Panduan Isolasi RS Mulya

download Panduan Isolasi RS Mulya

If you can't read please download the document

description

hdshjfhdhfggfhfgfhgghfyrtyyyyyyyyyyyyytgjfghjhfgjhkjshdjfhhfjhjhrerrrhgjhhjhdfkjhjhjhjhfkfkjhekjhegdhgsdgghhgd

Transcript of Panduan Isolasi RS Mulya

PANDUANPELAYANAN ISOLASIRUMAH SAKIT MULYA

Komite PPI 2015

BAB IDEFINISI

Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang disediakan di rumah sakit untuk merawat pasien dengan kondisi medis tertentu yangbterpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi resiko terhadap pemberi layanan kesehatan.Pada umumnya ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis yaitu ;Isolasi Tekanan Udara Negatif

Pada kamar isolasi bertekanan negatif udara di dalam kamar isolasi lebih rendah dibandingkan dengan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruang isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit-penyakit menular yang menular melalui udara seperti tuberkulosis, cacar air, herpes zooster, dan rubela, sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA FILTER.

Isolasi Tekanan Udara Positif

Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi dibandingkan dengan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke ruang isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi ini digunakan untuk penyakit-penyakit immunodeficiency atau pasien yang mendapat terapi immunosupresan. Untuk memperoleh tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang telah disterilisasi terlebih dahulu.

BAB IIRUANG LINGKUP

Panduan ini mengatur pasien apa saja yang harus diisolasi, sistem klustering dan kewaspadaan standard dan Isolasi

Panduan ini diterapkan kepada semua yang memerlukan teknik isolasi di IGD, pasien rawat inap baik di ruang rawat biasa maupun di ruang intensif.

Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.

BAB IIITATA LAKSANA

Penatalaksanaaan Tekhnik IsolasiDalam melakukan perawatan pasien semua petugas kesehatan maupun pelaksana yang berhubungan langsung dengan pasien harus menerapkan prinsip kewaspadaan umum/standar precaution.dan isolasi.

Pasien yang dicurigai menderita penyakit menular baik melalui kontak, droplet, maupun airborne yang masuk IGD harus ditempatkan terpisah dari pasien lainnya sambil menunggu tegaknya diagnosa melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Selama di IGD batasi petugas yang kontak dengan pasien tersebut, sebisa mungkin hanya satu orang perawat yang kontak dengan pasien tersebut.

Pasien dan keluarga diberikan penjelasan oleh petugas IGD, bahwa pasien memerlukan isolasi dan keluarga dibatasi dalam mendampingi pasien.

Bila setelah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya pasien tidak memerlukan teknik isolasi maka pasien diperlakukan seperti pasien biasa.

Jika hasil pemeriksaan pasien dicurigai menderita H5N1 dan H5N5, maka petugas IGD wajib merujuk pasien tersebut ke RS Rujukan ( RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan atau RSUD Tangerang ).

Selama transportasi rujukan pasien H5N1 dan H5N5 ke rumah sakit rujukan, petugas menerapkan prinsip kewaspadaan universal.

Jika hasil pemeriksaan pasien tersebut perlu dilakukan rawat inap dan memerlukan teknik isolasi, maka petugas IGD berkoordinasi dengan kepala ruang, kepala Bidang Peratawatan dan Kepala Instalasi Pelayanan, untuk pengaturan ruang rawat.

Untuk pasien dengan TB paru aktif, HIV/AIDS dengan komplikasi maka pasien harus ditempatkan dalam satu kamar tersendiri dan tidak boleh dicampur dengan pasien lain.

Untuk Hepatitis B dan Hepatitis C, dan mengalami penurunan daya tahan tubuh (HIV/AIDS) tanpa komplikasi maka pasien dapat ditempatkan diruangan tersendiri dengan sistem clustering (pengelompokan pasien dengan penyakit yang sama)

Petugas yang merawat pasien di ruangan harus meminimalisasi kontak dengan pasien, namun tetap melakukan pemantauan dan perawatan sesuai standar.

Pengunjung pasien yang membutuhkan isolasi harus dibatasi, bila perlu tidak diijinkan masuk ke kamar pasien.

Kewajiban dan Tanggung JawabPimpinan Rumah Sakit

Menyiapkan ruang/kamar isolasi

Membuat kebijakan dan panduan terkait perawatan isolasi

Seluruh staf Rumah SakitMemahami dan menerapkan prosedur kewaspadaan universal

Memahami kebijakan terkait perawatan isolasi

Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)Bertanggungjawab menerapkan prosedur kewaspadaan universal

Melaksanakan perawatan isolasi sesuai dengan kebijakan dan panduan perawatan isolasi

Kepala Instalasi / Kepala RuangMemastikan seluruh staf di Instalasi memahami kebijakan dan panduan terkait perawatan isolasi.

Mengevaluasi pelaksanaan perawatan pasien yang membutuhkan teknik isolasi

Kepala BidangMemantau dan memastikan panduan perawatan isolasi dikelola dengan baik olehKepala Instalasi.

Menjaga standarisasi dalam menerapkan perawatan isolasi

Kewaspadaan Universal dalam Teknik Isolasi

Kewaspadaan universal adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resik penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan.

Secara garis besar Kewaspadaan Standar dalam Teknik Isolasi adalah:Mencuci tangan

Memakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran mukosa

Memakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin memercik

Menutup luka dan lecet dengan plester tahan air

Menangani jarum dan benda tajam dengan aman

Membuang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air

Melakukan penanganan instrumen dengan benar

Melakukan penggunaan limbah dengan benar

Membersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan cara yang benar

Membuang sampah terkontaminasi dengan aman

Melakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi steril dan siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, desinfeksi dan sterilisasi

Penerapan kewaspadaan universal meliputi:Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput mukosa petugas maupun pengunjung dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.Langkah-langkah penggunaan APD;Persiapkan sarana

Baju/gaun bersih, rapi/tidak robek dan sesuai ukuran badan, alas kaki tertutup

Sarung tangan

Penutup kepala

Masker dan alat pelindung mata

Langkah langkah pengguanaan APD

Lepaskan cincin, jam / gelang dari tangan

Mencuci tangan

Gunakan sepetu pelindung

Gunakan gaun dan kain penutup kepala

Memakai masker dan pelindung mata jika perlu

Memakai sarung tangan

Langkah langkah melepaskan APD

Lepaskan sarung tangan

Lepaskan masker dan pelindung mata

Lepaskan gaun dan tutup kepala secara terbalik dan dimasukan ke tempat pakaian kotor

Lepaskan sepatu pelindung

Mencuci tangan

Penatalaksanaan transportasi kasus isolasi

Petugas harus melakukan cuci tangan dan menggunakan APD

Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien

Desinfeksi alat Transport dan peralatan lain setelah selesai penggunaan

Penanganan Linen

Linen bekas pakai dimasukan ke dalam kantong kuning, diikat dan diberi label

Pakaian pasien menggunakan pakaian rumah sakit

Menjaga kontak seminimal mungkin dalam mengumpulkan dan membawa linen kotor

Anggap semua linen yang telah dipakai sebagai linen infeksius

Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup.

Pemulasaraan Jenazah pada pasien isolasi infeksius

Memperhatikan norma agama dan kepercayaan dan perundangan yang berlaku di ruang isolasi.

Dalam melakukan perawatan jenazah, gunakan Alat Pelindung Diri secara lengkap.

Letakkan kain handuk dibawah kepala pasien untuk menampung bila ada rembesan cairan , darah, dll yang keluar.

Tutup kelopak mata dan/atau ditutup dengan kapas atau kasa; begitu pula mulut, hidung dan telinga

Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air

Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan universal

Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air

Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut

Jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas yang telah mahir dalam hal tersebut.

Dilakukan perawatan jenazah lanjut sesuai SPO perawatan post Mortem.

Pembersihan ruangan isolasi

Lakukan pembersihan dengan menggunakan larutan klorin 0.5% atau desinfektan lainnya sesuai kebijakan rumah sakit, di seluruh permukaan ruangan sebelum penggunaan oleh pasien lain.

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap

Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan pembersihan menggunakan larutan klorin 0.5% atau desinfektan lainnya sesuai kebijakan rumah sakit.

Peralatan untuk pasien tidak boleh dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain.

Pengelolaan limbah

Pada prinsipnya pengelolaan limbah di ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.Dalam pengelolaan limbah meliputi:Menggunakan plastik kuning dalam wadah yang ditutup dengan rapat

Memberi tanda sampah terkontaminasi

Perlengkapan menampung dan membuang sampah tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.

Mencuci wadah dengan larutan Khlorin 0.5% atau desinfekstan sesuai kebijakan rumah sakit.

Prosedur yang membutuhkan kewaspadaan universal dalam teknik isolasi:Srict isolation

Dilakukan bila terjadi wabah difteri, pneumonia dan varicellaDifokuskan untuk mencegah penyebaran kuman melalui udaraProsedur kewaspadaan universalnya adalah:Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup

Setiap orang yang memasuki ruangan harus menggunakan gaun, penutup kepala, masker dan sarung tangan

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Menggunakan disposal

Contact isolation

Untuk infeksi pernafasan akut, influenza pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simpleks, rubela, dan scabiesDifokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontakProsedur kewaspadaan universalnya adalah:Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup

Harus menggunakan gaun jika ada kemungkinan cairan yang terpercik

Harus menggunakan masker jika kontak dengan pasien

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Menggunakan sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Menggunakan disposal

Respiratory Isolation

Untuk meningitis, pertusis dan pneumoniaDifokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui droplet karena batuk, bersin maupun inflasiProsedur kewaspaan universalnya adalah:Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup

Tidak perlu menggunakan gaun

Harus memakai masker

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Menggunakan sarung tangan

Menggunakan disposal

Tuberculosis Isolation

Untuk TBCDifokuskan untuk mencegah penyebaran Acid Fast BacilliProsedur kewaspadaan universalnya adalah:Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup dan bertekanan negatif

Setiap orang yang memasuki ruangan harus menggunakan gaun, penutup kepala, masker dan sarung tangan

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Menggunakan disposal

Enteric Precaution

Untuk gastroenteritis, demam typhoid, kolera, diare, dengan penyebab infeksiusDifokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui fecesProsedur kewaspadaan universalnya adalah;Perlu ruangan khusus jika kebersihan klien buruk

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak memerlukan masker

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Menggunakan disposal

Drainage/Secret Precaution

Untuk drainase lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka decubitus, konjuctivitisDifokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi,membatasi kontak langsung atau tidak langsung dengan material tubuhProsedur kewaspadaan universalnya adalah;Tidak perlu ruangan khusus

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak memerlukan masker

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Menggunakan disposal

Bloody/Fluid Precaution

Untuk hepatitis B, sypillis, HIV/AIDS dan malariaDifokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung atau tidak langsung dengan cairan tubuhProsedur kewaspadaan universalnya adalah;Tidak perlu ruangan khusus

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak memerlukan masker

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien

Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Menggunakan disposal

BAB IVDOKUMENTASI

Pelaporan dan Pencatatan dalam Penanganan Tekhnik IsolasiDPJP dan petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien tersebut menuliskan pengkajian, rencana perawatan dan pengobatan, tindakan yang dilakukan, hasil pemeriksaan dan evaluasi di dalam rekam medis.

Perawat ruang rawat mencatat data pasien dengan TB Paru Aktif dan HIV/AIDS pada buku data penderita TB paru dan HIV/AIDS untuk dilakukan rekapitulasi pada akhir bulan.

Untuk kasus kasus yang memerlukan pelaporan kepada pihak berwenang (Dinas Kesehatan), maka perawat ruangan/penanggung jawab ruangan berkoordinasi dengan team yang ada di RS Mulya dalam hal pembuatan laporan;

Kasus TB Paru aktif maka berkoordinasi dengan Team DOTS TB yang ada di Poliklinik Paru.

Kasus HIV/AIDS berkoordinasi dengan Team Penanggulangan HIV/AIDS yang ada di Poliklinik Penyakit Dalam

Team DOTS TB Paru dan Team HIV/AIDS melaporkan kepada Team Rekam Medis untuk membuat Laporan Angka Kejadian TB Paru dan HIV/AIDS ke Dinas Kesehatan setiap bulan/tahun.

REFERENSI

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya Kesiapan menghadapi Emerging Infectious Disease Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Cetakan ketiga, Tahun 2011.

WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care. World Health Organization, 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta. Kementerian Kesehatan

RI, Cetakan ketiga, Tahun 2011.

Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI. Pedoman Bersama ILO/WHO Tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta. Tahun 2005.

Guidelines For Environmental Infection Control in Health-Care Facilities. Recommendations of CDC and Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee (HICPAC). U.S. Departement of Health and Human Services Centers of Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta, GA 30333. 2003