onta alat non alat trauma modul 1.docx

2
Nama : Hafizhan Ilmi NIM : 2012730130 Bagaimana tindakan awal penanganan jalan napas pada penderita sesak napas dengan menggunakan alat dan tanpa alat 1. Penilaian dan Antisipasi Sumbatan Jalan Napas Tetapkan apakah jalan napas berada dalam keadaan bebas dan terlindung, terancam atau mengalami sumbatan parsial atau total. Jalan napas yang bebas merupakan prioritas utama. Prorteksi terhadap aspirasi hanya bersifat relative, tindakan terpenting yang perlu dilakukan adalah penilaian awal dan penanganan kondisi pernapasan dan sirkulasi pada pasien a. Inspeksi dan dengar aliran udara naoas, frekuensi, serta dalamnya pernapasan (pada mulut dan hidung, pergerakan dinding dada, atau adanya tarikan trakea (tracheal tug)) b. Dengarkan adanya suara napas yang abnormal (suara mendeguk (gargling), mendengkur (snoring), tersedak (choking), batuk, stridor, mengi (wheezing)) c. Nilai suara pasien dan kualitasnya (lemah, terdengar kesakitan, serak) d. Tentukan tingkat kesadaran pasien (menggunakan GCS) e. Inspeksi mulut untuk mencari benda asing f. Uji kekuatan otot rahang, mulut, dan otot-otot orofaring g. Uji refleks muntah h. Palpasi daerah maksilofasial dan leher (adanya pembengkakan, deformitas, emfisema subkutis) 2. Perasat-perasat untuk membuka atau mempertahankan jalan napas a. Posisi Koma Baringkan pasien pada sisi samping. Pada posisi ini lidah akan jatuh ke depan dan ke satu sisi sehingga cairan dari dalam mulut dapat mengalir keluar sehingga mengurangi risiko aspirasi. Apabila diperlukan, suction dan laringoskopi dapat

description

kedokteran

Transcript of onta alat non alat trauma modul 1.docx

Nama : Hafizhan IlmiNIM : 2012730130Bagaimana tindakan awal penanganan jalan napas pada penderita sesak napas dengan menggunakan alat dan tanpa alat1. Penilaian dan Antisipasi Sumbatan Jalan NapasTetapkan apakah jalan napas berada dalam keadaan bebas dan terlindung, terancam atau mengalami sumbatan parsial atau total. Jalan napas yang bebas merupakan prioritas utama. Prorteksi terhadap aspirasi hanya bersifat relative, tindakan terpenting yang perlu dilakukan adalah penilaian awal dan penanganan kondisi pernapasan dan sirkulasi pada pasien1. Inspeksi dan dengar aliran udara naoas, frekuensi, serta dalamnya pernapasan (pada mulut dan hidung, pergerakan dinding dada, atau adanya tarikan trakea (tracheal tug))1. Dengarkan adanya suara napas yang abnormal (suara mendeguk (gargling), mendengkur (snoring), tersedak (choking), batuk, stridor, mengi (wheezing))1. Nilai suara pasien dan kualitasnya (lemah, terdengar kesakitan, serak)1. Tentukan tingkat kesadaran pasien (menggunakan GCS)1. Inspeksi mulut untuk mencari benda asing1. Uji kekuatan otot rahang, mulut, dan otot-otot orofaring1. Uji refleks muntah1. Palpasi daerah maksilofasial dan leher (adanya pembengkakan, deformitas, emfisema subkutis)

1. Perasat-perasat untuk membuka atau mempertahankan jalan napas1. Posisi KomaBaringkan pasien pada sisi samping. Pada posisi ini lidah akan jatuh ke depan dan ke satu sisi sehingga cairan dari dalam mulut dapat mengalir keluar sehingga mengurangi risiko aspirasi. Apabila diperlukan, suction dan laringoskopi dapat dilakukan dengan pasien dalam posisi Trendelenburg lateral kiri.

1. Memiringkan kepala ke arah belakang (head tilt)Ekstensikan kepala pada sendi atlanto-oksipital dengan meletakkan satu tangan pada dahi. Perasat ini biasanya dikombinasi dengan perasat mengangkat dagu (chin lift) atau mendorong rahang (jaw thrust).

1. Mengangkat dagu (chin lift)Angkat rahang bawah dan topang dengan mulut pasien dalam keadaan sedikit terbuka.

1. Mendorong rahang (jaw thrust)Pegang angulus mandibularis dan angkat ke arah depan. Jaw thrust yang dilakukan dengan baik dapat meminimalkan head tilt yang dibutuhkan untuk mengamankan jalan napas pada pasien yang dicurigai mengalami cedera tulang belakang leher.

1. Neck LiftAngkat leher ke sniffing position. Perasat ini kurang efektif dibandingan perasat head tilt/chin lift atau head tilt/jaw thrust. Dikontraindikasikan pada cedera vertebra servikalis.