OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas...

72
Edisi 15 | Tahun 2018 OPTIMASI PENGADAAN

Transcript of OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas...

Page 1: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edis i 15 | Tahun 2018

OPTIMASI PENGADAAN

Page 2: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

ii | Edisi 15 Tahun 2018

DPD IAPI Sulsel

Acara Bimtek IAPI di Yogya IAPI IN ACTIONEXPO DAN SEMINAR JULI 2018

Page 3: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian
Page 4: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

2 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 5: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 3

Artikel atau tulisan bukan pendapat resmi IAPI

Edisi 15 | tahun 2018

DAFTAR ISI

PENGENDALIAN AKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA SATKER? | 6Oleh : Dwi Ari Wibawa, SIP, M.M

PEMBAYARAN TAGIHAN PADA KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH | 13

Oleh : Drs. Sam’ani Budianto K, MBA

INFORMASI YANG DIKECUALIKAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA | 18Oleh : Gusti Noviar

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN | 25Oleh: Eko Dwi Prasetiyo

SEMUA JANGAN SIBUK DENGAN PENGADAAN ! | 31oleh : Amik Tri Istiami

MEMAHAMI GAMBAR DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI | 35oleh : Syafrudin M

PERAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA | 36

oleh : Sumadiyah T. Olfah

PPHP PASCA PERPRES NO.16 TAHUN 2018 | 42oleh : Hasan Ashari

BAGAIMANA SINKRONISASI PMK NOMOR 190 TAHUN 2012 DAN PP NOMOR 16 TAHUN 2018 DALAM KAITANNYA DENGAN BUKTI PEMBAYARAN DAN

BUKTI PERIKATAN? | 46oleh: Riyanto

ANGKA KREDIT JFT PENGELOLA PENGADAAN SEBAGAI POKJA PEMILIHAN, BISA 2 TAHUN NAIK PANGKAT | 52

Oleh : Agus Arif Rakhman, M.M.

OPTIMASI PENGADAAN. BAGUS VS MURAH | 57Oleh : Nandang Sutisna

Page 6: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

4 | Edisi 15 Tahun 2018

SECURITY PRINTINGSMART CARDGENERAL PRINTINGPACKAGING

Melayani Instansi.CETAK se-INDONESIA

PERUM PERCETAKAN NEGARA (PNRI)

Hubungi saja:

Jalan Percetakan Negara No 21 Jakarta PusatTelp. (021) 4241909, 4221701-05Banda Aceh - Bengkulu - Jakarta - Solo - Surabaya - Manado - Ambon, Meraukee-mail : www.pnri.co.id

PERUM PERCETAKAN NEGARA (PNRI)

Page 7: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 5

P e n g a n t a r

OPTIMASI PENGADAAN

Perubahan menimbulkan persaingan. Dalam arena persaingan global yang sangat ketat, kemampuan individu, masyarakat ataupun organisasi semakin ditantang, apakah bisa mengambil peran, atau bertahan atau punah.

Hanya dengan individu, masyarakat atau organisasi yang unggul yang dapat menghadapi perubahan.

Saat ini peraturan pengadaan telah berubah menjadi Perpres 16 tahun 2018 dan diiringi dengan 13 Peraturan LKPP, dan sebentar lagi akan diterapkan aplikasi SPSE 4.3.

Siap berubah ?

Mari lakukan perubahan pemahaman, lakukan optimasi terhadap hambatan dan peluang yang ada. Dengan memanfaatkan tindakan optimasi maka masih banyak peluang dan masih banyak prestasi yang dapat diperbuat.

Sekian, salam Pengadaan

Salam Redaksi

Page 8: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

6 | Edisi 15 Tahun 2018

Pengendalian Aktivitas PELAKSANAAN

ANGGARAN pada Satker?

Abstrak

Pengendalian aktivitas pelaksanaan anggaran diperlukan bagi para pejabat perbendaharaan di tingkat satker dalam mengelola dana APBN. Pengendalian

aktivitas ini bertujuan agar kepala kantor dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh satker, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan dan menetapkan kebijakan pengelolaan anggaran di tingkat satker. Pengendalian aktivitas anggaran tersebut dilakukan melalui pengendalian waktu, pengendalian penyerapan anggaran, pengendalian kebutuhan dana dan pengendalian penyelesaian dokumen. Pengendalian waktu dilakukan dengan membuat rencana pelaksanaan kegiatan dengan baik. Pengendalian penyerapan dana dilakukan dengan membuat rencana penarikan dana yang sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan. Pengendalian kebutuhan dana dilakukan dengan identifikasi penarikan dana melalui UP dan LS, monitoring penggunaan uang muka kerja dan monitoring batas revolving penggunaan dana UP. Sedangkan pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian aktivitas pelaksanaan anggaran ini diharapkan para pejabat perbendaharaan dapat melaksanakan anggaran dalam DIPA secara baik dan benar

Kata kunci : pengendalian, aktivitas, anggaran

PendahuluanPengendalian aktivitas pelaksanaan anggaran adalah sistem yang digunakan

oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi dalam hal kaitannya dengan pelaksanaan anggaran dalam DIPA. Pengendalian aktivitas pelaksanaan anggaran ini dilakukan agar : :

O l e h : D w i A r i w i b A w A , S i P, M . M

Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Page 9: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 7

a. Kepala kantor dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh satker

b. Kepala kantor dapat mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan

c. Kepala kantor dapat menetapkan kebijakan pengelolaan anggaran di satker.Ada empat bentuk sistem pengendalian pelaksanaan anggaran yang dapat dilaksanakan di tingkat satker, yaitu:1. Pengendalian waktu 2. Pengendalian penyerapan anggaran3. Pengendalian kebutuhan dana4. Pengendalian penyelesaian dokumenBagaimana sistem pengendalian pelaksanaan anggaran tersebut dilaksanakan di tingkat satker?. Berikut akan dibahas empat sistem pengendalian pelaksanaan anggaran tersebut.

PembahasanA. Pengendalian waktu

Untuk melakukan pengendalian waktu dalam pelaksanakan anggaran, Kepala satker dapat menggunakan dokumen Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). RPK harus dibuat pada setiap satker pengelola APBN. Kewajiban satker untuk membuat RPK ini termaktub pada pasal 10 dan pasal 13 PMK 190/PMK.05/2012. Pada pasal 10 disebutkan bahwa salah satu bentuk tanggung jawab KPA dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran adalah mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana. Pada pasal 13 disebutkan bahwa salah satu tugas dan wewenang PPK adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA.

Agar satker dapat membuat rencana pelaksanaan kegiatan dengan baik, maka satker harus :

a. Memahami setiap rincian kegiatan dalam RKAKLb. Dapat membedakan kegiatan yang bersifat kontraktual dan non kontraktualc. Menyusun timeline jadwal pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan sifat

dan jenis kegiatan :- Kegiatan yang bersifat kontraktual harus menyesuaiakan dengan aturan

PBJ- Kegiatan yang bersifat rutin dapat dilakukan setiap bulan seperti

pembayaran gaji, honor, uang makan dan lain-lain- Kegiatan yang insidentil seperti sosialisasi, pelaksanaannya disesuaikan

dengan jadwal kegiatan satker.Berikut akan dijelaskan langkah-langkah dalam membuat rencana pelaksanaan kegiatan.1 . Lakukan identifikasi jenis kegiatan dan tahapan pelaksanaan kegiatan

Setiap bidang/seksi melakukan identifikasi jenis kegiatan dan tahapan pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsi yang melekat pada masing-masing bagian/seksi pada satker tersebut.Contoh: Bidang Evalapkin pada Pusdiklat Anggaran AP mempunyai kegiatan

Page 10: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

8 | Edisi 15 Tahun 2018

melakukan Evaluasi Pasca Diklat, dengan tahapan kegiatan penyusunan kuesioner, penyusunan target peserta, pengumpulan data evaluasi, pengolahan data evaluasi, penyusunan laporan evaluasi pasca diklat

2 . Tetapkan waktu pelaksanaan kegiatan / time frameSetelah jenis kegiatan dan tahapan pelaksanaan kegiatan diidentifikasi, selanjutnya tetapkan waktu pelaksanaan dari masing-masing tahapan kegiatan tersebut dari awal sampai akhir dengan mempertimbangkan efisiensi dan ketepatan waktu pelaksanaan serta memperhatikan urutan pelaksanaan kegiatan. Dalam menetapkan waktu pelaksanaan kegiatan ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan :a. Apakah dana di DIPA/POK mencukupi agar kegiatan dapat dilaksanakan,

dalam beberapa kegiatan apakah perlu dilakukan revisi dahulu.b. Dipastikan SDM yang akan melaksanakan berbagai kegiatan telah ada dan

memiliki kapasitas yang cukup untuk mengelola kegiatan, administrasi pendanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan

c. Apakah kegiatan memerlukan lelang atau tidak.d. Apakah pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan secara kontraktual atau

tidak e. Cuaca atau kondisi lingkungan yang memerlukan perhatikan khusus

3. Susun rencana pelaksanaan kegiatan selama 1 tahun anggaran.Berdasarkan identifikasi jenis kegiatan dan tahapan pelaksanaan serta waktu pelaksanaan kegiatan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan selama 1 tahun anggaran. Perencanaan kegiatan yang bersifat kontraktual harus mengacu pada ketentuan tahapan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk kegiatan rutin atau operasional dan swakelola dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan, misalnya pembayaran langganan daya/jasa dilakukan setiap bulan, sedangkan kegiatan penyusunan evaluasi pasca diklat dapat dilakukan setelah diklat dilakukan.

Form : Rencana Pelaksanaan Kegiatan TA 20XXKementerian Negara/lembaga :Unit Eselon I/Program :Satker :

Kode Uraian Pagu Jadwal Pelaksanaan(1) (2) (3) (4)

Tatacara pengisian :(1) Diisi kode kegiatan, indikator kinerja kegiatan, output, sub output, komponen,

sub komponen dan akun (2) Diisi uraian kegiatan, indikator kinerja kegiatan, output, sub output,

komponen, sub komponen dan akun

Pengendalian Aktivitas PELAKSANAAN ANGGARAN pada Satker?

Page 11: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 9

(3) Diisi jumlah pagu(4) Diisi jadwal pelaksanaan kegiatan dalam minggu dan bulan.

B. Pengendalian Penyerapan AnggaranPengendalian penyerapan anggaran dilakukan dengan dokumen Rencana

Penarikan Dana (RPD). Mengacu pada ketentuan pasal 13 PMK 190/PMK disebutkan bahwa salah satu tugas dan wewenang PPK adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA. Sesuai PMK 197/PMK.05/2017, KPA wajib menyampaikan rencana penarikan dana tingkat satker kepada KPPN paling lambat akhir minggu kedua bulan januari tahun anggaran berkenaan. Fungsi RPD ini bagi satker adalah :

a. Sebagai alat analisis pencapaian kinerja.b. Sebagai alat monitoring dan evaluasi, untuk menilai ketepatan waktu kelender

kegiatan dengan pelaksanaannya dan kepastian jumlah dan waktu penarikan dananya.

c. Sebagai instrumen yang dapat memberikan rekomendasi dan solusi dalam pengendalian dan pengawasan penyerapan anggaran sehingga dapat mendorong percepatan penyerapan anggaran

d. Dasar untuk membuat perhitungan kebutuhan UP/TUP dan cash management satker.

Berikut akan dijelaskan bagaimana membuat rencana penarikan dana yang baik.1. Alokasikan anggaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.

Setelah semua kegiatan atau aktivitas direncanakan, langkah berikutnya adalah mengalokasikan dana untuk membiayai aktivitas atau kegiatan tersebut baik melalui mekanisme UP maupun LS dalam satu periode tahun anggaran, sehingga semua pagu belanja dalam DIPA sudah direncanakan kapan akan dilakukan penarikan dananya.

2. Tuangkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan alokasi dana ke dalam RPD Bulanan. Dalam menyusun rencana penarikan dana, PPK harus memperhitungkan selisih waktu antara pelaksanaan kegiatan dengan pelaksanaan pembayaran (pengajuan SPM ke KPPN). Dimungkinkan terjadi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada bulan yang berbeda dengan pelaksanaan pembayaran.Contoh : Dalam rencana pelaksanaan kegiatan terdapat kegiatan

pemeliharaan gedung berupa pengecatan pada minggu 3 bulan maret, pengecatan dilakukan selama 2 minggu. Dalam menyusun RPD bulanan, PPK harus memperhitungkan selisih waktu pelaksanaan pembayarannya. Dalam hal ini RPD bulanan untuk kegiatan pengecatan harus dicantumkan pada bulan April.

3. PPK melakukan analisa kesesuaian RPD dengan kalender kegiatan, target kinerja kegiatan dan target penarikan dana tingkat Satker;

4. Kirim RPD tingkat PPK ke KPA5. KPA membandingkan RPD dengan target kinerja kegiatan dan target penarikan

dana tingkat satker.

Page 12: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

10 | Edisi 15 Tahun 2018

Setelah RPK dan RPD sudah disusun, KPA harus melakukan analisa terhadap RPK dan RPD tersebut. Analisa yang harus dilakukan adalah terkait :a. Kesesuaian RPD bulanan dengan target penarikan dana tingkat satkerb. Menciptakan pola penarikan dana yang mendorong percepatan

penyerapan anggaran1) Meneliti kesesuaian kegiatan prioritas yang telah ditetapkan

kementerian/lembaga2) Meneliti kesesuaian kegiatan yang sifatnya dapat segera dilaksanakan

pada awal tahun.3). Menilai kecenderungan pola penyerapan tahun sebelumnya.

6. Lakukan penyesuaian RPD Bulanan dalam hal hasil analisis tidak mendukung pen capaian target kinerja dan target penarikan dana Satker.Rencana Penarikan Dana bukanlah sesuatu yang stagnan, namun perlu disesuaikan sesuai kondisi yang ada. Beberapa keadaan yang mengharuskan perubahan RPD antara lain adanya revisi DIPA, adanya perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan, diperkirakan terdapat belanja yang tidak dapat dicairkan.

Dengan adanya rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana yang baik maka diharapkan realisasi kegiatan tidak menumpuk di akhir tahun anggaran, mudah menyesuaiakan apabila ada perubahan kegiatan, dan akan membuat kualitas kegiatan menjadi lebih baik.

Form : Rencana Penarikan Dana TA 20XXKementerian Negara/lembaga :Unit Eselon I/Program :Satker :

Kode Uraian Pagu Jan Feb ........ Des Jumlah(1) (2) (3) (4) (5) (15) (16)

Tatacara pengisian :(1) Diisi kode kegiatan, indikator kinerja kegiatan, output, sub output,

komponen, sub komponen dan akun (2) Diisi uraian kegiatan, indikator kinerja kegiatan, output, sub output,

komponen, sub komponen dan akun(3) Diisi jumlah pagu(4) s.d. (15) Diisi sesuai rencana penarikan dana sesuai jadwal pelaksanaan

kegiatan dalam.(16) Diisi jumlah penarikan dana untuk setiap bentuk kegiatan

C. Pengendalian Kebutuhan DanaUntuk melakukan pengendalian kebutuhan dana, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:1. Identifikasi jenis kegiatan/belanja yang akan dibayarkan melalui mekanisme

UP/LS.Uang persediaan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-

Pengendalian Aktivitas PELAKSANAAN ANGGARAN pada Satker?

Page 13: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 11

hari kantor yang tidak dapat dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung. LS digunakan untuk seluruh jenis belanja dengan jumlah berapapun yang ditujukan kepada penyedia barang/jasa, bendahara pengeluaran atau pihak lainnya.Satker harus melakukan pengendalian besaran UP dengan mengajukan UP hanya sebesar kebutuhan operasional satker dalam 1 bulan. Berdasarkan pasal 46 ayat 1 PMK 190/PMK.05/2012 besaran Uang persediaan yang diajukan bendahara adalah sebesar kebutuhan operasional satker dalam satu bulan. Rencana kebutuhan operasional satker dalam satu bulan dapat dilihat pada rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana tingkat satker. Sehingga untuk menentukan besaran uang persediaan, bendahara harus melihat kebutuhan riil dana yang dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan bulanan satker pada dokumen rencana penarikan dana satker yang dibuat oleh PPK

2. Monitoring penggunaan dana uang muka kerja.Uang muka adalah uang yang dibayarkan oleh bendahara/BPP sebelum pekerjaan dilaksanakan/selesai barang/jasa diterima. Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pembayaran uang muka untuk porsekot perjalanan dinas, uang muka kerja/kegiatan kepada penanggung jawab kegiatan, penyaluran dana kepada BPP. Monitoring penggunaan uang muka kerja dilakukan pada waktu pengajuan uang muka kerja, sehingga pengajuan uang muka kerja harus dilengkapi SPBy dan dilampiri dengan a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;b. rincian kebutuhan dana; danc. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari

penerima uang muka kerja.Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka kerja sesuai batas waktu yang telah ditentukan berupa bukti pengeluaran. Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja. Tembusan permintaan tertulis disampaikan kepada PPK.

c. Monitoring jumlah penggunaan UP untuk keperluan revolvingApabila kita mengacu ketentuan PMK 190/2012 pada pasal 46 ayat 1, disebutkan bahwa “Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP”. Jadi berdasarkan pasal ini UP seharusnya digunakan untuk membiayai kegiatan dalam jangka waktu 1 bulan. Sehingga satker minimal sekali dalam 1 bulan harus mempertanggungjawabkan uang persediaan kepada KPPN dengan mengajukan Penggantian UP.

D. Pengendalian Penyelesaian DokumenUntuk mengendalikan penyelesaian dokumen pembayaran maka satker dapat menggunakan checklist routing slip penyelesaian dokumen pembayaran. Pentingnya tugas pengendalian ini dapat dilihat pada ketentuan pada PMK 190/

Page 14: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

12 | Edisi 15 Tahun 2018

PMK.05/2017 sebagaimana dibawah ini- KPA menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses

penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 10 ayat 2)

- Tugas dan wewenang PPK memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara. (Pasal 13 ayat (6))

- PPSPM bertanggung jawab terhadap ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN. (Pasal 18 ayat 1).

Berikut disajikan jangka waktu penyelesaian dokumen yang harus dipatuhi :

No Alur Dokumen Batas Waktu1 Pembuatan dan pencatatan komitmen oleh PPK

serta penyampaian ke KPPN5 Hari Kerja setelah penandatanganan perjanjian kontrak

2 Pengajuan tagihan oleh penerima hak 5 Hari Kerja setelah timbulnya hak tagih3 Pengajuan pada PPK

a. SPP UP 2 Hari Kerjab. SPP TUP 2 Hari kerjac. SPP GUP 5 Hari Kerjad. SPP PTUP 5 Hari kerja sebelum batas akhir PTUPe. SPP LS Belanja Pegawai 4 Hari Kerjaf. SPP LS Non Belanja Pegawai 5 Hari Kerja

4 Pengujian pada PP SPMa. SPM UP 2 Hari Kerjab. SPM TUP 2 Hari Kerjac. SPM GUP 4 Hari Kerjad. SPM PTUP 3 Hari Kerjae. SPM LS 5 Hari Kerja

5 Penyampaian SPM ke KPPN 2 Hari Kerja6 Sisa TUP 2 Hari Kerja7 Pengembalian SPM ke PPK 2 Hari Kerja

Demikian penjelasan tentang empat bentuk pengendalian yang dapat dilakukan pada satker pengelola APBN. Dengan menerapkan bentuk pengendalian aktivitas pelaksanaan anggaran ini diharapkan para pejabat perbendaharaan dapat melaksanakan anggaran dalam DIPA secara baik dan benar

Daftar Pustaka1. PMK 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara2. PMK 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana

Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas

Pengendalian Aktivitas PELAKSANAAN ANGGARAN pada Satker?

Page 15: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 13

Pendahuluan

Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan kegiatan pembelian barang/jasa dengan menggunakan dana anggaran belanja pemerintah. Karena itu

pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa tidak terlepas dari pelaksanaan pencairan anggaran belanja negara/daerah. Hal yang sangat penting dalam pembayaran kontrak adalah adanya dokumen anggaran. Dokumen anggaran adalah dokumen yang dijadikan dasar pencairan anggaran belanja negara/daerah. Dokumen anggaran untuk anggaran belanja negara adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Dokumen anggaran untuk anggaran belanja daerah adalah Daftar Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). Dalam dokumen anggaran tersebut dicantumkan secara rinci alokasi anggaran untuk masing-masing satuan kerja lengkap dengan nama kegiatan, kode akun, volume, sasaran yang akan dicapai serta jumlah uang yang dianggarkan.

Pengadaan barang/jasa untuk satuan kerja pemerintah dibebankan pada DIPA atau DPA-SKPD yang telah ditentukan. Karena itu tanggal dan nomor dokumen

PEMBAYARAN TAGIHAN pada Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa PemerintahO l e h : D r S . S A M ’ A n i b u D i A n t O K , M b A

Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Abstrak

Pelaksanaan kontrak oleh penyedia barang/jasa akan menghasilkan barang atau penyelesaian suatu pekerjaan tertentu yang telah disepakati dalam bentuk kontrak. Atas penyelesaian pekerjaan atau penyerahan barang yang telah dilakukan oleh penyedia akan dilakukan pembayaran dengan menggunakan dana anggaran belanja negara/daerah. Pembayaran Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dilakukan melalui Pengbayaran (LS). Untuk pembayaran sampai dengan Rp 50 juta dapat dilakukan dengan Uang Persediaan (UP)Kata Kunci : Pembayaran Tagihan, Kontrak.

Page 16: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

14 | Edisi 15 Tahun 2018

anggaran serta kode akun belanjanya harus dicantumkan dalam kontrak dengan jelas. Kesalahan penulisan tanggal dan nomor dokumen atau kode akun dapat menyebabkan kesalahan dalam pembebanan anggaran belanja negara/daerah.

A.Pembayaran Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Berdasarkan Pasal 53 Perpres nomor 16 tahuan 2018 pembayaran Prestasi Pekerjaan adalah sebagai berikut : (1) Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia setelah dikurangi

angsuran pengembalian uang muka, retensi, dan denda. (2) Retensi sebesar 5% (lima persen) digunakan sebagai Jaminan Pemeliharaan

Pekerjaan Konstruksi atau Jaminan Pemeliharaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

(3) Dalam hal Penyedia menyerahkan sebagian pekerjaan kepada subkontraktor, permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti pembayaran kepada subkontraktor sesuai dengan realisasi pekerjaannya.

(4) Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk: a. pembayaran bulanan; b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan / termin; atau c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.

(5) Pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum barang/jasa diterima, setelah Penyedia menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan.

(6) Pembayaran dapat dilakukan untuk peralatan dan/atau bahan yang belum terpasang yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang berada di lokasi pekerjaan dan telah dicantumkan dalam Kontrak.

(7) Ketentuan mengenai pembayaran sebelum prestasi pekerjaan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pembayaran pengadaan barang/jasa dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung, kontrak merupakan salah satu persyaratan pembayaran. Selain itu diperlukan juga persyaratan lain seperti Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa, Kuitansi, Faktur Pajak, dll.

Hal-hal yang diuraikan dalam kontrak akan dijadikan rujukan oleh petugas yang akan melakukan pembayaran dalam melakukan verifikasi terhadap dokumen tagihan yang akan membebani anggaran belanja negara/daerah.

Hal-hal Penting yang harus diperhatikan dalam Kontrak :

• Tanggal dan Nomor Dokumen Anggaran Serta Kode Akun Belanja.

Page 17: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 15

• Dokumen anggaran adalah dokumen yang dijadikan dasar pencairan anggaran belanja negara/daerah. Dokumen anggaran untuk anggaran belanja negara adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Dokumen anggaran untuk anggaran belanja daerah adalah Daftar Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD).

Nilai Kontrak, Cara Pembayaran dan Syarat-Syarat Pembayaran.

Nilai kontrak merupakan batas pembayaran maksimum yang akan dilakukan berdasarkan kontrak. Nilai kontrak tersebut diperoleh dari penawaran yang diajukan oleh penyedia dalam proses tender dan merupakan imbalan atas seluruh barang/jasa yang disediakannya.

Cara pembayaran dan syarat syarat pembayaran diatur dalam kontrak. Hal ini penting karena dengan pencantumam cara pembayaran yang jelas dalam kontrak dapat meyakinkan penyedia tentang aliran dana yang akan diterimanya. Dengan demikian penyedia dapat mengatur dan merencanakan keuangan perusahaan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diatur dalam kontrak.

B. Alternatif cara pembayaran.

Alternatif cara pembayaran yang biasa dipilih dalam kontrak pengadaan barang/jasa adalah:

1. pembayaran sekaligus, dilakukan sekaligus setelah pekerjaan selesai seluruhnya dan telah dilakukan serah terima barang/jasa.

2. pembayaran berdasarkan termyn, biasa dilakukan untuk pekerjaan konstruksi. Contoh pengaturan termyn pembayaran dalam kontrak dapat diatur cara pembayaran sebagai berikut:

3. termyn pertama 35% dari nilai kontrak dibayarkan pada saat pekerjaan telah selesai 40%;

4. termyn kedua 35% dari nilai kontrak dibayarkan pada saat pekerjaan telah selesai 75%;

5. termyn ketiga dibayar 25% dari nilai kontrak dibayarkan pada saat pekerjaan telah selesai 100% dan telah dilakukan SERAH TERIMA PERTAMA.

6. Termyn keempat dibayarkan 5% dari nilai kontrak dibayarkan setelah masa pemeliharaan berakhir dan telah dilakukan SERAH TERIMA KEDUA. Pada setiap pembayaran dikurangi dengan kewajiban penyedia seperti kewajiban pajak dan angsuran/ pengembalian uang muka.

7. Pembayaran berdasarkan sertifikat bulanan (monthly certificate), biasanya digunakan untuk pekerjaan yang penyelesaiannya memakan waktu relatif lama. Dalam sistem ini biasanya diatur bahwa penyedia dapat mengajukan tagihan setiap bulan sekali sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian pekerjaan. Pada setiap kali pembayaran dikurangi dengan kewajiban penyedia seperti kewajiban pajak dan angsuran/ pengembalian uang muka.

PEMBAYARAN TAGIHAN pada Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Page 18: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

16 | Edisi 15 Tahun 2018

C. Ketentuan Tentang Kewajiban Perpajakan.

Setiap pembayaran atas beban anggaran belanja negara dikenakan pajak kecuali jika ditentukan lain ketentuan perundang-undangan. Untuk pengadaan barang/jasa yang dilakukan dengan menggunakan kontrak ketentuan tentang pajak harus dicantumkan dalam kontrak. Terdapat tiga jenis pajak yang merupakan kewajiban penyedia sehubungan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn-BM).

Untuk pengadaan barang yang tidak termasuk dalam kategori barang mewah kewajiban pajaknya hanya meliputi PPN dan PPh. Karena PPh dipungut berdasarkan penghasilan maka PPh menjadi beban penyedia dan tidak boleh dimasukkan dalam unsur harga barang/jasa.

D. NPWP dan Nomor Rekening Perusahaan Penyedia

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu identitas perusahaan dan merupakan syarat wajib bagi perusahaan dalam mengikuti pemilihan penyedia barang/jasa (tender) di pemerintah. NPWP perlu dicantumkan dalam kontrak mengingat hampir setiap kontrak mengandung kewajiban pembayaran pajak.

Nomor rekening penyedia adalah nomor rekening bank perusahaan tempat kemana uang pembayaran atas pekerjaan yang dikontrakkan akan dibayarkan. Penulisan nomor rekening perlu ditulis dengan benar untuk menghindari terjadinya keterlambatan proses pemindahbukuan uang dari rekening kas negara/kas umum daerah pada saat pembayaran kontrak.

E. Pencatatan Komitmen oleh KPPN

Sesuai dengan PMK 190 tahun 2012 atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN. Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum pada SPM.

F. Pembayaran dan Penyelesaian Sisa Pekerjaan pada Akhir Tahun

Berdasarkan Perpres nomor16 tahun 2018 pasal 56 disebutkan bahwa dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan Kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan.

Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dimuat dalam adendum kontrak yang didalamnya mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia, dan perpanjangan Jaminan Pelaksanaan. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dapat melampaui Tahun Anggaran.

Page 19: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 17

Penutup

Demikian tatacara pembayaran untuk Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190 tahun 2012 tentang Tatacara Pembayaran dalam rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Perpres 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Daftar Pustaka

1. UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara2. UU No. 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara3. UU No. 15/2004 ttg Pemeriksaan Penegelolaan dan Pertanggung jawaban

Keu Negara4. Perpres 54 tahun 2010 dan terakhir diubah dengan Perpres No. 16 tahun

2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.5. KMK 190/2012 ttg Tatacara Pembayaran dalam rangka APBN6. PMK No. 94/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Anggaran dalam rangka

Pekerjaan yang tidak Terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran7. PMK 243 tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

No. 94/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Anggaran dalam rangka Pekerjaan yang tidak Terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran.

Page 20: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

18 | Edisi 15 Tahun 2018

Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa terkadang seringkali ditemui para pelaku pengadaan dihadapkan dengan persoalan permohonan permintaan

dokumen terkait proses Pengadaan barang/jasa yang meatasnamakan sebagai pemohon informasi berkaitan dengan informasi publik, hal ini membuat saya sebagai pelaku pengadaan untuk lebih mengulas lebih dalam mengenai regulasi terkait Informasi Publik dan tentunya Peraturan Presiden terkait Pengadaan Barang/Jasa secara lebih seksama.

Dengan terbitnya Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, terdapat perubahan klausul yang menarik terkait ETIKA PENGADAAN pada pasal 7 huruf B Perpres 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, hal ini penting menindak lanjuti maraknya permintaan informasi terkait dokumen Pengadaan Barang/Jasa, Perpres 16/2018 secara tersurat mengambarkan kepatuhan untuk menjaga kerahasiaan informasi.

Adapun disebutkan pada pasal 7 Peraturan Presiden 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi ETIKA sebagai berikut: b. bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;

Sedangkan klasul yang disebutkan pada Perpres sebelumnya pada pasal 6 Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan agak berbeda ,yang mana disebutkan bahwa Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi etika sebagai berikut: b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen

INFORMASI YANG DIKECUALIKAN dalam

Pengadaan Barang/JasaP e n u l i S : G u S t i n O v i A r

Pemda Tanah Laut

Page 21: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 19

Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

terdapat perbedaan klausul yang disebutkan pada ke 2 Perpres tersebut yaitu: 1. kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan

(Peraturan Presiden 16 Tahun 2018) 2. kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa (Peraturan

Presiden No 54 Tahun 2010)

terkait penggunaan informasi publik sebagaimana disebutkan pada pasal 7 Peraturan Presiden 16 Tahun 2018 maka dasar hukum Perundang-Undangan yang dapat dijadikan acuan adalah UU No 14 Tahun 2008 terkait Keterbukaan Informasi Publik, mengingat setiap dokumen yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa, beberapa jenis/tipe dokumennya masuk klasifikasi dokumen yang dikategorikan informasi publik yang dikecualikan,

Berdasarkan UU tersebut disebutkan pada pasal 2 UU No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum, yang didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya, yang mana barang tentu apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat. Sehingga berdasarkan asas Lex specialis derogat legi generali salah satu rujukan dalam menyampaikan informasi yang dikecualikan adalah Kepmen PUPR no 451/KPTS/M/2017 tentang daftar informasi yang dikecualikan, namun sebelum terbitnya Kepmen PUPR No 451/KPTS/M/2017 pada Tahun 2011 Menteri Pekerjaan Umum, selaku Menteri yang diberi amanat oleh Undang-Undang Jasa Konstruksi dibidang pembinaan jasa konstruksi, mengeluarkan Keputusan Menteri terkait Penetapan Klasifikasi Informasi Publik. adapun informasi yang dikecualikan menurut Kepmen PU no 391/KPTS/M/2011 tersebut:

INFORMASI YANG DIKECUALIKAN dalam Pengadaan Barang/Jasa

Page 22: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

20 | Edisi 15 Tahun 2018

Namun dengan terbitnya aturan terbaru yaitu Kepmen PUPR no. 391/KPTS/M/2011 tentang daftar informasi yang dikecualikan, menghapus dan mencabut ketentuan tentang penetapan klasifikasi informasi tersbut, namun secara substansi lebih detail dalam menerangkan klasifikasi informasi yang dikecualikan. Adapun beberapa tipe dokumen terkait pengadaan barang/jasa yang termasuk dokumen yang dikecualikan menurut Kepmen PUPR No. 391/KPTS/M/2011 tersebut adalah

1. Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa (dokumen lelang/seleksi, dan dokumen kualifikasi

Page 23: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 21

Dasar pengecualian: Hanya boleh diakses oleh peserta lelang Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 17 huruf b Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008

2. Dokumen proses evaluasi pengadaan barang dan jasa (Berita Acara Hasil Pelelangan/seleksi, Laporan Hasil Evaluasi)

Dasar pengecualian: Undang-Undang BPK RI Nomor 15 Tahun 2006

3. Bukti Pembayaran/Kwitansi Pembayaran dan Data Pendukung Lainnya

Dasar pengecualian Karena sebagai bagian dari laporan keuangan unaudited Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor 006/VII/KIPPS- M-A/2010 tanggal 15 November 2010

INFORMASI YANG DIKECUALIKAN dalam Pengadaan Barang/Jasa

Page 24: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

22 | Edisi 15 Tahun 2018

4. Dokumen Kontrak

Dasar pengecualian Khusus untuk informasi yang dirasa dapat mengganggu kepentingan perlindungan HKI dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana Pasal 17 huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 dan 17 huruf h Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dan Semua bagian yang ada di dalam dokumen kontrak termasuk informasi yg dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi

5. Rincian Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Dasar pengecualian Pasal 7 Huruf b dan Pasal 26 ayat 3 Perpres Nomor 16 Tahun 2018

6. Dokumen Penawaran Peserta Dasar pengecualian Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang

Rahasia Dagang Pasal 17 huruf b Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 7 huruf c Perpres Nomor 16 Tahun 2018

Selain informasi pengadaan barang/jasa (kontrak) terdapat informasi lain yang termasuk dikecualikan yaitu Informasi berdasarkan peraturan perundang-undangan

Page 25: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 23

Beberapa klasifikasi informasi tersebut diatas dapat menjadi salah satu referensi dengan mengacu kepada Kepmen PUPR no 391/KPTS/M/2011 dalam memberikan informasi yang diberikan kepada publik tentunya juga harus mengacu kepada ketentuan Perundang-Undangan, tidak serta merta informasi yang bersifat rahasia Negara dapat diberikan kepada pemohon yang sebenarnya belum tentu menggunakan informasi tersebut dengan bijak dan benar, Sehingga tidak serta merta semua informasi publik dapat diberikan kepada pemohon, dikarenakan ada konsekuensi hukum apabila memberikan informasi yang menurut klasifikasinya harus dikecualikan sesuai etika Pengadaan Barang/Jasa yang disebutkan pada pasal 7 Perpres 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan hal ini sejalan dengan ketentuan pada pasal 54 UU Keterbukaan Informasi Publik yang berbunyi: (1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau

memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Oleh karena itu tentunya pelaku Pengadaan sesuai yang disebutkan didalam Perpres 16/2018 dan sebagai Pihak sesuai UU KIP yang diberi kewenangan untuk mengelola informasi yang dihasilkan juga harus pandai dalam memilah kerahasiaan informasi sebagaimana yang diatur didlam pasal 6 Perpres 16/2018

Page 26: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

24 | Edisi 15 Tahun 2018

Kesimpulan:

1. Perpres 16 Tahun 2018 mengamanatkan agar menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan, hal ini tertuang didalam pasal 7 Peraturan Presiden 16 Tahun 2018 bahwa Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi ETIKA sebagai berikut: b. bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi

yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;

2. tidak serta merta semua informasi publik dapat diberikan kepada pemohon, dikarenakan ada konsekuensi hukum apabila memberikan informasi yang menurut klasifikasinya harus dikecualikan sesuai etika Pengadaan Barang/Jasa yang disebutkan pada pasal 7 Perpres 16 Tahun 2018

3. Kepmen PUPR no 451/KPTS/M/2017 dapat dijadikan acuan mengenai daftar informasi yang dikecualikan khususnya keterkaitan dengan proses Pengadaan Barang/Jasa

Referensi: 1. UU No. 2/2017 Tentang Jasa Konstruksi 2. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK 3. UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang 4. UU No 14 Tahun 2008 terkait Keterbukaan Informasi Publik 5. Perpres No. 16/2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 6. Kepmen PU no 391/KPTS/M/2011 tentang daftar informasi yang

dikecualikan

Page 27: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 25

A. PENDAHULUAN

Pelaku bisnis dalam menjalankan roda usahanya tidak mungkin terlepas dari hubungan dengan pelaku bisnis lainnya. Hubungan bisnis yang terjalin

tersebut seringkali dituangkan dalam suatu kontrak bisnis yang mengatur hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Di dalam melaksanakan kontrak bisnis tersebut, adakalanya terjadi suatu perbedaan atau pertentangan yang dapat menimbulkan suatu sengketa.

Sengketa yang terjadi tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan menimbulkan sengketa yang lebih komplek dan potensi kerugian yang lebih besar. Untuk itu sengketa yang terjadi perlu diselesaikan. Penyelesaian sengketa merupakan salah satu aspek hukum penting yang diperlukan oleh manusia untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Penyelesaian sengketa secara patut merupakan harapan setiap orang yang menghadapi persengketaan dengan pihak lain.

Pada asalnya, setiap sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui cara litigasi dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Namun proses penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri kurang memenuhi keinginan para pelaku bisnis. Hal ini disebabkan karena proses penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri bersifat terbuka untuk umum, sangat kaku dalam persyaratan administratif, memakan waktu yang relatif lebih lama serta proses penyelesaian yang mendudukkan para pihak saling berlawanan satu sama lain.

Para pelaku bisnis menginginkan suatu model penyelesaian sengketa yang lebih fleksibel, bersifat tertutup, cepat dan tidak mendudukkan para pihak saling berlawanan satu sama lain. Disamping itu, masyarakat bisnis juga merasa perlu menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi melalui orang-orang yang ahli

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN

O l e h : e K O D w i P r A S e t i y O 1

1 Manager Operasional Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI Arbitration Center) dan Mediator Terdaftar Pusat Mediasi Nasional (PMN)

Page 28: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

26 | Edisi 15 Tahun 2018

dalam dunia usaha dan perdagangan1.

Untuk itu, berkembanglah suatu metode penyelesaian di luar Pengadilan Negeri melalui mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) dan arbitrase. Model penyelesaian sengketa ini lebih memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis. Sifat kerahasiannya dapat menjaga nama baik dan kredibilitas para pihak yang bersengketa. Fleksibilitas dalam masalah administratif lebih membuat para pelaku bisnis nyaman. Penyelesaian sengketa yang relatif lebih cepat lebih memberikan kepastian bagi para pihak yang bersengketa. Yang tidak kalah penting, model penyelesaian sengketa ini tidak mendudukkan para pihak saling berlawanan satu sama lain dan lebih menitikberatkan pada penyelesaian permasalahan melalui upaya musyawarah, sehingga hasil yang dituju adalah penyelesaian sengketa yang dapat diterima oleh para pihak, atau lebih dikenal dengan istilah “win-win solution”. Berbagai keunggulan inilah yang menyebabkan penyelesaian sengketa melalui metode APS dan arbitrase lebih digemari oleh para pelaku bisnis.

Walaupun dikatakan bahwa alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase merupakan suatu perkembangan penyelesaian sengketa baru, namun demikian pada hakekatnya sistem penyelesaian sengketa tersebut telah lama dikenal. Indonesia sendiri telah mengenal sistem penyelesaian sengketa tersebut sejak jaman dahulu melalui hukum adat. Tradisi penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa dalam masyarakat adat dilaksanakan berdasarkan pada nilai-nilai, kebiasaan dan kondisi sosial budaya masyarakat bersangkutan2.

Metode penyelesaian sengketa melalui APS dan arbitrase juga dikenal dalam masa pemerintahan colonial belanda, bahkan tertuang dalam beberapa peraturan belanda saat itu. Saat ini, pengaturan mengenai penyelesaian sengketa melalui APS dan arbitrase terdapat pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut “UU 30/99”)3.

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut “UU 30/99”), Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli4.

1 R. Subekti, 1989, Hukum Acara Perdata, Binacipta, Bandung, hlm. 195.2 I Made Widnyana, 2011, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, PT Fikahati Aneska,

Jakarta, hlm. 1.3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872)

4 Pasal 1 butir 10 UU 30/99

Page 29: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 27

Dari pengertian APS tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme penyelesaian sengketa melalui APS dapat dilakukan dengan cara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. UU 30/99 tidak mendefinisikan secara spesifik rumusan atau penjelasan mengenai arti dari masing-masing jenis Alternaif Penyelesaian Sengketa tersebut, namun secara garis besar jenis-jenis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konsultasi, merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. Dalam konsultasi, peran konsultan sama sekali tidak dominan, hanya memberikan pendapat hukum, dan penyelesaian sengketa tetap di tangan para pihak yang bersengketa.

2. Negosiasi, adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain. Negosiasi juga dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa. Negosiasi adalah salah satu strategi penyelesaian sengketa dimana para pihak setuju untuk menyelesaian sengketa yang terjadi melalui proses musyawarah atau perundingan langsung untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Proses negosiasi tidak melibatkan pihak ketiga, karena inisiatf untuk menyelesaikan sengketa langsung datang dari para pihak yang bersangkutan dan para pihak secara langsung terlibat dalam dialog dan proses untuk mencapai suatu kesepakatan.

3. Mediasi, adalah perundingan anatara para pihak dengan difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral yang bersifat pasif untuk memperoleh kesepakatan bersama yang dapat diterima oleh para pihak. Dalam proses mediasi, pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi perundingan para pihak disebut mediator. Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian sengketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi terhadap pengambilan keputusan. Keputusan akhir tetap berada di tangan para pihak yang bersengketa. Mediator hanyalah membantu mencari jalan keluar, agar para pihak bersedia duduk bersama menyelesaikan sengketa yang mereka alami5.

4. Konsiliasi, adalah perundingan anatara para pihak dengan difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral yang bersifat aktif untuk memperoleh kesepakatan bersama yang dapat diterima oleh para pihak. Dalam proses konsiliasi, pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi perundingan para pihak disebut konsiliator. Konsiliator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian sengketa para pihak, yang mana ia berwenang menyusun dan merumuskan penyelesaian untuk ditawarkan kepada para pihak.

5 Takdir Rahmadi, 2010, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 15.

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN

Page 30: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

28 | Edisi 15 Tahun 2018

5. Penilaian ahli, adalah suatu upaya mempertemukan pihak yang berselisih dengan cara menilai pokok sengketa yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang ahli di bidang terkait dengan pokok sengketa untuk mencapai persetujuan. Penilaian ahli berupa keterangan tertulis yang merupakan hasil telaahan ilmiah berdasarkan keahlian yang dimiliki untuk membuat terang pokok sengketa yang sedang dalam proses.Proses penyelesaian sengketa melalui APS bersifat non-adjudikatif. Artinya,

penyelesaian sengketa melalui metode ini sepenuhnya berada di tangan para pihak. meskipun dalam prosesnya terdapat pihak ketiga yang ikut membantu menyelesaikan sengketa tersebut, namun keberadaan pihak ketiga tersebut hanya sebatas sebagai fasilitator untuk membantu proses penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak. dengan demikian, maka produk yang akan dicapai dalam metode penyelesaian sengketa melalui APS ini adalah kesepakatan perdamaian oleh para pihak.

B. ARBITRASEMenurut UU 30/99, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata

di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa6.

Dari pengertian tersebut, terdapat diketahui bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa di bidang perdata, dengan syarat adanya suatu perjanjian arbitrase yang mengesampingkan kewenangan Pengadilan Negeri dalam memeriksa sengketa yang terjadi. Namun demikian, tidak semua sengketa perdata dapat diselesaikan melalui arbitrase. UU 30/99 membatasi sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Sementara sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase7.

Syarat utama suatu sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah adanya perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak. Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

Adanya perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak berarti meniadakan kewenangan Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan mengadili sengketa yang terjadi. Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke pengadilan negeri, serta pengadilan negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam

6 Pasal 1 butir 1 UU 30/997 Pasal 5 UU 30/99

Page 31: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 29

Undang Undang Arbitrase. Dengan demikian, pengadilan wajib mengakui dan menghormati wewenang dan fungsi arbiter8

Bentuk perjanjian arbitrase dapat berupa pactum de compromitendo, yaitu perjanjian arbitrase yang dibuat sebelum terjadinya sengketa dan berupa akta kompromis, yaitu perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak setelah terjadinya sengketa. Karakteristik dari perjanjian arbitrase adalah sifat otonomi (autonomy) dari klausula arbitrase. Perjanjian arbitrase walaupun dapat merupakan bagian dari suatu perjanjian pokok (sebagai klausula arbitrase), namun kedudukannya dari segi daya lakunya terpisah dari perjanjian yang bersangkutan dan dari terjadinya berbagai peristiwa tertentu9. Prisnsip ini sebut sebagai prinsip pemisahan (separability principle). Prinsip pemisahan menempatkan klausula arbitrase berdiri sendiri dan terpisah dari peristiwa-peristiwa lainnya serta memisahkan klausula arbitrase dari perjanjian pokok dimana klausula arbitrase berada di dalamnya10. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa meskipun klausula arbitrase adalah salah satu klausula dalam suatu kontrak, namun klausula ini bukan merupakan bagian atau tambahan dari kontrak tersebut. Dengan demikian, batal atau berakhirnya kontrak tidak serta merta membatalkan klausula arbitrase. Prinsip ini diatur dalam Pasal 10 UU 30/99.

Arbitrase dapat diselenggarakan secara mandiri (ad-hoc) atau secara institusional melalui lembaga arbitrase yang permanen berdasarkan kesepakatan tertulis para pihak. penyelenggaraan arbitrase secara ad-hoc dilakukan langsung oleh para pihak. hukum acara yang berlaku dalam proses arbitrase ad-hoc adalah sebagaimana yang diatur dalam UU 30/99. Sementara itu, apabila para pihak sepakat untuk menyelenggarakan arbitrase institusional melalui suatu lembaga arbitrase, maka proses arbitrase diselenggarakan berdasarkan peraturan dan prosedur lembaga arbitrase yang dipilih oleh para pihak.

Berbeda dengan metode APS yang bersifat non adjudikatif, arbitrase mempunya sifat adjudikatif. Artinya, arbiter sebagai pihak ketiga yang memfasilitasi penyelesaian sengketa melalui arbitrase, mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan putusan terhadap sengketa yang terjadi. Namun demikian, arbiter tetap harus mengupayakan proses musyawarah untuk mencapai penyelesaian berdasarkan kesepakatan para pihak sebelum mengeluarkan putusannya.

Terhadap putusan arbitrase, jika kita melihat konsep arbitrase sebagai salah satu bentuk adjudikasi privat dalam perkara perdata, khususnya di bidang perdagangan, maka putusan arbitrase kekuatannya sama dengan putusan perkara perdata di Pengadilan Negeri. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat, dengan demikian tidak dapat dilakukan upaya banding, kasasi atau peninjauan kembali. Pelaksanaan putusan arbitrase mengutamakan asas itikad baik dimana para pihak yang bersengketa akan melaksanakan putusan tersebut dengan

8 Priyatna Abdurrasyid, 2011, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) Suatu Pengantar, PT Fikahati Aneska, Jakarta, hlm. 71.

9 M. Husseyn Umar, 2013, BANI dan Penyelesaian Sengketa, PT Fikahati Aneska, Jakarta, hlm. 40.10 Gatot Soemartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, hlm. 38.

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN

Page 32: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

30 | Edisi 15 Tahun 2018

cara sukarela. Namun demikian, apabila pihak yang dihukum atau diwajibkan melakukan sesuatu tidak melaksanakan putusan tersebut, maka dapat diajukan eksekusi ke pengadilan.

C. PENUTUP

Penyelesaian sengketa secara patut merupakan harapan setiap orang yang menghadapi persengketaan dengan pihak lain. Berkembangnya penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non-litigasi) memberikan pilihan kepada para pihak yang bersengketa untuk menentukan forum penyelesaian sengketa yang dipilih untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Penyelesaian sengketa non-litigasi dapat ditempuh dengan cara adjudikatif dan non-adjudikatif.

Penyelesaian sengketa non-litigasi melalui cara adjudikatif dapat ditempuh melalui arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui adjudikatif ini memberikan kewenangan kepada pihak ketiga yang memfasilitasi penyelesaian sengketa tersebut untuk mengeluarkan suatu Putusan. Sementara itu, penyelesaian sengketa melalui non-adjudikatif melalui APS, tidak memberikan kewenangan kepada pihak ketiga sebagai fasilitator untuk mengeluarkan Putusan dan penyelesaian sengketa sepenuhnya berada di tangan para pihak yang bersengketa untuk mencari kesepakatan perdamaian.

Penyelesaian sengketa non adjudikatif melalui metode APS dapat juga dikombinasikan dalam proses adjudikatif, dalam hal ini arbitrase. Proses negosiasi, mediasi dan konsiliasi dapat digunakan dalam proses arbitrase dan apabila dalam proses tersebut terjadi suatu kesepakatan perdamaian, maka kesepakatan tersebut dapat dijadikan suatu Putusan yang final dan mengikat para pihak.

Penyelesaian sengketa non-litigasi lebih memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan saat ini lebih diminati oleh para pihak yang bersengketa. Bahkan politik hukum Indonesia juga mengarah kepada mengedepankan proses penyelesaian sengketa non-litigasi dalam menyelesaikan sengketa bisnis. Bahkan dalam dunia jasa knstruksi, baru-baru ini telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (UU 2/17), dimana dalam Pasal 88 UU 2/17 diatur bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui tahapan mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Disamping itu, UU 2/17 juga mengatur mengenai penyelesaian sengketa melalui dewan sengketa. Dengan demikian, maka UU 2/17 mulai memandang bahwa penyelesaian sengketa melalui non-litigasi (mediasi, konsiliasi dan arbitrase), merupakan metode penyelesaian sengketa yang cocok untuk sengketa yang terjadi di bidang jasa konstruksi.

Untuk itu, sudah saatnya para pelaku bisnis dapat lebih memaksimalkan penggunaan metode APS dan arbitrase sebagai forum penyelesaian sengketa yang terjadi karena metode ini lebih sesuai dengan kebutuhan para pelaku bisnis.

Page 33: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 31

SEMUA JANGAN SIBUK DENGAN

PENGADAAN !O l e h : A M i K t r i i S t i A M i

Abstrak

Pengadaan barang/jasa itu hendaknya tidak menjadi beban bagi setiap satker, melainkan menjadi suatu kebutuhan yang harus dilakukan. Untuk itu, dicari jalan bagaimana agar pengadaan barang/jasa tersebut efisien dan tidak mengganggu fungsi utama pelayanan pada masyarakat.

Pendahuluan

Kementerian Agama adalah Kementerian yang mempunyai banyak sekali satuan kerja (satker) di seluruh Indonesia, lokasi satkernya sampai di kota/Kabupaten. Setiap satker tersebut pastilah memerlukan pengadaan untuk operasional dan pelayanan kepada masyarakat. Ada satker yang kebutuhan pengadaannya cukup besar, namun tak jarang nilainya kecil. Kesemuanya itu, baik pengadaan yang besar maupun kecil tentu memerlukan effort (usaha)yang cukup besar untuk melaksanakan pengadaannya apapun itu bentuknya. Seingkali permasalahan pengadaan itu dilakukan oleh orang yang kurang kompeten atau orang yang cukup tinggi kesibukannya terutama dalam rangka pelayanan langsung kepada masyarakat. Untuk meminimalisir kesalahan dan keterlambatan pengadaan, ada baiknya jika pengadaan yang dilakukan oleh satker-satker tersebut dikonsolidasikan/digabungkan dan dilaksanakan di tingkat yang lebih tinggi dalam hal ini di kanwil Kementerian Agama misalnya. Dengan demikian, semua satker tidak disibukkan dengan pengadaan, tapi fokus pada pelayanan pada masyarakat.

Pembahasan

Kementerian Agama RI memiliki Kantor Wilayah di setiap provinsi dan setiap Kantor wilayah membawahi Kantor Kementerian Agama di Kabupaten atau Kota,

Page 34: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

32 | Edisi 15 Tahun 2018

disamping itu ada Kantor Urusan Agama di Kecamatan dan sekolah-sekolah agama negeri mulai dari tingkat Ibtidaiyah (setingkat SD) s.d Perguruan Tinggi, setiap entitas ini disebut sebagai satuan kerja. Setiap satuan kerja memerlukan pengadaan barang jasa, sehingga pengadaan barang dan jasa yang dilakukan akan banyak sekali, banyak melibatkan sumber daya manusia, menghabiskan waktu dan banyaknya transaksi keuangan. Dapat disimpulkan proses pengadaan menyibukkan satuan kerja Kementerian Agama.

Fungsi pengadaan adalah untuk mendukung pelayanan atau kinerja dari satuan kerja, bukan mengambil banyak porsi SDM dan waktu dari peran satuan kerja di Kemenag.

Hal demikian perlu dilakukan terobosan atau solusi. Dalam tulisan ini diusulkan melakukan pengadaan secara konsolidasi dengan itemize, bertumpu pada peran kantor wilayah Kementerian Agama.

Perubahan yang akan terjadi yaitu pengadaan langsung dan tender akan dilakukan dengan tender. Selanjutnya mengingat pengadaan-pengadaan di kemenag kebanyakan pengadaan barang yang bersifat umum atau pengadaan sederhana maka pengadaan secara konsolidasi dengan itemize dapat dilakukan dengan tender cepat.

Tender cepat ini ketika semua dokumen perencanaan pengadaan dan dokumen pemilihan siap maka pemenang tender dapat ditetapkan paling cepat tiga hari saja.

Kantor Wilayah Kementerian Agama dalam usulan pengadaan secara konsolidasi dengan itemize melayani lingkup pengadaan untuk Kanwil Kemenag, Kantor Kemenag Kab/kota dan sekolah-sekolah Kemenag.

Contoh pengadaan untuk ATK dapat dilakukan dengan satu paket dengan secara itemize. Secara Itemize diartikan dengan mengingat luasnya secara geografis, maka satu paket pengadaan ATK dapat dibuat beberapa item dengan membagi beberapa lokasi atau beberapa kota/kab untuk ditawarkan.

Contoh.

Paket Pengadaan ATK dengan itemize

No. Item Daerah Volume rim kertas Pemenang1 Kanwil XX 30002 Kota A dan Kab B 40003 Kab C 25004 Kab D, E dan F 30005 Kota G 20006 Kab H 2500

Jumlah 17000

Page 35: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 33

Keterangan : setiap kota atau kabupaten melayani beberapa sekolah. Penyedia mengantar di Kantor wilayah (Kanwil) dan Kantor Kemenag Kota / Kabupaten. Sekolah mengambil di Kantor Kemenag Kota atau Kabupaten.

Semua satuan kerja menyampaikan kebutuhan kepada Kanwil. Kanwil melakukan rekapitulasi dan membuat item berdasar lokasi.

Paket tersebut ditenderkan berdasar item lokasi. Penyedia dapat memenangkan untuk semua lokasi atau hanya menawar untuk beberapa lokasi saja. Sehingga paket ini sangat mungkin dimenangkan oleh satu penyedia atau banyak penyedia.

Manfaat Konsolidasi :

1. Pengadaan dilakukan oleh SDM yang kompeten2. Mengurangi keterlibatan SDM dalam pengadaan

sehingga SDM yang ada dapat lebih fokus meningkatkan kinerja satuan kerja kemenag

3. Membuat harga kontrak bisa lebih murah karena pengadaan dilakukan dalam skala besar

4. Mengurangi banyaknya transaksi keuangan (transaksi kontrak)

5. Perbedaan harga antar satuan kerja pada pengadaan langsung berubah terjadi di item-item lokasi yang dihasilkan melalui tender.

Kontrak untuk satu kota /kabupaten merupakan kontrak yang menggabungkan dana dari akun-akun anggaran dari Kantor Kemenag dan Sekolah-sekolah Kemenag. Sehingga satu kontrak dari suatu item paket dilakukan tanda tangan kontrak antara penyedia dengan banyak PPK dari Kantor Kemenag dan sekolah-sekolah kemenag.

Dasar Hukum

Perpres 16 tahun 2018 mengenai Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Pasal 1 angka 51

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan. Barang/Jasa yang menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.

Untuk meminimalisir kesalahan dan keterlambatan

pengadaan, ada baiknya

jika pengadaan yang dilakukan

oleh satker-satker tersebut

dikonsolidasikan/digabungkan dan

dilaksanakan di tingkat yang

lebih tinggi dalam hal ini di kanwil

Kementerian Agama misalnya. Dengan demikian,

semua satker tidak disibukkan

dengan pengadaan, tapi fokus pada pelayanan pada

masyarakat.

Page 36: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

34 | Edisi 15 Tahun 2018

Pasal 21

(1) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dan/atau persiapan pemilihan Penyedia.

(2) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh PA/ KPA/PPK dan/atau UKPBJ.

Penutup

Dengan paparan di atas, maka diharapkan bahwa pengadaan di satker-satker kementerian Agama menjadi lebih baik, mendapat penyedia yang baik dan harga yang baik karena dilaksanakan secara terkonsolidasi dan dilakukan oleh pihak yang kompeten, sementara tugas utama dalam pelayanan pada masyarakat tetap dapat dimaksimalkan.

Daftar Pustaka

1. Peraturan Presiden RI Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, PT Prima Print Yogyakarta 2018

2. Menyiapkan Dokumen Tender, Tatang Sontani dan Mudjisantosa, PT Prima Print Yogyakarta 2018

SEMUA JANGAN SIBUK DENGAN PENGADAAN !

Page 37: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 35

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdapat beberapa jenis gambar. Setidaknya ada 3 jenis gambar dalam pelaksanaan konstruksi.

1. Gambar Bestek yakni gambar yang dibuat oleh konsultan perencana yg merupakan lanjutan dr uraian gambar rencana berdasarkan RKS yg menjadi acuan dlm penyusunan HPS dan sebagai acuan peserta tender utk mengajukan penawaran;

2. Gambar pelaksanaan (shop drawing) yakni gambar teknis yg dibuat oleh penyedia sesuai dgn keadaan di lapangan yg dijadikan acuan pelaksanaan suatu pekerjaan ;

3. Gambar terlaksana (as built drawing) yakni gambar yg dibuat penyedia sesuai kondisi pekerjaan yg terbangun dgn penyesuaian2 yg terjadi selama proses konstruksi.

Semoga bermanfaat.

MEMAHAMI GAMBAR DALAM PEKERJAAN

KONSTRUKSIO l e h : S y A f r u D i n M

Page 38: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

36 | Edisi 15 Tahun 2018

PERAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) dalam Pengadaan Barang dan Jasa

O l e h : S u M A D i y A h t. O l f A h

Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

PPK, jabatan yang selama ini banyak dihindari karena risiko pekerjaan yang dianggap tidak sebanding dengan insentif yang diterima. Bagaimana

sesungguhnya peran PPK sehingga menjadi sedemikian dihindari?

Pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan yang melekat dalam aktifitas pelaksanaan belanja APBN. Secara umum siklus pengadaan barang dan jasa dapat dilihat sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1 Siklus Pengadaan Barang dan Jasa

Page 39: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 37

1. Perencanaan pengadaan barang/jasa dilaksanakan bersamaan dengan perencanaan penganggaran dan dilaksanakan pada t-1. Tahapan ini meliputi: - Identifikasi kebutuhan barang dan jasa. - Menetapkan barang dan jasa yang akan diusulkan pengadaannya.- Menentukan spesifikasi barang dan jasa serta menghitung perkiraan

kebutuhan anggarannya. Hasil dari perencanaan pengadaan barang/jasa tersebut, menjadi salah satu

dasar dalam pengajuan usulan anggaran. Hal tersebut diatur dalam PMK No. 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang menyatakan bahwa K/L telah menyampaikan perencanaan kebutuhan BMN ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan sesuai dengan Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK)-nya (untuk K/L yang sudah diwajibkan menyusun SBSK).

2. Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP) Barang dan Jasa. RUP adalah daftar rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah. Penyusunan RUP dilakukan setelah penetapan alokasi anggaran (APBN). Penyusunan RUP berdasarkan perencanaan pengadaan yang telah dilakukan pada proses sebelumnya.

3. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa meliputi beberapa tahapan sebagai berikut :- Persiapan pengadaan, persiapan pengadaan adalah penyiapan dokumen

perencanaan pelaksanaan pengadaan yang meliputi spesifikasi barang/jasa, harga perkiraan sendiri (HPS), dan rancangan kontrak.

- Pemilihan penyedia barang dan jasa; pemilihan penyedia barang /jasa dilaksanakan oleh pejabat pengadaan/Pokja Pemilihan

- Penetapan penyedia barang dan jasa dilakukan olej PPK berdasarkan hasil dari proses pemilihan penyedia barang/jasa.

- Pembuatan perikatan dengan penyedia.- Pelaksaaan perikatan sampai dengan Penyerahan barang dan jasa.

4. Penagihan dan pembayaran. Proses ini dilakukan setelah terjadi penyerahan barang dan jasa sesuai dengan dokumen perikatannya. Pihak penyedia melakukan penagihan kepada negara, kemudian setelah dilakukan verifikasi, negara melakukan pembayaran ke penyedia.

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban pengadaan barang dan jasa.

Siapakah yang bertanggung jawab dalam setiap siklus pengadaan barang dan jasa?

Apa sajakah peran Pejabat Pembuat Komitmen dalam siklus pengadaan barang dan jasa?

Page 40: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

38 | Edisi 15 Tahun 2018

Sebagai bagian yang melekat dalam pelaksanaan belanja APBN, proses pengadaan barang dan jasa tidak dapat lepas dari pengaturan pelaksanaan APBN baik pengaturan didalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara maupun aturan pelaksanaannya diantaranya Peraturan Pemerintah N0. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 maupun PP 45 Tahun 2013 tersebut, dalam pelaksanaan APBN ditetapkan pejabat perbendaharaan dengan struktur sebabaimana bagan berikut :

Gambar 2 Pejabat Perbendaharaan

Sebagaimana terlihat digambar 2, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk membantu KPA dalam khususnya terkait pelaksanaan belanja.

Adapun berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 45 Tahun 2013, secara khusus terdapat pengaturan bagi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Secara rinci diatur tugas dan kewenangan PPK sebagai berikut :

a. menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairan dana; b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia

Barang/Jasa;d. melaksanakan Kegiatan swakelola;

Page 41: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 39

e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya;f. mengendalikan pelaksanaan perikatan;g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;h. membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan

dengan SPP;i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA;j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan

Berita Acara Penyerahan;k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan;

danl. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan

yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara.Selain itu, PPK juga bertanggung jawab atas kebenaran materiil dan akibat

yang timbul dari penggunaan bukti mengenai hak tagih kepada negara.

Selain pengaturan didalam PP 45 tahun 2013 tersebut, terkait peran PPK dalam pengadaan barang/jasa diatur dengan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018. Secara khusus peran PPK dalam proses pengadaan barang dan jasa meliputi :

a. menyusun perencanaan pengadaan; b. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK); c. menetapkan rancangan kontrak; d. menetapkan HPS; e. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia; f. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan; g. menetapkan tim pendukung; h. menetapkan tim atau tenaga ahli; i. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah); j. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; k. mengendalikan Kontrak; l. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA; m. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA dengan

berita acara penyerahan; n. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;

dan o. menilai kinerja Penyedia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 45 Tahun 2013 maupun Perpres No. 16 Tahun 2018 tersebut, peran Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam siklus pengadaan barang dan jasa hampir disemua tahapan sebagai berikut :

1. Pada proses perencanaan kebutuhan barang/jasa, peran PPK tidak secara

Page 42: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

40 | Edisi 15 Tahun 2018

langsung terlibat. Namun demikian laporan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang telah disampaikan kepada KPA menjadi salah satu dokmen yang digunakan untuk bahan penyusunan perencanaan kebutuhan barang/jasa serta pengusulan anggarannya ke Menteri Keuangan.

2. Penyusunan Rencana Pengadaan (RUP) Barang dan Jasa. RUP adalah daftar rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah. RUP ditetapkan oleh PA/KPA, dan pada awal tahun anggaran, PPK melakukan kaji ulang RUP. Kaji ulang RUP dilakukan berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun setelah DIPA ditetapkan. Beberapa hal yang dilakukan dalam proses kaji ulang RUP melipui :- Pengkajian ulang kebijakan umum pengadaan- Pengkajian ulang rencana penganggaran biaya pengadaan, dan- Pengkajian ulang KAK.

3. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa. Pada tahapan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, hampir seluruhnya merupakan tugas PPK sebagai berikut :- Persiapan pengadaan, persiapan pengadaan dilakukan oleh PPK dengan

menyusun dokumen perencanaan pelaksanaan pengadaan yang meliputi spesifikasi barang/jasa, harga perkiraan sendiri (HPS), dan rancangan kontrak.

- Setelah tahapan pemilihan penyedia barang/jasa, PPK menetapkan penyedia barang dan jasa dengan menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

- Pembuatan perikatan dengan penyedia; PPK membuat, dan menandatangani perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa.

- Pelaksaaan perikatan sampai dengan Penyerahan barang dan jasa; PPK melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa, mengendalikan Kontrak, dan menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA dengan berita acara penyerahan.

4. Penagihan dan pembayaran. Setelah barang/jasa diterima, penyedia melakukan penagihan kepada negara melalui PPK. PPK melakukan pengujian atas tagihan yang disampaikan penyedia dan meneruskan permintaan pembayaran kepada bendahara umum negara (KPPN). Secara sederhatan tahapan ini dapat dilihat sebagaimana gambar berikut :

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban pengadaan barang dan jasa. Secara berkalai/periodik, PPK melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA.Berdasarkan pengaturan beberapa peraturan tersebut diatas, terlihat betapa

penting dan strategisnya peran Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). PPK-lah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Ditangan PPK-lah kualitas pengadaan barang/jasa ditentukan, satu tanggung jawab besar dan strategis yang tentunya dibutuhkan dedikasi dan integritas yang tinggi.

Page 43: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 41

langsung terlibat. Namun demikian laporan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang telah disampaikan kepada KPA menjadi salah satu dokmen yang digunakan untuk bahan penyusunan perencanaan kebutuhan barang/jasa serta pengusulan anggarannya ke Menteri Keuangan.

2. Penyusunan Rencana Pengadaan (RUP) Barang dan Jasa. RUP adalah daftar rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah. RUP ditetapkan oleh PA/KPA, dan pada awal tahun anggaran, PPK melakukan kaji ulang RUP. Kaji ulang RUP dilakukan berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun setelah DIPA ditetapkan. Beberapa hal yang dilakukan dalam proses kaji ulang RUP melipui :- Pengkajian ulang kebijakan umum pengadaan- Pengkajian ulang rencana penganggaran biaya pengadaan, dan- Pengkajian ulang KAK.

3. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa. Pada tahapan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, hampir seluruhnya merupakan tugas PPK sebagai berikut :- Persiapan pengadaan, persiapan pengadaan dilakukan oleh PPK dengan

menyusun dokumen perencanaan pelaksanaan pengadaan yang meliputi spesifikasi barang/jasa, harga perkiraan sendiri (HPS), dan rancangan kontrak.

- Setelah tahapan pemilihan penyedia barang/jasa, PPK menetapkan penyedia barang dan jasa dengan menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

- Pembuatan perikatan dengan penyedia; PPK membuat, dan menandatangani perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa.

- Pelaksaaan perikatan sampai dengan Penyerahan barang dan jasa; PPK melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa, mengendalikan Kontrak, dan menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA dengan berita acara penyerahan.

4. Penagihan dan pembayaran. Setelah barang/jasa diterima, penyedia melakukan penagihan kepada negara melalui PPK. PPK melakukan pengujian atas tagihan yang disampaikan penyedia dan meneruskan permintaan pembayaran kepada bendahara umum negara (KPPN). Secara sederhatan tahapan ini dapat dilihat sebagaimana gambar berikut :

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban pengadaan barang dan jasa. Secara berkalai/periodik, PPK melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA.Berdasarkan pengaturan beberapa peraturan tersebut diatas, terlihat betapa

penting dan strategisnya peran Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). PPK-lah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Ditangan PPK-lah kualitas pengadaan barang/jasa ditentukan, satu tanggung jawab besar dan strategis yang tentunya dibutuhkan dedikasi dan integritas yang tinggi.

- Penyedia menyerahkan barang/jasa

- Penyedia melakukan penagihan

Referensi :1. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara2. Peraturan Pemerintah N0. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara3. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah4. PMK No 190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Page 44: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

42 | Edisi 15 Tahun 2018

PPHP Pasca Perpres No.16 tahun 2018O l e h : H a s a n a s H a r i

Widyaiswara Ahli Madya Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

AbstrakProses serah terima pekerjaan dilakukan antara PPK dan Penyedia barang/jasa. Pada Perpres No.16 tahun 2018 istilah PPHP berbeda dengan Perpres No.54 tahun 2010. Perubahan nomenklatur akan berdampak secara administrasi, tugas dan kompensasi. Masa transisi adalah tanggal 1 Juli 2018, akan terjadi permasalahan apabila tidak dilakukan penyesuaian. Permasalahan diantaranya adalah tidak adanya Panitia/Pejabat “Penerima” Hasil Pekerjaan. Hal-hal yang harus segera dilakukan adalah melakukan penyesuain secara administrasi dan landasan hukum pemberian kompensasi.

Keywords : PPHP, PjPHP, PPK, Penyedia Barang/Jasa

Pendahuluan

Dalam proses pengadaan barang/jasa, salah satu tahap yang pentig adalah serah terima barang/jasa. Pada tahap ini untuk memastikan spesifikasi teknis

yang dituangkan dalam kontrak sesuai dengan spesifikasi barang/jasa yang diterima. Tugas untuk memastikan kesesuaian spesifikasi dilakukan oleh satu orang atau tim yang memiliki kompetensi. Pertanyaannya adalah siapa pihak yang bertugas untuk melaksanakan tugas proses serah terima barang/jasa.

Berdasarkan Perpres No 16 tahun 2018 menyebutkan pihak yang bertugas untuk memastikan proses serah terima barang/jasa telah sebagaimana mestinya. Pada pasal 1 ayat 14 disebutkan Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Sedangkan pada ayat 15 disebutkan Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Jika dibandingkan dengan istilah PPHP pada Perpres 54 tahun 2010 pasal 1 ayat 10 dinyatakan bahwa Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

Page 45: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 43

Meskipun masih menggunakan singkatan yang sama yaitu PPHP (dengan tambahan huruf “j” untuk pejabat), namun ada perbendaaan mendasar dari kepanjangannya. Huruf “P” kedua pada Perpres 54/2010 adalah Penerima sedangkan pada Perpres 16/2018 adalah Pemeriksa. Secara definisi antara pemeriksa dan penerima tentu sangat berbeda, oleh karena itu PPHP/PjPHP adalah istilah dan tugas baru dari para pelaku pengadaan barang/jasa. Tugas masing-masing pihak diatur pada pasal 15 Perpres 16/2018 yaitu PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sedangkan PPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Berdasarkan Perpres 54/2010, Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk:a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/

pengujian; danc. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.Interprestasi dari tugas PPHP berdasarkan Perpres 54/2010 adalah membantu PPK untuk memastikan kesesuaian substansi barang/jasa antara perjanjian dan yang diterima. jika digambarkan urutan proses tugas PPHP sebagaimana gambar 1

Gambar 1Berdasarkan Perpres No.16 tahun 2018 pasal 58 ayat 2 dan 3, PA / KPA meminta PjPHP/ PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang akan diserahterimakan. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara. Urutan proses serah terima pekerjaan sebagaimana pada gambar 2.

Gambar 2

Page 46: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

44 | Edisi 15 Tahun 2018

Nasib Panitia/Pejabat Penerima hasil PekerjaanSejak diundangkan Perpres No.16 tahun 2018, istilah Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sudah tidak ada lagi. Meskipun dalam pasal 89 dinyatakan bahwa pengadaan barang/jasa yang telah dipersiapkan sebelum 1 Juli 2018 tetap menggunakan Perpres no.54 tahun 2010. Sehingga surat keputusan tentang PPHP masih bisa diberlakukan. Pengadaan barng/jasa yang dipersiapkan dan dilaksanakan setelah 1 Juli 2018 tidak lagi mengenal Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.Terkait dengan perubahan nomenklatur PPHP akan berdampak pada Surat keputusan yang ada konsekuensinya terhadap kompensasi. Dalam pelaksanaaan tugas, PPHP dapat diberikan kompenasi berupa honorarium. Honorarium diberikan berdasarkan nilai paket pengadaan atau secara bulanan bagi pejabat. Dasar pemberian kompensasi adalah aturan tentang standar biaya.Standar biaya untuk dana yang bersumber dari APBN diatur oleh Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sedangkan APBD diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Dalam PMK tentang standar biaya nomenklatur yang digunakan adalah Panita/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Perubahan nomenklatur dan tugas PPHP/PJPHP akan berdampak dalam proses pengadaan barang/jasa. Tahapan yang akan terpengaruh adalah serah terima pekerjaan. Dalam proses seah terima pekerjaan PPK tidak lagi “dibantu” oleh PPHP. PPK harus dapat memastikan barang/jasa diterima sesuai dengan kontrak. Apabila diperlukan PPK dapat menunjuk tim pendukungKonsekuensi yang juga serius diantaranya status dari para pejabat penerima hasil pekerjaan. Pejabat penerima hasil pekerjaan yang telah diangkat dengan surat keputusan PA/KPA sejak 1 Juli 2018 telah “tiada”. Sehingga surat keputusan PA/KPA tentu tidak sesuai. Hal ini akan berpengaruh pada alokasi anggaran dalam dokumen anggaran yang memuat honorarium kepada pejabat penerima hasil pekerjaan.Panitia penerima hasil pekerjaan untuk pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan sebelum 1 Juli 2018 masih dapat melaksanakan tugas sebagaiman surat keputusan yang telah ditetapkan PA/KPA. Sedangkan untuk pengadaan barang/jasa setelah 1 juli 2018 PPHP telah beralih tugas dari penerima menjadi pemeriksa.

Alternatif SolusiLangkah-langkah yang harus segera dilakukan untuk kelancaran pengadaan barang/jasa setelah implementasi Perpres No.16 tahun 2018 adalah menetapkan status PPHP/PjPHP. Untuk PjPHP segera ditetapkan surat keputusan yang baru menyesuaikan dengan tugas yang baru. Sedangkan PPHP untuk paket pengadaan tentu langsung menyesuikan dengan Perpres No.16 tahun 2018.Terkait dengan kompensasi kepada PPHP/PjPHP harus mengacu kepada standar biaya yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Pada saat ini nomenklatur Pejabat/Panitia “Pemeriksa” Hasil Pekerjaan masih belum ada, apabila PPHP/PjPHP akan diberikan kompensasi berupa honorarium maka

Page 47: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 45

harus ada nomenklatur yang jelas dalam standar biaya. Besaran kompensasi harus dianalisa sesuai dengan beban kerja, mengingat tugas “penerima” dan “pemeriksa” berbeda. Dalam pelaksanaan serah terima pekerjaan antara PPK dan penyedia, PPK dapat dibantu staf pengelola keuangan (SPK) yang telah ada untuk memeriksa barang/jasa. Apabila memerlukan kompetensi khusus, PPK dapat menunjuk atau membentuk tim pendukung yang memiliki kompetensi sesuai jenis pekerjaan. PenutupBahwa setiap adanya perubahan tentu diperlukan proses transisi, yang paling penting dalam proses transisi ini adalah melakukan antisipasi yang cepat agar tidak ada kendala dalam pelaksanaan pekerjaan. Terkait PPHP/PjPHP diharapkan segera diadakan penyesuaian baik secara administrasi maupun tugas/kewenangan.Referensi

Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan PBJ

Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan PBJ

* HASAN ASHARI, S. Sos, M.E. (Kantor : Pusdiklat Anggaran Dan Perbendaharaan, Jabatan : Widyaiswara Ahli Madya, HP : 081398833050, Email : [email protected])

Page 48: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

46 | Edisi 15 Tahun 2018

Abstrak

Saat melakukan belanja, bukti pembayaran dan bukti perikatan sering menjadi hal yang membingungkan bagi pengelola keuangan satker. Hakikatnya kedua dokumen memiliki perbedaan fungsi. Bukti pembayaran hakikatnya adalah dokumen yang membuktikan keluarnya uang akibat belanja, sedangkan bukti perikatan hakikatnya adalah dokumen berikatnya PPK dengan pihak ketiga dalam pengadaan barang/jasa. Walaupun berbeda fungsi, namun keduanya masih menghuni “rumah besar” yang sama, yaitu keuangan negara. Oleh karena itu keduanya dapat disinkronkan dengan memperhatikan hal-hal tertentu, misalnya nilai transaksi dan jenis pengadaan barang/jasanya.Keywords: belanja, bukti pembayaran, bukti pengeluaran, kontrak

A. PENDAHULUAN

Saat mengajar pada kegiatan pelatihan, penulis sering ditanya peserta yang isinya kurang lebih sebagai berikut, “Pak, satker saya beli barang di minimarket senilai Rp 500.000,-, setelah menyerahkan uang tentunya kita menerima nota/struk. Apakah nota/struk tadi sudah cukup untuk dijadikan sebagai bukti pengeluaran?, mengingat dalam PMK nomor 190 tahun 2012 mewajibkan adanya kuitansi setiap pembelian barang/jasa dan dalam peraturan tentang pengadaan barang/jasa diatur juga tentang bukti-bukti perikatan/kontrak”. Pertanyaan ini sering muncul dan penulis anggap hal tersebut wajar ditanyakan, karena di lapangan bendahara pengeluaran kadang-kadang menghadapi kebingungan. Jika nota/struk saja dianggap cukup, biasanya muncul kekhawatiran kalau-kalau nanti ditanyakan oleh auditor saat pemeriksaan nanti. Jika nota/struk tersebut harus ditambah dengan

Bagaimana SINKRONISASI PMK Nomor 190 Tahun 2012 dan PP Nomor 16 Tahun 2018 dalam Kaitannya dengan Bukti Pembayaran dan Bukti Perikatan?O l e h : r i y A n t O

Widyaiswara Ahli Madya Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Page 49: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 47

kuitansi, yang biasanya terpaku pada format sebagaimana diatur dalam PMK 190 tahun 2012, betapa repotnya pegawai karena harus membawa format kuitansi tersebut kemana-mana, belum lagi kalau tokonya luar kota, luar propinsi, atau bahkan luar pulau.

Pertanyaan tersebut biasanya penulis jawab dengan menjelaskan terlebih dahulu dua istilah yang hampir mirip tetapi sebenarnya berbeda fungsi, yaitu bukti perikatan dan bukti pembayaran. Bukti perikatan adalah dokumen yang membuktikan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) telah melakukan perikatan dengan pihak lain terkait dengan pengadaan barang/jasa. Bukti perikatan bisa disebut juga bukti perjanjian atau kontrak. Sedangkan bukti pembayaran adalah bukti keluarnya uang akibat adanya belanja, baik belanja yang menggunakan mekanisme LS maupun UP.

Peraturan Menteri Keuangan nomor 190 tahun 2012 mengatur tata cara pembayaran, sudut pandangnya adalah perbendaharaan. Sedangkan Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2018 ( juga peraturan-peraturan sebelumnya tentang pengadaan barang/jasa pemerintah) mengatur tentang tata cara pengadaan barang/jasa, termasuk di dalamnya bentuk-bentuk bukti perikatan antara PPK dengan penyedia barang/jasa. Walaupun sudut pandangnya berbeda, namun keduanya masih menghuni “rumah besar” yang sama, yaitu keuangan negara. Dalam artikel ini, penulis akan membahas terlebih dahulu pengaturan bukti pembayaran, dilanjut pengaturan bukti perikatan, lalu diakhiri dengan penarikan simpul-simpul sinkronisasi antara keduanya disertai dengan beberapa contoh.

B. PEMBAHASAN1. PMK nomor 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam

Rangka Pelaksanaan APBN

Pelaksanaan pembayaran tagihan negara dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu mekasime Langsung (LS) dan mekanisme Uang Persediaan (UP). Pada prinsipnya, semua tagihan dibayar dengan mekanisme pembayaran LS kepada penyedia barang/jasa atau bendahara pengeluaran/pihak lainnya. Dalam hal mekanisme pembayaran LS tidak dapat dilakukan, tagihan dibayar dengan mekanisme pembayaran UP.

Pembayaran Langsung (LS) adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada bendahara pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS). Pada pasal 40 ayat (1) dinyatakan bahwa pembayaran LS ditujukan kepada:

a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrakb. Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non

gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.

Page 50: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

48 | Edisi 15 Tahun 2018

Pada pasal 40 ayat (2) dinyatakan bahwa pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:

a. Bukti perjanjian/kontrakb. Referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia

barang/jasac. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaand. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barange. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan ( jika dipersyaratkan)f. Berita Acara Pembayarang. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPKh. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani

oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran ( jika dipersyaratkan)i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya

sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah ( jika dipersyaratkan)

j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan ( jika dipersyaratkan)

Pada pasal 40 ayat (3) dinyatakan bahwa pembayaran tagihan kepada bendahara pengeluaran/pihak lainnya dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:

a. Surat Keputusanb. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinasc. Daftar penerima pembayarand. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

Sebagaimana telah dinyatakan di atas, dalam hal mekanisme pembayaran LS tidak dapat dilakukan, tagihan dapat dibayar dengan mekanisme pembayaran UP. Pasal 51 ayat (1) dinyatakan bahwa bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu melakukan pembayaran atas Uang Persediaan (UP) berdasarkan surat perintah bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA. Pada saat PPK menyerahkan SPBy tersebut, harus dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran sebagai berikut:

a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP ( jika dipersyaratkan)

b. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan PPK.Pada pasal 43 ayat (3) dinyatakan bahwa pembayaran dengan Uang Persediaan

(UP) yang dapat dilakukan oleh bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran

Page 51: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 49

pembantu kepada satu penerima/ penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.

Selanjutnya pada pasal 31 dinyatakan bahwa bentuk perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa sampai dengan batas nilai tertentu mengikuti ketentuan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

2. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pada pasal 28 dinyatakan bahwa bentuk-bentuk kontrak terdiri atas: a. Bukti pembelian/pembayaran Bukti pembelian/pembayaran digunakan untuk pengadaan barang/jasa

Lainnya dengan nilai paling banyak Rp10.000.000,00. b. Kuitansi Kuitansi digunakan untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan nilai paling

banyak Rp50.000.000,00.c. Surat Perintah Kerja (SPK) SPK digunakan untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai paling

banyak Rp100.000.000,00, pengadaan barang/jasa lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00, dan pengadaan pekerjaan konstruksi dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00.

d. Surat perjanjian Surat perjanjian digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/

jasa lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 dan untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00.

e. Surat pesanan Surat pesanan digunakan untuk pengadaan barang/jasa melalui e-purchasing

atau pembelian melalui toko daring (on line)Untuk sinkronisasi, berikut ini ditampilkan tabel yang menyandingkan isi PMK

190 tahun 2012 dan PP nomor 16 tahun 2018, disertai dengan penarikan simpul-simpul keterkaitan keduanya.

Page 52: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

50 | Edisi 15 Tahun 2018

Tabel 1 Saji Sanding PMK nomor 190 tahun 2012 dan PP nomor 16 tahun 2018

PMK nomor 190 tahun 2012 PP nomor 16 tahun 2018Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi: a. Bukti perikatan/perjanjian/kontrakb. Referensi bank yang menunjukkan nama dan

nomor rekening penyedia barang/jasac. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaand. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barange. Berita Acara Pembayaranf. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh

penyedia barang/jasa dan PPK

Bentuk bukti perikatan/perjanjian/kontrak terdiri atas:a. Bukti pembelian/pembayaranb. Kuitansic. Surat Perintah Kerja (SPK)d. Surat Perjanjiane. Surat Pesanan

Mengatur besaran pembayaran:a. Mekanisme UP maksimal Rp 50 juta per

rekanan kecuali pembayaran honor dan perjalanan dinas

b. Mekanisme LS tidak ada minimal dan maksimalnya.

Mengatur besaran pembayaran masing-masing bentuk bukti perikatan, untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya/jasa konsultansi

Simpulan:Membahas tentang bukti-bukti tagihan yang sah, termasuk di dalamnya bukti perikatan/perjanjian/kontrak dan bukti pembayaran.

Simpulan:Hanya membahas bentuk-bentuk bukti perikatan/perjanjian/kontrak, tidak membahas bukti pembayaran.

Untuk memperjelas, berikut ini diberikan beberapa contoh pengadaan barang/jasa yang biasa dilakukan oleh satker dengan menyinkronkan aspek mekanisme pembayaran, bukti pembayaran, dan bukti perikatannya.

Tabel 2 Sinkronisasi Bukti Pembayaran dan Bukti Perikatan Pengadaan Barang

No TransaksiMekanisme Pembayaran

Bukti Pembayaran (PMK 190/2012)

Bukti Perikatan(PP 16/2018) Keterangan

1. Belanja ATK senilai Rp 5 juta

UP/LS Kuitansi/bukti pembelian (nota)

Bukti pembelian (nota)

Nota/kuitansi berlaku sebagai bukti perikatan sekaligus bukti pembayaran

2. Belanja ATK senilai Rp 45 juta

UP/LS Kuitansi Kuitansi Kuitansi berlaku sebagai bukti perikatan sekaligus bukti pembayaran

3. Belanja ATK senilai Rp 150 juta

LS Kuitansi Surat Perintah Kerja (SPK)

SPK berlaku sebagai bukti perikatan, kuitansi berlaku sebagai bukti pembayaran

4. Belanja ATK senilai Rp 300 juta

LS Kuitansi Surat Perjanjian Surat Perjanjian berlaku sebagai bukti perikatan, kuitansi berlaku sebagai bukti pembayaran

5. Belanja ATK berapapun nilai melalui e-purchasing atau toko daring

UP/LS Kuitansi Surat Pesanan Surat Pesanan berlaku sebagai bukti perikatan, kuitansi berlaku sebagai bukti pembayaran

Page 53: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 51

Tabel 3 Sinkronisasi Bukti Pembayaran dan Bukti Perikatan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

No TransaksiMekanisme Pembayaran

Bukti Pembayaran

(PMK 190/2012)

Bentuk Perikatan(PP 16/2018) Keterangan

1. Biaya penggantian keramik kantor senilai Rp 5 juta (belanja barang)

UP/LS Kuitansi (ditambah rincian pembayaran)

Kuitansi Kuitansi berlaku sebagai bukti perikatan sekaligus bukti pembayaran

2. Biaya penggantian keramik kantor senilai Rp 45 juta (belanja barang)

UP/LS Kuitansi(ditambah rincian pembayaran)

Kuitansi Kuitansi berlaku sebagai bukti perikatan sekaligus bukti pembayaran

3. Biaya renovasi gedung kantor senilai Rp 150 juta (belanja modal)

LS Kuitansi(ditambah rincian pembayaran)

Surat Perintah Kerja (SPK)

SPK berlaku sebagai bukti perikatan, kuitansi berlaku sebagai bukti pembayaran

4. Biaya renovasi gedung kantor senilai Rp 300 juta (belanja modal)

LS Kuitansi(ditambah rincian pembayaran)

Surat Perjanjian Surat Perjanjian berlaku sebagai bukti perikatan, kuitansi berlaku sebagai bukti pembayaran

PENUTUP

Dengan menguraikan terlebih dahulu perbedaan bukti perikatan dan bukti pembayaran, umumnya peserta merasa tercerahkan dan tidak kebingungan lagi. Dari pembahasan dan beberapa contoh tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa bukti perikatan dan bukti pembayaran memang berbeda. Namun demikian, keduanya bisa disinkronkan dengan memperhatikan hal-hal tertentu, misalnya nilai transaksi dan jenis pengadaan barang/jasanya. Hasilnya bukti pembayaran bisa menjadi bukti perikatan, walaupun tidak selalu terjadi dengan sebaliknya, bukti perikatanpun bisa menjadi bukti pembayaran.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PMK nomor 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN

Page 54: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

52 | Edisi 15 Tahun 2018

Jabatan fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa lahir pada tahun 2012 setelah keluarnya Permenpan RB No 77 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional

Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dan Angka Kreditnya yang kemudian secara berurutan keluar berbagai peraturan yang melengkapi insfrastruktur prosedur atas jabatan fungsional baru ini, termasuk keluarnya Perpres No 109/2016 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Berdasarkan data dari LKPP per 30 Mei 2018, jumlah JF PPBJ (Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa) di seluruh Indonesia mencapai 1662, dimana yang dinyatakan aktif mengirimkan DUPAK (Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit) hanya 1452. Dari data ini terpikir mengapa tidak semua FJ PPBJ aktif membuat DUPAK, barangkali disebabkan masih banyak dari mereka yang masih belum memahami butir-butir angka kredit yang bisa diajukan agar dapat mendapatkan kenaikan pangkat maupun jenjang lebih cepat daripada fungsional umum.

Angka kredit ini telah diatur lebih detail dengan Perka LKPP No 7 Tahun 2014 tentang Tata Kerja Tim Penilai dan Tata Cara Penilaian Angka Kredit JFPPBJ. Tulisan ini akan membahas secara teknis berapa paket yang harus dikerjakan untuk bisa naik pangkat.

ANGKA KREDIT JFT PENGELOLA PENGADAAN Sebagai Pokja Pemilihan, Bisa 2 Tahun Naik PANGKATa g u s a r i f r a k H m a n , m . m .

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Page 55: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 53

Tabel di atas memberikan gambaran cukup jelas terkait jumlah angka kredit yang harus dikejar untuk bisa naik pangkat, dimana Ahli Pertama membutuhkan 50 angka kredit dan Ahli Muda membutuhkan 100 angka kredit.

Tulisan ini akan secara khusus membahas JF PPBJ yang bertugas sebagak Pokja Pemilihan

tabel disamping merupakan hasil analisa penulis berdasarkan Perka LKPP No 7/2014 dimana angka kredit untuk Ahli Pertama setidaknya adalah 0,389 per paket pengadaan, sedangkan angka kredit untuk Ahli Muda 0,895 per paket pengadaan sehingga masing-masing secara teori dibutuhkan 128 paket untuk Ahli Pertama dan 111 paket untuk Ahli Muda.

Berikut akan dirinci dari JF PPBJ Ahli Muda terlebih dahulu terkait butir-butir kegiatan apa saja yang bisa diajukan sehingga menghasilkan angka 0,389 per paket tersebut

Page 56: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

54 | Edisi 15 Tahun 2018

Tabel di samping merupakan rincian 11 butir kegiatan yang bisa diajukan oleh Pokja pemilihan untuk bisa mendapatkan angka 0,895 per paket. 11 butir ini menurut penulis cukup mudah karena semua sudah menjadi dokumen standar yang harus didokumentasikan selama proses tender. Contohnya butir “Pemeriksaan Dokumen Spesifikasi”, JF PPBJ bisa menggunakan Berita Acara Kaji Ulang RPP yang sudah bertanda tangan PPK.

Begitu juga pada butir “Pembuatan rancangan kontrak” bukti yang diajukan adalah rancangan kontrak yang sudah bertanda tangan PPK, dokumen ini biasanya sudah menjadi bagian dari RPP yang diserahkan PPK kepada Pokja Pemilihan, termasuk HPS pada nomor 3.

Pada butir “Penyusunan dokumen pengadaan, JFPPBJ cukup mencetak halaman pertama dokumen pengadaan dan dapat dilengkapi dengan resume kontrak yang dicetak sampai data anggota pokja, hanya untuk sekedar

Page 57: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 55

meyakinkan bahwa anda berada dalam tim pokja. Butir selanjutnya adalah berita acara evaluasi penawaran yang sudah barang tentu menjadi dokumen wajib pokja pemilihan. Jadi dalam penyusunan DUPAK tidak terlalu kaku mengingat prosedur kerja Pokja saat ini mayoritas sudah menggunakan e-procurement sehingga harus dilakukan tindakan-tindakan yang bisa disamakan dengan bukti fisik yang diminta tersebut.

Untuk Ahli pertama terdapat 14 butir yang bisa diajukan dengan total nilai 0,389 per paket.

Oleh karena Ahli Muda membutuhkan 100 angka kredit untuk naik pangkat sehingga secara matematis dibutuhkan kurang lebih 111 paket pengadaan atau

Page 58: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

56 | Edisi 15 Tahun 2018

sekitar 56 paket per tahun. Apabila tercapai maka kemungkinan besar JF PPBJ Ahli Muda dapat naik pangkat setiap 2 tahun sekali, lebih cepat dibandingkan fungsional umum.

Begitu juga dengan Ahli Pertama yang hanya membutuhkan 50 angka kredit untuk naik pangkat sehingga dibutuhkan 128 paket untuk naik pangkat atau sekitar 64 paket pengadaan. Apabila tercapai maka naik pangkat 2 tahun sekali akan menjadi kenyataan. Pada akhirnya penulis mengajak para Aparatur Sipil Negara yang selama ini berkecimpung di bidang pengadaan barang dan jasa pemerintah tapi belum fungsional, untuk bergabung menjadi JF PPBJ, walaupun tunjangannya belum sesuai harapan, setidaknya peluang naik pangkat 2 tahun sekali ditambah kebijakan grade tunjangan kinerja dari grade 8, 9, dan 11 menjadi daya tarik tersendiri.

Page 59: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 57

Optimasi Pengadaan

BAGUS VS MURAH

n A n D A n G S u t i S n A

Saya sering mendengar keinginan pengguna kepada pelaksana pengadaan agar mendapatkan barang yang bagus dan murah. Sebenarnya itu dua

konsep yang berbeda, kalau ingin barang/jasa bagus harus siap mahal. Kalau mau murah harus siap mendapatkan barang/jasa yang kurang/tidak bagus. Dalam proses pengadaan tidak mungkin kita bisa mendapatkan barang/jasa yang bagus, sekaligus murah, mudah dan cepat prosesnya. Karena harga dan kualitas barang/jasa secara alamiah akan mengikuti mekanisme pasar dimana sumber daya dan kebutuhan setiap entitas akan dipengaruhi oleh sumber daya dan kebutuhan entitas lain dan semua berada dalam pola keseimbangan.

Mekanisme pengadaan adalah tools untuk mendapatkan optimasi dalam kondisi itu. Proses pengadaan pada prinsipnya mengikuti kaidah ilmu ekonomi yaitu terjadinya trade off yaitu setiap sumber daya yang kita butuhkan harus kita tebus dengan sumber daya yang kita miliki dan pasar adalah gabungan dari berbagai macam kondisi ini sehingga pasar dengan mekanismenya sendiri akan bergerak menuju keseimbangan. Jadi jangan pernah berpikir mencari barang/jasa bagus dengan harga murah secara hukum trade off itu tidak mungkin terjadi. Yang benar adalah mencari pengadaan yang paling optimal dengan bantuan strategi pengadaan yang tepat.

Page 60: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

58 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 61: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 59

Page 62: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

60 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 63: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 61

Even Penting Pengadaan

Page 64: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

62 | Edisi 15 Tahun 2018

Buku Baru Pengadaan

*pesan buku ke : Reza 0878 818 121 988

Page 65: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 63

Buku Baru Pengadaan

Page 66: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

64 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 67: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 65

Buku Baru Pengadaan

Page 68: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

66 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 69: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 67

Buku Baru Pengadaan

*pesan buku ke : Reza 0878 818 121 988

Page 70: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

68 | Edisi 15 Tahun 2018

Page 71: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

Edisi 15 Tahun 2018 | 69

Acara Bimtek IAPI di Yogya IAPI IN ACTIONKegiatan IAPI Jawatimur dengan BUMNAcara Bimtek IAPI di Yogya

IAPI IN ACTION

DPD IAPI JOGJA

DPD IAPI SULSEL - SOSIALISASI PERPRES 16 TAHUN 2018

DPD IAPI Bali

IPFE 2018

Page 72: OPTIMASI PENGADAAN · pengendalian penyelesaian dokumen dilakukan dengan melakukan monitoring batas waktu alur penyelesaian dokumen tagihan. Dengan menerapkan bentuk pengendalian

70 | Edisi 15 Tahun 2018

IAPI