Case Report Paliatif Blm Kelar

28
PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM AKHIR DITINJAU DARI ASPEK SPIRITUAL Disusun oleh: NAMA : PUTRI MUTIARA SARI NPM : 1102011212 KEPEMINATAN PALIATIVE CARE Dosen Pengampu : dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc Dosen Pembimbing : dr. Yulia Suciati, MKes BLOK ELEKTIF NOVEMBER 2014

Transcript of Case Report Paliatif Blm Kelar

Page 1: Case Report Paliatif Blm Kelar

PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM AKHIR DITINJAU DARI ASPEK SPIRITUAL

Disusun oleh:

NAMA : PUTRI MUTIARA SARINPM : 1102011212

KEPEMINATAN PALIATIVE CARE

Dosen Pengampu : dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc

Dosen Pembimbing : dr. Yulia Suciati, MKes

BLOK ELEKTIF NOVEMBER 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Page 2: Case Report Paliatif Blm Kelar

2014-2015

ABSTRAK

Background: Cervical cancer is the most of cancer type in women. Most women is diagnosed cervical

cancer when it has reached advanced stage. A woman with cervical cancer need people she can turn to for strength and comfort. Support can come in many forms: family, friends, cancer support groups, spiritual groups, or online support communities. When a woman is dying, religion and spiritual beliefs can be very comforting, but they also can be the source of questions and doubts. She may have thoughts and questions about her life and what will happen to her after she dies. She may believe that it is important to make peace with her god or do things to keep her soul or spirit safe after she dies. Therefore, Spirituality is needed in handling patients with cervix cancer in order to enhance the quality of life.Case Report: Mrs. F, 59 years old, was diagnosed with stage IVb cervical cancer by a physician. Her condition is not allowed to pray five times a day, but the patient is still able to dhikr every time and still want to recover and get out of bed. Families of patients are able to receive the patient's condition and ready to be all the consequences that would happen.Results and Conclusion: In patients with advanced cervical cancer, beside paying attention to the physical condition of the patient, we will also need to pay attention to the spiritual condition. Spiritual characteristics, not only in relationship with God, but also with ourselves, others and nature. With the aim to improve the spirituality in cancer patients, it can be an alternative therapy, namely Dhikr, Relaxation Response, and Spiritual Night Care.Key words: cervical cancer, spiritual aspects, palliative care.

PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita dan menjadi penyebab

lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut

terjadi di negara berkembang (Adrijono, 2004). Minimnya kesadaran akan pencegahan

dan terlambatnya pengobatan terhadap penyakit ini menyebabkan angka mortalitas

kanker serviks masih tinggi. Angka mortalitas yang tinggi ini membuat banyak wanita

menjadi kuatir. Ditambah Prognosis kanker serviks yang buruk. Umumnya, 5-years

survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira -

kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%. Mengetahui prognosis yang buruk

tersebut menyebabkan banyak penderita kanker serviks stadium lanjut memperlihatkan

reaksi psikologis yang mengkuatirkan (Rasjidi, 2007). Oleh sebab itu mereka

membutuhkan salah satunya bantuan spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup.

Ketika seorang wanita sedang sekarat, keyakinan agama dan spiritual bisa sangat

menenangkan, tetapi mereka juga dapat menjadi sumber pertanyaan dan keraguan. dia

mungkin memiliki pikiran dan pertanyaan tentang hidupnya dan apa akan terjadi

setelah dia meninggal. Dia percaya bahwa penting untuk membuat perdamaian dengan

Tuhan-nya atau melakukan hal-hal untuk menjaga jiwanya aman setelah dia meninggal.

Page 3: Case Report Paliatif Blm Kelar

Hal ini penting untuk menghormati dan responsif terhadap spiritual dan

keyakinan agama dari pasien dan keluarganya, tidak peduli agama apa yang mereka

praktekan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang memiliki

penyakit terminal menemukan kedamaian spiritual, dan untuk membawa kenyamanan

dan membantunya menerima kematiannya. (Sellors J, Muhombe K, Castro W, 2004)

Untuk alasan ini, pasien kanker membutuhkan perawatan yang memelihara jiwa,

bukan hanya perawatan medis untuk mengobati kanker dan mengelola efek samping dari

terapi. Spiritualitas bisa menjadi semakin penting selama perjalanan penyakit dan

pengobatannya serta selama remisi. Perawatan rohani mungkin menjadi strategi

mengatasi kunci untuk pasien menghadapi berbagai tekanan terkait dengan kanker, efek

samping, dan potensi ancaman bagi kehidupan. (Oncology nurse advisor, 2010)

PRESENTASI KASUS

Nama : NY.F

Usia : 59 Tahun

Alamat : Jalan puskesmas, Kec.Kramat Jati

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Status pernikahan : Sudah menikah, memiliki 4 orang anak

Pasien wanita berusia 59 tahun pertama kali di diagnosis kanker serviks stadium 3 di

RS. Pasar Rebo dua tahun yang lalu. RS Pasar Rebo merujuk pasien ke RSCM. Pasien

tidak dirawat di rumah sakit. Pasien bolak-balik dari rumah ke rumah sakit untuk

menjalankan kemoterapi dan radioterapi. Karena jarak antara rumah ke rumah sakit jauh,

pasien merasa lelah dan tidak ingin dilakukan kemoterapi. Pasien kemudian hanya

minum vitamin dan ekstrak daun sirsak sebagai pengganti terapi. Hampir 2 tahun pasien

tidak lagi melakukan pemeriksaan. Selama 6 bulan pertama pasien diberikan jus wortel,

kentang, dan apel. Kondisi pasien stabil dan terlihat sehat, tetapi pasien merasa gatal di

tenggorokannya setelah meminum jus tersebut sehingga pemberian jus dihentikan. 2

bulan kemudian kondisi pasien menurun drastis. Pasien dilarikan ke RS Pasar Rebo,

Page 4: Case Report Paliatif Blm Kelar

namun Hb pasien saat itu 5,9 dan dari pihak RS Pasar Rebo tidak bisa menangani

sehingga dilarikan ke RS Haji. Pasien terdaftar sebagai anggota BPJS premi kelas 3,

namun ditolak oleh pihak rumah sakit dengan alasan tidak ada kamar. Kemudian, pasien

mencoba untuk mendaftar menjadi pasien umum dan akhirnya pasien dapat masuk

kamar. pasien diberikan transfusi 3-4 kantong. Setelah Hb normal, pasien dipulangkan.

Pada tanggal 26 oktober 2014 pasien sudah mulai tidak kuat berdiri. Satu minggu

kemudian pasien tidak bisa menelan makanan. Terdapat gelaja dehidrasi. Pasien

kemudian dilarikan ke RS Pasar Rebo lalu dipasang infus dan diberikan cairan neurobion.

Hb pasien saat itu 9 mmHg. Karena dianggap Hb nya masih normal, kemudian dokter

memulangkan pasien untuk dirawat di rumah. Dokter kemudian memberikan surat

rujukan ke Puskesmas Kel. Dukuh.

Pasien dibawa oleh anaknya dengan membawa surat rujukan dari RS. Pasar Rebo ke

Puskesmas Kelurahan Dukuh pada tanggal 4 November 2014. Pasien datang dengan

diagnosis kanker serviks stadium 4. Terdapat metastase di daerah leher dan lidah jatuh

kebelakang sehingga pasien sulit menelan dan tidak dapat dipasang NGT. Pasien sadar

dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:

Hb 9.5 mmHg, trombosit normal, gula darah 110, ureum 150, kreatinin masih bagus.

Pasien di pulangkan dari RS. Pasar Rebo tanpa obat, tanpa infus, tidak diberikan resep

obat dan hanya di pasang kateter. Kemudian puskesmas mengirim surat permintaan untuk

perawatan paliatif ke RS Kanker Dharmais.

Pada tanggal 10 November 2014, dokter dari bagian perawatan paliatif RS Kanker

Dharmais dan kelompok 3 kepeminatan palliative care datang mengunjungi pasien dan

keluarga. Pasien sadar dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pasien terbaring

lemah dan sudah terpasang infus NaCl 0.9%. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan

kondisi pasien sebagai berikut: pasien mengeluhkan pusing, terdapat jamur pada hampir

seluruh bagian belakang lidah, pasien tidak dapat duduk, dan mengeluhkan nyeri tekan

pada perut bagian kiri bawah. Pasien menggunakan kateter. Pengeluaran urin 24 jam

500cc menunjukan pasien tidak dehidrasi. Pasien sudah tidak dapat menahan pengeluaran

feses dan urin. Feses keluar dari vagina pasien. Menurut suami pasien yang

membersihkan pampers pasien, sering ditemukan gumpalan darah bersamaan dengan

Page 5: Case Report Paliatif Blm Kelar

feses. Ulkus dekubitus di tulang ekor sudah mengering. Pasien dapat menelan cairan

makanan yang diberikan melalui spuit.

Pasien mempunyai 4 orang anak. Saat ini pasien tinggal dengan suami, seorang anak,

satu orang cucu, dan kaka iparnya. Suami pasien mengurangi pekerjaannya untuk

merawat pasien. Anak kedua pasien tidak dapat berkunjung setiap hari karena anaknya

sedang dirawat di rumah sakit. Saudara pasien ada yang bekerja sebagai perawat dan

mengajarkan cara pemasangan infus dan pembersihan kateter kepada keluarga pasien.

Anak pertama, ketiga, dan keempat pasien berkunjung satu minggu sekali. Ketika anak

dan menantunya berkunjung, pasien terlihat lebih bergairah. Menurut suami, pasien

sering marah-marah karena merasa bersalah kepada diri sendiri. Pasien mengetahui

bahwa penyakitnya berat hingga terbaring lemah sehingga tidak memungkinkan untuk

shalat lima waktu, namun pasien masih dapat berzikir setiap waktu dan masih

berkeinginan untuk sembuh dan bangkit dari tempat tidurnya. Keluarga pasien sudah

dapat menerima keadaan pasien dan siap akan segala konsekuensi yang akan terjadi.

DISKUSI

a. Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup

pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang

dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan

penilaian yang tertib serta penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain,

asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan

spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement) (KEPMENKES

RI NOMOR: 812, 2007). Tujuan utama perawatan paliatif bukan hanya untuk

menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga

keluarganya.

Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah

tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan

juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti

HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.

Page 6: Case Report Paliatif Blm Kelar

Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker

Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:

1. Menghargai setiap kehidupan.

2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.

3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.

5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan

keluarga.

7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.

8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan

kondisinya sampai akhir hayat.

9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

b. Spiritual dan hubungannya dengan pasien kanker

Allama Mirsa Ali Al-Qadhi dikutip dalam bukunya Dr.H.M.Ruslan,MA mengatakan

bahwa spiritualitas adalah tahapan perjalanan batin seorang manusia untuk mencari dunia

yang lebih tinggi dengan bantuan riyadahat dan berbagai amalan pengekangan diri

sehingga perhatiannya tidak berpaling dari Allah, semata-mata untuk mencapai puncak

kebahagiaan abadi.

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha

Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang

diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap

mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang

untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa,

mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).

Spiritualitas dan agama dapat menjadi penting untuk kesejahteraan orang-orang yang

menderita kanker, memungkinkan mereka untuk lebih baik dalam mengatasi penyakit.

Spiritualitas dan agama dapat membantu pasien dan keluarga menemukan makna yang

Page 7: Case Report Paliatif Blm Kelar

lebih dalam dan mengalami rasa pertumbuhan pribadi selama pengobatan kanker,

sementara hidup dengan kanker, dan sebagai survivor kanker. (NCCN, 2011)

Para ahli mengatakan bahwa praktek-praktek spiritual atau agama dapat membantu

pasien menyesuaikan diri dengan efek kanker dan pengobatannya. Pasien yang

bergantung pada iman atau spiritualitas mereka cenderung mengalami peningkatan

harapan dan optimisme, kebebasan dari penyesalan, kepuasan yang lebih tinggi dengan

kehidupan, dan perasaan kedamaian batin. Selain itu, pasien yang mempraktekkan tradisi

keagamaan atau berhubungan dengan spiritualitas mereka cenderung lebih sesuai dengan

pengobatan dan menjalani gaya hidup sehat. (NCCN, 2011)

Kebanyakan individu cenderung menganggap bahwa cobaan atau ujian hidup terbatas

pada hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti bencana alam, pailit, kesedihan, sakit,

kecelakaan dan hal-hal yang lazim disebut musibah. Individu sering lupa bahwa

kesehatan juga merupakan ujian dari Allah (Yafie, Ali. , et al., 2006). Sebagaimana firman

Allah: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan

keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada

kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-anbiyaa’ (21):35)

Menurut Quraish Shihab, spiritualitas adalah lahirnya dorongan dalam hati untuk

melakukan hubungan dengan Allah (Shihab, M. Quraish, 2007). Kehidupan adalah

perjuangan dan individu harus siap menghadapinya. Keadaan sakit bagi penderita kanker

serviks secara psikologis harus disikapi dengan lahirnya dorongan dalam hati untuk

melakukan hubungan dengan Allah Yang Maha Memberi Cobaan. Hubungan tersebut

dapat dilihat pada munculnya ketaatan melaksanakan apa yang diyakini sebagai perintah

atau kehendak Allah.

Pada presentasi kasus diatas, walaupun Ny. F sudah terbaring lemah sehingga tidak

memungkinkan untuk dirinya shalat lima waktu, namun Ny. F masih dapat berzikir setiap

waktu. Hal ini membuktikan bahwa pasien memiliki keyakinan yang kuat dalam

hubungannya dengan Sang Pencipta.

Terdapat beberapa karakteristik spiritual yang meliputi:

1. Hubungan dengan diri sendiri

Page 8: Case Report Paliatif Blm Kelar

Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu

siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan

pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta

keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri sendiri seseorang

membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang

pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuadan hidup, optimis

terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Konzier, Erb, Blais &

Wilkinson, 1995)

Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan Keen (1985) kepercayaan bersifat universal,

dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan

dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi

individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti

mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami

kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.

Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan

merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubunga saling percaya

dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk

mempertahankan hidup,tanpa banyak harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih

cenderung terkena penyakit (Grimm, 1991).

Makna atau arti dalam hidup (Meaning of Life). Perasaan mengetahui makna hidup,

yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai

suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata,

membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan

dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).

2. Hubungan dengan orang lain

Hubugan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang

lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara

timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang yang sakit, serta meyakini

kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik

Page 9: Case Report Paliatif Blm Kelar

dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi serta

keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dak kebaikan,

menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan

dihargai dan diperhatikan dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang

mengalami kekurangan ataupun mengalami stress, maka orang lain dapat memberi

bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000).

Maaf dan Pengampunan (Forgiveness). Menyadari kemampuan untuk

menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa

bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta

mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau

penderitaan. Dengan pengampunan, seseorang individu dapat meningkatkan koping

terhadap stress, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan

perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).

Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and Social Support). Keinginan untuk

menjalin dan mengembangkan hubugan antar manusia yang positif melalui keyakinan,

rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan

dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai

pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku

tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).

3. Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi

pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam

serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam

menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan

rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul

perasaan kesenangan dan kepuadan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting

dalam hidup seperti menonton televisi, mendengar musik, olahraga dan lain-lain

(Puchalski, 2004)

Page 10: Case Report Paliatif Blm Kelar

Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan.

Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status

kesehatan (Hamid, 2000)

4. Hubungan dengan Tuhan

Meliputi agama maupun tidak. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa,

keikutsertaan dalam kegiatan beribadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan

alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila mampu

merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia /

kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian

atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas

personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui

harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 1999).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual menurut Taylor (1997) dan Craven

& Hirrnle (1996) dalam Hamid (2000), antara lain:

a) Tahap perkembangan

Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki

beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali

suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak

memiliki makna bagi seseorang

b) Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu

Tidak begitu banak yang diajarkan tentang Tuhan dan aga,a, tapi individu belajar

tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu

keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai

pandangan, pengalaman terhadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan

keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone, 1997)

c) Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.

Pada umumya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak

Page 11: Case Report Paliatif Blm Kelar

belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan

keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan

d) Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengatuhi spiritual

seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara

spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis & LeMone, 1997). Peristiwa dalam

kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada

manusia menguji imannya

e) Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan ke dalam spiritual seseorang. Krisis sering

dialami ketika seseorang mengalami penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan

dan bahkan kematian,, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan

prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut

merupakan pengalam spiritual yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; dikutip

dari Craven & Hirnle, 1996)

f) Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut seringkali membuat individu merasa

terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup

sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti

kegiatan keagaamm atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang

bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2000)

g) Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk

menunjukkan kebesaran Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi

pengobatan (Hamid, 2000)

Pada pasien dengan penyakit terminal, termasuk pasien kanker stadium lanjut, tidak

hanya menghadapi masalah dengan fisik saja tetapi juga menghadapi masaah spiritual. Di

lain pihak, aspek spiritual juga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik

Page 12: Case Report Paliatif Blm Kelar

pasien. Dari penjelasan tersebut maka dapat digambarkann bagaimana aspek spiritual

juga berpengaruh.

c. Kebutuhan spiritual dan ketenangan jiwa pada pasien kanker

Di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, tersedia layanan perawatan paliatif yang

bertujuan meningkatkan mutu hidup penderita kanker lanjut. Dalam layanan perawatan

paliatif disediakan layanan spiritual sesuai dengan keinginan penderita. Menurut

pengalaman rohaniawan yang memberikan dukungan spiritual, penderita lebih mudah

menerima kenyataan bahwa dirinya terkena kanker lanjut dan lebih dapat menyesuaikan

diri menghadapi masa-masa sulit yang dialami. (Djauzi S, 2004)

Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama. Seseorang

pemeluk agama Islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan spiritual yang

dilaksanakan sesuai ajaran agama Islam, misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat

hajat. Berzikir adalah mengingat Tuhan dengan segala sifat-sifat-Nya, di antaranya sifat

Rahman dan Rahim (Kasih Sayang). Dalam berzikir penderita memuji kebesaran Tuhan

dan berharap kasih sayang Tuhan akan menyembuhkannya. Dalam berdoa penderita

dapat mengadukan penderitaannya. Serta memohon doa kesembuhan. Berpuasa

diharapkan akan mendekatkan diri dengan Tuhan sehingga dirinya makin bersih dan

mendapatkan ampunan serta kesembuhan. Sholat Hajat adalah sholat yang khusus dalam

hal ini memohon kesembuhan penyakit. (Djauzi S, 2004)

d. Dzikir

Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam

bentuk ucapan - ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang

mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara - cara yang diajarkan oleh

Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan diri

(taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari siksa

Allah (Suhaimie, 2005). Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, ”Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”,

”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar

matahari”(Bayumi, 2005).

Manfaat dzikir (Bayumi, 2005):

Page 13: Case Report Paliatif Blm Kelar

1) Surat Al Jumu‟ah ayat 10 : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka

bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatah Allah

banyak - banyak supaya kamu beruntung.”

2) Surat An Anfal ayat 45 : “Hai orang - orang yang beriman, apabila kamu

memerangi pasukan (musuh), maka berteguhlah hati kamu dan sebutlah (nama)

Allah sebanyak - banyaknya agar kamu beruntung (berani dan yakin)”.

3) Surat Ar Ra‟ad ayat 28 : “(yaitu) orang - orang yang beriman dan hati mereka

menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati

Allah-lah hati menjadi tenteram”.

4) Surat Al Ankabut ayat 45 :”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu

Al Qur‟an dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari

(perbuatan - perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah

(sholat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat - ibadat yang lain. Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

5) Surat Ali Imran ayat 135 : “Dan (juga) orang - orang yang apabila mengerjakan

perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu

memohon ampun terhadap dosa - dosa mereka dan siapa lagi yang dapat

mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan

perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

6) Surat Ali Imran ayat 190 : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan

silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda - tanda bagi orang - orang yang

berakal”.

e. Respons Relaksasi

Benson memperkenalkan tehnik respons relaksasi yaitu suatu tehnik pengobatan

untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan

ini merupakan bagian pengobatan spiritual (diuraikan dalam buku Timeless Healing, The

Power and Biology of Belief). Pada tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat

dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan

upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang

Page 14: Case Report Paliatif Blm Kelar

kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik

pengobatan ini dapat dilakukan setengah jam dua kali sehari.

Langkah-langkah respons relaksasi ini dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan.

2) Duduklah dengan santai.

3) Tutup mata.

4) Kendurkan otot-otot.

5) Bernapaslah secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang dibaca secara

berulang-ulang dan khidmat.

6) Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran.

7) Lakukan 10 sampai 20 menit.

8) Untuk berhenti jangan langsung, duduklah dulu dan beristirahat.

Buka pikiran kembali. Barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali. Menurut

Benson, yang menemukan tehnik ini, cara ini bisa diubah misalnya tidak dengan

posisi duduk tapi dilakukan sambal melaksanakan gerakan jasmani.

Salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk peningkatan tingkat spiritual adalah

metode Spiritual Night Care. Berdasarkan penelitian Ramachandran (1995), diketahui

bahwa pada lobus temporal manusia terdapat Gog Spot yang membuat manusia selalu

terkait dengan Tuhan nya. Penelitian inilah yang mendasari tercetusnya ide penerapan

metode Spiritual Night Care, dalam membangun tingkat spiritual sehingga mampu

menerima perubahan yang terjadi pada diri mereka. Metode ini dijalankan dengan cara

membiasakan untuk mendengarkan atau lebih baiknya membaca ayat-ayat Al-Quran

bersama sehingga akan terbentuk ketenangan jiwa yang akan berdampak langsung pada

kedekatan dengan Allah SWT. Selain hal ini, kegiatan lain yang akan diterapkan pada

metode ini adalah terapi zikir malam bersama sehingga hubungan langsung antara pasien

dan Allah pun akan berlangsung dengan baik. Allah berfirman:

Page 15: Case Report Paliatif Blm Kelar

Artinya: “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari

Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-

orang yang beriman” (QS. Yunus 10: 57)

Melihat tafsiran tersebut telah terpapar dengan jelas khasiat Al-Quran yang apabila

kita gunakan sebagai salah satu terapi spiritual yang efektif dalam usaha membangun

tingkat motivasi spiritual. Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984,

menyebutkan bahwa Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97%

bagi yang mendengarkannya. Ketenangan jiwa merupakan salah satu efek penting yang

harus didapatkan sehingga mereka akan dapat menjalankan hidup mereka dengan lebih

dekat kepada Allah.

Malam hari menjelang tidur merupakan waktu yang tepat dalam pelaksanaan terapi.

Hal ini karena pada waktu malam hari seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan

sehingga fokus pikiran tidak akan terbagi untuk kegiatan lain. Saat tenang sebelum tidur

ini kita manfaatkan untuk memberikan terapi membaca bersama atau mendengar lantunan

ayat suci Al-Quran sehingga terbangun kualitas spiritual yang baik menjelang tidur. Hasil

yang diharapkan waktu terjaga hingga terbangun pada malam hari, dapat merasakan

ketenangan jiwa dan siap menjalani aktivitas pagi harinya.

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”

(QS. Ar-Ra’d 13: 28)

Hakikat mati, menurut dalil-dalil dalam syariat islam didefinisikan “pisahnya ruh dari

jasad”. Hakikat ruh itu sendiri tidak diketahui oleh manusia, merupakan urusan Allah.

Page 16: Case Report Paliatif Blm Kelar

Dalam keyakinan islam, yang menentukannya adalah Allah semata, sebagaimana

dinyatakan dalam ayat al-quran :

Artinya : “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka

mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan

(nya)” (Q.s. Yunus (10):49)

Menghadapi pasien sakit keras seperti kanker serviks dapat dilakukan dengan

berusaha memberikan ketentraman hati, mengingatkannya untuk sabar, tawakkal,

berharap rahmat Allah, bersyukur, memohon ampunan Allah, serta mendapat ridha Allah

dan ketika menjelang kematian tindakan yang dapat dilakukan adalah mentalqin

(menuntun), mendo'akan, mengucapkan perkataan yang baik, membacakan surat Yasin di

sisi orang yang meninggal (khilafiah), menghadapkannya ke kiblat.

KESIMPULAN

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita. pasien kanker

membutuhkan perawatan yang memelihara jiwa, bukan hanya perawatan medis untuk

mengobati kanker dan mengelola efek samping dari terapi. Pada pasien kanker serviks

hendaknya juga memperhatikan kondisi spiritual pasien. Di lain pihak, aspek spiritual

juga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik pasien. Dengan tujuan untuk

meningkatkan spiritualitas pada pasien kanker, maka dapat dilakukan terapi alternatif,

yaitu Dzikir, Respons Relaksasi, dan Spiritual Night Care. Metode ini membiasakan

untuk mendengar/membaca Al-Quran supaya bertambah dekat dengan Sang Pencipta.

SARAN

Diperlukan adanya pengembangan dan pelatihan-pelatihan bagi tenaga medis seperti

dokter dan perawat tentang perawatan paliatif. Diperlukan juga adanya pembinaan dan

perawatan bagi pasien-pasien yang memiiki faktor resiko tinggi terhadap kanker. Tidak

Page 17: Case Report Paliatif Blm Kelar

hanya perawatan kesehatan fisik, tetapi juga perawatan kesehatan mental dan jiwa supaya

bisa tercapai ketenangan jiwa pada pasien kanker. Selain itu akan lebih baik lagi jika

semua perawatan tersebut diatas dikaitkan dengan agama pasien, agar terbentuk

kedekatan antara pasien dengan Sang Pencipta.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada bagian ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas case report ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada dr. Maria A. Witjaksono. MPALLC beserta suster

Dwi selaku pihak dari Unit Paliatif RS Kanker Dharmais dan seluruh tim Puskesmas Kec.

Kramat Jati dan Puskesmas Kel. Dukuh yang telah membantu dan membimbing dalam

pembuatan case report ini. Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu F

beserta keluarga selaku narasumber dan pasien yang bersedia untuk di kunjungi dan

membantu dalam pembuatan case report ini. Ucapan terima kasih juga Penulis

sampaikan kepada dr. Hj. Riani Wikaningrum, DMM.MSc selaku dosen pengampu

bidang kepeminatan palliative care dan kepada dr. Yulia Suciati, MKes selaku tutor yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam pembuatan case report ini. Dan

terakhir terimakasih kepada seluruh anggota kelompok 3 palliative care atas

kerjasamanya selama blok elektif ini. Semoga case report ini dapat bermanfaat.

Page 18: Case Report Paliatif Blm Kelar

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti, Trihaningsih Puji. 2012. Penerapan Metode Spiritual Night Care Pada Lansia

Sebagai Metode Efektif Peningkatan Motivasi Spiritual Dalam Menghadapi Sisa

Kehidupan. http://t1214-fkp11.web.unair.ac.id/. 14 November 2014 (21.00)

2. Djauzi S. (2004). Terapi Spiritual. In : Green C, Setyowati H. Terapi Alternatif.

Jakarta : Yayasan Spiritia.

3. KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan

Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

4. QS. Al-anbiyaa’ (21):35. Departemen Agama RI, 499.

5. Rasjidi. Panduan Penatalaksanaan kanker Ginekologi berdasarkan Evidence Base :

EGC. Jakarta 2007. Hal 6-9.

6. Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-

Zikra,2008),h.16

7. Sellors J, Muhombe K, Castro W. Palliative Care for Women With Cervical Cancer:

A Kenya Field Manual. Seattle, WA: PATH (2004).

8. Shihab, M. Quraish. Menjemput Maut Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. Jakarta:

Lentera Hati 2007.

9. Yafie, Ali., M. Quraish Shihab, Dadang Hawari, Didin Hafidhuddin & Tim Medis

RSK Dharmais. Sakit Menguatkan Iman: Uraian Pakar Medis dan Spiritual . Jakarta:

Gema Insani Press, 2006.

10. Zuhroni. Pandangan islam terhadap masalah kedokteran dan kesehatan: Bagian

agama universitas YARSI. Jakarta 2010. Hal 484.

11. http://www.nccn.org/patients/resources/life_with_cancer/spirituality.aspx (Diakses

pada 15 November 2014 pukul 09:00)

12. http://media.oncologynurseadvisor.com/documents/20/

ona_spirirtualcare1110_4813.pdf (Diakses pada 16 November 2014 pukul 17:30)