalasi/Depot.

b. Setiap pekerja dan peralatan kerja (mesin-mesin) Kontaktor/Sub Kontraktor harus dilengkapi dengan alatalat keselamatan kerja yang sesuai dengan sifat pekerjaan dan sifat bahayanya.

c. Alat-alat keselamatan yang digunakan oleh Kontraktor/Sub Kontraktor harus memenuhi standar yang berlaku di Pertamina Bidang Pemasaran dan Niaga.

9.7.2.10. Ketentuan Keselamatan Kerja yang sifatnya umum

a. Kontraktor harus yakin dan bertanggung jawab bahwa semua sistem dan metode kerja yang aman dan selamat selama melaksanakan pekerjaan, dipatuhi oleh semua pekerjanya sesuai dengan Peraturan Pemerintah maupun Pertamina yang berlaku untuk semua jenis pekerjaan antara lain

Pemakaian alat-alat berat

Pekerjaan Listrik

Pekerjaan Pengelasan

Pekerjaan Instrumen

Penimbunan barang

Pemakaian scaffolding/Perancah

Pemeliharaan kebersihan

Dan lain-lain

b. Syarat-syarat keselamatan kerja untuk pekerjaan lain yang belum tercakup didalam item (a) akan disesuaikan dengan Peraturan-Peraturan Pemerintah dan Pertamina yang berlaku.

c. Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap kejadian / kecelakaan sekecil apapun yang terjadi didalam kerjanya kepada K3LL dalam waktu 1 x 12 jam melalui pengawas pekerjaan.

9.7.2.11. Perlindungan terhadap Kebakaran.

a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan sarana pemadam kebakaran untuk pertolongan sesuai dengan standar Pertamina dan menunjuk petugas khusus mengawasi pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran.

b. Personil Kontraktor harus mampu menggunakan alat pemadam kebakaran untuk menanggulangi kebakaran tingkat pertama.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 56 / 61

c. Penggunaan fire hydrant selain untuk memadamkan kebakaran harus

sepengetahuan dan seijin K3LL dan harus ditutup kembali bila pemakaian telah selesai.

d. Setiap pekerja Kontraktor harus mengetahui dan mematuhi semua tanda bahaya kebakaran yang berlaku di Unit Pertamina setempat.

Tenaga kontraktor yang sudah terlatih, diharuskan membantu penanggulangan setiap kebakaran yang terjadi di daerah kerjanya sambil menunggu datangnya petugas pemadam kebakaran Pertamina.

9.7.2.12. Prosedur Keadaan Darurat a. Kontraktor harus mengetahui serta mematuhi prosedur penanggulangan

keadaan darurat dan organisasi keadaan darurat dalam daerah kerjanya (Instalasi/Depot).

b. Setiap kebakaran yang terjadidalam daerah kerja harus segera dilaporkan ke Fire Station atau Pos Security dengan salah satu cara sebagai berikut:

melalui telepon

melalui Fire Alarm Box

melalui Handie Talkie

c. Tata cara melaporkan kebakaran:

1) Sebutkan nama dan identitas pelapor

2) Laporkan perihal kebakaran

3) Beritahukan lokasi kebakaran dengan tepat

4) Beritahukan secara singkat bahan yang terbakar.

d. Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap kebakaran yang terjadidalam daerah kerjanya kepada WILL atau kepala Instalasi/Depot dalam waktu 12 jam melalui pengawas pekerjaan.

9.7.2.13. Bahan-Bahan Berbahaya dan Mudah Terbakar Kontraktor harus mengetahui dan mematuhi semua Peraturan-Peraturan mengenai pengangkutan, penimbunan dan penggunaan bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar.

9.7.2.14. Lindungan Lingkungan a. Umum.

1) Setiap pekerja kontraktor berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 57 / 61

2) Setiap perencanaan yang diperkirakan mempunyai dampak negatif

terhadap lingkungan, wajib dilengkapi dengan analisa mengenai dampak lingkungan dan SOP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Kebersihan. 1) Kontraktor harus selalu menjaga kebersihan dan good house keeping

didalam daerah kegiatannya.

2) Kontraktor wajib menunjuk petugas khusus yang bertanggung jawab atas pelaksanaan item 1).

3) Kontraktor harus menyediakan sarana yang memadai untuk menjaga kebersihan.

c. Prosedur Pembuangan bahan-bahan.

1) Bahan-bahan yang tidak terpakai, sampah-sampah, zat-zat buangan baik dalam bentuk padat maupun cair, wajib dibuang ke tempat pembuangan kotoran minyak yang ditentukan.

2) Bahan-bahan buangan yang tidak mengandung minyak (sampah-sampah kering atau basah) dan lainlain wajib dibuang di tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan oleh Pertamina.

3) Lokasi pembuangan kotoran

Bahan-bahan buangan yang mengandung minyak, baik dalam bentuk padat maupun cair, 'wajib dibuang ke tempat pembuangan kotoran minyak yang ditentukan.

Bahan-bahan buangan yang mengandung minyak (sampah-sasmpah kering atau basah) dan lain-lain wajib dibuang di tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan

4) Kontraktor di wajibkan melaporkan setiap kejadian tumpahan minyak baik di darat maupun perairan yang terjadidalam daerah kerjanya kepada KK/LI dalam waktu 12 jam melalui pengawas pekerjaan.

9.7.2.15. Penutup

Demikian pokok-pokok prosedur Keselamatan Kerja, Pemadam Kebakaran dan Lingkngan Lingkungan yang berlaku bagi Kontraktor/Sub Kontraktor di lingkungan Pertamina Unit Pemasaran dan Niaga. Bilamana terdapat keraguan atau hal-hal yang belum tercakup dalam pokok-pokok prosedur ini, akan mengacu kepada Undang-Undang / Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Diharapkan agar pokok-pokok prosedur ini akan menjadi pedoman bersama dalam menciptakan kondisi kerja yang aman dan selamat, selama kegiatan berlangsung.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 58 / 61

10.0.0. LAMPIRAN

10.1.0. Penempatan Oil Catcher.

10.2.0. Jarak Minimum Dalam Instalasi.

10.3.0. Buffer Zone.

10.4.0. Jarak Minimum.

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 59 / 61

LAMPIRAN 10.1.0. Penempatan Oil Catcher

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 60 / 61

LAMPIRAN 10.2.0. Jarak Minimum dalam Instalasi

PANDUAN K3LL DIT. PEMASARAN & NIAGA

Revisi Ke. 3 Oktober 2008

BAB IX. MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA IX - 61 / 61

LAMPIRAN 10.3.0. Buffer Zone.