Omsk

40
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam masyarakat sehari-hari sering kita kenal istilah congek, curek, ataupun opokan, untuk menyatakan penyakit radang telinga bagian tengah yang ditandai dengan keluarnya cairan dari liang telinga. Penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di masyarakat ini, dalam istilah kedokteran disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Sejak penggunaan antibiotika secara luas terhadap otitis media dan mastoiditis pada pertengahan tahun 1930-an, angka mortalitas dan penyulit serius dari otitis media telah sangat menurun. Namun, sekarang penyakit telinga tengah seringkali terdapat dalam bentuk kronik atau lambat yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan pengeluaran sekret. Morbiditas seringkali berarti gangguan pendengaran yang mengganggu fungsi sosial, pendidikan dan profesional. Pada anak usia sekolah, gangguan-gangguan telinga tengah lazim terjadi; anak mungkin memperlihatkan hasil yang buruk di sekolah sehingga gangguan ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan penyaring untuk selanjutnya didiagnosis dan diobati. 1 Otitis media adalah salah satu infeksi tersering pada anak-anak. Pada beberapa penelitian infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Infeksi umumnya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, sedangkan

description

thtttt

Transcript of Omsk

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Dalam masyarakat sehari-hari sering kita kenal istilah congek, curek, ataupun opokan, untuk menyatakan penyakit radang telinga bagian tengah yang ditandai dengan keluarnya cairan dari liang telinga. Penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di masyarakat ini, dalam istilah kedokteran disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Sejak penggunaan antibiotika secara luas terhadap otitis media dan mastoiditis pada pertengahan tahun 1930-an, angka mortalitas dan penyulit serius dari otitis media telah sangat menurun. Namun, sekarang penyakit telinga tengah seringkali terdapat dalam bentuk kronik atau lambat yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan pengeluaran sekret. Morbiditas seringkali berarti gangguan pendengaran yang mengganggu fungsi sosial, pendidikan dan profesional. Pada anak usia sekolah, gangguan-gangguan telinga tengah lazim terjadi; anak mungkin memperlihatkan hasil yang buruk di sekolah sehingga gangguan ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan penyaring untuk selanjutnya didiagnosis dan diobati.1

Otitis media adalah salah satu infeksi tersering pada anak-anak. Pada beberapa penelitian infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Infeksi umumnya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, sedangkan insiden puncak kedua terjadi pada tahun pertama masa sekolah.1 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul.2 Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran. OMSK dahulu disebut otitis media perforata.2

Survei prevalensi di seluruh dunia yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit dan metode sampling serta mutu metodologi menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. OMSK sebagai penyebab pada 28000 kematian. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,9 %. Pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.3 Berdasarkan hasil survei epidemiologi di tujuh provinsi di Indonesia pada tahun 1994 1996, didapatkan prevalensinya secara umum adalah 3,8%. Di Bali sendiri, khususnya di poliklinik THT RSUP Sanglah, OMSK menempati posisi teratas dari semua kasus yang ada. Selama bulan Agustus Oktober 2003 dari 1.450 kasus THT yang tercatat, 400 (27,59%) diantaranya adalah kasus OMSK.Sebagai seorang dokter umum yang berperan sebagai lini pertama, sangatlah penting untuk mengetahui tentang OMSK ini karena prevalensinya sangat banyak di Indonesia. Dengan mengetahui gejala-gejala OMSK melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, seorang dokter umum dapat memberikan penanganan awal seperti pembersihan liang telinga, pemberian antibiotika dan merujuk pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut seperti mastoidektomi maupun timpanoplasti, sehingga komplikasi-komplikasi OMSK dapat ditekan.4BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3cm. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.22.1.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang merupakan membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.2Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.2Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan. Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.22.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.2Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfa tinggi akan natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfa tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular sehingga dikenal sebagai membrane tektoria.2Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.22.2 Fisiologi PendengaranProses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis. 2,5

Gambar 2. Fisiologi pendengaran

2.3Definisi

Otitis media adalah suatu inflamasi yang terjadi pada telinga tengah dan kavum mastoid, tanpa memperhatikan etiologi maupun pathogenesisnya. Jika prosesnya terjadi lebih dari 12 minggu maka disebut kronik.6 Namun ada pula yang menyebutkan terminologi waktu yang lain. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.7 Batasan waktu menurut kebanyakan ahli THT adalah 3 bulan, namun batasan menurut WHO adalah 2 minggu untuk penegakan diagnosis OMSK dan masih bervariasi diantara banyak negara dan para ahli.8

Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah pada pemeriksaan pertama dapat menunjukkan sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis media kronik bersifat purulen (kental, putih), atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Sekret mungkin juga encer atau kental, bening atau berupa nanah.72.4Etiologi

Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada OMSK adalah P. Aeruginosa, S. Aureus, Corynebacterium, dan Klebsiella pneumoniae. Organisme anaerobik seperti Peptostreptococcus, Fusobacterium species, Propionibacterium acnes, dan Bacterioides species, juga umum ditemukan pada OMSK. Sedangkan pada OMA, organisme anaerob hanya memainkan peranan kecil dalam pathogenesisnya.6 Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan.Faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan OMSK antara lain:2,9 Hipertropi adenoid dan sinusitis kronik juga memberikan kontribusi terhadap berkembangnya OMSK.

Otitis media akut yang terlambat mendapat pengobatan

Otitis media akut yang tidak mendapat pengobatan antibiotik yang cukup dan tepat.

Radang saluran pernafasan bagian atas yang berulang

Daya tahan tubuh yang rendah akibat penyakit-penyakit malnutrisi, anemia, gangguan pada sistem imun tubuh.

Virulensi kuman.

Predisposisi genetik yang secara tipikal berhubungan dengan disfungsi tuba eustachius. Disfungsi ini terlihat dalam berbagai populasi, seperti suku Eskimo, dan orang Indian-Amerika, seperti juga yang ditemukan pada orang dengan kelainan berupa palatoschisis. Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan otitis media akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut Otitis Media Subakut.8Dalam kepustakaan yang lain dikatakan bahwa dalam keadaan normal, tuba Eustachius dapat mencegah akumulasi cairan dalam telinga tengah dengan cara membiarkan cairan tersebut mengalir keluar dari telinga tengah melalui tuba. Dalam beberapa waktu, otitis media kronik dapat berkembang, dan biasanya didahului oleh efusi (cairan) dalam telinga tengah yang tidak segera sembuh atau membaik. Cairan yang persisten ini kemudian terkontaminasi oleh bakteri, dan bakteri yang ditemukan pada otitis media kronik berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media akut.10OMSK dapat terjadi akibat tidak terjadinya resolusi pada OMA. Dimana dalam hal ini akan terjadi perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. Maka keadaan ini disebut sebagai otitis media supuratif kronis (OMSK). Perforasi ini dapat terjadi karena trauma, iatrogenik, atau karena otitis media akut dengan pengobatan yang lambat.4 Dengan demikian, maka segala sesuatu yang bisa menimbulkan gangguan fungsi tuba eustachius dapat pula mendorong terjadinya otitis media supuratif kronik (OMSK). 102.5Epidemiologi

Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,9% sehingga Indonesia termasuk negara dengan prevalensi OMSK yang tinggi.8 Prevalensi dari OMSK bervariasi dari negara ke negara. WHO mengklasifikasikannya negara yang memiliki prevalensi OMSK yaitu paling tinggi (>4%), tinggi (2-4%), rendah (1-2%), dan paling rendah (1mg

Ab bdsk px MO

Tuli konduktif (+)

Ideal: timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi

Otore menetap >3mg

Ideal: mastoidektomi+timpanoplasti

Otore stop

Perforasi menutup

PAGE