otitis media externus.docx
-
Upload
yayaseptiana -
Category
Documents
-
view
233 -
download
1
Transcript of otitis media externus.docx
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media merupakan salah satu kelainan yang terjadi pada telinga tengah
yang berupa peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eusthacius,
antrum mastoid dan sel- sel mastoid. Dimana otitis media sering diawali dengan infeksi
pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas
(ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika
Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media
sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau
lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia
sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3- 6 tahun
(Canter RJ. 1997).
Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3 minggu),
subakut (3 – 12 minggu) dan kronis (> 12 minggu). Sedangkan menurut gejala klinisnya
otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif(= otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi). Masing-
masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut
(otitis media akut= OMA ) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotraumas = aerotitis) dan
otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis
media yang lain ialah otitis media adhesive. (Djaafar, 2007).
Otitis media serosa disebut juga otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis
media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear) adalah keadaan terdapatnya sekret
nonpurulen di telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif, sedangkan
membran timpani utuh. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negatif dalam
telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak
ada agen penyebab definitif yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan
efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan
biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang
1
mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering
terjadi pada pasien setelah mengalami barotrauma contoh pada seorang penyelam dan
pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas.
Kondisi yang dianggap sebagai penyebab utama munculnya OME adalah setiap
keadaan yang mempengaruhi muara atau ujung proksimal tuba eustachius (TE) di
nasofaring ataupun mekanisme mukosiliari klirens dari TE. TE dianggap sebagai katup
(valve) penghubung telinga tengah dan nasofaring. Struktur ini menjamin ventilasi
telinga tengah, sehingga menjaga tekanan tetap ekual di kedua sisi gendang telinga.
Edema faring dan peradangan akibat ISPA biasanya berefek terhadap ujung proksimal
TE di nasofaring ataupun mekanisme mukosiliaris klirens TE. Keadaan lain seperti:
alergi hidung, barotrauma, penekanan terhadap muara/torus tuba oleh massa seperti
adenoid yang membesar ataupun tumor di nasofaring, abnormalitas anatomi TE ataupun
deformitas celah palatum, benda asing seperti nasogastrik atau nasotrakeal tube, dapat
pula menjadi faktor predisposisi.
Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi
dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di negara yang mempunyai 4 musim penyakit
ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa
kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang
peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.1
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka
kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang khusus
mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak yang
menderita OME.1
OME adalah peradangan telinga tengah yang ditandai dengan adanya cairan
efusi di rongga telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa disertai dengan
tanda-tanda infeksi akut. OME termasuk dalam golongan otitis media non supuratif.
Terdapat banyak sinonim dari OME ini. Tetapi yang paling banyak diterima
berdasarkan terminologi adalah otitis media efusi.4
Adanya cairan di dalam telinga tengah mengakibatkan terjadinya gangguan
pendengaran. Orang tua mengeluhkan anak-anaknya mendengarkan suara televisi
dengan volume terlalu keras, sering menanyakan ulang atas jawaban yang diberikan
orang tuanya dan tidak segera mengacuhkan bila di panggil. Beberapa anak mungkin
2
tidak didapatkan keluhan. Cairan dalam telinga tengah pada anak-anak bisa berbulan-
bulan dan baru diketahui ketika diadakan pemeriksaan rutin.5
Anak-anak memerlukan kemampuan mendengar untuk belajar berbicara.
Adanya gangguan pendengaran karena cairan di telinga tengah mengakibatkan
terjadinya kelambatan bicara.6-8 Diagnosis dan penatalaksanaan dini dapat mencegah
hambatan pendengaran anak akibat OME. Pada makalah ini akan disampaikan diagnosis
dan penatalaksanaan dari OME.
Otitis media serosa dibagi 2 jenis yaitu otitis media serosa akut dan otitis media
serosa kronik (glue ear), dimana pembagian ini didasarkan pada durasi timbulnya
penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk sekret.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis
media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa adalah
keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah dengan membran
timpani utuh tampa adanya tanda – tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut
otitis media mukoid (glue ear).
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai
dengan adanya penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran
timpani utuh tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut. dimana Otitis media
serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan hidrostatik. Sedangkan Pada Otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga
mastoid.
Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid /
otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum
timpani dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi
tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang maka disebut otitis media
akut (OMA).
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai
dengan adanya penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran
timpani utuh tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut.2,3
4
B. Anatomi dan fisiologi
Untuk memahami terjadinya OME, anatomi dan fungsi tuba
Eustachius memegang peranan penting. Tuba Eustachius merupakan bagian
dari sistem yang paling berhubungan termasuk hidung, nasofaring, telinga
tengah, dan rongga mastoid.2,4
Tuba Eustachius tidak hanya berupa tabung melainkan sebuah organ
yang mengandung lumen dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak,
muskulus peritubular seperti veli palatine, levator veli palatine,
salpingofaringeus, dan tensor timpani dan di bagian superior didukung tulang.
Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan
meningkatnya insiden otitis media pada anak-anak.4
Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa, sehingga
sekret nasofaring lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba
yang pendek. Arah tuba bervariasi pada anak, sudut antara tuba dengan bidang
horizontal adalah 10 derajat. Sedangkan pada dewasa 45 derajat. Sudut antara
tensor veli palatine dengan kartilago bervariasi pada anak-anak tetapi relatif
stabil pada dewasa. Perbedaan ini dapat membantu menjelaskan pembukaan
lumen tuba ( kontraksi tensor veli palatini ) yang tidak efisien pada anak-anak.
Masa kartilago bertambah dari bayi sampai dewasa. Densitas elastin pada
kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih besar. Pada
anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat
menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.
C. Epidemiologi
Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada
bayi dan anak-anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering
pada anak-anak yang lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat
praktek dokter.2,3
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di
5
Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode
otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis
media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.5
Pada tahun 1990, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-
anak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17%
memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA
dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90
hari, sedikitnya 3.84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1.28 juta
kasus menetap setelah 3 bulan.2
Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita
OME. Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang
cukup tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.2,3
Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering diderita
oleh bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di negara yang mempunyai
4 musim penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang
tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden OME
sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata
prevelensi OME sebesar 2% - 52%.
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan
angka kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian
yang khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya
keluhan pada anak yang menderita OME.
D. Klasifikasi
Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis
media serosa kronik (glue ear). Dimana pembagian ini berdasarkan pada durasi
timbulnya penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk sekret.
6
1. Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret
di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan
fungsi tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba (barotrauma),
virus, alergi dan idiopatik.
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang,
selain itu ada rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar
lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang terasa
seperti ada cairan yang bergerak di dalam telinga dengan perubahan
posisi. Rasa nyeri relatif. Vertigo kadang dalam bentuk ringan.
Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang tampak
gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli
konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan.
Dapat diberikan tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine,
serta perasat valsava. Bila gejala masih menetap setelah 1–2 minggu,
dilakukan miringotomi, dan apabila belum membaik dengan
miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa ventilasi
(Grommet).1,6
2. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)
Pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa
rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak,
sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa.
Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari
OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya
hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis
pada tuba.1,6
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis
media serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis
media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah
7
dengan disertai rasa nyeri pada telinga. Pada otitis media serosa
kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis media serosa
kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media
serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Sekret pada otitis
media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari
otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.
E. Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain
infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi,
alergi, faktor lingkungan dan sosial. Walaupun demikian tekanan telinga
tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut diperkirakan menjadi faktor utama dalam pathogenesis OME. Faktor
penyebab lainnya termasuk hipertrofi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis,
tumor nasofaring, barotrauma, terapi radiasi, dan radang penyerta seperti
sinusitis atau rinitis. Merokok dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring
dan hipertrofi adenoid yang juga merupakan patogenesis timbulnya OME.2
1. Gangguan fungsi tuba
Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke
rongga telinga tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke
rongga nasofaring terganggu dan gangguan mekanisme proteksi
rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga nasofaring. Akibat
gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami tekanan
negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu
terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar.
Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah.
8
Inflamasi kronis di telinga tengah akan menyebabkan terbentuknya
jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.
Obstruksi tuba Eustachius yang menimbulkan terjadinya
tekanan negatif di telinga tengah akan diikuti retraksi membran
timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya rasa tak
nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan
pendengaran ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul
gejala seperti ini. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu
lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah,
menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa.
Kejadian ini sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan
infeksi saluran nafas atas dan sejumlah gangguan pendengaran
mengikutinya.7,1
2. Infeksi
Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis
terjadinya OME sejak dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah.
Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae, Moraxella
Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen terbanyak ditemukan
dalam telinga tengah.6,7,8
Meskipun hasil yang didapat dari kultur lebih rendah.
Penyebab rendahnya angka ini diduga karena :
Penggunaan antibiotik jangka lama sebelum pemakaian
ventilasi tube akan mengurangi proliferasi bakteri patogen
Sekresi immunoglobulin dan lisosim dalam efusi telinga
tengah akan menghambat proliferasi patogen
Bakteri dalam efusi telinga tengah berlaku sebagai biofilm
3. Status Imunologi
Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah
sekretori Ig A. Imunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam
mukosa kavum timpani. Sekretori Ig A terutama ditemukan pada efusi
9
mukoid dan dikenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja di
permukaan mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman
agar tidak kontak langsung dengan permukaan epitel, dengan cara
membentuk ikatan komplek. Kontak langsung dengan dinding sel
epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi
jaringan. Dengan demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman.6,7,8
4. Alergi
Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME
masih belum jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis dipercaya bahwa
alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah analogi
embriologik, dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa
hidung. Setidaknya manifestasi alergi pada tuba Eustachius
merupakan penyebab okulasi kronis dan selanjutnya menyebabkan
efusi. Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang menjadi
kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum
tidak menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.8
Etiologi dan patogenesis otitis media oleh karena alergi
mungkin disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme di bawah
ini:
Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran ( target organ )
Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba
Eustachius
Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi, dan
Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke
dalam ruang telinga tengah.
F. Gejala klinis
Anak-anak yang lebih tua atau dewasa mungkin mengeluhkan
pendengarannya yang berkurang atau telinganya terasa penuh. Penderita OME
jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering terlambat diketahui.
10
Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam telinga, terdengar bunyi
berdengung yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan pendengaran dan
rasa nyeri yang ringan. Dizziness juga dirasakan penderita OME. Gejala
kadang bersifat asimptomatik sehingga adanya OME diketahui oleh orang yang
dekat dengan anak misalnya orang tua atau guru.
Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-
narik telinga mereka atau merasa seperti telinganya tersumbat. Pada kasus yang
lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan perkembangan berbahasa.
Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam berkomunikasi dan
keterbelakangan dalam pelajaran.1,2,3
G. Diagnosis
Dokter mendiagnosa serous otitis media dengan melihat perubahan
warna dan penampilan pada gendang telinga dan dengan menekankan udara ke
dalam telinga untuk melihat ke dalam telinga apakah gendang telinga tersebut
berubah. Jika gendang telinga tidak berubah tetapi tidak terdapat kemerahan
atau tonjolan dan anak tersebut mengalami beberapa gejala, maka serous otitis
media mungkin terjadi.
Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang
bermakna sesuai dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan
primer atau dokter anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada yang sensitif
maupun spesifik, banyak anak justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada anak
penderita OME berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif gambaran
membran timpani sulit dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif saat
dilakukan pemeriksaan. Namun anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap sangat
berperan dalam mendiagnosis OME.3
1. Anamnesis
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari
pemeriksa. Ini disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada
anak-anak. Biasanya orang tua mengeluh adanya gangguan
11
pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa anak mempunyai
problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah,
bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME
ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga
dan pendengaran di sekolah-sekolah.5
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang
paling sering adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa
telinga merasa penuh sampai dengan merasa nyeri telinga. Dan pada
anak-anak penderita OME biasanya mereka juga sering didapati
dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan berulang.3 Pada
anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan kesulitan
mendengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume
saat menonton televisi di rumah.1 Orang tua juga sering mendengarkan
keluhan telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat
anaknya menarik-narik daun telinganya.2
2. Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu
dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan
kadang tindakan miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam
telinga tengah.5,7,8
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan
translusensi membrana tempani. Macam-macam perubahan atau
kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat
sebagaimana berikut :
Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang
membuat letak gambaran tembus cahaya atau segitiga reflek
cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin saja
didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapiler pada
membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid atau
mukupurulen membrana timpani berwarna lebih muda ( krem ).
12
Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat
lebih pendek dan lebih horizontal, membran kelihatan cekung dan
reflek cahaya memendek. Warna mungkin akan berubah agak
kekuningan.
Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atrofi dan mungkin
menempel pada inkus, stapes dan promontium, khusunya pada
kasus-kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus yang seperti ini
karena disfungsi tuba Eustachius dan otitis media efusi yang sudah
berjalan lama.
Pada pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME apabila
ditemukan tanda-tanda antara lain :
Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.
Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi
dari adanya cairan didalam kavum timpani.
Membran timpani tampak lebih menonjol.
Membran timpani retraksi atau atelektasis.
Didapatkan air fluid levels atau buble, atau
Mobilitas membran berkurang atau fikasi.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan
untuk skrining OME, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik banyak membantu diagnosis
penyakit ini.
CT Scan sangat sensitif dan tidak diperlukan untuk diagnosis.
Meskipun CT scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi
dari otitis media misal mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun
adanya kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan
OME unilateral yang harus dipastikan massa di nasofaring telah
disingkirkan.
13
H. Diagnosa banding
Otitis media supuratif akut tipe kataral
I. Komplikasi
Jika otitis media tidak segera diobati dapat terjadi mastoiditis.
Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi ke otak (meningitis ) dan sumbatan
pembuluh darah akibat tromboemboli.
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
pendengaran sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan
intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan
penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis
maligna.
J. Penatalaksanaan
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan
operatif. Dimana Terapi medikamentosa dari otitis media efusi (OME)
termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin, dekongestan, serta
mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya bakteri patogen,
diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti yang
menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek, seperti eritromisin,
sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-
sulfametoksazol.
Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah
dilakukan pengobatan konservatif selama lebih dari 3 bulan tidak sembuh.
Untuk memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi
dan pemasangan pipa ventilasi. Pada anak-anak yang tidak dapat diterapi
dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat
disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di
bawah anestesi umum. Pipa ventilasi dipasang pada daerah kuadran antero
14
inferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan dipertahankan sampai fungsi
tuba ini paten. Dimana penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi
dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau
tanpa tonsilektomi.
Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan cairan pada
telinga tengah, mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi, mencegah
kekambuhan, mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan
psikososial.
K. Pencegahan
Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba
eustachius.
Identifikasi dan menghindari alergen yang dapat menyebabkan OME
pada anak.
Cuci tangan dan mainan anak
Gunakan filter udara untuk mendapatkan udara segar dalam membantu
menurunkan paparan terhadap kuman.
Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan
antibiotik maka bakteri semakin resisten.
Menyusui akan membuat anak kebal terhadap infeksi telinga selama
bertahun-tahun.
Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang
paling umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan Ome).
Vaksin flu juga dapat membantu.
Untuk dewasa dan anak-anak yang lebih besar, mengunyah permen
karet bisa membantu fungsi tuba eustachius.
L. Prognosis
Otitis media dengan efusi (OME) adalah penyebab utama gangguan
pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa
15
pada anak-anak tertunda dari umur 10 tahun, dan kehilangan pendengaran
konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi
otitis media dengan efusi juga telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran
sensorineural. Prostaglandin dan leukotrien ditemukan dalam konsentrasi tinggi
pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan kronis metabolit asam arakidonat
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan kadang-kadang
permanen sensorineural.
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama
beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses ini. OME
biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak mengalami
kerusakan pada pendengaran jangka panjang mereka atau kemampuan
berbicara, bahkan ketika cairan menetap selama berbulan-bulan.
Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat
proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga,
maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak akan menjadi
ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan komplikasi serius.1,7
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media efusi (OME) adalah terdapatnya cairan dalam telinga tengah tanpa
tanda-tanda atau gejala infeksi telinga akut. OME merupakah salah satu penyakit paling
umum ditemukan pada anak. Sekitar 90% anak memiliki otitis media efusi (OME) pada
beberapa waktu sebelum usia sekolah. OME menjadi perhatian klinis karena dapat
16
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran dan keterlambatan perkembangan
bahasa. Diagnosis yang tepat dari OME mendasari penatalaksanaan yang benar.7
Seringkali pada OME terdapat hipertrofi adenoid, terutama pada anak-anak
dengan OME lama atau berulang. Kadang-kadang hipertrofi tonsil dapat ditemukan.
Temuan tambahan mungkin ditemukan termasuk hidung tersumbat, rinorrhea, postnasal
drip dan tanda-tanda alergi seperti mata merah dan atau berair. Pemeriksaan audiometri
dianjurkan ketika OME persisten untuk jangka waktu yang lebih lama, atau jika terdapat
keterlambatan bahasa, gangguan belajar, atau gangguan pendengaran yang signifikan
terjadi.7
Sejumlah besar bukti epidemiologi menunjukkan bahwa pantas dilakukan
modifikasi faktor risiko pada intervensi pelayanan primer. Terapi medikamentosa dari
otitis media efusi (OME) termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin dan
dekongestan, serta mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya
bakteri patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti
yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek. Seperti eritromisin,
sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-sulfametoksazol.
Antihistamin dan dekongestan dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala-
gejala seperti hidung tersumbat, rinorrhea, dan sinusitis yang sering menyertai otitis
media. Operasi menjadi terapi yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi
(OME), dan ini jelas efektif. Intervensi operasi termasuk miringotomi dengan atau tanpa
pipa ventilasi, adenoidektomi, atau keduanya.
OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam
melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan anak
tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan guru sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis.
Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang dan
saling terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk menjaga daya
tahan tubuh terhadap infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis OME.
Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometri untuk pemeriksaan fisik
sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
17
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif.
Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin, dekogestan,
dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi
dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau tanpa
tonsilektomi.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam
menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media Non-
Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala
Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. p 58-60.
2. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5
screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/
18
3. Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 2005.p 97-98.
4. Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan [8 screens] Cited 20 Juni
2009. Available from: http://iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran-dan-
keseimbangan..
5. Media, Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from:
http://id.wikipedia.org/wiki/Telinga.
6. Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja.
[1 screens] Cited 18 Juni 2009. Available from:
http://www.Cerminduniakedokteran.com.
7. Elfa. 2008. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. [4
screens] Cited 20 Juni 2009. Available from:
http://elfa79.wordpress.com/2008/09/3/Anatomi-Fisiologi-Sistem-
Pendengaran-dan-Keseimbangan/
8. Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10
screens] Cited 15 Juni 2009. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/ 9Admin . 2009. Otitis Media Akut. [15
screens] Cited 20 Juni 2009. Available from:
http://www.medlinux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html.
19