Makalah Pendidikan Pancasila "Pancasila dan pergerakan pemuda 1928"
Pancasila...
-
Upload
soyamaheni -
Category
Documents
-
view
26 -
download
10
description
Transcript of Pancasila...
Bab II
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Pidato Ir. Soekarno pada tanggal 24 September 1955 di Surabaya antara lain menyatakan :
“…Aku bukan pencipta Pancasila; Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Aku hanya menggali Pancasila dari buminya bangsa Indonesia sendiri. Pancasila
terbenam di dalam bumi bangsa Indonesia 350 tahun lamanya; aku gali kembali dan aku
sembahkan Pancasila ini persada bangsa Indonesia kembali, untuk dipakai sebagai dasar
wadah yang harus berisi masyarakat yang beraneka agama, beraneka suku, beraneka adat
istiadat”. (Dardji Darmodihardjo dkk, 1991)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Pancasila berasal dari kehidupan bangsa Indonesia
sendiri sejak sebelum bangsa Indonesia mengalami penjajahan.
Nama Indonesia berasal dari tulisan-tulisan (Iqbal Hasan, 2002) sebagei berikut :
1. James Richardson Logan (Inggris), yang memberi nama “Indonesia” untuk kepulauan di
Lautan Hindia.
2. W.E Maxwell tahun 1862 Masehi, memberi nama “Indonesia” untuk memberi nama bangsa
yang tinggal kepulauan yang disebut Logan.
3. Adolf Bastian (Jerman), tahun 1889 Masehi, menggunakan istilah “Indonesia” untuk nama
kepulauan dan nama bangsa yang terletak di Lautan Hindia tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nama Indonesia mengandung dua makna, yaitu
makna geografis dan makna bangsa dalam arti politis.
Zaman Praseejarah Indonesia.
Prasejarah adalah kehidupan suatu bangsa sebelum ada peninggalan tertulis. Bangsa Indonesia,
berasal dari Asia Selatan kira-kira 2000 tahun sebelum masehi. Nenek moyang indonesia
tepatnya berasal dari daerah Yunani dan wilayah timur laut Indo China.
Kehidupan bangsa Indonesia pada zaman prasejarah dibedakan atas tiga tingkat kehidupan
sebagi berikut :
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan → Manusia Indonesia hidup berkelompok.
2. Masa Bercocok Tanam → Mengolah alam, agar menghasilkan bahan makanan.
3. Masa Perundagian → Pembuatan benda-benda dari logam.
Berdasar peninggalan-peningalan pada masa prasejarah, menunjukkan bahwa mereka telah
menganut kepercayaan animisme, dinamisme dll. Dengan demikian nampak bahwa nilai-nilai
Pancasila telah mulai tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak Zaman Prasejarah.
Zaman Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia dimulai abad kelima, berdasar prasasti yang diketemukan di Kutai,
Kalimantan Timur. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, yang
berasal dari India.
A. Zaman Kuno
Dalam sejarah Indonesia, zaman kedatangan pengaruh India sampai datangnya pengaruh
Islam disebut Zaman Kuno. Awal sejarah Indonesia dimulai dengan diketemukannya prasasti
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa, Mulawarman anak
Aswawarman cucu Kundungga.
Pada zaman kuno ini kerajaan-kerajaan di Indonesia yang tumbuh setelah Kutei, adalah
sebagai berikut : Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dengan rajanya yang terkenal
Purnawarman sekitar abad ke lima. Sumber kerajaan ini beberapa prasasti antara lain prasasti
Citarum, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Muncul.
Dari China diperoleh berita mengenai kerajaan Kalingga di Jawa Tengah dengan Ratu
bernama Sima, yang terkenal keadilannya. Berikutnya di Sumatra berdiri kerajaan Melayu
dan Sriwijaya. Sriwijaya merupakan kerajaan besar di Indonesia yang berkembang antara
abad ke 7 sampai sekitar abad 11, dengan raja yang terkenal Balaputra.
Pada masa Sriwijaya nilai-nilai Pancasila telah nampak, misalnya telah berkembang agama
Budha. Sesuai ajaran agama Budha, nilai kemanusiaan juga berkembang, nilai persatuan
sudah dirintis melalui kekuasaan laut, kemakmuran rakyat sudah diupayakan dengan
perdagangan. Cita-cita kesejahteraan bersama tertulis “marvuat vanua criwijaya siddhayana
subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). (Kaelan, 2003)
Berikutnya di Jawa Tengah tumbuh kerajaan Mataram Hindu sekitar abad ke 8, dengan
rajanya antara lain Sanjaya. Kerajaan ini mempunyai peninggalan yang terkenal yaitu Candi
Borobudur dan Prambanan. Abad 10 di Jawa Timur berkembang kerajaan Medang sebagai
kelanjutan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah, dengan rajanya yang terkenal
Dharmawangsa dan Airlangga. Sepeninggal Airlangga abad 11, kerajaan pecah menjadi dua
Kediri dan Jenggala.
Akhir abad ke 13, Raden Wijaya berhasil mendirikan kerajaan Majapahit, setelah berhasil
mengusir pasukan Kubilai Khan yang telah diperalat untuk menjatuhkan Jayakatwang.
Majapahit mengalami zaman keemasan dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan patih
Gajah Mada. Gajah Mada telah berhasil mewujudkan “Sumpah Pelapa” nya untuk menguasai
seluruh Indonesia.
Pada masa Majapahit, nilai-nilai Pancasila semakin berkembang terbukti dengan
berkembangnya agama Hindu dan Budha, dan adanya semboyan “ Bhinneka Tunggal Ika tan
hana Dharma Mangrwa”.
Sepeninggal Gajah Mada, Majapahit makin lemah dan dipicu dengan perebutan kekuasaan
akhirnya runtuh sekitar tahun 1478 masehi.
B. Zaman Islam dan Kedatangan Bangsa Eropa
Agama Islam masuk ke Indonesia diperkirakan antara abad 7 – 13. Setelah agama Islam
berkembang di Indonesia berdirilah kerajaan-kerajaan Islam sbb; Kerajaan Samodra Pasai,
Demak, Ternate, Tidore, Banten, Aceh, Mataram, Goa (Makassar).
Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam datanglah bangsa Barat, yang
mengancam kemerdekaan perdagangan tersebut Islam, diawali oleh kedatangan Portugis di
Malaka pada tahun 1511, kemudian diikuti oleh Spanyol yang masuk ke Maluku dari
Filiphina pada tahun 1522.
Akhir abad ke 16, datang bangsa belanda ke Indonesia dan terjadilah persaingan antara
Portugis dan Belanda. Portugis terpaksa meninggalkan Indonesia, namun masih ada yang
tinggal di Timor-Timur yang berkuasa sampai Indonesia merdeka.
Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yang mempunyai hak-hak
istimewa untuk menguasai perdagangan di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda,
Indonesia pernah dikuasai Perancis yaitu pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Daendels
1808-1811. Inggris juga menguasai Indonesia antara tahun 1811-1816, dengan Gubernur
Jendralnya yang terkenal Raffles.
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah.
1. Perjuangan melawan Portugis dan Spanyol
Portugis datang ke Malaka tahun 1511, bangsa Indonesia langsung melakukan
perlawanan tahun 1512 dibawah pimpinan Katir dan Pati Unus dari Jawa.
2. Perjuangan melawan belanda
Perlawanan terhadap VOC tahun 1602-1799, perlawanan terhadap pemerintah Hindia
Belanda tahun 1800-1904, pergerakan nasional tahun 1908-1939.
3. Perjuangan melawan VOC
Perjuangan melawan VOC diawali dengan perlawanan Sultan Agung yang mengirim
pasukan Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629, namun me-ngalami kegagalan,
karena kekurangan makan, perbedaan senjata dan peng-khianatan. Hasanuddin yang
melakukan perlawanan di Makasar juga harus menandatangani perjanjian Bongaya yang
sangat merugikan Makasar pada tahun 1667.
Sultan Agung Tirtayasa dari banten tahun 1683 terpaksa harus mengakhiri
perlawanannya dengan VOC setelah puteranya Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda.
Perlawanan terhadap VOC pada abad 18, dilakukan oleh Ibnu Iskandar dari Minangkabau
dan Mas Said dari Jawa Tengah. Perlawanan Mangkubumi diakhiri pecahnya kerajaan
Mataram atas Surakarta dan Yogyakarta dalam perjanjian Gianti 1755, Mangkubumi
sebagai Sultan Yogyakarta bergelar Hamengkubuwono I.
4. Perjuangan melawan Pemerintah Hindia Belanda
VOC jatuh pada tahun 1799, tidak berarti Indonesia lepas dari kekuasaan Belanda, karena
Indonesia dimasukkan ke dalam wilayah kerajaan Belanda dengan status jajahan.
Gubernur Jendral Daendels yang terkenal kekejamannya, terutama masalah “kerja rodi”.
Gubernur Jendral Van den Bosch terkenal dengan “tanam paksa” nya.
Perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada abad 19 ini, dimulai oleh
Pattimura di Maluku pada tahun 1817, disambung Badarudhin di Palembang tahun 1919,
kemudian Imam Bonjol di Minangkabau tahun 1821-1837, Diponegoro di Jawa Tengah
1825-1830, Jelantik di Bali 1859, Pangeran Antasari di Banjarmasin 1860, tokoh-tokoh
perang Aceh seperti Teuku Cik di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya Din, Panglima Polem
tahun 1873-1904, Anak Agung Made di Lombok 1894-1895 dan Si Singamangaraja
1899.
Tanam paksa 1830-1870 merupakan cara penghisapan Belanda yang sangat
menyengsarakan rakyat Indonesia, bahkan menimbulkan bahaya kelaparan. Namun
kemudian muncullah kaum liberal Belanda antara lain Baron van Hoevell dan Douwes
Dekker yang mengusulkan agar tanam paksa dihentikkan. Tahun 1870 Tanam Paksa
dihentikkan. Berkaitan dengan hal tersebut Van De Venter mengusulkan “Trias van De
Venter”, yaitu Edukasi, Irigasi dan Emigrasi / trans-migrasi, sebagai politik etish.
Dalam pelaksanaannya poltik etish lebih memberi keuntungan kepada Belanda.
Sehubungan dengan hal tersebut di Indonesia pada awal abad 20, lahirlah “Pergerakan
Nasional”.
5. Perjuangan Nasional
Faktor-faktor yang mendorong timbulnya pergerakan nasional ialah faktor luar negeri dan
faktor dalam negeri.
1. Faktor luar negeri :
a. Kemenangan Jepang terhadap Rusia 1905
b. Revolusi di Filiphina oleh dr Jose Rizal 1898
c. Gerakan nasionalisme India oleh Tilak dan Gandhi
d. Revolusi di Cina oleh dr Sun Yat Sen 1911
2. Faktor dalam negeri, Rasa tidak puas bangsa Indonesia terhadap penindasan kolonial
Belanda.
Pergerakan nasional tersebut adalah, Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908 dengan
tokohnya dr Wahidin Sudirohusodo, dr Soetomo, Sarekat Dagang Islam 1909 yang
kemudian berubah menjadi Sarekat Islam 1911 dengan tokohnya HOS Cokroaminoto.
Indische Partij 1912 dengan tokohnya Tiga Serangkai, Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (kemudian terkenla dengan nama Ki
Hajar Dewantoro setelah mendirikan Taman Siswa 1922.
Tahun 1922 muncul Perhimpunan Indonesia yang didirikan Pelajar Indonesia di
negeri Belanda, dengan tokohnya antara lain Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo.
Selain pertai-partai politik pada masa pergerakan nasional juga berdiri gerakan
Wanita dan gerakan Pemuda. Gerakan Pemuda seperti Trikoro Darmo, Yong Java,
Yong Ambon, Yong Celebes, Yong Sumatra dsb, yang pada bulan Oktober tahun
1928 mengadakan Kongres Pemuda II dan berhasil mengeluarkan “Sumpah Pemuda”
yang mengakui Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia. Selanjutnya gerakan
Pemuda bergabung menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.
Gerakan wanita, seperti Wanito Mulya, Wanito Hadi, Wanito Merdiko, Puteri Sedar
dsb, pada tanggal 22 Desember 1928 mengadakan Kongres Wanita, yang intinya
mendukung pergerakan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Perlawanan Terhadap Jepang 1942-1945
Penjajahan Jepang di Indonesia mulai secara resmi tanggal 9 Maret 1942. Tanggal 20
Maret 1942, Jepang mengeluarkan Undang-Undang No. 3 yang melarang segala macam
pebincangan, pergerakan, dan anjuran atau pro-paganda perihal peraturan dan susunan
negara. Selain itu Jepang mendirikan organisasi-organisasi Tiga A (Nippon Cahaya
Asia), Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dipimpin empat serangkai Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H. Mas Mansyur. Jepang juga mendirikan
Pembela Tanah Air (Peta), Sienendan, Kei Bodan, Heiho dan organisasi wanita Fujinkai.
Romusha adalah kerja paksa yang sangat menyiksa bangsa Indonesia, sehingga banyak
yang meninggal.
6.Perlawanan terhadap Jepang dilakukan melalui gerakan yang legal maupun ilegal.
Secara legal melalui gerakan yang didirikan oleh Jepang seperti Tiga A, Putera dan Peta.
Sedangkan yang ilegal melalui gerakan di bawah tanah yang dipimpin antara lain St.
Syahrir, Soekarni, Mr. Amir Syarifuddin dan lain-lain.
D. Proses Perumusan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945
Tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang melawan Sekutu semain terdesak. Oleh karena
itu pada tanggal 7 September 1944 P.M Koiso mengeluarkan pengumuman secara resmi
tentang janji kemerdekaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan, dan bendera
Merah Putih boleh dikibarkan disamping bendera Jepang.
BPUPKI baru dibentuk tanggal 29 April 1945, dan dilantik tanggal 28 Mei 1945, dengan
susunan sebagai berikut :
Ketua : Dr K.R.T Rajiman Wediodiningrat.
Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa bangsa Jepang)
Ketua Muda : R.P. Soeroso (merangkap Kepala TU)
Anggota : 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.
BPUPKI bersidang dua kali : sidang pertama, 29 Mei – 1 Juni 1945, dan yang kedua tanggal
10 Juli – 17 Juli 1945.
Sidang BPUPKI yang pertama 29 Mei – 1 Juni 1945
Dalam sidang pertama diusulkan dan dibahas mengenai Dasar Negara. Dalam sidang tersebut
yang berbicara mengenai Dasar Negara, 3 orang Yaitu : Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan
Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muh Yamin berpidato menyampaikan Dasar Negara,
Kebangsaan Negara Indonesia sebagai berikut (Dadrji Darmodihardjo, dkk, 1991)
I. Peri Kebangsaan
II. Peri Kemanusiaan
III. Peri Ketuhanan
IV. Peri Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan)
V. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
Setelah selesai pidato, menyampaikan usul tertulis naskah rancangan UUD, yang memuat
rumusan lima dasar negara sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada 31 Mei, 1945 Prof. Soepomo menyampaikan pidatonya.
Pada 1 Juni 1945, giliran Ir Soekarno menyampaikan pidatonya, dengan rumusan dasar Negara.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Keutuhan yang berkebudayaan
Kemudian diusulkan supaya 5 dasar itu dinamakan Pancasila.
Kemudian sidang BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang jumlahnya 8 orang sebagai berikut :
Ketua : Ir Soekarno
Anggota : 1. K.H.A. Wachid Hasyim
2. Mr Muh. Yamin
3. Mr. A.A. Maramis
4. M. Soetardjo Kartodikoesoemo
5. R. Oto Iskandar Dinata
6. Drs. Moh. Hatta
7. Ki Bagus H. Hadikoesoemo
Tugas Panitia Kecil adalah menggolong-golongkan dan memeriksa catatan-catatan tertulis
selama sidang. Mereka membentuk Panitia Kecil 9 orang (kemudian terkenal dengan Panitia
Sembilan) sebagai berikut :
1. Ir Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Muh. Yamin
4. Wachid Hasyim
5. Mr. A.A. Maramis
6. Mr. Soebardjo
7. Kyai Abdul Kahar Moezakkir
8. Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil menyusun Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar, yang memuat dasar Negara
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bahan anggota baru sebanyak 6 orang. Ir. Soekarno melaporkan hasil Panitia Kecil yang
bersama dengan 38 orang anggota BPUPKI membentuk Panitia Kecil 9 Orang (Panitia
Sembilan). Panitia Kecil 9 orang pada 22 Juni 1945 menyusun Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar ( Piagam Jakarta) (Usman Surya Patri, 1985). Keputusan mengenai bentuk Negara dengan
hasil 55 orang setuju bentuk Republik.
Rapat Pleno tanggal 11 Juni 1945, keputusan penting mengenai daerah Negara baru, 39 orang
memilih Hindia Belanda dahulu, Malaka, Borneo Utara, Papua, Timor dan kepulauan
sekelilingnya, 19 orang memilih Hindia Belanda dahulu, 6 orang memilih Hindia Belanda dahulu
ditambah Malaka dikurangi Papua, 1 orang memilih lain-lain dan 1 orang blanko.
Keputusan lain membentuk 3 Panitia, yaitu :
1. Panitia Perancangan Undang-Undang Dasar.
Ketua : Ir Soekarno
Anggota: 1. Mr. A.A. Maramis
2. R. Oto Iskandar Dinata
3. B.P.H. Poeroebojo
4. Haji Agus Salim
5. Mr. Soebardjo
6. Prof. Dr. Soepomo
7. Mr. Ny. Maria Ulfa Santosa
8. K.H.A. Wachid Hasyim
9. Parada Harahap
10. Mr.J. Latuharhary
11. Mr. R. Soesanto Tirto Prodjo
12. Mr.K.R.T. Wongsonagoro
13. KF. M TH Woerjaningrat
14. Mr. R.M. Sartono
15. Mr. R. Pandji Singgih
16. Mr. Tan Eng Hoa
17. Prof. Dr. P.A. H. Djajadiningrat
18. Dr. Soekiman
Ditambah seorang anggota istimewa bangsa Jepang Myaro.
2. Penitia Pembela Tanah Air :
Ketua : Abikoesno Tjokrosoejoso
Anggota: 1. Abdul Kadir
2. Prof. Dr. R. Djaenal Asikin Widjaja Koesoemo
3. BPH. Bintoro
4. Mr. R. Hendromartono
5. A.K Muzakkir
6. Haji. Ah. Sanoesi
7. Ir. R. Ashar Soetedjoe Moenandar
8. Mr.R. Samsoedin
9. R. Soekardjo Wirjopranoto
10. R.M.T.A Soerjo
11. Abdul Kaffar
12. K.H Masjkoer
13. K. Abdul Halim
14. R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
15. R. Soedirman
16. R. Azis
17. Mohammad Noer
18 R. Abdoelrahim Pratalykrama
19. Lim Koen Hian
20. Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
21. R. Roeslan Wongsokoesoemo
22. Nj. RSS. Soenarjo Mangoenpoespito
Ditanbah anggota istimewa bangsa Jepang Tanaka Kakka dan Matuura.
3. Panitia Keuangan dan Perekonomian
Ketua : Drs. Moh. Hatta
Anggota: 1. Ir. RMP. Soerachman Tjokroadisoerdjo
2. R.M Margono Djojohadikoesoemo
3. M. Soetardjo Kartohadikoesoemo
4. Dr. Samsi
5. Prof. Ir. R. Roesono
6. Surio Hamidjojo
7. K.H. Dewantoro
8. Dr. R. Koesoemah Atmadja
9. A.M. Dasaad
10. Oiej Tjonng Hauw
11. Prof. Dr. R. Djaenal Asikin Widjajakoesoemo
12. F.P. Dahler
13. Besar
14. Mr. Muh. Yamin
15. A. Baswedan
16. K. Bagoes H. Hadiloesoemo
17. Mr. R.Sastromoeljono
18 Abdul Fatah Hasan
19. K.H. M. Mansoer
20. Oeij Tiang Tjoei
21. R.A.A. Wiranatakoesoemo
22. Mr. R. Soewandi
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar membentuk panita Perancang “Decaration of Rights”
yang terdiri dari Mr. A. Soebardjo sebagi ketua, Dr. Soekiman dan Parada Harabap sebagai
anggota
Sidang tanggal 14 Juli 1845m Panitia Perancang Perundang-undanga Dasar melaporkan hasil
kerjanya berupa rancangan Undang-undang Dasar yang terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :
a. Pernyataan Indonesia merdeka atau Declaration of Independence, yang berisi dakwaan
terhadap penjajahan Belanda.
b. Pembukan Undang-Undang Dasar yang dihasilkan Panitia Sembilan, yang memuat dasar
Negara Pancasila.
c. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar (hasil kerja Panitia Kecil Perancang UUD) yang terdiri
dari atas 42 pasal, termasuk 5 pasal Aturan Peralihan dan ipasal Tambahan.
7 Agustus 1945 Pemerintahan tentara Jepang mengeluarkan pengumuman akan dibentuknya
Panitia Persiapan Kemerdekaan, pada pertangah bulan agustus 1945. Tanggal 8 Agustus 1945 Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wediodiningrat dipanggil ke Saigon menghadap
Jendral Besar Terauchi. Pada 9 Agustus 1945, Jendral Terauchi memberi 3 cap, yaitu :
1. Soekarno diangkat sebagai Ketua Panitia Persediaan Kemerdekaan, Moh. Hatta sebagai
wakil ketua, dan Radjiman sebagai anggota.
2. Peanitia persiapan kemerdekaan boleh bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
3. Lekas tidaknya pekerjaan panitia diserahkan seluruhnya kepada panitia.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Dokuritsu Zyunbi Iinkai terdiri atas 21 orang,
termasuk ketua dan wakil ketua, dengan susunan sebagai berikut :
1. Ir Soekarno (ketua)
2. Drs Moh Hatta (wakil)
Sedang anggota :
3. Drs. Radjiman Wediodiningrat
4. Ki Bagoes Hadikoesoemo
5. Oto ISkandardinata
6. Pangeran Purubaya
7. Soetardjo Kartohamidjojo
8. Prof. Mr. Mr. Dr. Soepomo
9. Abdul Kadir
10. Drs. Yap Tjwan Bing
11. Pangeran Soerjohamidjojo
12. Dr. Moh. Tohir
13. Mr. Abdul Abbas
14. Dr. Ratulangi
15. Andi Pangerang
16. Mr. Latuharhary
17. Mr. Pudja
18. A.H. Hamdan
19. R.P. Soeroso
20. Abdul Wachid Hasyim
21. Mr. Mohammad Hasan
Panitia Persiapan Kemerdekaan akan dilantik 18 Agustus 1945, dandan akan bersidang 19
Agustus 1945, dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan Badan Penyelidik.
Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, terjadi perbedaan pendapat antara golongan
pemuda dan golongan tua. Para pemuda melarikan Ir. Soekarno beserta keluarga dan DRs. Moh.
Hatta ke Rengasdengklok, pada tanggal 16 Agustus 1946/
Tanggal 16 malam 17 Agustus 1945 golongan muda dan golongan tua berkumpul di rumah
Maeda opsir Jepang yang simpati terhadap perjuangan Indonesia, untuk menyusun naskah
proklamasi.
Proklamasi kemerdekaan
Tanggal 17 Agustus 1945, jam 10.00 waktu Jawa, proklamasi dibaca oleh Ir. Soekarno,
kemudian dikibarkan bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya.
Makna proklamasi sebagai berikut :
1. Proklamasi kemerdekaan pada hakekatnya merupakan titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia yang telah lama mengalami penindasan penjajah selama 350 tahun.
2. Dari sudut ilmu hukum : keputusan atau pernyataan yang telah menghapus tata hukum
colonial diganti dengan tata hukum nasional.
3. Dari sudut politis ideologis, proklamasi melepaskan bangsa Indonesia dari segala belenggu
penjajahan sekaligus membangun perumahan baru yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
Pengesahan Undang-Undang Dasar
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bersidang yang
pertama, mengahasilkan keputusan sebagai berikut :
1. Pengesahan UUD yang terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal setelah melalui beberapa
penyempurnaan.
2. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Perubahan dari rancangan UUD menjadi UUD yang disahkan oleh PPKI 18 Agustus 1945 adalah
sebagai berikut :
1. Declaration of Independence yang panjang dihapus
2. Istilah mukadimah diganti dengan pembukaan
3. Kata hukum dasar diganti dengan Undang-Undang Dasar
4. Ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi pemeluknya, diganti dengan Ketuhanan
Yang Maha Esa
5. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, diganti dengan Kemanusiaan yang adil
dan beradab
6. Presiden harus orang Indonesia asli dan beragama islam, diganti dengan Orang Indonesia
Asli
7. Dua orang Wakil Presiden diganti dengan seorang Wakil Presiden
8. ……………selama perang Pimpinan Perang dipegang oleh Jepang dengan persetujuan
pemerintahan Indonesia, dihapuskan
9. Jumlah pasal dari 42 menjadi 43 pasal, termasuk pasal Aturan Peralihan dan dua pasal
Aturan Tambahan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesua menetapkan dua
keputusan lagi :
1. Penetapan 12 (dua belas) kementrian yaitu Departemen Dalam Negeri, Luar Negeri,
Kehakiman, Penerangan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan, dan Pekerjaan Umum.
2. Pembagian Daerah Republik Indonesia dalam 8 (delapan) propinsi yaitu : Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Dalam sidang tanggal 22 Agustus 1945, mengambil keputusan membentuk : KOmite Nasional
dan Bada Keamanan Rakyat.
E. Revolusi Fisik 1945-1949
Tanggal 19 September 1945 terjadilah “Insiden Bendera” di Hotel Yamato, Tunjungan
Surabaya.
Tentara Sekutu Komando Asia Tenggara menugaskan Allied Forces Netherlands Eastindies
(AFNEI) ke Indonesia dibawah pimpinan Letjen Christison. Tanggal 29 September merekan
mendarat di Jakarta, kemudian diikuti di daerah lain seperti di Padang, Medan, Bandung, dan
Surabaya.
Bangsa Indonesia berusaha melawan propaganda Belanda dengan mengeluarkan 3 (tiga)
buah maklumat :
1. Maklumat Wakil Presiden NO. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasan
Luar Biasa Presiden, dengan member kekuasaan menetapkan GBHN dengan legislative
kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Dengan demikian KNIP diserahi tugas-
tugas sebagai MPR dan DPR
2. Maklumat pemerintah 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik. Maksudnya
agar Negara-negara barat menilai Indonesia sebagai Negara demokrasi.
3. Maklumat pemerintah 14 November 1945 tentang perubahan kabinet. Kabinet
presidensiil diubah menjadi kabinet ministriil dengan Syahrir sebagai Perdana Menteri.
Pertempuran antara Sekutu yang diboncengi NICA dimulai di Surabaya 28 Oktober 1945.
Tanggal 10 November Surabaya digempur sekutu dari darat, laut dan udara. Karena
hebatnya semangat bertempur rakyat Surabaya dan korban jiwa raga yang beribu-ribu dalam
pertempurah 10 November diperingati sebagai “Hari Pahlawan”.
Pertempuran berikutnya antara lain adalah pertempuran Ambarawa bulan Desember 1945.
Di Sumatera juga terjadi serangan Sekutu yaitu di Medan, Padang, Bukittinggi dan Aceh
pada bulan November 1945 pertempuran di Bandung terjadi pada bulan Maret 1946, diikuti
dengan pertempuran di daerah Jawa Barat Lainnya.
Bulan November 1946 baru dapat dilaksanakan perudingan Linggarjati. Walaupun
Linggarjati telah ditandatangani 25 Maret 1947, Belanda mengingkari perundingan tersebut,
dengan melakukan serangan ke wilayah RI yang dikenal dengan Agresi Militer Pertama.
KTN berhasil mendesak Belanda mengadakan perundingan Renville tanggal 8 Desember
1947. Hasil perundingan ditandatangani 18 Januari 1948.
Belanda mengikuti perundingan lagi, dengan adanya “Agresi Militer Kedua”, pada tanggal
23 Agustus 1949 diaadakanlah “Konferensi Meja Budar” di Den Haag antara Wakil RI,
wakil Bijeenkomst voor federal Overleg (BFO) yaitu wakil Negara Bagian, wakil negeri
Belanda dan UNCI, tanggal 2 November 1949 tercapai persetujuan yang isinya Belanda
menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) akhir 1949,akhirnya pengakuan
kedaulatan ditandatangani 27 Desember 1949.
F. Negara Kesatuan RI 1950-1959
Pada tanggal 19 Mei tercapailah pesetujuan antara pemerintah pusat dan Negara-negara
bagian untuk kembali ke bentuk Negara Kesatuan. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus secara
resmi kemabli ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 1950). Indonesia menjadi anggota PBB yang ke 60 pada bulan
September 1950.
Pada awal pemerintahan ini sudah terjadi beberapa pemberontakan. Namun ke luar.
Indonesia berhasil menjadi salah satu pemrakarsa dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika.
Tahun 1955 pemerintah berhasil mengadakan pemilihan umum untuk memilih DPR dan
Dewan Konstituante. Anggota DPR berjumlah 272 orang dilantik 20 Maret 1956, sedang
Dewan Konstituanye 542 orang dilantik 10 November 1956.
Dewan Konstituate yang bertugas menyusun Undang-Undang Dasar baru sebagai pengganti
UUDS 1950, bersidang selama dua tahun lima bulan gagal menetapkan UUD. Oleh karena
itu presiden Soekarno menyatakan Negara dalam keadaan gat / darurat dan mengeluarkan
“Dekrit Presiden 5 Juli 1959” yang isinya sebagai berikut :
1. Menetapkan pembubaran Dewan Konstituante.
2. Menetapkan berlakunya kembali Undan-Undang Dasar 1945, dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950.
3. Akan segera dibentuk MPRS, DPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
G. Masa antara 1959-1965
Masa antara 1959-1965 oleh Orde Baru disebut sebagai masa Orde Lama, karena dianggap
masa yang menyimpang dari UUD 1945.
Penyimpangan tersebut antara lain adalah :
1. Adanya Penpres untuk membentuk DPRS, MPRS, dan DPAS.
2. Manifesto Politik (konsepsi Presiden) oleh MPRS ditetapkan sebagai GBHN dalam Tap
I/MPRS/1963.
3. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup oleh MPRS dalam Tap
I/MPRS/ 1963.
4. Hak budget DPR tidak berjalan.
5. Ketua MPRS, DPR-GR, DPA, MA diangkat sebagai menko, sehingga kedudukannya di
bawah presiden.
6. Nasakom disamakan dengan Pancasila.
7. Politik Luar Negeri RI cnodong ke Timur (komunis), terbukti dengan pembentukan
“Pyongyang-peking” dan Indonesiia keluar dari PBB.
8. Pemberlakuan “demokrasi terpimpin” yang ditegaskan dalam TapVII/MPRS/1965, dinilai
menjurus ke otoriter.
Dalam keadaan penyimpangan-penyimpangan tersebut di atas terjadilah pemberontakan G30
S/PKI pada 30 September 1965.
H. Masa Orde Baru Tahun 1966-1998
Awal 1966, tepatnya 10 Januari 1966 terjadilah demonstrasi yang dipelopori Kesatan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat), yang isinya
sebagai berikut :
1. Bubaarkan PKI
2. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI
3. Turunkan harga
Dengan alas an pengemban “Surat Perintah 11 Maret” kekuasaan pemerintahan pada
kenyataannya dipegang oleh Letjen Soeharto. Tanggal 12 Maret 1966, Letjen Soeharto
membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Berikutnya diadakan Sidang MPRS yang ke IV
tahun 1966 untuk mengoreksi penyimpangan Orde Lama, serta mengganti dengan Tap-tap
yang baru yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Selanjutnya Orde Baru berusaha melaksanakan ketentuan dalam UUD 1945, yaitu
mengadakan Pemilihan UMum setiap lima tahun (1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997).
Pada masa Orde Baru, sebetulnya suadah ada yang berusaha menentang baik dengan
demonstrasi maupun dengan “Petisi 50”, suara vocal beberapa anggota DPR. Namun semua
dapat ditekan dengan penjara atau recall DPR.
Krisi moneter pada bulan November 1997 memicu demonstrasi menuntut reformasi total.
Akhirnya Presiden SOehartomengundurkan diri 21 Mei 1998.
I. Masa Reformasi 1998-Sekarang.
Awal reformasi kekuasaan dipegang oleh Presiden Habibie. Pemerintah memulai dengan
mengadakan pemilu yang jurdil tahun 1999 yang diikuti 48 partai politik. Hasil pemilu
dimenangkan Patrai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang dipimpin Megawati
Soekarno Puteri. Namun dalam Sidang Umum MPR tahun 1999 terpilih Abdur Rachman
Wahid sebagai Presiden RI.
Pada masa reformasi UUD 1945 mengalami amandemen sapai empat kali, yaitu perubahan
pertama disahkan 19 Oktober 1999, kedua disahkan 10 Agustus 2000, ketiga disahkan 10
November 2001, dan keempat disahkan 10 Agustus 2002.
Sebetulnya sudah Nampak ada enam perubahan, yaitu pemerintahan yang sentralisasi menuju
pemerintahan yang desentralisasi dengna pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah
(Otoda). Perubahan peran militer, perubahan orientasi sistem perekonomian nasional,
perubahan sistem kepartaian, desakralisasi UUD 1945, dan kebijakan yang parisipatoris
(Margono dkk, 2002).