REFERAT OSTEOMYELITIS AJENG.doc

33
TUGAS REFERAT OSTEOMYELITIS Pembimbing: dr. Bambang Agus T.K, Sp.OT Disusun oleh: Galuh Ajeng Parandhini G4A014036 SMF ILMU BEDAH RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of REFERAT OSTEOMYELITIS AJENG.doc

TUGAS REFERATOSTEOMYELITIS

Pembimbing: dr. Bambang Agus T.K, Sp.OTDisusun oleh:Galuh Ajeng Parandhini G4A014036SMF ILMU BEDAHRSUD PROF. MARGONO SOEKARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

LEMBAR PENGESAHANTUGAS REFERATOSTEOMYELITISDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter di Bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Disusun Oleh :

Galuh Ajeng Parandhini

G4A014036Pada tanggal, Februari 2015Mengetahui

Pembimbing,

dr. Bambang Agus T.K, Sp.OTBAB IPENDAHULUANOsteomyelitis merupakan infeksi pada tulang yang disebabkan oleh invasi mikroorganisme dan biasanya menyerang metafisis tulang panjang. Bakteri dapat mencapai tulang secara langsung (perkontinuitatum) atau dari aliran darah (hematogen) Kondisi ini bisa timbul akut maupun kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.

Insidensi osteomielitis paling tinggi ditemukan pada usia 3 sampai 16 tahun dan terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Infeksi tulang dapat terjadi pada sembarang tulang di dalam tubuh, namun lokasi yang paling sering terjadi infeksi adalah femur dan tibia. Pada bayi, osteomielitis umumnya terjadi pada tulang tengkorak. Sedangkan osteomielitis spinal lebih banyak terjadi pada orang dewasa berusia lebih dari 45 tahun daripada pada anak-anak dan dewasa muda. Salah studi mengatakan bahwa angka kejadian osteomielitis adalah 2 dari 10.000 orang di dunia (Parvizi, 2010).

Prevalensi keseluruhan pada kondisi osteomielitis anak adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1).Osteomielitis lebih sulit disembuhkan karena pada tulang asupan darah dan respon jaringan terhadap inflamasi terbatas, selain itu tingginya tekanan jaringan, dan pembentukkan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati atau involukrum ikut menjadi faktor yang mempersulit penyembuhan. Tingkat kekambuhan tetap tinggi meskipun telah dilakukan intervensi bedah dan terapi antibiotik jangka panjang (Hatzenbuehler et al, 2011).BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DefinisiOsteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (M. tuberkulosa, jamur ). Menurut perjalanan waktunya, osteomielitis dikategorikan atas akut, sub-akut, atau kronik dengan pembagian pada tiap tipe berdasarkan onset penyakit (timbulnya infeksi). Osteomielitis akut berkembang dalam dua minggu setelah onset penyakit, sedangkan osteomielitis sub-akut dalam dua minggu sampai tiga bulan dan osteomielitis kronik setelah lebih dari tiga bulan (Rasjad, 2007).2. Etiologia. Bakteri patogen yang sering menjadi penyebab adalah Staphylococcus aureus meliputi 40 80 % kasus. Penyebab pada bayi baru lahir : Staphylococcus aureus, Enterobacter Sp., dan Stretococcus Sp. group A dan Haemophylus influenzae tipe b merupakan patogen penting yang menyebabkan osteomielitis terutama pada anak sebelum 3 tahun namun insidensinya mungkin sangat menurun dengan imunisasi rutin dan luas.

b. Pada anak-anak dan remaja muda disebabkan. Staphylococcus aureus (80 %), Enterobacter Sp., Stretococcus Sp. group A dan B dan Haemophylus influenzae.

c. Pada orang dewasa diisebabkan Stapylococcus aureus, dan kadang-kadang Enterobacter Sp. atau Strpetococcus Sp. group A dan B.

d. Pseudomonas aeruginosa mempunyai kecendrungan untuk menginfeksi struktur kartilago kaki, paska luka tusuk dan juga menyebabkan osteomielitis pada pengguanaan obat intravena.

e. Salmonella dan brucella cenderung menyebabkan osteomielitis non supuratif dengan kecenderungan melibatkan tulang vetebrata.

f. Osteomielitus anaerob mengkomplikasi infeksi pascatrauma, gigitan manusia dan ulkus dekubitus, patogen yang menyebabkan osteomielitis disertai dengan sinusitis,infrksi gigi.

g. Faktor-faktor yang memberi kecenderungan pada osteomielitis jamur adalah umur (neonatus) luka tusuk dan imunisasi.

(Maheswari, 2011)Tabel 1 Organisme penyebab osteomielitis terbanyak berdasarkan usiaOrganisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age

Infants (16 years) Staphylococcus epidermidis S. aureus Pseudomonas aeruginosa Serratia marcescens E. coli

Dirschl & Almekindersh. Faktor Resikofaktor resiko terjadinya osteomyelitis, yaitu : (Rasjad, 2007)a) Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak.b) Jenis kelamin; lebih sering pada laki-laki.

c) Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis.

d) Lokasi; pada daerah metafisis, karena merupakan daerah aktif terjadinya pertumbuhan tulang.

e) Nutrisi; lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya.i. Epidemiologi

Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang. Osteomyelitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak (Jong, 2005).Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah (Jong, 2005). Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis.

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatus adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang panjang.j. Tanda dan GejalaPada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol, sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut. Pada anak anak, seringkali orang tua baru menyadari setelah anak tampak tidak mau menggunakan salah satu anggota geraknya atau tidak mau disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi seperti kaki yang terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga (Rasjad, 2007).

Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah, dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan risiko tinggi seperti prematur, berat badan kurang, bayi riwayat persalinan yang sulit atau pemasangan kateter arteri tali pusat (Rasjad, 2007).

Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra thorakolumbal. Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada traktus urinarius. Nyeri lokal bukanlah gejala yang menonjol, dan pemeriksaan x ray baru akan berarti beberapa minggu kemudian. Tulang pada daerah lain biasanya terlibat pada penderita Diabetes Mellitus, malnutrisi, ketergantungan obat, dan imunodefisiensi (Rasjad, 2007).Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis pada penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan, dan status neurologis. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar (Rasjad, 2007).

Osteomyelitis juga dapat terjadi setelah operasi terutama setelah operasi pada fraktur terbuka dan setelah prosedur pemasangan implan. Organisme penyebab dapat berasal dari luka, peralatan yang digunakan pada saat operasi, dari pasien ataupun dokter bedah sendiri dan dapat juga secara hematogen. Pada infeksi post operatif awal (1 bulan) dengan infeksi yang suerfisial gejalanya minimal namun pada infeksi yang dalam pasien akan merasakan nyeri yang persisten, demam, inflamasi di daerah sekitar pemasangan implan, discharge purulen dari luka. Pada infeksi post operatif intermediet (1 bulan hingga 1 tahun) terdapat masalah luka pada saat awal operasi kemudian terjadi masa inaktif dari organisme namun suatu saat dapat berproliferasi saat suasana mendukung.

k. Diagnosis1. Anamnesaa. Osteomielitis Akut

Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol, Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid (Carek, 2011). Padaanakanak, sering kaliorang tua baru menyadari setelahanak tampak tidak maumenggunakan salah satu anggota geraknya atau tidak mau disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi seperti kaki yang terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga (King, 2009., Carek, 2011).Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah,dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan risikotinggisepertiprematur, beratbadankurang, bayiriwayatpersalinanyang sulit (King, 2009).b. Osteomielitiskronis

Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnyainfeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma terbukapada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomyelitis pada penderita (Offiah, 2006).2. Pemeriksaan Fisika. Osteomelitis Akut

Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas yangterkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut (Carek,2011).Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah,dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan risikotinggisepertiprematur, beratbadankurang, bayiriwayatpersalinanyang sulit. Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra thorakolumbal. Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada traktus urinarius. Nyeri lokal bukanlah gejala yangmenonjol. Tulang pada daerah lain biasanya terlibat pada penderita Diabetes Mellitus, malnutrisi, ketergantungan obat, dan imunodefisiensi (King,2009).

b. Osteomelitiskronis

Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar areayang terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari gangguanvaskularisasi, jangkauangerakan, danstatusneurologis. Dan mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar (Offiah,2006).3. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah lengkap pada osteomielitis akan menunjukkan peningkatan jumlah White Blood Cell (WBC) dan faktor lainnya seperti Laju Endap Darah (LED) yang menunjukkan adanya infeksi di dalam tubuh. (Greeff, 2012).b. Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi merupakan salah satu gold standard untuk penyakit osteomielitis. Identifikasi etiologi penyakit osteomielitis biasanya menggunakan biopsi dan kultur jaringan dari sinus. Kultur sediaan sinus tidak dapat begitu dipercaya hanya dapat digunakan untuk mencurigai kerentanan akan mikroba saja, oleh karena itu lebih sering menggunakan biopsi, akan tetapi keakuratan biopsi seringkali terbatasi oleh kurangnya pengumpulan spesimen yang sama dan penggunaan antibiotik sebelumnya (Junior, 2010).

c. Pemeriksaan Radiologi

Tujuan dari pemeriksaan radiologi pada osteomielitis adalah untuk menemukan adanya keterlibatan tulang ( misal, terjadinya infeksi intramedulla aktif atau abses pada daerah yang nekrosis, sequestrum, dan fibrosis) dan untuk mengidentifikasi keterlibatan jaringan lunak (selulitis, abses, dan saluran sinus) (Khan, 2011).1) Foto Rontgen Polos

Pada foto rontgen polos osteomielitis dapat ditemukan gambaran fasia, gambaran litik pada tulang, dan involucrum. Tanda-tanda awal gambaran radiologi infeksi tulang adalah adanya edema jaringan lunak dan hilangnya bidang fasia. Gambaran tersebut dapat ditemukan setelah 24-48 jam dari onset infeksi (Khan, 2011).

Gambar 1. Gambar foto polos osteomielitis pada penyakit diabetics foot

Sumber : Digital Diabetic Foot2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan menggunakan MRI sangat membantu apabila kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Dengan adanya gambar MRI akan sangat berguna untuk menegakkan diagnosis seorang pasien yang mengalami osteomielitis, distik atau arthritis septik yang melibatkan kerangka aksial dan panggul. MRI memiliki sensitivitas dan juga akurasi yang lebih besar daripada foto polos dan juga CT scan untuk mendeteksi osteomielitis. MRI juga memberikan resolusi spasial yang lebih besar dalam melukiskan perpanjangan anatomi infeksi (Carek, 2001).

Pemeriksaan menggunakan MRI bersifat nonspesifik. Dengan menggunakan Weightnings, atau penguatan paramagnetik, perubahan pada tulang dan edema pada jaringan lunak dapat diketahui sejak awal, seperti terjadinya iskemia dan kerusakan pada korteks. Perluasan jaringan lunak dari pus dan abses paraosseus dapat terlihat (Khan, 2011).

Gambar 2. Gambar MRI menunjukkan adanya edema pada clavicula dan periclavicular fluid (pus)Sumber: emedicine.medscape.com

Gambar 3. Gambar MRI menunjukkan adanya inflamasi pada claviculaSumber: emedicine.medscape.com

3) Computed Tomographic (CT) Scanning

CT dapat menggambarkan jaringan gas intramedulla dan jaringan lunak, sequestrum,saluran sinus, dan benda asing. Pada pasien osteomielitis akut, dalam pemeriksaan CT akan menunjukkan perubahan awal proses penyakit daripada foto polos. Sedangkan untuk osteomielitis yang kronik, CT digunakan untuk melihat apakah terdapat fistula atau squestrum (Khan, 2011).

Gambar 4. CT scan pada osteomielitis kronik yang menunjukkan adanya abses pada tulang vertebrae

Gambar 4. CT scan pada osteomielitis kronik yang menunjukkan adanya abses pada tulang vertebreSumber: emedicine.medscape.com

Gambar 5. CT scan yang menunjukkan adanya destruksi dari L1. Terdapat adanya edema pada jaringan lunak pada osteomielitis akut.Sumber: emedicine.medscape.comd. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Gambar 6. Gambar histopatologi pada infeksi tulang paha, terlihat fragmen yang tidak teratur dan dikelilingi oleh jaringan fibrosa padat yang diinfiltrasi oleh sel plasma , limfosit dan beberapa granulosit.

Sumber : Stanford University Medical Media and Information Technology4. Kriteria Diagnosis (Gold Standart Diagnostic) Diagnosis dari osteomielitis pada awalnya didasarkan pada penemuan klinik, melalui data dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium memberikan data dimana respon terapi dapat diukur. Lekositosis, peningkatan laju endap darah, dan C-reaktif protein harus diperhatikan. Kultur darah akan positif pada setengah dari anak-anakdengan osteomielitis akut (Jong, 2005). Jika tulang teraba, maka evaluasi mikrobiologi dan histologi langsung dilakukan untuk mengkonfirmasi terdapatnya osteomielitis, setelah itu pengobatannya. Pemeriksaan penunjang lainnya tidak diperlukanlagi (Werner, 2010).Diagnosis Osteomielitis Akut :1. Pus aspirasi

2. Adanya tanda-tanda dan gejala klasik dari osteomielitis

3. Positif terdapat bakteri pada tulang dan darah

4. Adanya perubahan radiografi yang khas dari osteomielitisGold Standard osteomielitis kronik menurut Zuluaga (2006) adalah sebagai berikut :

1. Adanya yang mati (sequestrum) pada gambaran radiograf.

2. Aposisi tulang yang baru

3. Adanya fistula (saluran yang menghubungkanantara dua rongga tubuh at.au rongga tubuh dengan kulit yang dibuat oleh adanya abses jaringan lunak).

l. PatomekanismeOsteomielitis adalah penyakit infeksi pada tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik. Organisme piogenik utama adalah bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. Bakteri-bakteri ini secara aktif menyebabkan rasa nyeri, pembengkakan dan juga menimbulkan abses (Zawadsky, et al., 2010).

Ada dua cara proses masuknya patogen pada osteomielitis, yaitu secara eksogen dan hematogenous. Mekanisme eksogen adalah osteomielitis yang diakibatkan karena trauma seperti operasi atau fraktur. Sedangkan mekanisme hematogenous adalah mekanisme masuknya organisme patogen melalui jalur vaskuler (Zawadsky, et al., 2010).

Adanya bakteri di tulang menyebabkan terjadinya reaksi imunologi. Reaksi tersebut adalah reaksi inflammasi yang bertujuan untuk membasmi kuman pathogen. Reaksi inflamasi dimulai saat pertama kali kuman pathogen datang. Kuman pathogen memicu adanya kemoatraktan yang memanggil leukosit. Proses ini menyebabkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Adanya pasukan leukosit akan berusaha untuk menyingkirkan kuman-kuman pathogen. Sel-sel leukosit dan kuman pathogen yang mati akan menimbulkan pus. Area yang mengalami infeksi akan digantikan oleh jaringan fibrostik avaskular (Zawadsky, et al., 2010).Terjadinya suatu oeteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomilitis dapat terjadi sebagi berikut:

1. Penyebaran ke arah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya.

2. Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat dan menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan tulang.

3. Penyebaran ke arah medulla.

4. Penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya intrartikuler, misalnya sendi panggul pada anak-anak.

Pada awalnya terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi hiperemia dan oedem. Karena tulang bukan jaringan yang dapat berekspansi maka tekanan dalam tulang ini menyebabka nyeri lokal yang hebat. Infeksi dapat pecah ke ruang subperioeteum kemudian menembus subkutis dan menyebar menjadi selulitis atau menjalar ke rongga subperiosteum ke diafisis. Penjalaran subperiosteal kearah diafisis akan merusak pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester (Sudoyo, 2009).

Pada tahap lanjut, periosteum akan membentuk tulang baru yang disebut involukrum yang akan membungkus tulang yang mati dan menutup tempat peradangan. Bila pembentukan tulang baru berlanjut, tempat tersebut menjasi sklerotik, disebut Garres scleroting osteomielitis (Sudoyo, 2009).

Reaksi Periosteal

Sumber : Sudoyo, 2009m. Penatalaksanaan1. Medikamentosa2. Antibiotik

Infeksi kronik jarang dieradikasi dengan menggunakan antibiotik saja. Obat-obat bakterisidal penting untuk menghentikan penyebaran infeksi ketulang yang sehat dan untuk mengontrol flare akut. Antibiotik yang digunakan yang mampu menembus tulang yang sclerotik dan non toksik digunakan dalam jangka waktu lama.3. Pengobatan localPada daerah sinus, rasa nyeri dapat berkurang dan perlu dibersihkan untuk mencegah terjadinya penggumpalan abses yang akut memerlukan insisi dan drainase yang segera tapi ini hanya penilaian sementara.4. Operasi

Untuk mengontrol flare digunakan antibiotik dan bed rest sampai pasien dinyatakan layak operasi radikal seperti adanya simptom yang berarti dan adanya sequester atau tulang yang mati.

2.NonMedikamentosaa. Penatalaksanaan osteomielitis akut yaitu :1) Imobilisasi anggota gerak yang terkena dengan splint. Biasanya juga direkomendasikan untuk menghindari beban berat di area tersebut. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.

2) Pasien sebaiknya ditirah baring dengan memperhatikan kelurusan (alignment) tungkai yang sakit dengan mengenakan bidai atau traksi guna mengurangi nyeri, mencegah kontraktur, serta penyebaran kuman lenih lanjut.

3) Bila setelah 24 jam terapi intensif tidak ada perbaikan, dilakukan pengeboran tulang yang sakit di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan intraosseus.(de Jong, 2010)b. Penatalaksanaan osteomyelitis kronis antara lain :

1) Tindakan pembedahan atau debrideman untuk:

a) mengeluarkan jaringan nelrotik dalam ruang sekuester;

b) membersihkan tulang yang terinfeksi dengan gesekan dan mengirigasi area;

c) menghapus setiap fragmen dari tulang mati atau jaringan yang akan memperpanjang infeksi tersebut.

Indikasi tindakan pembedahan:

a) Adanya sequester.

b) Adanya abses.

c) Rasa sakit yang hebat.

d) Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid).

2) Penyaliran nanah.

3) Involukrum (formasi tulang baru dari permukaan periosteum) belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah hancur menjadi sekuester sehingga ekstremitas yang sakit harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang patologis. Debrideman dan sekuesterektomi ditunda sampai involukrum mejadi kuat.

4) Dalam beberapa kasus, dokter merekomendasikan cangkok kulit. Kulit di daerah yang terinfeksi digantikan dengan kulit yang sehat yang diambil dari bagian lain tubuh.

5) Pencegahan Osteomyelitis(de Jong, 2010)c. Untuk mengurangi risiko osteomyelitis (Carek, et al, 2001):

1) Cari segera perawatan medis untuk infeksi dan cedera.

2) Jaga diabetes di bawah kontrol yang baik.

3) Jangan menggunakan obat-obatan ilegal.

4) Pergi ke dokter setiap ada luka yang lama sembuhnya.

5) Jika merokok, berhentilah.(Carek, et al, 2001)n. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis adalah : (Jong & Sjamsuhidayat, 2005)1. SeptikemiaDengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.

2. Infeksi yang bersifat metastatikInfeksi dapat bermetastatik ke tulang/ sendi lainnya, otak, dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi yang jelek

3. Artritis SupuratifArtritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatik

4. Gangguan PertumbuhanOsteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.5. Osteomielitis KronikApabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik.6. Fraktur Patologis.o. PrognosisPrognosis penyakit ini bervariasi, tergantung pada waktu diagnosis dan pemberian terapi yang adekuat. Terdapat empat factor yang menentukan efektifnya terapi antibiotic pada osteomielitis akut yang mempengaruhi pada prognosisnya, yaitu :a) Interval waktu antara onset infeksi dan pemberian pengobatan.

b) Keefektifan antibiotic melawan kuman penyebab.

c) Dosis antibiotic.

d) Lama pemberian antibiotic.BAB III

KESIMPULAN1. Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (M. tuberkulosa, jamur).2. Etiologi pada anak terbanyak adalah Staphylococcus aureus, dan etiologi osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus.

3. faktor resiko terjadinya osteomyelitis, yaitu Umur, Jenis kelamin, Trauma, Lokasi, Nutrisi.

4. Penegakan diagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.

5. Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis adalah Septikemia, Infeksi yang bersifat metastatik, Artritis Supuratif, Gangguan Pertumbuhan, Osteomielitis Kronik, Fraktur Patologis.6. Prognosis tergantung ketepatan diagnosis dan pemberian antibiotik yang adekuatDAFTAR PUSTAKAApleys. System of Orthopedics and Fractures, 7th Editions, A. Graham Apley, Louis Solomon, 1999 : 31 50 Carek P., Dickerson L.M. 2011. Diagnosis and Manajemen of Osteomyelitis. Medical University of South Caroline, Charleston South Caroline. Available at http://www.aafp.org/afp/2011/1101/ Dirschl, DR & Almekinders LC. 1999. Osteomyelitis. Common Causes and Treatment Recommendations Drugs. 45 : 29-43Hatzenbuehler, John, dan TJ Pulling. 2011. Diagnosis and Management of Osteomielitis. American Family Physician. 84 (9): 1027-1033.Jong, W. & Sjamsuhidayat, R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903 910.Junior, Elerson GJ., et al. 2010. Int. J. Odontostomat 4 (2): 197-202 Chronic Osteomyelitis of the Maxilla an Mandible: Microbiological and Clinical Aspect.

Khan, Ali N. 2011.Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons 15 (4): 208-17: Chronic Osteomyelitis Imaging.American Academy of Orthopaedic Surgeons: USA.Lavery, L. Peters, E. Armstrong, D. Wendel, C. Murdoch, D. & Lipsky, B. 2009. Diabetes Research and Clinical Practice. Risk factors for developing osteomyelitis in patients with diabetic foot wounds., Vol. 83, No. 3, pp. (347-352)Offiah AC. 2006. Acut Osteomyelitis Septic Arthriti and Discitis: DifferencesBetwenNeonatesandOlderChildren. Eeuropean Journal of Radiology. Available at http://www.hkmacme.org/course/2008bw10-05-00/id1008.pdf Parvizi, Javad. 2010. High-Yield Orthopaedics. Philadelphia: Elsevier Saunders.Rasjad , C. 2007 Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. Roy, M. Somerson, J. Kerr, K. Conroy, J. 2012. InTech. Pathophysiology and Pathogenesis of Osteomyelitis Vol 1.Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 74Setiyohadi, Bambang dan A Sanusi Tambunan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Tulang dan Sendi. Jakarta: Interna Publishing.Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Internal Publisinng

Zadwasky, Mark W., Steven C. Scherping. 2010. Essentials of Orthopedic Surgery. Chapter III. 4th edition. Washington: Springer

Mula-mula terdapat fokus infeksi di daerah metafisis

Hiperemia (peningkatan jumlah darah dalam jaringan)

Udem

Tekanan dalam tulang meningkat (tulang tidak dapat berekspansi)

Nyeri lokal yang hebat

Kuman bersarang di spongiosa metafisis

Membentuk pus

Timbul abses

Menjalar ke daerah diafisis dan korteks

Mengangkat periosteum

Membentuk tulang di bawahnya

Reaksi periosteal

PAGE