Osteoporosis Pada Laki-laki
-
Upload
stevenwidjaya -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Osteoporosis Pada Laki-laki
Osteoporosis pada Laki-laki
Steven
102012089
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Pendahuluan
Masa lanjut usia adalah masa terjadinya penurunan fungsi organ tubuh yang dapat
membuat timbulnya berbagai penyakit, misalnya saja penyakit yang sering diderita pada masa
lanjut usia adalah osteoporosis. Osteoporosis terjadi karena adanya penurunan massa tulang,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang pada
akhirnya mengakibatkkan kerapuhan tulang. Osteoporosis banyak diderita oleh wanita, dan
sedikit di derita pada pria. Hal ini terjadi karena pada pria tidak mengalami masa menopause
dimana terjadi defisiensi estrogen yang mengatur kerja osteoklas dalam reabsorbsi tulang. Tetapi
bukan hanya hormon, adapun faktor lain yang dapat menyebabkan osteoporosis yaitu usia,
genetik, kurangnya asupan kalsium dan vitamin D, dan gaya hidup yang serba nyaman dimana
membuat manusia menjadi malas untuk bergerak ataupun berolahraga. Tanpa disadari hal inilah
yang memicu terjadinya osteoporosis.
Skenario
Seorang laki-laki usia 60 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Ia
mengeluhkan punggung bawahnya sering nyeri setelah bangun tidur atau setelah beraktifitas,
namun ia tidak berobat untuk keluhan ini karena ia mengira ini hanya proses penuaan tulang.
Dokter yang melakukan pemeriksaan menganjurkan dilakukannya x-ray pada pasien dan
didapatkan hasil adanya lesi lytic pada L3-L5. Menurut pasien, ibu pasien saat berumur kurang
lebih 60 tahun juga mengalami hal yang sama.
1
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dan pasien atau keluarganya/orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan
dengan penyakitnya. Anamnesis memegang peranana penting pada evaluasi penderita
osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama dapat mengarah langsung kepada diagnosis,
misalnya fraktur kolum femoris pada osteoporosis, bowing leg pada riket atau kesemutan dan
rasa kebal disekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia.
Anamnesis terdiri dari :
- Identitas pasien
- Keluhan utama : keluhan yang mendorong pasien mencari pengobatan
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat pribadi
- Riwayat sosial ekonomi
Faktor yang harus ditanyakan juga adalah fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,
penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium,
fosfat dan vitamin D, latihan teratur yang bersifat weight-bearing . Obat-obatan dalam jangka
panjang juga harus diperhatikan, seperti kortikosteroid, hormone tiroid, anti konvulsan, heparin,
antasid yang mengalami alumunium, sodium florida dan bifosfonat etidronat. Alkohol dan
merokok juga merupakan faktor resiko osteoporosis. Penyakit-penyakit lain yang harus
ditanyakan yang juga berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna,
hati, endokrin, dan insufisiensi pancreas. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus
diperhatikan, karena ada beberapa penyakit tulang metabolit yang bersifat herediter.1
Pemeriksaan Fisik 1
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian
juga gaya berjalan penderita, deformitas tulang, leg-leght inequality, nyeri spinal dan jaringan
parut pada leher. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus
2
(Dowager’s Hump) dan penurunan tinggi badan. Selain itu juga didapatkan protuberansia
abdomen, spasme otot paravertebral dan kulit yang tipis (tanda McConkey).
Pemeriksaan Penunjang 1
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologi dipakai untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologic yang khas pada osteoporosis adalah penipisan kortkes dan daerah
trabekular yang lebih lusen. Hal ini akang tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan
gambaran picture frame vertebra.
Vertebra
Gambaran osteoporosis pada foto polos akan menjadi lebih radiolusen tetapi baru
terdeteksi setelah terjadi penurunan massa tulang sekitar 30%. Variabilitas faktor teknis dalam
pengambilan foto polos, dan variasi jenis serta ketebalan jaringan lunak yang tumpang tindih
dengan vertebra akan mempengaruhi gambaran radiologisnya dalam menilai densitas tulang
Pemeriksaan Biokimia Tulang
Pemeriksaan biokimia tulang terdiri dari kalsium total dalam serum, ion, kalsium, kadar
fosfor dalam serum, kalsium urin, fosfat urin, osteokalsin serum, piridinolin urin, dan bila perlu
hormone paratiroid dan vitamin D.
Pemeriksaan Densitas Massa Tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan risiko fraktur. Berbagai
penelitian menunjukkan peningkatan risiko fraktur pada densitas massa tulang yang menurun
secara progresif dan terus-menerus. Densitometry tulang merupakan pemeriksaan yang akurat
dan persis untuk menilai densitas massa tulang, sehingga dapat digunakan untuk menilai faktor
prognosis, prediksi fraktur dan bahkan diagnosis osteoporosis. Untuk menilai hasil pemeriksaan
Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang
orang dewasa muda (T-score)
3
2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
Diagnosis Banding4
Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan penyakit degenaratif pada usia tua. Pada osteoarthritis terdapat
nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan tangan, kaki,
lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu.2 Nyeri dapat berkaitan dengan rasa
kesemutan atau kebas, terutama pada malam hari. Pembengkakan sendi yang terkena, disertai
penurunan rentang gerak. Sendi mungkin tampak mengalami deformitas. Nodus Heberden,
pertumbuhan tulang sendi interfangal distal pada jari tangan, dapat terbentuk.3
Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomyelitis hematogen) atau, yang lebih sering, setalah kontaminasifraktur terbuka atau
reduksi bedah. Osteomyelitis muncul dengan gejala sistemik (demam, malaise) dan nyeri local.
Osteomyelitis vertebra dapat menyebabkan kolaps vertebra dan kompresi medulla spinalis.
Osteomyelitis pada penderita diabetes sering tidak nyeri.
Paget
Berhubungan dengan remodeling tulang yang abnormal. Penyebabnya tidak diketahui,
namun terutama karena fungsi osteoklas yang menjadi sangat aktif sehingga mengubah
homeostatis normal dari remodeling tulang.4 Penyakit paget timbul pada manula (> 70 tahun)
yang disertai dengan gejala umum yaitu meliputi nyeri tulang, deformitas tulang, dan
peningkatan suhu pada daerah yang terkena.2
4
Diagnosois Kerja
Osteoporosis pada laki-laki1
Tulang terus berubah - yaitu tulang lama dihapus dan digantikan oleh tulang baru. Selama
masa kanak-kanak, lebih tulang diproduksi daripada dihapus, sehingga kerangka tumbuh dalam
ukuran dan kekuatan. Bagi kebanyakan orang, tulang massa puncak selama dekade ketiga
kehidupan. Oleh usia ini, laki-laki biasanya telah mengumpulkan massa tulang lebih daripada
wanita. Setelah titik ini, jumlah tulang di kerangka biasanya mulai menurun perlahan-lahan
sebagai penghapusan lama tulang melebihi pembentukan tulang baru.
Laki-laki pada 50-an mereka tidak mengalami cepat hilangnya massa tulang yang
perempuan lakukan di tahun-tahun setelah menopause. Pada usia 65 atau 70, namun, pria dan
wanita yang kehilangan massa tulang pada tingkat yang sama dan penyerapan kalsium, nutrisi
penting untuk kesehatan tulang sepanjang hidup, penurunan kedua jenis kelamin. Menyebabkan
kerugian berlebihan tulang tulang menjadi rapuh dan cenderung fraktur.
Fraktur yang dihasilkan dari osteoporosis umumnya terjadi di pinggul, tulang belakang dan
pergelangan tangan, dan dapat secara permanen menonaktifkan. Fraktur terutama berbahaya.
Mungkin karena fraktur seperti cenderung terjadi pada usia yang lebih tua pada laki-laki
daripada perempuan, laki-laki yang mempertahankan fraktur lebih mungkin daripada perempuan
untuk mati karena komplikasi.
Pada dewasa muda, insidens faraktur ternyata lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita.
Pada laki-laki, dengan bertambahnya umur, maka tulang kortikal akan makin menipis, tetapi
penipisan ini tidak secapat pada wanita, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause.
Selain itu pada laki-laki kehilangan massa tulang lebih bersifat penipisan, sedangkan pada wanita
lebih diakibatkan pada kehilangan elemen trabekula dari tulang yang bersangkutan. Selama
pertumbuhan massa tulang laki-laki juga lebih besar pada wanita. Laki-laki juga memiliki tulang
trabekular yang lebih tebal korteksnya daripada wanita. Pada laki-laki ukuran kolum femoris
akan makin besar dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita tidak, hal ini
menyebabkan osteoporosis pada laki-laki relative lebih ringan dan resiko fraktur relatif lebih
kecil daripada wanita. Fraktur vertebra pada laki-laki juga lebih jarang, kira-kira hanya 50%
5
pada wanita. Pada umumnya fraktur vertebra terjadi pada torakal bawah dan merupakan fraktur
biji.
Epidemiologi5
Di USA, 15% wanita kaukasia pascamenopause dan 35% yang beusia lebih dari 65 tahun
menderita osteoporosis. Satu dari dua wanita Kaukasia akan mengalami fraktur osteoporosis
disepanjang hidupnya. Wanita berusia 65 tahun 25% mengalami kompresi spinal, 40% wanita
akan mengalami fraktur vertebra pada usia 75 tahun dan 20% wanita akan mengalami fraktur
pinggul pada usia 90 tahun. Setelah fraktur pinggul, kurang dari 50% penderita mampu kembali
ke fungsi mandiri penuh dan 12-24% akan meninggal dalam 1 tahun. 40% - 80% risiko
osteoporosis disebabakan oleh keturunan; gen yang terimplikasi meliputi reseptor vitamin D,
reseptor estrogen, reseptor androgen, kolagen tipe 1 alfa, dan polimorfisme gen IL-6.
Adapun faktor risikonya :
- Riwayat fraktur saat dewasa atau riwayat fraktur pada kerabat derajat pertama
- Ras kaukasia
- Usia lanjut
- Berat badan rendah
- Merokok, asupan kopi tinggi
- Asupan rendah kalsium dan tinggi fosfat
- Gaya hidup nyaman (kurang bergerak)
- Demensia dan/atau depresi
- Obat-obatan (steroid, fenitoin, heparin, warfarin)
Etiologi Osteoporosis pada Laki-laki1
1. Genetik
Laki-laki yang orang tuanya menderita osteoporosis, ternyata memiliki densitas massa
tulang yang lebih rendah dibandingkan laki-laki pada umumnya. Selain itu laki-laki yang
ibunya menderita fraktur panggul, ternyata memiliki resiko lebih tinggiuntuk menderita
fraktur vertebra. Sampai saat ini, tidak didapatkan gen spesifik yang mengatur massa
tulang dan resiko fraktur pada laki-laki.
6
2. Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan salah satu penyebab osteoporosis dan gagalnya pencapaian
puncak massa tulang pada laki-laki. Dalam hal ini, terappi pengganti testosterone
memiliki efek yang baik untuk meningkatkan massa tulang pada laki-laki dengan
hipogonadisme. Berbagai penyebab higonadisme pada laki-laki harus dicari pada laki-
laki dengan osteoporosis, misalnya dengan sindrom Klinefelter, hipogonadisme akibat
hipogonadotropin, hiperprolak-tinemia, orkitis akibat parotitis, kastrasi, dsb. Seringkali
pemeriksaan hipogonadisme pada laki-laki tidak mudah dideteksi, karena ukuran testes
yang tetap normal, libido yang tetap normal, kadar testosterone yang tetap normal
walaupun kadar luteinizxing hormone meningkat.
3. Involusi
Dengan bertambahnya umur, terjadi penurunan massa dan densitas tulang pada laki-laki,
kira-kira 3-4% per decade setelah umur 40 tahun. Setalah umur 50 tahun, kehilangan
massa tulang lebih besar lagi, walaupun demikian tetap lebih rendah dibandingkan
wanita. Resorpsi endosteal pada laki-laki, tampaknya dapat dikompensasi dengan formasi
periosteal, sehingga resiko fraktur dan densitas tulang tidak sehebat pada wanita. Pada
tulang trabekular, penurunan densitas massa tulang pada kedua jenis kelamin nampaknya
sama, tetapi korteks tulang trabekularv pada laki-laki lebih tebal dibandingkan pada
wanita, sehingga resiko fraktur juga lebih rendah.
4. Penyakit dan obat-obatan
Berbagai penyakit, obat-obatan dan gaya hidup dapat menyebabkan osteoporosis
sekunder pada laki-laki, misalnya glukokortikoid, merokok, alcohol, insufisien ginjal,
kelainan gastrointestinal dan hati, hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, antikonvulsan,
tirotoksikosis, imobilisasi lama, artiritis rematoid, dll.
5. Idiopatik
Sekitar 30% osteoporosis pada laki-lai ternyata tidak diketahui secara jelas penyababnya.
Diagnosis osteoporosis idiopatik ditegakkan setelah semua penyebab yang lain dpat
disingkirkan. Saat ini diduga terdapat hubungan antara osteoporosis idiopatik dengan
rendahnya IGF-I atau IGF-I binding protein 3 (IGFBP-3)
7
Patofisiologi
Seperti yang anda ketahui, massa tulang yang tampaknya keras dan kaku selalu dalam
siklus pergantian. Pembentukan tulang yang baru dan reabsorbsi terajdi selama hidup. Untuk
penambahan massa tulang, osteogensis harus melampaui reabsorbsi; ini terjadi dalam tahun-
tahun awal kehidupan. Mengikuti fase pertumbuhan, keseimbangan diperlukan sampai decade
ketiga. Pada keempat, kerangka tubuh kita mulai mengalami erosi sebagai tanda permulaan
osteoporosis. Masih merupakan perdebatan apakah kelainan ini terjadi akibat reabsorbsi yang
berlebihan, pembentukan tulang tidak adekuat, atau kombinasi dari kedua proses tersebut di atas
masih merupakan perdebatan.6
Osteogenesis dan osteolisis merupakan fenomena yang kompleks, dipengaruhi oleh
metabolic, nutrisi dan endokrin. Meskipun tinjuan yang mendetail dari homeostatis massa tulang
adalah diluar ruang lingkup kami, beberapa gambaran penting yang berkaitan dengan
pathogenesis dari osteoporosis perlu di ingat. Kalsium, merupakan komponen mineral utama
tulang, adalah jelas sangat penting untuk osteogenesis. Oleh karena adanya kalsium yang hilang
secara obligat melalui tinja, urin, maka masukan dan absorbsi yang adekuat adalah sangat
penting untuk mendapatkan keseimbangan kalsium yang positif. Absorbsi kalsium dari diet
dibantu oleh vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-[OH]2D3), dimana perubahan terjadi ditubulus
proksimal ginjal. Enzim 1-ᵅ-hidroksilase, bertanggung jawab terhadap perubahan vitamin D
kedalam bentuk aktifnya di ginjal, dimana enzim tersebut diaktikan oleh hormone paratiroid
(PTH). Hormon paratiroid mempunyai pengaruh yang kuat terhadap osteoklas, dimana ia
mempengaruhinya untuk meningkatkan reabsorbsi tulang, suatu keadaan yang dapat dipotensiasi
oleh karena kekurangan estrogen. Gangguan pada salah satu sistem pengaturan ini akan merusak
keseimbangan dimana kehilangan jaringan tulang melebihi pembentukannya. Sebagai contoh,
defisiensi kalsium dalam diet, dapat terjadi pada orang tua, akibat kurangnya masukan makanan
yang kaya kalsium. Absorbsi kalsium tampaknya menurun juga pada orang usi lanjut, mungkin
disebabkan karena menurunnya produksi vitamin D yang aktif dalam ginjal. Kedua keadaan
tersebut diatas cenderung menurunkan kadar kalsium dalam di dalam serum , tetapi tidak terjadi
hipokalsemia, oleh karena terjadi mobilisasi kalsium dari tulang dibawah pengaruh PTH. Jadi
keseimbangan kadar kalsium serum dipertahankan dengan adanya kalsium yang berasal dari
tulang. Hampir 15% penderita dengan osteoporosis menunjukkan peningkatan kadar PTH dalam
8
serum, menyokong dugaan bahwa urutan seperti yang digambarkan diatas mungkin berhubungan
dalam pathogenesis osteoporosis pada penderita ini.6
Dapat dipahami bahwa akibat dari hilangnya jaringan tulang akan lebih berat pada orang
yang sejak awalnya sudah memilik densitas tulang yang rendah. Hal ini dapat mendasari
perbedaan penampakan osteoporosis simptomatik pada berbagai macam ras dan subkelompok
jenis kelamin. Di Amerika Serikat; densitas maksimal dijumpai pada orang dewasa muda,
dimana jumlah terbesar terdapat pada laki-laki kulit hitam dan yang terendah pada wanita kulit
putih; laki-laki kulit putih dan wanita kulit hitam berada pada tingkat pertengahan. Karena
adanya hubungan antara usia dengan hilangnya jaringan tulang, maka dapat diperkirakan bahwa
wanita-wanita kulit putih, yamg mulai dengan tingkat densitas tulang yang terendah akan
mempunyai resiko tertinggi untuk timbulnya osteoporosis.
Kemajuan terakhir dalam bidang biologi molekular telah menghasilkan hipotesis mengenai
pathogenesis osteoporosis antara lain:7
- Perubahan terkait usia di sel dan matriks tulang menimbulkan dampak besar pada
metabolism tulang. Osteoblas pada lansia memperlihatkan penurunan potensi reprikastif
dan biosintetik disbanding orang muda. Protein-protein yang terikat matriks ekstrasel
juga kehilangan potensi biologiknya pada lansia, hingga akhirnya sel-sel pembentuk
tulang berkurang untuk membentuk tulang.
- Penurunan aktifitas fisik meningkatkan kecepatan pengurangan tulang karena gaya-gaya
mekanis yang sangat penting untuk remodeling tulang. Densitas tulang pada atlit lebih
besar daripada non-atlit.
- Faktor genetic, yaitu pada molekul reseptor vitamin D yang diturunkan berperan
menentuka sekitar 75% masa puncak maksimal yang dicapai.
- Status gizi kalsium tubuh jua penting. Pada remaja putri menagalami insufisiensi kalsium
dalam diet mereka, sehingga selama periode pertumbuhan tulang tidak tercapai
maksimal.
- Pengaruh hormon. Setelah menopause, wanita dpaat kehilangan 35% tulang koreks dan
50% tulang trabekular mereka dalam usia 30-40 tahun.
9
Manifestasi Klinik
Nyeri tulang terutama pada tulang belakang adalah keluhan yang sering dijumpai pada
penderita osteoporosis. Keadaan ini terjadi akibat runtuhnya corpus vertebrae akibat fraktur.
Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu dapat berkurang atau terjadi
kifosis. Tempat lain yang sering mengalami patah tulang adalah kolum femoris dan bagian distal
radius. Sering disertai trauma yang ringan. Gambaran radiologis kadang-kadang menunjukkan
peningkatan radiolusensi tulang, seringkali disertai fraktur kompresi dari tulang belakang.
Terakhir, teknik radiologik yang lebih sensitif seperti dual-beam photon absoptiometry
memberikan keterangan yang lebih akurat karena menyatakan jumlah mineral di dalam tulang
secara kuantitaf. Kadar alkali fosfatase, kalsium dan fosfor dalam serum secara khas berada
dalam batas normal, dan ini merupakan hal yang penting untuk membedakan osteoporosis
dengan osteomalasia, dimana keduanya dapat mempunyai gambaran radiologis yang sama.
Beberapa bahan yang kerjanya menghambat reabsorbsi tulang atau membantu osteogenesis,
dipergunakan dalam pengobatan osteoporosis primer.5 Pada tahun 2004, U.S General
mengidentifikasi fraktur trauma rendah sebagai kejadian sentinel yang menunjukkan kesehatan
tulang yang buruk yang harus dianggap sebagai indikasi untuk skrining densitas tulang, bahkan
pada individu berusia muda atau orang lain yang tidak dianggap beresiko tinggi mengalami
osteoporosis.3
Komplikasi
Fraktur pangkal paha , pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan panggul.
Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan kemampuan untuk melakukan
aktifitas hidup sehari-hari dapat terjadi setelah fraktur osteoporosis.3
10
Terapi1
Secara teoritis, osteoporosis dapat diobati dengan cara mengahambat kerja osteoklas
(antiresorptif) dan/atau meningkatkan kerja osteoblas (stimulator tulang). Walaupun demimikian,
obat yang beredar pada umumnya bersifat resorptif. Yang termasuk golongan obat anti resorptif
adalah estrogen, anti estrogen, bifosfonat dan kalsitonin. Sedangkan yang termasuk stimulator
tulang adalah Na- flourida dan PTH. Kalsium dan vitamin D tidak mempunyai efek anti resorptif
maupun stimulator tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi mineralisasi osteoid setelah
proses formasi oleh osteoblas.
- Bifosfonat
Merupakan obat yang dipakai buat pengobatan osteoporosis, abik sebagai pengobatan
alternatif setelah terapi pengganti hormonal pada wanita osteoporosis, maupun
osteoporosis pada laki-laki dan osteoporosis akibat steroid. Bifosfonat dapat mengurangi
resorpsi tulang oleh osteoklas dengan cara berikatan pada permukaaan tulang dan
menghambat kerja osteoklas dengan cara mengurangi produksi proton dan enzim
lisosomal di bawah osteoklas. Pemberian bifosfonat oral akan diabsorpsi di usus halus
dan absorpsinya sangat buruk, kurang dari 5% dari dosis yang diminum. Bifosfonat harus
diminum dengan air, idealnya pada pagi hari pada waktu bangun tidur dalam keadaan
perut kosong. Selain itu pasien tidak diperkenankan makan apapun, minimal selama 30
menit, dan selama itupasien harus dalam posisi tegak, tidak boleh berbaring. Khusus
untuk etidronat, dapat diberikan 2 jam sebelum atau selepas makan, kerana absorpsinya
tidak terlalu dipengaruhi makanan.
Beberapa preparat bifosfonat adalah seperti berikut:
Etidronat Untuk terapi osteoporosis, dapat diberikan
dosis 400 mg/hari Selama 2 minggu,
dilanjutkan dengan suplementasi kalsium 500
mg/hari selama 76 hari. Siklus diulang setiap 3
bulan.
Klodronat Untuk osteoporosis, klodronat dapat diberikan
dengan dosis 400 mg/hari selama sebulan
11
dilanjutkan dengan suplementasi kalsium
selama 2 bulan. Siklus dapat diulang setiap 3
bulan.
Pamidronat Pamidronat biasanya diberikan melalui infus
intravena.
Alendronat Merupakan aminobifosfat yang sangat poten.
Untuk terapi osteoporosis, dapat diberikan
dosis 10mg/hari setiap hari secara kontinyu,
kerana tidak menggangu mineralisasi tulang.
Risedronat Untuk terapi osteoporosis, diperlukan dosis
5mg/hari secara kontinyu.efektif bagi
mengatasi osteoporosis dan mengurangi risiko
fraktur pada wanita dengan osteoporosis pasca
menopause.
Asam Zoledronat Merupakan bifosfat terkuat saat ini. Untuk
pengobatan osteoporosis, cukup diberikan
dosis 4 mg per tahun.
- Kalsitonin
Berfungsi sebagai penghambat osteoklas. Selain itu, kalsiotonin juga mempunyai efek
menghambat osteosit dan meransang osteoblas, tetapi efek ini masih kontroversial.
Pemberiannya secara intranasal, nampaknya akan mempermudah penggunaan daripada
preparat injeksi yang pertama kali diproduksi. Dosis yang dianjurkan untuk pemberian
intranasal adalah 200 U per hari. Kadar puncak di dalam plasma akan tercapai dalam
waktu 20-30 menit, dan akan dimetabolisme dengan cepat di ginjal.
- Terapi kombinasi
Kombinasi antara 2 antiresorptif atau antiresorptif dan stimulator tulang, tujuan terapi
kombinasi adalah untuk mendapatkan efek maksimal 2 macam obat yangberbeda
mekanismenya, dan mendapatkan efek ekstraskeletal khusus dari obat masing-masing.
12
Kombinasi etidronat dan estrogen memberikan hasil yang baik, baik pada wanita yang
baru menopause, maupun wanita yang osteoporosis pasca menopause.
Edukasi dan Pencegahan4
- Anjurkan pasien melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara
kekuatan,kelenturan dan koordinasi system neuromuskuler serta kebugaran sehingga
dapat mencegah risiko jatuh.Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan
30 -60 menit/hari ,bersepeda atau berenang
- Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/ hari,baik melalui makanan sehari-hari atau
suplemen
- Hindari merokok dan minuman alcohol
- Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap defesiensi testosterone pada laki-laki
dan menopause awal pada wanita
- Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis
- Hindari mengangkat barang-barang berat pada pasien yang sudah pasti osteoporosis
- Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan pasien jatuh,misalnya lantai yang
licin ,obat-obat sedative,dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi
ortistatik
- Hindari defesiensi vitamin D ,terutama kepada orang-orang yang kurang terpajan
sinar matahari atau pada pasien dengan fotosensitivitas seperti SLE
- Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan natrium
sampai 3 g / hari
- Pada pasien yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka
panjang,usahakan pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan
sesingkat mungkin
- Pada pasien arthritis rheumatoid dan arthritis inflamasi yang lain,sangat penting
mengatasi nyeri dan penurunan densitas massa tulang akibat arthritis inflamasi yang
aktif
13
Prognosis
Pada penderita osteoporosis, sebaiknya sedini mungkin melakukan pemeriksaan dan
pengobatan. Bila sudah melakukan pengobatan selama 1-2 tahun dapat dilakukan pemeriksaan
densitometri untuk menilai peningkatan densitas tulangnya. Pemeriksaan biokimia tulang juga
perlu dilakukan untuk evaluasi pengobatan tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa lebih baik
sedini mungkin maksimalkan kepadatan tulang, selagi masih muda sebelum terlambat.
Kesimpulan
Osteoporosis disebabkan bukan hanya karena faktor usia, namun dapat disebabkan karena
kurangnya asupan mineral yaitu kalsium dan vitamin D dan gaya hidup yang nyaman misalnya
jarang bergerak dan berolahraga.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Idrus A, Sumadibrata MK, Setiati S. Buku ajar penyakit
dalam.Jilid 3.Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing;2009.h.2655-73.
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2006.h.1381-5
3. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.h.340-2, 346-8.
4. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga;2005.h.380-2.
5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofosiologi:pemeriksaan dan manajemen.Jakarta: EGC;
2008.h.337.
6. Robins, Kumar. Buku ajar patologi II. Edisi 4. Jakarta:EGC; 1995.h.454-5.
7. Kumar V, Abbas AK, Fautso N. Robbins & Cotran dasar patologis penyakit. Edisi 7.
Jakarta: EGC; 2010.h.1387-8.
14