Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan...

61
Pentas Dalang Cilik I 22 Juni 2012 Parade Dalang Cilik Kodya Denpasar Oleh : Made Panji Wilimantara Pementasan Parade Dalang Cilik merupakan ajang pencarian, pembinaan, dan pengembangan bakat yang terpendam bagi para generasi penerus terutama anak-anak untuk menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki, dan rasa ingin mengembangkan seni budaya yang adiluhung warisan nenek moyangkita yakni seni pertunjukan wayang kulit. Pementasan Parade Wayang Kulit Pagelaran Dalang Cilik PKB ke 34 Tahun 2012 pada tanggal 22 Juni 2012 dipentaskan pada pukul 20:00 Wita di depan Gedung Kriya Taman Budaya Art Center Denpasar. Pada malam itu 22 Juni 2012, parade dalang cilik di pentaskan oleh Dalang Cilik dari Kodya Denpasar yakni I Wayan Candra yang masih bersekolah di SD 5 Sanur. Dengan grup sekaha dari Listibya Bali yang hampir kesemuanya anak- anak kecil berusia 6-12 tahun. Dalam pertunjukannya tersebut, Sang Dalang Cilik mengambil babon lakon Ramayana yang mengisahkan tentang penyelamatan Dewi Tara oleh Kapi Sugriwa dan Kapi Subali. Dengan didukung oleh tidak tanggung-tanggung sebanyak 10 orang ketengkong yang siap sedia membantu sang dalang dealam memainkan wayang. Dengan apik, telaten, cekatan, serta tingkah polah mereka yang kadang-kadang lucu dan menggemaskan namun tetap konsisten membantu dalang mengambil wayang, menyiapkan wayang,

Transcript of Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan...

Page 1: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik I 22 Juni 2012 Parade Dalang Cilik Kodya Denpasar

Oleh  : Made Panji Wilimantara  

Pementasan Parade Dalang Cilik merupakan ajang pencarian,

pembinaan, dan pengembangan bakat yang terpendam bagi para generasi

penerus terutama anak-anak untuk menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki, dan

rasa ingin mengembangkan seni budaya yang adiluhung warisan nenek

moyangkita yakni seni pertunjukan wayang kulit. Pementasan Parade Wayang

Kulit Pagelaran Dalang Cilik PKB ke 34 Tahun 2012 pada tanggal 22 Juni 2012

dipentaskan pada pukul 20:00 Wita di depan Gedung Kriya Taman Budaya Art

Center Denpasar.

Pada malam itu 22 Juni 2012,  parade dalang cilik di pentaskan oleh

Dalang Cilik dari Kodya Denpasar yakni I Wayan Candra yang masih bersekolah

di SD 5 Sanur. Dengan grup sekaha dari Listibya Bali yang hampir kesemuanya

anak-anak kecil berusia 6-12 tahun. Dalam pertunjukannya tersebut, Sang

Dalang Cilik mengambil babon lakon Ramayana yang mengisahkan tentang

penyelamatan Dewi Tara oleh Kapi Sugriwa dan Kapi Subali. Dengan didukung

oleh tidak tanggung-tanggung sebanyak 10 orang ketengkong yang siap sedia

membantu sang dalang dealam memainkan wayang. Dengan apik, telaten,

cekatan, serta tingkah polah mereka yang kadang-kadang lucu dan

menggemaskan namun tetap konsisten membantu dalang mengambil wayang,

menyiapkan wayang, membantu menancapkan wayaang, membantu

mengencangkan mnikrofon dalang yang melorot, mengipasi, bahkan membantu

membalik buku halaman pakem yang digunakan oleh dalang. Mereka sangat

kompak dan antusias dalam melaksanakan perannya. Gambelan yang

Page 2: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

digunakan adalah gambelan Bebatelan Gender Wayang dengan 22 orang

penabuh yang sangat apik, kompak, dan serempak memainkan gending-

gending Tetabuhan Gender Bebatelanwalaupun usia mereka masih sangat belia.

Sejumlah 22 orang penabuh cilik Laki-laki dan perempuan semuanya

berkolaborasi memainkan gambelan untuk mendukung pementasan.

 

Konsep garapan yang dipentaskan oleh Dalang I Wayan Candra tersebut

masih berpedoman pada pakem tradisi namun menggunakan tata pencahayaan

menggunakan lampu listrik dan tidak menggunakan lampublencong  seperti

pementasan wayang tradisi pada umumnya. Dalam pementasan tersebut

tampak dalang sangat apik dalam menggerakan wayang dan menarikan wayang.

Namun dari segi dialog, sang dalang masih terpaku pada pakem yang ada dan

mungkin agak sulit untuk terfokus pada wayang yang ada di kelir sehingga masih

terdengar kurang leluasa dalam menggunakan bahasa kawi. Dalam

pengemasan lelucon juga terlihat bahwa terkadang lelucon yang dibawakan tidak

mencirikan dan mewakili dunianya sebagai anak-anak, kemasan lelucon justru

mengarah ke hal-hal yang dewasa sehingga mungkin membuat dalang kurang

menikmati pertunjukannya sendiri. Namun dari segi pertunjukan, sang dalang

telah menunjukkan semangat dan kegigihaannya untuk berani tampil di hadapan

puluhan penonton yang ada di Depan Gedung Kriya Taman Budaya. Penonton

sangat antusias dalam menonton pertunjukan wayang tersebut hingga

pementasan berakhir. Potensi-potensi tersebut harusnya bisa kita kembangkan

lagi agar lebih terarah dan memotifasi mereka untuk lebih mencintai wayang kulit

sedari kecil.

Page 3: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik II23 Juni Parade Dalang Cilik Sekaa Wayang Cakuntala

Br Besang, Ababi, Abang Karangasem                 Oleh  : Made Panji Wilimantara

 

Pada malam itu 23 Juni 2012,  parade dalang cilik di pentaskan oleh

Dalang Cilik dari Sekaa Wayang Cakuntala Br. Besang, Ababi, Abang

Karangasem oleh dalang yakni Ida Nyoman Kumarayana. Dalang cilik ini

memiliki segudang prestasi baik ditingkat lokal maupun nasional. Dalam

pementasan tersebut sang dalang melakonkan babon cerita Ramayana yang

mengisahkan tentang Rama Dewa, Laksmana, dan dibantu oleh para pasukan

kera hendak pergi ke Alengkapura untuk menyelamatkan Dewi Sinta. Namun

karena terhadang lautan yang luas akhirnya Sang Rama mengeluarkan panah

saktinya untuk membelah lautan, namun akibat dari senjata itu menyebabkan

ikan-ikan di laut mati. Hal ini menyebabkan Dewa Baruna turun tangan dan

menasehati Rama Dewa untuk menggunakan cara lain agar dapat menyebrang

ke Alengkapura dengan cara membangun jembatan yang kelak akan dinamakan

Kreteg Setubanda. Akhirnya para kera bekerja sama untuk membangun

jembatan menuju Alengkapura. Dilain pihak dikubu Alengkapura berita itu

terdengar oleh Sang Rahwana. Ia menitahkan anak perempuannya Diyah

Sarung Srani untuk menggagalkan rencana pembangunan jembatan menuju

Alengkapura. Kemudian Diyah Sarung Srani berubah wujud menjadi kepiting

besar dengan kekuatan Japa Mantranya ia kemudian menuju ke tempat dimana

para kera hampir berhasil menyelesaikan jembatan itu. Akhirnya ia berhasil

menghancurkan sebagian jembatan itu namun akhirnya Hanoman datang

menghadang dan melawannya dan membelah tubuh kepiting itu menjadi dua.

Dan akhirnya kepiting itu berubah wujud kembali menjadi Diyah Srayung Srani

Page 4: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

kembali. Pertarun gan antara Raksasa dan para Kera tidak terelakkan lagi

hingga akhirnya dimenangkan oleh pasukan kera.

Dalam pementasan wayang tersebut, Ki dalang cilik menggunakan tata

pencahayaan menggunakan lampu Blencong. Konsep wayang yang digunakan

merupakan konsep wayang tradisi dengan menggunakan iringan bebatelan.

Dalam pementasan tersebut dalang menggunakan penggunaan tatanan bahasa

kawi yang sangat apik. Tata bahasa dan struktur dialog yang digunakan sangat

rapi. Baik dalam adegan peparuman maupun dalam adegan tegang sekalipun

sang dalang dapat membawakan dialog berbahasa kawi dengan baik.

Penggunaan bahasa bali juga begitu jelas sehingga pesan yang ingin

disampaikan oleh dalang bisa di terima oleh para penonton dengan baik. Dari

segi dialog dan lelucon, terkadang lelucon yang digunakan oleh dalang tidak

mencerminkan dunia anak-anak sang dalang. Kesan dialog tersebut

cenderung wayah dan berbobot filsafat. Dalam dialog delem sangut terdapat

adegan dimana Sangut menyanyikan sebuah gending ketika Delem

menyuruhnya menyanyi. Ternyata lagunya itu memiliki suatu filsafat tinggi.

Bantal Siu, Cerotote Limangatus

(Ban nto tatakan, ntal nto lontar, tatakan darma ane ade di tengah lontare nto

sastra agama. Carorote nto Care Rat,  Tata Cara Tata Laksanan Undang-

undang awig-awig gumi Sang Pemimpin dijagate nto patut gelarang)

De ngejot didinan i Dadong dogen ejotin, to ye ngempu uli cenik kanti

Truna

(I Dadong, Ida Dadi Ong, Ida peragan Sang Hyang Widhi, Ong Panunggalan

Dasa Aksara, Nto ani ngempu irage uli iraga lekad nganos ke trune iraga

melajah empue ken Ida)

 

Page 5: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Penggunaan aksen cepala walaupun masih agak kurang menonjol, namun

penggunaannya sudah tepat guna. Dari caranya dalam mengisikan suara terlihat

bahwa dalang sudah mampu memberikan warna suara pada setiap karakter

wayang sehingga pertunjukan tersebut tampak hidup dan berkarakter.

Page 6: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik III26 Juni 2012 oleh Sanggar Piluk Jiner

Baluk JembranaOleh  : Made Panji Wilimantara

             Pada malam itu 26 Juni 2012, pentas parade dalang ciliki diwakilkan oleh dalang cilik dari Kabupaten Jembrana yang di wakili oleh Sanggar Piluk Jiner Baluk Jembrana. Pementasan itu diwarnai sidak oleh Gubernur Bali Bapak Made Mangku Pastika yang dating untuk meninjau suasana pertunjukan disetiap stand yang ada di PKB, yang salah satunya pada Parade dalang Cilik yang dilaksanakan di depanGedung Kriya Taman Budaya Art Center Denpasar.

Perunjukan Dalang cilik yang di pentaskan oleh Dalng I Kadek Adi Purnama dari kabupaten Jembrana ini menggunakan konsep pementasan wayang tradisi yang menggunakan lampu blencong dan empat buah tungguh gender. Pementasan tersebut didukung oleh empat orang juru tabuh gender dan tiga orang ketengkong. Dalam pementasan tersebut mengambil sebuah cerita yang menceritakan tentang keinginan Yudistira untuk melaksanakan yadnya. Dalam pawisik yang ia terima, untuk menuntaskan upacara tersebut, Yudistira harus mencari Kedis Guak Putihsebagai sarana untuk upacara. Kemudian ia memerintahkan adiknya untuk pergi berburu ke tengah hutan untuk mencari Kedis Guak Putih sebagai sarana upacara. Di tengah perburuannya itu ia dihadang oleh raksasa yang berdiam di hutan itu, Sang Detya Kala Maya. Sang Detya Kala Maya merasa terganggu akan kehadiran manusia di wilayahnya sehingga ia mengutus para raksasa anak buahnya untuk bertanding melawan Arjuna. Seketika itu juga terjadi pertarungan dahsyat antara Arjuna dan Sang Detya Kala Maya yang di bantu oleh pasukan Raksasanya. Akhirnya Sang Detya Kala Maya kalah dan berubah wujud menjadi Bhatara Guru yang akhirnya memberikan wejangan kepada Arjuna bahwa Kedis Guak Putih tidak ada di dunia, melainkan suatu simbol bahwa untuk melakukan suatu Yadnya apapun bentuknya kita harus memutihkan/mensucikan jassmani dan rohani kita untuk melakukan Yadnya tersebut.            Dalam pertunjukannya, Ki Dalang Cilik mementaskan pertunjukan dengan menggunakan tata pencahayaan menggunakan Lampu Blencong namun dalam babnak penyacah parwa dalang menggunakan tambahan pencahayaan dari lampu disko yang diputar dan bercahaya warna-warni. Penggunaan lampu disko itu juga digunakan ketika peralihan babak dengan Kayonan dan juga ketika Raksasa Detya kala Maya berubah menjadi Bhatara Guru lampu itu juga digunakan sehingga nampak seperti lingkaran aura pada tubuh Bhatara Guru. Kombbinasi penggunaan pencahayaan lampu dan cahaya api merupakan kombinasi yang inovatif namun pencahayaan itu kurang menyatu dan perpektif pencahayaannya kurang maksimal. Pada adegan perang jugta digunakan lampu kelap-keliup berwarna ungu kemerah-merahan di atas kelir. Namun penggunaan lampu itu masih kurang efektif untuk memberikan suasana magis dan heroik

Page 7: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

dalam adegan pesiat. Namun dari segi pencahayaan bayangan wayang dalang sudah dapat menempatklan posisi wayang dengan sangat baik namun perlu kesiagaan dan kesigapan agar bayangan wayang ditampilkan tidak terlalu kebawah ataupun kabur.

Dari segi penggunaan bahasa kawi, sang dalang menggunakan bahasa kawi dengan baik  dan penggunaan intonasi yang tepat sehingga mampu di serap oleh penonton. Dalam adegan yang berbahasa bali, dalang masih ragu untuk menjunjukan poinht yang ingin dia sampaikan kepada penonton. Dalam kemasan dialog terjadi beberapa kesalahan yang tidak disengaja oleh dalang, seperti ketika adegan pesiat, Arjuna salah memanggil nama Tualen dengan nama Delem. Tapi akhirnya ia mengkoreksio dialognya sendiri.

Arjuna             : Delem....! Tualen            : Eh... Nyen delemTu?Arjuna             : Tualen!

Penggunaan adegan lelucon inofasi dalang juga tampak pada saat Merdah berperang melawan Raksasa ia menggunakan pistol untuk melawannya.            Penggunaan aksen cepala  pada adegan perang juga tidak nampak pada adegan perang. Pada saat saya melihat ke belakang ternyata kaki sang dalang tidak aktif menggunakan cepala. Padahal dalam adegan perang tersebut kletakan cepala dan geblagan gedog sangat memberikan efek suasana perang yang heroik. Tampak juga, sang dalang menggunakan beberapa Wayang Kuno dalam pertunjukan yang dari usia mungkin sudah sekitar 50 tahunan keatas usia wayang tersebut. Namun dalam pertunjuukan wayang tersebut sang dalang telah menunjukan suara yang hampir sama fibrato dan frekuansi suaranya dengan orang dewasa. Pementasan tersebut telah menunjukan kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan anak-anak sebayanya yang lain.

Page 8: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

http://www.jembranakab.go.id/index.php?module=detailberita&id=1659DALANG CILIK JEMBRANA TAMPILKAN LAKON GOAK PETAK27 Jun 2012 - Posted by: humas

Selama ini , bicara

mengenai kesenian lokal yang ada, kabupaten Jembrana memang paling terkenal akan kesenian Jegognya. Namun dibumi mekepung Jembrana meskipun tak banyak ada juga yang memilih menekuni dunia wayang menjadi dalang. Salah satunya adalah I Kadek Adi Purnama (15tahun) asal Baluk, yang berkesempatan tampil dalam pagelaran Pesta Kesenian Bali ke-34 bersama sanggarnya yakni Sanggar kesenian wayang kulit Piluk Jiner desa Baluk , bertempat di ,selasa malam (27/6). Istimewanya, dalam pelaksanaan PKB yang sudah memasuki hari ke-17 , penampilan dalang cilik ini juga disaksikan langsung oleh Gubernur Bali I Made Mangku Pastika bersama ibu.

Dalam pementasan tersebut, Adi Purnama bersama sanggarnya menampilkan lakon Goak Petak yang menceritakan kisah raja Indra Prastha , Sang Yudistira hendak menggelar Yadnya Hista Purna. Lebih lanjut diceritakan sebelum melaksanakan yadnya tersebut, sang pandawa dituntut harus mendapatkan goak putih karena sudah merupakan sabda dari siwa loka. Untuk itu diutuslah sang Arjuna untuk turun langsung ketengah hutan, Namun perjalanannya tidak berlangsung dengan mudah, karena dihadang oleh raksasa Ditya Parikosa sehingga terjadilah peperangan yang menjadi klimaks cerita.

Seusai pentas , Adi Purnama mengungkapkan rasa gembiranya karena pertunjukkan yang dibawakannya bisa tuntas .Dirinya juga mengaku diawal-awal cerita sempat grogi terlebih lagi ketika tahu pementasannya itu sempat ditonton langsung oleh orang nomor satu di Bali. “mudah-mudahan dengan seringnya kesempatan tampil akan memperkaya jam terbang dan kemampuan mendalang saya, “pungkas dalang cilik yang menekuni dunia wayang karena dukungan keluarga ini. (Abhi/humas Jembrana)

Page 9: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik IV27 Juni 2012 oleh Sanggar Kembang Bali

Tunjuk TabananOleh  : Made Panji Wilimantara

            Pada pementasan malam kemarin, pada tanggal 27 Juni 2012, Pada malam itu 26 Juni 2012, pentas parade dalang ciliki diwakilkan oleh dalang cilik dari Kabupaten Tabanan yang di wakili oleh Sanggar Kembang Bali Tunjuk Tabanan di depan Gedung Kriya Taman Budaya Art Center Denpasar. Sang Dalang mementaskan Babon cerita Ramayana yang mengambil lakon mengenai pembangunan jembatan Kreteg Setubanda. Pada pementasan kali ini, Ki dalang Cilik kabupaten tabanan menggunakan konsep garapan tradisional dengan menggunakan tata pencahayaan lampu Blencong dan Iringan gambelan batel. Di iringi sekitar 12 orang pengiring gamelan cilik dan salah satunya merupakan mahsiswa ISI jurusan Karawitan dari desa Jegu, Tabanan dan dibantu oleh 2 orang ketengkong.            Lakon yang dibawakan mengisahkan tentang Ramadewa setelah mendapatkan titah untuk membangun Kreteg setubanda oleh Dewa Baruna agar dapat membantu pasukan Rama menuju Alengkapura memulai pembangunan Kreteg Setubanda dengan dibantu oleh pasukan-pasukan kera yang dipimpin oleh Kapi Sugriwa dan jembatan tersebut di rancang oleh Kapi Nala yang merupakan putra dari Bhagawan Wiswakarma, Dewa Arsitektur. Pembangunan tersebut akhirnya berhasil berkat kerjasama, persatuan, dan kesatuan para kera akhirnya jembatan itu berhasil didirikan dengan kokoh. Namun hal ini didengar juga oleh Rahwana Raja Alengka pura yang akhirnya menyuruh seorang patihnya Sukrasrana untuk memata-matai pasukan kera yang hendak menyerang ke Alengkapura. Setelah  Sukrasrana berubah menjadi kera akhirnya ia menyusup pada pasukan kera untuk mengetahui gerak-gerik pasukan kera yang hendak menyerang Alengkapura. Namun gerak-gerik sukrasrana akhirnya ketahuan juga oleh pasukan kera, akhirnya ia ditangkap damn dihajar habis-habisan. Namun kemudian Sri Raama menghalangi mereka untuk tidak membunuh duta utusan. Akhirnya nyawa Sukrasranapun tertolong.            Dalam pertunjukan tersebut sang dalang menggunakan tata pencahayaan lampu blencongDan konsep yang disajikan merupakan konsep wayang tradisi. Dalam teknik pentasnya saat penggambaran pembangunan jembatan, sang dalaang memberikan fisualisasi dengan wayang jembatan yang diukir sedemikian rupa sehinhgga menimbulkan perspektif cahaya menyerupai jembatan. Dibawah jembatan tersebut sang dalang memfisualisasikan ikan-ikanan yang melompat-lompat dan perahubendega nelayan yang ada dibawahnya. Sehingga dalam suasana itu penonton mendapatkan point of view tentang pemandangan laut dan jembatan yang berhasil dibangun oleh pasukan kera.            Dari segi penggunaan bahasa kawi, sang dalang menggunakan tata bahasa kawi yang baik dan mungkin sesuai dengan pakem yang ia pelajari,

Page 10: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

namun dalam pengucapannya dalang kurang memberikan intonasi dan penekanan secara tepat guna, sehingga untuk mengkomunikasikannya kepada penonton. Penggunaan bahasa bali oleh dalang lebih efektif daripada penggunaan bahasa kawi. Dalam penggunaannya, mungkin karena bahasa bali merupakan bahasa komunikasi yang biasa digunakan oleh dalang dalam kesehariannya. Dari segi lelucon dan lawakan, selain dalang menggunakan tokoh punakawan (Tualen, Merdah, Saangut, Delem) ia juga menggunakan dua tokoh wayang bebondresan yang mirip wayang cupak dengan postur tinggi besar dan kepala yang besar dengan mulut yang bisa digerakkan keduanya serta tokoh seperti wayang ceng. Dalam lelucon mengenai pembangunan jembatan, tokoh cupak itu mengaku sebagai kontaraktor dan pemborong dalam membangun jembatan itu yang dirancang oleh Kapi Nala yang merupakan arsitek para monyet. Namun dia takut ikut dalam proyek itu karena takut dengan proyek pembangunan jembatan sebelumnya yang cupak kerjakan di Kutai Kalimantan yang roboh. Ia takut diwawancarai olreh tim pencari fakta mengenai robohnya jembatan itu. Untungnya ia hanya sebagai saksi dalam robohnya jembatan itu. Namun ceng meyakinkan dia untuk tetap ikut mengerjakan jembatan itu, karena selama ada Sri Rama semuanya pasti aman-aman saja. Dan ketika adegan pembangunan jembatan telah selesai, sang dalang mengilustrasikan keraa-kera yang sedang berjualan ditengah kesibukan para kera membangun jembatan. Ada Mas Brouew si kera yang berjualan bakso, sambil mendorong grobak baksonya sambil menjajaklan baksonya “Bakso…. Bakso pak…. Baksobuk…” dengan gaya ngore kera. Kemudian ada juga yang berjualan baju “baju pak….. Baju bu…” derngan membawa property wayang baju kesaana kemari.            Dalam adegan para kera yang sedang ngore dalang juga menunjukan kemampuannya yang baik saat mengore. Penggunaan aksen cepala juga baik oleh sang dalang. Pada adegan perang pun tidak pernah absen dari bunyi cepala, ia sangat aktif memainkan cepala. Dalam adegan perang tersebut kletakan cepala dangeblagan gedog sangat memberikan efek suasana perang yang heroik. Tampak juga, sang dalang menggunakan beberapa Wayang Kuno dalam pertunjukan yang dari usia mungkin sudah sekitar 45 tahunan keatas usia wayang tersebut. Namun sebelum pementasan tidak tampak sarana upacara dan upakara yang disiapkan sebelum pementasan dimulai. Dari caranya dalam mengisikan suara terlihat bahwa dalang sudah mampu memberikan warna suara pada setiap karakter wayang sehingga pertunjukan tersebut tampak hidup dan berkarakter.(nb: Mohon maaf Pak Prof, untuk pengamatan 3 pementasan kemarin, dan pementasan ini saya tidak menyertakan pengamatan tentang latar belakang sang dalang, saya hanya mengamati struktur pementasannya saja, mungkin akan saya terapkan untuk beberapa pertunjukan kedepan mengenai asal-usul, pelatih, dan latar belakang seni sang dalang. Mohon maaf juga sebelumnya laporan pengamatan saya kurang maksimal karena beberapa video pengamatan saya terhapus saat penyimpanan otomatis di memori hp, jadi saya hanya bisa mengandalkan beberapa ingatan yang terekam dalam memori pikiran saya

Page 11: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

mengenai pertunjukan itu. Terimakasih prof atas saran dan masukan serta motifasinya, trimaksaih Pak Prof. Mohon bimbingannya

Page 12: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik V28 Juni 2012 oleh Sanggar Gita Parartha

Tejakula BulelengOleh: Made Panji Wilimantara

            Pada malam tanggal 28 Juni 2012, pementasan Parade Dalang Cilik

diwakili oleh duta dari kabupaten Buleleng yakni oleh Sanggar Gita Parartha dari

deesa Tejakula dengan Dalang Komang Hendri Purwanata. Dalaang Hendri

Purwanata ini statusnya masih bersekolah di SMAN 1 Tejakula. Ia merupakan

putra dari Jro Dalang Sadnyana yang merupakan seorang dalang yang sudah

tidak asing lagi di desa Tejakula. Jadi melihat latar belakang keluarga yang

dimiliki olehnya, maka kehgiatan mendalang merupakan suatu hobi yanhg

diturunkan dari sang ayah. Hobi mendalang ini telah ia praktekkan sedari kecil

sehingga dunia pewayangan sudah tidak asing lagi bagi Komang Hendri

Purwanata.Untuk pementasan inni ia berlatih selama dua minggu. Dalam

pementasannya ini ia menggun akan konsep tradisi dengan pentata cahayaan

menggunakan lampu Blencong yang terbuka seperti mangkok khas Buleleng

Timur. Alat musik yang digunakan adalah seperangkat gender barungan

yang  ditambah dengan beberapa buah suling yang berjumlah kira-kira 6 orang

pemain musik instrumen gambelan. Sang Dalang dibantu oleh dua orang asisten

ketengkong yang salah satunya adalah ayahnya sendiri yakni Jro Dalang

Sadnyana yang juga merangkap sebagai tukang sendor/tandak saat

pertunjukan.

Page 13: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

            Dalam pertunjukan tersebut sang dealang mengambil lakon Bima

Swarga. Sebelum pementsan dimulai, ayah sang dalang jero dalang Sadnyana

menghaturkan banten pejatian sebelum pentas dimulai dengan diiringi gending

gender yang kemudian sang dalang menyalakan lampu damar.   Dalam

pertunjukan tersebut terdapat beberapa hal yang saya amati yakni,  pada saat

nyejer wayang tidak saya temukan adanya wayang pemurtian yang dijejer

namun ada wayang kayonan yang sangat unik yang berwujud seperti api,

didasari oleh karang boma dan diatasnya perwujudan tri murti Brahma, Wisnu,

Siwa dan yang paling atas Sang Hyang Acintya. Aksen cepaala sangat ramai

terdengar dan bisa dikatakan tidak pernah sepi dari bunyi cepala walaupun

gedognya tidak seperti gedog wayang bali selatan, gedog wayang bali nutara

cenderung mati.  Dramatisasi saat peparuman punakawan menyembahtanpa

dramatisasi berlebihan sesuai dengan wayang tradisi biasanya. Penyacah parwa

beegitu dab-dab alon tanpa panekanan ngelur yang berlebihan. Penggunaan

bahasa kawi cukup baik dan intonasi yang digunakan begitu dab-dab alon.

Penyacah parwa masih berpedoman kepada pakem tradisi yang lengkap dengan

penjabaran Penciptaan Kosmis  dan munculnya unsure-unsur alam semesta

yakni Panca Maha Buta, Lintang, Tranggana, Surya, Candra. Juga terdapat

penjabaran mengenai Padma Gambur Anglayang, Catur Lokapala, Penjabaran

Nawa Dewata dan lai8n-lain. Penyacah parwa dilakukan tanpa menakmbahkan

igel kayonan seperti pada pementasan dalang-dalang sebelumnya. Dalam

adegan peparuman/petangkilan yakni yang ditangkilkan yakni wayang  dewi

Page 14: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Kunti, Dharmawangsa, Tualen dan Wana. Setiap wayang sebelum matur,

menyanyikan bebaturan, dan wayang berjalan lewat kelir lalu kembali ke tempat

semula dan akhirny7a baru kemudian berbicara. Dalam adregan peparuman itu

Dewi Kunti menceritakan bahwa ia mendapatkan mimpi bahwa Atma Sang

Pandu Dewanata dan Dewi Madri tersiksa di kawah Candra Go Mukha.Dan

mengutarakan maksudnya untuk mencari atma-atma mereka di Yamaloka untuk

kemudian disucikan dengan upacara yang selayaknya. Kemudian

Dharmawangsa dan Panca Pandawa sepakat memilih Bima sebagai sarana

menuju ke Alam Yamaloka yang konon berada di bongkol gunung Mahameru.

Setelah adegan tersebut Tualen dan Wana berdiallog tentang cerita sebelumnya

yang menjadi sebab musabab terjadinya musibah yang menimpa roh Sang

Pandu dan Dewi Madri. Konon pada waktu itu Sang Pandu sedangg berburu di

tengah hutan yang ternyata terlihyat olehnya dua ekor kijang yang sedang

bermaadu kasih dan akhirnya melakukan senggama. Tanpa berpikir panjang

Pandu kemudian membidikkaan anak panahnya tepat mengenaai kijang itu yang

kemudian berubah menjadi seorang Rsi yang bernama Rsi Kindama. Sang Rsi

mengutuk Pandu karena ia telah membunuh makhluk yang sedang berkasih-

kasih dan bersenggama, maka kelak iapun  akan mati saat melakukan

senggama. Karena ituah akhirnya pandu memutuskan untuk mengasingkan diri

ke hutan bersaaama istri-istrinya dann tampuk kekuasaan diserahkan kembali

kepada Paman Bhisma. Pada saat pertapaannya di hutan itu, suatu haari ia

melihat kain penutup tubuh dewi Madri tersingkap dan timbullah asmaranya,

Page 15: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

barusaja ia memeluk dewi Madri kemudian kutukan Rsi Kindama itu pun terjadi

dan Pandu pun mati seketika. Dewi Kunti dan Dewi Madri begitu bersedih dan

akhirnya Dewi Madri memutuskan untuk Mesatyadan mengikuti kepergian

suaminya. Sesampainbya di alam Yamaloka, ternyata arwah Pandu dan Dewi

Madri mengalami penyiksaan yang hebat di neraka. Unsur dramatic dalam

adegan dialog antara tualen dan Wana ini begitu tampaak dengan alunan suar5a

suling yang mendayu-dayu dan bernada sedih sehingga menambah suasana

yang terharu. Kemudian Tualen dan Wana tangkil ke hadapan Bima dan

memohon kesediaan Bima untuk segera berangkat ke Yamaloka menghantar

semua saudaranya dan Dewi Madri ke Yamaloka. Atas desakan para

punakawan, akhirnya Bima bersedia untuk segera beraangkay menuju

Yamaloka. Bima kemudian menunggalkan Tri Pramananya dengan

sikap Amustikarana kemudian ia menempatkan ibu dan saudara-saudaranya

didalam tubuhnya namun Tualen dan Wana ngelanting pada kancut Bima.

Kemudian merekapun siap menuju Yamaloka yang ada di bongkol Gunung

Mahameru.

            Di babak selanjutnya, adalah keberadaan Delem dan sangut sebagai

abdi di Yamaloka. Dalam dialog kandanya, Delem daan sangut mengkeritik

jaman demokrasi sekarang ini dimana orang-orang mengandalkan asas

kebebasan dan HAM untuk melinhdungi dirinya berbguat kekerasan. Akhirnya

polisi sendiri tidak bisa bertindak apa-apa sebagai aparat yang berwenang.

Kemudian Delem Tangkil kepada Sang Hyang Suratma . Pada adegan tersebut

Page 16: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Ayah sangf Dalang, Jero Dalang Sadnyana memberikan tambahan suasana

dengan menambah lagu tetandakanb dalam adegan di Yamaloka yang ,mungkin

diambil dari geguritan Bima Swarga.

            Kemudian diilustrasikan bahwa atma-atma yang barusaja meninggal

kemudian dihadapkan pada Sang Suratma kemudian mereka menerima

hukuman atas perbuatannya semasa hidup. Seterlah adegan itu, munculah Bima

merusak pintu trails menuju Yamaloka. Setelah adegan itu,  Wana dan Malen

mewawancarai beberapa atma disana sesuai dengan kesalahan yang ia

perbutan di dunia dan menerima akibatnya di Yamaloka.  Tualen selaalu

menambahkan kalimat dalam dialognya dengan Wana setelah para Atma pergi

menerima hukuman : “…. Keto bikas dilemah keto masi anikal tepuk dini(di

Yama Loka)”   

            Delem dan Tualen bertemu berdialog masing-masing karena ada

manusia yang macem-macem  masuk ke dalam yamaloka. Kamudian Tualen

menghadap Bima atas perlakuan yang diterimanya oleh Delem. Akhirnya Bima

menghadang dan memukul Delem hinngga terinjak dan babakbelur. Kemudian

Sangut datang menanyainya apa yang terjadi. Delem mengatakan bahwa

Delem         : Jek ada atama badeng gleger, brewok, jek romon, tegeh, ngabe

tiang listrik!

Sangut : Tiang listrik ape keto? Gada nto!

Sang Suratma menanyai Bima sipakah gerangan atma yang berani mengusak-

asik keberadaan Yamaloka?. Jawab bima:

Page 17: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Bima    : Aku iki dudu atma, aku iki Bimasena! Rimangke aku meriki aminta atma

yayahku Pandu muwang ibunku Dewi Madri.

 Sang Suratma merasa tersinggung atas kehadiran manusia biasa yang mampu

menembus Yama Loka. Akhirnya terjadi pertempuran hebat antara Bima dengan

pasukan Cikrabala Yamaloka. Terjadi adegan lucu yakni saat perang dengan

Cikrabala, Betara Indra turun ke Yamaloka untuk menasehati Bima agar tidak

menghancurkan Yama loka namun tidak digubris Bima. Akhirna pertempuran

dengan Cikrabala tak terelakkan. Tualen mengandalkaan kesaktian

pamungkasnya yakni ngentutin. Akhirnya Bima menuju ke Kawah Candra Go

Muka dan menghancurkannya. Dalam adegan tersebut juga terdapat gaya

Koreksio pleh dalang dalam dialog delem mengartikan dialog Suratma, “….Yan

kita… Eh…Yan cai”. Bhatara Yama turun tangan. Akhirnya terjadi pertempuran

sengit antara Bhatara Yama dan Bima. Kemudian Dewa Siwa turun melerai

mereka. Namun yang unik disini adalah bentuk Wayang Bhatara Siwa yang

biasanya betrangan empat mengenggam senjata dan tidak dapatv digerakkan

gtangannya, namun kali ini Bhatara Siwa hanya bertangan dua dan keduas

tsangfsannyas dapat digerakkan. Akhirnya bhatara Siwa merestui dan diakhiri

dengan adegan Para Pandawa dan Dewi Kunti menyembah. Dalam

pertunjuukan tersebut dalang menuynjulkan kemampuannya dengan baik. Aksen

cepala sudah terdengar dan baik penempatannya. Dari segi bahasa kawi sudah

tepat guna dan intonasi yang digunaakan juga sangat dab-dab alon tanpa

Page 18: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

tergesa-gesa. Namun dari segi lelucon perlu ditingkatkan lagi agar kedepannya

dapat lebih menambah kekuatan pertunjukan.

Page 19: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik VI29 Juni Parade Dalang Cilik I Made Tangkas Arta Wiguna

SD2 Badung

Oleh  : Made Panji Wilimantara

            Pada malam tanggal 29 Juni 2012, pementasan Parade Dalang Cilik

diwakili oleh duta dari kabupaten Badung dengan Dalang I Made Tangkas

Hartawiguna. Dalang Hendri I Made Tangkas ini statusnya masih bersekolah di

SD 2 Badung. Ia merupakan seorang dalang dari Desa Padang Luwih Badung

dengan asuhan dalang-dalang yang sudah tidak asing lagi dari kabupaten

Badung yakni Dalang Ida Bagus Made Mambal, I Nyoman Catra, dkk. Persiapan

yang dilakukan selama 3 Bulan untuk pertunjukan malam itu. Sang Dalng pada

malam itu menggunakan konsep pertunjukan Tradisional Gaya Badung dengan

menggunakan iringan LimaTungguh Gender Wayang dan juga diiringi oleh 2

orang tututan atau ketengkon.Dalam pementasan tersebut juga terlihat beberapa

seniman topeng dan wayang dari desa Sibang, Mengwi, Badung dan turut juga

disaksikkan oleh seniman-seniman Kabupaten Badung.

            Lakon yang diambil dalam pertunjukan malam itu adalah “ Guru Daksina”

secara harfiah berarti persembahan kepada guru sebagai tanda penghormatan

dari siswa-siswa yang telah dididik nya sehingga telah mendapatkan banyak ilmu

pengetahuan dari sang guru hingga menaamatkan studinya. Pada lakon yang

digarap oleh sang dalaang ini menceritakaan setelah Pancapandawa dan

Kurawa menamatkan proses pembelajarannya dengan guru Drona, adalah

merupakan suatu kewajiban dan suatu tradisi dalam

kebiasaan Aguronnguron untuk seorang siswa memberikan Guru

Daksina kepada Guru Nabe-nya. Bhagawan Drona sebagai guru yang telah

memberikan pengajaran kepada para siswanya tidak menginginkan hadiah Guru

Daksina berupa materi, melainkan ia meminta para Pandawa dan para Kurawa

Page 20: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

untuk membalaskan dendamnya kepada Prabu Drupada dari negeri Pancala

yang telah ingkar janji ketika mereka masih menuntut ilmu dahulu. Prabu

Drupada berjanji kepada Bhagawan Drona untuk membagi kerajaannya dengan

Drona kelak jika ia menjadi raja di Pancala. Ketika Drona telah berkeluarga dan

telah memiliki putra Aswatama, keadaan ekonomi kluarganya sangatlah miskin

dan melarat.

Ia pun teringat dengan janji Drupada kawannya ketika menuntut ilmu dulu,

ia pun berangkat ke negeri Pancala. Sesampainya disana sang Drupada malah

berpura-pura lupa dengan Drona dan berkata bahwa ia tidak pernah memiliki

teman Brahmana nista seperti Drona. Ia juga bertindak sewenang-wenang

menyuruh pengawalnya mengusir Drona dan menendangnya hingga tangan

Drona patah. Hal inilah yang melatar belakangi dendam kesumat antara drone

dengan Drupada. Tanpa menghiraukan akibatnya Drona menyuruh Kurawa dan

Pandawa untuk menangkap Prabu Drupada dan Menangkapnya hidup-hidup

untuknya. Partama-tama yang diutus adalah Kurawa, namun Kurawatidak

berhasil menjalankan tugasnya dan dapat dipukul mundur oleh pasukan

Pancala. Kemudian para Pandawa di perintahkan oleh Bhagawan Drona untuk

menaklukkan Prabu Drupada. Sebelum mereka berangkat ke medan laga, para

Pandawa tidak lupa memohon restu ibunya agar berhasil dalam tugas

memberikan Guru Daksina.  Pandawa pun bergegas berangkat menuju Negeri

Pancala. Dengan pasukan yang siap siaga, Panca Pandawa dengan Gagah

berani menghalau musuh-musuh yang menghadang mereka. Prabu Pancala,

Sang Drupada tidak mau kalah dengan Para Pandawa, ia dan bala ttentaranya

dengan sigap menghadang semua kekuatan Bala Pasukan Pandawa yang

hendak menangkap Prabu Drupada. Para Paandawa, darmawangsa, Bima,

arjuna, Nakula, dan sahadewa bertempur dengan gagah berani melawan

pasukan Drupada. Karena pertarungan tersebut sangat sengit, akhirnya Arjuna

Page 21: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

mengeluarkan senjata pamungkasnya yakni panah yang dapat berubah menjadi

tali dan seketika itu juga mengikat Prabu Drupada dan pada akhirnya Prabu

Drupada berhasil ditaklukan. Dalam keadaan terikat Arjuna membawa Drupada

kehadapan Drona. Drona sangat senang dengan hasil kerja Arjuna. Akhirnya

dalam keadaan terikat, sang Drupada diminta untuk menepati janji-janjinya

kepada Drona, yang pertama untuk membagi kerajaannya dengan Drona, yang

kedua untuk mengakuinya sebagai sahabat. Dan akhirnya Drupada mengiyakan

dan melaksanakan perintah Drona. Drona mengampuni Drupada karena ia

masih mengangapnya sebagai sahabat. Namun ia bersumpah kelak putrinya

akan menikah dengan laki-laki sekuat dan seperkasa Arjuna, dan kelak Putranya

Drestajumena akan membunuh Dronacarya.

Dalam pertunjukan tersebut alur cerita yang dikemas oleh dalang begitu

apik. Namun dalam pementasan tersebut terdapat beberapa kejanggalan yakni

ketika dalam adegan cerita penulis dengat tidak dijelaskan mengenai kekalahan

dan kegagalan Kurawa untuk menundukkan raja Drupada dalam adegan juga

tidak tampak. Dari adegan peparuman Nampak suasana peparuman dibuat

formal dan penuh dengan tata karma. Namun dalam adegan setelah peparuman,

dalam dialog antara tualen dan merdah, ketika tualen hendak berjalan sambil

menyanyi, karena merdah tidak sabaran akhirnya m erdah mendorong Malen

sampai jatuh. Didalamnya dalang juga menyelipkan petuah-petuah agar anak

jangan sampai berani melawan orangtuanya. Dari sisi penggunaan bahasa kawi,

struktur bahasa kawi digunakan dengan baik oleh dalang, namun pemahaman

mengenai intonasi dan pemberian aksen pada kata-kata tertentu perlu

ditingkatkan lagi. Dari segi tata Bahasa Bali digunakan, sang dalang termasuk

fasih dalaam menggunakan Bahasa Bali. Dalam penggunaan aksen Cepala,

sang dalang sudah cukup aktif dalam menggunakancepala. Aksen-aksen yang

digunakan melaalui Cepala sudah tepat sasaran. Tangan dan kaki dalang sudah

Page 22: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

aktif dan fasih dalam memainkan Cepala. Ddari Segi olah suara, memang

karena usia dalang yang masih belia, kualitas pita suaranya masih begitu muda,

sehingga fibrato yang dihasilkan tidak seperti dalang di usia yang remaja atau

lebih muda. Namun dalang telah mampu memberikan warna dan karakter suara

yang cocok untuk masing-masing karakter tokoh wayang. Dari segi kanda dan

lelucon selain memanfaatkan Punakawan, dalang juga memanfaatkan beberapa

tokoh bebondresan. Karakter yang berbadan besar dan bermulut besar dan

karakter yang kurus kerempeng. Karakter tersebut memberikan warna lain dalam

pementasan. Sang dalang telah menunjukan kemampuan dan bakat terpendam

yang dimilikinya. Sebenarnya banyak sekali potensi dalang-dalang cilik yang kita

miliki dan harus kita kembangkan selain untuk melestarikan Seni dan budaya

yang adfiluhung warisan nenek moyang kita, juga sebagai sarana untuk

mengembangkan ide-ide dan kreatifitas anak-anak sesuai bidang dan bakat

yang mereka punya terutama dalam kesenian Seni Wayang Kulit Bali.

Pentas Dalang Cilik VII30 Juni oleh Dalang Cilik Made Georgiana Triwinadi dari Sanggar seni

kamajaya DenpasarOleh  : Made Panji Wilimantara

            Pada malam itu 30 Juni 2012, pementsan Parade Dalang Cilik diwakili oleh

Dalang Cilik Made Georgiana Triwinadi dari Sanggar Seni Kamajaya Denpasar. Ia

merupakan seorang dalang cilik putra dari bapak Prof. I Nyoman Sedana, Guru Besar

Institut Seni Indonesia dari Jurusan Pedalangan. Kiprah beliau di dunia pewayangan

sudah tidak diragukan lagi. Ia telah melang-lang buwana untuk mengkaji dan meneliti

serta memperkaya kasanah Pewayangan di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada

Page 23: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

khususnnya. Tak hanya itu, melalui konsep “ Friendship Through Teater” ia telah

memperkenalkan kekayaan seni Wayang Bali yang dimilik oleh seniman-seniman lokal,

termasuk para mahasiswa ISI Denpasar Jurusan Pedalangan didalamnya kepada dunia

dan seniman-seniman mancanegara. Melalui konsep tersebut dapat membuka pola pikir

dan pemahaman mahasiswa mengenai seni dan budaya dunia dan bagaimana seniman

Bali menyikapi pengaruh dunia globalisasi seni sekarang ini selain tetap berpegang teguh

pada adat budaya tradisi namun tidak tertinggal jauh dari teknologi perkembangan seni

yang mendunia saat ini.

Made Georgiana juga mewarisi bakat-bakat mendalanng dari ayahnya yang

malam itu telah ia sajikan dengan begitu apik dan dipenuhi oleh antusiasme penonton

yang memadati tempat pementasan. Konsep pertunjukan yang disajikan oleh Dalang

Cilik Made Georgiana dari Sanggar Kamajaya  ini merupakan sebuah garapan wayang

tradisi dengan tetap menggunakan pencahayaan dari lampu Blencong dan menggunakan

gamelan pengiring Semar Pegulingan yang dimainkan oleh Sekaa Gambel anak-anak

yang begitu ceria dan enerjik dalam memainkan alat-alat musik mengiringi pertunjukan.

Lebih kurang sekitar 20 orang sekaa gambel cilik menunjukkan kepiawaiannya dalam

memainkan gamelan Semar Pegulingan. Pementasan itu diiringi oleh 5 orang sinden-

sinden cilik yang memmberikan warna dalam pertunjukan itu. Dalam pementasan itu,

sinden-sinden tadi selain menyanyi juga merangkap menjadi asisten dalang (ketengkong).

Dengan sigap mereka membantu dalang dalam mempersiapkan wayang-wayang yang

digunakan. Terlihat antusiasme anak-anak tersebut dalam mensukseskan pagelaran

wayang kulit tersebut.

Dalam Pementasan tersebut, Dalang Georgian melakonkan kisah Karna Tanding.

Diceritakan Adipati Karna diangkat menjadi Senapati pasukan kurawa ia terus membakar

semangat Bala Pasukan kurawa, Ia pun meyakini Duryodana bahwa senjata sakti

Majayadanu  pasti akan dapat menghabisi Pandawa semuanya asalkan Prabu Salya mau

menjadi kusir keretanya untuk mengimbangi Arjuna yang berkusirkan Krisna. Permintaat Karna

ini membuat Salya amat tersinggung karena sebagai Raja ia dijadikan kusir oleh anak kusir

kereta, Adirata. Tetapi ketika ia akan beranjak pergi Duryodana memohon agar Prabu Salya

berkenan memenuhi permintaan Karna.  Dengan semangat Paras Paros akhirnya Prabu Salya

pun akhirnya terpaksa mau dijadikan kusir oleh Karna asalkan Karna berjanji tidak akan

mencacimaki dan menyalahkan Salya atas tindakannya di medan perang. Di Tegal Kuru ketika

Page 24: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Karna hampir berhasil mengahncurkan bala perang Pandawa, kemudian dibalas oleh Bima yang

Membunuh Dursasana, merobek perutnya, meminum darahnya, dan memberikan darah itu

kepada Drupadi untuk mencuci rambutnya. Dihadapannya, Karna dan Arjuna, kedua saudara

sedarah dari ibu yang  sama ini saling bertempur untuk membunuh satu sama lain.

Pada babak pertama dalam peparuman, tokoh yang ada dalam peparuman yakni Prabu

Salya, Duryodana, Karna, Delem dan Sangut. Namun dalam gerak pejalan

dan tetikesan wayang kurang di perhalus sehingga aksen nanjek, nyeledet, dan saat mundur

kurang mendapat penegasan. Namun penempatan wayang saat peparuman tersebut cukup baik.

Ketika peparuman tersebut, wayang Duryodana yang tadinya berada di depan Karna, ketika telah

mengutarakan niatnya untuk melantik Karna menjadiRakrianapatih, Duryodana berpindah ke

depan Prabu Salya. Namun dalam perpindahan tersebut, tempat yang disediakan/jarak wayang

begitu dekat sehingga space ketika Salya marah hendak dijadikan kusir kereta agak

berdempetan dengan wayang Duryodana. Dan pada saat Salya marah kepada Karna karena

merasa tersinggung, aksen marah dan improfisasi amarah Salya serta pingpong dialog

penyangkalan Salya dan Karna berjalan begitu serus dan menegangkan. Pinngpong kata-kata

dalam bahasa kawi sangat bagus dan menegangkan. Namun dalam adegan peparuman

tersebut, saat Sangut hendak mengartikan pembicaraan, Salya menyebut Sangut sebagai

Caraka Tualen. Sebagian penonton ada yang sadar terhadap kesalahan tersebut namun

kemudian pembicaraan Sangut mengartikan prabu Salya kembali berjalan normal seperti biasa

dan dalang tetap fokus dan berkonsentrasi dengan karakter Sangut yang sedang

dimainkan. Dalam kanda antara Delem dan Sangut setelah peparuman, Delem dan Sangut

tampak ngecak dengan penuh semangat diiringi oleh para penabuh gamelan yang juga ikut

ngecak. Setelah itu Delem dan sangut membicarakan peperangan yang terjadi antara

Kurawa dan Pandawa. Delem bertanya Berapa Kosong Skor yang akan didapatkan kurawa di

medan Kuruksetra. Sangut sangat pesimis bahwa Kurawa akan kalah dalam peperangan ini

karena Bhagawan Bhisma, Guru Drona  yang merupakan guru-guru mereka telah berhasil

dikalahkan oleh Pandawa Muridnya. Murid bisa mengalahkan guru, otomatis Murid jadi Guru.

Bagaimana bisa kita mengalahkaan guru sekarang. Lantas Delem menjawab “ Perpektif ci pelih

to ngut!”

Delem              : Ngut perspektif ci pelih ngut! Ngut!

Sangut             :   Apa?

Delem              : Perspektif ci pelih! Ngut!

Page 25: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Sangut             : Apo?

Delem              : Ci pelih!

Sangut             : Nah…

Delem              : Ngut!

Sangut             : apo?

Delem              : Ci Pelih Ngut!

Sangut             : Nah…

Delem              : Ngut!

Sangut             : APOo?

Delem              : Ci Pelih!

Sangut             : NAH!!

Delem              : Adi rago panas-dingin nah?!

            Dialog-dialog dengan gaya bahasa pengulangan ini membuat dialog lelucon

antara delem dan Sangut begitu hidup dan mengfundang tawa penonton.Dan pengontentikan

Bisma dan derona sebagai “Barang Tua” yang pembungkusnya sudah karatan juga mampu

mengundang tawa penonton.  Penggunaan bahasa yang tegas dan lugas dalam lelucon dan

Guyonan kanda Punakawan memang perlu, namun dalam proporsi yang harus di perhitungkan

sehingga mampu mengocok perut penonton.  Lalu dalam adedgan saat Delem mengilustrasikan

bahwa dengan diangkatnya Adipati Karna sebagai patih dapat mengalahkan pandawa hanya

dalam waktu 1,5 hari saja denngan gerak igelDelem diiringi Cepala dan Kendang sangat enerjik

edan penuh semangat. Dalam adegan dialog Tualen dan Merdah ping-pong dialog sangat baik

dan berajalan tanpa hambatan. Dialog-dialognya pun banyak berisi petuah dan nasehat bagi

para penonton. Diakhir pertunjukan juga terdapat dua  tokoh bebondresan yang menjabarkan

dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat

kepiawaian sang dalang dalam berbahasa inggris dan berusaha untuk mengenalkan wayang

pada masayarakat Mancanegara yang hadir daolam pertunjukan itu. Dalam bebrapa adegan juga

Nampak bahwa dalang dapat mengolah keadaan dan situasi yang tidak diharapkan. Misalkan

saat tak sengaja wayang Delem jatuh ketika ditancapkan padaGedebong, dan ketika dalang

haus, ketika dalang lupa dengan nama tokoh, ketika dalang lupa dengan dialog yang akan

dipaparkan selanjutnya, dan ketika tidak adanya sambutan tepuk tangan dari penonton, dalang

mampu mengimprofisasi keadaan tersebut dan menggunakan dialog-dialog tertentu yang bisa

diterima penonton dan dapat menyampaikan pesan yang hendak disampaikannya. Namun dalam

Page 26: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

penngembangkannya mungkin improfisasi yang memasukan dalang yang seakan-akan ada

seperti, dalang haus, “ Dalange kenyel ngisiang Wayang”, ditempatkan proporsinya secukupnya

agar imajinasi penonton tetap membayangkan bahwa seakan-akan wayang tersebut tidak ada

yang menggerakan. Namun dari segi leelucon, inovasi-inovasi yang di ungkapkan selain lucu,

juga memiliki nilai filsafat dan pertuah-petuah.  

Dari segi tetandakan dan bebaturan sudah cukup baik. Pengucapann kekawin-

kekawin dalam bahasa Kawi cukup baik dalam pemenggalan kata. Namun dalam pengambilan

nada dalambebaturan, hendaknya jangan ragu dan mencari kontrol nada yang tepat dan sesuai

sehingga tandak bebaturan itu lebih artistik.

Dari segi olah suara dalang telah mampu memberikan warna usara yang tepat pada

setiap karakter-karakter wayang yang diaminkannya. Aksen cepala yang tidak pernah absen di

telinga, penempatan yang tepat, membuat pertunjukan tersebut tampak hidup dan tidak monoton.

Dari segi pesiat gerak Sabetan yang ditunjukan sangat hebat dan memukau. Namun terkadang

ada gerak-gerak pesiat yang perlu dikoreksi dan di tingkatkan lagi agar gerak lebih tegas dan

lebih nyata suasana heroik yang di timbulkan dari adegan perang tersebuy. Dalam adegan

perang tersebut mungkin karena begitu banyaknya tokoh dalam peperangan yang digunakan,

senjata yang berbeda-beda, serta adegan yang berpindah-pindah membutuhkan konsentrasi,

ketelitian, dan kejelian daloang dalam tetikesan wayang.

Dari segi tata suara penggunaan mikrofon yang mini dan di tempel di pipi memiliki

kelemahan-kelemahan terssendiri. Dalam pengamatan terhadap beberapa dalang yang kami

amati selama pementasan dalang cilik PKB ke 34 beberapa dalang cilik yang menggunakan

mikrofon serupa memiliki beberapa kendala. Pada saat pertunjukan, suara yang di pantulkan

melalui mikrofon tersebut terlalu peka sehingga volume dan getaran yang terdengar begitu keras

bahkan helaan nafas dan suara krongkongan ketika minum pun mudah terdengar. Suara yang

terlalu peka tersebut mungkin selain membuat dalang kurang nyaman, juga penonton yang

mendengarkan suara itu juga merasakan bahwa kepekaan suara dari mikrofon tersebut membuat

suasana pertunjukan tersebut agak kurang bisa dinikmati. Namun pennggunaan mikrofon lain

seperti mikrofon gengggam yang di gunakan oleh beberapa  dalang sebelumnya juga kurang

begitu maksimal menghasilkan performa suara yang baik. Sehingga kedepannya perlu

mendapatkan kajian mengenai tata panggung dan tata suara untuk pementasan dalang cilik

ditahun-tahun mendatang.

Page 27: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Secara Umum pertunjukan ini telah berjalan dengan sangat baik dengan apresiasi

penonton yang memadati panggung di Depan Gedung Kriya Taman Budaya. Sang dalang telah

menunjukan kemampuannya melebihi kemampuan dalanng cilik lainnya. Ia berani mengambil

lakon yang begitu heroik dan penuh ketegangan yang biasanya hanya di pentaskan oleh dalang-

dalanng dewasa. Kepiawaiannya tidak diragukan lagi hampir setara dengan dalang-dalang senior

yang telah memiliki jam terbang lebih. Hal ini patut kita dukung dan apresiasi sebagai ajang

peregenerasian seniman-seniman Dalang Muda yang kedepannya dapat membawa Wayang

Kulit Bali lebih bersinar dimata dunia. Tetap Semangat dan Maju Terus untuk dalang-dalang Cilik

kita.

http://www.gianyarkab.go.id/dalang-cilik-berbahasa-inggris-segera-tampil-di-5-kota-di-india/

Page 28: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik VIII1 Juli oleh dalang Cilik I WayanAgus Widya Purnamaya

Sanggar Paripurna Banjar Bona Blahbatuh Gianyar

Oleh  : Made Panji Wilimantara 

            Pada malam tanggal  1 Juli 2012, pementasan Parade Dalang Cilik

diwakili oleh duta dari kabupaten Gianyar dengan Dalang I Wayan Agus Widya

Purnamaya. Ia merupakan seorang dalang cilik dari banjar Bona, Blahbatuh,

Gianyar. Ia adalah putra dari Bapak I Wayan Sura dan cucu dari Bapak Sija yang

merupakan seniman Dalang yang telah mumpuni di bidangnya. Persiapan yang

dilakukan selama 2 Bulan untuk pertunjukan malam itu. Sang Dalng pada malam

itu menggunakan konsep pertunjukan Tradisional dengan menggunakan iringan

empat Tungguh Gender Wayang yang ditabuh oleh sekaa gambel cilik dan juga

diiringi oleh 2 orang tututanatau ketengkon. Dalam pementasan tersebut juga

terlihat beberapa seniman topeng dan wayang dari dari Blahbatuh dan juga

disaksikkan oleh seniman-seniman Kabupaten Gianyar.

Lakon yang diambil dalam pertunjukan malam itu adalah menceritakan

tentang Bimaniyu yang menjadi wakil sementara Krisna sebagai Raja di Drawati.

Ketika itu Krisna hendak melakukan semadhi. Untuk mengisi kekosongan

pemerintahan di Kerajaan Dwarawati, Krisna memerintahkan Abimanyu untuk

menggantikan posisinya sementara sebagai raja dan Samba sebagai wakilnya

untuk menempati kekosongan pemerintah nanti saat Krisna menjalankan tapa

brata. Abimanyu dan Samba menerima titah tersebut dengan penuh tanggung

jawab. Setelah titah itu diberikan akhirnya Krisna pun berangkat menuju tempat

pertapaan. Sepeninggal Krisna, di kerajaan Dwarawati, Bimaniyu dan Samba

memerintah dengan baik.

Page 29: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Namun seiring berjalannya waktu, Samba merasa bahwa proporsi yang di

berikan tidak adil kepadajnya. Ia merasa bahwa seharusnya ia lah yang

menempati posisi sebagai Pemimpin yang menggantikan Ayahnya Krisna

selama Krisna pergi. Ia merasa bahwa kedudukan itu hanya pantas untuknya.

Karena rasa irinya itu akhirnya ia marah kepada Abimnanyu dan kemudian

mengajaknya berkelahi. Terjadi pertempuran sengit antara Samba dan Bimaniyu.

Dengan gagah Samba menaiki gajah tunggangannya untuk mengalahkan

Bimaniyu. Bimaniyu pun dengan sigap menangkis serangan-serangan dari

Samba. Pertarungan berjalan tidak imbang. Bimaniyu terdesak dengan

serangan-serangan pamungkas yang dilancarkan oleh Samba. Pada saat samba

hendak menghunuskan senjatanya, tiba-tiba ia diserang dari langit. Serangan

dari langit itu ternyata dilancarkan oleh Gatotkaca. Gatotkaca yang dating

hendak menjenguk Bimaniyu, ternyata melihat pertempuran itu terjadi. Gatotkaca

yang ingin melerai pertengkaran itu justru ditantang oleh Samba untuk berkelahi.

Terjadilah pertempuran yang sengit antara Gatotkaca dan Samba. Kekuatan

tidak berimbang, dan Samba dapat ditundukkan oleh Gatotkaca. Seketika itu

juga Krisna tiba di kerajaan Dwarawati, dan melihat pertarungan itu. Ia pun

melerai mereka. Samba meminta maaf atas kekhilafannya dan atas sifaat irinya

kepada Bimaniyu. Krisna akhirnya memberikan wejangan sebab musabab ia

memberikan kewenangannya kepada Bimaniyu karena kebijaksanaannya dan

hendaknya antara sudara tidak boleh ada rasa iri dan dengki serta harus saling

Paras-Paros dalam menyelesaikan suatu masalah.

Dalam pertunjukan tersebut alur cerita yang dikemas oleh dalang begitu

apik. Dari adegan peparuman Nampak suasana peparuman formal dan penuh

dengan tata karma. Ketika Tualen selesai menyembah kepada Krisna, Tualen

menjawab dengan kata Oh…Cang :

 

Page 30: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Tualen             :  (Menyembah)

Krisna              : Tawalen!

Tualen             : Oh Cang….

Krisna              : Pawistan ingulun, wus kerta lugraha. Pamulih sembahta lawan

hyang-

                Hyang ning sinembah.

Dalam adegan setelah peparuman, dalam dialog antara Tualen dan

Merdah, ketika Tualen dan Merdah berdialog Tualen dan Merdah saling mencela

satu sama lain. Terjadi Ping-pong dialog saling mengejek. Namun penekanan

dalam dialog itu pererlu diintensifkan lagi.  Dari sisi penggunaan bahasa Kawi,

struktur bahasa Kawi digunakan dengan baik oleh dalang, namun pemahaman

mengenai intonasi dan pemberian aksen pada kata-kata tertentu perlu

ditingkatkan lagi. Dari segi tata Bahasa Bali digunakan, sang dalang termasuk

fasih dalaam menggunakan Bahasa Bali dan tidak ditemukan beberapa kendala.

Dalam penggunaan aksen Cepala, sang dalang sudah cukup aktif dalam

menggunakan cepala. Aksen-aksen yang digunakan melalui Cepala sudah tepat

sasaran. Tangan dan kaki dalang sudah aktif dan fasih dalam

memainkan Cepala. Dari sisi olah suara, memang karena usia dalang yang

masih belia, kualitas pita suaranya masih begitu muda, sehingga fibrato yang

dihasilkan tidak seperti dalang di usia yang remaja atau lebih muda. Namun

dalang telah mampu memberikan warna dan karakter suara yang cocok untuk

masing-masing karakter tokoh wayang. Dari segi kanda dan lelucon selain

memanfaatkan Punakawan, dalang juga memanfaatkan beberapa

tokohbebondresan. Pada adegan Tualen menggoda Condong, Tualen

membicarakan hal-hal Jaruh dan juga berpantun megenjekan untuk menggoda

Condong. Terdapat tokoh wanita tua yang cempreng dan cerewet, sehingga

ditimpug batu oleh Merdah. Karakter yang berbadan besar dan bseperti preman

Page 31: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

dan kurus kerempeng sebagai masyarakat Dwarawati membabarkan krikitk

mengenai pemerintahan Bimaniyu di Dwarawati. Karakter tersebut memberikan

warna lain dalam pementasan. Ketika Delem dan Sangut mekanda, juga

terdapat adegan dimana Delem dan Sangut menari dengan tedung dan kanda

yang di utarakan penuh lelucon dan guyonan. Dalam Bebaturan dang ending

sesendoran, terkadang dalang masih ragu untuk mencari nada yang tepat.

Namun secara garis besar pertunjukan tersebut telah menunjukkan bahwa ia

memiliki kemampuan dan bakat terpendam.Perlu dikembangkan lagi

kedepannya untuk menumbuhkan minat anak-anak terhadap seni pertunjukaan

Wayang Kulit Bali.

Page 32: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik IX5 Juli oleh dalang Cilik I Wayan Anom Candrayana

Blahbatuh Gianyar

Oleh  : Made Panji Wilimantara

 

            Pada malam tanggal  1 Juli 2012, pementasan Parade Dalang Cilik

diwakili oleh duta dari kabupaten Gianyar dengan Dalang I Wayan Anom

Candrayana. Ia merupakan seorang dalang cilik dari Blahbatuh, Gianyar.

Persiapan yang dilakukan selama 2 Bulan untuk pertunjukan malam itu. Sang

Dalng pada malam itu menggunakan konsep pertunjukan Tradisional kreasi

dengan menggunakan iringan gambelan semar pegulingan yang di tabuh

oleh sekaa gambel cilik dan juga diiringi oleh 2

orang tututan atau ketengkon serta beberapa gerong cilik yang mengiringi

pertunjukan itu. Dalam pementasan tersebut juga terlihat beberapa seniman dari

Kabupaten Gianyar.

            Dalam pertunjukan tersebut sang dalanng mengambil sebuah lakon yang

berjudul “Bambang Ekalawya”. Bambang Ekalawya merupakan seoranng tokoh

murid yang besar yang pernah ada dalam cerita Mahabarata. Ia lah yang

merupakan sosok tokoh yang menerapkan ilmu Maguru tanpa guru sakti tanpa

aji. Dalam lakon yang ditampilkan tersebut diceritakan bahwa suatu ketika para

Pandawa dan Kurawa muda telah memasuki masa tenggang dan istirahat dalam

pembelajaran setelah beberapa ujian yang mereka lalui. Tibalah masa liburan

setelah mereka melewati masa-masa pembelajaran di Pasraman. Merekapun

diizinkan untuk meninggalkan pasraman untuk berlibur. Di akhir pembelajaran,

Arjuna menjadi murid teladan dari ratusan murid dang Hyang Drona. Drone

sangat bangga kepada Arjuna karena ia telah berhasil mendapatkan hasil yang

memuaskan dalam hasil studinya selama di pasraman. Untuk mengisi liburan ia

Page 33: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

memutuskan untuk pergi ke hutan dan menghabiskan waktu liburan disana.

Dengan diiringi oleh bala pasukan maka Arjuna pun siap untuk berangkat ke

hutan. Setibanya di hutan ia pun  memutuskan untuk berburu di sana. Dalam

perburuannya itu ia melihat seekor anjing yang seluruh gigi-giginya terkena

hujanan panah. Ia pun mencari tahu siapa yang telah berani menghujaninya

dengan panah-panah itu. Dengan sigap ia menyelidiki keberadaan sang

pemburu. Ternyata yang memanah anjing itu adalah bambang Ekalawya. Arjuna

merasa heran bagaimana ada oranng yang bisa memiliki kepandaian memanah

setangguh dirinya padahal Guru Drona telah berjanji untuk tidak mengajarkan

ilmu-ilmu yang telah dimilikinya pada orang lain, hanya kepada Pandawa dan

para Kurawa. Namun ternyata ada orang lain yang memiliki ilmu yang sama

dengan dirinya. Arjuna tidak menerima dengan kenyataan ini. Arjuna tidak

menerima akan kejadian itu, akhirnya Arjuna keluar dan menanyakan prihal

darimana Ekalawya mendapatkan ilmu tersebut. Ekalawya menyatakan bahwa ia

mendapatkannya dari Guru Drona. Mendengar hal itu Arjuna menjadi geram

karena Dang Hyang Drona tidak pernah mengajar kepada orang-orang selain

putra mahkota Hastinapura. Arjuna akhirnya marah dan menantang Ekalawya

karena menurutnya Ekalawya telah lancang menyebut-nyebut nama gurunya.

Ekalawyapun mau tidak mau akhirnya ia menerima tantangan dari Arjuna.

Terjadi pertempuran hebat antar Arjuna dan Ekalawya. Masing-masing tak

terelakkan lagi mereka mengeluarkan pusaka-pusaka ampuh miliknya masing-

mnasing. Pertarungan berjalan tidak seimbang antara Arjuna dan Ekalawya.

Arjuna terdesak oleh Eklawya.  Ia pun akhirnya kembali menghadap kehadapan

gurunya Dang Hyang Drona dan menanyakan prihal itu apakah Gurunya itu

pernah memiliki murid di luar Pandawa dan Kurawa atau tidak. Menurut

penuturan gurunya itu ia mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki murid

selain Pandawa dan Kurawa. Akhirnya untuk memastikannya Guru Drona pergi

Page 34: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

ke tengah hutan untuk memastikan siapa orang yang berani mengaku-ngaku

sebagai muridnya itu. Setelah sampai di hutan, tibalah ia di pondok Sang

Ekalawya. Sang Ekalawya merasa seperti dikunjungi oleh Dewa pujaannya. Ia

pun menyembah ke hadapan Sang Guru dengan Hormat dan Bhakti. Guru

Drona menanyakan darimana ia mempelajari ilmu memanah yang menyamai

kehebatan Arjuna. Dengan halus dan penuh rasa hormat, Ekalawya menjawab

bahwa ia mendapatkan ilmu ini dengtan cara berlatih-terus menerus. Karena

ketika suatu hari guru Drona dan murid-muridnya para Pandawa dan Kurawa

sedang berlatih di tengah hutan itu, ia melihat wibawa dan kehebatan Guru

Drona sehingga ia berniat untuk menjadi muridnya. Tetapi ketika ia hendak

menjadi muridnya, Guru Drona menolaknya dengan halus dan mengatakan

padanya bahwa ia tidak menerima murid diluar dinasti Kuru karena sumpahnyav

dan atas perlindungan yang telah diberikan oleh para pembesar Dinasti Kuru.

Ekalawya ketika itu tidak berputusasa, ia mencari jalan agar tetap dapat berguru

dengan guru Drona. Kemudia ia membuat patung tiruan Guru Drona. Ia

berkonsentrasi dengan media patung guru Drona yang ia ukir sendiri ditengah

hutan. Sebelum ia berlatih, ia menyembah kehadapan patung Drona itu sehingga

seakan-aakan ia diawasi langsung olehnya. Ia berlatih ddan terus berlatih dan

melakukannya secara berulang-ulang sehingga ia mahir dan menguasai

berbagai tehnik memanah. Guru Drona merasa terkejut atas ketangguhan dan

tekad yang dimiliki oleh Ekalawya. Untuk menepati janjinya kepada Hastinapura

maka ia menjalankan suatu siasat. Ia mengakui ketangguhan Ekalawya. Namun

sudah merupakan tradisi dalam aguron-guron untuk seorang Siswa

memberikan Gurudaksina. Ekalawya dengan teguh hendak menyerahkan

apapun yang diminta ooleh gurunya, bahkan nyawanya sekalipun akan ia

berikan kepada guru Drona. Guru Drona tidak meminta nyawa Ekalawya, tetapi

ia hanya meminta ibu jari tangan kanannya sebagai tanda bhakti Ekalawya

Page 35: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

kepadanya. Kemudian segera Ekalawya memotong jari tangannya sebagai tanda

Bhaktinya kepada guru Drona.

 

 

Dalam pertunjukan tersebut alur cerita yang dikemas oleh dalang begitu

apik. Namun dalam pementasan tersebut 70% merupakan adegan bebanyolan

dan 30% masuk dalam konteks cerita. Seluruh pertunjukan di dominasi oleh

guyonan baik dari punakawan maupun dari beberapa tokoh bebondresan. Pada

saat Arjuna hendak menuju hutan berlibur, adsa beberapa pasukan Baris yang

melakukan gerakan-gerakan lucu ketika berlatih perang. Setelah itu terdapat

juga seoarang anak kecil yang bertemu Tualen. Ia menanyakan keberadaan

Ibunya, sebelum menjawab Tualen mennyuruhnya menyanyi tetapi anak kecil itu

hanya bisa menyanyi Bintang Kecil. Setiap Tualen menyuruh menyanyia ia

hanya bisa menyanyi Bintsng kecil. Kemudian ia berkata dengan logat cadel

sehingga seakan-akan bernada Jaruh dan berhasil membuat penonton

tertawa.  Dan lelucon-lelucon lainnya yang membuat parab penonton tertawa.

Kemudian saat Delem dan Sangut mekanda, sangur menanyakan beberaspa

tebak-tebakan tentang Siap kepada Delem.

-          Siap apa dibaonge ade batis, diawakne adse batis, di kampidne misi

batis, di batisne misi batis, ape to?

jawaban     : Siapa mejekjek ken anak sedeng Melasti

-          Kenken siap biing bisa dadi Ijo?

jawaban     : Engkeban malu siapne, binjep pasti alihine be ken ne ngelah, Ijo

siape ijo??

Dan juga ketika adegan perang tanding antara Arjuna dan Ekalawya,

Tualen dan Delem juga bertarung. Delem merasa pamer kekuatan dihadapan

Tualen, dan Delem menyuruh Tualen untuk menggunakan senjata sakti apa saja

Page 36: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

untuk melawannya. Satu persatu Tualen membawakan senjata. Kapak, keris,

panah, tetapi semuanya di tolak oleh Delem dengfan alas an bahwa senjata-

senjata itu tidak akan bisa membunuhnya. Akhirnya terakhir Tualen membawa

Suntikan untuk menyuntikj Delem dan Delem lari terbirit-birit. Delem pun

berlindung dibalik Sangut dan menyuruhnya untuk tidak mengatakan kepada

Tualen dimana ia berada. Tanpa sepengetahuan Delem karena ia nungging

bersebunyi, sangut meninggalkannya, kemudian Tualen ddatang dan langsung

menyuntikkan suntikan ke Delem. Dari sisi penggunaan bahasa kawi, struktur

bahasa kawi digunakan dengan baik oleh dalang, namun pemahaman mengenai

intonasi dan pemberian aksen pada kata-kata tertentu perlu ditingkatkan lagi.

Dari segi tata Bahasa Bali digunakan, sang dalang termasuk fasih dalaam

menggunakan Bahasa Bali. Dalam penggunaan aksen Cepala, sang dalang

sudah cukup aktif dalam menggunakan cepala. Aksen-aksen yang digunakan

melalui Cepalasudah tepat sasaran. Tangan dan kaki dalang sudah aktif dan

fasih dalam memainkan Cepala. Dari Segi olah suara, memang karena usia

dalang yang masih belia, kualitas pita suaranya masih begitu muda, sehingga

fibrato yang dihasilkan tidak seperti dalang di usia yang remaja atau lebih muda.

Namun dalang telah mampu memberikan warna dan karakter suara yang cocok

untuk masing-masing karakter tokoh wayang. Namun dari cirri khas suara itulah

sang dalang mendeapatkan apresiasi dan leluconnya tampak begitu lucu dari

gaya suaranya dan cirri khas suaranya. Dari segi kanda dan lelucon selain

memanfaatkan Punakawan, dalang juga memanfaatkan beberapa

tokoh bebondresan. Karakter yang berbadan besar dan bermulut besar dan

karakter yang kurus kerempeng. Karakter tersebut memberikan warna lain dalam

pementasan. Sang dalang telah menunjukan kemampuan dan bakat terpendam

yang dimilikinya. Terbukti dari padatnya penonton yang mengerubungi arena

pementasan malam itu.

Page 37: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Pentas Dalang Cilik X 7 Juli Parade Dalang Cilik Wanita Ni Ketut Intan Anggraeni

Sanggar Kepucuk Banjar Demulih Desa Susut BangliOleh  : Made Panji Wilimantara

 

            Pada malam tanggal  7 Juli 2012, pementasan Parade Dalang Cilik diwakili oleh duta dari

kabupaten Bangli yang lain dari biasanya, dengan seorang dalang wanita yakni dalang Ni Ketut

Intan Anggraeni. Ia merupakan seorang dalang cilik wanita berusia 15 tahun dari Banjar Demulih,

Susut, Kabupaten Bangli dan masih bersekolah di SMPN 1 Bangli. Satu-satunya peserta dalang

cilik wanita yang ikut berpartisipasi dsalam Parade Dalang Cilik PKB ke-34 yang di

selenggarakan di Ddepan Gedung Kriya Taman Budaya Art Center Denpasar. Persiapan yang

dilakukannya selama 3 Bulan untuk pertunjukan malam itu. Sang Dalang pada malam itu

menggunakan konsep pertunjukan Tradisional dengan mengggunakan empattungguh

gender dan menggunakan lampu Damar sebagai penyinaran. Awalnya asaya tidak mempercayai

bahwa sang dalang merupakan seorang wanita, karena dari suara yang ditampilkannya seperti

suara laki-laki dengan fibrato suara yang besar.

Dalam pertunjukan itu, Sang Dalang mengambil lakon berjudul “Bima Swarga”. Dalam

adegan petangkilan terdapat tokoh-tokoh Kunti, Bima dan diiringi punakawannya Tualen dan

Merdah yang mengartikan percakapan dalam bahasa kawi ke dalam bahasa Bali. Dikisah Dewi

Kunti mengutarakan kehendaknya untuk melaksanakan upacara Yadnya di laksanakan di

dalamPamerajan keluarga. Namun dewi kunti mendapatkan sebuah wahyu/sabda dari

Dewantara. bahwasanya sebelum Dewi Kunti hendak melaksanakan upacara

di Pemerajan Keluarga itu, hendaknya Dewi Kunti memperhitungkan kembali kehendaknya itu,

sebab Yadnya yang akan dilaksanakannya itu tidak akan berjalan dengan sukses karena

sang Dewa Pitara belum di upacarai dengan layak. Sebab Sang Dewa Pitara yakni Prabu Pandu

dan Dewi Madri berada di kawah Candra Go Mukha mengalami siksaan yang begitu hebat

sehinnga menjadi penghuni kawah dan telah lama roh mereka disiksa di dalamnya. Sang Roh

tidak tahu jalan pulang kembali ke asalnya. Oleh karena itulah Dewi Kunti meminta putranya

Page 38: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Bima untuk  pergi ke Alam baka (Yang dalam pementasan ini di analogikan dengan sebutan

Swarga Loka). Dewi Kunti juga memintanya untuk memperhitungkannya karena saudara-

saudaranya yang lain yakni Yudistira, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa mengatakan bahwa

mereka tidak sanggup untuk pergi ke Swarga Loka. Ia meminta putranya itu agar dapat melebur

malapetaka kedua orang tuanya. Sang Bima menjelaskan bahwa sewaktu ia bertapa di gunung

Ernawa, ia menndapatkan anugrah dari Bhatara Bayu sebuah ajian yang dapat membawanya

pergi ke swarga Loka. Bima pun bersedia untuk pergi ke swarga loka. Akhirnya Bima merapalkan

Bayu Bajra untuk memanggil Dewa Bayu, Dewa Bayu masuk ke dalam raga Bima. Setelah

mendapatkan kekuatan  itu, akhirnya Bima meminta ibunya agar beresemayam dalam

kepalanya. Setelah memmohon ijin kepada Bima, Dewi Kunti pun seketika masuk dan menyusup

kedalam kepala Bima. Disusul oleh saudara-saudaranya yang lain, Darmawangsa, Arjuna di

kedua bahunya, dan Nakula, Sahadewa di kedua pahanya. Namun sebelum Arjuna masuk,

Arjuna mendapatkan protes dari Bima karena ia tahu bahwa Arjuna senang untuk mengadakan

pertapaan dan pemujaan serta berguru kemana-mana, namun ia tidak isa pergi mengantarkan

mereka ke Swarga loka, bisanya hanya bermain perempuan saja. Hal ini di kemas dengan

perantara Tualen yang mengartikan pemmbicaraan Bima. Tuallen dan Merdah kemudian

bercengkrama menceritakan prihal kejadian itu, akhirnya ia bergegas untuk menyampaikan

pesaan kepada masyarakat bahwa mereka akan pergi ke Swarga loka dan masyarakat abdi

kerajaan diminta untuk menyiapkan sarana perlengkapan upacara. Adegan itu disusul dengan

adeganPangrebongan, dan tarian Condong dan kakan-kakan.  Setelah adegan pangrebongan

itu, tualen berusaha menggoda condong dengan kata-kata jaruh dan menggoda. Namun hal itu di

tanggapi oleh condong dengan nada sinis dan marah. Tualen tidak henti-hentinya menggoda

condong dengan berpantun, pantun-pantun Tualen di jawab oleh Condong. Tualen

mengfutarakan niatnya untuk mengikuti Bima ke Swarga Loka, dan berpesan agar Condong

menjaga diri. Condong sudah “Mewayang Gadang/Tresna” dengan Tualen, ia akan “ Ke pasar

membeli sagu/Sabar menunggu” kedatangan Tualen. Kemudian Merdah datang menghampiri

Page 39: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Tualen karena Tualen bukannya bersiap-siap untuk berangkat tetapi malah bersenda gurau

dengan Condong.

Tualen             : Buih Dewaratu… Apa kasusene?

Merdah            : Kasus Bedag!! Yan nanang bang ngeroman ngajak anak luh aeng 

                mekelo ne!

Kemudian Tualen menbunjukkan pada merdah bahwa ada wanita yang sedang menunggunya,

dan ternyata wanitta itu adalah wayang Bondres tua, sehingga penonton tertawa melihat adegan

itu. Akhirnnya setelah Tualen memberitahukan kepada rakyat bahwa mereka hendak pergi ke

Swarga Loka, mereka segera berangkat. Sesampainya mereka di swarga loka, Bima

menemukan Sembilan persimpangan, dengan menggunakan intuisinya, akhirnya ia  berhasil

melewati Sembilan persimpangan dan mendapatkan jalan yang tepat untuk sampai ke kawah

Candra Go Muka. Dilain pihak di peradilan swarga loka, para roh sedang diadili oleh Sang

Suratma yang menjaga swarga loka. Sang Suratma dengan ditemani Delem dan sangut

bercengkrama satu sama lain. Mereka juga menghakimi beberapa atma yang melintas di Swarga

loka.  

 

Diceritakan bahwa Bima, Tualen dan Merdah sudah tiba di Swarga Loka, mereka hendak menuju

ke kawah Candra Go Mukha. Sebelum menuju ke sana, Tualen melihat keadaan-keadaan di

sana. Beberapa roh terlihart mengfalami siksaan, seperti salah satu roh yang tertimpa dau-daun

keris yang menggantung di atas rantring pohon karena rohnya tidak di upacarai dengan layak

padahal semasa hidupnya ia mempunyai banyak harta, namun hartanya itu digunakan oleh anak-

anaknya untuk bermain judi. Lalu Tualen bertemu dengan Sang Suratma dan menanyakan prihal

atma apakah yang bisa masuk ke mari tanpa mendapatkan siksaan. Kemudian Tualen

mengatakan bahwa ia ini bukanlah seorang atma, melkainkan ia adalkah seorang manusia biasa

yang dating kesini bersaama dengan tuannya Sang Bima. Sang Suratma merasa tersinggung

atas kehadiran manusia biasa yang mampu menembus Swarga Loka. Akhirnya terjadi

pertempuran hebat antara Bima dengan pasukan Cikrabala Swarga loka. Akhirnya Bima menuju

Page 40: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

ke Kawah Candra Go Muka dan menghancurkannya. Dewa Yama meraasa geram karena

melihat Bima memporak porandakan kediamannya. Ia menanyakan kepada Bima, apa yang

hendak ia cari di sini. Ia mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin mencari roh alki-laki dan

perempuan. Kemudian Bhatara yama mengijinkannya. Namun Bima mencaarinya sampai ke

dasar kawah, hinggga kawah itu hancur dan semua roh yang ada di kawah Candra Go Muka bisa

terbebas. Bhatara Yama turun tangan. Akhirnya terjadi pertempuran sengit antara Bhatara Yama

dan Bima. Bhatara Yama dan Bima saling menyerang satu sama lain, mereka saling

mengeluarkan kekuatannya masing-masing. Bhatara Yama terdesak dan meminta maaf kepada

Bima, kemudian mengijinkan bima untuk mengambil yang ia cari. Yang ia cari ternyata arwah

Pandu dan ddewi Madri yang telah menjadi batu di dasar kawah. Akhirnya Bima kembali pulang

dengan membawa kedua batu itu. Sesampainya di istana, Batu itu langsung di tempatkan di

tempat semestinya, Para pandawa yang ada dfi dalam Tubuh Bima dan Dewi Kunti keluar satu

per satu dan menyembah ke hadapan batu itu. Namun hanya Bima saja yang tidak mau

menyembah karena sumpahnya. Akhirnya nakula dan Sahadewa mempunyai siasat agar

kakaknya Bima mau menyembah, ia mengatakan bahwa ada yang aneh dengan tangan kakanya

itu. Kedua kukunya tidak sama panjang. Bima tidak mempercayai perkataan adik-adiknya itu,

namun kedua adiknya itu menyuruhnya untuk menyatukan dan membvandingkan kedua jempol

tangannya yang secara tidak sengaja Bima telah menyembah kedua batu itu. Akhirnya setelah

kedua batu itu di sembah, Roh panduu dan Madri akhirnya nelesat kembali ke awing-awang.

Pada akhir pentas diakhiri dengan Tualen dan Merdah yang memberikan narasi mengenai

kejadian tersebut dan memberikan kata penurtup bahwa bhakti yang tulus dari seorang anak

akan dapat mengantarkan arwah orang tuanya kembali ke asalnya.

Dalam pertunjukan tersebut alur cerita yang dikemas oleh dalang begitu apik. Namun

dalam pementasan tersebut terdapat beberapa koreksian mengenai alur seting kejadian yang

berada di swarga Loka yang mungkin seharusnya berada di Yama Loka. Dari sisi penggunaan

bahasa kawi, struktur bahasa kawi digunakan dengan baik oleh dalang, namun pemahaman

mengenai intonasi dan pemberian aksen pada kata-kata tertentu perlu ditingkatkan lagi. Dari segi

Page 41: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

tata Bahasa Bali digunakan, sang dalang termasuk fasih dalaam menggunakan Bahasa Bali.

Identitas “Bedag….” Pada aksen dialog yang menyatakan keheranan memberikan karakter cirri

khas dalang. Dalam penggunaan aksen Cepala, sang dalang sudah cukup aktif dalam

menggunakan cepala. Aksen-aksen yang digunakan melaalui Cepala sudah tepat sasaran.

Tangan dan kaki dalang sudah aktif dan fasih dalam memainkan Cepala. Dari Segi olah suara,

fibrato dalang sangat baik. Dalang dapat memunculkjan suara yang ngebas sehingga fibrato

yang dihasilkan seperti dalang di usia yang remaja atau lebih tua. Padahal ia adalah seorang

Dalang Perempuan yang mungkin jenis pita suaranya berbeda dengan laki-laki. Namun

disarankan agar penggunaan suara ngebas/ngewayahang munyi digunakan sesuai proporsi nya

dan agar tidak terlalu sering, mengingat pita suara sang dalang masih amat ,uda dan agar tidak

memecahkan suara dan menghilangkan suarea aslki sang dalang di kemudian hari. Namun

dalang telah mampu memberikan warna dan karakter suara yang cocok untuk masing-masing

karakter tokoh wayang. Dari segi kanda dan lelucon selain memanfaatkanPunakawan, dalang

juga memanfaatkan beberapa tokoh bebondresan. Sang dalang telah menunjukan kemampuan

dan bakat terpendam yang dimilikinya. Sebagai seorang Dalang Cilik Wanita ia telah

membangkitkan kesadaran genberasi berikutnya untuk mencintai pertunjukkan wayang dan ini

membuktikan bahwa kesenian wayang kulit bukan dominasi suatu gender tertentu saja, melain

kan sifatnya universal, dari segala lapisan umur, laki—laki dan perempuan. Mengingat wayang

merupakan suatu kesenian yang universal, adiluhung, dan penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan,

religiusitas, social, dan kemasyarakatan. Sebenarnya banyak sekali potensi dalang-dalang cilik

yang kita miliki dan harus kita kembangkan selain untuk melestarikan Seni dan budaya yang

adfiluhung warisan nenek moyang kita, juga sebagai sarana untuk mengembangkan ide-ide dan

kreatifitas anak-anak sesuai bidang dan bakat yang mereka punya terutama dalam kesenian Seni

Wayang Kulit Bali. Maju  terus Dalang wanita Indonesia.

Page 42: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Evaluasi Pagelaran Dalang Cilik PKB ke 34 Tahun 2012di Depan Gedung Kriya Taman Budaya

Art Center Denpasar

Secara umum pertunjukan wayang yang dipertunjukan dalam Pagelaran Dalang Cilik

PKB ke 34 Tahun 2012 di Depan Gedung Kriya Taman Budaya yakni:

22 Juni             Parade Dalang Cilik Kodya

23 Juni             Parade Dalang Cilik Sekaa Wayang Cakuntala Br Besang, Ababi, Abang 

Karangasem.

26 Juni             Parade Dalang Cilik Sanggar Piluk Jiner Baluk Jembrana

27 Juni             Sanggar Kembang Bali Tunjuk Tabanan

28 Juni             Sanggar Wayang Kulit Gita Parartha Tejakula Buleleng

29 Juni             Parade Dalang Cilik I Made Tangkas Arta Wiguna SD2 Badung

30 Juni             Dalang Cilik Made Georgiana Triwinadi dari Sanggar Seni Kamajaya Denpasar

1 Juli                Parade Dalang Cilik Sanggar Paripurna Banjar Bona Blahbatuh Gianyar

5 Juli                Dalang Cilik I Wayan Anom Candrayana Candra Mas Tegallingga Bedulu 

Gianyar

7 Juli                Parade Dalang Cilik Sanggar Kepucuk Banjar Demulih Desa Susut Bangli

 

Berjalan dengan semarak dan dipenuhi oleh antusiasme penonton dari segala kalangan

lapisan masyarakat. Semuanya mendapatkan apresiasi dan sambutan yang hangat dari

penonton. Terbukti dari tidak pernah sepinya stand pertunuukan wayang kulit setiap harinya

walaupun para penonton di goda oleh pertunjukan-pertuynjukan lainnya yang juga menghibur

dan menarik penonton, namun pertunjukan wayang tidak pernah sepi. Pementasan Parade

Dalang Cilik merupakan ajang pencarian, pembinaan, dan pengembangan bakat yang terpendam

bagi para generasi penerus terutama anak-anak untuk menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki,

dan rasa ingin mengembangkan seni budaya yang adiluhung warisan nenek moyangkita yakni

seni pertunjukan wayang kulit. Pementasan Parade Wayang Kulit Pagelaran Dalang Cilik PKB ke

Page 43: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

34 Tahun 2012 pada tanggal 22 Juni 2012 dipentaskan pada pukul 20:00 Wita di depan Gedung

Kriya Taman Budaya Art Center Denpasar. Beraneka macam lakon yang di tampilkan oleh

peserta dalang-dalang cilik yanng mampu menghibur setiap masyarakat yang hadir dalam

pertunjukan. Lakon yang di ambil dalam lakon bersumber dari epos-epos Ramayana dan

Mahabarata. Para peserta juga menggunakan berbagai macam iringan yang berfariasi,

diantaranyta adalah gender wayang, gamelan Semar Pegulingan, fariasi gamelan gender dan

suling, bebatelan, dll.

Terlihat antusiasme para peserta untuk menunjukan diri yang terbaik dalam pertunjukan

tersebut. Dari segi permainan cepala, hampir semua peserta telah memanfaatkan dan

menggunakan aksen cepala dengan tepat guna. Dari tata pencahayaan, sebagaian besar

penampilan masih menggunakan tata pencahayaan lampu Blencong namun ada juga yang

menggunakan teknologi pencahayaan lampu. Dari segi tata suara penggunaan mikrofon, masih

perlu dikaji kembali. Terkadang secara teknis ada dalang yang menggunakan berbagai macam

mikrofon baik yang genggam mauppun mikrofon mini. Dalam penampilan beberapa dalang yang

mennggunakan mikrofon mini dan di tempel di pipi memiliki kelemahan-kelemahan terssendiri.

Dalam pengamatan terhadap beberapa dalang yang kami amati selama pementasan dalang cilik

PKB ke 34 beberapa dalang cilik yang menggunakan mikrofon serupa memiliki beberapa

kendala. Pada saat pertunjukan, suara yang di pantulkan melalui mikrofon tersebut terlalu peka

sehingga volume dan getaran yang terdengar begitu keras bahkan helaan nafas dan suara

krongkongan ketika minum pun mudah terdengar. Suara yang terlalu peka tersebut mungkin

selain membuat dalang kurang nyaman, juga penonton yang mendengarkan suara itu juga

merasakan bahwa kepekaan suara dari mikrofon tersebut membuat suasana pertunjukan

tersebut agak kurang bisa dinikmati. Namun pennggunaan mikrofon lain seperti mikrofon

gengggam yang di gunakan oleh beberapa  dalang sebelumnya juga kurang begitu maksimal

menghasilkan performa suara yang baik. Sehingga kedepannya perlu mendapatkan kajian

mengenai tata panggung dan tata suara untuk pementasan dalang cilik ditahun-tahun

mendatang.

Page 44: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Dari segi lelucon dan kanda, para seniman-seniman cilik ini terkesan kurang bebas untuk

mengekspresikan dunianya yakni dunia anak-anak. Me3reka masih terkesan menggunakan

lelucon ataupun lawakan orang-orang dewasa yang mungkin belum pernah mereka rasakan atau

alami sebelumnya. Sehingga saya rasakan dalam beberapa pementaasan, mungkin penonton

ataupun dalang itu sendiri merasa tidak menjadi dirinya sendiri dalam pementasan. Lelucon-

lelucon yang disammpaikan dalam peretunjukan masih berkutat seputar cinta, pantun-pantun,

dialog-dialog yang bernada agak porno, ataupun keadaan politik saat ini. Semuanya terkesan

jauh dari dunia anak-anak yang penuh dengan imajinasi, kecerian, dan penuh candaan anak-

anak. Mungkin perlu diadakan sebuah parade dalang Cilik yang bertemakan pertunjukan wayang

Ttantri. Mengingat cerita-cerita Tantri merupakan cerita-cerita yang lekat dengan kehidupan

anak-anak yakni mengenai binatang/fabel, dan cerita-cerita yang penuh dengan petuah-petuah

yang mungkin sejalan dengan perkembangan motorik dan dunia anak-anak yang sedang mereka

lalui. Cerita cerita seperti Tuwung kuning, Timun mas, I Belog, Pan Balang Tamak, dll mungkin

cerita yang sejalan dengan kejiwaan anak-anak. Sehingga selain mereka bisa bebas berkreasi

dan mengembangkan imajinasi mereka melalu pertunjukan wayang, mereka juga mendapatkan

suatu pendidikan moral dari cerita-cerita rakyat yang telah lama memudar dan mulai

dditinggalkan anak-anhak jaman sekarang.

Dari segi bahasa, penggunaan bahasa kawi sudah sesuai aturan dan palkem yang ada.

Penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar sudah sangat baik dan fasih mereka

gunakan. Kedepannya, mungkin perllu diadakan trobosan dengan menampilkan wayang

berbahasa asing seperti bahasa Inggris yang di tampilkan kepda anak-anaki, sehingga sedari

kecil selain mereka fasih menggunakan bahasa Bali dan Indonesia, mereka juga mampu untuk

menggunakan bahasa-bahasa asing sebagai bahas pengantar dalam pergaulan intwrnasional

kedepannya, dan jutga sebagai upaya untuk memasyarakatkan Wayang, tidak hanya di Bali,

tetapi di Indonesia, dan juga pada Masyarakat dunia. Mengingat antusiasme penonton yanng

datang menyaksikkan pertunjukan wayang tersebut datang dari berbagai daera baik dalam

maupun luar negeri, seperti Solo, Bandung, Makasar, lombok, Belanda, Amerika, Jepang, dll.

Page 45: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Parade dalang cilik ini juga meerupakan media pemasyarakatan pertunjukan wayang kulit

sebagai seni Adilouhung warisan Leluhur kita yang patut di lestarikan dan kembangkan. Semakin

masyarakat mengenal wayang, maka mereka akan semakin menvcintai pertunjukan wayang itu

sendiri.

Om Swastyastu Mahasiswa/i Smtr 4 PedalanganTolong ya semuanya lebih kreatif dan produktif agar saya bisa memberikan nilai yang bagus. Saya lebih suka melihat kalian benar-benar menghasilkan suatu penelitian dari pada sekedar menjawab sejumlah soal UTS dan UAS.-----------------Mengingat data primer penelitian wayang hanya bisa didapatkan dari pengalaman langsung melihat, mendengar, dan merasakan pagelarannya maka kelas metode penelitian yang sebenarnya mewajibkan kita semua untuk mengamati langsung pagelaran-pagelaran wayang berikut:

Pagelaran Dalang Cilik PKB ke 34 Tahun 2012 pk 20 Witadi Depan Gedung Kriya Taman Budaya

22 Juni Parade Dalang Cilik Kodya23 Juni Parade Dalang Cilik Sekaa Wayang Cakuntala Br Besang, Ababi, Abang Karangasem.26 Juni Parade Dalang Cilik Sanggar Piluk Jiner Baluk Jembrana27 Juni Sanggar Kembang Bali Tunjuk Tabanan28 Juni Sanggar Wayang Kulit Gita Parartha Tejakula Buleleng29 Juni Parade Dalang Cilik I Made Tangkas Arta Wiguna SD2 Badung30 Juni Dalang Cilik Made Georgiana Triwinadi dari Sanggar Seni Kamajaya Denpasar1 Juli Parade Dalang Cilik Sanggar Paripurna Banjar Bona Blahbatuh Gianyar5 Juli Dalang Cilik I Wayan Anom Candrayana Candra Mas Tegallingga Bedulu Gianyar7 Juli Parade Dalang Cilik Sanggar Kepucuk Banjar Demulih Desa Susut Bangli

Page 46: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

Meng-email saya dan teman-teman tentang hasil pengamatan, pengkajian, dan tanggapan anda terhadapt (1) kekuatan, (2) kelemahan, dan (3) pengolahan lakon (kawi dalang) setiap pagelaran, sebagian atau seluruhnya, membuktikan yang bersangkutan melakukan penelitian seberapapun tingkat kedalamannya. Oleh karenanya setiap email yang menanggapi pagelaran layak mendapatkan kredit tambahan nilai perkuliahan dari mata kuliah yang sesuai,misalnya:

1. Bagi yang mengkaji estetikanya pantas dapat tambahan nilai untuk kuliah Estetika semester mendatang.

2. Bagi yang mengkaji komposisi dan pengolahan lakon pantas dapat tambahan nilai untuk kuliah Komposisi Pewayangan semester mendatang .

3. Bagi yang mencatat semua lakonnnya pantas dapat tambahan nilai untuk kuliah Literatur / Dramaturgi semester mendatang.

4. Bagi yang mendeskripsikan organisasi, pembinaan dan pengembangannya pantas dapat tambahan nilai untuk kuliah Produksi Art Manajemen atau Tata Teknik Pentas semester mendatang, dll.

Kajian dan tanggapan yang penuh dapat berupa satu skripsi Pagelaran Dalang Cilik PKB Ke 34 untuk menyelesaikan program S1 anda dua tahun mendatang.

Semoga tambah sukses

KsamaswmamI Nyoman Sedana

Page 47: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

http://www.wonosari.com/t7956-pementasan-9-dalang-cilik-sepi-penontonSubyek: Pementasan 9 Dalang Cilik Sepi Penonton    Thu Sep 30, 2010 8:46 am

Penutupan Festifal Kesenian Tradisional (FKT) di bangsal Sewokoprojo, Wonosari sepi penonton. Acara yang ditutup dengan festifal seni pedalangan dan diikuti 9 orang dalang cilik ini tidak mampu menyedot perhatian generasi muda yang diharapkan mampu nguri-uri budaya tradisional warisan leluhur.Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemkab Gunungkidul Drs Sudodo MM yang didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Drs Eko Sumar Sri Wibowo mengaku dengan diadakannya kegiatan festifal kesenian ini diharapkan mampu menumbuhkembangkan regenerasi dalang. “Dengan kegiatan ini kami berharap dalang-dalang muda terus bermunculan sebagai upaya regenerasi dalang tua,” katanya. Dalam pementasannya, penampilan 9 dalang cilik ini cukup menarik perhatian, mereka terlihat lincah dalam memainkan wayang sesuai dengan lakon yang dibawakan. Namun, meski terlihat lincah, tidak banyak penonton yang menyaksikan pagelaran ini. Generasi muda yang diharapkan dengan menonton dapat tertarik dan mau nguri-uri budaya warisan leluhur tidak banyak terlihat. Hanya beberapa kalangan PNS di Pemkab Gunungkidul dan beberapa anak sekolah yang sengaja diajak gurunya untuk menonton, itu saja tidak lama. Kondisi yang sama juga terlihat dalam pementasan seni beberapa hari yang lalu. Sejak dibukanya festifal, Kamis (16/9) lalu dengan berbagai pementasan seni seperti jathilan, reog, karawitan namun jumlah penonton yang menyaksikan dalam setiap hainya tidak sampai melebihi 40 orang. Hal ini menunjukkan minimnya kecintaan generasi muda terhadap seni tradisional.Anwar (27) salah seorang warga Sleman yang sengaja datang untuk menonton festifal kesenian ini iamengatakan dilihat dari gerak-gerik dalang cilik dalam memainkan wayang telihat bahwa seni pedalangan ini akan terus hidup, “Kita lihat saja cukup banyak generasi muda yang melihat, saya rasa kesenian ini bisa berkembang di Gunungkidul” katanya.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/05/30/55723

Dalang Cilik Anak Rhoma Irama Beraksi di UNYYogyakarta, CyberNews. Adam Girafi, dalang cilik putra raja dangdut Rhoma Irama, tampil sebagai pembuka Parade Dalang Cilik, di pendopo Food Court UNY.Bocah kelas 4 SD, penyaji terbaik Festival Dalang Cilik Tingkat Nasional di Jakarta itu, membawakan lakon ''Sena Bumbu'' yang menceritakan perjalanan seorang anak tetua desa Manahilan, Rawan, dalam usaha menyelamatkan ayahnya dari santapan Prabu Baka.Selain Adam Girafi, tampil dalang cilik lainnya yaitu Bayu Probo Prasopoaji, Putra Laksana Tanjung, dan Aan Bagus Saputro.Parade dalang cilik yang diselenggarakan kedua kalinya merupakan rangkaian acara dalam memperingati dan menyemarakkan dies natalis UNY ke-46. Parade

Page 48: Pagelaran Dalang Cilik PKB XXXIV tahun 2012 · Web viewtokoh bebondresan yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai lakon yang dibicarakan dalam bahasa Inggris. Disini terlihat kepiawaian

dalang cilik tahun ini melingkupi wilayah Yogya-Jateng, menampilkan kelihaian para dalang cilik dalam mengemas sebuah pagelaran wayang yang menarik dan tak kalah dengan dalang profesional.Pembukaan parade dalang cilik ditandai dengan penyerahan wayang Janaka dan Arjuna dari Rektor UNY kepada ke empat dalang cilik, disaksikan oleh para pejabat baik di tingkat universitas maupun fakultas, karyawan serta mahasiswa UNY.Rektor UNY, Dr Rochmat Wahab MA memaparkan, pagelaran wayang merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dikembangkan untuk menuju pendidikan karakter. Pagelaran wayang akan memunculkan pesan-pesan moral dalam membangun tanggung jawab dan perilaku yang terpuji karena dalam ceritera pewayangan ada perlawanan antara kebaikan melawan keburukan.Walau UNY menuju ''World Class University'' tidaklah membuat UNY meninggalkan budaya lokal yang salah satunya adalah wayang. Tapi justru dijadikan keunggulan lokal dalam menuju universitas yang berskala internasional.Sementara Ketua Panitia, Adi Sulistya menyampaikan, parade dalang cilik se-DIY/Jateng merupakan wujud keprihatinan terhadap arus globalisasi yang mengikis moral anak bangsa.Diharapkan dengan parade itu dapat digunakan sebagai media pelestarian kebudayaan lokal dan memberi ruang apresiasi bagi dalang-dalang cilik untuk menjadi dalang yang handal. Parade dalang cilik tersebut juga sekaligus mencitrakan kampus yang cinta budaya.( Bambang Unjianto / CN13 )