osis.man2kotamalang.sch.idosis.man2kotamalang.sch.id/.../2020/11/X-SOSIOLOGI.docx · Web...

37
SOSIOLOGI SEMESTER 1 BAB 1 (Ilmu Sosiologi dalam Mengkaji Gejala Sosial) A. Sosiologi sebagai Ilmu Bermasyarakat Berdasarkan buku “Cours De Philosophie Positive”, sosiologi berasal dari kata socius yang berarti teman dan logos yang berarti perkataan, pembicaraan, atau ilmu. Secara harfiah, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pergaulan hidup manusia. 1. Ilmu Sosiologi Menurut Para Ahli a. Pitirim A. Sorokin o Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antar gejala sosial dan pengaruh hubungan timbal balik antara gejala sosial dan gejala nonsosial (misal gejala geografis dan biologis). b. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi o Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial—termasuk perubahan sosial. o Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial. o Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. c. Roucek dan Warren o Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. 2. Karakteristik Ilmu Sosiologi Menurut Harry M. Johnson, seperti yang dikutip Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu memiliki ciri-ciri berikut : a) Bersifat empiris yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif. b) Bersifat teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkrit di lapangan dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur yang tersusun sencara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat.

Transcript of osis.man2kotamalang.sch.idosis.man2kotamalang.sch.id/.../2020/11/X-SOSIOLOGI.docx · Web...

SOSIOLOGI SEMESTER 1

BAB 1 (Ilmu Sosiologi dalam Mengkaji Gejala Sosial)

A. Sosiologi sebagai Ilmu Bermasyarakat

· Berdasarkan buku “Cours De Philosophie Positive”, sosiologi berasal dari kata socius yang berarti teman dan logos yang berarti perkataan, pembicaraan, atau ilmu.

· Secara harfiah, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pergaulan hidup manusia.

1. Ilmu Sosiologi Menurut Para Ahli

a. Pitirim A. Sorokin

· Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antar gejala sosial dan pengaruh hubungan timbal balik antara gejala sosial dan gejala nonsosial (misal gejala geografis dan biologis).

b. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

· Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial—termasuk perubahan sosial.

· Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial.

· Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

c. Roucek dan Warren

· Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

2. Karakteristik Ilmu Sosiologi

· Menurut Harry M. Johnson, seperti yang dikutip Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu memiliki ciri-ciri berikut :

a) Bersifat empiris yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.

b) Bersifat teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkrit di lapangan dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur yang tersusun sencara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat.

c) Bersifat kumulatif, yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas dan perhalus.

d) Bersifat non etis, dalam arti yang dipersoalkan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya fakta tertentu, tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis

3. Hakikat Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan

· Sosiologi termasuk rumpun ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu kerohanian.

· Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri dengan apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya terjadi.

· Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni.

· Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, artinya yang diperhatikan adalah pola dan peritiwa yang terjadi dalam masyarakat.

· Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.

· Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terkait dengan metode yang digunakannya.

· Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan umum, bukan ilmu pengetahuan yang khusus.

4. Sejarah Munculnya Ilmu Sosiologi

a. Awal Kemunculan Sosiologi

· Pada awalnya, ilmu sosiologi termasuk dalam filsafat sosial atau filsafat kemasyarakatan yang menguraikan tentang harapan dan keadaan kehidupan masyarakat yang diinginkan atau dianggap ideal.

· Walaupun begitu, filsafat ini merupakan ilmu yang bersifat subjektif sehingga para ahli filsafat zaman dahulu memiliki kecenderungan untuk berpikir subjektif ketika mempelajari kehidupan masyarakat.

b. Perkembangan Ilmu Sosiologi hingga Abad XIX

· Para ahli mulai mencoba memisahkan pengetahuan tentang kemasyarakatan dengan filsafat dengan alasan bahwa filsafat bersifat subjektif dan tidak semua kaidah dari para ahli filsafat sejalan dengan realitas kehidupan manusia yang sesungguhnya.

· Filsafat sosial (sosiologi) mengalami perkembangan akibat Revolusi Perancis dan Revolusi Industri pada 1750-1850 yang dimana dua peristiwa besar tadi mendorong para ahli untuk menganalisis dampak dari kapitalisme dan feodalisme saat itu.

· Salah satu ahli yang menganalisis fenomena tersebut adalah Auguste Comte yang menentang segala bentuk penindasan, kemiskinan dan pelanggaran HAM yang disebabkan pencerahan dan revolusi.

· Auguste Comte lah yang mencetuskan istilah sosiologi yang termuat dalam karya pertamanya berjudul The Course of Positive Philosophy (1838) sehingga dia dikenal sebagai Bapak Sosiologi.

c. Perkembangan Sosiologi pada Abad XX

· Memasuki abad XX, perkembangan sosiologi semakin pesat ditandai dengan munculnya sosiologi modern yang berkembang di Amerika Serikat yang dimana tidak hanya membahas masalah kapitalisme dan feodalisme, namun juga fenomen dan gejala sosial yang mereka temukan.

d. Perkembangan Sosiologi di Indonesia

· Perkembangan sosiologi di Indonesia dimulai pada 1934-1935, yaitu sejak diadakannya sosiologi sebagai mata kuliah tambahan ilmu hukum di sekolah tinggi hukum Jakarta (Rechtsshogeschool).

· Barulah setelah Indonesia merdeka, mata kuliah sosiologi pertama kali diberikan oleh Prof. Soenario Kolopaking di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada).

· Buku sosiologi versi Indonesia pertama kali ditulis oleh Djody Gondokusumo yang berjudul Sosiologi Indonesia.

5. Tokoh dan Teori Sosiologi

a. Sosiologi Klasik

1) Auguste Comte

(Mengenai Tingkatan Intelektual Perkembangan Manusia)

· Pemikiran Auguste Comte yang terkenal adalah teori positivisme (positivism). Teori ini menekankan tiga tingkatan intelektual perkembangan manusia di sepanjang sejarah, yaitu :

a) Tahap teologis (sebelum era 1300-an), tahapan dimana sistem gagasan utama saat itu menekankan pada keyakinan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.

b) Tahap metafisik (1300-1800), tahapan transisi teologis menuju positivis yang ditandai dengan adanya kepercayaan bahwa kekuatan abstrak seperti alam diyakini dapat menjelaskan semuanya.

c) Tahap positivistik (setelah tahun 1800), tahapan yang ditandai dengan adanya perkembangan ilmu sains. Pada tahapan ini, manusia mulai memusatkan perhatian pada pengamatan alam fisik dan dunia sosial guna mengetahui hukum hukum yang mengaturnya.

· Menurut Auguste Comte, kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan sosial.

2) Ferdinand Tonnies

(Mengenai Kelompok Sosial)

· Ferdinand Tonnies memiliki suatu gagasan mengenai kelompok sosial masyarakat paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesselschaft).

a) Paguyuban (gemeinschaft) merupakan bentuk kehidupan bersama ketika anggota anggotanya diikat oleh hubungan batin murni serta bersifat alami dan kekal. Biasanya kelompok sosial ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat pedesaan.

b) Patembayan (gesselschaft) merupakan ikatan yang bersifat sementara, berjangka waktu pendek, berorientasi pada hasil, serta strukturnya bersifat mekanis (berdasarkan keahlian). Biasanya kelompok sosial ini dapat ditemukan di wilayah perkotaan.

3) Karl Marx

(Mengenai Kelas Sosial dan Alienasi)

· Karl Marx mengemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan kelas kelas masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a) Teori kelas, yaitu sekelompok orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi. Menurut Karl Marx, terdapat dua kelas masyarakat yaitu pemilik tanah/ pemilik modal (borjuis) dan pekerja (proletar).

b) Teori alienasi (keterasingan), yaitu manusia menjadi budak dari hasil kreasi/ ciptaanya sendiri. Alienasi yang dialami kaum buruh dalam bidang kerja meliputi alienasi dari hasil produksi, proses produksi, dari dirinya sendiri, dan lingkungan masyarakat atau pergaulan.

4) Max Weber

(Mengenai Tindakan Sosial, Kelas, Status, dan Kekuasaan di Masyarakat, serta Rasionalitas)

· Max Weber mengembangkan suatu teori mengenai tindakan sosial yang dia bagi menjadi empat yaitu tindakan rasional instrumental atau sarana-tujuan, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif.

· Selain itu, Max Weber menyampaikan teori kelas, status, kekuasaan, dan rasionalitas/ verstehen (suatu upaya memahami makna subjektif suatu tindakan dengan cara menempatkan diri dalam suatu peran).

5) Ibnu Khaldun

(Mengenai Kelompok Sosial dan Solidaritas Sosial)

· Ibnu Khaldun membagi masyarakat pada masanya berdasarkan faktor geografis, sarana fisik, dan keadaan alam menjadi dua kelompok sosial, yaitu badawah dan hadharah.

a) Kelompok badawah merupakan masyarakat sederhana yang hidup di pelosok dan tinggal di gurun, tidak mengejar urusan duniawi, dan memiliki solidaritas kelompok.

b) Kelompok hadharah merupakan masyarakat kota yang mementingkan hawa nafsu dan kehidupan mewah.

· Selain itu, Ibnu Khaldun juga mencetuskan istilah ashabiyyah yang digunakan untuk menyebut solidaritas sosial, baik akibat hubungan darah maupun perserikatan.

6) Emile Durkheim

(Mengenai Struktur Sosial)

· Emile Durkheim pernah mengemukakan teori mengenai struktur sosial dalam masyarakat yang dimana ia menyatakan bahwa struktur sosial seseorang akan berpengaruh dalam penanaman norma dan nilai yang didapat dari proses sosialisasi.

b. Sosiologi Modern

1) Charles Wright Mills

(Mengenai Imajinasi Sosiologi)

· Menurut Charles Wright Mills, imajinasi sosiologi merupakan teknik untuk memahami pengalaman pengalaman nyata hanya dengan menempatkan dirinya pada suatu konteks.

· Dengan imajinasi sosiologis, Mills ingin individu mempunyai kemampuan dalam membedakan antara troubles/ persoalan persoalan (bersifat privat/ pribadi) dan issues/ masalah masalah (berkaitan dengan hubungan kehidupan individu dengan lingkungannya).

2) Anthony Giddens

(Mengenai Strukturisasi dan Pandangan tentang Masyarakat Modern)

· Menurut Giddens, perubahan sosial bukan hanya terjadi akibat perubahan struktur ataupun perubahan dari individu individu (agen) dalam masyarakat, namun juga akibat pertautan dari perubahan struktur ditambah perubahan-perubahan individu, begitu pula sebaliknya.

3) Ralf Dahrendorf

(Mengenai Konflik)

· Menurut Dahrendorf, konflik tidak akan terbentuk apabila tanpa terjadi konsensus (kesepakatan). Selain itu, konflik juga tidak terjadi apabila pihak pihak yang bekonflik tadi tidak memiliki ikatan.

· Ralf Dahrendorf juga menyatakan konflik memiliki hubungan terhadap perubahan sosial.

4) Lewis A. Coser

(Mengenai Konflik)

· Menurut Coser, konflik tidak harus dinilai sebagai disfungsi atau penyimpangan. Selain itu, konflik bukan hanya fenomena yang harus dihilangkan, namun konflik ini juga memiliki suatu tujuan.

· Dalam buku berjudul The Functions of Social Conflict, Coser membagi konflik menjadi dua jenis berikut :

· Konflik realistis, yaitu konflik yang muncul dari tuntutan untuk mendapatkan sesuatu.

· Konflik nonrealistis, yaitu ekspresi permusuhan yang didorong keinginan tidak rasional, ideologis, dan cenderung mengambinghitamkan kelompok lain.

· Coser melihat bahwa konflik memiliki dua makna, yaitu bermakna positif (bersifat memperkuat identitas antaranggota kelompok) dan bermakna negative (dapat memperlemah hubungan masyarakat atau antarkelompok).

5) Erving Goffman

(Mengenai Interaksi Sosial)

· Menurut Goffman, interaksi sosial sehari hari seperti terjadi di panggung teater dengan individu debagai aktornya (konsep dramaturgi).

· Terdapat dua wilayah dalam satu dunia sosial, yaitu depan panggung (tempat individu bermain peran dengan setting tertentu) dan belakang panggung (tempat individu melepaskan peran sosialnya).

6. Cabang—Cabang Ilmu Sosiologi

· Sosiologi Pedesaan

· Sosiologi Perkotaan

· Sosiologi Keluarga

· Sosiologi Politik

· Sosiologi Hukum

· Sosiologi Agama

· Sosiologi Pendidikan

· Sosiologi Kesehatan

B. Gejala dan Realitas Sosial sebagai Kajian Ilmu Sosiologi

1. Gejala Sosial

· Gejala sosial merupakan segala peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

· Gejala sosial terjadi sebagai akibat pola interaksi/ hubungan sosial dalam masyarakat.

· Gejala sosial perlu dikaji untuk memahami fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.

· Gejala sosial dapat dikenali dalam bentuk bentuk sebagai berikut :

a) Tindakan Individu dan Tindakan Kolektif

· Tindakan individu adalah suatu tindakan dari individu yang dapat menjadi penyebab gejala sosial apabila tindakan tersebut diarahkan dan diikuti oleh orang lain.

· Tindakan kolektif adalah suatu tindakan secara spontan, realtif tidak terorganisasi, dan hamper tidak bisa diduga sebelumnya. Contohnya adalah gerakan peduli korban bencana dan gerakan peduli korban perang

b) Interaksi Antarindividu atau Antarkelompok

· Interaksi merupakan hubungan dinamis yang terjadi antarindividu, individu-kelompok, dan antarkelompok

· Interaksi sosial dalam masyarakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

1) Asosiatif, apabila interaksi sosial mengarah pada persatuan. Contohnya adalah kerjasama, proses akomodasi, akulturasi, dan asimilasi.

2) Disosiatif, apabila interaksi sosial mengarah pada perepecahan. Contohnya adalah pertentangan/ konflik sosial, persaingan, dan kontravensi.

· Walaupun begitu, konflik yang mengarah pada perpecahan dapat dicegah dengan adanya toleransi terhadapa seluruh perbedaan sosial budaya.

c) Pengelompokan Sosial

· Pengelompokan sosial berawal dari perasaan saling membutuhkan antara satu sama lain yang dimana pengelompokan ini dapat memengaruhi terjadinya realitas sosial dalam masyarakat.

· Contohnya adalah komunitas komunitas atas dasar hobi atau kepemilikan barang seperti komunitas pencinta alam.

2. Realitas Sosial sebagai Kajian Ilmu Sosiologi

· Realitas atau fenomena sosial merupakan kenyataan atau fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang dimana hal ini terbentuk dari gejala gejala sosial yang mengiringinya.

· Secara umum, realitas sosial yang menjadi kajian ilmu sosiologi sebagai berikut:

I. Hubungan Sosial/ Interaksi Sosial

· Hubungan sosial merupakan kegiatan yang dilakukan antarindividu, individu-kelompok, serta antarkelompok untuk saling berinteraksi serta memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.

· Ciri ciri hubungan sosial adalah sebagai berikut :

1) Terdapat dua pihak atau lebih sebagai pelaku dalam interaksi sosial

2) Terjalin komunikasi

3) Memiliki tujuan yang ingin dicapai

4) Terdapat dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini, dan masa mendatang

· Dalam hubungan, ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).

· Hubungan sosial dalam masyarakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

1) Asosiatif, apabila interaksi sosial mengarah pada persatuan. Contohnya adalah kerjasama, proses akomodasi, akulturasi, dan asimilasi.

2) Disasosiatif, apabila interaksi sosial mengarah pada perepecahan. Contohnya adalah pertentangan/ konflik sosial, persaingan, dan kontravensi.

II. Sosialisasi

· Sosialisasi merupakan proses mempelajari atau menanamkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

· Sosialisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat lingkup kecil yaitu keluarga.

2) Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisai primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

· Sosialisasi perlu dipelajari karena dapat menjadi cara mencari akar suatu gejala sosial yang terjadi di masyarakat, misalnya kasus kenakalan remaja sebagai akibat proses sosialisasi dalam keluarga yang tidak sempurna.

· Sosialisasi dapat berpengaruh pada proses pembentukan kepribadian suatu individu. Selain itu, proses pembentukan kepribadian juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan fisik, pengalaman kelompok, pengalaman unik, dan motivasi.

III. Kelompok Sosial

· Menurut Richard T. Schaefer, kelompok (group) diartikan sebagai sejumlah manusia dengan norma, nilai, dan harapan yang sama saling berinteraksi secara teratur.

· Kelompok sosial terbentuk karena kecenderungan masyarakat menjalin hubungan sosial yang bertujuan mencukupi kebutuhan anggota masyarakat.

· Individu yang menjalin kesepakatan dan ikatan dengan individu lain dapat disebut juga sebagai kelompok sosial.

· Ciri ciri suatu kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1) Terdapat kesadaran dan rasa memiliki

2) Terdapat hubungan timbal balik di antara anggota kelompok

3) Adanya kepentingan bersama sehingga menciptakan kedekatan antaranggota

4) Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

· Kelompok sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Kelompok sosial teratur yang memiliki kejelasan aturan, memiliki tujuan, dan program kerja.

2) Perilaku kolektif yang cenderung tidak terorganisasi secara kaku, tidak memiliki aturan baku, dan umur keanggotaannya pendek.

IV. Nilai dan Norma

· Nilai merupakan prinsip dasar atau kualitas dasar yang dianggap penting bagi seseorang atau masyarakat.

· Nilai dijadikan objek kajian sosiologi karena setiap aktivitas masyarakat mengandung nilai yang menjadi tujuan seseorang bertindak.

· Nilai dapat mengatur dan mengendalikan masyarakat untuk bertingkah laku sesuai kehendak masyarakat.

· Nilai sosial tidak bersifat universal, artinya setiap daerah atau negara memiliki nilai sosial yang berbeda beda.

· Norma sosial adalah sekumpulan nilai sosial yang dibentuk untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar pola hubungan sosial yang terjalin dapat berjalan dengan tertib.

· Norma dapat menjadi alat penertiban, pedoman tingkah laku, dan sistem pengontrol masyarakat.

· Dalam masyarakat, terdapat beragam norma seperti norma agama, hukum, kesopanan, kesusilaan, dan norma lainnya.

· Perkembangan kehidupan masyarakat menyebabkan nilai dan norma sosial ikut mengalami perkembangan juga, tersebar, bahkan mengalami kelunturan karena dianggap tidak relevan sehingga timbullah gejala gejala sosial.

V. Struktur Sosial

· Struktur sosial merupakan tatanan atau susunan sosial yang membentuk pola perilaku individu maupun kelompok serta kelompok kelompok sosial dalam masyarakat.

· Berdasarkan bentuknya, struktur sosial dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Diferensiasi sosial adalah struktur sosial yang menunjukkan pembedaan antarkelompok secara horizontal. Contohnya perbedaan suku bangsa, ras, agama, dan golongan.

2) Stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang menunjukkan pembedaan masyarakat dalam kelas kelas sosial secara vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat. Contohnya usia (terbentuk secara alami) dan kekuasaan maupun wewenang (terbentuk secara disengaja).

· Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ini berdampak pada munculnya status sosial, peran sosial, kelompok sosial, dan kelas sosial dalam masyarakat.

VI. Penyimpangan Sosial/ Deviasi Sosial

· Penyimpangan sosial merupakan segala bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat yang dilakukan oleh individu maupun kelompok.

· Penyimpangan sosial menjadi objek kajian sosiologi karena dapat membantu dalam menelaah serta menguak akar permasalahan yang menjadi penyimpangan sosial dalam masyarakat.

· Berdasarkan sifatnya, penyimpangan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut :

1) Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara, bisa dimaklumi, dan tidak dilakukan berulang ulang.

2) Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan yang dilakukan berulang ulang sehingga sulit dihentikan.

3) Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang dapat menimbulkan dampak positif bagi kehidupan pelaku ataupun orang di sekitarnya.

4) Penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang dapat merugikan kehidupan pelaku ataupun orang di sekitarnya.

VII. Lembaga Sosial

· Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, lembaga sosial adalah sistem norma sosial dan hubungan hubungan terorganisasi yang menyatukan nilai nilai serta prosedur tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

· Ciri ciri lembaga sosial, yaitu sebagai berikut :

1) Merupakan perwujudan nilai dan norma sosial

2) Memiliki tujuan jelas

3) Memiliki tata tertib tertulis dan tidak tertulis

4) Memiliki simbol atau lambang tertentu

5) Memiliki sarana prasarana atau kelengkapan

6) Memiliki kekekalan atau jangka waktu tertentu

7) Memiliki tradisi atau aturan mengikat

· Lembaga sosial menjadi objek kajian sosiologi karena lembaga sosial terbentuk atas kesepakatan yang terjalin antarindividu.

· Ragam lembaga sosial dalam masyarakat antara lain lembaga keluarga, pendidikan, agama, politik dan hukum.

VIII. Mobilitas Sosial

· Mobilitas sosial adalah pergerakan atau perpindahan status seseorang atau kelompok sosial dari suatu lapisan sosial menuju lapisan sosial lain.

· Mobilitas sosial dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

1) Mobilitas vertikal merupakan perpindahan yang bersifat naik/ turun (tidak sederajat).

2) Mobilitas horizontal merupakan gerak perpindahan yang terjadi dalam tingkatan yang sama (sederajat).

3) Mobiitas lateral merupakan gerak perpindahan individu atau kelompok dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa mengubah status sosial.

· Untuk melakukan mobilitas sosial, seseorang perlu melewati saluran mobilitas sosial, seperti angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, organisasi politik, dan lainnya.

· Mobilitas sosial menjadi objek kajian ilmu sosiologi karena mobilitas menimbulkan gejala dan fenomena sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

IX. Pengendalian Sosial

· Pengendalian sosial merupakan upaya penertiban yang dilakukan oleh masyarakat yang bertujuan menjaga keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat.

· Pengendalian sosial dapat dilakukan melalui pengendalian formal dan nonformal.

1) Pengendalian formal dilakukan secara sadar, yaitu disengaja, terencana, dan memiliki sanksi tegas.

2) Pengendalian nonformal dilakukan secara kolektif oleh masyarakat melalui desas desus, pengucilan, celaan, dan ejekan.

· Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Pengendalian sosial preventif, dilakukan sebelum terjadi suatu pelanggaran.

2) Pengendalian sosial represif, dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau usaha usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi.

3) Pengendalian sosial gabungan, bertujuan mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus mengembalikannya sesuai norma norma sosial yang berlaku (represif).

· Berdasarkan cara yang digunakan, pengendalian sosial dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Persuasif, dilakukan tanpa kekerasan. Contoh saran, ajakan, serta bimbingan individu maupun kelompok.

2) Koersif, dilakukan dengan cara kekerasan atau paksaan untuk membentuk masyarakat yang tertib sosial.

· Proses pengendalian sosial menjadi objek kajian sosiologi karena dalam proses pengendalian sosial terdapat interaksi sosial yang dapat digunakan dalam menggali data tentang akar suatu permasalahan.

X. Perubahan Sosial

· Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada Lembaga Lembaga kemasyarakatan yang memengaruhi sistem sosial masyarakat termasuk nilai nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok kelompok dalam masyarakat.

· Perubahan sosial terjadi akibat hubungan sosial masyarakat yang dinamis.

· Perubahan sosial juga mampu memengaruhi kehidupan masyarakat yang dimana setiap perubahan sosial selalu menimbulkan dampak dan gejala gejala sosial, baik positif dan negatif.

C. Fungsi Ilmu Sosiologi dan Peran Sosiologi dalam Masyarakat

1. Fungsi Ilmu Sosiologi

a. Fungsi Sosiologi dalam Perencanaan Sosial

· Perencanaan sosial merupakan serangkaian upaya/ strategi, rencana, dan tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.

· Secara sosiologis, perencanaan sosial merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui perkembangan masyarakat.

· Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern sehingga proses penyusunan dan permasyarakatan suatu perencanaan sosial relatif mudah dilakukan.

· Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan antargolongan, juga proses perubahan dan pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Ini berarti perencanaan ke depan yang disusun atas dasar kenyataan yang faktual dalam masyarakat oleh sosiologi relatif bisa dipercaya.

· Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang didasarkan atas objektivitas. Dengan demikian, pelaksanaan suatu perencanaan sosial diharapkan lebih kecil penyimpangannya.

· Dengan berpikir secara sosiologi, suatu perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat ketertinggalan dan tingkat kemajuan masyarakat ditinjau dari sudut kebudayaannya, seperti perkembangan iptek. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.

· Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan masyarakat yang fungsinya untuk menghimpun kekuatan sosial guna menciptakan ketertiban masyarakat

b. Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan Sosial

· Pembangunan sosial merupakan rentetan proses setelah perencanaan sosial.

· Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja atas dasar rencana tertentu.

· Tujuan proses pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat secara material dan spiritual.

· Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam Sosiologi Suatu Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986) adalah sebagai berikut:

1) Pada Tahap Perencanaan

· Sosiologi dapat berguna di dalam mengadakan identifikasi-identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat.

· Pada tahap ini diperlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang akan dibangun. Data-data tersebut mencakup pola interaksi sosial, kelompok sosial, kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai, lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.

2) Pada Tahap Pelaksanaan

· Pada tahan pelaksanaan perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan dalam masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian terhadap pola-pola kekuasaan dan wewenang yang ada di masyarakat.

· Di samping itu, juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.

3) Pada Tahap Evaluasi

· Pada tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembangunan. Kebersihan pembangunan hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan dapat diidentifikasi tentang adanya kekurangan, kemacetan, kemunduran, bahkan mungkin kemerosotan.

· Melalui evaluasi, dapat dilakukan pengadaan, pembetulan, penambahan, dan peningkatan secara proposional (seimbang).

c. Fungsi Sosiologi dalam Memecahkan Masalah

· Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soerjono S dan Budi S. 2014. 312), masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur unsur kebudayaan dalam masyarakat sehingga membahayakan kehidupan masyarakat.

· Berbagai masalah tersebut membutuhkan upaya pemecahan. Meskipun demikian, upaya pemecahan masalah tidak dapat dilakukan secara asal.

· Peran ilmu sosiologi adalah memberikan informasi penting untuk memudahkan analisis dan menekan pemecahan masalah yang sesuai. Dengan demikian, upaya yang diambil dapat lebih terarah dan tepat untuk memecahkan masalah sosial tersebut.

· Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yag bersumber pada faktor- faktor berikut :

i. Ekonomis, misalnya kemiskinan, pengangguran, dan bencana alam.

ii. Biologis, misalnya penyakit menular dan wabah.

iii. Psikologis, misalnya penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.

iv. Kebudayaan, misalnya kejahatan, penceraian, kenakalan remaja, konflik etnis, dan konflik agama.

· Secara lebih terperinci fungsi sosiologi dalam pemecahan masalah sebagai berikut :

· Sosiologi berperan memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial.

· Sosiologi berperan memberikan analisis-analisis ilmiah terkait fakta masalah sosial apabila tidak dilakukan tindakan penangan yang tepat

· Sosiologi berperan memberikan saran secara umum kepada stakeholder (pemangku kepentingan) yang berperan dalam upaya pemecahan masalah sosial. Dengan demikian, para pemangku kepentingan dapat menentukan tindakan tindakan penanggulangan lebih terperinci untuk menyelesaikan masalah sosial. (Abdul Syani, 2012:199-201).

d. Fungsi Sosiologi dalam Penelitian Sosial

· Dalam bidang penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan dibandingkan ilmu-ilmu yang lain karena:

· Memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat sebagai objek penelitian empiris.

· Pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat.

· Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena atau gejala sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif.

· Kemampuan melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu.

· Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak dalam pola pikir yang tidak jelas.

2. Peran Sosiolog dalam Masyarakat

a) Peran Sosiolog dalam Masyarakat

· Menurut Horton dan Hunt (1987), dewasa ini beberapa profesi yang umumnya diisi oleh para sosiolog adalah:

· Sebagai ahli riset, baik itu riset ilmiah untuk kepentingan pengembangan keilmuan atau riset yang diperlukan sektor industri;

· Sebagai konsultan kebijaksanaan, khususnya ikut membantu untuk memperkirakan pengaruh dari kebijaksanaan sosial tertentu;

· Sebagai teknisi atau yang populer disebut sosiolog klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat;

· Sebagai guru atau pendidik yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar;

· Sebagai pekerja sosial.

b) Peran Sosiologi bagi Masyarakat

· Mengidentifikasi karakteristik masyarakat

Sebagaimana yang telah disampaikan di awal, kehidupan sosial kemasyarakatan bersifat dinamis dan selalu berubah. Perubahan tersebut ada yang cepat ada yang perlahan. Sosiologi dapat berperan dalam mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang berbeda tersebut.

· Mempertahankan budaya asli masyarakat

Dengan kemampuannya mengidentifikasi karakteristik suatu masyarakat, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dapat berperan dalam mengantisipasi kepunahan suatu budaya tertentu.

· Membantu menyelesaikan masalah sosial

Karakteristik masyarakat pada dasarnya bersifat kompleks. Penerapan norma dan aturan hukum tidak serta-merta membuat kehidupan sosial berjalan teratur dan harmonis. Sosiologi dapat berperan dalam menginvestigasi pemicu munculnya masalah sosial dan resolusi konflik seperti apa yang bisa digunakan untuk mengurangi ketegangan.

· Memandu agenda pembangunan bangsa

Sosiologi dapat melakukan penetrasi dalam rangka menyelidiki segala perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Penetrasi tersebut merupakan bagian dari proses penelitian sosiologi. Sosiologi berperan menjelaskan secara detail kesejahteraan dalam hal apa yang diinginkan masyarakat.

· Mengangkat derajat kaum tertindas.

Sosiologi terutama yang beraliran kritis memiliki prinsip emansipatoris. Prinsip ini mendorong keberpihakan kaum intelektual pada kalangan yang tertindas. Kesetaraan merupakan tipe ideal yang hendak diwujudkan.

BAB 2 (Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial)

A. Individu dan Kelompok

1. Individu

· Pengertian Individu

· Individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individuum yang artinya yang tidak terpisahkan (Sarinah, 2015, 43).

· Menurut Sudiman (Herabuddin, 2015, 66), individu memiliki kelengkapan hidup sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yaitu jasad, rasa, rasio, dan kemampuan bersosialisasi.

· Individu juga merupakan subjek yang bersifat bebas, baik bebas karena tidak terikat dengan sesamanya maupun bebas karena menjadi aktor terhadap diri sendiri. Sebagai individu, manusia memiliki kebebasan dalam menentukan tindakan, pilihan, keinginan, dan pemikiran terhadap sesuatu.

· Proses Pembentukan Identitas Individu

· Individu membutuhan identitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

· Individu memiliki dua identitas, yaitu identitas personal dan identitas sosial Guna memahami lebih lanjut, perhatikan bagan berikut :

· Manusia sebagai makhluk individu berarti unsur yang ada dalam diri individu merupakan satu kesatuan

· Menurut para ahli, terdapat tiga cara pembentukan identitas sosial, yaitu melalui model kategorisasi diri, perbandingan sosial, dan interaksional (Afif, 2015, 23-36). Untuk memahaminya, perhatikan tabel berikut:

· Faktor Pembentuk Identitas Individu

1) Faktor Biologis

· Faktor biologis dapat mempengaruhi perilaku kompulsif, pengendalian diri, komunikasi, dan minat seseorang.

· Sebagai contoh, adanya perilaku negatif terhadap orang-orang secara fisik memiliki kekurangan. Orang-orang yang memiliki kekurangan fisik terkadang juga mengalami diskriminasi, misalnya sulit mendapatkan pekerjaan di suatu instansi atau lembaga.

2) Faktor Kelompok

· Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dengan kelompok tertentu, berarti individu mulai percaya dengan kelompok tersebut untuk memberikan pengaruh positif atau negatif pada dirinya.

· Pengaruh kelompok dibedakan menjadi dua bentuk:

· Kelompok Acuan : Kelompok yang menjadi referensi individu untuk mempertimbangkan semua bentuk perbuatan yang akan dilakukan.

· Kelompok Majemuk : Menunjukan adanya keragaman masyarakat.

3) Faktor Geografis

· Faktor geografis atau alam dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri terhadap kondisi alam.

4) Faktor Kebudayaan

· Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan niali dan norma sosial masyarakat.

· Nantinya, kebudayaan berkembang menjadi cara/jalan hidup masyarakat.

5) Faktor Pengalaman

· Pengalaman memiliki pengaruh besar untuk membentuk kepribadian individu. Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidak sekadar bertambah, tetapi menyatu dengan kepribadian individu

2. Kelompok

· Pengertian Kelompok

· Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki gregariousness. Gregariousness artinya manusia memiliki naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Keinginan untuk berbaur dan hidup dengan individu lain diwujudkan dengan membentuk kelompok.

· Manusia membentuk kelompok untuk me menuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Ketika antarindividu memutuskan membentuk kelompok, antarindividu akan berusaha bekerja sama memenuhi kebutuhan tersebut.

· Selain itu, antarindividu yang membentuk kelompok akan terikat oleh dua tanda psikologis, yaitu perasaan saling memiliki (sense of belonging) dan perasaan terikat pada kelompok sehingga menimbulkan rasa bergantung antaranggotanya.

· Dalam membentuk kelompok, antarindividu harus memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.

· Dasar Pembentukan Kelompok

· Terbentuknya suatu kelompok sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang mendorong pembentukan kelompok, yaitu faktor kesatuan genealogis, kesatuan kepentingan, kesamaan daerah, dan faktor geografis.

1) Berdasarkan faktor kesatuan genealogis atau keturunan, kelompok terbentuk karena ikatan darah dan keturunan. Sebagai contoh, keluarga.

2) Berdasarkan kesatuan kepentingan, kelompok terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan. Sebagai contoh, kelompok arisan, ibu-ibu PKK, kelompok belajar, dan kelompok diskusi.

3) Berdasarkan kesatuan kesamaan daerah, kelompok terbentuk atas dasar kesamaan daerah asal. Sebagai contoh, kelompok pelajar asal Papua, Maluku, dan Aceh.

4) Berdasarkan faktor kesatuan geografis, orang orang yang tinggal dalam ruang lingkup/wilayah sama cenderung membentuk kelompok sosial Sebagai contoh, kelompok petani dan nelayan.

· Faktor Pendorong Pembentuk Identitas Kelompok

· Terbentuknya identitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut (Masivaditya, 2014, 7) :

1) Kreativitas.

Melalui kreativitas, seseorang mampu menunjukkan eksklusivitas dalam membentuk identitas diri dan kelompok sehingga terlihat berbeda serta unik.

2) Ideologi kelompok.

Seseorang yang memiliki kesamaan ideologi akan mempunyai kesadaran untuk berkelompok. Kesamaan ideologi dapat mendorong orang lain untuk bergabung dalam kelompok

3) Status sosial

Status sosial tertentu berpengaruh terhadap keberadaan kelompok. Suatu kelompok sosial akan lebih terpandang ketika berisi sekumpulan orang yang memiliki status sosial tertentu.

4) Media massa.

Media massa membantu membentuk kerangka pemikiran individu dalammenentukan selera. Media massa memengaruhi individu untuk mengikuti beragam tayangan yang disajikan. Media massa seperti media cetak dan elektronik menjadi sarana untuk memperkenalkan kelompok kepada masyarakat

5) Kesenangan.

Unsur kesenangan muncul sebagai wujud kepuasan anggota kelompok. Anggota kelompok merasakan kepuasan dan kesenangan karena mampu memenuhi kebutuhan psikisnya dalam kelompok.

B. Hubungan Sosial

· Sebagai makhluk sosial, manusia sering menjalin hubungan sosial dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya.

· Melalui hubungan sosial itu, maka setiap manusia memiliki identitas sosial masing masing.

1. Makna, Ciri, dan Tujuan Hubungan Sosial

· Hubungan sosial/ interaksi sosial adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk saling berinteraksi sehingga terbentuklah hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok, maupun individu-kelompok.

· Hubungan sosial terbentuk karena keinginan individu dan kelompok berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.

· Hubungan sosial dapat diklasifikasikan sebagai salah satu realitas sosial/ fenomena sosial.

· Menurut Charles P. Loomis, ciri ciri hubungan sosial sebagai berikut :

a) Terdapat dua pihak atau lebih sebagai pelaku dalam hubungan sosial

b) Terdapat komunikasi antarpelaku menggunakan simbol atau lambang

c) Terdapat tujuan yang ingin dicapai

d) Terdapat dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa mendatang

· Tujuan individu melakukan hubungan sosial antara lain :

a) Menciptakan hubungan yang harmonis

b) Mewujudkan kepentingan dan tujuan

c) Mewujudkan keteraturan hidup dalam masyarakat

2. Syarat Hubungan Sosial

e. Kontak Sosial

· Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dan pihak lain yang menjadi awal terjadinya interaksi sosial.

· Berdasarkan penjelasan dari Kingsley Davis, kontak sosial tidaklah mutlak selalu bersifat badaniah, karena seseorang juga dapat melakukannya melalui berbagai media.

· Berdasarkan awal mulanya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

· Kontak sosial primer, terjadi apabila individu maupun kelompok bertemu muka secara langsung. Misalnya ketika kita sedang berbicara dengan orang tua.

· Kontak sosial sekunder, terjadi apabila pihak-pihak yang berinteraksi tidak bertemu secara langsung atau melalui perantara. Misalnya ketika kita sedang melakukan percakapan melalui telepon.

· Berdasarkan bentuk dan dampaknya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

· Kontak sosial positif merupakan kontak yang mengarah pada terciptanya kerja sama.

· Kontak sosial negatif merupakan kontak yang mengarah pada pertentangan atau tidak menghasilkan interaksi sosial.

f. Komunikasi

· Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan, ide, dan gagasan dari komunikator kepada komunikan.

· Dalam hubungan sosial, komunikasi merupakan bentuk lanjutan dari kontak sosial. Namun tidak semua kontak sosial akan berlanjut menjadi komunikasi.

· Terdapat unsur unsur yang mendukung keefektifan dari tahapan komunikasi ini, yaitu sebagai berikut :

· Komunikator (pihak yang memberikan pesan, informasi, maupun perasaan kepada komunikan)

· Komunikan (pihak yang menerima pesan, informasi, maupun perasaan dari komunikator)

· Pesan (isi atau informasi yang disampaikan oleh komunikator)

· Media (sarana yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan)

· Umpan balik/ feedback (respon yang diberikan oleh komunikan)

· Efek (perubahan tingkah laku komunikan setelah menerima pesan)

3. Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Sosial

a. Imitasi

· Imitasi merupakan kecenderungan seseorang meniru sikap, tingkah laku, dan penampilan fisik individu atau kelompok lain.

· Contohnya adalah meniru seorang idola dalam cara mengenakan pakaian, cara berdandan, dan cara berbicara.

b. Sugesti

· Sugesti adalah sikap, pandangan, dan pendapat orang lain yang diterima tanpa dipikir ulang.

· Sugesti dapat dilakukan melalui saran, kritik, dan tindakan/ perilaku.

c. Simpati

· Simpati merupakan proses ketertarikan seseorang terhadap orang lain.

· Ketertarikan pada orang lain didorong oleh perasaan seseorang (seperti ekspresi kekaguman, kesenangan, dan kedekatan) dengan tujuan memahami dan menjalin kerja sama.

d. Identifikasi

· Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan pihak lain.

· Proses identifikasi didorong oleh keinginan belajar yang kuat untuk meneladani/ meniru orang lain sehingga sifat identifikasi lebih mendalam dibandingkan imitasi.

e. Empati

· Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan atau emosi seakan akan mengalami kondisi yang dirasakan orang lain.

· Selain melibatkan perasaan seseorang, empati juga melibatkan aktivitas fisik dari seseorang yang merasakannya.

· Contohnya adalah warga secara swadaya ikut menolong korban bencana alam dan mengevakuasi ke tempat pengungsian.

f. Motivasi

· Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, baik dari diri sendiri ataupun orang lain.

· Motivasi dari orang lain menunjukkan bahwa orang lain memberikan dorongan atau semangat agar seseorang mampu mencapai tujuan.

4. Proses Hubungan Sosial

· Berdasarkan sifatnya, proses hubungan sosial dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Proses Asosiatif

· Proses asosiatif merupakan proses sosial yang mengarah pada penyatuan yang dimana proses ini dapat meningkatkan solidaritas antarindividu/ kelompok.

· Bentuk bentuk proses asosiatif dalam masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Kerja Sama

· Kerja sama merupakan usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

· Menurut James D. Thompson, bentuk bentuk kerja sama adalah sebagai berikut :

i. Kerukunan, merupakan upaya menciptakan hidup rukun melalui kerja sama atas dasar tolong menolong.

ii. Tawar menawar (bargaining), merupakan bentuk pertukaran barang dan jasa antara dua pihak atau lebih.

iii. Kooptasi (cooptation), merupakan bentuk kerja sama untuk penerimaan kepemimpinan baru dalam hubungan antarorganisasi.

iv. Koalisi (coalition), merupakan kerja sama dua organisasi politik atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama dengan cara bergabung menjadi satu.

v. Patungan (joint venture), merupakan kerja sama dua badan usaha atau lebih untuk meraih keuntungan dalam bidang ekonomi.

· Berdasarkan bentuknya, kerja sama dibedakan menjadi empat sebagai berikut :

i. Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) merupakan kerja sama yang terjadi secara serta merta

ii. Kerja sama langsung atau terarah (directed cooperation) merupakan kerja sama sebagai hasil perintah atasan kepada bawahannya

iii. Kerja sama kontrak (contractual cooperation) merupakan kerja sama atas dasar syarat syarat tertentu yang disepakati bersama.

iv. Kerja sama tradisional (traditional cooperation) merupakan kerja sama atas dasar kebiasaan dalam masyarakat.

· Ketika melakukan kerja sama, hendaknya kita mengedepankan sikap peduli sosial dan mengembangkan sikap toleransi.

2) Akomodasi

· Akomodasi merupakan proses sosial dalam masyarakat untuk menyelesaikan masalah atau konflik dengan cara mengarahkan individu atau kelompok yang berkonflik kearah kerjasama.

· Bentuk bentuk akomodasi dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut :

i. Koersi (coercion)

ii. Kompromi (compromise)

iii. Arbitrase (arbitration)

iv. Mediasi (mediation)

v. Konsiliasi (conciliation)

vi. Stalemate

vii. Toleransi (toleration)

viii. Ajudikasi (adjudication)

ix. Displacement

3) Asimilasi

· Asimilasi merupakan proses peleburan dua atau lebih kebudayaan berbeda menjadi satu kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai kebudayaan milik bersama.

· Proses asimilasi semakin mudah terjadi apabila :

i. Adanya toleransi dalam masyarakat

ii. Adanya kesempatan kesempatan yang seimbang dalam ekonomi

iii. Rasa saling menghargai kelompok masyarakat lain dan latar belakang kebudayaannya

iv. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa

v. Persamaan dalam unsur unsur kebudayaan

vi. Amalgamasi

vii. Adanya musuh dari luar yang dihadapi bersama

· Proses asimilasi terkadang sulit dilakukan karena :

i. Masyarakat dan pola kehidupannya yang terisolasi

ii. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi

iii. Tingginya perasaan takut pada budaya lain

iv. Adanya perbedaan ciri ciri fisik yang mencolok

v. Munculnya perasaan superiotas (in-group feeling) terhadap kelompok dan kebudayaan sendiri

vi. Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan antar kelompok.

4) Amalgamasi

· Menurut Joan H.G.P, dkk, amalgamasi merupakan meleburnya dua kelompok budaya berbeda menjadi satu melalui pernikahan. Hal itu dikarenakan pernikahan campuran dapat meleburkan dua kelompok budaya berbeda sehingga melahirkan kebudayaan baru.

· Amalgamasi sendiri merupakan kelanjutan dari asimilasi.

5) Akulturasi

· Akulturasi merupakan proses penerimaan dan pengolahan unsur unsur kebudayaan luar menjadi kebudayaan suatu masyarakat, tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masing masing.

· Ada beberapa factor yang mendorong terjadinya proses akulturasi yaitu sebagai berikut :

i. Tidak ada hambatan geografis

ii. Adanya kontak sosial antarmasyarakat

iii. Adanya keterbukaan antarbudaya berbeda

iv. Terdapat persamaan unsur unsur kebudayaan

v. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan

vi. Kebudayaan baru membawa kebenaran dan memberi manfaat

b. Proses Disosiatif

· Proses disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah pada perpecahan yang diakibatkan hubungan sosial yang bersifat negatif.

· Proses disosiatif dibedakan menjadi tiga bentuk sebagai berikut :

1) Persaingan atau Kompetisi

· Persaingan atau kompetisi merupakan suatu proses sosial yang dilakukan individu/ kelompok untuk mencapai tujuan yang sifatnya terbatas.

· Persaingan atau kompetisi dapat menyebabkan dampak negatif ataupun positif

· Dampak Negatif

a) Terjadinya pertentangan

b) Melemahnya ikatan sosial masyarakat (disorganisasi sosial)

c) Menimbulkan perpecahan dalam masyarakat

· Dampak Positif

a) Mewujudkan tujuan hidup individu/ kelompok

b) Mendorong individu/ kelompok untuk bersaing secara sehat

c) Menjadi sarana seleksi dan penilaian untuk meraih prestasi

d) Menjadi sarana memperoleh kedudukan sosial

2) Pertentangan atau Konflik

· Pertentangan atau konflik merupakan proses sosial yang disebabkan oleh perbedaan individu, perbedaan kebudayaan dalam masyarakat, perbedaan kepentingan antarindividu, dan perbedaan sosial serta proses ini dilakukan oleh seseorang/ kelompok untuk mencapai tujuannya.

· Konflik tidak dapat dihindari, tetapi dapat dicegah dengan beberapa cara, salah satunya adalah mengembangkan toleransi.

3) Kontravensi

· Kontravensi adalah proses sosial yang ditandai dengan gejala ketidakpastian terhadap seseorang yang berawal dari perasaan benci yang disembunyikan yang jika dibiarkan lama akan menjadi suatu pertikaian atau pertentangan.

· Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, ada lima bentuk kontravensi yaitu kontravensi umum, kontravensi sederhana, kontravensi intensif, kontravensi rahasia, dan kontravensi taktis.

5. Dampak Hubungan Sosial

· Dampak Positif

1) Tercipta Keteraturan Sosial

· Dengan adanya hubungan sosial yang dapat menjaga nilai dan norma sosial sehingga terbentuk masyarakat yang teratur (keteraturan sosial) dan menciptakan keadaan yang harmonis, sehingga masyarakat akan terhindar dari perpecahan dan konflik sehingga mengarah pada hubungan sosial asosiatif.

· Menurut Setiadi dan Kolip, terdapat beberapa indikator untuk menciptakan keteraturan dalam masyarakat sebagai berikut :

· Terdapat sistem nilai dan norma sosial yang jelas

· Setiap anggota masyarakat mengetahui serta memahami nilai dan norma sosial yang berlaku

· Setiap anggota masyarkat menyesuaikan tindakannya dengan nilai dan norma yang berlaku.

2) Peran Nilai dan Normal Sosial Terjaga

· Melalui hubungan sosial, anggota masyarakat dapat mensosialisasikan nilai dan norma sosial, sehingga setiap individu dapat memahami serta mematuhi nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

3) Muncul Penemuan Baru

· Hubungan sosial pada dasarnyya dibentuk dan dijalin oleh manusia dalam rangka mendukung aktivitasnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehingga hubungan sosial ini dapat mendorong munculnya penemuan penemuan baru.

· Discovery sendiri merupakan penemuan baru yang muncul dalam kehidupan yang dimana masyarakat telah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan itu.

· Sedangkan invention adalah penemuan baru yang menyempurnakan discovery.

· Penemuan baru yang telah diterapkan dalam masyarakat seringkali mengalami pembaruan yang disebut inovasi.

4) Terjalin Kerja Sama dalam Masyarakat

· Dalam memenuhi kebutuhannya, seringkali manusia menciptakan pola pola hubungan sosial dengan manusia lain.

· Ketika antarindividu menjalin hubungan sosial dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya akan terbentuklah suatu kerja sama.

· Dampak Negatif

1) Terjadi Konflik dalam Masyarakat

· Hubungan sosial dapat mengarah pada proses disosiatif apabila ada persaingan dan kompetisi yang berlebihan yang terjadi di dalamnya.

· Ketika interaksi disosiatif tersebut tetap dipertahankan dapat menyebabkan konflik terbuka, kekerasan, perundungan, dan berujung pada disintegrasi sosial (Setiadi, 2015)

2) Timbul Solidaritas Sosial yang Berlebihan

· Hubungan sosial mendorong munculnya solidaritas sosial yang berlebihan.

· Dengan adanya solidaritas yang berlebihan pada kelompoknya, maka akan muncul rasa suka yang berlebihan pada kelompoknya masing masing yang malah menyebaban terganggunya stabilitas masyarakat dikarenakana sikap toleransi dan menghargai antar kelompok tidak berkembang.

3) Timbulnya Kelompok Kelompok Menyimpang

· Hubungan sosial yang bersifat negatif biasanya akan melahikan suatu kelompok menyimpang yang cenderung bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang akhirnya menyebabkan munculnya penyimpangan sosial.

· Terbentuknya kelompok menyimpang juga dapat menimbulkan dekadensi (kemerosotan) moral dan merusak keharmonisan masyarakat.

C. Bentuk Hubungan Sosial, Pembentukan Institusi Sosial, dan Upaya Menciptakan Keteraturan Sosial

· Manusia seringkali menjalin hubungan sosial dengan manusia lain untuk memperoleh identitas sosial dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, agar proses hubungan sosial dapat berjalan dengan lancer dibutuhkanlah nilai, norma, dan kesepakatan kesepakatan berupa aturan.

1. Bentuk Hubungan Sosial

· Kedinamisan hubungan sosial tersebut mendorong hubungan sosial terjadi dalam beragam bentuk, yaitu hubungan antarindividu, individu-kelompok, serta antar kelompok (Setiadi dan Kolip, 2015)

a. Hubungan Antarindividu

· Hubungan yang dilakukan oleh dua individu yang saling memberi stimulus (rangsangan) dan respons (umpan balik)

· Ciri-ciri :

1) Dilakukan dua individu

2) Ada yang menyampaikan pesan da nada yang memberi respons

3) Terjadi komunikasi dua arah bersifat antarpribadi

· Dapat terjadi secara langsung (bertatap muka) maupun tidak langsung (melalui perantara)

· Dalam hubungan ini, identitas sosial akan berperan lebih besar dibandingkan identitas diri.

· Identitas sosial di sini dipengaruhi tiga faktor berikut :

1) Identitas Individu

2) Status dan peran

3) Kondisi Alam dan Lingkungan Sosial

b. Hubungan antara Individu dan Kelompok

· Hubungan timbal balik yang melibatkan individu dan kelompok dalam masyarakat.

· Hubungan ini dibedakan menjadi dua bentuk.

1) Hubungan antara Individu dan Kelompok

· Hubungan antara individu dan kelompoknya yang dimana cenderung membentuk interaksi sosial yang lebih tinggi

· Hubungan ini terjadi jika individu melakukan kontak dengan sesama anggota kelompoknya

· Adanya istilah “kami-kita” dalam hubungan ini sehingga tercipta hubungan “ingroup”

· Ciri-ciri :

a) Dilakukan individu dan kelompok

b) Melibatkan organisasi / kelompok sosial

c) Membentuk komunikasi dua arah

2) Hubungan antara individu dan kelompok lain

· Perbedaan dengan hubungan sebelumnya terdapat pada individu yang bukan merupakan anggota dari kelompok tersebut

· Terdapat hubungan “kalian-mereka” sehingga tercipta hubungan “outgroup”

· Contoh : Ketika kita berinteraksi dengan kelompok belajar kelas lain

c. Hubungan Antara Kelompok dan Individu

· Hubungan yang terjadi antara kelompok dan individu yang dimana kelompok memiliki peran memberi pesan ke individu tersebut

· Secara singkatnya di hubungan ini, kelompok berperan sebagai subjek dan individu sebagai objek

· Hubungan ini menempatkan kelompok sebagai “kami-kita” dan individu sebagai “kamu”

· Contoh : Beberapa petugas museum mengenalkan lingkungan museum kepada seorang pejabat pemerintah

d. Hubungan Antarkelompok

· Hubungan sosial yang terjalin antara dua kelompok atau lebih. Artinya, kelompok-kelompok tersebut saling menyampaikan dan menerima pesan

· Hubungan ini menciptakan hubungan antara “kita-kami” dengan “kalian-mereka”

· Hubungan ini dapat terjadi secara formal dan informal

1) Formal : Berkaitan dengan pencapaian tujuan lembaga / organisasi tertentu

2) Informal : Tidak memiliki struktur dan tujuan kelembagaan

2. Proses Pembentukan Institusi Sosial

· Institusi sosial adalah himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam masyarakat.

· Unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan institusi sosial :

1) Kode perilaku : Nilai dan norma dalam suatu institusi merupakan bagian dari kode perilaku bagi para anggotanya

2) Simbol kebudayaan : Muncul karena adanya kode perilaku individu dalam institusi sosial

3) Ideologi : Dalam konteks institusi sosial berkaitan dengan norma-norma yang berlaku dalam institusi sosial

· Fungsi dari institusi sosial :

1) Memberikan pedoman atau peraturan kepada anggota masyarakat

2) Menjaga keutuhan masyarakat

3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial

4) Meningkatkan solidaritas masyarakat

3. Ketertiban Sosial Melalui Intitusi Sosial

· Ketertiban sosial merupakan keadaan kondusif dengan ciri-ciri setiap warga mematuhi peraturan yang berlaku

a) Proses Menciptakan Ketertiban dalam Masyarakat

· Dalam proses hubungan sosial dibutuhkan seperangkat aturan/ norma sosial untuk mengatur berjalannya interaksi tersebut.

· Adanya norma yang telah diciptakan mendorong masyarakat untuk berkeinginan memelihara pola hubungan sosial secara konsisten sehingga terciptalah institusi atau lembaga sosial.

· Menurut Elly M. Sutiadi (2015), untuk menjadi sebuah institusi sosial suatu norma perlu melewati proses pelembagaan (institusionalisasi), yaitu proses terujinya norma dalam masyarakat yang nantinya menjadi panduan dalam hidup bersama.

· Dapat kita pastikan, bahwa proses terbentuknya lembaga sosial diawali dari adanya interaksi sosal dalam masyarakat sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup.

b) Institusi Sosial sebagai Tolak Ukur Ketertiban dalam Masyarakat

· Salah satu tujuan pembentukan institusi sosial adalah menciptakan ketertiban sosial.

· Ketertiban dalam masyarakat dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang mematuhi peraturan dengan penuh kesadaran yang menandakan bahwa terjadi proses internalisasi dalam diri masyarakat.

· Ketertiban sosial dapat terwujud apabila institusi sosial dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik.

· Dalam menjalankan tugas, beberapa institusi sosial memiliki alat alat kelengkapan untuk menunjang kinerja mereka, seperti peralatan, seragam, dan lain seterusnya.

4. Institusi Sosial di Sekitar Kita

· Dalam masyarakat, terdapat berbagai bentuk institusi sosial yang mengatur hubungan sosial di dalam masyarakat itu untuk memenuhi kebutuhan hidup anggotanya, seperti lembaga pendidikan, lembaga agama, dan lembaga lainnya.

· Dengan adanya institusi sosial yang mengatur perilaku masyarakat, diharapkan ketertiban sosial dapat tercipta sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan harmonis.

Dibuat oleh Kelas X IPS 1

P.A. (28), M.F.A. (22), dan R.H.P. (30)