OLKAM - ftp.unpad.ac.id filedengan dilengkapi oleh rekrut-men yang benar agar posisi birokrasi...

1
BIROKRASI Indonesia sudah mendapatkan stigma buruk, lambat dan korup. Saat ba- nyak pihak pesimistis reformasi birokrasi tidak akan berjalan maksimal, Wali Kota Surakarta Joko Widodo meyakini birokrasi Indonesia bisa diperbaiki. Hal itu diungkapkan Joko dalam acara Deklarasi Birokrasi Bersih dan Melayani di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, kemarin. Pria yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan permasalahan utama dalam birokrasi di In- donesia ialah manajemen orga- nisasi dari pimpinan pusat dan daerah yang tidak benar. “Tergantung komitmen pemimpinnya. Saya enggak mau pusing. Semua bisa diperbaiki, asal ada komitmen,” ujarnya. Dia menyebutkan, perbaikan dan penyiapan sistem bisa mem- bawa reformasi birokrasi pada kesuksesan. Hal itu bisa terjadi dengan dilengkapi oleh rekrut- men yang benar agar posisi birokrasi ditempati orang yang memiliki kemampuan. “Kalau enggak mampu, eng- gak punya niat, copot dan ganti. Gitu saja,” tukasnya. Jokowi pernah mencopot tiga lurah dan seorang camat ka- rena tidak mendukung terlak- sananya program pembuatan kartu tanda penduduk hanya sejam saja di Kota Surakarta. Pada kesempatan itu juga, lima tokoh mendeklarasikan gerakan Birokrasi Bersih dan Melayani. Gerakan ini juga sebagai bentuk perwujudan dan pelaksanaan reformasi birokrasi. Kelima deklarator itu ialah Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Joko Widodo, Sekretaris Jenderal Transpa- rency International Indonesia (TII) Teten Masduki, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Dewi Aryani, dan Presiden Direktur Mustika Ratu Putri K Wardani. “Saya enggak mau bicara soal teori atau metode. Saya maunya bertindak. Kuncinya itu bertin- dak, enggak usah berteori lagi. Mudah-mudahan bisa tercapai yang diinginkan,” ujar Mahfud setelah deklarasi dilakukan. Deklarasi Birokrasi Bersih dan Melayani melahirkan tujuh kese- pakatan, antara lain menerapkan prinsip integritas dan akuntabili- tas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menolak segala bentuk penyalahgunaan we- wenang dalam pemerintahan, melaksanakan transformasi administrasi negara secara kon- sisten dan menyeluruh, serta memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat seba- gai perwujudan demokrasi. Selain itu, memperkuat sinergi antarpemangku kepentingan di pusat dan daerah, mendo- rong terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik, serta menjaga netralitas dan profesio- nalisme birokrasi. (*/KG/P-4) MANTAN anggota DPR dari F-PPP Sofyan Usman mengakui pernah mengajukan permin- taan sejumlah dana ke pihak Otorita Batam untuk mem- bantu pembangunan masjid di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Pengakuan tersebut dilontar- kan dalam sidang kasus dugaan suap terkait pembahasan Ang- garan Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2004-2005, yang berlangsung di Pengadilan Tindak pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, kemarin. “Saya telepon bisa atau tidak Otorita Batam membantu pem- bangunan masjid,” kata Sofyan dalam sidang yang mengagen- dakan pemeriksaan terdakwa tersebut. Menurutnya, permintaan yang disampaikan kepada Ke- tua Bidang Anggaran Otorita Batam, Mohammad Iqbal, itu tidak ada hubungannya de- ngan persetujuan APBN-P tahun 2004-2005 yang diajukan pihak Otorita Batam. Ia menegaskan permintaan itu murni untuk memban- tu pembangunan masjid di Cakung. Politikus PPP itu juga menya- takan tidak pernah menjanjikan apa pun ke pihak Otorita Batam terkait pembahasan APBN-P. “Saya cuma bilang, ‘insya Allah saya bantu’,” ujarnya. Sofyan membenarkan ban- tuan tersebut diterimanya dua tahap, yaitu pertama sebesar Rp150 juta dan tahap kedua Rp850 juta. Pemberian bantuan dana tahap pertama, kata dia, ber- langsung sebelum anggaran dibahas di Senayan, sedang- kan tahap kedua terjadi saat pembahasan anggaran sedang dilakukan. Ia juga sudah mem- buat ucapan terima kasih atas bantuan itu. Dalam kasus tersebut, Sofyan didakwa telah menerima pem- berian hadiah atau janji dari pihak Otorita Batam sebesar Rp1 miliar. Pemberian itu ter- diri atas uang tunai Rp150 juta dan 34 lembar Mandiri traveller,s cheque (MTC) senilai Rp850 juta dengan nilai per lembar Rp25 juta. Akibat perbuatan itu, Sofyan yang kini berstatus terdakwa, diduga melanggar Pasal 5 Ayat (2) jo Pasal 5 Ayat (1) huruf b UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (*/P-3) 4 JUMAT, 9 DESEMBER 2011 P OLKAM MI/M IRFAN Sofyan Usman Mantan anggota DPR EMIR CHAIRULLAH D IBERLAKUKAN- NYA penundaan se- mentara penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) oleh pemerintah pusat membuat sejumlah dae- rah dan instansi mengakalinya dengan memanipulasi jumlah pegawai honorer. Akal bulus yang digunakan adalah menerima pegawai honorer sebanyak-banyaknya untuk kemudian diangkat menjadi PNS melalui surat pengangkatan palsu. Kuatnya dugaan itu berdasar- kan hasil temuan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Ne- gara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) yang menyebutkan, dari 67 ribu pegawai honorer yang bekerja sebelum 2005 yang bakal segera diangkat menjadi PNS, seba- nyak 10%-15% di antaranya merupakan hasil manipulasi. “Sebagian dari mereka itu melakukan kecurangan dengan memalsukan data masuk be- kerja,” kata Wakil Menteri PAN dan RB Eko Prasojo di Jakarta, kemarin. Sesuai kesepakatan peme- rintah dan DPR, sebanyak 67 ribu pegawai honorer akan diangkat menjadi PNS pada 2011. Pegawai honorer yang akan diangkat itu adalah me- reka yang sudah bekerja dari sebelum 2005. Kesepakatan itu menjadi bagian dari rencana pemerintah untuk menerapkan kebijakan penundaan sementara pene- rimaan CPNS yang berlaku mulai 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Namun dengan adanya temuan terbaru itu, pemerin- tah akhirnya terpaksa menunda rencana pengangkatan itu. “Terpaksa harus ditunda. Saya terima laporannya banyak sekali. Bayangkan saja, sedikit- nya 6.000 pegawai yang diang- kat adalah hasil manipulasi,” ujarnya. Ia mencontohkan pada 2009 salah seorang bupati menya- takan di wilayahnya tidak ada lagi penerimaan pegawai honorer. Namun ternyata saat ini, daerah tersebut mengaju- kan banyak pegawai honorer untuk diangkat menjadi PNS. “Ini kan pasti ada yang curang dengan memanipulasi data,” katanya. Salah seorang guru honorer di sebuah SD di Jakarta menye- butkan, modus yang dilakukan adalah dengan membuat surat keputusan pengangkatan pal- su. Ia menemukan koleganya yang baru mulai mengajar pada 2006 tetapi sudah diangkat sebagai PNS pada tahun ini. “Ternyata di SK pengangkatan gurunya ditulis mulai bekerja pada 2004,” ungkap seorang guru yang tidak ingin disebut namanya itu. Pemetaan kebutuhan Sebelumnya Menteri PAN dan RB Azwar Abubakar sudah mengingatkan pemerintah dae- rah untuk segera merampung- kan pemetaan kebutuhan PNS di wilayahnya masing-masing. “Dengan adanya peta itu, kita akan mengetahui berapa dibu- tuhkan aparatur pemerintahan daerah, apakah sudah lebih atau masih kurang,” kata Az- war saat berada di Banda Aceh, November lalu. Pemetaan itu, sambungnya, berkaitan dengan moratorium PNS sehingga ada kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi kebutuhan aparaturnya. Jika pemetaan tersebut selesai, pe- merintah pusat akan mencabut kebijakan moratorium PNS karena kebutuhan dan jumlah yang dibutuhkan di setiap bi- dang sudah diketahui. Secara umum, kata dia, jum- lah aparatur di hampir semua pemerintahan daerah sudah melebihi kebutuhan. Buktinya, banyak PNS yang datang ke kantor, tetapi tidak bekerja. “Saya memperkirakan jum- lah PNS yang tidak bekerja itu berkisar 30% hingga 40% di ma- sing-masing instansi. Namun, ada juga instansi yang benar- benar membutuhkan aparatur,” ujarnya. (Ant/P-2) [email protected] MI/BARY FATHAHILAH DEKLARASI BIROKRASI BERSIH: Wali Kota Surakarta Joko Widodo disemati pin disaksikan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (kanan) dan Presiden Direktur PT Mustika Ratu Putri K Wardani (kiri) saat mendeklarasikan gerakan Birokrasi Bersih dan Melayani, di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, kemarin. Surat pengangkatan jadi PNS dapat dibeli dengan mudah untuk melegalkan manipulasi rekrutmen CPNS. 6.000 CPNS Palsukan Data Diri Ini kan pasti ada yang curang dengan memanipulasi data.” Eko Prasojo Wakil Menteri PAN dan RB Amnesty International Pertanyakan Tahanan Politik DINAMIKA MA dan KY Bentuk Liaison Officer DUA institusi yang sering berseteru, Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY), akhirnya bertemu secara formal membahas perbedaan pendapat di antara keduanya. Para pe- mimpin kedua lembaga tinggi negara itu bertemu untuk rapat koordinasi di Jakarta, kemarin. Seusai pertemuan yang di- hadiri seluruh pemimpin MA dan KY itu, Ketua MA Harin A Tumpa mengungkapkan kedua lembaga sepakat membentuk tim asistensi dan tim penghu- bung (liaison officer). Adanya tim itu diharapkan bisa mencapai titik temu dalam penanganan kasus peradilan. “Kita bentuk tim asistensi yang merumuskan persoalan tersebut. Kami juga sepakat membuat liaison officer yang akan dibentuk KY dan MA,” kata Harin. Tim asistensi teknis itu di- bentuk selambat-lambatnya satu bulan ke depan. Tim asistensi berjumlah 14 orang yang berasal dari KY dan MA. (Che/P-2) Mantan Pegawai KPK Terancam 15 Tahun MANTAN pegawai di Deputi Pencegahan Komisi Pemberan- tasan Korupsi (KPK) Endro Laksono didakwa melakukan tindak pidana korupsi peng- gelapan di Pengadilan Tipikor Jakarta. Ia terancam hukuman pidana penjara 15 tahun. Jaksa Surma saat membacakan dakwaan di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin, mendakwa pria yang menjabat benda- hara pengeluaran pembantu di Deputi Pencegahan KPK diduga telah menggelapkan uang ang- garan yang dikelolanya selama Februari–Desember 2009. Jaksa menguraikan, pada Februari 2009, Endro diduga menerima uang sebesar Rp1,52 miliar guna uang muka biaya perjalanan dinas pada Deputi Pencegahan KPK. Namun dari dana tersebut, hanya Rp935,94 juta yang dapat dipertanggungjawabkan dan sisanya dikembalikan kepada Mamik Puji Lestari, bendahara pengeluaran, sebesar Rp235,27 juta. “Masih tercatat kekurangan atau selisih uang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan perbuatannya, yaitu sebesar Rp388,87 juta,” imbuhnya. (*/P-2) KPK Resmikan Pusat Pembelajaran KOMISI Pemberantasan Korup- si (KPK), kemarin, meresmikan Pusat Pembelajaran Antikorup- si atau yang dikenal dengan nama Anti Corruption Learning Centre (ACLC). Menurut Wakil Ketua KPK Haryono Umar, pembentukan ACLC itu untuk mempercepat pemberantasan korupsi di Indonesia. “Melalui program ini, di- harapkan terbentuk individu yang memahami langkah yang harus diambil dalam membe- rantas korupsi,” kata Haryono di kantor KPK Jakarta. Dia memaparkan, selama ini pihaknya telah mengembang- kan pendidikan antikorupsi bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (*/P-2) MENTERI Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan tahanan politik sudah tidak ada lagi di Indonesia, termasuk di Papua. “Yang ada adalah tahanan para pelaku tindakan melang- gar hukum, sesuai Kitab Un- dang-Undang Hukum Pidana (KUHP),” katanya di Jakarta, kemarin. Hal itu disampaikannya seusai menerima kunjungan Amnesty International. Dalam pertemuan itu, setidaknya ada tiga poin yang menjadi per- hatian Amnesty International terhadap upaya pemerintah dalam mengatasi masalah Papua. Selain meminta pembebasan tahanan politik, Amnesty juga mendesak pemerintah se- gera mengimplementasikan Undang-Undang Otonomi Khusus. Salah satunya dengan membentuk suatu pengadilan hak asasi manusia dan komisi kebenaran dan rekonsiliasi. Menurut Djoko, pihak asing hanya melihat tahanan politik berdasar paradigmanya sen- diri. “Mereka melihat dari sisi pandangan mereka semen- tara kita sesuai aturan perun- dang-undangan yang ada,” tuturnya. Menurut catatan Amnesty International, sedikitnya masih ada 90 tahanan politik yang se- dang ditahan di penjara Papua dan Maluku karena aktivitas prokemerdekaan Papua. Di tempat terpisah, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengeta- huan Indonesia (LIPI) Muri- dan S Widjojo menegaskan, keinginan untuk merevisi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua harus didasarkan pada kesepakatan di antara dua pihak, yakni pemerintah pusat dan masyarakat Papua. Ia menegaskan, implemen- tasi UU Otsus Papua selama ini belum optimal, dan cenderung tidak mendapatkan legitimasi dari masyarakat Papua. Bah- kan, pemerintah pusat dan masyarakat Papua sendiri cen- derung tidak menghiraukan UU tersebut. “Saat ini yang justru tumbuh adalah stigma negatif terhadap otonomi khusus di kalangan masyarakat Papua. Di mata masyarakat, masa otsus justru korupsi makin tinggi,” terang- nya. Sebenarnya, lanjut Muridan, substansi yang terkandung dalam UU Otsus Papua su- dah baik. Namun UU otsus tersebut merupakan hasil pe- mikiran dari para ahli, bukan kehendak penuh dan kesepa- katan murni dari dua pihak, yakni pusat dan daerah. (Ant/ Mad/P-2) Birokrasi Indonesia Bisa Dibenahi Sofyan Akui Minta Dana ke Otorita Batam

Transcript of OLKAM - ftp.unpad.ac.id filedengan dilengkapi oleh rekrut-men yang benar agar posisi birokrasi...

BIROKRASI Indonesia sudah mendapatkan stigma buruk, lambat dan korup. Saat ba-nyak pihak pesimistis reformasi birokrasi tidak akan berjalan maksimal, Wali Kota Surakarta Joko Widodo meyakini birokrasi Indonesia bisa diperbaiki.

Hal itu diungkapkan Joko dalam acara Deklarasi Birokrasi Bersih dan Melayani di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, kemarin.

Pria yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan permasalahan utama dalam birokrasi di In-donesia ialah manajemen orga-nisasi dari pimpinan pusat dan daerah yang tidak benar.

“Tergantung komitmen pemimpinnya. Saya enggak mau

pusing. Semua bisa diperbaiki, asal ada komitmen,” ujarnya.

Dia menyebutkan, perbaikan dan penyiapan sistem bisa mem-bawa reformasi birokrasi pada kesuksesan. Hal itu bisa terjadi dengan dilengkapi oleh rekrut-men yang benar agar posisi birokrasi ditempati orang yang memiliki kemampuan.

“Kalau enggak mampu, eng-gak punya niat, copot dan ganti. Gitu saja,” tukasnya.

Jokowi pernah mencopot tiga lurah dan seorang camat ka-rena tidak mendukung terlak-sananya program pembuatan kartu tanda penduduk hanya sejam saja di Kota Surakarta. Pada kesempatan itu juga, lima tokoh mendeklarasikan gerakan

Birokrasi Bersih dan Melayani. Gerakan ini juga sebagai bentuk perwujudan dan pelaksanaan reformasi birokrasi.

Kelima deklarator itu ialah Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Joko Widodo, Sekretaris Jenderal Transpa-rency International Indonesia (TII) Teten Masduki, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Dewi Aryani, dan Presiden Direktur Mustika Ratu Putri K Wardani.

“Saya enggak mau bicara soal teori atau metode. Saya maunya bertindak. Kuncinya itu bertin-dak, enggak usah berteori lagi. Mudah-mudahan bisa tercapai yang diinginkan,” ujar Mahfud setelah deklarasi dilakukan.

Deklarasi Birokrasi Bersih dan Melayani melahirkan tujuh kese-pakatan, antara lain menerapkan prinsip integritas dan akuntabili-tas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menolak segala bentuk penyalahgunaan we-wenang dalam pemerintahan, melaksanakan transformasi administrasi negara secara kon-sisten dan menyeluruh, serta memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat seba-gai perwujudan demokrasi.

Selain itu, memperkuat sinergi antarpemangku kepentingan di pusat dan daerah, mendo-rong terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik, serta menjaga netralitas dan profesio-nalisme birokrasi. (*/KG/P-4)

MANTAN anggota DPR dari F-PPP Sofyan Usman mengakui pernah mengajukan permin-taan sejumlah dana ke pihak Otorita Batam untuk mem-bantu pembangunan masjid di kawasan Cakung, Jakarta Timur.

Pengakuan tersebut dilontar-kan dalam sidang kasus dugaan suap terkait pembahasan Ang-garan Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2004-2005, yang berlangsung di Pengadilan Tindak pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, kemarin.

“Saya telepon bisa atau tidak Otorita Batam membantu pem-bangunan masjid,” kata Sofyan dalam sidang yang mengagen-

dakan pemeriksaan terdakwa tersebut.

Menurutnya, permintaan yang disampaikan kepada Ke-tua Bidang Anggaran Otorita Batam, Mohammad Iqbal, itu tidak ada hubungannya de-ngan persetujuan APBN-P

tahun 2004-2005 yang diajukan pihak Otorita Batam.

Ia menegaskan permintaan itu murni untuk memban-tu pembangunan masjid di Cakung.

Politikus PPP itu juga menya-takan tidak pernah menjanjikan apa pun ke pihak Otorita Batam terkait pembahasan APBN-P. “Saya cuma bilang, ‘insya Allah saya bantu’,” ujarnya.

Sofyan membenarkan ban-tuan tersebut diterimanya dua tahap, yaitu pertama sebesar Rp150 juta dan tahap kedua Rp850 juta.

Pemberian bantuan dana tahap pertama, kata dia, ber-langsung sebelum anggaran dibahas di Senayan, sedang-

kan tahap kedua terjadi saat pembahasan anggaran sedang dilakukan. Ia juga sudah mem-buat ucapan terima kasih atas bantuan itu.

Dalam kasus tersebut, Sofyan didakwa telah menerima pem-berian hadiah atau janji dari pihak Otorita Batam sebesar Rp1 miliar. Pemberian itu ter-diri atas uang tunai Rp150 juta dan 34 lembar Mandiri traveller,s cheque (MTC) senilai Rp850 juta dengan nilai per lembar Rp25 juta.

Akibat perbuatan itu, Sofyan yang kini berstatus terdakwa, diduga melanggar Pasal 5 Ayat (2) jo Pasal 5 Ayat (1) huruf b UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (*/P-3)

4 JUMAT, 9 DESEMBER 2011POLKAM

MI/M IRFAN

Sofyan UsmanMantan anggota DPR

EMIR CHAIRULLAH

DIBERLAKUKAN-NYA penundaan se-mentara penerimaan calon pegawai negeri

sipil (CPNS) oleh pemerintah pusat membuat sejumlah dae-rah dan instansi mengakalinya dengan memanipulasi jumlah pegawai honorer.

Akal bulus yang digunakan adalah menerima pegawai honorer sebanyak-banyaknya untuk kemudian diangkat menjadi PNS melalui surat pengangkatan palsu.

Kuatnya dugaan itu berdasar-kan hasil temuan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Ne-gara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) yang menyebutkan, dari 67 ribu pegawai honorer yang bekerja sebelum 2005 yang bakal segera diangkat menjadi PNS, seba-nyak 10%-15% di antaranya merupakan hasil manipulasi.

“Sebagian dari mereka itu melakukan kecurangan dengan memalsukan data masuk be-kerja,” kata Wakil Menteri PAN dan RB Eko Prasojo di Jakarta, kemarin.

Sesuai kesepakatan peme-rintah dan DPR, sebanyak 67 ribu pegawai honorer akan diangkat menjadi PNS pada 2011. Pegawai honorer yang akan diangkat itu adalah me-reka yang sudah bekerja dari sebelum 2005.

Kesepakatan itu menjadi bagian dari rencana pemerintah untuk menerapkan kebijakan penundaan sementara pene-rimaan CPNS yang berlaku mulai 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012.

Namun dengan adanya temuan terbaru itu, pemerin-tah akhirnya terpaksa menunda rencana pengangkatan itu. “Terpaksa harus ditunda. Saya terima laporannya banyak sekali. Bayangkan saja, sedikit-nya 6.000 pegawai yang diang-

kat adalah hasil manipulasi,” ujarnya.

Ia mencontohkan pada 2009 salah seorang bupati menya-takan di wilayahnya tidak ada lagi penerimaan pegawai honorer. Namun ternyata saat ini, daerah tersebut mengaju-kan banyak pegawai honorer untuk diangkat menjadi PNS. “Ini kan pasti ada yang curang dengan memanipulasi data,” katanya.

Salah seorang guru honorer di sebuah SD di Jakarta menye-butkan, modus yang dilakukan adalah dengan membuat surat keputusan pengangkatan pal-su. Ia menemukan koleganya yang baru mulai mengajar pada 2006 tetapi sudah diangkat sebagai PNS pada tahun ini. “Ternyata di SK pengangkatan gurunya ditulis mulai bekerja pada 2004,” ungkap seorang guru yang tidak ingin disebut namanya itu.

Pemetaan kebutuhanSebelumnya Menteri PAN

dan RB Azwar Abubakar sudah mengingatkan pemerintah dae-rah untuk segera merampung-kan pemetaan kebutuhan PNS di wilayahnya masing-masing. “Dengan adanya peta itu, kita akan mengetahui berapa dibu-tuhkan aparatur pemerintahan daerah, apakah sudah lebih atau masih kurang,” kata Az-war saat berada di Banda Aceh, November lalu. Pemetaan itu, sambungnya, berkaitan dengan moratorium PNS sehingga ada kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi kebutuhan aparaturnya. Jika pemetaan tersebut selesai, pe-merintah pusat akan mencabut kebijakan moratorium PNS karena kebutuhan dan jumlah yang dibutuhkan di setiap bi-dang sudah diketahui.

Secara umum, kata dia, jum-lah aparatur di hampir semua pemerintahan daerah sudah melebihi kebutuhan. Buktinya, banyak PNS yang datang ke kantor, tetapi tidak bekerja.

“Saya memperkirakan jum-lah PNS yang tidak bekerja itu berkisar 30% hingga 40% di ma-sing-masing instansi. Namun, ada juga instansi yang benar-benar membutuhkan aparatur,” ujarnya. (Ant/P-2)

[email protected]

MI/BARY FATHAHILAH

DEKLARASI BIROKRASI BERSIH: Wali Kota Surakarta Joko Widodo disemati pin disaksikan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (kanan) dan Presiden Direktur PT Mustika Ratu Putri K Wardani (kiri) saat mendeklarasikan gerakan Birokrasi Bersih dan Melayani, di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, kemarin.

Surat pengangkatan jadi PNS dapat dibeli dengan mudah untuk melegalkan manipulasi rekrutmen CPNS.

6.000 CPNSPalsukanData Diri

Ini kan pasti ada yang curang

dengan memanipulasi data.”

Eko PrasojoWakil Menteri PAN dan RB

AmnestyInternationalPertanyakan

TahananPolitik

DINAMIKAMA dan KY BentukLiaison OfficerDUA institusi yang sering berseteru, Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY), akhirnya bertemu secara formal membahas perbedaan pendapat di antara keduanya. Para pe-mimpin kedua lembaga tinggi negara itu bertemu untuk rapat koordinasi di Jakarta, kemarin.

Seusai pertemuan yang di-hadiri seluruh pemimpin MA dan KY itu, Ketua MA Harifi n A Tumpa mengungkapkan kedua lembaga sepakat membentuk tim asistensi dan tim penghu-bung (liaison officer). Adanya tim itu diharapkan bisa mencapai titik temu dalam penanganan kasus peradilan. “Kita bentuk tim asistensi yang merumuskan persoalan tersebut. Kami juga sepakat membuat liaison officer yang akan dibentuk KY dan MA,” kata Harifi n.

Tim asistensi teknis itu di-bentuk selambat-lambatnya satu bulan ke depan. Tim asistensi berjumlah 14 orang yang berasal dari KY dan MA. (Che/P-2)

Mantan Pegawai KPK Terancam 15 Tahun

MANTAN pegawai di Deputi Pencegahan Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK) Endro Laksono didakwa melakukan tindak pidana korupsi peng-gelapan di Pengadilan Tipikor Jakarta. Ia terancam hukuman pidana penjara 15 tahun.

Jaksa Surma saat membacakan dakwaan di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin, mendakwa pria yang menjabat benda-hara pengeluaran pembantu di Deputi Pencegahan KPK diduga telah menggelapkan uang ang-garan yang dikelolanya selama Februari–Desember 2009. Jaksa menguraikan, pada Februari 2009, Endro diduga menerima uang sebesar Rp1,52 miliar guna uang muka biaya perjalanan dinas pada Deputi Pencegahan KPK. Namun dari dana tersebut, hanya Rp935,94 juta yang dapat dipertanggungjawabkan dan sisanya dikembalikan kepada Mamik Puji Lestari, bendahara pengeluaran, sebesar Rp235,27 juta.

“Masih tercatat kekurangan atau selisih uang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan perbuatannya, yaitu sebesar Rp388,87 juta,” imbuhnya. (*/P-2)

KPK Resmikan Pusat Pembelajaran

KOMISI Pemberantasan Korup-si (KPK), kemarin, meresmikan Pusat Pembelajaran Antikorup-si atau yang dikenal dengan nama Anti Corruption Learning Centre (ACLC). Menurut Wakil Ketua KPK Haryono Umar, pembentukan ACLC itu untuk mempercepat pemberantasan korupsi di Indonesia.

“Melalui program ini, di-harapkan terbentuk individu yang memahami langkah yang harus diambil dalam membe-rantas korupsi,” kata Haryono di kantor KPK Jakarta.

Dia memaparkan, selama ini pihaknya telah mengembang-kan pendidikan antikorupsi bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (*/P-2)

MENTERI Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan tahanan politik sudah tidak ada lagi di Indonesia, termasuk di Papua.

“Yang ada adalah tahanan para pelaku tindakan melang-gar hukum, sesuai Kitab Un-dang-Undang Hukum Pidana (KUHP),” katanya di Jakarta, kemarin.

Hal itu disampaikannya seusai menerima kunjungan Amnesty International. Dalam pertemuan itu, setidaknya ada tiga poin yang menjadi per-

hatian Amnesty International terhadap upaya pemerintah dalam mengatasi masalah Papua.

Selain meminta pembebasan tahanan politik, Amnesty juga mendesak pemerintah se-gera mengimplementasikan Undang-Undang Otonomi Khusus. Salah satunya dengan membentuk suatu pengadilan hak asasi manusia dan komisi kebenaran dan rekonsiliasi.

Menurut Djoko, pihak asing hanya melihat tahanan politik berdasar paradigmanya sen-

diri. “Mereka melihat dari sisi pandangan mereka semen-tara kita sesuai aturan perun-dang-undangan yang ada,” tuturnya.

Menurut catatan Amnesty International, sedikitnya masih ada 90 tahanan politik yang se-dang ditahan di penjara Papua dan Maluku karena aktivitas prokemerdekaan Papua.

Di tempat terpisah, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengeta-huan Indonesia (LIPI) Muri-dan S Widjojo menegaskan, keinginan untuk merevisi UU

No 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua harus didasarkan pada kesepakatan di antara dua pihak, yakni pemerintah pusat dan masyarakat Papua.

Ia menegaskan, implemen-tasi UU Otsus Papua selama ini belum optimal, dan cenderung tidak mendapatkan legitimasi dari masyarakat Papua. Bah-kan, pemerintah pusat dan masyarakat Papua sendiri cen-derung tidak menghiraukan UU tersebut.

“Saat ini yang justru tumbuh

adalah stigma negatif terhadap otonomi khusus di kalangan masyarakat Papua. Di mata masyarakat, masa otsus justru korupsi makin tinggi,” terang-nya.

Sebenarnya, lanjut Muridan, substansi yang terkandung dalam UU Otsus Papua su-dah baik. Namun UU otsus tersebut merupakan hasil pe-mikiran dari para ahli, bukan kehendak penuh dan kesepa-katan murni dari dua pihak, yakni pusat dan daerah. (Ant/Mad/P-2)

Birokrasi Indonesia Bisa Dibenahi

Sofyan Akui Minta Dana ke Otorita Batam