Osteomyelitis
description
Transcript of Osteomyelitis
OSTEOMIELITIS
Jessica Wangke
I. DEFINISI
Osteomielitis adalah proses inflamasi akut maupun kronik yang disebabkan suatu infeksi
pada tulang3, biasanya oleh infeksi bakteri piogenik2. Walaupun dapat mengenai semua
tulang, namun bagian tulang yang paling sering terkena adalah tulang panjang (femur,
tibia, humerus)6.
II. EPIDEMIOLOGI
- Kasus yang menimpa pria lebih banyak dari wanita (2 :1), dan lebih banyak ditemukan
pada anak-anak dan remaja serta > 50 tahun2.
- Osteomielitis akut biasanya terjadi pada anak-anak dan disebarkan secara hematogen,
sedangkan osteomielitis vertebra biasanya terjadi pada usia > 45 tahun. Osteomielitis
karena trauma langsung biasanya terjadi pada usia dewasa2,5, dan umumnya berupa sub-
akut ataupun kronik5.
III. KLASIFIKASI
Menurut perjalanan penyakit, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3 jenis5, antara lain:
1. Ostemielitis akut (2 minggu setelah onset timbulnya penyakit)
2. Osteomielitis sub-akut (satu hingga beberapa bulan)
3. Osteomielitis kronis (setelah beberapa bulan)
Menurut patogenesis, osteomielitis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Osteomielitis hematogen (infeksi yang disebabkan penyebaran patogen lewat darah)
2. Osteomielitis eksogen (kontak langsung bakteri dengan jaringan selama trauma atau
pembedahan)2
Ostemielitis akut ada 2 jenis, hematogen dan eksogen2; sedangkan Osteomielitis Sub-
akut dan kronis biasanya berasal dari eksogen5.
IV. ETIOLOGI
Penyebab osteomielitis adalah infeksi (bakteri dan fungi). Penyebab paling banyak adalah
Staphylococcus aureus. Selain itu juga terdapat grup A & B Streptococcus, termasuk di
antaranya Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus pyogenes , Pseudomonas
aeruginosa, Kingella kingae3, Enterobacteriaceae, dan Haemophilus influenzae2.
V. FAKTOR RESIKO
- gizi/nutrisi buruk1
- penderita diabetes1
- pembedahan ortopedi dalam waktu yang lama2
- terapi kortikosteroid jangka panjang2
- kekebalan/sistem imun yang rendah (WBC <<<)/immunocompromised1
- HIV/AIDS2
- Sickle cell anemia2
- adanya trauma/fraktur terbuka2
- penggunaan alkohol2
VI. MANIFESTASI KLINIS
1. Osteomielitis Akut2:
- Demam
- Edema dan eritema di tempat yang terkena
- Terasa hangat di tempat yang terkena
- Tidak dapat duduk secara normal (untuk vertebra)
- Pembatasan pergerakan dan pengurangan pemakaian ekstremitas
- Anoreksia6
- Nyeri lokal yang timbul dengan cepat
2. Osteomielitis Kronik:
- Tanda-tanda utama (kardinal) dari osteomyelitis subakut dan kronik meliputi
timbulnya saluran sinus, deformitas, instabilitas dan tanda lokal dari
vaskularisasi yang rusak, keterbatasan gerak dan gangguan neurologis5.
VII. PATOFISIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran secara hematogen dari fokus infeksi di
tempat lain (misalnya tonsilitis, infeksi pada gigi, ISPA, atau infeksi genitourinarius).
Selain itu, osteomielitis juga dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalnya fraktur terbuka, luka tembak, pembedahan tulang)5. Bagian tulang yang
sering terkena adalah metafisis, karena aliran darahnya lebih lambat daripada
bagian epifisis7.
Trauma ringan yang menyebabkan terbentuknya hematoma diduga berperan dalam
menentukan timbulnya infeksi di daerah metafisis yang kaya akan pembuluh darah.
Hematoma tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang mencapai
tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut terbentuk suatu fokus kecil
infeksi bakteri sehingga terjadi hiperemia dan edema. Tulang merupakan jaringan yang
kaku dan tertutup sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dengan pembengkakan yang
terjadi akibat edema dan oleh karena itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan
kenaikan tekanan intraoseus secara nyata dan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan
menetap, kemudian terbentuk pus, yang semakin meningkatkan tekanan intraoseus di
daerah infeksi dengan akibat timbulnya gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah ini
dapat mengakibatkan terjadinya trombosis vaskuler dan kematian jaringan tulang. Karena
tulang bukan jaringan yang bisa berekspansi, maka tekanan dalam tulang yang hebat ini
juga menyebabkan nyeri lokal yang hebat4.
Infeksi dapat pecah ke periosteum, kemudian menembus subkutis dan menyebar
menjadi selulitis, atau menjalar melalui rongga subperiosteum ke diafisis. Infeksi juga
dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis medularis. Penjalaran subperiostal ke
arah diafisis dapat menyebabkan nekrosis/kematian jaringan tulang yang disebut sekuester.
Infeksi yang meluas melalui periosteum melalui kanal Havers menyebabkan periosteum,
yang tidak melekat erat ke tulang pada anak-anak, mudah terangkat sehingga terbentuk
abses subperiosteum Pada infeksi yang berlangsung kronik dan menyebabkan terangkatnya
periosteum tersebut mengakibatkan timbulnya reaksi pembentukan tulang baru yang di
dalamnya4 yang disebut involukrum6.
Osteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomielitis
dapat terjadi; (1) penyebaran ke arah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis
pada jaringan sekitarnya; (2) penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan
lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistul. Abses
dapat menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang dan menyebabkan sekuester; (3)
penyebaran ke arah medula; dan (4) penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng
pertumbuhannya intraartikuler, misalnya ke sendi panggul. Penetrasi ke epifisis jarang
terjadi8.
Pada bayi, dapat mengenai seluruh tulang dan sendi di dekatnya. Karena masih
adanya hubungan aliran darah antara metefisis dan epifisis melintasi gwoth plate, sehingga
infeksi dapat meluas dari metafisis ke epifisis serta kemudian kedalam sendi. Pada anak-
anak biasanya infeksi tidak meluas ke daerah epifisis karena growth plate dapat bertindak
sebagai barier yang elektif, disamping sudah tidak terdapat hubungan aliran darah langsung
antara metafisis dan epifisis. Sementara pada orang dewasa growth plate yang menjadi
penghalang perluasan infeksi telah menghilang sehingga epifisis dapat terserang, namun
jarang terjadi abses subperiosteum, karena periosteum pada orang dewasa telah merekat
erat dengan kortek tulang4.
VIII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis7
- Riwayat trauma
- Riwayat penyakit infeksi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik7
- TTV (Apabila disertai demam, suhu tubuh meningkat)
- Inspeksi dan palpasi (tanda-tanda gerak terbatas disertai nyeri)
3. Pemeriksaan Penunjang
- Px laboratorium biasanya menunjukkan leukositosis, anemia ringan sampai
sedang, serta peningkatan LED7
- Biakan darah (untuk menemukan etiologinya)7, apabila ternyata hasil biakan
darah negatif, maka dapat dilakukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi
intramedula pada tulang yang terlibat8.
- Ada 4 tanda untuk menegakkan diagnosis osteomielitis akut2,5,6:
(1) adanya materi purulen/ pus pada aspirasi tulang yang teinfeksi
(2) kultur bakteri dari tulang atau darah menunjukkan hasil positif
(3)ditemukannya tanda-tanda klasik lokal berupa nyeri tekan pada tulang,
dengan jaringan lunak yang eritem atau edem
(4) pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang positif, berupa gambaran
edem pada jaringan lunak diatas tulang setelah 3-5 hari terinfeksi. Pada
minggu kedua (>10 hari) gambaran radiologi mulai menunjukkan destruksi
tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang baru.
- Pada Osteomielitis Kronik, pada foto didapat gambaran sekuester dan
pembentukan tulang baru6. Foto radiologi memperlihatkan gambaran osteolisis,
reaksi periosteum dan sekuester (bagian tulang yang nekrosis yang terpisah dari
tulang yang masih hidup oleh jaringan granulasi)5.
IX. TATALAKSANA
1. Osteomielitis Akut:
- Antimikroba harus diberikan minimal 4 minggu (idealnya 6 minggu) untuk mencapai
tingkat kesembuhan yang memadai. Untuk megurangi biaya pemberian antibiotik secara
oral dapat dipertimbangkan. Pada anak-anak dengan osteomyelitis akut harus diberi
terapi antibiotik secara parenteral selama 2 minggu sebelum diberikan per oral5.
- Pada osteomielitis hematogen, antibiotik yang dipilih harus merupakan antistafilokokus.
- Pasien juga diberikan istirahat baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan,
antipiretik diberikan untuk demam dan ektremitas dimobilisasi dalam gips dua katup7.
- Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian terapi antibiotik. Jika
timbul kemunduran, maka diperlukan intervensi bedah7. Indikasi untuk melakukan
tindakan pembedahan meliputi; (a) adanya abses; (b) rasa sakit yang hebat; (c) adanya
sekuester, dan ; (d) bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan (misalnya
karsinoma epidermoid). Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan adalah bila
involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca bedah8.
- Pada pasien dengan osteomielitis hematogen, agen penginfeksi meliputi S. aureus,
Enterobacteriaceae, group A dan B Streptococcus, dan H. influenza, maka terapi primer
adalah kombinasi penicilin sintetik yang resisten terhadap penicilinase dan generasi
ketiga cephalosporin. Terapi alternatif yaitu Vancomycin atau Clindamycin dan generasi
ketiga cephalosporin2.
- Pada pasien dengan osteomielitis yang berhubungan dengan trauma/eksogen, agen
penginfeksi meliputi S. aureus, Coliform bacilli, dan Pseudomonas aeruginosa, jadi
antibiotik yang utama adalah Nafcillin and Ciprofloxacin. Obat alternatif meliputi
Vancomycin dan generasi ke-tiga Cephalosporin dengan aktivitas antipseudomonal2.
2. Osteomielitis Kronik
- Pada osteomielitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi. Debridemen berupa
pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan penyaliran6. Debridemen
pada pasien dengan osteomyelitis kronik membutuhkan teknik. Kualitas debridemen
merupakan faktor penting dalam kesuksesan penanganan. tanpa debridemen yang
adekuat, osteomyelitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen antibiotik,
berapa lama pun terapi dilakukan. Sesudah dilakukan debridemen dengan eksisi tulang,
perlu menutup dead-space yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat. Managemen dead-
space meliputi mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan antibiotik yang
dapat meresap. Pada fase pascaakut, subakut, atau kronik dini biasanya involukrum
belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. Karena itu
ekstremitas yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang
patologik, dan debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum menjadi
kuat.
X. DIAGNOSIS BANDING
1. Osteomielitis Akut7:
- JRA (Juvenile Rheumatoid Arthritis) akut, ARF, leukemia, artritis septik akut, scurvy
dan sarkoma Ewing, semuanya bisa menampilkan gambaran klinis serupa.
- Pemeriksaan cermat pada ekstremitas diperlukan untuk melokalisasi nyeri pada tingkat
metafisis dibandingkan sendi dalam membedakan osteomielitis dengan artritis
piogenik dan septik akut
- Perbedaan lain, pada ARF dan JRA akut bisa melibatkan beberapa sendi.
2. Osteomielitis Kronik:
- Osteomyelitis kronik harus dibedakan dari tumor benigna dan maligna dan displasia
bentuk tulang4.
XI. KOMPLIKASI
1. Osteomielitis akut2,6:
Kekambuhan yang dapat mencapai 20% kasus, cacat berupa destruksi sendi,
fraktur, abses tulang, selulitis, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram
epifisis, timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak, dan osteomielitis kronik
(Osteomielitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang menjadi
osteomyelitis kronik6).
2. Osteomielitis Kronik:
Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut.
Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan,
kelemahan dan amiloidosis. Osteomyelitis kronik dapat menyebar ke organ-organ
lain. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya
atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang
progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur
patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomyelitis dapat menimbulkan
pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis pada lempeng
pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan
pertumbuhan yang asimetrik4.
XII. PROGNOSIS
- Pada osteomyelitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini
biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut
jaringan lunak yang terinfeksi4.
- Dengan diagnosis dan terapi yang baik, prognosisnya lebih baik2.
Bahan Bacaan:
1. Amy Ladd, Henry Jones, Oscar Otanez. Osteomyelitis. Standford University : 2003.
Available at: http://osteomyelitis.stanford.edu/
2. King, Randall W. Osteomyelitis. 2004. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview
3. Kalyoussef, Sabah. Osteomyelitis. 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/967095-overview
4. Samiaji E. 2003. Osteomyelitis. Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo Fakultas
Kedokteran UMY.
5. Carek P.J. Dickerson L.M., dan Sack J.L. 2001, Diagnosis and Management of
Osteomyelitis. American Academy of Family Physicians.
6. Kisworo B. 1995, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 45, No. 5.
7. Sabiston D.C. 1997, Buku Ajar Bedah Bagian 2, Penerbit EGC: Jakarta.
8. Mansjoer S. Osteomielitis. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius: Jakarta. 2000.