PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 ... · dan mencipta pada mata pelajaran...

204
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Valentina Galuh Sunaryati NIM: 141134051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 ... · dan mencipta pada mata pelajaran...

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

    TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP

    KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

    PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS

    WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Oleh:

    Valentina Galuh Sunaryati

    NIM: 141134051

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:

    1. Tuhan Yang Mahasa Esa

    2. Kedua Simbah, Samino dan Suwarti yang selalu memberikan semua yang

    terbaik di kehidupan saya

    3. Kedua orang tua, Sunardi dan Haryati yang selalu memberikan dukungan

    dan semangat.

    4. Adik, Vio, Pius, Dharu yang selalu menghibur saya dikala penat dan lelah.

    5. Sahabat-sahabatku yang bersama berjuang, sebagai penghibur, pengingat,

    dan penyemangat saya.

    6. Universitas Sanata Dharma, almamater yang saya banggakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti

    untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

    (Kolose 3: 23)

    “Semangat dalam mencari Ilmu agar kelak menjadi orang besar, dan tidak dihina

    orang.”

    (Simbah)

    “Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini.”

    (Ibu)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM

    ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KEMAMPUAN

    MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA

    KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA

    Valentina Galuh Sunaryati

    Universitas Sanata Dharma

    2018

    Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan rendahnya tingkat literasi

    IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015. Tujuan penelitian

    ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

    Tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengevaluasi

    dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1

    Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

    Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental design tipe

    pretest-posttest non equivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh

    siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebanyak 58 siswa. Sampel

    penelitian ini terdiri dari 29 siswa kelas V B sebagai kelompok eksperimen dan 29

    siswa kelas V A sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok

    eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted

    Individualization (TAI). Ada 8 langkah dalam model pembelajaran kooperatif Tipe

    Team Assisted Individualization (TAI) placement test, teams, teaching group,

    student creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class

    unit.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif

    Tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan

    mengevaluasi. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,18, SE = 0,12)

    lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0, 53, SE =

    0,17). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -2,99 dan p = 0,004 (p < 0,05).

    Besarnya pengaruh sebesar r = 0,37 atau setara dengan 13%. 2) Model

    pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh

    terhadap kemampuan mencipta. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M

    = 1,06, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol

    (M = 0,41, SE = 0,19). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(37,13) = -3,19 dan

    p = 0,003 (p < 0,05) . Besarnya pengaruh sebesar r = 0,46 atau setara dengan 21%.

    Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

    (TAI), kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, dan mata pelajaran IPA.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING TEAM ASSISTED

    INDIVIDUALIZATION (TAI) TYPE TOWARDS THE ABILITY OF

    EVALUATEING AND CREATING IN SCIENCE SUBJECT OF 5th GRADE

    SD KANISIUS WIROBRAJAN I YOGYAKARTA

    Valentina Galuh Sunaryati

    Sanata Dharma Univerrsity

    2018

    The background of this research is the concern over the low level of

    science’s literacy by Indonesian students according to PISA’s study between 2012

    and 2015. This research aims to determine the cooperative-learning models Team

    Assisted Individualization type (TAI) towards the ability to evaluate and create in

    science subject (IPA) class V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta in the even

    semester and 2017/2018 academic year.

    This research uses quasi experimental design tipe pretest-posttest non

    equivalent group design. The population of research is all students from 5th grade

    SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta as many as 58 students. The sample of

    research consists of 29 students of 5th Grade in Class B as the experimental group

    and 30 students of 5th Grade in Class B as the control group. The treatment that

    applied in experimental group is the cooperative-learning model Team Assisted

    Individualization type (TAI). There are eight steps in cooperative-learning model

    Team Assisted Individualization type (TAI), placement test, teams, teaching group,

    student creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class

    unit.

    The finding of this research shows that 1) Cooperative-learning models

    Team Assisted Individualization type (TAI) has affected to the ability to evaluate.

    The different average score of the experimental group (M=1,18, SE=0,12) is higher

    than the average score in the control group. The significant differences with t(54)

    = -2,99 and p=0,004 (p

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang selalu melimpah kepada

    peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat

    waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

    TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA

    MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1

    YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan

    dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

    Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd, selaku Wakil Ketua Program Studi

    Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    4. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang

    telah membimbing, mendukung, dan memberi perhatian dengan sabar dan

    bijaksana.

    5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II

    yang telah membimbing dengan penuh keceriaan dan kesabaran.

    6. Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku Dosen Penguji 3 yang telah

    memberikan masukan pada penulisan penelitian ini.

    7. Ernawati S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan 1

    Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian dengan

    tangan terbuka.

    8. M. M. Sriwahyuni, S.Pd., selaku Guru mitra yang telah membantu

    pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

    9. Albertus Nugroho S.Pd., selaku Guru kelas V A yang telah memberikan ijin

    untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    10. Siswa kelas V A dan V B SD Kanisius Wirobrajan 1 tahun ajaran 2017/2018

    yang bersedia terlibat dalam penelitian.

    11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses

    perijinan penelitian skripsi.

    12. Kedua Simbah Samino dan Suwarti yang dengan sabar dan penuh semangat

    mendampingi serta memberikan segala yang dibutuhkan.

    13. Kedua orang Tua Sunardi dan Haryati, yang selalu memberikan dukungan

    dan semangat.

    14. Adekku, Pius, Vio, dan Dharu yang selalu memberikan penghiburan dan

    keceriaan.

    15. Tanteku tercinta Tiwi, yang selalu mengejar-ngejar untuk menyelesaaikan

    tugas akhir.

    16. Sahabatku Dyan, Icha, Nisa, Ther, Ruri, Brigita, Mbak Ria yang

    memberikan pandangan berbeda serta kasih sayang.

    17. Sahabatku Mbak Rahma yang setia menemani ketika lelah ketika

    mengerjakan tugas akhir.

    18. Sahabat penelitian kolaboratif Mbak Ria, Mbak Ana, Brigita, Tina, Suster

    Yosefa, There, Ruri, Pipit, Ratna, Sinta, Arin, Mbak Al, Galih, Becky,

    Ayudya, Karlina, Siska, Reina, dan Benita telah memberikan bantuan

    selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

    19. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah

    banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Peneliti menyadari

    bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti.

    Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan

    senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    dunia pendidikan dan para pembaca.

    Peneliti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii

    ABSTRAK ......................................................................................................... viii

    ABSTRACT ........................................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

    1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

    1.5 Definisi Operasional................................................................................... 7

    BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9

    2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 9

    2.1.1 Teori yang Mendukung ........................................................................ 9

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 28

    2.2.1. Penelitian-penelitian Mengenai (TAI) ................................................ 28

    2.2.2 Penelitian tentang Mengevaluasi dan Mencipta ................................... 30

    2.2.3 Literature Map ..................................................................................... 33

    2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 34

    2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

    3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 36

    3.2 Setting ....................................................................................................... 38

    3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 38

    3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 39

    3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 40

    3.3.1 Populasi ................................................................................................ 40

    3.3.2. Sampel ................................................................................................. 40

    3.4. Variabel Penelitian .................................................................................... 41

    3.4.1. Variabel Independen ........................................................................... 41

    3.4.2 Variabel Dependen ............................................................................... 41

    3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    3.6. Instrumen Penelitian.................................................................................. 44

    3.7. Teknik Pengujian Instrumen ..................................................................... 45

    3.7.1. Uji Validitas ........................................................................................ 45

    3.7.1.1. Validitas Permukaan ..................................................................... 45

    3.7.1.2. Validitas Isi ................................................................................... 46

    3.7.1.3. Validitas Konstruk ........................................................................ 46

    3.7.2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 47

    3.8. Teknik Analisis Data. ................................................................................ 48

    3.8.1. Uji Pengaruh Perlakuan....................................................................... 48

    3.8.1.1. Uji Asumsi .................................................................................... 49

    1.Uji Normalitas Distribusi Data ............................................................ 49

    2. Uji Homogenitas Varian ..................................................................... 50

    3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................. 50

    3.8.1.3 Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan ............................................... 53

    3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 54

    3.8.2. Analisis Lebih Lanjut .......................................................................... 54

    3.8.2.1. Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest dan Posttes I.............. 54

    3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan ................................................................. 55

    3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I...................................... 57

    3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan..................................................... 57

    BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 59

    4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 59

    4.1.1 Implementasi Penelitian ....................................................................... 59

    4.1.2 Deskripsi Sebaraan Data ...................................................................... 66

    4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ............................................................ 69

    4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ............................................................ 81

    4.2 Pembahasan ................................................................................................. 94

    4.2.1 Ancaman Validitas Internal Penelitian .................................................. 94

    4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

    Terhadap Kemampuan Mengevaluasi ............................................................ 98

    4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

    Terhadap Kemampuan Mencipta.................................................................... 102

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 106

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 106

    5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 107

    5.3 Saran ........................................................................................................... 107

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 113

    CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 189

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran TAI .................................................. 18

    Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ................................................................... 39

    Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ........................................................... 43

    Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ....................................................... 44

    Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen kemampuan Mengevalusasi

    dan Mencipta ....................................................................................................... 47

    Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Kemampuan Mengevaluasi

    dan Mencipta ....................................................................................................... 48

    Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakukan ................................................... 53

    Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol ........................................................ 66

    Tabel 4.2 Sebaran Data kelompok Eksperimen .................................................. 67

    Tabel 4.3 Sebaran Data kelompok Kontrol ........................................................ 67

    Tabel 4.4 Sebaran Data kelompok Eksperimen .................................................. 68

    Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................... 70

    Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varian ............................................... 71

    Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ..................................................... 72

    Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ......................................... 72

    Tabel .4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................. 75

    Tabel 4.10 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............................................. 76

    Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek peningkatan Pretest ke Posttest I .................... 78

    Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara rerata Pretest dan Posttest I ...................... 79

    Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .............................................. 80

    Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data ................................................ 82

    Tabel 4.15Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varian .............................................. 83

    Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ................................................... 84

    Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................... 85

    Tabel 4.18 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................. 87

    Tabel 4.19 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............................................. 88

    Tabel 4.20 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ........... 90

    Tabel 4.21 Hasil Uji Korelasi Anatara Rerata Pretest ke Posttest I ................... 91

    Tabel 4.22 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .............................................. 92

    Tabel 4.23 Ancaman dalam Penelitian................................................................ 96

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif ................................................................. 21

    Gambar 2.2 Proses Siklus Air ............................................................................. 26

    Gambar 2.3 Bagan Penelitian Relevan................................................................ 31

    Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan ............................................................ 38

    Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................. 38

    Gambar 3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 42

    Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ........................................... 54

    Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ................................. 54

    Gambar 3.6 Rumus Perhitungan Presentase Peningkatan

    Pretest ke Posttest 1 ............................................................................................ 55

    Gambar 3.7 Rumus korelasi Pearson untuk data normal ................................... 56

    Gambar 3.8 Rumus Kerelasi Pearson untuk Data Tidak Normal ....................... 56

    Gambar 3.9 Rumus Gain Score ......................................................................... 56

    Gambar 3.10 Rumus persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II ...... 58

    Gambar 4.1 Garik Uji Pengaruh Perlakuan ........................................................ 73

    Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest 1 ...... 74

    Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Posttest I ke Posttest I ............... 76

    Gambar 4.4 Grafik Gain Score .......................................................................... 77

    Gambar 4.5 Grafik perbendingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II ........ 81

    Gambar 4.6 Garik Uji Pengaruh Perlakuan ........................................................ 87

    Gambar 4.7 Grafik Perbendingan Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest 1 ...... 87

    Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Posttest I ke Posttest I ............... 87

    Gambar 4.9 Grafik Gain Score .......................................................................... 90

    Gambar 4.10 Grafik perbendingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II ...... 94

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 114

    Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ...................................................... 115

    Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 116

    Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 119

    Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Kelompok Kontrol ................................... 122

    Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 129

    Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 135

    Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ..................................................................... 145

    Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 151

    Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 157

    Lampiran 3.4 Penilaian Nilai Expert Judgement ................................................ 161

    Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ............................................... 163

    Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 167

    Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok

    Kontrol dan eksperimen ...................................................................................... 165

    Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok

    Kontrol dan eksperimen ...................................................................................... 166

    Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ................................................. 167

    Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 169

    Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................ 171

    Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 173

    Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata

    Pretest ke Posttest I ............................................................................................. 174

    Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata

    Pretest ke Postest I ............................................................................................ 179

    Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I .................. 181

    Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ....................................... 183

    Lampiran 5.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ........................................................ 186

    Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ..................................... 188

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab ini akan dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

    pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional di

    Indonesia bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang

    beriman dan bartakwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

    bertanggungjawab. Tujuan pendidikan nasional dilakukan baik dari tingkat dasar

    hingga perguruan tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa mulai dibekali dengan

    beragam kegiatan pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung, mental, sosial,

    dan spiritual (Susanto, 2013: 72). Menurut Piaget siswa Sekolah Dasar masuk

    dalam kategori operasional konkret (7-11 tahun). Pada kategori tersebut siswa

    mulai mampu mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi pemecahan

    masalah dan cara untuk mengembangkannya secara sistematis (Budiningsih, 2012:

    37).

    Siswa yang ideal seharusnya memiliki enam kemampuan kognitif yaitu

    mengingat, memahami, menganalisis, mengaplikasi, mengevaluasi dan mencipta.

    Kemampuan mengevaluasi dan mencipta merupakan dua kemampuan tertinggi

    dalam aspek kognitif. Saat siswa dapat mengevaluasi suatu masalah maka siswa

    akan mengemukakan dan membuat solusi dari permasalahan tersebut (Anderson &

    Krathwohl, 2010: 125). Proses belajar mengajar sangat penting untuk diperhatikan,

    karena proses tersebut merupakan tahap di mana anak memperoleh informasi.

    Komponen dalam proses belajar mengajar antara lain pendekatan, metode, model,

    stategi, teknik, materi, media, guru, dan siswa. Proses belajar mengajar memerlukan

    komponen tersebut, karena jika komponen tersebut dipadukan akan menjadi

    pembelajaran yang berkualitas (Majid, 2014: 115). Namun, pendidikan di Indonesia

    belum memperhatikan hal-hal tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang baik, hal ini ditunjukkan dari

    penelitian yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam naungan Organization

    Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama Program for

    International Student Assessment (PISA) telah mengadakan sebuah survei

    mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa yang diadakan setiap 3

    tahun sekali. Survei dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

    dalam menghadapi tantangan pada kehidupan nyata. Studi ini juga digunakan untuk

    mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan

    mengolah informasi, kemampuan melihat keseluruhan masalah, dan kemampuan

    menarik benang merah dari berbagai data yang tersedia. Pada hasil PISA tahun

    2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan hasil skor literasi

    IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA tahun 2015, Indonesia berada

    pada peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 403 (OECD,

    2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil skor literasi IPA

    dari 382 menjadi 403, namun peringkat Indonesia masih berada di 10 besar

    terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Wisudowati dan Sulistyowati (2014: 11)

    menyetakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa di Indonesia tergolong

    rendah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi:

    karakteristik peserta didik, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan

    konsep diri, starategi belajar, tingkat kehadiran, dan rasa memiliki. Faktor yang

    sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk strategi yang diciptakan

    guru untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dalam

    mempelajari IPA dan menggunakan konsep-konsep tersebut dalam memahami

    lingkungan.

    Selain rendahnya skor literasi IPA di Indonesia, penelitian lain yang

    dilakukan oleh Susanti mengatakan bahwa lebih dari 50% siswa yang tidak mampu

    menyelesaikan soal-soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal

    ini, tergambar dari siswa masih banyak mengalami kesulitan mensistematis,

    menginterpretasi, dan mengevaluasi ide dalam menyelesaikan masalah, siswa

    belum membuat generalisasi umum dari suatu masalah, dan siswa masih sulit dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    membuat rumusan masalah, dan kesulitan dalam menarik kesimpulan (Susanti,

    2014: 34).

    Hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa

    Indonesia masih rendah pada hasil skor literasi IPA dan masih rendahnya

    kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan taksonomi Bloom kemampuan

    berpikir tingkat tinggi terdiri dari kemampuan mengevaluasi dan kemampuan

    mencipta. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang mampu membuat

    keputusan berdasarkan kriteria dan standar (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).

    Kegiatan mengevaluasi mengarah pada kegiatan pengujian pembandingan dengan

    kriteria (sesuai atau tidak), dan penerapan sejauh mana suatu rencana berjalan

    dengan baik, serta menuntut siswa untuk lebih tanggap terhadap kekeliruan pada

    suatu masalah. Sedangkan kemampuan mencipta adalah proses menyusun elemen-

    elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional (Anderson &

    Krathwohl, 2010: 128). Kegiatan mencipta diawali dengan memberikan suatu

    contoh permasalahan pada siswa, kemuadian mereka berusaha memahami

    permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya.

    Rendahnya hasil skor literasi IPA dan rendahnya kemampuan berpikir

    tingkat tinggi di Indonesia seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Meskipun

    pemerintah sudah menetapkan kurikulum baru sebagai suatu jalan agar pendidikan

    di Indonesia menjadi lebih baik namun hasil yang didapat belum memuaskan.

    Pemerintah bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan rendahnya nilai IPA dan

    rendahnya keampuan mengevaluasi dan mencipta. Faktor lain yang diduga menjadi

    penyebab kurangnya pengembangan kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada

    siswa adalah model pembelajaran di sekolah yang masih banyak menggunakan

    metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan

    pelajaran melalui penurutan secara lisan atau penjelasan langsung kepada

    sekelompok siswa oleh guru (Sanjaya, 2006: 147). Guru berperan aktif dalam

    pembelajaran sehingga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah

    mengerti dengan yang dijelaskan atau belum.

    Berdasarkan realita yang terjadi pada uraian di atas, peneliti tertarik

    menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk membantu siswa

    mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Siswa mampu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    memenuhi tujuan pembelajaran secara optimal. Jika mereka mampu

    mengembangkan proses kognitifnya bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu

    kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Penelitian ini akan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif. Alasan menggunakan model kooperatif karena model ini

    mampu mencerminkan keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokrasi

    secara bersamaan juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka

    (Lie, 2002: 11). Model pembelajaran kooperatif memiliki bermacam-macam tipe,

    seperti grup penyelidikan (Grup Investigation), circle of learning (Learning

    Together), jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams-Achievement

    Division (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game

    Tournament (TGT) dan sebagainya (Rusman, 2013: 211). Dari berbagai tipe

    kooperatif tersebut peneliti memilih tipe Team Assisted Individualization (TAI).

    Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

    adalah model pembelajaran yang mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan

    individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa

    (Slavin, 2008: 187). Alasan peneliti menggunakan model tersebut karena, model ini

    menggabungkan pembelajaran yang tidak hanya berputar pada guru namun

    berputar pada siswa (Shoimin, 2014: 200). Model pembelajaran ini juga

    mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individu,

    memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif, dan memecahkan

    masalah kesulitan belajar individu (Widyantini, 2006: 11).

    Model pembelajaran kooperatif tipe TAI penting bagi perkembangan

    kognitif individu, sebagimana yang diungkapkan Vygotsky bahwa perkembangan

    kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan

    sekitarnya, baik teman sebaya, orang dewasa, atau orang lain dalam lingkungannya

    (Baharudin & Wahyuni, 2007: 128-132). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI

    memiliki delapan langkah yaitu placement test, teams, teaching group, student

    creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class unit

    (Shomin, 2014: 200-201). Adapun manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe

    TAI adalah (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

    sendiri pengetahuannya, (2) semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk

    dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (3) merupakan model pembelajaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    yang efektif dan optimal dapat digunakan untuk menyesuaikan strategi

    pembelajaran dengan kemampuan siswa yang beragam, (4) siswa tidak hanya

    menguasai materi saja tetapi juga dilatih keterampilan khusus yang disebut dengan

    keterampilan kooperatif (Ariawan, Rai, & Putra, 2014).

    Penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan

    suatu kemampuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI,

    misalnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berpengaruh terhadap

    prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Hadinata, Syahruddin, & Tegah,

    2013), Penerapan model pembelajaran koopeeratif tipe TAI berpengaruh terhadap

    hasil belajar siswa mata pelajaran IPS (Wulandari, Sujana, dan Ganing, 2014),

    penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

    (TAI) berbantuan media PowerPoint berpengaruh terhadap hasil belajar mata

    pelajaran PKn (Putra, Asri, & Manuaba 2014). Ketiga penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI berpengaruh terhadap variabel

    dependen. Selain itu, berbagai penelitian dan jurnal juga pernah diterbitkan untuk

    mendukung pengembangan kemampuan mengevaluasi dan mencipta dengan

    metode tertentu misalnya pembelajaran inovatif (Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri)

    dengan model pembelajaran tradisional (DI) terhadap kemampuan berpikir kreatif

    (Arnyana, 2006). Penelitian lain tentang pembelajaran Problem Solving dengan

    mind mapping berpengararuh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Ristiasari,

    Priyono, & Sukaesih, 2012), dan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil

    belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Putri, Dasna, &

    Sulistina, 2013).

    Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penerapan model TAI terhadap

    kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1

    semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Peneliti memilih SD Kanisius Wirobrajan

    1 sebagai tempat penelitian karena SD Kanisius Wirobrajan 1 memiliki kelas

    paralel yaitu A dan B dari kelas I-VI sehingga cocok untuk melakukan penelitian

    eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VA yang

    berjumlah 29 siswa dan kelas VB yang berjumlah 29 siswa. Kelompok kontrol yang

    digunakan untuk penelitian adalah kelas VA, dan kelompok eksperimen

    menggunakan kelas VB. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Kompetensi Dasar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta

    kelangsungan makhluk hidup. Materi yang akan digunakan untuk penelitian

    difokuskan pada “Siklus Air”.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Apakah penerapan model Team Assisted Individualization (TAI)

    berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi mata pelajaran IPA pada

    siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakrta Semester gasal tahun

    ajaran 2017/2018?

    1.2.2 Apakah penerapan model Team Assisted Individualization (TAI)

    berpengaruh terhadap kemampuan mencipta mata pelajaran IPA pada siswa

    kelas V di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun

    ajaran 2017/2018?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Mengetahui pengaruh model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap

    kemampuan mengevaluasi mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SD

    Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

    1.3.2 Mengetahui pengauh model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap

    kemampuan mencipta mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SD Kanisius

    Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi siswa

    Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan model Team Assisted

    Individualization (TAI) dapat berpengaruh terhadap kemampuan

    mengevaluasi dan mencipta dalam pembelajaran IPA.

    1.4.2 Bagi guru

    Menambah pengetahuan tentang menerapkan model Team Assisted

    Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan

    mencipta yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    1.4.3 Bagi sekolah

    Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran Team

    Assisted Individualization (TAI) yang dapat mempengaruhi kemampuan

    mengevaluasi dan mencipta.

    1.4.4 Bagi peneliti

    Memperoleh pengalaman langsung dalam menggunakan model Team

    Assisted Individualization (TAI) dapat berpengaruh terhadap kemampuan

    mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA sehingga dapat berguna

    sebagai bekal mengajar pada masa datang.

    1.5 Definisi Operasional

    1.5.1 Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif

    dan terlibat dalam proses pembelajaran dengan temannya dengan cara

    pembelajaran dibuat secara berkelompok.

    1.5.2 Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang dilakukan dalam

    membantu kegiatan belajar siswa agar menciptakan suasana belajar yang efektif

    dan menyenangkan.

    1.5.3 Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah model

    pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran berkelompok dengan

    pembelajaran individual, memiliki delapan langkah yaitu placement test, teams,

    teaching group, student creative, team study, test, team scores and team

    recognition, whole-class unit.

    1.5.4 Kemampuan kognitif Bloom adalah kemampuan yang terdiri dari kemampuan

    mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan

    mencipta.

    1.5.5 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang memberikan penilaian

    terhadap suatu kegiatan ataupun hasil karya berdasarkan kriteria tertentu yang

    meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik.

    1.5.6 Kemampuan mencipta adalah kemampuan yang membuat suatu hasil karya

    berdasarkan pengetahuan yang telah dimilki dan aturan tertentu, yang meliputi

    kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan

    memproduksi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    1.5.7 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari gejala-gejala alam

    yang terdapat di lingkungan sekitar.

    1.5.8 Siswa SD adalah siswa yang duduk di kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 pada

    semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir,

    dan hipotesis penelitian.

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

    2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif

    Teori perkembangan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

    perkembangan Piaget dan Vygotsky. Alasan menggunakan teori tersebut karena

    pada teori Piaget membahas tentang tahap perkembangan anak. Dengan begitu

    peneliti memiliki landasan untuk membuat media yang sesuai dengan tahap

    perkembangan siswa Sekolah Dasar. Kemuadian alasan menggunakan teori

    Vygotsky karena penelitian ini tentang penerapan salah satu model pembelajaran

    kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Teori Vygotsky membahas

    tentang sosiohistoris. Teori ini menyatakan pentingnya interaksi soisal antar siswa.

    1. Teori Perkembangan Anak

    Perkembangan yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat

    diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang

    sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan bersifat tetap

    dan maju (Ahmadi & Sholeh, 2005: 1).

    Piaget (dalam Budiningsih, 2012: 35) adalah seorang tokoh psikologi

    kognitif yang besar pengaruhnya terhadap pemikiran para pakar kognitif lainnya.

    Perkembangan kognitif merupakan suatu proses generik, yaitu suatu proses yang

    didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan

    bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan

    semakin meningkat pula kemampuannya.

    Piaget mengatakan, proses belajar seseorang mengikuti pola tahap-tahap

    perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis,

    artinya harus dilakukan berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    belajar sesatu yang berbeda di luar tahap kognitifnya. Piaget, membagi tahap-tahap

    perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Budiningsih, 2012: 37-39):

    a. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)

    Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan

    persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangan berdasarkan

    tindakan, dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya

    antara lain. (1) melihat dirinya sendiri sebagai mahluk yang berbeda dengan

    objek di sekitarnya, (2) mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara,

    (3) suka memperhatikan sesuatu lebih lama, (4) mendefinisikan sesuatu

    dengan memanipulasi, (5) memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu

    ingin merubah tempatnya.

    b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol

    atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap

    ini dibagi menjadi dua yaitu pra-operasional dan intutif. Pra-operasional (2

    - 4 tahun), anak telah mampu menggunakan Bahasa untuk mengembangkan

    konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Tahap intutif (umur 4 - 7

    tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan

    yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan

    dengan kata-kata. Oleh sebab itu pada usia ini anak telah dapat

    mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang

    memiliki pengalaman yang luas.

    c. Tahap Operasional - Konkret (usia 7 – 11 tahun)

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai

    menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya

    reversibel dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis,

    akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Pada tahap ini

    anak perlu diberi gambaran yang konkret.

    d. Tahap Operasional - Formal (usia 11 tahun ke atas )

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berikir

    abstrak dan logis dengan mengguakan pola berpikir “kemungkinan”. Pada

    tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat berpikir secara abstrak. Bekerja

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    secara efektif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi, berpikir secara

    proporsional, menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

    Berdasarkan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, anak

    usia Sekolah Dasar masuk dalam tahapan operasional konkret di mana anak

    telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam

    memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2000:

    70). Tahap ini ditandai dengan adanya inteligensi yang sudah sangat maju

    namun dengan cara berpikir yang masih terbatas, sehingga diperlukan

    model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Piaget

    (dalam Desmita, 2009: 98) menyatakan bahwa konsep dan prinsip tentang

    sifat-sifat perkembangan kognitif anak, aktifitas anak selama pembelajar,

    anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari pengalamannya,

    anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan

    akomodasi, dan proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan kearah

    bentuk-bentuk pemikiran yang kompleks.

    2. Teori Pembelajaran Sosiohistoris

    Vygotsky (dalam Salkind 2009: 373) dikenal sebagai teori sosiokultural

    (sociocultural theory), yang berarti bahwa penekanan utama diberikan pada

    pengaruh interaksi sosial dan kultural dalam perkembangan. Vygotsky berpendapat

    bahwa, interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran anak, dan karena

    perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu berlangsung, maka

    perbedaan pemikiran maupun perilaku akan berlangsung pada perbedaan kultural

    di mana semua itu terjadi.

    Terdapat empat ide pokok yang menjadi dasar teorinya yaitu: pertama, anak

    mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Artinya, peserta didik aktif dalam

    perkembangan mereka (Salkind, 2009: 374). Kedua perkembangan tidak bisa

    dipisahkan dari konteks sosialnya. Dalam ungkapan yang sederhana,

    perkembangan dan konteks sosial adalah hal yang satu dan sama. Ketiga,

    pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, maksudnya adalah pembelajaran

    menjadi persiapan bagi terjadinya perkembangan. Dengan demikian guru yang

    mempersiapkan atau menunjukkan langkah awal dengan memberikan tugas tertentu

    untuk dikerjakan oleh siswa. Keempat, bahasa memainkan peran sentral dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    perkembangan mental. Dalam pandangan Vygotsky , bahasa adalah sarana kultural

    yang memungkinkan pikiran anak untuk tumbuh dan bertambah luas (Salkind,

    2009: 374) .

    Perkembangan anak berlangsung pada interaksi anak dengan orang lain dan

    dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang disediakan oleh kultur dan

    membantu membentuk pandangan dunia anak. Proses fundamental pembelajaran

    berlangsung melalui interaksi anak dengan seseorang yang berpengetahuan, entah

    itu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 373).

    Vygotsky menyakini mengenai pentingnya pengaruh sosial, khususnya

    pengajaran, pada perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep Zona

    Perkembangan Proksimal. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal

    Development atau ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk kisaran tugas-tugas yang

    terlalu sulit saat sang anak melakukannya sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan

    bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang terampil (Santrock,

    2009: 62). Zone of Proximal Development atau ZPD memiliki batas atas dan batas

    awah. Batas bawah ZPD adalah tingkat kerampilan yang dapat diraih oleh anak

    yang dapat dilakukan secara mandiri, sedangkan batas atas ZPD adalah

    tanggungjawab tambahan yang diterima anak dengan dengan bantuan seseorang

    pengajar yang kompeten (Santrock, 2009: 62).

    Scaffolding adalah teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan

    untuk belajar. Scaffolding erat berhubungan dengan konsep ZPD, Scaffolding

    berarti mengubah tingkat dukungan. Sepanjang sesi pengajaran, seseorang lebih

    terampil (seorang guru atau teman sebaya yang lebih ahli) menyesuaikan jumlah

    bimbingan sesuai dengan kinerja anak yang ada. Scaffolding biasa digunakan untuk

    membantu siswa mencapai batas atas dari ZPD mereka. Dialog adalah sebuah alat

    Scaffolding yang penting dalam ZPD. Vygotsky berpandangan bahwa, anak-anak

    memiliki konsep yang kaya, tetapi tidak sistematis, tidak terorganisasi, dan spontan

    (Santrock, 2009: 63).

    Vygotsky berpendapat, co-operation (kerja sama) adalah yang menjadi

    dasar belajar. Instruksi atau pengajaran yang diberikan oleh orang lain yang lebih

    berpengaruh seperti orang tua, teman sebaya, atau guru merupakan sarana transaksi

    utama pengetahuan tertentu (Muijs & Reynolds, 2008: 27). Dukungan teori

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran

    kooperatif. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka

    untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dari Piaget ke Vygotsky ada

    pergeseran konseptual dari individu ke kelompok, interaksi sosial, dan sosio

    kultural. Vygotsky menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui

    interaksi sosial dengan orang lain (Suprijono, 2009: 55).

    2.1.1.2 Model Pembelajaran

    Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah

    direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,

    mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas (Joice

    & Weil, dalam Isjoni, 2013: 73). Model pemebelajaran adalah kerangka konseptual

    yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan sebagai

    pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

    merencanakan aktifitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 74). Model pembelajaran

    adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori prikologi pendidikan

    dan teori yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

    dan operasional di kelas (Al-Tabany, 2014: 24). Berdasarkan pendapat ahli tersebut

    peneliti dapat menarik benang merah bahwa model pembelajaran adalah

    pembelajaran yang dilakukan dalam membantu kegiatan belajar siswa agar

    menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan.

    Ciri-ciri model pembelajaran yaitu rasional teoritik logis yang disusun oleh

    para pencipta atau pengembangnya. Landasan pemikiran tentang apa dan

    bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), tingkah laku

    mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan dengan berhasil,

    lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Al-

    Tabany, 2014: 24).

    2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

    1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja

    mengembangkan interaksi yang asuh untuk menghindari ketersinggungan dan

    kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    masyarakat (Sugianto, 2010: 40). Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan

    dimana peserta didik bekerja sama antara satu dengan yang lain dalam kelompok

    belajar kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan

    oleh guru (Isjoni, 2013: 20). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

    dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

    kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok homogen

    (Slavin, dalam Rusman, 2013: 201). Berdasarkan teori tersebut peneliti dapat

    menarik benang merah bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

    yang mengajak siswa untuk aktif dan terlibat dengan temannya, dengan cara

    pembelajaran tersebut dibuat secara berkelompok.

    Model pembelajaran kooperatif merupakan teori belajar kooperatif

    konstruktif. Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk berinteraksi secara

    aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini memungkinkan untuk pertukaran ide dan

    pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan filsafah

    konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

    kelompok. Unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan belajar

    kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem

    pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas

    dengan lebih efektif (Rusman, 2013: 203).

    2. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

    Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) siswa bekerja dalam

    kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok

    dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3)

    bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan jenis kelamin

    yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

    (Rusman, 2013: 208).

    3.Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

    Unsur-unsur pembelajaran kooperatif (Isjoni 2013: 16-17) adalah (1) para

    siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”,

    (2) para siswa harus memiliki tangung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain

    dalam kelompoknya, selain tangung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari

    materi yang dihadapi, (3) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    memiliki tujuan yang sama, (4) para siswa membagi tugas dan bertanggung jawab

    diantara para anggota kelompok, (5) para siswa diberikan satu evaluasi atau

    penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (6) para

    siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja

    sama selama belajar, (7) setiap siswa akan diminta mempertangung jawabkan

    secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

    4. Jenis-jenis Pembelajaran kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah-

    langkah yang berbeda. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

    Grup penyelidikan (Grup Investigation), circle of learning (Learning Together),

    jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams-Achievement Division

    (STAD), Team Assisted-Individualization (TAI), Teams Game Tournament (TGT)

    dan sebagainya (Rusman, 2013: 211).

    Salah satu tipe di atas yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah

    pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Tipe ini

    dipilih karena pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengkombinasikan

    antara kegiatan kelompok dan kegiatan individu. Maka diharapkan, akan tercipta

    kegiatan yang positif dan menyenangkan bagi siswa.

    5. Manfaat pembelajaran kooperatif

    Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat yaitu (1) meningkatkan

    kepekaan dan kesetiakawanan sosial, (2) memungkinkan para siswa saling belajar

    mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-

    pandangan, (3) memudahakan siswa melakukan penyesuaian dengan lingkungan,

    (4) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen,

    (5) menghilangkan sikap menang sendiri atau egois, (6) membangun persahabatan

    yang berlanjut hingga masa dewasa, (7) berbagai keterampilan sosial yang

    diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan

    dipraktekkan, (8) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (9)

    meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam berbagai situasai dan

    berbagai perspektif, (10) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain

    yang dirasa lebih baik, (11) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    perbedaan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas

    (Sugianto, 2010: 43-44).

    6. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

    Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengejarkan kepada siswa

    keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Isjoni, 2013: 109). Keterampilan ini amat

    penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa, dan Negara.

    Mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini mengatasi masalah-masalah sosial

    semakin kompleks.

    2.1.1.4 Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

    1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

    Individualization (TAI)

    Model pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu model pembelajaran yang

    memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan

    siswa secara berkelompok (Wulandari, Sujana, & Ganing, 2014). Temuan lain juga

    dikemukakan oleh Slavin (2008: 187) yang menyatakan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang mengadaptasi

    pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa

    maupun pencapaian prestasi siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti dapat

    menarik benang merah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah

    pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran berkelompok, dengan

    pembelajaran individu.

    Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki dasar pemikiran

    yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap kemampuan pencapaian prestasi

    siswa. Dalam pembelajaan TAI siswa ditempatkan dalam kelompok kecil terdiri

    dari 4-5 siswa yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan

    secara individu bagi siswa yang memerlukannya (Suyitno, dalam Shoimin, 2014:

    200). Model pembelajaram kooperatif tipe TAI dimulai sebagai usaha merancang

    sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah

    yang membuat metode pengajaran individu menjadi lebih efektif. Hal ini yang

    membuat model pembelajaran TAI banyak dijadikan alternatif pembelajaran

    disetiap satuan pendidikan (Slavin, 2010: 189).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    2. Ciri-cir Pembelajaran TAI

    Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara

    individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil

    belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling

    dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab

    atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama (Wulandari, Sujana, &

    Ganing, 2014).

    3. Komponen Pembelajran TAI

    Model pemelajaran kooperatif tipe TAI memiliki delapan komponen adalah

    (Nizar, dalam, Sitangga & Sirait, 2015: 38):

    a. Teams,yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari atas 4

    sampai 5 peserta didik.

    b. Placement Test, yaitu pemberian pretest kepada peserta didik atau melihat

    rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta

    didik pada bidang tertentu

    c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

    menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau

    dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

    d. Team Study, yaitu tindakan kelas yang harus dilaksanakan oleh kelompok

    dan guru memberikan bantuan secara individul kepada peserta didik yang

    membutuhkan.

    e. Team Scores And Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil

    kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok

    yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang

    berhasil dalam menyelesaikan tugas.

    f. Teaching Group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang

    pemberian tugas kelompok.

    g. Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh

    peserta didik.

    h. Whole-Class Unit, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu

    pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

    Model pembeajaran TAI memiliki delapan langkah yaitu (Shomin, 2014:

    200-201):

    Tabel: 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran TAI

    Langkah Kegitan

    Langkah 1:

    Placement Test Pada langkah ini siswa menerima soal tes awal.

    Langkah 2:

    Teams

    Siswa membentuk kelompok yang bersifat homogen yang terdiri dari 4-5

    siswa.

    Langkah 3:

    Teaching Group

    Siswa memperhatikan guru memberikan materi secara singkat menjelang

    pemberian tugas kelompok

    Langkah 4:

    Student Creative

    Siswa menekanakan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setaip

    individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

    Langkah 5:

    Team Study

    Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang

    diberikan dalam kelompok.

    Langkah 6:

    Test Siswa mengejakan soal tes berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

    Langkah 7:

    Team Score and

    Team

    Recognition

    Siswa menghitung skor hasil kerja kelompok. Bagi kelompok yang

    mendapatkan skor paling tinggi maka akan mendapatkan “gelar” atau

    pengahargaan.

    Langkah 8:

    Whole-Class

    Unitss

    Siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan materi, diakhiri dengan

    strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelas.

    5. Manfaat Model TAI

    Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1)

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri

    pengetahuannya, (2) semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk dapat

    berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (3) merupakan model pembelajaran yang

    efektif dan optimal dapat digunakan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran

    dengan kemampuan siswa yang beragam, (4) siswa tidak hanya menguasai materi

    saja tetapi juga dilatih keterampilan khusus yang disebut dengan keterampilan

    kooperatif (Ariawan, Rai, & Putra, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    2.1.1.5 Taksonomi Bloom

    Kata “Taksonomi” diambil dari Bahasa Yunani tassein yang mengandung

    arti “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi dapat

    diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)

    tertentu. Posisi taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih

    rendah bersifat lebih spesifik (Kuswara, 2011: 8). Taksonomi terdiri dari kelompok

    (taksa) dan materi pelajaran yang diurutan menurut persamaan dan perbedaan,

    prinsip atau dasar klasifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam

    struktur, perilaku, dan fungsi (Kuswana, 2011: 9).

    Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dalam sebuah

    taksonomi terdapat kategori-kategori yang merupakan satu kontinum. Kontinum

    adalah salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam teksonomi tersebut di mana dalam

    taksonomi pendidikan yang diklasifikasikan adalah tujuanya. Rumusan tujuan

    berisi satu kata benda. Kata kerja akan mendeskripsikan proses kognitif yang

    digarapkan, sedangkan kata bendanya jamak untuk mendeskripsikan pengetahuan

    yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl

    2010: 6).

    Kategori-kategori pada dimensi kognitif merupakan klasifikasi dari proses

    kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan pendidikan.

    Kategori-kategori ini menentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai

    dalam tujuan-tujuan dibidang pendidikan, yaitu mengingat, memahami,

    mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses-proses kognitif

    tersebut akan dijadikan secara rinci sebagai berikut (Anderson & Krathwohl, 2010:

    43).

    1. Mengingat

    Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

    jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan adalah pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural, atau metakognitif. Kata kerja operasional dari mengingat

    adalah mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 99).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    2. Memahami

    Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik

    yang bersifat lisan, tulis ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,

    buku, atau layar komputer. Kata kerja operasional memahami terdiri dari

    menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

    membandingkan, dan menjelaskan (Anderson & Krathwohl, 2010: 105).

    3. Mengaplikasi

    Mengaplikasi adalah proses melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu

    untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kata kerja

    operasional kemampuan mengaplikasi terdiri dari mengeksekusi dan

    mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 116).

    4. Menganalisis

    Menganalisis adalah proses memecahkan materi jadi bagian-bagian kecil dan

    menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan struktur keseluruhannya.

    Kata kerja operasional kemampuan menganalisis terdiri dari membedakan,

    mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 120).

    5. Mengevaluasi

    Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan

    standar. Kata kerja operasinal kemampuan mengevaluasi adalah memeriksa dan

    mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).

    6. Mencipta

    Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang

    koheren atau fungsional. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah

    merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010:

    128).

    Peneliti akan membahas lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan

    mengevaluasi dan mencipta dalam penelitian ini, karena kedua kemampuan

    tersebut menjadi variabel dependen pada penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif

    (Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-tshFDIUn_wA/V56BM0jZCXI/AAAAAAAAAJs/-

    Tog0lwwqCIDQU73B2_vWrnIHNb5T5ORgCLcB/s1600/penelusuran%2Banderson.jpg)

    2.1.1.6 Proses Kognitif Mengavaluasi dan Mencipta

    1. Mengevaluasi

    Mengevaluasi didefiniskan sebagai membuat keputusan berdasarkan

    kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,

    efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa.

    Standar-standarnya biasanya bersifat kuantitatif. Perlu diingat bahwa tidak semua

    keputusan bersifat evaluatif. Sebagaian besar sifat kognitif seharusnya

    mengharuskan pembuatan keputusan. Perbedaan yang paling mencolok antara

    mengevaluasi dan keputusan-keputusan lain yang dibuat siswa adalah penggunaan

    standar performa dengan kriteria yang jelas. Kategori mengevaluasi mencakup

    proses kogitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria

    internal) dan mengkritik (keputusan-keutusan yang diambil berdasarkan kriteria

    eksternal) (Anderson & Krathwohl, 2015: 125).

    a. Memeriksa

    Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan

    internal dalam suatu operasi suatu kesimpulan sesuai dengan premis-

    premisnya atau tidak, ataukah datanya mendukung atau mengolah hipotesis,

    atau apakah suatu bahan pelajaran berisikan bagian-bagian yang saling

    bertentangan. Jika dipadukan dengan merencanakan (proses kognitif falam

    mencipta) dan mengimplementasikan (proses kognitif dalam kategori

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    mengaplikasikan), memeriksa melibatkan proses menentukan seberapa baik

    rencana berjalan. Nama lain untuk memeriksa adalah menguji, mendeteksi,

    memonitor, dan mengordinasi (Anderson & Krathwohl, 2015: 126).

    Format asesmennya adalah tugas memeriksa dapat memanfaatkan

    proses atau produk yang diberikan kepada siswa, atau yang diciptaka oleh

    siswa sendiri. Memeriksa juga dapat terjadi dalam penerapan solusi pada

    suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas, yakni solusi atau tugas yang

    menguji konsistensi implementasinya (Anderson & Krathwohl, 2015: 126).

    b. Mengkritik

    Mengkritik melibatkan proses penilaian sesuatu produk atau proses

    berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa

    mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat

    keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik

    merupakan inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Nama lain dari

    mengkritik adalah menilai (Anderson & Krathwohl, 2015: 127).

    Format asesmennya adalah siswa diminta untuk mengkritik

    hipotesis, mengkritik pendapatnya sendiri atau pendapat orang lain.

    Kriterianya dapat disarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif atau

    kebudayaannya dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif dan

    negatif (Anderson & Krathwohl, 2015: 127). Peneliti memfokuskan

    penelitiannya terhadap dua aspek mengavaluasi, yaitu memeriksa dan

    mengkritik.

    2. Mencipta

    Mencipta melibatkan proses penyusunan elemen-elemen jadi sebuah

    keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan

    dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi

    sejumlah elemen atau bagian proses kognitif yang melibatkan dalam mencipta

    umumnya sejalan dengan pengalaman-pengelaman belajar sebelumnya.

    Meskipun mengharuskan cara berpikir kreatif, mencipta bukan ekspresi kreatif

    yang bebas sama sekali dan tidak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau

    situasi belajar (Anderson & Krathwohl, 2015: 128).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu,

    penggambaran masalah yang di dalamnya siswa berusaha memahami tugas

    asesmen dan mencari solusinya. Perencanaan solusi yang di dalamnya siswa

    mengkaji kemungkinan-kemungkinan dan membuat rencana yang dapat

    dilakukan, dan eksekusi solusi yang di dalamnya siswa berhasil melaksanakan

    rencananya dengan baik maka, dapatlah dikatakan bahwa proses mencipta

    dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya siswa memikirkan berbagai

    solusi ketika berusaha memahami tugas (merumuskan). Tahap selanjutnya

    adalah konvergen, di dalamnya siswa merencanakan metode solusi dan

    mengubanya jadi rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir adalah

    melaksanakan rencana dengan mengkonstruksi (memproduksi) (Anderson &

    Krathwohl, 2015: 129).

    a. Merumuskan

    Merumuskan melibatkan proses penggambaran masalah dan

    membuat pilihan atau membuat hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu.

    Ketika merumuskan melampaui batasan-batasan pengetahuan lama dan teori-

    teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses berpikir divergen dan

    menjadi inti dari apa yang disebut berpikir kreatif (Anderson & Krathwohl,

    2015: 130). Merumuskan di sini dibatasi pada pengertian yang sempit.

    Memahami juga melibatkan proses merumuskan, yang di dalamnya termasuk

    menerangkan, mencontohkan, merangkum, menyimpulkan, mengkasifikasikan,

    membandingkan, dan menjelaskan. Tujuan memahami paling sering bersifat

    konvergen (yakni menganggap sebuah makna). Nama lain dari merumuskan

    adalah membuat hipotesis (Anderson & Krathwohl, 2015: 130).

    Format asesmennya yaitu untuk mengakses proses kognitif

    merumuskan, dibutuhkan format asesmen jawaban singkat yang meminta siswa

    membuat alternatif atau hipotesis Format jawaban singkat dibedakan jadi tugas

    konsekuensi (consequences task) dan tugas manfaat (uses task) (Anderson &

    Krathwohl, 2015: 131).

    b. Merencanakan

    Merencankan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian

    masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan adalah mempraktikkan

    langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah.

    Dalam merencanakan, siswa bisa jadi menentukan sub-sub tujuan, atau merinci

    tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.

    Nama lain dari merencanakan adalah mendesain (Anderson &

    Krathwohl 2015: 131). Format asesmennya, merencanakan dapat diakses

    dengan meminta siswa mencari solusi yang realistis, mendeskripsikan rencana-

    rencana penyelesaian masalah, atau melatih rencana-rencana penyelesaian

    masalah yang tepat (Anderson & Krathwohl, 2015: 132).

    c. Memproduksi

    Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk

    menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.

    Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, tujuan-tujuan yang termasuk dalam

    kategori mencipta bisa atau bisa pula tidak memasukkan orisinalitas atau

    kekhasan merupakan tujuan dari memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2015:

    132-133). Format asesmennya adalah Tugas yang jamak digunakan untuk

    mengakses kemampuan memproduksi. Siswa diminta untuk menciptakan

    produksi sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu (Anderson & Krathwohl,

    2015: 133). Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek

    kemampuan mencipta, yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

    2.1.1.7 Pembelajaran IPA

    IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta

    dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). IPA adalah pembelajaran yang

    merupakan integrasi antara proses inkuiri dan pengetahuan sehingga

    pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan pengembangan keterampilan

    ilmiah dan sikap ilmiah (Herawati, 2000: 13). IPA adalah ilmu pengetahuan yang

    mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan

    proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai

    produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip,

    dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010: 136). Berdasarkan teori

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    tersebut peneliti dapat benang bernang merah bahwa pembelajaran IPA adalah

    pelajaran yang memperlajari gejala-gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar.

    IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam, cara IPA

    mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya

    antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya

    membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya (Nash, dalam

    Samatowa, 2011: 3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

    sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan

    oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan

    gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan tersusun secara teratur. Berlaku

    umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis

    (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,

    satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya

    merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan

    ini tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara

    eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten

    (Powler, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA tidak hanya merupakan kumpulan

    pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara

    berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3).

    Pengajaran IPA di Sekolah Dasar perlu memberikan kesempatan anak untuk

    berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan

    dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011: 5). Keterampilan

    proses sains/ IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati,

    mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang terjadi, dan

    menguji prediksi-prediksi di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat kebenarannya

    (Paolo & Marten, dalam Samatowa, 2011: 5).

    2.1.1.8 Materi IPA Tentang Siklus Air

    Materi IPA pada penelitian ini diambil dari Tema 2 yaitu “Peristiwa dalam

    Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting”. Materi IPA yang

    difokuskan pada tema ini yaitu mengenai “Siklus Air”. Meskipun materi siklus air

    hanya dibatasi mengenai proses siklus air, akibat dari siklus air, dan manfaat air

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    dalam kehidupan. Kompetensi Dasar yang diambil yaitu 3.5 Mendeskripsikan

    siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk

    hidup.

    1. Proses Siklus Air

    Siklus atau daur artinya peristiwa atau rentetan kejadian alam yang terjadi

    terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti. Kejadian alam tersebut salah satu

    diantaranya adalah siklus air.

    Gambar 2.2 Proses Siklus Air

    (Sumber:https://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5i

    MGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gif)

    Akibat sinar matahari, air yang ada di lautan dan daratan sebagian menguap.

    Uap air ini akan naik ke atmosfer. Di atmosfer bumi, uap air tadi mengalami

    peristiwa pengembunan menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini kemudian

    mengumpul membentuk awan. Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi, terdapat

    lapisan udara yang bersuhu sangat dingin. Pada lapisan inilah, butiran-butiran air

    tadi mengalami pembekuan dan pemadatan atau mengalami kondensasi menjadi

    butiran-butiran es. Pada keadaan ini, dapat dilihat bentuk awan menebal dan

    menghitam. Jika butiran-butiran es ini sudah terkumpul sangat banyak, maka

    volume air beku menjadi banyak. Akibatnya kumpulan butiran-butiran es ini akan

    memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja massa air ini akan terkena tarikan

    gravitasi bumi menuju pusat bumi. Akibatnya butiran-butiran es ini akan jatuh ke

    permukaan bumi berupa air hujan (Hermana, 2009: 166).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gifhttps://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gif

  • 27

    Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi. Ada yang

    meresap dalam tanah, ada juga yang langsung mengalir ke sungai, danau, dan ada

    yang jatuh kembali ke lautan luas. Siklus ini akan terus berlangsung sehingga bumi

    kita tidak akan pernah kering. Peristiwa perputaran air di alam yang terjadi secara

    berulang dan terus menerus ini disebut siklus air (Hermana, 2009: 167).

    2. Akibat dari Siklus Air

    Hujan dapat membersihkan udara dan tumbuh-tumbuhan. Hujan dapat

    membuat lingkungan menjadi segar, bersih, dan nyaman. Hujan asam dapat

    menyebabkan kerusakan bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mencemari

    lingkungan. Demikian pula jika hujan dangat deras dalam waktu yang lama dapat

    menyebabkan banjir.

    Banjir disebabkan oleh sungai yang tidak mampu menampung aliran air

    yang mengalir pada saat yang bersamaan dengan volume yang sangat besar.

    Akibatnya air meluap menjadi banjir merusak daerah pinggiran aliran sungai,

    daerah perkotaan, dan merusak apa saja yang dilaluinya.

    Banjir dapat juga disebabkan air hujan yang tidak dapat tertahan di lereng

    gunung, perbukitan, dan daerah penampung air hujan. Umumnya lereng

    pegunungan dan perbukitan berupa hutan-hutan yang mampu menahan limpahan

    air hujan. Hutan-hutan ini bermanfaat dan berguna untuk mengendalikan curahan

    air hujan. Jika terdapat banyak hutan, berarti banyak terdapat pepohonan, dedaunan,

    semak belukar, rerumputan, dan humus yang tebal di permukaan tanah. Ketika

    terjadi hujan deras, air hujan tersebut akan tertahan oleh pepohonan, humus, semak

    belukar, rerumputan, sehingga air hujan mudah masuk dan meresap ke dalam tanah.

    Itulah sebabnya, di lingkungan hutan banyak sekali ditemukan mata air. Air dari

    mata air semacam ini rasanya segar, bening, dan sangat bersih. Mata air ini banyak

    mengandung mineral karena meresap ke dalam tanah dan mengalir tiada henti

    (Hermana, 2009: 167).

    Sebaliknya, jika di lereng gunung dan perbukitan sudah tidak berupa hutan

    lagi karena sudah dibakar, dibabat, dirusak, ditebangi, sehingga menjadi gundul dan

    gersang, maka tidak ada lagi humus. Sehingga apabila air hujan turun dengan deras

    dan lama maka air hujan ini tidak ada yang menahannya, dan langsung tumpah ke

    permukaan tanah. Tanah humus tidak mampu menyerap air begitu saja. Akibatkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    air langsung mengalir, mengikis, dan merusak tanah humus dan terbawa aliran air

    ke sungai (Hermana, 2009: 167).

    3. Manfaat Air dalam Kehidupan

    Manfaat air untuk kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.

    Aliran air sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Air juga untuk

    kegiatan olahraga seperti selancar, untuk kolam renang, memancing, dan lain

    sebagai