Keperawatan Paliatif

21
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “KEPERAWATAN PALLIATIF PADA KLIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS” Adapun maksud dari penulisan makalah ini, selain merupakan tugas individu bagi kami mahasiswa, juga merupakan pembelajaran bagi komunitas perawat di dalam pelayanan kritis agar dapat meningkatkan pelayanan secara baik dan maksimal Kami sadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan. Terima kasih. PENULIS

Transcript of Keperawatan Paliatif

Page 1: Keperawatan Paliatif

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus dengan judul “KEPERAWATAN PALLIATIF PADA

KLIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS”

Adapun maksud dari penulisan makalah ini, selain merupakan tugas

individu bagi kami mahasiswa, juga merupakan pembelajaran bagi komunitas

perawat di dalam pelayanan kritis agar dapat meningkatkan pelayanan secara

baik dan maksimal

Kami sadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena itu kritik

dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami

harapkan. Terima kasih.

PENULIS

TIM

Page 2: Keperawatan Paliatif

BAB I

PENDAHULUAN

Kematian tidak bisa dihindari dan semua orang cepat atau lambat pasti

akan menemuinya. Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan.

Mereka tidak mau memikirkan, apalagi membicarakannya. Sebagian orang lain

menganggap kematian adalah hal yang biasa, sebagai awal kehidupan baru di

akhirat. Karena setiap orang akan mati, setiap orang juga akan melalui proses

sekarat. Ada yang cepat ada juga yang lambat, menyakitkan dan menyengsarakan.

Di sinilah perawatan paliatif diperlukan.

Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya

menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang

mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui

identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik,

psikososial maupun spiritual”.

Paliatif berasal dari bahasa Latin pallium, sejenis jubah pada zaman

Yunani kuno dan Romawi. Paliatif berarti berfungsi seperti jubah

yang melindungi, menyamankan, dan menyembunyikan atau mengurangi

keburukan. Perawatan paliatif adalah perawatan yang menyelubungi seorang yang

sakit dengan terapi yang penuh cinta kasih. Perawatan ini tidak hanya memikirkan

aspek fisik, tetapi juga termasuk kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual

seseorang.

Perawatan paliatif tidak lagi ditujukan untuk penyembuhan, tetapi untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien di sisa usianya. Perawatan ini

diberikan ketika tidak ada lagi peluang kesembuhan secara medis. Perawatan

hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan sebanyak mungkin. Selain itu, ada

penekanan pada perawatan psikologis untuk pasien dan orang-orang dekatnya.

Page 3: Keperawatan Paliatif

Pasien dipersiapkan untuk meninggal dunia dengan tenang dan mengakhiri

kehidupan secara bermartabat.

Perawatan paliatif mulai dikenalkan pada tahun 60-an di Inggris oleh

Cicely Saunders. Dia adalah peletak konsep dasar perawatan paliatif. Sebagai

perawat, pekerja sosial dan kemudian dokter, Cicely banyak menghadapi pasien

yang sakit parah dan tergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka. Filosofi

dasar perawatannya adalah bahwa kematian adalah fenomena yang sama alaminya

dengan kelahiran, sehingga melihat kematian sebagai proses yang harus

meneguhkan hidup dan bebas dari rasa sakit.

Berkat jasanya, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di

Inggris dan lebih dari 8.000 di seluruh dunia. Di Indonesia, perawatan paliatif

baru mulai berkembang akhir-akhir ini. Perawatan paliatif pertama dimulai pada

tahun 1992 oleh RS Dr. Soetomo (Surabaya), yang disusul oleh RS Cipto

Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin

Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah

(Denpasar).

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang

tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi juga ahli gizi, ahli fisioterapi,

pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara

terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat

inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care dan respite care. Rawat

rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak

dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan

memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya,

baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah

menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang

merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak).

Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling

Page 4: Keperawatan Paliatif

dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain,

mengikuti terapi musik.

Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:

Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang

normal.

Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.

Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.

Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan

setelah kematian.

Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.

Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif

memengaruhi perjalanan penyakit.

Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang

usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan

yang diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis

yang berat.

Pada awalnya, perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker

stadium akhir yang tidak mungkin sembuh. Namun, kini perawatan juga diberikan

kepada pasien penyakit-penyakit lain yang mengancam jiwa seperti HIV/AIDS,

penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit saraf. Lamanya perawatan paliatif

mungkin hanya beberapa hari, tapi juga mungkin beberapa bulan.

Page 5: Keperawatan Paliatif

BAB II

KEPERAWATAN PALLIATIF PADA KLIEN GAWAT DARURAT

DAN KRITIS

Intensive Care adalah suatu bentuk perawatan medis pada pasien yang

potensial bisa disembuhkan, dimana perawatan yang diberikan berupa observasi

dan terapi dengan standar yang lebih tinggi daripada yang ada di ruangan biasa

( ward )

Critical Care: suatu proses monitoring fisiologis yang ketat disertai dengan

tindakan intervensi dengan response time yang cepat, meliputi intervensi

farmakologis, support ventilasi, dan prosedur invasive.

Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan

teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran

gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Pasien kritis

adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang

intensif.

Prioritas pasien yang dikatakan kritis

1. Pasien prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil, yang

memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat–alat ventilasi,

monitoring, dan obat – obatan vasoaktif kontinyu dan lain–lain, misalnya

pasien bedah kardiotorasik, atau pasien shock septik. Pertimbangkan juga

derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu.

2. Pasien prioritas 2

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis

pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi segera, karenanya pemantauan

Page 6: Keperawatan Paliatif

intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat

menolong.misalnya pada pasien penyakit jantung, paru, ginjal, yang telah

mengalami pembedahan mayor. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas

macam terapi yang diterimanya.

3. Pasien prioritas 3

Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan

sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik

masing–masing atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan sembuh

dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.

Contoh–contoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik

disertai penyulit infeksi pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas

atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi

penyakit akut berat. Pasien–pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi

intensif untuk mengatasi penyakit akut berat. Pasien–pasien prioritas 3

mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha

terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi dan resusitasi kardio

pulmoner.

Adapun Kriteria untuk perawatan di ICU :

a. Pasien yang butuh bantuan ventilatory support

b. Pasien yang membutuhkan monitoring terapi, cairan dan farmakologis

c. Pasien dengan major trauma, multitrauma dan luka bakar berat apalagi

disertai instabilitas hemodinamika

d. Pasien major trauma yang dilakukan prosedur Damage Control Surgery

e. Pasien yang menjalani major surgery .

Page 7: Keperawatan Paliatif

Tugas dan tanggung jawab perawat dalam penatalaksanaan pasien kritis :

a. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi

dan

b. Monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data

yang didapat dan melakukan tindak lanjut.

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.

d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.

e. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat

proses penyembuhan pasien.

Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dalam bidang perawatan

pasien dengan keadaan kritis disini WHO sebagai lembaga tertinggi dalam

bidang kesehatan mencanangkan dalam bentuk pelayanan paliatif yang di

lakukan secara komprehensif.

Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya

menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang

mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui

identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik

fisik, psikososial maupun spiritual”.

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang

tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli

fisioterapi, pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang

bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat

dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day

care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah

pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan

dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-

masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun

Page 8: Keperawatan Paliatif

psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien selama jam

kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain

(seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite careadalah layanan

yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater,

bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.

Tujuan dalam keperawatan paliatif :

1. Meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak

menghambat atau menundan kematian, mengurangi nyeri dan gejala

penyakit lainnya, integrasi fisik, psikis, sosial, emosional dan spiritual

dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individu dan

keluarga.

2. Menyediakan sistem untuk membantu individu hidup seoptimal mungkin

sampai menjelang kematiannya

3. Menyediakan sistem dukungan untuk membantu keluarga dalam

mengatasi masalah sepanjang perawatan pasien dan masa berduka

Sasaran kebijakan pelayanan paliatif :

1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang

memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh

Indonesia.

2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya

dan tenaga terkait lainnya.

3. Institusi-institusi terkait, misalnya:

a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota

b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta

c. Puskesmas

d. Rumah perawatan/hospis

e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

Page 9: Keperawatan Paliatif

Lingkup kegiatan perawatan paliatif :

1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :

a. Penatalaksanaan nyeri.

b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.

c. Asuhan keperawatan

d. Dukungan psikologis

e. Dukungan sosial

f. Dukungan kultural dan spiritual

g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan

kunjungan/rawat rumah.

Aspek midokelegal dalam perawatan paliatif di ruang kritis :

1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.

2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif

a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat

dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.

b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat

pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.

c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki

resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk

membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat

diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam

informed consentmenjelang ia kehilangan kompetensinya.

d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan

tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive

tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas

pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh

seluruh anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan

pengadilan untuk pengesahannya.

Page 10: Keperawatan Paliatif

e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak

melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu

apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi

diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas

hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.

3. Perawatan pasien paliatif di ICU

a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-

ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.

b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus

mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian

peralatan life-supporting.

4. Beberapa karakteristik perawat paliatif di ruangan kritis :

a. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

b. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses

yang normal.

c. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.

d. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan

pasien.

e. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

f. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit

dan setelah kematian.

g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien

dan keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika

diindikasikan.

h. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif

memengaruhi perjalanan penyakit.

i. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk

memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan

Page 11: Keperawatan Paliatif

mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih memahami dan

mengelola komplikasi klinis yang berat.

Isu Kebijakan Perawatan Paliatif :

1. Kurangnya SDM serta mekanisme pembiayaan kesehatan merupakan

hambatan yang besar untuk mengakses Palliative and end-of-life care

2. Palliative care dipengaruhi oleh isu sosial, organisasi dan kebijakan

ekonomi secara keseluruhan

3. Mengintegrasikan konsep palliative care untuk seluruh penyakit dalam

konteks pelayanan dan pendidikan

4. Ada sistem yang mengatur pendidikan berkelanjutan terkait dengan

Palliative Care untuk tenaga kesehatan

Page 12: Keperawatan Paliatif

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat

disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit

degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke,

Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit

infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping

kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini,

pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien

dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium

lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi

juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien yang

berada di ruang keperawatan kritis dan keluarganya

Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih

belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan

Page 13: Keperawatan Paliatif

pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan

kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi

sarana pelayanan kesehatan yang berada di keperawatan kritis untuk

menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif secara maksimal.

B. SARAN

Pada permasalahan dalam keperawatan paliatif di ruang perawatan

kritis memerlukan kesiapan yang baik oleh setiap perawat yang berada

dalam tatanan kerja tersebut sehingga dalam pelayanannya dapat dilakukan

secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

Page 14: Keperawatan Paliatif

DAFTAR PUSTAKA

Anderson , Ian .D : Care of the Critically Ill Surgical Patient, 1999, The Royal

College of Surgeons of England

Hopkinson R.B : General Care Units, in Critical Care, Standards – Audit and

Ethics, ED. Tinker, Browne and Sibbald, 1996, Arnold p. 37 – 54

Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V ; Principles of Critical Care, in

Trauma Manual, ED. Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V ; 2003,

McGraw Hill Book Coy.,p. 441 – 451

Rivet E.B and Coopersmith C.M : Critical Care, in The Washington MANUAL

OF surgery, 5th ed. , Ed. Klingensmith M.E, Lie E.C, Glasgow S.C et al,

2008, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 134 – 52.

Page 15: Keperawatan Paliatif