Pajak Pertambahan Nilai

73
Praktik Kerja Industri 2009 Arsanto Raharjo [email protected] V CIPTA JASATAMA [email protected]

description

Pajak Pertambahan Nilai. Praktik Kerja Industri 2009. CV CIPTA JASATAMA [email protected]. Arsanto Raharjo [email protected]. Tujuan Pembelajaran Umum. Setelah mengikuti kegiatan ini para peserta diharapkan mampu - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Pajak Pertambahan Nilai

Page 1: Pajak Pertambahan Nilai

Praktik Kerja Industri 2009

Arsanto [email protected]

CV CIPTA [email protected]

Page 2: Pajak Pertambahan Nilai

Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti kegiatan ini para peserta

diharapkan mampu menjelaskan berbagai pengertian dan

peraturan yang terkait dengan PPN, PPn BM dan Bea Materai serta

menghitung besarnya PPN, PPn BM dan Bea Materai yang terutang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan baik.

Page 3: Pajak Pertambahan Nilai
Page 4: Pajak Pertambahan Nilai

Latar Belakang PPNMekanisme Pemungutan PPNKarakteristik PPNDasar Hukum PPN

Page 5: Pajak Pertambahan Nilai

Latar BelakangUU Pajak Penjualan (PPn) 1951 :

Menimbulkan pajak bergandaDualisme sistem pemungutan pajak

menyulitkan pengawasanPenyelundupan pajak Variasi tarif (9 macam)

Page 6: Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik PPNPPN merupakan Pajak Tidak LangsungPPN adalah Pajak ObyektifPPN bersifat Multi-stagePPN menggunakan

Indirect subtraction methodCredit methodInvoice method

PPN merupakan pajak atas konsumsi umum dalam negeri

PPN bersifat netralPPN tidak menimbulkan pajak berganda

Page 7: Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik PPNPPN merupakan Pajak Tidak

Langsung

Penjual

Penanggung jawab Pemikul beban pajak

PembeliBKP/JKP

PPN

Otoritas Pajak

PPN

Page 8: Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik PPNPPN bersifat Multi-stage dan Tidak

Menimbulkan pajak berganda

Pabrik Benang

Benang Pabrik Tekstil

Pabrik Pakaian Jadi

Tekstil

Pedagang Besar Pakaian Jadi

Konsumen

Pakaian

Pedagang EceranPakaian Jadi

PakaianPakaian

Page 9: Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik PPNPPN bersifat Multi-stage dan Tidak

Menimbulkan pajak berganda

- 1000 100 100 1.100 400 400+1000=1.400 140 140 - 100=40 1.540 350 350+1400=1.750 175 175 - 140=35 1.925 300 300+1750=2.050 205 205 - 175=30 2.255 250 250+2050=2.300 230 230 - 205=25 2.530

Setor ke Kas Negara Harga DibayarNilai Tambah Harga Jual PPN

Page 10: Pajak Pertambahan Nilai

Mekanisme PPNSusunan Biaya Produksi dan Harga Jual

PembelianBahan Baku 2,000 Bahan Pembantu 1,000 Suku Cadang dll. 1,000 Jumlah 4,000

BiayaPenyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah 1,000 Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah 3,500

Harga Jual 7,500

Page 11: Pajak Pertambahan Nilai

Mekanisme PPNAddition Method

PembelianBahan Baku 2,000 Bahan Pembantu 1,000 Suku Cadang dll. 1,000 Jumlah 4,000

BiayaPenyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah 1,000 Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah 3,500

Harga Jual 7,500

Nilai Tambah 3.500

PPN :10% X 3.500 = 350

Page 12: Pajak Pertambahan Nilai

Mekanisme PPNSubtraction Method

PembelianBahan Baku 2,000 Bahan Pembantu 1,000 Suku Cadang dll. 1,000 Jumlah 4,000

BiayaPenyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah 1,000 Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah 3,500

Harga Jual 7,500

Harga Jual 7.500Harga Beli 4.000Selisih 3.500

PPN :10% X 3.500 = 350

Page 13: Pajak Pertambahan Nilai

Mekanisme PPNCredit Method

PembelianBahan Baku 2,000 Bahan Pembantu 1,000 Suku Cadang dll. 1,000 Jumlah 4,000

BiayaPenyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah 1,000 Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah 3,500

Harga Jual 7,500

Harga Beli 4.000PPN Beli :10% X 4.000 = 400

Harga Jual 7.500PPN Jual :10% X 7.500 = 750

PPN Wajib Disetor :750 – 400 = 350

Page 14: Pajak Pertambahan Nilai

Kelebihan PPNMencegah pajak bergandaNetral dalam perdagangan dalam dan luar

negeriKonsumen sebagai pemikul beban pajak tidak

merasa dibebani oleh PPN sehingga memudahkan fiskus untuk memungutnya

Page 15: Pajak Pertambahan Nilai

Kelemahan PPNBiaya administrasi relatif tinggi

dibandingkan dengan PTL lainnyaDampak regresifRawan manipulasi/penyelundupan sehingga

menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat dalam administrasi pajak

Page 16: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar HukumUU No 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM

Ditetapkan 31 Desember 1983, Mulai Berlaku 1 Juli 1984

PERPU No 1/1984 menangguhkan berlakunya UU No.8/1983 s.d paling lambat 1 Januari 1986

Disebut dengan “UU PPN 1984”

UU No 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 8/1983 tentang PPN dan PPnBMDitetapkan 9 Nopember 1994, Mulai Berlaku 1 Januari

1995Disebut dengan “UU Perubahan UU PPN 1984”

Page 17: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar HukumUU No 18 Tahun 2000 tentang Perubahan

Kedua UU No. 8/1983 tentang PPN dan PPnBMDitetapkan 2 Agustus 2000, Mulai Berlaku 1

Januari 2001Disebut dengan “UU Perubahan Kedua UU

PPN 1984”UU No.8 Tahun 1983 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan UU No 18 Tahun 2000

Page 18: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar HukumHal-hal yang diatur dengan PP

Penetapan Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenakan PPN atau PPn BM (Pasal 4A);

Mengubah tarif PPN (Pasal 7 (3))Penetapan kelompok BKP yang tergolong

mewah (Pasal 8(3));Pasal 16B (1) :

Menetapkan pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya, baik sementara ataupun selamanya atau

Dibebaskan dari pengenaan pajak untuk kegiatan di kawasan tertentu,

penyerahan tertentu, impor tertentu, Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar

daerah pabean tertentuHal-hal yang belum diatur UU PPN (Pasal 19)

Page 19: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakSubjek PajakTarif PPNDasar Pengenaan Pajak

Page 20: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

impor Barang Kena Pajak;penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

yang dilakukan oleh Pengusaha;pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean; atauekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

(Pasal 4 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 21: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakBarang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau

hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud

Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenakan pajak berdasarkan UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000

Pengusaha adalah PKP ataupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP namun belum dikukuhkan

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Page 22: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPenyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

yang dilakukan oleh Pengusaha penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu

perjanjian; pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian

sewa beli dan perjanjian leasing; penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara

atau melalui juru lelang; pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas Barang

Kena Pajak; persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan;

penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang;

penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.

Page 23: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakImpor Barang Kena Pajak

Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean

Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak, maka siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak

Page 24: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah

Pabean yang dilakukan oleh PengusahaJasa

adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenakan pajak berdasarkan UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000

Page 25: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang telah dikukuhkan sebaga PKP maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP tetapi belum dikukuhkan.

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,

penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya.

Page 26: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah PabeanPemanfaatan Barang Kena Pajak tidak

berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di dalam Daerah Pabean.

Page 27: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakPemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah PabeanBarang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar

Daerah Pabean dapat berupa hak-hak seperti hak paten, hak oktroi, hak cipta, dan hak menggunakan merek dagang, yang dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, baik yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak maupun yang berstatus bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak, di dalam Daerah Pabean Indonesia.(SE-08/PJ.51/1995 )

Page 28: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakEkspor BKP oleh PKP

Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean

Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak

Page 29: Pajak Pertambahan Nilai

Objek PajakYang TIDAK termasuk dalam pengertian

penyerahan Barang Kena Pajak adalah :penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar

sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang;

penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;

penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang

Page 30: Pajak Pertambahan Nilai

Pengecualian Objek PajakPP 143/2000

Pelaksanaan UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2003

PP 144/2000Jenis Barang Dan Jasa Yang Tidak Dikenakan

Pajak Pertambahan Nilai

KMK 168/KMK.03/2002 Penyerahan Jasa Pengiriman Surat Dengan

Perangko Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

Kep Dirjen KEP-370/PJ./2002Jasa Di Bidang Angkutan Umum Di Darat Dan

Di Air Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

Page 31: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakPengusaha Kena Pajak

adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Pengusahaadalah orang pribadi atau Badan yang dalam kegiatan

usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Page 32: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakBadan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

Termasuk dalam pengertian bentuk badan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 Undang-undang PPN, adalah bentuk kerjasama operasi (PP 143/2000 Pasal 2(2))

Page 33: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakPengusaha yang melakukan penyerahan Barang

Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak diwajibkan :melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak; memungut pajak yang terutang;menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus

dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, menyetorkan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang;

melaporkan penghitungan pajak.

Page 34: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakSaat Pengukuhan

Ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan Pasal 2(5) UU No.6/1983 stdtd UU No.16/2000

Page 35: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakPengusaha Kecil

Pengusaha yang selama 1 tahun buku melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan jumlah peredaran < Rp600.000.000(KMK 571/2003)

Atas penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh Pengusaha Kecil TIDAK dikenakan PPN (KMK 552/2000)

Pengusaha Kecil yang Memilih Dikukuhkan sebagai PKP berlaku sepenuhnya UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000

(KMK 552/2000)

Page 36: Pajak Pertambahan Nilai

Subjek PajakPengusaha Kecil

Pengusaha yang selama 1 tahun buku melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan jumlah peredaran < Rp600.000.000(KMK 571/2003)

Atas penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh Pengusaha Kecil TIDAK dikenakan PPN (KMK 552/2000)

Pengusaha Kecil yang Memilih Dikukuhkan sebagai PKP berlaku sepenuhnya UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000

(KMK 552/2000)Kewajiban Melaporkan Usaha

KMK 571/2003KMK 552/2000SE 33/2003

Page 37: Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PajakTarif PPN adalah :

10 % 0 % untuk ekspor BKP

Tarif 0% atas ekspor BKP :bukan berarti pembebasan sehingga Pajak

Masukan yang telah dibayar atas barang yang diekspor tetap dapat dikreditkan

Page 38: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar Pengenaan PajakPPN = Tarif X DPPDPP adalah :

Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Page 39: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar Pengenaan PajakNilai Lain   KMK No.251/KMK.03/2002 (Perubahan KMK No.

567/KMK.04/2000)• untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan atau Jasa

Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

• untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

• untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga Jual rata-rata;

• untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

• untuk persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;

• untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan, adalah harga pasar wajar;

  

Page 40: Pajak Pertambahan Nilai

Dasar Pengenaan Pajak Nilai Lain   KMK No.251/KMK.03/2002 (Perubahan KMK No.

567/KMK.04/2000)• untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% (sepuluh

persen) dari Harga Jual;• untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro

pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

• untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

• untuk jasa anjak piutang adalah 5% (lima persen) dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskon;

• untuk penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak antar cabang adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

• untuk penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang adalah harga lelang.

Page 41: Pajak Pertambahan Nilai

Saat dan Tempat Pajak TerutangFaktur PajakPemakaian Sendiri dan Pemberian Cuma-cumaPembukuan dan Pencatatan

Page 42: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya pajak pada saat :

Penyerahan BKP;Impor BKP;Penyerahan JKP;Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah

pabeanPemanfaatan JKP dari luar daerah pabeanEkspor BKP(Pasal 11 ayat (1) UU No.8/1983 stdtd UU

No.18/2000)

Page 43: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangDasar akrual :

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak, meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima, atau pada saat impor Barang Kena Pajak. Saat terutangnya pajak untuk transaksi yang dilakukan melalui "electronic commerce" tunduk pada ayat ini.

(Penjelasan Pasal 11 ayat (1) UU No.8/1983 stdtdUU No.18/2000)

Page 44: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangDalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak, atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

(Pasal 11 ayat (2) UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 45: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya Pajak atas penyerahan Barang

Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli, atau pada saat Barang Kena Pajak tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan.

(PP 143/2000 Pasal 13)

Page 46: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya Pajak atas penyerahan

Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak tersebut, baik secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli:

(PP 143/2000 Pasal 13)

Page 47: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangContoh 1 : 

Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2001, Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat atau ditandatangani tanggal 1 September 2001. Saat pajak terutang adalah tanggal 1 September 2001. Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani barang tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Pajak terutang pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang. 

Contoh 2 : Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1

Agustus 2001. Saat Pajak terutang adalah tanggal 1 Agustus 2001. Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, barang tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Pajak terutang pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang. 

Page 48: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangContoh 3 :

Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1 Agustus 2001. Perjanjian jual beli ditandatangani tanggal 1 September 2001. Saat Pajak terutang adalah tanggal 1 Agustus 2001. Penyerahan barang tidak bergerak yang dilakukan dengan suatu perjanjian akan menyerahkan barang tersebut dalam masa tertentu tidak dapat digunakan untuk menentukan saat Pajak terutang, 

Page 49: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya Pajak atas penyerahan Barang Kena

Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini : a. saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak

berwujud dinyatakan sebagai piutang oleh Pengusaha Kena Pajak;b. saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud ditagih oleh Pengusaha Kena Pajak;c. saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diterima pembayarannya, baik sebagian atau seluruhnya oleh Pengusaha Kena Pajak; ataud. saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh Pengusaha Kena Pajak, dalam hal saat sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c tidak diketahui,

(PP 143/2000 Pasal 13)

Page 50: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya Pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak, terjadi

pada saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya.

Terutangnya Pajak atas impor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.

Terutangnya Pajak atas ekspor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.

Terutangnya Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau pemekaran usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas Barang Kena Pajak tersebut, terjadi pada saat ditandatanganinya akte yang berkenaan oleh Notaris.

(PP 143/2000 Pasal 13)

Page 51: Pajak Pertambahan Nilai

Saat Pajak TerutangTerutangnya Pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan dan atau persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat : a. ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris; atau b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroan yang

ditetapkan dalam Anggaran Dasar; atau c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan

perseroan dibubarkan; atau d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata

sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.

(PP 143/2000 Pasal 13)

Page 52: Pajak Pertambahan Nilai

Tempat Pajak Terutang (1)Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf c dan huruf f terutang pajak di tempat tinggal atau tempatkedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

(2)Atas permohonan tertulis dari Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan satu tempat atau lebih sebagai tempat pajak terutang.

(3)Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(4)Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dan huruf e terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha.

(Penjelasan Pasal 13 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 53: Pajak Pertambahan Nilai

Tempat Pajak Terutang (1) Tempat Pajak terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan

atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan,yaitu di tempat Pengusaha dikukuhkan atau seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

(2) Tempat Pajak terutang atas : a. Impor Barang Kena Pajak, adalah di tempat Barang Kena Pajak

dimasukkan ke dalam Daerah Pabean; b. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa

Kena Pajak dari luar daerah pabean adalah di tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan dalam hal orang pribadi atau badan tersebut bukan sebagai Wajib Pajak atau di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai Wajib Pajak;

c. Kegiatan membangun sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya atau oleh bukan Pengusaha Kena Pajak, adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan tempat lain selain tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai tempat Pajak terutang atas ekspor Barang Kena Pajak, baik atas permohonan tertulis dari Pengusaha Kena Pajak ataupun secara jabatan.

(PP 143/2000 Pasal 14)

Page 54: Pajak Pertambahan Nilai

Tempat Pajak TerutangOrang pribadi "A" yang bertempat tinggal di Bogor

mempunyai usaha di Cibinong. Apabila di tempat tinggal orang pribadi "A" tidak ada penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, maka orang pribadi "A" hanya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Cibinong sebab tempat terutangnya pajak bagi orang pribadi "A" adalah di Cibinong.

Sebaliknya, apabila penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dilakukan oleh orang pribadi "A" hanya di tempat tinggalnya saja, maka orang pribadi "A" hanya wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Bogor. Namun demikian, apabila baik di tempat tinggal maupun di tempat kegiatan usahanya orang pribadi "A" melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka orang pribadi "A" wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Bogor dan Kantor Pelayanan Pajak Cibinong, karena tempat terutangnya pajak berada di Bogor dan Cibinong.

(Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU No.8/1983 stdtd UU

No.18/2000)

Page 55: Pajak Pertambahan Nilai

Tempat Pajak TerutangPT A mempunyai 3 tempat melakukan kegiatan usaha, masing-

masing di kota Bengkulu, Curup dan Manna yang ketiganya berada dibawah pelayanan satu Kantor Pelayanan Pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bengkulu. Ketiga tempat usaha tersebut masing-masing melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dan masing-masing melakukan administrasi penjualan dan administrasi keuangan, sehingga PT A terutang pajak di ketiga tempat atau kota itu.

Dalam keadaan demikian PT A wajib memilih salah satu tempat kegiatan usaha, misalnya tempat kegiatan usaha yang berada di Bengkulu untuk melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Bengkulu. PT A yang bertempat kegiatan usaha di Bengkulu ini bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh ketiga cabang perusahaan btersebut.

(Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 56: Pajak Pertambahan Nilai

Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat

oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. (Pasal 1 angka 23 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a atau huruf f dan setiap penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c.

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pengusaha Kena Pajak dapat membuat satu Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama sebulan takwim.(Pasal 13 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 57: Pajak Pertambahan Nilai

Faktur Pajak Apabila pembayaran diterima sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak, Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran.

Saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian, dan tata cara pembetulan Faktur Pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(Pasal 13 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 58: Pajak Pertambahan Nilai

Faktur Pajak KEP-549/PJ./2000

Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara Penyampaian, Dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

KEP-323/PJ./2001 Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal

Pajak Nomor Kep-549/PJ./2000 Tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tatacara Penyampaian Dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

KEP-433/PJ./2002 Perubahan Kedua Atas Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor Kep-549/PJ/2000 Tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan Tata Cara Penyampaian, Dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar

Page 59: Pajak Pertambahan Nilai

Faktur Pajak Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan

tentang penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat :a.Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang

menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;b.Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli

Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;c.Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau

Penggantian, dan potongan harga;d.Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;e.Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut; f.Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dang.Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak

menandatangani Faktur Pajak.(Pasal 13 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Page 60: Pajak Pertambahan Nilai

Faktur Pajak Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan

dokumen tertentu sebagai Faktur Pajak.Pengusaha Kena Pajak dapat membuat Faktur

Pajak Sederhana yang persyaratannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

(Pasal 13 UU No.8/1983 stdtd UU No.18/2000)

Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai dengan ketentuan dalam ayat (2) dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak Standar.

(PP 143/2000 Pasal 15)

Page 61: Pajak Pertambahan Nilai

Pemakaian Sendiri dan Pemberian Cuma-cumaKEP-87/PJ./2002

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pemakaian Sendiri Dan Atau Pemberian Cuma-cuma Barang Kena Pajak Dan Atau Jasa Kena Pajak

KMK No. 251/KMK.03/2002 Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

567/Kmk.04/2000 Tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak

SE-04 /PJ.51/2002 Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pemakaian Sendiri Dan Atau Pemberian Cuma-cuma Barang Kena Pajak Dan Atau Jasa Kena Pajak

Page 62: Pajak Pertambahan Nilai

Pembukuan dan Pencatatan Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan

secara teraur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir(Pasal 1 angka 26 UU KUP)

(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.

(2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tetapi wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.(Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU KUP)

Page 63: Pajak Pertambahan Nilai

Pembukuan dan Pencatatan Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan

mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. (Pasal ayat (7) UU KUP)

Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. (Pasal ayat (9) UU KUP)

Page 64: Pajak Pertambahan Nilai

Pembukuan dan Pencatatan Agar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dapat dihitung dengan benar maka pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.

Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain. (Penjelasan Pasal 28 ayat (7))

Page 65: Pajak Pertambahan Nilai

Praktik Kerja Industri 2009

Arsanto [email protected]

CV CIPTA [email protected]

Page 66: Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 5 (1) Disamping pengenaan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah terhadap :a.Penyerahan Barang Kena Pajak Yang

Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;

b.impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.

(2) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor

Page 67: Pajak Pertambahan Nilai

Penjelasan Pasal 5 (1)perlu keseimbangan pembebanan pajak antara

konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi;

perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah;

perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;

perlu untuk mengamankan penerimaan negara;

Page 68: Pajak Pertambahan Nilai

Penjelasan Pasal 5 (1)Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak

Yang Tergolong Mewah dalam ayat ini adalah :bahwa barang tersebut bukan merupakan barang

kebutuhan pokok; ataubarang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat

tertentu; ataupada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh

masyarakat berpenghasilan tinggi; ataubarang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan

status; atauapabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan

moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.

Page 69: Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 1Menghasilkan adalah

kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

Page 70: Pajak Pertambahan Nilai

Penjelasan Pasal 5 ayat (1)Yang termasuk dalam pengertian

menghasilkan dalam ayat ini adalah kegiatan:a.merakitb.memasak c.mencampur d.mengemas e.membotolkan dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat dipersamakan

dengan kegiatan itu, atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Page 71: Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 8(1) Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).

(2) Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen).

(3) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(4) Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Page 72: Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 10(1) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang

terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dengan Dasar Pengenaan Pajak

(2) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah, tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut berdasarkan Undang-undang ini.

(3) Pengusaha Kena Pajak yang mengekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dapat meminta kembali Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dibayar pada waktu perolehan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang diekspor tersebut

Page 73: Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 6 PP No.143/2000Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak, maka cara penghitungan Pajaknya adalah sebagai berikut:a. PPN = [10/ (110 + T)] X Harga atau

Pembayaran atas BKPb. PPn BM= [ T / (110 + T) ] X Harga atau

Pembayaran atas BKPdimana T = Tarif PPn BM