Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian...

14
23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada tahun 2006 tetap terbuka, meskipun dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Pencapaian peluang ini sangat ditentukan oleh peran Pemerintah dalam memberikan stimulus fiskal, baik berupa pengeluaran konsumsi maupun investasi. Peran Pemerintah dalam menggerakkan perekonomian menjadi penting karena sektor swasta menghadapi tantangan berat. Tantangan terberat yang dihadapi pelaku ekonomi adalah melemahnya daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga semester I-2006. Selain itu, meningkatnya biaya kapital sebagai dampak dari kenaikan suku bunga BI Rate yang mulai tertransmisikan ke suku bunga kredit juga berpengaruh terhadap kinerja perekonomian. Kondisi ekspor juga belum menunjukkan kemajuan berarti karena kondisi permintaan dunia yang belum membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan masalah rendahnya daya saing produk ekspor. Kendati demikian, memasuki semester II-2006 tekanan terhadap pertumbuhan diperkirakan mulai berkurang sejalan dengan mulai stabilnya gejolak harga, mulai efektifnya hasil dari serangkaian kebijakan sektor riil yang diupayakan pemerintah, dan membaiknya ekspektasi masyarakat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2006 diperkirakan berada pada kisaran 5,0-5,7% (yoy). Ke depan, inflasi IHK diperkirakan masih tetap tinggi hingga akhir triwulan III-2006 dan selanjutnya cenderung menurun di penghujung tahun. Tekanan harga akibat kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 menyebabkan laju inflasi IHK bertahan pada level yang tinggi sampai dengan triwulan III-2006. Selanjutnya, di akhir tahun 2006 tekanan inflasi IHK diperkirakan akan mereda dan diperkirakan berada pada sekitar 8% (yoy) seiring dengan berkurangnya dampak kebijakan administered price, ekspansi ekonomi yang masih berada di bawah kapasitas potensialnya, dan berkurangnya tekanan dari sisi eksternal. Perkiraan inflasi ini juga telah mempertimbangkan kenaikan TDL dan kenaikan harga gabah masing- masing sebesar 30% serta produksi pangan yang tidak sebaik tahun sebelumnya. Namun demikian, risiko laju inflasi yang lebih tinggi tetap patut diwaspadai, terutama yang berasal dari kemungkinan penerapan kebijakan penyesuaian harga barang administered lainnya yang pada saat ini belum dapat diidentifikasi. Dengan mempertimbangkan risiko tersebut, laju inflasi IHK pada tahun 2006 diperkirakan berada pada kisaran 7-9% (yoy). ASUMSI DAN SKENARIO Kondisi Perekonomian Internasional Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3% pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3% pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3% pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3% pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3% 1 . . . . . Pertumbuhan 1 World Economic Outlook √ IMF, September 2005.

Transcript of Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian...

Page 1: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

23

4. Outlook Perekonomian 2006

Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi

pada tahun 2006 tetap terbuka, meskipun dihadapkan pada tantangan yang cukup

berat. Pencapaian peluang ini sangat ditentukan oleh peran Pemerintah dalam

memberikan stimulus fiskal, baik berupa pengeluaran konsumsi maupun investasi.

Peran Pemerintah dalam menggerakkan perekonomian menjadi penting karena

sektor swasta menghadapi tantangan berat. Tantangan terberat yang dihadapi

pelaku ekonomi adalah melemahnya daya beli masyarakat pasca kenaikan harga

BBM yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga semester I-2006. Selain itu,

meningkatnya biaya kapital sebagai dampak dari kenaikan suku bunga BI Rate

yang mulai tertransmisikan ke suku bunga kredit juga berpengaruh terhadap kinerja

perekonomian. Kondisi ekspor juga belum menunjukkan kemajuan berarti karena

kondisi permintaan dunia yang belum membaik dibandingkan tahun sebelumnya

dan masalah rendahnya daya saing produk ekspor. Kendati demikian, memasuki

semester II-2006 tekanan terhadap pertumbuhan diperkirakan mulai berkurang

sejalan dengan mulai stabilnya gejolak harga, mulai efektifnya hasil dari serangkaian

kebijakan sektor riil yang diupayakan pemerintah, dan membaiknya ekspektasi

masyarakat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2006

diperkirakan berada pada kisaran 5,0-5,7% (yoy).

Ke depan, inflasi IHK diperkirakan masih tetap tinggi hingga akhir triwulan III-2006

dan selanjutnya cenderung menurun di penghujung tahun. Tekanan harga akibat

kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 menyebabkan laju inflasi IHK

bertahan pada level yang tinggi sampai dengan triwulan III-2006. Selanjutnya, di

akhir tahun 2006 tekanan inflasi IHK diperkirakan akan mereda dan diperkirakan

berada pada sekitar 8% (yoy) seiring dengan berkurangnya dampak kebijakan

administered price, ekspansi ekonomi yang masih berada di bawah kapasitas

potensialnya, dan berkurangnya tekanan dari sisi eksternal. Perkiraan inflasi ini

juga telah mempertimbangkan kenaikan TDL dan kenaikan harga gabah masing-

masing sebesar 30% serta produksi pangan yang tidak sebaik tahun sebelumnya.

Namun demikian, risiko laju inflasi yang lebih tinggi tetap patut diwaspadai, terutama

yang berasal dari kemungkinan penerapan kebijakan penyesuaian harga barang

administered lainnya yang pada saat ini belum dapat diidentifikasi. Dengan

mempertimbangkan risiko tersebut, laju inflasi IHK pada tahun 2006 diperkirakan

berada pada kisaran 7-9% (yoy).

ASUMSI DAN SKENARIO

Kondisi Perekonomian Internasional

Perekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimanaPerekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimanaPerekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimanaPerekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimanaPerekonomian global pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh stabil sebagaimana

pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3%pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3%pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3%pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3%pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2005, yaitu sekitar 4,3%11111 . . . . . Pertumbuhan

1 World Economic Outlook √ IMF, September 2005.

Page 2: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

24

ekonomi dunia ke depan masih didukung oleh ekspansi ekonomi dari kelompok

negara industri (AS dan Jepang) serta negara-negara kawasan Euro sejalan dengan

masih cukup kuatnya permintaan domestik dan kegiatan investasi di negara-negara

tersebut. Perekonomian AS dan Jepang diperkirakan tumbuh stabil di tengah masih

berlangsungnya kebijakan moneter AS yang ketat dan tetap tingginya harga minyak

dunia. Di lain pihak, perekonomian kawasan Euro yang sempat terpuruk di tahun

2005 diperkirakan akan membaik seiring dengan perbaikan permintaan domestik,

termasuk peningkatan kegiatan investasi yang dipicu oleh cukup rendahnya tingkat

suku bunga. Sementara itu, meski pertumbuhan ekonomi negara berkembang

diperkirakan melambat, tetapi tetap tumbuh dalam level yang cukup tinggi. Di

kawasan Asia, perekonomian Cina dan India, masih menjadi motor penggerak

pertumbuhan ekonomi dikawasan ini. Sejalan dengan perekonomian dunia yang

tumbuh relatif stabil, volume perdagangan dunia tahun 2006 diperkirakan juga

tumbuh stabil pada sekitar 7,4%.

Laju inflasi dunia pada tahun 2006 diperkirakan akan melambat.Laju inflasi dunia pada tahun 2006 diperkirakan akan melambat.Laju inflasi dunia pada tahun 2006 diperkirakan akan melambat.Laju inflasi dunia pada tahun 2006 diperkirakan akan melambat.Laju inflasi dunia pada tahun 2006 diperkirakan akan melambat. Berkurangnya

tekanan inflasi sejalan dengan perkiraan masih berlangsungnya respon kebijakan

moneter ketat oleh beberapa bank sentral hingga paro pertama

tahun 2006. Laju inflasi yang lebih rendah terjadi pada

kelompok negara maju dan negara berkembang, yaitu masing-

masing mencapai 2,0% dan 5,7%, dibandingkan 2,2% dan

5,9% pada tahun lalu. Perkembangan harga komoditas

diperkirakan akan bervariasi. Berdasarkan kelompoknya, harga

kelompok komoditi nonmigas cenderung menurun, sementara

pada komoditas migas diperkirakan masih akan mengalami

peningkatan. Masih tingginya permintaan dunia ditengah

pasokan minyak dunia yang relatif terbatas menyebabkan terus

bertahannya harga minyak dunia di level yang tinggi. Energy

Information Administration (EIA) memperkirakan harga minyak

dunia jenis WTI di tahun 2006 berkisar di level $55√$65 per

barrel. Sementara itu, harga komoditas nonmigas diperkirakan

mulai mengalami penurunan di tahun 2006. Meningkatnya

pasokan komoditi nonmigas merupakan faktor pendorong

menurunnya harga sebagian besar komoditas nonmigas di

tahun ini, terutama untuk komoditas produk pertanian, metal

dan mineral.

Kebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diadopsi olehKebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diadopsi olehKebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diadopsi olehKebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diadopsi olehKebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diadopsi oleh

beberapa bank sentral hingga paruh pertama 2006. beberapa bank sentral hingga paruh pertama 2006. beberapa bank sentral hingga paruh pertama 2006. beberapa bank sentral hingga paruh pertama 2006. beberapa bank sentral hingga paruh pertama 2006. Fedres

diperkirakan akan menaikkan suku bunga Fedfund hingga akhir

semester I-2006 dan diikuti oleh beberapa bank sentral di

kawasan Asia, seperti Thailand dan Malaysia. Namun demikian,

seiring dengan mulai menurunnya tekanan inflasi dan sebagai

upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, beberapa bank

sentral diperkirakan menahan kenaikan tingkat suku bunga lebih

Persen

Aktual Proyeksi

2003 2004 2005 2006

% (y-o-y)Tabel 4.1

Indikator Ekonomi Utama Dunia

Indikator Utama

Output DuniaOutput DuniaOutput DuniaOutput DuniaOutput Dunia 3,93,93,93,93,9 5,15,15,15,15,1 4,34,34,34,34,3 4,34,34,34,34,3Negara-negara industri majuNegara-negara industri majuNegara-negara industri majuNegara-negara industri majuNegara-negara industri maju 2,12,12,12,12,1 3,43,43,43,43,4 2,52,52,52,52,5 2,72,72,72,72,7

Amerika Serikat 3,1 4,4 3,5 3,3Jepang 2,7 2,6 2,0 2,0Kawasan Euro 0,4 1,9 1,2 1,8Inggris 2,1 3,1 1,9 2,2Kanada 1,6 2,7 2,9 3,2

Asia industri baru/PasifikAsia industri baru/PasifikAsia industri baru/PasifikAsia industri baru/PasifikAsia industri baru/Pasifik 3,13,13,13,13,1 5,65,65,65,65,6 4,0 4,7Australia 3,0 3,5 2,2 3,2Singapura 1,1 8,1 3,9 4,5Korea 2,6 4,6 3,8 5,0Hong Kong SAR 3,2 8,4 6,3 4,5

Negara-negara BerkembangNegara-negara BerkembangNegara-negara BerkembangNegara-negara BerkembangNegara-negara Berkembang 6,36,36,36,36,3 7,17,17,17,17,1 6,46,46,46,46,4 6,16,16,16,16,1Asia ex, Japan 7,3 7,8 7,8 7,2China 9,3 9,5 9,0 8,2India 7,2 6,9 7,1 6,3Malaysia 5,3 7,0 5,5 6,0Thailand 6,9 6,1 3,5 5,0

Laju Inflasi GlobalLaju Inflasi GlobalLaju Inflasi GlobalLaju Inflasi GlobalLaju Inflasi GlobalNegara Maju 1,8 2,0 2,2 2,0Negara Berkembang 6 5,8 5,9 5,7

Volume Perdagangan DuniaVolume Perdagangan DuniaVolume Perdagangan DuniaVolume Perdagangan DuniaVolume Perdagangan Dunia 4,84,84,84,84,8 9,89,89,89,89,8 7,07,07,07,07,0 7,47,47,47,47,4ImporImporImporImporImpor

Negara Maju 3,5 8,5 5,4 5,8Negara Berkembang 9,09,09,09,09,0 14,914,914,914,914,9 13,513,513,513,513,5 11,911,911,911,911,9

EksporEksporEksporEksporEksporNegara Maju 2,6 8,1 5,0 6,3Negara Berkembang 10,8 13,5 10,4 10,3

Harga Komoditas Internasional ($)Harga Komoditas Internasional ($)Harga Komoditas Internasional ($)Harga Komoditas Internasional ($)Harga Komoditas Internasional ($)Harga minyak 15,8 30,7 43,6 13,9Harga komoditas primer nonminyak 6,9 18,5 8,6 -2,1Negara-negara dalam transisi 11,1 11,1

Suku Bunga LIBOR 6 bulanSuku Bunga LIBOR 6 bulanSuku Bunga LIBOR 6 bulanSuku Bunga LIBOR 6 bulanSuku Bunga LIBOR 6 bulanDolar AS 1,2 1,8 3,6 4,5Euro 2,3 2,1 2,1 2,4

Sumber : *IMF, World Economic Outlook, Sept 2005

Page 3: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

25

lanjut di semester II-2006. Sementara itu, untuk meningkatkan kinerja

perekonomian, ECB dan RBA diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku

bunga kebijakannya, sementara BOE diprediksi akan menerapkan kebijakan moneter

longgar.

Skenario Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal tahun 2006 berpotensi lebih ekspansif dibandingkan rencanaKebijakan fiskal tahun 2006 berpotensi lebih ekspansif dibandingkan rencanaKebijakan fiskal tahun 2006 berpotensi lebih ekspansif dibandingkan rencanaKebijakan fiskal tahun 2006 berpotensi lebih ekspansif dibandingkan rencanaKebijakan fiskal tahun 2006 berpotensi lebih ekspansif dibandingkan rencana

semula. semula. semula. semula. semula. Defisit fiskal yang semula dianggarkan sebesar 0,7% dari PDB2 , dalam

realisasinya diperkirakan akan melebihi jumlah tersebut karena akan adanya

luncuran (carry over) beberapa belanja anggaran tahun 2005. Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.06/2005 yang berlaku sejak 25 Oktober

2005 telah ditetapkan beberapa program/kegiatan yang dapat diluncurkan

pelaksanaannya pada tahun 2006, yaitu: (i) program rehabilitasi dan rekonstruksi

Aceh dan Nias, (ii) Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

(PKPS-BBM) dan (iii) kegiatan Kementrian Negara/Lembaga yang telah dikontrakkan

selambat-lambatnya akhir November 2005 dan masa penyelesaian pekerjaan

selambat-lambatnya akhir April 2006. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut

bersumber dari luncuran hibah dan project loan 2005 serta Sisa Anggaran Lebih

(SAL) tahun-tahun sebelumnya. Akhir April 2006 merupakan batas waktu pencairan

dana untuk kegiatan (i) dan (ii), sedangkan batas waktu pencairan untuk kegiatan

(iii) adalah 5 Mei 2006. Dengan demikian, fiscal impulse tahun 2006 diindikasikan

ekspansif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan penggeraknya berupa konsumsi

dan investasi pemerintah, sementara pembayaran transfer berkurang dengan

turunnya anggaran untuk subsidi BBM. Walaupun lebih ekspansif dari rencana,

kesinambungan fiskal diperkirakan tetap terjaga, seperti meningkatnya surplus

keseimbangan primer dan menurunnya rasio utang Pemerintah (dari sekitar 50%

terhadap PDB menjadi sekitar 46% terhadap PDB). Terjaganya kesinambungan

ini diperkirakan akan mendorong membaiknya sentimen untuk tahun 2006 dan

dapat menjadi salah satu faktor positif untuk menarik modal asing.

Pemerintah merencanakan beberapa kebijakan fiskal tahun 2006 yang diharapkanPemerintah merencanakan beberapa kebijakan fiskal tahun 2006 yang diharapkanPemerintah merencanakan beberapa kebijakan fiskal tahun 2006 yang diharapkanPemerintah merencanakan beberapa kebijakan fiskal tahun 2006 yang diharapkanPemerintah merencanakan beberapa kebijakan fiskal tahun 2006 yang diharapkan

kondusif bagi perekonomian. kondusif bagi perekonomian. kondusif bagi perekonomian. kondusif bagi perekonomian. kondusif bagi perekonomian. Kebijakan tersebut antara lain: melanjutkan proses

penyusunan RUU Perpajakan; melanjutkan harmonisasi tarif bea masuk; revisi

terhadap UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; penyusunan dan perumusan

kebijakan pendapatan daerah dan harmonisasi Peraturan Daerah yang meliputi (a)

perluasan dan peningkatan sumber penerimaan daerah, (b) penyusunan mekanisme

pengawasan atas Perda pajak daerah dan retribusi daerah yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan bertentangan dengan

kepentingan umum; mempertajam prioritas penyediaan subsidi agar lebih tepat

sasaran dan menyediakan belanja bantuan sosial dengan tetap mempertimbangkan

kemampuan keuangan negara.

2 UU No.13/2005 tanggal 18 November 2005 tentang APBN 2006

Page 4: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

26

Skenario Kebijakan Sektor Riil

Penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan peningkatan daya saing eksporPenciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan peningkatan daya saing eksporPenciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan peningkatan daya saing eksporPenciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan peningkatan daya saing eksporPenciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan peningkatan daya saing ekspor

masih menjadi prioritas kebijakan sektor riil. masih menjadi prioritas kebijakan sektor riil. masih menjadi prioritas kebijakan sektor riil. masih menjadi prioritas kebijakan sektor riil. masih menjadi prioritas kebijakan sektor riil. Prioritas ini dibarengi pula dengan

upaya Bank Indonesia untuk secara konsisten terus mengendalikan kestabilan

makroekonomi. Pilihan ini utamanya ditujukan untuk memperbaiki persepsi investor

asing akan prospek ekonomi Indonesia dan didorong tekad memperbaiki prestasi

ekspor yang saat ini lebih didorong oleh faktor harga dan belum ditopang penuh

oleh peningkatan kapasitas produksi. Pembenahan iklim investasi diantaranya

dilakukan melalui penerbitan UU Penanaman Modal, serta evaluasi dan

penghapusan Peraturan Daerah yang menimbulkan in-efisiensi perekonomian. Di

samping itu, pelaksanaan Infrastruktur Summit II diharapkan akan meningkatkan

kegiatan investasi sekaligus mempercepat penyediaan infrastruktur. Di bidang

kegiatan perdagangan luar negeri, Pemerintah mengambil beberapa kebijakan untuk

meningkatkan ekspor, seperti dibukanya kesempatan ekspor bagi produk rotan

setengah jadi berbahan baku rotan hutan alam serta ekspor pupuk, yang diharapkan

dapat mendukung perbaikan kinerja ekspor.

Paket insentif 1 Oktober 2005 diperkirakan akan berjalan efektif di tahun 2006.Paket insentif 1 Oktober 2005 diperkirakan akan berjalan efektif di tahun 2006.Paket insentif 1 Oktober 2005 diperkirakan akan berjalan efektif di tahun 2006.Paket insentif 1 Oktober 2005 diperkirakan akan berjalan efektif di tahun 2006.Paket insentif 1 Oktober 2005 diperkirakan akan berjalan efektif di tahun 2006.

Walaupun sejumlah kendala masih dihadapi dalam implementasi paket insentif

tersebut, seperti hubungan pemerintah pusat dan daerah serta keterkaitan dari

departemen-depertemen teknis, namun pelaksanaan paket insentif tersebut diyakini

berpotensi untuk meningkatkan kinerja di sektor perdagangan dan perhubungan

sebagai prasarana kegiatan ekonomi di sektor-sektor lain.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menghadapi tantangan berupaPertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menghadapi tantangan berupaPertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menghadapi tantangan berupaPertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menghadapi tantangan berupaPertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menghadapi tantangan berupa

melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga. melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga. melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga. melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga. melemahnya daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga. Daya beli yang

melemah akan berpengaruh terhadap melambatnya pertumbuhan konsumsi

masyarakat. Kenaikan suku bunga dan prospek usaha yang tidak terlalu

menggembirakan akan berdampak terhadap kinerja investasi. Dari sisi produksi,

tekanan yang dihadapi sisi permintaan maupun kenaikan biaya produksi akan

berdampak terhadap Sektor Industri Pengolahan yang diperkirakan akan tumbuh

relatif stagnan dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja ini pada akhirnya diikuti

oleh perlambatan pertumbuhan sektor utama lain seperti Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran, Bangunan dan Pengangkutan dan Komunikasi. Meskipun

demikian, tekanan yang dihadapi sektor swasta diharapkan akan sedikit diimbangi

oleh peningkatan kinerja pengeluaran pemerintah, baik dalam bentuk belanja

konsumsi maupun investasi. Komitmen kuat pemerintah untuk meningkatkan

realisasi pencairan anggaran pemerintah pada awal tahun 2006 diharapkan akan

memberikan angin segar di tengah lesunya kinerja kegiatan investasi. Selain stimulus

fiskal, berbagai kebijakan di sektor riil yang telah diluncurkan pemerintah

diperkirakan akan mulai berdampak kepada perbaikan iklim usaha mulai semester

II-2006. Langkah-langkah nyata pemerintah dalam perbaikan iklim investasi

Page 5: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

27

berpotensi untuk memperbaiki persepsi pelaku bisnis terhadap prospek usaha ke

depan, yang pada gilirannya akan memungkinkan nilai tukar bergerak ke arah

yang lebih apresiatif. Apabila hal ini dapat terwujud, maka peluang perbaikan kinerja

produksi, konsumsi, maupun investasi diyakini akan meningkat.

Permintaan Agregat

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh kinerjaDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh kinerjaDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh kinerjaDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh kinerjaDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat ditentukan oleh kinerja

konsumsi dan investasi. konsumsi dan investasi. konsumsi dan investasi. konsumsi dan investasi. konsumsi dan investasi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih bertumpu pada

konsumsi, terutama yang bersumber dari meningkatnya pengeluaran pemerintah

dan mulai pulihnya daya beli masyarakat sejalan dengan rencana kenaikan gaji dan

upah minimum provinsi. Penurunan daya beli masyarakat diperkirakan menyebabkan

melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kisaran 3,0-4,0% (yoy)

dibandingkan tahun lalu sekitar 3,4-3,9% (yoy). Namun, perlambatan pertumbuhan

konsumsi secara total dapat dihindari karena adanya stimulus fiskal dari pemerintah

yang mendorong pertumbuhan cukup tinggi pada konsumsi pemerintah, yaitu

berkisar 13,0-14,0%. Peran investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

diperkirakan akan lebih meningkat pada paro kedua tahun 2006. Hal ini dapat

dicapai apabila asumsi investasi pemerintah di sektor infrastruktur dan migas mulai

berjalan serta berbagai UU yang memberikan insentif pada dunia usaha, seperti

UU Perpajakan, akan mulai efektif pada pertengahan tahun.

Kegiatan investasi dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKegiatan investasi dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKegiatan investasi dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKegiatan investasi dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKegiatan investasi dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran

8,4%-9,4% (yoy), yang berarti menurun dibandingkan tahun lalu. 8,4%-9,4% (yoy), yang berarti menurun dibandingkan tahun lalu. 8,4%-9,4% (yoy), yang berarti menurun dibandingkan tahun lalu. 8,4%-9,4% (yoy), yang berarti menurun dibandingkan tahun lalu. 8,4%-9,4% (yoy), yang berarti menurun dibandingkan tahun lalu. Kegiatan investasi

dalam tahun 2006 diperkirakan akan mengalami tantangan yang cukup berat.

Penurunan kegiatan investasi ini terutama terkait dengan lesunya prospek usaha

akibat melemahnya daya beli masyarakat. Disamping melemahnya permintaan,

pengusaha juga mulai dihadapkan pada peningkatan cost of capital sebagai dampak

dari kenaikan suku bunga BI Rate yang mulai tertransmisikan ke suku bunga kredit.

Ketidakpastian dalam prospek usaha ini menyebabkan pengusaha lebih bersikap

wait and see. Perkiraan kinerja kegiatan investasi yang melambat ini sejalan dengan

Leading Indikator Investasi yang mengindikasikan adanya perlambatan siklus

pertumbuhan investasi sejak triwulan I-2005, dengan titik puncak pertumbuhan

terjadi pada triwulan IV-2004.

Melemahnya kegiatan investasiMelemahnya kegiatan investasiMelemahnya kegiatan investasiMelemahnya kegiatan investasiMelemahnya kegiatan investasi

swasta diharapkan dapatswasta diharapkan dapatswasta diharapkan dapatswasta diharapkan dapatswasta diharapkan dapat

diimbangi oleh kegiatan investasidiimbangi oleh kegiatan investasidiimbangi oleh kegiatan investasidiimbangi oleh kegiatan investasidiimbangi oleh kegiatan investasi

pemerintah. pemerintah. pemerintah. pemerintah. pemerintah. Dorongan dari

stimulus fiskal, yang diyakini

memiliki efek pengganda yang

cukup besar terhadap

perekonomian secara

keseluruhan, diharapkan akan

menjadi tulang punggung

2004 2005f 2006f

% (y-o-y)

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Rincian

Total Konsumsi 4,60 1,97 2,59 5,66 3,5 - 4,0 3,3 - 3,8 4,0 - 5,0 Rumah Tangga 4,94 3,22 3,59 4,43 2,8 - 3,3 3,4 - 3,9 3,0 - 4,0 Pemerintah 1,95 -8,63 -5,70 16,15 8,1 - 8,6 2,6 - 3,1 13 - 14Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 15,71 13,68 14,54 9,18 3,2 - 3,7 9,6 - 10 8,4 - 9,4Ekspor Barang dan Jasa 8,47 13,30 12,69 3,39 3,1 - 3,6 7,6 - 8,1 7,4 - 8,4Impor Barang dan Jasa 24,95 15,58 17,86 9,29 1,5 - 2,0 11 - 11 9,1 - 10PRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTO 5,135,135,135,135,13 6,126,126,126,126,12 5,845,845,845,845,84 5,345,345,345,345,34 4,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,5 5,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,6 5,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,7

Sumber : BPS (diolah)f : Forecast Bank Indonesia.

2005 I II III IVf

Page 6: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

28

kegiatan investasi di tahun 2006. Optimisme terhadap stimulus fiskal ini seiring

dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan yang menetapkan beberapa

program/kegiatan tahun 2005 yang dapat diluncurkan pelaksanaannya pada tahun

2006. Mengingat batas waktu pencairan dana untuk beberapa kegiatan/program

yang dapat diluncurkan pelaksanaannya ke tahun 2006 adalah pada bulan April-

Mei 2006, maka investasi pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan

yang cukup signikan, khususnya pada awal tahun 2006. Selain itu, masalah prosedur

administratif yang sepanjang tahun 2005 menghambat pelaksanaan kegiatan

investasi pemerintah diharapkan dapat teratasi pada tahun ini.

Disamping stimulus fiskal, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakanDisamping stimulus fiskal, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakanDisamping stimulus fiskal, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakanDisamping stimulus fiskal, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakanDisamping stimulus fiskal, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakan

perbaikan iklim investasi merupakan faktor penting yang dapat menjagaperbaikan iklim investasi merupakan faktor penting yang dapat menjagaperbaikan iklim investasi merupakan faktor penting yang dapat menjagaperbaikan iklim investasi merupakan faktor penting yang dapat menjagaperbaikan iklim investasi merupakan faktor penting yang dapat menjaga

kesinambungan kegiatan investasi. kesinambungan kegiatan investasi. kesinambungan kegiatan investasi. kesinambungan kegiatan investasi. kesinambungan kegiatan investasi. Paket deregulasi yang telah diluncurkan

sebelumnya, seperti Paket 1 Oktober 2005, maupun sejumlah paket deregulasi

lain yang siap diluncurkan, diharapkan akan mulai berdampak pada pertengahan

tahun 2006.

Dari sisi pembiayaan, tantangan bagi pembiayaan investasi dalam tahun 2006Dari sisi pembiayaan, tantangan bagi pembiayaan investasi dalam tahun 2006Dari sisi pembiayaan, tantangan bagi pembiayaan investasi dalam tahun 2006Dari sisi pembiayaan, tantangan bagi pembiayaan investasi dalam tahun 2006Dari sisi pembiayaan, tantangan bagi pembiayaan investasi dalam tahun 2006

diperkirakan cukup berat. diperkirakan cukup berat. diperkirakan cukup berat. diperkirakan cukup berat. diperkirakan cukup berat. Mulai tertransmisikannya kenaikan BI Rate ke suku bunga

kredit akan mempengaruhi permintaan kredit. Kredit perbankan pada tahun 2006

diperkirakan tumbuh dalam kisaran 15-20%, setelah pada tahun 2005 mencapai

21% hingga Oktober. Alternatif pembiayaan dari non-perbankan diperkirakan juga

menghadapi tantangan berat sejalan dengan memburuknya prospek usaha emiten

dan naiknya suku bunga. Peningkatan suku bunga diperkirakan akan menyebabkan

perusahaan menunda realisasi penerbitan obligasi sampai waktu yang dianggap

lebih tepat. Meskipun demikian, pembiayaan ekonomi diperkirakan juga akan

terbantu oleh mengalirnya pembiayaan dari luar negeri, terutama memasuki paro

kedua tahun 2006. Hal ini sejalan dengan mulai membaiknya kondisi makroekonomi

di semester II-2006 dan perkiraan mulai bergulirnya proyek-proyek hasil kerjasama

maupun investasi bilateral dengan beberapa investor asing.

Konsumsi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 3,0Konsumsi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 3,0Konsumsi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 3,0Konsumsi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 3,0Konsumsi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 3,0

√ 4,0%, lebih rendah dibandingkan tahun 2005.√ 4,0%, lebih rendah dibandingkan tahun 2005.√ 4,0%, lebih rendah dibandingkan tahun 2005.√ 4,0%, lebih rendah dibandingkan tahun 2005.√ 4,0%, lebih rendah dibandingkan tahun 2005. Kinerja konsumsi swasta ini

terutama terkait dengan melemahnya daya beli akibat melonjaknya laju inflasi pasca

kenaikan harga BBM pada triwulan akhir 2005. Selain itu, kegiatan konsumsi swasta

diperkirakan juga akan menghadapi kendala dari sisi pembiayaan akibat dari mulai

tertransmisikannya kenaikan BI Rate ke sektor riil melalui kenaikan suku bunga

kredit. Kinerja konsumsi swasta yang melemah ini sejalan dengan hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia bulan Desember 2005 yang menunjukkan masih

pesimisnya keyakinan konsumen terkait dengan kondisi ekonomi saat ini maupun

ekspektasi konsumen dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun demikian,

memasuki semester II-2006 kinerja konsumsi swasta diperkirakan akan membaik

sejalan dengan mulai meningkatnya kegiatan ekonomi dan mulai pulihnya daya

beli masyarakat. Secara umum, kinerja konsumsi swasta diperkirakan juga akan

terbantu oleh rencana kenaikan gaji PNS dan UMP, serta stimulus fiskal berupa

Page 7: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

29

lanjutan program kompensasi penghematan subsidi BBM yang

disalurkan baik secara tunai langsung maupun melalui sektor

pendidikan dan kesehatan. Disamping itu, peningkatan

penghasilan tidak kena pajak mulai 1 Januari 2006 berpotensi

meningkatkan konsumsi swasta.

Konsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKonsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKonsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKonsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaranKonsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran

12,8%- 13,3% (yoy), meningkat cukup pesat dari tahun lalu.12,8%- 13,3% (yoy), meningkat cukup pesat dari tahun lalu.12,8%- 13,3% (yoy), meningkat cukup pesat dari tahun lalu.12,8%- 13,3% (yoy), meningkat cukup pesat dari tahun lalu.12,8%- 13,3% (yoy), meningkat cukup pesat dari tahun lalu.

Pesatnya peningkatan kinerja konsumsi pemerintah ini terutama

karena meningkatnya anggaran belanja daerah, adanya rencana

kenaikan gaji yang meliputi: kenaikan gaji pokok PNS rata-rata

15%, kenaikan tunjangan fungsional untuk golongan I-IV yang

tidak menjabat dapat mencapai 55% dan kenaikan tunjangan

fungsional lainnya sekitar 10%. Dengan perkembangan ini, pangsa konsumsi

Pemerintah meningkat dari pangsa historisnya sekitar 8% dari PDB menjadi sekitar

10% dari PDB. Konsumsi Pemerintah dapat lebih tinggi apabila luncuran dana

rehabilitasi Aceh dapat direalisasikan.

Kegiatan ekspor barang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan tumbuh melambatKegiatan ekspor barang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan tumbuh melambatKegiatan ekspor barang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan tumbuh melambatKegiatan ekspor barang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan tumbuh melambatKegiatan ekspor barang dan jasa dalam tahun 2006 diperkirakan tumbuh melambat

dibandingkan tahun 2005. dibandingkan tahun 2005. dibandingkan tahun 2005. dibandingkan tahun 2005. dibandingkan tahun 2005. Kinerja ekspor yang belum menggembirakan ini terkait

dengan kondisi permintaan dunia yang tumbuh relatif sama dengan tahun 2005

dan permasalahan daya saing yang rendah. Ditinjau dari sisi daya saing, apabila

melihat perbandingan indeks Bilateral Real Exchange Rate di kawasan regional,

Indonesia sesungguhnya masih memiliki peluang peningkatan ekspor. Namun

dengan mempertimbangkan adanya berbagai kendala yang terkait dengan daya

saing, maka dalam melakukan proyeksi, faktor ≈keunggulan∆ ini cenderung

diperlakukan secara hati-hati. Salah satu komoditi andalan yang diperkirakan

mengalami peningkatan adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), menyusul

kesepakatan baru antara Cina dan AS yang berpeluang meningkatkan ekspor

Indonesia, serta CPO. Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, ekspor

barang dan jasa secara riil pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh dalam kisaran

7,4 √ 8,4% (yoy).

Sejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik impor barang dan jasaSejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik impor barang dan jasaSejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik impor barang dan jasaSejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik impor barang dan jasaSejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik impor barang dan jasa

diperkirakan juga akan mengalami perlambatan.diperkirakan juga akan mengalami perlambatan.diperkirakan juga akan mengalami perlambatan.diperkirakan juga akan mengalami perlambatan.diperkirakan juga akan mengalami perlambatan. Di samping karena melambatnya

faktor permintaan, pootensi penurunan laju pertumbuhan impor dapat timbul

apabila nilai tukar rupiah melemah. Untuk tahun 2006, kegiatan impor diperkirakan

akan tumbuh dalam kisaran 9,1√10,1%, yang berarti melambat dibandingkan tahun

2005.

Penawaran Agregat

Dari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh melambat padaDari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh melambat padaDari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh melambat padaDari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh melambat padaDari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh melambat pada

tahun 2006 sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian.tahun 2006 sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian.tahun 2006 sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian.tahun 2006 sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian.tahun 2006 sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian.

Bagi produsen, masalah penurunan daya beli masyarakat, kenaikan biaya kapital,

dan kenaikan biaya produksi akan sangat mempengaruhi tingkat produksinya. Oleh

Grafik 4.1

Indeks Keyakinan Konsumen

40

60

80

100

120

140

160Indeks

2004 2005

Indeks Keyakinan Konsumen

Kondisi Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi Konsumen

optimis

pesimis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Page 8: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

30

karenanya, apabila peran pemerintah

sebagai stimulan perekonomian dapat

lebih dioptimalkan diharapkan dapat

mendorong meningkatnya permintaan

domestik yang selanjutnya dapat diikuti

oleh meningkatnya sisi produksi.

Sektor Industri Pengolahan pada tahunSektor Industri Pengolahan pada tahunSektor Industri Pengolahan pada tahunSektor Industri Pengolahan pada tahunSektor Industri Pengolahan pada tahun

2006 diperkirakan mencatat laju2006 diperkirakan mencatat laju2006 diperkirakan mencatat laju2006 diperkirakan mencatat laju2006 diperkirakan mencatat laju

pertumbuhan cenderung stagnan, yaitupertumbuhan cenderung stagnan, yaitupertumbuhan cenderung stagnan, yaitupertumbuhan cenderung stagnan, yaitupertumbuhan cenderung stagnan, yaitu

pada kisaran 5,1-6,1% (yoy). pada kisaran 5,1-6,1% (yoy). pada kisaran 5,1-6,1% (yoy). pada kisaran 5,1-6,1% (yoy). pada kisaran 5,1-6,1% (yoy). Penurunan

daya beli masyarakat, sebagaimana

tercermin pada perlambatan

pertumbuhan konsumsi masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor industri

pengolahan tidak tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Adanya stimulus

fiskal pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi maupun investasi, sedikit banyak

diperkirakan dapat membantu sektor industri pengolahan dari perlambatan

pertumbuhan. Perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada triwulan I-

2006 dan berangsur mulai meningkat pada triwulan II-2006 sejalan dengan

perbaikan daya beli masyarakat dan stimulus dari pemerintah. Ekspektasi akan

kembali membaiknya perekonomian pada semester II diperkirakan akan mendorong

industri untuk meningkatkan produksinya. Berdasarkan kelompoknya,

pertumbuhan sektor ini diperkirakan berasal dari kelompok industri makanan dan

minuman, industri kimia, serta industri logam dasar besi dan baja. Walaupun

daya beli masyarakat cenderung melemah, kinerja di subsektor industri makanan

dan minuman serta industri ikutannya, seperti industri kimia diperkirakan tidak

menurun. Sementara, stimulus belanja modal pemerintah diperkirakan akan

mendorong proyek-proyek infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang selanjutnya

diperkirakan memperbaiki kinerja di subsektor industri terkait, seperti subsektor

industri logam dan semen. Peluang kenaikan output diperkirakan terjadi pada

kelompok industri logam dan tekstil. Dimenangkannya tender internasional proyek

transmisi gas dari Sumatera Selatan ke Jawa Barat (SSWJ) tahap II oleh konsorsium

perusahaan pipa domestik diperkirakan mendorong pertumbuhan di kelompok

industri logam. Subsektor Industri Tekstil juga berpeluang meningkat produksinya

sebagai dampak dari kebijakan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang membatasi

ekspor TPT Cina. Kebijakan yang akan ditempuh oleh pasar utama tekstil dunia ini

berpotensi mengembangkan ekspor ke negara tersebut. Sementara itu, penurunan

daya beli masyarakat diperkirakan akan memukul kinerja subsektor Industri Alat

Angkutan. GAIKINDO memperkirakan penjualan kendaraan bermotor di pasar

domestik akan turun dari 530 ribu unit pada 2005 menjadi sekitar 450-500 ribu

pada 2006. Pada kelompok sepeda motor, penjualan tahun depan diperkirakan

hanya tumbuh 5-7%, turun cukup tajam dari sekitar 17% pada tahun ini.

2004 2005f 2006f

% (y-o-y)

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sektor 2005 I II III IVf

Pertanian 4,06 2,46 1,07 1,64 1,6 - 2,1 1,5 - 2,0 1,9 - 2,9Pertambangan & Penggalian -4,61 0,70 -0,76 -2,32 -1,4 - -0,9 -1,2 - -0,7 -1,9 - -0,9Industri Pengolahan 6,19 6,49 5,48 5,59 4,4 - 4,9 5,3 - 5,8 5,1 - 6,1Listrik, Gas & Air Bersih 5,91 7,81 8,85 9,78 8,3 - 8,8 8,5 - 9,0 8,3 - 9,3Bangunan 8,17 7,32 8,11 6,31 4,6 - 5,1 6,4 - 6,9 5,4 - 6,4Perdagangan, Hotel & Restoran 5,80 9,97 9,96 7,88 5,3 - 5,8 8 - 8,5 7,6 - 8,6Pengangkutan & Komunikasi 12,70 13,12 13,93 12,87 9,7 - 10 12,2 - 12,7 10,5 - 11,5Keuangan, Persewaan & Jasa 7,72 6,40 9,75 9,07 7,2 - 7,7 7,9 - 8,4 7,0 - 8,0Jasa-jasa 4,91 4,90 4,36 5,36 2,4 - 2,9 4,1 - 4,6 4,2 - 5,2PRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTO 5,135,135,135,135,13 6,126,126,126,126,12 5,85,85,85,85,8 4,344,344,344,344,34 4,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,54,0 - 4,5 5,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,65,3 - 5,6 5,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,75,0 - 5,7

f Angka proyeksi Bank Indonesia

Page 9: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

31

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2006Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2006Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2006Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2006Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2006

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2005, yaitudiperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2005, yaitudiperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2005, yaitudiperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2005, yaitudiperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2005, yaitu

pada kisaran 7,6-8,6% (yoy). pada kisaran 7,6-8,6% (yoy). pada kisaran 7,6-8,6% (yoy). pada kisaran 7,6-8,6% (yoy). pada kisaran 7,6-8,6% (yoy). Penurunan daya beli masyarakat

diperkirakan akan menurunkan kegiatan di sektor ini

sebagaimana diprediksikan oleh berbagai asosiasi yang terkait

dengan perdagangan eceran. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

memperkirakan volume penjualan diperkirakan tumbuh 10-15%

pada tahun 2006. Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan

dengan perkiraan penjualan tahun ini yang mencapai 20%.

Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia juga

memperkirakan bahwa pasokan barang kebutuhan sehari-hari

ke pasar modern akan merosot hingga 20% pada 2006 akibat

penurunan daya beli. Perlambatan ini sejalan dengan masih

pesimisnya konsumen pada Survei Konsumen November 2005. Selanjutnya, seiring

dengan upaya yang ditempuh Bank Sentral dan Pemerintah untuk menekan laju

inflasi dan perbaikan daya beli masyarakat, pertumbuhan sektor ini berangsur-

angsur membaik walaupun secara keseluruhan tahun 2006 pertumbuhannya masih

lebih lambat dibandingkan tahun 2005.

Produksi sektor Pertanian diperkirakan masih akan meningkat pada tahun 2006.Produksi sektor Pertanian diperkirakan masih akan meningkat pada tahun 2006.Produksi sektor Pertanian diperkirakan masih akan meningkat pada tahun 2006.Produksi sektor Pertanian diperkirakan masih akan meningkat pada tahun 2006.Produksi sektor Pertanian diperkirakan masih akan meningkat pada tahun 2006.

Setelah mengalami berbagai hambatan pada tahun 2005 sektor pertanian

diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 1,9-2,9% pada tahun 2006-2007. Upaya

pemerintah untuk menjamin ketersediaan maupun kenaikan harga yang minimal

untuk komoditas pupuk pada musim tanaman 2005/06 diharapkan akan

mendukung keberhasilan panen tanaman padi. Akselerasi pertumbuhan sektor ini

antara lain didukung pula oleh program pengembangan produksi padi oleh

pemerintah dalam rangka swasembada beras berkelanjutan sd tahun 2010 melalui

perluasan areal 0,37% per tahun dan peningkatan produktivitas sebesar 0,48%

sejak tahun 2006. Paket insentif 1 Oktober 2005 yang akan mengubah status

pajak produk primer, khususnya pertanian, dari PPN menjadi barang bukan kena

pajak diharapkan dapat memberikan gairah untuk meningkatkan output sektor

ini. Di subsektor perkebunan, program pemerintah untuk meningkatkan areal panen

kelapa sawit dari 5 juta ha saat ini menjadi 8 juta ha dalam 3 tahun mendatang

diharapkan akan mendorong peningkatan produksi komoditi tersebut. Namun

demikian, apabila upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi padi tidak

optimal, maka pertumbuhan di sektor ini pada tahun 2006 diperkirakan lebih lambat

dibandingkan pertumbuhan tahun 2005.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yangSektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yangSektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yangSektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yangSektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yang

melambat dibandingkan tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi danmelambat dibandingkan tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi danmelambat dibandingkan tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi danmelambat dibandingkan tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi danmelambat dibandingkan tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi dan

melambatnya kegiatan ekonomi.melambatnya kegiatan ekonomi.melambatnya kegiatan ekonomi.melambatnya kegiatan ekonomi.melambatnya kegiatan ekonomi. Subsektor Pengangkutan diperkirakan akan

terpengaruh oleh kedua faktor tersebut, sementara subsektor Komunikasi

diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi. Gejala perlambatan di subsektor

Pengangkutan terindikasi dari penurunan penumpang mudik lebaran tahun 2005

pasca kenaikan harga BBM yang turun 14,65% dibandingkan tahun lalu. Dalam

Grafik 4.2

Perkembangan Kegiatan Sektor Industri - SKDU

-6,0

0,0

6,0

12,0

18,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Realisasi Perkiraan

Page 10: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

32

tahun 2006, revisi Permenhub No.35/2005 yang membatasi usia pesawat yang

akan didaftarkan dan dioperasikan oleh operator untuk transportasi penumpang

hingga maksimal 20 tahun diperkirakan akan berpengaruh terhadap jumlah pesawat

yang layak beroperasi. Selanjutnya, peningkatan pertumbuhan sektor pengangkutan

diperkirakan akan terjadi pada triwulan II yang didorong oleh meningkatnya kembali

kegiatan ekonomi. Aktivitas angkutan barang diperkirakan akan kembali marak

seiring dengan reformasi yang dicanangkan pemerintah meliputi pengurangan

jembatan timbang dari 127 buah menjadi 64 buah dan pembatalan 36 Perda sektor

perhubungan mengenai kelebihan beban angkutan kendaraan di jembatan timbang.

Sementara itu, subsektor Komunikasi diperkirakan masih memiliki kinerja yang cukup

mengesankan sejalan dengan masih terbukanya peluang pasar di bidang

telekomunikasi. Asosiasi Telepon Seluler Indonesia memperkirakan untuk tahun

2006 jumlah pelanggan selular diperkirakan mencapai 50,2 juta meningkat dari 40

juta pada tahun 2005. Peningkatan pelanggan masih dimungkinkan mengingat

tingkat penetrasi selular masih rendah. Perkiraan ini juga diperkuat dengan adanya

investasi yang cukup besar pada beberapa tahun terakhir untuk memperluas jaringan

telepon, diantaranya adalah peluncuran satelit Telkom2 pada November 2005.

Dengan perkembangan tersebut, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan

tumbuh pada kisaran 10,5-11,5% pada tahun 2006.

Sektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatifSektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatifSektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatifSektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatifSektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatif

pada tahun 2006. pada tahun 2006. pada tahun 2006. pada tahun 2006. pada tahun 2006. Penurunan sektor ini disebabkan oleh produksi minyak mentah

yang diperkirakan masih belum menggembirakan. Hal ini terindikasi dari

penggunaan asumsi produksi minyak dalam RAPBN 2006 yang memperkirakan

penurunan produksi dari 1,075 juta barel/hari pada tahun 2005 menjadi 1,050

juta barel/hari pada tahun 2006. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi sumur minyak

yang sudah tua sementara eksplorasi sumur baru masih belum memberikan hasil

yang signifikan. Sedangkan kinerja di sektor pertambangan nonmigas diperkirakan

tetap stagnan akibat tidak adanya investor baru berskala besar yang masuk. Hal ini

terjadi akibat belum adanya kepastian hukum terhadap industri pertambangan,

termasuk belum selesainya RUU Mineral dan Batubara. Padahal, kenaikan

permintaan, baik dunia maupun domestik akan komoditas tambang saat ini cukup

besar. Dari sisi domestik, potensi permintaan batubara meningkat terkait dengan

usaha kecil-menengah yang mulai mengkonversi bahan bakarnya dari BBM ke briket

batu bara serta rencana PLN dan Kementrian Riset dan Teknologi untuk membangun

PLTU berbahan baku batu bara di Tanjung Enim.

Sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran 8,3-9,3%Sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran 8,3-9,3%Sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran 8,3-9,3%Sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran 8,3-9,3%Sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran 8,3-9,3%

(yoy). (yoy). (yoy). (yoy). (yoy). Pertumbuhan yang relatif stabil ini tidak terlepas dari pertumbuhan sektor

industri yang juga stagnan. Dari sisi pasokan, sejumlah proyek infrastruktur di

sektor ini yang telah dibangun dalam kurun waktu dua tahun terakhir diperkirakan

akan menambah pasokan daya sekitar 2.650 MW. Tambahan pasokan tersebut

diantaranya berasal dari PLTGU Sengkang, PLTU Cilegon, PLTU Cilacap, PLTU Tanjung

Jati B, PLTA Bilibili, dan PLTP Darajat III. Penambahan pasokan ini merupakan upaya

untuk mengatasi krisis listrik saat ini akibat kapasitas produksi yang ada tidak mampu

Page 11: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

33

mengimbangi peningkatan permintaan rumah tangga dan kebutuhan sektor industri

pengolahan. Sementara itu, pembangunan pembangkit listrik nonmigas lainnya,

seperti PLTA Musi di Bengkulu, PLTU Tarahan di Lampung, PLTA Renun di Sumatera

Utara, serta PLTP Lahendong di Sulawesi Utara, terus dipercepat, yang dapat

menambah pasokan sebesar 3.222 MW.

Sektor Bangunan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahunSektor Bangunan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahunSektor Bangunan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahunSektor Bangunan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahunSektor Bangunan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun

2006 dibandingkan tahun lalu. 2006 dibandingkan tahun lalu. 2006 dibandingkan tahun lalu. 2006 dibandingkan tahun lalu. 2006 dibandingkan tahun lalu. Suku bunga kredit yang meningkat dan kenaikan

harga jual rumah diperkirakan akan menyebabkan melambatnya pertumbuhan

permintaan sektor properti. Menurut informasi dari Asosiasi Kontraktor Indonesia

(AKI), kegiatan konstruksi tahun 2006 diperkirakan akan turun. Sementara itu,

Perusahaan Real Estat Indonesia juga memperkirakan bahwa bisnis properti akan

mengalami perlambatan pada 2006, terutama untuk sektor komersial. Pertumbuhan

diperkirakan masih terjadi di sektor perumahan. Nilai tambah sektor ini diperkirakan

berangsur-angsur membaik sejak triwulan III-2006. Kemungkinan menurunnya suku

bunga seiring dengan berkurangnya tekanan terhadap inflasi dan perkiraan realisasi

pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dicanangkan Pemerintah pada

semester II-2006 diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor ini pada paro kedua

tahun 2006. Dengan perkembangan tersebut, sektor ini diperkirakan tumbuh pada

kisaran 5,4-6,4% (yoy) pada tahun 2006.

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa diperkirakan akan mengalami pertumbuhanSektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa diperkirakan akan mengalami pertumbuhanSektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa diperkirakan akan mengalami pertumbuhanSektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa diperkirakan akan mengalami pertumbuhanSektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

dengan laju yang melambat dibandingkan tahun 2005 pada kisaran 7,0-8,0% (yoy).dengan laju yang melambat dibandingkan tahun 2005 pada kisaran 7,0-8,0% (yoy).dengan laju yang melambat dibandingkan tahun 2005 pada kisaran 7,0-8,0% (yoy).dengan laju yang melambat dibandingkan tahun 2005 pada kisaran 7,0-8,0% (yoy).dengan laju yang melambat dibandingkan tahun 2005 pada kisaran 7,0-8,0% (yoy).

Perlambatan laju pertumbuhan diperkirakan terjadi baik di subsektor bank maupun

lembaga keuangan bukan bank. Di subsektor bank, perlambatan pertumbuhan

diperkirakan disebabkan oleh: (i) menipisnya net interest margin akibat

kecenderungan suku bunga deposito yang meningkat lebih besar daripada suku

bunga kredit; (ii) menurunnya permintaan kredit sejalan dengan melemahnya

kegiatan ekonomi; (iii) lebih selektifnya perbankan dalam melakukan ekspansi usaha

terkait dengan percepatan konsolidasi perbankan dan penerapan beberapa

Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang terkait dengan kehati-hatian dan terkait dengan

kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah (NPL) pada tahun 2005. Kenaikan

suku bunga diperkirakan juga akan berdampak terhadap nilai tambah lembaga

keuangan bukan bank, utamanya perusahaan pembiayaan konsumen dan leasing.

PRAKIRAAN INFLASI

Laju inflasi di akhir 2006 diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahunLaju inflasi di akhir 2006 diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahunLaju inflasi di akhir 2006 diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahunLaju inflasi di akhir 2006 diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahunLaju inflasi di akhir 2006 diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun

2005. 2005. 2005. 2005. 2005. Meredanya tekanan inflasi di akhir tahun tercermin dari Leading Indikator

Inflasi (LII) yang telah menunjukkan titik puncak inflasi pada akhir tahun 2005.

Secara statistik, inflasi IHK secara tahunan masih akan tinggi hingga mencapai dua

digit sampai dengan triwulan III-2006. Namun, pada triwulan IV diperkirakan mulai

menurun menjadi sekitar 8% pada akhir tahun 2006. Penurunan laju inflasi tersebut

telah mempertimbangkan berbagai asumsi, meliputi kebijakan administered prices

berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL), pola inflasi kelompok makanan yang masih

Page 12: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

34

belum membaik dibandingkan tahun lalu, dan kenaikan harga

dasar gabah. Dari sisi kesenjangan output, ekspansi ekonomi

yang masih di bawah kapasitas potensialnya turut mendukung

berkurangnya tekanan inflasi di akhir 2006. Kendati demikian,

perkiraan tersebut memiliki risiko menjadi lebih tinggi terkait

dengan kemungkinan penerapan kebijakan penyesuaian harga

administered tambahan yang pada saat ini belum dapat

diidentifikasi. Dengan perkiraan tersebut, laju inflasi IHK pada

akhir tahun 2006 diperkirakan sekitar 7-9%.

Tekanan inflasi dari kebijakan Pemerintah di bidang hargaTekanan inflasi dari kebijakan Pemerintah di bidang hargaTekanan inflasi dari kebijakan Pemerintah di bidang hargaTekanan inflasi dari kebijakan Pemerintah di bidang hargaTekanan inflasi dari kebijakan Pemerintah di bidang harga

diperkirakan mereda pada 2006. diperkirakan mereda pada 2006. diperkirakan mereda pada 2006. diperkirakan mereda pada 2006. diperkirakan mereda pada 2006. Kemungkinan kebijakan harga

Pemerintah yang pada saat ini dapat diidentifikasi adalah

kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 30% di awal tahun dan

penerapan kenaikan harga dasar gabah sebesar 30% pada triwulan II-2006.

Walaupun demikian, beberapa kebijakan administered yang apabila diterapkan pada

tahun 2006 berpotensi untuk meningkatkan perkiraan inflasi IHK. Kebijakan tersebut

diantaranya adalah kenaikan cukai rokok, elpiji, dan tarif telepon lokal.

Ekspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih akan beradaEkspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih akan beradaEkspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih akan beradaEkspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih akan beradaEkspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih akan berada

pada level yang cukup tinggi. pada level yang cukup tinggi. pada level yang cukup tinggi. pada level yang cukup tinggi. pada level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diindikasikan oleh

Indeks Ekspektasi Harga hasil Survei Penjualan Eceran dan Survei

Konsumen. Kedua indeks tersebut menunjukkan masih tingginya

ekspektasi inflasi dalam enam bulan ke depan, walaupun dalam

hasil Survei bulan Oktober 2005 ekspektasi tersebut mulai turun.

Ekspektasi inflasi masyarakat yang tetap tinggi didorong oleh

perkiraan laju inflasi IHK tahunan yang diperkirakan tetap tinggi

hingga triwulan III-2006 dan adanya rencana pemerintah untuk

menyesuaikan harga beberapa barang kelompok administered

di tahun 2006.

Tekanan inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan danTekanan inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan danTekanan inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan danTekanan inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan danTekanan inflasi yang bersumber dari interaksi permintaan dan

penawaran diperkirakan berada pada tingkat yang rendah.penawaran diperkirakan berada pada tingkat yang rendah.penawaran diperkirakan berada pada tingkat yang rendah.penawaran diperkirakan berada pada tingkat yang rendah.penawaran diperkirakan berada pada tingkat yang rendah.

Penerapan kebijakan kenaikan harga BBM pada 2005 dan suku

bunga diperkirakan akan mempengaruhi kondisi permintaan

masyarakat. Sampai dengan paro pertama 2006 permintaan

domestik diperkirakan akan menunjukkan perlambatan

pertumbuhan seiring dengan menurunnya daya beli serta

kegiatan investasi. Namun sejak semester II-2006 kondisi

permintaan diperkirakan akan membaik yang antara lain

didukung oleh optimisme keberhasilan program pemerintah

dalam memperbaiki iklim investasi. Pada periode yang sama,

kegiatan produksi barang diperkirakan dapat mengimbangi

peningkatan permintaan. Sektor ekonomi penghasil barang dan

jasa, seperti sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan

Grafik 4.4

Ekspektasi Inflasi SPE

100

110

120

130

140

150

160

170Indeks

2002 2003 2004 2005

Survei Penjualan Eceran, BI

Ekspektasi 6 bulan yad

Ekspektasi 3 bulan yad

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik 4.4

Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen

90

100

110

120

130

140

150

160

2003 2004 2005

Indeks

Ekspektasi harga 6 bl ke depanSurvei Konsumen - BI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Grafik 4.3

Leading Indikator Inflasi

97

98

99

100

101

102

103

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Indeks

Inflasi

Leading Indikator Inflasi

Page 13: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Outlook Perekonomian 2006

35

dan komunikasi, diperkirakan masih mencatat pertumbuhan.

Selain itu kelangsungan pasokan barang juga didukung oleh

maraknya kegiatan investasi sejak pertengahan 2006 yang

diperkirakan akan mendukung penambahan kapasitas produksi

perekonomian. Meskipun demikian, perlu dicermati adanya risiko

gangguan pasokan khususnya untuk komoditi pangan sejalan

dengan perkiraan menurunnya produksi beras di 2006 serta

kemungkinan masih akan diterapkannya kebijakan pembatasan

impor beras oleh pemerintah.

Tekanan sisi eksternal terhadap laju inflasi IHK diperkirakan akanTekanan sisi eksternal terhadap laju inflasi IHK diperkirakan akanTekanan sisi eksternal terhadap laju inflasi IHK diperkirakan akanTekanan sisi eksternal terhadap laju inflasi IHK diperkirakan akanTekanan sisi eksternal terhadap laju inflasi IHK diperkirakan akan

berkurang.berkurang.berkurang.berkurang.berkurang. Dampak sisi eksternal terhadap inflasi timbul baik

secara langsung melalui kenaikan harga barang konsumsi yang

diimpor, maupun secara tidak langsung melalui kenaikan biaya produksi yang antara

lain dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar. Kecenderungan penurunan laju inflasi

di negara-negara mitra dagang dan kurs rupiah yang diperkirakan relatif stabil

diharapkan mengurangi tekanan sektor eksternal terhadap inflasi. Dengan

demikian, dampak pass-through nilai tukar rupiah terhadap inflasi diperkirakan

tidak signifikan.

FAKTOR RISIKO

Gambaran prospek ekonomi dan laju inflasi ke depan akan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor risiko. Faktor-faktor tersebut secara umum berdampak kurang

menguntungkan (downside risks) terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Harga Minyak yang Tidak Stabil

Meskipun diperkirakan akan bergerak turun, namun harga minyak pada tahun

2006 masih berpotensi untuk bergejolak. Melonjaknya kembali harga minyak

internasional tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan negara-negara

penghasil minyak, sementara permintaan minyak dunia diperkirakan meningkat

seiring dengan perkiraan meningkatnya volume perdagangan dunia. Meningkatnya

harga minyak ini membawa dampak pada kenaikan harga berbagai komoditi

internasional karena meningkatnya ongkos produksi dan transportasi. Akibatnya,

kemampuan domestik untuk melakukan impor bahan baku dan barang modal

diperkirakan akan menurun, sehingga akan mempengaruhi kegiatan investasi dan

kinerja beberapa sektor. Dengan masih tingginya permintaan minyak domestik,

meningkatnya harga minyak juga akan memberikan tekanan kepada kondisi neraca

pembayaran, dan pada akhirnya ke nilai tukar rupiah. Di sisi lain, dengan

kemampuan fiskal yang sangat terbatas, melonjaknya kembali harga minyak akan

membuka kemungkinan naiknya kembali harga BBM dalam negeri. Apabila hal ini

terjadi, maka akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan diperkirakan

akan semakin melambat.

Grafik 4.6

Inflasi Negara Mitra Dagang

YoY%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Page 14: Outlook Perekonomian (23-36) - bi.go.id fileOutlook Perekonomian 2006 23 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005

36

Kepastian pelaksanaan kebijakan Pemerintah di bidang investasi dan

ekspor

Arah perkembangan ekonomi ke depan sangat dipengaruhi oleh kinerja investasi.

Karenanya, komitmen pemerintah untuk terus mengupayakan perbaikan iklim

investasi merupakan faktor penting bagi kesinambungan pertumbuhan ekonomi

ke depan. Langkah-langkah konkrit untuk terus mendorong iklim investasi semakin

diperlukan guna menjaga persepsi positif pelaku usaha. Keberhasilan dalam

Infrastructure Summit 2006, misalnya, apabila dapat tercapai diperkirakan dapat

memberikan sumbangan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain

itu, keberhasilan pemerintah mengimplementasikan Paket Insentif 1 Oktober 2005

akan sangat menentukan arah kegiatan investasi, karena dalam paket tersebut

sektor-sektor pendukung kegiatan investasi seperti fiskal, perdagangan dan

perhubungan mendapat prioritas. Sebaliknya, apabila langkah-langkah tersebut

dan hambatan-hambatan yang muncul kurang tertangani secara serius, akan

memberikan risiko ke bawah (downside riks) yang berakibat pada penurunan kinerja

perekonomian secara keseluruhan.

Kembalinya Peningkatan Global Imbalance

Isu global imbalances kembali muncul seiring dengan rencana bank sentral AS

untuk mengakhiri siklus kebijakan moneternya di akhir semester I-2006. Kebijakan

pengetatan moneter AS di tahun 2005 telah mendorong masuknya aliran modal

asing ke pasar keuangan AS dan membantu membiayai twin deficit AS. Berakhirnya

kebijakan moneter ketat di AS dikhawatirkan akan mengurangi insentif bagi inves-

tor asing untuk menanamkan dananya di pasar keuangan AS dan mendorong glo-

bal imbalances kembali meningkat. Penyesuaian terhadap global imbalances secara

drastis dapat memicu pelemahan US dollar secara drastis dan berdampak terhadap

pasar keuangan global. Sebagai mitra dagang perekonomian, pelemahan dollar

AS diperkirakan akan meningkatkan volatilitas kurs di sejumlah negara berkembang,

termasuk Indonesia.