Oleh: NAMA: LUTHFI MUFIDAH NIM: SES141367repository.uinjambi.ac.id/562/1/SES141367 Lutfi...mereka...
Transcript of Oleh: NAMA: LUTHFI MUFIDAH NIM: SES141367repository.uinjambi.ac.id/562/1/SES141367 Lutfi...mereka...
i
“Pengaruh Gender dan Status Ekonomi terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Akuntansi Syariah dengan Keadilan sebagai Variabel Intervening (Studi
Kasus FEBI UIN STS Jambi)”
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S1) Dalam Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:
NAMA: LUTHFI MUFIDAH
NIM: SES141367
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2018/2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
اء عسى أن يا أيها الذين آمنوا ل يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم ول نساء من نس
يمان يكن خيرا منهن ول تلمزوا أنفسكم ول تنابزوا باللقاب بئس السم الفس ومن لم وق بعد ال
ئك هم الظالمون يتب فأول
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain, (karena) boleh jadi mereka yang (diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena)
boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang diolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah berman.
Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang zalim. (Qs. Al-Hujurat :11)”.1
1 Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat (26):11
vi
Persembahan
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Allah yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan
Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa
berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi
satu langkah awal bagiku untuk meraih cita cita besarku.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk
Ayah (Munawari.s) dan Ibu (Siti Khoiriyah) tercinta,
yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat
menjalani setiap rintangan yang ada didepanku, Ayah, Ibu terimalah bukti kecil ini sebagai kado
keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu,
dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah,
dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.
Maafkan anakmu Ayah, Ibu, masih saja ananda menyusahkanmu.
Terimakasih untuk mbak tersayang (Ana Fitriani), untuk mas tereseh (Doni Hendriyanto) dan
untuk adek ternakal (Yudha Adinata) yang telah memberi semangat, memotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberi suport dan mendoakanku dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Terimakasi untuk sahabat-sahabat aku tersayang, Nurhafidatul Asmi, Widdah Armeli,
Rusmawati, Rossa Faramita, Puri Gayatri, Sri Wahyuni, Rafadly Satria Afdal, M.Ayub, Ferdy
Pratama, Riski Adha, Nirwadi Anderi yang selalu mendoakan, membatu, mensuport, dan setia
menemani dalam pembuatan skripsi ini.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi etis mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Jenis Penelitian ini adalah
kuantitatif-deskriptif. Metode kuantitatif adalah metode menggunakan alat analisis bersifat
kuantitatif, di mana hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan
dan interprestasikan dalam suatu uraian, sementara metode deskriptif adalah metode yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik oleh peneliti sendiri maupun kelompok, peneliti
menggunakan PLS (Partial Least Square) untuk menguji penelitian. Jenis data dalam penelitian
ini yaitu data primer yang merupakan hasil kuesioner yang diberikan kepada 75 mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi dan data sekunder yang diperoleh dari
dokumentasi yang berupa buku, jurnal, skripsi, internet dan studi kepustakaan yang lain. Hasil dari
penelitian ini meunjukkan bahwa (1) Gender tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah (2) Status ekonomi tidak berpengaruh negatif terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah (3) pesepsi etis mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh positif terhadap
keadilan (4) Pengaruh langsung antara gender dan status ekonomi dengan persepsi etis mahasiswa
akuntansi lebih kecil dari pada pengaruhnya terhadap keadilan, yakni gender terhadap persepsi etis
sebesar T-statistik 0.702, kemudian status ekonomi terhadap persepsi etis sebesar T-statistik 0.656.
Sementara itu gender terhadap keadilan sebesar T-statistik 0.580, status ekonomi terhadap keadilan
memiliki nilai T-statistik 0.949. sehingga keadilan terbukti memberikan pengaruh tidak langsung
dalam penelitian ini atau dapat dikatakan sebagai variabel intervening.
Kata Kunci : Gender, Status Ekonomi, Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah,
Keadilan
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulisan panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam penyelesaian
skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Di samping itu, Tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh Gender dan Status
Ekonomi terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah dengan Keadilan sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus FEBI UIN STS Jambi) ”.
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis akui tidak sedikit hambatan dan
rintangan yag penulis temui, dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing yaitu : Bapak Dr. Sucipto, S.Ag., M.A dan
Ibu Anzu Elvia Zahara, S.E., M.E.Sy selaku pembimbing I dan pembimbing II skripsi ini. Maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah
kata terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama
sekali kepada yang terhormat:
1. Untuk kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Munawari.s dan Ibuda Siti Khoiriyah yang telah
banyak membantu setelah pertolongan Allah, memberikan dukungan dan semangat, baik moril
maupin material, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Selaku Rektor UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Subhan, M. Ag, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4. Ibu Dr. Rafidah, SE, M. EI, Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE, ME, Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan
Perencanaan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...........................................................iii
NOTA DINAS...............................................................................................iv
MOTTO.........................................................................................................v
PERSEMBAHAN.........................................................................................vi
ABSTRAK....................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................x
DAFTAR TABEL........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................9
D. Manfaat Penelitian.............................................................................10
E. Batasan Masalah................................................................................10
F. Kerangka Teori .................................................................................11
G. Tinjauan Pustaka...............................................................................30
H. Hipotesis...........................................................................................31
I. Kerangka Pemikiran.........................................................................32
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................36
B. Pendekatan Penelitian......................................................................36
C. Jenis dan Sumber Data.....................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................37
E. Populasi dan Sampel.........................................................................38
F. Teknik Pengambilan Sampel............................................................39
G. Variabel Penelitian...........................................................................40
xi
H. Instrumen Penelitian.........................................................................41
I. Metode dan Teknik Analisis Data....................................................41
J. Definisi Operasional.........................................................................46
K. Sistematika Penulisan.......................................................................47
BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil FEBI UIN STS Jambi.............................................................49
B. Latar Belakang FEBI UIN STS Jambi.............................................49
C. Visi dan Misi FEBI UIN STS Jambi................................................50
D. Tujuan FEBI UIN STS Jambi..........................................................51
E. Sasaran FEBI UIN STS Jambi.........................................................52
F. Strategi FEBI UIN STS Jambi.........................................................52
G. Program Studi FEBI UIN STS Jambi..............................................53
H. Visi dan Misi Akuntansi Syariah.....................................................53
I. Tujuan Akuntansi Syariah...............................................................54
J. Struktur Organisasi FEBI UIN STS Jambi......................................56
BAB IV. PEMBAHASAN dan HASIL PENELITIAN
A. Gambar Umum Responden..............................................................57
B. Umur Responden..............................................................................57
C. Jenis Kelamin Responden................................................................58
D. Penghasilan Orang Tua Responden.................................................59
E. Nilai IPK Responden.......................................................................59
F. Statistik Deskritif.............................................................................60
G. Pengujian dan Hasil Analisis Data..................................................61
H. Pembahasan Hasil Analisis Data.....................................................72
BAB V PENUTUP
A. Penutup............................................................................................76
B. Saran................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Responden Penghasilan Orang Tua Sementara..................4
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu.................................................30
Tabel 2.1 Definisi Operasional..................................................................46
Tabel 4.1 Statistik Deskritif Variabel Penelitian.........................................64
Tabel 4.2 Outer Loading (measurement model)..........................................67
Tabel 4.3 Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)..............................69
Tabel 4.4 Composite Reliability.................................................................70
Tabel 4.5 Nilai R-Square............................................................................72
Tabel 4.6 Path Coefficients........................................................................74
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram4.1 Data Responden Berdasarkan Usia.............................................58
Diagram4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.............................58
Diagram4.3 Data Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua............. 59
Diagram4.4 Data Responden Berdasarkan Nilai IPK.....................................60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran..............................................................32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi FEBI 2017-2021....................................56
Gambar 4.1 Model Struktural (Inner Model)............................................66
Gambar 4.2 Model Pengukuran (Outer Model)........................................67
xv
DAFTAR SINGKATAN
FEBI : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN : Universitas Islam Negeri
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
PLS : Partial Least Squares
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Didalam Women’s Studies Encyclopedia dimenjelaskan bahwa gender adalah sebagai suatu
konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.2 Hal
pPeran tersebut baik perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional memiliki peran yang berbeda
membedakan antara laki-laki dan perempuaan baik di dalam berorganisasi dan yang non-
organisasi. Sebab di dalam menghadapi permasalahan antar mahasiswa maupun dalam dan sistem
belajar mereka memiliki persepsi etis dan karakteristik emosional yang berbeda.
Dalam hasil pengamatan saya peneliti pada atas data tahun 2014-2018 ada memunculkan
perbedaan persepsi etis yang berbeda antara gender antara laki-laki dan perempuan yang
berorganisasi dan yang non organisasi memiliki persepsi etis yang berbeda. Mahasiswa yang
berorganisasi sering berlatih memecahkan masalah dan juga mendapatkan manfaat dari organisasi,
salah satunya mendapat tantangan seperti tugas-tugas oraganisasi, maka dari itu mahasiswa akan
sering berlatih menghadapi masalah. Sedangkan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi
memiliki pengalaman penyelesaian masalah yang lebih sedikit dibanding yang mengikuti. Sebab
mereka lebih sering menggunakan pengelolaan emosi dan menghindar tidak langsung mengatasi
masalahnya. Kemudian di dalam diskusi mahasiswa berorganisasi lebih mudah untuk
menyampaikan argumennya dengan tenang tanpa gerogi dan susunan katanya yang sangat rapi.
2 Reni Yendrawati, Dheane Kurnia Mukti, Pengaruh Gender, Pengalaman Auditor, Kompleksitas Tugas,
Tekanan Ketaatan, Kemampuan Kerja Dan Pengetahuan Auditor Terhadap Audit Judgement, Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Vol.4, N0.1, Januari 2015, Hlm.2
2
Mungkin disebabkan karna ia sudah terbiasa berbicara di depan umum. Oleh sebab itu, persepsi
etis juga mempengaruhi gender dalam perilaku dan emosional pada setiap individu.
3
Dalam penelitian Fitriyatmi pada tahun 2011 dalam penelitiannya pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP) yang sedang melaksanakan ujian akhir semester,
menemukan bahwa 80% mahasiswa sering menyontek pada saat ujian berlangsung. Banyak cara
yang dilakukan mahasiswa saat menyontek seperti menulis konsep, melihat telepon genggam,
menyimpan catatan kecil dalam kantong saku ataupun dalam kontak pensil dan meminta ijin pada
saat ujian berlangsung.3
Seperti yang dilakukan penelitian Fitriyatmi, bahwa dari hasil pengamatan pada tahun 2014-
2018 khususnya mahasiswa FEBI UIN STS Jambi, baik perempuan maupun laki-laki melakukan
kecurangan ketika saat ujian. Sering terjadi mahasiswa membawak contekan dalam bentuk kertas
kecil, atau catatan di dinding, mencatat di meja kuliah atau pun ada yang membawa hp dan buku
pada saat ujian. Berbagai alasan yang diucapkan ketika mereka ketahuan oleh pengawas. Alasan
mereka melakukan kecurangan disebabkan oleh kurangnya memahami materi yang mereka
pelajari, kemudian karena tidak belajar pada saat ujian. Adapun jumlah mahasiswa yang akan saya
lanjutkan untuk penelitian ini sejumlah 65 mahasiswa semester enam, dengan alasan karena
mereka telah mempelajari Etika Bisnis Islam, yang akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
perempuan dan laki-laki dengan jumlah perempuan 38 orang dan laki-laki 37 orang. Dengan begitu
dapat mengetahui perbedaan gender terhadap persepsi etis yang mana lebih dominan di FEBI UIN
STS Jambi laki-laki maupun perempuan.
Kemudian dalam sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stoneback pada tahun 2004 menganalisis
respon siswa dari delapan negara yang berbeda, termasuk Kanada dan China, untuk pertanyaan
tentang tindakan kemungkinan mereka untuk suatu dilema etis. Hasil penelitian menunjukkan
3 Nurul Fatimah, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Akuntansi Syariah Dengan Love Ofmoney Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris di IAIN Surakarta), Skripsi
Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam, IAIN Surakarta, 2017, hlm.1
4
bahwa di Ukraina siswa laki-laki akuntansi memiliki tingkat etis lebih tinggi daripada mahasiswa
akuntansi perempuan, di Cina mahasiswa akuntansi perempuan memiliki tingkat etika yang lebih
tinggi dari pada rekan-rekan pria mereka. Tidak ada perbedaan yang signifikan dtemukan dengan
negara lain, Amerika Serikat, Australia, Filipina, Jerman, Kanada dan Thailand. Hal ini
menunjukkan bahwa jenis kelamin berepengaruh pada etika.4
Bukan hanya gender yang dapat mempengaruhi persepsi etis mahasiswa. Namun, status
ekonomi juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi etis mahasiswa, seperti
penelitian Prasastianta pada tahun 2011 menguji faktor yang mendorong perilaku ekonomi, salah
satu faktornya adalah status ekonomi mahasiswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi status ekonomi seseorang maka ia condong untuk berperilaku konsumtif. Status
sosial ekonomi seseorang juga berhubungan dengan perilaku etisnya. Biasanya seseorang yang
memiliki status ekonomi yang tinggi cenderung berperilaku tidak etis karena status ekonomi yang
dimiliki membuatnya hanya memikirkan kepentingan sendiri.5 Pada dasarnya diri memiliki dua
sifat kontradiktif, yaitu sifat egoistik yang selalu mementingkan diri sendiri, dan sifat alttruistik
yang mendahulukan kepentingan orang lain. Kedua sifat ini mempengaruhi cara berpikir, perilaku
dan aksi yang dilakukan oleh “diri”.6
Dari data sementara, peneliti melakukan penyebaran kuesioner sementara untuk penghasilan
orang tua perbulan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi pada tahun 2018.
4 Lukita Tripermata, Pengaruh Love Of Money, Perilaku Etis Mahasiswa Dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Gender Sebagai Variabel Pemoderasi, Jurnal Ilmiah
Ekonomi Global Masa Kini, Vol.7, No.01, (Desember 214), hlm:56 5 Erika Radina Sipayung, Analisis Pengaruh Aspek Demografi, Status Sosial Ekonomi Dan Pengalaman
Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening, Skripsi
Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, 2015, hlm.25 6 Iwan Triyuwono, 2015, Akuntansi Syariah: Persepktif, Metodologi, dan Teori, Jakarta: PT RajaGrafindo,
Ed.2, hlm.146
5
Tabel 1.1
Data Penghasilan Orang Tua dari Mahasiswa di FEBI angkatan 2015
Penghasilan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)
Rp.1.000.000.- 7 23,3%
Rp.1.000.000,-Rp.2.000.000,- 22 66,7%
>Rp.2.000.000,- 3 10%
Jumlah 30 100%
Sumber : data olahan sementara 2018
Hasil awal penulis dengan responden 30 mahasiswa semester enam ditemukan bahwa
penghasilan orang tua mahasiswa yang memiliki penghasilan RP.1.000.000,- sebanyak 7
mahasiswa atau 23,3%, 20 mahasiswa atau 66,7% sebesar RP. 1.000.000,- Rp.2.000.000,- dan
penghasilan orang tua mahasiswa yang >Rp.2.000.000,- sebanyak 3 mahasiswa atau 10%.
Tingkat penghasilan menurut Saraswati, tipe kelas atas > Rp 2.000.000,- tipe kelas menengah
Rp 1.000.000, -2.000.000,- tipe kelas bawah < Rp 1.000.000,-.7 Dari survei tersebut menunjukkan
bahwa mahasiswa FEBI memiliki status ekonomi mayoritas golongan tipe kelas menengah
Rp.1.000.000,-Rp.2.000.000,- sebanyak 20 responden atau 66,7%.
Namun menurut Jeremy Bentham, secara kritis “diri” akan melihat bahwa tindakan etis tidak
semata-mata diukur apakah tindakan tersebut bermanfaat atau tidak, dapat memaksimalkan
kebahagian atau tidak. Tetapi teori ini pada dasarnya beranggapan bahwa suatu tindakan secara
moral dapat dikatakan benar atau salah bila hasil dari tindakan tersebut bermanfaat. Dengan kata
lain, jika tindakan yang kita lakukan menghasilkan suatu manfaat, misalnya dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, maka tindakan tersebut adalah baik, dan kita secara etis dikatakan benar
melakukan tindakan tersebut.8
7 Agustina Erika Sihotang, Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga dan Lingkungan Sosial dengan
Sikap Konsumtif pada Siswa Kelas X di SMA Bodhisattva Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016, Skripsi
Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2016,Hlm.18 8 Ibid, hlm.65
6
Persepsi etis itu sendiri menurut Robbins dan Judge, persepsi etis diartikan sebagai proses
bagaimana sesorang menyeleksi, mengatur dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi
dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan
keseluruhan makna yang terkandung di dalammya sesuai dengan prinsip kebenaran, akhlak,dan
moral yang berlaku.9
Menurut Lubis terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku etis seorang akuntan. Faktor
tersebut dapat berasal dari luar eksternal maupun dari dalam diri seseorang itu sendiri internal.
Faktor eksternal yang ikut mempengaruhi persepsi etis seorang akuntan salah satunya yaitu faktor
lingkungan. Lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang sehingga
berdampak pula pada perilakunya. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi salah satunya
adalah kecintaan seseorang terhadap uang.10
Selain itu faktor keadilan juga mempengaruhi persepsi etis karena keadilan merupakan suatu
topik penting dalam etika. Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya. Sulit sekali untuk dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak
mempraktekkan keadilan atau bersikap tak acuh terhadap ketidakadilan. Secara khusus keadilan
itu penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap
batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki. Ada tiga ciri khas yang selalu
menandai keadilan: keadilan tertuju pada orang lain, keadilan harus ditegakkan, dan keadilan
menuntut persamaan.11
Didalam konteks organisasi dan akuntansi dengan tujuan untuk mencari bentuk akuntansi
yang didalamnya sarat dengan nilai-nilai keadilan. Nilai keadilan ini tidak saja merupakan nilai
9 Nurul Fatimah, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi . . . . hlm.14-15 10 Ibid. hlm. 4 11 K.Bertens,Pengantar Etika Bisnis, kanisius-Yogyakarta,2013,hlm.81
7
yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi ia juga merupakan nilai yang
secara interen melekat dalam fitra manusia. Ini artinya adalah bahwa manusia, dengan fitra
kemanusiannya, mempunyai kapasitas internal untuk berbuat adil dalam setiap aspek
kehidupannya.12
Kemudian melakukan pengamatan pada kasus demo di FEBI UIN STS Jambi hari rabu, 20
September 2017 pagi, sekitar pukul 09.00 WIB. mahasiswa FEBI menggelar unjuk rasa di halaman
kampus yang belokasi di telanai pura. Dalam Orasinya, Kordinator Lapangan (Korlap) aksi
berinisial AM mengatakan, Banyak permasalahan yang terjadi serta ancaman terhadap mahasiswa,
mahasiswa Diskriminatif, Pembodohan terhadap mahasiswa, Tidak ada penjelasan dari MoU,
Demokrasinya Kampus Otoriter serta Diktator, Ketidakjelasan program Kampus Febi serta kami
tidak butuh jalan-jalan akan tetapi kami membutuh praktek. Lanjutnya, beberapa bulan lalu
mahasiswa FEBI jurusan Ekonomi Syariah melakukan Study Tour ke Kota Bali yang katanya
Program Pengalaman Lapangan (PPL), namun program tersebut dinilai mahasiswa tidak ada
edukasi di dalamnya, malah hanya liburan semata dan mahasiswa harus mengeluarkan dana jutaan
rupiah.13 Dari kasus demo tersebut menyatakan bahwa mahasiswa FEBI UIN STS Jambi tidak
mendapatkan keadilan bagi mahasiswa yang dimana seharusnya mereka dapatkan untuk hak
mereka tapi tidak dipenuhi oleh pihak kampus. Maka tingkat keadilan tersebut mempengaruhi
persepsi etis mereka, yang dimana mereka melakukan berontak untuk mendapatkan hak mereka
kembali.
Secara spesifik Folger dan Cropanzano menjelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan
motivator penting dalam suatu lingkungan pekerjaan. Ketika individu merasakan suatu
12 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . . Hlm.198 13 https://halojambi.id/read/ada-demo-di-kampus-uin-apa-penyebabnya, dikutip pada tanggal 08 Juli 2018
pukul 22.42
8
ketidakadilan, moral mereka akan turun, mereka kemungkinan besar akan meninggalkan
pekerjaannya dan bahkan mungkin membalas dendam terhadap organisasnya. Rasa keadilan akan
muncul ketika otoritas organisasi konsisten dan tidak bias dalam pengambilan keputusan
organisasi terutama terkait dengan alokasi gaji dan promosi.14
Dengan adanya perbedaam dalam penelitian sebelumnya, maka penulis tergerak untuk
melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh gender dan status ekonomi terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi dengan keadilan sebagai variabel intervening. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya maka kemungkinan nantinya terdapat perbedaan hasil. Karena
mereka dan mungkin juga kita, melihat ada suatu kesan bahwa seolah-olah bisnis sama sekali tidak
ada hubungannya dengan etika. Namun pernyataan dari De George sebetulnya merupakan refleksi
dari keadaan bisnis sekarang yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat bisnis mempunyai
persepsi yang salah tentang etika. Etika menurut persepsi mereka, sama sekali tidak memiliki
sesuatu yang dapat dilakukan dengan bisnis. Etika adalah sesuatu hal dan bisnis adalah suatu hal
yang lain, keduanya tidak memiliki hubungan, atas keduanya adalah sesuatu yang sangat
berbeda.15
Namun dalam tradisi Islam, atau organisasi yang menggunakan metafora “amanah”, etika
bisnis “diformulasikan” dalam bentuk syariah, di mana dalam pengertian luas, syariah merupakan
pedoman yang digunakan oleh umat Islam untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan. Bagi
umat Islam, kegiatan bisnis tidak terlepas dari “ikatan” etika syariah.16
14Fransiskus Eduardus Daromes, Keadilan Organisasional dan Intensitas Turnover Auditor Pada Kantor
Akuntan Publik di Indonesia, Jurnal Maksi, Vol.6, No.2, Agustus 2006, Hlm. 188 15 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . . Hlm.212 16 Ibid.Hlm.213
9
Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk melanjutkan penelitian dengan judul
“Pengaruh Gender dan Status Ekonomi terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Syariah dengan Keadilan sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus FEBI UIN STS
Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat menyusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah perbedaan gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
syariah?
2. Apakah perbedaan status ekonomi berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah?
3. Apakah persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh terhadap keadilan?
4. Apakah gender dan status ekonomi melalui persepsi etis mahasiswa akuntansi
berpengaruh terhadap keadilan?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin tercapai, tujuan tersebut yaitu:
1. Untuk menganalisis perbedaan gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah.
2. Untuk menganalisis perbedaan status ekonomi berpengaruh terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah.
3. Untuk menganalisis persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh terhadap
keadilan
10
4. Untuk menganalisis gender dan status ekonomi melalui persepsi etis mahasiswa akuntansi
berpengaruh terhadap keadilan.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut yaitu :
1. Bagi bidang akademik
Dengan penelitian pengaruh gender dan status ekonomi terhadap persepsi mahasiswa
akuntasi syariah dengan keadilan terhadap variabel intervening, diharapkan mampu untuk
lebih menanamkan nilai-nilai moral. Karena sebagian besar pelaku usaha, mereka akan
berhasil dalam usaha bisnisnya jika menjalankan sesuai prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi
penegakan etika bisnis penting artinya dalam menegakkan pesaingan usaha sehat dan
kondusif.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat digunakan bagi peneliti lain untuk menambah konsep yang dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut.
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dimaksudkan disini adalah untuk memperoleh pemahaman dari
penelitian agar lebih jelas. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa akuntansi
syariah yang secara spesifik berada di semester enam, karena mereka telah mempelajari mata
kuliah etika bisnis. Mata kuliah etika bisnis disini sangat penting dalam membangun hubungan
bisnis dengan pihak lain. Sukses atau gagalnya suatu bisnis sangat ditentukan oleh etika bisnis
seseorang. Etika bisnis yang baik juga dapat membangun komunikasi yang lebih baik dan
mengembangkan sikap saling percaya antar sesama pebisnis. Penulis ini membatasi tulisan ini
11
dengan membahas pengaruh gender dan status ekonomi terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah dengan keadilan terhadap variabel intervening (studi kasus FEBI UIN STS
JAMBI). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 juni 2018- 05 Agustus 2018.
F. Kerangka Teori
1. Persepsi Etis
Menurut Thoha dalam jurnal Ana Purnama, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif
yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.17 Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, persepsi merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau merupakan
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.18 Jadi, keluasan Berdasarkan
definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah seseorang yang dimana dapat
melihat secara langsung dan memberika tanggapan dari objek atau peristiwa tersebut.
Sedangkan menurut Iwan Triywono bahwa perspektif menempatkan seseorang pada satu titik
pandang dan membatasi orang tersebut pada titik pandang yang lain. Ini memberikan suatu
konsekuensi bahwa semakin sempit titik pandang persepktif sesorang, maka semakin sempit pula
orang tersebut melihat realitas tadi. Sebaliknya, bila persektif yang digunakan cukup luas, maka
akan semakin besar kemungkinan orang tersebut melihat realitas secara lebih utuh.19
Seseorang dapat memaknai akuntansi, karena ia memiliki perspektif yang dimiliki oleh “diri”.
Diri adalah salah satu aspek yang sangat penting pada manusia, karena “diri” adalah domain di
17 Ana Purnama Pratiwi, Pengaruh Pendidikan Etika Bisnis Islam, Orientasi Idealisme, Orientasi
Relativisme, Dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan
Studi Empiris Pada Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Skripsi IAIN Surakarta, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam,
Jurusan Akuntansi Syariah, 2017, Hlm.23 18Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. 19 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . .Hlm.40
12
mana perspektif seseorang akan dibentuk dan juga merupakan pusat dari mana realitas dunia
diciptakan dan diubah.20
Kemudian menurut Iwan Triyuwono, Etika (ethcis) merupakan keyakinan mengenai tindakan
yang benar dan yang salah atau tindakan yang baik dan yang buruk yang mempengaruhi hal
lainnya.21 Nilai-nilai dan moral pribadi perseorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu
perilaku tertentu dilihat sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Dengan kata lain, perilaku etis
merupakan perilaku yang mencerminkan keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial yang
diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bener dan yang baik. Perilaku
tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap
salah atau buruk. Etika bisnis (business ethics) adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan
perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau majikan suatu organisasi.22
Menurut pemikiran Jeremy Bentham tahun 1748-1832 pada buku Iwan Triyuwono, teori ini
pada dasarnya beranggapan bahwa suatu tindakan secara moral dapat dikatakan benar atau salah
bila hasil dari tindakan tersebut bermanfaat. Dengan kata lain, jika tindakan yang kita lakukan
menghasilkan suatu manfaat, misalnya dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi, maka
tindakan tersebut adalah baik, dan kita secara etis dikatakan benar melakukan tindakan tersebut.
Namun bagi Kant, ukuran untuk menilai apakah tindakan tersebut “benar” atau “salah” bukan pada
hasil dari tindakan tersebut tetapi ukuran itu berasal dari dalam diri yaitu good will. Jadi, sebuah
tindakan secara etis dapat dikatakan baik bila tindakan tersebut merupakan refleksi niat baik dari
individu yang melakukan tindakan tersebut. Tanpa niat baik secara etis tindakan tersebut dapat
dikatakan salah dan akibatnya tindakan tersebut dapat dikategorikan tindakan buruk.23
20 Ibid, hlm.41 21 Ricky W.Griffin, Ronald J.Ebert, 2005, Bisnis Edisisi Ketujuh, PT. Indeks, Hlm.186 22 Ibid, hlm.186 23 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . .Hlm:65-66
13
Pengertian etika menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).24 Etika, dalam bahasa
latin "ethica", berarti falsafah moral. Ia merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari
sudut pandang budaya, susila serta agama.25
Menurut Munawir, etik merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan
bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai
perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat kehormatan seseorang.26 Etik lebih banyak
berhubungan dengan sifat manusia yang ideal dan disiplin pribadi di luar yang ditentukan oleh
undang-undang atau peraturan, sehingga etik dapat pula diartikan sebagai suatu sopan santun atau
tatanan moral dalam suatu profesi atau jabatan.
Menurut Harry Darsono, etiket adalah tata cara (adat, sopan santun) yang biasa diterapkan
dalam masyarakat beradab untuk berhubungan dengan sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari
termasuk dalam dunia kerja maupun bisnis, kedudukan etiket amatlah penting. Dengan
menerapkan etiket yang tepat, suasana kerja yang sehat, jujur dan menyenangkan dapat tercipta
dengan baik dalam lingkungan internal maupun eksternal. Etiket bisa diumpamakan sebagai
“karcis” agar kita bisa diterima dalam berbagai lingkungan pergaulan. Betapa pentingnya etiket
dalam kehidupan sehari-hari sehingga ada perumpamaan “uang tidak dapat membeli perilaku yang
sopan”.27
24Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. 25Indiana Farid Martadi Sri Suranta, Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akuntans, dan Karyawan Bagian
Akutansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi (Studi Di Wilayah Surakarta), Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi,23-26 Agustus 2006, Hlm.5 26 H. S. Munawir , Auditing Modern , BPFE – YOGYAKARTA,1995, hlm.58 27 Harry Darsono, Buku Panduan Penampilan Pegawai Bank Indonesia, SPK Penyusunan No.
3/65/DSDM/PrOS,2001, hlm.125
14
Secara garis besar, manfaat etiket dalam dunia bisnis adalah sebagai berikut :28
1. Dengan menerapkan etiket yang baik, suatu perusahaan akan berada selangka lebih maju
dari perusahaan lain.
2. Mendapatkan penilaian yang positif dari orang lain. Ini sangat bermanfaat untuk
mengangkat citra perusahaan maupun citra diri.
3. Apabila kita menghargai dan menghormati orang lain, orang lainpun akan bersikap sama
terhadap kita.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah tingkah laku seseorang
untuk di nilai baik atau buruknya seseorang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa persepsi etis
adalah anggapan atau suatu pemikiran seseorang berdasarkan nilai moral seseorang. Dalam
penelitian ini persepsi etis adalah pandangan seseorang dalam melihat kecurangan akuntansi yang
terjadi.29 Dan persepsi etis diartikan sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan
kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan makna yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan prinsip kebenaran, akhlak, dan moral yang berlaku.30
Terdapat beberapa prinsip dalam etika bisnis, yaitu:31
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
28 Ibid, Hlm. 125 29 Nurul Fatimah, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi . . . . Hlm.15 30 Sri Mulyani, Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan Status Pekerjaan Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening, Jurnal Universitas Muara Kudus, Vol. 14, No. 3,
Juli 2015, Hlm.4-5 31Sugiarto Prajitno, Perbedaan Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Perusahaan dan Akuntan Pendidik
Terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan, Jurnal Ekonomi, Vol. XVI No.1, April, 2006, hlm.33
15
2. Prinsip kejujuran
Prinsip ini memang prinsip yang paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
yang mendasarkan kegiatan bisnisnya pada tipu menipu atau tindakan curang. Bisnis tidak
bisa bertahan lama atau berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip kejujuran dan kejujuran
juga merupakan kunci sukses aktivitas bisnis seseorang yang berjangka panjang.
3. Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal
perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya
masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan haknya dan
kepentingannya. Prinsip saling menguntungkan prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga mengutungkan semua pihak. Jadi, kalau prinsip saling
menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha
untuk saling menguntungkan satu sama lain.
4. Prinsip integritas moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntunan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia pelaku bisnis atau perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan
tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi etis adalah masalah-masalah etika contohnya
nilai keadilan dan kebenaran. Tidak ada seorang pun atau satu masyarakat pun yang menolak
kedua nilai tersebut, karena kedua nilai tersebut secara interen ada dalam diri setiap manusia.
Namun, pencarian nilai keadilan dan kebenaran tersebut bukan merupakan sebuah usaha yang
16
mudah, karena persepsi seorang individu tentang nilai tersebut akan berbeda antara individu yang
satu dengan individu yang lain.32
2. Keadilan
Menurut K.Bertens, Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika. Sulit sekali untuk
dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau
bersikap tak acuh terhadap ketidak adilan.33 Definisi keadilan menurut pengarang Roma, Ulpianus,
yang dalam hal ini mengutip orang yang bernama Cerlsus, menggambarkan keadilan dengan
singkat sekali sebagai: “tribuere cuiqe suum”. Terutama kata ketiga dari kalimat bahasa Latin ini
tidak mudah untuk diterjemahkan. Dalam bahasa Inggris terjemahan bisa berbunyi : “to give
everybody his own”, atau dalam bahasa Indonesia: “memberikan kepada setiap orang yang dia
punya”. Penjelasan hukum Roma tentang keadilan itu bisa diterjemahkan juga sebagai:
memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya.34 Secara spesifik K.Bertens menjelaskan
pendasaran bagi tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan hidup, dapat dicari juga dalam
tuntunan etis untuk mewujudkan keadilan. Kalau begitu, keadilan di sini harus dipahami sebagai
keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil.
Sebagaimana sudah kita lihat, lingkungan hidup pun menyangkut soal kelangkaan dan karena itu
harus “dibagi” dengan adil. Perlu dianggap tidak adil, bila kita memanfaatkan alam demikian rupa,
sehingga orang lain misalnya generasi-generasi yang akan datang tidak lagi bisa memakai alam
untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan baik.35
Menurut Iwan Triyuwono keadilan adalah nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan
sosial dan bisnis, tetapi ia juga merupakan nilai yang secara interen melekat dalam fitra manusia.
32 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . .Hlm: 83 33 K.Bertens,Pengantar Etika Bisnis . . . .Hlm.81 34 Ibid, hlm.83 35 Ibid, hlm.354-355
17
Ini artinya adalah bahwa manusia, dengan fitrah kemanusiannya, mempunyai kapasitas internal
untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya.36 Lebih jauh Iwan Triyuwono menjelaskan
bahwa kata “adil”, bersifat lebih fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika syariah dan
moral. Bentuk akuntansi yang dapat memancarkan nilai keadilan adalah sangat penting. Karena
informasi akuntansi mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran, pengambilan
keputusan, dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang.
Mencoba untuk menafsirkan sebuah kata yang terdapat pada surat al-Baqarah : 282 yaitu kata
“adil” atau benar.
ى فاكتبوه وليكتب بين يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم كم كاتب بالعدل ول يأب كاتب أن يكتب كما علمه الل
ربه ول يبخس منه شيئا فإن كان يستيي أن يمل يفا أو ل الذي عليه الحق سفيها أو ضع فليكتب وليملل الذي عليه الحق وليتق الل
هداء أن تضل هو فليملل وليه بالعدل واستشهدوا شهيدين من رجالكم فإن لم يكونا رجلين فر ن ترضون من الش جل وامرأتان مم
هداء إذا ما دعوا ول تسأموا أن تكتبوه صغيرا أو ك إحداهما فتذك لكم أقسط عند ر إحداهما الخرى ول يأب الش بيرا إلى أجله ذ
هادة وأدنى أل ترتابوا إل أن ت وأقوم للش عتم ي كون تجارة حاضرة تديرونها بينكم فليس عليكم جناح أل تكتبوها وأشهدوا إذا تباالل
مكم ويعل بكل شيء عليم ول يضار كاتب ول شهيد وإن تفعلوا فإنه فسوق بكم واتقوا الل والل الل
Artinya : “wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkana kepada nya, maka hendaklah orang yang berutang itu
mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah mengurangi
sedikitpun dari padanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah
keadaannya, atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya
dengan benar dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak
ada saksi dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara
orang-orang yang kamu sukai dari para saksi yang ada, agar jika yang seorang lupa maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan
janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya.
Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga
36 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . .Hlm.198
18
saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.37
Dalam konteks Akuntansi, kata “adil” dalam ayat tersebut, secara sederhana, dapat berarti
bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dicatat dengan benar. Pada pengertian ini
praktik moral, yaitu kejujuran, merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini,
informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Surat al-
baqarah:282 menjadi kata dasar untuk melakukan perubahan fundamental pada akuntansi modern.
Bentuk akuntansi modern adalah adil/ benar dalam nilai (kapitalisme) di mana ia dikembangkan.
Namun, belum tentu adil/benar menurut nilai-nilai syariah.38
Salah satu sumbangan terbesar islam kepada umat manusia adalah prinsip keadilan dan
pelaksanaannya dalam setiap aspek kehidupan. Islam mendidik umat manusia bertanggung jawab
kepada keluarga, fakir miskin, negara, bahkan seluruh makluk di muka bumi. Islam memberikan
suatu solusi yang praktis terhadap masalah perekonomian modern. Memperbaikinya dengan jalan
perbaikan akhlak semaksimal mungkin, dengan campur tangan pemerintah, serta kekuatan
undang-undang.39
Akhir-akhir ini sering terlihat dalam realitas kehidupan, betapa banyak orang yang
memandang sesuatu semata-mata dari hasilnya dan melupakan serta mengabaikan proses yang
seharusnya dilakukan untuk mencapainya. Hal yang dilihat dalam kegiatan bisnis misalnya,
hanyalah keuntungan besar yang akan diraihnya. Seperti peristiwa yang tak kalah dahsyatnya
adalah perilaku korupsi dan money politic dalam mempertahankan suatu jabatan dan kedudukan
37 Al-Baqarah (2): 282 38 K.Bertens,Pengantar Etika Bisnis . . . . hlm.226 39 Rozalinda, Ekonomi Islam : teori dan aplikasinya pada aktivitas ekonomi, ed 1 – cet.1, PT RajaGrafindo
Prasada – Jakarta,2014, hlm.21
19
karena orientansi kesuksesan hidup pada hasil semata-mata dan bukan pada proses serta cara
mendapatkannya.40 Allah swt. Berfirman dalam at-Taubah :105.
ه عملكم ورسوله والمؤمنون وستردون إلى عالم الغيب والش ادة فينب ئكم بما كنتم تعملون وقل اعملوا فسيرى الل
Artinya: “Dan katakanlah, ‘bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.41” at-Taubah :105”
Secara spesifik, Folger dan Cropanzano dalam jurnal Fransiskus mendefinisikan keadilan
organisasional sebagai kondisi pekerjaan yang mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa
mereka diperlakukan secara adil atau tidak adil oleh organisasinya. Lebih jauh Folger dan
Cropanzano menjelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan motivator penting dalam suatu
lingkungan pekerjaan. Ketika individu merasakan suatu ketidakadilan, moral mereka akan turun,
mereka kemungkinan besar akan meninggalkan pekerjaannya, dan bahkan mungkin membalas
dendam terhadap organisasinya. Rasa keadilan akan muncul ketika otoritas organisasi konsisten
dan tidak bias dalam pengambilan8 keputusan organisasi terutama terkait dengan alokasi gaji dan
promosi. Aturan organisasi yang tidak konsisten dan bias terhadap individu adalah suatu tindakan
diskriminasi, sehingga muncul rasa diskriminasi oleh individu42
Kemudian menurut Bertens bahwa berdasarkan keadilan distributif merupakan membagi
secara adil. Dimana keadilan negara ini secara konkret berarti, pemerintah harus membagi
segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Seperti kewajiban kerja bakti
ikut dalam siskamling, besar kecilnya beban pajak, dan sebagainya. Tidak adil bila pemimpin
masyarakat mempraktekkan “pilih kasih” dalam membagi hal-hal yang enak maupun yang tidak
40 Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Cet-1, GEMA INSANI- Jakarta,
2003, hlm.130 41 at-Taubah 9: 105 42 Fransiskus Eduardus Daromes, Keadilan Organisasional . . . . Hlm. 188
20
enak itu. Tidak adil, bila pemerinta mengistimewahkan orang-orang tertentu yang tidak
mempunyai hak khusus.43
Menurut John Rawls berpendapat, kita membagi dengan adil dalam masyarakat, jika kita
membagi rata, kecuali ada alasan untuk membagi dengan cara lain. Prinsip-prinsip menurut John
Rawls yang pertama setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang
paling luas yang dapat dicocokkan dengan kebebasan-kebebasan yang sejenis untuk semua orang
dan prinsip kedua yaitu ketidaksamaan sosial dan ekonomis diatur demikian rupa.44 Namun
menurut Robert Nozick kita memiliki sesuatu dengan adil, jika pemilikan itu berasal dari
keputusan bebas yang mempunyai landasan hak.
3. Gender
Menurut Mansour Fakih pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua
jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.45
Sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses
yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh
banyak hal, di antaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial
atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi
gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuhan Tuhan seolah-olah bersifat biologis yang
tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai
kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.46
Menurut Nasaruddin Umar dalam jurnal Reni Yendrawati . Kata “gender” berasal dari bahasa
Inggris, gender, berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World, gender diartikan sebagai
43 K.Bertens,Pengantar Etika Bisnis . . . . hlm.86 44 Ibid.hlm.98-100 45 Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar-Yogyakarta, 2013, hlm.8 46 Ibid, Hlm.9
21
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
Sedangkan dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep
kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas
dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.47
Dalam sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stoneback menganalisis respon siswa dari delapan
negara yang berbeda, termasuk Kanada dan China, untuk pertanyaan tentang tindakan
kemungkinan mereka untuk suatu dilema etis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Ukraina
siswa laki-laki akuntansi memiliki tingkat etis lebih tinggi daripada mahasiswa akuntansi
perempuan, di Cina mahasiswa akuntansi perempuan memiliki tingkat etika yang lebih tinggi
daripada rekan-rekan pria mereka. Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan dengan negara
lain: Amerika Serikat, Australia, Filipina, Jerman, Kanada dan Thailand. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis kelamin berpengaruh pada etika.48
Namun menurut Coate dan Frey dalam jurnal Sri Mulyani pendekatan yang digunakan untuk
menggambarkan pengaruh gender terhadap perilaku tidak etis adalah pendekatan struktural dan
pendekatan sosialisasi. Pendekatan struktural menyatakan bahwa perbedaan antara pria dan wanita
disebabkan oleh sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan peran lainnya. Pendekatan
sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai yang berbeda
ke dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam lingkungan belajar.49
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender. Namun, yang menjdi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan
berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan.
47 Reni Yendrawati, Dheane Kurnia Mukti, Pengaruh Gender . . . . Hlm.2 48 Lukita Tripermata, Pengaruh Love Of Money . . . . Hlm.56 49 Sri Mulyani, Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan . . . .hlm.6
22
Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan perempuan
menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender
menyebabkan ketidakadilan gender yaitu melalui:50
a. Gender dan Marginalisasi Perempuan
Marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, yang mengakibatkan kemiskinan,
sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-
laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian. Banyak studi telah dilakukan
dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang menjadi penyebab
kemiskinan kaum perempuan. Misalnya, program swasembada pangan atau revolusi hijau
(green revolution) secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya
sehingga memiskinkan mereka. Akibatnya banyak kaum perempuan miskin di desanya, yakni
semakin miskin dan tersingkir karena tidak mendaptkan pekerjaan di sawah pada musim
panen. Berarti program revolusi hijau dirancang tanpa mempertimbangkan aspek gender.
b. Gender dan subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik.
Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan
bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil
memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak
penting. Di Jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh
akhirnya akan ke dapur juga. Bahkan, pemerintah pernah memiliki peraturan bahwa jika
suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) dia bisa mengambil keputusan sendiri.
Sedangkan bagi istri yang hendak tugas belajar ke luar negeri harus seizin suami. Dalam
rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus
50 Mansour Fakih, Analisis Gender . . . . Hlm.12
23
mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya maka anak laki-laki akan
mendapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran
gender yang tidak adil.51
c. Gender dan beban kerja
Beban kerja seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan
dimasyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis “pekerjaan
perempuan”, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai “pekerjaan lelaki”, serta
dikategorikan sebagai “bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik
ekonomi negara. Kemudian manifestasi tersebut juga terjadi ditempat kerja, organisasi
maupun dunia pendidikan. Banyak aturan kerja, manajemen, kebijakan keorganisasian, serta
kurikulum pendidikan yang masih melanggengkan ketidakadilan gender tersebut. Namun
ketidakadilan gender tersebut telah mengakar di dalam keyakinan dan menjadi ideologi kaum
perempuan maupun laki-laki. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa manifestasi
ketidakadilan gender ini telah mengakar mulai dalam keyakinan di masing-masing orang,
keluarga hingga pada tingkat negara yang bersifat global.
Kemudian, bila seseorang lelaki dan perempuan memiliki hasil yang berbeda maka mereka
merasa adanya ketidak adilan seperti apa yang mereka harapkan dari persepsi yang ia pikirkan.
Tetapi Crosby mengatakan bahwa ketidakadilan subyektif tergantung pada harapan dan kenyataan.
Dari kesemuanya mengerucutkan satu kesimpulan bahwa jika perempuan mengharapkan upah
yang lebih kecil dari laki-laki maka perempuan akan lebih mempunyai kepuasan upah dibanding
dengan laki-laki. Pada beberapa penelitian mendukung kesimpulan ini, bahwa perempuan merasa
51 Ibid, Hlm.15-16
24
puas seperti halnya laki-laki, meskipun upah yang diterima masih lebih rendah daripada laki-laki
menurut Crosby, Smith, Kendall & Hullin penelitian lain juga menunjukkan bahwa perempuan
merasa lebih puas dengan gaji yang dia terima meskipun gaji tersebut sama dengan laki-laki.52
4. Status Ekonomi
Menurut Conger dan Martin, Status ekonomi adalah ukuran gabungan dari posisi ekonomi
dan sosial individu atau keluarga yang relatif terhadap orang lain, berdasarkan dari pendapatan,
pendidikan, dan pekerjaan. Ketika menganalisis status ekonomi keluarga, pendidikan, dan
pekerjaan ibu dan ayah di periksa, serta pendapatan dikombinasikan dibandingkan dengan
individu, ketika atribut mereka sendiri dinilai.53 Menurut Sangaji dalam Erika, status sosial
ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari
segi sosial dan ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendapatan dan sebagainya.54
Menurut Iwan Triyuwono menjelaskan bukti konkret dari hal ini bisa kita lihat dalam
fenomena sosial kehidupan sehari-hari. Tidak jarang terjadi peristiwa demonstrasi buruh yang
menuntut kenaikan upah. Mengapa peristiwa demikian bisa terjadi? Karena perusahaan yang
menggunakan konsep maksimalisasi laba sebagai refleksi dari sifat egoistik, enggan memberikan
upah yang layak dengan alasan menekan biaya, atau demi “efisiens”. Perusahaan juga merasa
enggan untuk menanamkan dananya pada, misalnya, mesin pemurni limbah industri. Karena
investasi pada mesin ini sama sekali tidak dapat memberikan manfaat ekonomi. Akibat yang
ditimbulkan adalah polusi dan eksploitasi manusia atas manusia, dan akhirnya yang dirugikan
adalah lingkungan alam dan masyarakat secara keseluruhan. Pemikiran egoistik yang
mendudukkan sifat ini pada hierarki yang tinggi tidak mampu menjelaskan bahwa investasi pada
52 Fathul Lubabin Nuqul, Perbedaan Penilaian Keadilan Karyawan . . . . Hlm.211 53 Nurul Fatimah, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi . . . . Hlm.21 54 Eka Sastra, Kesenjangan Ekonomi mewujudkan keadilan sosial di indonesia, PT Mizan Publika-Jakarta,
2017, hlm.25
25
mesin pemurni limbah industri atau membayar upah buruh secara layak akan banyak memberikan
manfaat sosial. Bahkan tidak jarang untuk tidak mengatakan “sudah lazim” praktik-praktik bisnis
yang sekarang mengesampingkan etika. Sehingga ungkapan “bisnis adalah bisnis” artinya bahwa
bisnis terpisah dari nilai etika bukan ungkapan hal yang aneh. Dan, kecenderungan pencapaian
kebutuhan-kebutuhan material merupakan bagian yang tidak terelakkan dan ini merupakan ciri
dari kehidupan modern itu sendiri.55 Dari ungkapan tersebut menyatakan bahwa status ekonomi
berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa dan menimbulkan ketidakadilan.
Kawasan Indonesia Timur yang relatif lebih kaya sumber daya alamnya, justru hidup relatif
lebih miskin dibandingkan kawasan Indonesia Barat yang notabene sumber daya alamnya lebih
terbatas. Apalagi, kita hidup di nusantara yang kaya sumber daya alam, tapi belum
mensejahterakan banyak orang. Kini, kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin terus melebar
di Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia merupakan akumulasi dari kesenjangan pendapatan,
kesenjangan antarwilayah, dan kesenjangan akan kesempatan. Kesenjangan sering didefinisikan
sebagai kondisi ketidakadilan. Kondisi ketika beberapa orang atau kelompok memiliki hak dan
kesempatan lebih baik dibandingkan individu atau kelompok lainnya.56
Di pasar tenaga kerja misalnya, bila terjadi persaingan yang sehat, seseorang dengan latar
belakang apa pun, dapat bekerja di mana pun. Asalkan, orang tersebut memiliki kompetensi yang
cukup dan dibutuhkan oleh pemberi kerja. Namun, karena adanya kesenjangan perlakuan, baik
atas alasan gender, suku, maupun agama, seseorang yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan
pasar malah sering tidak dapat memperoleh pekerjaan.57
55 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Persepktif, 2015 . . . .Hlm.147-148 56 Eka Sastra, Kesenjangan Ekonomi . . . . Hlm.2 57 Ibid, hlm.3
26
Status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang dengan pekerjaan, pendidikan dan
karakter ekonomi yang serupa. Umumnya anggota masyarakat memiliki:58
a. Pekerjaan yang berbeda dalam gengsi, dan beberapa orang memiliki lebih banyak akses
dibanding orang lain pada status pekerjaan yang lebih tinggi.
b. Tingkat pendidikan yang berbeda, dan beberapa orang mempunyai kesempatan yang lebih
untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan orang lain.
c. Sumber ekonomi yang berbeda
d. Tingkat kekuasaan yang berbeda yang mempengaruhi sebuah institusi komunitas.
Prasastianta menguji faktor yang mendorong perilaku ekonomi, salah satu faktornya adalah
status sosial ekonomi mahasiswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
status ekonomi seseorang maka ia condong untuk berperilaku konsumtif. Status sosial ekonomi
seseorang juga berhubungan dengan perilaku etisnya. Biasanya seseorang yang memiliki status
sosial ekonomi yang tinggi cenderung berperilaku tidak etis karena status sosial yang dimiliki
membuatnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri.59
Menurut K.Bertens menjelaskan bahwa keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun
individual. Juga dalam konteks ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus diwujudkan dalam
masyarakat, tetapi keadilan merupakan juga keutamaan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis
secara pribadi. Pebisnis pun tidak merupakan homo economicus saja, manusia yang hanya
memperhartikan nilai-nilai ekonomis. Supaya dapat hidup dengan baik, di samping nilai-nilai
58 Khasana Setiaji, Pilihan Karir Mengajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi (Kajian Motivasi Karir
Mengajar, Career Self Efficacy, Status Sosial Ekonomi, Minat Menjadi Guru Terhadap Prestasi Akademik, Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, Vol.X, No.2, Desember 2015, Hlm.200 59 Erika Radina Sipayung, Analisis Pengaruh Aspek Demografi, Status Sosial Ekonomi . . . . Hlm.25
27
ekonomis, ia harus memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral. Dan dalam konteks ekonomi
dan bisnis salah satu nilai moral terpenting adalah keadilan.60
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa penelitian
sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu
atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelit dalam melakukan penelitian ini.
Tabel 1.2
Perbedaan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Peneliti
1. Nurul Fatimah
Nim.132221027
IAIN Surakarta
analisis pengaruh
gender dan status
ekonomi terhadap
persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah
dengan love of money
sebagai variabel
intervening
1. Gender berpengaruh
langsung positif dan
signifikan terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi
syariah.
2. Status ekonomi berpengaruh
langsung negatif dan
signifikan terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi
syariah.
3. Gender tidak berpengaruh
langsung positif dan tidak
signifikan terhadap love of
money.
2. Berliana
Normadewi
Nim.C2C00817
2Universitas
Diponegoro
Semarang
Analisis pengaruh jenis
kelamin dan tingkat
pendidikan terhadap
persepsi etis mahasiswa
akuntansi dengan love
of money sebagai
variabel intervening
1. tingkat pendidikan memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap persepsi etis
mahasiwa akuntansi
2. tingkat love of money,
semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka
persepsi etisnya akan
semakin tinggi maka kecintaa
seseorang terhadap uang
akan semakin rendah.
3. Sri Mulyani
Universitas
Muria Kudus
analisis pengaruh jenis
kelamin dan status
pekerjaan terhadap
persepsi etis mahasiswa
1. jenis kelamin memiliki
pengaruh negatif terhadap
persepsi etis mahasiswa
akuntansi.
60 K.Bertens,Pengantar Etika Bisnis . . . . hlm.105
28
akuntansi dengan love of money sebagai
variabel intervening
2. status pekerjaan memiliki pengaruh positif.
3. pengaruh negatif antara jenis
kelamin dan status pekerjaan
terhadap love of money, serta
adanya pengaruh love of
money terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi.
4. Fathul Lubabin
Nuqul
UIN Maulana
Malik Ibrahim
Malang
Perbedaan penilaian
keadilan karyawan
ditinjau dari jenis
kelamin
1. tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan
dengan demikian tidak ada
perbedaan antara perempuan
dan laki-laki dalam penilaian
keadilan ditempat kerja.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.61 Untuk itu
diperlukan sesuatu penganjuan hipotesis untuk membuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1:Diduga bahwa perbedaan gender berpengaruh signifikan terhadappersepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah (fakultas ekonomi islam UIN STS JAMBI).
H2:Diduga bahwa perbedaan status ekonomi berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah (fakultas ekonomi islam UIN STS JAMBI).
H3:Diduga bahwa persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh signifikan
terhadap keadilan.
` 61 Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, cetakan-23, Alfabeta – Bandung, 2016, hlm
.64
29
H4:Diduga bahwa antara gender dan status ekonomi memiliki pengaruh hubungan tidak
langsung terhadap keadilan sebagai variabel intervening dengan persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah (fakultas ekonomi islam UIN STS JAMBI).
I. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir dipergunakan untuk mempermuda alur pemikiran yang akan dilakukan dalam
penelitian. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas dapat disusun kerangka pikir.
Gambar 1.1
Kerangka Pikir
Pengaruh Gender dan Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Syariah dengan Keadilan Sebagai Variabel Intervening
1. Gender mempengaruhi persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah
Perbedaan jenis kelamin mungkin dapat membentuk persepsi yang berbeda, yang akhirnya
mempengaruhi sikap dan perilaku berbeda pula antara laki-laki dan perempuan dalam
menanggapi kasus etika profesi akuntan. Menurut Coate dan Frey dalam jurnal Sri Mulyani
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh gender terhadap perilaku tidak
etis adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosialisasi. Pendekatan struktural
menyatakan bahwa perbedaan antara pria dan wanita disebabkan oleh sosialisasi awal
terhadap pekerjaan dan kebutuhan peran lainnya. Pendekatan sosialisasi gender menyatakan
bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai yang berbeda ke dalam suatu lingkungan
Gender
Status Ekonomi
Keadilan
Persepsi etis
mahasiswa
akuntansi
syariah
30
kerja maupun ke dalam lingkungan belajar. Perbedaan pendapat mengenai apakah laki-laki
dan perempuan memiliki suatu perbedaan dalam membuat keputusan etis, membuat para
peneliti melakukan penelitian yang menguji mengenai pengaruh hubungan jenis kelamin
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
2. Status ekonomi mempengaruhi persepsi etis mahasiswa akuntansi
Perbedaan status ekonomi yang besar dapat terbentuk berdasarkan persepsi yang berbeda,
hal ini terjadi karena adanya perbedaan penghasilan keluarga pada setiap mahasiswa, selalu
ada perdebatan terkait dengan kesenjangan pendapatan pada tiap individu. Menurut
Prasastianta menguji faktor yang mendorong perilaku ekonomi, salah satu faktornya adalah
status sosial ekonomi mahasiswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi status ekonomi seseorang maka ia condong untuk berperilaku konsumtif. Status sosial
ekonomi seseorang juga berhubungan dengan perilaku etisnya. Biasanya seseorang yang
memiliki status sosial ekonomi yang tinggi cenderung berperilaku tidak etis karena status
sosial yang dimiliki membuatnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
3. Persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah mempengaruhi keadilan
Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika. Sulit sekali untuk dibayangkan orang
atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau bersikap tak acuh
terhadap ketidak adilan menurut Bertens.K. Pencarian bentuk akuntansi yang dapat
memancarkan nilai keadilan adalah sangat penting. Karena informasi akuntansi mempunyai
kekuatan power untuk memengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, dan tindakan yang
dilakukan oleh seseorang.
Menurut Folger dan Cropanzano menjelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan
motivator penting dalam suatu lingkungan pekerjaan. Ketika individu merasakan suatu
31
ketidakadilan, moral mereka akan turun, mereka kemungkinan besar akan meninggalkan
pekerjaannya, dan bahkan mungkin membalas dendam terhadap organisasinya. Rasa keadilan
akan muncul ketika otoritas organisasi konsisten dan tidak bias dalam pengambilan keputusan
organisasi terutama terkait dengan alokasi gaji dan promosi. Aturan organisasi yang tidak
konsisten dan bias terhadap individu adalah suatu tindakan diskriminasi, sehingga muncul rasa
diskriminasi oleh individu.
4. Gender dan status ekonomi melalui persepsi etis mahasiswa akuntansi berpengaruh
terhadap keadilan
Penelitian yang dilakukan oleh Jackson, Gardner, & Sullivan dalam jurnal Fathul Lubabin
Nuqul menyimpulkan bahwa perempuan mengharapkan upah yang lebih rendah dari pekerja
laki-laki. Terlebih untuk pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki misalnya bidang teknik.
Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan cenderung mempunyai kepuasan dalam
pekerjaannya dan cenderung lebih merasa diperlakukan adil. Dalam penjelasannya, Jackson,
Gardner, & Sullivan, mengatakan bahwa stereotip peran genderlah yang mengakibatkan
perbedaan harapan pengupahan tersebut. Greenberg and McCarty juga telah menyimpulkan
dari sejumlah penelitian yang berkaitan dengan apakah ada perbedaan dalam menyikapi
ketidak adilan tentang upah karyawan. Mereka menyimpulkan bahwa ada fakta dari beberapa
sumber baik dari laki-laki maupun perempuan, merasa puas dalam sebuah situasi yang tidak
adil, perempuan sedikit lebih toleran pada situasi yang tidak adil. Sebuah penjelasan lebih
lanjut adalah bahwa seorang perempuan menggunakan perempuan lain sebagai per-bandingan
dan perempuan yang dibayar lebih rendah daripada laki-laki, akan merasa tidak individu yang
tidak diperlakukan adil sebab mereka membandingkan dengan orang lain yang diperlakukan
sama.
32
Menurut K.Bertens, keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun individual. Juga dalam
konteks ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus diwujudkan dalam masyarakat, tetapi
keadilan merupakan juga keutamaan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis secara pribadi.
Pebisnis pun tidak merupakan homo economicus saja, manusia yang hanya memperhartikan nilai-
nilai ekonomis. Supaya dapat hidup dengan baik, di samping nilai-nilai ekonomis, ia harus
memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral. Dan dalam konteks ekonomi dan bisnis salah satu
nilai moral terpenting adalah keadilan.
33
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada mahasiswa dan mahasiswi aktif yang telah
mempelajari etika bisnis pada semester VI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi JLn. Arif Rahman Hakim No. 1 Telanaipura Jambi 36122,
Ada pun waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Juni 2018 dan berakhir pada bulan Agustus
2018.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa fakultas ekonomi islam UIN STS Jambi dalam
mengkaji ilmu etika bisnis yang telah mereka pelajari, agar kedepannya ketika mereka terjun ke
dunia bisnis, tidak ada lagi yang melakukan kecurangan atau memanipulasi data keuangan suatu
perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang data-datanya merupakan data
angket sesuai dengan penelitian ini.
Penulis dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan namanya,
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsirsan terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya.62 Jenis penelitian ini adalah penelitian deskritif karena
penelitian tindakan dimulai dari mencari informasi tentang keadaan sesuatu dalam rangka mencari
kelemahan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan kelemahan tersebut, selama
penelitian tindakan langsung, peneliti mengamati terjadinya tindakan kemudian mendeskripsikan
dalam bentuk informasi.63
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, cet-15, PT Rineka Cipta – Jakarta,
2013, hlm.27 63 Ibid, hlm.135
34
Dalam penelitian ini menggunakan model analisis jalur (path analysis) karena di antara
variabel independent dengan dependent terdapat mediasi yang mempengaruhi. Dalam penelitian
ini terdiri tiga variabel, yakni variabel bebas (independent) gender dan status ekonomi, keadilan
(mediasi) sedangkan yang terikat (dependent) persepsi etis mahasiswa akuntansi.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh
penyebaran kuisioner kepada mahasiswa dan mahasiswi aktif dengan kosentransi akuntansi
semester atas yang telah mempelajari tentang mata kuliah etika bisnis.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh
pengumpul data primer atau pihak lain jadi data sekunder merupakan data yang secara tidak
langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi
penelitian yang dilakukan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas
metode :
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan suatu pengumpula data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan/ pernyataan kepada responden dengan harpan memberikan respon atas
daftar pertanyaan tersebut.
2. Dokumentansi
35
Informasi lain atau hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, buku, jurnal dan
sebagainya yang diperoleh peneliti adalah dengan dokumentasi.
3. Observasi
Observasi adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
diteliti.
E. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.64 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang aktif
di semester 6 yang sudah lulus mata kuliah etika bisnis di Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN
STS Jambi angkatan 2015 sebanyak 296 mahasiswa/i.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti.65 Dalam penelitian ini jumlah sampel
yang diambil yaitu sebanyak 75 mahasiswa dan mahasiswi yang aktif di semster akhir yang
sudah lulus mata kuliah etika bisnis di Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN STS Jambi.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampel bertujuan atau purposive
sample. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan
64 Ibid, hlm: 173 65 ibid, hlm : 174
36
karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.66
Penentuan besarnya sampel yang di lakukan pada peneltian ini memiliki populasi seluruhnya
296 orang dapat ditentukan dengan rumus slovin sebagai berikut. Selanjutnya jika obyeknya besar
dapat diambil beberapa persen diantara nya 5%, 10%, 15%, 20% atau lebih.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁(𝑒)²
Ket : n = sampel
N = populasi
E =eror (tingkat kesalahan ditentukan 10%)
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁(𝑒)2
= 296
1+296 (10%)²
= 296
1+296 (0,01)
= 296
1+2,96
= 296
3,96 = 74,74 = 75
Maka dengan hasil di atas sampel dalam penelitian ini adalah populasi dengan teknik
purposive sample. Jumlah mahasiswa dan mahasiswi akuntansi yang dijadikan obyek penelitian
sebesar 75 orang.
66 Ibid, hlm : 183
37
G. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.67
a. Variabel Independen (X)
Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
gender dan status ekonomi.
b. Variabel Dependen (Y)
Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah.
c. Variabel Intervening (Z)
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Variabel intervening dalam
penelitian ini adalah Keadilan.
67 Sugiyono, metode penelitian kuantitatif . . . . hlm.38
38
H. Instrumen Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui survey lapangan dengan
menggunakan kuesioner yang diserahkan secara langsung kepada responden. Untuk mengukur
pendapat responden digunakan empat point skala Likert, dengan perincian sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
I. Metode dan Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul.68 Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu dengan
menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Pendekatan PLS adalaha distribution free
(tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval,
dan rasio).69
Tujuan PLS adalah untuk membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk
tujuan prediksi karena pendekatan PLS lebih cocok. Dengan pendekatan PLS diasumsikan bahwa
semua ukuran variance adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan
untuk mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linear dari indikator maka
menghindarkan masalah indeterminacy dan mememberikan definisi yang pasti dari komponen
skor.70 Variabel laten adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk
68 Ibid, hlm.147 69 Imam Ghozali, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Squares (PLS),
Universitas Diponegoro Semarang,2014, Hlm.30 70 Ibid, hlm.31
39
menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model
struktural yang menghubungkan antara variabel laten) dan outner model (model pengukuran yaitu
hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual varian dari
variabel independen (keduanya variabel laten dan indikator) diminimumkan.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu: (1) weight
estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten, (2) mencerminkan estimasi jalur
(path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya
(loading), (3) berkaitan dengan means dan lokasi parameter nilai konstanta regresi untuk indikator
dan varibel laten.71
Langkah- langkah analisis persamaan Partial Least Squares (PLS) adalah sebagai berikut:
a. Hubungan antar variabel
Dalam penelitian ini, bentuk model indikator adalah refleksif. Menurut Ghozali bahwa
konstruk seperti “personalitas” atau “sikap” umumnya dipandang sebagai faktor yang
menimbulkan sesuatu yang kita amati sehingga indikatornya bersifat refleksif. Konstruk laten
mempengaruhi variasi pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk laten ke
indikator.72
b. Analisis jalur (path analysis)
Menurut Robert D.Rutherford analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengauhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak
langsung.73
71 Ibid, hlm.32 72 Ibid, hlm.16 73 Ratlan Padede. Analisis Jalur Path Analisis. Jakarta : Rineka Cipta. 2014. Hlm.16
40
c. Evaluasi model PLS
Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-
parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan
menilai outner model dan inner model. Penjelasan lebih lanjut, adalah sebagai
berikut:
1. Model pengukuran (Outer Model)
Covergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan
korelasi antara item score /component score dengan construct score yang dihitung dengan
PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
konstruk yang ingin diukur. Namun menurut Chin untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,60 dianggap cukup.74
Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksi indikator dinilai berdasarkan
crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran
lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten
memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada ukuran pada blok lainnya.
Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root
of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya dalam model. Menurut Fornell dan Larcker jika nilai akar kuadrat AVE
setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya
dalam model, maka dikatakan memiliki discriminant validity yang baik. Serta nilai average
variance extracted (AVE) harus lebih besar 0,50.
74 Ibid, hlm.39
41
2. Model struktural (Inner Model)
Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-square untuk setiap
variabel laten dependen. Interprestasinya sama dengan interprestasi pada regresi. Perubahan
nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. R2 untuk
variabel laten endogen yaitu R2 sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 untuk variabel laten endogen dalam
model struktural mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah”.75
Estimasi koefisien memiliki nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural
harus signifikan. Nilai signifikan ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping.
Kemudian nilai f2 sebesar 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diinterprestasikan apakah prediktor
variabel laten mempunyai pengaruh yang kecil, menengah dan besar pada level struktural.
Model PLS juga dievaluasi dengan melihta Q-square relevance untuk model konstruk. Q-
square mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
parameternya. Nilai Q-square lebih besar 0 (nol) menunjukkan bahwa model mempunyai nilai
predictive relevance, sedangkan nilai Q-square kurang 0 (nol) menunjukkan bahwa model
kurang memiliki predictive relevance.
d. pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistic t (t-test). Dengan parameter pengujian
sebagai berikut:
1. Ho diterima dan Ha ditolak jika T-statistik < T-tabel (1,96) atau nilai signifikasi > p-value
> 0,05 (α 5%).
75 Ratlan Padede. Analisis Jalur . . . . hlm.42
42
2. Ha diterima dan Ho ditolak jika T-statistik > T-tabel (1,96) atau nilai signifikasi < p-value
< 0,05 (α 5%).
Apabila hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa
indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrument pengkur variabel laten. Sementara,
bilamana hasil pengujian pada inner model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna
variabel laten lainnya.
J. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini disajikan ringkasan dari variabel penelitian dan indikator yang akan digunakan
untuk pembuatan kuesioner.
Tabel 2.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Indikator Skala
1. Gender Gender adalah suatu konsep
kultural yang berupaya
membuat pembedaan dalam
hal peran, perilaku, mentalitas
dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang
dalam masyarakat.
(Reni Yendrawati, Dheane
Kurnia Mukti, 2015)
a. Perempuan
b. Laki-laki
(Reni
Yendrawati,
Dheane Kurnia
Mukti, 2015)
Nominal
2. Status
Ekonomi
Status ekonomi adalah ukuran
gabungan dari posisi ekonomi
dan sosial individu atau
keluarga yang relatif terhadap
orang lain, berdasarkan dari
pendapatan,pendidikan, dan
pekerjaan.
(Nurul Fatimah, 2017)
a. Pendapatan,
<1.000.000
1.000.000
s/d
2.000.000
>2.000.000
b. Pendidikan,
(Nurul
Fatimah, 2017)
Ordinal
3. Persepsi
Etis
persepsi etis diartikan sebagai
proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan
bagaimana
mahasiswa
bersikap dan
menilai suatu
Skala Likert
43
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian
menafsirkannya untuk
menciptakan keseluruhan
makna yang terkandung di
dalamnya sesuai dengan
prinsip kebenaran, akhlak,
dan moral yang berlaku.
(Sri Mulyani, 2015).
keadaan atau perilaku
terhadap
pelanggaran
atau kecurangan
yang terjadi.
(Sri Mulyani,
2015)
4. Keadilan menurut pengarang Roma,
Ulpianus, yang dalam hal ini
mengutip orang yang
bernama Cerlsus, keadilan
merupakan memberikan
kepada setiap orang yang
menjadi haknya. (K.Bertens,
2013)
Keadilan harus
dilaksanakan
persis sesuai
dengan bobot
hak seseorang.
(K.Bertens,
2013)
Skala likert
K. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 BAB dengan dengan gambaran sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan peneliti, batasan masalah, kerangka teori, tinjauan pustaka dan kerangka
pemikiran.
BAB II: Metode penelitian, Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian,
pendekatan penelitian, jenis data, sumber data, instrumen pengumpulan data, populasi
dan sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian,
metode dan teknik analisis data, definisi operasional variabel dan sistematika
penulisan.
BAB III: Gambar umum tempat penelitian, Bab ini berisi mengenai sejarah berdirinya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Sturktur organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
44
BAB IV: Analisa dan Pembahasan, Bab ini berisi pengaruh gender dan status ekonomi
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah dengan keadilan sebagai
variabel intervening (studi kasus FEBI UIN STS Jambi).
BAB V : Penutup, Bab ini bagian akhir dari skripsi berisi tentang kesimpulan dan saran.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil FEBI UIN STS Jambi
Alamat : JLn. Arif Rahman Hakim No. 1 Telanaipura Jambi 36122
Telp./Fax : (0741) 583183-564118
Website : febi.uinjambi.ac.id
B. Latar Belakang FEBI UIN STS Jambi
Lahir Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tidak terlepas dari
perkembangan Agam Islam, Juga lembaga pendidikan Islam yang ada di Propinsi Jambi. Didorong
oleh hasrat masyarakat dan ulama pada masa itu, setelah memperhatikan banyaknya lembaga yang
mengeluarkan siswa madrasah/sekolah agama tingkat atas di Jambi Sementara belum ada
pendidikan tinggi yang dapat menampung tamatan tersebut, maka diadakan kongres ulama Jambi
pada tahun 1957 yang berhasil melahirkan suatu keputusan bahwa di Jambi sudah saatnya
didirikan perguruan tinggi, Pada tanggal 29 september 1960 didirikan Fakultas Syari’ah Perguruan
Tinggi agama Islam Al-Hikmah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi.76
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor : 35 tahun 2015 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Agama RI Nomor : 23 tahun 2013, tentang Organisasi dan Tata kerja Institut
Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi telah mendapatkan persetujuan Menteri
pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, nomor : B/1040/M.PANRB/03/2015,
tanggal 26 Maret 2015, Hal : Usulan Pembentukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
76febi.iainjambi.ac.id
46
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam adalah salah satu fakultas dari lima fakultas yang ada di
lingkungan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam terdiri dari jurusan yang siap menggodok dan meluluskan para sarjana yang memiliki
keunggulan kompetitif dalam persaingan global di bidang Ekonomi Islam secara umum. Adapun
jurusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada awalnya hanya terdiri dari: Ekonomi Syariah
(ES) dan D3 Perbankan Syariah, namun pada tanggal 5 januari 2017 jurusan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis islam bertambah 2 jurusan yaitu: Akuntansi Syariah (AKS) dan Menejemen Keuangan
Syariah (MKS).
C. Visi dan Misi FEBI UIN STS Jambi
Visi : Program studi pembaharu, unggul, responsif, dan Islami dalam pengkajian dan
penerapan ilmu ekonomi dan bisnis Islam.
Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang ilmu ekonomi dan bisnis
Islam yang berorientasi pada kemampuan profesionalisme, kebenaran, humanis dan
berdaya saing.
2. Melaksanakan penelitian dalam bidang ilmu ekonomi dan bisnis Islam yang berbasis pada
pemahaman teori, landasan hukum dan nilai-nilai Islam, serta penguasaan dan pemanfaatan
IPTEK sebagai inovasi, kreativitas, dan berdayaguna dalam pengembangan dan dasar
penerapan keilmuan.
3. Melaksanakan pelatihan dan pengabdian masyrakat dengan memanfaatkan ketersediaan
sumber daya insani yang berintegritas, berkemampuan dan berketerampilan.
4. Berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan berbangsa, bernegara
melalui pemberdayaan sosial dan ekonomi.
47
5. Melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga,baik di dalam maupun di luar negeri yang
dilakukan secara produktif dalam rangka meningkatkan pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
6. Mengimplementasikan nilai, prinsip, dan etika Islam dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, penelitian, pelatihan dan pengabdian pada masyarakat.
D. Tujuan FEBI UIN STS Jambi
1. Menghasilkan sarjana ekonomi dan bisnis Islam yang mempunyai kapasitas keilmuan dan
keahlian serta berkarakter Islami sehingga mampu bersaing secara global.
2. Menghasilkan sarjana ekonomi dan bisnis Islam yang profesional, akuntabilitas, humanis,
kreatif, progresif, serta memiliki kecakapan manejerial dan enterpreneurship.
3. Menghasilkan sarjana ekonomi dan bisnis Islam yang mampu mengeksplorasi Al-qur’an
dan sunnah, untuk merumuskan dan mengembangkan konsep teori dan nilai filosofi ilmu
ekonomi Islam.
4. Menghasilkan sarjana ekonomi dan bisnis Islam yang mampu mendesain proto-type sistem
ekonomi, perbankan dan bisnis yang berbasis Islam.
5. Menghasilkan sarjana ekonomi dan bisnis Islam yang mampu mentransformasikan konsep-
konsep ekonomi dan bisnis Islam kepada semua pihak.
6. Membangun jaringan yang kokoh dan bersinergi dengan berbagai pihak dalam rangka
pengembangan keilmuan dan kemasyarakatan.
E. Sasaran FEBI UIN STS Jambi
1. Dihasilkannya berbagai karya ilmiah bidang ekonomi dan bisnis Islam yang memadai, baik
dari sisi kualitas maupun kualitas yang dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
ekonomi dan bisnis Islam.
48
2. Terciptanya jaringan ekonomi dan bisnis yang kokoh dan bersinergi dengan berbagai pihak
dalam rangka pengembangan keilmuan dan kemasyarakatan untuk lima tahun kedepan.
3. Rekayasa sosial ekonomi dan pengembangan komunitas syariah (BMT) berbasis ilmu-ilmu
ekonomi dan bisnis Islam.
F. Startegi FEBI UIN STS Jambi
Visi, misi dan tujuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi diimplementasikan dengan strategi-strategi sebagai berikut:
1. Mengembangkan jurusan/program studi dan konsentrasi sesuai yang berlaku dilingkungan
perguruan tinggi Universitas Islam.
2. Mengembangkan program studi major atau kopetensi pokok dan program studi minor
sebagai kompetensi tambahan.
3. Menetapkan isi pembahasan setiap mata kulia atas 6 kandungan, yaitu:
(1)Philosophical Content (2) Historical Content (3) Theoritical Content (4) Case Content (5)
Pratical Content dan (6) Ethics And Islamic Content.
4. Memperbanyak literatur yang membantu mahasiswa mendalami ilmu-ilmu dasar dan
keislaman secara memadai dan mendorong penyusunan berbagai modul yang relevan.
5. Menstimulus potensi entrepreneurrship melalui berpikir obsevatif, kretif dan inovatif
melalui diskusi, studi kasus, simulasi, penelitian ilmiah secara terstruktur dan
berkesinambungan.
6. Mengembangkan kesinambungan (skil), komunikasi baik verbal atau tulisan serta
penguasaan penggunaan teknologi informasi.
7. Menyelenggarakan pendidikan yang berkulitas yang dapat meluluskan mahasiswa selama
4 tahun dengan batas maksimal penyelesaian selama 5 tahun (10 semester). Pelaksanaan
49
pendidikan dan pengajaran bertempat di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
G. Program Studi FEBI UIN STS Jambi
1. Ekonomi Syariah (ES)
2. Perbankan Syariah (PBS)
3. Akuntansi Syariah (AKS)
4. Manajemen Keuangan Syariah (MKS)
H. Visi dan Misi Akuntansi Syariah
Visi UIN STS Jambi : Menjadi universitas Islam yang inovatif dengan semangat
entrepreneurship 2030
Visi Fakultas : Terdepan dan Inovatif dalam bidang ilmu ekonomi dan bisnis dengan
semangat Entrepreneurship Islam 2030
Visi Prodi Akuntansi Syariah : Terdepan dan Inovatif dalam kajian Akuntansi Syariah
dengan semangat Entrepreneurship Islam 2030
Misi:
1. Menyediakan akses dan pemerataan pendidikan tinggi jenjang Sarjana S-1 yang bermutu
dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam bidang ilmu Akuntansi Syariah
2. Menyelenggarakan pendidikan tinggi jenjang Sarjana S-1 yang berkualitas dalam bidang
Ilmu Akuntansi Syariah agar peserta didik berkemampuan akademik dan / atau profesional
yang inovatif serta memiliki jiwa islamic entrepreneurnsip
3. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang Ilmu Akuntansi
Syariah, berbasis transintegrasi keilmuan yang inovatif dengan semangat islamic
entrepreneurship, dan;
50
4. Mengembangkan mutu tata kelola kelembagaan dan memperluas jaringan kerjasam di
bidang Akuntansi Syariah.
I. Tujuan Akuntansi Syariah
Berdasarkan Visi dan Misi Prodi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
STS Jambi di atas, maka untuk merealisasikannya ditetapkan 4 tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Terpenuhinya akses dan jaminan pemerataan pendidikan tinggi bermutu jenjang Sarjana S-
1 yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam bidang Ilmu Akuntansi Syariah
2. Menghasilkan lulusan jenjang Sarjana S-1 yang berkualitas dalam bidang Ilmu Akuntansi
Syariah agar peserta didik berkemampuan akademik dan / atau profesional yang inovatif
serta memiliki semangat islamic enterpreneurship
3. Menghasilkan karya ilmiah dan karya pengabdian kepada masyarakat yang inovatif di
bidang Ilmu Akuntasi Syariah dengan semangat islamic entrepreneurship
4. Menghasilkan kinerja mutu tata kelola kelembagaan dan memperluas jaringan kerjasama di
bidang Ilmu Akuntansi Syariah.
51
J. Stuktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 2017-2021
Dekan
Dr. Subhan, M. Ag
Wadek Akademik
Dr. Rafidah, SE., M.EI
Wadek Adm.Umum
Dr. Novi Mubyarto, SE., M. E
Wadek Kemahsiswaan
Dr. Halimah Dja’far, M. H. I
Pengelola laboratorium
Agustina Mutia, SE., M. EI
Ketua Prodi Ekonomi
Syariah
Dr. Sucipto, M. A
Ketua Prodi Akutansi Syariah
Eliyanti Rosmanidar, SE., M. Si
Ketua Prodi Perbankan
Syariah
Ahsan Putra Hapiz, SE., M. EI
Katua Prodi Manajmen
Keuangan
Anzu Elvia Zahara, SE. M. E. Sy
Pusat Informasi dan
Bimbingan Karir
Perpustakaan
Pengelola Jurnal dan
Website
Sekretaris Prodi Manajemen
Keuangan Syariah
Mellya Embun Baining. SE., M.
EI
Sekretaris Prodi Perbankan
Syariah
Eja Armaz Hardi, Lc., M. A
Sekretaris Prodi Akutansi
Bambang Kurniawan, SP.,
M.E
Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah
GWI Awal Habibah, SE., M. E, Sy
Kelompok Dosen
PSMF
Kepala Bagian Tata Usaha
Drs. Najmi, M. H. I
Kassbag
Akademik
Hermani, S. Ag
Kassubag Adm. Umum
Widyawati, S. Ag., M. Pd. I
W
W
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini menggunakan obyek pada mahasiswa FEBI di UIN STS JAMBI. Responden
pada penelitian ini adalah mahasiswa semester enam. Karena mahasiswa FEBI semester enam
telah mempelajari etika bisnis tetapi mereka memiliki jurusan yang sama rata yaitu ekonomi
isalam, maka mereka tidak memiliki kosentrasi akuntansi maupun manajemen. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti tidak perlu melakukan perijinan kepada pihak akademik, karena
respondennya mahasiswa maka langsung disebar kepada mahasiswa akuntansi syariah.
Kuesioner ini disebarkan kepada mahasiswa akuntansi syariah semester enam pada 04 juni
2018 sebesar 75 responden. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan pada 75
responden yaitu pada mahasiswa FEBI UIN STS Jambi semester enam dapat diketahui
karakteristik responden yang dikelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin, penghasilan orang
tua dan prestasi nilai IPK. Maka dapat diperoleh data sebagai berikut:
B. Tingkat Usia Responden
Pada tabel ini menggambarkan karakteristik responden berdasarkan usia mahasiswa semster
enam FEBI UIN STS Jambi yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Diagram 4.1
Sumber : Hasil Olahan Data 2018
36%
63%
1%
Berdasarkan Usia
19 – 20 th 27 orang
21 – 22 th 47 orang
23 – 24 th 1 orang
53
Berdasarkan diagram 4.1, dari 75 responden yaitu mahasiswa semester enam di FEBI UIN
STS Jambi menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden atau sebesar 36% berusia 19-20 tahun,
responden atau 63% berusia 21-22 tahun, dan 1 responden atau 1% yang berusia 23-24 tahun.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa apabila ditinjau berdasarkan usia
mahasiswa semester enam memiliki umur 21-22 tahun yaitu 47 responden atau 63%.
C. Jenis Kelamin Responden
Pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Laki-laki dan Perempuan.
Diagram 4.2
Sumber: Hasil Olahan Data 2018
Berdasarkan diagram 4.2, dari 75 responden yaitu sebagian daria mahasiswa semester enam
yang telah mengikuti mata kuliah etika bisnis di FEBI UIN STS Jambi menunjukkan bahwa
sebanyak 37 responden atau 49% adalah laki-laki dan 38 responden atau 51% adalah wanita.
D. Penghasilan Orang Tua
Pengelompokan responden berdasarkan penghasilan orang tua dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu Rp.1.000.000,-, Rp.1.000.000-Rp.2.000.000,-, >Rp.2.000.000,-.
49%
51%
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
54
Diagram 4.3
Sumber: Hasil Olahan Data 2018
Dari 75 responden penelitian, penghasilan orang tua perbulan sebesar Rp.1.000.000,-
sebanyak 8 responden atau 11%, penghasilan Rp.1.000.000,-Rp.2.000.000,- sebanyak 41
responden atau 54% dan penghasilan >Rp.2.000.000,- sebanyak 26 responden atau 35% .
E. Nilai IPK
Pengelompokkan responden berdasarkan nilai IPK dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
Diagram 4.4
Sumber: Hasil Olahan Data 2018
Berdasarkan diagram 4.4, menunjukkan yang mendapatkan nilai IPK semester terakhir
sebanyak 8 responden atau 11% yang IPK nya <2,7. Nilai IPK 2,8 – 3,3 sebanyak 32 responden
atau 42% dan IPK 3,4 – 4,0 sebanyak 35 responden atau 47%.
11%
54%
35%
Penghasilan Orang Tua
Rp.1.000.000.-
Rp.1.000.000,-Rp.2.000.000,-
>Rp.2.000.000,-
11%
42%
47%
Nilai IPK
<2,7
2,8 - 3,3
3,4 - 4,0
55
F. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data berdasarkan atas hasil yang
diperoleh dari jawaban responden terhadap masing-masing indikator pengukur variabel. Statistik
deskriptif terdiri dari: Mean, Median, Modus, Maximum, dan Standar deviation. Analisis statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Mean Median Min Max Standard
deviation
Gender 1.507 2.000 1.000 2.000 0.500
Status Ekonomi 1 2.240 2.000 1.000 3.000 0.629
Status Ekonomi 2 2.360 2.000 1.000 3000 0.666
Persepsi Etis 1 3.547 3.000 1.000 5.000 0.736
Persepsi Etis 2 3.560 4.000 1.000 5.000 0.913
Persepsi Etis 3 3.480 4.000 1.000 5.000 0.822
Persepsi Etis 4 3.547 3.000 1.000 5.000 0.736
Persepsi Etis 5 3.600 4.000 1.000 5.000 0.909
Persepsi Etis 6 3.507 4.000 1.000 5.000 0.839
Persepsi Etis 7 3.333 3.000 1.000 5.000 0.957
Persepsi Etis 8 3.387 3.000 1.000 5.000 1.005
Keadilan 1 4.640 5.000 4.000 5.000 0.480
Keadilan 2 1.907 2.000 1.000 5.000 0.968
Keadilan 3 2.360 2.000 1.000 5.000 1.207
Keadilan 4 4.067 4.000 1.000 5.000 0.806
Keadilan 5 4.040 4.000 1.000 5.000 0.791
Keadilan 6 1.867 2.000 1.000 5.000 0.899 Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Berdasarkan data sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.1. Variabel gender menunjukkan
bahwa kisaran jawaban responden mulai dari 1 (laki-laki) dan 2 (perempuan) dengan nilai rata-
rata kisaran 1,507.
Variabel status ekonomi menunjukkan bahwa kisaram jawaban responden X2.1 (penghasilan
orang tua) dari 1 (Rp.1.000.000), ke 2 (Rp.1.000.000-Rp.2.000.000) dan ke 3 (> Rp.2.000.000)
dengan nilai rata-rata 2,240 dan kisaran jawaban responden X2.2 (nilai IPK) dari 1 (<2,7), ke 2
(2,8-3,3) dan ke 3 (3,4-4,0) dengan nilai rata-rata kisaran 2,360.
56
Variabel persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah menunjukkan bahwa kisaran jawaban
responden mulai dari 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju) dengan nilai rata-rata
kisaran 3,333 sampai dengan 3,600.
Variabel keadilan menunjukkan bahwa kisaran jawaban responden mulai dari 1(sangat tidak
setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju) dengan nilai rata-rata 1,867 sampai dengan 4,640.
G. Pengujian dan Hasil Analisis Data
PLS merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi.
Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal,
interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sample tidak harus benar.77 Model
analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : 1. Inner model yang
menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structrual model), 2. Outer model yang
menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestnya
(measurement model), dan 3. Weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat
diestimasi. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) mendefinisikan
bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Terdapat tiga kriteria
yang harus ada di dalam penggunaan teknik analisis data dengan SmartPLS untuk menilai
outer model yaitu convergent validity, discriminant validity dan composite reliability.
1.1. Covergent validity
Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan
korelasi antara item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan
77 Imam Ghozali, hlm.7
57
PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan
konstruk yang ingin diukur. Namun, menurut Chin dalam Ghozali untuk penelitian tahap awal
dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai.
Tabel 4.2
Outer Loading (measurement model)
Indikator Loading Factor Convergen Validity Keterangan
Gender 1.000 Lebih dari 0,5 Valid
Status Ekonomi
SE_1 0.982 Lebih dari 0,5 Valid
SE_2 0.951 Lebih dari 0,5 Valid
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
PEMA_1 0.658 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_2 0.698 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_3 0.538 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_4 0.682 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_5 0.658 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_6 0.593 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_7 0.534 Lebih dari 0,5 Valid
PEMA_8 0,585 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan
Keadilan_1 0,570 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan_2 0.619 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan_3 0.541 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan_4 0.627 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan_5 0.653 Lebih dari 0,5 Valid
Keadilan_6 0.583 Lebih dari 0,5 Valid Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada Tabel 4.2 nilai
outer model atau korelasi antara konstruk dengan variabel telah memenuhi convergen
validity karena memiliki nilai loading factor lebih dari 0,50 sehingga secara keseluruhan
pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah mampu merepresentasikan variabel laten dengan baik.
Kriteria tersebut mampu menilai validitas bahwa variabel-variabel indikator terbukti sebagai
variabel yang valid.
58
1.2. Discriminant Validity
Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai
berdasrkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar dari pada ukuran konstruk lainnya, maka hal menunjukkan bahwa
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada blok lainnya.
Menurut Ghozali dalam skripsi Nurul Fatimah Kriteria bahwa nilai loding factor dapat
dikatakan baik apabila nilai tersebut diatas 0,5. maka hasil pengujian discriminant validity
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.3
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
Gender Keadilan Persepsi Etis Status Ekonomi
Gender 1.000 0.027 -0.110 0.056
SE_1 0.080 -0.181 -0.126 0.982
SE_2 0.013 -0.130 -0.040 0.951
PEMA_1 -0.137 0.273 0.658 -0.079
PEMA_2 -0.008 0.383 0.698 -0.075
PEMA_3 -0.170 0.213 0.538 -0.109
PEMA_4 -0.101 0.335 0.682 -0.127
PEMA_5 -0.111 0.148 0.658 -0.018
PEMA_6 -0.072 0.203 0.593 0.006
PEMA_7 -0.019 0.226 0.534 0.039
PEMA_8 0.088 0.237 0.585 -0.032
Keadilan_1 0.204 0.570 0.146 -0.169
Keadilan_2 0.070 0.619 0.245 -0.169
Keadilan_3 -0.148 0.541 0.314 -0.044
Keadilan_4 -0.084 0.627 0.265 0.064
Keadilan_5 0.084 0.653 0.350 -0.094
Keadilan_6 -0.057 0.583 0.158 -0.196 Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa indikator masing-masing konstruk memberikan nilai
convergent validity yang tinggi semua diatas 0.50. begitu juga nilai cross loading
menunjukkan discriminant validty yang baik.
59
Sebagai ilustrasi loading factor SE_1 dengan status ekonomi adalah sebesar 0,982 yang lebih
tinggi dari loading factor konstruk lainnya yaitu gender (0,080), keadilan (-0.181), Persepsi etis (-
0.126).
1.3. Composite Reliability
Dalam penelitian ini, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan dua
kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur
konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun cronbach
alpha di atas 0.70.
Tabel 4.4
Composite Reliability
Variabel Composite Reliability Nilai Kritis Keterangan
Gender 1.000 0.70 Reliabel
Keadilan 0.771 0.70 Reliabel
Persepsi Etis 0.833 0.70 Reliabel
Status Ekonomi 0.966 0.70 Reliabel Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Hasil output composite reliability baik untuk konstruk gender, status ekonomi, persepsi
etis dan keadilan semuanya di atas 0.70. jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki
reliabilitas yang baik.
2) Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-square untuk setiap
variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh
variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai
pengaruh yang substantive. Menurut Chin dalam Ghozali nilai R2 sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19
untuk variabel laten endogen dalam model struktural mengindikasikan bahwa model “baik”,
moderat”, dan “lemah”.
60
Gambar 4.1
Model Struktural (Inner Model)
Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Berdasarkan pengujian model struktural menunjukkan bahwa nilai R-Square untuk
variabel persepsi etis sebesar 0,020 sedangkan variabel keadilan sebesar 0,208. Gambar 4.1
merupakan hasil estimasi R-Square berdasarkan pengolahan data menggunakan Smart PLS.
Tabel 4.5
Nilai R-Square
R-Square
Keadilan 0,208
Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi 0,020 Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Tabel 4.5 menunjukkan nilai R-Square untuk keadilan sebagai variabel intervening
sebesar 0,208. Hasil ini menunjukkan bahwa keadilan sebagai variabel intrvening dapat
61
dijelaskan oleh gender, status ekonomi, dan persepsi etis mahasiswa akuntansi sebesar 20,8%.
Sedangkan 79,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
Dan untuk persepsi etis mahasiswa diperoleh sebesar 0,020. Hasil ini menunjukkan
bahwa variabel persepsi etis dipengaruhi oleh variabel gender, status ekonomi dan keadilan
sebagai variabel intervening sebesar 2%. Sedangkan 98% dijelaskan oleh variabel lain diluar
yang diteliti.
Gambar 4.2
Model Pengukuran (Outer Model)
Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Menurut Jogiyanto dalam skripsi Nurul Fatimah bahwa model pengukuran (outer model)
dilakukan untuk memprediksi hubungan kausal antar variabel atau pengujian hipotesis. Dalam
PLS untuk menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor outer model
yang ditunjukkan oleh nilai T-statistik, harus diatas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed)
dan diatas 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada alpha 5
persen Tabel 4.10 memberikan path coefficients untuk pengujian model pengukuran.
62
Tabel 4.6
path coefficients
Original
sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T-Statistics
(\O/STDEV\)
P Values
Gender ->
Keadilan 0.082 0.080 0.141 0.580 0.562
Gender ->
Persepsi
Etis
-0.104 -0.112 0.149 0.702 0.483
Persepsi
Etis ->
Keadilan
0.427 0.496 0.109 3.915 0.000
Status
Ekonomi->
Keadilan
-0.130 -0.137 0.137 0.949 0.343
Status
Ekonomi ->
Persepsi
Etis
-0.091 -0.111 0.138 0.656 0.512
Sumber: Hasil Olahan Data dengan PLS 2018
Tabel diatas dapat digunakan peneliti untuk mengukur keterdukungan hipotesis. Pada
tabel diatas terdapat kolom original sample yakni skor beta unstandardize yang digunakan
untuk melihat sifat prediksi variabel independen terhadap variabel dependen, positif atau
negatif. Sampel mean adalah nilai rerata sampel yang dihasilkan dari proses iterasi. Sedangkan
standard deviation didefinisikan sebagai standar eror. T-statistics dan P-value merupakan
parameter signifikasi efek prediksi antar variabel laten yang diukur berdasarkan jenis
hipotesis.
Menurut Jogiyanto dalam skripsi Nurul Fatimah ukuran signifikasi keterdukungan
hipotesisi dapat digunakan perbandingan nilai T-Statistik dan T-Tabel dengan penjelasan
sebagai berikut:78
78 Nurul Fatimah, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi . . . . hlm.62
63
T-statistik > T- tabel (1,96) maka Hipotesis terdukung/ diterima
T-statistik < T-tabel (1,96) maka Hipotesis tidak terdukung/ditolak.
Untuk tingkat keyakinan 95 persen (alpha 5 persen) dengan penjelasan sebagai
berikut:
P value > Alpha (0,05) maka tidak signifikan.
P value < Alpha (0,05) maka signifikan.
Berikut penjabaran hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS:
1. Pengujian Hipotesis I pengaruh gender terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengaruh variabel gender terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0.104
berarti bahwa setiap terjadi peningkatan gender sebesar 1, maka persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah akan turun sebesar -0,104 dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Nilai T-statistik 0,714 < T-tabel (1,96) dan P-value 0,483 >0,05 (Hipotesis 1 ditolak). Hasil
ini berarti bahwa variabel gender tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah, yang berarti bertentangan dengan hipotesis pertama dimana
gender berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah.
2. Pengujian hipotesis 2 pengaruh status ekonomi terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pengaruh variabel status ekonomi
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar
-0,091 bahwa setiap terjadi peningkatan status ekonomi sebesar 1, maka persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah akan turun sebesar -0,091 dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
64
Nilai T-statistik 0,656 < T-tabel (1,96) dan P-value 0,512 > 0,05. (Hipotesis 2 ditolak).
Hasil ini berarti bahwa status ekonomi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah, yang berarti bertentangan dengan hipotesis kedua
dimana status ekonomi berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
syariah.
3. Pengujian hipotesis 3 pengaruh gender terhadap keadilan
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa pengaruh variabel gender terhadap
keadilan menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0.082 bahwa setiap terjadi peningkatan
persepsi kemudahan sebesar 1, maka keadilan akan turun sebesar 0.082 dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
Nilai T-statistik 0,580 < T-tabel (1,96). Dan nilai P-value 0,562 >0,05. (Hipotesis 3
ditolak). Hasil ini berarti bahwa gender tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
keadilan, yang berarti bertentangan dengan hipotesis ketiga dimana gender berpengaruh
positif terhadap keadilan.
4. Pengujian hipotesis 4 pengaruh status ekonomi terhadap keadilan
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa pengaruh variabel status ekonomi
terhadap keadilan menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,130 bahwa setiap terjadi
peningkatan keadilan penggunaan sebesar 1, maka sikap pengguna akan meningkat sebesar -
0,130 dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Nilai T-statistik 0.949 < T-tabel (1,96) dan Nilai P-value 0.343 > 0,05. (Hipotesis 4
ditolak). Hasil ini berarti bahwa status ekonomi berpengaruh tidak dan tidak signifikan
terhadap keadilan, yang berarti bertentangan dengan hipotesis keempat dimana status ekonomi
berpengaruh positif terhadap keadilan.
65
5. Pengujian hipotesis 5 pengaruh persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah tehadap
keadilan
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa pengaruh variabel persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah terhadap keadilan menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar
0,427 bahwa setiap terjadi peningkatan persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah sebesar 1,
maka keadilan akan naik sebesar 0,427 dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Nilai P-value 0,000 < 0,05 (Hipotesis 5 diterima). Hasil ini berarti bahwa persepsi etis
mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap persepsi
etis mahasiswa akuntansi syariah, sehingga sesuai dengan hipotesis kelima dimana persepsi
etis mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh negatif terhadap keadilan.
6. Pengujian hipotesis 6 variabel keadilan sebagai variabel intervening
Pengaruh langsung antara gender dan status ekonomi dengan persepsi etis mahasiswa
akuntansi lebih kecil dari pada pengaruhnya terhadap keadilan, yakni gender terhadap persepsi
etis sebesar 0.702, kemudian status ekonomi terhadap persepsi etis sebesar 0.656. Sementara
itu gender terhadap keadilan sebesar 0.580, status ekonomi terhadap keadilan sebesar 0.949.
sehingga keadilan terbukti memberikan pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini atau
dapat dikatakan sebagai variabel intervening.
H. Pembahasan Hasil Analisis Data (Pembuktian Hipotesis)
1. Pengaruh Gender Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Syariah
Nilai T-statistik sebesar 0.702 > T-tabel 1,96 dan P-value 0.483 > 0,05 hipotesis 1 ditolak.
Hasil ini berarti bahwa variabel gender tidak berpengauh dan tidak signifikan terhadap
66
persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah, yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis pertama
dimana gender berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akunatansi syariah.
Hal ini sejalan dengan temuan M. Khairul Dzakirin menyatakan bahwa gender tidak
mempunyai pengaruh terhadap persepsi mahasiswa akuntansi. Hasil ini kemungkinan besar
disebabkan oleh kualitas pendidikan yang diberikan oleh universitas tempat pengambilan
sampel penelitian, dimana pendidikan mengenai etika yang benar dan tepat kepada mahasiswa
akan mempengaruhinya dalam memandang dan menilai isu etika yang terjadi dalam
lingkungan sekitar.
Hal ini juga berarti bahwa perbedaan gender tidak sepenuhnya mempunyai pengaruh pada
persepsi etis mahasiswa kemungkinan bisa disebabkan oleh peran, perilaku, mentalitas dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat
dengan pola pikir yang berbeda-beda.
2. Pengaruh Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah
Nilai T-statistik sebesar 0.656 < T-tabel 1,96 dan P-value 0.512 > 0.05 hipotesi 2 ditolak.
Hasil ini berarti bahwa status ekonomi tidak berpengaruh langsung dan tidak signifkan
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah, yang berarti bertentangan dengan
hipotesis kedua dimana status ekonomi berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi syariah.
Hal ini berarti bahwa semakin rendah status ekonomi maka semakin tinggi persepsi etisnya.
Karena belum tentu mahasiswa yang memiliki status ekonomi rendah memiliki persepsi etis
yang rendah juga. Kemudian status ekonomi berdasarkan dari pendidikan, dilihat dari segi
IPK yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dan rendah nilai seorang mahasiswa tidak dapat
dikatakan bahwa mahasiswa yang akademik memiliki IPK tinggi maka mereka memiliki
67
persepsi etis yang baik namun belum tentu yang non akademik memiliki persepsi etis yang
rendah juga. Ini terjadi karena sudut pandang mereka yang berbeda. Dapat diamati dari sudut
pandang lihat,pikir dan bertindak pada masing-masing mahasiswa, baik mahasiswa akademisi
dan non akademisi yang dapat mempengaruhi nilai IPK.
3. Pengaruh Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Terhadap Keadilan
Nilai T-statistik sebesar 3.915 > T-tabel 1,96 dan P-value 0,000< 0,05 hipotesis 3 diterima.
Hasil ini berarti bahwa persepsi etis mahasiswa akuntansi berpengaruh langsung positif dan
signifikan terhadap keadilan, sehingga sesuai dengan hipotesisis ketiga dimana persepsi
mahasiswa akuntansi syariah berpengaruh positif terhadap keadilan.
Hasil ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 282 yaitu kata “adil atau benar. Yang
menunjukkan bahwa nilai keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam
etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi ia juga merupakan nilai yang secara interen melekat
dalam fitra manusia. Ini artinya adalah bahwa manusia, dengan fitra kemanusiaannya,
mempunyai kapasitas internal untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya. Di
kampus, misalnya ketika mahasiswa tidak dapat fasiltas yang selayak mereka dapatkan dalam
sistem belajar maupun praktek meimbulkan suatu ketidak adilan bagi mahasiswa bahwa ia
telah membayar UKT sesuai peraturan kampus namun tidak sesuai apa yang mereka dapatkan.
Dengan begitu mereka melakukan demo anarkis yang disebabkan karena ketidak adilan.
4. Pengaruh Gender dan Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Melalui Keadilan sebagai Variabel Intervening
Pengaruh langsung antara gender dan status ekonomi dengan persepsi etis mahasiswa
akuntansi lebih kecil dari pada pengaruhnya terhadap keadilan, yakni gender terhadap persepsi
etis sebesar 0.702, kemudian status ekonomi terhadap persepsi etis sebesar 0.483. Sementara
68
itu gender terhadap keadilan sebesar 0.580, status ekonomi terhadap keadilan sebesar 0.949.
sehingga keadilan terbukti memberikan pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini atau
dapat dikatakan sebagai variabel intervening.
Pada penelitian ini sudah terlihat bahwa adanya pengaruh secara tidak langsung keadilan
terhadap gender, status ekonomi dengan persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah. Hal
tersebut beranggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan
tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak penting. Praktik seperti itusesungguhnya berangkat dari kesadaran gender
yang tidak adil. Kemudian semakin rendahnya pendapatan keluarga dan nilai IPK yang rendah
seseorang, maka akan semakin rendah persepsi etisnya karena mereka memerlukan keadilan
untuk dirinya.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis pengaruh gender dan status
ekonomi terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah dengan keadilan sebagai variabel
intervening dapat disimpulkan:
1. Gender tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah. Dengan
nilai parameter -0.104 dan nilai T-stastik sebesar 0.580< T-tabel 1,96 dan P-value 0.562 >
0,05.
2. Status ekonomi tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi syariah.
Dengan nilai parameter -0.091 dan nilai T-statistik 0,656 < T-tabel 1,96 dan P-value 0,512
> 0,05.
3. Persepsi Etis mahasiswa akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keadilan.
Dengan nilai parameter 0.427 dan nilai T-statistik 3.915 > T-tabel 1,96 dan nilai P-value
0.000 < 0,05.
4. Pengaruh langsung antara gender dan status ekonomi dengan persepsi etis mahasiswa
akuntansi lebih kecil dari pada pengaruhnya terhadap keadilan, yakni gender terhadap
persepsi etis sebesar T-statistik 0.702, kemudian status ekonomi terhadap persepsi etis
sebesar T-statistik 0.656. Sementara itu gender terhadap keadilan sebesar T-statistik 0.580,
status ekonomi terhadap keadilan memiliki nilai T-statistik 0.949. sehingga keadilan
terbukti memberikan pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini atau dapat dikatakan
sebagai variabel intervening.
70
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka di ajukan beberapa saran yaitu sebagai
berikut:
1. Diharapkan mahasiswa/i mempertahankan dan lebih menanamkan nilai-nilai moral.
Karena sebagian besar pelaku usaha, mereka akan berhasil dalam usaha bisnisnya jika
menjalankan sesuai prinsip-prinsip etika bisnis..
2. Diharapkan untuk kampus UIN STS Jambi khususnya FEBI lebih mendidik, mengajarkan
dan mempertahankan etika pada mahasiswanya agar menjadi lebih baik lagi dan
memberikan hak kepada mahasiswa sesuai aturan yang berlaku di UIN STS Jambi dengan
secara adil.
3. Diharapkan nantinya sarjana-sarjana muda akuntansi yang sudah memasuki dunia kerja
nantinya tidak hanya profesional dalam menjalankan pekerjaannya namun juga memiliki
persepsi etis yang baik.
Daftar Pustaka
A. Literatur
Arikunto.Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, cet-15, PT Rineka Cipta –
Jakarta,2013.
Bertens.K, Pengantar Etika Bisnis, kanisius-Yogyakarta,2013.
Darsono.Harry, Buku Panduan Penampilan Pegawai Bank Indonesia, SPK Penyusunan No.
3/65/DSDM/PrOS, 2001.
Fakih.Mansour, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar-Yogyakarta, 2013.
Ghozali.Imam, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Squares
(PLS), Universitas Diponegoro Semarang, 2014.
Hafidhuddin.didin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Cet-1, GEMA INSANI-
Jakarta, 2003.
Munawir ,Auditing Modern , BPFE – YOGYAKARTA,1995.
Padede.Ratlan, Analisis Jalur Path Analisis. Jakarta : Rineka Cipta. 2014.
Rozalinda, Ekonomi Islam : teori dan aplikasinya pada aktivitas ekonomi, ed 1 – cet.1, PT
RajaGrafindo Prasada – Jakarta, 2014.
Sastra.Eka, Kesenjangan Ekonomi mewujudkan keadilan sosial di indonesia, PT Mizan Publika-
Jakarta, 2017.
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, cetakan-23, Alfabeta – Bandung,
2016.
Triyuwono.Iwan, Akuntansi Syariah: Persepktif, Metodologi, dan Teori,Jakarta: PT RajaGrafindo,
Ed.2, 2015.s
Triyuwono.Iwan,Persepktif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, Ed-2-3, PT RajaGrafindo
– Jakarta,2012.
W.Griffin.Riccky, Ronald J.Ebert, Bisnis Edisisi Ketujuh, PT. Indeks, 2005.
B. Sumber lain
Erika Sihotang.Agustina, Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga dan Lingkungan Sosial
dengan Sikap Konsumtif pada Siswa Kelas X di SMA Bodhisattva Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016, Skripsi Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 2016.
Fatimah.Nurul, Analisis Pengaruh Gender Dan Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis
Mahasiswa Akuntansi Syariah Dengan Love Ofmoney Sebagai Variabel Intervening (Studi
Empiris di IAIN Surakarta), Skripsi Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam, IAIN Surakarta,
2017.
febi.iainjambi.ac.id
Fransiskus Eduardus Daromes, Keadilan Organisasional dan Intensitas Turnover Auditor Pada
Kantor Akuntan Publik di Indonesia, Jurnal Maksi, Vol.6, No.2, Agustus 2006.
https://halojambi.id/read/ada-demo-di-kampus-uin-apa-penyebabnya, dikutip pada tanggal 08 Juli
2018 pukul 22.42
Ibnu Aziz.Toriq, Pengaruh Love Of Money Dan Machisavellian Terhadap Persepsi Etis
Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UNY Angkatan 2013 dan
Angkatan 2014), Skripsi Universitas Yogyakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Pendidikan
Akuntansi.
Indiana Farid Martadi Sri Suranta, Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akuntans, dan Karyawan Bagian
Akutansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi (Studi Di
Wilayah Surakarta), Jurnal Simposium Nasional Akuntansi, 23-26 Agustus 2006.
Lubabin Nuqul.Fathul, Perbedaan Penilaian Keadilan Karyawan Ditinjau Dari Jenis Kelamin,
Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender, Pusat Studi Gender (PSG), Universitas ISLAM
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Vol.IV Nomor 2 Tahun 2009 : 207-216.
Mulyani.Sri, Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan Status Pekerjaan Terhadap Persepsi Etis
Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening, Jurnal
Universitas Muara Kudus, Vol. 14, No. 3, Juli 2015.
Prajitno.Sugiarto, Perbedaan Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Perusahaan dan Akuntan
Pendidik Terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan, Jurnal Ekonomi, Vol. XVI
No.1, April, 2006.
Purnama Pratiwi.Ana, Pengaruh Pendidikan Etika Bisnis Islam, Orientasi Idealisme, Orientasi
Relativisme, Dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah Atas
Perilaku Tidak Etis Akuntan (Studi Empiris Pada Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
Skripsi IAIN Surakarta, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Jurusan Akuntansi Syariah, 2017.
Radina Sipayung.Erika, Analisis Pengaruh Aspek Demografi, Status Sosial Ekonomi Dan
Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money
Sebagai Variabel Intervening, Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, 2015.
Setiaji.Khasana, Pilihan Karir Mengajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi (Kajian Motivasi Karir
Mengajar, Career Self Efficacy, Status Sosial Ekonomi, Minat Menjadi Guru Terhadap
Prestasi Akademik, Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, Vol.X, No.2,
Desember 2015.
Tripermata.Lukita, Pengaruh Love Of Money, Perilaku Etis Mahasiswa Dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Gender Sebagai
Variabel Pemoderasi, Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini, Vol.7, No.01, Desember
2014.
Yendrawati.Reni, Dheane Kurnia Mukti, Pengaruh Gender, Pengalaman Auditor, Kompleksitas
Tugas, Tekanan Ketaatan, Kemampuan Kerja Dan Pengetahuan Auditor Terhadap Audit
Judgement, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol.4, N0.1, Januari 2015.
LAMPIRAN
Permohonan Kuesioner Penelitian
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Kepada Yth:
Saudara / i Mahasiswa UIN STS JAMBI
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam silaturahmi saya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat, Taufik, dan
Hidayah- Nya kepada kita semua, Amin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW Dalam rangka penyelesaian penelitian skripsi pada
Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN STS JAMBI, dengan judul : Pengaruh Gender dan Status
Ekonomi terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Syariah dengan Keadilan sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus FEBI UIN STS Jambi). Maka saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Luthfi Mufidah
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Memohon kesediaan teman-teman mahasiswa Ekonomi Syariah UIN STS JAMBI
untuk mengisi kuesioner penelitian saya.
Atas perhtian teman teman saya mengucapkan terimakasi. Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Peneliti
Luthfi Mufidah
Kuesioner
Isilah data di bawah ini dengan memberikan tanda check (x) pada salah satu
pilihan jawaban
Nama :...........................................................................................
Usia : a. 19th - 20th
b. 21th - 22th
c. 23th - 24th
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Universitas :…………………………………………....…...
Angkatan :......................................................................
Semester :.......................................................................
Mata Kuliah yang telah diambil
□ Etika Bisnis Islam
Penghasilan yang diperoleh (bila belum memiliki penghasilan sendiri dapat
menggunakan penghasilan orang tua)
1. penghasilan orang tua/ belum mempunyai penghasilan sendiri
a. Rp. 1.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp. 2.000.000
c. > Rp. 2.000.000
2. Nilai IPK Semester terakhir
a. <2,7
b. 2,8 - 3,3
c. 3,4 - 4,0
Bagian I (Persepsi Etis)
(STS : Sangat Tidak Setuju, TS : Tidak Setuju, N : Netral, S : Setuju, SS : Sangat Setuju).
No Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
N
(3)
S
(4)
SS
(5)
1. Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil
apapun tindakan itu tidak dapat ditolerir.
2. Melakukan tindakan yang merugikan orang lain,
adalah tindakan yang salah, walaupun hal
tersebut memberikan keuntungan bagi kita.
3. Seseorang harus tidak melakukan suatu tindakan
yang mungkin mengancam martabat dan
keselamatan seseorang.
4. Memutuskan suatu tindakan dengan
menyeimbangkan antara dampak positif dan
dampak negatif adalah perilaku yang tidak
bermoral.
5.
Standar moral dibuat berdasarkan kebiasaan
individu masing-masing, karena suatu tindakan
yang bermoral dapat dianggap tidak bermoral
oleh individu lain.
6. Pengertian etis bagi tiap individu sulit untuk
disamakan karena pengertian moral dan tidak
bermoral berbeda bagi tiap individu.
7. Standar moral adalah aturan pribadi sederhana
yang mengindikasikan bagaimana seorang
individu harus bertindak dan tidak dapat
digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
orang lain.
8. Pertimbangan etika dalam hubungan antar orang
begitu kompleks, sehingga individu harus
diijinkan untuk membentuk kode etik individu
mereka sendiri.
Bagian II (Keadilan)
Pernyataan di bawah ini TIDAK BERHUBUNGAN dengan pertanyaan sebelumnya. Silahkan
contreng pada kolom, kesetujuan dan ketidaksetujuan anda pada setiap pertanyaan sesuai dengan
skala di bawah ini :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju
No Pertanyaan STS TS N S SS
1. Saya sangat mengahargai keadilan
2. Keadilan dapat membuat saya
melakukan kecurangan
3. Keadilan dapat merusak norma etika
4. Keadilan adalah sesuatu yang paling
berharga (tujuan) hidup saya
5. Keadilan dapat membuat saya
memiliki banyak teman
6. keadilan memberi saya kebebasan dan
kekuasaan
X1 X2.1 X2.2 Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Z.1 Z.2 Z.3 Z.4 Z.5 Z.6
1 1 1 3 4 4 5 4 4 2 4 4 2 2 3 4 1
1 3 3 4 2 4 5 5 2 3 3 4 1 2 3 4 2
2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 5 3 2 4 4 3
1 2 2 3 4 4 5 4 3 2 4 4 1 2 4 3 2
2 2 2 3 5 5 4 5 5 5 3 5 5 4 4 4 2
2 1 1 5 5 5 4 5 5 2 4 5 5 4 4 3 4
1 2 2 3 4 4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 2
2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 5 4 1 1 4 3 2
2 1 1 5 4 5 4 4 4 4 4 5 2 2 3 4 2
1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 5 5 2 1 4 3 1
2 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 1
2 1 1 4 4 3 3 4 4 2 5 4 1 1 4 4 1
1 3 3 3 4 4 5 3 4 3 3 4 1 3 4 3 1
1 2 2 4 4 5 3 4 4 4 3 4 2 2 3 5 2
2 1 1 3 3 4 5 3 3 3 3 5 3 2 4 3 3
1 2 2 5 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 4 4 1
2 2 2 3 4 3 3 5 3 3 3 4 1 1 3 5 2
2 2 2 4 4 3 3 4 2 4 4 5 1 1 3 4 1
1 1 1 3 4 3 4 5 3 4 3 5 2 2 4 4 2
2 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 1 2 4 4 1
1 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 2
1 1 1 3 2 3 4 3 3 3 4 5 1 1 5 3 1
2 2 2 4 3 4 3 4 4 3 4 5 3 2 5 4 3
1 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 4 3
1 1 1 3 3 4 5 4 4 3 3 5 2 3 5 3 2
1 3 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 2 1 4 4 2
1 2 2 3 4 5 3 5 4 5 4 5 2 4 4 3 2
2 3 3 2 4 4 3 4 4 1 3 4 1 1 5 4 1
1 3 3 2 3 5 4 3 5 1 3 5 1 5 5 3 1
2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 5 1 1 4 4 1
2 3 3 3 4 5 3 4 4 4 4 5 2 2 5 5 2
2 3 3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 4 2
1 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 5 2 5 5 4 2
2 3 3 5 2 5 3 2 4 3 3 5 1 1 3 5 2
2 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 2 2 4 4 2
1 2 2 4 2 3 4 2 4 4 4 4 1 1 3 5 3
2 3 3 4 4 3 3 4 4 5 3 5 1 5 5 5 1
2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 2 4 4 2
2 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 5 1 1 5 5 2
1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2
2 2 2 3 4 4 3 5 4 3 2 5 2 4 5 4 2
1 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 5 2 2 5 5 2
2 3 3 2 1 3 2 3 1 1 1 5 2 1 3 3 2
1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5 1 4 4 4 1
2 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 5 1 4 4 5 1
1 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 2 3 4 2
2 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3
1 3 3 3 5 3 3 4 3 4 3 5 3 2 5 4 2
1 2 2 3 4 3 3 4 4 5 5 4 2 2 4 4 2
1 2 2 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 5 4 3 4
2 2 2 3 3 2 3 3 2 4 4 4 2 3 4 5 2
1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 5 2 2 5 5 2
1 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2 3 5 2
2 3 3 4 3 3 4 3 3 5 4 5 3 1 5 4 3
2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 2 5 4 2
2 2 2 4 5 3 4 4 5 3 2 5 1 1 5 4 2
2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 5 1 1 3 5 1
2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 5 1 1 5 5 2
1 2 2 5 2 3 4 3 3 2 3 4 5 3 5 5 1
2 2 2 3 2 4 4 2 3 2 2 5 3 1 4 4 3
1 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 1 3 5 4 1
1 3 3 3 4 4 3 4 5 4 5 4 2 2 4 4 2
2 2 2 4 4 2 4 3 2 4 4 5 2 3 3 5 2
1 2 3 2 4 3 3 4 2 1 3 4 1 3 4 4 1
1 2 3 4 5 3 3 5 3 2 2 5 3 5 5 5 2
1 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3
2 2 3 4 5 3 2 4 3 4 4 5 2 2 5 5 2
2 2 3 3 3 2 3 3 2 5 3 4 1 2 4 4 1
2 2 3 3 5 3 4 4 3 4 4 5 2 3 5 3 2
1 2 3 4 4 2 2 3 4 3 3 5 1 2 4 4 1
1 3 3 4 5 4 4 4 5 3 3 4 2 3 5 4 2
1 2 3 5 5 3 5 4 3 3 3 5 1 2 4 3 1
2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 5 1 2 3 4 2
1 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 1 1 4 4 1
2 3 3 2 3 5 4 3 4 4 4 5 2 3 4 5 2
Statistik Deskriptif
Outer Loading (measurement model)
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
Composite Reliability
Model Struktural (Inner Model)
R-Square
path coefficients
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Luthfi Mufidah
NIM : SES141367
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Jambi, 04 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl.Sultan Syaril RT.15 Kel.Talang Bakung Kec. Pall Merah Kota
Jambi
Alamat Sekarang : Jl.Sultan Syaril RT.15 Kel.Talang Bakung Kec. Pall Merah Kota
Jambi
No Hp : 085769400280
Email : [email protected]
Nama Ibu : Siti Khoiriyah
Nama Ayah : Munawari
B. Riwayat Pendidikan
1. TK : TK Al-Hidayah Kota Jambi 2001-2002
2. SD/ MI : SD N 40 Kota Jambi 2002-2008
3. SMP/ MTs : MTsN Talang Bakung Kota Jambi 2008-2011
4. SMA/ MA : MAN MODEL Kota Jambi 2011-2014
Jambi,
Penulis
Luthfi Mufidah
SES141367