LP Otitis Media

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza. OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun. Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). 1

description

whsh

Transcript of LP Otitis Media

Page 1: LP Otitis Media

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga

tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau

radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan

sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga

tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga

tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti

Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan

Haemophilus influeza.

OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat

sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek,

lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi

mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di

OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman

melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi

tertinggi pada umur 0-1 tahun.

Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila

telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai

perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik (OMK)

dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan

cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai

mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah

hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya

tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau

OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat

(meningitis dan abses otak).

Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat

haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka

kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis Media Akut.

1

Page 2: LP Otitis Media

1.2 Rumusan Masalah

Tinjauan Teoritis Otitis media

Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut

berdasarkan NANDA, NOC, dan NIC

2

Page 3: LP Otitis Media

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh peroisteum

telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)

Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya adalah

masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.

(Brunner & Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3)

OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi

dari tenggorok (farinitis) OMA sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia,

Ensiklopedia Bebas).

Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-

tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan

steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring,

secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah

oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut

ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada

tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin

seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut

juga semakin sering.

Pembagian stadium otitis media akut:

1. Stadium oklusi tuba eustachius

Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam telinga

tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat di deteksi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

3

Page 4: LP Otitis Media

Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane

timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih

bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa

telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di

kavum timpani.

4. Stadium perforasi

Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,

dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke

telinga luar.

5. Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi

perforasi, maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan

virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.

(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf

cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar,

telinga tengah dan rongga telinga dalam.

1. Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana

timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi

mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,

kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu

4

Page 5: LP Otitis Media

pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.

Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput

mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus

ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5

sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana

kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis

auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung

kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut

serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke

bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan

perlindungan bagi kulit.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli

dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran

suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang

memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada

jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke

getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes

ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun

jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat

mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba

eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah

ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi

otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba

berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga

tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran

(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus

fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek

anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga

kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu

sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir

reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea

berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah

5

Page 6: LP Otitis Media

lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.

Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa

terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan

cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa

tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan

Corti.

(Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)

2.3 Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,

staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia  coli,

streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita selekta

kedokteran, 1999).

Faktor Predisposisi:

1. infeksi kronis adenoid

2. tonsilitis

3. rhinitis

4. sinusitis

5. batuk rejan

6. morbili

7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal

2.4 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan /

pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran

eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih

untuk melawan bakteri.

Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka

sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan sekitar sel

eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah

banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil

penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas.

Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999).

6

Page 7: LP Otitis Media

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :

1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.

2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai

39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang

sakit.

4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.

5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih

dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).

6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.

7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak

yang belum dapat bicara.

8. Anoreksia (umum).

9. Limfadenopati servikal anterior.

(Kapita selekta kedokteran, 1999).

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:

a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga

menyempit.

b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat

positif

c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.

2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.

3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum

dari telinga tengah melalui membrane timpani).

4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang

telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga

terhadap perubahan tekanan udara.

7

Page 8: LP Otitis Media

2.7 Penatalaksanaan

1.    Penatalaksanaan medis

a. Pemberian obat Antibiotik

1)   Tujuan

Tujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri.

2)   Efek samping

Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi bakteri,

dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan tubuh.

3)   Indikasi

Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri.

4)   Kontra indikasi

Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia.

b)   Pemberian obat Analgesik

1)   Tujuan

Untuk menghilangkan nyeri.

2)   Efek samping

Umumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang dianjurkan,

Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare, pada

penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehan

dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia,

3)   Indikasi

Untuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi akut

dan kronis termasuk nyeri karena trauma.

4)   Kontraindikasi

Pada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang

hipersensitif.

2.    Penatalaksanaan keperawatan

a. Mengkaji nyeri.

b. Mengkompres hangat.

c. Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien.

d. Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif.

e. Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media.

8

Page 9: LP Otitis Media

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada otitis media :

1.    Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah :

a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)

b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).

c. Tuli.

d. Peradangan pada selaput otak (meningitis).

e. Abses otak.

f. Ruptur membrane timpani.

2.    Tanda-tanda terjadi komplikasi :

a. Sakit kepala.

b. Tuli yang terjadi secara mendadak.

c. Vertigo (perasaan berputar).

d. Demam dan menggigil.

2.9 Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

9

Page 10: LP Otitis Media

BAB III

Kosep Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Nama  klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media  sering dijumpai pada anak – anak di

bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang

yang dapat dihubungi.

b. Keluhan Utama

Menanyakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang

ia rasakan.

c. Riwayat Kesehatan Dulu

menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya

e. Riwayat penyakit sekarang

tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.

f. Pengkajian pola Fungsional Gordon

1. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan

a. Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah

pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut

mengganggu aktivitas pasien.

b. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik,

antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan

antispasmotik dan obat anti-parkinson.

c. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya

hidup klien

2. Pola Nutrisi – Metabolik

a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan

malam )

b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau

alergi

c. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan

d. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

yang mengandung vitamin antioksidant

3. Pola Eliminasi

10

Page 11: LP Otitis Media

a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya

b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi

c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu

untuk miksi dan defekasi.

4. Pola Aktivitas – Latihan

a. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan

dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya

akibat dari glaukoma yang dideritanya.

b. Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena

yang terganggu adalah pendengarannya.

c. Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

5. Pola Istirahat - Tidur

a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien

b. Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang

berhubungan dengan gangguan pada telinganya

c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?

6. Pola Kognitif - Persepsi

a. Kaji status mental klien

b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu

c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.

Identifikasi penyebab kecemasan klien

d. Pendengaran : menuru  karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga

tengah yang normalnya adalah steril.

e. Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak

berpengaruh terhadap penglihatannya.

f. Kaji apakah klien mengalami vertigo

g. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-

tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

7. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah

kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya

b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau

takut

c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

11

Page 12: LP Otitis Media

8. Pola Peran Hubungan

a. Tanyakan apa pekerjaan pasien

b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,

teman, dll.

c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit

klien

9. Pola Seksualitas/Reproduksi

a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya

b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan

menopause

c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seks

10. Pola Koping-Toleransi Stres

a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau

perawatan diri )

b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya

(mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress

atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.

11. Pola Keyakinan-Nilai

a. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta

seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada

Tuhannya lebih berfikiran positif.

g. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan

2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal

3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher

4. Kaji kemungkinan tuli

5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.

\

12

Page 13: LP Otitis Media

3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC

NANDA NIC NOC

1. Nyeri akut

Definisi : Serangan

mendadak atau

perlahan dari

intensitas ringan

sampai berat yang di

antisipasi atau

diprediksi durasi

nyeri kurang dari 6

bulan

Batasan

karakteristik:

peningkatan

tekanan intra

okuler (TIO)

yang

ditandai

dengan mual

dan muntah.

Adanya

laporan nyeri

secara verbal

dan non

verbal

Nafsu makan

menurun

Mual,

muntah

· Tingkat kenyamanan

  Indikator:

Melaporkan kondisi

fisik yang membaik

Melaporkan kondisi

psikologis yang

membaik

Mengekspresikan

kegembiraan terhadap

lingkungan sekitar

Mengekspresikan

kepuasan dengan

control nyeri

·Kontrol Nyeri

  Indikator:

Mengenal factor

penyebab

Mengenal serangan

nyeri

Mengenal gejala nyeri

Melaporkan control

nyeri

·Tingkat Nyeri

  Indikator:

Melaporkan nyeri

Frekuensi nyeri

Ekspresi wajah karena

nyeri

Perubahan tanda-

tanda vital

· Manajemen nyeri

Aktivitas :

Kaji tipe intensitas,

karakteristik dan lokasi nyeri

Kaji tingkatan skala nyeri

untuk menentukan dosis

analgesik

Anjurkan istirahat ditempat

tidur dalam ruangan yang

tenang

Atur sikap fowler 300 atau

dalam posisi nyaman.

Ajarkan klien teknik relaksasai

dan nafas dalam

Anjurkan klien menggunakan

mekanism koping yang baik

disaat nyeri terjadi

Hindari mual, muntah karena

ini akan meningkatkan TIO

Alihkan perhatian pada hal-hal

yang menyenangkan

Hilangkan atau kurangi sumber

nyeri

· Pemberian analgesik

Berikan analgesik sesuai order

dokter.

Perhatikan resep obat, nama

pasien, dosis dan rute

pemberian secara benar

sebelum pemberian obat.

13

Page 14: LP Otitis Media

2.Gangguan persepsi

sensori - perseptual

pendengaran

· Kompensasi Tingkah Laku

Pendengaran

Indikator:

Pantau gejala

kerusakan

pendengaran

Menggunakan

layananan pendukung

untuk pendegaran

yang lemah

Menghilangkan

gangguan

Menggunakan bahasa

isarat

Membaca gerakan

bibir

Memperoleh alat

bantu pendengaran

Mengingatkan yang

lain untuk

menggunakan teknik

yang menguntungkan

pendengaran

Memakai alat bantu

pendengaran (misal,

lampu pada telepon,

alarm kebakarab, bel

pintu, TDD

Menggunakan alat

bantu dengar dengan

benar

·Gambaran tubuh

Indikator:

Gambaran internal

· Peningkatan Komunikasi: Defisit

Pendengaran

Aktivitas:

Janjikan untuk mempermudah

pemeriksaan pendengaran

sebagaimana mestinya

Memfasilitasi penggunaan alat

bantu sewajarnya

Beritahu pasien bahwa suara

akan terdengar berbeda dengan

memakai alat bantu

Jaga kebersihan alat bantu

periksa secara rutin baterai alat

bantu

Mendengar dengan penuh

perhatian

Menahan diri dari berteriak

pada pasien yang mengalami

gangguan komunikasi

Memfasilitasi lokasi

penggunaan alat bantu

Memfasilitasi letak telepon

bagi gangguan pendengaran

sebagaimana mestinya

·Pembentukan kognisi

Aktivitas:

Bantu pasien untuk menerima

kenyataan bahwa statemen diri

berada di tengah-tengah

timbulnya emosi

Bantu pasien memahami akan

ketidakmapuannya untuk

menggapai perilaku yang

diinginkan sering disebabkan

oleh statemen diri yang tidak

14

Page 15: LP Otitis Media

Pribadi

Sesuai antara

kenyataan, ideal, dan

perilaku tubuh

Deskripsi pada bagian

tubuh yang terkena

dampak

Menyesuaikan diri

dengan berubahnya

penampilan pisik

Menyesuaikan diri

dengan berubahnya

fungsi tubuh

Menyesuaikan diri

dengan berubahnnya

status kesehata

Kesediaan untuk

menggunakan strategi

untuk meningkatkan

penampilan dan

fungsi tubuh

masuk akal

Tunjukkan bentuk-bentuk

kelainan fungsi berpikir (misal,

pikiran yang bertentangan,

terlalu banyak

menggeneralisasi, penguatan,

dan personalisasi)

Bantu pasien mengenali emosi

yang menyakitkan  yang ia

rasakan

Bantu pasien mengenal pemicu

yang diterima (misal, situasi,

kejadian, dan interaksi dengan

orang lain) yang membuat

stress

Bantu pasien untuk mengenal

interpretasi pribadi yang salah

mengeni faktor pemicu yang

diterima

Bantu pasien untuk mengganti

interpretasi yang salah dengan

yang lebih realistis berdasarkan

situasi yang membuat stres,

kejadian, dan interaksi

BAB IV

15

Page 16: LP Otitis Media

PENUTUP

4.1 Simpulan

Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah yang

disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi dari infeksi saluran

nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk ke telingan tengah. Sebagian

besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi saluran nafas atas banyak pada anak, dan

bentuk tuba eustachii pada anak lebih pendek, lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA

pada prinsipnya adalah terapi medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium

penyakitnya. Prinsipnya adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari

perforasi spontan.

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu meminta

kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat

bermanfaat bagi pembaca

16

Page 17: LP Otitis Media

Discharge planning (perencanaan pulang)

Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan, penyebab dan

pencegahan dan pengobatan spesifik yang direkomendasikan atau diperintahkan. Diskusikan

masalah dibawah ini dengan klien dan keluarga :

a. Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping 

b. Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.

c. Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga

17

Page 18: LP Otitis Media

DAFTAR PUSTAKA

Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu

http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2009/12/otitis-media-akut-oma.html

http://farellyus-belajaryuk.blogspot.com/2009/09/diagnosis-dan-penatalaksanaan-otitis.html

http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-otitis-media-akut.html

18