Refleksi_kasus_ii_kehamilan Lewat Waktu Dengan Oligohidramnion
Outcome Perinatal Oligohidramnion Terisolasi
-
Upload
theofilus-ardy -
Category
Documents
-
view
255 -
download
27
Transcript of Outcome Perinatal Oligohidramnion Terisolasi
Terjemahan Jurnal
OUTCOME PERINATAL OLIGOHIDRAMNION TERISOLASI
KEHAMILAN ATERM DAN POST-TERM :
REVIEW LITERATUR SISTEMATIS
DENGAN META-ANALISIS
Presentan :
dr. Felicia Fionna
Counterpart :
dr. Mulya Kurniawan
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DOKTER KARIADI
SEMARANG
2013
Outcome Perinatal Oligohidramnion Terisolasi
Kehamilan Aterm Dan Post-Term :
Review Literatur Sistematis Dengan Meta-Analisis
A. Cristina Rossi, Federico Prefumo
Tujuan: Manajemen oligohidramnion terisolasi (IO) dalam kehamilan
aterm/post-term masih kontroversial. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
meninjau outcome kehamilan aterm dan post-term dengan IO dibandingkan cairan
ketuban (AF) yang normal pada penilaian persalinan.
Desain Studi: Sebuah pencarian di PubMed, Medline, EMBASE, dan daftar
referensi dilakukan. Kriteria inklusi untuk artikel pilihan: kehamilan tunggal,
definisi olgohidramnios yaitu AFI <5 cm, penilaian AF pada 37-42 minggu
kehamilan. Kriteria eksklusi: malformasi janin, kelahiran prematur, ketuban pecah
dini, restriksi pertumbuhan intrauterin. Outcome perinatal adalah: intervensi
obstetri untuk denyut jantung janin yang tidak meyakinkan (operasi caesar,
persalinan operatif), AF bercampur mekonium, skor Apgar <7 pada 5 menit, pH
arteri umbilikalis <7,0, bayi kecil untuk usia kehamilan (SGA), perawatan ke unit
perawatan intensif neonatal (NICU) dan kematian perinatal. Meta-analisis
membandingkan outcome dari kehamilan dengan IO vs AF yang normal.
Heterogenitas antarstudi diuji. Pemusatan odds ratio (OR) dan interval
kepercayaan 95% (95% CI) dihitung. Perbedaan antara kedua kelompok dianggap
signifikan jika CI 95% tidak mencakup 1. Guideline MOOSE diikuti.
Hasil: Empat artikel menampilkan 679 (17,2%) kasus dengan IO dan 3264
(82,8%) dengan AF normal. Intervensi obstetrik terjadi lebih sering pada IO
daripada kelompok AF normal (IO: 89/679, 13% vs normal, AF: 166/3354, 5%,
OR: 2,30, 95% CI: 1,00-5,29). Meta-analisis tidak menunjukkan perbedaan yang
berkaitan dengan mekonium, Apgar, pH, SGA, NICU dan kematian perinatal.
Kesimpulan: Pada kehamilan aterm atau post-term, IO dikaitkan dengan
peningkatan risiko intervensi obstetri namun outcomenya mirip dengan kehamilan
dengan AF yang normal.
Insiden oligohidramnion bervariasi, dari sekitar 0,5% [1] sampai 5% [2],
tergantung pada populasi penelitian dan definisi oligohidramnion.
Oligohidramnion dapat diisolasi atau berhubungan dengan kondisi ibu atau janin
seperti hipertensi, ketuban pecah dini, pembatasan pertumbuhan janin dan
kelainan bawaan. Sementara outcome perinatal terkait oligohidramnion
berhubungan dengan kondisi yang mendasari, proses alamiah terjadinya
oligohidramnion terisolasi masih belum jelas. Pada kehamilan post-term,
insufisiensi plasenta telah diusulkan sebagai faktor utama penurunan volume
cairan ketuban [3]. Atau, pematangan sistem ginjal dapat menyebabkan
peningkatan fisiologis penyerapan cairan ketuban [3].
Pengelolaan yang optimal dari kehamilan aterm atau post-term dengan
oligohidramnion terisolasi masih kontroversial. Meta-analisis terbaru tentang
topik ini menunjukkan bahwa AFI <5 cm dikaitkan dengan peningkatan risiko 2
kali lipat dari kelahiran caesar karena gawat janin dan peningkatan 5 kali lipat
untuk skor Apgar <7 pada 5 menit dibandingkan dengan kehamilan dengan air
ketuban yang normal [4]. Meta-analisis ini dipublikasikan pada tahun 1999.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis literatur selanjutnya, dalam
rangka untuk menentukan apakah risiko outcome perinatal yang merugikan pada
kehamilan berkomplikasi dengan oligohidramnion terisolasi pada persalinan
meningkat dibandingkan dengan kehamilan dengan cairan ketuban normal.
BAHAN DAN METODE
Seperti dalam meta-analisa sebelumnya, oleh Chauhan et al [4], kami
mendefinisikan oligohidramnion sebagai AFI <5 cm dalam pengaturan persalinan
aktif.
Sebuah pencarian di PubMed, EMBASE, Medline dan daftar referensi
dilakukan untuk artikel yang relevan bahwa outcome perinatal dibandingkan pada
kehamilan aterm dan post-term rumit dengan oligohidramnion terisolasi
(kelompok studi) dengan kehamilan aterm atau post-term dengan volume cairan
ketuban normal (kelompok kontrol). Masa studi dari review berkisar dari Januari
2000 sampai Januari 2012. Kata kuncinya adalah: cairan ketuban, kehamilan
aterm, oligohidramnion terisolasi, volume cairan ketuban (AFI), outcome
perinatal. Kriteria inklusi untuk pemilihan penelitian adalah: kehamilan tunggal,
definisi olgohidramnion yaiut AFI <5 cm, deteksi oligohidramnion pada 37-42
minggu kehamilan, penilaian volume cairan amnion pada masuk inpartu dan
persalinan aktif, oligohidramnion dinilai selama persalinan, dan outcome
dibandingkan dengan kontrol. Kriteria eksklusinya adalah: menghilangkan
setidaknya satu kriteria inklusi, malformasi janin, kelahiran prematur,
oligohidramnion sekunder untuk ketuban pecah dini, deteksi antenatal untuk
restriksi pertumbuhan intrauterin, dan data dilaporkan dalam bentuk grafik atau
persentase daripada tingkat proporsil. Komunikasi pribadi, surat, dan bahasa
publikasi non-Inggris juga dieksklusikan.
Outcome perinatal didefinisikan sebagai tingkat cairan ketuban bercampur
mekonium, intervensi obstetrik untuk denyut jantung janin yang tidak meyakinkan
(persalinan vaginal operatif atau seksio caesaria darurat), skor Apgar <7 pada 5
menit, pH arteri umbilikalis <7,0, bayi kecil untuk usia kehamilan (SGA, yaitu
berat lahir <sentil ke-20 untuk usia kehamilan), perawatan ke unit perawatan
intensif neonatal (NICU) dan kematian perinatal (lahir mati atau kematian
neonatal dalam waktu 28 hari sejak lahir). Data dikelompokkan untuk kehamilan
beresiko tinggi atau rendah. Wanita berisiko tinggi didefinisikan sebagai
kehamilan berkomplikasi dengan pre/eklampsia, restriksi pertumbuhan intrauterin,
malformasi janin yang menyebabkan oligohidramnion, penyakit ginjal pada ibu,
atau gangguan hipertensi.
Upaya untuk menghubungi penulis yang sesuai dilakukan dalam upaya
untuk mendapatkan data yang tidak dipublikasikan atau tidak lengkap. Kedua
penulis mereview artikel dan mengabstraksi data secara independen.
Ketidaksesuaian itu diselesaikan dengan konsensus. Guideline MOOSE diikuti.
Risiko bias dalam dan antarstudi dinilai menurut dengan alat Cochrane
Collaboration untuk menilai risiko bias.
Analisis Perbandingan dilakukan antara kelompok studi dan kelompok
kontrol. Untuk tujuan ini, heterogenitas antarstudi didefinisikan menurut Higgins
et al [5] sebagai persentase dari total variasi studi karena heterogenitas bukan
kebetulan (I2) dan diuji dengan uji chi-square untuk heterogenitas pada tingkat
signifikan P = 0,10. Sebuah model random effect dibentuk setiap kali I2 ≥ 25%.
Odds ratio terpusat (OR) dan interval kepercayaan 95% (95% CI) dihitung.
Perbandingan antarkelompok dianggap signifikan secara statistik jika 95% CI
tidak mencakup 1. Meta-analisis dilakukan dengan RevMan (Revision Manager,
Versi 4.2 untuk Windows, Copenaghen: The Nordic Cochrane Centre, The
Cochrane Collaboration 2003).
HASIL
Langkah-langkah untuk meta-analisis dicantumkan pada Gambar. 1.
Empat artikel tersedia, dimana satu artikel [6] memasukkan kehamilan berisiko
tinggi untuk oligohidramnion karena kondisi ibu dan tiga studi [7-9] dilakukan
pada kehamilan tanpa faktor risiko ibu untuk oligohidramnion. Tabel 1
menunjukkan karakteristik dari artikel yang disertakan. Secara keseluruhan, 3873
kasus dikumpulkan, dimana 657 (17,0%) kasus menyajikan oligohidramnion
terisolasi (kelompok studi) dan 3216 (83,0%) memiliki volume cairan ketuban
normal (kelompok kontrol). Intervensi obstetrik untuk denyut jantung janin yang
tidak meyakinkan dilakukan pada 254 kasus dan terdiri dari persalinan
pervaginam operatif pada 76 (29,8%) dan operasi caesar darurat pada 178 (70,2%)
kehamilan. Metaanalisis menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari intervensi
obstetri dalam kelompok studi (89/657; 13,5%) dibandingkan dengan kelompok
kontrol (165/3306, 5,0%) (Gambar 2). Cairan ketuban bercampur mekonium
sama-sama ada dalam kelompok studi (86/657; 13,1%) dan kelompok kontrol
(387/3216, 12,0%,. Gambar 3). Saat lahir, tidak ada perbedaan yang ditemukan
berkaitan dengan skor Apgar <7.0 (kelompok studi: 4/657, 0.6% dibandingkan
kelompok kontrol: 18/3216, 0,5%) (Gambar 4), pH arteri umbilikalis <7
(kelompok studi: 11/547, 2.0% vs kelompok kontrol: 24/2914, 0,8%) (Gambar 5),
dan perawatan di NICU (kelompok studi: 18/316, 5,7% vs kelompok kontrol:
27/428, 6,3%) (Gambar 6). Dari dua artikel, kejadian SGA neonatus dianalisis
[7,8]. Ini terjadi dalam studi (57/547; 10,4%) dan kelompok kontrol (166/2914,
5,7%) dengan frekuensi yang sama (Gambar 7).
Kematian neonatal diamati hanya terjadi pada satu kehamilan. Ini terjadi
pada 41,2 minggu usia kehamilan, yang mengikuti kehamilan berkomplikasi
dengan AFI dari 10 cm dan mungkin sekunder untuk simpul yang benar di tali
pusat dan tiga loop sekitar leher [7].
Ketika meta-analisis dilakukan dengan hanya mengumpulkan kehamilan
berisiko rendah, outcome perinatal didapati serupa pada oligohidramnion
terisolasi dan kelompok kontrol (Tabel 2).
PEMBAHASAN
Review ini menunjukkan bahwa oligohidramnion terisolasi dalam dan
kehamilan aterm dan post-term tanpa komplikasi dikaitkan dengan dua kali lipat
peningkatan risiko persalinan operatif dan operasi caesar karena gawat janin.
Meskipun demikian, gawat janin sekunder untuk oligohidramnion tidak
menyebabkan peningkatan risiko Apgar skor rendah, pH arteri umbilikalis rendah,
perawatan NICU dan tingkat kematian dibandingkan dengan kehamilan dengan
cairan ketuban normal. Bisa dikatakan bahwa outcome perinatal tidak berbeda
secara signifikan antara oligohidramnion dan kelompok cairan ketuban normal
karena intervensi dipicu oleh oligohidramnion (apakah dengan kebijakan institusi
atau sikap dokter obsgyn) dapat mencegah kematian perinatal pada kelompok
oligohidramnion. Bagaimanapun, tidak ada bukti bahwa penilaian yang sistematis
untuk volume cairan amnion dan identifikasi oligohidramnion terisolasi pada
kehamilan aterm mengurangi kematian perinatal [10].
Masalah utama dalam interpretasi data ini adalah bahwa semua studi yang
diikutsertakan dalam review, dokter pengelola pasien tidak “dibutakan” untuk
outcome penilaian cairan ketuban dan bahwa kedua kebijakan institusional
mereka mengindikasikan induksi persalinan dalam kasus oligohidramnion
terisolasi. Oleh karena itu, janin dengan AFI <5 cm lebih mungkin untuk
menjalani induksi persalinan dan tes janin oleh kardiotokografi. Karena
interpretasi rekaman jantung janin sangat subjektif, mungkin berspekulasi bahwa
adanya oligohidramnion mempengaruhi dokter obsgyn untuk melakukan
intervensi obstetri yang mungkin tidak diperlukan, seperti yang disarankan oleh
outcome normal saat lahir. Sikap dokter obsgyn terhadap intervensi dalam kasus
oligohidramnion terisolasi pada kehamilan yang dinyatakan normal ditunjukkan
oleh Elsandabesee et al [11], yang melaporkan bahwa bahkan dalam ketiadaan
kebijakan institusi tertentu, 50% dari perempuan berisiko rendah dengan
oligohidramnion menghadapi risiko intervensi obstetri, yang terutama diwakili
oleh induksi persalinan, yang pada gilirannya menempatkan perempuan pada
peningkatan risiko persalinan operatif [12]. Menurut pendapat kami, akan menarik
untuk menyelidiki apakah manajemen persalinan dokter obsgyn akan berubah jika
mereka “dibutakan” terhadap penilaian sonografi cairan ketuban. Selain itu, jika
studi yang memasukkan kehamilan berisiko tinggi dikeluarkan, masih ada insiden
obstetrik intervensi yang lebih tinggi untuk gawat janin dalam kelompok
oligohidramnion dibandingkan dengan kelompok kontrol, walaupun
perbedaannya tidak mencapai signifikansi statistik. Penting untuk menyelidiki
lebih lanjut apakah peningkatan tingkat kelahiran operasi yang kami amati dalam
review kami adalah akibat sekunder untuk induksi persalinan atau
oligohidramnion.
Menurut review kami, ketika pemantauan elektronik janin digunakan,
oligohidramnion secara konsisten dilaporkan terkait dengan kelainan denyut
jantung janin dalam persalinan, yang dilaporkan sebagai indikasi utama untuk
intervensi obstetri.
Kontroversi yang ada berkaitan dengan hubungan antara oligohidramnion
dan cairan ketuban bercampur mekonium. Review kami menunjukkan bahwa
oligohidramnion terisolasi tidak menyebabkan keluarnya mekonium dan
selanjutnya menegaskan bahwa kondisi ini tidak merupakan faktor risiko untuk
kesejahteraan janin.
Telah dijelaskan bahwa pengurangan cairan ketuban pada kehamilan aterm
dapat dikaitkan dengan involusi plasenta, yang menyebabkan restriksi
pertumbuhan [13]. Oleh karena itu, oligohidramnion telah diusulkan sebagai
metode skrining sederhana untuk mendeteksi neonatus aterm SGA, karena dalam
kehamilan aterm dengan komplikasi membawa peningkatan risiko >2 kali lipat
untuk neonatus SGA [7]. Kami menemukan bahwa kejadian neonatus dengan
berat lahir <10th lebih tinggi pada kelompok oligohidramnion (10%) dibandingkan
dengan kontrol (5%), tetapi perbedaan ini tidak mencapai tingkat yang signifikan
secara statistik. Dalam artikel terakhir, tidak ada informasi yang tersedia tentang
pertumbuhan janin selama kehamilan. Ketika pengurangan cairan ketuban
terdeteksi sebelum 37 minggu, intervensi obstetri mungkin mengakibatkan
neonatus dengan berat badan lahir rendah. Meskipun hubungan antara
oligohidramnion dan neonatus prematur SGA secara jelas dikaitkan dengan
persalinan iatrogenik, hubungan antara oligohidramnion dan berkurangnya
pertumbuhan janin pada kehamilan aterm masih belum jelas.
Dibandingkan dengan meta-analisis sebelumnya [4], kami menyetujui
ditemukannya peningkatan risiko yang signifikan dari kelahiran caesar untuk
gawat janin pada kehamilan dengan oligohidramnion terisolasi dalam persalinan.
Namun, Chauhan et al juga melaporkan skor Apgar rendah pada 5 menit pada
kelompok oligohidramnion, sedangkan kita tidak menemukan tingkat morbiditas
neonatal yang lebih tinggi [4]. Sebuah penjelasan yang mungkin bisa jadi bahwa
kita memasukkan pH arteri umbilikalis <7.0 dan perawatan di NICU sebagai
outcome neonatal yang merugikan, berbeda dengan Chauhan et al, yang hany
memeriksa skor Apgar karena kurangnya informasi dalam artikel terakhir mereka.
Selain itu, Chauhan et al mengumpulkan artikel yang dipubikasikan pada periode
1987-1997. Karena artikel terakhir kami dipublikasikan dalam dekade terakhir,
dirasa cukup wajar untuk menganggap bahwa kami menemukan morbiditas yang
lebih rendah tingkat berkat perbaikan dalam hal perawatan obstetrik dan pediatrik
selama sepuluh tahun terakhir.
Keterbatasan review ini harus ditekankan. Dalam satu artikel,
oligohidramnion dinilai pada kehamilan berisiko tinggi, dan dengan demikian
dapat dikaitkan dengan kondisi ibu bukannya pada ologohidramnion terisolasi.
Kami meyakini bahwa kehadiran penyakit ibu mungkin tidak membiaskan
outcome kami, karena hal itu mempengaruhi perempuan dalam kedua studi dan
kelompok kontrol. Selain itu, morbiditas neonatal dan kematian didapatkan
hampir mirip antara kedua kelompok, karena hal itu tidak dikondisikan oleh
kondisi ibu. Hal ini ditegaskan oleh temuan kami bahwa jika studi ini dikeluarkan
dari meta-analisis, outcome perinatal antara kehamilan dengan oligohidramnion
terisolasi dan kontrol akan menjadi serupa.
Karakteristik obstetrik selain mengurangi cairan ketuban bisa bertanggung
jawab untuk perbedaan diamati dalam tingkat persalinan operatif dan operasi
caesar. Hal ini ditegaskan oleh Locatelli et al, yang menemukan tingkat kelahiran
caesar yang lebih tinggi pada kehamilan aterm dengan komplikasi dengan
oligohidramnion dibandingkan dengan kehamilan aterm dengan volume cairan
amnion yang normal [7]. Perbedaan ini hilang setelah mengendalikan nuliparitas
dan induksi persalinan. Interval waktu antara penilaian cairan ketuban dan
persalinan tidak dibahas dalam metaanalisis kami. Hal ini disebabkan oleh fakta
bahwa pada sekitar 30% wanita diinduksi, dan hal ini jelas mempersingkat
penilaian untuk waktu persalinan.
Penelitian yang dimasukkan difokuskan pada perbandingan antara
kehamilan dengan oligohidramnion dan mereka dengan jumlah normal cairan
ketuban. Kami percaya bahwa studi di masa yang akan datang diperlukan untuk
membandingkan manajemen kehamilan dibandingkan obstetri intervensi dalam
kehamilan dengan oligohidramnion terisolasi. Dalam satu artikel, yang dibatasi
oleh ukuran sampel yang kecil, penulis tidak menemukan perbedaan yang
signifikan dalam morbiditas neonatal dan kematian antara janin dengan
oligohidramnion yang menjalani induksi persalinan atau seksio caesaria elektif
untuk oligohidramnion sebagai indikasi unik dan janin dengan oligohidramnion
yang dikelola secara konservatif [10] . Demikian pula, penelitian acak yang
membandingkan manajemen kehamilan dan induksi persalinan pada kehamilan
dengan oligohidramnion melampaui 40 minggu tidak mampu mendeteksi
perbedaan signifikan antara kedua kelompok berkaitan dengan pH arteri
umbilikalis, skor Apgar pada menit ke-1, 5 dan 10 dan tingkat transfer ke NICU
[3].
Karena kurangnya informasi, kami tidak bisa membedakan antara
kehamilan aterm dan post-term. Terdapat cukup bukti untuk kapan tepatnya
penilaian cairan ketuban dilakukan. Hal ini penting, karena penilaian tersebut
akan dilakukan secara rutin sebagai tes skrining pada usia kehamilan 41 atau 42
minggu, sebagai bantuan dalam memutuskan apakah untuk memungkinkan untuk
melanjutkan kehamilan atau untuk menyarankan induksi persalinan.
Kami tidak menganalisis apakah metode lain dalam mengukur volume
cairan ketuban, seperti persentil untuk usia kehamilan dan kantong vertikal
terdalam, lebih sensitif dalam mendeteksi outcome neonatal merugikan pada janin
beresiko tinggi. Magann et al menunjukkan bahwa baik AFI <5 cm maupun
kantong vertikal terdalam <2 cm tidak berbeda untuk mengidentifikasi normal
volume cairan ketuban [14].
Ukuran sampel dari review mungkin tidak seimbang, yaitu 17% kelompok
studi dan 83% kelompok kontrol. Hal ini disebabkan fakta bahwa artikel terakhir
tidak menghitung ukuran sampel untuk mencapai 80% kekuatan untuk mendeteksi
perbedaan statistik pada tingkat alpha dua sisi P ≤ 0.05.
Sebagai kesimpulan, oligohidramnion terisolasi pada kehamilan aterm
dikaitkan dengan peningkatan risiko intervensi obstetri. Literatur tidak memiliki
informasi mengenai apakah intervensi yang lebih mungkin dilakukan dengan
adanya oligohidramnion terisolasi untuk denyut jantung janin yang tidak
meyakinkan atau dilakukan karena sikap dokter obsgyn. Dalam pandangan kami,
literatur saat ini tidak benar-benar memberikan informasi lebih lanjut dalam
memahami pentingnya oligohidramnion pada usia kehamilan tertentu, baik dari
segi patofisiologi dan manajemen. Mungkin satu-satunya cara yang benar-benar
valid untuk menyelidiki hal ini akan dilakukan dengan uji coba terkontrol secara
acak, dimana wanita dengan oligohidramnion akan diacak untuk menjalani
induksi dibandingkan dengan manajemen kehamilan, dan kemudian yang dikelola
dengan manajemen kehamilan yang dibandingkan dengan kelompok kontrol
normal.
Flow chart untuk seleksi dalam studi
Studi yang potensial relevan mengenai oligohidrambion terisolasi pada kehamilan aterm / post-term (N=710)
Studi yang diambil karena informasinya yang lebih detail (N=17)
Studi yang potensial sesuai untuk dimasukkan ke dalam review sistematik (N=10)
Studi dengan informasi yang dapat digunakan dalam review sistematik (N=4)
Studi yang dieksklusikan menurut judul dan abstrak (N=693)
Studi yang diekskulikan dari review sistematik karena tidak memenuhi kriteria inklusi (N=710)
Tabel 1. Karakteristik dari studi yang diikutsertakan
Penulis Tahun Sampel Ukuran Sampel Faktor risiko
material
Indikasi untuk
penilaian
Usia kehamilan
saat penilaian
Locatelli 2004 Oligohidramnion
kontrol
341
2708
rendah
rendah
rutin 40-42
Alchatabi 2006 Oligohidramnion
kontrol
66
114
tinggi
tinggi
induksi 37-42
Rainford 2001 Oligohidramnion 44 rendah Post-term, gerakan
janin menurun
37-42
Manzanares 2007 Oligohidramnion
kontrol
206
206
rendah
rendah
N/A 37–42
Tabel 2. Meta-Analisis dari wanita dengan kehamilan risiko rendah
Oligohidramnion terisolasi
n (%)
Kontrol
n (%)
OR (95% CI) Jumlah artikel Heterogenitas (%)
Meconium 70/591 (11.8%) 374/3102 (12.0) 0.75 (0.45–1.26) 3 61
Interventensi obstetrik
untuk gwat janin
71/613 (11.6) 160/3240 (5.0) 1.73 (0.68–4.39) 4 79
Apgar <7 3/591 (0.5) 17/3102 (0.5) 1.02 (0.32–3.30) 3 0
NICU 6/250 (2.4) 18/314 (5.7) 0.77 (0.30–2.00) 2 0
Kematian perinatal 0 1 (<1) NA 4 NA