p3%5cdasbahorok%5cbab III

60
LAPORAN ANTARA Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-1 Sesuai dengan wilayah perencanaan penyusunan arahan pemanfaatan ruang DAS Bahorok, yang telah dijelaskan pada bab I, yang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Langkat, maka gambaran umum DAS Bahorok akan dilihat pada tingkat Kabupaten Langkat dan DAS Bahorok sendiri. 3.1 K ABUPATEN LANGKAT Sesuai dengan kebutuhan dalam analisa dan penyusunan arahan pemanfaatan ruang DAS Bahorok, maka informasi-informasi yang dibutuhkan pada tingkat Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut : letak geografis & administratif, h idrologi, hidrometeorologi, geomorfologi, goelogi, jenis & struktur tanah, kependudukan, ekonomi, penggunaan lahan dan prasarana wilayah. 3.1.1 L etak Geografis & Administratif Kabupaten Langkat yang mempunyai wilayah seluas kurang lebih 6.263,29 km 2 atau 626.329 hektar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada di bagian utara Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak antara 3 o 14’- 4 o 13’ Lintang Utara dan antara 97 o 52’ – 98 o 45’ Bujur Timur. Secara administrasi dibagi atas 2o kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut. GAMBARAN UMUM DAS B B A AH H O OR R O OK K BAB 3 3

description

sde

Transcript of p3%5cdasbahorok%5cbab III

Page 1: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-1

Sesuai dengan wilayah perencanaan penyusunan arahan pemanfaatan ruang

DAS Bahorok, yang telah dijelaskan pada bab I, yang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Langkat, maka gambaran umum DAS Bahorok akan dilihat pada tingkat Kabupaten Langkat dan DAS Bahorok sendiri.

3.1 KABUPATEN LANGKAT

Sesuai dengan kebutuhan dalam analisa dan penyusunan arahan pemanfaatan ruang DAS Bahorok, maka informasi-informasi yang dibutuhkan pada tingkat Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut : letak geografis & administratif, h idrologi, hidrometeorologi, geomorfologi, goelogi, jenis & struktur tanah, kependudukan, ekonomi, penggunaan lahan dan prasarana wilayah.

3.1.1 Letak Geografis & Administratif

Kabupaten Langkat yang mempunyai wilayah seluas kurang lebih 6.263,29 km2 atau 626.329 hektar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada di bagian utara Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak antara 3o14’- 4 o 13’ Lintang Utara dan antara 97 o 52’ – 98 o 45’ Bujur Timur. Secara administrasi dibagi atas 2o kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.

GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM DDAASS BBAAHHOORROOKK

BBAABB

33

Page 2: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-2

Secara administratif, Kabupaten Langkat berbatasan dengan :

? Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Selat Malaka

? Sebelah Selatan : Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara ? Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi

Sumatera Utara ? Sebelah Barat : Kabapaten Aceh Tenggara, Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam

Tabel 3.1 Nama-nama Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kabupaten Langkat

NO KECAMATAN LUAS (HA)

% LUAS JARAK KE IK

KAB (KM)

1 Bohorok 95.510 15,25 73 2 Salapian 46.990 7,50 55 3 Sei Bingei 33.845 5,40 45 4 Kuala 19.476 3,11 40 5 Selesai 15.208 2,43 30 6 Binjai 4.955 0,79 23 7 Stabat 9.064 1,45 0 8 Wampu 19.375 3,09 5 9 Batang Serangan 93.490 14,93 31 10 Sawit Seberang 43.507 6,95 28 11 Padang Tualang 27.491 4,39 36 12 Hinai 11.428 1,82 14 13 Secanggang 24.873 3,97 23 14 Tanjung Pura 16.578 2,65 18 15 Gebang 16.299 2,60 32 16 Babalan 10.180 1,63 40 17 Sei Lapan 30.681 4,90 40 18 Brandan Barat 9.200 1,47 45 19 Besitang 71.048 11,34 61 20 Pangkalan Susu 27.131 4,33 63

Jumlah 626.329 100,00 151

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

Page 3: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-3

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Langkat

Page 4: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-4

3.1.2 Topografi

Secara umum wilayah Kabupaten Langkat terletak pada elevasi 5 - 500 m di atas permukaan air laut (dpal). Berdasarkan peta topografi, wilayah dengan ketinggian 0 - 5 m dpal terletak di wilayah sebelah utara dan timur Kabupaten Langkat. Di beberapa wilayah ini sering terjadi banjir dan genangan. Misalnya, peristiwa banjir yang sering terjadi di Kabupaten Langkat, telah mengakibatkan hilangnya beberapa desa di Kecamatan Secanggang clan Tanjung Pura, sep erti Desa Pematang Cengal, Pantai Cermin, Kepala Sungai, Tapak Kuda, Selotong clan Padang Tualang. Banjir y ang terjadi secara periodik ini antara lain disebabkan oleh akumulasi dari berbagai kerusakan hutan di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Sei Wampu dan rusaknya ekosistem hutan bakau di pesisir pantai (SOPW Kabupaten Langkat-Sumatera Utara, 2003). Wilayah dengan ketinggian di atas 500 m dpal terletak di bagian selatan atau bagian hulu sungai-sungai besar, seperti Wampu dan Besitang. Pada umumnya beda tinggi yang ada sangat dratis, sebagai contoh adalah di Kecamatan Bahorok. Dari bentuk lahan perbukitan langsung ke bentuk lahan kipas aluvial.

Kelas kelerengan di Kabupaten Langkat beragam dari yang datar (0 - 3%) sampai yang sangat curam clan diklasifikasikan menjadi enam kelas. Kelas kelerengan 0 – 3o (kelas I) merupakan yang paling mendominasi di Kabupaten Langkat menempati sekitar 42,42% dari luas daratan. Penyebarannya berada di wilayah Timur Kabupaten Langkat membentang dan utara ke selatan. Sedangkan untuk kelerengan 4 o – 8o dengan luas 24,90%

Tabel 3.2

Distribusi Luas menurut Kelas Kelerengan di Kabupaten Langkat

NO. KELAS LERENG ( O )

LUAS HA %

1 0-3 264,683.26 42.42 2 4-8 155,348.62 24.90 3 8-15 4,954.34 0.79 4 15-25 39,008.06 6.25 5 25-45 75,056.52 12.03

6 45-100 84,893.78 13.61

Sumber: Diolah dari Peta Topografi

Page 5: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-5

Kelas lereng yang menempati wilayah paling kecil adalah lereng lebih dari 45o. Kelas lereng ini merupakan kelas lereng yang curarn dan merupakan daerah yang berbahaya, karena dengan kelerengan yang sangat curam, apabila wilayah tersebut tidak ada penutup lahan dan upaya konservasi tanah dan dengan curah hujan yang tinggi, merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan erosi terbesar. Oleh karena itulah sering daerah seperti ini harus diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Kelas lereng ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Langkat bagian tengah dan barat, tepatnya di Kecamatan Besitang, Batang Serangan, Bahorok dan Sei Bingai.

3.1.3 H idrologi

Secara hidrologis Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) baik yang berukuran besar maupun kecil. DAS yang berukuran besar antara lain adalah DAS Wampu, DAS Besitang dan DAS Lepan. Sedangkan yang berukuran kecil pada umumnya berada di daerah rawa. Sungai sungai tersebut bermuara ke Selat Malaka. Sungai yang mempunyai lebar terbesar adalah Sungai Wampu, yaitu sekitar 100 m. Pola aliran dan batas Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat ditunjukan pada Gambar 3.2.

Berdasarkan pola aliran, sungai-sungai di Kabupaten Langkat dibedakan menjadi sungai Trellis, sub-dendritik dan paralel. Pada umumnya sungai di Kabupaten Langkat mempunyai pola parallel. Hal ini dipengaruhi oleh kontur topografi clan struktur yang berkembang pada batuan beku clan batuan sedimen dengan struktur miring-landai atau terlipat pada batulempung, serpih dan batupasir. Umumnya terdapat pada material kedap air dan teksturnya relatif halus dengan lereng miring sampai landai.

Di Kabupaten Langkat terdapat 20 sungai, dengan sungai terpanjang adalah Sungai Wampu, dengan panjang lebih kurang 105 Km, dan sungai terpendek adalah Sungai Temuyuk dengan panjang hanya 4 Km. Sungai Untuk lebih jelasnya panjang dan lebar serta volume sungai-sungai di Kabupaten Langkat dapat dilihat tabel berikut ini.

Page 6: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-6

Gambar 3.2

Peta SWS/DAS Kabupaten Langkat

Page 7: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-7

Tabel : 3.3 Nama-Nama Sungai dan Pajang serta Volume Sungai Kabupaten Langkat

NO NAMA

SUNGAI KECAMATAN

LUAS (Km2)

PANJANG (Km)

LEBAR (Km)

VOLUME (Km3)

1. Wampu Bohorok, Salapian, Kuala, Selesai, Stabat, Binjai, Secanggang, Tanjung Pura

2.569 105 100 80

2. Bagerpang Bohorok 57 20 25 5 3. Gergas Bohorok, Stabat 58 24 15 3 4. Salapian Salapian 145 27 25 9 5. Bohorok Bohorok 150 25 40 8 6. Bekulap Salapian, Kuala 134 40 30 10 7. Temuyuk Salapian 5 4 10 1 8. Bingaei Sei Bingei, Binjai, Stabat 717 67 30 15 9. Mencirim Kota Binjai, Wampu 43 38 38 13 10. Bengaru Sei Bingei 15 10 10 3 11. Salaon Sei Bingei 6 5 10 1 12. Gegumit Kuala, Selesai 347 34 30 13 13. Tambo Kuala 42 27 15 4 14. Bekiun Kuala, Salapian 94 25 20 6 15. Menjahong Sei Bingei, Kuala 18 13 10 3 16. Beserangan Pdg. Tualang, Tj. Pura 1413 80 100 43

17. Besilam Stabat, Pdg Tualang, Binjai 288 45 15 13

18. Tenang Pdg. Tualang 144 47 30 12 19. Musam Pdg. Tualang 175 25 43 18 20. Lepan Babalan 825 80 40 9 21. Besitang Besitang 440 83 50 8

22. Krueng Gading

Secanggang, Stabat 160 27 30 2

23. Belengking Stabat 40 17 10 1 24. Dendang Stabat 22 15 10 1 25. Serapuh Tanjung Pura 40 10 15 1 26. Alur Hitam Gebang 18 10 10 0.5

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

3.1.4 H idrometeorologi

Secara umum iklim di Kabupaten Langkat termasuk daerah beriklim tropis, dengan musim kemarau berkisar antara Bulan Februari sampai dengan Agustus sedangkan musim penghujan berkisar antara Bulan September sampai dengan Januari. Curah hujan sebagai faktor fisik yang

Page 8: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-8

bersifat dinamis karena dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Langkat berdasarkan data curah hujan dari 9 stasiun pengamatan hujan selama kurub waktu 1985 sampai dengan 2000 adalah 2.855 mm/tahun. Sedangkan rata-rata curah hujan bulanan sekitar 237 mm. Di Stasiun Pengamatan Marike (Salapian) mempunyai curah hujan tahunan tertinggi,yaitu 4.144 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 345 mm perbulan. Musim kemarau di wilayah ini adalah sekitar bulan Juni sampai Agustus dan Musim Penghujan berlangsung pada bulan September sampai bulan Mei

Iklim di Indonesia berdasarkan sifat curah hujan (bulan basah dan bulan kering). Secara umum ada tiga golongan daerah hujan, yaitu: a. Daerah basah, memiliki 9 bulan basah tanpa adanya bulan

kering. b. Daerah semi basah, minimal 6 bulan basah dan maksimal 4-5

bulan kering. c. Daerah kering, maksimal 6-7 bulan basah dan minimal 4 bulan

kering (Sumber: Tohir, 1991)

Klasifikasi iklim berdasarkan data curah hujan (Tabel 3.4 ) dianalisa dengan sistem Oldeman, Irsal, dan Darwis (1979). Tipe iklim yang diperoleh pada setiap stasiun pengamatan diuraikan pada Table 3.5.

Menurut ketinggiannya, wilayah Kabupaten Langkat terdiri atas iklim tropis pada ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut, sub tropis pada kelinggian 500 - 1000 meter dan iklim dingin pada ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Rata-rata temperatur udara di Kabupaten Langkat sebesar 22,5 °C dengan suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 12°C. Kelembaban rata-rata 96,2 % dengan nilai kelembaban maksimum pada sore hari (pukul 18.00 WIB) dan kelembaban terendah pada pagi hari (pukul 07.00 MB). Dengan mempertimbangkan bahwa perubahan suhu udara di suatu daerah dapat diprediksikan perbedaannya, yaitu setiap kenaikan 100 meter, akan terjadi penurunan suhu sebesar 0,6°C.

Page 9: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-9

Tabel 3.4 Data Curah Hujan menurut bulan dan Satasiun Kecamatan tahun 1985-2000 di Kabupaten Langkat.

STASIUN PENGAMATAN

BULAN Tambunan

(Salapian)

Perdamean

(Stabat)

Marike

(Selesai)

Selesai

(Selesai)

Blangkahan

(Tj Pura)

Tj Langkat

(Salapian)

Sei Bingai

(Sei Bingai)

BPP

Babalan

BPP

Cempa Rerata

Januari 277 90 343 121 197 195 111 94 69 166 Februari 250 78 277 120 166 185 89 73 76 146

Maret 303 95 332 183 216 231 141 110 66 186

April 208 133 322 195 227 220 165 99 97 185

Mei 360 183 362 241 323 351 201 194 117 259

Juni 219 144 223 208 239 207 154 126 90 179

Juli 263 149 240 201 253 236 186 145 98 197

Agustus 254 199 262 290 321 259 208 151 155 233

September 392 270 299 413 405 386 301 257 165 321

Oktober 474 269 392 366 433 384 297 246 187 339

November 431 258 472 309 443 415 271 302 224 347

Desember 420 194 620 191 344 306 212 222 164 397

Waktu Pendataan

1985-2000 1985-2000 1980-1987 1980-2000 1970-1999 1975-2000 1975-2000 1985-2000 1990-2000

Rerata

Tahunan 3.851 2.062 4.144 2.838 3.567 3.375 2.336 2.019 1.508

Sumber Badan Meteorologi, 2000

Page 10: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-10

Tabel 3.5 Tipe Iklim di Kabupaten Langkat berdasarkan Data 9 Stasiun Pangamatan

JUMLAH BULAN NO STASIUN PENGAMATAN

TIPE IKLIM BASAH KERING

1 Tambunan A > 9 < 2 2 Perdamean D2 3 – 4 2 – 3 3 Marike A > 9 < 2 4 Selesai B1 7 – 9 < 2 5 Blangkahan E2 < 3 2 – 3 6 Tanjung Langkat A > 9 < 2 7 Sei Bingai A > 9 < 2 8 BPP Babalan E2 < 3 2 – 3 9 BPP Campa D2 3 - 4 2 - 3

Sumber: BMG, 2000 Tipe iklim menurut Oldman, Irsal dan Darwis, 1979

3.1.5 Geomorfologi

Secara fisiografis, bentuklahan di wilayah Kabupaten Langkat bervariasi. Ketinggian wilayah berkisar antara 0 m dpal hingga 1200 m dpal dengan kelerengan datar di bagian timur, landai, terjal dan sangat terjal ke bagian barat. Morfologi yang ada pun bervariasi mulai dari bentukan pantai, alluvial, karst hingga struktural. Hamparan daratan yang berada di Kabupaten Langkat pada umumnya bergelombang dan bagian barat wilayah Kabupaten Langkat terdapat perbukitan yang melewati Kecamatan Besitang, Batang Serangan dan Bahorok. Selebihnya adalah daratan sampai ke arah timur laut wilayah Langkat.

Pegunungan struktural berada di sebelah Barat yaitu di sekitar Besitang yang membentang ke selatan, merupakan kenampakan geomorfologi yang paling luas yaitu menempati 21,69% dari luas total daratan. Bentukan struktural berkembang di sebelah Barat yaitu di daerah Lusan, di bagian Utara kemudian dataran bergelombang terdenudasi lemah berada di sebelah Utara. Dataran bergelombang membentang dari tengah ke Selatan selang seling dengan dataran alluvial, rawa buri clan rawa pasang surut di sebelah Timurnya. Sedangkan kenampakan geomorfologi yang paling mendominasi di bagian utara Kabupaten Langkat adalah dataran bergelombang terdenudasi lemah. Keterdapatan perbukitan sinklin di daerah Kepala Telakai, di bagian barat laut Kabupaten Langkat, membentuk suatu sirkular.

Page 11: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-11

Tabel 3.6 Pembagian luas Kabupaten Langkat berdasarkan Kelas Geomorfologi

NO. GEOMORFOLOGI LUAS (HA %

1 Aluvial 45300.01 7.25 2 Aneka Bentuk 3266.98 0.52 3 Dataran 74804.4 11.97 4 Karst 7713.06 1.23 5 Marin 102579.56 16.41 6 Pegunungan clan plato 135524.26 21.69 7 Perbukitan 111751.17 17.88 8 Teras Marin 18984.54 3.04 9 Tuf Toba masam 32731.76 5.24

10 Volkanik 92276.18 14.77 Sumber : Peta Geomorfologi Kab. Langkat

3.1.6 Geologi

Penamaan kelompok satuan batuan didasarkan pada Peta Geologi Lembar Medan, (N.R Cameron, et al., 1982), skala 1 : 250.000. Sebaran satuan batuan (Formasi) yang dijumpai di DAS bahorok dapat dilihat pada Peta Geologi Lembar Medan (Gambar 3.3).

1. Aluvium Sungai (Qh): sebaran batuan ini dapat ditemukan di sekitar daerah dataran banjir Sungai Bahorok. Umumnya berupa kerikil, pasir lempung dan bongkahan batuan batuan beku dan malihan, seperti wake malihan, batupasir arenit kwarsa malihan, kwarsit, batu sabak, batu lauan malihan konglomerat malihan. Material berbutir halus yang berupa lempung hingga lanau kecoklatan, sangat lunak, plastisitas sedang-rendah, permeabilitas rendah, sedangkan material berbutir kasar terdiri dari pasir, kerikil, kerakal, berwarna abu-abu kehitaman, gradasi baik, lepas umumya berupa fragmen batuan malihan.

2. Tufa Toba (Qvt) sebaran batuan ini ditemukan sekitar dataran banjir Sungai Bahorok. Umumnya berupa tufa riodasit yang sebagian besar telah terelaskan. Endapan tufa ini merupakan sedimen hasil pengendapan erupsi Toba.

Page 12: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-12

3. Batugamping Anggota Belumai-Formasi Peutu (Tmpb) sebaran batuan ini ditemukan sekitar daerah Bukit Lawang dan Desa Suka Damai, penyebarannya tidak begitu luas. Satuan batuan ini terdiri dari batugamping terumbu, batupasir glaukonitan dan batulanau.

4. Batupasir Formasi Bruksah (Tob), penyebaran tidak begitu luas ditemukan di sekitar Sungai Landak. Satuan batuan ini terdiri dari batupasir dan konglomerat.

5. Batuan malihan Formasi Bahorok (Pub), sebaran batuan ini sangat luas, dijumpai hampir di seluruh hulu DAS Bahorok. Umumnya terdiri dari wake malihan, batusabak, arenit kuarsa, batulanau malihan dan konglomerat malihan. Satuan batuan ini berumur sangat tua (Pra-Tersier), merupakan bagian dari Kelompok Tapanuli.

Daerah sekitar DAS Baharok ini merupakan zona lemah dimana adanya struktur patahan dan kekar yang merupakan daerah yang terpengaruh oleh kegiatan tektonik sangat kuat dan sangat aktif, sehingga membentuk lereng-lereng yang curam (kemiringan lereng diatas 60o) dan lurus dengan kondisi batuan yang lapuk dan rapuh (mudah terjadi gerakan tanah/longsor). Struktur patahan yang cukup rapat umumnya berarah baratlaut-tenggara, merupakan bagian dari sistem sesar semangko di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Struktur patahan tersebut sangat aktif sehingga mengalami pergeseran yang terbukti dari adanya kejadian gempa-gempa yang lemah secara periodik (rata-rata 1-2 kali setiap tahun). Bukti adanya patahan dapat terlihat jelas di sekitar tempat pariwisata Bukit Lawang adanya bidang patahan serta sungai Bahorok yang membelok dengan tajam ke arah selatan. Dari hasil pengamatan di lapangan, di bagian kaki perbukitan banyak dijumpai batu sabak dan batu lanau malihan yang hancur (membentuk milonit) serta tuf lapuk. Kohesi atau kekuatan batuan yang rapuh (hancur) untuk menahan gerakan pada lereng yang curam secara alamiah sangat lemah, sehingga mudah mengalami pegerakan tanah/batuan (longsor) terutama apabila terganggu kemiringan lerengnya. Batuan yang hancur dan rapuh secara alamiah akan longsor sehingga vegetasi yang berada di atasnya akan terseret oleh gerakan tersebut.

Page 13: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-13

Gambar 3.3 Peta Geologi Kabupaten Langkat

Page 14: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-14

3.1.7 Jenis & Struktur Tanah

Penamaan satuan lahan, jenis dan komposisi tanah dilakukan berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah, Lembar Medan, skala 1 : 250.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, 1990), lihat gambar 3.4

1. Pegunungan, batuan sedimen kasar, masam, lereng curam - sangat curam (25-75%), sangat teroreh (Mq 2.2.3), menempati pada ketinggian 600-1000m. Komposisi tanah dan proporsi : Dystropepts (D), Humitropepts (F) dan Troporthents (T). Jenis-jenis tanah ini merupakan hasil pelapukan dari batuan sedimen, batuan plutonik dan metamorfik (malihan), jenis tanah Dystropepts yang menempati lereng atas, sedangkan jenis Humitropep menempati lereng bagian tengah dan jenis Troporthents menempati lereng bagian bawah. Satuan lahan & jenis tanah ini memiliki luas lebih dari 60% dari luas DAS Bahorok, umumnya di daerah hulu. Sifat tanah berpenampang dalam sampai sedang, tekstur kasar, dengan drainage baik. Kandungan unsur hara tanaman dari tanah-tanah tersebut umumnya rendah-sangat rendah, sedangkan di lereng bawah dengan lereng <30% umumnya mempunyai kesuburan yang lebih baik. Daerah ini sebaiknya dipertahankan sebagai daerah kawasan hutan primer, sedangkan penghambat utama adalah kemiringan lereng yang curam-sangat curam, bahaya erosi dan longsor dan kesuburan yang sangat rendah.

2. Pegunungan, batuan sedimen halus dan kasar, masam, lereng curam-sangat curam (25-75%), sangat teroreh (Mfq 2.2.3), menempati pada ketinggian 200-3400m. komposisi tanah dan proporsi : Dystropepts (D), Kanhapludults (M) dan Humitropepts (T).

3. Dataran rendah dan kaki lereng tuf Toba masam, dataran datar (lereng <3%), cukup teroreh (Qd 2.2.2), menempati daerah pada ketinggian 75-200 meter, komposisi tanah dan proporsi : Dystropepts (F), Kandidults (F) dan Tropaquepts (F). Di daerah yang kering dengan drainage yang baik akan dijumpai jenis tanah Dystropepts dan Kandidults, sedangkan pada bagian lembah sering/selalu dijumpai jenis tanah Tropaquepts. Tanah pada satuan lahan ini umumnya berpenampang dalam, bertekstur halus hingga sedang, drainase sedang-terhambat, kesuburan tanah rendah-sedang.

4. Kipas aluvial dan Koluvial, sedimen tidak dibedakan, bergelombang, (lereng 8-16%), cukup teroreh (Au 2.3.2), menempati daerah pada ketinggian 120-220 meter, komposisi tanah dan proporsi: Eutropepts (P) dan Tropaquepts (M).

5. Kipas aluvial dan Koluvial, sedimen tidak dibedakan, datar, (lereng <3%), tidak teroreh (Au 2.1.0), menempati daerah pada ketinggian 120-220 meter, komposisi tanah dan proporsi: Tropaquepts (D) dan Eutropepts (F).

Page 15: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-15

Gambar 3.4

Peta Jenis & Struktur Tanah Kabupaten Langkat

Page 16: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-16

3.1.8 Kependudukan

A. Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk

Berdasarkan data penduduk tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah 926.069 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yang merupakan Ibukota Kabupaten Langkat dengan jumlah 67.807 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Brandan Barat dengan jumlah hanya 19.896 jiwa. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat kurang merata. Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Langkat sebesar 151 jiwa/Ha, dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Stabat sebesar 748 jiwa/Ha dan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Batang Serangan hanya sebesar 36 jiwa/Ha. Sedangkan bila dilihat dari pola penyebaran penduduknya, dapat dikatakan bahwa distribusi penduduk di Kabupaten Langkat relatif merata. Jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Stabat yang merupakan Ibukota Kabupaten Langkat yaitu sebesar 7,17% dari total jumlah penduduk Kabupaten Langkat dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Barandan Barat yang hanya 2,1 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Langkat. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

B. Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data penduduk Kabupaten Langkat dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2002 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Langkat tahun 2000-2002 sebesar 3,16% pe rtahun. Kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk rata-rata yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Wampu yaitu sebesar 28,70% dan yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk terkecil adalah Kecamatan Kuala yaitu sebesar 0,18%. Secara lebih rinci mengenai perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Langkat tahun 2000-2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 17: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-17

Tabel 3.7 Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2002

NO KECAMATAN LUAS

(HA)

PENDUDUK

(JIWA)

KEPADATAN

(JIWA/HA)

DISTRIBUSI

(%)

1 Bohorok 95.510 42.498 44 4,49 2 Salapian 46.990 50.307 107 5,32

3 Sei Bingei 33.845 44.323 131 4,68

4 Kuala 19.476 39.855 205 4,21

5 Selesai 15.208 57.589 379 6,09

6 Binjai 4.955 35.539 717 3,76

7 Stabat 9.064 67.807 748 7,17

8 Wampu 19.375 58.299 301 6,16

9 Batang Serangan 93.490 33.402 36 3,53

10 Sawit Seberang 43.507 26.068 60 2,76

11 Padang Tualang 27.491 45.081 164 4,77

12 Hinai 11.428 48.065 421 5,08

13 Secanggang 24.873 68.205 274 7,21

14 Tanjung Pura 16.578 63.948 386 6,76

15 Gebang 16.299 44.444 273 4,70

16 Babalan 10.180 54.424 535 5,75

17 Sei Lapan 30.681 50.264 164 5,31

18 Brandan Barat 9.200 19.896 216 2,10

19 Besitang 71.048 49.206 69 5,20

20 Pangkalan Susu 27.131 46.849 173 4,95

Kabupaten Langkat 626.329 946,069 151 100.00

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat, diolah.

Page 18: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-18

Tabel 3.8 Perkembangan Jumlah Penduduk Kebupaten Langkat Tahun 2000-2002

NO KECAMATAN 2000 2001 2002 LAJU

PERT/TH (%)

1 Bohorok

41.786 42.440 42.498 0,85

2 Salapian 48.855 50.008 50.307 1,48 3 Sei Bingei 44.108 44.233 44.323 0,24 4 Kuala 39.713 39.830 39.855 0,18 5 Selesai 56.302 57.465 57.589 1,14 6 Binjai 34.437 34.982 35.539 1,59 7 Stabat 64.156 66.929 67.807 2,82 8 Wampu 36.679 37.710 58.299 28,70 9 Batang Serangan 32.883 32.924 33.402 0,79 10 Sawit Seberang 24.986 25.664 26.068 2,14 11 Padang Tualang 43.270 44.335 45.081 2,07 12 Hinai 45.543 47.106 48.065 2,73 13 Secanggang 60.144 67.424 68.205 6,63 14 Tanjung Pura 61.782 63.096 63.948 1,74 15 Gebang 41.624 43.798 44.444 3,35 16 Babalan 52.663 53.965 54.424 1,66 17 Sei Lapan 46.684 49.296 50.264 3,78 18 Brandan Barat 19.582 19.769 19.896 0,80 19 Besitang 47.490 49.114 49.206 1,80 20 Pangkalan Susu 46.297 46.812 46.849 0,60

Kabupaten Langkat 888.954 916.900 946.069 3.16 Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat, diolah.

Page 19: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-19

Gambar 3.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Langkat

Tahun 2000-2002

860,000

870,000

880,000

890,000

900,000

910,000

920,000

930,000

940,000

950,000

Jiwa

2000 2001 2002

Tahun

C. Struktur Penduduk

? Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan data tahun 2001 menunjukkaan bahwa sebagian penduduk Kabupaten Langkat telah menamatkan pendidikan SD (36,77%) dan hanya sebagian kecil yang memperoleh pendidikan hingga tingkat menengah atas (13,78%). Secara rinci mengenai struktur penduduk Kabupaten Langkat berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.9

Struktur Penduduk Kabupaten Langkat Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2001

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)

1 Tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD

249.127 30,77

2 SD 297.705 36,77 3 SLTP 140.311 17,33 4 SLTA 111.569 13,78 5 Akademi/Diploma/Sarjana 10.930 1,35 Jumlah 809.641 100,00

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2001

Page 20: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-20

? Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan data tahun 2001, penduduk Kabupaten Langkat merupakan penduduk agraris yang mengantungkan pencaharian pada sektor primer (pertanian dan perkebunan) dan hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja pada sektor sekunder, seperti jasa dan perdagangan. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian tanaman pangan sebanyak 136.899 orang dari 390.097 penduduk yang bekerja atau mencapai 35,09%. Secara rinci mengenai struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.10

Struktur Penduduk Kabupaten Langkat Menurut Mata Pencaharian Tahun 2001

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH (JIWA)

PERSENTASE (%)

1 Pertanian tanaman pangan 136.899 35,09 2 Perkebunan 45.569 11,94 3 Perikanan 15.612 4,00 4 Peternakan 2.363 0,61 5 Pertanian Lainnya 32.739 8,39 6 Industri Pengolahan 19.087 4,89 7 Perdagangan 33.625 8,62 8 Jasa 43.012 11,03 9 Angkutan 10.115 2,59 10 Lainnya 50.076 12,84

Jumlah 390.097 100,00 Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2001

Dari data tenaga kerja Kabupaten Langkat pada tahun 2002 terlihat bahwa angkatan kerja yang ada relatif besar yaitu sebanyak 681.853 orang, dengan jumlah pencari kerja sebanyak 19.436 orang, dan jumlah penganggur sebanyak 34.094 orang. Jumlah lowongan kerja yang ada di Kabupaten Langkat masih relatif kecil yaitu hanya sebanyak 826 lowongan kerja. Secara lebih rinci mengenai data tenaga kerja Kabupaten Langkat tahun 2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 21: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-21

Tabel 3.11 Data Tenaga Kerja di Kabupaten Langkat Tahun 2002

NO DATA TENAGA KERJA 2002

1 Angkatan Kerja (Proyeksi) 681.853

2 Pencari Kerja (Riil) 19.436

3 Penganggur (Proyeksi) 34.094

4 PHK Perorangan (Kasus) 111

5 PHK Massal (Kasus) 1

6 Lowongan Kerja 826

7 Penempatan 826

Sumber : Selayang Pandang Kabupaten Langkat Tahun 2002

3.1.9 Perekonomian

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Indikator perekonomian Kabupaten Langkat dilihat berdasarkan nilai PDRB dan pendapatan perkapita penduiduk. Nilai PDRB Kabupaten Langkat meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 nilai PDRB Kabupaten Langkat adalah 5.533.245,31 juta rupiah. Selama kurun waktu 1997-2002 terjadi peningkatan penerimaan PDRB yang cukup signifikan, yaitu : lebih kurang 20,72 % pertahun. Pertumbuhan tertinggi di capai oleh sektor pertambangan/penggalian sebesar 39,85% per tahun dan terendah sektor angkutan dan komunikasi 9,67% per tahun.

Nilai PDRB tertinggi di kontribusi dari sektor pertanian sebesar 48,25% diikuti oleh sektor pertambangan/penggalian 15,23 %. Kontribusi terendah diberikan oleh sektor bangunan 1,20% diikuit oleh sektor angkutan & komunikasi sebesar 2,24%.

Page 22: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-22

Tabel 3.12 Nilai PDRB Kabupaten Langkat Tahun 1997-2002 Berdasarkan Harga Konstan 93

( Dalam Juta Rupiah)

NO LAPANGAN USAHA 1997 1998 1999 2000 2001 2002

I. PERTANIAN 1,223,591.22 1,971,809.64 2,156,899.07 2,239,964.48 2,318,291.31 2,669,815.68

a. Tanaman Pangan 342,700.14 579,914.57 631,722.86 638,040.09 646,280.06 753,872.91

b. Perkebunan 479,043.83 859,806.79 875,727.08 810,663.73 745,600.38 814,688.69

c. Peternakan 64,885.25 92,244.45 127,063.71 118,363.22 109,662.72 127,159.22

d. Perikanan 177,401.01 222,849.63 233,288.42 354,890.74 482,841.11 600,028.40

e. Kehuatan & Perkebunan 159,560.99 216,994.20 289,097.00 318,006.70 333,907.04 374,066.46

II. PERTAMBANGAN/PENGGALIAN 225,869.06 555,493.75 537,027.35 838,714.48 836,979.45 842,699.85

a. Minyak & Gasa Bumi 223,605.15 553,101.17 534,208.22 835,331.52 833,089.05 838,026.04

b. Penggalian 2,263.91 2,392.58 2,819.13 3,382.96 3,890.40 4,673.81

III. INDUSTRI PENGOLAHAN 317,934.99 533,479.63 533,676.92 549,867.80 630,449.91 809,581.94

a. Industri Besar & Sedang 263,524.23 432,502.18 437,131.38 487,814.35 521,987.98 601,800.58

b. Industri Pengilangan Minyak 53,007.03 98,705.41 94,269.70 59,540.31 105,747.74 204,578.55

c. Industri Kecil & Rumah Tangga 1,403.73 2,272.04 2,275.84 2,513.14 2,714.19 3,202.81

IV. LISTRIK, GAS, & AIR MINUM 10,944.54 13,499.40 14,132.87 16,375.13 19,083.35 22,435.44

a. Listrik 9,324.82 11,659.03 12,118.49 14,089.47 16,484.68 19,539.13

b. Gas - - - - - -

c. Air Minum 1,619.72 1,840.37 2,014.38 2,285.66 2,598.67 2,896.31

V. BANGUNAN 34,901.00 49,377.39 52,481.87 53,955.73 60,416.95 66,602.92

VI. PERDAGANGAN 237,391.71 375,409.46 381,625.64 427,352.82 505,785.23 588,888.62

a. Perdagangan Besar & Eceran 232,625.05 370,155.58 375,709.13 420,420.58 497,819.30 580,167.95

b. Hotel 770.82 768.13 782.35 801.91 817.95 860.89

c. Restoran & Rumah Makan 3,995.84 4,485.75 5,134.16 6,130.33 7,147.98 7,859.78

VII. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 78,118.25 84,439.62 92,829.65 101,794.22 112,953.98 123,921.32

a. Pengangkutan 75,210.77 81,357.55 89,732.78 97,430.48 107,913.91 118,190.02

1. Kereta Api 93.02 120.32 121.86 169.75 220.68 258.45

2. Angkutan Jalan Raya 46,020.49 48,753.86 54,031.05 58,591.03 65,132.39 70,781.53

3. Angkutan Danau & Sungai 29,097.26 32,483.37 35,579.87 38,669.70 42,560.84 47,150.04

b. Komunikasi 2,907.48 3,082.07 3,096.87 4,363.74 5,040.07 5,731.30

VIII. KEUANGAN 71,928.86 81,096.22 97,874.85 104,245.06 114,966.05 131,718.11

a. B a n k 4,499.81 4,854.79 4,233.00 4,953.00 5,572.86 6,120.20

b. Lembaga Keuangan Non Bank 18,090.77 24,743.33 32,781.57 35,209.12 38,730.03 46,337.91

c. Sewa Bangunan 48,512.28 50,499.47 59,831.07 62,920.72 68,990.38 76,914.25

d. Jasa Perusahaan 826.00 998.63 1,029.21 1,162.22 1,672.78 2,345.75

IX. JASA-JASA 129,933.98 197,900.18 210,759.23 225,076.83 237,745.19 277,581.43

a. Pemerintahan Umum 102,170.32 155,631.37 157,555.66 165,433.44 172,116.95 190,986.59

b. Swasta 27,763.66 42,268.81 53,203.57 59,643.39 65,628.24 86,594.84

1. Sosial Kemasyarakatan 13,332.33 26,363.40 35,345.42 38,474.52 42,706.72 61,738.48

2. Hiburan, Rekreasi, Kebudayaan 3,987.24 4,504.28 4,991.76 5,431.53 5,814.53 6,054.01

3. Perorangan & Rumah Tangga 10,444.09 11,401.13 12,866.39 15,737.34 17,106.99 18,802.35

Total Kab. Langkat 2,330,613.61 3,862,505.29 4,077,307.45 4,557,346.55 4,836,671.42 5,533,245.31

Page 23: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-23

Tabel : 3.13 Laju Pertumbuhan PDRB dan Kontribusi PDRB Kabupaten Langkat

Tahun 1997-2002 NO LAPANGAN USAHA LAJU PERTUMBUHAN (%) KONTRIBUSI

I. PERTANIAN 18.61 48.25

a. Tanaman Pangan 19.42 28.24

b. Perkebunan 15.03 30.51

c. Peternakan 16.33 4.76

d. Perikanan 28.55 22.47

e. Kehuatan & Perkebunan 19.25 14.01

II. PERTAMBANGAN/PENGGALIAN 39.85 15.23

a. Minyak & Gasa Bumi 40.13 99.45

b. Penggalian 15.73 0.55

III. INDUSTRI PENGOLAHAN 22.79 14.63

a. Industri Besar & Sedang 19.82 74.33

b. Industri Pengilangan Minyak 43.19 25.27

c. Industri Kecil & Rumah Tangga 19.69 0.40

IV. LISTRIK, GAS, & AIR MINUM 15.60 0.41

a. Listrik 16.15 87.09

b. Gas - -

c. Air Minum 12.34 12.91

V. BANGUNAN 14.56 1.20

VI. PERDAGANGAN 21.31 10.64

a. Perdagangan Besar & Eceran 21.49 98.52

b. Hotel 2.25 0.15

c. Restoran & Rumah Makan 14.54 1.33

VII. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 9.67 2.24

a. Pengangkutan 9.47 95.38

1. Kereta Api 23.41 0.22

2. Angkutan Jalan Raya 9.01 59.89

3. Angkutan Danau & Sungai 10.14 39.89

b. Komunikasi 15.32 4.62

VIII. KEUANGAN 12.96 2.38

a. B a n k 6.89 4.65

b. Lembaga Keuangan Non Bank 21.26 35.18

c. Sewa Bangunan 9.77 58.39

d. Jasa Perusahaan 24.21 1.78

IX. JASA-JASA 17.60 5.02

a. Pemerintahan Umum 14.71 68.80

b. Swasta 26.44 31.20

1. Sosial Kemasyarakatan 39.25 71.30

2. Hiburan, Rekreasi, Kebudayaan 8.75 6.99

3. Perorangan & Rumah Tangga 12.59 21.71

Total Kab. Langkat 20.72 100.00

Page 24: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-24

Sedangkan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Langkat mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 1999 tingkat pendapatan perkapita sebesar 4,5 juta rupiah pertahun, dan tahun 2001 meningkat menjadi 5,2 juta rupiah pertahun. Jika di asumsikan satu kepala keluarga (KK) beranggota 5 jiwa, maka pendapatan perkapitan kepala keluarga di Kabupaten Langkat berkisar 25 juta rupiah pertahun. Tingkat pendapatan perkap ita ini tergolong tinggi.

B. Sektor Pertanian & Perkebunan

Sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan dan tanaman pangan, memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Kabupaten Langkat. Hal ini dapat dilihat kontribusinya terhadap PDRB yang terus meningkat. Pada tahun 2000 sumbangan sektor ini adalah sebesar 59,2 %. Pada tahun 2001 meningkat menjadi 60,73% dan pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi 61,24%.

Pada tahun 2001, sektor perkebunan memberi kontribusi Rp 745,6 miliar, dari total kegiatan ekonomi yang Rp 3,8 triliun, di luar migas. Tempat kedua, pertanian tanaman pangan sebesar Rp 646,2 miliar. Dominasi tenaga kerja di Langkat ada di sektor pertanian dan perkebunan. Hingga tahun 2001 sekitar 35 persen penduduk bekerja di lapangan usaha pertanian, 12 persen di perkebunan, dan empat persen di perikanan.

Tanaman padi masih menjadi komoditas penting di Kabupaten Langkat dan arealnya hampir mencapai 91 ribu hektar. Data luas areal beberapa komoditas pertanian di kabupaten ini dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut.

Page 25: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-25

Tabel 3.14 Distribusi PDRB Kabupaten Langkat Atas Harga Konstan Tahun 1996-2001

TAHUN NO. SEKTOR

1996 1997 1998 1999 2000 2001

1 Pertanian 46.67 54.21 53.84 54.35 52.63 60.55

2 Pertambangan/Penggalian 20.09 8.36 7.98 7.47 8.65 6.42

3 Industri Pengolahan 11.95 13.62 14.34 14.21 12.77 10.96

4 Listrik, Gas & Air Minum 0.45 0.58 0.62 0.63 0.71 0.74

5 Bangunan 1.47 1.62 1.56 1.55 0.54 1.63

6 Perdagangan 8.8 9.94 12.43 12.63 13.69 9.28

7 Angkutan & Komunikasi 2.84 3.25 2.39 2.4 2.42 2.72

8 Keuangan 2.44 2.9 2.85 2.77 2.81 2.87

9 Jasa-jasa 5.28 5.28 5.47 3.99 4.79 4.83

10 PDRB 100 100 100 100 100 100

11 PDRB DENGAN MIGAS 21.57 88.98 89.7 90.37 90.32 92.64

12 PDRB TANPA MIGAS 78.43 10.12 10.3 9.63 9.68 7.36 Sumber : BPS Kabupaten Langkat

Tabel 3.15 Realisasi Pertanaman Komoditas Pertanian di Kabupaten Langkat

NO KOMODITAS RENCANA TANAM

(HEKTAR)

REALISASI TANAM

(HEKTAR)

PERSENTASE (%)

1 Padi sawah 90.468 79.664 88 2 Padi ladang 504 568 113 3 Jagung 11.370 12.946 114 4 Kedele 20.941 12.565 64 5 Kacang Tanah 825 693 84 6 Kacang Hijau 1.515 894 59 7 Ubi Kayu 1.000 590 59 8 Ubu Jalar 275 200 73 9 Cabe 850 469 55 10 Kacang Panjang 671 553 82 11 Terong 375 237 63

Sumber : Kabupaten Langkat Selayang Pandang, 2002

Page 26: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-26

Dari tabel di atas tampak bahwa tanaman padi masih mendominasi sektor pertanian di Kabupaten Langkat. Namun demikian produktifitas tanaman padi di kabupaten ini cenderung tidak stabil dan hal ini dapat dilihat pada data produsi selama 6 tahun terakhir dihitung mulai dari tahun 1997. Pada tahun 1997 produktifitasnya mencapai 59,62 KW/Ha. Dua tahun berikutnya berturut-turut turun menjadi 52,25 KW/Ha dan 50,63 Kw/Ha. Pada tahun 2000 produktifitas tersebut tiba-tiba melonjak menjadi 79,63 KW/Ha, namun kemudian turun lagi menjadi 52,35 KW/Ha dan 53,05 KW/Ha.

Berbeda dengan tanaman lainnya, tanaman padi di kabupaten ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Data areal padi di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut ini.

Tabel 3.16

Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi di Kabupaten Langkat Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2001.

PADI SAWAH PADI LADANG NO KECAMATAN LUAS PANEN

(HA) PRODUKSI

(TON) LUAS PANEN

(HA) PRODUKSI

(TON)

1 Bahorok 1605 8870 186 1883 2 Salapian 1085 5500 222 1622 3 Sei Bengei 3957 26597 39 23567 4 Kuala 2379 15436 - 5045 5 Selesai 2502 18362 - 6214 6 Binjai 3228 20455 - 1529 7 Stabat 3912 20459 - 636 8 Wampu 1254 6321 - 256 9 Batang Serangan 320 1664 - 399 10 Sawit Seberang 296 1527 - 30 11 Padang Tualang 3353 17554 15 584 12 Hinai 6535 21091 - 832 13 Secanggang 10756 51548 - 554 14 Tanjung Puara 6535 32731 - 920 15 Gebang 6820 32625 - 97 16 Babalan 10730 50189 - 58 17 Sei Lepan 4908 24506 - 199 18 Brandan Barat 2628 11504 - 202 19 Besitang 2664 13579 - 779 20 Pangkalan Susus 5373 29706 46 247 Jumlah 80840 410224 509 5379

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2001

Page 27: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-27

Walaupun lahan sawah di Kabupaten Langkat cukup luas, namun hanya 11,052 hektar yang merupakan lahan sawah beririgasi teknis. Sedangkan sebagian besar lainnya masih berupa lahan tadah hujan. Dari tabel dapat pula diketahui areal tanaman padi yang terluas terdapat di Kecamatan Secanggang dan Kecamatan Babalan. Di Kecamatan Bahorok areal tanaman padi ini relatif kecil, yaitu hanya sekitar 1600 Ha. Gambaran tentang areal pertanian di kecamatan ini dapat dilihat pada tabel 3.17 berikut.

Tabel 3.17

Areal Tanam dan Produktifitas Beberapa Tanaman Pertanian di Kecamatan Bahorok Tahun 2001

NO KOMODITAS AREAL PANEN

(HA) PRODUKTIFITAS

(KW/HA)

1 Padi sawah 1.446 53,67 2 Padi ladang 85 26,85 3 Jagung 494 26,85 4 Singkong 7 123,75 5 Kedele 2 12,80 6 Kacang tanah 22 12,40 7 Kacang hijau 2 12,25 8 Timun 8 70,00 9 Bayam 7 30,00

10 Kacang panjang 24 40,10 11 Cabe 11 30,00 12 Terong 11 36,50

Sumber : Langkat Dalam Angka, 2002

Dari tabel dapat diketahui bahwa selain padi komoditas penting lainnya di kecamatan ini adalah jagung dan tanaman sayuran. Sementara itu komoditas perkebunan yang menjadi andalan Kabupaten Langkat adalah kopi, karet, kelapa sawit, kelapa dan cengkeh. Luas areal komoditas perkebunan ini dapat dilihat pada tabel 3.18 berikut.

Page 28: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-28

Tabel 3.18 Luas Areal Tanam Komoditas Perkebunan di Kabupaten Langkat

JENIS PERKEBUNAN KOMODITAS

RAKYAT NEGARA SWASTA

NASIONAL SWASTA ASING

Karet 36.750 9.897 6.306 888 Kelapa Sawit 19.600 44.974 18.621 10.065 Kakao 1.968 4.929 20.177 624 Tebu 417 4.478 - - Kelapa 6.235 - 107 - Kopi 1.179 - - - Tembakau - 416

Total 66.149 64.694 45.211 11.577 Sumber : Kabupaten Langkat Selayang Pandang, 2002.

Secara total luas perkebunan di Kabupaten Langkat adalah 187.631 hektar. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang penting di kabupaten ini. Selain sebagai sumber pendapatan asli daerah, perkebunan ini juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Areal terbesar perkebunan ini terdapat di Kecamatan Wampu (2.869 Ha) dan Kecamatan Stabat (1.773 Ha).

Komoditas perkebunan lain yang cukup penting adalah karet. Areal paling luas perkebunan ini terdapat di Kecamatan Salapian (8.519 Ha) dan Kecamatan Bahorok (5.508 Ha).

Produk perkebunan diolah di pabrik -pabrik pengolahan di Langkat. Ada pula yang didistribusikan ke daerah lain dan sebagian juga diekspor. Tembakau misalnya, di Sumut dikenal dengan Tembakau Deli, diminati oleh Jerman. Ekspor dilakukan melalui Pelabuhan Belawan di Kota Medan. Produk perkebunan lain seperti kelapa sawit diolah di pabrik-pabrik pengolahan dengan hasil akhir berupa Crude Palm Oil (CPO).

Langkat juga memiliki pabrik pengolahan tebu dengan produk akhir gula pasir yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Keterbatasan pabrik pengolahan sering membuat komoditas perkebunan dan pertanian Langkat kurang memiliki nilai tambah.

Bila dilihat dari curah hujan yang ada, Kabupaten Langkat sebetulnya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Namun di berbagai daerah

Page 29: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-29

kelebihan air ini patut diwaspadai, atau dengan kata lain tanaman yang diusahakan benar-benar harus disesuaikan dengan kebutuhan air. Di bawah akan disajikan gambaran neraca air di kabupaten ini.

3.1.10 Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat TM, penggunaan lahan di Kabupaten Langkat pada tahun 2002 didominasi oleh hutan yaitu seluas 239.328,4 Ha (38,37%), kebun seluas 188.707,30 Ha (30,25%), dan kebun campuran/ permukiman seluas 114.436,10 Ha (18,35%). Sedangkan jenis penggunaan lahan yang relatif kecil luasannya adalah permukiman padat, rawa,dan lahan terbuka. Secara lebih rinci mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.19

Penggunaan Lahan di Kabupaten Langkat Tahun 2002

NO PENGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%)

1 Hutan 239.328,40 38,37

2 Hutan Bakau (Mangrove) 21.090,00 3,38

3 Kebun 188.707,30 30,25

4 Kebun Campuran/Permukiman 114.436,10 18,35 5 Permukiman Padat 127,70 0,02 6 Sawah 38.273,70 6,14 7 Tegalan 2.633,80 0,42

8 Rawa 79,20 0,01

9 Tambak 7.215,80 1,16 10 LahanTerbuka 3.066,10 0,49

11 Sungai 8.832,70 1,42

Jumlah 623.790,80 100,00 Berdasarkan Hasil Interpretasi Citra Satelit Landsat TM Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat

Page 30: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-30

Gambar 3.6 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Langkat

Page 31: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-31

Kebun31%

Hutan Bakau3%

Hutan39%

Sungai1%

Lahan Terbuka0.49%

Tambak1%

Tegalan0%

Rawa0%

Sawah6.14%

Permukiman Padat0.02%

Kebun Campuran Permukiman

18.35%

Gambar 3.7 Penggunaan Lahan Kabupaten Langkat Tahun 2002

3.1.11 Prasarana Wilayah

A. Jalan Berdasarkan data panjang jalan menurut statusnya di Kabupaten Langkat tahun 2002 terlihat panjang jalan total yang terdapat di Kabupaten Langkat sepanjang 1.747,87 km. Dari total panjang jalan tersebut, sebagian besar merupakan jalan Kabupaten yaitu sepanjang 1.514,75 km, jalan propinsi sepanjang 144,56 km, dan jalan nasional hanya sepanjang 88,56 km. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 32: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-32

Tabel 3.20 Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kabupaten Langkat Tahun 2002

STATUS JALAN (KM) NO KECAMATAN NEGARA PROPINSI KAB.

JUMLAH (KM)

1 Bohorok - 23,00 82,60 105,60 2 Salapian - 7,00 129,90 136,90 3 Sei Bingei - 39,20 113,69 152,89 4 Kuala - 14,31 73,51 87,82 5 Selesai - 7,20 88,10 95,30 6 Binjai 10,80 7,00 33,40 51,20 7 Stabat 10,20 - 171,65 181,85 8 Wampu 4,30 - 18,30 22,60

9 Batang Serangan

- 9,30 60,85 70,15

10 Sawit Seberang - 8,60 38,70 47,30 11 Padang Tualang - 16,80 55,20 72,00 12 Hinai 8,20 - 61,90 70,10 13 Secanggang - - 127,40 127,40 14 Tanjung Pura 14,10 - 116,90 131,00 15 Gebang 9,60 - 77,90 87,50 16 Babalan 5,60 - 43,85 49,45 17 Sei Lapan 5,20 - 33,50 38,70 18 Brandan Barat 7,60 - 12,30 19,90 19 Besitang 4,20 - 117,10 121,30 20 Pangkalan Susu 8,76 12,15 58,00 78,91 Jumlah 88,56 144,56 1.514,75 1.747,87

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002

Sedangkan bila dilihat dari kondisi jalannya di Kabupaten Langkat tahun 2002 terlihat bahwa sebagian besar mempunyai kondisi sedang (777,64 km) dan baik (512,76 km), dan hanya sebagian kecil yang mempunyai kondisi rusak (166,08 km) dan rusak berat (68,27%). Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 33: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-33

Tabel 3.21 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Kabupaten Langkat Tahun 2002

KONDISI JALAN (KM) NO KECAMATAN

BAIK SEDANG RUSAK RUSAK BERAT

JUMLAH (KM)

1 Bohorok 10,85 52,40 16,60 2,75 82,60 2 Salapian 11,25 84,30 26,60 7,75 129,90 3 Sei Bingei 31,84 66,74 10,51 4,60 113,69 4 Kuala 14,55 47,80 6,91 4,25 73,51 5 Selesai 36,00 45,60 3,05 3,45 88,10 6 Binjai 13,89 8,30 6,71 4,50 33,40 7 Stabat 136,29 36,68 8,68 - 181,65 8 Wampu 3,00 6,36 2,49 6,45 18,30 9 Batang Serangan 14,10 38,52 2,10 6,13 60,85 10 Sawit Seberang 19,84 9,76 4,40 4,70 38,70 11 Padang Tualang 23,35 21,36 6,74 3,75 55,20 12 Hinai 20,82 32,80 7,08 1,20 61,90 13 Secanggang 68,87 46,67 10,88 0,98 127,40 14 Tanjung Pura 33,02 77,43 4,78 1,67 116,90 15 Gebang 11,65 51,82 11,63 2,80 77,90 16 Babalan 15,85 26,44 1,56 - 43,85 17 Sei Lapan 8,83 12,32 9,95 2,40 33,50 18 Brandan Barat 3,80 5,30 0,61 2,59 12,30 19 Besitang 18,40 82,70 7,70 8,30 117,10 20 Pangkalan Susu 16,56 24,34 17,10 - 58,00 Jumlah 512,76 777,64 166,08 68,27 1.524,75

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002

B. Pengairan

Berdasarkan data sarana pengairan di Kabupaten Langkat tahun 1998-2002 terlihat bahwa Pada tahun 2002 jumlah bangunan irigasi sebanyak 1.093 buah , jumlah bangunan persawahan sebanyak 220 buah, panjang jaringan irigasi sepanjang 258.409 km dengan luas areal irigasi seluas 12.817 ha. Bila dilihat perkembangan sarana pengairan di Kabupaten Langkat, maka dapat dikatakan bahwa jumlah sarana pengairan yang ada semakin berkurang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 34: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-34

Tabel 3.22 Perkembangan Sarana Pengairan Kabupaten Langkat Tahun 1998-2002

Yang Dilayani Bendungan Timbang Lawan

NO JENIS PENGAIRAN 1998 1999 2000 2001 2002

1 Jumlah Bangunan Irigasi (buah)

1.285 1.112 1.091 1.093 1.093

2 Jumlah Bangunan Persawahan (buah)

216 220 220 220 220

3 Panjang Jaringan Irigasi (km)

257.954 258.409 258.409 258.409 258.409

4 Panjang Jaringan Rawa/Tadah Hujan (km)

363.168 291.851 291.852 291.852 291.852

5 Luas Areal Irigasi (ha) 9.711 12.817 12.817 12.817 12.817

6 Luas Areal Rawa/Tadah Hujan (ha)

59.497 39.432 39.432 39.432 39.432

Sumber : Cabang Dinas Pengairan Kab. Langkat

C. Bendung Timbang Lawan

Bendung Timbang Lawan merupakan bangunan irigasi yang sangat penting dalam penyediaan air irigasi bagi penduduk Kecamatan Bohorok. Bendungan Timbang Lawan mampu menyuplai irigasi teknis seluas 752 Ha yang mencakup 2 desa dengan penduduk sekitar 1.500 KK yang tersebar dalam 16 kampung. Dari luas sawah yang teririgasi tersebut sekitar 70% dikelola oleh pemilik dengan rata-rata pemilikan lahan 0,80 Ha dan sisanya 30% dikelola oleh penggarap/penyewa dengan rata-rata luas 0,46 ha. Berdasarkan peta kesesuaian lahan sekitar 602 Ha tergolong dalam kelas sangat sesuai (S1) dan 150 Ha dalam kelas sesuai (S2). Dalam pengelolaan lahan pertanian, para petani umumnya tidak begitu tertarik secara intensif mengelola lahan seperti program P2T3 (Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam) karena adanya fluktuasi harga gabah, khususnya saat panen raya sehingga harga turun secara drastis. Dalam kondisi seperti ini pertanian sawah tidak begitu menarik bagi petani. Petani-petani penggarap membentuk kelompok-kelompok tani dengan jumlah keseluruhan 24 kelompok tani (Tabel.3.23).

Page 35: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-35

Tabel 3.23 Kelompok Tani dan Luas Lahan Sawah Irigasi

DESA KELOMPOK TANI LUAS (HA)

1. Sampe Raya 1. Setia Tani 2. Sadah Arif 3. Harapan Jawa 4. Suka Damai 5. Kesadaran 6. Subur Tani 7. Mekar Tani 8. Gotong Royong 9. Murni 10. Semangat

24 39 25 30 26 27 30 30 26 30

2. Timbang Lawan 1. Ingin Maju 2. Harapan 3. Rantau Panjang 4. Paluh Pangkar 5. Panah 6. Simpang Mursal 7. Pulo Pisang 8. Makmur 9. Darma Bakti 10. Sejahtera 11. Sekata 12. Subur Lestari 13. Mekar Tani 14. Segar Tani

35 25 34 50 50 17 29 34 24 29 24 29 25 60

Selain untuk irigasi, Bendung Timbang Lawan juga dimanfaatkan untuk perikanan darat. Produksi tahunan perikanan mencapai 0,2 ton/ha. Produksi gabah jagung dan perikanan disajikan pada Tabel 3.24.

Page 36: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-36

Tabel 3.24

Produktivitas Pertanian dan Perikanan yang Dilayani Bendung Timbang Lawan

NO

PER

UN

TU

KA

N

MT

I

MT

II

MT

III

PAN

EN

T

AH

UN

AN

(T/H

A)

KE

TE

RA

NG

AN

1 Gabah (sawah) 4460 GKG - - 4680 GKG 4570 GKG 2 Kolam (ikan) - - 0,2 - - - 0,2 Ikan segar 3 Jagung - - 4750 - - - 4750 Jagung

Kering

3.1.12 Pariwisata

A. Kunjungan Wisata Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten Langkat. Bila dilihat perkembangan jumlah wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing mulai tahun 2000 hingga tahun 2002 menunjukkan peningkatan. Secara lebih rinci mengenai jumlah wisatawan di Kabupaten Langkat Tahun 1997-2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.25 Perkembangan Jumlah Wisatawan Dengan Lama Tinggal 4 Hari

Di Kabupaten Langkat Tahun 1997-2002

TAHUN JUMLAH WISATAWAN

MANCANEGARA

JUMLAH WISATAWAN DOMESTIK

1997 14.240 134.972 1998 6.503 82.937 1999 883 15.543 2000 934 10.955 2001 8.577 36.301 2002 8.834 62.789

Sumber : Selayang Pandang Kabupaten Langkat 2002

Page 37: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-37

B. Obyek Wisata

Obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Langkat pada tahun 2002 sebanyak 21 obyek wisata, dimana sebagian besar obyek wisata tersebut adalah wisata alam. Secara rinci obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Langkat pada tahun 2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.26 Obyek Wisata di Kabupaten Langkat Tahun 2002

NO OBYEK WISATA LOKASI/KECAMATAN

1 Pemandian dan Rehabilitasi Orang Utan Bukit Lawang

Bahorok

2 Gua Batu Rizal Bahorok 3 Gua Batu Kapal Bahorok 4 Gua dan Air Terjun Marike Salapian 5 Pemandian Alam Namu Relok Salapian 6 Pemandian Alam Reh Meriana Salapian 7 Pemandian Alam Pangkal Sei Bingei 8 Air Terjun Lau Berteh Sei Bingei 9 Pemandian Alam Namu Ukur Utara Sei Bingei 10 Parnah Semelir Sei Bingei 11 Mesjid Azizi Tanjung Pura 12 Pantai Kuala Serapuh Tanjung Pura 13 Sumber Air Panas Padang Tualang 14 Permandian Kuala Buluh Padang Tualang 15 Hol Tuan Guru Besilam Padang Tualang 16 Pemandian Tangkahan Padang Tualang 17 Pantai Tanjung Karang Pangkalan Susu 18 Pantai Pulau Sembilan Pangkalan Susu 19 Istana Batu Taman Gunung Leuser (TNGL) Besitang 20 Dusun Pantai Buaya Besitang 21 Dusun Aras Nepal Besitang Sumber : Selayang Pandang Kabupeten Langkat 2002

Page 38: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-38

C. Pusat Rehabilitasi Orang Utan

Obyek Wisata ini terletak di Hutan Suaka Alam Bukit Lawang Kecamatan Bahorok. Pusat Rehabilitasi Orang Utan ini menarik dan mudah dicapai, jauhnya dari Kota Binjai sekitar 60 kilometer atau sekitar 85 kilometer dari Kota Medan.

Pusat Rehabilitasi Orang Utan ini didirikan pada tahun 1973 dengan dukungan dana dari World Wild Fund (WWF) (Dana Suaka Alam Dunia) dengan luas areal 51.900 hektar. Kemudian sejak 1980 digabungkan dengan suaka alam daerah Aceh yang diberi nama Taman Nasional Gunung Leuser yang luasnya 847.115 hektar yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam I Sumatera Utara. Pusat Rehabilitasi Orang Utan ini dimaksudkan sebagai tempat pemeliharaan satwa orang utan (mawas) yang dilindungi untuk dihutankan kembali. Usaha ini perlu dilakukan karena semakin langkanya jenis binatang ini.

Untuk sampai ke areal Pusat Rehabilitasi Orang Utan, dari Kantor Balai Konservasi Sumberdaya Alam di Bukit Lawang harus menyusuri jalan setapak sekitar 20 menit kemudian menyeberang sungai dengan menggunakan sampan kecil dan dilanjutkan dengan mendaki bukit sejauh 80 meter untuk sampai ke tempat pemberian makan orang utan yang dijadwalkan setiap pemberian makan pada pagi hari jam 06.30 – 09.00 WIB dan pada sore hari jam 14.30 – 15.00 WIB.

Obyek wisata ini merupakan obyek wisata yang telah lama dikenal sampai manca negara. Di obyek wisata ini selain dapat melihat dari dekat jenis orang utan juga dapat menikmati panorama keindahan alam disekitarnya, yaitu berupa hutan yang menghijau, sungai yang jernih yang dapat digunakan sebagai tempat pemandian. Selain itu, di tempat ini juga dapat dilakukan perjalanan lintas hutan (cross country) sampai ke daerah-daerah pedalaman dengan menyeberangi sungai-sungai dan mendaki bukit-bukit curam. Di Bukit Lawang terdapat juga usaha arung jeram dengan route Marike sampai Jembatan Bahorok melalui Sungai Wampu.

Obyek wisata Bukit Lawang telah ditata oleh Pemerintah Daerah maupun pihak swasta termasuk pihak perkebunan. Obyek wisata ini sudah dimasukkan dalam salah satu paket tour oleh Biro Perjalanan Umum yang berada di Medan yang menangani Wisatawan Nusantara maupun Wisatawan Mancanegara yang akan berkunjung ke Bukit Lawang.

Page 39: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-39

D. Taman Nasional Gunung Leuser

Bahorok adalah sebagian kecil dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang luasnya sekitar 847.115 hektar. Luas TNGL di wilayah Kabupaten Langkat adalah 223.505 hektar (berdasarkan Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser) yang berada pada tujuh kecamatan dan tiga puluh enam desa. TNGL merupakan kawasan Hutan Lindung yang spesifik di dunia. Kawasan ini berfungsi untuk melindungi proses ekologi dan sistem penyangga kehidupan, mengawetkan keanekaragaman sumber plasma nutfah serta merupakan kawasan alami yang berfungsi sebagai areal tangkapan air. Terdapat lima buah sungai besar yang berhulu di hutan Kawasan TNGL, yaitu Sei Wampu, Sei Batang Serangan, Sei Lepan, Sei Bingei, dan Sei Besitang.

Keindahan alam Taman Nasional ini telah terkenal ke segala penjuru dunia karena kawasan ini merupakan tempat naungan beberapa satwa dan vegetasi yang terancam punah serta jarang sekali dijumpai atau ditemui di dunia ini seperti Badak Sumatera, Orang Utan, Bunga Raflesia (bunga terbesar di dunia), Monyet Ekor Panjang. Selain itu di Taman Nasional ini juga didiami oleh beberapa jenis binatang lainnya seperti gajah, harimau, beruang, rusa, kijang, burung kuau, rangkong dan delapan jenis primata yang salah satu diantaranya adalah siamang (kera cerdas berwajah cantik) yang mengesankan karena memiliki suara merdu melengking dan dapat didengar dari jarak jauh. Di kawasan Taman Nasional ini juga dapat ditemui lebih kurang 320 jenis burung, 176 jenis binatang menyusui, 194 jenis binatang melata, dan 52 jenis amphibi. Disamping itu juga terdapat sekitar 3500 jenis tumbuh-tumbuhan dan pada setiap hektar dataran rendah terdapat sekitar 60-130 jenis pohon.

E. Sarana Wisata

Sarana wisata yang mendukung kegiatan wisata adalah tempat penginapan. Jumlah tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Langkat Tahun 2002 (sebelum terjadi bencana banjir Sungai Bahorok) sebanyak 26 buah semuanya berada di Kecamatan Bahorok. Secara rinci mengenai tempat penginapan di Kabupaten Langkat tahun 2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 40: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-40

Tabel 3.27

Tempat Penginapan di Kabupaten Langkat Tahun 2002

NO NAMA LOKASI/KECAMATAN

1 Anggrek Leuser Inn & Restoran Bahorok 2 Bukit Lawang Park Bahorok 3 Penginapan Muslim Bahorok 4 Dido-Dido Bahorok 5 Eden Inn Bahorok 6 Beneninydayat Bahorok 7 A.M. Guest House Bahorok 8 Indah Inn Bahorok 9 Queen Emerald & Restoran Bahorok 10 Inn Peter Fismer Bahorok 11 Ainar Akomodation Bahorok 12 Back To Nature Bahorok 13 Jungle Inn Bahorok 14 Losmen Bahorok River & Restaurant Bahorok 15 Marina 55 Guest House Bahorok 16 Yusma Guest House Bahorok 17 Goa Restaurant Bahorok 18 Mutiara Indah Bahorok 19 Jaipong Inn Bahorok 20 Sayang Ibu Bahorok 21 Roky Hill Bahorok 22 Bukit Lawang Cottage Bahorok 23 Hotel Rindu Alam Bukit Lawang Bahorok 24 Wisma Leuser Sibayak Bukit Lawang Bahorok 25 Wisma Bukit Lawang Bahorok 26 Wisma Sutomo Bahorok

Sumber : Selayang Pandang Kabupeten Langkat 2002

Page 41: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-41

3.2 DAS BAHOROK

Sesuai dengan kebutuhan dalam analisa dan penyusunan arahan pemanfaatan ruang DAS Bahorok, maka informasi-informasi yang dibutuhkan pada tingkat wilayah DAS Bahorok adalah sebagai berikut : letak geografis & administratif, hidrologi, hidrometeorologi, geomorfologi, geologi, jenis & struktur tanah, kependudukan, ekonomi, penggunaan lahan dan prasarana wilayah.

3.2.1 Letak Geografis & Administratif

DAS Bahorok merupakan bagian dari DAS Wampu Besitang terletak di Kecamatan Bahorok dengan luas wilayah sebesar 23.386,99 hektar. Secara geografis DAS Bahorok berbatasan dengan :

? Sebelah Utara : Sub DAS Batang Sirangan ? Sebelah Selatan : DAS Singkil ? Sebelah Timur : Sub DAS Wampu Hulu ? Sebelah Barat : Sub DAS Wampu Hulu

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.8

Secara administrasi, desa-desa yang termasuk dalam DAS Bahorok adalah Desa Bukit Lawang, Desa Timbang Lawan, dan sebagian Desa Sampe Raya. Luas wilayah Kecamatan Bahorok menurut desa tahun 2002 adalah sebagai berikut :

Page 42: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-42

Tabel 3.28 Luas Wilayah Kecamatan Bahorok Menurut Desa Tahun 2002

NO DESA LUAS (KM2) JARAK KE

IBUKOTA KEC (KM)

1 Batu Jong Jong 479,00 15 2 Lauk Damak 40,00 4 3 Timbang Lawan 49,04 4 4 Sampe Raya 48,38 7 5 Bukit Lawang 32,26 6 6 Perk. Bungara 38,90 11 7 Pekan Bahorok 6,25 0,5 8 Empus 20,02 2,5 9 Perk. Turangi 16,39 4

10 Simp. Pl. Rambung 34,00 8 11 Sematar 4,39 5 12 Perk. Pl. Rambung 23,76 11 13 Suka Rakyat 11,20 14 14 Tanjung Lenggang 26,50 12 15 Sebertung 14,94 26 16 Sumber Jaya 23,50 16 17 Perk. Sei Musam 32,50 24 18 Sei Musam Kendit 32,20 23 19 Amal Tani 31,87 25

Jumlah 965,10 Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002

3.2.2 DAS & Sistim Sungai Bahorok

DAS Bahorok terletak pada Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai luas sebesar 23.466 ha. Di bagian barat berbatasan dengan punggung Gunung Alas-Bukit Barisan, di sebelah selatan dibatasi dengan DAS Sungai Landak dan sebelah utara berbatasan dengan DAS Sungai Musani. Sistem sungai Bahorok merupakan sungai yang berada pada daerah dengan tiga buah kemiringan memanjang dengan topografis yang berbeda. Zone pertama di bagian hulu merupakan zone dengan kemiringan memanjang sungai yang relatif terjal (lebih dari 10%), dengan kemiringan lereng lebih dari 60%, dan panjang sungai utama Bahorok berkisar 8 km. Zone kedua pada kemiringan memanjang sedang sampai tinggi (4-6%) dengn kemiringan lereng sekitar 30-45%, dengan panjang sungai utama 7 km. Sedangkan pada zone ketiga dengan kemiringan memanjang sekitar 2% dengan kemiringan lereng kurang dari 30% dan panjang sungai utama sekitar 3 km.

Page 43: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-43

Lokasi kawasan wisata Bahorok di Bukit Lawang terletak pada kaki bukit (zone ketiga). Morfologi sungai Bahorok pada lokasi wisata tersebut adalah river braided yaitu sungai yang bercabang-cabang dengan gosong pasir yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut. Jenis material gosong pasir adalah berupa pasir, kerikil dan krakal serta brankal (ø 1-25 cm). Sifat morfologi sungai braided adalah dinamis, pada kondisi alamiah dapat berubah lokasi arus utamanya. Banjir pada tipe morfologi braided ini umumnya menyebabkan perubahan drastis pada dasar dan profil sungai di zone tersebut.

3.2.3 Iklim & Curah Hujan

Berdasarkan analisis curah hujan harian dari tahun 1996 hingga kejadian bencana, curah hujan yang terjadi di atas 100 mm/hari ternyata banyak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan hujan tersebut tidak menyebabkan banjir bandang, bahkan pada tanggal 6 Juni 1996 curah hujan yang terjadi pernah mencapai 235 mm/hari, namun di Sungai Bohork tidak terjadi banjir bandang. Demikian pula dengan bulan September 2003, pernah terjadi hujan 120 mm/hari dan 110 mm/hari, tetapi Sungai Bahorok tidak mengalami banjir bandang. Artinya, curah hujan tersebut bukan merupakan faktor satu-satunya yang menimbulkan banjir bandang. Beberapa kejadian hujan dengan tebal hujan lebih dari 100 mm/hari yang pernah terjadi di Desa Bukit Lawang sebagai berikut.

Tabel 3.29

Curah Hujan Dengan Tebal Lebih Dari 100 mm/hari di Desa Bukit Lawang

NO TEBAL HUJAN SEHARI (MM) WAKTU HUJAN TANGGAL

1 125 19.30 – 21.00 27 April 1996 2 235 19.30 – 21.00 6 Juni 1996 3 115 05.30 – 7.00 3 Juli 1996 4 115 16.00 – 22.00 1 September 1996 5 105 17.00 – 21.00 15 September 1996 6 109 17.30 – 21.00 29 September 1996 7 105 05.00 – 11.00 16 November 1996 8 105 09.00 – 18.00 23 Desember 2000 9 106 20.00 – 24.00 24 September 2001 10 111 - 20 Oktober 2001 11 107 17.00 – 21.00 9 Februari 2003 12 120 19.00 – 21.30 13 September 2003 13 110 - 17 September 2003 14 101 18.00 – 21.30 2 November 2003

Sumber: Kantor Perkebunan Bahorok

Page 44: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-44

3.2.4 Debit Banjir

Banjir adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan (runoff extremes) dimana tinggi muka air sungai atau debit sungai melebihi suatu batas yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu (Harto, 1993). Sedangkan menurut Hewlett (1982), bahwa banjir adalah setiap aliran air yang merusak harta milik manusia. Menurut Ward dan Robinson (1990), penyebab dari seluruh kejadian banjir adalah curah hujan yang berlebihan dan atau curah hujan lebat yang turun dalam waktu yang lama. Pada kondisi tersebut tidak ada kesempatan air untuk untuk berinfiltrasi ke dalam tanah, mungkin karena sudah jenuh, sehingga curah hujan yang turun langsung menjadi aliran permukaan dan menyebabkan banjir. Selain itu beberapa karakteristik DAS (bentuk DAS cenderung bulat) yang meningkatkan intensitas aliran langsung yang sekaligus akan meningkatkan pergerakan air di dalam DAS seperti penurunan waktu konsentrasi.

Pada dasarnya banjir dibedakan menjadi dua, yaitu banjir yang terjadi sebagai akibat meluapnya debit aliran dari alur sungai dan menggenangi dataran banjir, dan yang kedua adalah banjir bandang (flash flood). Banjir bandang terjadi akibat adanya volume air yang sangat besar yang mengalir secara tiba-tiba, seperti jebolnya bendungan di bagian hulu atau tengah DAS (dam break). Pada kasus kejadian bencana banjir yang terjadi di Sungai Bohorok pada tanggal 2 November 2003 merupakan banjir bandang (flash flood) yang terjadi akibat jebolnya bendung-bendung yang terdapat di bagian tengah DAS. Berdasarkan wawancara dengan penduduk menunjukkan tidak adanya banjir besar. Debit maksimum yang pernah dicapai hanya mencapai bibir tebing sungai saja. Fakta ini menunjukkan bahwa timbulnya debit besar saat bencana disebabkan oleh faktor lain, yaitu adanya bendungan -bendungan alami hasil dari penyumbatan alur sungai oleh material longsor dan pohon-pohon yang tumbang.

Bendung-bendung tersebut terjadi akibat adanya material longsor yang membendung atau menghambat aliran sungai sehingga timbul genangan air ketinggian dan luas tertentu pada alur sungai Bohorok. Adanya curah hujan yang deras (101 mm) menyebabkan bendung-bendung alami tersebut jebol dan mengalir ke bagian bawah sehingga menimbulkan efek berantai. Diperkirakan ketinggian muka air saat banjir bandang mencapai 10 meter dalam waktu 30 menit.

Page 45: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-45

3.2.5 Geologi

Berdasarkan peta geologi skala 1 : 250.000 yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, formasi batuan yang terdapat di DAS Bahorok terdiri dari jenis batuan metamorf, yaitu dari jen is : wake, batusabak, arenit kwarsa, batulanau dan batuan konglomeratan (Gambar 2.6). Sebagaimana diketahui bahwa batuan metamorf merupakan batuan yang sangat keras, karena telah mengalami proses tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Namun demikian pada formasi ini terdapat struktur geologi berupa patahan/sesar yang cukup rapat, mulai dari Bukit Lawang sampai sekitar (10-15) km ke arah hulu sungai Indikasi adanya patahan dapat terlihat dengan jelas di daerah tempat pariwisata Bukit Lawang yaitu adanya bidang sesar serta sungai Bahorok yang membelok dengan tajam ke arah Selatan. Struktur patahan tersebut aktif sehingga mengalami pergerakan yang terbukti dari adanya kejadian gempa-gempa lemah secara periodic (rata-rata 1 – 2 kali setiap tahun). Pada zona-zona patahan biasanya merupakan zona yang sangat rapuh, sehingga jika ada pemacu (trigger), maka akan timbul gangguan yaitu berupa pergerakan tanah atau batuan, disebut dengan longsoran. Pemacu (trigger) dapat berupa gempabumi, hujan yang terus menerus atau lainnya. Longsoran-longsoran yang terlihat di rekaman film dapat disimpulkan terjadi di zona sesar yang terdapat pada sekitar (10-15) km dari Desa Bukit Lawang.

Page 46: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-46

Gambar 3.8 Peta Geologi DAS Bohorok & Lokasi-Lokasi Longsor Berada Pada Sesar

Gambar 3.9 Longsoran yang Terjadi di Sekitar Sungai Bohorok

Daerah longsor

Desa Bukit Lawang

Page 47: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-47

Gambar 3.10 Peta Kemiringan Lereng DAS Bahorok

Page 48: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-48

Gambar 3.11 Peta Tanah DAS Bahorok

Page 49: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-49

Gambar 3.12 Peta Geologi DAS Bahorok

Page 50: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-50

3.2.6 Kependudukan

Kependudukan akan dibahas meliputi jumlah dan distribusi pendudukan, pertumbuhan penduduk dan struktur penduduk yang terdapat di Kecamatan Bahorok dan D AS Bahorok.

22. Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk

Berdasarkan data Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002, jumlah penduduk Kecamatan Bahorok sebanyak 42.498 jiwa. Seperti halnya Kabupaten Langkat, apabila dilihat dari kepadatan penduduknya di Kecamatan Bahorok juga relatif tidak merata. Kepadatan penduduk rata-rata di Kecamatan Bahorok sebesar 44 jiwa/km2, dimana kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Pekan Bahorok yaitu sebesar 395 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah terdapat di Desa Batu Jong Jong yang hanya sebesar 6 jiwa/km2. Sedangkan bila dilihat dari persebarannya, maka persebaran penduduk di Kecamatan Bahorok juga relatif tidak tersebar secara merata. Hal ini terlihat dari distribusi penduduk Kecamatan Bahorok yang relatif terpusat di Desa Sampe Raya, Desa Timbang Lawan, dan Desa Sei Musam Kendit. Secara rinci mengenai jumlah, kepadatan dan distribusi penduduk Kecamatan Bahorok dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 51: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-51

Tabel 3.30 Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kecamatan Bahorok Tahun 2002

NO KECAMATAN LUAS (KM2)

PENDUDUK (JIWA)

KEPADATAN (JIWA/KM2)

DISTRIBUSI (%)

1 Batu Jong Jong 479,00 2.969 6,2 6,99 2 Lauk Damak 40,00 1.777 44,4 4,18

3 Timbang Lawan 49,04 3.513 71,6 8,27

4 Sampe Raya 48,38 4.797 99,2 11,29

5 Bukit Lawang 32,26 1.782 55,2 4,19

6 Perk. Bungara 38,90 1.129 29,0 2,66

7 Pekan Bahorok 6,25 2.470 395,2 5,81

8 Empus 20,02 1.849 92,4 4,35

9 Perk. Turangi 16,39 1.690 103,1 3,98

10 Simp. Pl. Rambung 34,00 2.253 66,3 5,30

11 Sematar 4,39 1.180 268,8 2,78

12 Perk. Pl. Rambung 23,76 1.008 42,4 2,37

13 Suka Rakyat 11,20 1.575 140,6 3,71

14 Tanjung Lenggang 26,50 2.893 109,2 6,81

15 Sebertung 14,94 3.103 207,7 7,30

16 Sumber Jaya 23,50 2.371 100,9 5,58

17 Perk. Sei Musam 32,50 857 26,4 2,02

18 Sei Musam Kendit 32,20 3.640 113,0 8,57

19 Amal Tani 31,87 1.642 51,5 3,86

Jumlah 965.10 42.498 44.0 100,00 Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002, diolah.

B Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kecamatan Bahorok tahun 2000-2002 adalah sebesar 0,85%. Laju pertumbuhan penduduk ini relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Langkat pada periode yang sama yaitu sebesar 3,16%.

Page 52: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-52

Tabel 3.31 Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Bahorok Tahun 2000-2002

TAHUN JUMLAH PENDUDUK

(JIWA)

2000 41.786 2001 42.440 2002 42.498

Laju Pertumb Penddk Rata-rata

0,85%

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002,

41400

41600

41800

42000

42200

42400

42600

2000 2001 2002

Gambar 3.13 Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Bahorok Tahun 2000-2002

B. Struktur Penduduk Struktur penduduk Kecamatan Bahorok menurut jenis kelaminnya pada tahun 2002 terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki relatif lebih banyak bila dibanding dengan jumlah penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 101. Secara rinci mengenai struktur penduduk Kecamatan Bahorok menurut jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 53: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-53

Tabel 3.32 Struktur Penduduk Kecamatan Bahorok Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2002

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN RASIO JENIS

KELAMIN

1 Batu Jong Jong 1.534 1.435 107 2 Lauk Damak 917 860 107

3 Timbang Lawan 1.750 1.763 99

4 Sampe Raya 2.439 2.358 103

5 Bukit Lawang 894 888 101

6 Perk. Bungara 567 562 101

7 Pekan Bahorok 1.208 1.262 96

8 Empus 919 930 99

9 Perk. Turangi 856 834 103

10 Simp. Pl. Rambung 1.125 1.128 100

11 Sematar 572 608 94

12 Perk. Pl. Rambung 503 505 100

13 Suka Rakyat 779 796 98

14 Tanjung Lenggang 1.439 1.454 99

15 Sebertung 1.537 1.566 98

16 Sumber Jaya 1.218 1.153 106

17 Perk. Sei Musam 417 440 95

18 Sei Musam Kendit 1.859 1.781 104

19 Amal Tani 835 807 103

Jumlah 21.368 21.130 101 Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002

3.2.7 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di DAS Bahorok didominasi oleh hutan primer seluas 19.559,9 ha (86,31%), kebun seluas 1.108,3 ha (4,89%), sawah seluas 807,23 ha (3,56%), kelapa sawit seluas 374,2 ha (1,65%), dan penggunaan lahan lainnya seperti semak belukar dan lain-lain. Kawasan hutan di DAS Bahorok merupakan hutan hujan tropis primer yang termasuk di dalam Kawasan TNGL yang tujuannya adalah untuk kawasan perlindungan dan pelestarian flora, fauna dan ekosistemnya. Sehingga secara legal kawasan tersebut tidak ada peruntukkan bagi kegiatan pengusahaan hutan. Kawasan hutan tersebut memiliki kondisi penutupan yang

Page 54: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-54

masih baik. Tajuk hutan sebagian besar sangat rapat dan lebih dari 90% DAS Bohorok tertutup oleh kanopi tajuk pohon-pohon besar.

Tabel 3.33 Penggunaan Lahan DAS Bahorok Tahun 2004

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE

(%)

1 Hutan Primer 19.559,9 86,31 2 Kebun 1.108,3 4,89 3 Kelapa Sawit 374,2 1,65 4 Sawah 807,23 3,56 5 Semak Belukar 623,85 2,75 6 Lokasi Relokasi 8,18 0,05 7 Longsor 179,8 0,79

Total 22.661,41 100,00 Sumber : Citra Landsat,diolah.

Longsoran1%

Semak Belukar3%

Hutan Primer85%

Sawah4%

Kebun5%

Kelapa Sawit2%

Lokasi Relokasi0%

Gambar 3.14 Grafik Penggunaan Lahan DAS Bahorok Berdasarkan Citra Lansad Tanggal 19 Maret &

18 April 2004

Page 55: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-55

Gambar 3.15 Peta Citra DAS Bahorok

Page 56: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-56

Gambar 3.16 Peta Penggunaan Lahan tahun 2004

Page 57: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-57

3.2.8 Prasarana Wilayah

A. Jalan Panjang jalan di Kecamatan Bahorok pada tahun 2002 sepanjang 343 km, dimana sebagian besar masih berupa jalan tanah sepanjang 147 km, jalan yang diperkeras sepanjang 132 km, dan jalan aspal hanya sepanjang 64 km. Secara rinci mengenai panjang jalan menurut jenisnya di Kecamatan Bahorok tahun 2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.34

Panjang Jalan Menurut Jenisnya di Kecamatan Bahorok Tahun 2002

NO DESA ASPAL DIPERKERAS JALAN TANAH

JUMLAH

1 Batu Jong Jong - - 8,00 8,00 2 Lauk Damak - 3,00 3,00 6,00 3 Timbang Lawan 8,00 5,00 - 13,00 4 Sampe Raya 5,00 - 12,00 17,00 5 Bukit Lawang 2,00 12,00 24,00 38,00 6 Perk. Bungara - 18,00 9,00 27,00 7 Pekan Bahorok 6,00 4,00 6,00 16,00 8 Empus 2,00 3,00 - 5,00 9 Perk. Turangi 6,00 5,00 12,00 23,00 10 Simp. Pl. Rambung 5,00 6,00 - 11,00 11 Sematar - 6,00 5,00 11,00 12 Perk. Pl. Rambung - 11,00 24,00 35,00 13 Suka Rakyat - 8,00 3,00 11,00 14 Tanjung Lenggang 20,00 7,00 - 27,00 15 Sebertung - 16,00 5,00 21,00 16 Sumber Jaya 10,00 5,00 - 15,00 17 Perk. Sei Musam - 11,00 21,00 32,00 18 Sei Musam Kendit - 2,00 12,00 14,00 19 Amal Tani - 10,00 3,00 13,00 Jumlah 64,00 132,00 147,00 343,00

Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002

Page 58: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-58

B. Listrik

Berdasarkan data pelanggan listrik di Kecamatan Bahorok tahun 2002 dapat di katakan bahwa semua desa di Kecamatan Bahorok telah teraliri jaringan listrik, namun tingkat pelayanan listrik di kecamatan ini baru mencapai 48,4%. Secara rinci mengenai jumlah pelanggan listrik di Kecamatan Bahorok tahun 2002 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.35

Banyaknya RT Pelanggan Listrik di Kecamatan Bahorok Tahun 2002

NO DESA JUMLAH RUMAH TANGGA

PELANGGAN LISTRIK PLN

PERSENTASE (%)

1 Batu Jong Jong 847 162 19,13 2 Lauk Damak 461 159 34,49 3 Timbang Lawan 1.018 369 36,25 4 Sampe Raya 1.086 317 29,19 5 Bukit Lawang 450 312 69,33 6 Perk. Bungara 292 297 101,71 7 Pekan Bahorok 674 342 50,74 8 Empus 460 268 58,26 9 Perk. Turangi 420 478 113,81

10 Simp. Pl. Rambung 576 328 56,94 11 Sematar 356 174 48,88 12 Perk. Pl. Rambung 212 261 123,11 13 Suka Rakyat 274 126 45,99 14 Tanjung Lenggang 712 276 38,76 15 Sebertung 525 291 55,43 16 Sumber Jaya 446 247 55,38 17 Perk. Sei Musam 211 127 60,19 18 Sei Musam Kendit 876 328 37,44 19 Amal Tani 394 118 29,95

Jumlah 10.290 4.980 48,40 Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002

Page 59: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-59

C. Telepon

Berdasarkan data pelanggan telepon di Kecamatan Bahorok tahun 2002 dapat di katakan bahwa tidak semua desa di Kecamatan Bahorok terdapat jaringan telepon. Jaringan telepon hanya terdapat di Desa Sampe Raya dan Pekan Bahorok. Pelanggan telepon masih sangat sedikit yaitu hanya sebanyak 5 sambungan telepon. Secara rinci mengenai jumlah pelanggan telepon di Kecamatan Bahorok tahun 2002 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 3.36

Banyaknya RT Pelanggan Telepon di Kecamatan Bahorok Tahun 2002

NO DESA JUMLAH RUMAH TANGGA

PELANGGAN TELEPON

PERSENTASE (%)

1 Batu Jong Jong 847 0 0,00 2 Lauk Damak 461 0 0,00 3 Timbang Lawan 1.018 0 0,00 4 Sampe Raya 1.086 3 0,28 5 Bukit Lawang 450 0 0,00 6 Perk. Bungara 292 0 0,00 7 Pekan Bahorok 674 2 0,30 8 Empus 460 0 0,00 9 Perk. Turangi 420 0 0,00

10 Simp. Pl. Rambung 576 0 0,00 11 Sematar 356 0 0,00 12 Perk. Pl. Rambung 212 0 0,00 13 Suka Rakyat 274 0 0,00 14 Tanjung Lenggang 712 0 0,00 15 Sebertung 525 0 0,00 16 Sumber Jaya 446 0 0,00 17 Perk. Sei Musam 211 0 0,00 18 Sei Musam Kendit 876 0 0,00 19 Amal Tani 394 0 0,00

Jumlah 10.290 5 0,05 Sumber : Kecamatan Bahorok Dalam Angka 2002

Page 60: p3%5cdasbahorok%5cbab III

LAPORAN ANTARA

Arahan Penyusunan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-60