Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi...

11
mengawal perubahan Edisi XXXIV/2017 rujukan laporan utama laporan khusus Operasionalisasi “Money Follow Program” Revaluasi dan Pengukuran Kinerja Aset Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Transcript of Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi...

Page 1: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

1Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

mengawal perubahan

Edisi XXXIV/2017

rujukanlaporan utama laporan khusus

Operasionalisasi “Money Follow Program”

Revaluasi dan Pengukuran Kinerja Aset

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Page 2: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

2 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 3Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

editoriallaporan utama

redaksi

Diterbitkan Oleh:Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat JenderalKementerian Keuangan

PelindungMenteri Keuangan

PengarahSekretaris JenderalKementerian Keuangan

Penanggung JawabKepala Biro Perencanaandan Keuangan

RedakturMoch. Asep Kurniawan, Rahmat Widiana, Dianita Suliastuti, Suci Putri Ayu, Susmianti, Rachmad Arijanto

Penyunting/EditorR. Aji Setiantoko, Agus Dwiatmoko, Hening Indreswari, Azharuddin, Abdul Muta’alii, Mei Chrissye Darliyanti, Rizki Pramita Sari

Kontributor TetapManajer Kinerja Organisasi, Manajer Kinerja Pegawai

Desain Grafis & FotograferVenggi Obdi Ovisa, Resha Aditya Pratama,Langgeng Wahyu Pamungkas

Pencetakan dan DistribusiBiro Komunikasi dan Layanan Informasi

Alamat Redaksi:Gedung Djuanda I Lt. 9Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1Jakarta 10710 Kotak Pos 21Telp. 021 3449230 pst 6252Fax. 021 3852146Website: www.kemenkeu.go.id/emagazineEmail: [email protected]; [email protected]

Redaksi menerima tulisan/artikel untuk dimuat dalam buletin ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial

11 spasi 1,5 maksimal 3 halaman. Tulisan artikel dapat dikirim ke email

redaksi. Setiap tulisan yang masuk menjadi milik redaksi. Redaksi berhak

mengubah/mengedit setiap tulisan yang dimuat. Bagi tulisan/artikel

yang dimuat, akan diberikan souvenir menarik.

Pembaca yang berbahagia, buletin Kinerja edisi ke XXXIV kali ini mengupas beberapa topik terkini seputar Kementerian Keuangan. Dalam rubrik Laporan Utama, diulas mengenai prinsip Money Follow Program yang digunakan dalam proses perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja. Dalam penyusunan anggaran, instansi atau satuan kerja didorong untuk makin berorientasi outcome dan output. anggaran harus dialokasikan kepada kegiatan yang menjadi agenda prioritas atau utama pemerintah. Selain itu, penentuan besaran alokasi anggaran harus tetap memperhatikan prinsip efisiensi.

efisiensi harus menjadi “bahasa” bersama, dimulai dengan selektif dalam menggunakan sumber daya serta menjalankan kegiatan yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai sasaran (outcome). Dan tentu saja, dalam pembiayaan kegiatan pun harus benar-benar kompetitif. Sehingga kedepannya bangsa ini memiliki lebih banyak sumber daya untuk membiayai sasaran, program, dan kegiatan penting lainnya.

“Setiap rupiah yang kita belanjakan secara tidak efisien

akan menghilangkan kesempatan untuk membangun Republik”

-Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati-

efisiensi harus diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh untuk mencapai sasaran (outcome) dengan menggunakan sumber daya secara minimal. Pemanfaatan sumber daya secara minimal tentu tidak dimaknai pembatasan penggunaan sumber daya, tanpa memperhatikan apakah sasaran (outcome) yang diharapkan tercapai atau tidak. Semangat efisiensi dan semangat mencapai output dan outcome tidak perlu dipertentangkan dan seharusnya semakin menstimulasi kita agar lebih inovatif dalam bekerja. Penganggaran berbasis kinerja harus benar-benar kita wujudkan, sehingga institusi publik menjadi institusi yang semakin profesional dalam mengelola anggaran. masyarakat pun akan semakin memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap pengelolaan keuangan negara.

Selain mengupas tentang Money Follow Program, pada rubrik Laporan Khusus dan Wawancara, diangkat topik hangat bertalian dengan hajat besar berskala nasional, yaitu Revaluasi barang milik Negara (bmN) berupa aset tetap yang dimiliki pemerintah pusat. Revaluasi bmN pernah dilakukan di tahun 2007, dimana guliran keduanya telah mulai dilaksanakan di tahun 2017 dan ditargetkan rampung pada tahun 2018. Revaluasi ini bertujuan agar nilai aset negara pada LKPP memiliki nilai terkini sehingga informasi keuangan yang disajikan menjadi lebih akurat dan aktual. Keandalan nilai bmN menjadi prioritas, karena neraca keuangan pemerintah harus menggambarkan dua sisi yang kredibel, yaitu aset dan utang.

Revaluasi bmN ini dapat dikatakan sebagai hajat nasional yang relatif besar karena banyak melibatkan pihak di luar Kementerian Keuangan. Keberhasilan revaluasi bmN ini akan menjadi keberhasilan pemerintah seluruhnya, seluruh Kementerian dan Lembaga. Peran serta dan keterlibatan aktif dari seluruh Kementerian dan Lembaga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program ini.

Semoga asa Kementerian Keuangan untuk menyukseskan gerakan efisiensi dan revaluasi bmN bukan sekadar mimpi, namun menjadi realitas… amin.

Agenda Besar Nasional

Operasionalisasi “Money Follow Program”

Teks: Moch. Asep Kurniawan Teks: Malul Azam, Kepala Subbagian Perencanaan III, Biro Perencanaan dan Keuangan

PRoSeS perencanaan dan penganggaran merupakan salah satu proses penting karena dari hasil proses tersebut bisa diketahui kemana arah suatu organisasi. oleh karenanya proses perencanaan dan penganggaran senantiasa berusaha terus diperbaiki (continuous improvement) guna mencapai anggaran yang lebih kredible. Salah satu upaya perbaikan tersebut dilakukan dengan memperkenalkan prinsip money follow program. Prinsip ini dikemukakan pertama kali oleh Presiden Jokowi pada saat kick-off penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 sebagai pengganti prinsip money follow function. berangkat dari analisis kurang fokusnya alokasi anggaran Kementerian/Lembaga, utamanya dalam mendukung prioritas-prioritas pemerintah, Presiden mengarahkan agar anggaran dialokasikan kepada kegiatan yang menjadi agenda prioritas atau utama pemerintah.

Sudah jamak dalam proses perencanaan dan penganggaran Kementerian/Lembaga cenderung untuk mengalokasikan anggaran secara merata “peanut butter

costing”, kurang melihat prioritas apa yang akan dilakukan sehingga anggaran yang diterima cenderung tipis atau kecil. alokasi anggaran biasanya dilakukan hanya didasarkan pada tugas dan fungsi saja tidak berorientasi pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional demi memberikan manfaat terbaik kepada rakyat.

Kenapa harus money follow program?

Pemrioritasan anggaran sudah pasti menjadi hal krusial yang harus dilakukan, mengingat tantangan keterbatasan resource envelope pemerintah guna mencukupi seluruh kebutuhan program-program pembangunan. Penerimaan perpajakan sebagai sumber utama penopang aPbN masih terbatas kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pendanaan agenda pembangunan. belum pulihnya ekonomi dunia ikut andil terhadap kurang optimalnya raihan pundi-pundi negara dari sektor perpajakan sehingga otomatis resource pemerintah untuk mendanai pembangunan makin terbatas.

Keterbatasan sumber daya belanja ini tentunya berbanding terbalik dengan tingginya tuntutan masyarakat agar pemerintah terus berkinerja tinggi. akselerasi belanja pemerintah untuk infrastruktur dan meningkatnya kebutuhan belanja wajib (mandatory spending) juga membutuhkan anggaran yang besar. Penyediaan infrastruktur dasar, pemenuhan kebutuhan energi, dan sarana transportasi yang memadai merupakan salah tiga dari beberapa fokus pembangunan yang terus disuarakan berbagai kalangan. Tidak kurang tentunya tuntutan pelayanan publik yang makin baik, misalnya dibidang kesehatan dan bidang pendidikan.

oleh karenanya tidak berlebihan jika pemerintah memandatkan kepada Kementerian/Lembaga untuk memfokuskan anggarannya guna menunjang pencapaian kinerja pemerintah, utamanya terhadap program-program yang memiliki leverage nasional tinggi. Program-program tersebut juga lebih berorientasi eksternal, tidak hanya memberikan manfaat kepada birokrasi pemerintah. Hal ini sejalan dengan tema penyusunan RKP tahun 2018 berdasarkan Perpres nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 yaitu “memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan”. artinya, alokasi anggaran Kementerian/Lembaga seyogyanya difokuskan untuk mendukung pencapaian tema tersebut.

Berilah prioritas apa yang

ingin dikerjakan dan jangan

banyak-banyak. Jangan

semuanya menjadi prioritas. 1

1arahan Presiden pada pembukaan musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (musrenbangnas) Tahun 2017, Jakarta, 26 april 2017.

Page 3: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

4 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 5Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

laporan utama laporan utama

Operasionalisasi money follow program

Pertanyaan berikutnya, bagaimana mengkonkretkan pendekatan money follow program dalam proses perencanaan dan penganggaran. Kementerian Keuangan sebagai K/L mengimplementasikan pendekatan ini salah satunya melalui penguatan resource forum sebagai sarana komunikasi antara pengelola fungsi sumber daya dan pengelola fungsi teknis untuk menyepakati target kinerja dan dukungan penganggaran yang dibutuhkan. Forum ini sejalan dengan prinsip money follow program, mengingat forum ini membahas usulan rencana kerja dan inisiatif strategis tahun yang akan datang dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya dan proyeksi tahun berjalan. Forum ini juga dilakukan secara berjenjang baik ditingkat kementerian maupun tingkat eselon I sehingga nantinya tercipta ownership dan komitment dari pemilik kegiatan prioritas. Forum ini didesain dilakukan pada saat penyusunan rencana kerja atau pagu indikatif, penyusunan RKaKL atau pada saat pagu anggaran dan pagu alokasi anggaran.

Guna mempermudah pembahasan pada tahap penyusunan rencana kerja, selanjutnya masing-masing usulan kegiatan prioritas atau inisiatif strategis tersebut dituangkan dalam suatu dokumen yang dinamakan Comprehensive Budget Document (cbD). Dokumen tersebut memberikan gambaran informasi secara menyeluruh mulai dari profil, pengukuran kinerja, profil risiko, penanggung jawab, timeline pelaksanaan, trajectory capaian dan kebutuhan anggaran atas kegiatan. Nantinya dokumen tersebut dijadikan referensi pada berbagai forum pembahasan rencana kerja dan anggaran dengan berbagai pihak. Harapannya dari awal informasi akan suatu kegiatan prioritas atau inisiatif strategis bisa tersaji dari awal sebelum alokasi anggarannya disetujui.

Kegiatan prioritas sendiri ada yang bersifat bersifat mandatory (top-down) dari pemerintah pusat. Penentuan alokasinya dilakukan melalui serangkaian pertemuan yang dikoordinasikan oleh bappenas. antara lain pembahasan pada multilateral meeting dengan kementerian/lembaga yang menjadi leading sector, termasuk pembahasan pada forum musyawarah Pembangunan Nasional (musrenbang) agar selaras dengan agenda pemerintah daerah. Terdapat beberapa Prioritas Nasional yang didukung oleh Kementerian Keuangan tahun 2018, yaitu Prioritas Nasional Kesehatan, Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata, Ketahanan energi, Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Wilayah, dan Politik Hukum dan Pertahanan Keamanan.

Salah satu contoh Prioritas Nasional Pembangunan Wilayah, terdapat Program Prioritas Pembangunan Perdesaan dengan Kegiatan Prioritas Penguatan Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola dana desa. Hal ini penting, menimbang makin besarnya alokasi anggaran desa dari tahun ke tahun. melalui peningkatan kapasitas para pengelolanya diharapkan multiplier effect dana desa dalam pembangunan menjadi lebih optimal.

Selain bersifat top-down, usulan kegiatan prioritas atau inisiatif strategis bisa berasal dari kementerian (bottom-

up) melalui pembahasan pada forum menteri dan seluruh pemilik portfolio program atau dalam hal ini para pejabat eselon I bisa disepakati rencana kegiatan prioritas atau inisiatif strategis. Untuk tahun 2017, kesepakatan inisiatif strategis tersebut dituangkan dalam Keputusan menteri Keuangan nomor 974/KmK.01/2016 tentang Inisiatif Strategis Program Reformasi birokrasi dan Tranformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Kesepakatan tersebut merupakan penajaman atas inisiatif reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan, utamanya agar lebih berorientasi outcome dan berdampak nasional. Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan, beberapa inisiatif yang disepakati antara lain fokus pada tema sentral, tema pendapatan, tema penganggaran dan tema perbendaharaan. Pada tema sentral misalnya ada penguatan budaya Kementerian Keuangan, terutama budaya efisiensi. Dari aspek penerimaan, terdapat inisiatif untuk terus meningkatkan penerimaan perpajakan maupun PNbP salah satunya melalui modernisasi sistem informasi. Demikian halnya terkait dengan penganggaran dan perbendaharaan dituntut untuk lebih efisien dalam pengalokasian maupun dalam pelaksanaanya, salah satunya melalui penyederhanaan proses administrasi dengan tetap menjaga akuntabilitasnya.

alternatif usulan kegiatan prioritas juga bisa mengacu pada dokumen perencanaan jangka menengah atau strategis, lebih dikenal dengan Rencana Strategis (Renstra). Dokumen Renstra menjadi salah satu acuan, mengingat pada dokumen tersebut telah ditetapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai Kementerian Keuangan, berikut sasaran strategis termasuk ukuran keberhasilannya. Secara lebih operasional juga diuraikan arah kebijakan dan strategi untuk mencapainya. Strategi inilah yang selanjutnya diejawantahkan dalam bentuk aktivitas-aktivitas riil prirotas bagi Kementerian.

Tantangan implementasi dan way forward

Perubahan ini bukannya tanpa tantangan, terlebih proses existing telah berjalan untuk waktu lama. Kebiasaan pengalokasian anggaran yang cenderung fokus pada alokasi untuk kegiatan rutin dan kurang memperhatikan hal-hal bersifat strategis atau terobosan tentunya tidak bisa diubah dalam waktu singkat. Dalam praktiknya juga perlu dihindari hal strategis tersebut malah tidak memperoleh alokasi anggaran sehingga harus meminta anggaran tambahan.

Selain itu, meskipun strategis dan harus terdanai, penentuan besaran alokasi harus tetap memperhatikan prinsip efisiensi. Kementerian Keuangan secara internal mengarahkan agar kegiatan strategis tersebut dapat tercukupi alokasinya dari refokusing alokasi anggaran yang kurang strategis atau pelaksanaan core function unit sebagai salah satu alternatif usaha untuk memenuhi kebutuhan anggaran. Jika tidak dapat dilakukan dalam suatu unit eselon I dengan merealokasi anggaran antar kegiatan, bisa ditempuh realokasi antar program atau antar unit

eselon I. Secara input biasanya, bisa ditempuh dengan mengefisienkan belanja barang terkait perjalanan dinas, honorarium tim, atau dengan mengurangi belanja bersifat kurang produktif lainnya.

Tidak kalah penting, setelah dilakukan pemrioritas anggaran adalah pelaksanaan monev untuk memastikan pelaksanaannya sesuai dengan perencanaan. Guna membangun keselarasan dengan pengelolaan kinerja, hal-hal prioritas tersebut selanjutnya bisa dijadikan sebagai salah satu inisiatif strategis dan dapat terus dipantau kinerjanya. Tentunya dengan tetap memperhatikan peta risiko atas inisiatif strategis dimaksud, sehingga hal-hal yang berpotensi mengganggu atau menyebabkan kurang optimalnya capaian kinerja bisa dipetakan dan dicarikan mitigasinya dari awal. Dengan kata lain money follow program juga bisa menjadi katalis implementasi penganggaran berbasis kinerja dan makin menyelaraskan perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kinerja.

Page 4: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

6 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 7Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

klinik kinerja rujukan

PeNeTaPaN Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara merupakan tonggak sejarah

reformasi pengelolaan keuangan sektor

publik di Republik Indonesia. Selain

memberikan kepastian hukum dalam

pengelolaan keuangan negara yang

saat itu masih diatur dengan produk

hukum kolonial, UU Nomor 17 Tahun

2013 juga mengamanatkan perubahan

sistem perencanaan dan penganggaran

yang semula menggunakan pendekatan

tradisional (line item budget, incremental,

berorientasi pada input, dan berperspektif

tahunan) menuju perencanaan dan

penganggaran yang berbasis prestasi kerja

(Performance Based Budgeting), berorientasi

lebih dari satu tahun anggaran (Medium

Term Expenditure Framework), serta

penganggaran terpadu (Unified Budget)

sebagai bentuk harmonisasi antara belanja

operasional dengan belanja modal.

Dalam rangka pelaksanaan

amanah tersebut khususnya terkait

penganggaran berbasis prestasi kerja,

Kementerian Keuangan selaku regulator

di bidang keuangan negara/Chief Financial

Officer (cFo) telah memformulasikan

serta menetapkan beberapa peraturan/

kebijakan terkait penyusunan rencana

kerja dan anggaran (RKa-K/L).

Peraturan/kebijakan tersebut merupakan

pedoman kementerian/lembaga dalam

memulai penyusunan anggarannya

dengan berorientasi pada prestasi kerja/

berbasis kinerja. Penyusunan anggaran

berbasis prestasi kerja/penganggaran

berbasis kinerja adalah suatu pendekatan

dalam sistem perencanaan penganggaran

belanja negara yang menunjukan secara

jelas keterkaitan antara alokasi pendanaan

dan kinerja yang diharapkan atas alokasi

belanja tersebut, serta memperhatikan

efisiensi dalam pencapaian kinerja.

Salah satu wujud komitmen

Kementerian Keuangan dalam

melaksanakan penganggaran berbasis

kinerja (PbK) adalah penataan arsitektur

dan Informasi Kinerja (aDIK) dalam

dokumen penganggaran. Kebijakan

penataan aDIK merupakan inisiasi

Kementerian Keuangan c.q. Direktorat

Jenderal anggaran (DJa) berdasarkan

hasil evaluasi implementasi penganggaran

berbasis kinerja yang dilakukan pada

tahun 2013. Hasil evaluasi menyebutkan

bahwa keterkaitan antara sumber daya

(input) dengan keluaran (output) yang

ingin dihasilkan, dan antara output dengan

outcome yang ingin dicapai masih sangat

lemah. oleh karena itu perlu dilakukan

penyempurnaan implementasi PbK dalam

bentuk penataan aDIK dalam dokumen

anggaran dengan pendekatan logic model.

Kementerian Keuangan c.q. DJa

menetapkan kebijakan untuk mengubah

arsitektur kinerja dalam RKa-KL yang

semula berdasarkan struktur organisasi

menjadi berbasis pada hasil (outcome).

arsitektur kinerja yang baru tersebut

menggunakan pendekatan kerangka logika

(logic model) dengan susunan komponen

yang terdiri atas outcome, output, aktivitas,

dan input, serta indikator dan target

untuk masing-masing outcome dan output.

Selanjutnya dilakukan penguatan dan

penajaman informasi kinerja yang semakin

jelas, relevan, dan terukur.

Sebagai hasil atas kebijakan

penataan aDIK, dokumen anggaran

seluruh kementerian/lembaga tahun

2017 telah dilakukan penataan aDIK

dengan pendekatan logic model. Penataan

aDIK dalam dokumen anggaran tersebut

menghasilkan peningkatan implementasi

penganggaran berbasis kinerja antara lain :

1. relevansi antara input dengan output,

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Teks: Suroso, Kepala Bagian Perencanaan, Nandhi Endrayanto, Kepala Subbagian Perencanaan II,Biro Perencanaan dan Keuangan

dan dengan outcome dapat terlihat

dengan jelas;

2. rumusan outcome jelas dan selaras

dengan tugas dan fungsi kementerian

dan masing-masing unit eselon I; dan

3. rumusan output yang secara jelas

menggambarkan barang atau jasa yang

di-deliver oleh masing-masing unit

organisasi kepada customer.

Selain sebagai cFo, Kementerian

Keuangan selaku Pengguna anggaran/

Chief Operational Officer (coo) juga

terus berupaya mengimplementasikan

PbK dalam proses perencanaan dan

penganggaran di internal Kementerian

Keuangan bersinergi dengan kebijakan

DJa di level nasional. Salah satu bentuk

upaya tersebut adalah disusunnya

buku Better Practice Guide (bPG)

dalam rangka penerapan PbK pada

Kementerian Keuangan. buku bPG

disusun berdasarkan hasil benchmarking

Kementerian Keuangan terkait best

practices penerapan reformasi pengelolaan

keuangan publik berstandar internasional.

buku bPG merupakan framework

penerapan PbK yang berisikan intisari

prinsip-prinsip serta pertimbangan-

pertimbangan yang diperlukan dalam

rangka penyusunan rencana dan anggaran

yang berbasis kinerja. Dengan menerapkan

langkah-langkah yang diatur dalam bPG

diharapkan mampu mengharmonisasi

antara strategi, perencanaan, dan

penganggaran yang bermuara pada

pelaksanaan dan pertanggungjawaban

anggaran Kementerian Keuangan yang

akuntabel.

Selain memberikan prinsip-

prinsip penerapan PbK secara umum, bPG

memuat beberapa hal yang bersifat teknis

dan baru dalam penyusunan anggaran

Kementerian Keuangan. Hal-hal baru

SeTeLaH klinik kinerja pada edisi sebelumnya

membahas tentang Indikator Risiko Utama (IRU), edisi

kali ini kita akan sedikit mengulas tentang manual IRU.

Seperti kita ketahui, sesuai dengan KmK Nomor 845/

KmK.01/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan manajemen

Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan, setiap risiko

utama memiliki suatu ukuran yang dapat memberikan

informasi sebagai sinyal awal tentang adanya peningkatan

besaran risiko yang disebut IRU. Setiap IRU harus disertai

dengan manual IRU. Seperti apa manual IRU?

Penyusunan Manual IRUTeks: R. Aji Setiantoko, Suci Putri Ayu

manual IRU disusun sebagai panduan atau

acuan dalam menyusun dan melaporkan aktual IRU serta

interpretasinya, sehingga pengukurannya konsisten. manual

IRU disusun sebelum penetapan Piagam manajemen Risiko

oleh Pengelola Risiko di masing-masing level.

manual IRU berisi informasi seperti deskripsi IRU,

definisi IRU, batasan nilai, formula, satuan pengukuran,

penanggung jawab, penyedia data, sumber data, periode

pelaporan, dan tabel data yang juga berisi data aktual IRU

dalam 3 (tiga) tahun kebelakang.

berikut cara pengisian manual IRU:

Nama Risiko : Tuliskan nama risiko yang diukur oleh IRU

Nama IRU : Tuliskan nama IRU

Deskripsi IRU : Tuliskan deskripsi IRU yang meliputi pengertian dan ruang lingkup

Batas Atas : Tuliskan nilai maksimal yang dapat diterima atas indikator tersebut

Batas Aman : Tuliskan nilai yang diharapkan dan menunjukkan bahwa indikator tersebut masih dalam kondisi normal. Seluruh IRU harus memiliki batas aman

Batas Bawah : Tuliskan nilai minimal yang dapat diterima atas indikator tersebut

Formula : Tuliskan formula IKU

Satuan Pengukuran : Tuliskan unit pengukuran yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas IRU, misal %, Rp, Indeks, kali, buah, orang

Unit Penanggung Jawab : Tuliskan Unit yang bertanggung jawab terhadap IRU tersebut

Unit Penyedia Data : Tuliskan Unit yang bertanggung jawab terhadap penyedia data

Sumber Data : Tuliskan nama dokumen sebagai sumber data untuk mengisi formula IRU

Periode Pelaporan Berikan tanda X pada salah satu dari tiga periode pelaporan (triwulanan, semesteran, tahunan), untuk menunjukkan seberapa sering data aktual Indikator Risiko perlu dilaporkan

Tabel Data : Tuliskan periode, Batas Aman, Batas Atas, Batas Bawah, dan Nilai Aktual IRU tiga tahun

Periode Pelaporan : pilih salah satu dari tiga periode pelaporan (triwulanan, semesteran, tahunan), untuk menunjukkan seberapa sering data aktual Indikator Risiko perlu dilaporkan

Page 5: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

8 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 9Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

rujukan rujukan

tersebut antara lain adalah: Resource Forum,

Budget Statement, dan Project Selection atau

prosedur pengusulan proyek. Resource

Forum merupakan forum manajerial pada

Unit eselon I dan/atau Kementerian

Keuangan yang terdiri dari para

pengelola sumber daya organisasi yang

dilaksanakan untuk mengkoordinasikan

penyusunan rencana kerja dan anggaran.

Budget Statement adalah pernyataan

komitmen Pimpinan Unit eselon I

dalam merencanakan dan melaksanakan

anggaran dalam rangka pencapaian

outcome. adapun Project Selection adalah

prosedur/tata cara pengusulan proyek

yang memuat ketentuan bahwa usulan

harus dimulai 3 (tiga) tahun sebelum tahun

anggaran dengan tujuan memastikan

kesiapan perencanaan dan pelaksanaan

proyek. Ketiga hal baru tersebut telah

diimplementasikan pada Kementerian

Keuangan dalam proses penyusunan

anggaran.

Sejalan dengan usaha penerapan

PbK, Kementerian Keuangan juga

mengadopsi Balanced Scorecard (bSc)

sebagai strategic managerial tools dalam

memformulasikan indikator kinerja

pada Kementerian Keuangan. Penerapan

bSc tersebut menjadi nilai tambah serta

bersinergi dengan penetapan indikator

kinerja dalam PbK. Perumusan dan

penetapan indikator-indikator kinerja

pada dokumen anggaran dilakukan secara

simultan dengan pendekatan logic model

dan bSc. Harmonisasi yang terus menerus

antara PbK dan bSc terus dilakukan

untuk terciptanya perencanaan dan

penganggaran yang berkualitas.

Terkait penataan aDIK pada

Kementerian Keuangan, telah dilakukan

penataan aDIK dalam dokumen

perencanaan dan penganggaran unit

eselon I di lingkungan Kementerian

Keuangan. Dari penataan tersebut, benang

merah keterkaitan secara logic model antara

outcome, output, indikator output, dan

aktivitas sesuai tingkatan organisasi dapat

tergambar lebih jelas. adapun framework

yang digunakan dalam penataan aDIK

Kementerian Keuangan secara singkat

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perumusan dan penetapan kinerja

yang akan dicapai berdasarkan

perencanaan strategis Kementerian

Keuangan (Rencana Strategis, Blueprint

Reformasi birokrasi dan Transformasi

Kelembagaan) maupun perencanaan

tingkat nasional (Nawa cita, Rencana

Kerja Pemerintah/RKP).

2. Penentuan output kepada customers/

stakeholders beserta targetnya dalam

rangka mencapai kinerja yang telah

ditetapkan;

3. Perbaikan struktur komponen/

tahapan/aktivitas dalam rangka

menghasilkan output;

4. Perbaikan struktur biaya/detail belanja

dalam rangka pembiayaan komponen/

tahapan/aktivitas;

5. Penguatan fungsi monitoring dan

evaluasi.Ilustrasi Penerapan PbK pada Unit

eselon I Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

1. Perumusan dan penetapan kinerja

yang akan dicapai berdasarkan

perencanaan strategis

Dalam rangka perwujudan amanat Nawa cita III, Kementerian Keuangan merumuskan beberapa strategi dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019. Salah satu strategi untuk pelaksanaan amanat Nawa cita III tersebut adalah meningkatkan kemampuan fiskal daerah. Salah satu upayanya adalah melakukan percepatan pelayanan evaluasi perda/raperda terkait pajak daerah dan restribusi daerah. Strategi ini secara tidak

langsung akan mendukung pencapaian target kinerja Program Peningkatan Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah.

2. Penentuan output beserta target

Output yang terkait dengan pelaksanaan strategi tersebut adalah output “Layanan evaluasi Pendapatan asli Daerah” dengan indikator kinerja :

i. Persentase Pemenuhan Kewajiban bagi Hasil Pajak Provinsi ke Kabupaten/Kota dengan target sebesar 90%;

ii. Persentase Penyelesaian Rekomendasi atas Permasalahan

PDRD dengan target sebesar 100%; dan

iii. Persentase ketepatan waktu penyelesaian rekomendasi atas evaluasi Raperda PDRD dengan target sebesar 100%.

3. Perbaikan struktur komponen/

tahapan/aktivitas

Untuk menghasilkan output

“Layanan evaluasi Pendapatan asli Daerah” disusun aktivitas/tahapan yang diperlukan sehingga output dapat dihasilkan dengan baik. Dalam penataan aDIK, disusun aktivitas/tahapan/komponen untuk menghasilkan output dimaksud sebagai berikut :

051 – Koordinasi dan Rekonsiliasi 052 – monitoring dan evaluasi053 – Penyusunan Kajian dan Rekomendasi, dst ....

4. Perbaikan struktur biaya/detail

belanja

Struktur biaya/detail belanja adalah besaran anggaran yang diperlukan dalam rangka melaksanakan aktivitas-aktivitas yang diperlukan. Dalam struktur anggaran, detail belanja mencantumkan secara terperinci besaran anggaran sesuai akun yang telah ditetapkan. Terkait detail belanja untuk aktivitas 053 – Penyusunan Kajian dan Rekomendasi adalah sebagai berikut:

a. Rekomendasi atas Perda dan Raperda tentang PDRD: 521211 ...

b. Penyusunan evaluasi Perda dan Raperda PDRD: 524111..

c. Pedoman Penyusunan Perda PDRD: 521211, 522151...

D. bimbingan teknis kepada daerah mengenai pengelolaan Keuangan Daerah: 524119, 521211, dst

5. Penguatan fungsi monitoring dan

evaluasi.

atas penataan aDIK tersebut, dilakukan sistem monitoring dan evaluasi atas capaian pelaksanaan kegiatan maupun realisasi anggaran untuk pembiayaan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam rangka pencapaian kinerja yang telah ditetapkan.

Page 6: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

10 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 11Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

wawancara wawancara

Optimalisasi Aset melalui Revaluasi

Teks: Azharuddin, Rachmad Arijanto

DaLam rangka peningkatan akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

(LKPP) dan optimalisasi pengelolaan barang milik Negara (bmN), Pemerintah telah

menetapkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali bmN.

Sejalan dengan hal tersebut, pada tanggal 29 agustus 2017 bertempat di Gedung Dhanapala

Jakarta, menteri Keuangan mencanangkan dimulainya program nasional “Penilaian Kembali

(Revaluasi) bmN”.

Untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai program revaluasi, Tim buletin

kinerja berkesempatan mewawancarai langsung Direktur Jenderal Kekayaan Negara, bapak

Isa Rachmatarwata. berikut petikan wawancara yang telah diredaksikan kembali oleh Tim

buletin Kinerja:

Apa yang melatarbelakangi ditetapkannya kebijakan revaluasi BMN?

Gagasan pelaksanaan revaluasi bmN muncul pada saat pelaksanaan Rapat Kerja

(Raker) Kementerian Keuangan bersama Komisi XI DPR RI terkait penetapan underlying

asset untuk Surat berharga Syariah Negara (SbSN) pada tanggal 23 mei 2016. Pemikiran

yang berkembang saat itu adalah apabila pemerintah memiliki nilai terkini atas aset yang

dimiliki, maka tidak perlu lagi menambah jumlah aset yang dijadikan sebagai underlying

untuk SbSN setiap tahun.

Sebagai upaya memutakhirkan nilai wajar bmN dan membangun database

pengelolaan bmN yang lebih baik, menteri Keuangan kemudian memberi tugas kepada

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk melaksanakan penilaian kembali

bmN. Program ini sekaligus menjadi momentum untuk menertibkan kembali bmN yang

sebelumnya telah diinventarisasi dan dinilai pada tahun 2007 sampai dengan 2010.

Hasil dari program ini diharapkan juga dapat menjawab isu negatif yang

berkembang selama ini bahwa jumlah utang Indonesia lebih besar daripada nilai aset yang

dimiliki. melalui revaluasi, kita akan tunjukkan kepada publik bahwa nilai aset yang dimiliki

negara kita sebenarnya sangat besar.

Revaluasi bmN dilaksanakan mulai tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, dan

difokuskan terhadap aset tetap berupa tanah, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan

jaringan yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2015. Pertimbangannya adalah jenis

aset tersebut memiliki potensi kenaikan nilai wajar yang tinggi.

Tantangan apa saja yang dihadapi dan strategi apa yang telah ditetapkan DJKN

dalam menyukseskan kebijakan nasional tersebut?

Tantangan utama pelaksanaan revaluasi bmN adalah jumlah objek revaluasi yang

banyak dan tersebar di seluruh negeri, sementara di sisi lain jumlah SDm terbatas, baik di

internal DJKN maupun satuan kerja Kementerian/Lembaga (K/L). Selain itu, singkatnya

waktu pelaksanaan juga menuntut DJKN untuk melakukan mitigasi risiko melalui beberapa

strategi.

Pertama, menyiapkan dasar hukum untuk melakukan revaluasi. berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar akuntansi Pemerintahan

dan PP Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan barang milik Negara/Daerah,

pemerintah dapat melakukan penilaian kembali/revaluasi atas bmN yang telah ditetapkan

dalam neraca Pemerintah Pusat berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara

FOTO: Langgeng Wahyu Pamungkas

Page 7: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

12 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 13Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

wawancara wawancara

nasional. Sebagai payung hukum pelaksanaan revaluasi bmN,

ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017 tentang

Penilaian Kembali barang milik Negara/Daerah. Selanjutnya

untuk regulasi teknis pelaksanaan revaluasi khususnya bmN

ditetapkan Peraturan menteri Keuangan (PmK) Nomor 118/

PmK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali

bmN dan PmK nomor 111/PmK.06/2017 tentang Penilaian

bmN.

Kedua, menyiapkan SDm dan metodologi. SDm yang

dimaksud tidak hanya mencakup pegawai internal DJKN,

tetapi juga pengelola bmN pada seluruh satker K/L. Untuk

meningkatkan kapasitas, pemahaman, dan awareness pegawai,

DJKN melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis

kepada K/L baik di tingkat pusat maupun daerah. Harapannya,

kualitas SDm pengelola bmN dapat melaksanakan tugas secara

optimal dan menghasilkan laporan yang berkualitas sehingga

tidak diragukan oleh pihak eksternal, terutama oleh auditor.

Terkait metodologi, DJKN telah menyiapkan SoP dan petunjuk

pelaksanaan revaluasi sebagai panduan bagi pengelola bmN

dalam melaksanakan tugas.

Ketiga, menyusun perencanaan operasional yang

baik, termasuk kebutuhan anggaran. DJKN terutama Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) perlu

menyiapkan strategi dan teknis pelaksanaan revaluasi. Salah satu

yang harus menjadi pertimbangan adalah perbedaan kondisi

geografis wilayah kerja. KPKNL dengan wilayah kerja terpisah

antarpulau tentunya berbeda dengan KPKNL yang wilayah

kerjanya masih dalam satu pulau. Perbedaan ini mendasari

perlunya suatu pendekatan/strategi yang khas antarKPKNL.

Keempat, melakukan persiapan dan pembahasan data

awal bmN objek revaluasi dengan masing-masing satker K/L.

Revaluasi 2017-2018 dilakukan terhadap bmN pada 82 K/L,

dengan target penyelesaian 55 K/L selesai di tahun 2017 dan 27

K/L selesai sampai dengan 2018.

Kelima, penyiapan alat bantu untuk memudahkan

pelaksanaan revaluasi, misalnya untuk mencatat koreksi

nilai bmN hasil revaluasi melalui aplikasi SImaK bmN dan

rekonsiliasi hasil pencatatan koreksi nilai bmN tersebut melalui

aplikasi SImaN fitur revaluasi bmN. Fitur ini merupaan alat

hitung berupa desktop valuation untuk bangunan serta jalan,

jembatan dan bangunan air.

Keenam, peningkatan koordinasi dan komunikasi baik

di tingkat kantor pusat DJKN, Kanwil DJKN, dan KPKNL

serta dengan K/L terkait pencapaian target dan identifikasi

permasalahan yang timbul selama pelaksanaan revaluasi. Untuk

saat ini, koordinasi intensif dilakukan terhadap 6 K/L yang

mengelola bmN terbesar yaitu Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pendidikan, Kementerian

agama, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian

Perhubungan, dan Kementerian Kesehatan. Keenam K/L ini

telah mencakup hampir 80% dari total aset yang dimiliki negara.

Di tingkat kantor daerah, dilakukan koordinasi instansi

vertikal Kanwil DJKN dan KPKNL dengan satuan kerja terkait

untuk penghimpunan data awal bmN objek revaluasi dari satker

daerah, serta persiapan tim pelaksana revaluasi yang terdiri dari

unsur KPKNL yang melakukan penilaian dan unsur satuan kerja

yang melakukan inventarisasi.

Ketujuh, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting

adalah menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi sebagai

alat bantu untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan

revaluasi secara real time. Setiap minggu, kantor pusat

berkoordinasi dengan Kanwil dan KPKNL untuk memantau

perkembangan revaluasi. Kepala Kanwil dan Kepala KPKNL

bertanggung jawab secara langsung dalam menyukseskan

program ini.

Bagaimana rencana DJKN ke depan untuk

mengoptimalkan pengelolaan kekayaan negara

khususnya BMN?

Sebagai asset manager, DJKN tidak hanya berfokus pada

aspek revenue, tetapi juga aspek ekonomis. Hal ini dikarenakan

pemanfaatan aset tidak selamanya menghasilkan revenue,

tetapi juga diharapkan dapat memberikan nilai ekonomis yang

tinggi. misalnya penggunaan aset oleh pemerintah untuk

penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Penggunaan aset ini

memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena pemerintah dapat

menjalankan aktivitas pemerintahan dan memberikan layanan

yang optimal kepada masyarakat (service excellent).

Pelaksanaan revaluasi tahun 2017 dan 2018 diharapkan

tidak hanya dapat menyajikan update atau koreksi nilai wajar

atas bmN objek revaluasi berupa tanah, gedung, jalan, jembatan,

dan bangunan air dalam neraca pemerintah. Lebih dari itu,

pelaksanaan revaluasi diharapkan dapat menghasilkan database

bmN yang komprehensif sehingga diperoleh gambaran

mengenai data atas bmN dengan kondisi rusak berat atau rusak

ringan, serta bmN berupa tanah dan bangunan yang terindikasi

idle.

Dengan database bmN yang komprehensif, penggunaan

bmN dapat terukur menurut standar dan didorong sesuai tugas

dan fungsi K/L. Untuk bmN idle yang teridentifikasi dapat

diupayakan langkah-langkah strategis untuk dioptimalkan

antara lain alih status kepada K/L yang membutuhkan,

pendayagunaan bmN dalam bentuk pemanfaatan, atau

pelepasan aset untuk meningkatkan PNbP serta efisiensi biaya

pemeliharaan aset.

Ke depan, peran DJKN sebagai asset manager menjadi

sangat challenging. DJKN diharapkan tidak hanya menjadi

asset administrator, tetapi juga dapat berperan sebagai revenue

center dan mampu mengoptimalkan cost saving (penghematan

anggaran). Pada akhirnya. Pengelolaan aset dapat memberikan

nilai ekonomis dan finansial yang lebih tinggi bagi negara.

FOTO: Dok. Humas DJKN

Ke depan, peran DJKN sebagai asset

manager menjadi sangat challenging.

DJKN diharapkan tidak hanya menjadi

asset administrator, tetapi juga dapat

berperan sebagai revenue center dan mampu

mengoptimalkan cost saving (penghematan

anggaran)

FOTO: Dok. Humas DJKN

Page 8: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

14 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 15Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

laporan khusus laporan khusus

Upaya Penerapan Evaluasi Portofolio Barang Milik

Negara

berdasarkan Laporan barang milik Negara Tahun

2016 (Audited), Nilai bmN per 31 Desember 2015 sebesar Rp

2.127.449.070,83 juta terdiri dari nilai bmN Intrakomptabel

sebesar Rp 2.126.487.522,29 juta dan ekstrakomptabel sebesar

Rp 961.548,54 juta. Sedangkan nilai bmN per 31 Desember

2016 sebesar Rp2.188.359.011,69 juta terdiri dari nilai

bmN Intrakomptabel sebesar Rp2.187.489.725,66 juta dan

ekstrakomptabel sebesar Rp869.286,03 juta. Nilai bmN yang

demikian besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun,

tentunya merupakan tanggung jawab Kementerian Keuangan

selaku Pengelola barang untuk menatausahakan bmN dengan

baik dan melaporkannya dalam laporan keuangan guna

memenuhi prinsip akuntabilitas. Dalam pelaksanaan evaluasi

portofolio aset, perlu memprioritaskan evaluasi kinerja atas aset

idle signifikan berupa tanah dan bangunan yang teridentifikasi

dari pelaksanan revaluasi bmN. Proses evaluasi portofolio

aset dilakukan secara sistematis dan menyeluruh untuk semua

portofolio aset. Namun demikian, untuk mencapai outcome yang

signifikan atas pengelolaan aset, evaluasi kinerja aset diutamakan

pada portofolio aset yang signifikan berupa tanah dan bangunan.

meskipun evaluasi portofolio bmN secara sistematis

dan komprehensif belum secara eksplisit diatur dalam PP Nomor

27 Tahun 2014 maupun dalam peraturan pengelolaan bmN

lainnya, beberapa prinsip/kriteria evaluasi portofolio bmN

secara parsial telah diatur dan dilakukan. amanat penyusunan

peraturan terkait pengukuran kinerja portofolio aset telah

diamanatkan dalam pasal 41b PmK Nomor: 52/PmK.06/2016

tentang Perubahan atas Peraturan menteri Keuangan Nomor

244/PmK.06/2012 Tentang Tata cara Pelaksanaan Pengawasan

dan Pengendalian barang milik Negara. Kerangka pengukuran

kinerja aset diharapkan dapat selesai pada tahun 2017 sebagai

payung hukum evaluasi portofolio aset.

Melalui Revaluasi kita tingkatkan validitas nilai aset.

Dengan Evaluasi kinerja kita ciptakan optimalisasi aset.

DIReKToRaT Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)

merupakan satu unit eselon I Kementerian Keuangan yang

bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara,

dan lelang. Dalam tugas di bidang kekayaan Negara, DJKN

melaksanakan kegiatan penertiban barang milik Negara (bmN)

dalam bentuk Inventarisasi dan Penilaian bmN (IP bmN).

DJKN melaksanakan inventarisasi dan penilaian

bmN untuk pertama kali pada tahun 2007 melalui Keputusan

Presiden (Keppres) Nomor 17 Tahun 2007 dengan tujuan untuk

memperbaiki pencatatan aset sebagai respon opini disclaimer

bPK atas LKPP. Inventarisasi dan Penialian (IP) dilaksanakan

untuk seluruh bmN yang diperoleh sampai dengan 31 Desember

2004, dengan harapan mampu mewujudkan 3T Pengelolaan

bmN, yaitu Tertib administrasi, Tertib Hukum dan Tertib

Fisik. Kegiatan IP bmN tahun 2007 menghasilkan neraca K/L

dan Pemerintah Pusat yang dapat diyakini keandalannya oleh

bPK serta menjadi tonggak awal pengelolaan aset yang lebih

baik.

Tahun 2017, DJKN kembali melaksanakan kegiatan

IP bmN. IP bmN tahun 2017 dan 2018 ini didasarkan

oleh Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017 tentang

Penilaian Kembali barang milik Negara. Pelaksanaan IP bmN

dilatarbelakangi oleh permintaan Komisi XI DPR RI kepada

menteri Keuangan untuk melakukan revaluasi nilai bmN yang

akan digunakan sebagai dasar penerbitan underlying asset Surat

berharga Syariah Negara (SbSN) dalam Raker tanggal 23 mei

2016. Untuk mewujudkan nilai wajar bmN dan membangun

database pengelolaan bmN yang lebih baik, menteri Keuangan

meminta untuk dilaksanakan penilaian kembali bmN.

objek pelaksanaan revaluasi aset tahun 2017 dan 2018

adalah aset tetap berupa tanah, gedung dan bangunan, serta

jalan, irigasi, dan jaringan yang diperoleh sampai dengan 31

Desember 2015. Untuk bmN berupa jalan, irigasi, dan jaringan

yang direvaluasi hanya bmN berupa jalan dan jembatan serta

bangunan air. Pertimbangan pemilihan objek revaluasi yaitu

pemilihan aset-aset yang memiliki potensi kenaikan (perubahan

nilai wajar) yang tinggi serta nilai aset tetap objek revaluasi

tersebut memiliki bobot nilai/persentase yang signifikan

dari keseluruhan nilai total aset tetap, yaitu senilai 79,9%

dari total aset tetap.

Revaluasi bmN tahun 2017 dan 2018

dilaksanakan untuk meningkatkan validitas dan akurasi

nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan serta

meningkatkan leverage aset tetap sebagai underlying asset

untuk penerbitan SbSN. Penilaian kembali aset tetap

juga dilakukan untuk mengidentifikasi bmN yang idle

yaitu bmN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak

digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

dan fungsi K/L. Database bmN dan informasi bmN idle

khususnya tanah dan bangunan dapat dimanfaatkan oleh

DJKN selaku Pengelola barang untuk mengoptimalkan

aset-aset idle tersebut. Indikasi penggunaan aset yang belum

optimal (penggunaan aset selain untuk pelaksanaan tugas

dan fungsi, aset idle, aset tidak terpelihara, aset berlebih, dan

sebagainya) merupakan tantangan bagi Pengelola barang

untuk dapat mengambil langkah strategis optimalisasi

pengelolaan aset.

Pentingnya Pengukuran Kinerja Aset Sektor Publik

Sebagai Upaya Optimalisasi Aset

Salah satu langkah strategis pengelolaan aset

adalah perlunya evaluasi secara periodik dan menyeluruh

terhadap portofolio aset yang dimiliki oleh Pemerintah

Pusat khususnya terhadap golongan aset yang nilainya

sangat signifikan yaitu tanah dan bangunan (Hanis,

Trigunarsyah & Susilawati, 2010b). evaluasi yang dilakukan

bertujuan untuk menilai tingkat optimalisasi aset dan

memberikan rekomendasi untuk peningkatan optimalisasi

aset.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Indonesia

perlu membangun dan mengembangkan framework

pengukuran kinerja aset dalam proses manajemen aset

publik. Jolicoeur dan Barret (Jolicoeur & Barrett, 2004)

menunjukkan bahwa penerapan strategi manajemen aset

serta pengukuran kinerja aset di sektor publik semakin

penting. Sebagai pemilik, operator dan pengelola aset publik,

Revaluasi dan Pengukuran Kinerja Aset

(sebuah langkah strategis untuk optimalisasi BMN)

Teks: Bambang Sriwiyono, Direktorat BMN, DJKN

pemerintah bertanggungjawab memastikan keberhasilan

pengukuran kinerja aset, terutama infrastruktur dan real

property, terlaksana dengan efisien dan efektif.

evaluasi portofolio aset telah dilaksanakan oleh

berbagai negara seperti belanda dan australia. Di belanda,

evaluasi portofolio aset fokus pada stakeholder sebagai

representasi kepentingan suatu aset yang mewakili masing-

masing aspek yang dinilai. Pemangku kepentingan dalam

evaluasi portofolio aset di belanda meliputi: Local Authorithy,

Policy Department, Service Provider, Property Manager,

Owner, Area Developer and/or Asset Manager. Di australia,

pemerintah melakukan evaluasi portofolio aset secara

berkala berdasarkan ukuran dan kompleksitasnya, sebagai

bagian dari strategic asset management yang membantu

pemerintah untuk mengkonfirmasi bahwa aset tersebut

layak sesuai dengan persyaratan pelaksanaan program.

evaluasi terhadap portofolio aset dapat mempertimbangkan

hal-hal berikut:

a. menggunakan indikator performa aset untuk

mengindentifikasi apakah aset yang ada digunakan

secara tepat, dipelihara secara baik, dan sesuai

tujuan.

b. memonitor kinerja portofolio dari sisi hukum, kode,

dan standar, serta kinerja keuangan.

c. memelihara daftar rincian aset dan melaksanakan

proses akuntansi aset sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku.

Benchmark pada praktek terbaik di beberapa

negara, Pemerintah Indonesia perlu melaksanakan evaluasi

portofolio aset. Dengan revaluasi bmN, database aset

khususnya tanah/ bangunan idle yang komprehensif dapat

diperoleh, sehingga pemerintah dapat mengambil langkah

strategis dalam rangka optimalisasi aset-aset tersebut.

Sebagai langkah strategi optimaliasi aset idle khususnya

tanah dan/atau bangunan, evaluasi kinerja aset penting

dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan/kebijakan terkait keberlangsungan aset, apakah

akan tetap dimiliki dengan atau tanpa penanganan khusus

atau bahkan diputuskan untuk dilepas.

Page 9: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

16 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 17Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

selingan lensa peristiwa

Jawaban Kuis Buletin Kinerja Edisi XXXIII:

43 Bujur Sangkar

Tebak kuis di bawah ini, kirimkan jawaban beserta identitas (nama, jabatan, unit kerja, alamat) anda ke [email protected] dengan subject/perihal email “Jawaban Quiz buletin Kinerja XXXIV”

atau dikirim ke bagian Pengelolaan Kinerja dan Risiko, biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan d/a: Gedung Djuanda I Lantai 9, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta

Bincang Santai dan Produktif bersama Sekretaris Jenderal

Jakarta, 31 Agustus 2017.

FOTO: Yogha Apriantoro

Daftar Pemenang Kuis

Buletin Kinerja Edisi XXXIII :

1. Teguh Imam Santoso

KPPN Pati, DJPB;

2. Danar Sutopo Sidig

PPPK, Setjen;

3. Erys Al Fauzi M

Direktorat SITP, DJPB;

4. Much. Irvan Fahrurrozi

Sekretariat DJP;

5. Yan Pagiu

KPPN Makale, DJPB.

?Dialog Kinerja Organisasi

Kemenkeu-Wide-One Semester I Tahun 2017

Jakarta, 31 Juli 2017.

FOTO: Dok. Biro KLI

Kemenkeu Kembali Raih Penghargaan sebagai Pengelola JDIH Terbaik

Jakarta, 2 Oktober 2017.

FOTO: Dok. Biro Hukun

Page 10: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

18 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017 19Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

profil profil

HaWa dingin sangat terasa di pagi itu. Hujan lebat

baru saja mengguyur Jakarta, saat tim buletin menemui

sosok pria ini. Ketika sebagian besar pegawai Kementerian

Keuangan baru saja tiba ke kantor dan berjibaku dengan

derasnya hujan, laki-laki kelahiran Tasikmalaya ini sudah

mulai sibuk di ruangannya yang asri dan tertata rapi.

begitulah keseharian Dudung Rudi Hendratna, Kepala

bagian Kepatuhan dan Verifikasi Kekayaan Pegawai

(KVKP), Sekretariat Inspektorat Jenderal (Itjen). Datang

ke kantor lebih awal memang sudah menjadi kebiasaan dari

pria yang akrab dipanggil Dudung ini.

Penugasan KVKP dimulai sejak tahun 2016, dimana

sebelumnya Dudung dipercaya sebagai Kepala bagian

Sumber Daya manusia Itjen. Salah satu tugas utamanya

adalah sebagai manajer Kinerja organisasi (mKo)

sekaligus manajer Kinerja Risiko (mKR) Itjen. Tugas

pengelolaan kinerja bukanlah hal baru baginya. Ia pernah

menjadi administrator pengelolaan kinerja, saat pertama

kali menteri Keuangan Sri mulyani mengamanatkan

implementasi Balanced Scorecard (bSc) di Itjen pada tahun

2006. “Saat itu Itjen ditetapkan Ibu sebagai unit piloting

dan ini merupakan awal penerapan bSc di Kementerian

Keuangan (Kemenkeu)”, ujar Dudung membuka

percakapan.

Tugas sebagai pengelola kinerja dimulai pertama

kali saat menjabat sebagai Kasubag Tata Usaha (TU)

Inspektorat bidang III, mengingat unit eselon II nya

ditetapkan sebagai champion dalam program tersebut.

“Jadi secara otomatis Kasubag TU menjadi administrator”,

imbuhnya lagi. Tugasnya sebagai pengelola kinerja terus

berlanjut saat Dudung dipromosikan menjadi Kepala bagian

Kepegawaian Itjen yang kemudian berganti nama menjadi

bagian SDm. Selain sebagai manajer Kinerja Pegawai

(mKP) Itjen, ia juga mengemban tugas sebagai Sub manajer

Kinerja organisasi (SmKo) Sekretariat Itjen.

Sudah satu dasawarsa lebih Dudung terlibat

langsung dalam pengelolaan kinerja Itjen. bapak dari

dua anak ini berbagi tips mengenai kunci sukses dalam

implementasi pengelolaan kinerja. Hal pertama adalah

penyiapan kompetensi pegawai. Pegawai memiliki

peran yang sangat penting, karena mereka yang akan

mengimplementasikan sehari-hari. Tingkat pemahaman

pegawai akan sangat berpengaruh terhadap seberapa

besar peran pegawai tersebut berhasil dijalankan. Faktor

kedua, adalah infrastruktur. Yang dimaksud disini adalah

unit yang mengkoordinasikan pengelolaan kinerja atau

manajer Kinerja. manajer Kinerja menjadi partner utama

Perubahan Budaya, Faktor Kunci Keberhasilan

Teks: Agus Dwiatmoko, Rachmad Arijanto

pimpinan dalam monitoring kinerja unitnya. Faktor ketiga

adalah perubahan budaya. Hal ini sangat penting, karena ke

depan diharapkan pengelolaan kinerja menjadi suatu kebutuhan

organisasi dan pegawai, bukan lagi sebagai beban.

“merubah budaya kinerja merupakan tantangan

tersendiri”, tutur Dudung. Perubahan tidak dapat terealisasi

sesuai harapan, tanpa pemahaman pegawai yang utuh terhadap

pengelolaan kinerja. manfaat bagi pegawai maupun organisasi

perlu terus dipahami, agar kinerja menjadi kebutuhan yang

harus dipenuhi dalam bekerja. oleh karenanya, penguatan

budaya organisasi pun menjadi mutlak. “Untuk mendukung hal

tersebut, saat ini Itjen sedang melakukan survei pembangunan

persepsi integritas bersama Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK)”, tambah Dudung yang ditugaskan sebagai koordinator

tim Kemenkeu.

“Upaya terobosan pun perlu terus dikembangkan”,

ujarnya lagi sambil menyeruput secangkir teh hangat. aplikasi

yang memadai dan user friendly serta sistem reward/punishment

yang semakin baik dan fair, akan terus memotivasi pegawai

dalam berkinerja. Sinergi antar unit juga penting.

Perumusan indikator kinerja yang mendorong sinergi

antar unit perlu terus dikembangkan. Proses alignment

ini tentunya akan mengoptimalkan kinerja unit. Di sisi

individu, perlu terus dikembangkan sistem yang mampu

meminimalisir adanya free rider dalam mencapai kinerja.

Di akhir wawancara, pria yang gemar sepakbola

ini menegaskan kembali bahwa pengelolaan kinerja

dan risiko merupakan hal yang sifatnya strategis

serta menjadi perhatian pimpinan. Untuk itu, perlu

terus dijaga ruhnya jangan sampai menjadi rutinitas

dan formalitas. Harapannya, penggabungan fungsi

perencanaan, pengelolaan kinerja dan risiko di Itjen

dapat segera terealisasi. Selain align dengan level

kementerian, hal ini diharapkan menjadi momentum

untuk sinergi yang lebih baik. Harapan lainnya, agar

inovasi baru terus dikembangkan dalam menyelaraskan

pengelolaan kinerja dan risiko baik Itjen maupun

Kemenkeu.FOTO: Dok. Pribadi

FOTO: R. Aji Setiantoko

Page 11: Edisi XXXIV/2017 - Kementerian Keuangan RI · Pemerintahan Desa, Kementerian Keuangan berkontribusi melalui pelaksanaan Diklat Dana Desa untuk meningkatkan kapasitas para pengelola

20 Buletin Kinerja Edisi XXXIV/2017

kata mereka

SeLama ini, masyarakat condong menyoroti masalah utang saja, sehingga menimbulkan persepsi serta kekhawatiran yang tidak semestinya. Hal ini tentu akan berbeda apabila masyarakat juga mengetahui informasi terkait apa saja yang telah dihasilkan dari kebijakan utang tersebut. masyarakat perlu tahu bahwa kebijakan utang lebih banyak dialokasikan untuk belanja produktif, yang salah satunya dibuktikan dengan tingginya nilai aset yang dimiliki oleh pemerintah. Perkembangan nilai aset pemerintah dapat dilihat melalui hasil revaluasi aset. Dengan data dan informasi ini diharapkan dapat menyeimbangkan penyajian dan publikasi antara sisi aset, utang, dan ekuitas pada LKPP.

Revaluasi tidak berhenti sampai dengan koreksi nilai saja, namun juga memutakhirkan kembali data barang milik Negara (bmN) yang belum digunakan secara optimal untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/lembaga (idle). Kedepannya, diharapkan aset-aset idle tersebut dapat dioptimalkan sesuai dengan potensi penggunaan tertinggi dan terbaiknya.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam revaluasi adalah terkait dengan biaya yang dikeluarkan. biaya yang tidak sedikit memang selalu menjadi constraint, akan tetapi dampak capital gain hasil revaluasi akan jauh lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. oleh karena itu, revaluasi setiap 10 tahun mungkin perlu dan masih wajar untuk dilakukan.

Andar Ristabet HesdaPelaksana Bagian OKI,

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

ReVaLUaSI bmN tahun 2017, ditargetkan menyelesaikan sebanyak 937 satuan kerja yang memiliki objek revaluasi. adapun objek revaluasi yaitu berupa tanah, gedung, jalan, irigasi, dan bangunan-bangunan air, tidak termasuk meja, kursi, atau mobil.

Kegiatan revaluasi didahului dengan inventarisasi atau cek fisik, yang diharapkan satker akan memperbaiki database bmNnya dengan melengkapi dokumen sumber perolehan. Dari situ akan didapat informasi mengenai kondisi yang terbaru atas keberadaannya aset, baik aset idle ataupun aset yang masih digunakan.

adapun tujuan lain dari revaluasi sesuai arahan menteri Keuangan adalah jaminan SbSN, karena nantinya aset akan dinilai kembali, sehingga nilainya akan naik. Selain itu, revaluasi bmN juga mendukung kegiatan Sensus bmN Kementerian Keuangan secara menyeluruh di tahun 2018. Jadi dengan adanya revaluasi di tahun 2017 ini, maka sebagian bmN telah dilakukan inventarisasi.

Achmad SuhaemiKepala Subbagian Penatausahaan BMN IBiro Perlengkapan, Sekretariat Jenderal

Revaluasi BMN

SecaRa menyeluruh, Kementerian Keuangan melakukan revaluasi terhadap bmN agar dapat memberikan nilai bmN yang kredibel yang dapat digunakan kembali

(roll over) sebagai underlying asset SbSN. Tujuannya untuk memberikan nilai wajar bmN yang akurat dan aktual serta memberikan gambaran yang utuh atas proses dan hasil kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut tentunya sangat penting, dimana aset yang tersaji pada LKPP pada saat ini masih menggunakan nilai

hasil revaluasi yang dilakukan pada periode tahun 2007 s.d. 2010 yang mana nilai bmN dalam kurun waktu yang lalu tersebut pastinya sudah tidak relevan dengan nilai bmN saat ini. Ketidakakuratan nilai tersebut berpotensi menimbulkan kesalahan penafsiran

terhadap informasi keuangan negara. atas dasar tersebut, kegiatan revaluasi bmN menjadi sangat penting agar neraca pemerintah menggambarkan nilai yang updated, reliable serta mencerminkan kondisi wajar sebagai perwujudan dari good governance.

Revaluasi bmN mulai dilaksanakan bulan agustus 2017, jadwal ini mundur dari yang direncanakan pada bulan april 2017. Harapannya, dengan adanya tenaga

penilai yang kompeten dan koordinasi yang baik antar Kementerian/Lembaga, kegiatan revaluasi bmN akan dapat diselesaikan sesuai dengan target yang ditetapkan.

Ririen FransiskaKepala Subbagian Perencanaan Anggaran,

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara