Paman 2 ribu

3

Click here to load reader

description

Cerita tentang juru parkir di Palangka Raya

Transcript of Paman 2 ribu

Page 1: Paman 2 ribu

“Paman 2 ribu”

Ya, memang benar apa yang anda baca diawal, judul saya di atas memang seperti

yang anda baca. Mungkin anda bingung dan berusaha membaca tulisan ini dengan cepat ke

bawah agar mendapati siapa yang saya sebut sebagai „Paman 2 ribu‟.

“Paman 2 ribu” akan sangat ber-uang apabila di lokasi tempatnya kongkow

diadakan acara-acara tertentu dan pada hari tertentu pula, misalnya saja pada sabtu malam,

serta banyaknya pengunjung toko-toko atau swalayan-swalayan dan pusat-pusat

perbelanjaan yang berkunjung untuk membeli beberapa kebutuhan mereka.

Ketika kita mengunjungi beberapa toko tentu kita harus memarkir kendaraan kita agar

akses jalan di halaman toko tersebut tidak terganggu dan terlihat tidak semrawut. Beberapa

toko, swalayan dan pusat perbelanjaan ada yang memanjakan pelanggannya dengan

memberikan layanan juru parkir. Kehadiran juru parkir yang diberikan tentu saja memang

membuat nyaman, karena pelanggan tidak perlu lagi memarkir kendaraannya sendiri, apalagi

kalau itu gratis. Namun tidak semua toko, swalayan hingga pusat perbelanjaan menyediakan

jasa parkir secara gratis, karena beberapa pertimbangan management maka mereka harus

menyediakan jasa parkir berbayar. Ada pula toko dan swalayan yang memberikan izin

kepada perseorangan untuk memarkir dan menarik biaya untuk setiap kendaraan-kendaraan

pelanggan yang terparkir dan membayar beberapa persen penghasilannya kepada pihak toko

atau swalayan itu sendiri.

Jasa parkir liar yang berhamburan di beberapa tempat ramai pengunjung membuat

gerah para pengunjung. Mengapa bisa seperti itu? Bukankah jasa para juru parkir ini

harusnya diapresiasi? Selidik punya selidik tarif parkir lah yang membuat para pengunjung

Page 2: Paman 2 ribu

ini sedikit terganggu. Seakan tidak percaya, tarif parkir yang pada waktu saya masih duduk di

bangku SMA dulu masih berkisar 500 rupiah namun kini sudah melonjak seperti harga cabai

dan daging sapi menjadi 2 ribu rupiah. *Permisi : “WAW”. Beberapa protes hingga cekcok

mulut sudah sering dilontarkan ke “Paman 2 ribu” kita, namun Sang “Paman 2 ribu” tetap

bersikukuh bahwa tarif parkir sudah sesuai dengan kinerja mereka. *Benarkah?

Maka sampailah keluh kesah masyarakat ke telinga pemerintah kita, atau mungkin

pemerintah kita sangat gerah karena mungkin dia pernah membayar 2 ribu ke “Paman 2 ribu”

kita. Oleh karena semua itu dikeluarkanlah peraturan daerah yang mengatur perparkiran di

kota cantik Palangka Raya.

Izin dari instansi pemerintah dan mematuhi peraturan daerahlah yang harus

diperhatikan, apabila tidak mematuhi salah satunya tentu saja itu parkir liar yang melanggar.

Seperti yang kita ketahui pemerintah daerah sudah mengeluarkan peraturan tersendiri tentang

parkir ini, mulai dari biaya parkir yang diberikan kepada pengunjung hingga izin membuka

lahan parkir dan lainnya. Lalu bagaimana dengan “Paman 2 ribu” yang tetap saja menarik

biaya parkir di atas ketentuan yang sudah ditentukan? Tentu saja itu merupakan pelanggaran

dan perlu ditindak.

Seakan dan sejalan bahkan selurus dengan kondisi ekonomi, maka tarif parkir liar

juga ikut naik. Membantah yang sudah „seakan‟ berjalan „lurus‟ itu maka mungkin akan

disangkutpautkan lagi dengan pelanggaran HAM. *Apa hubungannya? Menolak memberikan

tarif parkir sebesar 2 ribu maka bersiaplah kita cekcok dengan “Paman 2 ribu” kita dan

mendengar kisah mereka akan sulitnya mencari uang dan mahalnya kebutuhan pokok pada

saat sekarang ini. “Mas ga tahu, kami susah mas sekarang cari uang, rokok aja naik mas.

Kami kerja juga punya hak asasi kami mas sebagai manusia yang perlu makan”, kata “Paman

Page 3: Paman 2 ribu

2 ribu” Luar biasa sekali saudara, kita pun tak dapat mengelak, walaupun kita menang apabila

perkara ini kita laporkan.

Dengan tarif bayaran yang seperti itu, apakah cukup bagi mereka untuk menjamin

keamanan kendaraan kita? Mereka pun hanya bilang,”kami ini juru parkir mas, bukan satpam

atau security” Jawaban yang tentu bisa membuat kita kesal. Memang tidak sesuai dengan

resikonya, namun harusnya “Paman 2 ribu” sudah menanamkan rasa menjaga kendaraan

yang kita titip ke mereka, meskipun kita tahu kita juga tidak mungkin menuntut pengggantian

terhadap kendaraan kita yang kita titipkan.

“Mas, kalau bayar 1 ribu itu susah mas buat kami, belum kalau ada yang kehilangan

helm, mereka pasti ngomel ke kami,” kata “Paman 2 ribu lagi.” Dari kalimat yang dia

utarakan, dapat disimpulkan bahwa dengan 2 ribu mereka siap untuk diomeli karena kasus

kehilangan helm. Tanggungjawab mereka dipertanyakan. Konteks tanggungjawab dalam

kasus ini bukan berarti melakukan penggantian helm tersebut, banyak hal yang dilakukan

untuk menunjukkan bahwa “Paman 2 ribu” kita bertanggungjawab. Salah satunya yaitu

dengan melilitkan tali helm ke kaca spion kita, agar para pencuri tidak dengan begitu saja

mencuri helm kita.

Polemik ini memang sangat mengambang, namun menurut saya berapa pun bayaran

untuk “Paman 2 ribu” kita akan ikhlas apabila dia menunjukkan rasa hormat dan

bertanggungjawab dengan apa yang harusnya dia lakukan..