Pandangan greenpeace terhadap visi misi prabowo hatta
-
Upload
greenpeace-indonesia -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Pandangan greenpeace terhadap visi misi prabowo hatta
PANDANGAN GREENPEACE INDONESIA Terhadap Visi , Misi dan Agenda Polit ik Pasangan Capres/Cawapres Prabowo Subianto – Hatta Radjasa
www.100persenindoensia.org
| 2
Pandangan Greenpeace Indonesia
Terhadap Visi, Misi dan Agenda Politik Pasangan Capres/Cawapres
Prabowo Subianto – Hatta Radjasa
Perlindungan Iklim dan Energi Terbarukan
Prabowo-‐Hatta menjadikan kedaulatan energi sebagai salah satu skala prioritas. Kedaulatan
energi dapat tercapai apabila kita dapat secara mandiri mengamankan pasokan sumber energi
Indonesia jangka panjang sehingga tidak lagi terpengaruh dan tergantung pada pasokan sumber
energi dunia juga fluktuasi harga yang diakibatkan oleh faktor eksternal yang melemahkan sektor
fiskal dan perekonomian Indonesia. Salah satu jalan keluar untuk mencapai kedaulatan energi adalah
dengan tidak lagi memprioritaskan energi fosil sebagai sumber energi utama Indonesia. Selain tidak
terbarukan dan akan habis suatu saat nanti, eksploitasi sumber daya alam yang terkait dengan
energi (batubara, minyak bumi dan gas) meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang besar dan
berbagai permasalahan sosial di dalamnya.
Keinginan Prabowo-‐Hatta untuk mengurangi subsidi BBM haruslah diikuti dengan langkah
implementasi yang jelas. Pada tahun fiskal 2013, Pemerintah Indonesia mengalokasikan Rp199,9
triliun (US$18,0 miliar) dari anggaran pemerintah untuk subsidi produk minyak bumi dan Rp100,0
triliun (US$9,0 miliar) untuk subsidi listrik. Total subsidi energi 2013 sebesar Rp299,8 triliun (US$27,0
miliar) dari anggaran diperuntukkan untuk subsidi energi, yang mana setara dengan sekitar 2,5% PDB
dan 25% dari anggaran total.1
Pasangan Prabowo-‐Hatta seharusnya melihat subsidi energi tidak hanya pada sektor BBM
saja, tetapi juga subsidi energi di sektor kelistrikan karena subsidi terhadap energi fosil justru
membuat harga listrik kita menjadi murah karena subsidi tanpa memperhitungkan kerugian dampak
lingkungan yang menjadi biaya sebenarnya. Hal ini yang menjadi salah satu hambatan bagi energi
terbarukan untuk berkompetisi pada harga jual apabila dibandingkan dengan listrik murah yang
selama ini kita dapatkan justru mendapatkan subsidi besar tanpa memperhitungkan kerugian
ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat.
Prabowo-‐Hatta mengutamakan pemanfaatan gas alam Indonesia untuk bisa mengurangi
konsumsi minyak yang cukup besar. Hal ini harus dianalisa tidak hanya dari perbandingan harga dan
efektifitas produksinya saja, tetapi berapa kerugian lingkungan Indonesia akibat eksplorasi gas
1 http://www.iisd.org/gsi/sites/default/files/ffs_indonesia_review_i1v1_bahasa.pdf
www.100persenindoensia.org
| 3
secara besar-‐besaran dilakukan. Gas alam selain merupakan sumber energi tidak terbarukan yang
suatu saat akan habis, juga harus dibayar dengan jejak kerusakan lingkungan yang cukup mahal.
Beberapa studi menjelaskan bahwa eksplorasi gas alam dengan beberapa metode menimbulkan
resiko lingkungan yang juga cukup besar. Metode “shale gas” kurang lebih mengambil air 10.000 –
30.000 m3 tergantung dari faktor geologi dan kedalamannya.2
Belum lagi permasalahan limbah pembuangan cair yang membutuhkan kebijakan dan
pengawasan ketat dari pihak pemerintah. Beberapa bahan kimia yang terindikasi terkandung dalam
limbah cair hasil eksplorasi gas alam adalah klorida, bromide, kalsium, barium, strontium, radium,
dan besi yang cukup beresiko untuk kesehatan manusia dan juga lingkungan.3
Potensi penggunaan bahan kimia dalam proses eksplorasi dapat memungkinkan terjadinya
pencemaran air tanah. Belum lagi resiko terjadinya getaran bumi yang diakibatkan oleh proses
eksplorasi “fracking”.4
Keinginan Prabowo-‐Hatta untuk terus melakukan mengeksploitasi sumber daya alam
Indonesia terlihat jelas dengan mendorong usaha batubara, nikel, tembaga, bauksit dan bijih besi
menjadi pertambangan yang ramah lingkungan dan sosial.
Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Lubang-‐
lubang tambang menimbulkan dampak lingkungan yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air.
Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah
dan dapat mencemari air tanah sekitar.
Permasalahan air asam tambang adalah ancaman besar yang selalu menjadi masalah. Air
asam tambang mengandung logam-‐logam berat yang menimbulkan dampak lingkungan jangka
panjang. Air asam tambang dapat mencemari air permukaan dan air tanah. Belum lagi permasalahan
tailing yang mengandung logam-‐logam berat seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri,
seng, dan arsen.5
Lubang-‐lubang raksasa, drainase air tambang asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari
masalah dari operasi pertambangan skala besar. Hamparan alam yang rusak adalah kondisi
permanen yang tak akan pernah pulih, sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk memulihkannya.
Penambangan di Indonesia khususnya batubara yang menempati peringkat teratas dengan
jumlah produksi tertinggi saat ini mengakibatkan meluasnya penggundulan hutan, erosi tanah,
kehilangan sumber air, polusi udara, dan rusaknya keutuhan sosial masyarakat yang tinggal di dekat
lokasi pertambangan. Penambangan batubara besar-‐besaran mengikis habis tanah, menurunkan
2 http://pubs.rsc.org/en/content/articlepdf/2014/em/c4em00018h?page=search 3 http://pubs.rsc.org/en/content/articlepdf/2014/em/c4em00018h?page=search) 4 http://pubs.rsc.org/en/journals/articlecollectionlanding?sercode=em&themeid=8150d325-‐c305-‐4587-‐a426-‐9c1127d29a9e 5 http://fppb.ubb.ac.id/?Katagori=Lingkungan&&judul_artikel=DAMPAK+PENAMBANGAN+BAGI+MASYARAKAT+BANGKA+BELITUNG&&id=363&&Page=artikel_ubb&&ID_Menu=363
www.100persenindoensia.org
| 4
tingkat permukaan air, dan menghasilkan jutaan ton limbah beracun, serta menggusur masyarakat
adat dari tempat hidupnya yang telah mereka diami dari generasi ke generasi sepanjang puluhan
tahun bahkan ratusan tahun.6
Pasangan Prabowo-‐Hatta telah berkomitmen untuk terlibat aktif dalam penanggulangan
perubahan iklim. Hal ini haruslah diwujudkan dalam langkah-‐langkah nyata pencegahan penyebab
utama dari penyumbang terbesar emisi karbon dari Indonesia, yaitu deforestasi dan penggunaan
energi fosil khususnya batubara yang menjadi sumber energi terkotor di dunia. Apabila pengurangan
penggunaan energi fosil tidak dilakukan, akan menjadi sulit bagi Indonesia untuk mengurangi tingkat
emisi karbonnya. Prabowo-‐Hatta haruslah memberikan jalan keluar yang jelas, dengan target dan
waktu yang terukur untuk secara bertahap mengurangi penggunaan energi fosil menuju energi
terbarukan yang bersih.
Perlindungan Air dari Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya
Dalam mewujudkan keberlanjutan pembangunan (sustainable development) ketersediaan air
bersih menjadi faktor yang sangat penting. Ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia, bahkan air dapat menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi
suatu negara.
Hampir seluruh sungai utama di Indonesia terus mengalami penurunan kualitas air, salah satu
penyebab yang paling berbahaya adalah pencemaran bahan kimia berbahaya industri, sehingga air
sungai tidak dapat digunakan langsung sebagai sumber air bersih, padahal masyarakat yang belum
mempunyai akses terhadap air bersih masih sangat besar, sekitar 119 juta orang. Pencemaran
terhadap air permukaan (sungai) dan air tanah pada umumya berasal dari kegiatan industri,
pertanian dan rumah tangga. Di Indonesia, pada tahun 2007 tercatat ada sekitar 13 ribu industri
besar dan menengah dan sekitar 94 ribu industri kecil yang berpotensi mencemari air permukaan
dan air tanah.
Sampai saat ini ada lebih dari 100.000 bahan kimia sintetis telah diperkenalkan dan beredar di
seluruh dunia termasuk di Indonesia, dengan pertambahan setiap tahunnya mencapai 1.500 bahan
kimia baru. Banyak diantara bahan kimia tersebut bersifat persisten, dapat terakumulasi dalam
jaringan makhluk hidup, dapat terangkut melalui udara, air, dan spesies berpindah dan melintasi
batas internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan dan sampai ke rantai makanan
manusia dan bersifat beracun mengancam lingkungan dan kesehatan generasi mendatang dengan
berbagai dampak berbahaya seperti kanker, gangguan pada sistem reproduksi, sistem imun, sistem
syaraf dan lainnya.
6 http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-‐iklim-‐global/Energi-‐Batu-‐Bara-‐yang-‐Kotor/
www.100persenindoensia.org
| 5
Bahan-‐bahan kimia berbahaya tersebut dapat terlepas dari produk akhir ataupun terlepas ke
dalam sungai-‐sungai, air bawah tanah, udara dan tanah kita dari fasilitas-‐fasilitas produksi (pabrik)
dan kemudian tersebar, bertahan dan terakumulasi dalam lingkungan dengan potensi sampai ke
dalam rantai makanan kita. Pencemaran bahan kimia berbahaya adalah ancaman serius tidak hanya
bagi sumber daya air kita tapi terutama bagi kesehatan generasi mendatang kita dan sudah
seharusnya pemerintah mendatang melindungi segenap bangsa Indonesia dari ancaman ini.
Strategi pertumbuhan ekonomi tinggi berkualitas melalui peningkatan pertumbuhan yang
ditarik oleh sektor produksi dari pasangan Capres-‐Cawapres ini ditandai dengan target ekspansi pada
sektor industri tekstil, sepatu dan alas kaki, elektronik dan peningkatan nilai tambah (hilirisasi) pada
sektor tambang (khususnya nikel, tembaga, bauksit, batubara), migas, kehutanan dan meningkatkan
daya saing dari dari industri hilir kelapa sawit, karet, kakao, bubur kayu dan kertas, dan produk
primer lainnya.
Sebagian besar dari industri tersebut adalah sektor industri yang intens dalam penggunaan/
eksploitasi sumber daya air, intens menghasilkan polusi, intens dalam penggunaan bahan kimia
berbahaya atau berpotensi melepaskan bahan kimia berbahaya dari prosesnya, baik itu ke air/
sungai, udara dan tanah dan berpotensi mencemari air bawah tanah juga.
Potensi pencemaran pun dapat mengancam lautan kita, seperti contohnya lobi-‐lobi gencar
yang dilakukan oleh kumpulan asosiasi industri khususnya asosiasi industri minyak bumi Indonesia
terhadap draft Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Dumping Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun kementerian lingkungan hidup Indonesia untuk memperbolehkan dumping
limbah kedalam lautan.7
Indikasi ekspansi masif dari sektor-‐sektor tersebut tentulah sangat mengkhawatirkan, apalagi
ditambah tidak adanya komitmen menuju nol pembuangan semua bahan kimia berbahaya, dan
penerapan prinsip kehati-‐hatian (precautionary principle) dan pendekatan pencegahan (preventive
approach) dalam dokumen visi misi ini. Hal ini tentu dapat menjadi hal yang bertolak belakang
dengan pencapaian visi dan misi pasangan Capres-‐Cawapres ini.
Asistensi dan inovasi penghapusan penggunaan bahan-‐bahan kimia berbahaya dan substitusi
dengan bahan yang aman, khususnya pada industri kecil dan menengah yang akan diprioritaskan
peningkatan alokasi anggarannya dalam hal ini, merupakan salah satu jalan keluar dari ancaman
bahan kimia berbahaya. Diperlukan investasi pada pengembangan inovasi green chemistry dan
produksi bersih. Regulasi kandungan bahan kimia berbahaya dalam produk (ekspor) di dunia
semakin menjadi pertimbangan dan semakin diperkuat dan menjadi salah satu faktor daya saing.
7 Indonesian Petroleum Association 2012 Annual Report, Fortyfirst General Meeting, 5th December 2012. Section 7 – Environment And Safety Committee Report on 2012 Activities
www.100persenindoensia.org
| 6
Pencemaran terhadap air permukaan (sungai) dan air tanah pada umumya berasal dari
kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga. Mendorong pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan pola pengembangan pertanian organik maupun pertaninan yang hemat lahan
dan air dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah pencemaran dari sektor ini.
Komitmen untuk menindak tegas pelaku pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran
bahan kimia berbahaya beracun adalah sebuah keharusan dan harus secara konsisten terus menerus
dilakukan, namun belumlah cukup untuk menciptakan masa depan Indonesia yang bebas bahan
kimia berbahaya beracun. Hal ini disebabkan keterbatasan sistem dan regulasi mengenai
manajemen bahan kimia berbahaya yang kita punyai kini terbukti gagal dan tidak efektif mencegah
pelepasan bahan kimia berbahaya beracun kedalam lingkungan kita.
Pencegahan (preventive approach) sudah disebutkan dalam dokumen visi misi pasangan
Capres-‐Cawapres ini sebagai salah satu jalan keluar dari ancaman bahan kimia berbahaya, meskipun
harus lebih diperjelas maksud dari kata mencegah tersebut. Tetap diperlukan sebuah komitmen
politik untuk menuju nol pembuangan (zero discharge) semua bahan kimia berbahaya beracun yang
berdasarkan prinsip kehati-‐hatian (precautionary principle) dan pendekatan pencegahan (preventive
approach) dalam manajemen bahan kimia berbahaya. Komitmen menekankan pada prinsip
substitusi dan meliputi pertanggungjawaban produsen agar dapat mendorong inovasi, serta
mengeliminasi penggunaan materi toksik.
Rencana langkah rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) dan sumber air, apabila termasuk
merehabilitasinya dari pencemaran bahan kimia berbahaya industri, seharusnya memberikan insight
bahwa hanya bersandar pada pendekatan reaktif (atur dan awasi dan penegakan hukum – tindakan
tegas) bukanlah jalan keluar dari ancaman bahan kimia berbahaya beracun. Apabila pemerintah
tidak mampu membuktikan siapa industri yang bertanggungjawab melakukan pencemaran terhadap
sungai, dan ini adalah kasus yang seringkali ditemui di Indonesia8, maka uang pembayar pajaklah
yang akan digunakan untuk membersihkannya, dan biaya pemulihan-‐pembersihan tidaklah kecil
ditambah lagi dekontaminasi total mendekati mustahil.Ini belum termasuk biaya-‐biaya kesehatan,
lingkungan, ekonomi lokal dan sosial yang seringkali tidak diperhitungkan.
Salah satu industri yang dapat menjadi ancaman terhadap sumber daya air adalah industri
tambang. Industri tambang tergolong dalam industri yang paling intens dalam mengeksploitasi
sumber daya air. Kegiatan ekstraksi dan juga kegiatan peleburan (smelting) sebagai bagian dari
hilirasasi berpotensi menghasilkan polusi berbagai bahan kimia berbahaya yang begitu besar, lewat
pembuangan tailing ke sungai atau ke laut atau lewat polusi udara dan air dari proses peleburan.
Sebagai salah satu alternatif agar ekspansi sektor yang sangat merusak dan polutif ini dapat
diminimalisasi adalah dengan mengembangkan sektor recycling. Namun jauh lebih penting lagi
8 http://www.mongabay.co.id/2012/10/09/kala-‐sungai-‐sumur-‐dan-‐ribuan-‐hektare-‐sawah-‐di-‐bandung-‐tercemar-‐limbah-‐tekstil/
www.100persenindoensia.org
| 7
adalah mendorong pertanggungjawaban industri yang diperluas (extended producer responsibility),
salah satunya dalam pertanggungjawaban dalam mengelola sisa/limbah produk dan pemasaran yang
bertanggungjawab.
Perlidungan Hutan dan Gambut
Prabowo dan Hatta Rajasa menempatkan reformasi pengelolaan sumberdaya alam (termasuk
di dalamnya sektor kehutanan) dan industri dalam kerangka membangun perekonomian yang kuat,
berdaulat, adil dan makmur, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari sumberdaya
alam tersebut, bagi sebesar-‐besarnya kemakmuran rakyat.
Sementara berdasarkan TAP-‐MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, reformasi pengelolaan sumberdaya alam diperlukan karena
terjadinya ketimpangan dalam struktur penguasaan sumberdaya alam, kepemilikan, penggunaan
dan pemanfaatannya beserta menurunnya kualitas lingkungan hidup, hal ini juga dipercaya sebagai
akar masalah dari berbagai konflik yang terjadi di Indonesia.
Sehingga untuk mencapai pembangunan perekonomian yang kuat, berdaulat, adil dan
makmur sebagaimana yang dimaksudkan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyelesaikan
ketimpangan dalam struktur penguasaan sumberdaya alam tersebut, dan perlindungan lingkungan
hidup yang kuat. Meningkatkan nilai tambah dari sumberdaya alam adalah hal penting ketiga, yang
hanya bisa terlaksana dengan baik jika persoalan ketimpangan struktur penguasaan sumberdaya
alam dan perlindungan lingkungan hidup berhasil dilakukan.
Mempertegas perlindungan keanekaragaman hayati, flora dan fauna sebagai bagian dari asset
bangsa, telah menjadi bagian dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, tetapi dengan
cara apa hal tersebut bisa diwujudkan?
Menjadikan sektor kehutanan sebagai bagian dalam melaksanakan ekonomi kerakyatan
dengan memprioritaskan peningkatan anggaran, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan melaksanakan reformasi pendidikan, dan mendorong semua usaha kehutanan dan produk
turunannya mendapatkan sertifikasi pengelolaan hutan lestari, tidak menjamin sepenuhnya
perlindungan hutan dan gambut tersisa (baca: aset bangsa), jika orientasinya masih pada eksploitasi.
Sehingga yang seharusnya dilakukan adalah menelorkan komitmen dan kebijakan Nol Deforestasi
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, dan perlindungan gambut secara total.
Untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, Prabowo dan Hatta Rajasa juga
berkomitmen untuk mereboisasi 77 juta hektar hutan yang sudah rusak. Darimanakah sumber data
tersebut dan dimana lokasinya?
Sebagai perbandingan data resmi dari Kemenhut dalam Buku Basis Data Spasial Kehutanan
tahun 2013, hanya menyebutkan luas angka lahan kritis di Indonesia tahun 2011 yaitu seluas 27,30
juta hektar. Sementara luas Hutan yang tersisa sampai dengan tahun 2012 hanya 94,34 juta hektar.
www.100persenindoensia.org
| 8
Untuk memperkuat perlindungan hutan dan gambut yang tersisa, hal yang sangat penting
untuk dilakukan namun belum tercantum pada visi dan misi adalah mengkaji ulang seluruh agenda
pembangunan yang masih beriorentasi pada konversi hutan dan gambut, mengkaji ulang kebijakan
yang berpotensi merusak hutan dan gambut, serta memperkuat komitmen perlindungan hutan dan
gambut yang sudah ada; antara lain moratorium hutan yang akan berakhir pada Mei 2015,
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan gambut, serta perlindungan gambut secara
menyeluruh tanpa pengecualian. Hal ini juga dimaksudkan agar komitmen dalam perlindungan
lingkungan hidup dapat lebih bermakna dalam mewujudkan agenda menjaga kelestarian alam dan
lingkungan hidup.
Pemulihan dan Perlindungan Laut
Pasangan Prabowo-‐Hatta belum menunjukkan komitmen kuat dan arah yang jelas untuk
memulihkan krisis yang dialami laut Indonesia. 9 Dalam dokumen agenda politiknya, Prabowo-‐Hatta
tidak menyebutkan langkah-‐langkah yang terukur untuk memastikan pengakhiran penangkapan
ikan berlebih (overfishing) akibat penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan dan
penangkapan ikan yang merusak dan ilegal termasuk dampak pencemaran dari kegiatan
pertambangan dan perubahan iklim bagi lautan.
Terkait urgensi pemulihan sumber daya ikan dan perbaikan tata-‐kelola perikanan tangkap di
Indonesia, Prabowo-‐Hatta perlu menjalankan langkah penting untuk mengontrol, mengevaluasi
perizinan dan membatasi penerbitan izin penangkapan ikan secara ketat dan transparan sesuai
rekomendasi dari hasil pengawasan dan penelitian ilmiah di wilayah Perairan Indonesia dan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia serta menerapkan prinsip kehati-‐hatian (precautionary approach).
Greenpeace Indonesia juga memandang langkah pasangan Prabowo-‐Hatta untuk mendorong
industri hilir ekstraktif pertambangan mineral guna meningkatkan nilai tambah justeru dapat
semakin meningkatkan risiko dan ancaman kerusakan serta pencemaran ekosistem pesisir dan laut
bahkan rawan menimbulkan konflik sosial.
Pasangan Prabowo-‐Hatta harus mengutamakan senses of crisis dengan memprioritaskan
agenda pencegahan dan pemulihan kerusakan lingkungan akibat tambang termasuk pembenahan
tata-‐kelola, penertiban izin bermasalah dan penegakan hukum. Kementerian ESDM menyebutkan
dari total 10.922 IUP yang sudah menyandang izin yang tidak bermasalah atau clean and clear (CNC)
hanya 6.042 IUP (55,31 persen).10
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) pada 2013 lalu menyebutkan jumlah konflik (akibat
tambang) yang terjadi meningkat tajam daripada tahun-‐tahun sebelumnya. Sepanjang 2013, terjadi
369 kasus dengan luasan wilayah konflik mencapai 1.281.660,09 hektar yang melibatkan 139.874
9 http://www.greenpeace.org/seasia/id/PageFiles/533771/Laut%20Indonesia%20dalam%20Krisis.pdf 10 http://economy.okezone.com/read/2014/04/11/19/968994/46-‐izin-‐usaha-‐tambang-‐masih-‐bermasalah
www.100persenindoensia.org
| 9
kepala keluarga (KK). Jauh meningkat tajam pada tahun sebelumnya, di 2012 jumlah konflik terjadi
sebanyak 198 kasus atau naik 86,36%. Dan kurun 6 tahun terakhir, tercatat 13 orang meninggal, 125
orang luka-‐luka dan 234 orang ditahan karena konflik pertambangan.11
Sejarah dan catatan kelam konflik pertambangan diatas jelas menjadi potret nyata bahwa
masyarakat korban tambang terpecah-‐belah, tidak berdaulat, mengalami ketidakadilan dan
kehilangan martabat. Kondisi ini tidak sejalan dengan visi yang ditegaskan oleh Prabowo –Hatta,
yaitu: membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat.
Prabowo-‐Hatta perlu lebih berani berkomitmen untuk melaksanakan langkah nyata dalam
menghentikan kerusakan lingkungan akibat industri pertambangan mineral di Indonesia diantaranya
dengan memastikan pengaturan yang sangat ketat serta keterpaduan dan keselarasan pengelolaan
berbagai aktivitas ekstraktif non-‐perikanan yang berdampak penting terhadap kelestarian laut dan
sumberdaya ikan berdasarkan pendekatan ekosistem dan prinsip keberhati-‐hatian.
Kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur terkait pembangunan bebas hambatan di
atas laut pada beberapa segmen jalur pantura Jawa yang ditawarkan oleh Prabowo-‐Hatta juga perlu
diurungkan karena berpotensi mengorbankan kelestarian ekosistem-‐alami pesisir dan laut serta
menjadi justifikasi untuk proyek-‐proyek reklamasi yang turut mengusur dan mengorbankan ruang-‐
hidup masyarakat nelayan dan lokal.
Komitmen Prabowo-‐Hatta untuk mencegah dan menindak tegas pelaku pencemaran
lingkungan; dan melindungi keanekaragaman hayati dan flora serta fauna bagian dari aset bangsa
penting diapresiasi dan penting pula menjadi ruh, kerangka-‐fikir utama dan prioritas tindakan dari
“Agenda dan Program Nyata untuk Menyelamatkan Indonesia”, yaitu turut menyelamatkan ruang
hidup nelayan dan masyarakat pesisir, lingkungan dan kekayaan hayati laut Indonesia dari ancaman
kerusakan serta memastikan laut sehat dan terlindungi untuk terus dinikmati secara adil dan
bertanggungjawab oleh generasi sekarang dan akan datang (lihat Visi Bersama Kelautan Indonesia
2025).12
Informasi lebih lanjut hubungi:
Greenpeace Indonesia I Mega Plaza Building 5th Floor | Jl. HR. Rasuna Said Kav. C3 | Jakarta 12920
Phone: +62 21 521 2552 (hunting) | Fax: +62 21 521 2553 | Website: www.greenpeace.or.id
11 http://www.jatam.org/saung-‐pers/siaran-‐pers/448-‐tak-‐ada-‐ruang-‐bagi-‐penjahat-‐tambang-‐di-‐pemilu-‐2014.html 12 http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/reports/Visi-‐Bersama-‐Kelautan-‐Indonesia-‐2025/