PAK DASRIL, KONSEP KEBIJAKAN MARITIM INDO (new).doc

11
HAL – HAL YANG MENDASAR DALAM PENDAYAGUNAAN DAN PENGELOLAAN LAUT SERTA SUMBER DAYA MANUSIANYA Oleh : Dasril Munir*) 1. PERANAN STAKE HOLDER Hakikat kebijakan Maritim Indonesia adalah segala bentuk usaha, kegiatan dan pekerjaan yang diarahkan kepada pendayagunaan potensi maritim dan sumber daya kelautan serta pemanfaatan fungsi laut (termasuk ZEE) secara terencana, rasional, serasi dan seimbang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan. Sementara itu potensi maritim yang dimiliki Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal akibat berbagai kendala seperti kebijakan pembangunan yang belum berorientasi pada aspek maritim, kondisi sosial budaya yang belum mendukung dan kurangnya kualitas SDM maritim. Insan Kelautan/Kemaritiman perlu bersyukur pada Kabinet kerja Jokowi dan JK, sudah menjawab adanya Menko Kemaritiman yang mengkoordinasikan beberapa Kementerian yaitu : a. Kementerian Kelautan dan Perikanan b. Kementerian Perhubungan c. Kementerian ESDM d. Kementerian Pariwisata Oleh sebab itu Optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran dalam pemberdayaan sumber daya kelautan yang komplek tidak dapat dilakukan oleh satu institusi saja, karena harus melibatkan setiap komponen pembangunan dengan dukungan dan partisipasi masyarakat sesuai bidangnya secara terencana, terpadu, terarah dan terkendali. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu kerja sama

Transcript of PAK DASRIL, KONSEP KEBIJAKAN MARITIM INDO (new).doc

HAL HAL YANG MENDASAR DALAM PENDAYAGUNAAN DAN PENGELOLAAN LAUT SERTA SUMBER DAYA MANUSIANYA

Oleh : Dasril Munir*)1. PERANAN STAKE HOLDER

Hakikat kebijakan Maritim Indonesia adalah segala bentuk usaha, kegiatan dan pekerjaan yang diarahkan kepada pendayagunaan potensi maritim dan sumber daya kelautan serta pemanfaatan fungsi laut (termasuk ZEE) secara terencana, rasional, serasi dan seimbang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan. Sementara itu potensi maritim yang dimiliki Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal akibat berbagai kendala seperti kebijakan pembangunan yang belum berorientasi pada aspek maritim, kondisi sosial budaya yang belum mendukung dan kurangnya kualitas SDM maritim.Insan Kelautan/Kemaritiman perlu bersyukur pada Kabinet kerja Jokowi dan JK, sudah menjawab adanya Menko Kemaritiman yang mengkoordinasikan beberapa Kementerian yaitu :a. Kementerian Kelautan dan Perikanan

b. Kementerian Perhubungan

c. Kementerian ESDM

d. Kementerian PariwisataOleh sebab itu Optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran dalam pemberdayaan sumber daya kelautan yang komplek tidak dapat dilakukan oleh satu institusi saja, karena harus melibatkan setiap komponen pembangunan dengan dukungan dan partisipasi masyarakat sesuai bidangnya secara terencana, terpadu, terarah dan terkendali. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu kerja sama yang dilandasi dengan koordinasi yang baik, karena pengelolaannya bersifat multi dimensi, bisa teratasi.Bertolak pada komitmen pemerintah dalam melaksanakan pembangunan kelautan yang merupakan harapan baru bagi seluruh lapisan masyarakat dalam menyongsong masa depan yang lebih baik, dituntut profesionalisme sumber daya manusia yang didukung ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai serta aturan / perundang-undangan.

Namun demikian masalah yang dihadapi, konsep kebijakan maritim Indonesia dalam bidang sumber daya manusia adalah :a. Harus ada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam wujud langkah nyata untuk menggerakkan proses transformasi dan memecah belenggu ketertinggalan dan ketidakberdayaan.

b. Kebijakan yang dikembangkan harus dilaksanakan secara intensif dengan melibatkan peran serta masyarakat sehingga lebih efektif karena sesuai kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka.

c. Proses pembangunan masyarakat maritim menggunakan pendekatan masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan dengan mempertimbangkan kemampuan nyata masyarakat itu sendiri.

d. Menciptakan suasana maupun iklim yang kondusif seoptimal mungkin terhadap upaya-upaya pengembangan pembangunan maritim dengan memberi dorongan kemudahan modal, motivasi dan bimbingan kepada tenaga kerja, industri jasa maritim untuk dapat berkembang lebih pesat, disamping menyediakan data dan informasi yang berkualitas yang merupakan kebutuhan dasar bagi kegiatan perencanaan dan kelengkapan masyarakat maritim.e. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia sesuai bidang masing-masing terhadap penguasaan dan pengelolaan teknologi kelautan termasuk manajemen Industri dan jasa maritim melalui pendidikan maupun pelatihan aplikasi langsung.2. KELESTARIAN LINGKUNGAN LAUT

Memperhatikan kepentingan nasional di laut kita dihadapkan pada potensi serta kendala-kendala yang ada dan untuk itu diperlukan upaya terpadu dalam upaya meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kelestarian dalam pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya kelautan melalui prinsip-prinsip dasar berikut ini :

a. Adanya keyakinan bahwa laut merupakan salah satu faktor utama yang harus dikelola secara bijaksana guna mewujudkan cita-cita nasional. Pengelolaan laut yang juga merupakan kekayaan alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

b. Upaya pengelolaan harus bersifat integrative artinya meskipun pelaksanaan pengelolaan laut diselenggarakan oleh kegiatan-kegiatan aspek kelautan pada sektor-sektor pembangunan dan oleh pemerintah daerah namun direncanakan dari suatu sasaran pemanfaatan laut secara keseluruhan.3. PENEGAKAN KEDAULATAN DAN HUKUMKedaulatan dan hukum di laut harus dapat menjadi landasan berpijak dalam pelaksanaan pembangunan kelautan yang memiliki kompleksitas tinggi dan bersifat multi sektor. Segala kegiatan harus mengacu kepada tetap tegaknya kedaulatan di laut dengan sasaran terjaminnya integritas wilayah laut, mengingat laut adalah pemersatu bukan pemisah NKRI. Hukum harus dihormati dan dijunjung tinggi serta sebaliknya sistem hukum di laut harus mampu mengakomodasikan berbagai kepentingan dan hak semua pihak secara proporsional baik hak internasional, nasional, maupun hak layar (tradisional).

Beberapa prinsip kedaulatan dan hukum yang perlu ditaati adalah :a. Semua kegiatan pendayagunaan laut harus dikaitkan dengan kedaulatan negara, jangan sampai untuk kepentingan manfaat ekonomis tertentu akan berdampak kepada dikorbankannya kedaulatan Indonesia di laut.b. Kegiatan pembangunan kelautan yang bersifat sektoral harus mentaati perangkat hukum internasional dan nasional yang ditetapkan dan memberdayakan aparat penegak hukum terkait.c. Pemanfaatan hak Indonesia dalam implementasi UNCLOS' 82 harus mempertimbangkan segi manfaatnya bagi Indonesia dan sikap negara lain dalam kerangka hubungan bilateral dan multilateral.d. Menjabarkan UU RI No. 32 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Kelautan dan segera mengaplikasikan bagi kepentingan NKRI utamanya apabila ada perseteruan dengan negara lain.e. Kerjasama regional dan internasional dalam pemanfaatan laut perlu dioptimalkan bagi keuntungan pihak Indonesia sebesar-besarnya sesuai aturan.f. Setiap produk hukum selalu memperhatikan hukum nasional maupun internasional yang berlaku, termasuk perjanjian-perjanjian antar negara (bilateral dan multilateral) serta ketentuan-ketentuan mengenai lingkungan hidup.g. Setiap produk hukum sektoral harus selalu mempertimbangkan keterkaitan dengan sektor-sektor yang lain, dalam hal ini proses pembuatan hukum dengan mengembangkan kerjasama dan partisipasi sektor terkait. Ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang menyangkut beberapa peran stake holder secara tegas selalu disebutkan, sehingga jelas pelaksanaan dan koordinasinya jelas.h. Pelaksanaan peraturan pelaksanaan oleh satu atau beberapa stake holder harus diatur dalam rencana kerja dan evaluasi secara periodik sehingga tercipta iklim koordinasi yang kondusif.i. Penerapan peraturan-peraturan daerah selain memperhatikan peraturan yang lebih tinggi juga tetap memperhatikan hukum internasional yang berlaku serta kebijakan yang ditetapkan Kementerian secara sektoral.j. Perlu diterapkan ketentuan mengenai pembatasan penerapan perijinan oleh Kementerian teknis / Pemda yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan pendayagunaan dan pengelolaan laut yang berpihak pada pertumbuhan ekonomi rakyat.k. Perlu dikembangkan badan pengkajian, perencanaan dan pengawasan mengenai ketentuan-ketentuan hukum di bidang maritim.4. OTONOMI DAERAHPemanfaatan potensi laut oleh daerah merupakan hal yang secara garis besar diatur dalam UU No. 22 tahun 1999. Penafsiran selengkapnya pasal 3 dan pasal 10 dalam suatu ketentuan yang lebih operasional berupa suatu Peraturan Pemerintah belum ditetapkan. Oleh karena itu perlu ditegaskan beberapa prinsip yang harus dipegang agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan menghindari konflik kepentingan antar daerah, pusat & daerah serta antar sektor. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :1. Peran daerah dalam memanfaatkan potensi laut dalam rangka menjaga dan melestarikan laut serta eksplorasi dan eksploitasi bagi kesejahteraan masyarakat lokal.2. Pemerintah tetap berkepentingan mengatur laut dalam dimensi yang lebih luas dalam rangka menjamin bahwa pemanfaatan laut adalah sesuai dengan aturan hukum internasional dan nasional serta fungsi asasi laut sebagai pemersatu wilayah Negara Kesatuan R.I.3. Wewenang daerah dalam pemanfaatan laut dibatasi oleh pemanfaatan yang bersifat administratif dan ekonomis dan bukan wewenang dalam arti wilayah dan kedaulatan. Hal ini disebabkan perairan Indonesia telah dibagi berdasarkan rezim hukum yang berlaku secara internasional.4. Potensi laut yang bersifat lintas daerah bahkan antar negara seperti masalah lingkungan dan sumber daya hayati yang bermigrasi, pengaturannya harus ditetapkan oleh ketentuan nasional.Disamping kondisi dan masalah diatas Indonesia juga harus focus pada Sumber Daya Manusia (SDM) maritim untuk mendapatkan perhatian serius karena : 1. Fakta yang ada

Indonesia sebagai negara nusantara yang memiliki daerah pesisir sangat luas dan diperkirakan 22 % penduduknya hidup dan tinggal di daerah pesisir dan umumnya adalah masyarakat desa pesisir. Ada sekitar 4.735 desa dari 64.439 desa yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai desa pesisir, sebagian diantaranya terletak di wilayah perkotaan dengan 75% kota-kota besar dan menengah yang berpenduduk diatas 100.000 jiwa berada di pantai Selat Malaka, Laut China Selatan, Laut Jawa dan Selat Makasar.

Pada umumnya masyarakat desa pesisir lebih merupakan masyarakat tradisional dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat rendah. Pendidikan formal yang diterima masyarakat desa pesisir secara umum jauh lebih rendah daripada pendidikan masyarakat non pesisir lainnya.

Sebagai contoh kondisi SDM di bidang perikanan secara umum masih lemah, baik dari segi pengetahuan, latar belakang pendidikan dan permodalan, serta manajemen usaha. Sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa 79,05 % tenaga perikanan tidak tamat SD, 17,59 % tamat SD, 1,9 % tamat SLTP, 1,37 % tamat SLTA, dan hanya 0,03 % tamat D3 atau Sarjana. Sebagai perbandingan, gambaran tingkat pendidikan dari tenaga kerja secara keseluruhan adalah 44,7 % tidak tamat SD, 31,5 % tamat SD, 9,2 % tamat SLTP, 12,2 % tamat SLTA, dan 2,4 % berpendidikan D3 atau Sarjana.

Piramida tenaga kerja perikanan yang demikian akan cenderung menghambat proses alih teknologi ke lapisan tenaga kerja di bawah, sehingga petani nelayan umumnya sulit mengadopsi berbagai teknologi. Hal ini tentunya akan menghambat transformasi struktural masyarakat tani-nelayan kedalam kondisi yang lebih baik. Selain itu, sarana sosial yang tersedia seperti sarana pendidikan, kesehatan, perhubungan dan komunikasi juga masih sangat kurang. Sedangkan penyebaran penduduknya tidak merata dan sebagian besar terkonsentrasi di daerah pesisir yang landai dan di muara sungai yang notabene menghadapi kekumuhan, Sanitasi buruk dan kesulitan sarana hidup lainnya.

Gambaran demikian, menyebabkan timbulnya salah satu anggapan masyarakat pada umumnya untuk enggan bergiat di sektor maritim, khususnya perikanan dan di sisi lain masih lemahnya infrastruktur untuk mendukung terselenggaranya usaha di sektor maritim.

2. Permasalahana. Masih langkanya SDM maritim yang berpendidikan memadai dan yang sudah ada enggan untuk terjun dalam usaha di sektor maritim.

b. Program-program pendidikan sektor maritim masih terbatas dan belum mampu untuk menyalurkan keluarannya sesuai dengan keahliannya.

c. Kurikulum pendidikan dasar belum mengakomodasikan penanaman cinta akan laut yang merupakan awal dari pembentukan jiwa dan semangat bahari bangsa.

3. Kebijakan

Membina budaya maritim pada dasarnya mengembangkan dan memberdayakan potensi sumber daya maritim, khususnya komponen masyarakat maritim desa pesisir yang masih tertinggal untuk ditingkatkan kemampuannya melalui budaya agar secara bertahap dapat secara nyata memberdayakan dirinya didalam kiprah pembangunan.

Membangun budaya maritim adalah upaya membangun nilai-nilai, motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya dengan terwujudnya sistem dan Pranata sosial kemasyarakatan yang kuat dilingkungan masyarakat maritim. Budaya tersebut dibangun melalui penanaman nilai-nilai budaya moderen yaitu kerja keras, hemat, keterbukaan, bertanggung jawab dalam pendidikan formal dan non formal. Selain itu dilaksanakan pula pembaharuan lembaga-lembaga / badan sosial yang terintegrasi kedalam pembangunan nasional khususnya pembangunan kelautan dengan lebih mengakomodasikan peran masyarakat didalamnya. Oleh sebab itu kebijakan yang perlu ditempuh antara lain :

a. Menumbuhkembangkan dan memasyarakatkan kembali jiwa dan semangat bahari di kalangan generasi muda sebagai basis pembentukan SDM kelautan melalui pelatihan pelayaran maupun penyelaman.b. Penyebarluasan pembangunan maritim dikalangan masyarakat melalui instansi dan institusi terkait mulai tingkat pusat sampai daerah.c. Menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia perikanan dan kelautan dalam meningkatkan kualitas dibidang usaha perikanan laut.d. Melaksanakan program kegiatan yang melibatkan langsung peran serta masyarakat maritim yang bertujuan untuk menggugah kesadarannya agar menjaga kelestarian potensi sumber daya kelautan.e. Melaksanakan peningkatan kualitas sumber daya manusia maritim dan masyarakat desa pesisir yang berwawasan kedepan, sadar lingkungan dan berbudaya teknologi melalui pendidikan formal maupun non formal secara berlanjut.f. Mengupayakan memasukkan materi pelajaran maritim dari tingkat SD, SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Dikti dan Riset.Mudah-mudahan sumbangan pemikiran ini bisa untuk menambah nilai-nilai sejarah kejayaan bahari bangsa Indonesia dengan memelihara peninggalan sejarah dan mengkajinya secara kronologis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. *) Auditor Madya Itjen KKP dan Mantan Kepala Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia