Pandangan Katolik Tentang Sakit, End of Life Dan Pengobatan Paliatif
-
Upload
angelia-elisabeth-mambu -
Category
Documents
-
view
332 -
download
35
Transcript of Pandangan Katolik Tentang Sakit, End of Life Dan Pengobatan Paliatif
Katolik
Sakit
Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai mahkluk yang
memiliki tubuh. Tubuh manusia sebagai mahkluk hidup bersifat sangat rapuh. Oleh karena itu
manusia tidak tidak bisa tidak menderita sakit. Seperti kematian demikianpun rasa sakit bersifat
merelativir. Dan yang menyebabkan sakit adalah manusia itu sendiri, karena kelalaian manusia
menjaga tubuh
Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang katolik tentang eksistensi Allah atau
Tuhan sebagai Mahabaik. Mahabaik berarti tidak bisa dibandingkan kebaikan-Nya dengan
kebaikan manusia. Allah Mahabaik artinya Allah tidak baik seperti manusia yang baik.
Pandangan yang demikian merupakan analogi entis, yaitu argument tentang derajat
kesempurnaan berdasarkan tingkat yang berbeda.
Allah adalah cinta kasih (1 Yoh 4: 8-16). Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit
tetapi karena kelalaian manusia. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak baik tidak berasal dari
allah
Penyakit merupakan percobaan yang paling berat, dan setiap penyakit akan
mengingatkan kita pada suatu kematian [KGK 1500 (Katekismus Gereja Katolik)]. Penyakit
dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri malahan kadang-kadang rasa putus asa dan
pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia menjadi lebih matang,
dapat membuka matanya untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia
berpaling kepada hal-hal yang penting. Sering kali penyakit membuat orang mencari Allah dan
kembali lagi kepada-Nya (KGK 1501).
Pengobatan Paliatif
Dalam Agama Katolik, tidak ada larangan bagi orang sakit untuk menjalani dan
pengobatan paliatif, selama pengobatan – pengobatan ini dapat menyembuhkan atau membuat
keadaan menjadi lebih baik. Hal ini berdasarkan pada landasan ajaran agama Katolik, yaitu
Hukum Cinta Kasih dan KGK 1506 – 1510, dimana Kristus mengajak para murid – muridnya
dan juga gereja untuk menyembuhkan dan merawat para orang – orang sakit.
End of life
Sakramen Pengurapan Orang Sakit perlu diterima tiap saat penyakit memuncak menjadi gawat,
yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat mencemaskan.
Dengan pengurapan orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada
kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah melakukan dosa,
maka dosanya itu diampuni. “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu
dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni”(bdk Yak 5:15).
Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi
perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui kematian
telah masuk ke dalam kehidupan.
Buah-buah rahmat apa saja yang diperoleh dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
Persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan
Gereja;
Penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang
ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut;
Pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menrimanya melalui Sakramen
Pengakuan;
Penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa;
Persiapan untuk peralihan ke hidup abadi