Oleh: AGUS TURSILO WISANTO - digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
Transcript of Oleh: AGUS TURSILO WISANTO - digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI
(MIN) SUKOHARJO DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN
(Penelitian Kualitatif di MIN Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
AGUS TURSILO WISANTO
S 811102002
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRAK
Agus Tursilo W ; S811102002. Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sukoharjo Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Penelitian Kualitatif di MIN Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012). Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pembimbing I: Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. M. Akhyar, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan : (1) Untuk Memperoleh pola kepemimpinan Kepala
Madrasah yang dijalankan di MIN Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/20l2. (2) Untuk memperoleh usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di MIN Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. (3) Untuk memperoleh kendala yang dialami selama kepemimpinan Kepala Madrasah tahun pelajaran 2011/2012. (4) Untuk memperoleh hasil yang telah dicapai selama kepemimpinan Kepala Madrasah tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Sukoharjo, MIN Sukoharjo mempunyai prestasi sekolah yang baik di bidang akademik dan non akademik, MIN Sukoharjo adalah madrasah tertua yang didirikan di wilayah Kabupaten Sukoharjo yang menjadi embrio didirikannya madrasah yang lainnya. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan yang ada sekarang berdasarkan data-data, penelitian ini juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi. Informan penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Komite Madrasah, Guru Koordinator Bidang Kurikulum, Guru Koordinator Sarana Prasarana, Guru Koordinator Bidang Kesiswaan, Wali Murid, dan Siswa. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam menguji keabsahan suatu data atau memeriksa kebenaran data digunakan cara memperpanjang masa penelitian, pengamatan yang terus menerus, triangulasi, baik triangulasi sumber data maupun triangulasi teknik pengumpulan data. Analisis data dilakukan tiga tahap yaitu meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang diterapkan di MIN Sukoharjo mengarah pada pola kepemimpinan yang bersifat demokratis. (2) Kepala Madrasah telah melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang adadi MIN Sukoharjo diantaranya : (a) pengembangan kurikulum; (b) pengembangan KBM; (c) pengembangan sumber daya manusia; (d) pengembangan kokurikuler dan ekstrakurikuler; (e) pengembangan hubungan dengan stake holder pendidikan . (3) Kendala yang dialami Kepala Madrasah dalam memimpin MIN Sukoharjo tahun 2011/2012 yang paling utama adalah sulitnya merubah mindset atau pola pikir guru menjadi seorang guru yang senantiasa mau berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.(4) Hasil yang dicapai oleh Kepala Madrasah dalam memimpin MIN Sukoharjo adalah dengan diraihnya berbagai prestasi kejuaraan baik di bidang akademis maupun non akademis.
Kata kunci : Kepemimpinan, Kepala Madrasah, Pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT Agus Tursilo W; S811102002.The Leadership of the Headmaster of MIN
Sukoharjo in Advancing the Quality of Teaching Learning Activities (A Qualitative Study at MIN Sukoharjo, Academic Calendar of 2011/2012). Thesis, Education Technology Studies Program, Graduate University of March. Advisor I: Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd. Advisor II: Prof. Dr. M. Akhyar, M.Pd.
The study aimed: (1) To gain data related to the pattern of leadeship of the principle run at MIN Sukoharjo in 2011/2012, (2) To gain data about efforts made to advance the quality of teaching-learning activities at MIN Sukoharjo in 2011/2012, (3) To gain the data of the problems faced by the principle in running the school in 2011/201, (4) To gain the data of the results achieved during the leadership of the principle in 2011/2012. The research was conducted at MIN Sukoharjo. MIN Sukoharjo has achieved a lot of things in terms of both academic and non academic. MIN Sukoharjo is the oldest Madrasah (Islamic School) in Sukoharjo that has become an inspirations for other madrasahs to be built in Sukoharjo. This research is a descriptive qualitative research. It is a research that explains something based on the available data. This research provides data, does analysis and intrepretation. The informant of the research were the principle, the comittee, the coordinator of the curriculum, the coordinator of infrastructure, the coordinator of students, the parents, and the students. The data was collected by interviews, observations and documentation. To test the validity of the data or to check the accuracy of the data, some ways were used that are prolonging the length of the research’s duration, conducting a continuous observation, doing triangulation, both the triangulation of the source of the data and the technique of collecting data. The analysis was conducted in three steps. They are : data reduction, data presentation and data verification.
The research concluded that : (1) The pattern of the principles’s leadership applied at MIN Sukoharjo was democratic in nature, (2) The principle has made various efforts to enhance the quality of the teaching-learning activities at MIN Sukoharjo. The efforts were : (a) the development of curriculum, (b) the development of teching-learning activities, (c) the development of human resource, (d) the development of curriculer and extracurriculer activities, (e) the development of among the educational stake holders, (3) The problems faced by the principle mainly was to change the mindset of the teacher in accordance with the demands of the time, (4) The results achieved by the principle in the lead MIN Sukoharjo is he achieved championships many accomplishments in both academic and non academic.
Keywords: Leadership, Principle, Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad XXI dan pendidikan di Indonesia menghadapi tiga
tantangan besar. Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa
Indonesia sejak tahun 1997, dan pendidikan dituntut untuk dapat
mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai.
Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dan pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya
otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan
nasional, sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih
demokratis, memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta
didik, dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Pada zaman sekarang ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
utama manusia. Pendidikan memberikan pengaruh yang kuat terhadap tingkat
perekonomian dan penghidupan seseorang pada masa yang akan datang.
Dengan pendidikan yang sesuai perkembangan zaman, maka seseorang akan
mendapatkan eksistensinya didalam mengarungi kehidupan. Pendidikan
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan masyarakat modern.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kondisi pendidikan saat ini begitu menyedihkan. Ada banyak hal yang
harus dibenahi dalam sistem pendidikan di negara ini, mengingat pendidikan
adalah investasi masa depan bangsa dan mempunyai pengaruh yang dinamis
terhadap perkembangan jasmani dan rohani atau kejiwaan anak bangsa, dimana
mereka dididik agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa ini agar
menjadi bangsa yang maju, berpendidikan dan bermoral. Ini tentunya akan
menjadi tugas dan tanggung jawab banyak pihak, orang tua, para pendidik
(sekolah), masyarakat dan juga pemerintah. Semua pihak mempunyai
kewajiban untuk mengembalikan kondisi pendidikan negara ini agar menjadi
pendidikan yang terbaik, bermutu serta cerdas dalam IPTEK dan IMTAQ.
Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk generasi muda menjadi manusia
haruslah menyangkut unsur-unsur spiritual, moralitas, sosialitas dan
rasionalitas, tidak hanya menekankan segi pengetahuan saja (kognitif) tetapi
harus menekankan segi emosi, rohani dan hidup bersama. Begitu juga dengan
Ujian Nasional yang pemerintah canangkan sebagai bentuk penilaian terhadap
hasil belajar siswa. Kegiatan ini hendaknya tidak hanya sekedar menguji
kemampuan siswa dalam hal ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menguji
kemampuan siswa dalam kerohaniannya. Sesuai dengan tujuan dalam UU
bahwa peserta didik hendaknya memiliki kekuatan spiritual keagamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap
negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah
pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur
apakah bangsa itu maju atau mundur karena pendidikan merupakan proses
mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini
gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu
bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan
sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan,
dan papan. Namun, sangat memilukan rasanya melihat kondisi pendidikan di
Indonesia saat ini. Berbagai masalah yang muncul mulai dari sarana yang tidak
memadai, membengkaknya anak putus sekolah, kurikulum yang sering
berganti, ketidakprofesionalan para pendidik, sampai kepribadian peserta didik
yang jauh dari yang diharapkan. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan
juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Sebagai contoh
Amerika, negara adidaya ini takkan bisa jadi seperti sekarang ini apabila
pendidikannya sama dengan negara Indonesia. Demikian pula dengan negara
Jepang. Jepang sangat menghargai pendidikan, pemerintahnya rela
mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan untuk
kampanye atau hal lain tentang kedudukan seperti yang Indonesia lakukan. Tak
ubahnya negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang menjadi negara
tetangga bangsa Indonesia.
Indonesia merupakan sebuah negeri muslim yang unik, letaknya sangat
jauh dari pusat kelahiran Islam (Mekkah). Meskipun Islam baru masuk ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Indonesia pada abad ke tujuh, dunia internasional mengakui bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan Pendidikan Agama Islam
di Indonesia.
Lembaga Pendidikan Agama Islam pertama didirikan di Indonesia
adalah dalam bentuk pesantren (Sarijo: 1980; Dhofier: 1982). Dengan
karaktemya yang khas "religius oriented", pesantren telah mampu meletakkan
dasar-dasar pendidikan keagamaan yang kuat. Para santri tidak hanya dibekali
pemahaman tentang ajaran Islam tetapi juga kemampuan untuk menyebarkan
dan mempertahankan Islam.
Masuknya model pendidikan sekolah membawa dampak yang kurang
menguntungkan bagi umat Islam saat itu, yang mengarah pada lahirnya
dikotomi ilmu agama (Islam) dan ilmu sekuler (ilmu umum dan ilmu sekuler
Kristen). Dualisme model pendidikan yang konfrontatif tersebut telah
mengilhami munculnya gerakan reformasi dalam pendidikan pada awal abad
dua puluh. Gerakan reformasi tersebut bertujuan mengakomodasi sistem
pendidikan sekolah ke dalam lingkungan pesantren (Toha dan Mu'thi: 1998).
Corak model pendidikan ini dengan cepat menyebar tidak hanya di pelosok
Pulau Jawa tetapi juga di luar Pulau Jawa. Dari situlah embrio madrasah lahir.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif lebih
muda dibanding pesantren. Lahir pada abad 20 dengan munculnya Madrasah
Mamba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905 dan Sekolah Adabiyah yang
didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat tahun 1909 (Malik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Fadjar: 1998). Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan
sistem pendidikan Islam yang telah ada. Pembaharuan tersebut, menurut Karl
Sternbrink (1986), meliputi tiga hal, yaitu: (1) Usaha menyempumakan sistem
pendidikan pesantren; (2) Penyesuaian dengan sistem pendidikan barat, dan (3)
Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem
pendidikan barat.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini ditempatkan sebagai
pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional. Munculnya SKB tiga
menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri
Dalam Negeri) menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah cukup kuat
beriringan dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya SKB tiga
menteri tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu
madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya (Malik Fadjar:
1998). Di dalam salah satu diktum pertimbangan SKB tersebut disebutkan
perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada
madrasah agar lulusan dari madrasah dapat melanjutkan atau pindah ke
sekolah-sekolah umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan
semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di saat
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, disaat filsafat hidup
manusia modern mengalami krisis keagamaan (Haedar Nashir: 1999) dan di
saat perdagangan bebas dan makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan
madrasah tampak makin dibutuhkan orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Madrasah yang memiliki problem yang banyak dihadapi, baik yang
berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input dan
kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti persyaratan
akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang menimbulkan kesan madrasah
sebagai “sapi perah”, madrasah yang memiliki karakteristik khas yang tidak
dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu menjadi salah satu tumpuan harapan
bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa keagamaan
dan menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi yang
semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban teknologi dan materi.
Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model pendidikan
sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan dalam berbagai
lingkungan. Di lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang yang asing,
karena memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan
pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah
memperoleh ilmu sampai di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari.
Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual, kesan kumuh,
jorok, ortodok, dan eksklusif yang selama itu melekat pada pesantren sedikit
demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolitan makin tidak malu mendatangi
dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren dengan model
pendidikan madrasah. Baik orang tua yang sekedar berniat menempatkan
putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) hingga yang benar-benar
ingin menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren tersebut, orang makin
berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana. Pondok Pesantren Modern Gontor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Ponorogo misalnya, penuh dengan putra putri konglomerat, sekali daftar tanpa
berpikir terhadap pembayarannya, lengkap dengan fasilitas yang didapat. Ada
beberapa pondok pesantren yang telah menjadi incaran masyarakat modern
kelas menengah ke atas, bahkan sebagian muridnya berasal dari negara-negara
sahabat, seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan
demikian, model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki
daya tawar yang cukup tinggi.
Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah
bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal
misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang mengutamakan
penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan Inggris. Pondok Pesantren
yang didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren Modem Gontor Ponorogo
pada tahun 1990 itu telah menampung sekitar 1300 santri (siswa).
Tuntutan pengembangan madrasah akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi.
Pengembangan madrasah di pesantren yang pada umumnya berlokasi di luar
kota dirasa tidak cukup memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu
banyak model pendidikan madrasah bermunculan di tengah kota, baik di kota
kecil maupun di kota-kota metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang
berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan etika
agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan Islam. Etika
pergaulan, perilaku dan performa pakan para santrinya menjadi daya tarik
tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup dan akhirat sebagaimana
tujuan pendidikan Islam (Al-Abrasyi: 1970; Jalaluddin dan Said: 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Realitas menunjukkan bahwa praktek pendidikan nasional dengan
kurikulum yang dibuat dan disusun sedemikian rupa bahkan telah
disempurnakan berkali-kali, tidak hanya gagal menampilkan sosok manusia
Indonesia dengan kepribadian utuh, bahkan membayangkan realisasinya saja
terasa sulit. Pendidikan umum (non madrasah) yang menjadi anak emas
pemerintah, di bawah naungan Kemendiknas telah gagal menunjukkan
kemuliaan jati dirinya selama lebih dari tiga dekade. Misi pendidikan yang
ingin melahirkan manusia-manusia cerdas yang menguasai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan kekuatan iman dan taqwa plus budi pekerti
luhur, masih tetap berada pada tataran ideal yang tertulis dalam susunan cita-
cita (perundang-undangan). Tampaknya hal ini merupakan salah satu indikator
dimana pemerintah kemudian mengakui keberadaan madrasah sebagian dari
sistem pendidikan nasional.
Pendidikan moral yang dilaksanakan melalui berbagai cara baik
kurikuler (Pendidikan Kewarganegaraan atau PKN) maupun kokurikuler
(Penataran P-4) telah melahirkan elit politik yang tidak mampu tampil sebagai
uswatun hasanah (teladan yang baik) bahkan memberikan kesan korup dan
membodohi rakyat. Kegiatan penataran dan cerdas cermat P-4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) tidak lebih dari aktivitas ceremonial
karakteristik. Disebut demikian karena kegiatan tersebut telah meloloskan para
juara dari peserta yang paling mampu menghafal buku pedoman dan
memberikan alasan pembenaran, bukan mereka yang mampu
mengimplementasikan nilai-nilai Pancsila dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dengan demikian, para peserta penataran atau cerdas cermat P-4 berlomba-
lomba menghafal butir-butir Pancasila tanpa berusaha melaksanakannya di
dalam kehidupan nyata. Itulah di antara faktor yang mempengaruhi turunnya
moralitas bangsa ini (Dradjat: 1971).
Setelah kebobrokan moral dan mental merebak dan merajalela, orang
kemudian menjadi sadar bahwa pendidikan moral yang selama ini dilakukan
lebih berorientasi pada pendidikan politik pembenaran terhadap segala
pemaknaan yang lahir atas restu rezim yang berkuasa. Upaya pembinaan moral
yang bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia sesuai dengan cita-
cita nasional yang tertuang dalam perundang-undangan telah dikesampingkan
dan menjadi jauh dari harapan.
Keberhasilan pendidikan secara kuantitatif didasarkan pada teori
Benjamin S. Bloom (1956) yang dikenal dengan nama Taxonomy of
Educational Objectives, yang mencakup tiga domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Meskipun demikian, keberhasilan output (lulusan) pendidikan
hanyalah merupakan keberhasilan kognitif. Artinya, anak yang tidak pemah
shalat pun, jika dapat mengerjakan tes PAI (Pendidikan Agama Islam) dengan
baik maka bisa lulus (berhasil), dan jika nilainya baik, maka siswa itu pun
dapat diterima pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Lain halnya dengan
outcome (performance) seorang alumni Madrasah, bagaimanapun nilai raport
dan hasil ujiannya, moral keagamaan yang melekat pada sikap dan perilakunya
akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan lembaga pendidikan yang menjadi
tempat belajar. Karena itulah keberhasilan out-come disebut keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
afektif dan psikomotorik. Bagi lembaga pendidikan "Madrasah", kedua standar
keberhasilan (output dan outcome) yang mencakup tiga domain taxonomy of
educational objectives, tidak dapat dipisahkan. Di samping madrasah mendidik
kecerdasan, juga membina moral dan akhlak siswanya (Al-Abrasyi: 1970;
Abdullah: 1994). Itulah nilai plus madrasah dibandingkan sekolah umum yang
menekankan pembinaan kecerdasan intelektual (aspek kognitif).
Munculnya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang bertujuan untuk memberi peluang kepada peserta didik untuk
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat memberikan
kontribusi kepada masyarakat, tidak mengherankan para pengelola madrasah.
Madrasah juga lebih survive dalam kondisi perubahan kurikulum yang sangat
cepat, karena kehidupan madrasah tidak taklid kepada kurikulum nasional.
Manajemen desentralisasi memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sesuai dengan kebutuhan
yang dikondisikan untuk kebutuhan lokal. Dengan demikian, maka madrasah
mendapatkan angin segar untuk bisa lebih eksis dalam mengatur kegiatannya
tanpa intervensi pemerintah pusat dalam upaya mencapai peningkatan mutu
pendidikannya. Melalui proses belajar mengajar yang didasari dengan
kebutuhan lokal, kurikulum tidak terbebani dengan materi lain yang
sesungguhnya belum atau bahkan tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik pada jenjang tersebut. Efektivitas proses belajar
mengajar diharapkan bisa tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang
lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Adapun meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam pendidikan
menyebabkan para pengelola madrasah memfokuskan pada program-program
tambahan sebagai sarana meningkatkan kualitas pendidikan. Program remidial
dan kursus untuk meningkatkan perkembangan kognitif, sosial dan emosional
dari siswa yang berkemampuan rendah dalam taraf perekonomian dan hasil
belajar merupakan program-program kompensasi, bukan untuk menggantikan
program-program yang telah ada.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah
lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi
pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan
kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat.
Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang tua siswa
yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah. Melainkan keterlibatan
yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi
memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal
ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan
kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta
bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang
selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Salah satu representasi wajah madrasah di negeri ini adalah Madrasah
Ibtidaiyah (MI) setingkat Sekolah Dasar (SD). Sebagai sebuah institusi di
tingkat dasar Madrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki peran yang cukup vital
karena merupakan institusi pendidikan di tingkat dasar yang berperan ganda,
tidak hanya mengenalkan ilmu pengetahuan secara moderat namun juga
melakukan transfer nilai-nilai keagamaan sekaligus, sehingga tentunya
diperlukan pengelolaan yang baik dan profesional. Sehingga dalam hal ini
kebijakan dan manajemen yang baik untuk mengelola Madrasah Ibtidaiyah
menjadi sebuah keniscayaan ditengah pelaksanaan Sisdiknas yang telah
mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Secara legal, madrasah sudah terintegrasi dalam sistem pendidikan
nasional sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perkembangan madrasah kemudian
berlangsung cepat. Di tingkat MI, siswanya mencapai 11 persen dari total
siswa tingkat dasar. Di tahun 1999, terdapat 21.454 MI dan sekitar 93,2
persennya diselenggarakan oleh pihak swasta. Tahun 1999 terdapat 9.860
Madrasah dan sekitar 88,1 persennya merupakan madrasah milik swasta.
Melihat kenyataan tersebut sudah tidak diragukan lagi bahwa madrasah dalam
hal ini Mandrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki kontribusi nyata dalam
pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, madrasah memiliki
pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat.
Bahkan, madrasah mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan
menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Proses pengembangan dunia madrasah dalam hal ini Madrasah
Ibtidaiyah (MI) selain menjadi tanggung jawab internal madrasah, juga harus
didukung oleh perhatian yang serius dari proses pemerintah. Meningkatkan dan
mengembangkan peran serta madrasah dalam proses pembangunan merupakan
langkah strategis dalam membangun masyarakat, daerah, bangsa, dan negara.
Terlebih, dalam kondisi yang tengah mengalami krisis (degradasi) moral.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan
nilai-nilai moral, harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit moral
bangsa. Sehingga, pembangunan tidak menjadi hampa melainkan lebih bernilai
dan bermakna.
Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Namun, kenyataan ini belum
disadari oleh mayoritas masyarakat muslim. Karena kelahiran Undang-undang
ini masih baru dan belum sebanding dengan usaha perkembangan madrasah di
Indonesia. Keistimewaan madrasah dalam sistem pendidikan nasional dapat
kita lihat dari ketentuan dan penjelasan pasal-pasal dalam Undang-undang
Sisdiknas sebagai berikut: Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusiaia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ketentuan ini tentu saja
sudah berlaku dan diimplementasikan di madrasah. Madrasah sudah sejak lama
menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan ketakwaan
kepada Allah Subhanahu wata’ala serta akhlak mulia. Secara khusus, ketentuan
tentang pendidikan keagamaan ini dijelaskan dalam pasal 30 Undang-Undang
Sisdiknas yang menegaskan: (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; (2) Pendidikan keagamaan berfungsi
memperspkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama;
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal; (4) Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, madrasah, dan bentuk lain yang sejenis. Bahkan dalam PP
RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Standar
Kompetensi Lulusan dijelaskan pada pasal 26 ; Standar Kompetensi lulusan
pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam kaitan tersebut diatas keberadaan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) menjadi sangat strategis dalam hal pembinaan
akhlak mul karena sejak awal Madrasah Ibtidaiyah (MI) telah konsentrasi
dalam pembinaan akhlak dan moral para peserta didiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi
perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan
bawahan dalam mengambil kepurusan maka akan mengakibatkan adanya
disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebagaimana
dikemukakan oleh Nurkolis setidaknya ada empat alasan kenapa diperlukan
figur pemimpin, yaitu ; (1) banyak orang memerlukan figur pemimpin; (2)
dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya;
(3) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap
kelompoknya, dan (4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
Manajemen Berbasis Sekolah memberikan keleluasaan kepada sekolah
untuk mengelola potensi yang dimiliki dengan melibatkan semua unsur stake
holder untuk mencapai peningkatan kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah
memiliki kewenangan yang sangat luas itu maka kehadiran figur pemimpin
menjadi sangat penting.
Kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai
tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap
kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan. Kepemimpinan
dalam suatu organisasi atau instansi sangat erat dipengaruhi oleh sikap dan
gaya dari seorang pimpinan atau atasan yang diangkat. Dalam konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan
kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para
pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu
kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan
hubungan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sukoharjo adalah salah satu
Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kabupaten Sukoharjo dan merupakan embrio
atau Madrasah Ibtidaiyah tertua yang didirikan di Sukoharjo. Dalam usaha
untuk meningkatkan mutu pendidikannya agar mampu bersaing dengan
sekolah dasar yang ada di kabupaten Sukoharjo, maka MIN Sukoharjo
melakukan berbagai program kerja dan rencana pengembangan ke depan yang
disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Dengan rencana dan
pengembangan yang dilakukan sampai tahun 2011 telah menjadikan MIN
Sukoharjo sebagai salah satu MI favorit yang menjadi harapan masyarakat.
Sehingga dari tahun ke tahun masyarakat semakin percaya akan kualitas
dari MIN Sukoharjo dan semakin banyak masyarakat dari daerah di luar
Kecamatan Sukoharjo yang menyekolahkan anaknya ke MIN Sukoharjo.
Bagaimana pola kepemimpinan Kepala Madrasah dan usaha yang dilakukan
dalam menangani berbagai kendala sehingga menghasilkan berbagai prestasi
siswa akan diangkat dan dijadikan sebagai setting dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas,
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang dijalankan di MIN
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
2. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh Kepala Madrasah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di MIN Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012?
3. Kendala apa yang dialami selama kepemimpinan Kepala Madrasah tahun
pelajaran 2011/2012 dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di MIN
Sukoharjo?
4. Hasil apa yang telah dicapai selama kepemimpinan Kepala Madrasah tahun
pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan yang hendak
dicapai melalui penelitian ini mencakup :
1. Untuk memperoleh pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang dijalankan
di MIN Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012
2. Untuk memperoleh usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di MIN Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012
3. Untuk memperoleh kendala yang dialami selama kepemimpinan Kepala
Madrasah tahun pelajaran 2011/2012 dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di MIN Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Untuk memperoleh hasil yang telah dicapai selama kepemimpinan Kepala
Madrasah tahun pelajaran 2011/2012
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoretis
a. Menambah pengetahuan dan pandangan penulis dalam berfikir secara
edukatif
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam
kepemimpinan kepala madrasah
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga pendidikan lain terutama Lembaga Pendidikan Islam
yang setingkat tentang sistem pembelajaran dan usaha-usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
b. Bagi guru agar dapat meningkatkan peranannya dalam kegiatan
pembelajaran yang berkualitas dan efektif
c. Bagi instansi terkait dapat memberikan kontribusi tentang sistem
pembelajaran yang berkualitas dan efektif yang mungkin dapat
diterapkan untuk lembaga pendidikan lain setingkat pendidikan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
a. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi.
Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja
keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko (1983:305) bahwa
pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok
organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun
juga kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah
faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan
kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan
mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif,
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership berarti being a leader
power of leading . atau the qualities of leader. Secara bahasa, makna
kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam
mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya
manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak
para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan
manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang salain
berhubungan dengan tugasnya ( Effendy: 1997).
Menurut William H.Newman (1968) dalam Miftah Thoha (2003 : 262)
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau
seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan
satu hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh
aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana
saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku
orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi
lainnya seperti perencanaan, penorganisasian, pengawasan dan evaluasi.
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu
proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku,
perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah
pengawasannya. Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam
pembentukan perilaku bawahan.
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar semua perangkat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
organisasi mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan
menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin,
serta merasa tidak terpaksa.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah
seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan dan kecakapan yang dimiliki seseorang sebagai pemimpin
dalam suatu organisasi untuk mempengaruhi dan menyakinkan orang lain
untuk bersama-sama melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan dengan penuh semangat dan tanpa paksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Gaya Kepemimpinan
Menurut hadari (1995) Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah
teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi
pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership
style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin
yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha
mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu
situasi tertentu. Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang
digunakan untuk mempengaruhi aktuivitas orang-orang yang dipimpin untuk
mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana
pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang
sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya
dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan
berkomunikasi dengan bawahannya. Para peneliti telah mengidentifikasi dua
gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (Task Oriented) dan
gaya dengan orientasi karyawan (Employee Oriented)
Hornby (1990: 294) mengatakan bahwa manajer berorientasi tugas
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa
tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan manajer berorientasi
karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi
pekerjaan karyawan. Manajer akan mendorong para anggota kelompok untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan
serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para
anggota kelompok.
Masih menurut Hornby (1990: 296) para penelti telah mengidentifikasi
dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (Task Oriented) dan
gaya dengan orientasi karyawan (Employee Oriented) Manajer berorientasi
tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin
bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan manajer berorientasi
karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi
mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan
tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta
hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para
anggota kelompok.
Menurut Kartini Kartono (2010:187) gaya kepemimipinan
diantaranya ada 3 tipe yaitu : (1) Gaya Kepemimpinan Demokratis,
kepemimpinan yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis
diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan
perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai
pelaksana . Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut,
berarti gaya ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan
hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip
saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan yang lain.
Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya
sebagai subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti
dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat,
minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara
yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara wajar. Gaya
kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang
dipimpin. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan
kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan
masing-masing, di samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan
setiap anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai
pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab, yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.
Para anggota organisasi diberi kesempatan berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya
kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Setiap
anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan, tetapi juga
dibantu dalam mengembangkan wawasan, sikap dan kemampuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan
menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi
kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di
dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap
keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya
semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama.
Setiap anggota kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk
kepentingan sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan
bersama. Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan
partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan
kelompok/organisasi secara keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan
takut, namun pemimpin selalu dihormati dan disegani secara wajar;
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis memiliki ciri-ciri diantaranya : (1) Mengembangkan hubungan yang
manusiawi antara atasan dan bawahan; (2) Memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota organisasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan; (3)
Mengambil keputusan dengan mengutamakan musyawarah dengan anggota
organisasi.
(2) Gaya Kepemimpinan Otoriter, yaitu kepemimpinan otoriter
merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal manusia. Oleh karena itu
gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling
berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang
dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang
disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai
pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin
memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya.
Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh
dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin
sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak
ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang
pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan
mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai
kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku.
Kepemimpinan dengan gaya otoriter banyak ditemui dalam pemerintahan
Kerajaan Absolut, sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang atau
ketentuan hukum yang mengikat. Di samping itu sering pula terlihat gaya dalam
kepemimpinan pemerintahan diktator sebagaimana terjadi di masa Nazi Jerman
dengan Hitler sebagai pemimpin yang otoriter;
Gaya kepemimpinan otoriter dari penjelasan diatas memiliki ciri
diantaranya: (1) Menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok
kecil anggota organisasi; (2) Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal; (3)
Bawahan harus tunduk dan patuh pada setiap keputusan dari atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(3) Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan
Pelengkap, yaitu kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya
kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini
cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan
perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya sebenarnya tidak
dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan
dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga.
Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil
keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan
masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok
kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan
dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota
kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun
sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan
suatu kegiatan. Sehingga apabila tidak seorang pun orang-orang yang dipimpin
atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan dan
tidak pula melakukan sesuatu kegiatan, maka kepemimpinan dan keseluruhan
kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi. Kebebasan dalam menetapkan
suatu keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam tipe kepemimpinan ini
diserahkan sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Keadaan ini
menyebabkan, kegiatan menjadi tidak terarah dan simpang siur. Wewenang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
jelas dan tanggung jawab menjadi kacau, setiap anggota saling menunggu dan
bahkan saling salah menyalahkan apabila diminta pertanggungjawaban. .
Berdasarkan uraian diatas maka gaya kepemimpinan bebas dan
pelengkap memiliki ciri diantaranya: (1) Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol; (2) Pemimpin hanya berfungsi sebagai penasihat; (3) Keputusan tentang
suatu kegiatan diserahkan kepada orang-orang yang dipimpin.
Di samping gaya kepemimpinan demokratis, otokrasi maupun bebas
menurut Tranformasional Bambang Budi Wiyono (2000) maka pada
kenyataannya sulit untuk dibantah bila dikatakan terdapat beberapa gaya atau
perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu tipe
kepemimpinan tersebut. Sehubungan dengan itu sekurang kurangnya terdapat
lima gaya atau perilaku kepemimpinan seperti itu. Kelima gaya atau perilaku
kepemimpinan itu adalah (1) Gaya atau perilaku kepemimpinan ahli (Expert);
(2) Gaya atau perilaku pepemimpinan kharismatik; (3) Gaya atau perilaku
kepemimpinan paternalistik; (4) Gaya atau perilaku kepemimpinan pengayom; (5)
Gaya atau perilaku kepemimpinan tranformasional.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud
dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan terhadap
gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga aspek yaitu: gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan pada tugas terdiri dari empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
indikator yaitu: (1) pengawasan yang ketat, (2) pelaksanaan tugas, (3) memberi
petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil daripada proses. Gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan terdiri dari empat indikator yaitu: (1) melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan, (2) memberi dukungan, (3)
kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tingkat kematangan bawahan terdiri dari empat indikator yaitu: (1) ketekunan
bekerja, (2) aktif, (3) pengalaman
c. Fungsi Kepala Sekolah
Tugas Kepala sekolah tidaklah ringan. Menurut Anwar dan Amir (2000)
mengemukakan bahwa: “ Kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas
mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional
guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional
di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup
seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas: 2006), terdapat
tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2)
manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6)
pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan
oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan
antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.
1. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru
merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala
sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan
kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat
memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan
senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara
terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat
memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk
dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah seperti:
MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan
sebagainya. Dapat juga melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah
seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan
pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa
besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh
karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang
memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran,
secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan
metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
(Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus
keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Tingkat penguasaan
kompetensi guru yang disupervisi selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan
tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada
sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Danim (2002) mengemukakan
bahwa: “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup
besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya
kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”.
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul
menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat
memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak
menguasainya dengan baik. Kepala sekolah merupakan teladan yang baik bagi
guru-guru yang ada di sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat menumbuh-suburkan kreativitas
sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru. Dalam teori
kepemimpinan setidaknya dikenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik
untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Wiyono (2000) terhadap
64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos
kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat
sebagai barikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani
mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7)
teladan (Mulyasa, 2003).
6. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Kepala sekolah diharpkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru. Kepala
sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif,
serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap
kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan
dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara
langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek
terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
7. Peran kepala sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan
pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno
(2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam
bimbingan dan konseling, sebagai berikut : (a) Mengkoordinir segenap kegiatan
yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran,
latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu,
harmonis, dan dinamis; (b) Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai
kemudahan terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien; (c) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan
konseling; (d) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah; (e) Memfasilitasi guru pembimbing untuk dapat
mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan
pengembangan profesi (f) Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang
BK.
2. HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan
pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam Sumardi Suryabrata (1984:252)
belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di
atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar merupakan perubahan serta
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang
yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami
kegagalan di dalam proses belajar.
2. Pengertian Pembelajaran
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs:
1979). Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal
Ayat 20)
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan (Purwadinata:
1967). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar
(oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar
terjadi kegiatan secara optimal.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen : (1) Siswa, seorang
yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan; (2) Guru, seseorang yang bertindak sebagai
pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif; (3) Tujuan, pernyataan tentang
perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (4) Isi Pelajaran, segala
informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai
tujuan; (5) Metode, cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai
tujuan; (6) Media, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa; (7) Evaluasi, cara
tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pembelajaran adalah, proses,
cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Menurut
Oemar Hamalik (2002) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajara. Manusia terlibat
dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material
meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur. Fasilitas dan perlengkapan terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar ujian dan
sebagainya.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
terbatas dalam ruang dan dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku,
belajar di kelas. Menurut Robert F Manger dalam Hamzah (2008) “Tujuan
pembelajaran sebagai perilaku dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa
pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pembelajaran atau pengajaran
menurut Degeng dalam Hamzah (2008) adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Menurut Hasan Langgulung dalam Ramayulis
(1990) “Pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang
mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahuinya.
Mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan
situasi belajar. Metode yang digunakan guru diharapkan mampu
menumbuhkan berbagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu metode
mengajar yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pengajaran atau
pendidikan yang menjadi tanggung jawab guru. Menurut Kenneth D Moore
dalam Dede Rosyada (2004) “Mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang
yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai
aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Dave Meir dalam Harnowo (2007) menyenangkan atau
membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan
ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang
sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti
bangkitnya minat, ada keterlibatan penuh serta terciptanya makna, pemahaman
(penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang membahagiakan pada
diri si pelajar (siswa).
Pengajaran adalah suatu proses penyampaian bahan
pelajaran/pengetahuan dari seorang guru kepada siswa-siswanya secara
sistematis dan terencana dengan baik agar bahan/materi pelajaran yang
disampaikan dapat diterima dan dikuasai siswa sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai dengan baik dan efektif.
Kesimpulannya bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
3. Karakteristik Pembelajaran Berkualitas
Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem yang dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu. Sistem menurut Syafaruddin dan Nasution (2005:41)
adalah: “seperangkat komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan tertentu”. Hal senada juga diungkapkan oleh Salisbury (1996:22) bahwa:
Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama sebagai
satu kesatuan fungsi. Kualitas dan sifat dasar dari setiap bagian dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dalam hubungannya dengan keseluruhan sistem. Setiap bagian hanya dapat
dipahami dengan memperhatikan pada bagaimana bagian itu berfungsi dalam
hubungan ke dalam kebulatan suatu sistem. Sementara Johnson, dkk (1973:4)
mengemukakan definisi sistem sebagai: ”suatu susunan elemen-elemen yang
saling berhubungan”.
Kesimpulan yang dapat diambil dari para ahli di atas, adalah bahwa
sistem dibentuk oleh komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen ini
saling berinteraksi, berketergantungan atau berhubungan satu sama lain. Oleh
karena itu agar tujuan organisasi tercapai dengan baik, maka komponen-
komponen sistem ini harus bekerja dengan baik pula.
Syafaruddin dan Nasution (2005:43) mengemukakan bahwa: ”proses
suatu sistem dimulai dari input (masukan) kemudian diproses dengan berbagai
ativitas dengan menggunakan teknik dan prosedur, dan selanjutnya
menghasilkan output (keluaran), yang akan dipakai oleh masyarakat
lingkungannya.” Aktivitas suatu sistem tersebut diragakan oleh gambar
berikut:
Gambar 1 : Cara Kerja Sistem (Sumber: Syafruddin dan Irwan Nasution, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dalam konteks sistem pendidikan, input diantaranya diwakili oleh
siswa, guru, kepala sekolah, fasilitas, media, dan sarana prasarana. Proses
diwakili pengajaran, pelatihan, pembimbingan, evaluasi dan pengelolaan.
Sementara output meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Berkaitan dengan komponen-komponen yang membentuk sistem
pendidikan, lebih rinci Nana Syaodih S., dkk (2006:7), mengemukakan bahwa
komponen input diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) raw input, yaitu siswa
yang meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial-afektif dan peer group. (2)
Instrumental input, meliputi kebijakan pendidikan, program pendidikan
(kurikulum), personil (Kepala sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media,
dan biaya, dan (3) Environmental input, meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga sosial, unit kerja. Komponen
proses menurut Nana Syaodih S., dkk (2006), meliputi pengajaran, pelatihan,
pembimbingan, evaluasi, ekstrakulikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output
meliputi pengetahuan, kepribadian dan performansi.
Komponen-komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan
sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih S., dkk di atas, dapat diragakan
dalam gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2 : Peta Komponen Pendidikan sebagai Sistem (Sumber: Nana Syaodih S, dkk, 2006)
Berdasarkan pendapat Syafruddin dan Nana Syaodih di atas, dapat
diketahui bahwa proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem
pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu
pendidikan. Oleh karena itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik,
diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas pula.
Dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai penjabaran lebih lanjut dari
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya memuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tentang standar proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud
dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih jelas
menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Keterkaitan standar proses dengan standar lain yang terdapat dalam PP
No. 19 tahun 2005 sebagai komponen-komponen yang menyusun sistem
pendidikan, dapat sajikan oleh gambar berikut :
Gambar 3 : Sistem Pembelajaran dan Keterkaitannya dengan Berbagai
Standar Pendidikan (Sumber: Pudji Muljono ,2006:29)
Dalam gambar sistem pembelajaran tersebut dapat dilihat arti penting
proses pembelajaran. Karena betapa baiknya masukan berupa peserta didik
serta masukan instrumental berupa isi, tenaga, sarana dan prasarana, biaya dan
pengelolaan, tergantung pada proses pembelajaran untuk menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kompetensi lulusan yang bermutu, serta berdampak positif terhadap
lingkungan.
Hal ini senada dengan pendapat Nana Syaodih S., dkk (2006:7) yang
mengungkapkan bahwa mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu
lulusan. Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah
menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang
bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses
pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang
proses pendidikan yang bermutu pula.
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-
buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap,
perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan
pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada
mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang
berlangsung hingga membuahkan hasil.
Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono
(2006:29) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima
rujukan, yaitu: “(1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan
(5) produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk
konsep mutu pembelajaran dari Pudji Muljono (2006:29-30) adalah sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan
karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun
perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi
lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip,
dan / atau nilai baru dalam pendidikan.
Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang
kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu
mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah
diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa
saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa
yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan
lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja
dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan
merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.
Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan,
atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau
“doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem
(sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui
tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan
pernbelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang
bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).
Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara
waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau
dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang
terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model
mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian
kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar
belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian
tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar
sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang
merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan
pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan
mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah
mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk
menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling
menguntungkan.
Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang
memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak.
Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses
pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta),
penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan
berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-
pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan
dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih
dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran
Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005, standar proses pembelajaran
yang sedang dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi: “(1) perencanaan proses
pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian hasil
pembelajaran, dan (4) pengawasan proses pembelajaran”.
Keempat lingkup kegiatan dalam standar proses pembelajaran di atas,
dijelaskan oleh Pudji Muljono (2006:31-32) sebagai berikut:
Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut, terarah dan terukur
dari jenjang kemampuan rendah hingga tinggi secara berkesinambungan.
Sistemik berarti mempertimbangkan berbagai faktor yang berkaitan, yaitu
tujuan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar yang mencakup fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip, kondisi lingkungan dan hal-hal lain yang
menghambat atau mendukung terlaksananya proses pembelajaran. Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
intensitas interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dan antara peserta didik dengan aneka sumber belajar. Untuk itu perlu
diperhatikan jumlah maksimal peserta didik dalam setiap kelas, beban
pembelajaran maksimal pendidik, dan ketersediaan buku teks pelajaran bagi
peserta didik. Di samping itu perlu dipertimbangkan bahwa proses
pembelajaran bukan sekedar menyampaikan ajaran, melainkan juga
pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan perhatian penuh dari
pendidik, maka juga perlu ditentukan tentang rasio maksimal jumlah peserta
didik per pendidik. Perihal kemampuan pengelolaan kegiatan belajar dan
pembelajaran pendidik, juga sesuatu yang harus menjadi pertimbangan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Standar penilaian basil pembelajaran ditentukan dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh peserta didik. Teknik yang dimaksud dapat berupa tes tertulis. observasi,
uji praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk memantau
proses dan kemajuan belajar serta memperbaiki basil belajar peserta didik
dapat digunakan teknik penilaian portofolio atau kolokium. Secara umum
penilaian dilakukan untuk mengukur semua aspek perkembangan peserta didik
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan mengacu dan
sesuai dengan standar penilaian.
Standar pengawasan proses pembelajaran adalah upaya penjaminan mutu
pembelajaran bagi terwujudnya proses pembelajaran efektif dan efisien ke arah
tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan pada
prinsip-prinsip tanggungjawab dan kewenangan, dilakukan secara periodik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
demokratis, terbuka, berkelanjutan. Pengawasan meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut. Upaya
pengawasan terhadap proses pembelajaran pada hakikatnya adalah tanggung
jawab bersama antara kepala sekolah, pengawas, dan sejawat atau pihak lain
yang ditugasi untuk melaksanakan pengawasan secara internal.
3. KARAKTERISTIK MADRASAH IBTIDAIYAH
Madrasah Ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang
pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Lulusan Madrasah Ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah
tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.
Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar,
hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama
Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga
ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti: (1) Alquran dan Hadits, (2)
Aqidah dan Akhlaq, (3) Fiqih, (4)Sejarah Kebudayaan Islam, (5) Bahasa Arab.
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan
sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Pendidikan Madrasah tak bisa lagi dianggap sebagai sekolah kelas dua.
Menurut Direktur Pendidikan Madrasah, Kementerian Agama, Drs H Firdaus,
pendidikan madrasah bisa bersaing dengan pendidikan sekolah umum. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Firdaus mengemukakan, sebelum
adanya UU tersebut, madrasah memang belum mendapatkan pelayanan yang
sama dengan sekolah umum karena anggaran yang disiapkan di Depag masih
menggunakan alokasi dana dari sektor agama. Setelah diberlakukannya UU itu,
anggaran untuk pendidikan agama secara proporsional sama dengan anggaran
untuk pendiidikan di sekolah umum. Karena itu, Kementrian agama meminta
semua masyarakat, terutama para pengelola madrasah untuk secepatnya
mengejar ketertinggalan dengan sekolah umum. “Kementerian Agama sebagai
penyelenggara madrasah yang bisa mengubah image bahwa Madrasah adalah
sekolah kelas dua. Semua elemen harus bersama-sama membangun Madrasah
dan tidak boleh lagi punya paradigma seperti itu karena perlakuan pemerintah
sudah sama”.
Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh madrasah adalah persoalan
mutu pendidikan. Masyarakat selama ini memberikan image bahwa madrasah
dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua yang lebih rendah
dibandingkan pendidikan di sekolah umum. Hal itu bisa dimengerti sebab,
menurut Firdaus, sebagian besar pengelolaan madrasah dilakukan oleh pihak
swasta yang sering kali tidak memerhatikan dan mengutamakan asas-asas
manajemen serta kualitas karena mereka lebih mengutamakan pendekatan
sosial.
Terkait dengan tenaga pengajar, Firdaus tidak menyangkal kelemahan
lain yang dihadapi Madrasah selama ini adalah persoalan kualitas guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Padahal, guru merupakan faktor dominan dalam memengaruhi kualitas lulusan.
Hasil penelitian yang menunjukkan kaitan antara kualitas tenaga pengajar dan
kualitas lulusan. “Hasil penelitian menunjukkan, kualitas lulusan dari
Madrasah, 63 persen dipengaruhi oleh kualitas guru, bukan manajemen atau
fasilitas, tapi kualitas gurunya,” paparnya. Firdaus menuturkan, 54 persen dari
628 ribu guru Madrasah belum memenuhi kualifikasi minimal guru, yakni
pendidikan S-1 atau D-4 dan sesuai antara kualifikasi bidang studi yang pernah
dipelajarinya dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Selain itu, image madrasah sebagai pendidikan nomor dua juga tidak
bisa dilepaskan dari kesalahan yang dilakukan oleh pengelola Madrasah yang
sudah meletakkan madrasah sedemikian rendah. Firdaus mencontohkan, ketika
ada proses akreditasi, pihak pengelola memohon tim akreditasi agar tidak
memperlakukan Madrasah sama dengan sekolah umum.
Dengan visi dan paradigma yang sangat sederhana itu, kata Firdaus,
tentu saja hasil (out put) dari pendidikan madrasah sesuai dengan paradigma
itu. “Dulu, mungkin bisa diterima karena pada saat itu Madrasah belum
mendapatkan perlakuan yang sama dengan sekolah. Tapi sekarang, Madrasah
harus berusaha untuk bersaing dengan sekolah umum.”
Ada 5 hal yang membedakan antara Sekolah Dasar umum dengan
Madrasah Ibtidaiyah, antara lain dari segi : Tujuan Pendidikan Madrasah,
Kurikulum Madrasah, Sistem Pembelajaran, Tenaga Pengajar/Guru, Murid.
Kelima hal tersebut adalah (1) Tujuan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah,
sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI No. 368 Pasal 2 tahun 1993
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tentang Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa tujuan pendidkan di Madrasah
Ibtidaiyah adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa
dalam mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan mendidik siswa menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak
mulia sebagai muslim yang menghayati dan mengamalkan agamanya serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan Madrasah Tsanawiyah atau
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sedangkan Tujuan Pendidikan Dasar
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
0487/U/1992 Pasal 2 tentang Sekolah Dasar disebutkan bahwa Tujuan
Pendidikan Dasar adalah untuk memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Dari dasar tujuan
pendirian Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar terlihat adanya perbedaan
yang signifikan. Dimana dalam tujuan pendidkan di Madrasah Ibtidaiyah
mendidik siswa menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia sebagai
muslim yang menghayati dan mengamalkan agamanya sedangkan pada
pendidikan Sekolah Dasar hanya mendidik sebagai anggota umat manusia.
Disini terlihat tujuan pendidkan di Madrasah Ibtidaiyah lebih spesifik
dibandingkan di Sekolah Dasar;
(2) Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, sesuai dengan Keputusan
Menteri Agama RI No. 372 tahun 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar
Berciri Khas Agama Islam yang mjulai dilaksanakan secara bertahap mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tahun ajaran 1994/1995. Dalam lampiran I Bab III tentang program pengajaran
disebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-
kurangnya bahan kajian dan bahan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
membaca dan menulis, Matematika (termasuk berhitung), pengajaran sains dan
teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan
kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar serta bahasa Inggris
(pasal 39 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan pasal 14 ayat
(2) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990. Disamping memuat pelajaran
diatas, pendidikan dasar berciri khas Islam juga memuat bahan kajian sebagai
ciri khas agama Islam yang tertuang dalam mata pelajaran agama dengan
uraian sebagai berikut : (1) Al Qur’an Hadits, (2) Aqidah Akhlak, (3) Fiqih, (4)
Sejarah Kebudayaan Islam, (5) Bahasa Arab. Mata pelajaran diatas
diselenggarakan dalam iklim yang menunjang pembentukan seorang muslim.
Isi kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah memuat mata pelajaran sebagai berikut:
(1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (2) Pendidikan Agama
meliputi Al Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam,
Bahasa Arab; (3) Bahasa Indonesia (termasuk membaca dan menulis); (4)
Matematika (termasuk berhitung); (5) Ilmu Pengetahuan Alam (pengantar sains
dan teknologi): (6) Ilmu Pengetahuan Sosial (termasuk ilmu bumi, sejarah
nasional dan sejarah umum); (7) Kerajinan Tangan dan Kesenian; (8)
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan; (9) Bahasa Inggris; (10) Muatan lokal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(sejumlah mata pelajaran biasanya Bahasa Daerah dan Baca Tulis Al
Qur’an/BTA);
(3) Sistem Pembelajaran, sistem pembelajaran yang diterapkan pada
Madrasah Ibtidaiyah untuk mata pelajaran umum tidak berbeda dengan
pembelajaran yang diterapkan pada Sekolah Dasar Negeri, karena panduan
pelaksanaan kurikulumnya mengikuti Sekolah Dasar Negeri. Selain itu agar
materi tidak hanya bersifat kognitif, namun lebih mengarah pada pembentukan
kepribadian islami pada anak didik, maka untuk pembelajaran agama akan
difokuskan pada praktek peribadatan dan kegiatan sosial keagamaan, seperti
sholat dhuhur berjamaah, pengumpulan dan pembagian zakat fitrah, latihan
qurban yang dilaksanakan di sekolah dan lain-lain. Selain itu juga perlunya
memasukkan materi agama pada setiap bidang studi yang memungkinkan
untuk dilakukan, sehingga dikotomi antara materi umum dan materi agama
tidak terlalu menonjol. Dengan strategi pembelajaran tersebut di atas
diharapkan Madrasah Ibtidaiyah dapat memilki output yang sesuai dengan
harapan dan tuntutan masyarakat. Karena memang madrasah memiliki beban
yang sangat berat, disamping bertujuan agar anak didik menjadi pandai, namun
juga memilki akhlak yang mullia ;
(4) Karakteristik Guru Madrasah, guru merupakan elemen penting
dalam sebuah sistem lembaga pendidikan. Proses belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang performance gurunya.
Kepribadian guru seperti memberi perhatian, suportifitas atau semangat
diyakini dapat memberikan motivasi tinggi yang pada gilirannya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
meningkatkan prestasi siswa. Empati yang tepat dari seorang guru kepada
siswanya dapat membentuk prestasi akademik mereka secara signifikan. Oleh
karena itu guru harus selalu berusaha untuk melakukan segala sesuatunya
secara baik dan benar, karena guru mempunyai peran yang sangat penting di
sekolah. Bagi murid-murid usia sekolah dasar, sosok seorang guru dapat
menjadi figur yang dapat dijadikan teladan dari setiap tindak-tanduknya atau
tingkah lakunya. Dengan persepsi yang baik dari siswa kepada gurunya,
diharapkan siswa akan memiliki rasa senang terhadap ilmu yang yang
disampaikan guru kepadanya, yang pada akhirnya dapat memberikan prestasi
yang baik pula bagi peserta didik yang dihadapi. Guru atau pendidik di
madrasah sebagai pemegang jabatan profesional, dia mengemban misi yang
ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama karena pendidik harus menyampaikan nilai-nilai
ajaran agama kepada anak didik, sehingga mereka dapat menjalankan
kehidupannya sesuai dengan nilai-nilai agama. Misi ilmu pengetahuan karena
pendidik harus menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang dapat dijadikan bekal anak
didik untuk menghadapi masa depannya. Profesionalisme kependidikan yang
berkualitas tinggi di lingkungan pendidikan Madrasah lebih diperlukan
daripada yang berada di sekolah umum, mengingat mengingat pendidik di
Madrasah mengandung konotasi moralitas dan nilai-nilai Islami di tengah-
tengah masyarakat luas, walaupun pendidik yang bersangkutan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum saja misalnya. Pendidik di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
madrasah tidak hanya menjadi pengajar di kelas saja, namun juga sebagai
norma-drager (pembawa norma) agama di tengah masyarakat. Menurut
Glickman (2001) pendidik dianggap profesional apabila memiliki daya
abstraksi dan komitmen tingkat tinggi. Dengan kata lain, seorang pendidik
yang profesional adalah yang mempunyai kemampuan dalam mengajarkan
tugas dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mngerjakan tugasnya sesuai
dengan kemampuannya. Menurut Semiawan (2001) bahwa pada umumnya,
keberhasilan dan kegagalan pendidikan dan pembelajaran akan lebih banyak
ditentukan oleh profesionalisme pendidik. Untuk itu, pendidik dituntut untuk
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pendidik yang profesional
akan senantiasa melakukan sesuatu yang benar dan baik (do the right thing and
do it right). Konsekuensinya adalah pendidik harus selalu mengembangkan
tingkah laku dan tindakan strategis secara cermat. Ada dua indikator bahwa
seorang pendidik itu profesional menurut Tilaar (2001) yaitu : (1) Dasar Ilmu
yang kuat. Seorang pendidik yang professional hendaknya mempunyai dasar
ilmu yang kuat sesuai dengan bidang tugasnya sekaligus mempunyai wawasan
keilmuan secara interdisipliner; (2) Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan
riset dan praktis pendidikan. Artinya hendaknya ada saling pengaruh
mempengaruhi antara teori dan praktik pendidikan yang merupakan jiwa dari
perkembangan ilmu dan profesi tenaga kependidikan. Dengan demikian jelas
bahwa peran guru sangat penting dalam sistem pembelajaran, karena profil
seorang guru akan mempengaruhi prestasi yang akan dicapai oleh peserta
didik. Guru yang ada di MIN Sukoharjo sebagian besar merupakan pendidik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang telah lulus dari program sarjana, baik sarjana pendidikan umum maupun
tarbiyah (pendidikan agama). Ada beberapa guru yang juga telah
menyelesaikan program pasca sarjana;
(5) Siswa Madrasah Ibtidaiyah, siswa atau peserta didik di Madrasah
Ibtidaiyah adalah anak-anak yang berasal dari satu macam aliran atau agama
yaitu islam, karena anak yang boleh masuk madrasah adalah anak dari keluarga
muslim. Lulusan Madrasah Ibtidaiyah diharapkan memiliki kemampuan dasar-
dasar diniyah yang lebih baik dari sekolah umum. Mengenai kelulusannya,
Madrasah harus mampu menghasilkan output yang dapat bersaing dengan
lembaga pendidikan umum sebab kualitas lulusan akan mempengaruhi kualitas
pendidikan tersebut. Kualitas lulusan itu akan tercermin dalam empat hal yaitu
: (1) Rajin sholat, dapat membaca al qur’an dengan benar dan baik, mampu
memahami al qur’an, dapat membedakan baik dan buruk; (2) Moral, disiplin,
dan tanggung jawab, baik hati, jujur dan disiplin; (3) Memiliki pengetahuan,
cerdas, terampil, cinta ilmu dan kemajuan, kritris, inovatif dan analitis; (4)
Dapat membaca dan menulis, aritmatika, komputer dan bahasa. Anak-anak di
madrasah merupakan representasi dari lembaga pendidikan tersebut. Baik dan
buruk tingkah laku mereka sangat berpengaruh terhadap kredibilitas atau
keberadaan lembaga madrasah di masyarakat. Oleh karena itu, anak didik
madrasah harus mencerminkan sikap dan tingkah laku yang islami. Menurut Al
Maududi (2001), lulusan dari lembaga pendidikan islam (madrasah) harus
mencerminkan sikap : (1) Penghayatan yang dalam akan iman dan taqwa; (2)
Mempunyai sikap tolong menolong dalam berbuat kebajikan; (3) Mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sikap baik sangka (4) Menghargai diri sendiri dan orang lain; (5) Menerima
tanggung jawab dari perbuatan yang dilakukan sendiri; (6) Mempunyai sikap
positif terhadap pendidik dan temannya; (7) Menjaga milik sendiri dan milik
orang lain; (8) Ketepatan waktu dalam menjalankan tugas pelajaran; (9)
Bersikap jujur, adil dan bijaksana kepada diri sendiri dan orang lain.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Mulyadi, (2009) mengemukakan bahwa Kepemimpinan kepala
madrasah memberi peran penting pada terbentuknya budaya madrasah yang
kuat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Langkah-langkah
Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu
Madrasah: (a) Kepala madrasah mengartikulasikan visi dan misi berdampak
terhadap peningkatan budaya mutu madrasah dan memberikan makna bagi
peningkatan keefektifan kepemimpinannya membawa madrasah menjadi
madrasah yang berbudaya mutu secara berkesinambungan. (b)Kepala madrasah
memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang diyakini, lalu diterjemahkan dalam
kehidupan organisasi madrasah, dan berdampak pada upaya peningkatan
budaya mutu madrasah. (c) Simbol madrasah merupakan gambaran nilai-nilai
organisasi yang dilestarikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi dan
Simbol madrasah mencerminkan keunikan dan nilai-nilai yang dihargai di
madrasah; (d)Kepemimpinan kepala madrasah dalam mengembangkan budaya
mutu bersifat demokratis. Dan Proses pengembangan budaya mutu madrasah
melalui empat fase, yaitu fase persiapan, fase penerimaan, fase implementasi
dan fase komitmen. (2) Dalam pengembangan budaya mutu madrasah terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
resistensi guru yang bersifat individual. Upaya kepala madrasah dalam
mengatasi reisistensi warga madrasah menggunakan dua pendekatan, yaitu
preventif dan kuratif. (3) Realitas Budaya Mutu Madrasah Terpadu MAN 3
Malang dan MAN Malang I adalah baik Sedangkan karakteristik budaya mutu
MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang adalah sedang. Saran dari penelitian
ini ditujukan kepada: (1) Kepala Madrasah Terpadu MAN 3 Malang, MAN
Malang I dan MA Hidayatul Mubtadi’in Kota Malang: Kepala madrasah
mengembangkan nilai-nilai kepemimpinan secara terorganisir sebagai
pembentukan budaya mutu madrasah perlu dilakukan secara professional; (2)
Departemen Agama, hendaknya meningkatkan mutu pendidikan melalui
pemberdayaan kepemimpinan kepala madrasah secara sosial dan budaya.
Menurut Sri Hastuti (2008) tentang kepemimpinan kepala madrasah
dalam mengoptimalkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Unggulan
PP Amanatul Ummah Surabaya yang hasilnya menunjukkan bahwa untuk
mengoptimalkan kompetensi guru, kepala madrasah melakukan serangkaian
proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, serta
pengawasan terhadap guru. Proses perencanaan terdiri atas analisis kebutuhan
guru, rekrutmentasi, seleksi, dan orientasi terhadap guru baru. Proses
pengorganisasian dilakukan dengan cara pembagian tugas dan tanggung jawab
serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Proses penggerakan berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi kepada
para guru dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pengawasan berupa pemeriksaan, pengecekan, serta usaha pencegahan
terhadap kesalahan yang mungkin terjadi sehingga bila terjadi penyimpangan
dapat ditempuh usaha perbaikan Kompetensi guru terdiri atas kompetensi
personal, profesional, dan sosial. Terkait dengan kompetensi personal, guru
MTs. Unggulan PP Amanatul Ummah dipersyaratkan memiliki kepribadian
yang sesuai dengan pencapaian tujuan madrasah, seperti dedikasi, loyalitas,
disiplin, mempunyai komitmen terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah.
Kompetensi profesional terlihat dari kemampuan guru dalam proses
pembelajaran secara efektif dan efisien. Adapun kompetensi sosial terlihat dari
adanya hubungan yang baik dan akrab antara guru dengan siswa, antar guru
dan staf lainnya, serta dengan masyarakat sekitar.
Annisa Rahmatun Sjarif (2008) menjelaskan kepemimpinan Kepala
Madrasah, Iklim Organisasi, Kinerja Guru. Kualitas pendidikan, tidak terlepas
dari peningkatan kualitas kinerja guru. Faktor guru memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan kepala madrasah. Selain itu
faktor iklim organisasi juga dapat meningkatkan kinerja guru agar lebih
optimal. Ini berarti kepemimpinan Kepala Madrasah akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap perkembangan madrasah karena kepemipinan
menjadi aspek yang menentukan dalam perjalanan suatu madrasah.
Akmat Tohari (2006) menjelaskan Kepemimpinan kepala madrasah
dari ketiga kepala madrasah yang pernah memimpin MTs N Prembun masing-
masing mempunyai kelebihan yaitu, (1) kepala madrasah piawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mengkomunikasikan misi, visi, serta tujuan madrasah, (2) kepala madrasah
piawai bekerjasama dengan semua komponen madrasah, (3) kepala madrasah
piawai menjadi mediator antara madrasah dengan lingkungan, (4) kepala
madrasah piawai memanfaatkan sumber informasi untuk memajukan
madrasah, (5) kepala madrasah proaktif dalam menghadapi perubahan dan
perkembangan pendidikan, (6) kepala madrasah piawai menciptakan iklim
kerja yang sehat.
Dari keempat penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
kepemimpinan Kepala Madrasah akan mempengaruhi hasil belajar yang
didapatkan oleh madrasah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan guna
memperoleh tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala madrasah di
MIN Sukoharjo.
C. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dengan bentuk
penelitian yang mengacu pada deskripsi naturalis yang ada di lapangan serta
output pendidikan yang berlangsung di dalam obyek penelitian. Dalam hal ini
adalah pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan usaha-usaha yang
dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
dari output sekolah itu.
Data yang diperoleh nantinya dipergunakan sebagai balikan atau
feedback bagi pengembangan pendidikan di tingkat dasar dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pelaksanaan KBM yang berlangsung di MIN Sukoharjo merupakan
sebuah sistem pembelajaran yang mempunyai komponen-komponen yang ada
di dalamnya. Tiap-tiap komponen saling berhubungan dan berinteraksi dalam
melaksanakan sistem pembelajaran tersebut.
Permasalahan yang pertama kali antara lain untuk mengetahui secara
detail proses Kegiatan Belajar Mengajar yang dilaksanakan oleh MIN
Sukoharjo. Dari hasil pengamatan tersebut kemudian diberikan solusi-solusi
atau masukan-masukan terhadap permasalahan yang dihadapi maupun ide-ide
dalam usaha mengembangkan pembelajaran yang dilakukan. Semuanya
dilakukan dengan harapan nantinya ada kemajuan dalam proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Dengan demikian Kegiatan Belajar Mengajar yang
dilaksanakan membuahkan hasil yang optimal.
Secara sistematik kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4 : Kerangka pemikiran penelitian
PELAKSANAAN KBM DI MIN
SUKOHARJO HASIL/OUT
PUT
KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI
KEPEMIMPINAN KEPALA
MADRASAH
USAHA-USAHA PENINGKATAN KUALITAS KBM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Deskripsi Setting
Lokasi dari penelitian ini adalah MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri)
Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, yang
pada tahun 2006 mendapat juara satu siswa teladan putra Kabupaten Sukoharjo
dan tahun 2011 mendapat peringkat juara umum Olimpiade MIPA Se-Solo
Raya dan Juara Harapan II Olimpiade Matematika Tingkat Propinsi Jawa
Tengah. Sejak Tahun 2007 banyak siswanya yang diterima di SMP 1 program
RSBI Sukoharjo.
MIN Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah berstatus negeri
sejak 1976. Pada setiap tahun mulai tahun 2005 memiliki murid paralel tiga
kelas ABC dengan jumlah tiap kelas 25 s/d 40 siswa, sehingga jumlah murid
secara keseluruhan antara 450 – 700 siswa. Dengan Jumlah guru 21 PNS dan
24 GTT (Guru Tidak Tetap), 1 kepala madrasah, 2 pegawai PNS dan 9 PTT
(Pegawai Tidak Tetap).
Lokasi MIN Sukoharjo terletak di Jl. Seram No 2 Kabupaten
Sukoharjo. Satu komplek dengan Masjid Jami’ Sukoharjo dan bersebelahan
dengan KODIM Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember
2011 – Februari 2012 .
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Metode Penelitian
Metode atau bentuk dari penelitian adalah penelitian kualitatif
naturalistik, yang mana pada penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan
tentang kepemiminan Kepala Madrasah dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan di MIN Sukoharjo tahun 2006 - 2011, Kabupaten Sukoharjo,
Jawa Tengah secara murni/apa adanya dalam usahanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan khususnya di MIN.
C. Lingkup Penelitian
Lingkup Penelitian kualitatif ini dilakukan dalam lingkup yang sempit,
dalam arti hanya mengambil satu setting penelitian yaitu MIN Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah ilustrasi tentang pelaksanaan
pembelajaran meliputi :
1. Peristiwa yaitu pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di MIN
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
2. Informan yaitu pemberi yang dianggap terkait dengan masalah yang
diangkat tersebut seperti :
a. Kepala Madrasah, karena yang memimpin madrasah tersebut yang
secara otomatis mengetahui segala sesuatu yang terkait dengan
madrasah melalui program-programnya.
b. Guru, karena beliaulah para pelaku dalam KBM.
c. Murid, karena merekalah sasaran KBM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
d. Orang tua siswa, karena mereka yang secara tidak langsung berperan
dalam usaha pengembangan madrasah.
e. Komite Madrasah, karena merekalah salah satu partner pengembangan
madrasah.
3. Dokumen yaitu meliputi kurikulum pelajaran, data jumlah guru, jumlah
murid, penerimaan siswa baru, hasil eavaluasi dan dokumen terkait lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber datanya, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengamatan/Observasi
Pengamatan/Observasi dilakukan untuk sumber data peristiwa yaitu
dengan melakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran melalui
KBM yang dilakukan di MIN Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah.
2. Wawancara
Dilakukan untuk sumber data data responden yaitu dengan
melakukan wawancara dengan orang-orang yang terlibat secara langsung
maupun tidak terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
di MIN Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Seperti Kepala
Madrasah, guru, murid, orang tua siswa, komite madrasah, Kepala Seksis
Mapendais Kemenag Kabupaten Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3. Analisis Dokumen
Dilakukan untuk sumber data dokumen yaitu dengan melakukan
analisa dari dokumen-dokumen yang dimiliki sekolah MIN Sukoharjo
seperti kurikulum pelajaran, data jumlah guru dan murid, struktur
organisasi sekolah, hasil evaluasi, penerimaan siswa baru, Kurikulum
KTSP MIN Sukoharjo dan Rencana Kerja Madrasah (RKM) MIN
Sukoharjo.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data/Validitas Data
Untuk validitas data yang dikumpulkan oleh peneliti, agar data yang
diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan bagi para pembaca
dengan mengambil teknik-teknik antara lain :
1. Perpanjangan keikutsertaan apabila data yang diperlukan dianggap belum
cukup/belum memadai.
2. Triangulasi
Dilakukan dengan mengecek data-data yang diperoleh/dikumpulkan
peneliti dengan sumber datanya. Dengan triangulasi antar informan dan
triangulasi antar metode (antara wawancara dan pengamatan)
3. Rekan Tanya Jawab (Peer Debriefing)
Melakukan wawancara atau konsultasi dengan orang lain dari pihak yang
tidak terkait dengan masalah pembelajaran di MIN Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah. Misalnya komite dan wali murid. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang lebih obyektif tentang
bagaimana pelaksanaan pembelajaran di MIN Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi yang dimiliki peneliti sebagai landasan teori untuk
menjelaskan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik
analisis data model interaktif dimana dengan melakukan :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dari lapangan baik hasil pengamatan, wawancara
maupun dokumen yang dilakukan secara fungsional sehingga diperoleh
data mentah penelitian yang dituangkan dalam catatan lapangan/field notes
dan dari masing-masing catatan lapangan memuat :
a. Identitas catatan lapangan : pengamatan, wawancara, atau analisis
dokumen.
b. Bagian deskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancara seperti
apa adanya/verbatim dari data yang diperoleh di lapangan.
c. Bagian refleksi : yang berisi analisis dan kesimpulan sementara dari
peneliti tentang data yang telah diperoleh.
2. Reduksi data
Pemotongan terhadap data-data yang dianggap tidak terkait dengan
permasalahan yang diangkat.
3. Penyajian
Penyajian data-data yang telah diperoleh selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan akhir data-data yang telah disajikan diatas untuk
dituangkan dalam hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Latar
1. Sejarah MIN Sukoharjo
MIN Sukoharjo adalah Madrasah yang didirikan oleh Kyai
Mawardi, seorang ulama kharismatik yang mendapat dukungan dari
Pemerintah Kasunanan Surakarta. Madrasah ini semula bernama Mambaul
Ulum, Madrasah Mambaul Ulum sendiri berpusat di daerah Pasar Klewer,
Kasunanan Surakarta. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Kepala
Madrasah yang menjelaskan bahwa :
MIN Sukoharjo itu berdiri pada tahun 1931 tepatnya pada bulan April dengan pendiri beliau Kyai Mawardi. Nah, pada saat itu namanya belum langsung menjadi MIN Sukoharjo tetapi Mambaul Ulum. Mambaul Ulum sendiri untuk pusatnya ada di Solo yaitu di Klewer. Proses pembelajaran pada saat itu karena belum mempunyai gedung, proses pembelajarannya dilaksanakan di Masjid. Karena keterbatasan atau tidak adanya gedung tadi, baru pada tahun 1937 karena kedekatan antara Kyai Mawardi dengan Kasunanan Surakarta, di dirikanlah gedung Mambaul Ulum yang berada di wilayah Kawedanan Sukoharjo. Waktu itu, namanya masih Kawedanan, karena Kabupaten Sukoharjo sendiri berdiri tahun 1946 (CL 1)
MIN Sukoharjo merupakan madrasah yang tertua di wilayah Kabupaten
Sukoharjo. Seiring perkembangan zaman, banyaknya orang tua yang ingin
menyekolahkan anaknya ke madrasah, sehingga madrasah ini kemudian
menjadi embrio atau induk dibentuknya madrasah-madrasah lain yang ada
di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini sebagaimana penjelasan Kepala
Madrasah yang menyatakan bahwa :
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pada tahun 1985 karena perkembanganya sangat banyak peminatnya Mambaul Ulum yang ada di MIN Sukoharjo yang pada waktu itu tahun 1958 sudah berganti nama menjadi MIN Sukoharjo. Dari mambaul Ulum menjadi MIN Sukoharjo itu pada tahun 1958. Ini adalah berdasarkan dari Surat keputusan Departemen Agama pada tanggal 1 Oktober 1958 SKnya Nomor 12 itu menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo. Namun, sebelum itu pernah berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Islam Negeri. Nah, setelah menjadi negeri MI Negeri Sukoharjo pada bulan Oktober 1958 itu perkembangannya tambah terus bertambah pada tahun 1985 membuka filial di Baki dan di Mulur yang sekarang dikenal dengan MI Baki dan MI Mulur dan perkembangannya pun masih tetap berjalan dengan bagus kemudian ada inisiatif dari komite orang tua wali dan pengurus di tim Sukoharjo untuk membeli tanah, mengusulkan tanah dan pada tahun 1982-1983 mendapat proyek untuk membeli tanah dan dibelikan tanah di Kelurahan Jetis. Kemudian pada tahun 1992-1993 MI Negeri Sukoharjo juga mendapat dana proyek dari pusat untuk didirikan bangunan atau membeli tanah lagi kemudian langsung didirikan gedung pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 1994 MI Negeri Sukoharjo yang di Jetis dijadikan mandiri dengan nama MI Negeri Jetis (CL 1)
MIN Sukoharjo merupakan madrasah yang tertua yang ada di
Kabupaten Sukoharjo yang menjadi pelopor berdirinya madrsah-madrasah
lain yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo sebagai upaya
menampung keinginan masyarakat yang ingin menyekolahkan putranya ke
madrasah.
2. Diskripsi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo
a. Letak Geografis
MIN Sukoharjo adalah salah satu sekolah tingkat dasar atau
madrasah ibtidaiyah yang berlokasi di Kelurahan Sukoharjo
KecamatanSukoharjo Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.
Madrasah ini termasuk sekolah yang favorit karena merupakan madrasah
yang tertua dengan berbagai prestasi yang telah diraihnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo, terletak di kelurahan
Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo yang berbatasan
dengan:
a. Sebelah Barat : Jalan Seram
b. Sebelah Utara : Perumahan Warga
c. Sebelah Timur : KODIM Sukoharjo
d. Sebelah Selatan : Jalan Mayor Sunaryo
Luas lahan yang dimiliki MIN Sukoharjo saat ini adalah seluas 1.120
m2. Lokasi lahan di tempat yang sangat strategis, mudah dijangkau, dan
berada di jantung kota disebelah barat pasar Sukoharjo. Lokasi yang
nyaman untuk belajar, karena lokasi di dekat Masjid Kota dan KODIM
sehingga suasana belajar lebih terkendali. (Dokumen Profil MIN
Sukoharjo).
Gedung sekolah MIN Sukoharjo dibangun secara permanen, telah
direnovasi beberapa kalai sehingga kokoh dan kuat memenuhi standar
bangunan. MIN Sukoharjo telah memiliki: ruang kepala sekolah, ruang
administrasi, ruang guru yang sekaligus didesain ruang rapat, ruang kelas
yang bersih, terang dan cukup luas, laboratotium komputer, laboratorium
bahasa, laboratorium MIPA, ruang perpustakaan, kantin , ruang UKS,
ruang koperasi, ruang bimbingan konseling, lingkungan sekolah yang
kondusif untuk belajar. Halaman depan sekolah untuk upacara dan olah
raga, dilengkapi dengan tempat parkir, kamar mandi dan WC yang bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
terawat dan cukup air. Halaman berpagar baik dibangun permanen,
berpagar besi yang rapi dan bersih. (Dokumen Profil MIN Sukoharjo)
b. Visi, Misi dan Tujuan MIN Sukoharjo
a. Visi
Terwujudnya generasi islam yang berprestasi, terampil dan berdaya
saing tinggi. Adapun indikator visi adalah :
1. Unggul dalam aktivitas keagamaan.
2. Unggul dalam olimpiade MIPA.
3. Unggul dalam nilai UN.
4. Unggul dalam Porseni.
5. Terampil mengoperasikan komputer.
6. Terampil dalam menjalankan keterampilan hidup (life skills).
7. Lulusan diterima di sekolah unggulan.
b. Misi
1. Mencetak karakter yang Islami yang mampu mengekspresikan diri
dalam masyarakat.
2. Mewujudkan generasi yang unggul dibidang IMTAQ dan IPTEK.
3. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olah raga
dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi peserta
didik.
4. Membangun sumber daya manusia yang terampil, kreatif, inovatif
dan berprestasi dalam berbagai bidang akademik dan non akademik.
5. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas dalam berbagai prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
6. Mencetak peserta didik yang mampu berdaya saing tinggi dengan
persaingan yang sehat.
c. Tujuan
1. Dapat mengamalkan ajaran agama sebagai proses pembelajaran dan
kegiatan pembiasaan.
2. Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam aktifitas keagamaan
dan UASBN.
3. Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui
layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler serta
pembiasaan diri yang baik.
4. Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata 7,5
5. Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olahraga
lewat kejuaraan dan kompetisi.
6. Meningkatkan ketrampilan sebagai bekal hidup dalam masyarakat.
7. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
d. Tujuan Strategis
1. Meningkatkan kualitas, efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan
pendidikan pada MI Sukoharjo.
2. Meningkatkan Kualitas setiap PPDB dengan memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, dengan
mengembangkan segenap aspek kecerdasan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3. Meningkatkan kualitas out come dengan semakin meningkatkan
serta melengkapi sarana dan prasarana.
e. Tujuan Teknis
1. Menyusun Rencana Kerja Madrasah, program kegiatan Tahunan,
RAPBM dan tatib serta pembagian tugas yang mendukung
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
2. Menyiapkan dan meningkatkan SDM dalam pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran
3. Melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran
4. Menciptakan lingkungan sekolah sebagai komunitas belajar.
(Dokumen Profil MIN Sukoharjo)
c. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa MIN Sukoharjo
a. Data Guru dan Karyawan
Untuk membimbing dan mendidik murid-murid yang jumlahnya 724
orang, maka MIN Sukoharjo menyediakan :
1. Kepala Madrasah : 1 orang
2. Guru Berstatus PNS : 21 orang
3. Karyawan PNS : 2 orang
4. Guru Wiyata Bakti : 26 orang
5. Tenaga perpustakaan : 1 orang
6. Karyawan Wiyata Bakti : 5 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Adapun strata pendidikan guru dan karyawan MIN Sukoharjo, paling
banyak adalah S1, sebagian S2 dan ada beberapa yang sedang menempuh
S1. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Madrasah :
Untuk kondisi guru alhamdulillah kita cukup, kemudian untuk lulusannya pun ada yang sudah S2, ada yang sudah S1 dan ada yang sebagian proses ke S1. Fluktuatif masih terdapat bermacam-macam dari sisi kelulusan, tetapi sebagian besar sarjana atau S1 (CL 1)
Tingkat pendidikan yang cukup memadai bagi sebuah madrasah
ibtidaiyah yang sedang berkembang menjadi madrasah unggulan yang
diinginkan oleh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel 1 : Ijazah (Pendidikan) Tenaga Pendidik MIN Sukoharjo
No
Tenaga Pendidik
Tahun Ajaran 2011/2012
< D3 D3 S1 S2 S3 ∑
1 Jumlah Total Guru 19 0 34 3 0 56
Sumber : Dokumen MIN Sukoharjo. 2012
b. Data Keadaan Siswa MIN Sukoharjo
Siswa MIN Sukoharjo menurut data seluruhnya berjumlah 724 orang
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang terbagi menjadi 18 kelas,
yaitu:
Tabel 2 : Keadaan Siswa MIN Sukoharjo
NO KELAS SISWA
LAKI-LAKI SISWA
PEREMPUAN JUMLAH
1 I 65 66 131 2 II 49 74 123 3 III 54 63 117 4 IV 67 52 119 5 V 70 43 113 6 VI 66 55 121
Sumber : Dokumen MIN Sukoharjo. 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Penerimaan siswa baru MIN Sukoharjo menerapkan sistem seleksi
hal ini dilakukan karena daya tampung yang ada di MIN sukoharjo
terbatas, sedangkan anak-anak yang didaftarkan di MIN Sukoharjo
melebihi daya tampung yang ada. Seleksi penerimaan siswa baru
dilakukan dua tahap yaitu tahap pertama seleksi administrasi dan
kelengkapan, dan tahap kedua yaitu seleksi akademik. Tujuan seleksi
penerimaan siswa baru di MIN Sukoharjo adalah untuk menentukan calon
siswa baru yang memiliki kesiapan belajar, memiliki kemandirian,
kemampuan berbahasa dan menjelaskan masalah. Dengan demikian ketika
mereka masuk kelas dan mengikuti proses pembelajaran, mereka sudah
siap menerimaanya.
MIN Sukoharjo menjadi madrasah yang banyak diminati oleh orang
tua. Hal ini sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh orang tua
mengenai alasannya memasukkannya ke MIN Sukoharjo. Sebagaimana
dituturkan oleh orang tua Ananda Fauzan Ikhsanul Rahman sebagai
berikut :
Kualitas pendidikan yang kami rasa cukup bagus, dan adanya pendidikan keagamaan yang merupakan dasar bagi anak untuk pemahaman aqidah akhlak yang baik guna bekal kehidupan mendatang (CL 6)
Sedangkan orang tua dari Ananda Angga mengungkapkan bahwa
alasannya memasukkan anaknya ke MIN Sukoharjo adalah adanya lokasi
yang startegis. Hal ini sebagaimana yang beliau ungkapkan kepada
peneliti:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Selain mutunya yang bagus, tempatnya juga strategis yaitu berada di dalam kota Sukoharjo, sehingga mudah dijangkau alat transportasi (CL 7)
MIN Sukoharjo merupakan madrasah yang mempunyai letak yang
strategis yaitu di pusat kota, dekat dengan fasilitas kendaraan umum dan
mudah dijangkau oleh masyarakat dan memiliki sarana ibadah yang
mencukupi.
B. Temuan Penelitian
1. Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kepala MIN Sukoharjo, Bapak Widodo, S.Ag dalam memimpin MIN
Sukoharjo cenderung menggunakan sistem demokrasi. Hal ini dibuktikan
dengan membuat berbagai program kerja melalui rapat bersama semua guru
dan karyawan. Dalam petikan wawancara dengan Kepala Madrasah, beliau
mengungkapkan bahwa :
Kita terus terang mengadakan pembinaan secara rutin dalam satu bulan sekali sehingga lama kelamaan akan bisa mengubah pola fikir teman-teman sehingga mampu berubah (CL 1)
Apabila ada permasalahan atau kegiatan yang hendak dilakukan, beliau
mengumpulkan para koordinator bidang yang sudah dibentuk oleh beliau
yang mana koordinator itu diantaranya : Koordinator Kurikulum, Koordinator
Sarana Prasarana, Koordinator Tata Usaha, Koordinator Koperasi,
Koordinator Kesiswaan, Koordinator Ekstrakurikuler, Koordinator UKS dan
Humas. Dalam Petikan wawancara dengan Kepala Madrasah tersirat tentang
tipikal ini, yaitu ungkapan beliau :
Kami menganut atau berpedoman pada sistem pendidikan SD/MI yaitu pada pasal 51 pada ayat 10 adapun pada intinya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
saya lakukan adalah Managemen Berbasis Sekolah, dimana stake holder sangat berperan atau sangat berpengaruh pada perkembangan madrasah. Guru, wali murid atau komite semua bahu membahu dalam memajukan madrasah (CL 1)
Orang tua siswa atau wali murid pun mengakui bahwa kepemimpinan
kepala madrasah sudah cukup mumpuni. Hal ini sebagaimana diungkapkan
wali murid Ananda Fauzan :
Cukup memuaskan bagi kami sebagai orang tua murid. Dengan kepemimpinan kepala Madrasah saat ini mampu membawa MIN Sukoharjo lebih baik dan maju (CL 6)
Sedangkan orang tua Ananda Angga mengungkapkan bahwa Kepala
Madrasah juga telah memberikan bukti kepemimpinannya melalui hasil UN
anak yang bagus. Hal ini sabagaimana ungkapan beliau kepada peneliti :
Selama ini sangat bagus Pak, terbukti dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) yang memuaskan dibandingkan SD yang lain (CL 7)
Dalam menyampaikan berbagai program kegiatan di madrasah, kepala
madrasah juga melibatkan orang tua siswa. Para orang tua diundang ke
madrsah untuk membicarkan hal-hal penting terkait putra-putrinya maupun
kegiatan pembelajaran. Hal ini sebagaimana diungkapkan Ayahanda Fauzan :
Komunikasi cukup bagus bagi kami sebagai orang tua dengan kepala madrasah, terbukti sebelum dilakukan Ujian Nasional dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional beberapa kali kami diundang dan diberikan motivasi. Komunikasi sudah berjalan baik. Saran saya agar lebih ditingkatkan, paling tidak dipertahankan (CL 6)
Pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan baik untuk guru maupun siswa, biasanya diputuskan dalam rapat
bulanan yang diselenggarakan setiap hari Sabtu minngu pertama. Dalam rapat
tersebut semua guru dan karyawan diperbolehkan untuk menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
masukan, usulan dan pendapat mengenai madrasah demi kemajuan bersama.
Kepala madrasah akan menampung aspirasi para guru dan karyawan
kemudian mengevaluasi yang terbaik bagi madrasah secara bersama-sama.
Dalam hal kegiatan siswa Kepala Madrasah senantiasa memberikan
dukungan yang besar terhadap kegiatan kesiswaan. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Erma kepada peneliti:
Kepala Madrasah sangat mendukung semua program. Adapun wujud dukungannya adalah jika ada kegiatan beliau sebagai penanggung jawab. Beliau sangat mendukung, kadang-kadang juga memantau pembinaan (CL 5)
Kegiatan-kegiatan kesiswaan yang menggandeng pihak luar, dalam
pembinaan siswanya pun juga tidak luput dari peran Kepala Madrasah. Hal
ini sebagaimana petikan wawancara dari Ibu Erma:
Ada beberapa yang melibatkan pihak luar. Contohnya ketika pembinaan puisi dan mapel matematika. Kepala sangat mendukung terbukti beliau memberikan arahannya. Kerjasama dengan pihak luar efektif karena dibuktikan dengan beberapa prestasi kejuaraan yang diraih oleh siswa yang dibina (CL 5)
Dalam bidang sarana prasarana, Kepala Madrasah cukup berperan
dengan baik dalam perencanaan sampai proses pengadaannya. Kepala
Madrasah sangat memperhatikan kebutuhan sarana prasarana penunjang
kegiatan pembelajaran guna meningkatkan kualitas lulusan MIN Sukoharjo.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Suwito, selaku Koordinator
bidang Sarana dan Prasarana:
Kepala Madrasah selaku manager, beliau bisa mengambil kebijaksanaan, sarana prasarana apa yang diperlukan dan harus ada sebagai penunjang KBM. Prosesnya dilakukan dengan mengusulkan anggaran sarana dan prasarana penujang KBM ke Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah atau melalui Komite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Madrasah. Usaha yang dilakukan tentunya dengan mengajukan usulan ke ke Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah atau melakukan pendekatan ke wali murid melalui Komite Madrasah. Beliau sudah melakukan rencana pengadaan sarana prasarana secara bertahap. (CL 4)
Sarana Prasarana yang pengadaannya melibatkan wali murid, dilakukan
melalui komite madarasah. Sehingga terjadi komunikasi dan kerjasama yang
bagus antara komite madrasah, orang tua dan Kepala Madrasah. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Suparman, salah seorang anggota
komite madrasah:
Komite madrasah memberikan berbagai dukungan terhadap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di MIN Sukoharjo. Diantaranya yaitu: (1) Mendukung program-program MIN Sukoharjo yang telah disampaikan dalam rapat pertemuan dengan komite terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia dari guru MIN Sukoharjo; (2) Mendukung pengadaan sarana dan prasarana di MIN Sukoharjo; (3) Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik antara kepala madrasah, guru dan komite madrasah; (4) Memfasilitasi dan mengkoordinasikan setiap Kegiatan Belajar Mengajar yang melibatkan komite dan wali murid (CL 2)
Komite madrasah banyak dilibatkan oleh Kepala Madrasah dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di MIN Sukoharjo.
Komite adrasah senantiasa aktif mendampingi dan memonitor kegiatan-
kegiatan yang telah disepakati antara komite dengan Kepala Madrasah.
Sebagaimana yang disampaikan Bapak Suparman, Anggota Komite:
Ya, Komite banyak dilibatkan dalam kegiatan madrasah terutama dalam membuat, merencanakan serta melaksanakan program MIN Sukoharjo sehingga sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) MIN Sukoharjo. Adapun kegiatan yang dilakukan komite diantaranya : (1) Mendorong peningkatan kualitas SDM guru dengan memprogramkan pelatihan, (2) Mendorong peningkatan pengadaan sarana prasarana penunjang Kegiatan Belajar Mengajar, (3) Mendorong peningkatan kerjasama antara kepala madrasah, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dengan komite madrasah, (4) Mendorong peningkatan semua aspek Kegiatan Belajar Mengajar (CL2)
Dalam bidang kurikulum, Kepala Madrasah juga mempunyai peran
yang besar. Penentuan penggunaan suatu kurikulum madrasah dilakukan
dengan melibatkan berbagai satke holder yang terlibat. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Bu Retno, koordinator kurikulum MIN Sukoharjo:
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Proses penyusunan KTSP dimulai dengan mengadakan workshop yang diikuti oleh Kepala Madrasah, guru, komite, perwakilan orang tua murid dan tokoh pendidikan. Setelah itu disusunlah KTSP (CL 3)
Kepala Madrasah dalam penyusunan KTSP yang digunakan di MIN
Sukoharjo, beliau memiliki andil sebagai seorang konseptor, sekaligus
problem solving terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Bu Retno kepada peneliti:
Kepala Madrasah berperan sebagai konseptor. Selain mengadakan pembinaan setiap bulan, Kamad juga mengumpulkan data kerja guru melalui supervisi dan monitoring. Kepala Madrasah memberikan fasilitas dalam pengembangan kurikulum dan proses KBM, mengadakan pembinaan dan pelatihan (CL 3)
Untuk meningkatkan kualitas pembelajarn yang ada di MIN Sukoharjo,
Kepala Madrasah juga senantiasa melibatkan berbagi stake holder yang
terkait. Semuanya diajak untuk bekerja sama saling membantu guna
tercapainya peningkatan kualitas KBM. Hal ini sebagaimana diungkapkan
beliau bahwa:
Dari sisi dana ketiganya otomatis kita balance yaitu dari masyarakat atau orang tua wali kita ambilkan untuk pengembangan madrasah, kegiatan kegiatan yang tidak bisa didanai oleh pemerintah, kemudian perencanaannya terletak pada komite, dari komite kita mengajukan draft pada komite apa yang akan kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
kembangkan kemudian dari komite itu memberikan tawaran atau mengadakan rapat dengan wali murid, jadi semua berjalan sejalan tidak ada yang menonjol, berjalan beriringan untuk kemajuan madrasah ini, jadi semua saya kira mempunyai peran yang sama pentingnya baik itu komite, bapak ibu guru, karyawan tata usaha, kemudian juga wali murid (CL 1)
Apabila ada kegiatan yang bersifat penting dan mendadak, kepala
madrasah akan menadakan rapat tambahan dengan diikuti oleh guru yang
berkaitan terhadap masalah yang akan diselesaikan. Kepala sangat merespon
dengan baik keluhan, pendapat dan masukan dari guru, karyawan dan orang
tua siswa hal ini dibuktikan dengan adanya kotak surat saran dan kritik yang
ada di MIN Sukoharjo.
Jika dalam kegiatan belajar mengajar terjadi permasalahan, maka
Kepala Madrsah mempunyai peran yang penting dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Beliau akan melakukan tindakan nyata untuk mengatasinya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bu Retno:
Setelah supervisi, Kepala Madrasah melakukan tindak lanjut dengan menyampaikan hasil supervisi pada guru yang bersangkutan. Jika ada masalah seperti perselisihan siswa atau semacamnya akan ditangani oleh guru BP (CL 3)
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada beberapa
pihak, ditinjau dari kebiasaan Kepala Madrasah yang senantiasa mengadakan
rapat-rapat sebelum mengambil tindakan dan kebijakan, menerima masukan
dari guru, karyawan maupun wali murid dan komite, pola kepemimpinan
Kepala Madrasah yang diterapkan di MIN Sukoharjo memiliki gaya
demokratis di dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Madrasah di MIN
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Usaha-Usaha yang Dilakukan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran
a. Pengembangan Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum tiap mata pelajaran dituangkan dalam bentuk Kompetensi
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang dikembangkan
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
1. Komponen Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas: (a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia; (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
(c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (d)
kelompok mata pelajaran estetika; (e) kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan.
2. Komponen muatan lokal
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan potensi,menambah
keragaman, menonjolkan karakteristik dan keunggulan daerah untuk
meningkatkan potensi siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo yang
berciri khas daerah Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. Komponen Pengembangan Diri
Pengembangan diri dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo.
Berdasarkan Permenag nomor 2 tahun 2008 dan pertimbangan
komite madrasah maka struktur kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Sukoharjo sebagai berikut :
Tabel 3 : Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukoharjo
K o m p o n e n Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 2 2 2 2
b. Aqidah Akhlaq 2 2 2 2
c. Fiqh 2 2 2 2
d. SKI - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5
4 Bahasa Arab 2 2 2 2
5. Matematika 5 5 6 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
6. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 3 3
8. Seni Budaya dan Keterampilan 1 1 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 3 3 3 3
B. Muatan Lokal *)
1. Bahasa Jawa 2 2 2 2
2. Baca Tulis Al Qur’an 1 1 2 2
3. Bahasa Inggris 2 2 2 2
4. Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) 2 2 2 2
Jumlah 36 36 43 43
Sumber : Dokumen MIN Sukoharjo. 2012
Kurikulum yang digunakan di MIN Sukoharjo juga dikembangkan
oleh Kepala Madrasah dengan mengadakan berbagai penambahan yang ada
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini sebagaimana beliau
sampaikan:
Kita menggunakan kurikulum yang standar digunakan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan itu yang emmbuat kurikulum adalah kita sendiri dan setiap tahun kita update, kita diskusikan dengan tim pengembang kurikulum yang ada di madrasah kemudian kalo misalnya ada tambahan-tambahan materi-materi atau apapun yang bisa kita tambahkan, ya itulah yang nanti akan kita tambahkan untuk menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang akan kita gunakan untuk tahun pelajaran berikutnya, biasanya pada bulan-bulan Mei kita sudah mengadakan pengembangan kurikulum untuk digunakan pada tahun pelajaran berikutnya (CL 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pengembangan kurikulum yang dilakukan disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Dalam mengembangkan kurikulum ini dibentuk tim
pengembang yang berada dibawah koordinasi Bidang kurikulum. Dengan
selalu mengembangkan kurikulum diharapkan pembelajaran di MIN
Sukoharjo selalu update.
b. Pengembangan KBM di MIN Sukoharjo
Pembelajaran yang dilakukan setiap jam pelajarannya alokasinya 35
menit. Adapun pendekatan pembelajaran yang dilakukan untuk kelas 1
sampai dengan 3 menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan untuk kelas 6
menggunakan pendekatan mata pelajaran. Untuk Kelas 1 dan 2 menggunakan
team teaching. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Madrasah:
Karena siswanya banyak, maka sistem pembelajarannya otomatis kita buat paralel, kita buat paralel dengan asumsi satu kelas 40-an siswa. Kemudian sistem pembelajarannya yang kelas 1 dan 2 itu menggunakan team teaching, satu kelas diampu oleh 2 guru, kemudian ada juga guru bidang studi, guru bidang studi itu biasanya untuk guru-guru yang mata pelajaran bahasa arab, penjas, TIK dan bahasa inggris. Jadi mata pelajaran yang bisa diampu oleh guru kelas oleh guru kelas kemudian selebihnya dilaksanakan oleh guru mapel atau guru bidang studi (CL 1)
Kegiatan belajar mengajar di MIN Sukoharjo senantiasa dipantau
oleh Kepala Madrasah. Kepala Madrasah mengadakan monitoring secara
berkala kepada guru, sehingga pembelajaran yang dilakukan senantiasa
mengarah pada tujuan yang diinginkan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bu Retno:
Selain mengadakan pembinaan setiap bulan, Kepala Madrasah juga mengumpulkan data kerja guru melalui supervisi dan monitoring (CL 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Pembinaan yang rutin dan monitoring yang dilakukan Kepala
Madrasah secara berkala akan memberikan efek yang positif terhadap kinerja
guru dan hasil prestasi siswa. Guru akan semakin banyak belajar dan kreatif
dalam menyampaikan ilmu. Siswa pun akan menjadi semakin semangat
dalam menuntut ilmu di bangku madrasah.
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah guru juga
dilakukan oleh Kepala Madrasah. Apabila gurunya berkembang
kemampuannya, baik dari ilmu maupun metode mengajarnya tentu akan
menghasilkan ouput yang lebih baik juga. Diantara yang dilakukan adalah
dengan mengadakan pelatihan bagi guru dengan menjalin kerjasama dengan
pihak luar yang kompeten dibidang pendidikan . Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan Bu Retno, selaku koordinator bagian kurikulum:
Ada. Kami menjalin kerjasama diantaranya dengan LPPM UNS dalam melatih guru-guru dalam berbagai administrasi pendidikan dan model-model pembelajaran dengan didampingi para dosen dari UNS (CL 3)
Pelatihan dan workshop yang diperuntukkan bagi guru-guru MIN
Sukoharjo dalam mengembangkan kemampuan mengajar dan administrasi
pendidikan yang lebih baik akan diselenggarakan oleh madrasah secara
berkala, sehingga memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan
kualitas pembelajarn. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala
Madrasah bahwa:
Untuknya gurunya setiap semester kita adakan semacam workshop kita menggunakan dana profesi yang diberi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pemerintah, untuk narasumber kita mengambil dari Diknas dan bapak kita sendiri yang ada di Kemenag dan PPAI (CL 1)
Pelatihan yang diikuti oleh guru dan karyawan MIN Sukoharjo
dengan didampingi Kepala Madrasah akan menambah ilmu bagi guru dalam
mendidik siswa MIN Sukoharjo. Dengan workshop dan pelatihan yang
berkala, maka perkembangan ilmu pendidikan senantiasa dapat diikuti oleh
MIN Sukoharjo.
d. Pengembangan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Guna mencapai hasil belajar dan prestasi yang diharapkan, MIN
Sukoharjo mengatur kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan ini
juga meliputi kegiatan pembiasaan diri yang menyangkut dalam tiga hal
yaitu:
1. Shalat Dhuhur Berjama’ah, bertujuan untuk mengenalkan
pelaksanaan ibadah shalat dan menanamkan kecintaan untuk menjaga
shalat fardhu. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan Shalat Dhuhur
secara berjama’ah. Kegiatan sholat Dhuhur ini ditujukan untuk semua
siswa. Pelaksanaan kegiatan ini juga diikuti oleh bapak ibu guru agar
anak meneladani mereka.
2. Tahfidzul Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap
al Qur’an dan membiasakan siswa untuk agar senantiasa membaca Al
Qur’an dan mengahafal surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Ruang
lingkupnya adalah pembiasaan membaca Al Qur’an setiap hari.
Sehingga tertanam dalam diri siswa kebiasaan membaca Al Qur’an
sebagai sarana ibadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran dimulai.
Dalam pelaksanaannya kegiatan pengembangan diri peserta didik diberi
kesempatan untuk memilih ekstra kurikuler yang ada di MIN Sukoharjo
sesuai dengan minat dan bakat masing-masing
(Dokumen KTSP MIN Sukoharjo. 2012)
Tabel 4 : Jadwal dan alokasi waktu Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
NO KEGIATAN HARI WAKTU KETER
1. Layanan Bimbingan Konseling Senin - Sabtu 07.30 – 13.30 ekuivalen
dengan 2 jam
pelajaran (2 x
35 menit)
2. Kepramukaan Sabtu 15.00 – 17 00
3. Komputer Senin 15.00 – 17.00
4. Seni Baca Al Qur’an(tilawah) Selasa 15.00 – 17.00
5. Kerajinan kayu Rabu 15.00 – 17.00
6. Tahfidzul Al Qur’an Senin - Sabtu 07.00 – 07.35
7. Doa – doa harian Senin - Sabtu 07.00 / 13.30
8. Solat Dhuhur berjama’ah Senin- Kamis 12.00
Sumber : Dokumen MIN Sukoharjo. 2012
Kegiatan Kokurikuler yang terencana dengan baik akan mengahsilkan
prestasi siswa yang maksimal. Hal ini diungkapkan Kepala Madrasah:
Pelaksanaan kokurikuler berjalan dengan baik karena ada perencanaan yang matang, ada penjadwalan, kemudian bisa berjalan dengan baik. Karena pelaksanaan itulah kita bisa mencapai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang sangat baik. Tanpa pelaksanaan kegiatan itu ya kita akan kurang mencapai prestasi (CL 1)
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mengikuti ketersediaan waktu
yang dimiliki oleh pelatihnya masing-masing. Dengan demikian tidak
dikhususkan pada hari tertentu saja. Sebagimana disampaikan oleh Kepala
Madrasah:
Untuk waktunya kita koordinasi dengan pelatih, tidak kita fokuskan dalam satu hari, tetapi pelatihnya bisanya hari apa kita yang mengikuti dan kita koordinasikan dengan masing-masing pelatih dan koordinator ekstra kurikuler (CL 1)
Kegiatan Kokurikuler yang direncanakan dengan matang dan dikelola
dengan baik, akan menjadikan MIN Sukoharjo mampu bersaing dengan
sekolah dasar lainnya dalam berbagi event kejuaran baik di tingkat
Kabupaten, Karesidenan, Propinsi maupun Nasional.
e. Pengembangan Hubungan dengan Stake holder Pendidikan
1. Instansi Kemenag dan Diknas
MIN Sukoharjo merupakan madarasah yang bernaung dibawah
Kementrian Agama Republik Indonesia. Segala hal pelaporan kegiatan baik
siswa dan murid dilaporkan kepada Kemenag melalui Kemenag Kabupaten
Sukoharjo. MIN Sukoharjo adalah satker mandiri dengan kode satker
599047. Artinya MIN Sukoharjo memiliki DIPA sendiri sehingga sistem
penggajian pegawai dan dana dari pemerintah untuk pos pengelolaan
pendidikan didapat secara langsung, tidak melalui Kemenag Kabupaten.
Peraturan pendidikan yang berlaku di di MIN Sukoharjo adalah
menggunakan dua peraturan yaitu peraturan yang diterbitkan bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Kependidikan Islam Kemenag RI dan peraturan yang dikeluarkan oleh
dinas Pendidikan.
MIN Sukoharjo selalu menjalin informasi dan komunikasi dengan
baik kepada Kemenag Kabupaten Sukoharjo dan Diknas Kabupaten
Sukoharjo, dengan menyampaikan laporan kegiatan yang diminta secara
rutin, sehingga kegiatan KBM di MIN Sukoharjo terpantau oleh
pemerintah. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Madrasah:
Hubungannya cukup bagus, apalagi dengan Kementerian Agama, dengan Dinas Pendidikan pun kita juga cukiup bagus. Jika ada sesuatu yang ada hubungannya dengan tugas kita diberi tahu misalnya laporan dengan Dinas Pendidikan juga begitu sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan madrasah kita diberi tahu, hubungannya dengan lomba, jum’at sehat, kemudian dengan pramuka dan lain sebagainya kita tetap dilibatkan sehingga hubungan dengan Dinas Pendidikan kita alhamdulillah cukup baik dan sangat memuaskan (CL 1)
Hubungan yang baik dengan Kemenag dan Diknas memberikan
keuntungan kepada MIN Sukoharjo baik dalam kecepatan informasi dan
dukungan. Dengan terjalinnya hubungan yang harmonis, mampu
menjadikan MIN Sukoharjo menjadi madrasah yang dikenal baik di SD
maupun MI.
2. Wali Murid dan Masyarakat
Hubungan dengan wali murid dan masyarakat selalu terjalin dengan
naik. Hal ini dibuktikan dengan mengirimkan guru dan siswa untuk
melayat tetangga madrasah yang meninggal dunia, ikut menengok orang
sakit dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Adapun dengan orang tua/wali
siswa madrasah menyedian kotak saran, sms dan melakukan pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
rutin tiga bulan sekali melalui wali kelas masing-masing untuk
menyampaikan keluhan, kritik dan saran dalam peningkatan kualitas
madrasah.
Kegiatan pertemuan dengan wali siswa dilaksanakan bersamaan
dengan pembagian nilai Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir
Semester. Selain itu, apabila ada permasalahan yang dianggap penting MIN
Sukoharjo alan mengundang wali murid seperti penjelasan tentang UN dan
persiapannya.Sebagaimana ungkapan Kepala Madrasah:
Jadi ketika itu menyentuh siswa kelas 6 otomatis kita sering mengundang wali murid untuk diadakan rapat bersama yang ada hubungannya dengan kendala-kendala tersebut sehingga akan menjadi titik temu. Kemudian untuk kelas 1 sampai dengan kelas 5 kalau permasalahannya cuma sedikit kita memberikan surat panggilan kepada orang tua wali tetapi jika dianggap perlu untuk disosialisasikan kepada semua wali maka madrasah mengadakan rapat bersama dengan wali murid dan komite (CL 1)
Ketika ada perlombaan yang siswanya mencapai tingkat propinsi
atau nasional. Wali murid pun dilibatkan untuk diajak berpartisipasi. Hal
ini sebagaimana diungkapkan Kepala Madrasah:
Kalau koordinasi dengan orang tua agar pembinaan itu bisa berjalan dengan baik, bisa berjalan sesuai dengan yang kita harapkan, orang tua yang putranya bisa lolos dalam kejuaraan itu yang maju ke babak berikutnya, kita hadirkan di sini, di ruang ini kemudian bersama dengan pembina, kemudian kita bicarakan bersama-sama agar orang tua itu menjadi ikhlash dan diberi restu ketika anaknya dibina untuk maju ke babak berikutnya. Jadi yang jelas pembina, orang tua, anak dan madrasah diharapkan sinergi sehingga bisa mencapai tujuan yang sangat memuaskan (CL 1)
Koordinasi yang rutin dengan wali murid memberikan keuntungan
baik madrasah maupun orang tua siswa. Wali murid menjadi semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
mengetahui kegiatan KBM dan bisa melakukan tindakan nyata dalam
rangka mendukung madrasah untuk meningkatkan prestasi anak didik.
3. Kendala-Kendala yang Dialami dan Usaha Penanganannya
Kendala utama yang dihadapi oleh MIN Sukoharjo adalah sulitnya
mengubah mindset atau pola fikir dari guru-guru agar bisa menyesuaikan
dengan perkembangan zaman. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala
Madrasah:
Ada beberapa kendala, yang pertama untuk perencanaan terutama untuk keuangan, dimana keuangan yang berasal dari pemerintah kadang tidak bisa kita gunakan sesuai dengan kebutuhan kita, kemudian yang kedua yang sangat penting adalah bagaimana sulitnya atau perubahan mindset/pola fikir dari masing-masing individu guru itu tidak sama, ada guru yang mindsetnya itu dirubah sulit ada juga guru yang mindsetnya bisa berubah menyesuaikan keadaan zaman. Misalnya ketika kurikulum itu sudah ganti maka proses pembelajarannya pun sebagian guru masih ada yang menganut proses pembelajaran yang lama. Itu akan menjadi kendala ketika teman-teman guru itu diajak untuk berkembang tetapi di dalam pelaksanaannya mindsetnya masih mindset yang lama. Dan hasilnya pun saya kira tidak akan sesuai dengan yang kita harapkan. Jadi yang paling utama adalah perubahan mindset, ketika mindsetnya bisa dirubah bisa diajak untuk mengikuti perkembangan zaman, Insya Allah nanti kendala itu akan bisa kita atasi (CL 1)
Untuk mengatasi hal tersebut Kepala Madrasah juga sudah melakukan
langkah-langkah preventif yaitu dengan mengadakan perencanaan keuangan
yang lebih awal dan pembinaan yang rutin, sebagaimana ungkapan beliau:
Untuk mengatasi itu kita harus menyesuaikan. Perencanaannya lebih awal kemudian kita harus menyesuaikan anggaran-anggaran yang disediakan oleh pemerintah, dan kita yang paling penting adalah membentuk skala prioritas yang diutamakan sehingga dalam melaksanakan pembelajaran yang ada di madrasah. Kemudian untuk perubahan mindset itu bagaimana kita terus terang mengadakan pembinaan secara rutin dalam satu bulan sekali sehingga lama kelamaan akan bisa mengubah pola fikir teman-teman sehingga mampu berubah (CL 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Untuk mengatasi tantangan ke depan dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran agar tidak kalah dengan adanya wacana SD RSBI yang
dikembangkan Diknas Kabupaten Sukoharjo, Kepala Madrasah juga sudah
mempunyai rencana dan solusinya, sebagaimana diungkapkan kepada peneliti:
Terutama agar kita tidak kalah, kita yang penting adalah kurikulumnya dahulu, kalau kurikulumnya sudah bagus, Insya Allah aplikasi dalam pelaksanaannya juga kita tidak akan kalah. Jadi yang pertama yang akan kita breakdown adalah kurikulumnya. Bagaimana kita membreakdown kurikulum yang kita sesuaikan dengan tuntutan zaman agar nanti tidak kalah dengan teman-teman yang ada di SD rintisan-rintisan berstandar internasional itu. Breakdown sebaik mungkin, kemudian apa-apa yang perlu kita masukkan, kita masukkan dalam kurikulum itu sehingga kalau kita sudah punya kurikulum yang terbaik. Insya Allah pelaksanaannya akan begitu juga (CL 1)
Berdasarkan pengamatan peneliti terdapat kendala lain yang dialami
Kepala Madrasah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kendala ini
diungkapkan juga dalam RKM MIN Sukoharjo, diantaranya adalah :
1. Jumlah Anak Usia Sekolah terbatas sehingga menjadikan tantangan utama
yaitu meningkatkan jumlah siswa hingga menjadi paralel tiap kelas maka
alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : (a) Sosialisasi PPDB ke
RA / BA; (b) Pembuatan, pengedaran brosur / pamphlet, spanduk sebelum
PPDB; (c) MIN Sukoharjo FAIR; (d) Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB); (e) Orientasi Peserta Didik (OPD)
2. Kurangnya latihan dan pembinaan dan penggunaan media pembelajaran
kurang maksimal sehingga menjadikan tantangan utama yaitu
mengupayakan juara lomba mata pelajaran, olimpiade IPA dan Matematika
Tk. Kabupaten maka alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : (a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Melaksanakan pembelajaran secara PAIKEM dan kontekstual; (b)
Menggunakan media pembelajaran secara maksimal; (c) Mengadakan
latihan dan pembinaan Ekstrakuriler; (d) Mengikuti berbagai lomba; (e)
Field trip Siswa; (f) Kegiatan Out Bond; (g) Study Banding; (h)
Mengadakan koordinasi dengan orang tua
3. Kurangnya frekuensi latihan secara rutin, pembinaan guru kurang optimal,
kurangnya pembinaan dokter kecil dan kurangnya peralatan kesehatan,
maka alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : (a) Memperbanyak
frekuensi latihan persiapan UN dan UAMBN; (b)Pembinaan Masuk RSBI;
(c) Pelayanan Bimbingan Konseling; (d) Memberdayakan piket kelas; (e)
Mengembangkan potensi penuh siswa sebagai anggota masyarakat (f)
Meningkatkan kegiatan keagamaan (kerohanian Islam)
4. Kurang perhatian terhadap anak dan kurangnya kesadaran anak dan orang
tua tentang pentingnya pendidikan sehingga menjadikan tantangan utama
yaitu meningkatkan nilai rata-rata ujian sebesar 0,5 per tahun maka
alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : (a) Menambah jam
perlajaran UN dan UAMBN dalam kurikulum; (b) Mengadakan pelajaran
tambahan les mulai kelas VI; (c) Memperbanyak latihan mengerjakan soal
untuk kelas VI; (d) Mengerjakan latihan soal setiap pagi ( sarapan pagi ); (e)
Melaksanakan tutor sebaya
5. Kurangnya pengetahuan guru tentang model pembalajaran PAIKEM dan
adminitrasi kelas belum tertib sehingga menjadikan tantangan utama yaitu
meningkatkan pembelajran PAIKEM menjadi 100 %, menggunakan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pembelajaran PAIKEM, pengadaan administrasi kelas, meningkatkan bahan
ajar yang interaktif dan kontekstual dan meningkatkan penggunaan alat
peraga dalam PBM maka alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :
(a) Menyediakan buku panduan, buku pengayaan, buku referensi dan
sumber belajar lain selain buku pelajaran di perpustakaan sekolah; (b)
Penggunaan model pembelajaran PAIKEM secara terus-menerus; (c)
Mengoptimalkan penggunaan alat peraga, (d) Sebelum PBM harus
mengajukan RPP; (e) Menyusun KTSP, RPP dan silabus; (f) Menyusun
bahan ajar
6. Siswa kurang memahami materi ajar dalam PBM dan siswa kurang siap
menghadapi ulangan harian, mid semester dan UAS/ UKK maka alternatif
pemecahan masalah atau tersebut antara lain : (a) Diadakan perbaikan dan
pengayaan materi dalam KD; (b) Diadakan ulangan bersama secara rutin
tiap KD dan UTS, UAS dan UKK; (c) Pencapaian target akademis yang
ditetapkan SKL; (d) Menetapkan nilai KKM 75 untuk semua mata pelajaran
7. Kurangnya semangat untuk melanjutkan ke S1 sehingga menjadikan
tantangan utama yaitu memberi motivasi kepada semua guru yang berijazah
D2 untuk menempuh S1 yang relevan maka alternatif pemecahan masalah
atau tantangan tersebut antara lain : (a) Menentukan Standar Tenaga
Pendidik minimal S1; (b) Memberikan motivasi kepada guru untuk kuliah
S1
8. Kurang memahami administrasi PBM dan PAK sehingga menjadikan
tantangan utama yaitu meningkatkan manajemen dan mencari terobosan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terobosan, sarana dan prasarana untuk peningkatan mutu, serta
meningkatkan etos kerja maka alternatif pemecahan masalah tersebut antara
lain : (a) Meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan; (b) Mengikutkan
guru dalam KKG; (c) Diadakan pembinaan profesionalisme guru dari nara
sumber lain ( pengawas , dan lain-lain ); (d) Diadakan pelatihan PAK; (e)
Mengirimkan guru dalam seminar / pelatihan dan workshop guna
peningkatan profesionalisme guru; (f) Memenuhi fasilitas pembelajaran dan
penilaian (Buku Sumber Belajar) Guru; (g) Merancang dan membuat alat
peraga yang dibutuhkan; (h) Mengadakan evaluasi kerja setiap awal bulan,
akhir semester dan akhir tahun; (i) Mengangkat Tenaga Tata Usaha dan
Tenaga Kebersihan; (j) Mengangkat Petugas SAKPA dan SABMN; (k)
Mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen.
9. Belum adanya proyektor tiap kelas sehingga menjadikan tantangan utama
yaitu mengusahakan agar semua kelas terpasang proyektor maka alternatif
pemecahan masalah tersebut yaitu mengajukan bantuan proyektor ke
pemerintah.
10. Kurangnya anggaran pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana dan
prasarana sehingga menjadikan tantangan utama yaitu mengusahakan
pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana dan prasarana maka alternatif
pemecahan masalah tersebut yaitu mengadakan pemeliharaan dan
perbaikan terhadap sarana dan prasarana
11. Belum tercukupinya anggaran biaya madrasah sehingga menjadikan
tantangan utama yaitu mengupayakan dana dari DIPA dan BOS maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
alternatif pemecahan masalah atau tantangan tersebut antara lain :
(a)Membuat RAPBM; (b) Memanfaatkan dana BOS dan DIPA secara
efektif, efisien dan terprogram
12. Belum dapat menyisihkan anggaran cadangan sehingga menjadikan
tantangan utama yaitu meningkatkan alokasi anggaran belanja madrasah
dengan skala prioritas maka alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu
menggunakan dana sesuai dengan skala prioritas dan melaporkannya
secara berkala kepada pemerintah dan komite.
13. Kurang terjaga kebersihan dan penghijauan masih kurang sehingga
menjadikan tantangan utama yaitu meningkatkan pelaksanaan program
kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban madrasah maka alternatif
pemecahan masalah tersebut antara lain : (a) Melaksanakan pembiasaan
budaya bersih; (b) Mengoptimalkan piket siswa di setiap kelas; (c)
Mengaktifkan piket guru; (d) Mengadakan Jumat Bersih; (e)
Melaksanakan penghijauan lingkungan; (f) Membuat aturan dan sanksi
bagi yang membuang sampah sembarangan, (g) Menciptakan lingkungan
sehat dan asri, pemenuhan sistem drainase, peningkatan kerjasama dengan
lembaga lain yang relevan dengan 6K
14. Kurangnya keterlibatan antara komite dan madrasah sehingga menjadikan
tantangan utama yaitu mengikutsertakan komite dalam pembuatan RKM
maka alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : (a)
Memberdayakan Komite Madrasah; (b) Mengikutsertakan komite dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pembuatan RKM dan RKT serta kegiatan lainnya; (c) Melaksanakan
Evaluasi Diri Madrasah bersama Komite tiap akhir tahun
(Dokumen RKM MIN Sukoharjo 2012)
4. Prestasi Siswa Siswi MIN Sukoharjo
Untuk mencapai prestasi yang baik tentunya, perlu adanya perencanaan
yang baik. MIN Sukoharjo telah melakukan perencanaan untuk kegiatan
lomba. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bu Erma, selaku koordinator
kesiswaan:
Program kesiswaan tahun pelajaran 2011/2012 adalah Sosialisasi ke RA/BA, Mengadakan lomba kebersihan dan keindahan antar kelas, Mengadakan MIN Fair (menagadakan berbagai lomba), Field Trip bagi siswa kelas 5, Out Bond bagi kelas 6, PPDB (pembuatan brosur, penyebaran dan pelaksanaannya), Mixing kelas dari kelas 3 sampai dengan kelas 6, MOS 3 hari pertama masuk tahun pelajaran 2011/2012, Mengadakan Pawai Ramadhan, Mengadakan jalan sehat bagi semua siswa kelas 1-6 dan seluruh guru dan karyawan setiap jum’at ke-4 pada setiap bulan, Mengadakan senam sehat setiap jum’at ke 1, 2 dan 3, Mengadakan kerja bakti masal setiap jum’at ke-1, Mengadakan seleksi siswa berbakat dari tiap kelas, Mengadakan jadwal guru berjabat tangan terhadap siswa, Mengadakan pembinaan lomba Olimpiade MIPA, Mengadakan pembinaan berbagai macam lomba, Mengadakan pelatihan jurnalistik bagi siswa, Membuat jadwal mading bagi tiap kelas, Ektra kurikuler pramuka, tapak suci, menggambar dan drum band, Lomba mading antar kelas (CL 5)
MIN Sukoharjo telah meraih berbagai prestasi baik akademik maupun
bidang lainnya, baik di tingkat Kabupaten hingga tingkat Nasional. Berikut
data prestasi yang diaraih.
a. Prestasi tahun 2011
1. Juara II Olimpiade MIPA antar MI se-Karesidenan Surakarta
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
2. Juara I Drawing Contes di Primagama English Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Lutviana Nur Rizkia (3c)
3. Juara Harapan I Drawing Contes di Primagama English Sukoharjo
Zuhriva Sabila Firdaus (3c)
4. Juara Harapan II Drawing Contes di Primagama English Sukoharjo
Zahra Faizah Sutanto (3b)
5. Juara III Lomba Drawing Contes non Obyek di Primagama English
Sukoharjo
Ina Nur Azizah F A (3a)
6. Juara III Lomba Mengarang di UPT P2B Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Atina Husna Athiyah (5a)
7. Juara II Cabang Karate POPDA SD/MI Tingkat Kab. Sukoharjo
Abu Bakar Al Ghifari (3b)
8. Juara I POPDA Cab. Sepak Bola Tingkat Kabupaten Sukoharjo
Ghofar Abdillah (5a) dan Perdana Rian Mutaqim (4c)
9. Juara II POPDA Cab. Karate Tingkat Kec. Sukoharjo
Abu Bakar Al Ghifari (3b)
10. Juara III POPDA Cab. Karate Tingkat Kabupaten Sukoharjo
Abu Bakar Al Ghifari (3b)
11. Juara III Bulutangkis Piala “Trikus Hariyanto” Yogyakarta
Muh. Hasan Saifullah (6a)
12. Juara II Olimpiade MIPA Jalur Khusus se-Kec. Sukoharjo
Zenia Aziz Khairunnisa (5b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
13. Juara IIIOlimpiade Matematika Tingkat eks-Karesidenan Surakarta Piala
Rektorat Univet Bantara Sukoharjo
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
14. Juara I Umum Olimpiade Matematika se-Solo Raya
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
15. Juara Harapan II Olimpiade Matematika se- Solo Raya
Muh. Nabiel Nurfalah (3a)
16. Medali Perunggu (brounch) di Lomba Singapore and Asean School
Matematics Olympiad (SASMO)
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
17. Peringkat 90 Nasional kompetisi Matematika PASIAD (Pacific Countries
Social And Economic Solidarity Association)
Angga Prasetyo Bayu Aji(5a)
18. Peringkat 3 OSN (Olimpiade Sains Nasional) bid. IPA Tingkat Kec.
Sukoharjo
Afif Tri Rahardi (5c)
19. Peringkat 2 OSN (Olimpiade Sains Nasional) bid. Matematika Tingkat
Kec. Sukoharjo
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
20. Finalis Olimpiade “KUARK” Tingkat Nasional
Muh. Raihan Widagdo (2a)
21. Juara Umum Piala Bupati Sukoharjo di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
22. Juara I lomba MTQ di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Nely Faizah (5a)
23. Juara II lomba Pidato Bahasa Inggris di " Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Fauzan Ichsanul Rohman (5a)
24. Juara III Lomba Pidato Bahasa Inggris di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Syaifunnisa Puspa Kencana (5a)
25. Juara Harapan II lomba Pidato Bahasa Indonesia di "Imam Syuhodo Fair"
Sukoharjo
Rizki Febri Astuti (5a)
26. Juara I Lomba Matematika di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
27. Juara I lomba Tapak Suci di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Annastasya Rizqi Arifia (5b)
28. Juara I Lomba Tapak Suci di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Rizal Syah Afandi (5c)
29. Juara III Lomba Quick Quis di "Imam Syuhodo Fair" Sukoharjo
Atina Husna Athiyah (5a)
Irfan Zaki Kurniawan (6a)
Syafira Sekar Kencana(6b)
30. Juara 2 Karate Katak Perorangan Piala Kapolres Nganjuk Se-Jawa Bali tgl
1-3 Juli 2011
Abu Bakar al Ghifari (4a)
31. Peringkat 1 OSN (Olimpiade Sains Nasional) bid. Matematika Tingkat
Kab. Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Angga Prasetyo Bayu Aji (5a)
32. Juara harapan 2 OSN Tahap 3(Olimpiade Sains Nasional) bid. Matematika
Tingkat
Propinsi Jawa TengahJuara 2
Angga Prasetyo Bayu Aji (6 c)
33. Juara 2 lomba Mewarnai Tokoh Wayang Tingkat Kab. Sukoharjo
Syaifunnisa Puspa Kencana (6b)
34. Juara 3 lomba Mewarnai Tokoh Wayang Tingkat Kab. Sukoharjo
Hanifa Anggraini Santoso( 6a)
35. Juara Favorit Lomba Mewarnai Tokoh Wayang Tingkat Kab. Sukoharjo
Ina Nur Azizah F A (4a)
36. Juara 2 Kompetisi Kaligrafi Islami Lomba Anak Islam X di Santren
Bekonang Sukoharjo
Hanifah Anggraini Santoso (4a)
37. Juara 1 Kompetisi Menggambar Islami Lomba Anak Islam X di Santren
Bekonang Sukoharjo
Ina Nur azizah (4a)
38. Juara 1 Kompetisi Membaca Al Qur'an Lomba Anak Islam X di Santren
Bekonang Sukoharjo
Nely Faizah (6c)
39. Juara 1 Kompetisi Cerdas Cermat Lomba Anak Islam X di Santren
Bekonang Sukoharjo
Athina Husna Athiyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Syaifunnisa Puspa Kencana
M. Iqbal Firdaus
40. Juara Umum Lomba Anak Islam X di Santren Bekonang Sukoharjo
41. Penghargaan Award “Brounch” Lomba AMC (Australia Mathematic
Competition)
Angga Prasetyo Bayu Aji (6 c)
b. Prestasi tahun 2012
1. Juara 2 lomba Matematika di Ponpes Assalam
Angga Prasetyo Bayu Aji (6C)
2. Juara 2 lomba Mengarang di UPT2B UNS dalam rangka Dies Natalis
ke-36
Syaifun Nisa Puspa Kencana (6B)
3. Juara 3 lomba Mengarang di UPT2B UNS dalam rangka Dies Natalis
ke-36
Yasmin Mufidah (5B)
4. Juara 1 Cabang Karate Popda Tingkat Kabupaten Sukoharjo
Abu Bakar Al Ghifari (4A)
5. Juara 2 Cabang Karate Perorangan Popda Tingkat kabupaten
Sukoharjo
Abu Bakar Al Ghifari (4A)
6. Juara 2 Cabang Sepak bola Popda Tingkat kabupaten Sukoharjo
Perdana Riyan Mustaqim (5A) dan Allifiansyah Rifki Figo (5A)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
7. Juara 1 POPDA Cabang Sepak Bola Tahun 2012 Sekaresidenan
Surakarta
Perdana Riyan Mustaqim (5A)
8. Juara 2 Kompetisi Matematika Nalaria Realistik se-SKA KMNR-KPM
Insan Cendekia
Angga Prasetyo Bayu Aji (6C)
9. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Arab se-Solo Yogya Insan Cendekia
Education Fair
M. Luthfi Darmawan (5C)
10. Penghargaan "Distriction" Lomba IMAS (International Mathematic
Assesment for School)
Angga Prasetyo Bayu Aji (6C)
11. Peserta IMSO (International Mathematic and Science Olympiad)
Clara Annisa Onesia (5A)
12. Juara 1 "lomba bercerita "Tingkat Kabupaten Sukoharjo pada Pameran
Buku Murah Nasional Yang diselenggarakan oleh Kantor
Perpustakaan , Arsip dan Dokumentasi Kab. Sukoharjo
Fadhila Nur Lathifah (4C)
13. Juara 3 "Lomba Baca Puisi "Tingkat Kabupaten Sukoharjo pada
Pameran Buku Murah Nasional Yang diselenggarakan oleh Kantor
Perpustakaan , Arsip dan Dokumentasi Kab. Sukoharjo
M. Luay Ghozy Rizq (5B)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
14. Juara 3 "Lomba Pildacil "Tingkat Kabupaten Sukoharjo pada Pameran
Buku Murah Nasional Yang diselenggarakan oleh Kantor
Perpustakaan , Arsip dan Dokumentasi Kab. Sukoharjo
Andika Bagas Dirgantara (5C)
Untuk mempertahankan berbagai prestasi yang telah diraih, MIN
Sukoharjo berencana melakukan persiapan yang lebih baik pada tahun
pelajaran yang akan datang. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala
Madrasah :
Tentu saja kita tidak puas dengan prestasi yang kita capai selama ini. Jadi yang pertama kita membuat planing yang lebih mantap, planing yang lebih bagus untuk peningkatan prestasi. Kita lihat presatsi-prestasi yang perlu kita danai lebih banyak, prestasi-prestasi yang perlu kita siapkan lebih dini, kita lihat karena tidak semua prestasi yang sudah kita capai adalah merupakan pelaksananya Dinas Pendidikan. Kita mengikuti berbagai kejuaran yang ada di berbagai tempat diantaranya di UNS, UMS, kemudia di UNNES kemudian dimana pun ada kejuaraan kita ikuti. Dan itu sudah banyak yang berhasil dan yang paling penting harus persiapan yang ada di Diknas yang tidak boleh kita lupakan. Kemudian kita membuat penjadwalan dalam rangka pembinaan-pembinaan untuk meraih prestasi. Bagaimana biar sinergi antara pembinaan dan pembiayaan ini berjalan seiring, sehingga kalu pembinaannya rutin Insya Allah akan tercapai prestasi yang lebih baik (CL 1)
C. Pembahasan
1. Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kepala Madrasah memiliki peran yang penting dalam menentukan
keberhasilan suatu madrasah. Kepala Madrasah telah melakukan tugasnya
sebagai pemimpin dalam suatu organisasi sekolah. Kepala MIN Sukoharjo
telah mampu mempengaruhi dan mengajak guru dan karyawan MIN
Sukoharjo untuk melakukan kegiatan pembelajaran menuju visi dan misi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kartini
Kartono (1994 : 181) yang menjelaskan bahwa Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan-
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan.
Kepala MIN Sukoharjo melakukan pendekatan yang manusiawi
dalam setiap pengambilan keputusan. Kepala Madrasah mendahulukan
musyawarah dengan para guru, komite atau wali murid sesuai dengan
subyek yang akan dibicarakan. Kepala Madrasah membentuk koordinator
bidang sesuai kebutuhan madrasah seperti kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, tata usaha, humas, UKS, perpustakaan, koperasi,
ekstrakurikuler dan laboratorium.
Kepala MIN Sukoharjo mampu mengoptimalkan dan
memberdayakan guru dan karyawan yang dimiliki sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Hal ini sejalan dengan penjelasan Hornby
(1990: 296) bahwa manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih
memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong
para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Kepala MIN Sukoharjo mengarahkan kepada guru dan karyawan
agar senantiasa meningkatkan kemampuan mereka sesuai denga tuntutan
zaman. Kepala Madrasah mengadakan pembinaan, supervisi dan
monitoring secara berkala kepada para guru. Kepala Madrasah lebih
mengedepankan musyawarah dengan mengajak para guru, komite dan wali
murid dalam menyelesaikan suatu masalah. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan adalah gaya kepemimpinan yang demokratis yaitu gaya
kepemimpinan yang memberikan keluasaan setiap anggota organisasi
untuk berperan aktif dan lebih memanusiakan anggota.
Gaya kepemimpinan yang menjadikan manusia sebagai subyek
yang senantiasa diajak berkembang dan berpikir merupakan salah satu ciri
gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan
oleh Kartini Kartono (2010:187) bahwasanya kepemimpinan demokratis
menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap
kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan
dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang
cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Proses
kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang
luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap
kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing,
di samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap
anggota kelompok/organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil
keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada
setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Setiap komponen
madrasah merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau
beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama. Aktivitas
dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang
berdampak pada perkembangan dan kemajuan madrasah secara
keseluruhan
2. Usaha-Usaha yang Dilakukan Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran yang berkualitas menurut Pudji Muljono (2006:29)
menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima
rujukan, yaitu: “(1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi
dan (5) produktivitas pembelajaran”. Kepala MIN Sukoharjo menerapkan
konsep tersebut dengan menyiapkan sarana prasarana, SDM dan
kurikulum yang sesuai. Sistem pembelajaran yang dilakukan tidak selalu
berada dalam kelas, kadang dilakukan di laboratorium, halaman madarasah
atau outing class.
Kepala MIN Sukoharjo meningkatkan kualitas pembelajaran yang
ada di MIN Sukoharjo dengan melakukan lima macam pengembangan
meliputi : (1) pengembangan kurikulum; (2) pengembangan KBM; (3)
pengembangan SDM; (4) pengembangan kokurikuler dan ekstrakurikuler;
dan (5) pengembangan hubungan dengan stake holder pendidikan. Kelima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
usaha yang dilakukan ini mendapat dukungan penuh dari para guru,
karyawan, komite dan wali murid. Semua komponen yang terlibat di MIN
Sukoharjo senantiasa dilibatkan oleh Kepala Madrasah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran MIN Sukoharjo. Setiap komponen
memberikan andil sesuai dengan porsinya masing-masing seperti Kepala
madrasah sebagai konseptor sekaligus penanggung jawab kegiatan,
koordinator bidang sebagai pelaksana harian, komite dan wali murid
memberikan dukungan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Pengembangan pembelajaran yang berkualitas yang dikembangkan
oleh Kepala MIN Sukoharjo mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tentang
standar proses pembelajaran yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran
yang efektif dan efisien meliputi: “(1) perencanaan proses pembelajaran,
(2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian hasil pembelajaran, dan
(4) pengawasan proses pembelajaran”.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan di MIN Sukoharjo
dikembangkan dengan menyiapkan kurikulum KTSP yang sesuai tuntutan
zaman. Agar proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar meningkat
maka Kepala MIN Sukoharjo mengembangkannya dengan pengembangan
sumber daya manusianya dan menjalin kerjasama dengan instansi Diknas,
Kemenag dan LPPM UNS. Diharapkan dengan kegiatan workshop dan
pelatihan yang dilakukan kepada guru dan karyawan akan menjadikan
proses dan hasil pembelajaran menjadi berkualitas. Proses pengawasan
dilakukan dan dikembangkan Kepala MIN Sukoharjo dengan supervisi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
pengawasan dengan PPAI dari Kemenag Kabupaten Sukoharjo serta
menjalin kerjasama dengan komite madarasah.
3. Kendala-Kendala yang Dialami dan Usaha Penanganannya
Kepala MIN Sukoharjo mengalami kendala dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di MIN Sukoharjo. Kendala utama yang dialami
Kepala Madrasah adalah sulitnya merubah pola pikir guru agar sesuai
dengan perkembangan zaman. Kendala ini dialami karena keberagaman
guru yang ada di MIN Sukoharjo. Kepala MIN Sukoharjo senantiasa
memberikan dukungan kepada guru yang belum sarjana agar meneruskan
sehingga ilmu yang dimilikinya menjadi berkembang. Kepala MIN
Sukoharjo juga mengadakan pembinaan secara berkala kepada guru dan
karyawan sebulan sekali di minggu pertama. Apabila ada hal yang dirasa
perlu seperti akan adanya kegiatan kesiswaan seperti MIN Sukoharjo Fair
atau penjelasan kedinasan maka volume pembinaan akan ditambah.
Kepala MIN Sukoharjo mengalami kendala juga dalam
perencanaan keuangan, maka Kepala MIN Sukoharjo beserta tata usaha
merancang perencanaan keuangan lebih awal setelah mendapat masukan
dari guru, komite dan wali murid. Dengan perencanaan yang awal akan
memudahkan Kepala Madrasah untuk mengajukan ke Kanwil Kemenag
Propinsi Jawa Tengah serta berkoordinasi dengan komite madrasah.
4. Prestasi Siswa Siswi MIN Sukoharjo
Prestasi siswa di MIN Sukoharjo tidak lepas dari peran Kepala
Madrasah meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukandi MIN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Sukoharjo. MIN Sukoharjo memiliki input siswa yang berkualitas, hal ini
bisa dilihat ketika proses penerimaan siswa baru, dimana jumlah pendaftar
selalu melebihi dari kuota yang ditetapkan. Kemudian, siswa yang
memiliki bakat dan potensi ini dididik dan dikembangkan oleh MIN
Sukoharjo melalui pembelajaran yang berkualitas sehingga menghasilkan
prestasi, baik dibidang akademis seperti Olimpiade MIPA, Cerdas Cermat
Agama maupun non akademis seperti karate, tapak suci, dan sepakbola.
Ada beberapa faktor dari luar siswa yang mempengaruhi prestasi
misalnya sarana prasarana madrasah, guru dan kepemimpinan Kepala
Madrasah. Sarana prasarana yang bagus, membantu siswa dalam
pembelajaran di kelas, siswa bisa nyaman dalam belajar dan mampu
berkembang dengan baik. Guru sebagai tenaga pendidik memiliki andil
yang besar juga, guru mampu membawakan pembelajaran yang baik,
untuk memberikan materi pelajaran yang berkualitas. Guru memberikan
senantiasa membrikan motivasi positif kepada siswa untuk berprestasi.
Guru mampu memberikan pengaruh yang kuat pada anak, sehingga anak
merasa terbantu dalam mencapai cita-cita atau prestasi yang diharapkan.
Kepala Madrasah melakukan peningkatan kualitas sarana prasarana
madrasah, pengembangan sumber daya manusia Kepala Madrasah
memberikan dukungan kepada siswa sehingga mereka lebih bersemangat
dalam belajar dan meraih prestasi yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa :
1. Pola kepemimpinan Kepala Madrasah yang diterapkan di MIN Sukoharjo adalah pola
kepemimpinan yang bersifat demokratis. Kepala Madrasah senantiasa melibatkan
berbagai pihak yang terkait dalam mengambil berbagai keputusan, sehingga yang
kebijakan yang diambil merupakan hasil musyawarah.
2. Kepala Madrasah telah melakukan usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
yang ada di MIN Sukoharjo yaitu : (a) pengembangan kurikulum; (b) pengembangan
KBM; (c) pengembangan sumber daya manusia; (d) pengembangan kokurikuler dan
ekstrakurikuler; (e) pengembangan hubungan dengan instansi Kemenag, Diknas,
Komite dan Wali Murid.
3. Kendala yang dialami Kepala Madrasah dalam memimpin MIN Sukoharjo tahun
pelajaran 2011/2012 yang paling utama adalah sulitnya merubah mindset atau pola
pikir guru menjadi seorang guru yang senantiasa mau berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman.
4. Hasil yang capai oleh Kepala Madrasah dalam memimpin MIN Sukoharjo adalah
dengan diraihnya prestasi kejuaraan baik di bidang akademis maupun non akademis,
baik di tingkat Kabupaten maupun sampai tingkat Propinsi. Diantara yang menonjol
adalah di bidang Matematika
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
B. Implikasi
1. Kepala madrasah telah melakukan kegiatan perencanaan, pendampingan pelaksanaan
dan pengawasan kepada guru-guru dan karyawan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari. Berkaitan dengan hal tersebut Kepala Madrasah perlu mengadakan monitoring
secara berkala yang ditetapkan dengan surat keputusan yang mengikat sehingga
semua pihak mampu menjalankan tugas dengan baik dan tertib.
2. Kepala madrasah menggunakan pendekatan personal yang baik kepada para guru dan
karyawan sehingga kegiatan belajar mengajar siswa dapat terlaksana dengan baik dan
lancar. Berkaitan hal ini Kepala Madrasah perlu memberikan reward kepada guru
yang mampu meningkatkan prestasi siswa sehingga semakin bertambah semangatnya
dalam mengajar dan mendidik siswa MIN Sukoharjo.
3. Madrasah menyelenggarakan pelatihan kepada guru dan karyawan merupakan sebuah
upaya sadar untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi
informasi dan kemampuan dalam menerapkan berbagai model pembelajaran yang
kreatif dan inovatif. Berkaitan hal tersebut, Kepala Madrasah perlu mengadakan
kegiatan ini secara berkesinambungan dari satu hal ke hal lain secara menyeluruh
sehingga proses up grading senantiasa berjalan efektif.
4. Program dari pemerintah melalui DIPA MIN Sukoharjo yang mengalokasikan dana
untuk pengadaan fasilitas pendukung pembelajaran, adalah wujud menciptakan
layanan pemerintah kepada siswa agar mampu berprestasi baik tingkat lokal hingga
nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala madrasah perlu menyediakan sarana
prasarana penunjang pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
5. Madrasah selalu melibatkan stake holder yang terkait dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajara. Baik dalam pengadaan sarana prasarana penunjang pendidikan,
kegiatan pembinaan kesiswaan terutama perlombaan, penyusunan dan pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
kurikulum serta pengembangan madrasah menuju madrasah yang unggul dan
berakhlak mulia. Berkaitan hal ini Kepala Madrasah perlu menjaga hubungan dengan
berbagai pihak yang sudah membantu pengembangan MIN Sukoharjo dan melakukan
terobosan kerjasama dengan pihak lain yang mampu menambah keunggulan MIN
Sukoharjo.
C. Saran
Berdasarkan analisis terhadap tingkat keberhasilan MIN Sukoharjo dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, dapat kita sarankan sebagai berikut :
1. Kepala Madrasah perlu mengadakan Standar Operasional Pelaksanaan bagi guru-guru
MIN Sukoharjo agar lebih terarah dan memberikan hasil optimal bagi siswa.
2. Hendaknya diperbanyak pelatihan kepada guru-guru tentang model-model
pembelajaran, agar kegiatan belajar mengajar lebih kreatif dan inovatif.
3. Perlu diperbanyak kegiatan KKG bagi guru baik guru tematik, guru kelas maupun guru
bidang studi, bisa kerjasama dengan pihak luar yang kompeten di bidangnya.