OSDM Kasus NIKE Novinaekas R47

23
TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA Analisis Kasus Sumber Daya Manusia Pada NIKE, Inc di Indonesia (Upah, Jam Kerja, Usia Pegawai, Uang Lembur, dan Pesangon) Oleh: Novina Eka S. P056111291.47 Dosen: Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

description

ok

Transcript of OSDM Kasus NIKE Novinaekas R47

  • TUGAS INDIVIDU

    MATA KULIAH ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

    Analisis Kasus Sumber Daya Manusia Pada NIKE, Inc di Indonesia

    (Upah, Jam Kerja, Usia Pegawai, Uang Lembur, dan Pesangon)

    Oleh:

    Novina Eka S.

    P056111291.47

    Dosen:

    Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis

    PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2012

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    2

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Daftar Isi ........................................................................................................... 2

    BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 3

    I.1 Latar Belakang ............................................................................ 3

    I.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 4

    BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5

    II.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ........................................... 5

    II.2 Profil Perusahaan Nike, Inc ....................................................... 7

    BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................ 12

    III.1 Penjabaran Kasus .................................................................... 12

    III.2 Pembahasan ............................................................................. 15

    III.3 Manajemen Sumber Daya Manusia ........................................ 19

    BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 22

    V.1 Kesimpulan ............................................................................... 22

    V.2 Saran ......................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    3

    BAB I. PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Upah merupakan persoalan mendasar dalam urusan ketenagakerjaan dan

    hubungan industrial di Indonesia. Berbagai aksi industrial dan demonstrasi buruh

    dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan buruh atas upah yang mereka dapatkan.

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi, sehingga

    menarik bagi para penanam modal asing untuk menginvestasikan dana mereka di

    Indonesia. Hal ini mereka lakukan semata-mata demi mendapatkan biaya produksi

    yang lebih rendah. Ternyata keinginan penanam modal asing tersebut disambut dan

    difasilitasi dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah menetapkan

    kebijakan upah rendah sebagai daya tarik, sekaligus sebagai cara untuk

    memenangkan persaingan dengan sesama negara berkembang lainnya di Asia

    Pasifik.

    Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan upah rendah ternyata dilandasi

    oleh pemikiran obyektif bahwa memang kualitas tenaga kerja di Indonesia rendah.

    Jumlah angkatan kerja yang masih menganggur sangat tinggi, sehingga membuat

    pemerintah sengaja memberlakukan upah rendah untuk menahan pembengkakan

    angka pengangguran. Pemerintah berharap angkatan kerja harus bekerja meskipun

    upah yang diterima rendah.

    Nike adalah salah satu perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi

    sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga. Nike mensponsori beberapa olahragawan

    terkenal dunia, sehingga Nike menjadi pemain besar dalam industri tersebut. Nike

    telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1988 dan hampir sepertiga sepatu yang ada

    sekarang menrupakan produk dari sana. Tony Band, selaku koordinator perusahaan

    Nike di Indonesia, mengatakan perusahaan yang digunakan di Indonesia berjumlah

    11 kontraktor. Beberapa diantaranya merupakan bekas-bekas basis perusahaan

    asosiasi Nike di Korea Selatan dan Taiwan. Hubungan antara Nike dan kontraktor di

    Indonesia cukup dekat. Setiap personel Nike di setiap pabrik di Indonesia memeriksa

    kualitas dan pengerjaan yang memenuhi persyaratan ketat Nike. Semua pekerja

    produksi berasal dari Indonesia, terutama wanita muda dalam kelompok usia 16-22

    tahun, dan biasanya berasal dari Pulau Jawa (Anonim, 2011).

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    4

    Nike bukan hanya terkenal sebagai perusahaan penghasil peralatan olahraga,

    namun juga terkenal sebagai perusahaan yang sering memperkerjakan anak-anak di

    bawah umur. Pada standar penerimaan pegawai, Nike Internasional sebenarnya

    memiliki peraturan ketat tentang perekrutan pegawai, termasuk umur minimal yang

    harus dipenuhi oleh pegawai. Ternyata hal ini tidak diimplementasikan dengan baik

    oleh kontraktor-kontraktor Nike di Indonesia. Aturan lengkap tentang pekerja juga

    telah dirumuskan oleh Nike Internasional, dan sudah dipikirkan sedemikian rupa agar

    tidak memberatkan salah satu pihak.

    Kasus Nike di Indonesia ternyata didasari oleh pelanggaran yang berkaitan

    dengan kaum buruh. Nike telah mereduksi kekuatan kaum buruh sehingga kaum

    buruh amat rentan kehilangan pekerjaan mereka. Pabrik membuat aneka alasan yang

    dapat membuat buruh merasa akan digeser ke industri lain namun dengan upah yang

    lebih rendah. Buruh juga mudah kehilangan hak-haknya seperti dalam masalah

    pesangon, dalam hal berserikat denngan pekerja lain, dan terutama tentang upah dan

    jam kerja. Buruh juga sering mengalami kekerasan baik fisik maupun psikis.

    Berbagai upaya damai sudah dilakukan oleh pihak buruh kepada perusahaan, namun

    bukannya ditanggapi dengan baik, buruh diancam dipecat tanpa uang pesangon.

    Akhirnya buruh melakukan demonstrasi masal bersama industri-industri lain yang

    juga masih diketuai oleh Nike. Protes yang terus terjadi dari pertengahan tahun 2007

    lalu, baru ditanggapi Januari 2012 ini.

    I.2 Tujuan

    Kasus Nike di Indonesia, sudah seharusnya menjadi pembelajaran nyata bagi

    seluruh perusahaan asing di Indonesia. Paper ini mencoba untuk:

    1. Menganalisis alasan terjadinya kasus Nike di Indonesia

    2. Mengaitkan kasus Nike dengan kebijakan upah tenaga kerja yang dirumuskan

    oleh pemerintah

    3. Merumuskan secara sederhana manajemen organisasi dan sumber daya

    manusia yang seharusnya diterapkan di perusahaan dengan penanaman modal

    asing.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    5

    BAB II. LANDASAN TEORI

    II.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya

    fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan

    lingkungannya, sedangkan prestasi kerja individu dimotivasi oleh keinginan untuk

    mencapai kepuasan masing-masing. Perencanaan sumber daya manusia (SDM) harus

    mempunyai tujuan yang didasari oleh kepentingan individu, organisasi, dan

    kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang

    ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang, dan menghindari

    kesimpangsiuran tugas serta kegagalan pelaksanaan tugas.

    Perencanaan SDM ini terkait dengan rencana organisasi untuk mencapai

    tujuan bersama. Perencanaan organisasi sendiri mencakup aktivitas yang dilakukan

    perusahaan untuk mengadakan kegiatan yang positif bagi perkembangan organisasi.

    Perencanaan SDM dan juga organisasi sangat dipengaruhi oleh:

    1. Tingkat produksi perusahaan

    2. Perubahan teknologi, terutama dalam bidang produksi.

    3. Kondisi penerimaan dan penawaran pasar.

    4. Perencanaan karir untuk setiap SDM di dalam organisasi.

    Ketika organisasi sudah mengetahui faktor-faktor di atas dengan baik, maka

    organisasi dapat merumuskan tujuan mereka, dan merencakanan pengelolaan SDM

    yang akan dipakai.

    Terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan SDM, yaitu:

    1. Standar kemampuan SDM; Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada,

    akibatnya informasi hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang

    bersifat subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius untuk proses

    perencanaan sumber daya manusia, yaitu dalam penghitungan potensi SDM

    secara pasti.

    2. Manusia (SDM) adalah makhluk hidup; Manusia sebagai makhluk hidup

    tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin, oleh karena itu sulit

    memperhitungkan dengan pasti dalam sebuah rencana. Terkadang banyak

    SDM yang mampu menjalankan tugas, namun dengan sengaja malas

    mengeluarkan kemampuannya.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    6

    3. Situasi SDM; Tenaga kerja yang berhasil direkrut oleh perusahaan biasanya

    tidak memenuhi seluruh kebutuhan SDM perusahaan dengan baik. Jumlah,

    mutu, dan penyebaran SDM dalam perusahaan yang tidak merata juga

    merupakan kendala bagi jalannya manajemen SDM.

    4. Kebijakan pemerintah; Kebijakan perburuhan pemerintah, seperti

    kompensasi, jenis kelamin, warga negara asing (WNA), pajak, dan berbagai

    aturan lain, merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen SDM untuk

    membuat rencana yang baik dan tepat.

    Sebuah perusahaan membutuhkan SDM karena perusahaan harus menjalankan

    aktivitas bisnis mereka. Ada tiga faktor permintaan SDM:

    1. Faktor internal; kondisi persiapan dan kesiapan SDM sebuah

    organisasi/perusahaan dalam melakukan operasional bisnis pada masa

    sekarang dan untuk mengantisipasi perkembangannya di masa depan. Faktor

    internal adalah alasan permintaan SDM yang bersumber dari kebutuhan dan

    kekurangan SDM di dalam organisasi, sehingga dibutuhkan penambahan

    pegawai. Alasan tersebut terdiri dari:

    a. Rencana operasional dan strategik

    b. Prediksi produksi dan penjualan

    c. Pembiayaan (cost) SDM

    d. Pengembangan bisnis baru

    e. Desain organisasi dan desain pekerjaan

    f. Keterbukaan dan keikutsertaan manajer

    2. Faktor eksternal; kondisi lingkungan bisnis yang berada di luar kendali

    perusahaan yang berpengaruh pada rencana strategis dan rencana operasional,

    sehingga langsung atau tidak langsung berpengaruh pada perencanaan SDM.

    Faktor eksternal tersebut, pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai sebab

    atau alasan permintaan SDM dilingkungan sebuah organisasi. Sebab-sebab

    tersebut terdiri dari:

    a. Ekonomi nasional dan internasional (global)

    b. Sosial, politik, dan hukum

    c. Teknologi

    d. Pasar tenaga kerja dan pesaing

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    7

    3. Faktor ketenagakerjaan; kondisi tenaga kerja yang dimiliki perusahaan

    sekarang dan prediksinya di masa depan yang berpengaruh pada permintaan

    tenaga kerja baru. Kondisi tersebut dapat diketahui dari hasil audit SDM dan

    sistem informasi SDM sebagai bagian dari sistem informasi manajemen

    (SIM). Beberapa dari faktor tersebut adalah:

    a. Jumlah, waktu, dan kualifikasi SDM yang pensiun

    b. Prediksi jumlah karyawan yang keluar atau di PHK

    c. Prediksi tenaga kerja yang akan sakit atau meninggal

    Penjabaran di atas memperlihatkan bahwa peranan sumber daya manusia (SDM)

    dalam organisasi atau perusahaan sangat penting. Tidak semua perencanaan bisa

    berjalan dengan baik karena pengukuran kinerja SDM tidak dapat dilakukan dengan

    akurat dan pasti waktunya. Manajemen SDM di perusahaan juga sangat terkait pada

    biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, terutama untuk gaji

    pegawai. Kemampuan pembayaran gaji juga dikaitkan dengan jumlah produksi

    perusahaan dan tingkat penjualan mereka. Permintaan SDM ke pasar tenaga kerja

    juga dilandasi oleh kemampuan perusahaan untuk membayar SDM (Parwiyanto,

    2010).

    II.2 Profil Perusahaan NIKE

    Nike. Inc merupakan perusahaan multinasional terkemuka yang

    menghasilkan produk sepatu dan perlengkapan olah raga ternama di dunia.

    Perusahaan ini menyerahkan semua pengerjaan produksinya ke pihak ketiga

    termasuk Indonesia.

    Pada tahun 1970an Nike memusatkan produksinya di Jepang karena upah

    buruh di Jepang lebih murah dibanding di Amerika Serikat. Selanjutnya pada tahun

    1982, sebagian besar produk Nike dihasilkan di Korea dan Taiwan. Namun, karena

    upah buruh di kedua negara tersebut kian mahal, Nike merelokasi perusahaannya ke

    Indonesia, Cina, dan Vietnam.

    Produk sepatu dan pakaian olahraga Nike dengan mudah diidentifikasi oleh

    khas logo perusahaan, para "swoosh" tik, dan slogan "Just Do It". Berbasis dari nama

    dewi Yunani yang berarti kemenangan, Nike didirikan tahun 1964 ketika atlet

    sekaligus pengusaha Oregon bernama Phillip Knight, mengagas impor sepatu lari

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    8

    dari Jepang untuk bersaing dengan merek Jerman seperti Adidas dan Puma yang

    kemudian mendominasi pasar Amerika Serikat. Keuntungannya adalah bahwa sepatu

    Jepang lebih murah karena tenaga kerja lebih murah di Jepang.

    Terlepas dari eksperimen singkat namun tidak berhasil dengan manufaktur di

    AS, sepatu Nike selalu dibuat di Asia, awalnya di Jepang, kemudian di Korea Selatan

    dan Taiwan, dan baru-baru ini di China dan Asia Tenggara. Nike memulai produksi

    di Korea Selatan dan Taiwan pada tahun 1972, karena tertarik oleh tenaga kerja

    murah di sana, dan segera bergabung dengan perusahaan lain termasuk Adidas dan

    Reebok. Tapi Nike kemudian memulai langkah lebih jauh. Alih-alih memiliki pabrik

    sendiri, mereka dikontrak produksi lokal di Korea dan Taiwan.

    Gambar 1. Logo Nike

    Sebagai perusahaan bos Nike Phil Knight mengatakan: "Tidak ada nilai pasti

    dalam membuat sesuatu hal. Nilai tersebut akan ditambahkan oleh penelitian yang

    cermat, dengan inovasi dan pemasaran" (Katz 1994). Produk Nike sekarang pada

    dasarnya mengikuti ide dari seorang desainer dan pemasar sepatu. Industri lantas

    dilakukan oleh pemasok Korea dan Taiwan. Sekali lagi, perusahaan lain mengikuti

    model ini.

    Pada 1980-an Nike mencoba membuat produksi di Cina, dalam kemitraan

    dengan perusahaan milik negara, tapi hal ini malah mendatangkan bencana. Nike

    lantas memindahkan investasinya ke Taiwan. Nike lantas mengambil keuntungan

    dari ongkos tenaga kerja yang lebih murah di sana.

    Pada akhir 1980-an dengan adanya pergolakan buruh di Korea Selatan, -

    peningkatan tingkat upah dan hilangnya kontrol dari tempat kerja oleh otoritas Korea

    - telah membuat negara tersebut menjadi kurang menarik bagi investor, baik asing

    maupun dalam negeri, yang mulai mencari lokasi lain yang lebih menyenangkan.

    Nike lantas memindahkan operasi mereka ke Thailand selatan dan Indonesia, dalam

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    9

    mencari tenaga kerja lebih murah dan tidak merepotkan. Upah di kedua negara

    tersebut disebut-sebut sebagai salah satu yang murah karena hanya memakai

    seperempat tarif dari yang dibayarkan di Korea Selatan. Beberapa asosiasi Nike yang

    bermarkas di Taiwan juga didirikan di Asia Tenggara.

    Alasan lain untuk perpindahan ini adalah bahwa pada tahun 1988, baik Korea

    Selatan dan Taiwan kehilangan akses khusus untuk pasar AS, yang telah lama

    mereka nikmati sebagai status "negara berkembang" di bawah Sistem Preferensi

    Umum (GSP) AS. investor Korea dan Taiwan lantas bergerak ke pabrik di Thailand,

    Indonesia dan Cina dengan menggunakan pembuatan hak istimewa GSP dari negara-

    negara miskin

    .

    Gambar 2. Proporsi Manufaktur Nike

    Dari tujuh Nike pemasok atas sepatu olahraga pada tahun 1992, tiga adalah

    perusahaan Taiwan yang memproduksi produknya di Cina, tiga lainnya beroperasi di

    Korea Selatan, dan juga di Indonesia, satu adalah sebuah perusahaan di Thailand

    (Anonim, 2011).

    Pada awal tahun 1990-an, Produk Nike di hasilkan oleh enam pabrik yang

    mempekerjakan 25.000 pekerja. Empat diantaranya milik suplier Nike Korea. Nike

    mempunyai standar panduan kebijakan pabrik perusahaan seperti yang dapat dilihat

    dalam kutipan berikut:

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    10

    The core standards are set forth below.

    1. Forced Labor. The contractor does not use forced labor in any form

    prison, indentured, bonded or otherwise.

    2. Child Labor. The contractor does not employ any person below the age of 18

    to produce footwear. The contractor does not employ any person below the

    age of 16 to produce apparel, accessories or equipment. If at the time Nike

    production begins, the contractor employs people of the legal working age

    who are at least 15, that employment may continue, but the contractor will

    not hire any person going forward who is younger than the Nike or legal age

    limit, whichever is higher. To further ensure these age standards are

    complied with, the contractor does not use any form of homework for Nike

    production.

    3. Compensation. The contractor provides each employee at least the minimum

    wage, or the prevailing industry wage, whichever is higher; provides each

    employee a clear, written accounting for every pay period; and does not

    deduct from employee pay for disciplinary infractions.

    4. Benefits. The contractor provides each employee all legally mandated

    benefits

    5. Hours of Work/Overtime. The contractor complies with legally mandated

    work hours; uses overtime only when each employee is fully compensated

    according to local law; informs each employee at the time of hiring if

    mandatory overtime is a condition of employment; and on a regularly

    scheduled basis provides one day off in seven, and requires no more than 60

    hours of work per week on a regularly scheduled basis, or complies with

    local limits if they are lower.

    6. Environment, Safety and Health (ES&H). From suppliers to factories to

    distributors and to retailers, Nike considers every member of our supply

    chain as partners in our business. As such, weve worked with our Asian

    partners to achieve specific environmental, health and safety goals,

    beginning with a program called MESH (Management of Environment,

    Safety and Health).

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    11

    7. Documentation and Inspection. The contractor maintains on file all

    documentation needed to demonstrate compliance with this Code of Conduct

    and required laws; agrees to make these documents available for Nike or its

    designated monitor; and agrees to submit to inspections with or without prior

    notice.

    Pada kutipan di atas daat dilihat dengan pasti bahwa Nike membuat

    kesepakatan yang ideal mengenai buruhnya. Nike tidak akan memperkerjakan buruh

    di bawah umur, akan memberikan upah yang layak, memberikan banyak keuntungan

    bagi buruh, dan memberikan semua hak buruh setiap kali lembur (Baroroh, 2011).

    Peraturan di atas dilengkapi juga dengan panduan kebijakan Nike, yaitu:

    Karyawan kontraktor tidak bekerja lebih dari 60 jam per minggu, atau jam kerja

    reguler dan lembur yang diperbolehkan oleh undang-undang di negara produsen,

    pilih yang paling sedikit. Jam kerja lembur disetujui oleh kedua belah pihak dan

    mendapatkan kompensasi dengan bayaran premium. Karyawan berhak atas minimal

    24 jam istirahat secara berturut-turut untuk setiap periode tujuh hari (Baroroh, 2011).

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    12

    BAB III. PEMBAHASAN

    III.1 Penjabaran Kasus

    Kasus Nike sudah bukan rahasia umum lagi, berbagai demo terkait dengan

    ketidakpuasan buruh terhadap manajemen Nike terus bergulir sejak pertengahan

    2011 lalu. Berita ini menyebar hampir diseluruh media, dan akhirnya membawa-

    bawa nama pemerintah Indonesia yang dianggap tutup mata tentang kasus ini.

    Sebuah Non-Governmental Organization (NGO) yang dibentuk tahun 2000, Team

    Sweat, ikut turun tangan mengatasi masalah ini. Team Sweat dibentuk untuk

    melakukan koalisi internasional antar pekerja Nike demi mempertahankan hak

    mereka sebagai pekerja, terutama pekerja harus dibayar dengan upah yang sesuai.

    Gambar 3. Logo Team Sweat

    Salah satu masalah yang mereka soroti adalah kasus kontraktor Nike di

    Karawang, Jawa Barat, PT Chang Shin (PT CS). Perusahaan ini telah memproduksi

    Nike selama satu tahun, produk Nike yang mereka produksi ada dua jenis yaitu untuk

    running shoes dan sepatu anak-anak. Seorang pekerja mereka Pak Karyana terpilih

    menjadi pimpinan serikat pekerja di PT CS, namun tidak ada fasilitas apapun yang

    diterima Pak Karyana untuk memimpin serikat pekerja di sana. Pak Karyana menjadi

    target intimidasi oleh manajemen perusahaan.Akibat tingkah laku Pak Karyana yang

    selalu mengkritisi isu-isu pekerja di PT CS membuat manajemen mengambil sikap

    untuk membubarkan serikat pekerja. Pak Karyana juga diancam oleh manajer disana,

    Pak Sutikno, dan dituntut dengan Pasal 158 Poin E. Pak Karyana masih terus

    diintimidasi sampai sekarang (Keady, 2011).

    Kasus Nike berikutnya datang dari PT Hardaya Aneka Shoes Industri (HASI)

    dan PT Naga Sakti Paramashoes (NASA). NASA dan HASI adalah dua pabrik yang

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    13

    selama ini memproduksi sepatu Nike, namun tanpa alasan yang tidak jelas Nike

    memutuskan kontrak. Pegawai kedua perusahaan tersebut yang jumlahnya mencapai

    14.000 orang pun dibuat gelisah, mereka semua terancam di PHK. Surat pemutusan

    kontrak datang tanggal 6 Juli 2007, dan menyatakan bahwa kontrak akan berakhir

    tahun 2008 ini. CEO HASI, Ibu Hartati beranggapan Nike hanya mengada-ada

    tentang pemutusan kontrak, HASI termasuk sebagai 15 besar pabrik Nike dengan

    performa terbaik, bahkan return produk hanya 2%. Nilai tersebut jauh lebih kecil

    dibanding pabrik Nike lainnya yang mencapai 11-12%. Semua tuntutan Nike

    terhadap kinerja hanya masalah administratif, dan terkesan tidak masuk akal. Ibu

    Hartati yakin bahwa standard produk dari HASI dan NASA sudah sangat memenuhi

    permintaan Nike. Jadi tidak mungkin pemutusan kontrak terjadi karena kualitas

    buruk (Anonim, 2011).

    Tidak cukup dengan masalah pemutusan kontrak secara sepihak, keluhan

    tentang manajemen Nike juga terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Pou Chen Group,

    sebuah perusahaan asal Taiwan, telah memproduksi Converse yang telah diambil

    Nike selama empat tahun terakhir ini. Salah seorang pekerja mereka mengatakan

    bahwa supervisor Pou Chen Group sangat tidak memperhatikan hak-hak pekerja. Ia

    pernah ditendang oleh supervisor saat salah memotong sol sepatu. Pekerja bingung

    harus melakukan tindakan apa, jika mereka diam maka akan terus disiksa, namun

    jika mereka membawa berita ini keluar, mereka akan dipecat dengan tidak hormat.

    Pabrik ini memiliki 10.000 orang pekerja yang didominasi oleh perempuan.

    Mereka menerima bayaran 50 sen per jam, makanan, dan barak untuk menginap.

    Pada Maret dan April lalu pekerja dipukul hingga lengannya terluka, bahkan sampai

    berdarah. Ketika pekerja mengeluhkan tindakan tersebut, tanpa pertimbangan apapun

    akan langsung dipecat.

    Kasus penganiayaan pekerja juga terjadi di PT Amara, pabrik Nike yang juga

    memproduksi Converse. Para supervisor dengan sengaja menjemur 6 orang pekerja

    perempuan mereka di bawah terik matahari saat mereka gagal menyelesaikan target

    60 lusin sepatu di waktu yang telah ditentukan. Ketika 6 perempuan tersebut

    menangis, setelah dijemur selama 2 jam di bawah terik matahari, mereka kembali

    diijinkan untuk bekerja. Supervisor PT Amara sebenarnya telah mendapatkan surat

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    14

    peringatan dari serikat pekerja tentang peristiwa tersebut. Namun kasus yang sama

    terus berulang (Megasari, 2011).

    Hampir di seluruh pabrik Nike di Indonesia melakukan pelanggaran jam

    kerja, fakta di lapangan menunjukkan bahwa:

    a. 50% hingga 100% buruh Nike, jam kerja melebihi yang ditentukan oleh Code

    of Conduct.

    b. 25% hingga 50% pabrik Nike, buruh bekerja selama 7 hari dalam seminggu.

    c. 25% hingga 50% pabrik Nike, jam kerja buruh melebihi jam kerja yang diatur

    secara hukum.

    d. 25% pabrik Nike, pekerja dihukum ketika menolak bekerja lembur.

    Fakta lain yang mengejutkan adalah mengenai upah para buruh yang tidak

    sebanding dengan harga sepasang sepatu yang dibandrol oleh Nike. Gaji sebulan dari

    buruh pabrik HASI (tidak termasuk lembur) yang sudah bekerja selama 10 tahun

    sebesar Rp 900.000,- atau sama dengan $97,8 (dengan kurs Rp 9.200/ $1) yang

    berarti mereka hanya mendapatkan RP 30.000,-/harinya atau setara dengan $ 3,3.

    Dengan pendapatan harian sebesar $3,3 terebut mereka bisa membuat sejumlah

    sepatu Nike yang dijual oleh pabrik ke Nike di kisaran $11-$20. Sedangkan untuk

    satu pasang sepatu Nike bisa dijual seharga $60 (Rp 552.000,-). Berdasarkan

    gambaran tersebut, Nike sudah dipastikan tidak menghargai buruh dengan

    sepantasnya. Mengingat dengan gaji Rp 900.000,-/bulan bagi buruh pabrik yang

    tinggal di Tangerang adalah jauh dari cukup karena harga kebutuhan maupun ongkos

    transportasi semakin meningkat.

    Sepasang sepatu Nike bisa berharga lebih dari 100 dollar AS. Nike jelas

    mampu mengeruk uang dalam jumlah yang sangat besar. Bahkan Nike mampu

    membayar Michael Jordan sebesar 20 juta dollar per tahun untuk membantu

    menciptakan citra Nike. Demikian pula Andre Agassi yang bisa memperoleh 100

    juta dollar untuk kontrak iklan selama 10 tahun. Sementara itu bos dan dedengkot

    Nike Inc, Philip H. Knight, mengantongi gaji dan bonus sebesar 864.583 dollar dan

    787.500 dollar pada tahun 1995. Jumlah ini belum termasuk stok Nike sebesar 4,5

    biliun dollar. Dari harga sepatu sekitar 100 dollar AS tersebut, hanya sekitar 2,46

    dollar per hari yang disisihkan untuk buruh di Indonesia. Itupun dihitung sebelum

    ada krisis moneter. Sementara buruh di Vietnam hanya menerima 1 dollar.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    15

    Fakta yang terjadi di lapangan sangatlah berbeda dengan standar panduan

    kebijakan. Tidak ada fakta yang berpihak pada kaum buruh. Tuntutan buruh Nike

    kepada PT Nike Indonesia untuk membayar pesangon juga menjadi isu bisnis sejak

    tahun 2007 lalu. Buruh meminta kontrak dilanjutkan atau Nike harus membayar

    pesangon kepada pekerja yang telah membesarkan Nike di Indonesia selama 18

    tahun. Pihak Nike tidak kalah bukti dengan HASI dan NASA, Nike mengatakan

    bahwa memang produksi Nike di HASI dan NASA sudah tidak lagi memenuhi

    standar yang berlaku, bahkan sering terlambat untuk mengantarkan produk jadi ke

    distributor tertentu. Nike mengaku hanya akan memutuskan kontrak dengan HASI

    dan NASA namun tetap bekerja sama dengan pabrik lain di Indonesia (Ferdianto,

    2007).

    Akhirnya di awal tahun 2012 ini, Dilansir dari harian Washington

    Post, Kamis 12 Januari 2012, pembayaran lembur dari Nike akan dimulai awal bulan

    depan. Menurut Serikat Pekerja Nasional (SPN) yang mewakili 4.500 pekerja PT

    Nikomas, pabrik pembuat sepatu Nike di Banten, Nike tidak membayar upah

    600.000 jam lembur selama dua tahun.

    Bambang Wirahyoso, ketua SPN, mengatakan bahwa uang lembur sebesar

    US$1 juta diperoleh setelah melakukan negosiasi selama 11 bulan. Jumlah ini pun

    menurutnya masih terlalu kecil dibandingkan apa yang dialami pekerja di Nikomas

    selama 18 tahun. Kendati demikian, Bambang memberikan opini bahwa kasus ini

    akan menjadi cambuk pagi pergerakan pekerja Indonesia. Perusahaan Nike dalam

    pernyataannya mengatakan akan melakukan koreksi kinerja dalam kesejahteraan

    pekerja. Nike juga akan menawarkan program pelatihan dan membentuk gugus tugas

    untuk menampung aspirasi pekerja. Nike mendukung pabrik-pabrik dalam rencana

    aksi mereka dan upaya mengoreksi kekurangan pada kebijakan yang ada untuk

    melindungi hak-hak pekerja. Nike akan terus memonitor dan mendukung upaya

    serikat pekerja untuk memperbaiki keadaan (Pratama, 2012).

    III.2 Pembahasan

    Kasus Nike di Indonesia sangat terkait dengan masalah manajemen sumber

    daya manusia. Nike telah melaggar beberapa aturan dalam serikat buruh, melihat dari

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    16

    kasus yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan kesalahan manajemen Nike

    adalah sebagai berikut:

    1. Tidak ada keadilan kinerja untuk pekerja.

    2. Tidak ada reward apapun yang diterima pekerja setelah menjalankan

    tugasnya.

    3. Perusahaan tidak memfasilitasi karyawan ketika ingin berorganisasi melalui

    serikat pekerja.

    4. Manajer tidak menghargai hak-hak pekerja untuk menerima uang lembur,

    mendapatkan hari libur, dan diperlakukan selayaknya manusia.

    5. Manajer cenderung memaksa pekerja memenuhi target produksi, tanpa

    memberikan fasilitas yang memadai.

    6. Perusahaan tidak memotivasi karyawan bekerja dengan baik, tapi cenderung

    mengancam.

    7. Perusahaan tidak pernah mendengar keluhan dan aspirasi pekerja.

    8. Pekerja merasa terancam dan terpaksa bekerja karena takut menerima upah

    lebih rendah lagi.

    9. Upah yang diterima pekerja dibawah standar hidup layak, padahal mereka

    bekerja di atas jam kerja normal.

    10. Nike memperkerjakan banyak anak dibawah umur, demi meningkatkan

    kapasitas produksi dengan harga murah.

    11. Pekerja akan menerima hukuman jika menolak lembur.

    12. Pekerja wanita yang berasal dari Jawa lebih diutamakan karena upah lebih

    rendah.

    Gambar 4. Diagram Komposisi Pegawai di Nike Indonesia

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    17

    Semua kesalahan ini akan berdampak buruk bagi perusahaan baik itu dalam jangka

    waktu pendek atau panjang. Berikut akibat-akibat yang mungkin diterima

    perusahaan:

    1. Kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan menurun berkelanjutan.

    2. Pekerja tidak loyal pada perusahaan dan dengan cara apapun berharap

    perusahaan bangkrut.

    3. Pekerja akan beralih dengan cepat saat ditawarkan pekerjaan dengan tingkat

    upah lebih tinggi.

    4. Pekerja sangat perhitungan pada perusahaan, dan cenderung malas bekerja

    jika tidak sesuai dengan job description mereka.

    5. Konflik kecil internal akan menyulut kemarahan pekerja dan terjadi

    demonstrasi besar-besaran.

    6. Pekerja cenderung membolos kerja jika ada peluang.

    7. Seperti yang telah terjadi pihak penanam modal (Nike Internasional) akan

    memutuskan kontrak kerja karena kualitas menurun.

    8. Terjadi demo besar-besaran saat pekerja menemukan NGO yang mampu

    menerima aspirasi mereka.

    9. Pekerja merasa jalan kekerasan lebih baik daripada duduk berdikusi dengan

    damai.

    10. Efek jangka panjangnya akan mempengaruhi kesan penanam modal asing di

    Indonesia, jika kinerja Indonesia buruk maka penanam modal enggan

    menginvestasikan dana mereka.

    Ketidakpuasan dan pemberontakan pekerja semakin menjadi karena tidak

    adanya keadilan dalam pembayaran upah. Celakanya kebijakan pemerintah yang

    berlaku dirasa memang sengaja memberlakukan upah rendah demi menarik investor

    asing. Pelaksanaan upah minimum regional tidak pernah berjalan lancar di Indonesia.

    Perdebatan tersebut sebenarnya juga didasari oleh pemahaman yang tidak terlalu

    sama mengenai konsepsi tentang upah baik di kalangan buruh maupun pengusaha.

    Kalangan asosiasi pengusaha sebagai pihak pemberi upah memang siap dengan

    konsep upah yang memadukan antara kompensasi terhadap kerja yang dilakukan

    oleh buruh dalam suatu hubungan kerja dan usaha untuk memberikan kesejahteraan

    bagi buruh.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    18

    Pada kalangan serikat buruh koridor permasalahan upah yang menonjol

    adalah yang berkaitan dengan peraturan dan pelaksanaan uah minimum sembari

    tidak banyak mempersoalkan hakikat dan konsep upah. Perspektif hak buruh

    terhadap upah bersifat dominan dan oleh karenanya setiap tindakan pengusaha yang

    dianggap menyalahi peraturan pengupahan yang menjamin hak buruh akan

    menimbulkan aksi industrial.

    Masalah tentang pekerja dan upah di para kontraktor Nike ini memiliki efek

    lingkaran bagi keseluruhan sistem bisnis Indonesia. Jika terjadi kesalahan

    manajemen pada satu bagian dalam rantai pasok maka akan berdampak buruk bagi

    keseluruhan sistem. Seperti yang telah dijabarkan di atas, manajemen SDM harus

    mengikuti 3 tujuan, tujuan individu (personal), tujuan organisasi, dan tujuan

    nasional. Ketika Nike tidak berani investasi di Indonesia, maka secara otomatis

    berpengaruh pada citra Indonesia di mata dunia. Indonesia dikenal dengan negara

    yang memiliki jumlah penduduk tinggi. Investor berharap dengan membuka pabrik

    di Indonesia, mampu mereduksi biaya produksi, dan keuntungan perusahaan

    bertambah. Ironisnya hal ini terbalik dengan apa yang dirasakan pekerja. Pekerja

    merasa upah mnimum yang telah diberlakukan sekarang masih jauh dari layak.

    Pekerja berharap upah mereka ditingkatkan, tapi ketika upah ditingkatkan kalangan

    penngusaha akan protes karena dirasa memberatkan mereka.

    Gambar 5. Diagram hubungan kasus Nike di Indonesia

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    19

    Kekerasan yang terjadi dalam pabrik ketika pegawai tidak mampu memenuhi

    target produksi semata-mata dilakukan untuk mempertahankan kinerja pabrik

    tersebut. Kualitas SDM Indoneia yang memnag masih rendah membuat pabrik harus

    memperlakukan pekerja mereka dengan keras. Jika sampai kualitas menurun maka

    resiko terbesarnya adalah pemutusan kontrak. Hanya dari perpanjangan kontrak ini

    lah pabrik-pabrik yang hidup dari investor asing mampu bertahan. Sangat wajar jika

    penanam modal menarik modal ketika pabrik tidak mampu mempertahankan

    kualitas.

    Hukum di Indonesia juga menyatakan bahwa seharusnya pesangon

    dibayarkan oleh kontraktor Indonesia (HASI dan NASA) yang memperkerjakan para

    pegawai, bukan Nike selaku pembeli produk. Pengaturan upah lembur juga secara

    resmi berada di tangan kontraktor, namun aturan resminya berasal dari Nike. Posisi

    pekerja semakin lemah saat pihak kontraktor secara tidak langsung dikekang oleh

    target dari Nike.

    Sisi pekerja juga sebenarnya tidak sepenuhnya salah, sudah sepantasnya

    pekerja menerima hak mereka. Keterbatasan sumber daya dari pihak kontraktor

    melatarbelakangi upah rendah. Usut punya usut dinyatakan bahwa harga beli oleh

    Nike terlalu rendah, sehingga ruang bergerak kontraktor untuk bermain dana juga

    sangat terbatas. Standar minimum upah yang diberlakukan oleh pemerintah dan

    berbagai aturan lain dari pemerintah juga tetap harus dipenuhi oleh kontraktor dan

    Nike Indonesia, ini juga menjadi kendala dalam manajemen SDM mereka.

    III.3 Manajemen Sumber Daya Manusia

    Melihat kasus Nike di Indonesia, ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan

    4 pemain besar dalam kasus ini, terutama yang terkait dengan manajemen sumber

    daya manusia. Kontraktor Indonesia tidak dapat bergerak bebas karena terkait oleh

    Nike Internasional, dimana semua langkah diatur dalam peraturan pemerintah

    Indonesia. Sedikit saja terjadi kesimpangsiuran maka yang dipertaruhkan adalah

    nasib pekerja dan keunggulan kompetitif bangsa di mata dunia.

    Manajemen SDM yang baik diperlukan dalam kasus ini, sehingga semua

    stakeholders dapat terintegrasi dengan baik dan berhasil meraih tujuan bersama.

    Kerjasama yang baik anatar pemerintah, NGO, pekerja, dan kontraktor dapat

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    20

    memperkuat posisi pekerja di mata Nike Internasional. Nike membutuhkan Indonesia

    sebagai lahan produksi murah, Indonesia membutuhkan Nike untuk memperluas

    lapangan pekerjaan, dan pekerja membutuhkan kontraktor (produsen) sebagai tempat

    bekerja. Langkah-langkah yang dapat dilakukan (tanpa mempertimbangkan unsur

    politis) adalah sebagai berikut:

    Pemerintah

    o Perkuat prinsip pemerintah untuk mengutamakan kepentingan rakyat.

    o Permudah peraturan investasi asing di Indonesia, sehingga investor

    bisa masuk dengan mudah.

    o Perbaiki moral pemain pemerintah untuk menegakkan peraturan.

    o Tinjau ulang upah minimum regional untuk pekerja.

    o Audit dilakukan secara annual ke setiap perusahaan asing di

    Indonesia.

    o Ciptakan tenaga kerja yang terampil dengan pelatihan.

    o Berikan pemahaman pada pekerja, bahwa pemerintah akan

    melindungi gerakan mereka, sejauh itu sesuai dengan peraturan.

    Kontraktor (Produsen)

    o Tegakkan peraturan yang telah diatur oleh perusahaan asing dengan

    baik dan benar.

    o Lakukan mediasi dengan pihak asing jika dirasa ada peraturan yang

    memberatkan.

    o Buat serikat pekerja yang terkoneksi dengan seluruh kontraktor dari

    penanam modal yang sama.

    o Hindari hukuman fisik dengan pekerja, lakukan jika memang

    pekerjaan mereka membutuhkan kekuatan fisik.

    o Berikan pelatihan dan pemberian motivasi untuk menguatkan

    hubungan kekeluargaan anatara pekerja dan perusahaan.

    o Jangan kalah dengan ancaman perusahaan asing, karena

    sesuangguhnya mereka juga membutuhkan Indonesia.

    o Berikan upah sesuai dengan aturan, tanpa memanadang pekerja lokal

    atau pekerja asing.

    o Perkuat hubungan dengan NGO dan serikat pekerja nasional.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    21

    o Berikan reward yang sesuai jika pekerja melakukan pekerjaan dengan

    baik dibanding standar yang berlaku.

    Non-Governmental Organization (NGO)

    o Fasilitasi pekerja untuk menyampaikan aspirasi mereka.

    o Lindungi hak-hak pekerja melalui jalan kerjasama dengan pemerintah

    dan perusahaan.

    o Berikan fasilitas agar pekerja dapat sharing dengan pekerja dari

    industri asing lain.

    o Berikan pengetahuan bagi pekerja tentang kedudukan mereka sebagai

    pekerja di perusahaan asing.

    o Berikan pemahaman bahwa perusahaan (kontraktor) tempat mereka

    bekerja juga dituntut target oleh perusahaan asing pusat.

    Pekerja

    o Beranikan diri untuk mengungkapkan apa yang terjadi dalam

    perusahaan melalui NGO terkait.

    o Bekerja dengan loyal dan baik sesuai peraturan perusahaan.

    o Jika memang sudah tidak sanggup menerima beban pekerjaan maka

    lebih baik keluar.

    o Gunakan jalan damai, sebelum melakukan aksi industrial.

    o Pererat ikatan antara perusahaan dan pekerja, melalui berbagai event

    diluar rutinitas pekerjaan.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    22

    BAB IV. PENUTUP

    IV.1 Kesimpulan

    1. Kasus Nike terjadi karena pekerja merasakan banyak ketidakadilan, terutama

    terkait dengan upah yang rendah, pekerja di bawah umur, uang lembur yang

    tidak dibayar, pesangon yang terancam tidak dibayar, jam kerja melebihi jam

    kerja normal, larangan secara tidak langsung untuk berserikat, dan kekerasan

    fisik yang kerap kali terjadi.

    2. Pemerintah memang menerapkan upah yang rendah untuk buruh, hal ini

    dilandasi oleh alasan: kualitas pekerja memang masih rendah, jumlah

    pengangguran banyak, dan memperkuat keunggulan kompetitif bangsa

    sebagai tempat investasi yang dapat mereduksi biaya produksi.

    3. Perlu ada manajemen sumber daya yang baik antara pemerintah, kontraktor

    (produsen), NGO, dan pekerja untuk mencapai target dan memenuhi

    peraturan dari perusahaan asing penanam modal. Namun harus tetap dikritisi

    jika terdapat peraturan yang memberatkan pihak lokal.

    IV.2 Saran

    1. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan disamping

    kuantitas yang besar.

    2. Komunikasi antara seluruh stakeholders merupakan kunci kesuksesan utama.

  • OSDM Studi Kasus NIKE - novinaekas

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2011. Profil Perusahaan Nike, Inc. http://id.wikipedia.org/wiki/Nike,_Inc.

    [8 Februari 2012]

    Anonim. 2011. Blak-Blakan Hartati Murdaya.

    http://www.detiknews.com/read/2007/07/25/090007/809095/158/nike-nggak-

    usah-banyak-cingcong [7 Februari 2012]

    Baroroh F. 2012. Lemahnya Proteksi Pemerintah Terhadap Buruh Nike Indonesia.

    http://fitribaroroh.blogdetik.com/2012/02/02/lemahnya-proteksi-pemerintah-

    terhadap-buruh-nike-indonesia/ [6 Februari 2012]

    Ferdianto R, Gunanto ES, Sutarto, Agoeng W. 2007. Nike Dituntut Bayar Pesangon.

    http://www.tempo.co/read/news/2007/07/17/056103830/Nike-Dituntut-

    Bayar-Pesangon. [6 Februari 2012]

    Keady J. 2011. Detail Kasus yang Baru Kita Menangkan Atas Pabrik PT Chang Shin

    di Indonesia.

    http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150182040156379 [7

    Februari 2012]

    Megasari D. 2011. Nike Hadapi Dugaan Penganiayaan Buruh di Indonesia.

    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/14/11355771/Nike.Hadapi.

    Dugaan.Penganiayaan.Buruh.di.Indonesia. [6 Februari 2012]

    Parwiyanto H. 2007. Perencanaan Sumber Daya Manusia.

    herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/.../perencanaan-sumber-daya-

    manusia.doc. [6 Februari 2012]

    Pratama D. 2012. Nike Akhirnya Bayar Lembur Ribuan Pekerja RI.

    http://searchdoc.blogspot.com/2012/01/nike-akhirnya-bayar-lembur-

    ribuan.html [15 Januari 2012]