Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum...

15
SEMINAR PEMETAAN ARKEOLOGI ISLAM NUSANTARA (disampaikan di Universitas Islam Negeri UIN Sultan Qosim, Pakanbaru, Riau 08 Juni 2011) Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimah Ide tentang perlunya wacana pemahaman ke arah pengertian bersama tentang Seminar PEMETAAN ARKEOLOGI ISLAM NUSANTARA yang diprakarsai oleh Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qosim, Pekanbaru, Riau, memang tepat, mendesak dan perlu. Hal yang mendasari dipilihnya tema ini dan mudah-mudahan kita masih dalam satu persepsi, adalah kenyataan bahwa bentangan wilayah Nusantara di masa lalu merupakan salah satu wilayah yang memiliki kedudukan penting. Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan yang kita huni sebagai wilayah NKRI ini merupakan mata rantai dari jalur perdagangan yang mulai marak sejak awal abad Masehi. Potensi Kepulauan Nusantara dan Asia Tenggara Daratan diketahui sebagai sumber berbagai komoditi yang dibutuhkan saat itu - dan sejarawan menamakan mata rantai perniagaan di wilayah ini sebagai Jalur Sutera Kedua. Jalur perniagaan ini merupakan alternatif dari rute sebelumnya untuk menghubungkan wilayah Timur Tengah dan Asia Timur sejak awal abad Masehi yang disebut Jalur Sutera Pertama. Konsekuensi wilayah NKRI sebagai mata rantai perniagaan Jalur Sutera dalam bentangan kurun waktu panjang, telah melahirkan Masyarakat NKRI sebagai masyarakat multikultural terdiri dari berbagai suku bangsa. Di mana kumpulan individu yang berbeda-beda asal-usulnya membentuk kepentingan dan tujuan yang sama pada saat tertentu dalam perjalanan historis KESULTANAN-KESULTANAN dalam bentangan wilayah NUSANTARA, hingga berwujud NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Wacana Pertama Masih beruntunglah kita yang pernah lulus Ujian Nasional, mudah-mudahan masih ingat sejumlah nama Kesultanan Islam Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Demak, Cirebon, Banten, Goa-Tallo, Ternate-Tidore, Banjar. Demikianlah muatan materi diulang-ulang sejak kita duduk manis di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.Tapi, Bagaimanakah nasib nama-nama Kesultanan Islam

Transcript of Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum...

Page 1: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

SEMINAR PEMETAAN ARKEOLOGI ISLAM NUSANTARA

(disampaikan di Universitas Islam Negeri UIN Sultan Qosim, Pakanbaru, Riau 08 Juni 2011)

Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum

Muqaddimah

Ide tentang perlunya wacana pemahaman ke arah pengertian bersama tentang Seminar

PEMETAAN ARKEOLOGI ISLAM NUSANTARA yang diprakarsai oleh Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Qosim, Pekanbaru, Riau, memang tepat, mendesak dan perlu. Hal yang

mendasari dipilihnya tema ini – dan mudah-mudahan kita masih dalam satu persepsi, adalah

kenyataan bahwa bentangan wilayah Nusantara di masa lalu merupakan salah satu wilayah yang

memiliki kedudukan penting. Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan yang kita

huni sebagai wilayah NKRI ini merupakan mata rantai dari jalur perdagangan yang mulai marak

sejak awal abad Masehi. Potensi Kepulauan Nusantara dan Asia Tenggara Daratan diketahui

sebagai sumber berbagai komoditi yang dibutuhkan saat itu - dan sejarawan menamakan mata

rantai perniagaan di wilayah ini sebagai Jalur Sutera Kedua. Jalur perniagaan ini merupakan

alternatif dari rute sebelumnya untuk menghubungkan wilayah Timur Tengah dan Asia Timur

sejak awal abad Masehi yang disebut Jalur Sutera Pertama.

Konsekuensi wilayah NKRI sebagai mata rantai perniagaan Jalur Sutera dalam bentangan

kurun waktu panjang, telah melahirkan Masyarakat NKRI sebagai masyarakat multikultural

terdiri dari berbagai suku bangsa. Di mana kumpulan individu yang berbeda-beda asal-usulnya

membentuk kepentingan dan tujuan yang sama pada saat tertentu dalam perjalanan historis

KESULTANAN-KESULTANAN dalam bentangan wilayah NUSANTARA, hingga berwujud

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

Wacana Pertama

Masih beruntunglah kita yang pernah lulus Ujian Nasional, mudah-mudahan masih ingat

sejumlah nama Kesultanan Islam Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Demak, Cirebon, Banten,

Goa-Tallo, Ternate-Tidore, Banjar. Demikianlah muatan materi diulang-ulang sejak kita duduk

manis di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.Tapi, Bagaimanakah nasib nama-nama Kesultanan Islam

Page 2: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

yang pernah berdiri di hampir setiap propinsi RI, sepertinya kurang banyak disebut apalagi

disentuh ke arah pemahamannya ?

Perkembangan masyarakat Muslim Nusantara secara besar-besaran pada abad 13 – kian

memiliki kekuatan politik yang berarti, yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa Kesultanan

bercorak Islam seperti Kesultanan Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon,

Banten, Goa serta Ternate-Tidore. Dari Malaka, Islam didakwahkan antara lain ke Kampar,

Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh, Islam meluas sampai ke Minangkabau, Bengkulu,

dan Jambi. Di Pulau Jawa, penyiaran agama Islam dilakukan terutama oleh para wali yang

dikenal dengan sebutan Walisongo. Strategi dakwah yang mereka terapkan telah berhasil

meluaskan wilayah pengaruh Islam dari Demak ke Banjarmasin. Sultan Samudra – atas bantuan

Demak, sebagai Sultan pertama Kesultanan Banjarmasin masuk Islam. Ia kemudian memakai

gelar Maharaja Suryanullah. Ketika Suryanullah naik tahta, beberapa daerah sekitarnya

mengakui kekuasaannya, antara lain daerah Sambas, Batanglawai, Sukadana, Kotawaringin,

Sampit. Adapun Lombok, menurut tradisi diislamkan oleh Sunan Prapen, dari Giri, Gresik, Jawa

Timur. Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatra

Selatan, dan Bangka Belitung.

Kesultanan terbesar di Kepulauan Maluku abad ke 14-16 M adalah Kesultanan Ternate.

Sejak abad ke-10 M terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Kapal-kapal dari Jawa,

Malaka, dan Arab secara teratur berlayar ke sana. Pada awalnya, Kesultanan itu menganut

animisme. Namun setelah Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Sultan Ternate ke-19 kembali dari

Giri, Gresik dan menyandang gelar Sultan, agama Islam menjadi agama resmi Kesultanan. Dari

Ternate, dakwah islamiyyah semakin meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku, daerah

pantai timur Sulawesi, Hitu, Buton, Selayar, Bima, serta Lombok.

Menuruti sejumlah data di atas, kian meyakinkan bahwa pada akhir abad ke-16 dapat

dikatakan bahwa Islam telah tersebar dan meresapkan akar-akarnya di seluruh Nusantara. Yang

menarik dari perjalanan pertumbuhan hingga perkembangan wilayah pengaruh Islam di

Nusantara di atas, penting untuk dicatat bahwa : a) proses pengislaman seluruh kawasan tidaklah

seragam. b) Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai

rahmatan lil'alamin. Pernyataan ini diperkuat oleh catatan Thomas Arnold dalam karyanya The

Page 3: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti

halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak

dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik.

Kenyataan di atas saatnya untuk ditelusuri melalui sejumlah Kesultanan/Kerajaan Islam

yang pernah mengukir kiprahnya di berbagai wilayah Nusantara, antara lain :

1. Kesultanan Samudera Pasai (1270 M)

2. Kesultanan Demak(1478 M)

3. Kesultanan Ternate (1495 M)

4. Kesultanan Tidore (1495 M)

5. Kesultanan Selaparang, Lombok (1500 M)

6. Kesultanan Jambi (berdiri 1500)

7. Kesultanan Aceh Darussalam (1514 M)

8. Kesultanan Banjar (1526 M)

9. Kesultanan Asahan (berdiri 1537 M)

10. Kesultanan Muna (1538 M)

11. Kesultanan Buton (berdiri 1542)

12. Kesultanan Dompu (1545 M)

13. Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura (1545 M)

14. Kesultanan Banten (1552 M)

15. Kesultanan Pajang, Jawa Tengah (1558 M)

16. Kesultanan Cirebon ( 1560 M)

17. Kesultanan Pagaruyung ( 1560 M)

18. Kesultanan Mataram (Yogya-1580 M)

19. Kesultanan Gowa, Sulawesi (1605 M)

20. Kesultanan Bima, NTB (1620 M)

21. Kesultanan Jailolo, Maluku (1625 M)

22. Kesultanan Tanjung Pura - Pontianak (1638 M)

23. Kesultanan Palembang ( 1643 M)

24. Kesultanan Deli (berdiri 1669)

Page 4: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

25. Kesultanan Sambas (1678 M)

26. Kesultanan Kotawaringin (1679 M)

Nah, siapa pun yang pernah mendengar atau mungkin pernah berdatangan ke nama-nama

tempat itu, sudah pasti benak dan fikirannya (tanpa berfikir panjang) bahwa kota-kota itu adalah

KOTA METROPOLITAN, nama tempat bekas kesultanan Islam yang pernah berjaya. Hingga

kini, di sejumlah nama tempat itu masih dapat kita jumpai tinggalan arkeologinya, antara lain

masjid Agung, komplek makam keluarga kesultanan, kraton/istana, mata uang, keramik, alat

rumah tangga, tata-ruang kota, sentra-sentra kerajinan, senjata, benteng, dan sebagainya.

Wacana Kedua

Bukti keberadaan Kesultanan Islam Nusantara, antara lain dapat ditelusuri :

1. Masjid

Masjid Sultan Ternate, dibangun pada sekitar abad ke-13 M, lebih awal dari periode

pemerintahan Sultan I Kolano Marhum (1465-1486 M). Masjid ini terletak tidak jauh dari Istana

Sultan Ternate, posisinya di bagian selatan-timur istana, namun, halaman masjid tidak

berhubungan langsung dengan istana. Di bagian utara (belakang) masjid, terdapat benteng

Oranye yang dibangun Belanda antara 1606-1607 M. Arsitektur masjid ini menunjukkan adanya

pengaruh Jawa, ditandai dengan hadirnya soko guru/tiang utama yang menyangga atap puncak

yang berbentuk piramidal, dengan kemiringan tajam seperti pada konstruksi /tajug. Masjid ini

juga memiliki serambi yang lebar, hampir selebar ruang sembahyang utama. Bahan atap masjid

dibuat dari daun rumbia (pohon sagu). Atap masjid tersebut bertumpuk empat, dengan

kemiringan yang tidak tajam, kecuali pada atap puncaknya. Di antara atap puncak dan atap

bawahnya, terdapat celah kecil, namun tidak cukup untuk difungsikan sebagai ventilasi untuk

masuknya udara dan cahaya ke dalam ruangan. Pada setiap sisi atap puncak, terdapat jendela

atap. Proses renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1995. Saat itu, atap rumbia masjid diganti

dengan seng, agar lebih tahan lama.

Masjid pertama Kesultanan Muna, Sulawesi Tenggara dibangun pada masa pemerintahan La

Titakono sebagai Raja Muna X (1600- 1625), dibangun secara sederhana dan bersifat darurat. Masjid

agak besar baru dibangun pada era pemerintahan Raja La Ode Huseini dengan gelar Omputo Sangia

Page 5: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

(1716- 1757). Masjid tersebut dibangun di tempat berbeda dengan lokasi masjid pertama. Masjid di Kota

Wuna itu hampir seumur dengan Masjid Agung Keraton Buton di Bau- Bau. Masjid Keraton Buton

dibangun oleh Sultan Sakiuddin Darul Alam pada tahun 1712 dengan konstruksi permanen, dan baru

dipugar pada tahun 1930-an di masa pemerintah Sultan Buton ke-37, Muhammad Hamidi. Adapun Masjid

Kota Wuna baru dibangun secara permanen sekitar tahun 1933 oleh La Ode Dika sebagai Raja Muna

(1930-1938).1

Masjid Jami’ Kiai Gede sebagai salah satu tonggak penyebaran ajaran Islam di Kalimantan

Tengah. Masjid yang menjadi saksi sejarah perjalanan umat muslim itu dibangun ratusan tahun

silam. Saat ini masih kokoh dan berfungsi seperti awalnya, sebagai tempat ibadah sekaligus pusat

kegiatan kemasyarakatan. Meski banyak bangunan baru yang megah, namun keberadaannya

tetap menjadi tonggak sejarah bagi masyarakat muslim. Masjid menghadap Sungai yang

membelah Kota Waringin Barat karena sarana angkutan air masih menjadi pilihan utama.

Kontruksi kayu pilihan dan pondasi panggung memungkinkan bangunan lebih tahan menghadapi

perubahan cuaca. Arsitektur yang dipilih bersusun, meski tidak sama persis dengan Masjid

Agung Demak, namun memiliki struktur yang sama.

Gaya arsitektur bangunan Masjid Agung Keraton Buton di Bau-Bau sangat sederhana. Bangunan

masjid berbentuk persegi empat yang mengerucut, terdiri dari dua lantai. Lantai satu yang lebih luas

sebagai ruang shalat, sementara lantai dua yang lebih kecil berfungsi sebagai tempat mengumandangkan

azan. Di atas bangunan lantai dua itu duduk bangunan empat persegi yang lebih kecil dan merupakan

puncak kerucut dari keseluruhan bangunan Masjid Agung. Puncak kerucut itu adalah kubah bagi

umumnya model masjid di Tanai Air.2

2. Istana

Di tepian Muara Ulakan simpang tiga pertemuan Sungai Sambas kecil, Sungai Subah,

Sungai Teberau, sekarang di Desa Dalam Kaum, Kecamatan Sambas sejak dahulu telah berdiri

Istana Kesultanan Sambas (1632) didirikan oleh Raden Bima gelar Sultan Muhammad Tajuddin,

Sultan Sambas ke-2. Dipinggir sungai, terdapat sebuah tangga jembatan biasa disebut dengan

seteher, tempat singgahan sampan atau perahu dan kendaraan air yang banyak di sungai Sambas.

1 Kompas, Kerajaan Muna Nyaris Tak Berbekas, 20 Mei 2005

2 Kompas, “Buton, Pulau Aspal dengan Kerajaan yang Agung”, 25 Juni 2004

Page 6: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada masa Sultan Tamjidillah membangun istana

serta memindahkan pusat pemerintahan ke Martapura, tahun 1766 (sekarang Jalan Mesjid/Jalan

Demang Lehman, pendopo serta balairungnya bertepatan mulai bekas Kantor Pos sampai ke

Lapangan Bumi Selamat yang sekarang bernama Cahaya Bumi Selamat). Selain itu beliau

membangun pula Mesjid lama di Desa Pasayangan di muka Pondok Pesantren Darussalam.

Namun sekarang keadaan Mesjid serta Istana tersebut telah dibumihanguskan oleh Kompeni

Belanda pada waktu Perang Banjar di zaman Pangeran Hidayatullah.

Ibukota Kesultanan Kotawaringin (1679) semula berada di Kotawaringin Lama (hulu Sungai

Lamandau). Pada 1814 ibukota kesultanan dipindahkan ke Pangkalan Bun, pada masa

pemerintahan Sultan Imanudin dan didirikanlah sebuah istana di Pangkalan Bun sebagai pusat

pemerintahan.3

Secara keseluruhan Istana Al Mukarrammah Sintang, Kalimantan Barat memiliki luas

bangunan sekitar 652 m2. dibangun pada tahun 1637. Sampai saat ini, kompleks Istana Sintang

masih terawat dengan baik. koleksi meriam dalam berbagai ukuran, peralatan-perlatan dari logam

(seperti talam, kempu, dan bokor), koleksi senjata seperti tameng dan tombak, naskah Al-Quran

tulisan tangan pada masa Sultan Nata, berbagai macam stempel dan surat-surat Kesultanan, serta

foto-foto dan lukisan Sultan-Sultan Sintang.

Istana Surosowan, Banten dihancurkan oleh Belanda di bawah pimpinan Daendels.

Penghancuran tersebut berlangsung hingga tahun 1832. Namun, hingga kini, melalui sejumlah

laporan hasil penelitian, tataruang istana masih bisa dikenali. Di dalamnya terdapat (a) istana

sultan, (b) kolam Roro Denok, (c) Datulaya, (d) kolam Pancuran Mas, (e) gerbang utara, dan (f)

gerbang timur. Sementara, di luar benteng terdapat (a) alun-alun, (b) watu gilang, (c) mesjid

Agung Banten, (d) bangunan Tiyamah, (e) srimanganti, (f) meriam Ki Amuk, dan (g) baledana.

3. Benteng

Kesultanan Muna, Sulawesi Tenggara, masih meninggalkan bangunan benteng. Pembuatan

benteng itu memang merupakan pekerjaan raksasa. Dibangun pada masa kekuasaan Lakilaponto

3 Banjamarsin Post, 3 Okt 2004)

Page 7: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

sebagai Raja Muna VII (1538- 1541). Panjang keliling pagar tembok itu mencapai 8.073 meter

dengan tinggi empat meter dan tebal tiga meter.4

Benteng Somba Opu adalah satu bangunan tembok besar yang dibangun mengelilingi

kompleks Kerajaan Gowa. Benteng ini dibangun pada abad ke-XV oleh Raja Gowa ke-X

Tunipallangga, yang memerintah antara 1548 dan 1566. Sebagai pusat pemerintahan dan

perdagangan Kerajaan Gowa-Tallo, benteng ini sejak pertengahan abad ke-17 berulangkali

diserang oleh Kompeni dagang Belanda (VOC) bersama sekutu-sekutunya, yang akhirnya dapat

menguasai dan meratakan benteng ini dengan tanah pada tahun 1669, dan disebut sebagai Perang

Makassar.

Benteng Keraton Buton yang memiliki nama asli Benteng Keraton Wolio ini merupakan

peninggalan sejarah terbesar di Sulawesi. Benteng yang masih berdiri kokoh di Kota Bau-Bau,

Sulawesi Tenggara tersebut memiliki luas mencapai 22,4 hektar. Benteng ini adalah yang

terbesar di dunia, setelah tembok besar di Cina. Di dalam kawasan benteng terdapat pemukiman

penduduk yang merupakan pewaris keturunan dari para keluarga bangsawan Keraton Buton masa

lalu.

4. Tataruang Kota

Tatakota, menurut Wertheim5, dibuat secara tradisional dan direncanakan oleh penguasa

yang lebih tinggi atas perintah raja. Tata kota yang masih asli itu mudah dikenal pada denah-

denah kota-kota keraton kuno di Jawa, yaitu adanya alun-alun yang terletak di tengah-tengah

kota, bagunan-bangunan terpenting didirikan secara tradisional di jalan-jalan lurus berpotongan

membentuk bujur sangkar. Demikian halnya dengan arah hadap keraton - pada masa

pertumbuhan dan perkembangan Islam di Jawa umumnya mengarah ke utara.

Di wilayah reruntuhan Kesultanan Banten, masih dapat dilacak keberadaan perkampungan

Cina. Saat ini masih dapat dibuktikan temuan sisa rumah kuno corak Cina dan sejumlah orang

Cina, keramik masa Dung (960-1280), Yuan (1280-1368), Ming (1368-1643), Ching (1644-

4 Kompas, Kerajaan Muna Nyaris Tak Berbekas, 20 Mei 2005

5 W.F.Wertheim, W.F.Wertheim, Indonesia Society in Transition, 1956, (Bandung :

Martinus Nijhoff). h.147.

Page 8: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

1912)6. Di Banten, persisnya sebelah barat bekas pasar kuno Karangantu, atau timur laut kraton

Surasowan, masih dapat ditemui nama kampung Pakojan.7 dikenal sebagai hunian pedagang

Muslim dari Cambay- Gujarat8, Mesir, Turki, Goa9, termasuk pula kampung Arab

10.

Perkampungan para pedagang asal Nusantara, juga dapat dijumpai : Melayu, Ternate, Banda,

Banjar, Bugis, Makassar11

. Keadaan ini sebagai bukti Banten dapat disebut pusat perdagangan,

ramai dikunjungi para pedagang domestik maupun luar negeri.

5. Pemukiman/Perkampungan

Pada masa Islam, pola pemukiman mendapat perhatian serius dari penguasa dan diatur

sedemikian rupa guna memberi kenyamanan ruang bagi masyarakatnya.12

Selain orang Asing, masyarakat pribumi di Banten juga membentuk semacam

perkampungan pedagang yang berasal dari berbagai daerah : Melayu, Ternate, Banda, Banjar,

Bugis, Makassar. Kenyataan ini membuktikan bahwa Banten merupakan pusat perdagangan yang

ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai wilayah Nusantara, dan dari negeri Asing.

Perkampungan-perkampungan tersebut ada yang ditempatkan di dalam pagar tembok kota

dan ada pula di luarnya. Di Banten, hingga kini masih dapat disaksikan kampung Pakojan,

meskipun tempat itu sudah tidak dihuni, terletak di sebelah barat bekas pasar kuno Karangantu,

atau timur laut keraton Surosowan. Sampai akhir abad ke-19 M, Serrurier yang datang ke Kota

Banten Lama - walaupun telah ditinggal penduduknya - masih dapat dicatat adanya 33

pemukiman penduduk Islam, menurut hasil klasifikasi yang dibuatnya : (1) pengelompokan atas

6 Mundardjito, Hasan Muarif Ambary, dan Hasan Djafar, "Laporan Penelitian

Arkeologi Banten", dalam Berita Penelitian Arkeologi No.18, Jakarta, 1978:44. 7 Sebutan Pakojan yang diambil dari bahasa Persia - konon tidak ditempati lagi.

8 Orang-orang Muslim Gujarat memperdagangkan tekstil dalam berbagai jenis dan

rama. Mereka juga menjual batu permata, candu dan sabun. Barang-barang tersebut

umumnya adalah barang hasil negeri Gujarat, tetapi kadang-kadang juga berasal dari Arab,

Persia, seperti permadani (Dasgupta,A.K., Acheh in Indonesian Trade and Politics: 1600-

1641, Cornel University,1962 : 81-82). 9 GP Rouffair en J.W. Ijzerman, 1915, De Eerste Schipvaart der Nederlanders, naar

Oost India onder Cornelis de Houtman 1595-1597, ‘s-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1915 :

110-113. 10

J.C.van Leur, 1955, Indonesian Trade and Society 11

JC van Leur, 1955, Indonesian Trade and Society; 12

Masalah pemukiman merupakan suatu kajian yang menarik untuk dibicarakan. Para

sarjana, baik dari barat maupun timur telah berusaha menjabarkan hal- hal yang berkaitan dengan

pemukiman.

Page 9: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

dasar ras dan suku, terdiri dari kebalen (pemukiman orang Bali), karoya (pemukiman orang

Koga, dari India), dan karangantu (pemukiman orang Asing lainnya); (2) pengelompokkan atas

dasar keagamaan, terdiri dari kapakihan (pemukiman kaum ulama), dan kasunyatan

(pemukiman orang suci); (3) pengelompokan atas dasar sosial-ekonomi, terdiri dari Pamarican

(tempat menyimpan lada), pabean (tempat menarik pajak); panjaringan (pemukiman nelayan),

pasulaman (tempat kerajinan sulam), kagongan (tempat pembuatan gong), pamaranggen

(tempat pembuatan keris), pawilahan (tempat kerajinan bambu), pakawatan (tempat pembuatan

jala), pratok (tempat pembuatan obat), kepandean (tempat pembuatan alat-alat senjata), dan

pajaratan (tempat kerajinan tenun); (4) Pengelompokan atas dasar status dalam pemerintahan

dan masyarakat, terdiri dari kawangsan (tempat pemukiman Pangeran Wangsa), kaloran (tempat

pemukiman Pangeran Lor), kawiragunan (tempat pemukiman Pangeran Wiraguna), kapurban

(pemukiman Pangeran Purba), kabantenan (pemukiman pejabat pemerintah), kamandalikan

(pemukiman Pangeran Mandalika), keraton (pemukiman Sultan dan keluarganya), dan kesatrian

(pemukiman tentara)13

.

6. Naskah/Manuskrip

Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad ‘Afif bin Mahmud bin Jamaluddin Al-Banzari,

kelahiran Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan, 1857 M/1284 H, telah

berperan aktif di Indragiri. Disamping sejumlah buku-buku sastra, Tuan Guru ini juga menulis

buku-buku agama. Di antara karya tulisnya :Fathu al’Alim fi Tartib al Ta’lim, diterbitkan di

Singapura, Matba’ah Ahmadiah, 1322. Risalah ‘Amal Ma’rifah, diterbitkan di Singapura :

Matba’ah Ahmadiah, 1322. Majmu’ al Ayah wa al Hadist fi fada-il al ilmi wa al ‘ulama wa al

Muta’allimin wa al Mustami’in, Singapura : Matba’ah Ahmadiah, 1355.Kitab Asrar al Sholat

min Uddat al Kutub al Mu’tamadah, selesai ditulis tahun 1334/1915, diterbitkan di Singapura:

Matba’ah Ahmadiah, 1931. Tuan Guru ini pernah diangkat oleh Sultan Mahmud Shah (Sultan

Muda) sebagai Mufti Kesultanan Indragiri 1919-1939 berkedudukan di Rengat.

Setelah agama Islam masuk ke Bima, kemudian berkembang tradisi tulis, sehingga banyak

ditemukan naskah-naskah kuno peninggalan periode ini. Menurut Maryam (salah seorang ahli

waris kerajaan Bima), ia memiliki dua peti naskah kuno Bima. Naskah kuno itu disebut Bo

13

Ambary, Hasan Mu'arif, Op cit,h.119.

Page 10: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

Sangaji Kai. Naskah ini ditulis ulang pada abad ke-19, dengan kertas buatan Belanda dan China.

Pada masa Islam, naskah ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Aksara Bima yang sempat dipakai

pada masa pra Islam kemudian ditinggalkan, seiring masuknya peradaban Islam tersebut.14

7. Pelabuhan Laut

Kesultanan Goa-Tallo merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat

perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti letak yang

strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis

tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Pada masa pemerintahan Sultan Fattah, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya

meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh

di Palembang dan Jambi, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar

penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya

menghantarkan Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya

itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka.

Kesultanan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang

kaya rempah-rempah. Kesultanan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari

daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar. Sultan yang

terkenal dari Kesultanan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Hasanuddin berhasil

memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke Utara sampai ke Sumbawa dan sebagian

Flores di selatan. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam Dunia Islam,

dalam cacatan www.makassarkota.go.id Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan

diplomatik yang erat dengan Kesultanan-Kesultanan Banten dan Aceh di Indonesia Barat,

Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah.

Pentingnya Banten lebih dirasakan terutama pada waktu Selat Malaka berada di bawah

pengawasan kekuatan politik Portugis di Malaka15

, yakni sejak 1511 M. Dengan kata lain,

keberadaan Banten Surosowan telah memberi nilai strategi secara ekonomis dan politis, hingga

kemudian mendatangkan modal dan motivasi bagi perintisan berdirinya sebuah kekuatan politik

14

http:/www.melayuonline.com 15

Uka Tjandrasasmita, et al., Sejarah Nasional Indonesia, jilid 3, (Jakarta : Depdikbud-

Balai Pustaka, 1984), hlm. 25.

Page 11: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

dalam bentuk kerajaan/kesultanan. Kenyataan tersebut berkoinsidensi dengan kondisi politik di

Asia Tenggara khususnya Malaka telah terjadi pergeseran kekuatan politik hingga jatuh ke

tangan (kekuasaan) Portugis. Akibatnya, banyak pedagang mengalihkan jalur dagangnya dari

jalur sutera (dengan pintu gerbang di Malaka) ke jalur Selat Sunda melintasi pesisir sebelah

barat sepanjang pulau Sumatera hingga menuju India, Arabia, dan seterusnya. Ini saat yang

paling tepat, Banten untuk tetap sebagai pusat perdagangan, sekaligus memperkembangkan citra

sebagai sebuah kesultanan Islam16

.

8. Makam

Berdasarkan hasil penelitian secara umum ragam hias yang terdapat di makam para Sultan

Di Kabupaten Berau dan Bulungan, Kalimantan Timur ada empat macam, yaitu geometris,

flora, kaligrafi huruf Arab serta huruf lain. Ragam hias flora dan geometris merupakan ragam

hias yang paling dominan pada semua makam, baik makam para Sultan maupun rakyat biasa.

Ragam hias yang berupa kaligrafi huruf Arab dan huruf lain hanya terdapat pada makam-makam

tertentu, artinya bahwa tidak semua makam terdapat ragam hias tersebut.

Secara umum kaligrafi huruf Arab yang ditampilkan pada kompleks makam di Berau dan

Bulungan tidak mementingkan kaidah keindahan atau nilai seni tetapi cenderung kepada

pemaknaan dan arti huruf itu sendiri. Penulisan huruf Arab pada kompleks makam Kesultanan

Gunung Tabur dan Sambaliung misalnya ada yang sudah mengikuti kaidah yang benar dan ada

yang sebaliknya.

Di lokasi berdirinya pusat pemerintahan Majapahit ditemukan komplek makam Muslim.

Lokasi di Sentono Rejo, Troloyo, KecamatanTrowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Ini

indikator adanya masyarakat Muslim. Selain makam bertulisan Arab, terdapat batu-batu nisan

bertuliskan huruf Jawa berupa angka tahun (wafat) - yang tertua 1203 Caka atau 1281

M,sedangkan angka (tahun wafat) yang termuda sebagamana tertera pada batu nisan 1533 Caka

atau 1611 M. Data berupa angka tahun dan tulisan Arab tersebut dapat disimpulkan bahwa

kehadiran pemukiman masyarakat Muslim di pusat pemerintahan Majapahit ini telah

16

Edi Sedyawati, “Kebudayaan Banten dalam Kaitannya dengan Wawasan Kebudayaan

Nasional”, dalam buku Kabupaten Serang Menyongsong Masa Depan, (Serang : Pemda Tingkat

II Kabupaten Serang, 1994).

Page 12: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

berlangsung sangat lama, selama lebih dari 300 tahun, yakni dari abad ke 14 hingga abad ke 17

M – suatu bentangan waktu dimulai awal munculnya kerajaan Majapahit hingga masa

kemundurannya, bahkan ketika kerajaan tersebut hilang sama sekali dalam percaturan politik di

Jawa, abad ke-17 M. Keberadaan komplek makam Muslim di lokasi Pusat Kerajaan Majapahit

ini sekaligus menolak pendapat Pendapat Th Pigeaud dan de Graaf, 1976, dalam karyanya

“Islamic States in Java 1500-1700”, VKI, 70, antara lain menyebutkan bahwa kemunduran

hingga hilangnya Majapahit dalam percaturan politik di Nusantara dikaitkan dengan mnculnya

kerajaan Islam Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota

Majapahit – sebagai pandangan/ tafsiran sejarah yang menyesatkan.

9. Gerabah

Kendi-kendi tipe Thai, misalnya, pernah ditemukan dalam ekskavasi arkeologi di Kompleks

Kerajaan Majapahit, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Atau beberapa "kendi botol" gaya Birma,

yang ternyata ditemukan di Aceh.

10. Senjata

Keris adalah salah satu senjata adat suku –suku bangsa di Nusantara , yang merupakan

senjata penusuk jarak pendek dikenal dan dipakai oleh sebagian masyarakat di Asia Tenggara.

Keris merupakan senjata penusuk yang dimuliakan, dihormati bahkan dianggap keramat. Tidak

hanya suku bangsa di Indonesia, juga bangsa lain di sebagian Asia Tenggara juga mengenal dan

memakainya. Misalnya saja bangsa Malaysia, Brunei , Sabah, Tailand, Kamboja, Laos, Suku

Moro di Pilliphina Selatan juga mengenal atau memakai Keris.

Selain senjata penusuk, keris merupakan benda yang berfungsi sebagai senjata yang

dianggap mempunai daya magis, benda Pusaka, sebagai benda kehormatan, sebagai benda

sejarah, sebagai benda komoditi perdagangan, sebagai symbol, sebagai tanda kehormatan,

sebagai benda pelengkap upacara, dan sebagai benda pelengkap busana.

11. Kerajinan Batik

Menurut tradisi, di Cirebon misalnya sejarah batik dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati

(Cirebon) menjadi tempat persinggahan pedagang Tiongkok, Arab, Persia, dan India. Saat itu

terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi

masyarakat Cirebon. Pernikahan Putri Ong Tien dan Sunan Gunung Djati merupakan ’pintu

Page 13: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

gerbang’ masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke keraton. Motif Cina hanya sebagai

inspirasi. Seniman batik cirebon kemudian mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat

yang beragama Islam. Dari situ, lahirlah motif batik dengan ragam hias dan keunikan khas,

seperti Paksi Naga Liman, Wadasan.

Sejarah batik di Cirebon, konon juga terkait perkembangan gerakan tarekat yang konon

berpusat di Banjarmasin, Kalimantan. Oleh karena itu, kendati terpengaruh motif Cina,

penuangan gambarnya berbeda, dan nuansa Islam mewarnai.

12. Pesantren/Surau/Dayah

Sungguh aneh, jika kita sering membicarakan “Kesultanan”, tapi tak sesering kita mengingat

apalagi membicarakan proses bagaimana kesultanan itu dibentuk ? bagaimana kesultanan itu

dibangun ? Paling tidak, dari soal awal kedatangan masyarakat Muslim di wilayah Nusantara,

kemudian berkembang, hingga lahirnya sebuah kekuatan politik dalam wujud Kesultanan adalah

hasil jihad wal-ijtihad dari banyak profesi, (a.l. ekonom, Ustadz, Kyai, guru, Tuan Guru,

Ajeungan, Teungku, ulama, politikus, saudagar, dsb). Dan untuk sampai terwujudnya SDM

professional Muslim, tentu tidak sedikit di wilayah Nusantara pernah terselenggara wadah untuk

menimba ilmu pengetahuan. Pondok Pesantren dan atau yang semisal (dayah, Surau, madrasah)

adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Nusantara yang telah berperan aktif sebagai salah satu

pusat menimba ilmu pengetahuan, benteng pertahanan Ummat Islam, pusat dakwah, dan pusat

pengembangan masyarakat Muslim dan sekitarnya di Nusantara.

Kesultanan Peureulak yang berdiri pada tahun 840 M memiliki pusat pendidikan Islam

Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa

Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara,

mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya

adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M.

Kesultanan Muna, di era La Posasu sebagai pengganti Lakilaponto (1538- 1541) juga

mendirikan bangunan tempat perguruan Islam, sesuai anjuran Syekh Abdul Wahid - adalah

penyebar agama Islam pertama di Pulau Muna.

Dengan kata lain, generasi sekarang taklah berhati kecil untuk bertanya-tanya menukik

kepada intinya "dengan cara apa sentra-sentra politik Islam itu secara estafet berhasil

Page 14: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

ditampilkan bahkan diperankan di pentas internasional ? ". Pertanyaan tersebut sekaligus

mengisyaratkan bahwa kota-kota itu mungkin tak berarti apa-apa jika tak ada yang berani

mengusiknya. Ini berarti ada individu atau sekelompok orang yang secara aktif dan arif

membinanya melalui forum kependidikan.

13. Dan lain-lain

Di komplek Kesultanan Sambas masih tersimpan beberapa alat-alat kebesaran Kesultanan

seperti Singgasana Kesultanan, Pedang Pelantikan Sultan, gong, tombak, payung kuning yang

merupakan lambang Kesultanan, dan meriam lele, tempat tidur Sultan terakhir, kaca hias,

seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran Sultan, payung ubur-ubur, tombak

canggah, 3 buah meriam canon didepan Istana dan 2 buah meriam lele, 2 buah tempayan keramik

dari negeri Tiongkok dan 2 buah kaca kristal dari Kesultanan Perancis dan Belanda.

Museum Kebudayaan Bima juga mengoleksi benda etnografi budaya Bima, pakaian adat

lama semasa Kesultanan Bima dari pakaian pangkat-pangkat adat, pakaian upacara adat, pakaian

pengantin, pakaian adat anak-anak, ukiran kayu dan perak, serta keramik-keramik lama.

Uraian sederhana di atas secara ringkas dapat diutarakan bahwa tinggalan arkeologi Islam

Nusantara, antara lain berupa :

a. Situs Keraton

b. Situs Benteng

c. Situs Masjid

d. Situs Kota

e. Nisan Makam

f. Situs Pesantren/Dayah/Surau

g. Situs Pemukiman

h. Situs Pasar

i. Kerajinan, al. radisi ukir, arsitektur, batik, desain kapal-kapal

j. Senjata

k. Alat Rumah Tangga

l. Pernaskahan

m. Situs Dermaga

Page 15: Oleh. Prof. DR .H. Budi Sulistiono, M.Hum Muqaddimahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34126/1/HISTORY UMMAT ISLAM... · Varian sumber sejarah menyebutkan bahwa kepulauan

n. Dsb

Melalui sejumlah bukti arkeologi Islam Nusantara dalam pentas sejarah RI, sudah saatnya

dilakukan pemetaannya. Sejumlah data di atas adalah realitas, hampir pasti berbagai keragaman

dapat dibuktikan dari bentuk fisik, karakter sosial dan bahasa-bahasa lokal sebagai bukti nyata

wujud sumbangan KESULTANAN ISLAM di NUSANTARA yang telah menghantarkan

MULTIETNIS hingga berwujud NKRI sampai saat ini.

Dalam menyatukan persepsi masyarakat multikultural yang terbentuk secara ’konsensus

lokal’ dengan nama BANGSA INDONESIA MERDEKA, kini saat yang tepat dan perlu :

1. suatu pemahaman secara komprehensif peta tinggalan arkeologi Islam Nusantara di

dalam masyarakat NKRI sehingga tidak terjadi disharmoni dengan sesama.

2. Terselenggaranya Museum Budaya Islam Nusantara

Tebet, Jakarta Selatan

19-05-2011

.