Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dalam Upaya Menekan Pemanasan Global - Final_bab 1

download Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dalam Upaya Menekan Pemanasan Global - Final_bab 1

of 5

description

ds

Transcript of Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dalam Upaya Menekan Pemanasan Global - Final_bab 1

  • Prosiding Semiloka Nasional: Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan

    3

    OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN DALAM UPAYA MENEKAN PEMANASAN GLOBAL MENDUKUNG

    PENDIDIKAN BERBASIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT)

    Indriastuti

    Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Kementerian Kehutanan

    Ketua Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

    Utara yang saya hormati;

    Para Dosen, Orang Tua Mahasiswa dan para Alumni Departemen Ilmu

    Tanah USU yang saya hormati;

    Para mahasiswa dan peserta Seminar yang saya cintai;

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

    Yang Maha Kuasa, yang telah mempertemukan kita dalam acara Seminar

    dan Lokakarya ini dalam keadaan sehat-wal afiat.

    Saudara-saudara sekalian yang berbahagia;

    Sebagaimana telah sering diungkapkan oleh para ahli lingkungan pada

    akhir-akhir ini, bahwa kelangsungan kehidupan manusia di bumi dewasa

    ini mulai terancam dengan adanya fenomena pemanasan global yang

    memicu terjadinya perubahan iklim. Dampak pemanasan global saat ini

    sudah nyata terjadi di sekeliling kita. Menipisnya gletser dan lapisan es di

    kutub telah mengakibatkan permukaan air laut makin meningkat. Banjir,

    kekeringan dan badai merupakan berita-berita yang akrab di telinga kita.

    Banyak ahli mengkaitkan fenomena ini dengan perubahan iklim (climate

    change) yang disebabkan oleh pemanasan global.

    Sejak 1850 gletser Alpine telah kehilangan lebih dari 2/3 dari volume

    aslinya. Pada tahun 2100, diperkirakan hanya 5% gletser yang akan

    bertahan. Suhu tinggi juga memiliki pengaruh besar terhadap produksi

    hasil panen. Suhu hangat akan menyebabkan badai, tsunami dan badai

    petir yang akan mempengaruhi hasil panen pertanian.

    Sementara itu meningkatnya permukaan air laut diperkirakan akan

    mengakibatkan bencana yang cukup dahsyat. Ribuan pulau akan hilang.

    Di kota Jakarta serta pantai Utara Jawa, peningkatan permukaan air laut

  • Prosiding Semiloka Nasional: Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan

    4

    dapat berakibat berkurangnya wilayah daratan yang cukup signifikan.

    Banyak ahli yang mengatakan bahwa pada tahun 2025 pantai Ancol akan

    bergeser hingga mendekati Istana Negara.

    Hadirin peserta Seminar;

    Menurut penelitian, hutan lindung berpotensi menyerap karbon 55-220

    Ton Karbon/Ha. Sedangkan tanaman pengkayaan dapat menyimpan karbon sampai 70 Ton Karbon/Ha. Tanaman fast growing species dapat

    menyerap karbon 49-101 Ton Karbon/Ha. Reboisasi ber-daur pendek

    dapat menyimpan karbon 56-122 Ton Karbon/Ha, sedang yang berdaur

    panjang dapat menyerap karbon 134-334 Ton Karbon/Ha. Dengan

    demikian maka sektor kehutanan mempunyai peran strategis dalam

    mengurangi emisi karbon dalam program Mitigasi Perubahan Iklim ini.

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara internasional berupaya

    keras tampil proaktif dalam diplomasi pemanasan global dalam berbagai

    kesempatan. Dengan angka peningkatan emisi rata-rata 6,58 persen per

    tahun, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi 26

    persen (menjadi 41 persen dengan bantuan asing) sebelum 2020. Pada

    tahun 2010 ini Presiden SBY telah mencanangkan program penanaman satu milyard pohon dengan motto One Billion Trees, Indonesia for The World. Motto ini diwujudkan melalui program penanaman 1,3 juta hektar dan program gerakan penanaman swadaya oleh masyarakat.

    Saudara Hadirin yang berbahagia;

    Pembangunan hutan selalu terkait dengan pembangunan berkelanjutan,

    karena pembangunan dan pengelolaan hutan mempunyai dimensi waktu

    yang panjang lintas generasi. Sebelumnya saya ingin menyampaikan

    pengertian pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan

    dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini

    tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

    Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu

    kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk

    mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan

    berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-

    kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang

    akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

    Saudara-saudara Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara, dan

    hadirin yang berbahagia;

  • Prosiding Semiloka Nasional: Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan

    5

    Hutan di Indonesia yang sangat luas merupakan karunia Tuhan Yang

    Maha Esa dan warisan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Karunia

    dan warisan ini perlu dikelola secara bijak, terencana, optimal dan

    bertanggung jawab sesuai dengan daya dukungnya, serta memperhatikan

    kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup guna menjamin

    pemanfaatan hutan berkelanjutan, yang ditujukan untuk sebesar-besar

    kemakmuran rakyat yang berkeadilan di masa kini dan masa mendatang.

    Pernyataan ini mengandung nilai-nilai yang menjadi asas pembangunan

    kehutanan sekaligus tujuan pemanfaatan sumberdaya hutan. Pemanfaatan

    sumberdaya hutan ini harus dilaksanakan berdasarkan rasionalitas dan

    optimalitas yang dilaksanakan secara bertanggung jawab guna menjamin

    kelestarian dan keseimbangan ekosistem, serta pembangunan

    berkelanjutan secara berkeadilan.

    Guna tetap menjaga serta meningkatkan keberlanjutan pembangunan

    kehutanan, dalam 5 (lima) tahun kedepan Kementerian Kehutanan

    menetapkan 8 (delapan) kebijakan prioritas, terdiri dari:

    - Pemantapan Kawasan Hutan. - Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran

    Sungai (DAS).

    - Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan. - Konservasi Keanekaragaman Hayati. - Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan. - Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan. - Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan. - Penguatan Kelembagaan Kehutanan.

    Terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan, program

    mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan meliputi;

    1. Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut. Indikator dimaksud akan diwujudkan melalui penyelenggaraan

    kegiatan-kegiatan berupa:

    - Penyusunan rencana makro kawasan hutan.

    - Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kehutanan.

    - Peningkatan perencanaan pengelolaan hutan produksi. - Penyidikan dan perlindungan hutan.

    - Pengendalian kebakaran hutan. - Pengembangan perhutanan sosial.

    - Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).

  • Prosiding Semiloka Nasional: Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan

    6

    - Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas.

    - Penelitian dan pengembangan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam.

    2. Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 hektar per tahun, dengan kegiatan-kegiatan pokok antara lain:

    - Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).

    - Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas.

    - Penelitian dan pengembangan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam.

    3. Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh diantaranya melalui kerjasama lintas kementerian terkait.

    Saudara-saudara hadirin peserta Seminar;

    Sebagai komunitas Ilmu Tanah pada seminar dan lokakarya ini, tentu isyu

    yang sangat menarik adalah pengelolaan lahan gambut. Indonesia

    mempunyai lahan gambut sekitar 20 juta hektar yang tersebar sebagian

    besar di tiga pulau yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua. Gambut

    menjadi isyu yang sangat penting dalam fenomena pemanasan global

    karena lahan gambut berpotensi menghasilkan emisi karbon yang sangat

    besar.

    Pengelolaan lahan gambut merupakan tantangan yang cukup besar bagi

    bangsa Indonesia, karena mempunyai nilai lingkungan yang besar tetapi

    sekaligus juga mempunyai nilai ekonomi. Sebaran lahan gambut tidak

    hanya berada di hutan negara tetapi juga diluar kawasan hutan negara.

    Pertumbuhan penduduk menuntut pula peningkatan kebutuhan akan lahan

    pertanian termasuk di lahan gambut.

    Sebagian besar lahan gambut saat ini masih berupa tutupan hutan dan

    menjadi habitat bagi berbagai spesies fauna dan tanaman langka. Lahan

    gambut menyimpan karbon (C) dalam jumlah besar. Gambut juga

    mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga berfungsi sebagai

    penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut akan

    mengganggu semua fungsi ekosistem lahan gambut tersebut.

    Ekosistem lahan gambut sangat penting dalam sistem hidrologi

    kawasan hilir suatu DAS karena mampu menyerap air sampai 13 kali

    lipat dari bobotnya. Selain itu, kawasan gambut juga merupakan

  • Prosiding Semiloka Nasional: Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan

    7

    penyimpan cadangan karbon yang sangat besar, baik di atas maupun di

    bawah permukaan tanah.

    Kerusakan ekosistem gambut berdampak besar terhadap lingkungan

    setempat (in situ) maupun lingkungan sekelilingnya (ex situ). Kejadian

    banjir di hilir DAS merupakan salah satu dampak dari rusaknya

    ekosistem gambut.

    Karena kondisi inilah maka kedepan pengelolaan lahan gambut akan

    ditingkatkan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan dan bencana bagi

    masyarakat serta berdampak pada pemanasan global.

    Hadirin yang berbahagia,

    Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini.

    Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini dapat menjadi salah satu

    bahan bagi diskusi pada seminar dan lokakarya ini.

    Akhirul kata,

    Wa bilahit Taufik wal Hidayah

    Wassalamualaikum. Wr. Wb.